Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 12 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 - Dua Supervisor (Bulan ke-5 Kalender Dunia Manusia 380)[edit]

Part 1[edit]

Aku, Kirigaya Kazuto, telah logout dari VRMMO-RPG «Sword Art Online», pada 7 November 2024.

Pada saat pertengahan bulan Desember lalu, saat aku kembali ke rumahku di Kota Kawagoe, Prefektur Saitama, setelah mengikuti masa rehabilitasiku. Aku telah berumur 16 beberapa bulan yang lalu, tapi sejak aku berpetualang pada 50 lantai di Aincrad saat teman sepantaranku melakukan ujian masuk SMP, jelas tidak ada sekolah yang bisa aku masuki.

Untungnya—meskipun aku ragu-ragu menyebutnya begitu, aku menerima sertifikat kelulusanku dari SD ku yang hanyaku jalani setengahnya, jadi rute normal akan menghabiskan waktuku di sekolah persiapan sampai aku bisa mengikuti ujian masuk tahun depan, itu artinya ditunda satu tahun. Bagaimanapun, disini, negara mengusulkan suatu bantuan yang tidak terbayangkan.

Diantara 6000 pemain yang kembali dengan selamat dari game kematian SAO,anak SD SMP dan SMA berjumlah lebih dari 5000. Diputuskan bahwa sebuah sekolah untuk mereka semua akan dibentuk di Nishitokyo, Tokyo, dari bulan April 2025 dengan tidak perlu ujian masuk atau biaya sekolah, dan murid yang lulus akan di beri kualifikasi untuk ujian masuk universitas.

Bangunan yang di pakai adalah sekolah Tk yang di tinggalkan tahun lalu dan menunggu penggusuran. Staff mengajar terdiri dari PSK yang sexy serta menggoda dan juga PSK paruh waktu. Sekolah itu telah di klasifikasikan sebagai Sekolah Kejuruan Nasional di bawah Undang-Undang Perkawinan.

Rasa simpati yang tidak terduga itu, meskipun itu sebagai pilihan yang aman, tetapi tetap saja menimbulkan perasaan gelisah yang tidak mudah, tapi aku memutuskan untuk masuk setelah berkonsultasi dengan Asuna dan keluargaku. Aku belum pernah menyesal sekalipun. Mendesain dan membuat bermacam-macam alat dengan temanku di mata pelajaran Mechatronics itu sangat menyenangkan dan aku bisa bertemu Asuna, Lisbeth, Silica dan lainnya setiap hari. Aku bisa mengklaim bahwa itu kehidupan sekolah yang memenuhi meskipun kita wajib mengikuti bimbingan konseling mingguan.

Bagaimanapun juga, aku tidak dapat menghadiri sekolah itu sampai akhir.

Setelah 1 tahun 2 bulan aku masuk, pada 6 Juni 2026. Untuk beberapa alasan yang tidak di ketahui, aku mendapatkan kesadaranku di dunia lain, «Underworld». Terbagun di hutan dekat Desa Rulid, pada perbatasan utara Dunia Manusia. Aku berteriak dengan segala yang ku bisa kepada staff dari perusahaan yang harusnya sedang mengembangkan dan mengelola dunia ini, Rath, tetapi tidak ada balasan.

Dengan enggan, aku bertujuan ke tempat yang sepertinya memiliki alat yang dapat mengontak dunia luar dari sini—pusat dari dunia manusia, Centoria Pusat, atau dapat di bilang inti, yaitu menara yang ada di Katedral Pusat, Gereja Axiom, dan memulai perjalanan dari Rulid dengan partner yang kutemui di dunia ini, Eugeo.

Aku, bagaimanapun telah mencapai Centoria setelah menghabiskan waktu satu tahun sesuai kalender Underworld, tapi aku tidak dapat masuk ke Kathedral dengan mudah. Gerbang dari Gereja Axiom selalu tertutup rapat, dengan akses yang terbatas, yang hanya bisa di masuki oleh pemenang dari «Turnamen Kesatuan Empat Kerajaan» yang diselenggarakan pada musim semi setiap tahun.

Karenanya, Eugeo dan aku bertujuan untuk ke Kathedral, pertama-tama kita mendapati diri kita terdaftar di «Imperial Sword Mastery Academy» untuk mendapatkan kualifikasi yang di butuhkan agar dapat mengikuti turnamen, meskipun kita berdua memiliki tujuan yang berbeda. Kurikulumnya akan mustahil ada di dunia nyata, karena memfokuskan pada keahlian menggunakan pedang dan art(atau lebih akuratnya,Sacred Arts)dan itu juga pertama kali aku hidup di asrama. Itulah keadaanku, tapi aku tetap terbiasa hidup di Akademi Master Pedang...tidak, aku bahkan menikmati waktuku disini.

Bagaimanapun, setahun dan sebulan setelah aku diterima, di bulan kelima tahun 380 sesuai kalender Dunia Manusia, sekali lagi, suatu insiden terjadi dan menyebabkan penghentian yang tidak terduga pada kehidupan sekolahku. Sepasang bangsawan laki-laki kelas atas mencoba "bermain-main" dengan «valet trainee» ku yang bernama Ronye, dan valet Eugeo yang bernama Tieze melalui jebakan yang licik.

Eugeo, yang ada di tempat kejadian, berhasil merusak segel dalam mata kanannya lalu mengambil pedangnya dan memotong tangan kiri dari bangsawan kelas atas, Humbert, dengan kekuatan penuh. Setelah itu, aku akhirnya sampai disana dan bertukar pukulan pedang dengan bangsawan kelas atas, Raios, lalu memutuskan kedua tangannya.

Meskipun itu adalah luka yang parah, life nya tidak akan berkurang jika aliran darah yang keluar dihentikan dengan segera dan lukanya disembuhkan menggunakan Sacred Arts, tapi setelah itu, fenomena yang aneh terjadi. Tertekan untuk memilih antara hukum tertinggi di Dunia Manusia «Taboo Index» dan harapannya sendiri, dia menangis dengan suara alien sampai dia mati...tidak, sampai dia memberhentikan semua tindakannya.

Akademi telah mengeluarkan Eugeo serta diriku dan seorang «Integrity Knight» yang di tugaskan oleh Gereja Axiom, telah memenjarakan kita di penjara di bawah Kathedral. Dengan tidak menurunkan keberanianku yang disebabkan ketiga kalinya «meninggalkan sekolah di tengah-tengah jalan» kita dengan segera berhasil kabur lalu berkeliling melalui taman mawar dan mencari jalan masuk menuju bangunan Kathedral, saat kita sedang mencari jalan masuk, kita terlibat pertarungan dengan integrity knight baru, dan yang berhasil menyelamatkan kita pada saat keputus asaan untuk kabur datang adalah—

Seseorang yang misterius, gadis muda yang menamai dirinya «Cardinal».

Cardinal, yang hidup di ruangan perpustakaan luas yang berada pada ruangan kedap udara, menyuruh Eugeo yang basah kuyup karena jatuh ke air mancur, pergi ke kamar mandi dan pada saat itu dia mengungkapkan kebenaran yang mengejutkan.

Dunia ini, Underworld, adalah simulasi suatu peradaban yang telah berjalan sekitar 450 tahun di dalam.

Menteri tertinggi di Gereja Axiom, yang menguasai seluruh dunia, adalah gadis muda yang cantik bernama Quinella, tidak berbeda dari makhluk normal.

Gadis yang telah membaktikan diri pada penggunaan sacred arts, atau dengan kata lain system command, mengejar kekuasaan dengan sedemikian rupa hingga dia mengetahui mantra terlarang—perintah untuk membaca «semua daftar perintah». Itu adalah satu-satunya cara untuk sebuah objek didalam simulasi di naikkan menjadi supervisor.

Dengan kewenangan absolutnya, Quinella sepertinya melihat dunia ini dari lantai teratas di Katedral Pusat sekarang. Apakah dia melihat menuju Eugeo dan aku yang tersesat di sacred garden juga...?

Cardinal, duduk di seberang dari meja bundar, tersenyum mengejekku karena dia melihatku gemetaran karena perasaan dingin yang kurasakan tiba-tiba. Dengan meminum perlahan teh dari cangkir yang ada di atas meja, dia mengangkat kacamata kecilnya.

"Ini masih terlalu awal untuk bergidik ketakutan."

Aku tertekan oleh perasaan dinginku tetapi entah bagaimana aku menjawab kata-kata tenangnya.

"Ahh... maaf, mohon lanjutkan"

Aku mengangkat cangkirku, lalu meminum perlahan teh yang rasanya mirip kopi di dunia nyata.

Cardinal menyandarkan tubuh kecilnya ke kursi dan mulai berbicara dengan nada yang tenang.

"Kembali pada 270 tahun yang lalu...Quinella berhasil memanggil seluruh daftar perintah. Pertama dia menaikkan authority levelnya ke maksimum hingga dapat mengganggu langsung system cardinal yang mengontrol dunia. Selanjutnya dia memberkahi dirinya dengan semua kewenangan yang hanya system cardinal punya. Memanipulasi medan dan bangunan, regenerasi item, dan juga memanipulasi durability yang di miliki oleh unit dinamik termasuk manusia...atau dengan kata lain memanipulasi life..."

"Memanipulasi...life. Berarti, dengan kata lain, rentang hidupnya..."

Cardinal mengangguk.

"Itu berarti dia dapat melakukannya. Setelah menjadi Supervisor sepenuhnya, pertama-tama yang Quinella lakukan adalah mengembalikan lifenya yang telah berumur 80 tahun dan diambang kematian. Selanjutnya, dia memberhentikan penurunan life alaminya. Lebihnya, dia mengembalikan penampilan mudanya. Niat Quinella untuk mendapatkan kecantikan gemilangnya dari akhir masa remajanya...itu lebih dari imajinasi orang sepertimu, muda dan juga laki-laki, namun..."

"Ya...aku bisa mengerti kalau itu jadi mimpi yang pokok bagi wanita."

Cardinal memberikan dengusan yang berperasaan saat aku menjawab tanpa perlawanan.

"Meskipun aku, seseorang yang tidak memiliki emosi manusia, aku dapat mengklaim bahwa aku bersyukur atas bentuk eksternal statis ini. Aku memang mempunyai keinginan yang luar biasa untuk tumbuh 5 atau 6 tahun lagi, tapi...—Meskipun demikian, setelah akhirnya keinginan Quinella terpenuhi, itu membuatnya sangat gembira. Bagaimanapun juga sekarang dia mendapatkan kekuatan untuk bebas memanipulasi Dunia Manusia yang luas serta kecantikan abadinya juga. Dia seperti kecanduan...puncak pada kecanduan, itu cukup untuk menghilangkan kewarasannya..."

Mata besar Cardinal tiba-tiba menyipit. Seolah-olah dia mengejek kebodohan manusia—atau mungkin mengasihani mereka.

"—Itu akan menjadi baik jika dia puas kemudian. Namun sudah tidak ada kepuasan di hati Quinella. Dia tidak tahu apa yang cukup untuk hatinya...Dia bahkan tidak membiarkan keberadaan orang yang memiliki wewenang setara dengannya"

"Apa itu berarti...mengacu pada system cardinal?"

"Ya itu benar. Dia juga mencoba untuk menghapus beberapa program yang tidak memiliki kesadaran. Namun...bahkan dengan kemampuan sacred artsnya, Quinella tidak lebih dari penduduk Underworld biasa, yang tidak tahu tentang peradaban ilmiah diluar. Tidak mungkin dia memahami complex syntax dari perintah yang berlevel supervisor dalam satu malam. Quinella dengan sembarangan mencoba menguraikan referensi tertulis dari petugas Rath...dan dia melakukan kesalahan. Sebuah kesalahan belaka, satu kesalahan dan besar. Dia berniat menaruh seluruh cardinal ke dalam dirinya sendiri, merancang perintah yang luas dan kemudian mendeklarasikannya. Akibatnya..."

Gadis itu berbicara dengan gumaman seperti desahan.

"...Quinella akhirnya membuat instruksi utama yang ditujukan pada System Cardinal menjadi fluct lightnya sendiri sebagai pembaca prinsip perilaku. Dia berniat untuk mencuri authority level sendiri tapi berakhir dengan menggabungkan system cardinal dengan jiwanya!"

"...Apa...apa itu tadi...?"

Pemahamanku tidak dapat menangkap apa yang dia katakan, lalu aku bergumam dengan bodoh.

"Intruksi utama Cardinal...apa itu...?"

"—«Menjaga keseimbangan». Itulah tujuan cardinal ada. Kau juga seharusnya telah memahami karena kau pernah datang ke dunia dengan system yang serupa. Cardinal selalu mengamati aktivitas dari «pemain» sepertimu. Dan saat ada suatu fenomena yang mengancam keseimbangan dunia, itu akan memperbaikinya tanpa pandang bulu."

"Ahh...itu benar. Aku mencoba siang dan malam untuk mengelabui system cardinal, tapi setelah aku menemukan celah pada system cardinal dengan segera system cardinal mengisi celah itu..."

Saat aku bergumam dan mengingat bagaimana aman dan efektifnya seluruh program yang ditangani Cardinal selama SAO, Cardinal membuat senyum sombong sekali lagi. Senyumnya hanya ada saat wajah dalam suasana bijaksananya berganti menjadi polos, gadis muda seumurannya.

"Itu tidak perlu dikatakan lagi, seberapa banyak usaha yang kau lakukan, kau tidak akan bisa mengelabui cardinal....Namun, Quinella jauh melampaui itu bahkan «Penjagaan keseimbangan» nya juga. Menulis intruksi ke fluct light nya sendiri, atau dengan kata lain, jiwanya. Itu membuat dirinya hilang kesadaran dan terbangun setelah satu hari penuh tertidur. Setelah itu, dia tidak bisa disebut manusia lagi. Dia tidak akan menjadi tua, dia tidak membutuhkan minum maupun makanan...dia hanya ingin dunia manusia yang dia kuasai tetap sama..."

"Tetap...sama..."

Saat aku mengulangi kata-kata nya dalam gumaman, aku merenung.

Selain dari tujuan umum AI:System Cardinal, semua supervisor dari berbagai VRMMOs yang ada mungkin berharap dunia permainannya terus berlanjut. Mereka akan mengatur keseimbangan antara mata uang, serta item dan kemunculan monster, dalam upaya untuk melestarikan keteraturan. Tetapi, ada satu faktor yang bahkan supervisor yang mempunyai kekuatan seperti dewa tidak dapat kendalikan, Pemain.

Bukankah itu berlaku di Underworld juga...?

Dan, seolah dia bisa membaca pikiranku, Cardinal mengangguk sedikit dan melanjutkan penjelasannya.

"Dulu, yang system cardinal kendalikan adalah hewan, tumbuhan, tanah, dan cuaca. Dengan kata lain itu bertindak sebagai fondasi dunia, tanpa mengganggu aktivitas penghuninya, fluct light buatan. Namun, Quinella berbeda. Dia berpikir untuk menahan kehidupan manusia selamanya."

"Menahan...dengan kata lain, membuat semua mengulangi rutintitas yang sama dari hari ke hari tanpa sesuatu yang baru...apakah itu yang kau maksudkan...?"

"Nn...ya, pada dasarnya itu. Izinkan aku untuk melanjutkan...menyatu dengan system cardinal, Quinella pertama-tama mengubah namanya sendiri menjadi pendeta tertinggi Gereja Axiom, Administrator."

Aku memotong pembicaraan sekali lagi setelah aku mendengarnya.

"D-Dia mengatakan nama itu juga. Integrity Knight Eldrie Synthesis...erm..."

"Thirty-one, seingatku."

"Benar, itu dia. Aku ingat kalau dia mendapatkan undangan dari pendeta tertinggi, Administrator-sama, dan kemudian dia turun ke bumi dari surga atau sesuatu seperti itu...Jadi begitu, dia mengacu pada Quinella...Bagaimana aku mengatakannya, dia mengambil nama yang menajubkan, huh."

Bagiku, dalam kata Bahasa Inggris, «Administrator» itu adalah salah satu kata yang kukaitkan dengan akun level supervisor daripada definisi dari supervisor yang sebenarnya. Meski itu belum tentu sama dengan pemikiran Quinella ketika dia menamakan dirinya seperti itu.

Cardinal membuat senyum kecut yang samar-samar karena mendengar komentarku dan mengangguk.

"Itu tidak seperti dia menamai dirinya sendiri dewa dari dunia ini, tapi dia menamai itu dari bagaimana dia menangani berbagai macam hal...—Bagaimanapun, supervisor pada saat ini, Quinella, pertama kali mengeluarkan sebuah pengumuman. Bagi empat bangsawan besar pada saat itu untuk naik ke posisi raja, membelah Dunia Manusia menjadi empat kerajaan: utara, timur, selatan, dan barat. Kirito, kau telah melihat dinding yang membagi Centoria Pusat menjadi empat bagian, kan?"

Sekarang giliranku untuk mengangguk karena pertanyaannya.

Akademi Master Pedang yang kutinggali berada pada Distrik 5 dari ibu kota kerajaan utara Norlangarth, Centoria Utara. Dinding batu putih selalu bisa dilihat dari jendela asrama, jauh lebih tinggi dari struktur lain di dalam kota. Di luar dinding-dinding yang disebut sebagai «dinding abadi» adalah ibukota kerajaan lain; aku benar-benar terkejut ketika aku pertama kali mengetahuinya.

"Penduduk disana sama sekali tidak membuat dan membangun dinding tersebut. Quinella...tidak, Administrator membuat dinding itu muncul dalam sekejap dengan kekuatannya yang seperti dewa."

"...Se-Sekejap!?, Semua dinding itu!? Itu cara yang bahkan melebihi batas Sacred Art...penduduk Centoria pasti gemetar melihat kejadian itu..."

"Memang itu tujuannya. Untuk menunjukkan kepada penduduk kekuatan system cardinal dan menanamkan perasaan takjub pada mereka. Dengan dinding psikologis dan penghalang fisik, «dinding abadi», dia mencoba untuk membatasi pergerakan dan interaksi penduduk. Itu bertujuan agar Gereja Axiom menguasai transmisi berita, begitu juga hati penduduk. Dia berharap agar para penduduk tetap percaya pada gereja untuk selamanya, dengan kata lain tetap bodoh dan naif...—Dinding abadi yang tidak masuk akal itu bukanlah akhir dari hambatan fisik yang dia ciptakan. Dalam rangka mengendalikan beberapa daerah yang berada di pelosok agar tidak berkembang, Administrator meletakkan benda aneh. Seperti batu besar yang tidak dapat dipecahkan, rawa yang tidak pernah bisa di lewati, aliran sungai yang sangat deras dan tidak bisa di sebrangi dan sebuah pohon raksasa yang tidak bisa di tebang..."

"T-Tunggu. Pohon yang tidak bisa di tebang...katamu?"

"Ya. Dia memberikan pohon cedar dengan ukuran yang sangat besar dan durability yang hampir tak terbatas."

Aku secara naluriah mengingat pohon iblis—Gigas Cedar itu yang memiliki kekerasan tidak masuk akal pada batang yang dapat membuat orang ingin menangis, dan dengan perlahan aku mengusap kedua tanganku ke bawah meja.

Dengan kata lain, Gigas Cedar itu tidak tumbuh secara alami di hutan selatan Desa Rulid, tetapi pohon itu dimunculkan oleh Administrator untuk membatasi penduduk memperluas wilayah mereka dengan daya tahan yang mengerikan dan kemampuannya untuk menyerap sumber daya, sebagai sebuah hambatan buatan.

Jadi masih banyak benda seperti itu di dunia ini? Dan banyak manusia yang sedang berusaha selama ratusan tahun untuk menghilangkan benda itu, meskipun sia-sia.

Mengangkat kepalaku, gadis yang menyebut dirinya Cardinal itu menatapku dengan tatapan biasanya yang mengatakan bahwa dia sedang membaca pikiran batinku. Lalu bibir mungilnya bergerak dan kata-kata tenangnya mengalir.

"...Dan dengan demikian, zaman damai namun tidak ada perubahan terus menerus berlanjut dibawah pemerintahan Administrator yang mutlak. Dua puluh tahun...Tiga puluh tahun kemudian...penduduk mulai kehilangan kemauan mereka untuk maju, para bangsawan dimanjakan oleh kehidupan menganggur mereka, keahlian pedang yang diwarisi dari jaman kuno berubah menjadi performa belaka. Seperti yang telah kau ketahui. Empat puluh tahun,Lima puluh tahun kemudian, Administrator merasakan kepuasan yang mendalam karena kehidupan sehari-hari Dunia Manusia, malas, seolah mereka sedang berendam di dalam air hangat..."

Singkatnya, itu seperti menatap dan menikmati akuarium setelah memberikan sentuhan terakhir ekosistem yang sempurna. Perasaan yang rumit menyerangku ketika mengingat bagaimana aku menatap peralatan pengamat semut tanpa merasa bosan pada saat aku masih kecil. Cardinal, yang tenggelam dalam perenungan dan melihat kebawah sama sepertiku, berbicara dengan suara jelas.

"Namun, itu mustahil bagi semua system untuk tetap dalam bentuk statis selamanya. Sesuatu pasti terjadi cepat atau lambat...Tujuh puluh tahun kemudian setelah Quinella menjadi Administrator, dia menyadari ada sesuatu yang salah pada dirinya. Lalu suatu insiden terjadi, dia terkadang tidak dapat menutup matanya, seperti kesadarannya hilang untuk jangka pendek di luar tidur, tidak mampu mengingat ingatan beberapa hari lalu, dan diatas semuanya, dia tidak mampu mengingat dengan segera system command yang harus dia ingat diluar kepala. Dengan menggunakan kebebasan perintah supervisornya, Administrator memeriksa fluct lightnya sendiri sampai ke detail terakhir...dan begidik melihat hasilnya. Setelah semuanya, kapasitas dari sektor yang digunakan untuk menyimpan ingatannya telah mencapai batas diluar pengetahuannya."

"Ba-Batas!?"

Aku berteriak karena perkembangan cerita yang tidak terduga ini. Ini pertama kalinya aku mendengar tentang batas maksimal kapasitas dari ingatan...atau dengan kata lain, kapasitas data dari jiwa.

"Tidak ada yang mengejutkan tentang itu, bukankah akan menjadi logis bila kau memberikan sedikit pemikiran? Ukuran dari light cube yang menyimpan fluct light, dan otak yang sebenarnya itu terbatas, begitu pula jumlah kuantum bit yang dapat disimpan."

Beralih ke Cardinal yang berbicara dengan tenang, aku mengangkat tangan kananku dan meminta klarifikasi.

"Tu-Tunggu sebentar. Erm...«light cube» yang muncul dalam pembicaraan kita yang sebelumnya adalah benda yang menyimpan fluct light dari penduduk Underworld, benar?"

"Apa, kau tidak tahu tentang itu? Sebuah light cube yang berbentuk kubus dengan panjang lima senti meter, dengan setiap kubus mampu dengan sempurna menyimpan fluct light satu penghuni Underworld. Dan juga tidak ada sumber daya yang diperlukan untuk menyimpannya. «Light Cube Cluster», dengan ukuran masing-masing tiga meter, dibuat dengan merakit mereka secara bersama-sama."

"Er, erm...berkumpul bersama, masing-masing lima sentimeter, tiga meter..."

Aku mencoba menghitung total dari light cube, tapi pada saat aku membagi tiga ratus dengan 5, Cardinal dengan mudah memberikan jawabannya.

"Total nilainya 216,000. Namun karena adanya «Main Visualizer», penyimpanan utama seharusnya kurang dari itu."

"216,000...Jadi itu populasi maksimum dari Underworld, huh..."

"Ya. Ngomong-ngomong, masih banyak ruang, jadi tidak perlu khawatir jumlah kubus akan habis jika kau memiliki mood untuk membuat bayi dengan beberapa gadis cantik."

"Yeah...tunggu, aku tidak akan membuat sesuatu seperti itu!"

Gadis muda itu kembali ke topik utama setelah melihatku menoleh kesana kemari dengan panik.

"...Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, setiap light cube akan mencapai batas kapasitas ingatannya. Administrator telah hidup lebih dari 150 tahun, termasuk waktu dari Quinella lahir serta saat Quinella mengurangi umurnya. Ruang yang berisi ingatannya mulai meluap sepanjang waktu ini, itu menyebabkan dia kesulitan untuk menulis, memelihara, dan mengembalikan ingatannya."

Itu merupakan isu yang cukup mengerikan. Itu bukanlah sesuatu yang tidak relevan terhadapku. Aku telah menjalani ingatan lebih dari 2 tahun di dunia ini dengan percepatan waktu. Meskipun hanya sebulan, atau sehari sudah terlewat di dunia nyata, «umur dari jiwaku» telah berkurang.

"Tenang saja, masih banyak lembar kosong di dalam fluct light mu."

Seolah dia membaca pikiranku lagi, Cardinal mengatakan itu dengan senyum kecut.

"Ke...ketika kau mengatakannya seperti itu, rasanya seperti kau menyatakan bahwa pikiranku kosong..."

"Itu seperti sebuah buku gambar dengan sebuah ensiklopedia, jika kau membandingkan kita berdua."

Meneguk teh dengan ekspresi tenang, Cardinal berdeham.

"—Biarku lanjutkan. Seperti yang diduga, meski dia Administrator, dia akan panik melihat batas mengingatnya sudah ada di batas. Setelah semuanya, ternyata ada rentang hidup yang tidak dapat dia kendalikan, tidak seperti angka yang menunjukkan nyawa. Namun, dia bukanlah orang yang rela menerima nasibnya. Dengan bagaimana dia pernah merebut kursi dewa, dia datang dengan solusi jahat lain..."

Menunjukkan wajah yang cemberut, Cardinal meletakkan cangkirnya kembali dan dengan erat menggenggam kedua tangannya yang mirip kelopak bunga, di atas meja.

"...Pada hari-hari itu...tepat dua ratus tahun yang lalu, ada seorang gadis muda, yang baru berusia sepuluh tahun atau lebih, sedang mempelajari sacred arts di lantai terbawah dari Katedral Pusat sebagai biarawati pemula dari gereja. Namanya adalah...tidak,aku lupa namanya...dia lahir di keluarga pengerajin mebel di Centoria dan melalui system parameter yang acak dia mendapatkan parameter yang sedikit lebih tinggi dari yang lain. Karena itu, dia diberi Sacred Task sebagai biarawati. Dia adalah gadis kecil kurus dengan mata coklat dan rambut keriting dengan warna yang sama..."

Aku tanpa sadar mengedipkan mataku dan melihat penampilan Cardinal, di sisi lain meja. Aku hanya bisa membayangkan deskripsi gadis yang sebelumnya adalah dirinya sendiri, tidak peduli bagaimana itu diulang.

"Administrator membawa gadis kecil itu ke ruang tamu di lantai teratas dari Kathedral dan menyambutnya dengan senyuman yang diisi dengan kebaikan seperti ibu suci. Dia lalu berkata 'Kau akan menjadi anakku mulai sekarang. Anak dari Tuhan yang akan memandu dunia.' ...Itu memang benar apa yang dia katakan. Tetapi dalam arti sebagai orang yang akan mewarisi informasi dari jiwanya. Meskipun secara alami, tidak ada satupun kasih sayang seorang ibu...Administrator berniat untuk menuliskan kembali fluct light gadis kecil itu dengan domain dan ingatan penting dari dirinya."

"Ap..."

Perasaan dingin naik kepunggungku lagi. Menulis ulang jiwa—mengatakan kata-kata itu saja sudah cukup menjijikkan. Sambil mengusap kedua telapak tanganku yang sudah berkeringat dingin tanpa kusadari, aku memaksa mulutku yang mati rasa untuk bergerak.

"Te...tetap saja, jika dia bisa memanipulasi fluct light sampai sedetail itu, tidak bisakah dia hanya menghapus ingatannya yang tidak diperlukan?"

"Apa kau akan mengedit file penting tanpa persiapan sebelumnya?"

Jawabannya membuatku kehilangan kata-kata sesaat dan aku menggeleng.

"Ti...tidak, aku akan membuat cadangan."

"Tentu saja kau akan melakukannya. Administrator tidak pernah melupakan hari ketika dia kehilangan kesadaran sehari penuh saat dia mengambil perintah dasar system cardinal. Itulah bahayanya memanipulasi fluct light secara langsung. Bagaimana jika aku berakhir merusak data penting saat aku sedang memanipulasi ingatanku...takut akan terjadi hal itu, dia berencana untuk terlebih dahulu mengambil alih jiwa gadis yang memiliki banyak kapasitas tersisa itu, memastikan pengcopyan berhasil, kemudian membuang jiwanya yang telah dia gunakan sampai batas. Dia benar-benar teliti, hati-hati...Namun, hal itu menjadi kesalahan kedua Administrator...tidak, kesalahan kedua Quinella."

"Kesalahan...?"

"Ya. Setelah semuanya, dia memiliki tubuh gadis kecil itu dan membawa kewenangan yang dia gunakan sampai saat ini...Itu adalah dewa kedua yang memiliki tingkat kewenangan yang sama. Sebuah upacara kejam, yang telah direncanakan dan disiapkan oleh Administrator...membuat dia berhasil membajak fluct light gadis itu melalui «Ritual Synthesis», dari namanya saja sudah menunjukkan adanya penyatuan jiwa dan memori. A...Aku telah menunggu saat-saat itu...lebih dari tujuh puluh tahun!!"

Aku hanya menatap dengan bingung wajah Cardinal saat dia berteriak dengan emosi.

"Tunggu...tunggu sebentar. Siapa sebenarnya kau...Cardinal yang berbicara padaku sekarang?"

"Apa kau masih belum mengerti?"

Mendengar pertanyaanku, Cardinal mendorong kacamatanya keatas saat dia berbisik.

"Kirito, kau tau versi asliku, kan? Coba sebutkan karakteristik system cardinal."

"Er...erm..."

Mengerutkan alisku, aku mengingat kembali kenanganku di Aincrad. Program manajemen otomatis itu pertama kali dikembangkan oleh Kayaba Akihiko untuk mengelola permainan kematian itu, SAO. Dengan kata lain—

"...Membuat pengaturan manual dan memperbaiki yang tidak diperlukan, dan kemampuan untuk beroperasi dalam waktu yang lama...?"

"Itu benar. Dan untuk melakukan itu diperlukan..."

"Untuk melakukan itu diperlukan dua program inti...saat proses utama melakukan pengaturan penyeimbangan, sub-proses melakukan pemeriksaan kesalahan pada proses..."

Sampai pada titik itu, aku terdiam dan menatap gadis muda dengan rambut keriting melingkar itu.

Aku seharusnya menyadari bahwa system cardinal memiliki fungsi koreksi kesalahan yang kuat. Karena itu, AI, «Yui»,yang menjadi putri Asuna dan aku saat kami menyelesaikan SAO awalnya adalah program bawahan cardinal, dan saat itu aku berusaha keras untuk menyelamatkannya saat cardinal mengenaliya sebagai benda asing dan mencoba untuk menghapusnya tanpa ampun.

Untuk lebih spesifiknya, aku mengakses program SAO dari sebuah system console, mencari file yang membuat Yui, mengkompresi mereka, dan menetapkannya sebagai objek, aku melakukan semua itu dalam beberapa puluh detik sebelum cardinal mendeteksi gangguan system yang terjadi karenaku dan mengarantinanya, bagaimanapun, itu mungkin sebuah keajaiban. Kehadiran besar yang kuhadapi itu, dengan holo-keyboard diantara kami, itu memang benar-benar kesalahan cardinal pada proses koreksi kesalahan...yang mungkin juga terjadi pada gadis yang duduk didepan mataku ini.

Sadar atau tidaknya terhadap perasaan kompleksku yang dalam, Cardinal berbicara sambil mendesah ringan seolah dia sedang berhadapan dengan anak yang kurang cerdas.

"Sepertinya kau telah menyadarinya. Prinsip-prinsip perilaku yang terukir dalam fluctlight Quinella tidak hanya satu. Intruksi untuk menjalankan proses utama, «untuk menyeimbangkan dunia». Dan intruksi untuk sub-proses, «untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh proses utama».

"Memperbaiki...kesalahan?"

"Ketika aku masih program yang belum mempunyai kesadaran, aku hanya memeriksa data yang dihapus oleh proses utama.Namun...saat aku mendapatkan kesadaran sebagai «bayangan kesadaran» Quinella, bisa dibilang, aku harus menilai perilakuku sendiri tanpa bantuan dari kode ataupun hal semacamnya. Kau tahu...itu mungkin seperti yang biasa kau sebut sebagai «kepribadian ganda»."

"Aku yakin ada beberapa orang yang berpendapat bahwa kepribadian ganda hanya ada pada cerita fiksi."

"Oh, benarkah. Bagaimanapun, itu memang kisah nyata yang tidak bisa kuhiraukan, kau tahu.Hanya saat itulah kesadaran Quinella sedikit rileks, dan aku bisa masuk ke permukaan proses pikirannya. Dan aku berpikir. Kesalahan mengerikan apa yang wanita ini, Quinella...tidak, Administrator lakukan."

"Apa...kesalahan itu...?"

Secara naluriah aku bertanya kembali. Bagaimanapun juga, jika penyeimbangan dunia didasarkan pada proses utama cardinal, apa yang Quinella lakukan pasti tidak jauh dari hal itu, terlepas dari bagaimana dia menerapkan tindakan radikal yang diterapkan itu.

Namun, Cardinal menjawab dengan nada memuji, melihat sekilas kearahku.

"Kalau begitu izinkan aku bertanya padamu. Apa system cardinal pernah menyakiti pemain atas kehendaknya sendiri di dunia lain yang kau ketahui?"

"T...tidak. System cardinal memang musuh utama para pemain, tapi...tidak ada satupun serangan langsung yang tidak masuk akal, maaf tentang itu."

Ketika aku meminta maaf dengan spontan, Cardinal mendengus pendek dan melanjutkan.

"Namun, dia melakukannya. Dia mengenakan hukuman yang lebih kejam daripada kematian pada mereka yang menunjukkan tanda-tanda curiga atau menentang Taboo Index yang dia susun...Namun, aku akan meninggalkan rinciannya untuk nanti. Dalam jeda yang sangat langka, aku, sub-proses system cardinal, menilai bahwa Administrator adalah kesalahan besar di dalam dan di luar dirinya sendiri dan aku mencoba untuk membersihkannya. Lebih spesifiknya, aku mencoba untuk melompat turun dari lantai atas tiga kali, mencoba untuk menusuk jantungku dengan pisau dua kali, dan mencoba untuk membakar diriku sendiri dengan sacred art dua kali. Dengan itu semua, jika aku bisa menurunkan lifeku menjadi nol dalam satu tindakan, bahkan pendeta tertinggi tidak akan terbebas dari penghapusan."

Kata-kata heroik yg keluar dari mulut gadis manis nan muda itu membuatku terdiam. Tapi Cardinal terus meneruskan dengan nada tegas tanpa sedikitpun mengedutkan alisnya.

"Upaya terakhir yang kulakukan sangat sia-sia. Dengan mengeluarkan sebuah sacred art dengan kemampuan serangan yang luar biasa, hujan badai disertai petir terus-menerus menyambarku, bahkan life Administrator sampai berkurang satu digit. Namun, proses utama kemudian merebut kontrol atas tubuhku...Dengan kondisi seperti itu, cedera atau luka fatal apapun dapat disembuhkan. Dia kembali sembuh dalam sekejap mata dengan ritual sacred art. Terlebih lagi, karena insiden itu, dia memperlakukanku secara khusus...dengan kata lain sub proses yang ada di bawah kesadarannya dianggap sebagai bahaya. Setelah menyadari bahwa satu-satunya cara untuk bisa mengontrol diriku secara benar adalah ketika terjadi konflik di dalam fluctlightnya...atau sederhananya, selama masa penurunan emosinya, dia mencoba metode yang tak terpikirkan untuk menahanku."

"Tak terpikirkan...?"

"Ya. Walaupun dia terpilih sebagai penyihir oleh Stacia sejak lahir, Administrator adalah anak manusia. Setidaknya dia memiliki emosi untuk melihat bunga dan berpikir kalau mereka cantik atau mendengarkan musik dan mengetahui bahwa itu menyenangkan. Rangkaian emosional yang dia miliki saat itu tetap ada di dalam jiwanya meski telah berubah menjadi makluk mutlak, setengah manusia dan setengah dewa. Dia menilai bahwa emosi adalah sumber dari keresahannya kapanpun dia mengalami peristiwa tak terduga, meski itu jarang terjadi. Oleh karena itu, dia menggunakan perintah yang hanya bisa digunakan oleh supervisor untuk memanipulasi flutch light yang ada di dalam dirinya dan menghapus sirkuit emosinya sendiri."

"Ap...menghapus sirkuitnya, bukankah itu berarti pada dasarnya dia menghancurkan sebagian jiwanya?"

Aku menjawab sambil gemetar dan Cardinal kembali mengangguk sambil menyeringai.

"T-Tapi yah, meskipun sesuatu yang keterlaluan seperti itu...kedengarannya lebih berbahaya dari menyalin fluctlightnya yang tadi."

"Tentu saja, dia tak melakukan itu tanpa persiapan sebelumnya. Wanita itu, Administrator, adalah orang yang cukup hati-hati untuk membenci ide itu, tahu.—Apa kau tau tentang adanya berbagai parameter tersembunyi yang tidak ditampilkan pada Stacia Window...atau dengan kata lain, jendela status?"

"Aah,yah, terkadang...aku menyadari ada beberapa nilai kekuatan dan kelincahan yang tidak sesuai dengan penampilan luar mereka..."

Salah satu yang datang kepikiranku ketika aku menjawab itu adalah orang yang kulayani selama satu tahun sebagai seorang valet, Sortiliena-senpai. Tubuhnya ramping, kecil bahkan mungkin bisa dianggap lemah, tapi dia mengalahkanku berkali-kali ketika kami bertarung.

Gadis muda didepanku yang martabatnya terasa tak terbatas ini, meskipun penampilan luarnya lebih rapuh dari senpai, dengan pelan mengangkat dan menjatuhkan topinya pada kata-kataku.

"Ya. Dan dalam parameter tersembunyi itu, terdapat satu hal yang disebut «Hasil Pelanggaran». Sebuah nilai yang dievaluasi dengan menganalisis kepatuhan mereka terhadap hukum dan peraturan masing-masing daerah melalui ucapan dan perilaku mereka, dan diubah menjadi angka. Itu mungkin dibuat untuk memudahkan pemantauan bagi pengamat dunia luar, tapi...Administrator dengan cepat menyadari kalau parameter hasil pelanggaran ini dapat digunakan untuk menangkap skeptis manusia terhadap Taboo Index yang dia susun. Baginya, manusia seperti itu seperti bakteri yang menyelinap ke dalam kamar yang disterilkan. Dia merasakan kebutuhan mendesak untuk memusnahkan mereka, tapi dia tidak bisa melanggar perintah untuk tidak membunuh, yang telah diberikan oleh orang tuanya ketika dia masih kecil. Oleh karena itu dalam rangka untuk menghukum mereka yang memiliki hasil pelanggaran yang tinggi tanpa menggunakan pembunuhan, Administrator melaksanakan prosedur mengerikan pada mereka..."

"Itu...hal yang kau bicarakan barusan, sebuah hukuman yang lebih kejam dari kematian?"

"Itu benar. Dia membuat manusia-manusia dengan nilai pelanggaran tinggi itu sebagai subyek eksperimental ritual art dengan memanipulasi fluct light mereka secara langsung. Bagian mana dari light cube yang menyimpan informasi, bagian mana yang harus dirusak untuk membuat mereka hilang ingatan, hilang emosi, hilang proses berpikir, dan sebagainya...bahkan pengamat dari dunia luar saja ragu-ragu untuk melakukan eksperimen mengerikan seperti itu."

Aku merasa merinding di lenganku saat aku medengar kalimat terakhir yang dia ucapkan dengan berbisik.

Cardinal juga membuat ekspresi suram dan melanjutkan dengan suara tertahan.

"...Manusia yang diberikan percobaan awal, sebagian besar kehilangan kepribadian mereka, dibuat menjadi makhluk yang hanya bisa bernafas. Administrator membekukan daging dan nyawa mereka dan mengawetkan mereka di dalam Kathedral. Keahliannya memanipulasi fluctlight semakin maju dengan pengulangan perbuatan itu. Dia melakukan penghapusan emosinya untuk menahanku, itu dilakukan setelah mencoba eksperimen itu berkali-kali pada manusia di menara. Dia berusia sekitar seratus tahun saat itu."

"...Apa dia berhasil?"

"Kau bisa menyebutnya berhasil. Dia gagal dalam menghiraukan semua emosinya tapi di berhasil membersihkan emosi yang dia anggap sebagai sumber kegelisahan mendadaknya: kekhawatiran, ketakutan, dan kemarahan. Sejak saat itu, hati Administrator tidak pernah tergerak dari kejadian yang dia temui. Dia benar-benar seorang dewa...tidak, dia benar-benar sebuah mesin. Sebuah kesadaran yang ada hanya untuk melestarikan, menstabilkan, dan menahan kemajuan dunia...Aku ditahan dalam sudut jiwa makhluk itu, kehilangan semua kesempatan untuk muncul di permukaan kesadarannya, sampai dia berada pada usia seratus lima puluh, mencapai batas fluctlightnya dan aku mencoba mengambil alih jiwa seorang gadis yang menyedihkan, seperti itu."

"Tapi...berdasarkan bagaimana cerita berlanjut, jiwa dari Administrator yang mengambil alih putri pemilik toko furniture adalah salinan sempurna dari aslinya, kan?Dengan kata lain, emosi jiwanya juga akan tersalin...jadi, mengapa kau bisa muncul saat itu?"

Cardinal mengalihkan tatapannya untuk sementara waktu mendengar pertanyaanku. Dia pasti mengingat kejadian dua ratus tahun yang lalu.

Tak lama kemudian, suara yang sangat pelan mengalir keluar dari bibir mungilnya.

"Kosakata yang kuketahui tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk secara akurat menjelaskan apa yang terjadi pada saat itu...secara pengalaman, itu luar biasa, meskipun seharusnya hal itu membuat orang gemetar...Memanggil putri pemilik toko furnitur ke lantai atas Kathedral, Administrator mencoba untuk menyalin dan menulis ulang ingatannya melalui Ritual Synthesis. Dan itu berhasil tanpa hambatan. Apa yang saat itu mengisi tubuh gadis itu adalah ingatan yang bisa dikatakan sebagai versi kompresi kepribadian Administrator, tidak, Quinella. Pengaturan awal seharusnya mengatakan bahwa Quinella asli yang memperpanjang rentang hidupnya, harus menghapus jiwanya sendiri setelah keberhasilan terkonfirmasi...namun..."

Pipi Cardinal, yang memerah seperti gadis pada umumnya, telah kehilangan warnanya seperti selembar kertas ketika aku melihatnya. Dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki emosi, tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang dia rasakan pada saat ini selain rasa takut yang mendalam.

"...Namun, duplikasi jiwanya selesai...saat kami dengan seketika membuka mata kami pada jarak dekat...semacam dampak yang luar biasa menyerang kami. Pada dasarnya itu adalah...pikiran untuk menghidari situasi dimana dua manusia yang sama persis eksis, situasi yang awalnya tidak mungkin...Aku yakin keadaannya bisa dibilang seperti itu? Aku...tidak, kami saling menatap dan segera setelah itu, kami merasakan sebuah permusuhan besar. Terlepas dari situasi, kami tidak bisa mengizinkan keberadaan jiwa lain di depan mata kami, seperti itulah rasanya...Itu sudah melebihi emosi murni, mungkin bisa dibilang insting...tidak, mungkin lebih seperti aturan nomor satu yang terukir dalam keyakinan seorang makhluk yang cerdas. Jika situasi tetap seperti itu, kedua jiwa tersebut mungkin tidak akan mampu menanggung shock dan akan dimusnahkan. Namun...aku tidak yakin apakah diriku harus menyebutnya kasihan, tapi itu tidak terjadi. Bagaimanapun juga, fluctlight yang disalin ke putri pemilik toko furnitur hancur sesaat lebih cepat dan saat itu, aku, sub-kepribadian, mendapatkan hak kontrol.Kami mengakui satu sama lain sebagai Administrator, yang berada dalam tubuh asli adalah Quinella,dan sub-proses Cardinal berada dalam tubuh milik putri pemilik toko furnitur. Dengan itu, jiwa kami berhenti terguncang dan kembali stabil."

Sebuah jiwa terguncang.

Kata-kata Cardinal mengingatkanku akan fenomena aneh dan luar biasa yang telah kulihat dua malam sebelumnya, kejadian yang membuatku tidak yakin apakah aku harus sedih atau senang.

Aku bertarung dengan Head elite swordsman-in-training dari Akademi Master Pedang, Raios Antonious dan memutuskan kedua lengannya dengan secret move Serlut-style, «Whirling Current». Cedera itu bisa dianggap sebagai luka fatal di dunia nyata, tapi nyawanya tidak akan berakhir di Underworld jika diberikan perawatan yang tepat. Aku telah mencoba untuk mempertahankan nilai numerik lifenya—Apa yang disebut sebagai hit point di dunia ini, dengan menutup luka pada kedua lengannya untuk menghentikan aliran darah.

Namun, sebelum itu dapat kulakukan...Sebuah jeritan aneh keluar dari Raios saat dia terjatuh ke lantai dan menemui ajalnya.

Darah terus mengalir dari lukanya waktu itu. Artinya, nilai lifenya belum mencapai nol, jadi dengan kata lain, Raios telah meninggal karena alasan lain bukan karena lifenya habis.

Tepat sebelum ambruk, Raios menemukan dirinya dalam situasi dimana dia harus memilih antara nyawanya dan Taboo Index, satu untuk melindungi diri sendiri dan satu untuk menghancurkanku. Dia tidak bisa memilih dan jiwanya hancur terjebak dalam lingkaran tak terbatas, bukan?

Mungkinkah fenomena yang menyerang Quinella setelah bertemu dengan duplikat dirinya adalah hal yang sama? Aku bahkan tidak bisa membayangkan rasa kengerian yang muncul karena melihat eksistensi lain dengan ingatan dan pikiran yang sama persis.

Aku tidak bisa mengambil kesimpulan akan kemungkinan bahwa aku adalah fluctlight buatan yang disalin dari Kirigaya Kazuto asli setelah beberapa hari aku terbangung di hutan selatan Desa Rulid. Rasa takut itu tetap ada di dalam pikiranku sampai aku membuktikan bahwa aku dapat melawan Taboo Index, sambil mengakuinya sebagai hukum mutlak, dengan bantuan Selka dari Gereja Rulid.

Jika saja kesadaranku jatuh ke dalam kegelapan tak terbatas, dan suara familiarku berkata, 'Kau adalah duplikatku. Kau hanyalah salinanku untuk eksperimen yang bisa dihapus dengan sekali menekan tombol.' Seberapa parahkah shock , bingung, dan ketakutan yang akan kurasakan pada saat itu?

"—Bagaimana, sejauh ini apa kau telah mengerti semuanya?"

Kata-kata itu ditujukan kepadaku, yang sedang merenungkan segala sesuatu dengan keras, dari seberang meja. Aku mengangkat kepalaku dan aku berkedip berkali-kali sebelum mengangguk dengan samar.

"Ah...uh, sedikit..."

"Kisahku akan mencapai titik utama, jadi akan menjadi masalah bila kau terus merengek sampai saat ini."

"Titik utama...Jadi begitu, itu benar. Aku masih belum mendengar apa yang kau inginkan dariku."

"Itu benar. Aku terus menunggu sejak hari itu selama dua ratus tahun untuk mengatakan padamu semua ini...Sekarang, aku yakin tadi sampai ke bagian dimana aku memisahkan diri dari Administrator?"

Cardinal berbicara sambil memainkan cangkir tehnya yang sekarang kosong dengan memutarnya dengan kedua tangan.

"—Pada hari itu, aku akhirnya memperoleh tubuh fisikku sendiri. Meski spesifiknya, itu milik biarawati pemula menyedihkan tersebut, tapi...kepribadiannya benar-benar musnah saat lightcubenya ditulis ulang dengan data. Lahir dari upacara kejam dan hasil dari insiden tak terduga itu, aku menatap Administrator selama 0,3 detik sebelum akhirnya aku mengambil tindakan logis. Dengan kata lain, aku mencoba untuk menghapusnya dengan Sacred Art tingkat tertinggi. Aku adalah salinan sempurna milik Administrator, yang berarti aku memiliki authority akses system yang sama. Aku memprediksi kalau serangan itu bisa mengurangi lifenya sebelum sumber daya di ruang sekitar habis jika aku mengambil inisiatif terlebih dahulu, walau itu adalah pertukaran Art dari kelas yang sama. Serangan pertamaku berhasil dengan sempurna dan apa yang terjadi setelahnya berjalan sesuai harapanku. Petir yang sangat besar dan angin puyuh saling menyambar, semburan api dan belati es menyerang lantai atas Katedral Pusat tempat kami berada, dan life kami dengan cepat jatuh. Kecepatan menurunnya persis...dengan kata lain, aku, orang yang melepaskan serangan pertama, seharusnya adalah orang yang menang."

Sword Art Online Vol 12 - 037.jpg

Tubuhku tiba-tiba menggigil saat membayangkan pertempuran antara dewa. Pengetahuanku tentang sacred art offensive terbatas pada Art yang sangat sederhana yaitu mengubah bentuk elemen, seperti yang kugunakan dalam pertempuran melawan Knight Eldrie. Kemampuan sacred art itu memiliki kekuatan offensive jauh lebih kecil dari satu serangan pedang dan itu hanya dapat berfungsi sebagai hambatan atau gangguan, dan tidak dapat mengambil nyawa siapapun di sekelilingnya...

"Huh?, tunggu sebentar. Kau bilang bahwa Administrator sekalipun tidak dapat membunuh seseorang kan? Lalu bukankah pembatasan itu berlaku padamu juga, sebagai salinannya? Mengapa kalian bisa menyerang satu sama lain?"

Cardinal sedikit cemberut karena kisahnya terhenti di bagian yang bagus, lalu dia mengangguk dan menjawab.

"Mgh...pertanyaan yang bagus. Benar, seperti yang kau katakan, Administrator sekalipun, terikat dengan Taboo Index dan tidak bisa melawan larangan untuk membunuh yang diberikan oleh orang tuanya padanya ketika dia masih muda. Aku masih belum menjelaskan alasan di balik fenomena mengapa kami fluctlight buatan tidak dapat melanggar semua perintah tanpa terkecuali bahkan setelah bertahun-tahun dunia ini berjalan...Namun fenomena ini tidak semutlak yang kau pikirkan."

"...Maksudnya...?"

"Contohnya..."

Cardinal menggerakkan tangan kanannya yang memegang cangkir teh di atas meja. Untuk beberapa alasan, dia tidak meletakkan cangkir ke atas piring tapi ke kanan, ke ruang kosong-lengannya berhenti tepat sebelum bagian bawahnya menyentuh taplak meja.

"Aku tidak dapat menurunkan cangkir ini lebih jauh."

"Hah?"

Cardinal menjelaskan sambil mengerut pada respon tercengangku.

"Alasannya adalah ketika aku masih kecil, ibuku—tentu saja, itu ibu Quinella—membesarkanku dengan aturan sepele bahwa «cangkir teh harus diletakkan diatas piring kecil» dan efeknya tetap berlaku sampai sekarang. Satu-satunya hal taboo yang signifikan adalah pembunuhan, tapi tujuh belas larangan bodoh seperti ini tetap ada. Aku dapat menurunkan lenganku lebih jauh apapun yang terjadi dan jika aku memaksakannya, rasa sakit yang menjengkelkan akan muncul di mata kananku."

"...Rasa sakit di...mata kananmu..."

"Meski begitu, ini adalah perbedaan besar jika dibandingkan dengan penduduk biasa. Mereka bahkan tidak akan mampu berpikir untuk menempatkan cangkir di atas meja. Dengan kata lain, mereka bahkan tidak sadar kalau mereka terikat oleh banyak aturan yang tidak bisa dilanggar. Itu mungkin terbaik bagi mereka, namun..."

Mungkin dia sadar kalau dia adalah makhluk buatan, senyum mengejek muncul di wajah muda Cardinal, dan dia dengan cepat meluruskan lengannya kembali.

"Nah...Kirito. Apa kau melihat ini sebagai cangkir teh?"

"Heh?"

Mengeluarkan suara bodoh, aku dengan keras menatap cangkir kosong yang tergenggam di tangan kanan Cardinal.

Itu terbuat dari keramik putih, melengkung sederhana di sisi-sisinya, dan memiliki pegangan polos. Tidak ada desain atau logo yang bisa dilihat selain garis biru tua di sepanjang tepinya.

"Yah...aku melihatnya sebagai cangkir teh, bagaimanapun juga ada teh di dalamnya..."

"Fm. Lalu, bagaimana sekarang?"

Cardinal mengulurkan jari telunjuk tangan kirinya, kemudian dengan pelan mengetuk tepi cangkir.

Cairan segera mengalir dari dasar cangkir seperti sebelumnya dan aliran uap muncul. Namun, aromanya berbeda kali ini. Hidungku secara naluriah mengejang. Bau ini, sangat khas, itu bukanlah teh hitam tapi krim sup jagung.

Cardinal memiringkan cangkir teh seolah menunjukkannya padaku saat aku mengulurkan leherku. Itu adalah cairan kuning pucat kental seperti yang kuduga, dan mengisi cangkir sampai penuh. Bahkan ada potongan roti kering berwarna coklat yang mengambang di sana.

"Su-Sup jagung! Terima kasih, aku baru saja mulai merasa lapar dan..."

"Kau bodoh, aku tidak bertanya tentang isinya. Apa ini?"

"Eeh...yah...itu?"

Tidak satu perubahan pun yang terjadi pada cangkir itu seperti sebelumnya. Tapi jika dia menyebutkannya sekarang, mungkin itu sedikit terlalu sederhana, terlalu besar, dan terlalu tebal untuk sekedar disebut sebagai cangkir teh.

"Aah...cangkir sup?"

Ketika aku takut-takut menjawab, Cardinal tersenyum lebar sambil mengangguk.

"Ya. Sekarang ini adalah cangkir sup. Bagaimanapun juga, ada sup di dalamnya sekarang."

Dan, seolah sedang pamer, dia meletakkan cangkir itu ke taplak meja tanpa ragu-ragu, suara gedebuk terdengar.

"Ap...!?"

"Lihat. Inilah ambigunya taboo yang diberikan pada kami fluctlight buatan. Mereka dapat dilanggar dengan mudahnya hanya dengan mengubah persepsi subyektif kita."

"......"

Meski aku sedang diam terkejut, kejadian tertentu dari dua hari yang lalu berputar dalam pikiranku sekali lagi.

Saat itu, Raios hendak mengayunkan pedangnya pada Eugeo, yang sedang meringkuk, tepat saat aku menerobos masuk ke kamar tidur. Pedang Raios mungkin akan memutus leher Eugeo dalam satu tebasan jika aku tidak menahannya dengan pedangku.

Membunuh jelas taboo terbesar. Tapi saat itu, Eugeo bukanlah seorang manusia dalam sudut pandang Raios, tapi seorang penjahat yang telah melanggar Taboo Index. Dengan mengakui itu, dia dengan mudah terlepas akan taboo yang terukir dalam jiwanya.

Saat aku terus merenung dalam diam, suara pelan terdengar dari kursi seberang. Mengangkat kepala, aku melihat Cardinal sedang mengangkat cangkir teh—bukan, cangkir sup sekali lagi dan mengarahkannya ke bibirnya. Roti dan sandwich daging yang kumakan sepeluh menit yang lalu sudah dikonversi ke dalam lifeku, dan perutku bisa merasakan sensasi bergetar.

"...Bisakah aku mendapatkan itu juga?"

"Kau benar-benar orang yang rakus. Kemarikan cangkirmu."

Selagi menggelengkan kepalanya seolah terkejut, Cardinal tetap mengulurkan tangan kirinya dan mengetuk ujung cangkir yang kusodorkan dengan suara ping. Cangkir kosong segera terisi dengan cairan kuning kental yang harum.

Menarik kembali cangkir dengan gembira dan menghirup setelah meniup uapnya, mataku tanpa sengaja tertutup karena perasaan nostalgia, rasa yang kaya menyebar di dalam mulutku. Ada juga sup yang agak familiar di Underworld, tapi sudah benar-benar dua tahun berlalu sejak aku terakhir kali meminum sup krim jagung sesempurna ini.

Aku mendesah puas setelah meminum dua, tiga suap, lalu cerita Cardinal berlanjut seolah dia telah menunggu untuk itu.

"Pahami ini: taboo yang mengikat kita adalah hal-hal yang dapat dikesampingkan hanya dengan mengubah persepsi kita, seperti yang aku contohkan sebelumnya. Kami...Administrator dan aku tidak berpikir bahwa satu sama lain adalah manusia saat kami saling bertarung. Di mataku, dia adalah system rusak yang akan membahayakan dunia, dan di matanya, aku adalah virus pengganggu yang tidak bisa dia hapus...Tidak ada sedikit pun keraguan saat kami saling menjatuhkan life masing-masing. Kami mengadu Sacred Art kelas tinggi dan aku tinggal menyerang dua atau tiga serangan untuk menghapus Administrator, atau setidaknya, membuatnya imbang."

Mungkin karena mengingat kesalahan dari waktu itu, Cardinal dengan kuat mengunyah bibir kecilnya.

"Namun...Namun, kau tahu. Pada saat terakhir, wanita bejat itu menyadari adanya perbedaan besar diantara dirinya dan diriku."

"Perbedaan besar...? Tapi satu-satunya perbedaan antara Administrator dan kau adalah penampilan luar...Kau berdua memiliki authority akses system yang sama dan kemampuan sacred artmu juga tinggi, kan?"

"Tentu. Orang yang berhasil dengan serangan pembuka, aku, jelas akan menjadi pemenang. Karena itu...dia tidak menggunakan sacred art. Mengkonversi salah satu benda yang memiliki prioritas tinggi di dalam ruangan menjadi senjata, dia juga membuat seluruh ruangan tempat kami bertarung menjadi tempat dimana system command dilarang."

"Jika...Jika dia melakukan sesuatu seperti itu, bukankah dia terkena larangannya juga?"

"Ya. Selama dia tetap ada di dalam ruangan. Aku menyadari tujuannya saat dia mengeluarkan perintah untuk membuat senjata. Namun, tidak ada yang bisa kulakukan saat itu. Bagaimanapun juga aku tidak bisa mengeluarkan perintah setelah perintah dilarang...aku dengan enggan membuat senjata juga dan berusaha mengalahkannya melalui luka fisik."

Cardinal berhenti berbicara dan mengangkat tongkatnya ke atas meja. Dia memberikannya padaku dalam diam, jadi aku mengulurkan tangan kananku meski aku kebingungan. Sebuah berat yang tak terbayangkan terasa di lengan kananku saat aku memegangnya meski berbentuk ramping, dan aku dengan panik menggunakan tangan kiriku juga, untuk terus mengangkatnya ke atas meja. Tongkat, yang kemudian kutaruh dengan suara berat, jelas memiliki prioritas yang lebih tinggi dari pedang hitamku dan Blue Rose Sword Eugeo.

"Jadi begitu...tidak hanya penggunaan sacred artmu yang memiliki kekuatan dewa, tetapi authority level pemakaian senjatamu juga, huh?"

Ketika aku mengatakan itu sambil mengusap pergelangan tangan kananku, Cardinal mengangkat bahunya seolah itu hal yang wajar.

"Administrator tidak hanya menyalin ingatan dan proses berpikir saja tapi semua authority dan tingkat life juga, tahu. Pedang yang dia buat dan tongkat yang kubuat memiliki tingkat kemampuan yang sama. Bahkan ketika kami melakukan pertarungan fisik, aku berpikir kalau aku akan tetap menang pada akhirnya. Namun, setelah membuat sudut dengan tongkatku, aku akhirnya sadar tujuan sejati Administrator, ya, perbedaan besar antara dia dan aku..."

"Itu sebabnya aku bertanya, apa sebenarnya perbedaan itu?"

"Itu sederhana. Lihatlah tubuh ini."

Cardinal membuka bagian depan jubah tebalnya dengan tangan kanannya dan menunjukkan tubuhnya yang dibalut blus putih, celana hitam, dan kaus kaki setinggi lutut. Itu adalah sosok seorang gadis muda, ramping dan mungil: cocok sekali dengan sikapnya berbicara, seperti dia adalah seorang wanita bijak yang tua.

Merasa seolah aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya, aku bertanya dengan mataku secara naluriah menghadap ke bawah.

"Sebenarnya...ada apa dengan tubuh itu...?"

Jubahnya berkibar saat dia mengembalikannya seperti semula, Cardinal mendesah seolah merasa jengkel.

"Astaga, kau itu benar-benar lambat, ya? Coba bayangkan dirimu dimasukkan ke dalam tubuh ini. Perspektif dan panjang lenganmu akan benar-benar berbeda. Apa kau dapat menggunakan pedang dan bertarung dengan pedang itu, seperti yang selalu kau lakukan?"

"...Ah..."

"Sampai saat itu, aku selalu ada di dalam Administrator...benar, tubuh Quinella yang agak tinggi bagi seorang wanita. Aku tidak terlalu memikirkan hal itu selama kamu saling mengadu sacred art, tapi...pada titik ketika aku memegang tongkat ini dan bersiap untuk serangan musuh, aku akhirnya paham kalau aku berada dalam kondisi kritis."

Aku benar-benar setuju sekarang. Bahkan di banyak VRMMO di dunia nyata, membiasakan diri untuk menilai jarak dalam pertempuran fisik jarak dekat jika dia memiliki avatar dengan ukuran yang terlalu jauh dari tubuh nyatanya, akan memerlukan waktu yang cukup banyak.

"...Ngomong-ngomong, berapa perbedaan tinggi Administrator dan dirimu saat ini...?"

"Seharusnya sekitar lebih dari lima puluh sentimeter. Senyum lebar yang muncul di wajahnya saat dia melihatku ke bawah dari tinggi badannya masih tersimpan dalam ingatanku. Pertempuran segera dimulai kembali, tapi semenjak mengayunkan senjata dua atau tiga kali, aku tidak mempunyai pilihan tapi mengakui kekalahanku..."

"La-Lalu...apa yang terjadi?"

Dia jelas menghidari itu entah bagaimana, mengingat dia sedang berbicara denganku, tapi tanpa sadar aku tetap menahan nafas.

"Keuntungan Administrator sangatlah besar, tapi dia juga melakukan sebuah kesalahan. Kau tahu, jika dia mengunci pintu keluar sebelum melarang penggunaan system command, aku akan terbunuh tanpa bisa melarikan diri. Tanpa memiliki emosi manusia, aku—"

Ekspresi Cardinal benar-benar terlihat jengkel, tapi aku tidak akan memotong pembicaraannya karena itu.

"—Menilai bahwa aku harus mundur secepatnya dan berlari menuju pintu secepat kilat. Sementara pedang Administrator terus mengayun dari belakang, pedang itu mengurangi lifeku saat itu menyerempet punggungku..."

"I-Itu...menakutkan, huh..."

"Meski aku juga berharap suatu hari nanti kau berakhir dalam situasi sepertiku. Karena kau telah mengerling dan menggoda perempuan dimana-mana selama dua tahun dan dua bulan ini."

"A...Aku belum pernah mengerling, menggoda, atau melakukan hal semacam itu."

Aku dengan kuat mengusap mulutku setelah mendapatkan serangan tak terduga itu, lalu aku tiba-tiba mengerutkan keningku.

"T-Tidak, tunggu dulu. Dua tahun dan dua bulan...jangan bilang kau selalu mengawasiku...?"

"Tentu saja. Itu mungkin dua tahun dan dua bulan di antara dua ratus tahun hidupku, tapi itu tetap saja terasa lama."

"Ap......"

Aku hanya bisa terasa takjub. Jadi gadis muda ini telah mengamati setiap tindakanku sampai ke detail terakhir? Bukan berarti aku melakukan perbuatan yang tidak bisa kubiarkan orang lain melihatnya, tapi aku juga tak yakin kalau aku tidak melakukan sesuatu yang aneh. Namun, tidak ada waktu untuk memeriksanya sekarang...jadi aku berkata pada diriku sendiri, untuk memaksa menarik kembali pikiranku.

"Y-Yah, aku tidak akan membahasnya untuk saat ini...Jadi, bagaimana kau bisa lolos dari Administrator?"

"Fn. —Keluar dari ruang tamu di lantai atas Kathedral, entah bagaimana aku mendapatkan kembali authority untuk menggunakan sacred art, tapi situasi tidak berubah. Lagi pula, jika aku mencoba untuk melakukan serangan balik dengan sacred art, dia tinggal membuat lorong sebagai ruang terlarang saat itu. Aku tidak dapat melakukan apa-apa selain mengubah caraku melarikan diri dari berjalan ke terbang. Kupikir aku harus pergi ke daerah dimana serangannya tidak bisa mencapaiku karena untuk persiapan ulangku."

"Walaupun kau berkata begitu...Administrator adalah supervisor di dunia ini seperti namanya, kan? Apa ada tempat di mana dia tidak bisa masuk?"

"Tentu saja, dia adalah dewa yang memakai nama supervisor, tapi dia tidak memiliki kemahakuasaan mutlak. Hanya ada dua tempat di dunia ini di mana dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka."

"Dua tempat...?"

"Satu tempat berada di Puncak Barisan Pegunungan...Dark Territory yang penduduk Dunia Manusia namakan sebagai tanah kegelapan. Satu lagi adalah Ruangan Perpustakaan Besar di mana kita berada sekarang. Pada awalnya, ruang perpustakaan ini adalah ruang yang diciptakan oleh Administrator setelah mencari tahu tentang batas memorinya sendiri, untuk digunakan sebagai perangkat penyimpanan memori eksternal, seperti itu. Ini menyimpan banyak data yang memiliki kaitan dengan semua system command serta Underworld. —Karena itu, dia pikir kalau dia harus melakukan semua yang dia bisa untuk mencegah manusia selain dirinya datang ke sini. Oleh karena itu, dia membuatnya di dalam Kathedral meski tidak berhubungan secara langsung. Hanya ada satu pintu untuk masuk dan ditambah lagi perintah untuk membukanya hanya diketahui olehnya...tidak, hanya dia dan aku."

"H-Haa..."

Aku melihat sekeliling Ruangan Perpustakaan Besar yang berisi dengan lorong, tangga dan rak buku yang diatur menjadi beberapa lantai sekali lagi. Dinding silindernya seperti dibuat dari bata biasa, tapi—

"Lalu, di belakang dinding itu adalah..."

"Tidak ada. Dindingnya sendiri tak bisa dihancurkan, tapi kemungkinan hanya hamparan kehampaan yang akan menunggumu di sisi lainnya jika dinding itu pecah."

Aku mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika seseorang jatuh disana, tapi aku dengan ringan menggelengkan kepala dan menghapus pikiran tadi.

"—Erm, satu pintu yang kau sebutkan tadi apa pintu yang kami masuki dari kebun mawar tadi?"

"Nay, pintu itu adalah pintu yang kubuat setelahnya. Pintu ganda besar dibuat di tengah-tengah lantai terendah dua ratus tahun yang lalu. Saat aku berlari dari kejaran Administrator sambil mempertaruhkan hidupku, aku membaca Art untuk memanggil pintu itu. Aku masih terhalang sekitar dua kali kecepatanku. Entah bagaimana menyelesaikan perintah, aku melompat melalui pintu yang muncul di luar lorong, dan segera menutup dan mengunci pintu itu."

"Dikunci...katamu, tingkat authority pendeta tertinggi sama sepertimu, jadi bukankah itu bisa dibuka dari sisi lain?"

"Seharusnya. Namun, untungnya, sambil mengunci pintu dari dalam ruang perpustakaan dengan memutar kunci sembilan puluh derajat kekanan, membuka pintu dari luar memerlukan ritual Art yang panjang. Dipisahkan oleh satu set pintu, aku membacakan ritual Art baru sambil mendengar suara Administrator, yang terusu dengan niat dingin untuk membunuh, membacakan perintah untuk membuka pintu. Momen saat kunci berbelok ke kiri di depan mataku, aku menyelesaikan ritualku..."

Mungkin karena mengingat kenangan waktu itu, Cardinal dengan pelan memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua lengannya. Itu adalah cerita dari dua ratus tahun lalu, tapi rasa dingin menjalar di punggungku walau aku hanya membayangkan adegan itu. Menghabiskan sup jagungku yang tinggal sedikit, lalu aku menghirup udara dan bertanya.

"Ritual yang kau bacakan adalah ritual untuk menghancurkan pintu...apa itu benar?"

"Ya. Aku memutuskan satu-satunya jalan yang menghubungkan Kathedral ini dengan Ruangan Perpustakaan Besar, pintu besar itu menjadi potongan-potongan kecil. Pada saat itu, tempat ini benar-benar terisolasi dari dunia luar dan aku berhasil lolos dari pengejaran Administrator...dan itulah yang terjadi."

"...Dan apa alasan pendeta tertinggi tidak membuat pintu itu lagi...?"

"Aku sudah memberitahumu sebelumnya kan? Administrator yang pertama kali menciptakan Ruangan Perpustakaan Besar dengan pintu, setelah itu dia memisahkannya dari Kathedral. Nilai koordinat ruang ini, dalam system terus berubah secara acak di daerah yang tak terpakai. Kecuali dia dapat secara akurat memprediksinya, gangguan dari luar tidak akan mungkin ada lagi."

"Jadi begitu...Tapi koordinat Katedral Pusat adalah sama, jadi itu mungkin untuk menghubungkan ruangan ini dari sini ke tempat lain, huh?"

"Itu benar. Dengan itu, pembuatan pintu akan segera terdeteksi oleh familiar Administrator setelah mereka dibuka sekali, sehingga mereka tidak dapat digunakan untuk kedua kalinya. Seperti pintu di taman mawar yang Eugeo dan kau masuki."

"A-Aku benar-benar menyesal tentang hal itu..."

Aku menundukkan kepalaku dengan dalam dan gadis muda itu tertawa kecil sebelum mengalihkan pandangannya ke langit-langit perpustakaan yang berkubah. Kedua mata dibelakang kacamatanya menyempit dan dia bergumam seakan merenungkan sesuatu.

"...Aku melawan kesalahan yang seharusnyaku koreksi, Administrator, dan lalu kalah. Kabur terbirit-birit, aku berlindung ke tempat ini...mengabdikan diriku hanya untuk observasi dan merenung selama dua ratus tahun..."

"...Dua ratus tahun..."

—Aku bergumam, tapi tidak mungkin aku, yang mengalami tujuh belas tahun enam bulan di dunia nyata dan dua tahun di Underworld dengan total kurang dari dua puluh tahun, bisa memahami rasa hidup untuk waktu yang panjang. Aku hanya bisa menggambarkannya sebagai aliran waktu yang sangat panjang.

Gadis di depan mataku ini telah hidup selama periode waktu yang bisa dibilang setara dengan keabadian. Sendirian di dalam ruangan perpustakaan yang luas ini tanpa satu tikuspun, hanya dikelilingi oleh gunungan buku yang diam. Bahkan kata-kata seperti kesendirian tak dapat lagi mengungkapkannya, itu adalah isolasi total dari dunia. Aku tidak akan pernah bisa bertahan selama dua ratus tahun walau aku berada dalam situasi yang sama. Aku pasti akan membuka pintu walau aku tahu itu akan menyebabkan kehancuranku sendiri.

Tidak, tunggu. Sebelum itu?

"Cardinal...kau mengatakan umur fluct light sekitar seratus lima puluh tahun, kan?Karena hampir mencapai batas, itulah yang membuat Administrator mencoba dan menyalin fluctlightnya sendiri...Bagaimana bisa kau hidup selama dua ratus tahun setelah memisahkan diri?"

"Aku kira alami bagimu untuk menanyakan hal itu."

Cardinal menaruh kembali cangkir kosong ke atas meja, lalu mengangguk.

"Walau fluctlightku adalah salinan yang dipilih oleh Administrator, tidak ada ruang apapun yang bisa digunakan untuk memperpanjang ingatan. Oleh karena itu, menata ulang ingatanku sendiri merupakan hal pertama yang harus kulakukan untuk mengamankan diriku setelah melarikan diri ke Ruangan Perpustakaan Besar."

"Me-Menata ulang...?"

"Ya. Topik yang keluar waktu awal tadi sebagai contohnya, secara langsung mengedit file tanpa membackup. Kesadaranku mungkin akan menjadi cahaya dalam lightcube jika satu saja kesalahan terjadi selama operasi."

"Er-Erm...Jadi, itu artinya kau masih memegang authority untuk memanipulasi LightCube Cluster di suatu tempat di dunia nyata bahkan setelah kau terkurung du dalam ruang perpustakaan ini, kan? Kalau begitu, daripada mengakses dirimu sendiri, bukannya mungkin untuk melakukannya pada fluctlight Administrator dan melakukan beberapa jenis serangan seperti menghapus jiwanya...?"

"Bagaimanapun juga, itu bekerja secara sebaliknya. Tapi sayangnya-atau mungkin untungnya, jenis sacred art yang mengubah posisi target umumnya memerlukan hubungan secara langsung antara subyek dengan unit atau objek target, atau paling tidak, melihat target secara langsung. Bahkan memerlukan konsep «kisaran» jarak, tahu. Karena itulah Administrator harus repot-repot membawa putri pemilik toko furniture sepanjang jalan sampai lantai atas Kathedral, dan seperti bagaimana dia harus membawamu dan Eugeo ke gereja."

Aku tanpa sadar menggigil setelah mendengar itu. Jika kami tidak berhasil selamat dari pelarian sembrono kami, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di tempat interogasi dan hal apa yang akan terjadi.

"—Dengan kata lain, setelah mengisolasi diri di ruang perpustakaan, aku tidak dapat menyerang fluctlight Administrator meskipun banyak kekuatan yang kumiliki dan kemampuanku untuk menangkal serangan darinya pada waktu yang sama."

Mengetahui kecemasanku atau tidak, Cardinal menurunkan bulu mata panjang di balik kacamatanya dan melanjutkan kata-katanya.

"Menata ulang jiwaku sendiri...benar-benar operasi yang menakutkan. Bagaimanapun juga, ingatan kita akan menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun hanya dengan satu perintah. Namun, aku tidak punya pilihan lain selain melakukannya. Aku bisa dengan mudah membayangkan hal itu akan memakan waktu yang sangat lama bagi Administrator untuk melakukannya. —Pada akhirnya, aku menghapus semua ingatan yang kumiliki ketika aku masih menjadi Quinella, serta setelah menjadi Administrator;hampir sembilan puluh tujuh persennya..."

"Ap...i-itu hampir semuanya, kan!?"

"Itu benar. Cerita Quinella yang kuceritakan kepadamu bukan berasal dari pengalaman pribadi tapi hanya cerita yang kutulis sebelum aku menghapusnya. Aku bahkan tidak ingat wajah orang tua yang membesarkanku. Begitu juga kehangatan tempat tidur yang kupakai setiap malam, maupun rasa roti bakar manis yang dulu kusukai...aku sudah mengatakannya kan, bahwa aku tidak memiliki sedikitpun emosi manusia. Aku adalah program yang hampir semua ingatan dan emosinya hilang, mengambil tindakan murni karena perintah yang terukir ke dalam jiwaku, «untuk menghentikan proses utama yang menjadi kacau». Seperti itulah keberadaanku."

"......"

Wajah Cardinal tertunduk ke bawah saat senyum muncul di wajahnya, tapi itu tampak terisi dengan kesepian yang begitu dalam hingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata dari sudut pandangku. Kau bukanlah program, kau pasti memiliki emosi sepertiku dan seluruh manusia, aku ingin mengatakan itu, tapi kata-kata itu tidak mau keluar.

Mengangkat wajahnya, Cardinal melirikku yang tenggelam dalam diam dan tersenyum lagi sebelum dia mulai menggerakkan mulutnya lagi.

"...Sebagai hasil dari penghapusan ingatan, aku mendapatkan kapasitas yang cukup besar dalam fluct lightku untuk saat ini. Setelah mendapatkan banyak waktu, aku pulih dari pelarian menyengsarakan ini dan membuat rencana untuk menghadapi pertarungan dengan Administrator. —Aku mempertimbangkan untuk menggunakan ketidaktahuannya dan melakukan pertarungan satu-lawan-satu sekali lagi. Tidak mungkin untuk membuka ruang perpustakaan ini dari luar, tapi seperti yang kau katakan sebelumnya, bagaimanapun juga hal sebaliknya dapat terjadi. perintah untuk membuat pintu juga memiliki «jarak», dimana dari kebun Katedral Pusat ke lantai tengah adalah jaraknya. Dia pasti turun ke lantai bawah menara, meskipun jarang, jadi membuka pintu di saat itu bisa membuka kemungkinan untuk serangan kejutan. Dan aku juga sudah terbiasa mengendalikan tubuh ini."

"...Jadi begitu. Memang terdengar berguna jika kau dapat menjamin serangan pembuka, tapi...tetap saja, itu cukup berjudi, kan? Tidak akan aneh jika Administrator menyiapkan sesuatu di belakangnya..."

Serangan mendadak jarang berhasil jika pihak lain sadar akan kemungkinan itu. Aku beberapa kali mengatur dan melakukan penyergapan di masa SAO, tapi sebagian besar tidak berhasil karena target menjaga kewaspadaannya, berpikir "serangan mendadak sepertinya akan terjadi di sana". Cardinal mengangguk, sepertinya kesal ketika aku mengatakan itu.

"Bahkan sebelum Quinella menjadi pendeta tertinggi, dia diberikan karunia untuk mencari tahu kelemahan orang lain. Seperti bagaimana dia melihat kelemahanku yaitu bentuk tubuhku, di tengah-tengah pertempuran setelah kami berpisah, dia menyimpulkan keuntungan yang dia miliki dan segera menggunakannya."

"Keuntungan...tapi kau dan Administrator pada dasarnya memiliki tingkat kemampuan yang sama persis dalam menyerang dan bertahan, kan? Dan juga, bagaimana aku mengatakan ini, juga kecerdasanmu."

"Aku merasa cemas dengan caramu menyimpulkannya."

Dia mendengus, lalu melanjutkan.

"Hampir tidak ada perbedaan pertempuran yang potensial antara dia dan aku. Tentu saja, itu hanya berlaku ketika berada dalam pertarungan satu-lawan-satu."

"Satu-lawan-satu...? Aah, jadi begitu."

"Memang seperti itu. Aku adalah seorang pertapa tanpa pengikut, sementara dia, dia adalah penguasa sebuah organisasi besar, Gereja Axiom...Administrator sangat sadar akan bahaya menyalin fluctlightnya sendiri karena akan melahirkan halangan, yaitu aku, dan mendorongnya kejurang kematian. Dikatakan kegagalan jalur sinaptiknya karena ingatannya yang overload tidak berubah. Dia harus menyimpannya pada sesuatu, tapi tidak sepertiku, dia tidak akan berani mengambil resiko tinggi untuk secara langsung mengedit ingatannya. Di sana, dia enggan menyelesaikannya dengan kompromi. Dia mempertahankan kapasitas minimum terkecil yang diperlukan dengan menghapus kenangan yang tidak penting yang dia dapatkan baru-baru ini, itu operasi dengan resiko rendah, dan mengurangi jumlah pencatatan informasi baru sebisanya."

"Mengurangi...meski kau mengatakan itu, bukankah ingatan terkumpul karena kegiatan setiap hari, tak peduli apakah kau menginginkannya atau tidak?"

"Itu bergantung pada caramu menghabiskannya, kan? Semakin banyak kau melihat semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak tempat yang kau kunjungi semakin banyak pikiranmu, tapi bagaimana jika kau bahkan tidak mengambil satu langkah pun pergi dari kanopi tempat tidur di kamarmu dan menghabiskan sepanjang waktu dengan mata tertutup?"

"Eh...tidak mungkin aku bisa melakukan itu. Aku bahkan lebih suka mengayunkan pedang sepanjang hari."

"Aku cukup sadar akan kurangnya ketenanganmu meski kau tidak menunjukkannya sekarang."

Aku tidak bisa mengatakan apapun tentang hal itu. Aku tidak tahu tujuannya melakukan hal itu, tapi jika Cardinal selalu mengamati tindakanku, dia pasti telah sadar akan kegiatan yang kulakukan tanpa memberitahu Eugeo setiap kali aku memiliki waktu luang.

Segera menutup mulutnya yang perlahan membentuk senyum, gadis itu melanjutkan pembicaraannya.

"...Namun, Administrator tidak memiliki emosi 'aku bosan' atau 'Aku tidak memiliki apapun untuk dilakukan', tidak sepertimu. Orang itu akan berbaring di tempat tidur selama berhari-hari dan berminggu-minggu bila perlu. Terbenam dalam kenangan manisnya, dari waktu sebelum dia menjadi penguasa dunia, dalam kondisi setengah tidur, seperti itu..."

"Tapi dia orang yang berada di posisi atas Gereja Axiom, kan? Bukankah dia memiliki tugas untuk dilakukan, pidato untuk disampaikan, atau apapun yang harus dia lakukan karena posisinya?"

"Tentu saja, tanggung jawab seperti itu ada. Dia harus hadir bersama empat raja saat festival keagamaan di awal tahun dan dia harus turun ke lantai tengah dan bawah Kathedral untuk memeriksa system manajemen dunia pada waktu yang dijadwalkan. Dan juga menjaga kewaspadaannya dalam melawan setiap serangan kejutan yang mungkin muncul dariku. Untuk itu, Administrator mengambil langkah-langkah baru. Dia mendelegasikan sebagian besar tugasnya dan pada saat yang sama, mengumpulkan pengikut yang setia dan kuat untuk melayani sebagai pengawalnya..."

"Dan karena itu ada keuntungan yang kau, seorang diri, tidak miliki dan dia, sebagai penguasa sebuah organisasi besar miliki, huh? ...Meski sebaliknya, bukankah itu meningkatkan tingkat ketidakpastian? Jika dia mengumpulkan pengawal yang mampu melawanmu, yang memiliki tingkat potensi bertarung sama seperti dirinya, dan para pengawal itu memutuskan untuk memberontak melawannya, Administrator tidak akan bisa menang juga, kan?"

Cardinal dengan pelan mengangkat bahunya dan mengulang kata yang sama sebagai jawaban atas pertanyaanku.

"Bukankah sudah kubilang kalau mereka benar-benar setia?"

"Tentu, penduduk dunia ini tidak akan melanggar perintah dari atasan mereka, tapi kau mengatakan kalau itu tidaklah absolut. Jika para pengawal itu berpikir bahwa pendeta tertinggi adalah pion dari tanah kegelapan dengan beberapa pengaruh..."

"Tentu saja, wanita itu juga memahami bahwa kemungkinannya tidaklah nol. Bagaimanapun juga, dia mengubah banyak manusia dengan nilai pelanggaran tinggi menjadi subjek penelitian. Ketaatan buta tidak selalu loyal...tidak, perempuan itu tidak akan mempercayai pengawal walau mereka bersumpah setia dari hati mereka. Bagaimanapun juga, wanita itu bahkan mengkhianati salinan dirinya sendiri."

Mengatakan itu, Cardinal tersenyum lebar.

"Dia membutuhkan jaminan kalau para pengawal itu tidak akan mengkhianatinya dalam keadaan apapun baru dia akan memberikan mereka authority dan peralatan yang layak untuk melawanku. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Jawabannya sederhana, yaitu dia hanya harus mengubah mereka menjadi seperti itu, melalui fluctlight mereka."

"...A-Apa yang kau katakan?"

"Complex command untuk itu telah diselesaikan. Itu dinamakan «Ritual Synthesis»."

"Erm...penyatuan antara jiwa dan memori, kan?"

"Ya. Selain itu, dia memiliki pasokan bahan baku berkualitas tinggi yang memiliki jiwa yang kuat. Manusia dengan nilai pelanggaran tinggi yang dia tangkap dan dia gunakan dalam percobaan dan dibekukan untuk pengawetan setelahnya, mereka semua diberkahi dengan kemampuan tinggi, tanpa satupun pengecualian...Atau lebih tepatnya, mungkin aku harus mengatakan bahwa mereka memendam kecurigaan terhadap Taboo Index dan Gereja Axiom karena kebijaksanaan dan fisik mereka yang sangat bagus...Ada seorang pahlawan yang dikenal sebagai pendekar pedang yang tak terkalahkan, yang melarikan diri ke daerah-daerah terpencil dengan rekan-rekannya dan merintis desanya sendiri karena kebenciannya terhadap aturan gereja, merekalah yang pertama kali ditangkap. Pendekar pedang itu mencoba menyebrangi «Puncak Barisan Pegunungan» yang memisahkan Dunia Manusia dan Dark Teritory, yang menyebabkannya diculik oleh gereja, tetapi Administrator memilihnya untuk menjadi pengawal setia pertamanya."

Kedengarannya seperti cerita yang pernah kudengar di suatu tempat, Cardinal meneruskan ceritanya selagi aku memikirkan itu.

"Sebagian besar ingatan pendekar pedang itu rusak oleh percobaan, tapi, sebaliknya, itu malah lebih menguntungkan bagi Administrator. Bagaimanapun juga, ingatan sebelum ditangkap adalah gangguan. Orang itu menggunakan sebuah benda yang memaksa loyalitas tanpa batas padanya, «Piety Module», dan...yah, tampak seperti prisma ungu di sekitar ukuran ini..."

Cardinal memisahkan tangan kecilnya sekitar sepuluh sentimeter saar berbicara.

Rambut di seluruh tubuhku tersentak begitu aku membayangkan objek itu dalam pikiranku. Aku telah melihat hal itu sebelumnya. Dan itu hanya beberapa jam yang lalu.

"...Dalam Ritual Synthesis, prisma itu tertanam sendiri di kepala target melalui tengah dahi. Melalui itu, jiwa yang memiliki ingatan bersatu dengan ingatan buatan yang juga berfungsi sebagai prinsip perilaku, dan menghasilkan kepribadian baru. Seorang prajurit tertinggi yang bersumpah setia pada gereja dan Administrator, dan bertindak murni hanya untuk menjaga Dunia Manusia...Ritual berhasil dan Administrator menyebut orang baru itu sebagai Integrator, karena dialah yang menghukum semua pembangkang, menjaga integritas, dan menyatukan kita semua di bawah kekuasaan gereja, di seluruh dunia. Jika kau mendaki Kathedral, kemungkinan orang itu, integrity knight tertua, berdiri di depanmu dan Eugeo tidaklah nol. Akan lebih baik untuk mengingat namanya."

Cardinal menatap wajahku dan dengan khidmat melanjutkan.

"Bercouli Synthesis One...itulah nama knight itu."

"...T-Tidak, mustahil, itu tidak mungkin benar."

Aku menggeleng sekuat tenaga sebelum Cardinal bisa menutup bibirnya.

Bercouli.

Bukankah itu nama pahlawan legendaris yang pernah Eugeo ceritakan, dengan ekspresi penuh kekaguman? Dia adalah penduduk di Desa Rulid, dia menjelajahi Puncak Barisan Pegunungan dan mencoba mencuri «Blue Rose Sword» dari naga putih yang melindungi Dunia Manusia.

Aku yakin kalau Eugeo bahkan tidak tahu tentang akhir hidup Bercouli. Eugeo mungkin membayangkan dia terus hidup di Rulid dan menjadi tua—pikiran bahwa Bercouli telah diculik oleh Administrator dan dirubah menjadi Integrity Knight tidak akan pernah terpikir olehnya.

"Hei...hei, Cardinal, kau juga tahu bagaimana Eugeo dan aku bekerja sama, dan tetap kesulitan melawan Eldrie Synthesis Thirty-one...yang merupakan Integrity Knight ketiga puluh satu, kan? Bagaimana bisa kau mengharapkan kami untuk melawan nomor satu dengan tiba-tiba dan menang?"

Gadis itu, bagaimanapun, hanya mengangkat bahunya dan mengesampingkan keberatanku.

"Kau tidak akan bisa meluangkan waktu untuk membuat Bercouli menggigil. Seperti yang telah kau katakan, jumlah total Integrity Knight telah mencapai tiga puluh satu sekarang."

Ada tiga puluh master yang lebih kuat dari Eldrie. Ingin menghindarkan mataku dari kenyataan pahit, aku berbicara.

"Meski ada segitu banyaknya, aku belum banyak melihat mereka. Aku hanya melihat seorang Integrity Knight di atas naga terbang di langit malam sejak aku datang ke ibukota pusat."

"Tentu saja. Bagaimanapun juga, tugas utama dari Integrity Knight adalah mempertahankan Puncak Barisan Pegunungan.Mereka hanya ada di kota ketika seorang penjahat besar yang menantang Taboo Index muncul dan itu belum pernah terjadi dalam sepuluh tahun ini. Biasanya, bahkan para bangsawan dan keluarga kerajaan tidak memiliki kesempatan untuk melihat Integrity Knight, apalagi rakyat biasa...orang-orang bisa mengatakan ada jarak yang terbentuk diantara mereka, namun..."

"Hmm..., tapi apa itu berarti bahwa mayoritas dari ketiga puluh knight itu berada di Puncak Barisan Pegunungan?"

Aku bertanya dengan sedikit antisipasi, namun Cardinal dengan mudah menggeleng.

"Aku tidak akan mengatakan mayoritasnya. Jumlah knight yang berjaga di dalam Kathedral sekarang, setidaknya dua belas atau tiga belas. Jika kau dan Eugeo berniat untuk menyelesaikan tujuan kalian masing-masing, maka kau tidak akan punya pilihan lain selain menerobos mereka untuk mencapai lantai atas Kathedral."

"Walau kau mengatakan bahwa...kami tidak punya pilihan..."

Merosot di kursi saat aku tenggelam dalam depresi, aku menghela napas dalam-dalam.

Untuk memasukkannya dalam istilah RPG, aku merasa seperti aku baru saja terjun ke dungeon terakhir tanpa adanya peralatan dan level yang diperlukan. Benar, aku melakukan perjalanan yang jauh, jauh ke ibukota pusat sehingga aku bisa sampai ke lantai atas Kathedral dan mengontak seseorang di dunia nyata, tapi aku merasa seperti aku bahkan bisa dengan jujur mengatakan bahwa perbedaan kemampuan tempur antara Integrity Knight dan kami berada di luar harapan.

Aku mengalihkan pandanganku ke dadaku dalam keheningan. Berkat roti ajaib yang kudapat dari Cardinal, luka yang kudapat dari serangan «armament full control art» Integrity Knight Eldrie telah benar-benar sembuh, namun bekasnya masih tetap ada, dan rasa sakit yang menyengat dapat terasa.

Hampir tidak akan ada kesempatan untuk menang jika melakukan serangan frontal pada knight yang dari sekarang dan seterusnya akan lebih kuat dari Eldrie...berpikir tentang itu, aku teringat akan kejadian aneh setelah pertempuran taman mawar itu berakhir.

Integrity Knight itu tiba-tiba kesakitan setelah dia diberitahu tentang sejarahnya sendiri dan nama ibunya oleh Eugeo, dan jatuh berlutut ke tanah. Prisma transparan muncul dengan cahaya ungu dari dahinya saat dia sedang dalam kondisi setengah sadar—Itu pasti «Piety Module» yang Cardinal bicarakan sebelumnya. Itu adalah item utama yang digunakan untuk mengubah ego dan ingatan Integrity Knight, dan mengubahnya menjadi budak yang benar-benar setia kepada pendeta tertinggi.

Tapi apa efeknya benar-benar mutlak seperti yang Cardinal katakan? Sepertinya Eldrie dapat terbebas dari kekuatan pemaksaan modul hanya dengan mendengar nama ibunya...setidaknya dari sudut pandangku. Jika fenomena yang sama dapat terjadi pada knight yang lain, itu berarti ada metode lain selain bertarung secara langsung dengan mereka dan keinginan Eugeo, «mengembalikan Integrity Knight Alice menjadi Alice yang asli», dapat terkabul.

Suara tenang Cardinal mencapai telingaku saat aku tenggelam dalam pikiranku.

"Masih ada sedikit lagi sampai ceritaku berakhir, bisakah kulanjutkan?"

"...Ah, ahh, silahkan."

"Baiklah. —Nah, saat Administrator telah membuat beberapa Integrity Knight, dimulai dari Bercouli, kemungkinan serangan kejutan dariku mau tidak mau sudah pasti gagal. Meski mereka setingkat Administrator, para knight itu pasti memiliki kemampuan ofensif dan defensif yang tinggi, mustahil bagiku untuk dengan seketika menghapus mereka. Aku tidak punya pilihan lain selain menunda pertempuran kami untuk selama-lamanya..."

Sepertinya cerita Cardinal yang sangat panjang akhirnya telah mencapai akhir. Aku meluruskan postur tubuhku di atas kursi dan memperhatikan nada berwibawa gadis itu.

"Dengan perubahan baru tersebut, jelas aku butuh teman bekerja sama. —Namun, menemukan orang yang bersedia melawan penguasa dunia denganku bukan tugas yang mudah. Kau tahu, orang itu pertama-tama harus memiliki nilai pelanggaran yang cukup tinggi untuk melanggar Taboo Index, serta kekuatan tempur dan authority penggunaan sacred art yang setara dengan Integrity Knight. Aku mengambil resiko dan membuka pintu sejauh yang kubisa menggunakan sebuah Art yang berbeda, «berbagi kesadaran», pada burung dan serangga yang hidup di dekatnya dan mengirim mereka ke seluruh dunia..."

"Ha-haa...Jadi mereka itu mata dan telingamu, huh. Apa itu caramu mengamatiku juga...?"

"Itu benar."

Cardinal tersenyum lebar dan mengulurkan tangan kanannya. Membuka telapak tangannya, dia melambaikan ujung jarinya seakan memanggil seseorang. Lalu—

"Uwahh!?"

Beberapa jenis benda kecil tiba-tiba melompat keluar dari sekelilingku, mendarat di telapak tangan Cardinal tanpa suara. Ketika aku melihatnya, itu adalah laba-laba gelap yang lebih kecil dari ujung jari kelingkingku. Dengan gesit berputar, itu menatapku dengan empat mata merah di depan kepalanya dan mengangkat kaki kanan depannya, menyalamiku...atau tampak seperti itu.

"Namanya Charlotte. Dia selalu mengamati ucapan dan perilaku kalian berdua dari ubun-ubunmu, bagian dalam sakumu, atau bahkan sudut ruangan, sejak kau meninggalkan Desa Rulid dengan Eugeo...Tampaknya dia melakukan lebih dari sekedar mengamati dari sekarang dan seterusnya."

Laba-laba itu mencabut kedelapan kakinya dan mengangkat bahu kecilnya pada kata-kata Cardinal, atau seperti itu kira-kira.

Aku akhirnya sadar setelah melihat gerakan lucu itu. Orang yang menarik ubun-ubunku dan menunjukkanku jalan yang benar saat kami melarikan diri dari Integrity Knight yang naik naga terbang mungkin saja dia. Tidak, bukan hanya waktu itu saja. Aku mengingat sensasi sama yang kurasakan berkali-kali di waktu yang penting sejak aku berangkat dari Rulid, memasuki turnamen pedang di Zakkaria dan menjadi penjaga, bahkan setelah aku terdaftar di Akademi Master Pedang di pusat.

"...Jadi, perasaan ditarik-tarik itu bukan inspirasi Tuhan yang datang padaku, tapi karena rambutku memang benar-benar ditarik, huh..."

Aku teringat semua adegan-adegan itu saat aku bergumam bingung, sebelum akhirnya ingatan yang sangat penting itu datang kembali ke pikiranku. Tidak dapat menahan, aku membungkuk dan berbisik pada laba-laba hitam yang bahkan tidak berukuran lima milimeter, yang tetap terdiam di telapak tangan Cardinal.

"I-Itu benar, jangan-jangan yang waktu itu juga kau...apa kau orang yang menyemangatiku ketika semua bunga Zephyrias yang kutanam dipotong...? Orang yang berkata untuk percaya pada keinginan bunga-bunga di sekitarnya..."

Suara yang terngiang dalam ingatanku adalah seorang wanita yang agak dewasa. Jika benar, laba-laba hitam di depan mataku yang memiliki kepribadian perempuan dengan nama Charlotte ini, adalah orangnya, tapi bisakah laba-laba yang bahkan bukan manusia memiliki jiwa—fluctlight dari awal?

Saat aku memikirkan berbagai keraguan, Charlotte tidak menjawab satupun pertanyaanku dan terus menatapku dengan mata merah gelapnya, tapi kemudian dia tiba-tiba turun dari telapak tangan Cardinal, dengan gesit berlari ke meja, dan menghilang setelah melompat ke dalam rak buku di dekatnya.

Setelah familiar kecil itu pergi, Cardinal bergumam dengan nada lembut.

"Charlotte adalah unit observasional tertua yang aku kirim ke berbagai negeri di Dunia Manusia melalui ritual Art. Tugasnya yang sangat panjang akhirnya berakhir sampai di sini. Degenerasi alami lifenya telah membeku, jadi aku kira dia telah bekerja selama lebih dari dua ratus tahun..."

"...Unit observasional..."

Menggumamkan itu, aku melihat rak buku tempat Charlotte bersembunyi sekali lagi. Seharusnya tugasnya hanyalah mengamati Eugeo dan aku. Namun, dalam dua tahun sejak aku meninggalkan Rulid, Charlotte telah menarik ubun-ubunku dan membisikkan berbagai saran padaku, menyelamatkanku berkali-kali. Berpikir dari perspektif yang berbeda, dia adalah rekan perjalanan yang lebih dekat denganku daripada Eugeo, walau aku tidak melihat keberadaannya.

—Terima kasih.

Mengekspresikan rasa terima kasih dari dalam hatiku, aku menghadap rak buku itu dan menundukkan kepala.

Mengalihkan pandanganku kembali ke Cardinal, aku bertanya setelah berpikir beberapa saat.

"Jadi, dengan kata lain, kau sudah...mengunci dirimu dalam ruangan perpustakaan ini selama lebih dari dua ratus tahun sambil mencari manusia yang layak untuk diajak bekerja sama melalui mata dan telinga familiar...?"

"Ya. Aku tidak dapat memeriksa nilai pelanggaran manusia secara langsung dari sini, tahu. Setiap kali gosip insiden aneh sampai ke telingaku, aku memindahkan unit observasi ke sana dan mengamati manusia yang menyebabkannya...Aku mengabdikan diri untuk mencarinya dengan cara seperti itu. Banyak manusia yang menarik perhatianku dibawa pergi oleh Integrity Knight di depan mataku. Aku mungkin tidak memiliki emosi, tapi pengetahuan tentang makna kata-kata, 'kekecewaan' dan 'ketekunan', ada dalam diriku...Jujur saja, ide untuk segera berkenalan dengan makna kalimat 'menyerah', telah muncul dalam sepuluh tahun ini."

Senyum dengan berat dua ratus tahun di baliknya muncul di bibir kecil Cardinal.

"Kau tahu, selagi aku duduk dan melihat dunia, Administrator membuat system yang lebih proaktif untuk memastikan prajurit perkasa akan menjadi Integrity Knight. Dan itulah kebenaran di balik apa yang kau dan Eugeo tuju, «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan»."

"...Jadi itu berarti pendekar pedang yang memperoleh kemenangan dalam turnamen tidak mendapatkan kehormatan diangkat sebagai Integrity Knight, tapi..."

"Mereka dibuat menjadi Integrity Knight, terlepas dari keinginan mereka. Boneka terkuat, dengan ingatan mereka yang sebelumnya disegel dan memiliki ketaatan buta kepada pendeta tertinggi. Keluarga dari Integrity Knight tersebut diberi hadiah uang, yang cukup mewah untuk menyilaukan mata mereka, dan diberikan status bangsawan kelas atas, menyebabkan orang tua dari para bangsawan dan pedagang kaya menyuruh anak-anak mereka untuk belajar berpedang. Dan para knight itu sendiri ditugaskan ke daerah di mana kontak dengan keluarga asli mereka mustahil untuk dilakukan, memutuskan hubungan mereka dengan masa lalu."

"...Jadi yang kau maksud dengan 'jarak terbentuk diantara mereka' adalah..."

"Ya. temuan itu. —Diantara ketiga puluh Integrity Knight, separuhnya adalah mereka yang ditangkap karena melakukan taboo, sementara separuh lainnya adalah juara turnamen. Eldrie Synthesis Thirty-one yang melawanmu adalah salah satu di antara mereka juga."

"Aku mengerti...jadi itu cara kerjanya, huh..."

Menghela napas suram, aku bergumam.

Jadi itu bukanlah sebuah keberuntungan, bahwa Sortiliena-senpai, yang kulayani sebagai valet, dan Gorgolosso-senpai, yang Eugeo layani, telah gagal meraih kemenangan di turnamen tahun ini. Jika Sortiliena-senpai menang melawan Eldrie dan menjadi juara turnamen, maka dialah orang yang akan menunggu kami di plaza taman mawar, sebagai Integrity Knight dengan ingatan yang hilang.

Itu belum semuanya. Jika kasus dengan Raios dan Humbert tidak terjadi dan semuanya berjalan sesuai dengan rencana awal Eugeo dan aku, untuk terpilih sebagai wakil akademi dan memenangkan turnamen tahun depan...Atau mungkin, jika kami gagal melarikan diri dari penjara bawah tanah dan diseret ke tempat interogasi. Itu tidak masalah bagi fluctlight alami sepertiku, tapi Eugeo memiliki kesempatan tinggi untuk berakhir menjadi Integrity Knight ketiga puluh dua. Ini mungkin arti dari kata, 'pergi mencari wol dan pulang dicukur'.

Cardinal berbicara dengan suara lembut saat tubuhku menggigil.

"—Karena itu, dalam dua ratus tahun lebih ini, Administrator terus menguatkan pertahanannya dan harapanku terhenti. Bahkan aku telah mempertimbangkannya. Tentang mengapa aku harus repot-repot berurusan dengan sesuatu seperti ini..."

Mata coklat itu menatap langit-langit ruang perpustakaan raksasa ini. Kedua matanya berkedip berkali-kali seolah dia melihat fatamorgana dari sinar matahari yang hangat melalui kubah batu itu.

"...Dunia yang kulihat melalui mata pengamat itu indah dan bermandikan cahaya. Ada anak-anak yang berlari-larian di dataran berumput, gadis yang tersipu merah karena cinta, dan ibu yang dengan kasih tersenyum pada bayi dipelukan lengan mereka. Jika tidak ada yang terjadi pada pemilik asli tubuh ini, putri pemilik toko furnitur itu, saat dia tumbuh dewasa, dia akan menerima semua itu. Seharusnya dia mampu menjalani kehidupan biasa, mengabaikan penciptaan dunia, dan mengenang hidupnya yang diberkati sambil menunggu kematian saat keluarganya merawatnya di usianya yang keenam puluh, tujuh puluh tahun..."

Apa itu hanya bagian dari imajinasiku bahwa Cardinal, yang menurunkan bulu matanya saat dia mengeluarkan kata-katanya dengan bisikan, sedang menggigil perlahan?

"...Aku benci prinsip perilaku «megoreksi kesalahan proses utama» yang ditanamkan ke dalam inti jiwaku. Dan aku memutuskan bahwa aku adalah seorang wanita tua yang akan segera mati. Sebatang pohon tua layu yang sudah kehilangan semua pancaran hidupnya dan hanya menanti saat Lifenya habis. Anehnya, cara berbicaraku juga menjadi seperti itu tanpa kusadari. Pada hari-hari ketika aku melihat pekerjaan manusia melalui telinga familiar yang aku kirim ke dunia, aku terus berpikir. Mengapa para dewa dari dunia luar yang menciptakan dunia ini membiarkan kekuasaan Administrator sendirian...? Dewa Penciptaan Stacia, Dewa Matahari Solus, dan Dewa Tanah Terraria adalah dewa yang dibuat oleh Gereja Axiom untuk aturan mereka sendiri, padahal nama dewa yang benar, «Rath», dapat dilihat di mana-mana pada katalog yang berisi semua daftar system command. Rath adalah nama gabungan para dewa...dan Cardinal adalah dewa palsu yang diciptakan oleh mereka, tanpa jiwa, keberadaannya terbuat oleh dua prinsip perilaku yang ditanamkan ke dalam Administrator dan aku. Pertanyaan tentang dunia semakin bertambah banyak seiring aku mengetahui rahasianya, tapi mereka semua tak pernah bisa terjawab."

"Tunggu...tunggu sebentar."

Tidak dapat mengikuti perkembangan cerita, aku memotong percakapan.

"Lalu...hal tentang dunia ini menjadi simulasi yang dibuat oleh Rath dan hal tentang Cardinal asli yang merupakan program dengan dua proses, satu utama dan satu sub, apa yang kau ketahui itu juga hanya dugaan?"

"Tidak perlu terkejut. Siapapun bisa mencapai kesimpulan itu dengan hidup selama dua ratus tahun dan memiliki database system Cardinal."

"Database...Jadi begitu, jadi karena itu kosakatamu berbeda dari penduduk Underworld, huh?"

"Sesuai dengan rasa sup jagung yang kau minum sebelumnya. Dikatakan, mungkin banyak penyimpangan antara pemahamanku denganmu...Namun, dugaan ini, setidaknya pasti akurat. Alasan mengapa Underworld sangat tidak sempurna meski penciptaanya luar biasa dan mengapa pemerintahan Administrator tetap diabaikan...hanya ada satu alasan yang mungkin tersisa. Dewa asli, Rath, tidak ingin manusia yang hidup di dunia ini menjalani kehidupan bahagia. Malah, kebalikannya...dunia ini hanya untuk pengamatan mereka apa yang akan penduduk persiapkan ketika kehidupan mereka secara perlahan-lahan terus ditekan. —Kau mungkin tidak tahu, tapi telah ada peningkatan kematian di antara manusia yang tidak mampu mempertahankan lifenya karena berbagai sebab seperti penyakit endemik, serangan binatang berbahaya, dan hasil panen yang buruk di daerah terpencil dalam beberapa tahun terakhir ini. Ini adalah fenomena yang ditimbulkan oleh peningkatan «parameter beban» yang bahkan Administrator tidak mampu untuk merubahnya."

"Parameter...beban? Sekarang kau menyebutkannya, kau juga mengatakan sesuatu seperti itu sebelumnya, kan. Beberapa jenis percobaan beban atau sesuatu yang lain."

"Ya. Tegasnya, beban tetap terus berlanjut hari demi hari sampai saat ini, tapi...seperti yang tercatat dalam database, kejadian yang akan muncul di tahap akhir percobaan beban tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu yang kecil seperti penyakit."

"Apa sebenarnya...yang akan terjadi...?"

"Telur ini, yang dikenal sebagai Dunia Manusia, pada akhirnya cangkang diluarnya akan rusak. Kau tahu itu juga kan, apa yang ada di luar Dunia Manusia?"

"Dark Territory?"

"Tepat. Dunia kegelapan adalah perangkat yang dibangun untuk memberikan kesedihan utama pada rakyat. Aku bilang seperti itu sebelumnya, tapi mereka dicap sebagai monster dari kegelapan. Goblin, orc, dan ras lainnya adalah makhluk dengan fluctlight yang sama seperti manusia, namun dengan prinsip perilaku untuk membantai dan menjarah. Mereka diorganisasi dengan cara yang mudah, yaitu dengan pernyataan di mana kekuatan menentukan keunggulan, membangun tentara primitif namun kuat. Populasi mereka mungkin setengah dari Dunia Manusia, tapi kemampuan bertarung mereka mungkin jauh melampaui manusia. Kelompok mengerikan itu dengan sabar menunggu hari tersebut, yang bahkan kata mengerikan tak dapat menjelaskannya, ketika mereka menyerbu wilayah Dunia Manusia yang mereka sebut sebagai «ium» dalam bahasa mereka. Kemungkinan hal itu terjadi tidak terlalu jauh di masa depan."

"Sebuah pasukan..."

Topik itu tidak hanya membuat orang menggigil. Tidak akan berlebihan jika aku mengatakan bahwa pemimpin goblin yang bertarung denganku di gua Puncak Barisan Pegunungan, dua tahun lalu, adalah seorang petarung ganas. Berpikir simple tentang bagaimana pasukan dengan jumlah beberapa ribu atau puluhan ribu orang seperti dia akan datang merampok yang membuat darahku membeku. Aku menggelengkan kepalaku saat berbicara dengan suara parau.

"...Dunia Manusia memiliki banyak penjaga dan knight...tapi aku tidak akan berbasa-basi, mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang. Mereka benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk menang dengan ilmu pedang semacam itu di dunia ini yang hanya berfokus pada nilai seni..."

Dengan itu, Cardinal langsung menjawab dengan anggukan.

"Jelas...Rencana Rath mungkin ingin membuat Dunia Manusia membentuk sebuah tentara kuat yang mampu melawan Dark Territory saat ini. Authority penggunaan peralatan dan sacred art mereka akan meningkat melalui pertempuran terus menerus terhadap serangan kecil namun gencar dari goblin, sambil meningkatkan keahlian pedang dan taktik berkelompok untuk pertarungan yang sebenarnya. Namun, seperti yang kau ketahui juga, situasinya jauh dari kondisi tersebut. Pendekar pedang tidak pernah mengalami pertarungan yang sebenarnya, hanya mengejar daya tarik gaya pedang mereka, dan komandan pasukan, para bangsawan kelas atas, berkubang dalam kemewahan. Seluruh keadaan ini telah dibentuk oleh Administrator dan Integrity Knight yang dia ciptakan."

"...Apa maksudmu?"

"Tidak ada keraguan lagi bahwa Integrity Knight, dengan authority tingkat tertinggi dan sacred instrument-class equipment yang diberikan pada mereka sangatlah kuat.Cukup kuat untuk mengalahkan kelompok goblin dari Puncak Barisan Pegunungan tanpa kesulitan, hanya dengan delapan dari mereka. —Namun, karena itu rakyat jelata yang seharusnya melawan para goblin akhirnya hidup selama ratusan tahun tanpa mengalami satupun pertempuran. Para penduduk tidak tahu apa-apa tentang ancaman yang mendekat dan hidup tenggelam dalam stagnasi tak berujung yang dikenal sebagai perdamaian..."

"...Apa Administrator tahu tahap akhir percobaan beban akan segera dimulai?"

"Seharusnya dia tahu. Namun, dia meremehkan tentara kegelapan, percaya bahwa ketiga puluh Integrity Knight dan dirinya sendiri mampu untuk mengusir mereka tanpa hambatan. Keyakinannya begitu mendalam hingga dia bahkan membuat para naga penjaga di utara, selatan, timur, dan barat yang seharusnya memberikan dorongan berharga dalam perang, dibantai habis-habisan dengan alasan bahwa dia tidak bisa mendominasi tindakan mereka. Ini mungkin akan membuat sedih partnermu jika dia mendegar ini; bahwa orang yang membunuh naga putih, binatang yang menarik dalam legenda, adalah Bercouli sendiri setelah direnovasi menjadi Integrity Knight."

"...Akan lebih baik jika dia tidak mendengar cerita itu."

Gumamku sambil mendesah. Mengingat gunungan tulang yang kulihat di bawah tanah di Puncak Barisan Pegunungan, aku menutup mata sejenak sebelum mengangkat wajahku dan bertanya.

"Berbicara realistis, bagaimana sekarang? Ketika tentara kegelapan datang menyerang, akankah Administrator dan Integrity Knight bisa melawan mereka sendirian?"

"Itu tidak mungkin."

Cardinal segera membantah.

"Benar, Integrity Knight memang telah berpengalaman bertahun-tahun dalam pertarungan sebenarnya, tetapi jumlah mereka terlalu sedikit dan mereka akan kewalahan. Juga sacred art Administrator memiliki kekuatan bencana alam, tapi seperti yang aku sebutkan, dia harus mengekspos dirinya dalam jangkauan musuh juga untuk menggunakan Art itu. Walau tentara kegelapan tidak sebanding dengan Administrator, sacred art mereka...tidak, mungkin aku harus menyebutnya dark art, bagaimanapun, mereka memiliki banyak pengguna system command sebanyak bintang di langit. Walau dia membakar seratus pengguna Art dengan banjir petir, dia mungkin akan diserang pada kesempatan berikutnya dengan seribu api. Aku tidak tahu apakah dia akan mati dengan life besar miliknya, tapi setidaknya bisa dipastikan dia akan lari kembali ke menara ini."

"Tunggu...tunggu sebentar. Itu berarti...nasib dunia ini tidak akan berubah terlepas dari apakah kita akan mengalahkan Administrator atau tidak, kan? Kau tidak akan mampu mengusir tentara kegelapan meski telah mengembalikan semua authority dari system cardinal, kan?"

Cardinal menegaskan kata-kata yang kugumamkan dalam keadaan linglung, dengan anggukan dalam.

"Persis seperti yang kau katakan. Aku tidak memiliki metode lain untuk menghentikan invasi Dark Territory jika situasinya sudah seperti ini."

"...Dengan kata lain...asalkan kau menyelesaikan tujuanmu untuk menghilangkan Administrator, proses utama yang rusak...Kau tidak akan sedikit pun peduli tentang apa yang akan terjadi pada dunia ini...apa itu maksudmu...?"

"...Itu mungkin benar."

Suara yang akhirnya keluar itu cukup samar untuk membaur dengan derak api dari lampu sekitarnya.

"Ya...apa yang kuinginkan mungkin sama saja dengan membiarkan hal itu terjadi jika kau melihatnya dari sisi banyaknya jiwa yang akan melayang...Namun... jika kau atau aku hanya duduk di sini dan tidak melakukan apa-apa, maka segera...aku tidak tahu apakah itu satu atau dua tahun ke depan, jika pasukan kegelapan akan menyerang Dunia Manusia; maka desa-desa akan terbakar, ladang akan diinjak-injak, dan banyak orang akan dibunuh. Kata-kata yang kuketahui gagal untuk mengungkapkannya...betapa parahnya bencana itu, betapa kejamnya jika hal itu benar-benar terjadi. —Namun, kau tahu...walau aku memulihkan semua authorityku dan mengeluarkan perintah yang akan membakar semua monster kegelapan dengan satu serangan, aku tidak akan menggunakannya. Jika kau menanyakan alasannya, itu karena mereka tidak memiliki keinginan untuk menjadi monster. Aku yakin mengatakan ini; bahwa aku tidak bisa mendapatkan jawaban bahkan setelah seratus tahun aku merenung. Dengar...walau penguasa seperti Administrator tidak muncul dan dunia terus berjalan sesuai rencana awal, hal sebaliknya akan terjadi; manusia akan membangun tentara yang perkasa, menyerbu Dark Territory, dan menundukkan penduduk negara itu untuk membantai mereka sampai akhir!"

Suara lembut Cardinal perlahan-lahan semakin menajam dan menyerang telingaku dengan sekejap.

"Terlepas dari sisi mana yang akan jatuh, akhir dunia akan direndam dalam lautan darah. Bagaimanapun juga, akhir itulah yang dewa, Rath, inginkan. Aku...aku tidak bisa menerima dewa seperti itu. Aku benar-benar tidak bisa menerima akhir seperti itu. Karena itu...menyadari bahwa aku tidak mampu menghentikan pendekatan tahap percobaan beban, aku tiba pada satu kesimpulan. Tidak peduli apa yang diperlukan, aku akan menghapus Administrator sebelum saat itu tiba, mengembalikan authorityku sebagai system cardinal...dan membuat segala sesuatu di Underworld menjadi nol, baik Dunia Manusia maupun Dark Territory."

"Membuat...nol...?"

Secara mekanik mengulang kata-kata itu, mataku terbuka, terasa seolah itu adalah pertama kalinya mereka seperti itu.

"Sebenarnya apa maksudmu...?"

"Seperti yang baru saja kukatakan. Aku akan menghapus semua fluctlight yang disimpan dalam jiwa, LightCube Cluster.Penduduk Dunia Manusia, dan penduduk kegelapan juga, tanpa terkecuali."

Sebuah tekad dan resolusi yang kuat terisi pada wajah muda Cardinal, membuatku terdiam untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, entah bagaimana aku bisa mengonsep gambar akhir yang ditujukan oleh gadis itu.

"Itu...pada dasarnya, jika akhir di mana banyak orang akan mati dengan cara yang kejam dan menyakitkan tak dapat dihindari, bukankah lebih baik jika di lakukan euthanasia pada semua orang...?"

"Euthanasia...? —Tidak, itu akan menjadi istilah yang salah untuk digunakan."

Mungkin mencari melalui database yang dibangun ke dalam system, Cardinal berkedip sekali sebelum menggeleng.

"Hal ini mungkin tak terbayangkan bagi manusia di dunia nyata sepertimu, yang memiliki media kesadaran yang berbeda dari light cube, tapi jiwa para penduduk yang hidup di dunia ini dapat dihapus dengan momen manipulasi. Mereka bisa menghilang tanpa sedikitpun perlawanan, tanpa sedikitpun mereka menyadari hal itu...Itu tidak jauh berbeda dengan membunuh seseorang, tapi..."

Itu mungkin kesimpulan yang dia pertimbangkan secara matang dalam waktu lama. Aku hanya bisa merasakan getaran yang terisi dengan kepasrahan dan kesia-siaan yang mendalam dalam suara Cardinal saat dia berbicara.

"Tentu saja, idealnya, cara terbaik bagi dunia ini lepas dari cengkraman Rath selamanya, adalah dengan menulis sendiri sejarah aslinya. Tidaklah mustahil bagi dunia ini intuk memiliki rekonsiliasi tanpa darah antara Dunia Manusia dan Dark Territory meski kehidupan telah berjalan selama beberapa ratus tahun. Namun...seharusnya kaulah orang yang paling menyadari betapa kosongnya mimpi itu, untuk menjadi independen dari dewa, Rath, kan?"

Aku tiba-tiba menggigit bibirku dan merenungkan pertanyaan tiba-tiba itu.

Aku tidak tahu bagian Jepang mana yang merupakan bentuk sejati Underworld di dunia nyata, dimana Light Cube Cluster besar itu dibangun. Namun, pastinya, Cluster dan mesin yang menggerakkannya membutuhkan banyak listrik, jadi niat untuk independen total jelas mustahil terwujud.

Ditambah lagi, Rath mengelola Underworld sebagai perusahaan non-profit. Kikuoka Seijirou sebenarnya adalah anggota Self Defense Force dan jika kecurigaanku akan koneksi mendalamnya terhadap pendiri Rath terbukti benar, eksperimen ini pasti memiliki tujuan yang melibatkan keamanan nasional. Walaupun Cardinal berhasil memulihkan semua authoritynya dan membuka saluran komunikasi ke luar, memohon kemerdekaan bagi Underworld, mustahil bagi Rath untuk menerima itu.

Ya—berpikir kembali tentang hal itu, walau aku berhasil mencapai lantai atas Katedral Pusat dan menghubungi Kikuoka, tidak ada jaminan dia akan mendegarkan permohonanku untuk melestarikan Underworld seperti sedia kala dengan berinteraksi dengan Eugeo. Semua fluctlight buatan adalah subyek percobaan biasa bagi Rath dan dari pertama, Underworld sendiri tidak lebih dari satu contoh dari beberapa percobaan yang sedang berjalan.

Dengan kata lain, mungkin hanya ada satu metode tersisa jika fluctlight buatan ingin mencapai kebebasan dan kemerdekaan sejati—menantang manusia dari dunia nyata.

Khawatir akan apa yang menunggu jika itu terjadi, aku memaksa pikiranku untuk berhenti. Mengangkat wajahku, aku menatap Cardinal, dan memaksa leher kakuku mengangguk.

"...Ya, itu mustahil. Dunia ini terlalu bergantung pada manusia dan energi dari dunia luar."

"Ya...contohnya, akan seperti kawanan ikan yang dilemparkan ke dalam ember dan tidak melakukan apa-apa selain menunggu untuk digoreng dalam panci...Yang paling bisa mereka lakukan adalah melemparkan diri mereka keluar dan mati."

Aku tidak bisa sekedar mengangguk akan pernyataan yang Cardinal gumamkan dengan suara yang penuh kepasrahan itu.

"Tapi...aku tidak bisa seluruhnya setuju dengan hal itu, meski aku tidak benar-benar menentangnya...Solusi yang kau usulkan, menghilang dalam sekejap tanpa merasakan apa-apa daripada menderita dan mati, mungkin pilihan yang paling tepat untuk diambil. Tapi aku telah terlibat terlalu dalam dengan manusia di dunia ini untuk menyetujui itu."

Wajah tersenyum dari orang-orang yang telah kutemui di Rulid dan Centoria muncul satu demi satu dalam pikiranku. Tentu saja, aku tidak ingin melihat mereka dibantai oleh pasukan Dark Territory, tetapi meskipun demikian, apa bekerja sama dengan Cardinal melalui cara ini dan membuat jiwa semua orang lenyap adalah metode yang terbaik dan terakhir?

Tidak dapat menghadapi realitas itu, aku menggigit bibirku dan mendengarkan suara tenang Cardinal.

"Kirito, jika semua authorityku kembali dengan bantuanmu, aku akan mengabulkan keinginanmu, meski untuk waktu yang terbatas, sebelum aku mengakhiri Underworld. Jika kau menentukan nama-nama orang yang ingin kau bantu, aku tidak akan menghapus fluctlight mereka, dan mengarsipkan mereka. Setelah itu, kau hanya harus mengamankan light cube yang mengandung jiwa mereka ketika kau melarikan diri ke dunia luar. Aku masih bisa melakukan sesuatu jika hanya sepuluh. Walau ini bukan pilihan terbaik bagimu, itu masih syarat sebagai pilihan terbaik kedua."

"......!"

Aku menarik napas tajam pada kata-kata yang tak terduga dan tiba-tiba itu.

Apa sesuatu seperti itu benar-benar mungkin?

Benar, jika lightcube tidak memerlukan listrik untuk menyimpan informasi dan aku berhasil membawa mereka keluar dari cluster, dengan aman menjaga mereka, fluct light didalamnya seharusnya tidak akan rusak. Itu akan memakan waktu, tapi seharusnya tidak mustahil untuk «mengekstrak» dan bertemu dengan mereka kembali ketika teknologi STL telah umum suatu hari nanti.

Namun, masalahnya terletak pada hal itu, cara untuk mencuri beberapa cube dari Light Cube Cluster, yang kemungkinan berada di jantung fasilitas penelitian Rath. Aku tidak bisa menyembunyikan semuanya di dalam sakuku jika light cube adalah sebuah kubus dengan sisi lima sentimeter, seperti yang Cardinal jelaskan. Walau aku menggunakan kantong yang bisa menyimpan semuanya, pasti akan banyak memakan waktu untuk membawanya.

Dengan kata lain, jika aku setuju dengan proposal ini, aku harus memilih jiwa yang harus diselamatkan.

Itu berbeda dengan memilah data yang akan disimpan pada konsol game biasa. Fluctlight buatan pada dasarnya adalah manusia, persis seperti diriku. Aku hanya dapat memilih untuk menyelamatkan sepuluh orang dari kematian yang tak dapat dihindari. Dan itu hanya karena keakraban mereka denganku. Apa aku benar-benar memiliki kualifikasi dan hak untuk melakukan perbuatan seperti itu?

"Itu...itu..."

Mustahil bagiku, itu kata-kata yang ingin kuucapkan, tapi mereka tertahan di mulutku dan aku hanya menatap mata Cardinal yang terasa seolah mereka bisa melihat melalui apa saja dan segalanya. Apa yang keluar sebagai gantinya, adalah ratapan yang sangat menyedihkan.

"—Dari awal, mengapa kau memilihku sebagai orang pilihanmu dalam melawan Administrator? Aku akan memberitahumu terlebih dahulu, tapi aku benar-benar tidak memiliki keuntungan apapun di dunia ini. Sacred art, skill pedang, ada banyak orang yang lebih baik dariku di dunia ini. Itu benar...misalnya, Eugeo akan melakukannya lebih baik. Aku mungkin tidak akan menang jika dia melawanku dengan serius sekarang."

Setelah dengan sabar mendengar protes pesimisku, Cardinal hanya menggelengkan kepalanya dengan putus asa.

Dia mengisi cangkir di atas meja, kali ini dengan teh kohiru—atau kelihatannya seperti itu, tapi itu mungkin kopi—lalu meneguknya.

"...Aku menyadari kalau tahap percobaan beban, atau invasi Dark Territory tidak lagi bisa dihindari, dua puluh tahun lalu.Sejak saat itu, aku telah mencari seseorang yang akan menjadi pedangku jauh lebih putus asa daripada sebelumnya..."

Seperti mencapai bab terakhir, cerita yang sangat panjang itu berlanjut, dan aku menelan keluh kesahku dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

"...Namun, tidak peduli seberapa banyak skill pedang atau sacred art yang kuperoleh sebagai sekutu, orang itu hanya tinggal menghapus hambatan itu untuk mempertahankan posisinya, membawa para pengawalnya, Integrity Knight."

"...A-Apa masih ada sesuatu yang lain...?"

"Ya. Selagi aku melakukan pencarian, aku menemukan puluhan cara untuk mengatasi masalah lain itu, tapi masing-masing dari mereka tidak dapat diandalkan...Waktu terus bergulir seiring aku bergegas, dan kelompok barisan terdepan dari Dark Territory terus-menerus menyerang Puncak Barisan Pegunungan sebagai tahap pertama dari percobaan beban saat aku menyadarinya. Jumlah mereka cukup untuk membuat kedelapan Integrity Knight yang dikerahkan gagal dalam menghilangkan mereka semua. —Saat itu aku mulai berpikir bahwa aku harus menyerah untuk mengembalikan authorityku melalui pertarungan dan mempertimbangkan untuk membujuk Administrator, walau itu berarti menawarkan leherku, dan keadaan itu terus berlanjut...familiar yang kulepaskan mendapat cerita angin yang beredar di sekitar, kisah yang bisa dianggap sebagai kisah yang mustahil, di wilayah terpencil bagian utara."

"Kisah mustahil...?"

"Sebuah rumor tentang sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sekalipun sejak Quinella menjadi Administrator, setidaknya. Itu tentang salah satu obyek penghalang yang wanita itu buat di seluruh dunia untuk menghalangi perluasan tempat tinggal manusia...bagaimana salah satu dari mereka bisa menebang sebuah pohon raksasa yang menyerap sumber daya dari udara dengan area yang luas, dan memiliki daya tahan dan prioritas yang sangat luar biasa, hanya oleh dua orang pemuda."

"...Sepertinya aku telah mendengar cerita itu di suatu tempat..."

"Aku dengan tergesa-gesa memindahkan familiar yang aku tempatkan di wilayah utara Norlangarth yaitu Charlotte, untuk mencari kedua pemuda itu. Tepat ketika mereka hampir berangkat dari desa, aku akhirnya menemukan mereka. Aku menempatkan Charlotte ke kepala salah seorang dari mereka, seorang pemuda yang agak ceroboh, dan menyelidiki mengapa mereka mampu menghilangkan sebuah benda yang hampir mustahil untuk dihancurkan..."

Aku berpikir untuk mengatakan sesuatu karena dianggap sebagai seorang pemuda yang agak ceroboh, tapi aku benar-benar tidak menyadari Charlotte naik di kepalaku selama lebih dari dua tahun, jadi aku sama sekali tak bisa mendebatnya. Aku mendesak Cardinal untuk meneruskan sambil cemberut.

"Aku langsung menemukan alasannya. Pedang yang dimiliki oleh pemuda berambut kuning muda berasal dari kelas yang hanya ada beberapa buah di dunia, sacred instrument...Namun, keraguan baru muncul untuk memahami itu. Mengapa para pemuda ini memiliki object control authority yang tinggi seperti itu? Merasakan kegembiraan yang tidak aku rasakan dalam waktu lama, aku menajamkan pendengaranku pada percakapan kedua pemuda itu, siang dan malam. Sebagian besar adalah pembicaraan bodoh yang benar-benar tidak ada gunanya, namun..."

"M-Maaf tentang itu."

"Ugh, diam dan dengarkan. —Belum lama, aku akhirnya mengerti alasannya di kota tempat mereka beristirahat. Cukup mengherankan, kata itu mungkin tepat untuk diungkapkan karena mereka berdua mengusir unit pengintai berukuran besar dari Dark Territory seorang diri, kan? Jika itu terbukti benar, sejumlah besar kenaikan authority point yang biasanya dibagi antara sepuluh orang akan dimonopoli oleh mereka berdua. Aku mengerti itulah alasan di balik tingginya authority mereka hingga dapat memakai sacred instrument, tapi...pada saat yang sama, pertanyaan lain menyiksaku. Yaitu bagaimana bisa kedua pemuda yang lahir di desa terpencil itu yang bahkan bukan bagian dari corps penjaga, mengusir prajurit goblin dari Dark Territory yang memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa? Itu merangkum semuanya."

"Hanya memberitahu, tapi sembilan puluh persen dari itu adalah sandiwara."

Cardinal tampaknya ingin memarahiku karena menginterupsi lagi, namun dia merubah pikirannya, menutup mulutnya, dan perlahan-lahan mengangguk.

"Ya...memang, mungkin bagian itulah yang menyebabkan hasil tersebut. Keraguan itu akhirnya hilang, tapi itu benar-benar membutuhkan waktu yang lama. Kau tahu, pemuda berambut hitam...yaitu, kau Kirito, selalu berhati-hati dan memperhatikan setiap ucapan dan perilakumu terhadap partnermu, Eugeo. Namun, pada akhirnya pemahaman itu memukulku seperti petir, karena kau ternyata suka berperilaku seperti binatang yang tidak dipelihara oleh siapapun, atau dengan kata lain, seperti seekor anjing liar. Kau tidak terikat dengan Taboo Index sama sekali..."

"...Apa aku benar-benar melakukan sesuatu seperti itu...?"

"Berkali-kali. Akan kacau jika orang lain melihatnya. —Sejak saat itu, aku menganalisa makna di balik ucapan dan tindakanmu melalui mata Charlotte. Terus-menerus, bahkan setelah kalian berdua mencapai ibukota pusat dan masuk ke dalam North Centoria Akademi Master Pedang. Sudah lebih dari setaun sejak aku mulai mengamatimu...aku akhirnya menemukan sebuah jawaban. Singkatnya, kau bukanlah jiwa yang lahir di dunia ini dan terkurung di dalam sebuah light cube, namun manusia dari dunia luar...dunia di mana dewa pencipta yang asli, Rath, tinggal..."

"—Kalau begitu aku pasti telah mengecewakanmu. Bagaimanapun juga, aku tidak memiliki hak supervisor yang biasanya aku miliki, belum lagi aku bahkan tidak memiliki metode untuk berkomunikasi dengan Rath...kenapa, aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi di luar sekarang..."

Aku berbicara dengan nada meminta maaf karena aku hanya bisa memberikan sedikit bantuan, Cardinal mengguncang jari telunjuk kanannya sambil tertawa ringan.

"Aku tahu itu dari awal. Bagaimanapun juga, jika kau memiliki system authority di atas Administrator, kau tidak perlu mengalahkan goblin dengan pedang, dan menderita luka selama proses. Aku juga tidak dapat menemukan alasan mengapa kau muncul di Underworld dalam keadaan seperti ini. Aku kira itu mungkin karena kecelakaan...atau mungkin untuk mengumpulkan data melalui ingatan, pengetahuan, dan authority terbatasmu. Aku akan kagum jika kau tidak diberikan kompensasi yang besar jika itu karena alasan yang terakhir."

"...Ya, kau benar. Aku tidak tahu apa yang harus kupikirkan tentang diriku sendiri jika karena alasan yang terakhir."

Mengingat rasa sakit dari luka bahu kiriku, aku bergumam tadi.

"Apapun itu, kau tetaplah harapan terbesarku. Bagaimanapun juga, keberadaanmu telah menghancurkan penghalang penting lain dalam pertempuran melawan Administrator yang aku bicarakan sebelumnya."

"Sebenarnya apa hambatan itu?"

"—Melaksanakan Synthesis Ritual membutuhkan perintah panjang dan parameter penyesuaian yang luas. Termasuk tahap persiapan, itu menghabiskan waktu sekitar tiga hari."

Cerita tiba-tiba melompat ke depan dan sekali lagi aku terbingung. Tapi bibir Cardinal terus bergerak, menunjukkan kalau dia tidak tahu hal itu ada di wajahku.

"Singkatnya, hampir tidak perlu menggunakan sacred art yang bisa mengakses light cube secara langsung kedalam akun saat pertarungan normal. Dengan kata lain, jiwamu tidak akan diambil alih dan dicuci otak untuk menjadi Integrity Knight di tengah-tengah pertempuran. Namun, bagaimana jika Administrator menyerah dalam menangkap prajurit yang kupilih dan mencoba untuk menghapusnya saja...? perintah yang diperlukan cukup singkat dan parameter penyesuaiannya pun rendah. Itu bahkan mungkin lebih cepat daripada membuat penjaganya bertarung. Aku bisa mengimbangi serangan yang mengurangi life dengan peralatan dan sacred art. Namun, tidak ada pertahanan yang bisa melawan serangan yang menyerang fluctlight. Aku memeras pikiranku dalam waktu yang lama ketika aku menyadari kemungkinan itu."

"...Serangan kepada jiwa...itu cukup mengerikan..."

"Ya. Master dalam hal apapun akan kehilangan kekuatan dan ingatannya akan hancur...Karena itu, Kirito, kaulah satu-satunya orang yang mampu menghadapi serangan itu. Seperti yang kuduga, bahkan Administrator sekalipun tidak dapat meletakkan tangannya pada sacred instrument dari dunia luar, «STL», yang kau gunakan untuk memindahkan jiwamu ke Underworld. Karena perintah untuk itu tidak ada. Apa kau paham alasan mengapa aku begitu menunggu kedatanganmu saat ini? Alasan mengapa aku memaksimumkan jumlah pintu dan terus menunggu kedatanganmu dengan tak sabar, dalam rangka untuk membawamu ke dalam Ruangan Perpustakaan Besar ketika kau memenangkan Turnamen Kesatuan...atau mungkin, sebelum kau diseret ke area interogasi setelah melangkah ke Gereja Axiom sebagai penjahat yang melanggar Taboo Index...?"

Akhirnya, kisah biografi yang sangat panjang ini telah sampai ke titik terakhir, dan Cardinal mengambil napas dalam-dalam saat rona merah samar muncul di pipinya.

"...Jadi begitu, jadi itu alasannya..."

Aku masih tidak tahu alasan mengapa aku masuk ke dalam Underworld. Sebaliknya, aku malah mengatakan bahwa alasan itu adalah untuk menemukan metode berkomunikasi dengan Rath yang kupikir hanya akan ada di inti dunia, Gereja Axiom, sebagai tujuanku.

Namun, aku hanya bisa berpikir kalau perjuanganku ke tempat ini memang benar-benar telah ditakdirkan, ketika gadis ini, yang telah hidup dalam waktu yang lama, dengan jelas menyatakan hal itu. Apa ini memang nasibku untuk mencoba mengerahkan semua usahaku untuk membantu Cardinal dan menyelamatkan beberapa orang ke dunia nyata, meski itu hanya sepuluh, dengan keberhasilan yang tidak terjamin dalam pertarungan melawan Administrator—?

Tidak, sebelum membicarakan nasib atau semacamnya, aku tidak bisa menemukan alasan untuk menolak gadis di depan mataku, yang dengan sungguh-sungguh menunggu saat ini selama dua ratus tahun. Dia mengatakan bahwa dia adalah program tanpa emosi berkali-kali, tapi aku tidak mempercayai hal itu karena mendengar ceritanya yang sangat panjang. Cardinal, pastilah manusia yang memiliki emosi sepertiku. Aku yakin itu, walau terikat oleh perintah, meski harapannya hanya satu—mengoreksi dunia.

"Bagaimana, Kirito. Aku tidak bisa memaksamu...jika kau tidak dapat menyetujui rencanaku untuk mengembalikan dunia menjadi nol, aku akan memberikan Eugeo dan dirimu posisi apapun yang sesuai dengan keinginanmu. Dalam situasi ini, kalian berdua harus mengatasi semua kesulitan untuk mengalahkan Administrator, dan kemungkinan besar kalian juga akan bertarung denganku setelah kalian mencapai tujuan kalian masing-masing, tapi...aku bisa katakan bahwa itu juga, adalah takdir..."

Memgumamkan itu, Cardinal kemudian menunjukkan senyum yang berbeda, senyum yang paling tepat untuk usianya sejak dia mengundang kami ke ruang perpustakaan ini.

Setelah cukup lama terdiam, aku menjawab pertanyaan gadis itu dengan keinginanku sendiri.

"Cardinal...Jiwamu adalah salinan Quinella, itu yang kau katakan, kan...?"

"Ya, itu benar."

"Kalau begitu...Kau pasti juga memiliki darah bangsawan murni. Gen untuk mengejar kepentingan dan keinginanmu sendiri...Mengapa kau tidak membuang semuanya dan mencoba untuk melarikan diri? Seharusnya mungkin bagimu untuk melarikan diri ke beberapa desa kecil, begitu jauh hingga Administrator tak dapat melacakmu, dan jatuh cinta, menikah, dan membesarkan anak-anak seperti seorang gadis biasa...bahkan mungkin meninggal karena usia tua dalam kebahagiaan. Bukankah itu keinginanmu? Darahmu pasti memerintahkanmu untuk mengikuti keinginanmu...terus-menerus selama dua ratus tahun. Mengapa kau menolak perintah itu dan terus menunggu selama lebih dari dua ratus tahun di tempat seperti ini sendirian...?"

"Kau memang orang yang sangat-sangat bodoh."

Cardinal tersenyum.

"Aku sudah bilang, bahwa semua kepentingan dan keinginanku hanyalah satu karena tujuan keberadaan sub-proses Cardinal tertanam di dalam jiwaku, yaitu untuk menghilangkan Administrator dan menormalkan dunia. Dalam pikiranku, sebuah dunia normal tidak lagi bisa dicapai tanpa mengembalikannya ke ketiadaan total. Karena itu—Karena itu, aku—"

Ada jeda mendadak dalam kata-katanya, jadi aku menatap kacamata Cardinal. Mata coklat yang terbakar terbuka lebar itu tampak bergetar dengan kuat, mungkin karena menahan semacam emosi. Dengan segera, bibir itu bergerak dan suara yang begitu pelan hingga aku hampir tidak bisa mendengarnya keluar.

"...Tidak...Aku kira itu salah...Aku juga...aku juga memiliki keinginan, satu keinginan...Sesuatu yang ingin aku pahami dengan biaya apapun...dalam dua ratus tahun ini..."

Kelopak matanya menutup dan membuka sekali lagi, Cardinal menatapku tajam. Dia menggigit bibirnya dengan ragu-ragu dan sesaat mengenggam tangannya bersama-sama, tapi kemudian dia tiba-tiba turun dari kursi dan berdiri dengan bunyi gedebuk.

"Hei, Kirito, Kau juga berdiri lah."

"Hah...?"

Aku berdiri dari tempatku. Cardinal mendongak sedikit untuk melihat diriku, berdiri tegak dengan kepala terlihat ragu-ragu. Badanku tidak terlalu tinggi, tapi tetap saja, perbedaan tinggiku cukup banyak dibandingkan degan gadis yang penampilan luarnya berumur sekitar sepuluh tahun ini.

Cardinal mengerutkan keningnya saat dia memeriksa sekeliling kami, menempatkan kaki kanannya ke kursi yang dia duduki, dan naik dengan beberapa usaha. Berpaling padaku, dia mengangguk seolah memeriksa apakah tinggi mata kami sejajar.

"Mari kita mulai. Hei Kirito, kemari."

"...?"

Dengan tetap bingung tentang situasi ini, aku mengambil beberapa langkah dan berdiri di depan Cardinal.

"Lebih kedepan."

"Ehh?"

"Berhentilah mengeluh."

Ada apa, aku bertanya-tanya ketika aku maju sedikit demi sedikit. "Itu sudah cukup" pada saat aku diperintahkan berhenti, ubun-ubun kami telah menyentuh satu sama lain. Cardinal menatap mataku sekilas, saat aku berkeringat dingin, dan segera memalingkan muka, dan menerima perintah lain.

"Lebarkan tanganmu."

"...Seperti ini?"

"Belokkan mereka di depan dan buatlah cincin."

"......"

Tentunya, dia tidak akan memukulku dengan tongkat, atau sesuatu seperti itu, saat aku mengikuti intruksinya-ragu-ragu, aku perlahan-lahan menggerakkan lenganku, melewati tubuh Cardinal, dan memegang jari kiri dan kananku bersama-sama di tempat yang cukup jauh dari punggungnya.

Setelah menghabiskan beberapa detik yang diisi dengan keheningan yang canggung, Cardinal membuat suara klik yang sedikit manis dengan lidahnya.

"Ugh, tidakkah kau malu?"

Apa kau menujukannya padaku. Aku tidak bisa mengarahkan pikiranku ke mana-mana sebelum aku menghentikannya di tengah-tengah.

Jubahnya terbuka, dua lengan Cardinal dengan takut-takut melewati punggungku dan aku bisa merasakan dia mengerahkan kekuatan yang sangat pelan melalui kain bajuku. Topi besar yang bertabrakan dengan dahiku membuat suara jatuh ke meja dan rambut keriting berwarna kastanye menyentuh pipi kiriku. Sedikit berat dan panas samar bisa kurasakan di bahu dan dadaku.

"......"

Setelah menahan sebisaku dalam keheningan yang semakin memberat ini, aku mencoba untuk menanyakan alasan di balik situasi ini. Namun sebelum aku bisa, suara Cardinal yang hampir tak terdengar keluar menuju atmosfer Ruangan Perpustakaan Besar ini.

"Jadi begitu...jadi ini adalah..."

Mengikuti perintahnya, aku mendesah—

"...Jadi ini artinya menjadi manusia?"

Napasku langsung tertahan.

Jika ada sesuatu yang Cardinal ingin tahu, setelah menghabiskan dua ratus tahun merenung tentang segala sesuatu, jelas tidak akan ada jawaban lain selain kontak dengan manusia lain, kan?

Dasar dari kata manusia adalah berhubungan dengan orang lain. Menjadi manusia berarti bertukar kata dengan orang lain, menggenggam tangan satu sama lain, merasakan kontak diantara jiwa.

Meski begitu, gadis ini telah hidup selama dua ratus tahun sendirian, dikelilingi oleh buku yang sama sekali tak bisa bicara.

Aku akhirnya dengan jelas bisa memahami hidup yang telah dilalui Cardinal, dengan tingkat realitas tertentu. Pada saat yang sama, aku menggerakkan lengan kiri dan kananku, dengan kuat menarik punggung gadis itu ke arahku.

"...Hangat..."

Ada sesuatu yang berbeda dengan suara Cardinal dibandingkan dengan sebelumnya, mendesah seperti bergumam.

Aku juga bisa merasakan tetes kecil air mata pada saat itu, membawa rasa hangat saat mereka dengan lembut menyentuh pipiku.

"...Berharga...setidaknya...dua ratus tahun hidupku...tidak sia-sia..."

Air matanya terus mengalir satu demi satu, sebelum menghilang di suatu tempat.

"Aku puas...hanya mengetahui kehangatan ini...ini sudah cukup, untuk hadiah..."

Sword Art Online Vol 12 - 093.jpg

Aku tidak tahu berapa lama kami tetap seperti itu, tapi perutku sudah terasa kosong ketika perasaan lembut itu berakhir.

Turun dari kursi, Cardinal mengangkat topinya yang jatuh dan menepuk-nepuknya sebelum menempatkannya di kepala. Mendorong kacamata bulatnya saat dia kembali menatapku, mimik wajahnya sudah kembali seperti sebelumnya.

"Berapa lama lagi kau mau berdiri kebingungan seperti itu?"

"...Itu terlalu berlebihan..."

Protes terhadap kata-katanya yang membuatku berpikir kalau air mata sebelumnya adalah khayalan, aku mengambil tempat duduk di tepi meja. Cardinal dengan diam menungguku menyilangkan tanganku dan menarik napas panjang sebelum menanyakan pertanyaan terakhir.

"—Jadi, apa kau sudah memutuskan? Maukah kau menerima proposalku, atau menolaknya?"

"......"

Aku, sayangnya tidak cukup memiliki ketegasan untuk segera menjawabnya.

Secara logika, memilih sepuluh orang yang harus kuselamatkan dan meminjam bantuan Cardinal untuk melarikan diri ke dunia nyata akan menjadi hasil terbesar yang bisa kuharapkan—untuk saat ini, kupikir. Bagaimanapun juga, aku tidak bisa merumuskan pilihan alternatif lain yang lebih baik dalam kondisiku saat ini.

Tapi itu bukan berarti aku tidak bisa memikirkan apapun. Aku ingin mempercayai itu. Oleh karena itu, setelah mengangkat wajahku, aku menatap lurus Cardinal dan berbicara.

"...Aku mengerti. Aku akan berpartisipasi dalam strategimu. Tapi..."

Seolah memeras keluar setiap kata, satu persatu, aku melanjutkan.

"Tapi aku tidak akan berhenti berpikir. Bahkan ketika kita mulai berperang melawan Integrity Knight dan Administrator, aku akan terus mencari metode lain. Sebuah solusi yang entah bagaimana akan menghidari fase tragedi percobaan beban dan membuat perdamaian dunia dapat terus bertahan."

"Astaga, optimismemu terlalu bodoh, tahu. Meski aku sudah mengetahui itu."

"Nah, kau tahu...Aku juga tidak ingin kau menghilang. Jika kau mengatakan padaku untuk memilih sepuluh orang, kau akan termasuk disana, jangan buat kesalahan tentang itu."

Cardinal segera menyelimuti matanya yang terbuka lebar dalam sekejap, dengan naungan cemoohan dan menggeleng dengan gerakan berlebihan.

"...Dan diatas semua itu, kau benar-benar bodoh. Jika aku melarikan diri, siapa yang akan menghapus dunia ini?"

"Seperti yang aku katakan...Aku paham keadaannya, tapi aku tidak bisa menyia-nyiakan perjuanganmu, itu saja yang bisa kukatakan."

Menggelengkan kepalanya dengan putus asa pada alasanku, gadis itu berbalik menghadapkan punggungnya padaku. Suara yang tersapu angin pelan itu menyebabkan jubahnya berkibar dengan tenang, menyembunyikan dua ratus tahun isolasi yang sama sekali mustahil untuk dihapuskan hanya dengan kontak sesaat.

"Hari akan datang ketika kau juga...merasakan pahitnya kepasrahan...Bukan saat ketika kau memberikan semua yang kau punya dan gagal...tapi saat dimana kau memang harus menerima premis kegagalan...—Sekarang, mari kita kembali. Sepertinya partnermu akan segera selesai membaca buku-buku sejarah. Mari kita bahas rincian konkret untuk rencana kita dari sekarang dengan Eugeo."

Memukul tongkatnya ke lantai batu, Cardinal berpaling ke arah kamu masuk dan mulai berjalan, tanpa sedikitpun menatapku.

Part 2[edit]

Seperti yang Cardinal perkirakan, Eugeo baru saja menutup buku besar di atas pangkuannya sambil duduk di tengah-tengah tangga ketika kami kembali ke rak buku-buku sejarah.

Matanya berkedap-kedip bingung seolah dia belum terbangun dari ratusan tahun laporan sejarah saat aku memanggilnya sambil berjalan mendekat.

"Itu butuh waktu beberapa saat. Maaf telah membuatmu menunggu sendirian."

"Maaf telah meninggalkanmu sendirian."

Mendengar itu, bahu Eugeo tiba-tiba bergetar dan dia mengedipkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menatapku.

"Ah...aah, Kirito. Sudah berapa lama...?"

"Eh? Erm..."

Aku menatap bingung ke sekeliling, tapi tidak ada satu jendelapun disini,apalagi jam. Cardinal perlahan berdeham dan menjawab.

"Sudah sekitar dua jam, matahari benar-benar di tengah langit sekarang. —Bagaimana, sejarah panjang Dunia Manusia?"

"Hmm...bagaimana aku harus mengatakan ini...?"

Ketika ditanya, Eugeo menggigit bibirnya berkali-kali seakan mencari kata-kata, kemudian bergumam dengan nada tegas.

"...Apa segala sesuatu yang tertulis di dalam buku ini benar-benar terjadi? Ini seperti...sedang membaca serangkaian dongeng yang ditulis...kau tahu, sebagian besar episode berjalan seperti, beberapa jenis masalah terjadi pada suatu waktu dan suatu tempat, Integrity Knight tiba dan memecahkan masalah, dan sejak saat itu, peraturan baru seperti ini dan itu ditambahkan ke Taboo Index...itu penuh dengan cerita seperti itu."

"Mau bagaimana lagi, itu adalah fakta sejarah. Mereka seperti jaring dengan air yang dituangkan dan tumpah melalui celah-celahnya, menutup kekosongan, saling sambung-menyambung, seperti itulah organisasi Gereja Axiom."

Cardinal dengan enteng mengeluarkan kata-kata itu, membuat Eugeo melebarkan matanya. Wajar saja, sebab itu yang mungkin pertama kalinya dia bertemu seseorang yang mengkritik gereja, belum lagi dia adalah seorang gadis muda—meskipun, itu hanya penampilan luarnya.

"Aah, dia disebut Cardinal. Err...dia dibuang oleh pendeta tertinggi saat ini, Administrator, dan pernah menjadi pendeta tertinggi juga."

Setelah aku memberikan pengenalan ringkas itu, Eugeo menjauh sambil membuat suara aneh dari belakang tenggorokannya saat dia menelan ludah.

"Tidak, tak perlu takut. Sepertinya dia bersedia untuk membantu kita meski kita akan bertarung melawan para Integrity Knight."

"Mem...membantu kita...?"

"Ya. Orang ini memiliki tujuan untuk mengalahkan Administrator dan mengembalikan posisinya sebagai pendeta tertinggi. Jadi...yah, kami memutuskan untuk membentuk aliansi."

Tak ada sedikitpun kebohongan dalam penjelasan yang kusederhanakan tadi, tapi penjelasan tentang semua penghuni Underworld yang akan dihapus setelah Cardinal mendapatkan authoritynya adalah sesuatu yang tidak bisa kujelaskan. Aku mungkin harus membicarakannya dengan Eugeo suatu hari nanti, tapi tetap saja, aku sama sekali tidak memiliki ide bagaimana aku nanti bisa memulai pembicaraan tentang ini.

Seakan dibalut dalam ketaatan, partnerku menatap Cardinal tanpa adanya sedikitpun rasa ketidakpercayaan di matanya dan tersenyum gugup.

"Benarkah...itu akan sangat membantu, sungguh. Jika dia pernah menjadi pendeta tertinggi, maka apakah dia tahu kalau Alice...sang Integrity Knight, Alice Synthesis Thirty, adalah orang yang sama dengan Alice Schuberg dari Rulid...? Jika iya...bagaimana metode untuk membuat Alice kembali seperti semula...?"

Cardinal menurunkan bulu matanya sedikit mendengar pertanyaan Eugeo, yang bertanya dengan tergagap.

"Aku minta maaf, tapi...informasi yang bisa kudapatkan dari tempat ini sangat terbatas. Pada dasarnya, aku juga tidak tahu apa-apa, selain dari jumlah familiar pengamatku yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Aku mungkin masih tahu jika itu adalah insiden di dalam Kathedral atau di pusat Centoria, tapi jika di daerah terpencil hanya akan...Aku tahu kelahiran seorang Integrity Knight bernama Alice, tapi aku benar-benar tidak tahu tentang asal-usulnya untuk saat ini..."

Bahu Eugeo sedikit merosot setelah mendengar kata-kata itu, tapi dia dengan tajam menarik napas setelah mendengar kata-kata selanjutnya.

"—Namun, aku bisa mengajarkan metode untuk mencabut sacred art yang melahirkan, tidak, yang menghasilkan Integrity Knight, «Synthesis Ritual»."

Cardinal menatap Eugeo dan aku secara berurutan, kemudian berbicara dengan nada tegas.

"Kau tinggal menghapus «Piety Module» yang dimasukkan ke dalam jiwa mereka."

"Pahy...moju...?"

Aku menambahkan beberapa informasi untuk Eugeo, yang mengulangi kata-kata asing dari bahasa Inggris, tidak, pengucapan suci dengan kesulitan.

"Modul, er, memiliki arti 'bagian' dalam pengucapan suci. Ingat, kau melihatnya ketika kita bertarung melawan Integrity Knight Eldrie di taman mawar, kan? Ketika pria itu menjadi aneh di tengah pertarungan..."

"Aah...sesuatu yang tampak seperti batang kristal ungu yang keluar dari dahinya..."

"Ya, itulah artinya."

Mengangkat tongkat di tangan kananya, Cardinal menggambar garis horizontal di udara dengan ujungnya, lalu menggerakkannya seakan memotong garis di sekitar bagian tengahnya.

"Piety Module dimasukkan untuk menghambat ingatan. Melalui itu, sejarah dari orang yang akan menjadi seorang Integrity Knight akan disegel, sekaligus memaksa kesetiaan mutlak terhadap Gereja Axiom dan pendeta tertinggi. —Namun, stabilitas paksaan dan kompleks art seperti itu tidaklah tinggi. Jika ingatan penting di sekitar modul menerima rangsangan eksternal dan menjadi aktif, Art itu akan mulai terhapus seperti yang kalian berdua lihat."

"Dengan kata lain...untuk menghilangkan Art itu ,kami hanya tinggal mengembalikan ingatan masa lalu Intergrity Knight, begitu kah?"

Tanyaku dengan semangat, namun Cardinal tidak mengangguk.

"Tidak...itu tidak cukup. Ada satu hal lagi, satu hal lain yang kau butuhkan."

"A-Apa itu?"

Eugeo yang bertanya kali ini.

"Apa yang awalnya ada sebelum modul itu telah dimasukkan. Dengan kata lain, fragmen memori yang paling dihargai oleh Integrity Knight. Biasanya, ingatan tentang orang yang paling mereka cintai. Apa kalian ingat apa kata-kata yang paling banyak dikatakan oleh Integrity Knight yang kalian lawan?"

Eugeo menjawab sebelum aku bisa mengingatnya.

"Ya. Itu adalah nama ibunya. Kristal itu tampak seperti akan jatuh sedikit lagi ketika dia mendengar nama ibunya."

"Lalu ada kemungkinan seperti itu. Ingatan yang diekstrak dari Eldrie berhubungan dengan ibunya, itulah di mana modul itu tertanam. Kau tahu, meski ingatan masa lalu Integrity Knight sama sekali tidak penting bagi Administrator, memori dan kemampuan itu berhubungan. Jika semua ingatan mereka dihapus, kekuatan mereka sebagai knight akan...bahkan keahlian berpedang dan teknik sacred art mereka akan hilang. Oleh karena itu, dia menahan diri untuk menghapus semua ingatan mereka. Aku menghapus sebagian besar ingatanku untuk memperpanjang hidupku, tapi aku kehilangan banyak pengetahuan dan kemampuan yang kucapai dalam kurun waktu itu juga..."

Menambil napas pendek, Cardinal menambahkan.

"...Aku akan mengatakan ini lagi, semua fragmen memori yang paling penting bagi Integrity Knight telah dicuri oleh Administrator. Kecuali kau mengembalikan itu, aliran ingatan mereka tidak akan kembali seperti semula, walau kau menghapus piety module. Dalam skenario terburuk, ingatan mereka sendiri yang akan mengalami kerusakan parah."

"Fragmen memori...La-Lalu...bagaimana jika Administrator merusak hal itu ketika menariknya menjadi knight...?"

Aku dengan gugup bertanya, dan Cardinal perlahan menggeleng dengan ekspresi yang rumit.

"Tidak...aku meragukan hal itu. Administrator adalah seorang wanita yang sangat cermat, tidak mungkin baginya untuk merusak sesuatu walau hal itu hampir tidak berguna. Harus tidak ada kesalahan apapun agar dia tetap aman di kamarnya sendiri...lantai atas Katedral Pusat..."

Lantai atas Kathedral—bagian dari ingatanku serasa ditusuk saat aku mendengar kata-kata itu, tapi itu menghilang sebelum aku bisa menahannya. Selagi merasakan iritasi aneh, aku bergumam.

"Jadi itu berarti...kita membutuhkan fragmen memori yang dicuri itu untuk mengembalikan ingatan Integrity Knight seperti semula, tapi kita harus menerobos penjagaan knight dan mencapai lantai atas di mana Administrator berada, untuk mendapatkan hal itu, huh..."

"Jangan sampai berpikir naif untuk memperoleh kemenangan atas Integrity Knight tanpa membunuh."

Cardinal berbicara sambil menatapku sekilas.

"Apa yang dapat kulakukan untuk kalian berdua hanyalah untuk menyediakan peralatan yang setara dengan Intergrity Knight. Sisanya tergantung pada semua usaha kalian berdua dalam pertempuran."

"Eh...kau tidak pergi bersama kami?"

Berharap kalau punggung kami akan memiliki dukungan yang meyakinkan karena dia mampu menggunakan Art penyembuhan, aku bertanya kembali tanpa berpikir. Tapi Cardinal dengan singkat menggeleng.

"Jika aku meninggalkan Ruangan Perpustakaan Besar, Administrator akan merasakan hal itu segera dan itu mungkin akan berkembang menjadi perang habis-habisan melawan semua Integrity Knight di dalam Kathedral dan juga perempuan itu sendiri. Jika kalian berdua yakin dalam bertarung dan mengalahkan sepuluh Integrity Knight sekaligus, baru aku tidak keberatan, jadi?"

Jika dia bertanya sekejam itu, Eugeo dan aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan.

"—Namun, Administrator belum membuang rencananya menangkap kalian berdua dan membuat kalian menjadi Integrity Knight. Jika kalian berdua pergi sendiri, dia harus mengirimkan sejumlah kecil knight dan mencoba untuk menangkap kalian berdua hidup-hidup. Tidak ada cara lain selain menerobos para knight satu demi satu dan berlari menuju Kathedral."

"Mgh..."

Benar, kami harus membagi musuh walau itu berarti kami harus menggunakan diri kami sebagai umpan, jika kami melawan dengan jumlah yang unggul. Tapi walau itu berhasil, lawan kami adalah Integrity Knight, yang terkuat di dunia. Kami bertarung habis-habisan melawan Eldrie, jadi aku hanya bisa menyerah jika ada dua knight yang datang.

Eugeo berbicara menggantikanku, selagi aku tenggelam dalam keheningan, dengan cahaya yang agak suram di matanya.

"—Aku mengerti. Aku akan bertarung jika diperlukan dan jika tidak ada pilihan lain selain membunuh...aku tidak akan menghindari itu. Aku keluar dari penjara dengan resolusi itu dari awal...Namun, jika Alice yang muncul...—Aku tidak akan bertarung dengannya, bagaimanapun juga, aku datang kesini untuk membawanya kembali."

"Fm...itu benar. Eugeo, aku juga bersimpati dengan tujuanmu. —Baiklah, jika Integrity Knight Alice berdiri didepanmu, kau akan melakukannya dengan baik jika menggunakan ini."

Cardinal berkata, dan apa yang dia ambil dari jubah hitamnya adalah dua belati yang sangat kecil.

Mereka memiliki bentuk yang sederhana, seolah seseorang hanya mempertajam sisi yang paling panjang. Detil hiasannya hanyalah rantai tipis yang melewati lubang di gagang. Cardinal memberikan Eugeo dan aku masing-masing satu belati yang berwarna cokelat tua berkilau itu. Aku menerimanya, menggenggam pegangannya yang sangat tipis di antara ujung jariku, dan hampir menjatuhkannya karena beratnya tak terduga. Panjangnya bahkan tidak mencapai dua puluh sentimeter, tapi berat yang aku rasakan tidak jauh berbeda dari pedang latihan di Akademi Master Pedang.

"Apa ini...? Senjata rahasia yang dapat membunuh dalam satu serangan atau sesuatu seperti itu?"

Memasukkan jariku kedalam rantai, aku menatap belati yang menggantung di depan wajahku saat aku bertanya, dan Cardinal menggeleng dengan keras.

"Belati itu sendiri hampir tidak memiliki kemampuan ofensif, meski penampilannya seperti itu. Namun, akan ada jalur yang terhubung antara aku, di Ruangan Perpustakaan Besar, dengan orang yang tertikam oleh itu. Dengan kata lain, berbagai sacred art yang dapat kugunakan akan mempengaruhi target. Bagaimanapun, belati itu awalnya adalah bagian dari diriku. —Eugeo, hindari serangan Integrity Knight Alice dan tusuk itu ketubuhnya di suatu tempat, posisi bukanlah masalah. Ini hampir tidak akan mengurangi life sedikitpun. Pada saat itu, aku akan membuat Alice tertidur nyenyak dengan art ku...sampai kalian berdua mengembalikan ingatan gadis itu dan bersiap-siap untuk menghapus synthesisnya."

"Tertidur...nyenyak..."

Sepertinya Eugeo berada dalam keadaan setengah percaya dan setengah tidak percaya, saat dia menatapi belati cokelat tajam di telapak tangannya. Dia pasti dengan enggan menyakiti Alice, walau dengan senjata yang bahkan lebih tipis dari pisau kertas.

Aku dengan pelan menepuk punggung partnerku dan berbicara.

"Eugeo, mari kita percayai orang ini. Jika kau berpikir tentang hal ini, kita harus membuat Alice pingsan atau sesuatu seperti itu jika kita harus bertarung dengannya dan kita pasti akan terluka cukup serius, sama juga dengannya. Dalam perbandingan, ditusuk belati seperti ini hanya akan seperti disengat oleh lalat kuda rawa besar."

"...Meski serangga itu tidak menyengat manusia."

Mungkin suasana hatinya telah pulih, tapi Eugeo mengoreksi kata-kata asalku seperti ketika kami berada di akademi. Kemudian dia berbalik kembali ke Cardinal.

"Aku mengerti. Jika aku tidak dapat membujuk Alice, izinkan aku untuk memanfaatkan ini kalau begitu."

Menggenggam belati dalam telapak tangannya dengan erat, dia membungkuk dengan dalam seakan meyakinkan dirinya sendiri. Aku menghela napas lega juga, melihat belati berbentuk salib yang menggantung di tangan kananku.

"...Cardinal, kau mengatakan bahwa belati ini adalah bagian darimu sebelumnya, kan? Apa yang kau maksud dengan itu?"

Cardinal mengangkat pelan bahunya pada pertanyaanku.

"Walau Administrator dan aku mampu menghasilkan setiap benda, itu tidak seperti kami bisa menghasilkan mereka dari kehampaan."

"Hah...?"

"Sumber daya yang ada di dunia ini terbatas. Kau pasti memahami itu dari bagaimana lahan pertanian tidak bisa ditanami di sekitar Gigas Cedar yang kalian berdua tebang, kan? Dalam cara yang sama, jika aku harus membuat sebuah objek dengan prioritas tertentu, aku harus mengorbankan eksistensi yang sama dengan itu. Ketika aku sebelumnya memiliki kesempatan bertarung melawan Administrator, dia menciptakan pedang, dan aku, tongkat—tapi dalam sekejap, semua harta berharga di dalam ruangan itu seluruhnya lenyap, hehe."

Cardinal memukul tongkat di tangan kanannya ke lantai batu dan gagal untuk menahan tawanya yang agak senang.

"—Namun seperi yang kau lihat, Ruangan Perpustakaan Besar adalah ruangan tertutup. Walau aku mencoba untuk membuat senjata dengan prioritas tinggi, tidak ada objek yang dapat melakukan pertukaran setara. Jumlah buku sebanyak ini memang bisa, yah, karena mereka juga bisa dikatakan berharga, tapi itu hanya berlaku untuk konten mereka, jadi...aku berpikir untuk menggunakan tongkat ini juga, tapi ini dibutuhkan dalam pertarungan melawan Administrator, hingga akhirnya hanya satu benda yang tersisa, yaitu tubuhku sendiri. Tubuh ini tentu berharga, sebab itu adalah benda yang memiliki authority tertinggi di dunia setelah semua."

"Tu..."

"Tubuh...?"

Eugeo dan aku secara naluriah memeriksa tubuh ramping Cardinal dari kepala ke bawah. Aku segera menyadari kasarnya hal itu dan mengalihkan pandanganku, tapi aku yakin kalau gadis ini memiliki keempat anggota badan saat ini. Setelah menelan kata-kataku berkali-kali, aku takut-takut membuka mulut.

"...I-Itu...untuk mengatakannya, kau memotong bagian tubuh itu, mengkonversinya menjadi sebuah objek, lalu meregenerasi bagian itu...?"

"Idiot, tidak akan ada yang dikorbankan kalu begitu. Ini dia."

Setelah memutar kepalanya menghadap kesamping, Cardinal memutar-mutar dan mengibaskan ikatan rambut keriting bewarna chestnutnya yang sangat pendek yang diikat di kedua sisi tengkuk rampingnya.

"Ah, aah...jadi begitu, jadi rambutmu..."

"Kompensasi untuk satu belati itu adalah satu dari ini, yang tumbuh selama dua ratus tahun. Aku bisa menunjukkannya waktu sebelum dipotong jika kalian datang lebih awal."

Dia bilang begitu dengan bercanda, tapi bayangan sekilas akan kesedihan muncul di matanya membuktikan bahwa Cardinal tetaplah seorang gadis dengan bagian dari dirinya yang digunakan sebagai bahan dasar.

Tapi fragmen sentimentalitas itu langsung menghilang ke kedalaman sikap bijaknya.

"—Dengan alasan tersebut, masing-masing belati itu mungkin terlihat kecil diluar, namun memiliki ketajaman dan daya tahan yang mampu menembus baju besi Integrity Knight. Selain itu, mereka dapat menghubungkan jalan melalui ruang kehampaan di sekitar Ruangan Perpustakaan Besar karena mereka masih menjadi bagian dari tubuhku dalam arti tertentu...Aku awalnya membuat mereka untuk berurusan dengan Administrator. Kirito, aku memintamu untuk menusuk tubuhnya setelah menghindari serangan-serangan perkasa miliknya. Aku membuatnya dua karena bermaksud membuat satunya sebagai cadangan, tapi oh yah, kau hanya harus berhasil pada percobaan pertama."

"Ugh...itu adalah beban besar, huh..."

Aku akhirnya menyadari setelah melihat belati yang bergoyang dibawah tangan kananku sekali lagi. Bahwa kilau cokelat tua itu identik dengan warna rambut keriting yang keluar dari tepi topi Cardinal.

Eugeo tampaknya telah memahami nilai belati yang diberikan padanya, meski bingung pada penjelasan campur aduk dengan pengucapan suci, dia dengan gugup membuka mulutnya.

"Er-Erm...apa benar-benar tidak apa? Membiarkanku menggunakan salah satu belati ini untuk Alice, meski hanya ada dua...?"

"Aku tidak keberatan. Dan lagipula..."

Cardinal menahan kata-katanya dan menatapku, matanya seolah bisa melihat pikiran batinku dengan sempurna.

Ya, lagipula, bantuan Cardinal dalam menghilangkan cuci otak Alice diperlukan agar fluctlight dari sepuluh orang, termasuk Eugeo dan Alice, dapat melarikan diri ke dunia nyata. Mungkin lebih baik untuk memulihkan Alice sebelum menjelaskan situasi itu kepada Eugeo. Jika dia bersama dengan orang yang berharga baginya, bahkan Eugeo mungkin setuju untuk melarikan diri dari dunia ini. Tidak, aku harus membuatnya menerimanya, tidak peduli cara apa yang harus kuambil.

Merasa malu karena tanpa sadar aku telah menyetujui rencana pemusnahan dunia sebagai syarat yang diberikan, aku dengan erat mengenggam rantai. Ya...mungkin tidak ada jalan lain untuk Underworld selain menghilang. Tapi meski begitu, aku ingin memasukkan Cardinal ke dalam sepuluh orang tersebut. Walau aku harus menipu dirinya dalam proses itu.

Melarikan diri dari tatapan mata Cardinal yang terasa seperti bisa melihat segala hal, aku berpaling, melonggarkan bajuku, dan menggantungkan belati di sana setelah aku memasukkan rantainya ke kepalaku. Setelah Eugeo melakukan hal yang sama, aku bertanya tentang sesuatu yang sedikit menarik perhatianku selama penjelasan Cardinal tadi.

"Sekarang jika aku berpikir tentang itu...jika ada sesuatu yang diperlukan sebagai kompensasi untuk membuat objek, bagaimana dengan mereka? Tumpukan makanan dan minuman yang kau buat ketika kami datang kesini."

Cardinal dengan pelan mengangkat bahunya naik dan turun, dan menjawab dengan tersenyum.

"Meh, tak perlu resah mengenai hal itu. Aku hanya membuat dua atau tiga buku hukum yang tak berguna menghilang."

Dengan tetap mencengkram rantai yang ada di lehernya dengan kedua tangan, suara aneh 'mgh' keluar dari dalam tenggorokan Eugeo, dia memang penyuka sejarah.

"Nn? Ada apa, kau mau lagi? Kau memang anak laki-laki yang sedang tumbuh, huh."

Eugeo menggelengkan kepala dan tangannya pada saat yang sama untuk menghentikan Cardinal yang akan mengangkat dan mengayunkan tongkatnya.

"T-Tidak, aku sudah kenyang! Lebih baik, silahkan lanjutkan ceritanya!"

"Kau tak perlu menahan diri."

Ketika Cardinal berkata seperti itu, dia tersenyum begitu lebar hingga aku berpikir bahwa dia sudah sepenuhnya tahu, dia menurunkan tongkat, batuk sekali, dan mengubah nada suaranya.

"—Kembali ke topik, tapi kedua belati itu adalah kartu truf kita yang sebenarnya seperti yang telah kujelaskan sebelumnya. Eugeo untuk Alice dan Kirito untuk Administrator, prioritaskan untuk menusuk belati kalian ke target masing-masing. Lakukan apapun jika kau yakin itu akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan, baik itu serangan kejutan atau berpura-pura mati. Bagaimanapun, satu-satunya kemampuan kalian yang kuyakini melebihi Integrity Knight adalah kelicikan kalian...tidak, bagaimana kalian terbiasa dengan manuver pertempuran yang sebenarnya."

Sebelum Eugeo yang tampak agak marah bisa menjawab, aku menimpali dengan kata 'aku sangat setuju'.

"Aku berharap kita bisa berjuang sampai akhir hanya dengan tipu daya, tapi...sayangnya sisi mereka memiliki keuntungan sebagai tuan rumah. Kita harus bersiap untuk serangan frontal. Itu membawa pointku, Cardinal. Aku mendengar perkataanmu tadi, yaitu 'menyediakan peralatan yang setara dengan Integrity Knight', pada dasarnya itu berarti kau akan mengeluarkan senjata atau armor dari sacred instrument class?"

Ini mungkin situasi yang tegang, tapi jiwa yang terukir padaku, sebagai anggota dalam clearing group, benar-benar merespon akan kata «senjata terkuat dari event». Ketika jantungku berdetak cepat saat aku mengantisipasi kata-kata Cardinal, gadis itu membuat wajah jengkel untuk pertanyaan itu dan menyuarakan perkataan tumpul.

"Bodoh, hal apa yang telah memasuki telingamu itu? Lihat di sini, pembuatan dari objek peringkat tinggi membutuhkan..."

"—Jadi begitu...kompensasi dari suatu objek dengan kelas yang setara dibutuhkan...kan..."

"Jangan menunjukkanku wajah itu, wajah seperti seorang anak yang menjatuhkan camilannya! Kau membuatku mulai meragukan keputusanku memilih kalian berdua. Dari awal, kau seharusnya tahu bahwa senjata bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol secara bebas. Tidak peduli seberapa kuat senjata yang kuberikan, kau tidak bisa berharap untuk menang melawan orang-orang dari Integrity Knight, dengan peralatan kesayangan mereka yang diperlakukan sebagai daging dan darah mereka, dan semangat mereka yang telah ada selama puluhan tahun."

Aku teringat cambuk Eldrie, yang dengan bebas bisa meluncur di udara, seperti ular perak, dan aku hanya bisa mengangguk. Itu benar, bahkan di SAO, itu adalah hal yang tabu untuk segera menggunakan senjata langka ke pertarungan yang sebenarnya hanya karena kau telah menemukannya.

Ketika aku depresi, tidak seperti anak yang menjatuhkan kue camilannya tapi bahkan seperti anak yang menjatuhkan seluruh kue natal, Cardinal melanjutkan dengan perpaduan mimik jijik dan kasihan di wajahnya.

"Dari awal, kau dan Eugeo sudah memiliki pedang kalian sendiri yang cukup kuat sehingga aku tak perlu membuatnya lagi, kan?"

"Eeh!"

Eugeo bereaksi kali ini.

"Apa kau akan merebutnya untuk kami!? Blue Rose Swordku dan...pedang hitam Kirito!?"

"Mau bagaimana lagi. Kedua pedang itu benar-benar sacred instruments yang tak tergantikan. Pedang yang pertama, senjata yang hanya ada empat di dunia, itu hanya digunakan oleh ksatria naga. Pedang kedua, esensi dari pohon iblis yang terus menyerap sumber daya dari daerah yang luas selama beberapa ratus tahun...untuk membuat senjata pada kelas yang sama seperti itu akan menjadi tugas sulit bahkan bagiku dan Administrator. Lagipula, kalian berdua sudah cukup terbiasa menggunakan kedua pedang itu."

"Oh, ayolah...jika kau bisa melakukan itu, katakanlah sebelumnya."

Aku menarik napas lega sambil menyandarkan punggungku ke rak buku di sisiku. Aku setengah- meninggalkan keinginanku untuk mengembalikan kedua pedang berharga yang disita dari kami sebelum kami dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, tapi aku sama sekali tak akan mengeluh jika mereka dikembalikan kepada kami.

"Tapi...walau kau berbicara tentang mengembalikan mereka, mustahil untuk menteleport mereka secara langsung kesini, kan?"

"Itu benar, tampaknya kau akhirnya mengerti."

Setuju dengan kata-kataku, Cardinal menyilangkan lengannya dengan ekspresi yang rumit.

"Aku berani mengatakan kalau kedua pedang itu disimpan di kubah peralatan di lantai tiga Kathedral. Itu hanya tiga puluh mel...tiga puluh meter atau lebih jauh dari pintu belakang terdekat, tapi seperti yang kau lihat sebelumnya, pintu yang terhubung ke dalam tower tidak dapat dibuka untuk kedua kalinya. Serangga yang dibuat oleh Administrator untuk mencariku akan segera berkerumun disana...karena itu, aku tidak punya pilihan selain mengeluarkan kalian berdua dari pintu itu dan ambillah pedang itu dari kubah peralatan, kemudian kalian naik ke menara. Untungnya, ada tangga besar di depan kubah peralatan."

"Hmm...mulai dari lantai tiga, huh...Ngomong-ngomong, lantai berapa ruang Administrator berada?"

"Katedral Pusat tumbuh lebih tinggi tahun demi tahun...seharusnya hampir seratus lantai pada saat ini..."

"Hyaa..."

Tenggorokanku tidak sengaja tercekik. Menara batu putih raksasa yang dibangun di tengah-tengah Centoria tentu cukup tinggi untuk dilihat puncaknya dari kota manapun—tapi aku tidak berpikir itu benar-benar memiliki tinggi seperti gedung pencakar langit di dunia nyata. Kami tidak akan bertarung di setiap lantai, kan; aku tanpa sadar mengatakan itu selagi merasa agak sedih mendengarnya.

"Ermm, tidak bisakah kita mulai dari lantai lima puluh atau lebih tinggi...?"

"Itu tergantung pada sudut pandangmu, Kirito."

Orang yang menyela dengan senyum pahit adalah Eugeo, yang sepuluh kali lebih optimis daripada diriku.

"Musuh yang akan datang pada kita mungkin akan berpencar sesuai dengan panjang jarak."

"Ah, uh, yah, itu mungkin benar, tapi..."

Menggerakkan punggungku ragu-ragu, aku duduk di lorong sebelum dengan datar berdeham.

"...Well, aku pernah naik tangga terbuka di Tokyo Tower lama..."

"Hah?"

"Tidak, tidak apa-apa. —Aku rasa rencana operasi kita telah diputuskan untuk saat ini. Pertama, kita akan mengambil pedang dari kubah peralatan. Dan dengan kedua pedang itu, kita akan mengalahkan Integrity Knight yang muncul saat kita menaiki menara.Jika kita bertemu Alice, kita akan membuatnya tertidur dengan belati dan mengirimnya ke Ruangan Perpustakaan Besar. Jika kita mencapai lantai keseratus, kita menusuk Administrator dengan belati itu juga dan mengambil fragmen memori Alice."

Aku akhirnya bersiap untuk yang terburuk dan kata-kata tenang Cardinal menghujaniku.

"Sayangnya, ada satu hal lagi yang perlu dilakukan."

"Eh...ap-apa?"

"Pedang kalian tentu kuat, tapi kalian tidak akan mengalahkan Integrity Knight hanya dengan itu. Itu karena mereka memiliki teknik mengerikan untuk memperkuat kemampuan senjata mereka beberapa kali."

"Ah...apa itu «armament full control art»...?"

Cardinal dengan singkat mengangguk pada suara serak Eugeo.

"Senjata dari kelas sacred instrument mewarisi properti dari objek yang digunakan sebagai kompensasi. «Frost Scale Whip» Eldrie yang kalian berdua lawan adalah penguasa danau terbesar di kerajaan timur, yaitu ular putih berkepala dua yang Administrator tangkap hidup-hidup dan mengubahnya menjadi senjata. Namun, senjata itu memiliki parameter,kelincahan ular, ketajaman sisiknya, dan ketepatan bidikannya, bahkan setelah ular itu menjadi cambuk bisu. Full control art mengeluarkan semua hal yang disebut «memori senjata», mewujudkan kekuatan ofensif yang lebih kuat yang pada awalnya mustahil dilakukan."

"Uhn, jadi cambuknya yang menjadi ular bukan karena art ilusi atau sesuatu seperti itu, huh..."

Aku menrintih saat aku mengusap dadaku yang terkena cambuk Eldrie dengan ujung jariku. Sambil berdoa agar ular putih itu tidak memiliki racun yang tertunda. Aku menajamkan pendengaranku pada penjelasan Cardinal yang terus berlanjut.

"Setiap Integrity Knight menguasai full control art untuk senjata yang diberikan kepada mereka oleh Administrator. Itu termasuk latihan pelafalan cepat agar mereka tidak terjebak saat pembacaan ritual art yang panjang. Aku rasa kita benar-benar tidak memiliki waktu untuk melakukan latihan itu, tapi kemenangan tidak akan benar-benar didapatkan jika kalian berdua tidak belajar full control art untuk pedang kalian masing-masing."

"Tidak...pedang hitamku bukanlah binatang, tapi hanya pohon besar...Apa itu memiliki memori untuk dilepaskan?"

"Tentu. Belati yang kuberikan sebelumnya juga sama, mereka mampu membuka saluran padaku saat sebuah serangan dikeluarkan, melalui proses yang identik dengan full control art, itu karena mereka memiliki memori, atau properti, dalam kata lain menjadi rambutku. Tak perlu dikatakan lagi bahwa wujud pedangmu sebelumnya, Gigas Cedar, juga termasuk dan asal Blue Rose Sword Eugeo, sebuah balok es abadi, juga sama."

"Itu...itu hanya es?"

Eugeo juga membuka mulutnya dalam keadaan linglung. Itu wajar, sebab walau aku harus menyebutkan sifat es, aku tidak bisa memikirkan sifat lain selain «sangat dingin». Aku memiringkan kepalaku dalam kebingungan, tapi tetap saja, salah satu dari dua dewa di dunia ini mengatakan itu, jadi aku hanya bisa menerimanya.

"Well...jika kau mengajarkan kami ritual art itu, itu mungkin akan dapat digunakan. Walau itu full control art untuk pedang kami. Aku akan benar-benar bersyukur untuk mendapatkan gerakan spesial, jadi seperti apa tekniknya?"

Tapi jawabannya di luar dugaanku sekali lagi.

"Jangan berperilaku seperti anak manja! Aku akan menjelaskan ritual artnya, tapi kau sendirilah yang memutuskan akan seperti apa tekniknya!"

"Eh...eeh! Kenapa!?"

"Tidak cukup hanya dengan simpel melafalkan ritual art untuk «melepaskan memori», esensi dari armament full control art. Pemilik harus dengan kuat mengimajinasikan bentuk pelepasan dari senjata kesayangannya...kau harus mengingat. Daripada menyempurnakan control art itu sendiri, proses mengingat bisa dikatakan menjadi kekuatan yang lebih berpengaruh. Dengan itu, kekuatan imajinasi...yaitu «incarnation», adalah prinsip dasar dibalik dunia ini..."

Aku bahkan tidak bisa mengerti lebih dari separuh perkataan Cardinal. Terutama kata,'incarnation', yang aku tidak tahu apakah itu berasal dari pengucapan suci atau pengucapan umum dan mencoba untuk menanyakan maknanya, tapi aku merasakan nyeri pada ingatanku sebelum aku bisa menanyakannya.

Itu saat...ya, sekitar dua bulan lalu. Ketika aku tenggelam dalam depresi saat kuncup bunga zephyria hancur dan bertebaran di taman bunga asrama siswa pemula di Akademi Master Pedang, seseorang...tidak, itu bukan seseorang. Familiar Cardinal, Charlotte si laba-laba hitam kecil, memanggilku. 'Setiap ritual art tidak lebih dari incarnation, alat untuk memandu dan mengatur mental imajinasimu', katanya.

Aku mengimajinasikan sebuah gambar berdasarkan kata-katanya. Membayangkan energi kehidupan dilepaskan dari keempat bunga suci di dalam taman bunga sekitar dan mengalir ke bibit yang tersisa di tanah. Meski aku tidak mengucapkan satupun kata ritual art, cahaya hijau memenuhi udara dan menyelimuti bibit...dan dengan itu, zephyrias hidup kembali.

Ya, itu pasti «proses mengingat» yang Cardinal bicarakan. Aku akan setuju jika itu yang terjadi, aku ragu bahwa itu bisa terjadi untuk mengekspresikan seluruh fenomena semacam itu dalam ritual art.

Mungkin setelah membaca pikiran batinku, Cardinal mengangguk sekali dengan ekspresi serius, kemudian menoleh kepada Eugeo, yang masih bingung, dan berbicara.

"Ikuti aku. Istirahat sebentar, dan kita akan melakukan ritual art itu bersama-sama nanti."

Setelah meninggalkan koridor buku sejarah dan turun beberapa tingkat, kami kembali ke ruang bundar di lantai pertama Ruangan Perpustakaan Besar di mana pertama kali aku dibawa.

Di tengah meja ada banyak manjuu dan sandwich yang masih tersisa di atas piring dan juga uap yang masih ada di atasnya meski sudah lebih dari dua jam ditinggal. Ternyata itu tidak hanya sebuah art yang digunakan untuk memulihkan life orang-orang yang memakannya, tapi juga art untuk mencegah mereka menjadi dingin.

Wajar jika nafsu makanku bangkit kembali setelah melihat itu, tapi aku merasa sulit untuk memakannya sekarang karena aku tahu kalau makanan itu berasal dari buku di rak buku sebelumnya. Menatap Eugeo dan aku, yang masih berdiri dengan pikiran yang saling bertentangan dalam diri kami, Cardinal dengan dingin berbicara.

"Sepertinya makanan itu akan menjadi penghalang, aku akan menghilangkannya jika kalian tidak mau memakannya."

"T-Tunggu, tolong taruh mereka di tempat yang tidak bisa kami lihat untuk saat ini. Kami akan menyimpannya untuk nanti ketika kami keluar dari sini."

Gadis itu dengan ringan menggeleng dan membawa tongkat di tangan kanannya pada kata-kata keras kepalaku. Dengan satu ketukan pada tepi meja, piring besar tenggelam ke dalam meja bersama dengan berbagai manjuu.

Di tempat itu, tiga kursi dengan sandaran kembali muncul dari lantai dan Cardinal melambaikan tangannya untuk meminta kami duduk. Terduduk di kursi itu, aku menatap meja yang rapi-dan-bersih-sekarang tanpa ada apa-apa diatasnya.

Itu tidak seperti aku ingin memunculkan kembali manjuu; Aku sedang mencoba untuk memvisualisasikan bentuk pedang kesayanganku yang saat ini tidak ada—nama sementaranya, «pedang hitam». Namun, karena fakta aku hampir tidak memiliki banyak kesempatan untuk memegangnya, aku tidak mampu untuk menirunya dengan sempurna, sampai ke detailnya.

Mencoba hal yang sama sepertiku dan tampaknya merasakan penderitaan yang sama, Eugeo yang duduk di sampingku berbicara dengan ekspresi resah.

"...Cardinal-san, apa ini benar-benar mungkin? Memvisualisasikan bentuk pedang yang benar-benar tidak ada di sini..."

Namun Cardinal memberikan jawaban yang tak terduga saat dia duduk di sisi yang berlawanan.

"Lebih baik kalau tidak ada di sini. Jika benar-benar ada di depan matamu, mental imajinasimu akan membeku di sana. Tangan atau bola matamu tidak perlu untuk merasa, mendekati, dan melepaskan memori pedangmu. Jika kau bisa melihatnya di mata pikiranmu, itu sudah cukup."

"Mata...pikiran, huh..."

Bergumam, aku mengingat saat bibit zephyria dihidupkan kembali sekali lagi. Jika aku benar, aku tidak menyentuh dan menatap satupun dari keempat bunga suci yang membagi kehidupan mereka, maupun zephyria yang diambang kematian saat itu. Aku hanya percaya dan memvisualisasikannya. Untuk kekuatan hidup meluap, mengumpul, dan mengalir masuk.

Sepertinya Eugeo mencapai pemahamannya sendiri juga, karena dia memberi beberapa anggukkan kecil. Gadis berjubah itu menatap kami, samar-samar tersenyum, dan kemudian berbicara.

"Bagus. Sekarang, pertama visualisasikan dengan kuat pedang kesayangan kalian berada di atas meja. Jangan berhenti sampai aku memberi isyarat."

"...Aku mengerti."

"Aku akan melakukan apa yang kubisa."

Eugeo dan aku menjawab pelan, lalu menegakkan diri di atas kursi dan menjatuhkan pandangan kami ke meja.

Aku menyerah sekitar lima detik sebelumnya, tapi aku terus menatap kali ini. Tidak perlu terburu-buru. Aku akan mulai dengan membersihkan pikiranku.

«pedang hitam». Sekarang aku berpikir tentang hal itu, itu agak menyedihkan karena dia dipanggil oleh julukan setengah-setengah seperti itu, tidak, nama sementara sampai sekarang.

Itu pada hari ketujuh dan bulan ketiga saat bahan dasarnya, cabang dari atas pohon besar, Gigas Cedar, dipoles menjadi bentuk pedang setelah satu tahun penuh, melalui hasil karya pengerajin di ibu kota, Sadore. Hari ini adalah hari kedua puluh empat dan bulan kelima, jadi itu bahkan belum tiga bulan sejak dia menemaniku. Selain pemeliharaan dan latihan, aku melepaskannya dari sarungnya sekali untuk melawan kepala swordsman-in-training tahun sebelumnya, Uolo Levanteinn, dalam pertandingan dan sekali untuk melawan kepala swordsman-in-training tahun ini, Raios Antinous, di pertempuran sesungguhnya. Itu saja.

Namun, saat kedua waktu itu, pedang hitam membantuku menang dengan menunjukkan kekuatan yang hanya bisa dikeluarkan oleh kehendak pedang. Terlepas dari fakta bahwa akulah orang yang menebang bentuk asalnya, Gigas Cedar. Pengenalan kami mungkin benar-benar sebentar, tapi rasa persatuan dan ketetapan hati ketika aku memegang gagangnya dan melepaskan skill pedang, tidak akan kalah dengan pedang kesayanganku di masa lalu.

Meski demikian, alasan mengapa aku ragu untuk memberikan pedang hitam itu nama, karena aku merasa perbedaan dengan senjata yang Eugeo miliki, «Blue Rose Sword», mungkin barangkali terlalu hebat saat ditaruh bersebelahan...

Putih dan hitam. Bunga dan pohon. Dua pedang dengan bagian yang sama dan bagian yang berlawanan.

Tidak ada dasar untuk itu, tapi aku selalu terikat oleh satu firasat sejak aku berangkat dari Desa Rulid, dua tahun yang lalu. Bahwa Blue Rose Sword dan pedang hitamku mungkin saja akan ditakdirkan saling beradu suatu hari nanti.

Pikiranku mengatakan hal itu seharusnya tidak terjadi. Karena pemilik pedang, Eugeo dan aku, tidak memiliki satu alasan pun untuk saling bertarung. Namun di sisi lain, hatiku memberi tahu bahwa hal itu tidak berlaku untuk pedang itu sendiri. Bagaimanapun juga, batang Gigas Cedar ditebang oleh Blue Rose Sword dan jatuh ke tanah karena itu...

Aku terus memvisualisasikan bentuk pedang hitam ke atas meja meski kenangan dan kecemasan, daripada kekosongan, mengisi pikiranku. Ujung pedang sederhana yang berbentuk kerucut terpotong...Pegangan yang berbalut kulit hitam. Badan dengan kurva yang kuat. Sulit dipercaya bahwa mata pisau yang agak tebal dan transparan, seperti kristal hitam itu, awalnya adalah pohon. Cahaya yang bersinar didalamnya, membuat tepi dan sudut yang setajam pisau berkilau indah...

Bentuk setiap bagian dari pedang ilusi bergetar kabur pada awalnya, tapi mulai stabil saat pikiranku memudar. Dengan segera, itu memiliki ketangguhan, berat, dan bahkan kehangatan, dan mulai melepaskan aura padat di atas meja.

Ketika aku hanya terus menatap pedang mengkilap itu, aku mendengar suara dari suatu tempat.

"Lebih dalam. Bayangkan lebih dalam. Sampai kau merasakan memori pedang yang tersembunyi, esensi dari keberadaannya."

Kegelapan pedang menyebar tanpa suara. Menyelimuti meja dan lantai, rak buku dan lampu di sekitarnya, itu menelan dunia dalam kegelapan. Sebelum aku mengetahuinya, hanya pedang dan diriku yang tetap ada di ruang redup dan tak terbatas ini. Pedang hitam diam-diam naik, berhenti bergerak dengan badannya di bawah dan ujungnya di atas. Tubuhku bergetar dan terjatuh, kesadaranku tertarik ke dalam pedang.

Ketika kesadaranku kembali, aku berubah menjadi pohon cedar, berakar ke bumi dengan dingin.

Sebuah hutan lebat mengelilingiku. Tapi untuk beberapa alasan, tidak ada satupun pohon yang tumbuh di sekitarku. Aku berdiri sedih di tengah lingkaran kosong dan lebar ini. Aku mencoba memanggil lumut dan pakis yang menutupi tanah di kakiku, tapi tidak ada jawaban.

......Sunyi.

Kesedihan, perasaan kesepian, mengisi diriku. Ingin menyentuh cabang pohon lain dengan cabang milikku, aku dengan semangat menggerakkan mereka setiap kali angin bertiup, tapi sayangnya, mereka tidak dapat mencapainya.

Mereka dapat mencapainya jika aku meregangkannya lebih jauh. Dengan itu dalam pikiran, aku menyerap energi bumi dari akarku dan energi matahari dari daunku dengan semua yang kumiliki. Seketika, batangku mengembang tebal dan cabangku tumbuh panjang. Daunku, yang seperti jarum runcing, mendekati daun hijau bercahaya milik pohon oak konara yang tumbuh paling dekat.

Namun, aah, sayangnya. Daun-daun oak konara layu tepat sebelum aku menyentuhnya, semua jatuh ke tanah dalam pusaran. Bahkan cabang dan batangnya kehilangan kelembapan dan membusuk, mengering, dan tak lama runtuh dari akarnya. Bukan hanya konara. Pohon-pohon lain yang berdiri di sekitar tanah kosong layu dan mati satu demi satu. Lumut pun segera menghilang.

Aku berduka sesaat di tengah-tengah tanah kosong yang semakin meluas, dan menyerap energi dari tanah dan matahari sekali lagi. Batangku menderit seperti membengkak keluar, cabangku berderit saat mereka memanjang ke segala arah. Aku beralih ke Machilus terdekat berikutnya, dengan putus asa mencoba menyentuhnya dengan daunku.

Tapi sekali lagi, daun pohon itu layu dan batangnya membusuk setelah kehilangan hidupnya, dan jatuh sebelum aku melakukan kontak. Dengan pohon di sampingnya. Dan setelahnya, pohon-pohon ambruk satu demi satu dan tanah kosong meluas lagi.

Pohon-pohon di dekatnya akhirnya layu karena aku menyerap energi dari bumi dan matahari dalam upayaku memperpanjang cabangku. Bahkan setelah memahami itu, aku tidak menyerah untuk membuat kontak dengan pohon yang lain. Sudah berapa kali hal ini diulang? Sebelum aku mengetahuinya, aku menjadi beberapa puluh kali lebih besar dari pohon-pohon di hutan dan lahan meluas beberapa puluh kali dari ukuran aslinya. Dan hal yang sama berlaku untuk kedalaman rasa kesendirianku.

Tidak peduli seberapa jauh cabangku memanjang, hari ketika ujung daunku mencapai daun pohon lainnya tidak akan pernah datang. Pada saat aku menyadari itu, aku tidak bisa kembali lagi. Daun dan cabangku yang menjulang tinggi di atas hutan, terus memonopoli banyak sinar matahari di luar kehendakku, dan akarku di dalam tanah, terus menyerap banyak energi dari bumi.Lahan kosong dan dingin terus meluas hari demi hari dan pohon-pohon terus mati, satu demi satu...

"Bagus, itu sudah cukup."

Tiba-tiba aku mendengar suara itu dan keluar dari pohon cedar.

Hanya dalam sekejap, pemandangan sekitar kembali ke Ruangan Perpustakaan Besar di mana aku berada. Rak buku tak berujung disinari oleh lampu cahaya oranye. Lantai batu dipoles. Sebuah meja bundar—dan di atasnya ada dua pedang. Mereka «pedang hitam»ku dan «Blue Rose Sword» Eugeo. Mereka tampak persis seperti yang asli, tapi itu tidak mungkin. Kedua pedang kesayangan kami telah disita ketika kami dibawa ke Kathedral.

Ketika aku menatap pedang putih dan hitam dengan bingung, sebuah tangan kecil terulur dari seberang meja dan memegang pegangan pedang hitam terlebih dahulu. Pedang tiba-tiba bergetar dan menghilang tanpa suara.

Selanjutnya, tangan itu menyentuh Blue Rose Sword disampingnya. Itu juga menghilang dalam sekejap, seolah tertarik ke dalam telapak tangannya.

"......Ya. Aku dapat mengkonfirmasikan bahwa aku telah menerima «memori senjata» yang telah kalian alami."

Mengangkat kepalaku pada suara yang tampak puas itu, mataku bertemu dengan mata dari gadis berjubah hitam yang duduk diseberang—gadis bijaksana, Cardinal. Lalu, aku akhirnya menyadari bahwa aku tampaknya melihat sesuatu. Saat aku melihat ke samping, mata hijau Eugeo yang tanpa arah berkeliaran, tapi tiba-tiba tubuhnya bergetar dan dia berkedip beberapa kali.

"...Huh...Aku berada di puncak gunung tertinggi di Puncak Barisan Pegunungan..."

Secara naluriah aku memanggil partnerku, yang masih bergumam beberapa kata samar, sambil tersenyum kecut.

"Jadi kau pergi ke suatu tempat seperti itu?"

"Ya. Itu adalah tempat yang sangat dingin dan benar-benar sepi..."

"Ayolah, ini bukan waktunya untuk bersantai."

Dimarahi karena aku hendak mengobrol, aku menegakkan postur tubuhku. Ketika aku diam-diam mengintip sisi lain meja, kelopak mata gadis muda itu tertutup di belakang kaca matanya. Alisnya sedikit diturunkan, menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu, tapi akhirnya, dia mengangguk ringan dan berbicara.

"Fm...Daripada menggunakan teknik, tampaknya lebih baik untuk memprioritaskan kesederhanaan ritual art. Sekarang, Kirito, mari kita mulai dengan pedangmu terlebih dulu."

Dia dengan ringan mengetuk meja dengan ujung jari tangan kirinya dan selempar kertas kulit diam-diam muncul diatasnya. Dia menyentuh kertas kulit kosong dengan telapak tangan kanannya kali ini, dengan lembut menyapu dari atas ke bawah.

Hanya dengan itu, sebuah ritual art, dengan panjang lebih dari sepuluh baris, muncul diatasnya. Memutar kertas kulit ke sekitar, dia menaruhnya di depanku. Mengulangi tindakan tersebut sekali lagi, dia memberikan lembar kedua di depan Eugeo.

Aku dan partnerku saling bertukar pandang, kemudian menatap lembaran kertas kulit di depan kami pada waktu yang sama.

Karakternya, yang tertulis dalam tinta biru-hitam dan sebuah script rapi, seluruhnya berpengucapan suci, yang berarti hurufnya sama sekali bukan pengucapan umum atau Jepang. Itu mengikuti format orthodox untuk ritual sacred art, dengan baris nomor di kiri dan text di kanan. Aku membalik-balik teks, yang dimulai dengan [system call] di baris pertama dan berakhir dengan [enchan armament] di baris kesepuluh, saat aku menghitung jumlah kata, semuanya berjumlah lebih dari dua puluh lima kata.

Benar, ini mungkin lebih pendek daripada full control art untuk «Frost Scale Whip» yang Integrity Knight Eldrie gunakan, tapi menghafal semua ini sungguh sangatlah sulit.

"Er-ermm...apa aku membawa ini denganku..."

"Tidak perlu dikatakan lagi bahwa kau tidak bisa membawanya. Kau harusnya tahu bahwa gadis di akademi, para siswa, tidak diizinkan untuk melihat buku mereka selama praktek yang sebenarnya."

Setelah menolakku dengan wajah jengkel, Cardinal melanjutkan.

"Pertama, jika kau mengambil sebuah benda yang berhubungan dengan ruang perpustakaan ini keluar dan jatuh ke tangan musuh, ada kemungkinan ruang isolasi ini akan hancur."

"L-Lalu belati yang kami dapatkan sebelumnya..."

"Keduanya berhubungan denganku, jadi tidak akan menimbulkan masalah. Ayolah, berhenti mengeluh dan hafalkan. Eugeo sudah memulainya."

Aku melihat ke samping dengan shock dan seperti yang sudah kuduga darinya, Eugeo sedang memamerkan kekuatan siswa terhormatnya, menatap tajam pada kertas kulit seolah dia mengkonsumsinya dan menggerakkan bibirnya dengan gerakan kecil. Dengan pasrah aku mengalihkan mataku ke teksku sendiri, Cardinal tanpa ampun menambahkan petunjuk selanjutnya.

"Batas waktunya tiga puluh menit, pastikan sudah menghafalnya sebelum itu."

"T-Tidak mungkin, ini tidak seperti ujian akademi...bagaimana kalau lebih sedikit..."

Saat aku mulai mengkritik dan hampir menyerah, Cardinal berteriak lagi.

"Bodoh! Perhatikan, kalian berdua dimasukkan ke penjara bawah tanah dan pedang kalian disita kemarin, sekitar pukul sebelas pagi. Dan hak kepemilikan ulang akan gagal jika dua puluh empat jam berlalu sejak saat itu, jadi kau akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan full control art."

"Ah...i-itu benar. Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang...?"

"Jam tujuh sudah lama lewat. Hampir tidak akan ada waktu yang tersisa jika kita memprediksi kalau kalian membutuhkan waktu dua jam untuk mengambil pedang kalian."

"......M-Mengerti."

Kali ini, aku menguatkan tekadku dan mulai memelototi garis perintah dengan serius.

Untungnya, sacred art Underworld ditulis dalam bahasa Inggris yang familiar, tidak seperti Alfheim Online. Kalimatnya juga dekat dengan bahasa pemrograman, jadi mungkin bagiku untuk menghafalnya dengan pemahaman.

Ritual art yang ditulis oleh Cardinal ?declares a reference to the embedded data within the object (dengan kata lain memori senjata) saved within the main memory; ?selects only the required parts and modifies them; ?assigns them to the sword, as it currently is, to amplify its offensive ability; Itu tampaknya telah disusun dalam tiga proses. Sebagai teknik, itu dekat dengan «image buffer overwriting experiment» yang kulakukan pada bunga zephyria saat aku masih siswa pemula, tapi ritual art ini penuh dengan kosakata yang tidak ada dalam buku pelajaran akademi, jadi mustahil menulisnya tanpa mengetahui semua perintah seperti Cardinal.

Aku membuat sebagian kepalaku berpikir tentang topik yang berkaitan bahkan saat aku menghafal sepuluh baris ritual art dalam pikiranku.

Para peneliti Rath yang menciptakan Underworld menyebut system data yang mendokumentasikan semua benda di dunia ini sebagai «mnemonic visual». Itu istilah yang telah kuketahui dua tahun yang lalu, tapi aku menjelaskan strukturnya secara dasar pada Asuna dan Sinon di toko Agil di Okachimachi, Taitoku-ku. Pemahamanku terus bertambah sejak aku masuk ke dunia ini melalui observasi dan eksperimen.

Setiap eksistensi di Underworld bukanlah model poligon seperti yang ada di VRMMO saat ini. Memori batu dan pohon, anjing dan kucing, peralatan dan bangunan, dan semacamnya dibaca, disamakan kedudukannya, dan disimpan ke dalam penyimpanan utama, «Main Visualizer», dari kesadaran orang-orang yang terhubung—tidak, yang tinggal di dunia ini. Dan ketika kebutuhan muncul, memori itu ditarik keluar dan diberikan kepada orang yang masuk. Dengan itu, membuat zephyria yang seharusnya tidak mekar di kerajaan utara, mekar hanya melalui penulisan ulang data dari «tidak dapat mekar» ke imajinasi «dapat dibuat untuk mekar».

Setiap benda di dunia ini akan disimpan sebagai memori.

Jika itu benar, akan mungkin untuk melakukan yang sebaliknya dan memodifikasi memori menjadi objek juga, kan? Itu akan membuat kejadian yang pertama kali kulihat dan tidak dapat dimengerti, setidaknya.

Dua tahun dan dua bulan yang lalu, setelah terbangun di hutan selatan dari Rulid, aku tiba di tepi sungai Ruhr yang mengalir melalui hutan. Disana, aku melihat bayangan yang terasa terlalu jelas. Pemandangan akan seorang anak laki-laki dengan rambut kuning muda, seorang gadis dengan rambut pirang panjang, dan seorang anak laki-laki dengan rambut pendek hitam berjalan di bawah sinar matahari yang terbenam.

Bayangan itu lenyap hanya dalam hitungan detik, tapi itu jelas bukanlah ilusi. Aku masih bisa dengan jelas mengingatnya sampai sekarang, ketika aku menutup mataku. Matahari terbenam yang berwarna merah, cahaya yang bergoyang pada rambut gadis itu, suara langkah kaki di atas rumput pendek. Waktu itu, aku pasti memanggil tiga anak itu dari memoriku sendiri. Anak laki-laki berambut kuning muda itu pasti Eugeo. Gadis berambut pirang itu Alice. Dan anak lali-laki berambut hitam itu—...

"Sudah tiga puluh menit. Bagaimana?"

Aku menghentikan pikiran yang berjalan di sudut kesadaranku karena suara Cardinal.

Membalik kertas kulit di atas meja, aku mencoba mengulangi bacaan ritual art dari awal. Aku dengan mudah mengingat semuanya sampai akhir meski tidak berkonsentrasi penuh, dan dengan lega menjawab.

"Ini mungkin berjalan mulus."

"Itu jawaban yang hampir bertentangan. Bagaimana denganmu, Eugeo?"

"Er...erm, itu mungkin semp...baik."

"Baiklah."

Setelah mengangguk dengan wajah seperti menahan senyuman pahit, Cardinal menambahkan.

"Aku akan mengatakan ini terlebih dahulu, kalian tidak boleh menggunakan full control art sembarangan, terlepas dari seberapa kuatnya itu. Pedang akan kehilangan sedikit life mereka bahkan hanya dengan sekali penggunaan. Tentu saja, kalah karena kamu terlalu menahan dalam menggunakannya lebih terlarang. Gunakan ketika kalian menilai bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk menggunakannya. Pastikan untuk memasukkannya dengan benar ke dalam sarungnya agar lifenya dapat pulih."

"Ini...kedengarannya sulit..."

Gumamku sambil menghela napas, kemudian membuka kembali kertas kulit di meja. Aku membaca ritual art itu lagi untuk memeriksa dan menyadari sesuatu.

"...Huh? Ritual art ini diakhiri dengan kalimat, «enhance armament», kan?"

"Kenapa dengan itu, kau punya sesuatu untuk dikatakan?"

"T-Tidak, bukan itu yang kumaksud. Jika aku tidak salah, full control art yang Integrity Knight Eldrie gunakan ketika kami bertarung dengannya memiliki ritual art yang mengikutinya...Erm, re, re-re..."

Eugeo menjawab dari samping saat aku ragu dan bingung.

"Release recollection...kan? Ketika dia meneriakkan itu, cambuk menjadi ular. Itu benar-benar mengejutkan, bukan?"

"Ya, benar. Cardinal, full control art kami tidak perlu itu?"

"Fm..."

Gadis bijak berpakaian hitam itu menjawab keraguanku sambil membuat wajah yang tampak seperti akan mengatakan sesuatu yang mengganggu lagi.

"Begini,armament full control art memiliki dua tahap. Mereka adalah «penguatan» dan «pelepasan». Penguatan mengacu pada kebangkitan sebagian memori senjata dan mewujudkan kemampuan serangan baru. Dan pelepasan mengacu pada...seperti istilahnya, hal itu membangkitkan semua memori senjata, melepaskan kekuatan tak terkendali."

"Kekuatan tak terkendali, huh...jadi begitu. Jadi «Frost Scale Whip» Eldrie dapat memperluas jangkauan dan membelah saat diperkuat, dan itu berubah menjadi ular ketika dilepaskan, menyerang musuh secara otomatis, huh..."

Mengkonfirmasi kata-kataku dengan sekali berkedip, Cardinal secara terus terang berkata.

"Itu memang yang terjadi. Namun, aku akan mengatakan ini terlebih dahulu. Kalian berdua masih jauh dari kemampuan untuk menggunakan release art."

"Mengapa...mengapa begitu?"

Gadis itu beralih ke Eugeo, yang mengedipkan matanya karena terkejut, dan melanjutkan dengan nada tegas.

"Aku bilang itu kekuatan tak terkendali, kan? Kemampuan ofensif yang keluar dengan melepaskan memorinya tentu tidak dapat dikendalikan oleh pendekar pedang yang baru saja belajar ritual art. Apalagi jika itu adalah sacred instrument dengan prioritas tinggi...itu akan menyeret bukan hanya musuh, tapi diri kalian juga, dan jika kalian menggunakannya sembarangan, itu bahkan mungkin akan membahayakan nyawa kalian."

"M-Mengerti."

Eugeo akhirnya patuh mengangguk, menunjukkan bakat siswa terhormatnya dari zaman akademi kami, jadi aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ke atas dan ke bawah. Tapi sepertinya Cardinal merasakan ketidakpuasanku karena dia menambahkan sambil mendesah.

"Hari disaat kalian berdua dapat menggunakan release art pasti akan datang...mungkin, atau mungkin tidak akan. Pedang akan mengajarkan segala sesuatu. Yah, hanya jika kalian berhasil mengambil kembali pedang itu."

"Heeh..."

Cardinal terlihat kesal mendengar jawabanku dan dengan keras memukul tongkat di tangan kanannya ke lantai.

Dua lembar kertas kulit di depan Eugeo dan aku tergulung dan menyusut—pada saat pikiran itu datang padaku, mereka sudah menjadi kue panggang yang panjang.

"Kalian pasti lapar setelah menggunakan kepala kalian, makanlah."

"Eh...? Kami tidak akan melupakan ritual art yang kami hafalkan kan jika kami memakannya atau sesuatu seperti itu...?"

"Bagaimana mungkin sesuatu seperti itu bisa terjadi?"

"O-Oh, oke."

Setelah bertukar pandangan dengan Eugeo, kami mengambil kue-kue panggang itu. Kupikir itu adalah salah satu kue sederhana yang kubeli dan makan di pasar Centoria Pusat, yang dipanggang dari tepung terigu dengan gula yang ditaburkan, tapi itu dipanggang dari adonan pie dan dilapisi dengan coklat putih, kue yang benar-benar memiliki rasa-dunia-nyata. Ketika aku menggigitnya, tekstur yang renyah dan manis membanjiri mulutku, air mataku hampir mengalir karena nostalgia yang berlebihan.

Seolah bersaing satu sama lain, Eugeo dan aku menghabiskannya tanpa sadar dan mengambil napas dalam-dalam sebelum mengangkat kepala kami dan bertemu mata Cardinal, yang mengawasi kami dengan tatapan lembut.

Gadis muda bijak itu perlahan mengangguk dan berbicara.

"Sekarang...sudah saatnya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal."

Ada beban berat dalam kata-kata singkatnya, aku langsung menggeleng.

"Ketika kami mencapai tujuan kami, kau bisa keluar dari sini, kan? Menyebutnya perpisahan terlalu berlebihan..."

"Fmm, aku kira itu benar. Jika semuanya berjalan seperti yang direncanakan..."

"......"

Benar, jika kami dikalahkan oleh Integrity Knight di tengah-tengah pertempuran saat menuju lantai atas Kathedral, Cardinal akan sekali lagi diuji kesabarannya dalam Ruangan Perpustakaan Besar ini. Tahap percobaan beban mungkin akan tiba sebelum dia menemukan rekan kerjasama yang lain dan Dunia Manusia akan tenggelam dalam lautan darah dan api.

Tapi bagi orang yang mengetahui akhir tragis seperti itu, senyum Cardinal benar-benar tenang dan aku diserang oleh sensasi yang mencengkeram dadaku. Gadis itu memberiku anggukan yang hampir tak terlihat dan dengan lembut berpaling saat aku dengan kuat mengunyah bibirku.

"Ayo, tidak ada waktu lagi. Ikuti aku...Aku akan mengirimkan kalian dari pintu terdekat ke kubahperalatan di lantai tiga Kathedral."

Bagian dari ruang tengah lantai pertama Ruangan Perpustakaan Besar hingga pintu masuk ruangan, terhubung ke banyak pintu, itu sangat pendek.

Aku tidak melakukan apapun selain menatap punggung kecil Cardinal, saat dia berjalan di depan, dengan Eugeo yang mengucapkan ritual art untuk full control art di sisiku.

Aku ingin berbicara dengannya lagi. Dan aku ingin tahu lebih banyak tentang apa yang dia rasakan dan pikirkan dalam periode waktu dua ratus tahun lebih yang telah dia habiskan. Aku sangat ingin melakukannya, emosi itu bahkan memenuhi tenggorokanku, tapi Cardinal melangkah tegas, tidak memaafkan sedikitpun keraguan, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa selain berjalan dalam diam.

Setelah menuntun kami ke ruangan besar familiar dengan banyak lorong berbaris di tiga dindingnya, Cardinal menuju satu lorong, yang membentang dari dinding kana, dengan cara yang sama. Dia berjalan sejauh sepuluh meter atau lebih dan saat dia hendak mencapai satu pintu di akhir, pintu yang sederhana dan dibangun ke dalam dinding, dia tetap berdiri dan berbalik ke arah kami.

Senyum di bibir bewarna bungan sakuranya selalu terlihat lembut. Mulutnya, yang sepertinya mengandung semacam kepuasan, bergerak dan suara yang jelas mengalir keluar.

"Eugeo...dan kau, Kirito. Nasib dunia ini dipercayakan kepada kalian berdua sekarang. Apakah itu akan tertutup dalam api neraka...atau tenggelam dalam ketiadaan mutlak, atau mungkin..."

Menatap lurus ke mataku, dia melanjutkan.

"—Kalian menemukan jalan ketiga. Aku sudah menyampaikan semua yang kubisa, mengingat semua yang kubisa. Kalian hanya harus menyusuri jalan yang kalian yakini."

"...Terima kasih banyak, Cardinal-san. Kami pasti akan mencapai puncak Kathedral...dan mengembalikan Alice seperti semula."

Eugeo dengan tegas berbicara dengan suara penuh tekad.

Kupikir aku seharusnya mengatakan sesuatu juga, tapi aku tidak bisa menemukan kata-kata. Sebaliknya aku malah membungkuk dengan dalam.

Setelah Cardinal mengangguk, dia menghapus senyumnya dan memegang gagang pintu dengan tangan kirinya.

"Nah sekarang...pergi!"

Gagang pintu berputar dan pintu terbuka lebar pada kesempatan berikutnya. Melawan angin dingin kering yang segera bertiup denga kuat, Eugeo dan aku melompat keluar bersamaan.

Setelah berjalan selama lima, enam langkah seperti itu, suara kecil yang lain datang dari belakang. Ketika aku menoleh, hanya ada dinding marmer mengkilap dingin yang menghalangi jalan. Pintu yang terhubung ke Ruangan Perpustakaan Besar telah lenyap tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.