Sword Art Online Bahasa Indonesia:There is but one ultimate way

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Peringatan Spoiler Cerita sampingan ini terjadi setelah arc Alicization selesai.

Hanya Ada Satu Jalan Terakhir[edit]

Sword Art Online: Gaiden X2 Mei 2010


Peringatan

Edisi cerita pendek ini mengandung banyak informasi yang belum dipublikasikan di Dengeki Bunko [Sword Art Online]. Hati-hati terhadap spoiler.

Kejadian hari ini selesai pada dini hari antara pukul 2 dan 5 (tertawa). Isinya...seperti biasa, Kirito-shi dan seperti biasa, Asuna-san dan seperti biasa, Lyfa-san dan seperti biasa Lisbeth-san dan seperti biasa Silica-san dan seperti biasa Sinon-san dan seperti biasa Yui-san dan seperti biasa Alice-san. Yah, Alice tidak biasa sih......

Dalam karya SAO ini, heroine-nya terus bertambah sebagaimana ceritanya berjalan, tapi struktur cerita SAO tidak bisa membiarkan sang protagonis Kirito-shi untuk menjawab dengan jelas, kalau saya mencoba mencari kesimpulan dari situasi ini, hanya bisa dalam bentuk semacam ini. Itulah yang saya pikirkan saat menulis cerita pendek ini.

Kali ini juga, saat saya membaca ulang naskah...... saya merasa naskahnya jelek dari berbagai sisi. Tapi, yah, saya tak bisa berhenti berpikir kalau itulah, sedikit banyak, makna dari seri SAO (tertawa).

『Arc Alicization』versi web memperkenalkan «Akselerasi Waktu Subjektif», dan gagasan itu nantinya digunakan di seri『Accelerated World』. Sang protagonis Haruyuki-kun juga dikelilingi oleh sejumlah cewek, namun Kirito-shi punya kepribadian yang berbeda, dalam situasi yang berbeda, dan mengambil kesimpulan yang berbeda. Saya berharap untuk bisa terus melanjutkan seri ini di masa depan.

SAO X2.JPG



Ketika aku bangun dari kasur, sinar lembut matahari masuk melalui tirai berenda putih di jendela. Ini sendiri hanyalah kejadian biasa tanpa masalah atau perubahan drastis. Baru saja aku siap melanjutkan tidurku yang nyenyak, kedua mataku yang hampir tertutup mendadak terbuka lebar. ―――― Tunggu ... Tunggu sebentar!

Ini... ini... ini terlalu aneh.

Pertama-tama, kasur ini luar biasa besar dan lembut.

Aku ―― Kirigaya Kazuto harusnya hanya menggunakan single bed[1] berisi busa di kamarku.

Tapi sekarang, punggungku terasa seperti dilapisi oleh bulu lembut bermutu terbaik. Bahkan saat kugerakkan, tangan kiriku tak menyentuh dinding yang harusnya ada. Yang menutupiku bukanlah selimut halusku yang biasa, melainkan selimut sutra yang sangat lembut.

Dan juga, entah mengapa langit-langitnya amat tinggi, dan aku tidak tahu apakah dekorasinya bergaya barat atau bergaya Jepang. Ditambah lagi, kandil[2] klasik yang indah tergantung di sana alih-alih lampu LED.

Akhirnya, masuk dari celah-celah di jendela yang tertutup tirai tebal di sisi lain ruangan ―― Tirainya amat besar, mungkin itu jendela ganda ―― adalah cahaya matahari musim dingin dari sudut rendah.

Bukannya sekarang pertengahan musim panas?

Di akhir Agustus, liburan musim panas akan berakhir beberapa hari lagi, jadi aku dipenuhi rasa gelisah dan putus asa, menyerah, ketika aku menghadapi fakta: baru kemarin pagi, aku harus menahan dibakar oleh terik matahari, aku ingat memaksa diri untuk beranjak dari kasur dalam kondisi itu.

Tetapi, saat ini, aku berada di kamar mewah tak dikenal, yang dinginnya bukan main, mungkin jika aku tak dilapisi dengan baik oleh selimut, aku akan sangat kedinginan. Bagaimanapun aku melihatnya, ini musim dingin, pagi musim dingin... kenapa bisa begini...

Ketika itu, aku akhirnya ingat.

Kemarin pagi, aku bangun di tengah panas, gosok gigi dengan mata setengah terbuka dan ganti baju. Selagi aku mempertimbangkan untuk mengerjakan PR musim panas, dan berjalan ke meja dengan enggan, aku ditelpon oleh orang yang bertanggung jawab atas departemen pengembangan RATH ―― Higa, yang mengeluarkan pernyataan resmi. Ada beberapa masalah dalam blokade di UW, dan dia ingin bantuanku untuk memecahkannya. Jadi, di hari yang teramat panas itu, protes keluar dari mulutku. Namun hatiku masih cukup bersemangat, melihat aku langsung bersepeda ke cabang RATH di Roppongi, menjalankan instruksi di layar dan masuk ke STL. Bahkan tanpa peduli untuk tahu situasinya, aku Dive in ―― dan bangun di kamar ini.

Dengan kata lain, ruangan ini mungkin berada dalam bangunan di Di antara Bintang «Cardina», ibu kota Centoria di UW. Walau aku sudah lama menggunakan STL, aku masih sedikit takut pada efek dari fungsi akselerasi waktu karena ingatanku sebelum Dive akan sedikit kabur. Kalau aku ingin lupa, kenapa gak lupa lebih banyak lagi sih... misalnya fakta bahwa di dunia nyata, ada tiga hari lagi sebelum liburan musim panas berakhir...

...Sambil terus memikirkan hal sejenis itu, aku memutuskan untuk bangun sebelum berkata apa-apa, lalu meregangkan badanku lebar-lebar.

Kemudian, begitu tangan dan jariku bergerak, aku menyentuh objek yang lembut dan hangat, membuatku kaget sedikit.

Pelan-pelan aku menoleh ke kanan.

Di sana, dengan pipi kirinya terkubur di bantal yang besar, ekspresi wajah yang damai, dan mengeluarkan suara tidur yang lembut, terbaring seorang gadis berambut kastanye. Wajahnya mungkin lebih banyak berada di dalam ingatanku dibanding wajahku sendiri, dialah Asuna, Yuuki Asuna.

Kenapa bisa begini?

Setelah ditelpon Higa, harusnya hanya aku yang Dive in. Bahkan kalaupun setelah itu mereka menemukan masalah, lalu Asuna juga ikut Dive in, kenapa kita tidur di kasur yang sama?

Tapi sebelum masuk ke sana, ada yang harus kupastikan dulu.

Perlahan-lahan aku berbalik dengan lembut, kali ini ke sebelah kiri.

Tiba-tiba, sebuah cahaya emas berkilauan menusuk mataku.

Meski cahaya mentari di musim dingin itu lemah, ia masih merefleksikan kilau rambut emas yang mulia itu dengan cemerlang. Memiliki bulu mata berwarna sama dan kulit putih yang terang, gadis itu terbaring dalam postur yang persis sama dengan Asuna di sebelah kanan ―― Alice, sang Integrity Knight - Alice Synthesis Fifty.

Situasi ini di luar pemahamanku. Akan tetapi, ini masih merupakan awal dari kejutan yang dikirim langit.

Di sisi lain Alice, ada sosok satu orang lagi.

Kubuka mata dan mulutku, lalu perlahan menggerakkan penglihatanku ke atas.

Di situ, yang tertidur dan melekuk seperti kucing, adalah seorang gadis berambut air yang pendek, sang sniper es, Sinon, Asada Shino.

Kalau begini ceritanya, mungkin... mu-ng-kin――

Aku berbalik ke kanan untuk menghadap ke arah Asuna.

Di bawah selimut sutra, dengan wajah menghadap atas, dalam postur tidur yang lurus adalah si gadis yang rambut kuning-kehijauannya diikat ekor kuda, sang Swordsman Hijau, Lyfa... adik perempuanku, enggak, lebih tepatnya sepupu perempuanku, Kirigaya Suguha.

.........Kasurnya sebesar apa sih?! Adalah yang kutanya pada diriku sendiri dalam hati.

Walau ada lima orang tidur di atasnya, kasur ini masih punya tempat kosong, jadi aku tak akan kaget bila kasur ini kurang lebih 8 tatami (atau sekitar 13 meter persegi). Mengganti sprei kasur sebesar ini pasti sangat merepotkan.

Pada saat ini, ada sesuatu yang menekan kaki kananku.

Berdasarkan sudut penglihatanku, pelakunya bukan Asuna ―― sambil memaksa kepalaku untuk berhenti berpikir, menggeser kecepatan berpikirku ke gigi yang lebih rendah, aku mengangkat kepala lagi untuk melihat kakiku.

Menggunakan kakiku sebagai bantal, dengan rambut merah muda menutupi wajahnya yang berbintik-bintik, gadis itu adalah sang master blacksmith ―― Lisbeth, Shinozaki Rika.

Dan di sampingnya, dengan rambut berwarna teh jatuh ke kedua sisi, seorang gadis lembut tertidur dengan seekor naga berbulu menempel di dadanya, sang beast tamer ―― Silica, Ayano Keiko.

Kasurnya bukan 8 tatami lagi, 10 tatami mungkin. Keluarga kerajaan Arab mungkin satu-satunya orang yang menggunakan kasur sejenis ini di dunia nyata.

Meski berada di dunia virtual seperti UW, mereka yang punya kekuasaan adiministratif sekalipun tidak mampu untuk membuat item sesukanya, jadi kasur ini masih memerlukan pemotong kayu untuk memotong kayunya, lalu disusun oleh tukang kayu, dan akhirnya didirikan oleh pabrikan sebelum bisa disebut sebagai kasur. Ini tentunya pekerjaan yang sangat amat merepotkan.... berapa harga kasur ini?

Selagi aku berpikir macam-macam dan lari dari kenyataan, kali ini, ditutupi oleh selimut diantara aku dan Asuna, di tempat sebesar satu meter itu, ada sesuatu yang bergerak perlahan.

Sesuatu itu pelan-pelan mendaki ke dadaku mulai dari perut, lalu dari ujung selimut muncullah suatu kepala.

Umurnya 8 tahun, gadis kecil dengan rambut lurus yang indah, matanya masih mengantuk, mendekat untuk melihat wajahku, lalu berkedip, tersenyum dan berkata,

"Selamat pagi, Papa!"

"En... Selamat pagi, Yui."


Kalau kasurnya 10 tatami, maka kamar ini pasti lebih dari 30 tatami.

Sejam setelah aku bangun, aku, Asuna, Yui, Alice, Sinon, Lisbeth, Lyfa, Silica and Pina, totalnya delapan orang tambah satu, duduk melingkar bersama di meja di bagian selatan kamar.

Sekarang, para gadis tinggal di dapur untuk menyiapkan teh dan air Siral. Selagi meminum minuman jeruk yang rasanya akrab, aku bertanya keras-keras,

"Hei, kita dimana?"

Alice yang menjawab,

"Berdasarkan pemandangan di luar jendela, kita harusnya ada di pinggiran utara Centoria, di bekas wilayah pribadi «Bangsawan» di daerah ini."

Seusai bicara dalam nada tegasnya yang tak pernah berubah, ia menarik rambut emasnya ke satu sisi, sambil mendekatkan cangkir tehnya ke bibir.

"Er... em... aku belum pernah datang ke sini, terlebih lagi, kita diam-diam melewati perbatasan ke tempat ini, kita bisa dipenjara..."

Setelah aku bicara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar dan berucap, "Whoa, kejam banget, Onii-chan bisa hidup beberapa tahun di tempat yang aman."

"Ahaha, memang begitu, tapi menantang peraturan dan membuat GM marah adalah keahlian khusus yang dibanggakan Kirito."

Semuanya tertawa mendengar komentar Asuna.

Meski agak telat untuk mengatakan ini setelah semuanya bangun di kasur yang sama, ketujuh cewek itu semuanya mengenakan piyama putih yang desainnya sama, jadi situasi sekarang ini penuh dengan rasa imoral. Walau tekstur pakaiannya tampak sangat tipis, karena ada pemanas yang kuat, kamar ini terasa hangat. Bahkan aku pun hanya mengenakan piyama katun hitamku yang biasa.

Bila aku tidak di meja, situasi ini akan terlihat bagai lukisan impresionis yang indah.

Meskipun begitu, aku tak bisa mengatakan "Sekarang semuanya terserah kalian" dan lalu kabur melalui jendela.

Tidak... barangkali situasi ini terjadi dengan paksa... Walau aku takut akan firasatku sendiri, tapi ada sesuatu yang harus dikonfirmasi dengan jelas. Kuhabiskan air Siral yang sekarang sudah suam dalam sekali teguk, lalu meletakkan cangkirnya di meja. Perhatian semuanya tertuju padaku. Setelah berdeham, akhirnya kuucapkan pertanyaan ini,

"....Ini... situasi ini sungguhan...? Aku sama sekali gak tahu semuanya Dive in bersama ke sini..."

Tiba-tiba, para gadis mulai bertukar pandangan, jadilah aku mengerti.

Mereka sudah selesai berdiskusi, dan tahu mengapa ini terjadi.

Dalam hati, rasa takut dari firasat tadi makin memburuk.

Ahem, Lisbeth berdeham, dan berkata,

"Kalau begitu... aku akan menjelaskan semuanya."

"M-Maaf merepotkan."

"Ini semua dimulai karena.... liburan musim panas akan berakhir."

"Aha?"

Terkejut, kubuka mata dan berpikir ―― Memang, buat seorang pelajar, liburan musim panas ini sangat mempesona.

Tiga hari lagi sebelum berakhir.

Tidak perlu lagi menyebut masalahnya, bukan, tragedinya, sebab semuanya sudah tahu.

Aku benar-benar setuju dengan kata-kata itu, tapi apa hubungannya dengan situasi kita sekarang ini?

"...Ah, begitu... karena liburan musim panas hampir selesai, jadi kita harus melakukan aktivitas terakhir kita bersama-sama, makanya kita bareng-bareng mengunjungi UW?"

Kumiringkan kepalaku, berspekulasi dalam hati.

"Ini ide yang bagus, tapi bukannya kalian bisa bilang langsung saja padaku dari awal?"

Para gadis menggelengkan kepala mereka bersamaan, kemudian Lisbeth membuka mulut dan berujar,

"Tentang itu, masalahnya gak segampang yang kamu kira, aku dan Asuna sudah kelas tiga, ini mungkin liburan musim panas terakhir kami!"

Memang, dari semua yang ada disini, yang paling tua adalah Alice yang berumur 20 tahun, diikuti oleh Asuna dan Liz yang berumur 18 tahun. Aku dan Sinon 17, Silica dan Lyfa 16, dan yang paling muda tentu Yui. Kalau kuhitung waktu yang kujalani di UW, mungkin aku kurang lebih seumuran Alice. Tapi di dunia nyata aku hanyalah anak SMA kelas dua.

Liz mengarahkan jarinya padaku, lalu melanjutkan ucapannya.

"Liburan musim panas kelas tiga kami hampir selesai, artinya... emm... Satu babak dalam hidup kami akan segera berakhir! Kalau memakai istilah MMO, ini artinya kami di ronde kedua, yang berarti kita harus memulai masa latihan yang panjang dan berat."

――Mahasiswa atau anggota masyarakat mungkin punya hak untuk ngomongin ini ―― adalah yang tadinya ingin kuucapkan, tapi sekarang aku bisa mengerti apa masalahnya.

"Oh, oh... mungkin."

Melihatku mengangguk, Liz menatapku dengan paksa, dan berkata dengan tenang,

"Kamu akan ngerti gimana rasanya di liburan musim panas tahun depan."

Pendeknya, kulihat kalendar, sambil membatin "Setelah liburan musim panas selesai ada ujian."

Mendadak ada yang melintas di pikiranku.

Sesudah itu Liz memerah tanpa alasan yang jelas, dan menundukkan kepala. Melihat situasi ini, dengan nadanya yang dingin, Sinon menyambung penjelasan,

"Walau aku masih kelas dua, aku mengerti perasaan Liz dan Asuna, bagaimanapun, aku ingin bekerja nantinya. Meski... meski memperhitungkan dunia nyata, kita harus mulai melihat kenyataan. Aku gak bilang aku benci atau gak mau tumbuh dewasa, tapi kalau begini terus, akan ada masalah lain yang muncul."

"M-Masalah?"

"Iya, masalah, «Alliance» kita mau diapain?"

"Ah? Alliance?"

Mendengar kata asing ini, sekali lagi pikiranku tersesat.

Apa itu asosiasi ALO? Tapi aku gak pernah dengar...

Diam-diam melirikku saat aku sedang berpikir, Sinon berucap,

"Singkatannya ―― KKA, nama resminya adalah Kirito Kataomoi Alliance."[3]

"..........................................................."

――Dalam situasi semacam ini, mampu merespon dengan baik adalah keahlian yang tak pernah kulatih, jadi aku hanya bisa berdiri membeku di sana, tapi kalau dipikir lagi, mungkin ini salah satu dari sedikit solusi yang ada...

Di sisi lain, buat Sinon mengatakan hal ini... Aku perlu bilang aku tidak terkejut dengan Sinon. Dengan tekad seteguh ini, tidak mengejutkan bagi dia untuk menjadi sniper terkuat di GGO.

Sinon mempertahankan wajah tegangnya, membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan mengaku,

"Meski agak sedikit terlambat, tapi sejujurnya, aku dan Liz, Lyfa, Silica diam-diam membuat alliance bersama, melindungi kamu dan Asuna. Lagian, gak ada yang yakin bisa menghadapi Asuna dengan percaya diri."

Di momen ini, Asuna yang duduk di sebelah kananku, mendadak jadi 80% malu, dan 20% sisanya adalah ekpresi yang tak kumengerti, kepalanya menyusut, dan di sebelah kiriku, Alice, bertingkah bagai ksatria, menekan perasaannya agar orang lain tak bisa membaca ekspresi wajahnya sambil terus minum teh.

Yang membuka mulut setelah Sinon adalah Lyfa. Berbeda dengan Sinon, wajahnya merah, dan dengan sayu dia berkata,

"I-Itu... Aku puas hanya dengan di sisi Onii-chan. Tapi waktu kami di ALO, saat aku minum teh bersama Liz dan Sinon, semuanya terlihat galau. Berada di sisi Onii-chan saja sudah susah, dan suatu hari nanti, Onii-chan akan pergi untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Dan perlahan-lahan mulai jarang main bareng kami dan gak datang ke ALO lagi. Lingkungan di sekitar kita pelan-pelan berubah... dan akhirnya... mungkin saja perasaan ini sekalipun akan menghilang... ya kan?"

Tiba-tiba, Lyfa menitikkan air mata, aku pun merasa dadaku sempit.

Silica, yang ada di sampingnya, menunduk ke bawah sambil menggenggam tangan Lyfa, dan mulai berkata,

"Ka... kami juga tahu kalau gak ada solusi gampang untuk ini, tapi kita gak ingin pasrah saja sebelum selesai."

Saat ini... ketika kami sedang menangis bersama, Alice berujar,

"Dunia nyata bukan cuma satu."

"Eh......."

Kupandang wajah ksatria itu sekali lagi, senyuman samar nampak muncul dari pipi putihnya. Alisnya yang tadi terkulai bergerak ke atas, dan ia memandangku dengan matanya yang biru kobalt.

"――Buatku, dunia nyata atau UW, keduanya adalah kenyataan, dan dalam kenyataan kita gak bisa mengubah arus waktu."

"I-Ini... ini benar-benar........."

"Aku sendiri datang menghadap Asuna, menundukkan kepala dan memohon kepadanya, untuk memberikan mereka... bukan, 'kami' satu kesempatan untuk hidup di kenyataan yang lain, supaya di dunia nyata, kami punya kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat. Dan kalau bisa, juga memberikan kami sesuatu yang bisa jadi bukti nyata."

Ucapan Alice sungguh sulit dimengerti, jadi aku cuma bisa mendengarkan, dan akhirnya menghadap Asuna, gadis yang kutemui pertama kali, dan yang melalui banyak petualangan bersamaku, ia mengangkat kepalanya, dan memandangku dengan matanya yang berwarna kemiri.

"......Aku cukup khawatir, aku juga telah banyak merenung, tapi... aku dan Kirito, Alice, Sinon, Lyfa, Liz, Silica, juga Yui, jika semuanya bisa bahagia... Jika hal semacam ini sungguh ada, maka aku akan mengulurkan tangan... dan mencobanya......"

"Semuanya... bersama."

Di depan aku yang bergumam sendiri, Lisbeth melanjutkan dengan nada yang sama saat ia mulai bicara,

"Karena itu, semuanya Dive in bersama ke UW memakai 6 unit STL."

Dia tersenyum bersemangat,

"Kami semua bisa menikahi kamu karena dunia ini!"

Dan Yui yang masih duduk di pangkuanku, tiba-tiba berbalik dan berucap,

"Walau aku masih sedikit ragu, tapi karena etika dan peraturan di dunia nyata gak berlaku di tempat ini, maka ini bukan termasuk ketidaksetiaan, Papa."

Untuk beberapa saat, yang bisa kulakukan hanyalah memegang cangkirku sambil duduk terdiam di kursi. Aku bahkan tak berpikir sedalam ini, dan tidak bisa memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi yang dibangun oleh STL.

Tetapi aku gak bisa duduk begini terus, jadi lebih baik kuangkat kepalaku, dan berucap,

"Itu... sebentar, boleh aku memastikan fakta paling sederhana terlebih dulu......?"

"Silakan," adalah jawaban Sinon.

"Setahuku, sistem pernikahan di UW... itu, gimana bilangnya, bukannya sistemnya itu satu suami satu istri?"

Alice yang menjawab.

"Benar, tapi ksatria tingkat tiga dan atasnya bukan subyek dari larangan ini, ditambah lagi kamu, apa namanya... «Account»? Kewenanganmu harusnya lebih tinggi dari kaisar."

"......Begitu."

Mengangguk, aku sekalipun tak bisa menemukan jalan untuk kabur.

Dengan canggung kupandang ketujuh gadis yang ada di meja satu per satu, lalu kugunakan ekpresi dan suaraku yang paling serius, dan berkata pelan,

"......Kenangan... eh, itu... sebenarnya, aku sungguh gak punya kualifikasi macam itu... tapi aku sangat senang buat perasaan kalian, meski ini terlalu tiba-tiba, jadinya aku masih gak tahu gimana caranya buat mengatur perasaanku dengan benar, namun kalau untuk kenangan indah itu, hal semacam pernikahan, dan kebutuhannya, maka kita gak punya waktu lagi... masalahnya adalah kita Dive setelah sore, kalau kita semua buru-buru pulang malam ini, maka masih tersisa empat atau lima jam lagi, jadi apa aku harus bergegas mengambil baju, atau meminjam saja?"

Usai mengutarakan pendapat, akhirnya aku merasakan kesadaran hatiku.

Pernikahan di UW, dibandingkan pernikahan diantara player di sistem ALO, bobot yang direpresentasikannya sama sekali berbeda. Tapi di kenyataan lain, pernikahan sungguhan, bila dengan melakukan ini, cewek-cewek itu bisa mendapatkan kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat, maka aku――

"...Pertama-tama, ayo ke gereja terbesar di Centoria! Aku akan..."

Saat aku mengatakan itu dan mulai beranjak, Asuna menarik lengan bajuku.

"........?"

"Tentang itu... Kirito, menurutku kita gak perlu buru-buru."

"Eh, tapi kita cuma punya waktu kurang dari lima jam lagi..."

"I-Itu... aku lupa bilang tadi... tapi..."

Asuna melanjutkan,

"Saat ini, UW memiliki akselerasi 10000 kali, jadi kita punya waktu lima puluh ribu jam lagi, jadi..."

Yui akhirnya bilang,

"Dua ribu delapan puluh tiga hari, kira-kira lima tahun delapan bulan."

Kirito terdiam sejenak, dan melihat Asuna. Entah menggapa ada sensasi mengganjal di dalam diriku,sesuatu yang menusuk walau Asuna terlihat tenang entah menggapa aku merasa kegelisahan dibenahku.Sesuatu yang ingin aku pahami.

(Selesai)


Catatan Penerjemah Referensi[edit]

  1. Single Bed = Tempat tidur untuk satu orang
  2. Kandil = Chandelier
  3. Kataomoi = Bertepuk sebelah tangan.