Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5[edit]

Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang berpatroli di <Labyrinth Area> di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar.

Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam.

Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan bagian bawah lantai selanjutnya.

Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth area.

Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di <mapped>. Dalam beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian.

Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada.

Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu <Algade>, yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas <The Army> sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman.

Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di <Housing Area> dari lantai 74 dan bisa menggunakan <Teleport Gate> disana untuk teleport ke Algade.

Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan.

Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang.

Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku.

Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG.

Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku.

Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah alami sebelumnya di dunia ini, itu bisa saja berarti kalau kau sangat beruntung atau bisa juga sebaliknya.

Sebagai seorang solo player, Aku melatih skill <Scan for Enemy>ku. Skill ini mencegah serangan tiba-tiba dan ketika kau sudah ahli menggunakannya, itu akan memberikan kemampuan tambahan pada si pemain untuk bisa mendeteksi monster yang sedang "bersembunyi." Dengan itu, AKu bisa melihat seekor monster bersembunyi diantara batang pohon di jarak sepuluh meter dariku.

Monster itu tidak terlalu besar. Monster itu mempunyai bulu hijau untuk berkamuflase diantara dedaunan dan mempunyai telinga yang lebih panjang dibandingkan tubuhnya. Ketika aku berkonsentrasi kearahnya, secara automatis monster itu menjadi targetku dan sebuah cursor berwarna kuning muncul bersama dengan namanya.

Aku menahan napasku saat aku melihat namanya: <Ragout Rabbit>. Itu cukup langka hingga bisa mendapat gelar "super."

Itu pertama kalinya aku melihat yang asli. Kelinci yang hidup di batang pohon itu tidak begitu kuat, juga tidak memberimu banyak experience points, tapi-

Aku diam-diam mengambil sebuah throwing pick kecil dari sabuk ku. <Knife Throwing Skill> ku tidak begitu tinggi. Aku hanya memilihnya sebagai cabang di skill tree ku pada suatu saat. Tapi kudengar kalau Ragout Rabbit adalah monster tercepat dari seluruh monster yang diketahui saat ini, jadi aku tidak terlalu percaya diri untuk menangkapnya dengan pedangku.

Aku punya satu kesempatan untuk menyerang sebelum musuh menyadari keberadaanku. Aku mengangkat pick tadi, berdoa, dan bergerak mengikuti posisi gerak awal skill <Single Shot>.

Yah, sekecil apapun skill ku, tanganku dibantu oleh dexterity ku yang tinggi dan melempar pick nya dengan gerakan yang agak terlihat kabur. Pick nya berkilau sekali dan menghilang dibalik pepohonan. Segera setelah aku menyerang, cursor kuning yang tadinya menunjukkan lokasi Ragout Rabbit berada, berubah menjadi merah dan muncul HP bar dibawahnya.

Sebuah teriakan kencang terdengar dari arah pick ku terlempar. HP bar nya semakin mengecil dan kemudian mencapai 0. Terdengar suara polygon pecah yang tidak asing lagi.

Aku mengepalkan tangan kiriku. Aku mengangkat tangan kananku dan membuka main menu. Aku membuka inventory dengan cepat, meski begitu gerakan tanganku terlihat terlalu lambat bagiku, dan benda itu ada di bagian teratas dari item list baru kudapat: <Ragout Rabbit’s meat>. Itu adalah rare item yang bisa dijual ke player lain dengan harga minimal seratus ribu Coll. Uang sebanyak itu cukup untuk membuat satu full set dari armor terbaik dan masih ada sisa kembaliannya.

Alasan kenapa benda ini sangat mahal simpel saja, karena benda ini adalah bahan makanan yang paling enak dibandingkan bahan makanan lainnya di game ini.

Makan adalah satu-satunya kenikmatan di SAO, tapi makanan yang ada biasanya hanyalah sup dan roti yang rasanya seperti berasal dari negara eropa—yah aku juga tidak begitu tahu; tapi kenyataannya rasanya biasa saja. Beberapa player yang melatih skill memasak mereka juga berpikir seperti itu dan tidak puas hanya dengan makanan itu. Tapi melatih skill memasak bukanlah hal yang mudah, jadi banyak player yang tidak bisa melakukannya.

Tentu saja aku tidak berbeda. Aku tidak begitu membenci sup dan roti gandum yang sering kubeli dari restoran NPC. Tapi sekali-sekali aku juga ingin makan daging.

Selama beberapa waktu aku melihat kearah nama item itu dan berpikir apa yang harus kulakukan. Kemungkinan ku mendapat bahan seperti ini lagi sangat rendah. Sejujurnya, aku sangat ingin memakannya. Tapi semakin tinggi peringkat bahannya, semakin tinggi pula skill yang dibutuhkan untuk memasaknya. Jadi aku harus menemukan orang yang sudah menguasai skill memasak sepenuhnya untuk memasakannya untukku.

Tapi aku tidak tahu satupun. Yah, aku tahu beberapa, tapi mencari merekalah yang membuat repot. Selain itu, sudah waktunya aku membeli satu set equipment baru. Jadi, aku memutuskan untuk menjualnya.

Aku menutup window nya untuk menyingkirkan semua rasa menyesal, dan menscan area di sekitar dengan skill ku. Kemungkinan bandit muncul di garis depan sangat tipis, tapi kau tidak akan pernah terlalu berhati-hati ketika kau mempunyai sebuah benda S-class.

Aku bisa membeli berapapun teleport item yang kubutuhkan setelah aku menjualnya, jadi aku memilih untuk mengurangi resiko dan mulai merogoh saku-ku.

Benda yang kuambil adalah sebuah kristal yang berbentuk seperti pilar bersisi delapan yang berwarna biru terang. Sedikit dari magic item di dunia dimana <Magic> tidak ada, semuanya berbentuk seperti permata. Biru adalah untuk instant teleportation, pink untuk menyembuhkan HP, hijau untuk penawar racun, dan lain-lain. Mereka semua adalah item praktis yang menciptakan efek secara instant, tapi mereka juga mahal. Jadi orang-orang lebih sering menggunakan item yang lebih murah seperti potion yang memiliki efek lambat setelah kabur dari pertarungan.

Berpikir kalau ini adalah, tidak salah lagi, sebuah situasi darurat, Aku memegang kristal biru itu dan berteriak.

“Teleport! Algade!”

Ada suara banyak bel bergema dan kristal di tanganku pecah menjadi kepingan kecil. Pada saat yang sama, tubuhku diselimuti oleh cahaya biru dan hutannya menghilang dari pandanganku seperti meleleh. Sebuah cahaya yang lebih terang bersinar, dan setelah itu menghilang, teleportasinya selesai. Dari suara daun-daun bergesekan berganti menjadi suara palu para smith dan suara keras dari kota memasuki suaraku.

Tempatku muncul adalah <Teleport Gate> yang berada di tengah Algade.

Dibagian tengah dari plaza yang melingkar, sebuah gerbang yang terbuat dari logam berdiri setinggi lima meter lebih. Didalamnya, udara berputar-putar seperti sebuah pusaran dan orang-orang yang teleport keluar masuk.

Empat jalan utama membentang di keempat arah dari plaza, dan disisi dari semua jalan itu, banyak toko-toko kecil yang berdiri. Player-player yang pulang setelah seharian menjelajah berbincang-bincang di depan toko makanan atau minuman.

Jika seseorang mencoba mendeskripsikan Algade kedalam satu kata, itu pasti adalah <berantakan>.

Tidak ada jalan besar seperti yang ada di Starting City dan banyak jalan gang yang bersilangan di seluruh kota. Ada toko-toko yang kau mungkin tidak tahu apa yang dijualnya, dan penginapan yang terlihat seperti kalau kau tidak akan pernah bisa keluar jika kau masuk kedalam.

Sebenarnya, ada banyak player yang secara tidak sengaja memasuki salah satu gang di Algate dan tersesat selama beberapa hari sebelum bisa keluar. Aku sudah tinggal disini hampir setahun sekarang, tapi aku masih tidak hapal setengah dari jalan disini. Bahkan NPC disini adalah orang-orang aneh yang pekerjaannya susah untuk ditebak, dan itu membuatmu berpikir kalau orang yang menjadikan tempat ini sebagai tempat tinggal sekarang ini adalah orang-orang aneh juga.

Tapi aku menyukai jalan-jalan disini. Aku tidak bohong saat aku pernah bilang satu-satunya waktu aku merasa tenang adalah ketika aku meminum teh berbau aneh di sebuah toko di pojokan yang biasa kukunjungi. Alasan dibaliknya adalah karena aku tempat itu terasa sedikit mirip dengan toko elektronik yang sering kukunjungi di dunia nyata—yah tidak terlalu juga sih, atau kuharap tidak.

Berpikir untuk menjual itemnya sebelum kembali kerumah, aku berjalan ke sebuah toko. Jika aku berjalan mengikuti jalur menuju ke barat dari central plaza, aku akan sampai ke toko itu setelah melewati sedikit keramaian. Didalamnya, sangat sempit hingga meski hanya ada 5 player saja terasa sempit disini, dan ada banyak papan toko seperti: Peralatan, Senjata, dan bahkan bahan makanan yang bertumpuk disini.

Si pemilik toko sedang sibuk melakukan tawar menawar.

Ada 2 cara untuk menjual item. Yang pertama adalah dengan menjualnya ke NPC, atau character yang di gerakkan oleh system. Cara ini tidak mempunyai resiko ditipu tetapi harganya selalu sama. Untuk mengurangi peredaran uang berlebih, harganya dibuat lebih rendah dibanding dengan harga pasaran.

Yang kedua adalah dengan melakukan trade dengan player lain. Dengan cara ini, kau bisa menjual itemnya dengan harga tinggi jika kau menawar dengan baik, tapi kau harus menemukan seseorang untuk menemukannya, dan perselisihan antara player setelah trade selesai sudah biasa terjadi.

Karena itu, player merchant yang ahli dalam berdagang item muncul.

Player merchant tidak bisa hidup hanya dengan berdagang saja. Seperti pemain dengan class technician, mereka harus mengisi sebagian dari skill slot mereka dengan skill yang tidak berhubungan dengan pertarungan. Tapi itu tidak berarti mereka tidak perlu ke field. Merchant harus bertarung untuk barang dagangan, sedangkan technician untuk bahan baku pembuatan barang, dan, tentu saja mereka mengalami kesulitan yang lebih besar di bandingkan dengan petarung. Sulit bagi mereka untuk merasa senang megalahkan musuh mereka.

Karena itu, mereka yang memilih class tersebut adalah orang-orang hebat yang memebantu para player bertarung di garis depan setiap hari. Jadi diam-diam aku sangat menghormati mereka.

…yah, Aku memang menghormati mereka, tapi orang di depanku ini adalah seseorang yang tidak bisa disebut baik.

“Oke, setuju! 25 <Dust Lizard’s hide> untuk lima ratus Coll!”

Pemilik toko yang sering ku datangi ini, Agil, menepuk pundak orang yang sedang tawar-menawar dengannya, seorang spearman yang terlihat lemah, dengan tangannya yang besar itu. Kemudian dia dengan cepat membuka trade window dan memasukan jumlah uang di dalam trade list nya.

Lawan transaksinya terlihat sedang berpikir, tapi ketika dia melihat wajah Agil, yang terlihat seperti petarung kuat yang menakutkan—dan nyatanya, Agil adalah salah satu warrior pengguna axe yang paling hebat dan seorang merchant yang handal—spearman yang terlihat lemah itu buru-buru menaruh item nya di trade list dan menekan OK.

“Terima kasih banyak! Silahkan datang kembali lain waktu!”

Agil menepuk pundak spearman itu sekali lagi dan tersenyum lebar. Dust Lizard's hide bisa digunakan untuk membuat armor yang cukup bagus. Kupikir lima ratus Coll terlalu murah dilihat dari manapun. Tapi aku tetap diam dan melihat spearman itu pergi. Ambil ini sebagai pelajaran untuk tidak memperlihatkan kelemahan ketika sedang tawar menawar, Aku berpikir seperti itu didalam kepalaku.

“Hey, kau melakukan bisnis seperti itu tanpa malu seperti biasanya.”

Orang tinggi yang botak itu melihat kearahku dan tersenyum ketika aku berbicara begitu dibelakangnya.

“Hey, Kirito. Moto toko ku adalah untuk beli murah dan jual murah,” dia berkata tanpa menunjukan sedikitpun rasa menyesal.

“Yah, aku sedikit curiga dengan ’jual murah’nya tapi itu tidak penting. Aku ingin menjual sesuatu juga.”

“Kau itu pelanggan, jadi aku tidak bisa menipumu. Yah, coba lihat…”

Sambil mengatakan itu, Agil menjulurkan lehernya yang tebal dan pendek dan melihat ke trade window yang kutunjukan.

Avatar di SAO adalah replika dari tubuh asli player yang dibuat dengan melakukan scan and pengukuran. Tapi setiap kali aku melihat Agil, Aku selalu bertanya pada diriku sendiri bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki tubuh yang cocok sekali dengan dirinya.

Tubuh setinggi 180 cm itu seluruhnya dilapisi dengan otot dan lemak, dan dengan kepalanya itu dia terlihat seperti seorang pegulat pro. Ditambah lagi, dia mensetting gaya rambutnya, salah satu dari sedikit hal yang bisa dibuat sendiri, menjadi botak. Setidaknya efeknya sama menakutkan dengan monster barbarian.

Meski begitu, dia memiliki wajah menarik yang terlihat seperti anak kecil ketika dia terseyum. Kelihatannya dia berumur dua puluhan lebih, tapi aku tidak bisa menebak apa yang dia kerjakan didunia nyata. Salah satu peraturan tidak tertulis di dunia ini adalah untuk tidak menanyakan orang lain tentang <Dirinya di dunia nyata>.

Kedua mata yang berada dibawah alis tebalnya membesar ketika dia melihat kearah trade window.

“Wow, itu kan S-rank rare item. <Ragout Rabbit’s meat>, ini pertama kalinya aku melihatnya… Kirito kau tidak semiskin itu kan? Apakah kau tidak berpikir sedikitpun untuk memakannya?”

“Tentu saja aku berpikir begitu. Sulit sekali menemukan benda seperti ini untuk kedua kalinya… Tapi agak susah untuk menemukan orang yag bisa memasak bahan seperti ini…”

Lalu dari belakang seseorang menepuk bahu ku. “Kirito.”

Itu adalah suara perempuan. Tidak begitu banyak player perempuan yang tahu namaku. Yah sebenarnya, dalam situasi seperti ini hanya ada satu orang. Aku menggenggam tangan yang berada di bahu kiriku dan berkata.

“Juru masak ketemu.”

“A-Apa?”

Dengan tangannya di bahuku, orang itu bertanya dengan ekspresi curiga di wajahnya.

Di wajah kecilnya, yang dikelilingi dengan rambut lurus panjang yang berwarna seperti kastanye terdapat dua mata yang berwarna kecoklatan yang bersinar-sinar. Tubuh langsingnya yang ditutupi dengan sebuah combat uniform yang berwarna merah dan putih, dan ada sebuah rapier yang berwarna perak di dalah sarung pedangnya.

Namanya adalah Asuna. Dia sangat terkenal hingga hampir semua orang di SAO mengenalnya.

Ada banyak alasan kenapa dia terkenal, tapi salah satunya adalah karena dia adalah salah satu dari sedikit player perempuan, dan dia adalah pemilik dari wajah yang tidak kekurangan apapun, alias dia sangat cantik.

Sulit untuk mengatakannya di dunia ini, dimana semua orang mempunyai tubuh asli mereka, tapi perempuan yang cantik adalah hal sangat langka. Kau mungkin bisa menghitung dengan jari jumlah player yang memiliki wajah secantik Asuna.

Alasan lainnya adalah karena dia merupakan anggota guild <Knights of the Blood>. Anggota-anggotanya disebut KoB dengan menggunakan inisial dari <Knights of the Blood>, dan, semua guild, mengakui kalau mereka adalah guild terkuat.

Guild itu tidak terlalu besar dan hanya terdiri dari tiga puluh player, tapi mereka semua berlevel tinggi dan petarung berpengalaman, dengan ketua guildnya yang merupakan player terkuat dan hampir menjadi legenda di dalam SAO. Selain itu, dibandingkan penampilannya yang lemah, Asuna adalah seorang wakil ketua. Kemampuan berpedangnya sangat hebat hingga mendapat gelar <Flash>.

Jadi penampilan dan kemampuan berpedangnya berada di puncak diantara 6 ribu player lainnya. Justru aneh kalau dia tidak menjadi terkenal. Dia mempunyai banyak fans, tapi diantara mereka ada beberapa penguntit yang memuja-muja dia, dan ada juga orang yang membencinya, jadi sepertinya dia mengalami masa-masa yang sulit.

Yah, karena dia adalah seorang petarung tingkat tinggi, seharusnya tidak ada begitu banyak orang yang akan menantangnya secara langsung. Tapi guildnya sepertinya mau menunjukkan kalau mereka akan melindunginya, dia sering diikuti oleh dua orang pengawal atau lebih. Bahkan sekarang ada dua orang pria beberapa langkah di belakangnya yang menggunakan equipment dengan equipment armor logam dan seragam KoB. Salah satu diantara mereka, yang berambut ekor kuda, memelototi ku yang sedang memegang tangan Asuna.

Aku melepaskan tangan asuna dan berkata.

“Ada apa, Asuna? Tumben kau datang ke tempat yang penuh sampah seperti ini.”

Wajah dari pria berambut ekor kuda dan si pemilik toko mengerut kesal; yang satu karena aku tidak memanggil Asuna dengan gelarnya dan yang satunya karena aku menyebut tokonya penuh dengan sampah. Tapi si pemilik toko...

“Lama tidak bertemu, Agil-san.”

...tersenyum gembira setelah mendengar sapaan dari Asuna.

Asuna melihat kembali kearahku dan mengecilkan bibirnya sambil terlihat tidak puas.

“Apa-apaan sih? Susah payah aku mencarimu kesini untuk melihat apakah kau masih hidup untuk melawan boss yang akan segera ditemukan.”

“Kau sudah mendaftarkanku sebagai teman jadi kau bisa tahu hanya dengan melihatnya. Lagipula alasan kau bisa menemukanku kan karena kau menggunakan friend trace di peta mu.”

Asuna memalingkan kepalanya kesamping setelah mendengar jawabanku.

Selain sebagai wakil ketua, dia juga berada di garis depan untuk menyelesaikan game. Pekerjaan itu termasuk mencari solo player yang menyendiri sepertiku dan membentuk sebuah party untuk melawan boss. Tapi meski begitu, dia benar-benar mendatangiku, seberapa tekunnya seseorang seharusnya masih ada batasnya.

Melihat ekspresiku yang setengah lelah dan setengah heran, Asuna menaruh tangannya di pinggangnya sebelum berbicara dengan gaya seperti menaikkan dagunya.

“Yah, kau masih hidup dan itulah yang penting. Se-Selain itu, apa yang kau maksud? Kau bilang sesuatu tentang juru masak atau sejenisnya.”

“Oh, benar, benar. Berapa tinggi teknik memasakmu sekarang?”

Yang kutahu, Asuna memang rajin menaikan skill memasaknya ketika dia punya waktu senggang diantara latihan skill pedangnya. Dia menjawab pertanyaan ku dengan sebuah senyum bangga.

“Dengar dan terkejutlah! Aku sudah <Mastered> skill itu minggu lalu.”

“Apa!?”

Dia itu…bodoh.

Aku berpikir seperti itu. Tentu saja aku tidak mengatakannya keras-keras.

Melatih skill itu sangat-sangat membosankan dan menghabiskan waktu, dan hanya bisa <Mastered> setelah menaikkan level mereka sebanyak 1000 kali. Sebagai catatan, level tidak ada hubungannya dengan skill dan naik setelah mendapat cukup experience point. Hal-hal yang naik bersama dengan level adalah HP, strength, status seperti dexterity, dan jumlah dari <Skill Slots> yang menentukan berapa banyak skill yang bisa kau kuasai.

Sekarang ini aku punya 12 slot, tapi yang sudah kusempurnakan hanyalah skill one-handed straight sword, Scan for Enemy, dan Weapon Guard. Itu berarti perempuan ini telah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk skill yang tidak akan membantu didalam pertarungan.

“…yah, ada sesuatu yang aku ingin minta tolong untuk kau lakukan dengan skill itu.”

Aku membuat windowku menjadi terlihat untuk semua orang supaya dia bisa melihatnya. Asuna melihatnya dengan curiga, dan kemudian matanya terbuka lebar saat dia melihat nama item itu.

“Uwa!! Itu…itu kan bahan makanan rangking S!?”

“Jika kau memasakkannya, Aku akan memberimu satu gigitan.”

Bahkan sebelum aku berhenti berbicara, tangan kanan dari Asuna si <Flash> menggenggam kerah leherku. Lalu dia mendekatkan wajahnya hingga hanya tersisa beberapa cm jarak wajahnya dari mukaku.

“Berikan. Aku. Setengah!!”

Sword Art Online Vol 01 - 092.jpg

Detak jantungku berhenti seketika karena kaget dan aku mengangguk tanpa berpikir. Ketika aku sadar itu sudah terlambat, dan dia melambaikan tangannya kegirangan. Yah, anggap saja aku beruntung karena aku bisa melihat wajah cantik itu dari dekat. Begitulah aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku menutup window nya dan berbicara sambil melihat kearah wajah Agil.

“Maaf. Tradenya batal.”

“Tidak. Itu tidak apa-apa…hey, kita teman kan? Eh? Bisakah kau membiarkanku mencobanya juga…?”

“Aku akan memberikanmu esai delapan ratus kata tentangnya.”

“Ja-jangan begitu!”

Ketika aku dengan dinginnya memalingkan wajahku darinya, dia memanggilku dengan suara yang terdengar seperti kalau dunia akan berakhir. Ketika aku akan berjalan pergi, Asuna menarik lengan baju jaketku.

“Masaknya gampang saja, tapi dimana kita akan melakukannya?”

“Ah…”

Jika kau ingin memasak, maka kau memerlukan beberapa alat memasak seperti kompor dan oven, begitu juga dengan bahan makanannya. Bukannya di rumahku tidak ada alat-alat seperti itu, tapi aku tidak bisa mengundang wakil ketua KoB ke tempat yang berantakan seperti itu.

Asuna melihat kearahku dengan wajah tidak percaya.

“Yah, rumahmu pasti tidak mempunyai alat yang dibutuhkan. Tapi aku bisa memasakannya dirumahku sekali ini saja.”

Dia berkata sesuatu yang mengejutkanku dengan suara yang tenang.

Asuna mengabaikanku yang berdiri kaku disana seperti aku sedang lag ketika otakku memproses apa yang dikatakannya, dan berbalik menghadap ke pengawalnya lalu berbicara.

“Aku akan teleport ke <Salemburg>, jadi kalian boleh pergi. Terima kasih atas kerja keras kalian.”

“A-Asuna-sama! Datang ke perkampungan kumuh saja sudah cukup buruk, tapi kau juga mengundang seseorang yang mencurigakan seperti dia kerumahmu. A-apa yang kau pikirkan!?”

Aku tidak percaya apa yang baru saja kudengar. Dia bilang <Sama>. Dia pasti salah satu orang yang memuja-muja Asuna. Ketika aku melihat Asuna dengan pikiran seperti itu, orang yang baru saja dibicarakan terlihat jengkel.

“OK, kau mungkin bisa menyebutnya mencurigakan, tapi kemampuannya tidak bisa dipertanyakan. Dia mungkin sekarang sepuluh level diatasmu Kuradeel.”

“A-Apa yang kau katakan Asuna-sama? apa kau mau mengatakan kalau aku tidak setara dengan orang sepertinya…!”

Suara pria itu terdengar hingga keluar gang. Dia memelototiku dengan matanya yang sipit. Lalu wajahnya memucat seperti dia telah menyadari sesuatu.

“Benar…kau, kau pasti seorang <Beater>!”

Beater adalah kata gabungan dari <Beta tester> dan <Cheater>. Itu adalah kata yang ditujukan untuk orang yang menggunakan cara yang tidak adil dan juga kata untuk mengutuk atau mengejek yang ada di SAO. Itu adalah kata yang sering kudengar. Tapi berapa kalipun mendengarnya, kata itu masih saja menyakiti hatiku. Wajah dari orang yang pertama kali mengatakannya padaku, orang yang dulu adalah temanku, tiba-tiba muncul di dalam kepalaku.

“Ya. Kau benar.”

Ketika aku mengakuinya dengan wajah tanpa ekspresi, pria itu mulai berbicara tanpa henti.

“Asuna-sama, orang-orang seperti itu tidak peduli apapun selama mereka baik-baik saja! Tidak ada untungnya berteman dengan orang-orang seperti itu!”

Asuna, yang dari tadi tenang, tiba-tiba mengernyitkan alis matanya karena jengkel. Tiba-tiba muncul kerumunan dan kata-kata seperti <KoB> dan <Asuna> dapat terdengar disana-sini.

Asuna melihat sekeliling dan mengatakan kepada pria yang terus menerus berbicara tadi.

“Pergilah kau dari sini sekarang juga. Itu perintah.”

Dia berkata dengan kasar dan menarik ikat pinggangku dengan tangan kirinya. lalu dia mulai berjalan menuju ke gerbang plaza sambil menarikku.

“Err…hey! Apakah boleh meninggalkan mereka seperti itu?”

“Tidak apa-apa!”

Yah, aku tidak punya alasan untuk komplain. Kami keluar dari kerumunan meninggalkan dua pengawal tadi dan Agil yang masih kecewa. Ketika aku mengintip kebelakang, ekspresi jengkel pria yang bernama Kuradeel menyangkut di pandanganku seperti terfoto.