Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Selingan I

From Baka-Tsuki
Revision as of 04:39, 27 October 2012 by Nameless angel (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Selingan I

Suhu tubuh manusia adalah sesuatu yang ganjil.

Tiba-tiba Yuuki Asuna memiliki pikiran seperti itu.

Hujan telah berhenti, dan dibawah langit biru, dengan bagian dari awan tercampur dengan oranye, keduanya berjalan perlahan sambil bergandengan. Di sampingnya, Kirigaya Kazuto, orang yang memiliki ekspresi cemberut sejak ia berpikir sesuatu beberapa menit yang lalu, menjatuhkan pandangannya ke jalan setapak tanpa mengatakan apapun.

Asuna yang tinggal di Setagaya dan Kazuto yang tinggal di Kawagoe, biasanya berpisah di stasiun Shinjuku karena mereka naik kereta yang bebeda, tetapi hari ini, untuk suatu alasan, Kazuto mengatakan "Aku akan mengantarmu sampai di rumah." Meskipun dia harus sejam lebih lama untuk kembali ke rumahnya dari Shibuya, saat Kazuto memiliki tampilan yang tidak biasanya di matanya, Asuna mengangguk setuju.

Saat mereka naik kereta di stasiun Miyanosaka di jalur Setagaya, stasiun yang paling dekat dengan rumah Asuna, mereka masih bergandengan.

Saat melakukan ini, Asuna samar-samar mengingat kejadiaan itu. Itu bukan hanya manis, tapi juga sangat menyakitkan, jadi sebenarnya ingatan itu tidak muncul di kesadarannya, tetapi ingatan itu kembali muncul saat kapan saja dia memegang tangan Kazuto. Itu bukan ingatan dunia nyata, tapi kota iron towers «Grandum» di Aincrad lantai 55, yang tidak lagi ada.

Pada saat itu, Asuna menjadi sub-leader di guild Knights of the Blood. Pendampingnya adalah pengguna pedang bernama Kuradeel, orang yang mengawasinya sepanjang waktu. Kuradeel, orang yang memiliki obsesi yang aneh bagi Asuna, dia telah menggunakan paralysis poison ke Kazuto/Kirito, yang menyebabkan Asuna mengundurkan diri dari guild.

Kuradeel telah membunuh dua anggota dalam aksinya, Asuna yang sampai dalam waktu yang tepat sebelum Kirito kehilangan nyawanya, menarik rapiernya dengan marah dan tanpa ampun, HP Kuradeel telah sampai dimana satu serangan dapat menghabisinya, tapi dia ragu-ragu. Kuradeel mengambil kesempatan untuk membalas, tetapi Kirito telah sembih dari paralysis saat itu, dan dia menghabisi Kuradeel dengan tangan kosong.

Keduanya kembali ke markas Knights of the Blood di lantai 55. Setelah menginformasikan tentang pengunduran dirinya dari guild, mereka berjalan sambil bergandengan tangan di Grandum tanpa tujuan.

Ketika dia bersikap tenang di permukaan saat itu, di dalam hati Asuna, dia merasa bersalah pada dirinya karena dia tidak membunuh Kuradeel. Perasaan bersalah pada Kirito yang membuatnya menanggung beban berat itu. Dia merasa bahwa dia tidak memenuhi syarat bagian dari grup penyelesaian, bahwa dia tidak benar berdiri di samping Kirito. Tapi, ketika dia menderita dari perasaan ini, dia mendengar suara. Cukup kau, aku ingin mengantarmu sampai di dunia nyata tidak peduli apapun yang terjadi.

Pada saat itu, sebuah perasaan kuat merasuki Asuna. Lain kali aku akan melindungimu dengan kedua tanganku. Tidak, bukan hanya lain kali tapi setiap waktu. Tidak peduli di dunia mana.

Asuna hanya bisa mengingat tangannya, yang tidak merasakan apapun kecuali kedinginan di udara meskipun memegang tangan Kirito, pada saat itu, menjadi hangat jika mereka duduk di dekat api unggun. Setelah istana melayang di terjatuh, pergi melalui dunia peri, dan kembali ke dunia nyata, ketika dia memegang tangannya, dia dapat mengingat perasaan hangat di tangannya di saat itu.

Sebenarnya suhu tubuh manusia adalah sesuatu yang ganjil. Meskipun dia tahu panas yang dihasilkan berasal dari energi untuk mengfungsikan tubuh, pertukaran kehangatan dari tangan mereka seperti memiliki sejumlah informasi. Karena, Asuna dapat mengerti Kazuto, orang yang berjalan sambil diam sampai sekarang, seperti tidak memiliki sesuatu yang ingin dikatakan.

'Jiwa manusia adalah kuanta cahaya yang terkandung unsur struktur microscopic di sel otak mereka' adalah sesuatu yang Kazuto telah bilang. Tapi, cahaya itu tidak hanya di sel otak, tapi juga semua sel di tubuh. Medan kuantum, yang terdiri dari partikel cahayadan membuat wujud manusia, telah menghubungkan melalui tangan mereka. Mungkin begitulah cara kehangatan itu dirasakan.

Asuna menutup matanya dengan lembut, sebelum membisikkan sesuatu dipikirannya,

——Lihat, ini baik-baik saja, Kirito. Aku akan selalu menjagamu. Itu karena kita adalah pasangan terhebat dalam saling membantu.

Kazuto tiba-tiba berhenti, membuat Asuna juga melambatkan langkahnya. Matanya melebar, Ini sudah jam tujuh? Saat lampu jalan mengeluarkan cahaya orange di atas kepala.

Di sore hari setelah hujan, tidak ada seorangpun yang terlihat di jalan selain mereka berdua. Perlahan Kazuto memalingkan kepalanya, matanya melihat Asuna.

"Asuna......"

Seolah menepis keraguan, dia mengambil langkah maju——

"......Aku masih berpikir untuk pergi."

Asuna, mengerti alasan dari perhatiaannya, dengan senyum dia bertanya.

"Amerika?"

"Yeah. Aku menghabiskan waktu setahun untuk meneliti, dan aku berpikir penelitian «Brain Implant Chip» di universitas Santa Clara benar-benar penerus teknologi FullDive. Brain Machine Interface mungkin menuju perubahan. Aku benar-benar ingin melihatnya, dunia selanjutnya hadir.

Asuna melihat langsung mata Kazuto sebelum memberikan anggukan.

"Tidak hanya ingatan menyenangkan, tapi juga ingatan sedih dan menyakitkan juga. Tujuannya, itu tujuan kastil itu, kau mau tahu tentang itu kan?"

"......Aku tidak yakin bahkan seribu tahun adalah waktu yang cukup untuk mengerti itu."

Kazuto tersenyum dan menjadi diam lagi.

Itu sedikit sulit berbicara tentang perpisahan itu adalah pemikiran Asuna. Tanpa menghapus senyumnya, dia mencoba untuk menjawab yang disimpan di dalam hatinya——tetapi sebelum dia melakukan itu, Kazuto membuat ekspresi yang sama ketika dia di Aincrad-ekspresi yang sama ketika dia mengajukan pernikahan padanya-saat dia mengatakan sambil gugup.

"Karena itu......Aku ingin kau pergi bersamaku, Asuna. Aku tidak ingin hidup tanpamu. Aku tahu apa yang aku katakn tidak beralasan. Aku tahu Asuna memiliki jalan sendiri. Tapi meski begitu aku......"

Pada saat itu, dia memotong katanya bahwa dia bingung. Mata Asuna menutup dan dia tertawa.

"Eh......?"

"M......Maaf aku tertawa. Tapi......mungkin itu, hanya itu membuat Kirito bermasalah sampai sekarang?"

"Y-Yeah."

"Apaaa. Jika ini tentang jawabanku. Aku telah memutuskannya beberapa waktu yang lalu."

Tangan kirinya memegang tangan kanannya, sambil memegang tangan Kazuto. Setelah mengangguk dengan dalam, dia memberitahu dia. "Tentu saja, Aku akan pergi...Kita akan pergi bersama. Jika bersamamu. Aku dapat pergi ke mana saja."

Mata Kazuto terbuka sambil menegdipkan matanya beberapa kali, dan dia memberikan senyuman di wajahnya. Di saat yang sama dia menaruh tanga kanannya di pundak Asuna.

Asuna merespon denga erat memeluk Kazuto dengan kedua tangannya.

Saat bibir mereka bertemu, kedinginan pergi dari bibir mereka, diganti oleh perasaan hangat, Asuna sekali lagi, merasakan pertukaran informasi melewati bagian tubuhnya yang terdiri dari jiwanya. Meskipun di masa depan, tidak peduli di dunia mana, tidak peduli berapa lama kita berpergian, hati kita takkan terpisah, dalam hal itu aku yakin.

Tidak, hati kita terikat dalam waktu yang lama. Di langit yang telah jatuh Aincrad, ketika menghilang dibungkus oleh pelangi aurora —— atau mungkin sebelum itu, hari di saat mereka bertemu di dugeon gelap, sebagai seorang solo player yang kesepian.

"Bagaimanapun juga."

Beberapa menit kemudian, bersamaan saat mereka berjalan sambil bergandengan tangan, Asuna bertanya dengan pertanyaan yang entah bagaimana entah muncul dikepalanya.

"Jadi kau pikir Soul Translator yang kau teliti bukanlah penerus dari teknologi FullDive? Brain Chip yang bersatu dengan sel otak hanyalah memiliki kemampuan sama dengan Nerve Gear, tapi STL hanya lebih jauh, dan menggunakan level kuantum, betulkah?"

"Hmmm......"

Kazuto dengan lembut mendorong batu dengan ujung dari payung di tangan lainnya dan menjawab.

".....Itu berkonsep model yang lebih maju dari Brain Chip. Tapi bagaimana mengatakannya...... mungkin terlalu canggih. Dalam perintah untuk membuat mesin itu bisa digunakan, itu membutuhkan waktu beberapa tahun, tapi membutuhkan beberapa decade untuk itu. Aku memiliki perasaan STL bukanlah mesin untuk membuat manusia Full Dive di dunia virtual dengan ......"

"Ehh? Lalu itu untuk apa?"

"Mungkin itu mesin untuk mengerti pikiran manusia...... the Fluctlight."

"Hmm......"

Jadi maksudmu STL bukanlah tujuannya tapi metodenya? Saat Asuna memikirkan untuk mengerti jiwa manusia yang dia dapatkan, Kazuto lanjut berbicara.

"Di samping itu. Aku pikir STL adalah...... bagian dari ide Heathcliff. Orang itu, untuk alasan tertentu dia membuat Nerve Gear, dia mengorbankan ribuan orang, membakar otaknya sendiri, dan lebih dari itu, dia bahkan menyebarkan «The Seed» ke seluruh dunia...... Aku tidak tahu bahkan jika dia memiliki tujuan bahkan dari pertama, tapi aku merasakan kehadirannya melayang di suatu tempat di Soul Translator. Meski aku ingin tahu apa yang dia inginkan, aku tidak ingin ini berefek pada tujuanku. Aku tidak ingin merasa seperti aku berjalan di atas tangannya"

Sebuah wajah muncul di belakang otak Asuna dengan seketika, dan dia mengangguk.

".....Aku mengerti...... ......Hey, kesadaran Ketua Guild, pikirann programnya masih ada di suatu tempat di server,kan? Seperti yang Kirito-kun bilang sebelumnya."

"Yeah, tapi hanya sekali. Mesin yang digunakan untuk bunuh diri adalah original prototype dari STl. Dalam perintah untuk membaca Fluctlight, diperlukan high-powered beam yang cukup membakar sel otak. Mungkin dia telah menderita dan rasa sakit yang terus menerus...... Untuk tujuan membuat dirinya yang lain, aku tidak berpikir ini tidak terkait RATH dengan STL sekarang. Mungkin sesuatu di hatiku Aku masih berpikir...... Aku ingin melihat suatu resolusi, yang membuatku menerima permintaan Kikuoka......"

Di saat yang sama, pandangan Kazuto menuju langit yang menghilang oleh senja. Saat dia melihat wajahnya, Asuna memegang tangannya dengan kuat, sebelum membisikkan.

"......Berjanjilah, cukup satu hal. Jangan lakukan sesuatu yang berbahaya."

Kazuto, berbalik padanya, tersenyum dan mengangguk.

"Tentu saja, Aku janji. Aku akan pergi ke Amerika dengan Asuna musim panas mendatang."

"Sebelum itu, kau harus menghawatirkan belajar agar bisa mendapat nilai bagus di ulangan Scholastic Assessment?"

"Uu......"

Kazuto kehilangan katanya untuk sesaat, sebelum dia sedikit batuk dan mengubah topik,

"Bagaimanapun juga, Aku harus bertemu keluarga Asuna. Aku telah bertukar email dengan Shouzoushi dari waktu ke waktu, namun ingatan ibumu terhadapku cukup buruk......"

"Tidak masalah, tidak masalah,akhir-akhir ini ingatannya sedikit membaik. Ah, ya......kenapa tidak pergi sekarang saja?"

"Ehh!?T-tidak......mungkin lebih baik pergi setelah ujian akhir saja, yeah."

"Benarkah..."

Mereka sampai di taman yang dekat rumah Asuna bersamaan dengan mereka berbicara, Di sini tempat biasanya Kazuto mengatakan perpisahan sebelum melepasnya. Asuna berhenti dia merasa enggan sebelum berbalik. Dia melihat wajah Kazuto, dan pandangannya sam dengannya.

Jarak antara mereka hanya lima puluh sentimeter. Tiba-tiba langkah berat yang dapat didengar dari belakang, dan dengan refleks Asuna mundur.

Saat dia memutar kepala, sosok manusia muncul berlari dari arah jalan berbentuk T. Orang itu adalah seorang pria mengenakan pakaian hitam. Pandangannya tertuju pada Asuna dan Kirito sebelum mengatakan "Permisi," dengan suara keras.

"Erm, kau tahu arah mana menuju stasiun?"

Orang itu merendahkan wajahnya ketika bertanya, Asuna menunjuk barat dengan tangan kirinya.

"Ikuti jalan ini sebentar, dan belok kiri ketika lampu lalu lintas pertama......lalu..."

Tiba-tiba, Kazuto, yang dibelakangnya, dengan paksa menarik pundak Asuna. Lalu dia maju sambil melindungi Asuna dibelakangnya.

"A-Apaa......"

"Kau....yang mengikuti kita dari Dicey Café betulkan? Siapa kau?"

Dengan suara tajam, Kazuto mengatakan sesuatu yang Asuna tidak sadari. Dia menarik nafas sambil melihat wajah orang itu lagi.

Dia memilki rambut panjang. Garis pipi yang kurus di tutupi oleh janggut. Di telinganya ada anting perak, dan di lehernya juga ada kalung perak. Dia memakai T-Shirt hitam yang memiliki warna yang sama dengan celananya. Sebuah rantai besi tergantung di pinggangnya membuat suara gemerincing. Kakinya memakai sepatu boot yang terlihat berat di musim ini, dan dia memberikan kesan lusuh.

Mata hitamnya menyipit terpisah dari rambut berantakannya. Saat dia tersenyum. Orang itu mengerutkan dahinya dan menepuknya saat dia tidak mengerti apa perkataan yang Kazuto katakan —— lalu tiba-tiba, di matanya terlihat sinar menakutkan.

"......Jadi serangan mendadak tidak bekerja, huh."

Dengan tepi bibirnya bengkok, Asuna tidak tahu dia tersenyum atau jengkel.

"Sebenarnya siapa kau?"

Kazuto mengulang pertanyaannya. Pria itu menarik nafas menggelengkan kepalnya entah dua kali, tiga kali, sebelum dia menghela nafas panjang.

"Hey, hey, bukan begitu, Kirito-san. Apa kau melupakan wajahku...... oh, disana aku memakai topeng, betulkan? Tapi...Aku tidak pernah melupakan wajahmu meskipun untuk satu hari.

"Kau......"

Ketegangan muncul dibelakang Kazuto. Dia menarik tangannya dan melonggarkan pinggangnya.

"——«Johnny Black»!"

Dengan suara keras, dengan cepat seperti cahaya tangan kanan Kazuto dan memegang udara di punggungnya. Itu pernah sekali menjadi tempat pedang «Black Swordsman» yakni «Elucidator».

"Bu... Ku... Kuhahahahahaha! Tidak ada pedang!!"

Orang yang dipanggil Johnny Black memutar bagian atas tubuhnya saat dia tertawa keras. Kazuto menurunkan tangan kanannya di saat seluruh tubuhnya tegang.

Asuna tahu nama itu. Itu adalah nama yang aktif sebagai pembunuh di Aincrad, seorang yang terkenal di pemain merah Termasuk dari guild PK «Laughing Coffin» dan menjadi duo dengan «Red-eyed XaXa», yang membutuhkan lebih dari sepuluh orang untuk menangkapnya. ............XaXa. Dia pernah mendengar nama itu setengah tahun yang lalu. Orang yang dibalik «Death Gun Incident».

Dia mendengar itu setelah XaXa sendiri, Shinkawa Shouichi telah ditahan bersama adik termudanya, tapi meninggalkan rekan saat pelarian. Orang ketiga, yang dia pikir telah tertangkap lebih dulu, namanya mungkin Kanemoto......dengan kata lain orang yang didepannya adalah————

"Kau......masih melarikan diri?"

Kazuto berkata dengan keras. Johnny Black, Kanemoto tersenyum sambil memegang kedua jari telunjuknya.

"Te——tentu saja. Kau pikir aku akan menyerah setelah XaXa ditangkap? Aku anggota terakhir Laughing Coffin. Aku menemukan kedai kopi lima bulan lalu, dan aku telah mengawasimu selama sebulan.....setiap hari dipenuhi dengan kebencian—"

Saat dia berbicara, Kanemoto mencondongkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

"Tapi, Kirito-san, tanpa pedang......kau terlihat lemah, benarkan? Meskipun wajahmu masih sama, itu sangat sulit untuk berpikir bahwa kau adalah Swordsman-sama yang telah mengalahkanku."

"Sama denganmu......Apa yang dapat kau lakukan tanpa senjata beracun kebanggaanmu?"

"Hey, itu sangat tidak profesional untuk menilai dari penampilannya."

Kanemoto menggerakkan tangan kananya di belakangnya dengan cepat, dan menarik sesuatu dari bajunya.

Itu adalah benda asing. Dari cylinder yang terbuat dari plastik, ada seperti mainan dengan pegangan yang kuat. Asuna pikir itu hanya pistol air untuk sesaat, tapi dia menarik nafas saat dia melihat Kazuto menjadi sangat kaku. Kebingungannya menjadi ketakutan saat Kazuto bersuara.

"Itu...... the «Death Gun»......!"

Tangan kananya menuju ke belakang, menyuruh Asuna untuk mundur. Di saat yang sama, dia menunjuk dengan payung di tangan kirinya ke arah Kanemoto.

Satu langkah, dua langkah, saat dia mundur ke belakang, mata Asuna masih fokus pada plastik «Gun». Itu bukan pistol air, tapi suntikan menggunakan gas bertekanan tinggi, di dalamnya ada bahan kimia yang dapat menghentikan jantung.

"Aku punya—, aku punya senjata beracun—maaf ini bukan pisau—"

Saat dia mengeluarkan jarumnya, yang terbuat dari metal, Kanemoto membuat suara seperti tertawa. Kazuto memegang payungnya dengan kedua tangan sambil memperhatikan Kanemoto, lalu sambil bersuara pelan.

"Asuna, larilah! Panggil seseorang untuk membantu!"

Setelah sedikit terkejut, Asuna mengangguk, lalu berputar dan mulai berlari. Dari belakang, suara Kanemoto dapat didengar, "Oi, «The Flash»! Beritahu semua orang.....bahwa orang yang mengambil nyawa «Black Swordsman» adalah Johnny Black!"

Suara bell terdekat sekitar tiga puluh meter.

"Seseorang......tolong!!"

Saat dia berlari sambil memanggil dengan suara keras. Bukankah salah untuk meninggalakan Kazuto dan berlari? ..... Jika kita bekerja sama, bisakah dia dapat menghentikan senjata itu? Dia melewati separuh jalan dan saat dia berpikir seperti itu, sebuah suara terdengar di telinganya.

Seperti tutup pembuka botol dibuka, atau cat semprot digunakan, sebuah suara tajam terdengar. Tapi dia msaih mengerti maksudnya, Asuna menahan rasa takutnya, menghentikan langkahnya, terhuyung, dan bersandar di batu basah.

Asuna perlahan menengok dan melihat ke arah bahunya.

Sebuah kejadian mengerikan terjadi di penglihatannya.

Poros dari payung di tangan kiri Kazuto menusuk ke tepat ke paha Kanemoto.

Dan suntikan di tangan Kanemoto ditusuk ke bahu kiri Kazuto.

Bersamaan, tubuh mereka berpisah satu sama lain, sebelum terjatuh di jalan.

Beberapa menit kemudian setelah kejadian itu, dia seperti melihat film hitam putih.

Dia berlari menuju tubuh Kazuto yang tidak bergerak. Dia menarik Kazuto dari Kanemoto, orang yang memegang kakinya kesakitan , "Bertahanlah," dia memanggil dan mengambil handphone dari sakunya dan membukanya.

Dia tidak dapat merasakan apa-apa di jarinya, seolah-olah mereka membeku. Tangannya mengoperasikan layar sentuh, dan melaporkan lokasi dan situasi di operator of the emergency center, terengah-engah dan kehabisan nafas.

Banyak penonton bermunculan. Lalu polisi muncul dari kerumunan. Asuna hanya menjawab pertanyaan bersamaan dia memeluk Kazuto.

Pernafasan Kazuto menjadi lambat dan pelan. Di bawah rasa sakitnya, dia membisikkan dua kata. "Maaf, Asuna."

Beberapa menit kemudian seperti keajaiban, Kazuto dibawa oleh satu dari dua mobil ambulans yang telah tiba, dan Asuna ada di mobil yang sama.

Saat Kazuto tak sadarkan diri di usungan, seorang paramedis menaruh wajahnya di dekat wajah Kazuto untuk mengecek pernafasannya, lalu memanggil paramedis yang lain.

"Respiratory gagal! Berikan aku tas darurat!"

Untuk membantu pernafasan, mulut dan hidung Kazuto ditutupi oleh masker transparan.

Asuna dengan suatu cara untuk tidak berteriak melalui tenggorokannya, saat dia menginformasikan pada paramedis nama bahan kimia yang ajaibnya dapat dia ingat,

"Erm, s-succinylcholine......dia telah disuntik dengan obat itu. Di bahu kirinya."

Paramedis itu melihat dia dengan takjub untuk sesaat, lalu dia memeberi instruksi yang baru dengan cepat.

"IV suntik epinephrine......tidak, gunakkan atropine! Buatlah menjadi IV!

Sebuah jarum transfusi ditaruh di tangan kiri Kazuto. Di bagian bajunya yang terkoyak. Mesin ECG monitor di taruh di dadanya. Selain suara udar di sekitar, suara sirine memecahkan keheningan.

"Detak jantung menurun!"

"Mulailah menekan jantungnya!"

Wajah Kazuto dengan mata tertutup, terlihat pucat di bawah panel internal LED light. "Tidak...tidak ... Kirito-kun... bukan sesuatu yang seperti ini..." sebuah suara kecil yang keluar dari mulut Asuna tanpa dia sadari untuk sesaat.

"Detak jantung berhenti!"

"Teruslah menekan!"

Kirito-kun, ini bohongkan? Kau tidak akan meninggalkanku, benarkan? Kau berkata akan terus bersama selamanya.....bukankah kau mengatakan itu?

Pandangan Asuna menuju handphonenya yang ada ditangannya.

Hati yang ada di monitor makin pelan berdenyut dan kemudian berhenti.

Angka monitor digital berubah menjadi kejam dan berhenti di nol, dan semuanya menjadi terdiam.