Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 11 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5 - Segel dalam Mata Kanan(Bulan ke-5 Kalender Dunia Manusia 380)[edit]

Bagian 1[edit]

«Underworld».

Itu adalah nama dari dunia ini. Itu bukanlah Pengucapan Umum, tapi Pengucapan Suci, jadi banyak mahluk hidup yang tinggal tanpa mengetahui asal nama itu.

«Dunia manusia» mengacu pada lingkaran yang sempurna dengan diameter satu dan seluas setengah dari seribu kilolu tepat di tengah Underworld. [1]. Dan itu dikelilingi oleh «Puncak Barisan Pegunungan» dan lebih dari itu, ada sebuah daerah dimana yang bukan manusia tinggal seperti goblins dan orcs, «Dark Territory», jangan menjangkaunya— adalah suatu hal yang umum, tapi sebenarnya tidak ada manusia yang dapat melihatnya dengan mata mereka sendiri.

Dunia Manusia dibagi menjadi empat kerajaan dan satu yang memerintah di utara adalah «Kerajaan Norlangarth Utara», dengan tanah yang subur, hutan yang dalam dan banyak danau. Di ujung selatan kerajaan itu dan berbentuk seperti kipas, di bagian ujungnya. ada ibu kota kerajaan, «Centoria Utara». Kerajaan lainnya memiliki struktur yang sama, jadi empat ibu kota kerajaan bersatu menjadi satu bagian, sebuah lingkaran kecil di Dunia Manusia, banyak orang menyebutnya «Centoria Pusat».

Sekali lagi, di pusat Centoria ada sebuah menara suci yang disebut «Pusat Dunia Gereja Axiom» yang memegang kekuasaan empat kerajaan, memerintah dunia manusia dengan hukum yang pasti yakni, «Taboo Index», dan kekuatan militer yang pasti yang disebut, «Integrity Knights». Struktur dari sebuah kemegahan hampir mencapai Solus di langit yang dapat dikatakan sebagai pusat dari Dunia Manusia, di setiap perkataan. Dengan kata lain, itu mungkin bisa disebut sebagai pusat dari Underworld.

Itu adalah tentang dunia ini, yang dimengerti oleh Eugeo.

Sudah dua tahun sejak dia memulai petualangannya menuju selatan bersama patnernya Kirito, dari desa kecil Rulid di ujung utara kerajaan utara hingga musim semi tahun ini.

Dan mereka diberi pengangkatan menjadi penjaga regu di kota terbesar di bagian utara, lalu melanjutkan ke pusat kerajaan dengan surat rekomendasi yang ditulis oleh komandan mereka di musim semi tahun lalu. Melalui ujian masuk untuk semua swordsman terkemuka di institut pelatihan kerajaan, «Akademi Master Pedang Centoria Utara», dan dengan rajin melatih diri mereka sendiri dan selama satu tahun mengabdi menjadi novice trainees, mereka bahkan masuk dalam rangking dua belas besar ujian promosi di akhir tahun.

Kedua belas dari mereka tidak diberi pengangkatan sebagai advanced trainees, tapi sebagai siswa teladan yang disebut «elite swordsmen-in-training». Mereka disediakan asrama dengan arena pelatihan yang sangat luas hanya untuk digunakan oleh mereka dan boleh digunakan sebanyak apapun tanpa terikat oleh peraturan akademi, menghabiskan satu tahun untuk latihan agar berpartisipasi di «Turnamen Kerajaan Ilmu Pedang», adalah tujuan utama oleh semua siswa akademi.

Mendengar berbagai macam pelajaran dan petunjuk ilmu pedang, dengan latihan sendiri setelahnya yang sangat susah, tapi hari itu seperti mimpi bagi Eugeo. Jika dia tidak bertemu dengan pemuda asing bernama Kirito dua tahun lalu, dia mungkin hidup dengan setiap hari mengayun kapak untuk memotong kayu dari pagi sampai malam, melanjutkan «sacred task» sampai mundur karena usia tua. Dia dapat melanjutkan untuk tujuannya, bersosialisasi dengan bangsawan muda di pusat kerajaan, belajar ilmu pedang dan sacred arts, meskipun hanya memiliki waktu yang sedikit.

Tidak seperti murid lainnya, tujuan Eugeo bukanlah menjadi juara di «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan» dan diangkat sebagai Integrity Knight yang terhormat.

Tapi menjadi knight dan melewati pintu Katedral Pusat Gereja Axiom dimana bahkan bangsawan kelas satu tidak bisa melewatinya, dan itu untuk dapat bertemu lagi dengan, Alice Schuberg, seorang gadis yang menjadi teman masa kecilnya yang telah dibawa menuju Katedral pada saat itu.

Dia pernah sekali untuk menyerah, orang yang menunjukkan untuk mengejar tujuannya sejauh apapun adalah patnernya, Kirito. Mereka dapat melalui berbagai rintangan yang menghadang mereka dengan kombinasi kekuatan mereka selama dua tahun. Dengan Eugeo mengajarkan berbagai aturan pada Kirito yang telah kehilangan ingatannya, dimulai dari Hukum Dasar Kerajaan, dan Kirito mengajarkan Eugeo tentang ilmu pedangnya yang unik, «Aincrad-style», mereka bertahan sampai hari ini dengan sikap yang santai, seperti mereka adalah saudara... bukan, saudara kembar.

Sampai sekarang, sebagai elite swordsmen-in-training, Eugeo dan Kirito masih tinggal di kamar yang sama tepat di asrama. Katanya, mereka hanya berbagi kamar dengan kasur yang terpisah. Eugeo masih memiliki perasaan bersalah karena meninggalkan kasur empuk yang dia tinggalkan di rumahnya di Rulid yang bahkan tidak dapat menahan lilin, sebuah pemandian mewah dimana dia dapat menggunakan air panas sebanyak dia mau dan makanan berlimpah yang disediakan di ruang makan yang dapat dipesan sesuai keinginan mereka, tapi sepertinya Kirito dapat terbiasa dengan cepat.

Tapi yang menjadi masalah yang harus dihadapi Eugeo adalah.

Yaitu keistimewaan yang diberikan kepada dua belas orang elite swordsmen-in-training akademi tidak hanya asrama yang eksklusif. Seorang, sebagai contoh novice trainee akan menjaga mereka sebagai «valet» mereka. Eugeo yang pernah menjadi seperti ini, dan membantu senior swordsman di tahun sebelumnya, dan itu bukan masalah… atau mungkin, dia pikir itu sangat menyenangkan, tapi itu menjadi cerita lain bila keadaan itu diputar.

Untuk trainee yang menjadi valetnya tahun ini adalah Tizei Shtolienen, lahir sebagai bangsawan kelas enam, dia seperti gadis pada umumnya yang baru memasuki umur enam belas tahun. Untuk Kirito orang yang menjadi valetnya adalah Ronie Arabel, gadis yang berumur enam belas tahun yang juga lahir sebagai bangsawan kelas enam, mereka membuat keadaan mereka yang sukar karena berasal dari desa.

Dia bahkan tidak memiliki keluhan terhadap Tizei. Gadis yang memiliki rambut merah seperti api dan matanya memiliki warna yang sama yang jarang ada di utara, yang bersemangat, antusias dan rajin serta membuat banyak kejadian dimana gurunya yakni Eugeo, justru berakhir mempelajari sesuatu darinya. Tetapi—menjadi orang yang ditunggu oleh seseorang yang lebih muda tiga tahun, yang tak perlu dibilang berasal dari kelas bangsawan dan juga perempuan, tidak seperti situasi yang dia biasa hadapi di waktu itu. Setiap hari dihabiskan dengan pemikiran "Aku akan mengatasi hal itu, jadi jangan khawatir" dan Tizei menjawab "Tidak, ini seharusnya dikerjakan oleh valet!"

Situasi Kirito sepertinya hampir sama, sehingga dia membuat kebiasaan untuk segera menghilang ketika Ronie datang untuk merapikan kamar, itu terjadi selama satu bulan—tetapi.

Hari ini— tanggal 17 bulan 5 Kalender Dunia Manusia 380, Kirito akhirnya kembali tanpa alasan tertentu tepat saat Tizei dan Ronie selesai membersihkan kamar mereka, memegang sebuah tas besar yang ada di tangannya. Di dalamnya ada pie madu dari sebuah restoran di Jalan Selatan ketiga dan di Distrik keenam di Centoria Utara, «The Deer Leap», yang sangat terkenal bagi mereka, dan Kirito mengambil dua untuk Eugeo dan dirinya sendiri sebelum menyerahkan sisanya ke Ronie dan Tizie sambil berkata "Pergilah dan bagikan ini untuk teman-temanmu yang ada di kamarmu".

Novice trainees tidak pernah keluar kecuali saat istirahat, dan tentu saja mereka tidak dapat membeli makanan di luar. Kedua gadis itu tentu saja langsung senang karena diberi makanan, membuat Eugeo melihat mereka berlari ke asrama novice trainees untuk pertama kalinya.

Membuat hubungan dengan valet trainees dan memberikan mereka saran umum untuk meningkatkan kemampuan ilmu pedang mereka juga bagian dari tugas swordsmen-in-training, jadi pie madu itu juga bagian dari tugas Kirito—tapi mesti begitu, pikiran Eugeo sedang memandang patner berambut hitamnya yang ada disampingnya, juga sedang memakan pie itu dengan ekspresi tenang sebelum berbicara.

"Baiklah sekarang, Eugeo-kun, bagaimana kalau kita melakukan latihan ringan sebelum makan malam?"

"Aku sama sekali tidak keberatan tentang hal itu. Tapi besok adalah ujian sacred arts tingkat lanjut. Dan meskipun kau tidak pelu memikirkan tentang ujian tertulis, ada sebuah ujian praktik «Elemen es» yang kau tidak kuasai."

"Ugh......"

Tangan Kirito, pada saat hendak memegang pedang kayu yang digunakan untuk latihan, langsung terdiam setelah mengatakan hal itu. Sepertinya dia masih bimbang perkataannya, ingin melanjutkannya, tapi dengan cepat Kirito menurunkan tangannya sambil menghela nafas, sebelum bersuara dengan nada yang dalam.

"Huuh, kenapa aku harus belajar untuk ujian setelah berjuang sejauh ini..."

Apa yang dikatakan Kirito betul, dia bahkan tidak menyangka bahwa dia harus belajar sacred arts di pusat kerajaan setelah dia mengayun kapak untuk memotong kayu di desa Rulid. Di betul-betul setuju tentang latihan pedang jauh lebih menyenangkan dibanding menghapal sihir yang rumit, tapi dengan terus gagal di ujian akademi, maka kualifikasi untuk mendapat rekomendasi masuk turnamen akan hilang meskipun sebagus apapun ilmu pedang mereka.

—Dan patner Eugeo yang sudah mengerti semua meskipun tanpa dia menjelaskan itu, sambil menyisir rambutnya, dia mengenakan jaket hitam sebagai seragam sekolahnya sebelum berbicara dengan nada rendah.

"Eugeo-kun. Aku akan berusaha belajar dengan segenap kemampuanku dari malam hingga lampu dimatikan, jadi bisakah kau membantuku untuk mengambil makananku di ruang makan?"

"Baiklah. ...Kau seharusnya mengatakan itu dengan suara normal."

"Aku tidak bisa apa-apa selain setuju tentang masalah ini. Tetapi, ada beberapa orang yang dapat melakukan itu, kau tahu..."

Setelah berkata seperti suatu filosofi, Kirito segera keluar dari ruang tamu dan menghilang menuju kamarnya melalui pintu utara.

Tidak seperti asrama novice trainee yang mereka pernah tinggali satu tahun dan satu bulan yang lalu, asrama elite swordsmen-in-training berbentuk lingkaran sempurna. Itu adalah bangunan tingkat tiga dengan atrium di tengah, sebuah koridor yang membentuk cincin yang mengelilingi bagian luar, dan ruangan dimana dua belas orang swordsmen-in-training tinggal yang berjejer dari ujung selatan.

Lantai pertama terdiri dari ruang makan dan pemandian, sementara lantai dua dan tiga hanya memiliki enam kamar di setiap lantainya untuk muridnya. Itu tergabung dengan ruang tamu di setiap antara dua kamar dan kamar Eugeo dan Kirito tepat di lantai tiga.

Ruangan itu sudah diatur sesuai dengan nomor rangking di ujian sekolah tahun pertama, dengan ruangan pertama yakni 301, dan disebelah baratnya di lantai tiga ada ruangan ketiga yakni 302... dan itu berlanjut seperti itu, untuk murid yang kedua belas berada di kamar 206, di lantai dua. Untuk Eugeo yakni kamar 305 dan Kirito kamar 306, itu berarti Eugeo rangking 5 dari 120 novice trainees, sementara Kirito rangking 6 dengan nilainya.

Keduanya sukses untuk mendapat ruangan yang tersambung dengan kemampuan, tapi setengahnya sepertinya cukup beruntung. Tentu saja, mereka bermaksud dari awal untuk mendapat rangking 1 dan 2 untuk mereka— tapi mereka tidak punya pilihan lain untuk melanjutkan, meskipun mereka berusaha sekuat apapun—Kirito mendapat rangking 4 dengan pertandingan resmi dengan instruktur, ketika Eugeo hanya mendapat rangking 5, yang membuat mereka berakhir dengan mendapat kamar terpisah, tapi Kirito kehilangan nilai di perfoma style dan ujian sacred arts, membuatnya mendapat rangking 6.

Hasilnya, tujuan untuk mendapat kamar yang terhubung telah tercapai, tapi mengkhawatirkan pelajaran lain akan tertinggal.

Setelah itu, dalam waktu satu tahun...tidak, hanya tersisa sepuluh bulan sebelum upacara kelulusan mereka harus mendapat rangking 1 dan 2, supaya dapat berpartisipasi dalam Turnamen Kerajaan Ilmu Pedang. Kirito memiliki rangking 7 dan Eugeo rangking 8, ketika mereka masuk, jadi mereka meningkat, tapi memikirkan empat orang lagi yang harus dilewati, itu membuat mereka tidak dapat berpikir optimis.

Tapi ditempat lain, Kirito masih tenang, terlihat seolah menjadi elite swordsman-in-training baginya seperti sudah menang, Itu tidak terlihat alasan seperti percaya diri, apa yang dapat menentukan rangking untuk swordsmen-in-training bukan melalui ujian yang memiliki nilai, melainkan «pertandingan resmi» yang diadakan empat kali dalam satu tahun. Pertandingan ini tidak menghadapi instruktur namun justru melawan murid, jadi kriteria seperti itu dan tidak diperhatikan, membuat kemenangan dengan mengalahkan lawan.

Dan semua aspek yang tidak normal itu yang berasal dari patnernya yang membuat dirinya menang di pertandingan pertama, ketika mereka masih novice trainees dua bulan lalu, melawan pemimpin elite swordsman-in-training pada saat itu. Sebenarnya, itu ditetapkan seri oleh juri, tapi tanpa diragukan lagi itu adalah kemenangan Kirito. Tidak perlu dibilang bahwa lawannya adalah instruktur dari Imperial Knight Order selama beberapa generasi, dan pengguna Mighty Sword yang tidak dapat dipercaya.

Dia yang mengajarkan ilmu pedang Aincrad-style yang hanya diketahui oleh Kirito selama dua tahun sampai sekarang, membuat Eugeo tidak percaya pada kemampuanya dalam ilmu pedang. Tetapi, akan jadi lain ceritanya jika kau bertanya padanya jika dia dianggap sebangai patnernya. Hingga sekarang sebelum ujian tertulis, dia tidak ada niat untuk melewatkan latihan hariannya.

Dia biasanya latihan dengan patnernya di ruangannya untuk mengasah kemampuannya selama setiap malam, jadi Eugeo tidak tertarik dengan apapun di ruangan itu, selain pedang kayunya.

Di sisi lain koridor dalam membentuk suatu lingkaran besar dengan atrium yang meluas dari lantai satu sampai lantai tiga, dengan matahari terbenanam yang indah yang dapat dilihat dari ruangan itu. Tidak ada bangunan yang seindah ini di kota Zakkaria, membiarkan desa Rulid dimana dia berasal. Bahkan tiang kayunya dipoles, kayu berkualitas tinggi dan seni yang tidak bisa diukur yang terukir di tiang itu, dengan sejarah kerajaannya yang terukir.

—Tidak peduli bagaimana aku memberitahu mereka bahwa aku tinggal di bangunan mewah, bahkan memiliki seseorang yang terus membantuku, bahkan teman-temanku tidak akan percaya padaku, huh.

Eugeo berpikir seperti itu saat dia berjalan di koridor panjang.

Kami mungkin elite swordsmen-in-training, tapi level kemewahan ini sudah jauh dari pemikiran seorang siswa. Jika aku adalah swordsman berpengalaman, dan memberikan hasil bagus di Turnamen Persatuan— atau lebih dari itu, satu dari Integrity Knights di Gereja Axiom, yang memiliki kuasa penuh yang bahkan melebihi empat raja, jadi cukup bayangkan saja kehidupan mewah yang harus aku jalani?

"...Ooh, tidak bagus."

Eugeo mengetuk kepalanya sendiri dengan pedang kayunya yang dia taruh dibahunya.

Setahun telah berlalu sejak dia mendaftar dan mungkin dia telah terbiasa dengan hidup di akademi, ada sebuah waktu dimana dia hampir kehilangan perasaan itu ketika dia mulai berpetualang meninggalkan desanya. Dia disini bukan untuk mendapat reputasi dan kehormatan sebagai swordsman.

"...Alice..."

Saat dia menasihati dirinya sendiri, dia mengatakan nama orang yang sangat penting baginya.

Tinggal disini, memenangkan pertandingan resmi, dan bahkan dia ingin menjadi Integrity Knight, tidak ada yang tahu hasil akhirnya, tapi dengan proses itu. Untuk mengambil kembali teman masa kecilnya yang berambut pirang, yang seharusnya masih ada di Katedral Gereja Axiom Pusat—

Setelah turun ke lantai satu melalui tangga yang dibangun di bagian utara bangunan tersebut, Eugeo segera menuju arena pelatihan disamping asrama tersebut. Ini juga, hanya boleh digunakan untuk elite swordsmen-in-training. Dia mengayun pedang kayunya di tempat besar itu, di tempat pelatihan itu ada sebuah tempat terbuka dimana dia menggunakannya ketika dia masih menjadi novice trainee, tapi sekarang dia bisa latihan di arena pelatihan yang terang dan luas, selama yang dia mau.

Membuka pintu di tempat masuk, aroma yang menyegarkan dari lantai yang diperbarui setiap tahun menyambut Eugeo. Sementara berdiri, dia mengambil nafas sebelum dia berhenti bernafas. Dia dapat merasakan pusing, bercampur dengan sensasi yang tercampur di udara.

Ketika dia keluar dari ruangan kecil yang digunakan untuk berganti pakaian, menuju ke arena, perasaan pusing itu menjadi kenyataan.

Dua orang murid yang tepat ada di tengah arena pelatihan yang memiliki lantai kayu itu menyadari keberadaan Eugeo dan mengarahkan pandangannya dengan pandangan marah. Mungkin mereka masih dalam latihan style, salah satu dari mereka masih memegang pedang kayu, sementara yang lain masih dalam posisi siaga, tapi keduanya langsung menurunkan kedua tangannya dengan lambat.

Kau tidak perlu curiga, aku tidak akan mencuri tehnikmu, memiliki pemikiran yang seperti itu dipikirannya, Eugeo dengan cepat mengerti dan segerea menuju ujung arena. Dia berpikir mereka akan menghiraukannya, tapi karena suatu alasan, salah satunya datang dengan cepat dan segera membuka mulut mereka untuk berbicara.

"Oh, Swordsman-in-training Eugeo...apa kau sendirian malam ini?"

Orang yang memanggilnya adalah orang yang memegang pedang, dia mengenakan seragam warna merah yang menutupi badannya dan tubuh yang tinggi dengan rambut panjang dan bergelombang yang terlihat turun. Sebuah senyuman muncul di wajahnya tanpa paksaan, tapi perkataannya terhenti setelah kata «Eugeo» yang memang tidak mempunyai nama keluarga karena lahir di keluarga petani.

Menjawab pertanyaan dengan gangguan itu hanya akan mengurangi waktunya untuk berlatih, jadi Eugeo membalas salam dengan ekspresi yang dibuat-buat.

"Selamat sore, Swordsman-in-training Antinous. Ya, sebetulnya, teman sekamarku masih..."

Tetapi, kata-kata itu langsung dipotong oleh siswa yang lain dengan suara yang keras.

"Berani sekali! Ketika memanggil Raios-dono dengan nama, pastikan gunakan juga kata «Head Swordsman-in-training»!"

Mengalihkan pandangan kepada orang yang memakai seragam kuning dengan rambut abu-abunya yang memakai minyak, dia hanya sedikit mengeluh meskipun dia sudah tahu.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Swordsman-in-training Zizek."

Pada saat itu, orang itu kehilangan kendalinya dan berteriak setelah mengambil langkah.

"Dan kau masih mengulang perkataan itu! Ketika memanggilku, kau juga harus menggunakan «second-ranked»! Atau kau tidak memiliki hormat terhadap sejarah dan tradisi akademi ilmu pedang yang terhormat..."

"Ayolah, tidak perlu bersikap formal, Humbert."

Bahunya yang ditepuk dari belakang, membuat dia diam dan kembali.

Mengindikasi dari kata-kata tadi, orang yang berambut abu-abu ini Humbert Zizek yang mendapat rangking dua di antara dua belas orang swordsman-in-training di asrama ini. Dan orang yang berambut pirang itu, Raios Antinous, yang menjadi head elite swordsman-in-training, dan memiliki rangking satu. Dengan kata lain, bulan lalu, Raios mengambil posisi pemimpin dari pemimpin sebelumnya yang pernah bertanding dengan Kirito, Uolo Levanteinn.

Memikirkan tentang Uolo yang memiliki kepribadian militer seperti Raios, seorang yang tidak dapat dikatakan sebagai contoh pemimpin dari keluarga terpandang yang tinggi juga dengan kesombongannya, ilmu pedang mereka cenderung sama. Mungkin itu normal, mempertimbangkan mereka menggunakan, «High Norkia Style», meskipun itu tidak menyenangkan untuk diketahui berpengalaman, jika berbicara tentang dia secara positif, atau lebih tepat, secara negatif, Raios dilatih dengan ilmu pedang Mighty Sword untuk mengalahkan dalam satu serangan, seperti Uolo.

Kirito memberitahu di diskusi sebelumnya tentang masalah itu. Setengah dari itu mungkin dibalik pedang itu siswa yang lahir di keluarga bangsawan kelas atas pasti memiliki harga diri yang tinggi yang mereka tanamkan sejak kecil. Raios dengan kemampuan pedangnya serta latihannya mungkin tidak dapat mencapai Uolo, namun harga dirinya justru lebih tinggi. Meskipun beban yang ada di pedang Raios justru lebih besar.

—Tetapi, apa yang disebut dengan harga diri, mungkin bisa dibilang tingkatan? Jika mereka mempunyai harga diri yang tinggi, kenapa mereka hanya memperlihatkan sesuatu yang hanya sedikit menggangu?

Ketika Eugeo bertanya seperti itu, Kirito sedikit tidak yakin menjawab setelah terdiam beberapa saat.

—Harga diri adalah suatu beban yang berkelanjutan untuk diri sendiri. Tapi harga diri tidak terbatas itu saja. Raios dan lainnya pasti memiliki harga diri yang tinggi yang membandingkan dengan yang lain. Karena itu, mereka menunjukkan pada kita yang tidak terlahir sebagai bangsawan atau bahkan tidak lahir di ibu kota. Atau jika memikirkan terbalik, mereka akan menunjukkan harga diri mereka tanpa melakukan itu.

Kata-kata dari Kirito mungkin terlalu rumit bagi Eugeo, tapi dia mengerti sesuatu jika dia menyinggung harga diri Raios and Humbert dengan bersikap tidak sopan, maka kekuatan pedang mereka semakin kuat.

Pemikirannya itu juga datang bersama dengan jawabannya tentang provokasi dan kesombongan di pikirannya, tapi tidak seperti patnernya, Eugeo selalu memikirkan dimana batas dari kekerasan yang terbentang di peraturan akademi, meskipun terjadi di pertarungan resmi dari awal.

Lalu, meskipun Eugeo sedikit menyesal dengan kehidupannya sebelumnya, dia masih memiliki keberanian untuk menunjukkan rasa terima kasihnya sebelum dia menuju ujung tempat latihan itu sekali lagi.

Ketika melangkah melewati lantai yang terbuat dari kayu yang baru saja dibuat dengan memotong pohon yang ada di hutan dekat ibu kota dengan banyak nyawa yang tersisa, perasaan aneh itu dengan cepat menghilang. Di ibu kota dimana bangunannya rata-rata terbuar dari batu, sebuah tempat untuk menikmati aroma dari kayu sangatlah menyenangkan.

—Raios dan Humbert mungkin mempelajari ilmu pedang dari private tutor [2] sejak muda, tapi meski aku mengayun kapak untuk memotong Gigas Cedar sebanyak 2000 kali setiap hari selama tujuh tahun di hutan Rulid. Mungkin aku tidak memiliki harga diri yang cukup tinggi, tapi aku pasti memiliki harga diri. ... Hmm, meskipun aku tidak mengayun pedang melainkan kapak.

Dengan pemikiran seperti itu, dia berhenti di depan sebuah tiang bermaksud untuk latihan sendiri, berdiri di samping dinding di sebelah barat.Tempat pengganti ini cukup bagus juga, pada saat yang sama di lantai, dengan tidak ada lekukan pada permukaan lantai itu.

Memegang pedang kayu yang terbuat dari oak dengan kedua tangannya, dia segera menggunakan posisi dasar pertarungan dan mengatur nafasnya.

"Tsh!"

Dia mengayun pedang kayu itu dari atas kepala dengan sedikit menghela nafas. Efek berat dari ayunan yang mengenai tiang itu dengan diameter 30cm sedikit bergetar menandakan itu mengenai tempat yang benar.

Merasakan perasaan yang tidak nyaman dari tangannya, dia mengambil langkah mundur dan kali ini mengayun dari sisi kiri. Lalu, di sisi kanan, dan kiri lagi. Setelah mengayun sebanyak sepuluh kali, semuanya menghilang dari pikirannya kecuali tubuh dan pedangnya, juga tiang yang diserang itu.

Latihan yang dilakukan oleh Eugeo setiap malam hari adalah melakukan ayunan dari kiri maupun kanan selama empat ratus kali. Dia tidak memiliki pemikiran tentang stylenya pada saat latihan, seperti yang tadi dilakukan oleh Raios dan temannya. Orang yang menjadi patnernya, dan pengajarnya dulu, Kirito berkata tidak perlu memerlukannya.

—Di dunia ini, apa yang penting adalah menaruh sesuatu di pedangmu.

Ketika dia mengajar Eugeo tentang ilmu pedang, dia berkata seperti itu.

— «Secret moves » dari Norkia-style, Valtio-style, Aincrad-style kita sangat kuat. Setelahnya, kau hanya perlu untuk mengerti bagaimana cara untuk mengaktifkan metode dan pedang itu akan mengikutinya. Tetapi masalahnya terbentang sebelum itu. Jumlah pertandingan yang dimana secret moves akan menahan secret moves, seperti ketika aku melawan Uolo, mungkin seperti itu. Jika seperti itu, maka yang akan menentukan sisanya adalah beban dari pedang itu.

Beban.

Meskipun Eugeo mengerti maksudnya tetapi kata itu tidak menggambarkan beban dari pedang itu.

Kirito yang pernah melawan, Uolo Levanteinn, yang menaruh harga diri dan tanggung jawab yang berat karena lahir sebagai bangsawan yang memimpin ilmu pedang Knight Order pada pedangnya. Senior Eugeo yang pernah membuat dia menjadi valetnya yakni, Gorgolosso Baltoh, menggunakan kepercayaan diri dari tubuh yang dia latih. Siswa yang membimbing Kirito, yakni Solterina Serlut, menaruh pengalamannya di tehnik yang dia pelajari. Dan yang terakhir, , Raios dan Humbert mengubah harga diri mereka sebagai bangsawan kelas atas menjadi beban di pedang mereka.

Lalu, apa yang harus aku taruh pada pedangku?

Eugeo bertanya seperti itu tanpa berpikir dan Kirito membalas dengan senyuman. Kau harus menemukan itu sendiri, itu yang dia katakan. Tapi mungkin berpikir sendiri tidak akan mendapat jawabannya, dia melanjutkan, kau tidak akan menemukannya meskipun kau berlatih style setiap hari.

Itu adalah alasan kenapa Eugeo selalu berlatih menyerang setiap hari ketika memulai perjalanan di Centoria, dan bahkan setelah mendaftar di Akademi Turnamen Pedang. Karena sebenarnya Eugeo, bukanlah seorang bangsawan ataupun swordsman, tapi yang dia memiliki pengalaman bertahun-tahun, semenjak dia mengayun kapak di hutan selatan Rulid.

Tidak, sebenarnya ada satu hal.

Keinginan untuk mengembalikan Alice yang diambil oleh Gereja Axiom. Meskipun dia mengayun pedang kayu sekarang, teman masa kecilnya yang berambut pirang tidak akan menghilang dari pikirannya. Dia percaya itu juga terjadi ketika dia mengayun kapak untuk memotong Gigas Cedar di hutan kampung halamannya.

Itu mungkin sudah delapan tahun berlalu, semenjak musim panas itu.

Ketika Integrity Knight yang memperkenalkan diri sebagai Deusolbert Synthesis Seven mengambil Alice, itu semua yang ada dalam pikirannya. Meskipun dia memegang «Dragon Bone Axe» yang mungkin dapat memotong besi pada waktu itu, dia tidak dapat mengangkatnya. Meskipun seseorang tepat disampingnya...seorang anak laki-laki seumur dengannya berteriak penuh penyesalan, Bertanya jika dia betul-betul menerima itu.

Ah benar...siapa orang itu? Tidak ada seorang teman yang lain yang pernah memanggil namanya di setiap waktu kecuali Alice. Meski begitu, dia masih dapat mengingat ingatan itu jauh dalam pikirannya.

Dengan sendirinya dia menghitung jumlah serangan yang dia buat di pikirannya, Eugeo memikirkan dalam-dalam tentang ingatan itu.

"Oh, Eugeo-dono selalu berlatih secara misterius, betulkan?"

Suara menggangu itu berasal dari belakangnya dan membuat kosentrasi Eugeo menjadi buyar. Tekanan dari pedang itu langsung berkurang dan membuat perasaan tidak nyaman di tangannya seperti ketika dia membuat kesalahan besar ketika mengayun kapak di hari pertamanya.

Memikirkan bagaimana jarak yang cukup jauh di antara Eugeo yang ada di ujung arena pelatihan dan kelompok Raios ada di tengah arena, faktanya itu sangat jelas untuk di dengar sebab mereka bermaksud memperbesar suara mereka agar membuat dia mendengar. Dia seharusnya berhenti dan mendengarkan perkataan mereka sekarang, tapi dia hanya merasa perasaan tersakiti, bahkan sampai sekarang. Hiraukan mereka, hiraukan mereka, Eugeo mencoba untuk meyakinkan dirinya tentang hal itu dan pada saat dia hendak mengayun pedang—

"Apa kau tidak merasa aneh tentang arti dari apa yang Eugeo-dono lakukan dari malam ke malam, mengayun kayu itu tanpa style, Humbert?"

"Saya setuju, Raios-dono."

Percakapan mereka mencapai telinganya lagi seperti yang mereka mau, dan mereka segera pergi jauh sambil tertawa, jadi meskipun dia tidak menunjukkan kekuatannya, dia masih memberikan jawaban di hatinya.

—Dan kau masih menyebalkan seperti biasanya, meski hanya saat Kirito tidak ada, Raios-kun.

Semenjak bulan lalu, mereka berhenti memprovokasi Kirito dan Eugeo bila mereka bersama-sama untuk suatu alasan. Sebagai gantinya, Eugeo selalu menerima hinaan ketika sendirian semakin meningkat, tapi sepertinya itu bukan karena Eugeo gampang dihina, tapi mungkin karena mereka pernah dipermalukan oleh Kirito.

Mungkin, sesuatu telah terjadi antara Kirito dengan mereka ketika akhir periode novice trainee mereka, tapi patnernya hanya berkata "Cuma sedikit bertengkar" ketika dia bertanya, dan tentu saja dia tidak dapat bertanya langsung kepada Raios. Apa yang mungkin berhubungan adalah, adalah bagaimana Raios dan Humbert memiliki wajah pucat ketika mereka melihat Kirito memberikan bunga potted biru kepada Solterina-senpai setelah upacara kelulusan bulan lalu, tapi dia sama sekali tidak mengerti dari maksud tersebut.

Bagaimanapun juga, dia sama sekali tidak dihina oleh mereka jika dia bersama Kirito, yang berarti dia tidak memiliki rasa cemas. Tetapi, dia tidak bisa terus sembunyi di balik bayangan patnernya selamanya, sekarang dia harus menjadi seorang elite swordsman-in-training.

Pertandingan resmi tahun pertama akan dimulai satu bulan lagi, di tengah-tengah bulan keenam. Penentuan rangking untuk terakhir kalinya akan ditentukan sebelum upacara kelulusan, tapi kalah dengan Raios dan temannya akan membuat masa depannya hancur. Sebuah ketetepan seperti Swordswoman-in-training Solterina yang selalu rangking dua yang tidak dapat menandingi , Uolo Levanteinn, adalah sesuatu yang umum—atau seperti, Gorgolosso katakan dengan semangat, seperti dirinya yang biasanya.

Pemimpin tahun ini, Raios, dan rangking dua, Humbert, adalah bangsawan yang menerima latihan khusus High Norkia-style sejak kecil, seperti Uolo. Kepribadian mereka jauh dari latar seorang pemimpin, tapi ilmu pedang mereka mungkin diatas dari semua siswa bangsawan. Sangat disayangkan, bahkan hanya tersisa satu bulan, dia masih belum tahu untuk menaruh apa pada pedangnya yang dapat mengimbangi Mighty Sword mereka.

—Tapi setidaknya, aku tidak akan kalah dalam jumlah ayunan pedang dibanding mereka.

Mengakhiri pemikiran pesimisnya dan pada saat bersamaan dia mengayun pedang ke empat ratus, Eugeo perlahan meluruskan tubuhnya.

Dia mengambil handuk di sabuknya dan segera mengelap pedang kayu itu. Lalu, mengelap keringat yang keluar dari dahinya ke lehernya sambil melihat ke arah belakang. Raios dan temannya yang berlatih di tengah arena, lalu mengulang kembali style masing-masing.

Pada saat dia berbalik ke arah belakang dan mengambil nafas, «Bell Penunjuk Waktu» berbunyi di Menara Auditorium Utama Akademi dan mengeluarkan melodi 6 P.M., sama dengan bell yang menunjukkan waktu di gereja kampung halamannya. Asrama swordsmen-in-training hanya memiliki sedikit siswa, tidak seperti asrama trainee yang penuh dengan peraturan, jadi makan malam dapat diambil kapan saja asal dari jam enam sampai delapan. Meskipun, sedikit latihan lagi itu bagus, tapi dia ada janji untuk membawakan makanan untuk patnernya yang ada di kamar yang sedang berusaha belajar untuk ujian besok.

—Kalau dipikir lagi, Kirito tidak memberitahu tentang makanan yang dia pesan. Jika ada menu hari ini yang ada acar yang aku tidak suka. Aku akan memberi dia lebih banyak.

Ketika dia menggantung handuk dan pedang kayunya di sabuknya sambil berpikir seperti itu dan mulai berjalan menuju pintu masuk, Raios menyarungkan pedang kayunya, dan berbicara dengan volume yang dapat dia dengar.

"Oh, sepertinya Swordsman-in-training Eugeo bermaksud menebas tiang itu, tanpa menggunakan style apapun."

Tanpa jeda, Humbert segera melanjutkan.

"Raios-dono, dari yang pernah saya dengar, sepertinya Eugeo-dono adalah tukang kayu dari suatu desa. Mungkin dia tidak tahu tentang menghadapi sesuatu kecuali kayu sebagai lawannya?"

"Aku bahkan tidak tahu. Jika dia belajar seperti itu, mungkin lebih baik jika kita memberikan arahan selama beberapa menit, sebagai pemimpin asrama?"

"Oh, sungguh kau sangat baik, Raios-dono,kau adalah panutan dari bangsawan!"

Eugeo hanya bisa menghela nafas sebagai gantinya mungkin itu sudah direncanakan dan mencoba melanjutkannya dengan caranya. Tetapi, Humbert menantangnya secara langsung, jadi dia tidak punya pilihan lain selain menghentikan langkahnya.

"Bagaimana, Eugeo-dono. Seperti kata Raios-dono bilang, bagaimana tentang arahannya? Kau takkan diberikan kesempatan langka ini lagi."

Dengan masalah yang sudah sejauh ini, dia tidak diberikan pilihan untuk menolak dan mencoba untuk berjalan lebih juah. Menghiraukannya percakapan yang ditunjukkannya sama saja dengan tidak sopan. Di tempat itu, kekuasaan untuk menghukum yang dilakukan oleh elite swordsmen-in-training hanya bisa digunakan untuk novice dan advanced trainees, jadi Humbert tidak dapat memberikan hukuman kepada Eugeo, namun masih ada kemungkinan untuk memberikan keluhan kepada management akademi.

Mungkin, Eugeo hanya berpikir untuk meninggalkan tempat itu sambil berkata, "Jangan pedulikan aku" tapi suatu ide muncul di pikirannya.

Raios dan Humbert adalah pemimpin dan rangkin dua elite swordsmen-in-training—dengan kata lain, mereka adalah yang terkuat dan terkuat kedua di antara semua murid di akademi. Bahkan Kirito berkata, "Jangan bersikap lunak pada mereka" setiap saat dan sekarang, jadi dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mundur dari keinginan kuatnya.

Tapi di saat bersamaan, Eugeo mengetahui Raios dan temannya menggunakan «harga diri sebagai bangsawan» yang tidak dapat dimengerti. Meningkatkan status sosial, meremehkan siswa yang lahir di kelas bangsawan yang ada dibawah mereka atau orang biasa, seperti mereka... akankah itu akan membuat kekuatan pada pedang mereka? Jika di menyetujui hal itu, bukankah itu bertentangan dengan «perasaan menghargai dan saling membantu» yang diajarkan kepadanya oleh orangtuanya, Suster Azariya dari gereja, kepala desa Gasupht, dan terakhir oleh, teman masa kecilnya, Alice, ketika dia masih muda?

Sampai sekarang, ketika Eugeo sepertinya dihina, dia tidak pernah menanggapinya bahkan yang merendahkan hingga kepercayaan menjadi rendah—perhatian mungkin sedikit mustahil bahkan—bagi Raios dan Humbert. Tetapi, sikap itu digunakan untuk meningkatkan harga diri mereka, jika ini hanya digunakan untuk meningkatkan kekuatan pedang mereka, itu mungkin akan sia-sia bagi mereka.

Seperti tujuannya, dia sama sekali tidak tertarik untuk memilih hidup yang sama dengan keduanya dan bangsawan lainnya...ini adalah hal yang dia ingin tahu sebelum pertandingan resmi satu bulan nanti. Apa yang membuat kekuatan lahir dari harga diri? Memiliki kesempatan untuk melihat arahan mereka mungkin akan menjadi kesempatan.

Eugeo dengan cepat memikirkan itu di pikirannya dan berkata "Sepertinya Kirito telah memikirkan itu jauh ke depan, huh" dalam hatinya, sebelum dia membuka mulut untuk berbicara.

"...Mungkin ini adalah kesempatan untuk mempelajari ini. Lalu bolehkah aku menerima permintaanmu dan mendapat arahanmu, ya?"

Pada saat itu, Raios dan Humbert menaikkan alisnya. Sepertinya reaksi dari Eugeo tidak mereka duga, tapi dengan cepat mereka membuat ekspresi mengejek.

Pertama, Humbert membuka lebar kakinya dan memprovokasi dengan suara keras.

"Haha, Tentu saja itu bukan masalah! Sekarang, cepatlah dan tunjukkan pada kami kemampuanmu. Ah benar, ayo kita mulai dari dasar, coba sesuatu seperti «Fierce Blaze Style, Bentuk Ketiga»..."

"Tidak, Second-ranked Swordsman-in-training Zizek-dono."

Perlahan mengangkat tangan kanannya, Eugeo berbicara dengan memilih kata secara hati-hati.

"Diberikan kesempatan yang langka, Saya harap dapat mendapat pengalaman Second-ranked Zizek-dono mengayun pedang dengan merasakan melalui tubuh sendiri , dibandingkan dengan penjelasan."

"......Apa yang baru saja kau katakan?"

Sebuah ejekan terlihat menghilang dari wajah Humbert. Sebagai gantinya, ekspresi curiga karena keinginan Eugeo membuat perasaan binatang buas yang sedang menyiksa mangsanya, yang mereka perlihatkan.

"Merasakan, dengan tubuhmu... kau bilang? Dengan kata lain...apa kau memiliki keinginan untuk terkena pedangku, Swordsman-in-training Eugeo?"

"Tentu saja, Saya akan meminta kau untuk berhenti sebelum melakukannya, tapi saya adalah orang yang meminta untuk arahan, sebenarnya. Meminta untuk lebih untuk menjadi bagianmu akan sangat tidak sopan untukku."

"Oh sekarang, Aku mengerti . Jadi, kau menyarankan bahwa kita tidak akan mengakhirinya dengan satu serangan?"

Dengan menyisir rambut abu-abunya dengan rapi saat mereka sedikit geram. Mata itu, menyipit bahkan di bawah suasana normal, menyipit bahkan lebih jauh lagi, dengan lirikan fokus yang dalam di mata mereka. Sepertinya Eugeo memiliki cara bicara yang terlalu sopan membuat keadaan antisipasi menjadi susah.

"Benar, ini hanya tugasku sebagai second-ranked swordsman-in-training dan juga sebagai bangsawan kelas empat, untuk menjawab permohonan arahanmu. Baiklah, Aku akan tunjukkan ilmu pedangku, Eugeo-dono."

Setelah dia berkata seperti itu, dia menarik pedang kayunya di sisinya, tepat di sabuknya, dengan gerakkan lambat. Itu juga terbuat dari oak sama seperti pedang kayu Eugeo, tapi memiliki corak indah yang terukir di sisi pedangnya.

Dengan Humbert yang berbuat seperti itu, Raios berpikir untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi lebih baik menyimpannya dalam pikirannya, jadi dia menutup mulutnya. Mengambil langkah pendek hingga dia sejauh tiga meter, dia mengangguk dengan senyuman yang samar-samar ketika Humbert melihatnya.

Mendapat pengakuan lebih dari kemampuannya, Humbert melonggarkan tangannya, menunjuk pedangnya menuju Eugeo yang sedang berdiri dan berteriak.

"Sekarang, aku akan mulai! Ini adalah kemampuan dari High Norkia-style...belajarlah melalui tubuhmu!"

Melebarkan kakinya ke depan dan ke belakang, dia memegang pedang di atas dan memegang di atas bahunya. Posisi ini adalah gerakan rahasia dari Norkia-style, «Lightning Flash Slash». Terbalik dari apa yang baru dia katakan, dia tidak menggunakan serangan terkuat dari High Norkia-style «Heavenly Mountain Rending Wave» yang mungkin tidak dapat Eugeo tahan—tidak, mungkin dia tidak ingin menggunakannya.

Katanya, Lightning Flash Slash bukanlah tehnik yang bisa dianggap remeh. Bahkan dengan pedang kayu yang tumpul, itu dapat mengurangi Life orang lain hingga setengah jika terkena di kepala dan menyebabkan orang itu kehilangan kesadaran untuk sementara waktu. Tentu saja, «mengurangi Life orang lain» adalah kekerasan yang melanggar Taboo Index, tapi jika kedua belah pihak setuju, maka serangan maksimum dari satu serangan diperbolehkan. Dan tentu saja tujuan Humbert bukan untuk berhenti sebelum menyentuh, tapi memberikan serangan penuh.

Hasil dari pengrajin yakni pedang kayu yang dimiliki second-rank swordsman-in-training mengeluarkan cahaya biru. Kecepatan dia mengaktifkan secret move, setelah dia mengambil posisi sesuai yang dia mau. Tetapi, Eugeo dapat memprediksi dimana pedang itu menebas. Sebenarnya, Lightning Flash Slash sangat identik dengan salah satu dari tehnik ilmu pedang Aincrad-style, «Vertical».

"...Shrya!!"

Dengan teriakan keras, pedang Humbert menyerang.

Tepat di saat itu, Eugeo menggerakkan tangan kanannya juga. Menarik pedang kayunya dari pinggang kirinya, dia mengaktifkan secret move dengan kosentrasi. Dia menyerang melawan pedang musuh yang menyerang di tengah dengan tebasan bawah menuju atas.

Banyak secret moves yang diajarkan oleh Kirito yang tidak menggunakan Pengucapan Umum, tapi justru Pengucapan Suci, untuk suatu alasan. Sepertinya bahkan Kirito sendiri tidak tahu kenapa. Dia memang lupa karena kehilangan ingatan ketika dia muncul di desa Rulid sebagai seorang «Anak hilang Vector», tapi dalam hal itu, betul-betul beruntung bahwa dia tidak melupakan ilmu pedangnya juga.

Slant adalah tehnik satu serangan seperti Lightning Flash Slash, tapi memiliki kemampuan untuk menyerang dari dua arah, dari atas kanan ke kiri bawah, atau dari kiri bawah ke kanan atas, adalah yang terbaik. Terutama ketika sekarang, dengan posisi yang sama saat menarik pedang dari pinggangnya, itu membuat mengurangi waktu untuk mengaktifkannya.

Normalnya, jika musuh berduel dengan menggunakan sebuah secret move, maka tidak aka nada waktu untuk menerimanya, jadi dia tidak memiliki pilihan selain melompat menghindar atau ke samping dengan segenap kekuatan untuk menghindar—meskipun itu jika beruntung. Tapi Slant dari Eugeo mengeluarkan cahaya biru muda saat itu terkena Lightning Flash Slash oleh Humbert di udara, menyebabkan suara dan bunyi yang tidak dapat dipikirkan ketika kedua pedang kayu itu saling menyerang.

"Nuoo...!"

Humbert mengeluarkan teriakan, tapi terkejut yang dapat terlihat dari wajahnya tapi langsung berubah menjadi kemarahan dan dia berusaha menekan pedangnya dengan segenap kemampuannya. Cahaya biru dan biru muda yang diciptakan dari hantaman pedang kayu itu belum menghilang. Jika salah seorang dari mereka terdorong beberapa cm saja, secret move akan berakhir dan orang itu terlempar. Eugeo menaruh kekuatan ke kakinya, mendorong pedang itu dengan tangan kanan sekuat tenaga.

Dengan suara keras, pedang Humbert terdorong 2 cm ke belakang. Cahaya biru dari Lightning Flash Slash bergetar, menandakan skill itu akan berhenti.

—Seperti yang aku duga, aku lebih baik di kekuatan sebenarnya.

Itu mungkin jauh dari pemikiran, tapi mendapat kesempatan untuk membuktikan arti dari kekuatan sebenarnya bagi Eugeo. Dia tidak berharap untuk bertanding dengan bangsawan, bahkan mencoba memperluas perhatiannya ke sudut tangannya berada, tapi hanya dengan satu hal, kemampuan fisik yang ditempa dengan mengayun kapak berat selama dua ribu kali setiap hari di hutan kampong halamannya, bukanlah sesuatu yang dapat dikalahkan. Bahkan bagi Gorgolosso, yang melatih tubuhnya menjadi sekuat besi, memuji tubuh Eugeo dengan perkataan "kurus, tapi sangat terlatih".

Ada beberapa siswa bangsawan yang berlatih High Norkia-style yang juga menghina Valtio-style dari Gorgolosso, yang terlahir sebagai orang biasa, sebagai «ilmu pedang rendahan», tapi di samping dengan perfomanya yang sangat indah, kekuatan yang brutal sebagai senjata untuk duel. Dan dengan Aincrad-style yang dia adaptasikan dari Kirito, dia dapat mengubah situasi dengan satu tebasan pedang.

—Bahkan jika dia belum menemukan «sesuatu untuk ditaruh di pedangnya», dengan tehnik dan kekuatan yang diasah oleh kedua orang itu, dia tidak akan kalah meskipun melawan bangsawan setinggi apapun kelasnya!

Meyakinkan hal itu di hatinya, Eugeo menaruh seluruh kekuatannya di pedangnya.

Tetapi, itu terjadi. Wajah Humbert, yang terlihat melalui celah dari pedang itu, menjadi sangat mengerikan yang dapat dideskripsikan sebagai orang kejam.

"Jangan... merasa sudah menang!"

Mata dan alisnya terangkat dari posisi sipit dan lebih jauh lagi, sebuah erangan keluar dari antara giginya. Di saat yang sama, cahaya biru yang hampir menghilang kembali, bercampur dengan bayangan hitam.

Creak. Kali ini pedang kayu Eugeo terdorong karena tekanan. Tekanan dari tangan kanannya membuat rasa sakit yang menjalar melalui pinggang dan bahunya. Dua cm itu telah terdorong kembali dengan cepat dan getaran dari kedua pedang kayu itu kembali dari yang mereka mulai.

—Kekuatan apa ini!?

Baru saja itu terhenti, Eugeo membuka lebar matnya. Humbert yang tidak terlalu berkeringat dan menghabiskan banyak waktu untuk melatih style, bahkan ketika dia ada di arena pelatihan, tidak mungkin memiliki kekuatan seperti ini. Jika ini bukan kekuatan fisik ... apa ini«harga diri yang sebagai sumber kekuatan» yang Kirito pernah bilang? Memuji dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, memberikan kekuatan pada pedangnya dengan sifat seperti itu, dibanding dengan harga diri Eugeo, cukup untuk melebihi hasil latihannya setiap hari?

Aku tidak dapat percaya. Aku betul-betul tidak percaya bahwa Dewi Pencipta Stacia yang dapat memaafkan cara hidup seperti itu.

Pada saat dimana dia ingin menolak kejadian yang terjadi di depan matanya, Humbert menyibak rambutnya dengan ekspresi kejam dan berkata.

"Kau pikir dapat mengalahkan pedangku dengan serangan diam-diam yang pengecut?"

"Pe... ngecut...?

"Betul. Apa yang dapat kau katakan dengan mencoba menebas tanpa mengeluarkan sesuatu seperti skill tanpa style atau apapun itu, tapi pengecut?"

"Ka... Kau salah! Ini kemampuan sekolahku...ini yang disebut «Aincrad-style» itu!"

Eugeo dengan cepat berkata seperti itu. Jika High Norkia-style adalah sekolah dimana difokuskan di kekuatan dan membuat tehnik, Aincrad-style adalah sekolah yang memfokuskan pada dasar untuk membuat tebasan dibandingkan dengan ilmu pedang lain. Seperti, berusaha mempercepat pengaktifan secret moves, bahkan memiliki «skill tebasan beruntun» yang sekolah lain tidak punya.

Dengan kata lain, ide dibalik Aincrad-style adalah bagaimana cara hidup hanya satu dan muridnya hanya satu, Kirito sendiri, tidak menarik, tidak indah, hanya mencoba sampai ke tujuan. Tidak menyerah bahkan setelah berlari menabrak tembok, menghadapinya untuk kedua kali, ketiga kali. Jika dia tidak bersamanya, Eugeo mungkin tidak mencapai kota Zakkaria, dan membiarkan Centoria.

Karena itu kenapa Eugeo marah kepada Humbert yang menganggap Aincrad-style adalah pengecut.

Tetapi, getaran yang ada di hatinya bersama dengan pedangnya juga, terdorong lebih jauh lagi. Itu Eugeo yang cahaya biru muda yang mengelilingi pedang kayunya yang mulai terhuyung-huyung. Dia membuka lebar kakinya dan membungkukkan tubuhnya, berusaha mencoba untuk menahan posisinya.

Humbert menyeringai dan mengatakan sesuatu dengan suara seperti paku yang menggores kaca.

"Kemampuan dari sekolahmu itu mengalir dari penampilannu yang buruk. Kau pasti berpikir untuk mengalahkan antara Raios-dono atau aku di pertandingan resmi berikutnya...tapi itu mustahil. Aku akan hancurkan bahu kananmu dan memastikan bahwa kau tidak dapat mengayun pedang untuk beberapa waktu."

"Kuh...!"

Dia menggeretakkan giginya untuk menahan, tapi tekanan dari pedang Humbert terus bertambah. Sebuah secret move dari pedang akan terus berlanjut selama hanya di doronhg ke belakang saja, selama itu kembali ke posisi yang sama, tapi pedang Eugeo yang diserang oleh Lightning Flash Slash milik Humbert dari atas dan telah meninggalkan posisi yang sebenarnya. Jika itu di dorong satu cm, tidak, bahkan lima mili lagi, maka Slant akan batal dan sebagai gantinya, bahu kanannya akan mengalami rasa sakit yang luar biasa.

Tentu saja, ada kantor pengobatan di Akademi Master Pedang, dengan berbagai macam obat yang tersimpan di sana dan healer[3] yang terlatih dengan Sacred Arts juga ada di sana. Tetapi, ada batas dari efek obat tersebut dan Sacred Arts dan juga luka dari patah tulang tidak dapat sembuh secara cepat, bahkan meskipun Sacred Arts berbahaya yang mentransfer Life ke orang yang ingin di sembuhkan. Jika dia mendapat luka seperti itu sekarang, maka dia tidak mungkin untuk menunjukkan kemampuannya di pertandingan resmi bulan depan—...

—Apa aku, bodoh?! Bagaimana mungkin seorang swordsman takut terluka!!

Eugeo langsung menghilangkan rasa takutnya dalam hatinya dengan cepat dan mengkosentrasikan pikirannya ke pedangnya.

Meskipun memiliki kesempatan untuk pergi, orang yang termakan provokasi Humbert dan memutuskan untuk duel adalah dirinya sendiri. Dia merasa bersalah pada dirinya, menjadi tergoyah dengan perkataan musuh dan menjadi takut gagal karena itu. Jika dia menarik pedang, dia akan menentukannya dengan semua skill dan kekuatannya dan membiarkan hasilnya menjadi seharusnya. Itu adalah inti dari Aincrad-style.

—Dan, aku masih belum menggunakan seluruh kekuatan yang aku miliki.

Fokus bukan pada Humbert, yang memiliki wajah sadis, tapi justru tertuju pada pedang kayu yang dia pegang di tangan kanannya. Keras dan bebannya, terbungkus di pedang kayu oak itu yang dibuat oleh mereka terbungkus di tangan kanannya dan dia merasa kekuatan di balik Slant, yang hampir menghilang, dengan geteran halus.

Buatlah dirimu menjadi satu dengan pedang. Itu adalah perkataan dari teman dekatnya serta gurunya, Kirito, selalu bilang.

Dia masih tidak mengerti hal itu, tapi berkat dia berlatih setiap hari mengayun pedang, dia merasa sesuatu yang sama dan terdengar suara pedang sekarang dan terus. Bukan begitu, kau seharusnya bergerak seperti ini, yang dia katakan.

Dan sekarang juga, Eugeo mendengar bisikan pedangnya—atau seperti, itu yang dia pikirkan.

Itu akan menjadi normal bila dia terkena serangan karena dia yang menerima serangan itu dari atas. Dia seharusnya mengganti skillnya.

"——Uooh!"

Disaat itu, Eugeo bergerak sambil berteriak yang jarang terdengar. Memutar pinggang kanannya, dia menerima serangan pedang Humbert dengan sisi kanan pedangnya. Slant telah dibatalkan dengan Tebasan Kecepatan Cahaya milik musuh yang hendak menebas bahu kanannya dengan cahaya biru gelap.

Eugeo tidak melawan kekuatan itu, mengarahkan pedangnya di atas bahunya. Tanpa terjadi delay, dia mengaktifkan Aincrad-style secret move, «Vertical»—

Pedang Humbert telah menyentuh bahu kanannya dan menggores baju latihannya beberapa cm di kain biru muda.

Tapi pedang Eugeo langsung menyerang pedang musuh ketika ditutupi oleh cahaya biru.

"Nuah!"

Humbert terkejut karena terkena serangan balik yang tidak diduga. Keduanya baik Humbert maupun patnernya hati-hati terhadap «skill tebasan beruntun», tapi menyambung satu secret move ke lainnya jauh dari perkiraan mereka. Bahkan Eugeo tidak dapat memperkirakannya. Di hanya membiarkan tubuhnya bergerak sendiri di pertarungan.

Pedang kayu Humbert langsung terdorong lima cm dan cahaya dari Tebasan Kecepatan Cahaya itu dengan cepat menghilang. Posturnya juga goyah, dengan kedua kakinya terdorong ke belakang.

Tetapi, itu yang terbaik—Bahu kirinya terkena tebasan dari pedang Eugeo saat dia mencoba berdiri tegak, kekuatan dari secret move, Vertical, terkena di seluruh tubuhnya dan, membuat dia terlempar ke belakang sejauh tiga meter.

Jika dia terjatuh ke lantai, maka pertandingan itu akan dimenangkan oleh Eugeo, tapi dia bersikeras untuk tidak jatuh seperti yang dia inginkan dan mengambil langkah mundur. Dia membungkukkan tubuhnya sebisa mungkin, untuk menyeimbangkan tubuhnya.

Sword Art Online Vol 11 - 042.jpg

Aku pasti akan menang jika aku melanjutkannya, pikir Eugeo, tapi sebelum dia dapat membuat gerakan dari postur tubuhnya dengan mengayun pedang ke bawah, sebuah suara keras dapat terdengar dari arena pelatihan.

"Itu cukup. Duel ini sepertinya seri."

Pemilik suara tegas itu adalah tentu saja, Raios Antinous, dengan mulutnya membuat senyum lemah. Setelah dapat memperbaiki posisinya, Humbert berteriak yang tidak terlihat puas.

"Ra-Raios-dono! Untukku yang seri dengan orang de-tidak, dengan swordsman rendahan ini...!"

"Humbert."

Head swordsman-in-training hanya memanggil namanya dengan tenang, tapi second-ranked langsung menundukkan kepalanya. Memindahkan pedangnya ke tangan kirinya dan menaruhnya dipinggangnya, dia dengan sembarangan menaruh tangan kanannya dengan sikap hormat seperti kesatria dan segera membalikkan badanya di hadapan Eugeo tanpa menunggu ekspresinya.

Dengan Humbert mengikutinya dari belakang di sisi kirinya, Raios tersenyum saat berhadapan dengan Eugeo dan membuat kedua tangannya bertepuk tangan saat dia berbicara.

"Aku sangat menikmati pertunjukan tehnikmu, Swordsman-in-training, Eugeo. Apa kau memiliki keinginan untuk bekerja di Imperial Acrobatics Troupe setelah lulus?"

"...Aku sangat berterima kasih karena kau telah mengakuiku, Swordsman-in-training Antinous."

Dia mencoba memasukkan kata «Head» dan «-dono» saat kalimat terakhirnya, tapi sepertinya Raios tidak terlalu memikirkannya dan segera kembali dengan tenang dan mulai berjalan menuju pintu masuk. Humbert segera mengikutinya setelah melihat Eugeo dengan ujung matanya yang terangkat yang dia bisa.

Dengan sepatu praktik yang dia gunakan berbunyi saat dia melangkah, Raios berhenti ketika dia melewati Eugeo yang masih berdiri di tengah arena dan bergumam dengan suara dalam.

"Aku akan tunjukkan kekuatan bangsawan yang sebenarnya di pertemuan berikutnya."

"...Aku tidak keberatan jika itu sekarang."

Dia sangat kelelahan karena latihan mengayun pedang empat ratus kali dan duel yang tak terduga, tapi Eugeo masih dapat berkata seperti itu. Tetapi, Raios hanya memperlihatkan senyuman masam sebelum berjalan lagi dan segera berbicara dengan suara yang lebih dalam.

"Hanya mengayun pedang kurasa bukanlah seperti pertarungan, orang tanpa nama keluarga."

Di belakang head swordsman-in-training, yang bersuara parau, diikuti oleh Humbert dengan ekspresi menggertak. Tapi dia hanya melewatinya tanpa mengatakan apapun dan suara pintu terbuka dan tertutup dapat di dengar dari belakang.

Di tengah suasana sepi itu yang akhirnya datang, Eugeo hanya mengambil nafas dalam dan merenung.

Kekuatan dari «harga diri seorang bangsawan». Yang, telah dialaminya dengan pertarungan pedang untuk pertama kalinya, mempunyai tekanan yang jauh dari perkiraannya. Jika dia tetap melanjutkannya dengan Slant, dia mungkin akan terdorong ke belakang dan mendapati dirinya terluka di bahu kanannya. Seperti apa yang diajarkan oleh pedangnya padanya, ada kerugian bila menerima serangan dari bawah, tapi bukan hanya itu. Pembawaan Humbert yang selalu menghina dan menganggap Eugeo sebagai orang kelas bawah yang terus terikat di pedang dan tubuhnya seperti kutukan.

Dia selamat karena kemampuan dari Aincrad-style yang dapat membuat secret moves dari berbagai posisi kali ini, tapi duel di pertandingan resmi akan terus berlanjut hingga tahun depan, dia tidak dapat bergantung dengan serangan mendadak. Pasti ada situasi dimana dia harus lebih kuat dibanding orang lain dengan kekuatan.

Sampai saat itu, Eugeo harus menemukan. «Sesuatu yang harus ditaruh di pedangnya » yang dapat mengalahkan kekuatan harga diri Raios dan Humbert.

Ketika sedang memegang pedang kayu itu dengan tangan kanannya dan dengan lembut mengusap dengan tangan kirinya, Eugeo berkata.

"...Terima kasih. Tolong bantu aku lagi suatu saat nanti."

Menyarungkan pedangnya di sabuk pinggangnya, terdengar suara bel yang menunjukkan waktu menunjuk waktu setengah tujuh pada saat dia hendak berjalan. Sepertinya sudah waktunya bagi Kirito, menderita kram yang serius di kamarnya, karena lapar. Menaruh pedang kayu itu di lantai dengan tergesa-gesa, Eugeo segera meninggalkan arena latihan yang kosong dan segera berlari menuju ruang makan.

Melewati jalan pintas, dia segera memasuki asrama elite swordsmen-in-training. Disana tidak ada kamar di lantai pertama dan hanya memiliki, sebuah pemandian besar, ruang makan dan ruang tamu tersusun.

Waktu makan di asrama novice trainee sudah pasti dan menunya harus dipilih, tapi sedikit kemudahan di berikan kepada asrama swordsmen-in-training. Itu buka dari jam enam sampai jam delapan dan semua orang dapat menyuruh juru masak untuk memasak makanan apa saja dari semua menu sehari-hari. Jadi jangan herna bila tidak ada seorangpun yang makan di ruang makan dan justru membawanya ke kamar mereka.

Untunglah Raios dan Humbert memilih untuk mandi terlebih dahulu dan tidak ada tanda-tanda dari swordsmen-in-training yang lain di ruang makan. Saat dia menuju tempat memesan, dia mengecek menu hari ini di papan pemberitahuan. Itu tertulis dagging panggang, tumis ikan putih atau rebusan bakso ayam yang dapat dipilih menjadi makanan utama.

...Baiklah, jika aku adalah dia, dia akan memilih rebusan dengan sayur segar dengan keju dan asinan goreng, tapi aku tidak yakin jika dia mau air siral dingin untuk diminum.

Dia dengan cepat dapat berpikir seperti itu dan memilki perasaan sedikit sedih bahwa dia menjadi sedikit tahu rasa masakan patnernya tanpa dia sadari, Eugeo mendekati tempat memesan dan berteriak.

"Selamat malam! Tolong pesan untuk dua orang, erm, makanan utama..."

Bagian 2[edit]

Dia telah bersiap jika ada masalah yang akan datang, tapi setelah beberapa hari telah berlalu sejak duel itu, dia tidak mendengar apapun dari Raios dan temannya.

Humbert memberikan ekspresi pandangan membenci ketika berpapasan dengannya di asrama swordsmen-in-training dan di pusat sekolah, tanpa kata yang terlewat satupun. Dia memberitahu Kirito tentang yang terjadi di arena latihan dan memperingatinya untuk berhati-hati, tapi sepertinya pasti tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

"Ini terasa aneh... Aku tidak berpikir mereka adalah orang yang bertipe diam bahkan setelah duelnya seri. Raios bahkan mengatakan sesuatu seperti itu..."

Bersandar pada sofa tua, Eugeo menyandarkan kepalanya di satu sisi dan Kirito, yang sedang duduk di posisi sebaliknnya, mulai berbicara sambil mengangkat cangkir keramik.

"Aku tidak percaya bila ada kesempatan bahwa mereka mengganti kepribadiaan mereka. Tapi seperti yang kita tahu, sangat sulit untuk melakukan perbuatan buruk di asrama swordsmen-in-training."

Dia mengambil teh kohiru tanpa susu dan mendekatkannya ke mulut dan langsung meminumnya.

Itu jam 9:30 P.M., setelah satu minggu berlatih dan akhirnya hari istirahat telah datang. Hari itu adalah dimana mereka dapat tidur pulas di kamar mereka masing-masing di hari itu, segera menyelesaikan latihan sehari-hari mereka, makan dan mandi, tapi di malam ini setiap minggu mereka berbincang tentang berbagai masalah sambil minum teh.

Eugeo mengambil cangkirnya sendiri dan menyeruput teh yang berwarna hitam itu, wajahnya berubah menjadi berkerut. Patnernya yang menemukan teh bubuk hanya tersedia di kerajaan selatan dan langsung segera membuatnya menjadi teh, tapi bagi Eugeo itu sedikit pahit. Dia menuangkan susu dari teko kecil dan mengaduknya dengan sendok teh sementara kembali ke topik yang hendak dia katakan sebelum Kirito mengajukan pertanyaan yang tak terduga.

"Ah benar...sebagai contoh, apa kejahilan yang pernah dilakukan pada saat kecil di Rulid?"

Setelah meminum seteguk teh kohiru yang sudah tidak pahit, yang hanya mempunyai aroma aneh, Eugeo langsung melonggarkan tegangan di bahunya dan menjawab.

"Aku yang selalu diganggu oleh mereka, itu yang sebenarnya. Dengar, apa kau ingat tentang pemimpin regu yang dipanggil Jink yang pernah menantangku duel di saat festival sebelum memulai perjalanan. Dia sedikit menggangguku...Menyembunyikan sepatuku di suatu tempat, menaruh serangga yang mengganggu di makan siangku atau mengejekku ketika bersama Alice."

"Hahaha, sepertinya semua anak kecil selalu nakal di dunia mana saja....Tapi dia tidak memulai untuk mengalahkanmu atau sesuatu. Kan?

"Tentu saja."

Eugeo menjawab dengan mata terbuka.

"Tidak mungkin dia melakukan itu. Dan lagi..."

"—Itu dilarang oleh Taboo Index. «Kecuali diizinkan orang lain, kau tidak boleh mengurangi Life orang lain»....Tapi tunggu, apa tidak masalah jika menyembunyikan sepatumu? Mencuri juga melanggar taboo, kan?"

"Mencuri adalah mengambil sesuatu yang punya orang lain menjadi milikmu. Kata suci di «Stacia Window» yang membuktikan pemiliknya akan mengembalikannya dalam waktu dua puluh empat jam. Karena itu meskipun suatu item dikirim tanpa izin pemiliknya, itu dapat kembali kapan saja setelah satu hari dan itu hanya berlaku jika mengambilnya tanpa izin , bukti dari kepemilikan itu takkan hilang meskipun itu ditinggalkan selain di rumah, jadi itu tidak dapat dicuri... —Jangan bilang bahwa kau telah melupakan hukum dasar seperti ini, benarkan?"

Eugeo langsung melihat wajah Kirito yang disebut «Anak hilang Vector» dan patnernya langsung tertawa malu ketika menggaruk rambutnya.

"Ii-Itu benar, jadi seperti itu. Tentu saja aku tidak lupa tentang itu, kemungkinan... tunggu, huh? Lalu bagaimana dengan itu? Bukankah itu membuat Bercouli melanggar hukum ketika dia mencoba untuk mencuri Blue Rose Sword dari sarang naga putih di cerita legenda itu?"

"Hei, naga bukanlah manusia."

"O-Oh begitu..."

"Kembali ke topik, kejahilan seperti menyembunyikan item bukanlah pelanggaran, tapi meninggalkan itu diluar yang bukan item miliknya akan mulai kehilangan Life mereka setelah beberapa saat, jadi jika itu tidak dikembalikan dan hal itu terjadi, maka itu menjadi «merusak barang orang lain». Berkat itu, sepatuku pasti kembali saat sore hari, tidak peduli apapun yang terjadi, meski begitu... tapi bagaimana ini berhubungan dengan Raios dan temannya akan lakukan?"

Setelah Eugeo membaringkan kepalanya di satu sisi, Kirito yang baru mengedipkan matanya yang sepertinya dia lupa bahwa dia yang memulai pembicaraan, dan berkata.

"It-Itu betul. Erm, akademi ini memiliki banyak sekali peraturan dan itu juga ditambah Taboo Index, kau tahu. Dan bersama itu , ada sebuah peraturan tertulis«Kau tidak boleh memasuki kamar siswa lain atau guru tanpa izin». Dengan kata lain, Raios dan Humbert tidak dapat memasuki kamar ini dan semua barang akan aman bila ditaruh disini. Akan jadi cerita lain bila meninggalkan sesuatu penting tanpa dijaga di tempat umum..."

Dia berhenti sebentar karena suatu alasan, tapi sepertinya Kirito langsung melanjutkan dengan penjelasan.

"...Dan tentu saja, kita belum pernah melakukannya. Baik, Raios dan temannya tidak dapat melakukan apa-apa dengan benda kita, seperti Jink-kun yang menggangu anak tidak berdaya, Eugeo, di desa Rulid."

"Kau tidak perlu berkata tidak berdaya juga. Hmm... Aku mengerti. Aku tidak pernah berpikir seperti itu sampai sekarang, tapi betul tidak mungkin ada cara untuk mengganggu orang lain selain di asrama swordsmen-in-training ini, huh."

"Dan perbuatan mengganggu itu menjadi sebuah aksi tidak menghormati dari tuntutan «Hak Menghukum» jika mereka melewati batas."

Menambahkan itu, Kirito hanya tersenyum.

Hak Menghukum adalah suatu hak yang diberikan kepada elite swordsmen-in-training yang juga tertulis di peraturan akademi yang mengizinkan mereka untuk bersikap di akademi sebagai instruktur. Ada kasus dimana tidak menghormati atau kenekatan dalam melanggar aturan atau kabur dari hukuman, swordsmen-in-training dapat memberikan hukuman mereka sendiri untuk mereka yang melakukan pelanggaran sesuai peraturan. Lalu Kirito, yamg tidak sengaja melanggar aturan, yakni membuat kotor baju seorang head swordsman-in-training sebelumnya, Uolo Levanteinn, dan dia disuruh melakukan first strike duel dengannya sebagai hukumannya masih teringat dipikirannya.

Hak Menghukum yang dimiliki oleh swordsmen-in-training memiliki tujuan untuk mengarahkan novice dan advanced trainees, tapi tidak ada yang berkata bahwa trainees mengeluh terhadap peraturan akademi. Dengan kata lain, seorang swordsman-in-training menjatuhkan hukuman kepada orang lain juga bisa dan itu mungkin alasan kenapa gangguan dari Raios dan Humbert menurun dibanding dengan tahun lalu.

Kirito mengkosongkan cangkirnya, jadi Eugeo menuangkan minuman itu lagi dan patnernya menuangkan susu sebelum mengaduknya. Sepertinya dia masih memikirkan sesuatu sebelum mengaduk the itu dengan jarinya secara terampil, tapi dia mengangguk sebelum berbicara.

"Jika mereka tidak dapat macam-macam dengan barang kita, mereka hanya akan mendatangi kita. Jika seperti itu, cara tercepat dan mudah adalah menantang kita untuk first strike match dan melukai kita dengan tebasan, tapi mereka telah mencobanya denganmu, Eugeo, dan berakhir seri. Cara lainnya, oh benar, jika aku berpikir seperti itu...mereka hanya akan memberikanku uang agar menjauhkanku dari Eugeo, Kurasa."

"Eh..."

Eugeo langsung mengeluarkan suara serak, mencoba untuk menutup mulutnya, tapi sepertinya Kirito tersenyum dan berkata dengan antusias.

"Jangan khawatir, teman. Aku pasti tidak akan meninggalkanmu."

"A-Aku bukan khawatir soal itu! ...Tapi disamping uang, bagaimana jika mereka menaruh roti daging special dari toko Gottlo?"

"Pasti itu jebakan."

Setelah menjawab pertanyaan Eugeo tanyakan dengan ekspresi dalam, dia langsung tertawa keras.

"Hmm, itu hanya lelucon, aku tidak terlalu khawatir terhadap apapun kecuali mereka merusak barang-barang kita atau menghadapi kita secara langsung."

Tapi, ekspresi Kirito menjadi tegang dan bersuara tajam.

"Tapi jika kau pikir lebih jauh lagi, itu tidak akan menjadi aneh bila mereka melakukan apa saja selama tidak melanggar Taboo Index atau peraturan akademi. Mereka tidak memiliki niat sedikitpun untuk menyerahkan posisi mereka sebagai head and second-ranked, pada akhirnya... Eugeo, cobalah berpikir apapun yang telah kita lewatkan."

"Ya, aku mengerti. Bahkan tidak sampai satu bulan untuk pertandingan resmi. Kita harus menjaga tubuh kita agar dapat melawan mereka dengan kondisi terbaik."

"Ya ...Sepertinya, itu mungkin rencana untuk mengkhawatirkan tubuh ita bila terluka, huh. Jadi jangan lupa sikap kita dan stay cool [4]."

Sword Art Online Vol 11 - 049.jpg

Kata aneh yang terucap dari Kirito saat dia mengkosongkan cangkirnya, membuat Eugeo terkejut.

"Apa kau bilang? S... st...?"

Ketika hendak menanyakannya kembali, patnernya hanya melihat sekelilingnya untuk suatu alasan sebelum terbatuk dan berbicara.

"Itu, hm, bagian pertama yang penting dari Aincrad-style. Mungkin seperti itu, jadi kita harus tenang dan melanjutkannya. Itu juga bisa digunakan sebagai perpisahan... mungkin seperti kita akan bertemu lagi, sesuatu seperti itu."

"Heh. Aku mengerti, Aku akan mengingatnya. St... stay cool."

Kata itu yang dia dengar juga Pengucapan Suci seperti tentu saja secret moves, yang baru didengar, tapi mereka merasa sering mendengarnya ketika dia mengatakannya. Lalu dia mengulanginya dengan suara pelan, Kirito menepuk kedua tangannya dengan ekspresi malu karena suatu alasan.

"Sekarang, sebentar lagi bel jam sepuluh segera berbunyi, jadi kita segera tidur. Juga, kemungkinan besok, Eugeo-kun, ada sebuah masalah yang ingin kuselesaikan jadi..."

"Tidak boleh, Kirito. Aku takkan membiarkanmu kabur lagi, apalagi kali ini."

Ketika membereskan perkakas teh dari meja, dia segera mengerutkan dahinya dengan cepat.

Sebenarnya ada rencana di hari libur besok untuk pergi keluar termasuk meningkatkan hubungan mereka—seperti yang sudah diketahui, tempatnya adalah hutan di akademi, meskipun—bersama dengan valet trainees, Tizei dan Ronie. Karena Kirito telah memprediksikan hal itu maka dia mencoba untuk membuat alasan untuk lari seperti sikapnya ketika dia diundang, Eugeo memberitahu dia sambil menghela nafas.

"Kau tahu, sebulan telah berlalu semenjak kita menjadi guru dari Tizei dan Ronie. Kau telah diberi perlakuan baik oleh Solterina-senpai yang kau layani sebagai valet pada saat tahun lalu juga, kan?"

"Di samping dengan waktu latihan pedang, pada saat itu....Itu membuatku mengingatnya lagi. Aku harap dia baik-baik saja.."

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku bermaksud mengatakan bahwa ini giliranmu menjadi senior yang baik. Ingatlah ini mereka berdua akan datang jam sembilan besok pagi, jadi segera bersiap sebelum itu!"

Ketika Eugeo menunjuk lurus padanya, Kirito hanya menjawab dengan suara terpaksa "Ya" dan bangkit dari sofa. Keduanya membawa perkakas teh menuju wastafel di sudut ruang tamu dan Kirito mencucinya sementara mengelapnya setelah itu. Dia pernah menggunakan sumur air di Rulid and Zakkaria, tapi pipa besi yang mengalirkan air bersih dengan memutarnya penyumbatnya adalah hal umum di bangunan di Centoria. Dia berpikir kalau itu adalah benda sacral, seperti «Bel Penunjuk Waktu», pada saat pertama kali melihatnya, tapi itu sebenarnya hanya ditekan menggunakan sacred arts elemen angin dari sumur yang banyak di setiap distrik, mendorong air melewati pipa yang tak terhitung.

Hasilnya, air mengalir dari wastafel itu selalu bersih, tanpa perlu mengkhawatirkan bahwa Lifenya akan berkurang, seperti air mengalir. Sangat beruntung bila anak yang mengambil air di desa Rulid jika pengaturannya juga seperti ini—selesai mencuci ketika berpikir seperti itu, dia menyusun cangkir bersih itu di rak.

Menelan air langsung dari wastafel, Kirito mengelap mulutnya sebelum dia menguap.

"Jadi baiklah, tolong bangunkan aku besok jam delapan. Selamat malam, Eugeo."

"Jam delapan itu sudah terlalu telat, jam setengah tujuh! Selamat malam, Kirito."

Menjawab dengan langsung, dia langsung memikirkan sesuatu yang muncul di pikirannya.

"...Stay cool."

Saat memikirkan itu, patnernya yang menuju kamarnya sendiri mengangkat bahunya dan berbicara dengan senyum masam.

"Itu mungkin bisa digunakan sebagai perpisahan, tapi itu bukan sesuatu yang kau harus pikirkan setiap malam sebelum tidur. Gunakan jika kau hanya memiliki itu sebagai pilihan terakhir."

"Hmm, itu rumit, bukan. Baiklah...jadi, sampai jumpa besok."

"Ya, sampai jumpa besok."

Perlahan melambaikan tangan kanannya, Kirito memasuki kamarnya di utara, sebelum Eugeo mematikan lampu dan membuka pintu dari arah yang lain. Kamar tidur itu memiliki luas hampir setengah dari sepuluh kamar di asrama novice trainee dan itu selalu dibersihkan oleh valetnya, Tizei, jadi tidak terlihat setitikpun debu. Mengganti pakaian rumahnya dengan piyama, dia membaringkan tubuhnya di kasur.

Bersamaan dengan suara berdecit saat dia berbaring, tanpa sadar, dia dapat mendengar satu bagian dari percakapan sebelumnya di telinganya.

— Tapi jika kau pikir lebih jauh lagi, itu tidak akan menjadi aneh bila mereka melakukan apa saja selama tidak melanggar Taboo Index atau peraturan akademi.

Perkataan dari Kirito untuk berhati-hati terhadap Raios dan Humbert. Sebelumnya dia mengangguk, tapi itu masih sulit untuk dipikirkan oleh Eugeo untuk langsung dipahami.

Selama proses untuk datang ke sini dari sejak dia kecil, sebenarnya telah berulang kali ketika Eugeo mencari pelanggar aturan, baik itu peraturan desa Rulid, peraturan Zakkaria Guard Squadron atau peraturan Akademi Master Pedang. Tetapi, dia berpikir peraturan yang paling menantang untuk dilanggar di Dunia Manusia, Taboo Index, hanya nol—tidak, hanya sekali.

Sekali itu hanya terjadi delapan tahun lalu, ketika Integrity Knight dari Gereja Axiom datang di desa untuk mengambil Alice. Eugeo berpikir untuk menebas Knight dengan Dragon Bone Axe yang dia pegang dengan kedua tangannya, tapi nyatanya, dia tidak mengambil langkah. Sampai sekarang, jika dia mengingat itu, ada sesuatu yang sakit di mata kanannya untuk suatu alasan.

Tentu saja, dia tidak memiliki bagian dari bantahan untuk Integrity Knights atau gereja sekarang. Knight itu mengambil Alice sesuai dengan hukum yang berlaku, jadi dia harus mendapat izin untuk melewati pintu gereja dengan baik dan bertemu kembali dengan Alice. Itu adalah alasan Eugeo meninggalkan desa dan melalui berbagai rintangan untuk menjadi elite swordsman-in-training di akademi.

Tetapi seperti yang Kirito katakan, jika Raios dan Humbert berpikir " apa saja selama tidak melanggar Taboo Index atau peraturan akademi "...Pada akhirnya, apakah mereka akan melanggar hukum yang pasti yang menstabilkan dunia dari awal oleh Gereja Axiom? Apakah mereka merasa Taboo Index sebagai rintangan di pikiran mereka...?

Meskipun itu adalah Raios dan patnernya, itu tidak mungkin terjadi. Bahkan melanggar Taboo Index tidak dapat dimaafkan, itu adalah keyakinan tak terbantahkan yang bahkan raja harus mematuhinya, itu adalah hukum yang mutlak.

Eugeo melihat langit-langit yang berwarna biru muda karena diterangi dengan cahaya malam. Jika pikiran itu diperbolehkan, dia bertanya apa yang dia ingin lindungi dan kenapa dia ingin melindunginya, hanya melihat tanpa mengambil langkah ketika Integrity Knight mengambil Alice, dan hanya memotong Gigas Cedar selama enam tahun sesuai dengan hukum.

Pupil matanya langsung sakit dengan sensasi bergetar. Eugeo berusaha menahan rasa sakit itu dengan menutup matanya, membuang pikirannya menjauh dan membaringkan tubuhnya dan segera tertidur.

Pagar tinggi yang mengelilingi Akademi Master Pedang dan sebuah hutan yang dibuat hingga menutupi tiga puluh persen dari itu. Dengan pohon yang besar, juga dengan lumut yang berwarna keemasan tumbuh disekitarnya, dan sinar matahari yang terlihat dari celah pohon, suasana hijau itu mengingatkannya hutan di dekat rumahnya, tapi Centoria Pusat jauh di selatan Rulid, ada berbagai macam hewan yang hidup di sini. Beberapa bahkan belum pernah dia lihat di daerah utara, seperti rubah kecil dan ular yang ramping dngan motif turquoise [5], yang sedang berjemur di matahari di mana saja dan dia melihat sekeliling meskipun sudah satu tahun sejak dia datang.

"Eugeo-senpai, apa kau mendengarku?"

Mendengar suara dari sampingnya, Eugeo segera membalikkan kepalanya dengan bingung.

"Maaf, maaf, aku mendengarkan....Jadi ada apa?"

"Kau tidak mendengar, kan!"

Gadis yang sedang menyibak rambutnya, warnanya seperti kulit apel, yang sedang memprotes adalah orang yang melayani Eugeo sebagai valet trainee, Tizei Shtolienen. Menghindari tatapan matanya yang memiliki warna yang sama dengan rambutnya, dia mencoba menghindarinya sambil berkata.

"Em-Emm, hutannya sangat indah aku hanya merasa...Ada hewan langka di sekitarnya juga..."

"Langka?"

Tizei mengetahui elakkan Eugeo dan mengangkat bahunya menunjukkan tidak tertarik.

"Eeh, di sini hanya ada rubah kintobi, kan? Ada lebih banyak mereka di pohon yang tumbuh di sekitar distrik."

"Heh...Itu mengingatkanku, kau lahir di pusat, huh, Tizei. Apa rumahmu dekat?"

"Rumahku di distrik kedelapan, jadi sedikit jauh dari distrik kelima dimana akademi itu berada."

"Aku mengerti...nn, eh?"

Eugeo langsung melihat ke arah Tizei yang ada di sampingnya. Bahkan seragam novice trainee yang pernah dia pakai dan dipikir sedikit tidak berwarna padanya tahun lalu terlihat cocok jika dipakai perempuan. Itu sudah sewajarnya, jika Tizei bukan siswa dari akademi yang sama, dia bukanlah seseorang yang Eugeo harapkan untuk dapat berbicara, karena dia anak petani.

"Hmm, Tizei kau lahir sebagai bangsawan, kan? Aku berpikir bahwa aku pernah mendengar bahwa rumah bangsawan terkumpul di distrik ketiga dan keempat, seperti itu..."

Ketika dia bertanya dengan rendah hati, Tizei menunduk karena dia malu dan segera mengangguk sebelum menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Ayahku adalah bangsawan kelas enam setidaknya...tapi menjadi bangsawan kelas rendah juga bagus. Tinggal di rumah yang dekat dengan Administrasi Kerajaan hanyalah untuk bangsawan kelas empat atau di atasnya dan beberapa bangswan kelas lima dan enam yang tertentu. Ayahku memiliki kebiasaan berkata, 'Ini jauh lebih menyenangkan menjadi orang biasa, dapat berbicara dengan mereka tanpa takut terhadap bangsawan kelas atas dengan Hak Untuk Menghukum'... ah, Aku minta maaf, aku hanya..."

Menyadari bahwa dia berbicara materi yang sulit dimengerti oleh Eugeo, yang hidup sebagai orang biasa, Tizei hanya menghela nafas sambil berjalan.

"Jangan khawatir dengan hal itu. Tentang hal itu...tentang Hak Menghukum, apakah semua bangsawan memilikinya?"

Ketika mengingat kembali isi dari Hukum Dasar Kerajaan yang dia pelajari satu tahun yang lalu, Eugeo bertanya dan dia hanya berkata dengan suara keras "Tentu saja tidak!" sebagai balasannya.

"Hak Menghukum hanya diberikan untuk bangsawan kelas empat dan di atasnya, dengan bangsawan kelas lima dan dibawahnya sebagai orang yang menerima hukuman dari bangsawan kelas atas. Ayahku hanya bekerja sebagai sekertaris di Administrasi, tapi sepertinya banyak bangsawan kelas lima dan enam yang bekerja di Istana Kerajaan atau kantor umum untuk melayani bangsawan kelas atas....Sepertinya, itu adalah masalah antara orang dewasa, jadi itu kebanyakan bukan hukuman fisik, tapi mengurangi gaji dan lainnya, sepertinya."

"A-aku mengerti...Itu sangat rumit juga, huh, dunia bangsawan..."

Melihat ke arah Eugeo yang matanya terbuka, novice trainee yang berambut merah itu berbicara terus dengan sedikit warna merah di pipinya karena suatu alasan.

"Se-seperti yang aku bilang...seseorang sepertiku yang lahir sebagai bangsawan kelas enam hanya terlihat dari namanya, cara hidup kita hampir tidak jauh berbeda dengan orang biasa.

"H-Hmm..."

Dengan mengeluarkan balasan yang tidak jelas antara setuju atau tidak, Eugeo merenungkan kembali struktur kerajaan sekali lagi.

«Hukum Dasar Kerajaan» yang dibuat oleh Administrasi Kerajaan yang distabilkan dalam sistem sosial oleh Kerajaan Norlangarth Utara. Sepertinya, setiap kriminal dan hukuman untuk mereka di dasari oleh suatu hukum yang pasti, Taboo Index, sementara Hukum Dasar Kerajaan dibuat untuk perjanjian untuk membagi menjadi sistem kelas. Dengan kata lain yang menjadi bangsawan dan orang biasa.

Ketika dia masih menjadi novice trainee, ada suatu ketika dimana seorang guru mengajar tentang Hukum (Meskipun kelas lainnya hanyalah «Sacred Arts» dan «Sejarah») ada seorang siswa yang berambut hitam menanyakan suatu pertanyaan. Guru, kenapa ada bangsawan dan orang biasa di Kerajaan ini, dia tanya.

Guru itu yang hanyalah bangsawan kelas rendah kehilangan kata-katanya untuk sesaat, sebelum dia menjawab dengan suara lemah.

—Menurut ramalan yang berasal dari Gereja Axiom sejak dahulu kala, tentara kegelapan akan menginvasi dengan kekuatan dari empat jalan di Puncak Barisan Pegunungan yakni... «North Cave», «West Gorge», «South Corridor» dan «East Gate». Untuk membasmi demi-humans, semua yang memiliki sacred tasks imperial knights atau imperial guards dari empat kerajaan akan bertarung sebagai «Tentara Dunia Manusia». Untuk menjadi kepala dari Tentara Dunia Manusia yakni sebagai komandannya ketika waktunya tiba, bangsawan meningkatkan ilmu pedang mereka, belajar sacred arts dan melatih fisik dan mental mereka.

Mendengar itu, Eugeo jujur merasa kagum, meskipun merasakan perasaan tidak enak.

Dua tahun lalu, bersama Kirito, Eugeo melawan grup goblin yang menginvansi dari Dark Territory yang hendak melewati «North Cave» yang guru tadi sebutkan. Sayangnya, dia langsung tidak sadar dari serangan pemimpin goblin di tengah pertarungan, tapi kekuatan dan penampilan menakutkan dari demi-humans, serta suaranya terus membekas di ingatannya. Setelah berdiskusi dengan Kirito, mereka memilih untuk tidak membicarakan pertarungan itu di akademi, tapi jika pertarungan itu diceritakan dengan lengkap, itu mungkin membuat setengah siswa perempuan jatuh hati.

Tentu saja, bahkan Eugeo tidak ingin mengalaminya lagi. Jadi, dia kagum terhadap bangsawan yang bertarung dengan goblin menakutkan itu, juga dengan orcs dan ogre yang jauh lebih besar dan menakutkan dari mereka, di garis depan.

Tapi di sisi lain. Dari waktu Dewi Pencipta Stacia membuat hidup dan Dunia Manusia, sudah tiga ratus delapan puluh tahun berlalu. Sampai sekarang, tentara kegelapan belum pernah berhasil menginvansi dengan jumlah besar bahkan sekali. Dengan kata lain, di empat kerajaan, terutama bagi bangsawan kelas atas, telah terbiasa dengan kehidupan sehari-hari mereka, hidup di rumah mewah dan menerapkan Hak Menghukum bagi bangsawan kelas rendah, dan mempersiapkan untuk menghadapi musuh yang bahkan mereka tidak pernah melihatnya sendiri—tanpa mengetahui kapan mereka akan datang...

Dia seperti dapat melihat apa yang ada di hati Eugeo, Tizei memperlihatkan senyuman sambil berjalan di sampingnya dan berbicara.

"...Karena itu, ayahku ingin anak tertua mereka untuk menjadi bangsawan kelas empat, setidaknya supaya tidak menghadapi hukuman, sebelum mensukseskan keluarganya, karena itu aku mendaftar di akademi ini. Jika aku dipilih sebagai perwakilan dari akademi dan mendapat posisi bagus di Turnamen Kerajaan Ilmu Pedang, itu menjadi tujuan yang mustahil...Hmm, untukku yang hanya mendapat sebelas di ujian pendaftaran, itu mungkin menjadi mustahil seberapa kuat aku mencoba, huh."

Eugeo merasa gadis ini sedang mendecak lidahnya dengan cepat dan tersenyum yang mungkin terlalu terang dan segera menutup matanya.

Dibanding dengan dirinya sendiri, yang memasuki akademi untuk alasan pribadi yaitu bertemu kembali dengan teman masa kecilnya yang dibawa ke Gereja di masa lalu, di berpikir tujuan Tizei yang terus belajar ilmu pedang untuk demi meningkatkan kehormatan keluarga untuk menjadi bangsawan kelas atas.

"Tidak...Tizei, kau hebat. Demi ayahmu, kau bekerja keras dan menjadi dua belas besar sebagai siswa baru."

"Bu-bukan seperti itu!...aku hanya beruntung karena tema dari perfoma style adalah style yang aku kuasai. Aku hanya bisa sampai segini setelah belajar dari ayahku sejak umur tiga tahun, kau lebih hebat, Eugeo-senpai. Memikirkan bagaimana sulitnya mendapat rekomendasi dari penjaga regu, dengan mudah kau mendapatkannya dan bahkan menjadi tempat kelima diantara elite swordsmen-in-training. Aku percaya bahwa ini menjadi suatu kehormatan untuk melayanimu sebagai valetmu, Eugeo-senpai."

"Bu-bukan, itu..."

Eugeo menyadari sikapnya untuk menundukkan kepala dan mengusap kepalanya dengan tangan kanannya hampir sama dengan Kirito, yang sedang mengikutinya di belakang, dan segera menurunkan tangannya dengan cepat.

Tizei mengatakan bahwan itu adalah "kehormatan", tapi kenyataannya, alasan kenapa gadis itu menjadi valet Eugeo dan Ronie menjadi valet Kirito, dapat dikatakan sebagai bimbingan dari Dewi, Stacia atau dapat dikatakan, sebuah kebetulan.

Pemilihan valet menggunakan sistem dimana dua belas orang yang akan menjadi elite swordsmen-in-training berikutnya, mereka memilih sesuai dengan rangking mereka, diantara dua belas besar murid baru. Dengan kata lain, tahun ini, yang pertama adalah Raios, memilih satu orang, lalu second-ranked Humbert memilih yang lain, sementara Eugeo dan Kirito mendapat giliran kelima dan keenam untuk memilih. Tetapi, setelah berdiskusi dengan patnernya, keduanya memutuskan untuk menukar giliran untuk memilih menjadi yang terakhir. Untuk membuat murid baru tidak diambil oleh sepuluh orang yang lain sebagai valet mereka.

Hasilnya, dua papan kayu yang diberikan kepada Eugeo dan Kirito memiliki nama Tizei dan Ronie. Mereka sedikit kehilangan kata saat mereka mengetahui bahwa mereka berdua adalah siswa perempuan—Kirito bahkan memiliki ekspresi rumit—tapi akhirnya, Eugeo berpikir itu adalah hal yang bagus. Bahkan, alasan tidak adil kenapa sepuluh orang yang lain memilih mereka Tizei dan Ronie adalah hanya gadis itu yang lahir sebagai bangsawan kelas enam diantara dua belas orang.

Tentu saja Tizei dan Ronie tidak tahu fakta dibalik pertemuan untuk memilih dan tidak ada alasan untuk memberitahu mereka. Eugeo berpikir bagus bila mereka menjadi valet mereka dan Kirito mungkin...juga sama.

Begitulah, setelah dia terbatuk sekali, Eugeo segera mengganti topik dengan pengalamannya.

"...Ujian pendaftaran bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan bahkan untuk diriku, bahkan aku sangat gugup. Aku bisa melewatinya dan menjadi swordsman-in-training tahun ini, semuanya berkat Kirito yang mengajariku banyak hal..."

Setelah berkata itu, mata Tizei terbuka lebar, menunjukkan matanya yang berwarna merah seperti daun di musim gugur, dan berteriak.

"Eeh!? Jadi Kirito-senpai jauh lebih kuat dibandingkan dengan Eugeo-senpai?"

"......Itu sangat menyakitkan jika kau bertanya tentang hal itu..."

Ketika Tizei tertawa riang, dia melihat ke belakang. Dia juga hanya dapat memperhatikan bagaimana patnernya mengurus valetnya. Tapi dia dapat mendengar sedikit dan bagian dari perkataan Kirito yang berkata dengan suara lembut.

"...Jadi, aku percaya bahwa hanya ada dua cara untuk bersiap melawan tebasan dari postur upper-level di High Norkia-style sebelum itu terjadi. Entah itu dari atas atau diagonal dari kanan atas...untuk gerakan yang lain maka akan membutuhkan langkah, jadi kau memiliki waktu untuk menangkisnya bahkan setelah melihatnya. Sejauh ini hanya antara tebasan dari atas atau diagonal kanan atas..."

—Baik, karena menaruh materi, Ronie sepertinya sangat antusias untuk mendengarkan juga.

Membalikkan badan ke depan dengan senyuman, sebuah pemikiran muncul di kepala Eugeo.

Tujuan Eugeo belajar tentang pedang adalah untuk bertemu kembali dengan Alice, sementara Tizei dan Ronie untuk menaikkan kehormatan keluarga mereka. Dan Kirito mengatakan bahwa tujuannya sama dengan Eugeo bagaimanapun dia bertanya.

Tentu saja. Dia tidak memiliki keinginan untuk meragukan persahabatan mereka, tapi ada suatu prasangka yang dia tahu. Kirito tidak belajar ilmu pedang untuk demi mendapatkan sesuatu, tapi untuk menjadi master dari ilmu pedang itu sendiri. Itu sedikit berhubungan dengan manusia, Kirito, dan jenis ilmu pedang itu, Aincrad-style. Dia hanya percaya bahwa keduanya menjadi kesatuan yang sama.

Sampai sekarang, Eugeo hanya dapat berpikir bahwa Raios dan Humbert akan menjadi lawannya di pertandingan resmi bulan depan. Tetapi, berpikir tentang itu, bagaimana pertandingan itu berjalan, itu akan sangat mungkin jika lawannya bukan mereka berdua, tapi patnernya dan gurunya juga, Kirito.

Tentu saja, dia tidak yakin bahwa dia akan menang. Tapi sebelum itu, dia tidak dapat membayangkan situasi dimana dia harus serius mengayunkan pedang melawan Kirito. Cukup bayangkan hasilnya jika dia memegang pedang dan mengeluarkan seluruh kemampuannya.

"Ah, bukankah itu kolam bebek?"

Tizei menunjuk dengan tangan kanannya kearah depan, membuat Eugeo sadar dari pikirannya. Mencari dimana tangan putih itu menunjuk arahnya, dia melihat kolam yang indah, dengan tanag yang tebal, dengan semak-semak yang pendek, itu sangat tepat menjadi tempat untuk makan.

"Ya, tempat itu bagus. —Hei, Kirito, Ronie! Ayo kita makan siang di kolam bebek itu!"

Ketika Eugeo berbalik dan berteriak, sebuah senyum yang biasa muncul di muka temannya yang sedang menaikkan tangan kanannya.

Membuka kotak besar yang mereka terus bawa di rumput, keenpatnya duduk membentuk lingkaran.

"Aah...Aku lapar..."

Kirito membuat sikap yang berlebihan yakni menekan di sekitar perutnya dan kedua gadis itu tertawa ketika membuka keranjang makanan yang mereka bawa, dengan cepat mengatur posisi makanan itu.

"Erm, kami yang membuat itu, jadi tidak tahu apakah itu sesuai dengan selera kalian atau tidak..."

Dengan sikapnya yang biasa dapat dirasakan bahwa novice trainee Ronie Arabel sedikit malu ketika dia mengatur posisi piring itu. Jika gadis itu sepertinya mengerti elite swordsman-in-training yang berambut hitam tanpa cemberut saat dia pergi keluar pada hari ini, itu tidak perlu waktu yang lama untuk terbiasa dengan guru pembimbingnya.

Sebuah menu mewah yang ditaruh di keranjang itu, termasuk potongan daging dan ikan dan juga keju yang dioles di roti putih, ayam goreng pedas dan kue yang dipenuhi dengan buah kering dan berry.

Tizei mengecek Life dari makanan itu sementara Ronie mengtakan doa sebelum makan dan semuanya mengikutinya dengan kata, "Avi Admina"—dengan Kirito yang mengambil makanan terlebih dahulu setelah berdoa. Menaruh bagian dari ayam goreng di mulutnya, dia mengunyahnya dengan mata tertutup sebelum berbicara dengan sopan.

"Ini, sangat lezat. Rasanya tidak terlalu sama dengan makanan dari Deer Leap, Ronie-kun, Tizei-kun."

"Wah, benarkah?!"

Dua gadis itu berteriak dengan wajah mereka berseri-seri, mengganti pandangannya dan tertawa senang. Eugeo perlahan mengambil juga dan menggigit ikan asap itu dan menaruhnya diantara potongan roti.

Tidak seperti bekal dari Alice yang diantar padanya setiap hari, pada waktu lalu ketika dia masih mengayun kapak sendirian di hutan, rotinya memiliki rasa dari kota dengan mentega putih dioleskan. Dia tidak terbiasa dengan makanan kelas atas ketika sampai di pusat, tapi dia dapat mempertimbangkan kelezatannya sekarang. Ketika mempertimbangkan apakah dia dapat terbiasa, Eugeo mengangguk pada Tizei juga.

"Ya, ini sangat enak. Tapi bukankah sulit untuk mendapat banyak bahannya?"

"Ah...hmm, sebenarnya..."

Tizei manghadap dia sekali lagi dan Ronie menjawab dengan rendah hati.

"Seperti yang kalian tahu, novice trainees tidak dapat pergi kecuali hari istirahat, jadi kami meminta Kirito-senpai dan dia membantu kami untuk membeli bahannya di bazaar pusat kemarin setelah sekolah. Eugeo-senpai selalu di perpustakaan, jadi..."

"Eh, a...aku mengerti, jadi itu yang terjadi."

Tercegang, dia menatap Kirito yang sedang menghabiskan waktunya untuk menelan makanannya.

"Aku akan menemanimu untuk membeli jika kau memintanya...Tidak, sejak awal, jika kau telah akur dengan mereka, tidak ada alasan untuk kau bila lari sekarang! Apa yang membuat semua masalah berasal..."

Tenaganya terkuras ketika hanya sedikit marah, Eugeo mengambil bagian terbesar dari kue buah dan menguyahnya.

"Aah, dan aku telah membuka mataku untuk hal itu...Juga, hal yang kukatakan. Aku berpikir bahwa aku yang terlalu khawatir untuk kasusmu, Swordsman-in-training Eugeo-dono."

"Tidak ada kebutuhan yang kau tidak lakukan, huh..."

Setelah melihat Kirito yang menyegir dari sebelahnya, dia berbalik kearah Tizei dan Ronie yang terkejut dan berbicara dengan mengeluh.

"Orang ini selalu saja bersikap seperti ini sejak dulu. Itu juga sama sebelum kita mendaftar menjadi Zakkaria Guard Squadron dan perjalanan menuju Centoria, dia bertindak mencurigakan dan menakutkan saat pertama, tapi sebelum aku mengetahuinya, istri dan anak di pertanian dan penginapan menyayanginya. Jadi lebih baik kau berhati-hati dan tidak berakhir seperti itu, Ronie."

Tetapi, sepertinya itu sudah terlambat saat novice trainee yang berambut coklat tua itu menundukkan kepalanya dengan pipi yang sedikit kemerahan.

"Tidak, berakhir seperti itu, kau katakan...Kirito-senpai terlihat menakutkan, tapi aku menemukan bahwa dia adalah orang yang baik dan terbuka, jadi..."

"Ah, tentu saja, kau juga, Eugeo-senpai."

Mengembalikan dengan senyuman tanpa energi kepada Tizei yang juga tersenyum, Eugeo memakan sesuap kue lainnya.

Meski melakukan itu, dia terus melihat patnernya yang ada disisinya yang dengan tenang mengunyah makanan, berpikir bahwa apakah ada cara untuk menurunkan sikap pemuda itu—Itu ketika saat Tizei dan Ronie langsung berdiri dan membuka mulut mereka sambil berbicara dengan sopan.

"Erm... Eugeo-senpai, Kirito-senpai. Sebenarnya kami memiliki permintaan yang ingin kami tanya pada kalian berdua.

"Y-Ya? ...Apa itu?"

Ketika Eugeo menggerakkan kepalanya ke sisi lain. Tizei menyibak rambutnya dan berbicara dengan dalam.

"Kami meminta maaf karena bertanya hal ini, tapi juga...ini tentang permintaan untuk mengganti guru pembimbing yang kau bilang waktu lalu, Swordsman-in-training Eugeo-dono, kami ingin kau untuk berbicara dengan managemen akademi untuk kepentingan kami..."

"Ap-Apa maksudnya?"

Kehilangan kata sekali lagi, dia mencoba mengingat lagi jika dia pernah berkata seperti itu dan akhirnya mengingatnya. Itu benar, dia sepertinya mengingat berkata pada Ronie, "Aku pikir tidak apa-apa jika kau ingin aku berbicara dengan guru untukmu dan mengganti guru pembimbingmu", ketika Kirito membuatnya menunggu beberapa hari yang lalu.

Jadi, apakah makanan mewah ini adalah hadiah perpisahan? Eugeo mencoba untuk mengkonfirmasinya tentang hal ini ketika membantah dengan kecemasan.

"Baiklah...apakah ini berarti kau keluar sebagai valetku...? Atau Kirito... atau bahkan keduanya...?"

Saat mengatakan hal itu, Tizei dan Ronie mengangkat wajah mereka, memperlihatkan ekspresi bingung dengan cepat dan segera menggelengkan kepala mereka di waktu yang bersamaan. Tizei yang duduk di samping kiri Eugeo yang mulai berbicara pertama kali dab dia melakukan itu dengan panik.

"Itu tidak mungkin! Ini bukan untuk kami, itu sangat tidak masuk akal. Bahkan sebaliknya, ada banyak yang ingin bertukar agar bisa melayani sebagai valet kalian berdua... tidak, bukan itu yang aku inginkan, yang ingin mengganti adalah seorang gadis dari kamar kami di asrama. Namanya Frenica dan dia adalah gadis yang baik juga serius, serta berusaha keras dan menguasai ilmu pedang serta rendah hati tapi..."

Tizei menurunkan bahunya dan Ronie melanjutkan berbicara.

"...Sebenarnya, elite swordsman-in-training yang memilih Frenica sebagai valet sepertinya menjadi orang yang keras...Terutama beberapa hari ini, dia dihukum untuk periode waktu yang sangat lama dari kesalahan kecil dan disuruh untuk menyediakan layanan yang seharusnya dipertimbangkan yang agak tidak pantas dengan akademi, terlihat seperti sangat menderita..."

Novice trainees memegang tangan kecil mereka di depan dada mereka, mata merah dan coklat itu menjadi gelap.

Mengembalikan setengah dari ayam goreng itu ke piring, Eugeo bergantian melihat di antara mereka, tidak sepenuhnya ingin mempercayai itu.

"T-tapi...meskipun jika seorang elite swordsman-in-training, menyuruh seorang valet trainee untuk melakukan tugas yang ditentukan oleh akademi tapi diluar dari itu juga seharusnya tidak harus..."

"Ya, itu...tentu saja, dia tidak dapat dikatakan melanggar peraturan sekolah, tapi peraturan itu tidak menuliskan tentang setiap perbuatan...seperti berbagai perintah yang tidak melanggar aturan dan juga, sesuatu yang berat untuk siswa perempuan untuk melaksanakannya.."

Dengan Tizei terhuyung-huyung dengan wajahnya yang memerah, Eugeo perlahan dapat menebak apa yang diperintahkan kepada siswa valet novice, Frenica, dari swordsman-in-training tersebut.

"Tidak, aku mengerti situasi dari gadis itu, Frenica, meskipun kau tidak perlu berbicara lebih jauh lagi. Aku harap dapat memberikan bantuan padanya secepat yang aku bisa, tapi jika aku tidak salah..."

Dia melanjutkan ketika mengingat kembali bagian yang cocok dari peraturan akademi yang dia ingat.

"Erm... 'Untuk memastikan jumlah maksimum bantuan yang diberikan kepada elite swordsman-in-training, seorang valet dipilih untuk menerima tugas dari elite swordsman-in-training. Tugas menjadi seorang valet itu diberikan dengan memilih dua belas novice trainees yang mendaftar tahun ini dan nilai tertinggi, tapi dengan izin dari elite swordsman-in-training dan instruktur yang bertugas seorang valet dikeluarkan dan pilihan lain jatuh kepada novice trainees lainnya...seperti itu, aku yakin. Dengan kata lain, untuk mengeluarkan pengangkatan Frenica, tidak hanya izin dari instruktur yang dibutuhkan, tapi juga swordsman-in-training, huh. Sebenarnya, aku dapat mencoba meyakinkannya lebih dulu...siapa nama dari elite swordsman-in-training itu?"

Saat bertanya itu, Eugeo mengerutkan keningnya, merasakan suatu pertanda yang tidak baik. Tizei ragu-ragu untuk sesaat sebelum perlahan mengatakan suatu nama dari mulutnya yang kelihatan sulit baginya.

"Sebenarnya... dia Second-ranked Elite Swordsman-in-training Humbert Zizek-dono."

Sesaat setelah dia mendengar itu, Kirito yang mendengar itu tanpa kata langsung menggeram, sepertinya kesal.

"Memikirkan bagaimana dia berakhir ketika dia yang memulai pertandingan itu, orang itu masih memiliki sikap buruk, huh. Aku pasti akan mengalahkannya lain kali."

"Aku tidak melakukan sesuatu padanya atau sesuatu. —Tapi itu mungkin bisa menjadi alasannya..."

Eugeo perlahan menggigit mulutnya sebelum dia menjelaskan keadaan kepada Tizei dan Ronie.

"Sebenarnya, kau tahu, aku pernah berduel dengan Swordsman-in-training Humbert di ruangan praktik beberapa hari yang lalu. Hasilnya adalah seri, tapi Humbert sepertinya tidak puas dengan itu...Jadi alasan kenapa dia menjadi keras terhadap Frenica akhir-akhir ini mungkin karena duel itu..."

"Huuh, menggangu valetnya sendiri karena tidak dapat menang dari Eugeo, orang itu bukanlah seseorang yang pantas menjadi swordsman."

Memikirkan kata-kata pedas yang keluar dari Kirito, dua gadis itu masih belum mengerti situasinya. Dengan alisnya yang terangkat, Tizei berkata dengan nada yang tidak pasti.

"Erm...Dengan kata lain, saat Elite Swordsman-in-training Zizek-dono di pertandingan sebelumnya seri dengan Eugeo-senpai, dia menginginkan, err..."

Dia tidak dapat menemukan kata yang ingin dia bilang, jadi Ronie melanjutkannya, dengan sedikit tambahan.

"Balas dendam... ini katanya, kan..."

"Ya, kata itu. Sebagai balas dendam karena tidak menang di pertandingan itu, dia menggunakan Hak Menghukum kepada Frenica dan menyuruhnya melakukan sesuatu memalukan padanya, seperti itu kan...?"

Meskipun mereka lahir sebagai bangsawan seperti Humbert dan Raios, mereka lahir sebagai bangsawan kelas enam yang berdekatan dengan orang biasa, itu pasti tidak mudah untuk mereka mengerti perbuatan tak beralasan dari second-ranked swordsman-in-training. Bahkan sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk menyampaikannya, itu adalah perbedaan dari pemikiran mereka.

Untuk Eugeo yang lahir sebagai penduduk desa pinggiran, dia dapat menebak alasan Humbert, tapi dia sama sekali tidak bersimpati untuk itu. Ketika dia masih kecil di Rulid, anak dari penjaga desa, Jink melakukan berbagai hal padanya, tapi alasannya bisa dibilang sangat kekanak-kanakan. Jink menyukai Alice, jadi dia tidak menyukai Eugeo yang terus bersamanya dan menggangunya dengan menyembunyikan sepatu dan sebagainya.

Tetapi, sepertinya Humbert melampiaskan kemarahannya karena tidak menang dari pertandingan melawan Eugeo kepada seseorang yang sama sekali tidak ada hubungannya, valetnya sendiri— Frenica yang seharusnya dia bimbing.

Dia tahu adanya kata, balas dendam dan melampiaskan kemarahan. Bahkan Eugeo pernah mengalaminya sekali ketika dia masih muda, ketika dia iri terhadap pedang kayu yang ayahnya beli untuk kakaknya sebagai hadiah dan tidak dapat berbuat apa-apa selain menebas batu itu berulang kali dengan pedang kayu yang di buat ayahnya, dan berakhir dengan mematahkannya. Ayahnya memarahinya, dan berkata bahwa sia-sia melakukan sesuatu untuk melampiaskan kemarahan dan dia tidak pernah melakukannya lagi.

Seperti mematahkan pedang kayumu sendiri, itu seperti menjadi bersikap terlalu tegas terhadap valetmu sendiri tidak melawan Taboo Index, Hukum Dasar Kerajaan, atau bahkan peraturan Akademi Master Pedang. Tetapi—meski itu betul, bukankah itu berarti «itu boleh» untuk melakukannya? Di dunia ini, selain hukum yang sudah ada, bukankah seharusnya ada sesuatu yang penting untuk diikuti...?

Pada saat itu, Tizei, yang sepertinya memikirkan pemikiran yang sama dengan menundukkan kepalanya, merengut saat dia memaksakan kata untuk keluar dati tenggorokannya.

"Aku...Aku tidak mengerti."

Menaikkan wajahnya untuk menatap Eugeo, gadis yang merupakan penerus keluarga bangsawan kelas enam mengelus pipinya yang masih memiliki sedikit sifat kekanak-kanakan saat dia melanjutkan.

"...Ayahku selalu berkata seperti ini. Kami...keluarga Shtolienen adalah bnagsawan, berkat yang kurang lebih berasal dari pendahulu kita yang mendapat rekomendasi dari kerajaan yang lalu untuk upaya militer yang sedkit. Karena itu, kita tidak mengambilnya untuk kesenangan, bahwa kita hidup di rumah yang lebih besar dengan orang biasa dan diberikan beberapa keistimewaan. Bahkan bahwa kita bangsawan berarti kita seharusnya menggunakan segala usaha untuk kepada orang yang tidak dapat hidup dengan bahagia dan damai, dan ketika saat perang tiba, kita harus mencabut pedang kita untuk melindungi yang bukan bangsawan dan berjuang hingga mati sebelum mereka melakukannya, dia bilang..."

Lalu, Tizei segera menutup mulutnya dan melihat dengan mata yang seperti musim gugur menuju selatan—menuju pusat dari Centoria. Dia menatap serius ke arah bangunan Administrasi Kerajaan yang terlihat menjulang dari puncak pohon untuk sebentar sebelum dia melihat kembali Eugeo dan yang lainnya.

"...Berbicara tentang keluarga Zizek, mereka adalah keluarga terkenal dengan membangun rumah besar di distrik keempat dan bahkan memiliki tanah sendiri di luar Centoria. Jadi bukankah seharusnya Elite Swordsman-in-training Humbert-dono berjuang lebih keras dibanding dengan bangsawan kelas bawah untuk kebahagiaan bersama? Meski jika itu tidak tertulis di Taboo Index, bangsawan seharusnya menyadari tindakannya sendiri dan tidak membuat kesalahan terhadap orang lain melalui mereka...Itulah yang ayahku katakan. Perbuatan Humbert-dono mungkin tidak melawan Taboo Index dan peraturan akademi ... tapi...tapi meski begitu, Frenica terus menangis di tempat tidurnya saat malam. Bagaimana mungkin...perbuatan itu dapat dimaafkan...?"

Tizei menyelesaikan pidato panjangnya dengan segenap kemampuannya dan sebuah air mata keluar dari kedua matanya. Tetapi, Eugeo yang memiliki pendapat yang sama dengan gadis itu tidak memiliki balasan yang langsung padanya. Ronie mengeluarkan sebuah sapu tangan putih dan menyeka di sekitar daerah mata Tizei, di saat itu—

"Dia adalah ayah yang baik. Aku harap aku dapat bertemu dengannya."

Eugeo tidak mempercayai bahwa suara tenang itu berasal dari mulut Kirito untuk sebentar.

Swordsman hitam itu, yang menginspirasinya dengan perasaan kagum dan takut kepada muridnya dengan pandangan mengintimidasi dan sikap yang menakutkan, juga sebanding dengan head swordsman-in-training sebelumnya, Uolo Levanteinn, yang menjadi legenda, melihat ke arah Tizei dengan mata yang menghibur dan berbicara lembut, kata demi kata.

Sword Art Online Vol 11 - 073.jpg

"Apa yang ayahmu ajarkan padamu, disebut «Kewajiban Bangsawan» di En...tidak, Pengucapan Suci itu disebut, bagaimana semangat seharusnya, atau dengan kata lain, orang yang memiliki kekuatan harus menggunakannya untuk demi orang yang tidak memilikinya...itu benar, kau dapat mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang dapat dibanggakan.

Itu adalah kata yang bahkan Eugeo dengar untuk pertama kalinya setelah setahun menerima pelajaran Pengucapan Suci, tapi artinya sepertinya telah masuk ke dalam pikirannya dan dia mengangguk dengan dalam. Suara Kirito keluar seperti angin musim semi.

"Kebanggaan itu jauh lebih penting dibanding dengan suatu hukum atau peraturan. Meski jika itu tidak dilarang oleh hukum, ada suatu hal yang tidak dapat dilakukan dan sebaliknya, ada sesuatu yang harus dilakukan meskipun itu melanggar suatu hukum."

Deklarasi yang masuk akal itu, bisa dibilang membantah Taboo Index— atau Gereja Axiom itu sendiri, membuat Ronie dan Tizei menelan nafas mereka. Tetapi, Kirito menatap gadis muda itu dan melanjutkan untuk tetap berbicara.

"Dulu, dulu sekali, ada seorang yang hebat bernama Saint Augustinus berkata seperti ini. Hukum yang tidak adil sama saja dengan tidak memiliki hukum. Tanpa memperhatikan bagaimana hukum atau peraturan itu seharusnya, kau tidak harus mematuhinya. Meski jika itu sama sekali tidak melanggar taboo ataupun peraturan, perbuatan Humbert bisa dibilang salah. Tidak mungkin ada alasan untuk membuat sesuatu yang membuat gadis tak bersalah menangis. Karena itu seseorang harus menghentikannya, dan dengan kata lain, itu seharusnya..."

"Aah...Sepertinya itu untuk kita, huh."

Eugeo mengangguk, tapi dia masih memiliki keraguaan untuk ditanyakan kepada patnernya.

"Tapi Kirito...jika begitu maka siapa yang menentukan hukum itu sekarang? Jika semua orang berlaku sesuka mereka, maka tidak ada peraturan, bukankah begitu? Bukankah Gereja Axiom ada untuk memiliki kepentingan menghukum orang yang bermasalah?"

Itu benar bahwa the Taboo Index tidak menuliskan setiap perbuatan yang benar dan salah yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, itu berakhir yang membuat Humbert melampiaskan kemarahan kepada valetnya sendiri. Tetapi, seperti bagaimana Sister Azariya memarahi Jink untuk gangguannya di masa lalu, Eugeo dan Kirito dapat meyampaikan pendapat mereka kepada Humbert, usulan mereka. Seharusnya itu sama sekali berbeda dari meragukan kekuasaan Gereja.

Orang yang membuat dunia ini adalah Tuhan, dan Gereja adalah wakil dari Tuhan. Gereja itu telah memimbing Dunia Manusia selama beratus tahun tanpa kesalahan, sesuatu dapat berjalan tanpa dia mengatakan itu.

Orang yang menjawab pertanyaan Eugeo bukanlah Kirito, tapi Ronie yang terus diam sampai sekarang. Seperti biasa gadis yang ramah itu mulai berbicara dengan cahaya kuat dimatanya, itu membuat Eugeo sedikit terkejut.

"Sepertinya...Aku merasa aku sedikit mengerti apa yang Kirito-senpai katakan. Sebuah semangat yang penting untuk melakukan sesuatu meskipun itu tidak tertulis di Taboo Index...itu sepertinya rasa keadilan pada diri sendiri, yang kutahu. Bukan hanya mematuhi hukum, tapi berpikir kenapa hukum ada dengan keadilan seperti itu...Pemikiran seperti itu jauh lebih penting dibanding mematuhinya..."

"Yep, seperti itu, Ronie. Dapat berpikir adalah kemampuan terhebat dari manusia. Itu jauh lebih kuat dari pedang terkenal, lebih kuat dari semua secret move."

Kirito mengatakan itu sambil tersenyum dan terlihat dari matanya, dengan itu dan sesuatu yang lain, sebuah perasaan yang dalam dapat terlihat. Menghadapi patnernya yang memiliki banyak misteri di sekitarnya, meskipun menghabiskan waktu dua tahun dengan tidur dan makan bersama, Eugeo menanyakan satu pertanyaan terakhir.

"Tapi Kirito, orang yang kau katakan tadi, Augus itu...seorang apa, siapa sebenarnya dia? Seorang Integrity Knight dari Gereja?"

"Hmm, seorang pendeta, kurasa. Dia mungkin sudah mati, sepertinya."

Dengan jawaban itu, Kirito tersenyum lebar.

Setelah melihat Tizei dan Ronie pergi dengan membawa keranjang yang benar-benar kosong dan melambaikan dengan tangan mereka sambil kembali ke asrama novice trainee, Eugeo melihat kearah wajah patnernya lagi.

"...Kirito, apakah kau telah memikirkan sesuatu untuk masalah tentang Humbert?"

Saat mengatakan itu, Kirito membuat wajah yang rumit dan mengeluh.

"Hmm...Meskipun jika kita mengatakan untuk berhenti menganggu siswa junior, dia bukanlah tipe orang untuk segera menghentikannya...Tapi meski begitu..."

"Tapi meski begitu...apa?"

"Memikirkan Humbert sebentar, pemimpin orang itu, Raios terus diam dengan cara yang buruk, tapi dia bukanlah orang yang idiot. Untuknya yang terpilih sebagai head elite swordsman-in-training, bukan hanya dia memiliki kemampuan pedang yang baik, sacred arts, hukum dan sejarah nilainya seharusnya bagus juga.

"Itu benar, lebih baik dibanding dengan seseorang yang hanya mendapat peringkat enam hanya dengan kekuatan fisik saja."

"Cerita itu untuk dua orang siswa, sebenarnya."

Mereka tanpa sadar telah memulai percakapan aneh mereka seperti biasa, Eugeo menyadari hal itu bukanlah waktu yang tepat dan mengambil inisiatif.

"Dan jadi...?"

"...Raios berada di kamar yang sama dengan Humbert, kan? Jadi apa kau tidak pikir aneh bila dia terus diam tentang Humbert yang melampiaskan kemarahan pada valetnya sendiri. Mekski jika tidak ada hukuman formal, setidaknya rumor yang buruk akan menyebar, dan pada saat itu, reputasi Raios akan turun juga, karena dia berada di kamar yang sama. Untuk seseorang yang memiliki harga diri tinggi, aku percaya bahwa dia membenci hukuman sejenis itu..."

"Tapi...faktanya Humbert menganggu Frenica. Dengan kata lain, bukankah berarti Raios telah menyerah dengan perilaku Humbert juga? Jika ini disebabkan oleh duel denganku, aku pasti membutuhkan kata dengan..."

"Dan itulah yang aku maksudkan."

Kirito berbicara dengan ekspresi saat dia mengunyah nedge lezta kering.

"Mungkin perbuatan ini untuk menargetkan padamu, Eugeo? Kau keberatan dengan perbuatan Humbert, mengatakan suatu argument, lalu hasilnya, berakhir dengan melanggar peraturan akademi...jika direncanakan seperti itu..."

"Eeh?"

Eugeo membuka lebar matanya karena ide tak terduga.

"Tidak mungkin...itu mungkin mustahil. Meski jika tempat kita berbeda, Humbert dan aku adalah swordsmen-in-training. Selama aku tidak secara langsung menggangunya, tidak peduli bagaimana dia melapornya, itu tidak akan dianggap sebagai sikap tidak menghormati. Bahkan, aku lebih khawatir terhadapmu, Kirito."

"Aah, sebenarnya...kau mungkin benar. Seperti membuat kotor seragamnya atau seperti itu."

Eugeo menghela nafas pada patnernya yang mengatakan itu tanpa ekspresi. Kirito pernah melakukan suatu perbuatan tidak menghormati, pada pemimpin sebelumnya, Uolo, dan disuruh untuk berduel dengan keadaan yang tidak masuk akal dengan menggunakan pedang asli dan serangan pertama untuk menang.

"Baiklah, ketika kita masuk menuju kamar Humbert, aku akan berbicara dengannya. Kirito, kau cukup berdiri di belakang dan sedikit mengintimidasinya."

"Serahkan padaku, itu adalah keahlianku."

"...Aku berharap padamu. Kita akan memberikan peringatan formal hari ini dan jika mereka tidak menanggapinya, kita akan meminta permohonan pengeluaran Frenica terhadap pengelola. Humbert setidaknya akan mendengarkan kita sedikit. Meski begitu itu pasti akan berpengaruh padanya."

"Aah...Kupikir juga begitu."

Menepuk punggung Kirito ketika dia tidak merasa puas karena sesuatu, Eugeo mulai berjalan menuju asrama elite swordsmen-in-training yang dibangun di atas bukit. Kemarahan ketika dia mendengar cerita Tizei tidak mudah hilang dan secara alami, dia meningkatkan kecepatan.

Setahun yang lalu, orang yang menunggu Eugeo, menunjuknya sebagai valet tanpa mengetahui tujuannya memilih, dan lebih dari itu dia memiliki nama, Gorgolosso Baltoh, dia adalah orang hebat yang pasti tidak akan melewatkan hari sebelum umurnya dua puluh tahun.

Tubuh besar itu dengan sekitar dua kali dari Eugeo yang juga ditutupi oleh otot keras, dan didampingi dengan bekas cukuran hebat yang mirip dengan surai darisingah yang hidup di Kerajaan Selatan, meskipun Eugeo belum pernah melihat mereka selain dari seni, mereka membuat dia bertanya jika dia memasuki ruangan instruktur untuk pertama kalinya.

Gorgolosso mengambil pandangan sekilas pada Eugeo yang membeku karena tekanan, dan menyuruhnya "Lepaskan pakaianmu", dengan suara keras. Eugeo sangat ketakutan, tapi dia tidak dapat menolaknya, jadi dia melepaskan pakaian seragam abu-abunya, menyisakan satu potong celana dalamnya. Dia telah ketakutan sekali lagi, dari melihat kepala hingga ujung kakinya dengan pandangan tajam itu—lalu Gorgolosso memberikan sebuah roti, memperlihatkan senyum dan berkata, "Baiklah, kau telah terlatih dengan baik".

Merasa lega dari dalam hatinya sambil dia mengenakan kembali pakaiannya, Gorgolosso menginformasikan Eugeo bahwa dia bukanlah seorang bangsawan, tapi seorang yang dibesarkan dari penjaga umum juga, yang juga alasan kenapa dia memilih Eugeo karena memiliki sejarah yang sama.

Untuk satu tahun ke depan setelah itu, meskipun sikap bersemangat itu menimbulkan masalah bagi Eugeo saat itu, dia tidak bekerja padanya tanpa alasan, mengenalkannya dengan pedang dengan memperhatikan kesabaran. Eugeo masih berpikir bahwa Valtio-style yang diajarkan oleh Gorgolosso juga sama pentingnya dengan Aincrad-style Kirito yang membantunya untuk lolos dari tes penerimaan swordsman-in-training.

Hari dimana Gorgolosso lulus dari akademi dan meninggalkan pusat, Eugeo menanyakan suatu pertanyaan yang dia sembunyikan selama satu tahun. Tentang kenapa dia memilihnya, dibanding Kirito yang memasuki sekolah dengan rekomendasi dari penjaga regu juga.

Ketika menggosok bekas cukurannya, Gorgolosso menjawab.

—Benar, aku mengetahui bahwa kemampuan pedang orang itu jauh lebih tinggi dari kamu ketika aku melihat perfomanya selama ujian masuk. Tapi kau tahu, alasan sebenarnya aku memilihmu. Aku merasa bahwa kau adalah tipe orang yang akan berjuang hingga mati ketika melihat ke atas, seperti diriku. ...Juga, satu alasan atau lainnya, Rina second-ranked telah memilih Kirito sebelumnya, begitu.

Gahahaha, ketika dia tertawa dengan senang, Gorgolosso mengusap kepala Eugeo dengan tangan kuatnya dan berkata. Bahwa dia pasti telah menjadi swordsman-in-training, dan akan terus mengingat valet traineenya. Eugeo mengangguk tanpa henti sambil menahan air matanya dan mengantar Gorgolosso hingga ke gerbang sekolah sampai bayangannya hilang dari pandangan.

Orang itu yang telah mengajarkannya bahwa elite swordsmen-in-training dan valet trainees mereka tidak memiliki hubungan yang sekedar guru dan pembantu. Eugeo mungkin berpikir bahwa dia mungkin tidak menjadi guru seperti Gorgolosso. Tapi meski begitu, dia bemaksud untuk mecoba sebaik mungkin untuk satu tahun ini, untuk mengajar apa yang diajarkan oleh orang itu, meski itupun hanya sebagian kecil. Benar—ini mungkin yang Kirito katakan sebelumnya, «sesuatu yang penting dibanding dengan apapun, meski itu tidak tertulis di setiap peraturan».

Humbert dan Raios mungkin tidak mengerti ini. Saat mereka mendapat rangkin dibawah tiga puluh karena nilai ujian masuk, mereka mungkin dapat dengan mudah mengikuti pertandingan seleksi disebabkan oleh tujuan mereka untuk menjadi valet. Meski begitu, ada sesuatu yang harus dikatakan.

Mendorong pintu di depan dia dengan kedua tangannya dan memasuki asrama swordsmen-in-training. Eugeo segera menaiki tangga besar yang ada di depan dengan suara keras dari sepatu kulit mereka.

Bagian 3[edit]

Beberapa saat setelah mengetuk pintu di ujung timur asrama lantai tiga, Humbert segera bertanya siapa di situ dari dalam.

"Swordsmen-in-training Eugeo and Kirito. Kami memiliki sesuatu yang ingin didiskusikan dengan Swordsman-in-training Zizek."

Dia mengatkan nama mereka sambil mencoba untuk mempertahankan ketenangannya, tapi langkah berat dengn cepat terdengar dan pintu dibuka dengan keras. Humbert yang memandang mereka berdua dengan marah sambil, mengeluh dengan suara yang dapat di dengar hingga mencapai atrium yang ada di tengah asrama lantai satu.

"Berani sekali kau, masuk tanpa memberitahu sebelumnya! Sudah jelas kau seharusnya meminta izin untuk pertemuan melalui surat sebelumnya!"

Tanpa memberi kesempatan untuk Eugeo menjawab, Raios Antinous langsung berkata dengan suara tenang dari belakang Humbert.

"Sekarang, bukankah kita semua adalah teman yang beradap terhadap diri kita di institut yang sama? Biarkan mereka lewat, Humbert, meskipun sayangnya kita tidak sempat menyajikan teh untuk mereka, karena tidak ada pemberitahuan."

"...Pastikan kalian menyampaikan terima kasih kalian atas keramahan Raios."

Memaksakan kata itu keluar dari mulutnya , Humbert membalikkan badannya. Ketika berpikir apa yang seharusnya dilakukannya, Eugeo memasuki ruangan itu dengan membungkuk.

"Apa maksudnya itu..."

Kirito yang mengikutinya di belakang juga memiliki pemikiran yang sama dengan itu hingga keluar dari mulutnya, jadi dia menutupinya dengan berbatuk dan berjalan di depan sofa yang ada di tengah ruang tamu . Jumlah dan pengaturannya tentu saja, sama dengan ruangan Eugeo dan Kirito, tapi peralatannya, seperti karpet yang menutupi lantainya dan tirai kusam yang tertiup dengan lembut oleh angin musim dingin, telah diganti dengan yang bernilai tinggi.

Meski sofanya memiliki lebar tiga meter yang memiliki sutra dan didalamnya ada kapas, dan Humbert mendudukinya di sisi ujung kanan. Raios dapat dilihat juga duduk di sisi ujung kiri, tapi sembari duduk, dia mengistirahatkan kepalanya pada kursi itu dan menaruh kedua kakinya di meja, dengan penampilan seolah dia tertidur.

Di atas semua, karena mereka berasal dari keluarga bangsawan kelas atas mereka tidak mengenakan seragam akademi, tetapi pakaian yang panjang dan nyaman. Raios berwarna merah terang dan Humbert biru terang, itu sangat berkilau juga berasal dari sutra berkelas tinggi di daerah selatan. Aroma yang keluar dari cangkir yang tersusun di meja kemungkinan adalah teh hijau, yang spesial dari timur. Setelah mengangkat cangkir itu dan meminumnya dengan mulutnya, Raios akhirnya melihat ke arah Eugeo.

"...Jadi sekarang, apa yang membuatmu datang ke sini di sore hari di hari istirahat ini, temanku, Swordsman-in-training Eugeo?"

Sebenarnya masih ada sofa lagi yang ada di samping meja, tapi dia tidak memiliki keinginan untuk mempersilahkan mereka untuk duduk. Ketika memikirkan yang baik baginya, Eugeo melihat keduanya dengan wajah keras yang dapat dia buat, dan berbicara.

"Saya disini untuk memastikan suatu rumor yang kurang menyenangkan tentang Swordsman-in-training Zizek yang sampai di telinga saya. Sebelum nama teman di sekolah ini ternoda, Saya percaya bahwa yang terbaik adalah untuk memberikan nasihat, meskipun itu mungkin sedikit lancing untuk bagian saya."

Ekspresi Humbert berubah dan hendak meneriakkan sesuatu pada saat itu, tapi Raios menahannya dengan sedikit menggerakkan tangan kirinya sebelum melengkungkan mulut merahnya dengan sedikit hingga menjadi senyuman.

"Bagaimana sekarang...?"

Dia perlahan menyampaikan perkataannya ketika uap naik dari cangkir di tangan kanannya.

"Ini baik dari luar dan diluar perkiraanku. Untuk berpikir bahwa kalian dapat memperhatikan tentang reputasi temanku. Tetapi, saya menyesal untuk menginformasikan kalian bahwa tidak ada yang dapat dipikirkan mengenai rumor itu. Meski saya malu atas ketidaktahuaan saya, tidak ada yang dapat dilakukan selain kalian memberikan penerangan padaku tentang isu tersebut."

"...Saya telah mendengar bahwa Zizek-dono telah melakukan sesuatu yang tidak sopan terhadap valet traineenya. Saya juga percaya bahwa kau memiliki penyangkaan tentang itu!"

"Berani sekali!"

Bangkit dari sofanya pada saat itu, Humbert bersuara dengan keras.

"Berani sekali seseorang yang tidak punya nama keluarga, dengan aura petani dari suatu desa terpencil menuduhku, anak pertama dari keluarga bangsawan kelas empat, tentang perbuatan yang tidak sopan!"

"Sekarang, jangan terlalu gusar, Humbert."

Raios menggerakkan tangan kirinya dari sisi ke sisi dan membuat diam pengikutnya sekali lagi.

"Meski jika tempat lahir kita berbeda, bukankah kita adalah sesama siswa yang belajar di tempat yang sama sekarang? Kau tidak begitu saja menyalahkan segalanya sebagai tindakan tidak sopan, setidaknya di dalam akademi. ...Itu dikatakan, itu akan menjadi cerita lain jika itu hanyalah suatu kebohongan tanpa bukti. Dimana kau mendengar rumor aneh itu, Eugeo-dono?"

"Saya ragu jika kau berkeinginan untuk membuat hari istirahatmu menjadi sia-sia, Antinous-dono, jadi jangan berpura-pura bodoh. Ini juga bukan tanpa bukti. Saya telah mendengarnya langsung dari novice trainees yang tinggal di kamar yang sama dengan valet Zizek-dono."

"Oh? Jadi begitu, lalu? Apakah kau mengatakan bahwa valet Humbert secara formal mempercayakanmu dengan protes melalui novice trainees yang tinggal di kamar yang sama oleh keinginannya sendiri?"

"...Tidak, bukan seperti itu, tapi..."

Eugeo tanpa sadar menggigit mulutnya. Itu betul bahwa dia tidak disini berdasarkan permintaan pribadi dari Frenica, jadi ini akan menjadi sulit untuk menahan protes jika dia telah ditolak sebagai kebohongan tanpa bukti.

Tetapi, tidak ada jalan untuk Eugeo kabur di depan Raios yang tersenyum menyeringai dengan postur cerobohnya dan Humbert membengkokkan mulutnya dengan sikap yang memuakkan, dia dengan cepat membalikkan dengan pertanyaan.

"...Saya percaya jika kalian berdua menolak jika seperti itu? Bahwa Humbert-dono telah melakukan hal yang tidak pantas terhadap valet trainee bernama Frenica?"

"Fm, hal yang tidak pantas? Itu adalah kata yang jarang digunakan, Eugeo-dono. Bagaimana kalau menggunakan kata yang mudah dimengerti, dengan mengatakan bahwa itu melanggar peraturan akademi?"

"......"

Dia menggeretakkan giginya sekali lagi. Meski jika peraturan itu diterapkan hanya di tempat akademi, kepentingannya sangat dekat dengan level yang sama dengan Taboo Index atau Peraturan Dasar Kerajaan untuk siswa dan tidak ada seorangpun yang berani melanggarnya.

Meski Humbert tidak akan melanggar peraturan akademi, Eugeo mengetahui lebih baik daripada mempertimbangkannya juga. Itu adalah alasan sebenarnya dia tidak dapat memaafkan mereka. Apapun dapat dilakukan selama tidak melanggar peraturan, perbuatan mereka yang didasari oleh keyakinan tersebut bahkan jika mereka tidak mengatakannya. Mengambil nafas yang dalam, Eugeo melanjutkan percakapannya.

"Tapi meski... tapi meski, bahkan jika itu tidak dilarang oleh peraturan akademi, bukankah ada sesuatu yang dilakukan elite swordsmen-in-training tidak harus dilakukan kepada novice trainees kepada pengajar mereka?!"

"Oh, sekarang Eugeo-dono, sebenarnya perbuatan apa yang ingin kau katakan terhadap Humbert yang telah dilakukan kepada Frenica?

"...I-itu.."

Saat dia tidak dapat menahan untuk membuat Tizei dan Ronie menjelaskan dengan detail dan seterusnya, karena belum pernah mendengar secara spesifik tentang «perintah yang tidak pantas», Eugeo tidak dapat menjawabnya. Dengan itu, Raios melebarkan tangannya dengan kecepatan berlebihan dan berbicara sambil menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

"Oh sepertinya, bahkan saya tidak dapat membuatku untuk menemanimu berbicara lebih jauh lagi....Bagaimana, Humbert, apakah kau mengerti apa yang Eugeo-dono bicarakan terhadap dirimu?"

Setelah Raios bertanya dengan sopan, Humbert, yang telah membungkuk ke depan sambil melihat kearah Eugeo sampai sekarang, menyandarkan beban yang ada di punggungnya ke sofa dengan keras dan berseru.

"Tidak sama sekali! Saya bahkan tidak mengerti apa yang dia katakan! Sejak awal, tidak ada memuakkan, tidak, sejak awal tidak mungkin saya melakukan sesuatu yang tidak sopan terhadap Frenica...sebenarnya, gadis itu tidak pernah menolak meskipun sekali!"

Membelai rambut abu-abunya dari depan ke belakang, second-ranked swordsman-in-training menunjukkan senyum berbahaya.

"Sebenarnya, saya pernah menyuruhnya untuk membantu dengan melakukan tugas yang kecil. Saya yakin kau juga, mengingat pertandingan yang, saya tahu bahwa itu memalukan untuk mengakui pertandingan itu berakhir seri, Eugeo-dono, Saya memperbaiki caraku setelahnya dan memutuskan untuk berlatih. Mungkin karena tertahan dari latihan manapun akan membuat otot tidak menarik sampai sekarang juga, karena itu tidak terhindarkan tubuhku akan sakit. Karenanya, saya telah meminta secara malas kepada Frenica untuk memijat dan merilekskan tubuhku ketika saya berkesempatan untuk mandi setiap sore. Dengan tambahan, akan menjadi masalah jika seragamnya menjadi basah, jadi saya bermurah hati mengizinkannya untuk melepas bajunya hingga menyisakan baju dalamny. Saya pasti sangat sulit untuk memahami bagian mana yang seharusnya menjadi bagian dari, hal yang tidak pantas!"

Melihat ke arah Humbert, yang mengeluarkan tawa dari tenggorokkannya, Eugeo menyadari kemunculan emosi yang tidak diketahuinya di dalam hatinya.

Apakah memperlakukan manusia seperti ini dengan adab, dan bahkan mencoba untuk membujuknya sebenarnya diperlukan?

Akankah satu serangan di depannya dengan pedang kayu tanpa bertanya padanya akan lebih baik dari kata-kata?

Tangan kanannya bergetar, menginginkan untuk mencabut pedang kayunya dan menatangnya duel disini dan sekarang, setelah Euego menyadari bahwa pinggangnya kosong. Mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, dia mengeluarkan suara tertahan yang dapat dia keluarkan.

"...Humbert-dono, apa kau percaya perintah seperti itu...betul-betul dapat diizinkan? Benar... benar, tidak ada peraturan yang tertulis di peraturan akademi, tapi itu dikarenakan tidak diperlukan untuk menjelaskan larangannya. Untuk benar-benar menyuruh valetmu melepaskan pakaian, bagaimana mungkin hal memalukan begitu dapat kau..."

"Hahaha, hahahahaha!"

Tiba-tiba, Raios, yang diam untuk beberapa waktu, menggerakkan ujung mulutnya dan mengeluarkan tawa yang terbahak-bahak. Itu seperti dia telah menunggu kalimat itu dari Eugeo, seperti itu kelihatannya.

"Hahaha! Untuk memikirkan kata-kata itu keluar dari mulutmu sendiri, Swordsman-in-training Eugeo-dono, hahaha! Bahkan, bukankah kau sendiri melepaskan pakaianmu setiap malam, untuk lelaki besar biasa itu yang kau layani sebagai valet trainee, Eugeo-dono?!"

"Itu adalah cerita yang memang aneh! Untuk memikirkan kau menuduh orang lain karena hal yang tidak sopan sementara kau mendapati dirimu melepaskan pakaianmu sendiri, ha-ha!"

Humbert segera mengikuti arus pembicaraan juga, tertawa dengan suara kerasnya.

Seluruh tubuh Eugeo bergetar hingga tidak dapat dikendalikan saat dorongan hati sebelumnya melandanya sekali lagi. Pada saat dia hendak mengeluarkan suara kata kasar yang hampir akan mendekati pelanggaran peraturan akademi, Kirito membuat suara keras dengan membuat hentakan kaki dengan sepatunya di belakangnya, membuat dia kembali pada kesadarannya.

Gurunya, Gorgolosso, memang pernah menyuruh dia untuk melepaskan pakaiannya selain celana dalamnya sekali atau dua kali selama sebulan. Tetapi, itu dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan ototnya dan memastikan sejauh mana latihan yang dia jalani, bahkan tanpa meninggalkan satu maksud yang meragukan. Tapi meski jika dia menolak dengan cara seperti itu, Raios dan Humbert mungkin akan mengatakan lebih jauh lagi dan mengejek bukan hanya Eugeo, tapi Gorgolosso juga. Karena itu Eugeo mencoba sebisa mungkin untuk menahan dirinya dan perlahan berbicara setelah menenangkan dirinya dengan suatu cara.

"Kasusku sama sekali tidak berhubungan dengan situasi ini. Apa yang ada di sini, adalah apakah valet trainee yang dimiliki Swordsman-in-training Zizek tidak melakukan sesuatu yang melanggar peraturan sementara melalui pengalaman yang tidak dapat ditoleransi setiap hari. Jika saya tidak melihat perubahan yang lebih baik mulai dari sekarang, saya akan mempertimbangkan untuk membuat permintaan kepada instruktur untuk menyelidiki kelakuan tersebut, jadi simpan itu di pikiran kalian."

Lakukan apa yang kau inginkan, kata-kata itu keluar dari belakang saat Eugeo segera meninggalkan kamar Raios, diikuti dengan tawa.

Tidak lama setelah pintu dibelakangnya tertutup Eugeo mengepalkan tangan kanannya dengan maksud untuk memukul dinding itu, tapi dia menyadari bahwa jika dia menyerang itu dengan kekuatan fisik yang dia latih, dia mungkin akan membuat lubang di dinding—atau dengan kata lain, menurunkan Life bangunan tersebut, dan dengan enggan menurunkan tangannya. Merusak fasilitas dan peralatan akademi tentu saja melanggar Taboo Index dan sejak awal, itu akan menjadi contoh melampiaskan kemarahan. Dia merasa sedikit kerinduan dimana dia mengayun untuk memotong Gigas Cedar tanpa menyerah, tanpa memperhatikan berapa banyak dia mengayun kapak itu yang terisi dengan satu kemarahan atau lainnya.

Sebagai gantinya, dia membuat suara keras dari hentakan sepatunya saat dia mulai berjalan menuju kamarnya di barat, dan Kirito berbicara dari belakang.

"Ambil waktu sejenak untuk menenangkan dirimu, Eugeo."

Pada saat suara yang tidak asing mencapai telinga Eugeo, di dalam kepalanya, sesuatu yang merah terbakar seperti tungku api, mulai dingin sedikit demi sedikit dan dia mengambil nafas dalam-dalam. Mengurangi langkahnya, dia berjalan di samping patnernya.

"...Tapi meski begitu, itu sangat tidak terduga. Aku pikir kamu akan marah sebelum aku memulainya."

Terhadap kata-kata Eugeo, Kirito menunjukkan senyumannya dan memukul pinggang kirinya.

"Itu akan menjadi buruk bila aku memiliki pedang. Ini hanya...seperti yang aku bilang sebelumnya, mereka mungkin memiliki sesuatu yang direncanakan, jadi aku mencoba menahan diriku dan melihat situasi bagaimanapun juga."

"Itu mengingatkanku, kau mengatakan hal seperti itu. Aku benar-benar melupakannya... —Jadi apa yang kau pikirkan?"

"Kesampingkan Humbert seperti itu, provokasi yang berasal dari Raios itu pasti memiliki tujuan, Eugeo. Dia mungkin mengatakan Tizei dan Ronie untuk menyampaikan cerita Frenica kepada kau pertimbangkan dan berencana untuk menjatuhkan hukuman maksimum kepada kau jika kau terlalu jauh membuat pernyataan kepada Humbert, sebagai sikap tidak menghormati. Kita betul-betul tidak harus menganggap remeh kelicikkan bangsawan kelas atas, huh..."

"Dengan kata lain...alasan kenapa Raios membiarkan tindakan Humbert karena dia telah memprediksi bahwa aku akan dating untuk memprotes, huh...Sungguh bencana.

Eugeo berhenti di tengah koridor dan menggigit bibirnya.

"Ini karena aku telah membuat malu Humbert dalam pertandingan itu, kan. Dan kau selalu berkata bahwa tidak ada sesuatu yang baik jika kau bereaksi atas provokasi mereka juga..."

"Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri."

Kirito meletakkan tangannya di bahu kanan Eugeo dan mengeluarkan suara menghibur yang jarang keluar.

"Jika begitu, pertandingan resmi pertama akan segera dating. Kita tidak memiliki pilihan selain mengalahkan mereka jika kita ingin menjadi wakil dari akademi, jadi kita akan mendapat kesalahan mereka cepat atau lambat. Tapi melihat orang-orang itu telah mengeluarkan tawa yang keras tentang itu, mereka mungkin sudah puas untuk waktu sekarang. Untuk masalah Humbert yang terus melakukan perbuatan tidak sopan terhadap Frenica, kita mungkin akan mempersiapkan surat sebelumnya, untuk segera membuat permintaan menyelidiki dari instruktur setidaknya, seperti itu."

"...Ya, itu benar. Tapi jika itu benar-benar terjadi, kita mungkin menangis di depan orang-orang itu seperti pasangan anak-anak mungkin akan lebih meyakinkan.

Dengan ringan menepuk tangan Kirito untuk menunjukkan rasa terima kasih, Eugeo akhirnya melepaskan ketegangan di bahunya.

Baik Humbert dan Raios telah kuat dengan pedang, dan bahkan nilai mereka di akademik sangat bagus. Mereka menerima uang saku yang berlimpah dalam bentuk Shear gold coin[6] dari keluarga mereka setiap bulan, yang cukup untuk membeli banyak baju dan aksesoris pribadi yang mereka mau dan jika mereka merasa bosan dengan masakan asrama, mereka dapat makan apapun yang mereka inginkan di restoran di luar sekolah setiap malam jika mereka mau. Itu tentu saja berasal dari pandangan Eugeo dan Kirito yang entah bagaimana memiliki uang yang mereka simpan dari waktu mereka menjadi penjaga di Zakkaria.

Dan meski begitu, kenapa mereka memandang Eugeo sebagai musuh, mengejek dia setiap waktu dan mencoba membuat dia menyerah? Dan konsekuensinya, apa yang mereka ingin dapatkan dari itu? Dia memang menyadari bahwa dunia ini tidak dipenuhi oleh orang baik, bahkan setidaknya ada satu orang yang tidak ramah, tapi meski begitu—bahkan jika mereka adalah bangswan dan orang biasa, mereka semua adalah manusia yang lahir di Dunia Manusia.

Ini adalah hal yang diajarkan oleh Gereja Axiom. Bahwa Dunia Manusia dibuat oleh Dewi, Stacia, yang melambangkan «Baik» dan Tanah Kegelapan yang dipimpin oleh Dewa, Vector yang melambangkan «Jahat». Jika seperti itu, tidak peduli manusia macam apa, mereka seharusnya memiliki hati yang baik sebagai dasar mereka, Ya, bahkan jika itu adalah Raios atau Humbert.

Jika mereka menyilangkan pedang bukan di duel sembarangan, tapi justru di panggung utama pertandingan resmi dan menunjukkan semua kemampuan dan kekuatan masing-masing, mereka pasti akan datang untuk berdamai dengan suatu syarat. —Pasti.

Memikirkan hal itu sambil membuka pintu menuju kamarnya dan memasukinya, Eugeo mengatakan sesuatu sebelum patnernya menghilang ke suatu tempat.

"Hei, Kirito, ujian sacred arts telah berakhir, jadi aku harap kau menemaniku untuk latihan sebanyak mungkin mulai besok dan seterusnya!"

"Apa, kau sangat bersemangat, bukankah begitu."

"Aah...Aku harus lebih baik, lebih kuat, bagaimanapun juga. Untuk mengajarkan Raios dan Humbert bahwa pedang ini tidak berbaik hati untuk membiarkan mereka menang tanpa latihan sedikitpun."

Saat mendengar itu, Kirito mengangguk dengan senyuman.

"Baiklah kalau begitu, haruskah aku mengajarimu bagaimana kerasnya latihan yang akan kau dapatkan, Swordsman-in-training Eugeo-dono?"

"Itulah yang aku harapkan. ...Jadi sampai bertemu di waktu makan malam."

Mereka berdua mengangkat tangan perlahan dan kembali ke ruangan masing-masing untuk berganti, tapi patnernya berhenti sambil menoleh ke belakang dan berkata dengan ekspresi serius.

"Eugeo. Apapun yang orang-orang itu katakan ketika aku tidak bersamamu, berhati-hatilah agar tidak terbawa emosi seperti tadi."

"Aku mengerti itu. Stay cool, kan?"

Saat mengatakan suatu kata yang memiliki arti untuk menjaga ketenangan seseorang dan itu Pengucapan Suci, dan itu kalimat perpisahan, Kirito membuat senyum masam, kelihatannya malu, sambil membalas dengan kalimat yang sama.

Mungkin karena puas setelah tertawa yang banyak, Raios dan Humbert tidak memperhatikan Eugeo sepanjang latihan praktek ilmu pedang di pagi hari dan terutama di pelajaran di siang hari pada hari berikutnya. Bahkan Humbert, yang selalu mengejeknya dengan penuh kebencian setiap kali mereka bertemu sampai seminggu sebelumnya, bertahan hanya betul-betul mengabaikannya.

Tentu saja, Eugeo merasa sedikit lega, tapi masalahnya adalah apakah dia memperbaiki caranya bersikap kepada Frenica atau tidak. Dia telah bersama-sama menulis dan menandatangani permintaan surat penyelidikan yang ditujukan kepada management akademi di malam sebelumnya bersama Kirito. Jika itu diajukan, sebuah pengumuman resmi akan dilangsungkan dari kedua pihak baik itu sisi Raios dan sisi Eugeo, tapi meski mereke berdua seharusnya ingin menghindari itu, mengingat berapa banyak nilai mereka atas mereka yang lakukan.

Seperti halnya pelajaran sejarah kerajaan yang membosankan—akhirnya, insiden itu dapat dikelompokkan sebagai insiden yang jarang terjadi—berakhir, Eugeo berpisah dengan Kirito, yang pergi menuju perpustakaan untuk mengembalikan sebuah buku, segera kembali menuju asrama swordsmen-in-training dan menunggu Tizei dan Ronie untuk memberitahu kemajuan dari kasus itu.

Tak lama, ketika bel jam empat berbunyi seperti yang waktu ditentukan setiap hari, mereka berdua dating dan mulai membersihkan setelah menyapa dengan semangat. Eugeo duduk di kursi kamarnya, tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan, dan hanya melihat kearah sosok cantik Tizie yang bekerja keras.

Dia menawarkan bantuan untuk membersihkan beberapa kali yang dapat dia hitung sebelumnya, tapi itu sama sekali ditolak dengan perkataan "Ini adalah tanggung jawabku yang penting!" setiap waktu. Memikirkan kembali, dia dapat mengingat bahwa dia mengatakan kepada Gorgolosso hal yang sama, jadi dia dengan terpaksa mencoba yang dia bisa untuk membuat kamar itu tidak terlalu kotor, tapi gadis itu tidak puas dengan itu juga, dan selalu memiliki komplain aneh bahwa ruangan itu tidak memiliki banyak hal untuk dibersihkan.

Menyibukkan diri dengan kain pel yang panjang di tangan, Tizei menyelesaikan membersihkan ruang tamu dan kamar tidur dalam waktu tiga puluh menit dan memasuki ruangan Eugeo, menutup pintu dibelakangnya dan menghentakkan ujung sepatu kulitnya bersamaan.

"Elite Swordsman-in-training Eugeo-dono, saya akan melapor! Tugas membersihkan hari ini sudah selesai.

Sepertinya Kirito telah kembali tanpa dia sadari juga, dengan suara Ronie samar-samar terdengar dibalik pintu tertutup itu. Meninggalkan patnernya untuk menyampaikan informasi disana, Eugeo menjawab Tizei dengan balasan yang singkat.

"Ya, kerja bagus. Terima kasih banyak."

"Tidak, tidak perlu dipikirkan. Ini adalah tugas seorang valet!"

Dia dengan tenang membuat senyuman yang hampir tidak sengaja dia buat dan segera membalas.

"Erm...Aku minta maaf, tapi dapatkah aku sedikit berbicara denganmu tentang sesuatu? Tidak perlu untuk berdiri, jadi carilah tempat duduk." Saat mengatakan hal itu, dia baru mengingat bahwa ruangan ini hanya memiliki satu kursi, yang berada di dekta meja belajar. Pada saat dia hendak mengatakan "Jadi di sebelah sini", Tizei menggelengkan kepalanya dan berkata "Tidak, saya akan tetap berdiri", jadi Eugeo segera memotongnya dengan berkata "Jadi, bagaimana kalau di sebelah sana?" dengan jari telunjuknya menunjuk kasur di sebelah jendela.

Tizei segera membuka matanya dengan cepat dan mengangguk dengan warna pipi sedikit kemerahan pada saat ini.

"Ya-... ja-jadi, permisi karena sudah menganggu."

Dia berlari menuju bagian ujung dan perlahan mendudukinya.

Duduk di tempat yang sama dengan seorang gadis tidaklah melanggar Taboo Index atau peraturan akademi, seperti itu, Eugeo mengkonfirmasi ini dipikirannya sebelum duduk di temapat yang agak jauh, dan setelah membalikkan bagian atas tubuhnya menghadap Tizei, dia memulai topik utama dengan wajah serius yang dapat dia buat.

"Tentang kasus Frenica...kami telah membuat komplain terhadap Humbert kemarin. Orang itu mungkin tidak ingin melakukannya lebih jauh lagi, jadi aku ragu bahwa dia akan memberikan lagi perintah yang tidak pantas. Aku juga akan membuatnya segera meminta maaf, jadi..."

"Benarkah?! ...Aku sangat sangat, terima kasih banyak, Elite Swordsman-in-training Eugeo-dono. Aku percaya Frenica akan senang bila mendengar itu juga."

Berhadapan dengan senyuman Tizei yang tiba-tiba, Eugeo berbicara dengan senyum masam.

"Kau telah selesai dengan pekerjaanmu, jadi kau dapat memanggilku Eugeo. Tapi meski begitu...ada sesuatu yang aku harus minta maaf juga. Aku telah mengatakannya kemarin juga, tapi duelku dengan Humbert sebenarnya awal dari kasus ini, dan itu mungkin menjadi skema untuk menjatuhkan hukuman padaku untuk berperilaku tidak sopan ketika aku dating dengan protes...Dengan kata lain, Frenica telah tergabung di konflik antara Humbert dan aku. Aku harap untuk segera meminta maaf padanya juga, jadi dapatkah kau membuatku mendapatkan kesempatan mengatakan itu...?"

"...Aku...mengerti..."

Tizei membelai rambutnya saat dia menurunkan wajahnya seolah-olah dia memikirkan sesuatu, tapi kemudian dia melihat kearah Eugeo dan dengan lembut menggelengkan kepalanya.

"Tidak, itu bukanlah kesalahanmu, Elite... Eugeo-senpai. Aku akan menyampaikan perkataanmu kepada Frenica. Erm... b-boleh aku duduk lebih dekat lagi.

"Eh... b-boleh saja."

Eugeo mengangguk dengan gugup dan pipi Tizei bersemu merah saat dia menggeser tubuhnya, cukup dekat untuk dia untuk samar-samar merasakan kehangatan tubuhnya. Melihat kearah dinding di depannya, suaranya keluar seperti bisikan.

"Eugeo-senpai, Aku telah mencoba berpikir keras yang dapat aku buat sebelum tidur di malam lalu. Tentang kenapa Elite Swordsman-in-training Zizek-dono melakukan hal yang buruk kepada Frenica, bagaimana dia dapat melakukan itu ketika dia merasakan bukan kebencian atau kemarahan padanya. ...Kirito-senpai mengatakan bahwa bangsawan harus menjaga harga dirinya. Tapi... Aku sebenarnya tahu. Bahwa ada diantara beberapa bangsawan kelas atas itu, erm... bermain dengan wanita yang hidup di tanah mereka hanya untuk memuaskan nafsu mereka..."

Tizei tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menatap kearah Eugeo dengan mata yang mengingatkan sebuah hutam musim gugur, basah setelah hujan yang lama.

"...Aku takut. Aku percaya bahwa aku akan mensukseskan keluarga Shtolienen tidak lama setelah aku lulus dari akademi, dan berakhir menerima sebuah pertunangan dari keluarga bangsawan yang memilik kelas sama atau satu kelas lebih tinggi....Bagaimana jika orang yang akan menjadi pasanganku akan menjadi seseorang seperti Zizek-dono...? Ketika aku berpikir apa yang akan terjadi jika orang itu menjadi tipe orang yang tidak memiliki harga diri dan tidak peduli mengancam orang lain...Aku merasa... sangat takut bahwa aku..."

Eugeo menahan nafasnya dan melihat kembali kearah mata sedih Tizei.

Dia telah menyadari perasaan Tizei tapi di saat yang sama, kata-kata itu tidak dapat menarik perhatiaan antara perbedaan status sosial diantara gadis itu dan dirinya. Dibandingkan dengan Tizei Shtolienen, anak pertama dengan nama keluarga yang hebat dari keluarga bangsawan kelas enam, Eugeo adalah anak dari petani tanpa nama keluarga—tidak perlu dibilang anak ketiga.

Di tempat kecil, desa kecil seperti Rulid, ada sebuah batasan untuk memanen dari tanah yang subur, mereka tidak dapat meningkatkan jumlah mereka menjadi tak terbatas. Orang yang mensukseskan rumah dan tanah mereka hampir selalu tanpa perkecuali, anak pertama, dengan anak kedua, ketiga dan seterusnya—meskipun itu tergantung dari Sacred Task mereka—tidak diizinkan untuk menikah, sering kali menjadi tua tanpa pasangan. Jika dia tidak bertemu Kirito, bahkan Eugeo akan menghabiskan waktunya mengayun kapak setiap hari dengan tugas «tugas untuk memotong Gigas Cedar». Seperti pendahulunya, orang tua itu, Garitta.

Dia telah tinggal dan berteman dengan banyak bangsawan di Centoria Pusat saat ini, tapi dia tidak tahu apa yang akan terjadi satu tahun kemudian jika dia gagal untuk menjadi swordsman perwakilan akademi. Itu akan baik-baik saja jika dia mendapat pekerjaan di Imperial Knight Order atau penjaga regu di kota besar, sebaliknya, dia hanya dapat kembali Rulid dan bekerja di bawah saudara tertuanya. Setidaknya, itu sangat pasti bahwa dia sama sekali tidak memiliki harapan untuk menjadi penerus keluarga bangsawan.

Karena itu ketika Tizei memeluk ke tangan kanannya ketika dia tetap diam, itu sangat cukup untuk membuat dia menahan nafasnya.

"Eh... Tizei...!?"

Gadis yang lahir sebagai bangsawan kelas enam itu menatap kearah Eugeo dengan mata yang terbuka dari jarak yang dekat. Dari seragam abu-abu itu tercium aroma yang harum yang mengingatkan daun solbe.

"Eugeo-senpai...Aku, erm...memiliki permintaan yang ingin kukatakan padamu. Kau harus menjadi perwakilan akademi, memenangkan turanamen ilmu pedang dan berpartisipasi di Turnamen Persatuan Empat Kerajaan."

"I-Itu...tentu saja, itu adalah tujuanku, tapi..."

"Erm... sebenarnya..."

Tizei langsung kehilangan kata-kata dengan cepat, lalu melanjutkannya dengan wajah sangat merah seperti rambutnya.

"A-aku dengar bahwa jika kau mendapatkan peringkat tinggi di Turnamen Persatuan, kau akan dilantik dengan hidup sebagai aristocrat, seperti Azurika-sensei dari asrama novice trainee. Erm, jadi...Aku sebenarnya tidak seharusnya mengatakan hal ini, tapi... jika kau tidak menjadi Integrity Knight, kumohon......maukah kau...menjadi......"

Kelanjutan kata-kata itu sepertinya menghilang sebelum itu dikatakan, saat Tizei gemetar dengan kepala menunduk dengan menghadap ke bawah, Eugeo menatap ke bawah ke arah kepalanya.

Itu hanya pada waktu ini dia mengerti tentang apa yang Tizei katakan, meskipun itu membutuhkan beberapa waktu. Menelan ludahnya, sebuah suara kecilnya bergema di kepalanya.

—Aku memiliki tujuan untuk Turnamen Persatuan dan menjadi Integrity Knight dan bertemu Alice sekali lagi, hanya itu alasannya—

Tetapi, dia tidak dapat mengatakan itu kepada Tizei. Meskipun itu berakhir dengan kebohongan, dia merasa tidak benar untuk mengkesampingkan sebuah keinginan tulus dari gadis berusia enam belas tahun, yang mungkin ketakutan karena masa depannya yang tidak jelas untuk pertama kalinya di hidupnya... tidak perlu dibilang kalau dia menjadi valet traineenya.

Mengangkat tangan kirinya, Eugeo dengan canggung mengelus kepala Tizei sambil berkata.

"Ya...Aku mengerti. Aku pasti akan mencarimu setelah turnamen berakhir."

Pundak Tizei bergetar tidak terkontrol setelah mendengar itu dan dia perlahan mengangkat wajahnya tak lama kemudian.

Senyuman, yang menyerupai kuncup bunga di musim semi, muncul di pipinya berkilauan dengan air mata dan Tizei menggerakkan mulutnya.

"...Aku akan-Aku akan menjadi lebih kuat juga. Cukup kuat untuk menjadi seperti Eugeo-senpai... untuk dapat mengatakan hal tertentu yang harus kukatakan."

Bagian 4[edit]

Hari berikutnya telah dimulai, hari ke 22 di bulan ke 5, adalah hari pertama dengan cuaca badai untuk musim semi.

Membawa angin kencang pada saat itu, tetesan besar dari hujan itu dengan keras mengenai sisi jendela itu. Eugeo menghentikan tangannya dalam mempoles pedangnya dan melihat ke arah langit mendung itu yang kelhilangan cahaya Solus, memikirkan itu tidak terlalu lama setelah pelajaran selesai.

Awan hitam itu terentang keluar dengan lapisan yang menggeliat seperti bahwa mereka hidup dan petir keras yang menggelegar dari celah mereka. Badai musim semi menyapu bibit gandum yang baru saja ditanam yang dibenci semua orang di desa Rulid, dan itu hampir selalu menjadi kesibukan festival dimana Alice mensukseskan prediksi cuaca dengan sacred arts, meskipun dia masih kecil. Tapi sekali lagi, mereka hanya bisa berharap diberikan keberkahan untuk selama dua tahun.

Sekarang Eugeo telah mempelajari sacred arts di akademi, dia itu sekarang menyadari bahwa Alice itu genius. Arts yang memiliki efek dari alam, seperti cuaca dan keadaan alam, telah dijelaskan bahwa itu sacred arts berlevel tinggi, memerlukan prosedur yang mencapai lebih dari seratus mantra, dengan Eugeo yang bahkan tidak dapat memprediksi apakah cuaca besok akan cerah atau hujan seperti dia sekarang. Jika itu adalah Alice, yang dapat memprediksi badai seminggu sebelum itu datang, dia bahkan mungkin menggunakan arts untuk memanipulasi cuaca sekarang. Jika memang begitu, penampilan dari langit itu mungkin menandakan Alice kehilangan kesabarannya kepada Eugeo karena masih belum datang untuk menyelamatkannya—

"Haah."

Mengeluarkan pemikiran yang terus-menerus muncul dengan menghembuskan nafasnya, dia tiba-tiba memulai mempoles sepenuhnya dengan hati-hati pedang perak kebiru-biruan dengan kulit yang diminyaki. Dia tidak pernah melewatkan perawatan setiap minggu pada «Blue Rose Sword», tapi itu sebenarnya hanyalah waktu dia dapat mencabut itu dari sarungnya semenjak dia diterima di akademi ini, ada sebuah peraturan dimana dapat menggunakan pedang dengan kemampuan yang sama untuk memastikan kejujuran. Dibandingkan dengan Blue Rose Sword yang dapat diklarifikasikan sacred instrument, pedang yang dipinjamkan oleh akademi sangat ringan dan dia merasa gugup untuk mengayunkannya dengan bagaimana pedang itu akan terkeluar ketika dia mengayunnya dengan seluruh tenaga, tapi dia tidak dapat mengayunkan pedang ini ketika itu dapat mematahkan pedang besi murah hanya dengan sekali serangan kuat.

Seorang musuh yang dapat dia serang sekeras mungkin sebanyak dia mau dengan pedang ini mungkin hanya sebatas itu, dengan itu dipikirannya, Eugeo menegakkan kepalanya dan melihat ke arah pedang hitam panjang patnernya yang sedang dirawat oleh orang yang berbeda.

«Pohon Iblis» yang menjulang ke atas di selatan hutan Rulid selama tiga ratus tahun, Gigas Cedar. Itu adalah yang mereka dapat setelah setahun penuh memotong batang itu dari atas, beratnya seakan-akan seperti sebongkah besi, membuat banyak masalah—Kirito berkata "Ayo kita kubur itu di sebelah sana" berkali-kali—untuk membawa itu ke pusat, berbicara dengan Sadore pengrajin emas, seorang kenalan lama dari kakek tua itu, Garitta, dan mendapati itu ditempa.

Sadore-shi, memang gambaran dari suatu keanehan, mengerut keras yang dia bisa sementara mengomel, "Itu bahkan merusak tiga dari batu asah hitamku yang seharusnya dapat digunakan untuk selama sepuluh tahun" tapi dia tidak meminta bayaran sedikitpun, mengatakan bahwa itu hanya ada sekali di waktu bekerja.

Pedang yang benar-benar hitam itu ditutupi oleh kilauan terang yang membuatnya sulit dipercaya bahwa itu berasal dari ranting pohon. Kirito pernah menggunakan pedang itu untuk menghadapi duel dengan Uolo Levanteinn yang hasilnya patut dipuji berakhir seri waktu dua setengah bulan yang lalu, tapi dia tidak pernah menyentuhnya semenjak itu, disamping dengan waktu perawatan, membuat itu terus tersimpan dengan sarung kulit hitamnya.

Atau bahkan, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk menggunakan dua pedang itu lagi, atau setidaknya, tidak ketika berada di sekolah, pemikiran seperti itu datang pada Eugeo. Itu tidak dapat digunakan di pertandingan resmi akademi dan dia menemukan bahwa itu sulit untuk membayangkan dia bertarung dengan siswa lainnya dengan duel «pedang sebenarnya milik pribadi digunakan».

Dengan kata lain, jika dia ingin untuk bertarung dengan Blue Rose Sword di tangan, dia harus menjadi terpilih sebagai swordsman perwakilan akademi tahun ini dan berpartisipasi di Turnamen Ilmu Pedang Kerajaan. Tentu saja, itu adalah tujuan Eugeo, tapi dia ragu tentang mengayun dengan bebas pedang berat ini di sekitar panggung yang besar secara tiba-tiba, tidak perlu dibilang lagi pertandingan first strike.

Peserta yang dia akan lawan kelihatannya bukanlah seorang murid, melainkan master dari Imperial Knight Order atau keluarga utama dari berbagai sekolah ilmu pedang, yang berarti di sisi mereka juga akan memiliki pedang tajam yang hebat dan dibuat oleh pengrajin berpengalaman juga. Meski itu adalah pertandingan one-strike, jika dia menerima pukulan berat di bagian vitalnya, jelas ada kemungkinan dia akan mendapat cidera berat yang membutuhkan waktu satu atau dua bulan untuk benar-benar pulih kembali, bahkan jika dia tidak kehilangan lifenya.

Sebenarnya, kedua dari perwakilan akademi, Uolo Levanteinn dan Solterina-senpai segera berhadapan dengan perwakilan dari Knight Order dan kalah, tapi ketika Rina-senpai dihentikan dengan mendapati cambuknya terpotong dan pedangnya terlempar jauh, Uolo mendapat cidera tulang bahu kirinya dihantam hingga menjadi pecahan. Perawatan medis yang biasa dilakukan dengan sacred arts dapat menutup lukanya dan menghentikan berkurangnya Life, tapi tulang itu tidak dapat disatukan kembali dan Uolo masih dalam perawatan medis, hingga sekarang.

Menurut koran yang ditempel di papan buletin mingguan di bangunan sekolah utama, sepertinya swordsman yang menjadi perwakilan Knight Order berasal dari keluarga Woolsburg, sebuah keluarga bangsawan kelas satu yang dapat dianggap terkenal dari semua bangsawan kerajaan yang terkenal. Ada sebuah artikel tentang bagaimana swordsman itu mengikuti «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan» selama empat bulan, setelah Turnamen Ilmu Pedang, mendapat kemenangan yang hebat dan mendapat kehormatan dari sebuah undangan ke taman suci Gereja Axiom.

Itu dapat dikatakan itu tidak dapat diharapkan bahwa Rina-senpai dan Uolo Levanteinn kalah dari lawan seperti itu—tapi Eugeo harus menang, tidak peduli pahlawan macam apa yang akan muncul kali ini sebagai lawan. Dia harus melanjutkan untuk masuk Turnamen Persatuan tahun depan sebagai perwakilan Norlangarth dan menjadi juara, melewati gerbang dari Katedral Pusat. Dia harus.

—Jadi aku berharap padamu, tolong pinjami aku kekuatanmu.

Dia menyelesaikan mempoles setiap ujung pedang kesayangannya saat di berbicara dihatinya dan ketika dia mengangkat wajahnya, Kirito hanya meluncurkan pedangnya diantara dua sisi dari kulit yang diminyaki dan dengan suara swoosh juga. Pandangannya sesaat terambil oleh pedang hitam mengkilap itu yang bersinar di bawah lampu sebelum dia memanggil.

"Hei, Kirito."

"Nn?"

"Apakah kau telah memikirkan sebuah nama yang cocok untuk pedang itu?"

Ini adalah keempat kalinya Eugeo menanyakan pertanyaan itu semenjak pedang itu selasai dibuat, tapi Kirito masih memberikan jawaban yang sama.

"Um, hmm... masih belum..."

"Cepatlah dan segera tentukan. Itu sangat buruk untuk pedang, yang dipanggil «pedang hitam» itu setiap waktu, benarkan."

"Hmm...dari tempat dimana aku datang, pedang memiliki nama mereka sejak awal...atau seperti itu bila aku pikir."

Pada saat dia hendak memberikan petunjuk yang lebih banyak kepada Kirito yang bergumam alasan yang jelas, patnernya tiba-tiba meraih tangannya sendiri menuju mata Eugeo dan membuat dia tidak bisa melihat.

"Ad-ada apa?"

"Tunggu sebentar, bukankah bel jam setengah lima baru berbunyi sekarang?"

"Eh..."

Saat memfokuskan pada telinganya, dia dapat medengar suara lonceng dari bel yang tercampur dengan suara angin.

"Kau benar, ternyata sudah setelat ini. Kita melewatkan bel jam empat, huh."

Eugeo bergumam dan ketika dia melihat keluar melalui jendela yang sinar mataharinya hampir tidak terlihat, Kirito bergumam dengan ekspresi suram.

"Mereka telat, huh, Ronie dan Tizei."

Eugeo kembali tersadar dan menelan nafasnya. Sekarang itu baru disadarinya, Tizei dan Ronie tidak pernah melewatkan untuk dating membersihkan ruangan sebelum jam empat meskipun sekali semenjak mereka menjadi valet mereka. Memaksakan kegelisahan untuk mengalir keluar dari tenggorokkannya, dia perlahan mengangkat bahunya.

"Sebenarnya, masih ada badai. Bukankah mereka menunggu hujan itu untuk segera berhenti? Ini sepertinya bukan waktu membersihkan telah diganti oleh peraturan akademi atau seperti itu..."

"Aku ragu jika mereka berdua akan datang telat meski karena disebabkan oleh hujan..."

Kirito sepertinya dia sedang merenungkan sesuatu saat dia pandangannya menuju tangannya dan segera melanjutkan.

"Aku memiliki perasaan yang buruk tentang ini. Aku akan pergi menuju asrama novice trainees untuk sebentar. Kita mungkin akan terpisah, jadi Eugeo tunggu mereka berdua disini."

Dengan cepat menyarungkan pedang hitamnya setelah dia merawatnya ke sarungnya, Kirito meninggalkan itu di meja dan segera berdiri. Menaruh jas hujan tipis untuk melindunginya dari hujan, dia dengan cepat memakainya dengan tangan kiri sementara membuka jendela dengan tangan kanannya.

"Hei, Kirito, seharusnya kau pergi melalui pintu depan, bukan lewat..."

Eugeo mencoba mengatakan hal itu ketika tidak senang terhadap angin keras yang bertiup kencang di tengah hujan, tapi patnernya telah melompat dengan cepat menuju batang pohon yang tergantung di dekat jendela saat itu, meninggalkan hanya suara gemerisik saat dia menghilang. Huh, dia hanya sangat tidak sabaran, Eugeo berpikir dengan menghela nafas saat dia menutup jendela yang terbuka.

Dengan gemuruh badai meredam, suara lampu dinding yang terbakar dapat terasa sangat keras sebagai gantinya.

Kembali menuju sofa sambil menahan suatu perasaan kegelisahan yang tak bisa dijelaskan, dia mengambil Blue Rose Sword dari meja dan perlahan menyimpannya ke sarungnya.

Ada sebuah cara untuk menemukan orang yang dicari melalui sacred arts berlevel tinggi, tapi itu membutuhkan sacred power dalam jumlah besar di suatu area, jadi itu tidak dapat digunakan tanpa suatu media. Bahkan sejak awal, menggunakan sacred arts untuk orang lain sebagai target di dalam akademi itu dilarang, meskipun jika artnya tidak melukai. Saat dia sekarang, Eugeo hanya dapat duduk di sofa dan menunggu sesuatu terjadi.

Beberapa menit yang panjang berlalu—akhirnya, suara ketokan pelan terdengar bergema di dalam ruangan.

Pada saat dia mendengar itu, Eugeo mengeluarkan nafas yang dalam di udara. Sebenarnya, lihat itu, kau melewatkan mereka karena kau pergi melalui jendela, dia berdiri dari sofa dengan pemikiran seperti itu, dengan cepat menuju ruangan dan membuka pintu.

"Syukurlah, Aku sangat khawatir tentang..."

Sampai di titik itu, Eugeo menelan kata-kata selanjutnya dengan terdiam keheranan. Rambut yang terlihat pada pandangannya bukanlah rambut merah atau coklat tua yang dikenalnya, tapi coklat muda, yang terurai oleh angin.

Itu bukanlah Ronie atau Tizei, seorang gadis yang tak dikenal berada di koridor. Rambut pendek dan seragam novice trainee abu-abu yang basah karena hujan, dan sama sekali tidak terlihat ada darah yang keluar dari pipinya dengan tetesan air yang menempel padanya. Membuka mata besar itu, itu mengingatkan teman masa kecilnya, dipenuhi dengan kegelisahan, mulut pucatnya bergetar tanpa henti.

Melihat kearah Eugeo yang berdiri membeku, gadis itu memaksakan suara lemahnya untuk keluar.

"Erm...apakah anda Elite Swordsman-in-training Eugeo-dono...?

"Ah...y-ya. Dan kau adalah...?"

"Saya...Saya adalah Novice Trainee Frenica Szeski. Saya meminta maaf karena mengunjungi tanpa memberi pemberitahuaan....Tapi, saya tidak tahu apa yang harus kulakukan..."

"Jadi kau adalah...Frenica, huh."

Eugeo melihat kembali kearah novice trainee kecil itu sekali lagi. Dia melihat ke arahnya yang memiliki tubuh yang halus tidak seperti seorang swordswoman dan tangan kecil itu lebih cocok untuk menyimpulkan bunga garlands, merasakan kemarahannya kepada Humbert naik sekali lagi, untuk mempermalukan gadis seperti ini untuk keinginannya.

Tetapi, sebelum Eugeo mengatakan apapun, Frenica, yang kedua tangannya digenggam bersama-sama dengan erat di depan dadanya, mengeluarkan suara serak dengan panik.

"Erm...Saya sangat berterima kasih pada anda yang telah bersedia memberikan bantuan mengenai masalah antara Humbert Zizek-dono dan diriku sendiri dari dalam hatiku, Swordsman-in-training Eugeo-dono. Dan...Saya percaya bahwa anda telah mengerti apa yang terjadi sejauh ini, jadi saya akan mengabaikannya, tapi...Zizek-dono menyuruhku untuk, sebenarnya... melakukan sebuah pelayanan tertentu yang entah bagaimana sangat sulit untuk saya menjelaskannya di tempat seperti ini..."

Terlihat perasaan yang tidak kuat terhadap penghinaan yang bahkan membuat tubuhnya terlihat merah hanya mendengar kata-kata itu, wajah pucat Frenica menegang lemas sebelum dia melanjutkan.

"J-jika saya terus melanjutkan melakukan perintah itu, s...Saya lebih baik meninggalkan akademi, itulah yang saya katakan secara jujur kepada Tizei dan Ronie, tapi saat mendengar itu mereka berdua mengatakan mereka akan membuat permohonan langsung ke Zizek-dono dan meninggalkan asrama..."

"Apa yang kau katakan."

Eugeo berkata dengan suara serak. Ujung jarinya yang sedang memegang sarung kulit putih menjadi membeku.

"Tapi mereka berdua tidak kembali tidak peduli berapa lama saya menunggu, jadi s-saya tidak tahu apa yang harus kulakukan..."

"Kapan mereka berdua pergi...?"

"Erm, saya yakin itu setelah bel jam setengah empat berbunyi."

Lebih dari satu jam telah lewat. Eugeo menelan nafasanya saat dia melihat ke arah pintu yang ada di koridor. Itu dapat berarti Tizei dan Ronie sebenarnya selalu berada di lantai tiga asrama swordsmen-in-training? Mereka terlalu lama berbicara jika mereka hanya datang ke sana untuk protes dan membuat permohonan.

Dia dengan cepat berbalik dan melihat ke arah jendela yang sedang terketuk oleh angin dan hujan seperti biasanya, tapi tidak ada tanda bahwa Kirito kembali. Itu akan membutuhkan waktu sekitar lima belas menit jika hanya pergi ke asrama novice trainee dan kembali di badai seperti ini. Menilai situasinya tentu saja tidak ada waktu untuk menunggu, dia dengan cepat berbicara kepada Frenica.

"Mengerti. Saya akan mencarinya, jadi tunggu di ruangan ini....Juga, jika Kirito kembali, dapatkah kau mengatakannya untuk datang ke ruangan Humbert dan Raios?"

Meninggalkan Frenica yang mengangguk dengan gelisah, Eugeo meninggalkan ruangan. Itu setelah dia berjalan beberapa langkah di koridor dengan lantai papan dia baru menyadari bahwa dia juga membawa Blue Rose Sword yang baru selesai dia rawat, tapi waktu terlalu berharga untuk kembali dan menaruhnya kembali. Menggantung itu di tangan kirinya dengan longgar, dia berlari menuju koridor melengkung di timur.

Dengan setiap langkah, dia merasa perasaan khawatir bertambah berat di dalam hatinya.

Alasan kenapa Tizei dan Ronie muncul dengan rencana untuk memohon langsung tentu sudah jelas. Karena Eugeo dan Kirito gagal untuk mendapatkan apapun bahkan jika mereka telah memprotes, dan lainnya. Kata-kata yang Tizei katakan di ruangan Eugeo kemarin—bahwa dia akan menjadi lebih kuat dan mengatakan hal tertentu yang harus dikatakan, gadis itu mungkin membuat itu menjadi praktek.

Tapi itu mungkin benar-benar terjadi...

"Apakah itu adalah rencana mereka sejak awal? Bukan aku, tapi Tizei dan Ronie...?"

Eugeo berbicara saat dia mengeluh sambil dia berlari.

Diantara sesama trainees atau swordsmen-in-training, sebagian besar komentar tidak menyebabkan banyak masalah. Tetapi, itu akan menjadi cerita lain jika itu adalah seorang novice trainee yang memprotes kepada seorang elite swordsman-in-training. Kecuali jika hati-hati dalam memperhatikan kata-kata yang akan digunakan., itu akan menjadi perbuatan yang tidak sopan berdasarkan keputusan oleh peraturan akademi. Dan jika begitu, swordsman-in-training dapat menggunakan «Hak Menghukum» sebagai pengganti untuk seorang instruktur. Seperti bagaimana Kirito telah membuat kotor seragam Uolo Levanteinn dengan lumpur di masa lalu.

Eugeo mencoba sebisa mungkin untuk membalik halaman peraturan akademi di pikirannya.

—Jika ada suatu kejadian dimana elite swordsman-in-training menggunakan hak menghukum, satu dari tiga perintah yang tertulis dapat dilakukan. Satu, membersihkan di tempat akademi (spesifik dari luas areanya telah tercatat di paragraf yang lain). Kedua, berlatih menggunakan pedang kayu (spesifik dari detailnya telah tercatat di paragraf yang lain). Ketiga, berduel dengan swordsman-in-training yang bersangkutan (spesifik dari peraturan pertandingan telah tercatat di paragraf yang lain). Sebagai tambahan, ketentuan dari setiap hukum mutlak akan lebih diutamakan terhadap semua hukuman.

Jika memang begitu, hukum mutlak itu akan menunjukkan Hukum Dasar Kerajaan dan tentu saja, Taboo Index. Dengan kata lain, taboo yang mengurangi Life orang lain tanpa alasan yang dibenarkan akan lebih diutamakan dibanding dengan hak menghukum. Bahkan jika Humbert menyuruh Tizei atau Ronie berduel, meminta untuk peraturan first-strike dibanding dengan berhenti sebelum terkena serangan, dia tidak dapat secara fisik melukai mereka jika mereka menolak. Jika begitu, tidak ada alasan untuk sangat khawatir bahkan dengan Humbert melakukan hak menghukum. Tapi meski begitu, kegelisahan yang dirasakannya seperti itu menusuk di hatinya tidak menunjukkan akan menghilang.

Datang hingga berhenti di depan pintu tertutup di ujung timur dari koridor lantai tiga itu yang membentuk lingkaran, Eugeo dengan keras mengetuk pintu tanpa menunggu untuk mengontrol nafasnya.

Beberapa detik kemudian, dia dapat mendengar suara Humbert bergumam dari dalam.

"Oh, oh, kau cukup telat, Elite Swordsman Eugeo-dono. Sekarang, silakan masuk!"

Dengan sikap berbicara seperti itu yang hampir dapat dikatakan bahwa dia telah ditunggu, Eugeo membuka pintu dengan sekali buka, merasa sedikit tidak sabar.

Dengan cahaya yang keluar dari lampu kelas atas, bagian dari ruang tamu itu sedikit lebih suram dibanding dengan hari sebelumnya. Tidak perlu dibilang bau yang kuat dari seuatu yang terbakar dari daerah timur, membuat pandangan kabur di dalam ruangan. Merengut karena bau tidak sedap, dia dengan cepat berjalan melewati ruangan itu dengan pandangannya.

Penampilan Raios dan Humbert dengan pakaian yang panjang yang sama dengan hari sebelumnya tela duduk di sofa tengah. Dengan punggungnya menghadap Eugeo, Raios mendapati kedua kakinya berada di meja seperti yang diduga. Memegang sebuah gelas tipis dengan tangan kirinya. Cairan merah tua yang dangkal dituangkan ke itu sepertinya adalah wine anggur. Meminum alkohol di asrama masih diperbolehkan dengan suatu batasan untuk elite swordsmen-in-training, tapi meminum itu meskipun itu bukan di hari istirahat bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan.

Humbert yang duduk berlawanan kelihatan mengambil minuman alkohol itu juga. Sebuah senyuman malas yang terlihat dari wajahnya yang sedikit kemerahan dan dia berbicara sambil melihat ke arah Eugeo.

"Tidak perlu untuk tetap berdiri, bagaimana kalau mengambil tempat duduk, Eugeo-dono. Kita baru saja untuk membuka sebuah wine lima puluh tahun dari kerajaan barat. Ini bukanlah sesuatu yang orang biasa dapat dengan mudah, kau tahu?"

Perasaan yang lebih tidak nyaman dari Humbert yang tidak hanya menawarkan tempat duduk, tapi bahkan wine padanya. Eugeo terdiam sesaat untuk memperhatikan ruangan itu dengan detail. Dia hanya dapat melihat tidak ada seorangpun disamping dengan mereka bertiga di ruangan meskipun betapa kaburnya itu.

Apakah Ronie dan Tizei tidak datang ke sini, atau mereka telah pergi? Jika memang begitu, kenapa mereka tidak datang ke kamar Kirito dan Eugeo di lantai yang sama—Beberapa pertanyaan muncul di pikirannya, tapi pertama Eugeo menghilangkan ketegangan di bahunya dan perlahan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Saya tidak minum itu, lebih dari itu, Swordsman-in-training Zizek-dono..."

Mengambil langkah maju, dia menanyakan suatu pertanyaan sambil memilih kata secara hati-hati.

"Ini mungkin menggelikan, tapi apakah novice trainees, valetku, Tizei Shtolienen, dan valet Swordsman-in-training Kirito, Ronie Arabel, mengunjungi ruangan ini hari ini? "

Orang yang merespon kepada suara serak Eugeo bukanlah Humbert, melainkan Raios Antinous, yang menghadap dia dengan punggungnya. Dia melihat dari atas bahunya sambil membawa gelas dengan tangan kirinya, melihat kearah Eugeo dengan mata tajamnya.

"...Swordsman-in-training Eugeo-dono, mukamu kelihatan tidak sehat. Bagaimana dengan ini, mau segelas?"

"Kebaikanmu itu tidak ada gunanya. Dapatkah saya mendengar jawabanmu pada pertanyaan ini?"

"Fufu, sungguh buruk. Ini benar-benar memperlihatkan level minimum dari kebaikan yang aku anggap sebagai teman, kau tahu?"

Eugeo menyadari tetesan keringat yang jatuh dari tangan kirinya saat dia dengan erat memegang sarung pedangnya. Raios melihat ke arah Eugeo seolah-olah mengambil kondisinya sebagai hidangan pembuka untuk bersama dengan winenya dan menjilat gelas itu sebelum mengembalikannya ke meja..

"Fmm....Jadi mereka berdua adalah valet Eugeo-dono dan Kirito-dono?"

Pada saat dia berkata seperti itu dengan nada kental, dia menjilat tetesan yang masih tersisa di mulutnya dengan ujung lidahnya.

"Mereka pastinya adalah novice trainee pemberani, dengan tiba-tiba meminta untuk pertemuan dengan head dan juga dengan second-ranked elite swordsmen-in-training yang lebih kuat dari semua murid. Seperti yang diduga dari valet yang menjadi milik kalian berdua. Tetapi, kau harus berhati-hati. Ketegasan seperti itu dapat menjadi tidak sopan pada waktu itu dan hal yang tidak pantas pada orang lainnya. Apa kau pikir juga begitu, Swordsman-in-training Eugeo-dono? ...Tidak, Saya mungkin telah berbicara diluar dari jalur. Saya rasa itu terlalu banyak untuk bertanya tentang etika bangsawan kepada Eugeo-dono, benarkan, fufu, fufufu..."

Seperti yang diduga, Tizei dan Ronie datang ke sini.

Sambil menahan dorongan untuk menarik ujung jubah dari pakaian panjang yang Raios pakai,Eugeo bertanya dengan nada tegang.

"Saya harap untuk membebaskan saya dari pendapat anda sampai hari lainnya. Beritahu aku dimana Tizei dan Ronie sekarang."

Pada saat melakukan itu, itu adalah giliran Humbert untuk menuangkan wine anggur dan berbicara pada waktu sekarang, seolah-olah dia merasa terganggu.

"...Eugeo-dono, apakah tanggung jawab itu terlalu berat untukmu? Seorang tukang kayu dari daerah pinggiran sepertimu membimbing seorang anak dari keluarga bangsawan, meskipun dia berasal dari kelas terendah? Kukuku, itu benar...ini disebabkan kekurangan bimbinganmu maka kedua orang itu memperlakukan aku, anak pertama dari seorang bangsawan kelas empat, dengan sikap yang kurang hormat, Eugeo-dono. Dengan demikian, saya memiliki tanggung jawab sebagai seorang bangsawan meskipun saya benar-benar enggan untuk melakukannya. Ini sudah menjadi tanggung jawab seorang bangsawan kelas atas untuk menjaga bangsawan kelas rendah dalam pemeriksaan, bagaimanapun juga."

"Humbert-dono...! Apa yang..."

-telah kau lakukan, Eugeo ingin beragumen, tapi dia telah ditahan oleh Humbert dengan tangan kirinya, yang kemudian meminum yang ada di gelas dengan sekali telan dan berdiri. Mengikuti itu, Raios segere berdiri juga, sebelum mereka berdua mengambil beberapa langkah menuju sisi paling barat ruangan.

Anak dari bangsawan kelas atas berdiri membentuk barisan dan bertukar pandangan dengan membengkokkan mulut mereka menjadi senyum mematikan, yang mirip sekali membuat mereka kelihatan seperti saudara..

"...Jadi sekarang, bolehkah kita membuat Eugeo-dono menikmati tindakan terbaik kita pada hari ini, Raios-dono?"

"Ya, Humbert. Sebenarnya masih ada satu peserta yang kurang, tapi aku mendapati sedikit lelah menunggu. Itu tidak apa-apa, dia mungkin akan segera datang dengan berlari tak lama kemudian."

Eugeo menunjukkan keterkejutan sekali lagi, Humbert terlihat merengut dagu yang panjang dan sempit. Keduanya mengibarkan kerah pakaian panjang mereka, berjalan menuju kamar tidur yang ada di barat. Eugeo dengan enggan mengejar mereka dengan langkah tidak pasti.

Dibalik pintu yang dibuka Humbert terisi kegelapan pekat dan dipenuhi dengan jumlah menyesakkan dari asap aromatic. Raios yang pertama masuk dan diikuti oleh Humbert dibelakangnya, menghilang menuju kegelapan.

Melihat asap ungu terang itu yang keluar seolah-olah itu telah mengintai di sekitar kasur, Eugeo menghentikan langkahnya. Dia meras aasap itu seharusnya tidak ada di Akademi Master Pedang—tidak, bahkan di seluruh, Dunia Manusia, itu adalah asap kejahatan murni. Lebih mirip dengan asap yang dari perapian yang dibuat oleh penghuni kegelapan yang keji itu—kelompok goblin yang pernah dia hadapi di bawah tanah gunung tinggi di ujung dua tahun lalu.

Itu adalah ketika dia tanpa sadar hendak untuk memalingkan kepalanya. Dia pikir dia samar-samar dapat mencium sedikit aroma, sejuk dan bersih bertiup di sekitarnya, Aroma yang dikenalnya itu yang sangat mirip dengan daun solbe itu.

Itu adalah bau di sekitar seragam Tizei.

Ketika memanggil nama valet trainees itu, lampu dinding itu seketika menyala saat dia berlari menuju kamar tidur.

Apa yang Eugeo lihat—adalah dua orang gadis yang terbaring dalam barisan di tempat tidur kanopi besar. Tidak, untuk lebih lengkapnya, mereka telah berguling di sana. Bagaimanapun juga, mereka telah diikat dengan beberapa lapis tali merah terang diatas seragam abu-abu novice trainee mereka. Mungkin karena aroma dari asap tebal yang mengalir di udara, mata merah dan coklat itu menatap kosong ke angkasa, seolah-olah setengah kesadaran mereka dalam keadaan kacau.

"Ap...ke-kenapa kau..."

Saat dia bergumam keheranan, Eugeo menyadari dia harus membebaskan mereka berdua dari ikatan sebelum hal lainnya dan dia berlari menuju kasur. Tetapi-

"Tolong, jangan bergerak!"

Meneriakkan itu dengan keras, Raios melebarkan telapak tangan kanannya di depan mata Eugeo. Dengan enggan mengalihkan pandangannya ke arahnya, Eugeo memaksakan suara seraknya keluar.

"Ap...apa maksudnya ini, Raios-dono! Kenapa valet kami menjadi sasaran untuk..."

"Perlakuan ini tidak dapat dihindari, Eugeo-dono."

"Tidak dapat...dihindari...?"

"Dimengerti. Novice Trainees Shtolienen dan Arabel mengunjungi sore ini bahkan tanpa meminta sebuah pertemuan terlebih dahulu dan lebih jauh lagi, melakukan sebuah perbuatan tidak sopan yang berlebihan terhadap kita."

"Tidak sopan...kau bilang......"

Dengan Eugeo terkejut sekali lagi, Humbert mengambil langkah maju dari dinding dan menjawab dengan senyum lebar.

"Dan itu adalah sikap berbicara yang menyakitkan hati. Saya harap kau dapat mendengar apa yang mereka...katakan semua, gadis bangsawan kelas rendah itu telah mengatakan padaku bagaimana aku, seorang bangsawan kelas empat, telah menindas valetku sendiri tanpa alasan apapun, memuaskan nafsuku dan sepertinya, untukku, second-rank elite swordsman-in-training yang mencoba membimbing Frenica menuju jalan yang benar, kau tahu?—Tidak peduli bagaimana sabar yang saya bisa, saya tentu saja tidak dapat memaafkan perbuatan tidak sopan setingkat itu.

"Itu tidak semuanya, Eugeo-dono. Mereka berdua bahkan mengatakan padaku tentang tanggung jawab yang saya pegang karena berada di kamar yang sama dengan Humbert, dan hal seperti itu tidak dapat lebih jauh dari kebenaran. Ketika saya menjawab bahwa saya tidak tahu apa yang mereka bilang, itu membuatku terkejut...untuk berpikir anak perempuan dari keluarga bangsawan kelas enam akan mencoba bertanya anak pertama dari keluarga bangsawan kelas tiga seperti diriku, 'Bukankah kau memiliki harga diri seorang bangsawan?'! Aduh, saya tidak tahu apa yang saya harus lakukan."

Raios dan Humbert bertukar pandangan sekali lagi pada saat itu, tawa mereka keluar dari mereka seperti, kukuku, atau, fufufu. Mereka tahu valet, Frenica telah berteman baik dengan Tizei dan Ronie, lalu melanjutkan perlakuan kejam dan perbuatan tidak sopan Karena itu. Sampai Tizei dan Ronie telah tiba di ruangan ini untuk memprotes secara langsung.

Tentu saja, mereka mugkin memilih kata dengan hati-hati pada awalnya. Tetapi mereka pasti telah diprovokasi oleh cara berbicara yang mengelak dari Raios dan Humbert sebelum akhirnya mengatakan suatu kata yang dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan.

——Tetapi.

"...Tapi, Raios-dono. Bahkan jika itu terjadi...Saya percaya bahwa mengikat mereka dengan tali dan mengunci mereka jauh di kamar kalian benar-benar menyimpang dari hak menghukum swordsmen-in-training...!"

Melepaskan perasaannya dari meledak keluar pada waktu ini juga, Eugeo mengatakan itu keluar.

Tizei dan Ronie sepertinya hanya terikat di atas seragam mereka, tanpa luka apapun di tubuh mereka. Tapi peraturan akademi yang diakui hanya tiga jenis hukuman terhadap trainees dengan tindakan yang tidak sopan, membersihkan, praktek dan duel. Itu sudah jelas bahwa mengikat dengan tali bukanlah termasuk dari semua itu. Dengan kata lain, perbuatan Raios dan Humbert sudah melanggar peraturan akademi—

"Hak Menghukum Swordsmen-in-training?"

Tiba-tiba bergumam seperti itu, Raios membungkukkan tubuh tingginya dan mendekat menuju wajah Eugeo.

"Sejak kapan saya mengatakan bahwa saya menggunakan hak istimewa untuk menipu anak kecil seperti hak menghukum?"

"Ap... Apa yang kau maksud? Spesifik dari hukuman untuk tindakan yang tidak sopan dari trainees telah tepat tertulis di peraturan akademi..."

"Itulah yang menjadi kesalahpahamanmu. Apa kau sudah lupa tulisan ini di peraturan akademi? —Sebagai tambahan, Sebagai tambahan, ketentuan dari setiap hukum mutlak akan lebih diutamakan terhadap semua hukuman."

Raios tiba-tiba mengganti ekspresi wajahnya kemudian. Secara berlebihan menaikkan kedua ujung mulutnya, sebuah senyuman sadis yang tsebelumnya tidak pernah dia tunjukkan.

"Hukum tinggi itu mengacu pada Taboo Index dan Hukum Dasar Kerajaan. Dengan demikian, saya tidak dapat mengurangi Life dari gadis itu di satu sisi. Tali itu terbuat dari item berkualitas tinggi dari sutra yang dengan mudah dilonggarkan dari daerah barat, kau mengerti...ini adalah item bagus yang takkan membuat luka tidak peduli sekeras apapun mengikat mereka."

"T-tapi! Tidak peduli setinggi apapun kualitas dari tali itu, hukuman dengan mengikat seorang siswa dengan itu sudah..."

"Apa kau masih tidak mengerti, Swordsman-in-training Eugeo-dono? Hukum tinggi akan lebih diutamakan, dengan kata lain...apa yang saya, anak dari keluarga bangsawan kelas tiga, dapat menjalankan pada anak dari keluarga bangsawan kelas enam adalah bukanlah hak menghukum swordsmen-in-training, tapi hak untuk menghukum bangsawan."

— Hak untuk menghukum, bangsawan.

Pada saat dia mendengar kata itu, Eugeo mengingat kata-kata Tizei dari waktu mereka bermain di hutan di hari yang lain.

Hak untuk menghukum bangsawan dianugerahkan kepada bangsawan kelas empat dan diatasnya, ketika mereka yang dari kelas lima dan dibawahnya justru telah menjadi target dari hukuman itu...

Seolah dia menikmati ekspresi tercenggang di wajah Eugeo, Raios terdiam untuk beberapa saat tapi segera mengayun kedua tangannya terpisah dengan tangisan lebih keras, sebuah perbuatan seperti bermain.

"Dan hak untuk menghukum itu adalah hak istimewa tertinggi dari bangsawan kelas atas! Itu hanya dapat dilakukan kepada bangsawan kelas lima dan kelas enam dan keluarga mereka, dan juga untuk orang biasa itu yang hidup di tanahku, tapi spesifik dari hukuman itu adalah saya yang menentukannya! Tentu saja, itu sama sekali tidak melanggar Taboo Index, tapi jika kau memikirkannya kembali, segalanya mungkin selama tidak melanggar taboo."

Setelah mendengar sebanyak itu, Eugeo akhirnya pulih dari keterkejutannya dan membuka mulutnya.

"Ta...Tapi biar begitu! Bahkan jika kau mengatakan segalanya mungkin, bukankah mengikat gadis berusia lima belas dan enam belas tahun terlalu mengerikan..."

"Haha... hahaha, hahahahaha!!"

Tiba-tiba, Humbert menaikkan tawa melengkingnya. Mengusutkan ujung jubah dari pakaian panjang kuningnya, dia melanjutkan mengejek saat tubuhnya bergetar.

"Hahaha, in-ini adalah karya besar, Raios-dono! Sepertinya Swordsman-in-training Eugeo-dono hanya percaya bahwa hukuman kita hanyalah bermain dengan tali itu saja!"

"Ku-kuh, itu tidak dapat diharapkan, Humbert. Bahkan jika dia datang ke pusat yang jauh sekali dari desa gunungnya yang terpencil, dia masih orang biasa meskipun seorang elite swordsman-in-training! Sepertinya, hari ini mungkin akan menjadi hari untuk Eugeo-dono untuk mengetahui... betapa tingginya kehadiran kita, sebagai bangsawan kelas atas!"

Mengatakan itu, Raios segera berbalik—

Setelah berjalan menuju kasur dimana Tizei dan Ronie terbaring, dia menaruh lututnya menuju seprai tanpa keraguaan sedikitpun. Kerangka tempat tidur itu retak dan Tizei, yang masih terjebak di kabut, tanpa henti mengedipkan matanya.

Mata merah itu terbuka perlahan dan mendapati melihat Raios yang hendak berbaring diatas dirinya, Dalam sekejap, suara halus dapat terdengar dari kamar tidur.

"Tidak...Tidak!"

Menggerakkan tubuhnya, dia mencoba untuk kabur, tapi tidak bisa karena kedua tangan dan kakinya telah terikat. Kelembapan Raios, tangan putih telanjangnya mengulurkan tangannya dan membelai pipi Tizei.

Di sampingnya, Humbert yang mengikutinya menuju kasur perlahan-lahan tangannya menuju kaki Ronie. Meskipun menjadi yang berikutnya yang terbangun, Ronie mengerti situasinya dan jeritan yang tak berkata keluar dari mulutnya.

Eugeo akhirnya menyadari isi dari «hukuman» yang terjadi sekitar tiga meter jauh di depannya.

Raios dan Humbert hendak menodai tubuh Tizei dan Ronie dengan keinginan mereka. Mereka telah memaksa tindakan, yang hanya diperbolehkan antara seorang laki-laki dan perempuan yang telah menikah dibawah restu dari Stacia—atau begitu yang Eugeo percaya, dibawah hak untuk menghukum bangsawan.

Pada saat dia mengerti, Eugeo berteiak.

"Hentikan itu...!!"

Itu terjadi ketika dia mengambil langkah menuju kasur. Menaikkan wajahnya dengan cepat, Raios memiliki pandangan berapi-api di matanya saat dia berteriak.

"Jangan bergerak, orang biasa!!"

Dengan tangan kanannya masih membelai wajah Tizei, dia menunjuk ke arah wajah Eugeo dengan tangan kirinya.

"Ini adalah penghakiman dan hukuman resmi dari bangsawan sesuai dengan Hukum Dasar Kerajaan dan juga Taboo Index! Juga, menganggu terhadap hak menghukum adalah kejahatan serius! Bergerak selangkah lagi dari tempat kau berada dan kau akan dicap sebagai kriminal yang melanggar hukum!"

"Siapa..."

Yang peduli hal itu!

Menjauhlah dari Tizei dan Ronie!

Eugeo mencoba untuk meneriakkan demikian. Dia mencoba untuk melakukan itu sambil menerjang ke arah Raios. Tetapi.

Kakinya tiba-tiba berhenti dengan sendirinya seolah-olah itu telah terpaku di lantai. Perbuatan berlebihan itu membuat dia jatuh dengan lututnya. Dia menjadi bingung saat dia mencoba untuk bangkit, tapi kakinya tidak menghiraukannya.

Kata-kata dari Raios, "kriminal yang melanggar hukum", terus bergema tanpa henti di pikirannya. Siapa yang peduli dengan hukum itu, Aku harus menolong Tizei dan Ronie bahkan jika aku menjadi seorang kriminal. Eugeo sungguh-sungguh berpikir itu, tapi dia dapat mendengar suara yang bukan miliknya terdengar dari suatu tempat.

Gereja Axiom adalah mutlak. Taboo Index adalah mutlak. Mencoba melawannya itu adalah terlarangan. Terlarang untuk siapapun itu.

"Gu... h...!!"

Dia menggeretakkan giginya dan menaikkan kaki kanannya untuk menentang suara itu. Sepatu kulit yang dikenalnya itu—bahkan kaki di dalam sepatu itu telah menjadi berat seolah-olah itu berubah menjadi bongkahan timah. Mengambil pandangan sekilas ke arah Eugeo dalam kondisi itu, Raios mencemooh dengan berbisik.

"Itu benar, cukup lihat dari sana seperti anak kecil yang baik."

"U... ugh..."

Dia berusaha untuk melangkah menuju lantai papan dengan dengan kaki kanannya yang tak mempedulikannya setelah semua usahanya, tapi dia tidak dapat mengangkat dirinya lebih jauh lagi. Bahkan ketika dia mencoba, tangan cabul Raios dan Humbert telah menjangkau keluar menuju Tizei dan Ronie.

"——Senpai."

Mendengar suara lemah itu, Eugeo hanya merubah pandangannya.

Pada saat melakukan itu, Tizei, yang telah ditekan ke bawah oleh Raios, membalikkan hanya kepalanya ke sisinya dan melihat lurus ke arah Eugeo. Pipi itu, yang selalu berwarna merah seperti apel, menjadi biru gelap, mungkin karena rasa takut yang luar biasa tapi pandangan tekad yang kuat telah kembali pada matanya.

"Senpai, jangan bergerak. Tidak perlu untuk peduli tentang aku... ini adalah, sebuah hukuman yang aku, harus hadapi."

Yang rusak itu, kata-kata yang bergetar itu secara tegas dikatakan oleh Tizei dan dia kembali untuk melihat langsung setelah mengangguk perlahan. Setelah melihat ke arah Raios dengan cepat, dia menutup matanya dengan rapat. Di sampingnya, Ronie yang menekan wajahnya pada bahu Tizei, tapi tidak terdengar teriakanyang keluar darinya lagi.

Mengahadapi tekad kedua gadis itu, Raios menarik tubuhnya kembali seolah-olah dia sedikit terkejut—

Sebelum senyum mematikan muncul di wajahnya dengan sendirinya dan dia berbisik.

"Kau cukup mendapat ketahanan untuk anak perempuan dari keluarga bangsawan kelas enam, bukan begitu, sepertinya kita dapat menikmati melihat berapa lama mereka dapat menahannya, huh, Humbert."

"Jadi dapatkah kita mengadakan pertandingan untuk melihat siapa yang menangis duluan, Raios-dono?"

Wajah mereka berdua, dari terlihat seperti yang tidak memiliki sebuah potongan harga diri seorang bangsawan yang keluar, sangat penuh dengan gairah dan nafsu yang mereka secara praktek akan peroleh.

Itu tanpa sadar seperti ekspresi yang dikenalnya. Ketika mencoba yang dia bisa untuk menggerakkan kakinya yang tidak bergerak maju, Eugeo berpikir dengan sebagian pikirannya mati rasa. Itu, benar, wajah dari goblin itu yang dia lihat di gua utara itu dua tahun lalu. Mereka benar-benar persis dengan penghuni tanah kegelapan yang Kirito dan dia tebas dengan pedang.

Sword Art Online Vol 11 - 123.jpg

Raios dan Humbert menjangkau tangan mereka menuju wajah Tizei dan Ronie di saat bersamaan dan menyelinapkan ujung jari mereka di dahi dan pipi mereka seolah-olah untuk membangkitkan ketakutan dan malu mereka lebih jauh. Satu-satunya alasan kenapa mereka menghindari mulut karena pembatasan terhadap kontak langsung di mulut sebelum mengambil sumpah pernikahan. Tetapi—saat menetapkan itu sebagai taboo, hukum jenis apa yang memperbolehkan seorang gadis dikotori melalui kekuatan kejam sebelum menikah? Apa arti dari hukum seperti itu yang dimilikinya di kehidupan?

Kejang.

Tiba-tiba, sebuah rasa sakit tajam terjadi, dari dalam mata kanannya. Rasa sakit aneh yang biasanya terjadi, ketika dia meragukan tentang hukum dan gereja.

Normalnya, dia secara otomatis menghentikan pemikirannya pada saat dia merasakan rasa sakit. Tapi sekarang, hanya untuk sekali ini saja, Eugeo melanjutkan berpikir sambil tidak terlihat gemetar di lantai.

Masing-masing dan setiap hukum atau taboo seharusnya ada untuk demi memperbolehkan yang hidup di Dunia Manusia untuk melewati hari mereka dengan kebahagiaan. Kau tidak boleh mencuri. Kau tidak boleh melukai. Dan, kau tidak boleh menentang Gereja Axiom. Itu adalah ketika semua orang mengikuti itu, dunia itu akan memelihara kedamaian.

Tetapi, jika memang begitu, kenapa dari semua hukum itu penuh dengan «larangan»? Tak terhitung jumlah dari kalimat larangan tertulis ke bawah, diperpanjang hingga lebih dari ratusan halaman, tidak diperlukan, bukankah ini semua seharusnya tertulis di dalam itu? Semua orang seharusnya menghargai, menghormati mereka dan memiliki hati yang penuh dengan kebaikan kepada semua orang. Jika hanya kalimat itu sudah tertulis di Taboo Index, sesuatu seperti Raios dan Humbert memancing Tizei dan Ronie menuju perangkap dan mempermainkan mereka tidak akan terjadi.

Dengan kata lain, itu sudah mustahil. Bahkan melalui hak dari Gereja, itu tidak mustahil untuk semua jenis manusia untuk memegang kebaikan. Setelah semua...Setelah semua...

Manusia sudah ada dengan memegang baik kebaikan dan kejahatan sejak awal.

Penahanan Taboo Index tidak lebih dari hanya, satu bagian dari manusia yang jahat. Karena itu kenapa Raios dan Humbert dapat menodai gadis tak berdosa itu oleh menyelinap melalui sela-sela keras dari hukum, tidak, jika dipikirkan, mereka hendak melakukan itu saat itu sesuai dengan hukum itu. Dan Eugeo sudah tidak memiliki hak yang dapat menganggu itu. Sekarang, pada saat ini, hukum itu memberi izin kepada perbuatan Raios dan melarang Eugeo.

Seolah-olah mereka telah melupakan tentang keberadaan Eugeo, bangsawan kelas atas itu telah melihat ke arah tubuh gadis itu dengan mata menyala terang saat mereka menarik mereka. Memperlihatkan bagian depan dari pakaian panjang mereka,mereka menutupi di atas mereka berdua untuk melakukan perbuatan terakhir mereka pada akhirnya.

Pada saat mereka merasa laki-laki itu mendekat, wajah Tizei dan Ronie berubah dengan beberapa kali ketakutan dan kemuakkan yang mereka rasakan sampai sekarang. Mereka menggerakkan kepala mereka ke kiri dan ke kanan dengan mati-matian seperti mereka hendak memohon, tapi Raios dan Humbert perlahan, perlahan membawa tubuh mereka mendekat seolah-olah mereka telah menikmati perbuatan itu sendiri.

Akhirnya, suara lemah keluar dari mulut Ronie sekali lagi.

"T-Tidak... Tidak... Tidak......!"

Tizei sepertinya telah mencapai batasnya dengan teman dekatnya mengeluarkas suara tangisan. Air mata yang besar dan teriakan meluap dari dia di saat yang sama.

"Tidak... selamatkan kami... selamatkan kami, Eugeo-senpai! Eugeo-senpai—!"

Hukum yang memberikan hukuman seburuk ini kepada Tizei dan Ronie yang mengumpulkan keberanian untuk melakukan sesuatu terhadap teman mereka, Frenica.

Hukum itu yang tidak menghentikan rencana untuk memancing gadis menuju perangkap yang dipikirkan oleh Raios dan Humbert yang hendak menyingkirkan kesuciaan mereka pada saat ini.

Jika mengikuti hukum seperti itu akan dianggap baik.

"Aku......"

Eugeo menaruh yang dia bisa untuk mengangkat tubuhnya yang terasa berat seolah-olah segala-galanya dari ujung kaki hingga ujung kepala berubah menjadi timah, dan mencapai tangan kanannya keluar untuk menarik ganggang Blue Rose Sword yang digenggam tangan kanannnya. Mata kanannya telah melewati rasa sakit dan menjadi sensasi panas terbakar sebelum dia mengetahuinya, mewarnai pandangannya menjadi merah, tapi dia menghiraukan itu dan dengan erat memegang ganggang itu dengan kekuatan.

Saat Eugeo menarik pedang itu dengan ketajaman pedang besi, dia mungkin akan kehilangan semua yang pernah dia capai di akademi ini. Posisinya sebagai elite swordsman-in-training rangking kelima, tempatnya di akademi, bahkan tujuannya untuk berpartisipasi di Turnamen Ilmu Pedang sebagai swordsman perwakilan akademi.

Tapi jika dia hanya melihat ke perbuatan Raios pada saat berada di sini, dia mungkin akan kehilangan sesuatu yang penting. Harga diri seorang swordsman...tidak, hatinya sendiri.

Ketika mereka menikmati piknik mereka sendiri di hutan pada hari sebelum kemarin, Kirito mengatakan ini bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan meskipun itu melanggar suatu hukum. Sesuatu yang lebih penting daripada hukum, taboo, Gereja Axiom.

Dia akhirnya mengerti setelah sekian lama. Kenapa Alice harus berakhir menyentuh tanah di tanah kegelapan delapan tahun lalu.

Itu bukanlah kesalahan bahwa Alice mencoba untuk menolong Darkness Knight yang diambang kematian setelah mendapatkan tusukan di dada oleh Integrity Knight pada saat itu. Untuk apa yang berada di dalam dirinya, ada sesuatu yang penting.

Dan sekarang, giliran Eugeo di sini. Apa yang sesuatu yang sangat penting baginya, sesuatu yang tidak dapat ditaruh dalam kata-kata—meskipun itu banyak penduduk yang hidup di Dunia Manusia, itu mungkin hanya menjadi «jahat».

"Tapi...... Aku!"

Dengan teriakan tanpa kata-kata, Eugeo menarik Blue Rose Sword dari sarungnya.

Tetapi.

Clank, seolah-olah pedang dan sarungnya itu, tidak, seluruh tangannya itu telah terkubur di es, gerakan tangan kanannya tiba-tiba berhenti. Pada saat yang sama, sebuah yang hebat, rasa sakit yang hebat yang menembus bagian tengah kepalanya dari mata kanannya. Percikan tersebar di pandangannya yang berwarna merah terang, kesadarannya hendak menjauh.

......Apa... ini.

......Tidak, ini adalah......sama, ini sama seperti waktu itu.

Delapan tahun lalu. Pada waktu dia mencoba menolong Alice yang hendak diambil pergi oleh Integrity Knight di plaza sebelum gereja di Rulid, ini betul-betul sama.

Dengan pedang yang sudah tertarik keluar beberapa millimeter, Eugeo tidak dapat bergerak. Suaranya juga tidak dapat keluar.

Seolah-olah kedua kakinya telah tumbuh akar yang menyebar jauh di dalam tanah, dia bahkan tidak dapat membuat gerakan sedikitpun.

Raios dan Humbert membalikkan pandangannya menuju dia, mungkin karena menyadari hal yang tidak normal, dan membuat seringai yang lebar pada Eugeo yang tak enak dilihat, dalam keadaan terdiam, masih memegang pedangnya.

Memperlambat langkah mereka selanjutnya, mereka menggerakan pinggang mereka mendekat menuju Tizei dan Ronie yang berteriak menjauh di suara tangisan mereka, seolah-olah mereka memamerkannya.

Di depan mereka, Eugeo melihat tanda yang aneh.

Itu terlihat di tengah-tengah penglihatannya yang diwarnai dengan merah pucat. Bersinar dengan warna darah, beragam sacred letters menyusun membentuk lingkaran, berputar menuju kanan. Itu seharusnya dibaca sebagai [SYSTEM ALERT:CODE871], tapi dia tidak mengerti itu sama sekali.

Tetapi, insting Eugeo memberitahu dia. Bahwa itu adalah sejenis «segel». Segel yang ditanam di dalam mata kanannya yang menghalangi gerakannya dan memaksa dia untuk memenuhi hukum pada waktu delapan tahun lalu,dan juga sekarang, dia tidak dapat melakukan apapun selain hanya melihat Alice yang diambil pergi.

"U... gu... oo...!"

Menahan terhadap kesadaran yang menghilang dengan semua yang dia punya, Eugeo menatap ke arah segel crimson. Dan, di sisi lain, Raios dan Humbert yang betul-betul hendak menodai tubuh gadis itu.

Tidak dapat dimaafkan. Benar-benar tidak dapat dimaafkan. Mengubah kemarahan yang dia tahan terhadap mereka berdua menjadi kekuatan, dia menggerakkan tangan kanannya. Di dalam sarungnya, pedang itu tertarik keluar sedikit demi sedikit. Sacred letters di penglihatannya terus-menerus membesar dari ukuran sebelumnya itu, dengan kecepatan rotasi perputaran itu meningkat juga.

"T-Tidaaaak——! Senpai——!!"

Tizei berteriak-

"U... oooaaaa———!!"

Dan Eugeo berteriak juga, dan pada saat itulah terjadi.

Dengan ledakan cahaya perak di mata kanannya, bola mata itu terkeluar dari dalam dengan sensasi menyembur.

Pandangannya berkurang menjadi setengah dari sebelumnya, tapi Eugeo masih menghiraukan itu dan secara keras menarik Blue Rose Sword keluar dari sarungnya. Sebelum itu benar-benar keluar, pedang itu telah mengeluarkan sinar biru.

Aincrad-style secret move, Horizontal.

Mungkin karena merasa satu tebasan itu terlihat seperti petir dari ujung sudut pandangannya, Raios hampir saja tidak mengelak ke bawah. Rambut pirangnya yang melambai menyentuh ujung serangan itu dan itu tersebar jauh.

Tetapi, Humbert yang jauh di dalam dan itu sedikit terlambat sebelum dia menyadari gerakan Eugeo. Pada saaat dia menghentikan tubuhnya yang hendak menodai Ronie dan dengan pelan mengalihkan pandangannya menuju kiri, kedua matanya terbuka lebar.

"Eek......"

Dengan jeritan pendek, Blue Rose Sword menebas dekat siku di tangan kirinya yang dia secara insting mengangkatnya seolah-olah pedang itu telah menarik itu.

Tidak ada perlawanan yang besar. Tetapi, tangan kiri Humbert telah terpotong menjadi dua bagian dan terbang di udara dan itu berputar di sekitarnya, jatuh di karpet mewah.

Tidak ada tanda apapun baik itu bergerak atau berbicara untuk sebentar. Dengan pedangnya mengayun lurus ke depan sepenuhnya, Eugeo merasa rasa sakit yang tertinggal di mata kanannya sudah tidak ada lagi.

Akhirnya—

Darah yang berjumlah besar memancar keluar dari bagian terputus dari tangan kiri Humbert yang terangkat tinggi dengan suara menyembur. Kebanyakan itu jatuh menuju lembaran seprai, tapi satu tetes kecil dari itu jatuh menuju bagian kiri tubuh Eugeo, menciptakan bintik hitam di seragam biru tuanya.

"Tidak... aah... aaaaah——!?"

Mengikuti itu, teriakan keras keluar dari tenggorokan Humbert. Mata dan mulutnya terbuka lebar, pandangannya telah terpaku terhadap darah yang mengalir deras dari tangannya sendiri.

"T..ta...tanganku...! Darah...sangat banyak darah...!! Lifeku...Lifeku telah menuruuun!!"

Itu adalah ketika dia akhirnya menggenggam bagian yang putus dengan tangan kanannya, tapi darah itu takkan berhenti hanya dengan itu. Ketika cairan merah tumpah ke seprai dalam tetesan, dia bergeser menuju Raios langsung di sebelah kirinya.

"Ra-Raios-donoo! Sacred arts! Tidak, arts normal tidak akan bekerja lagi...tolong, tolong berbagilah Lifemu denganku...!!"

Jejak darah di tangan kanannya menjangkaunya seolah-olah itu ingin untuk memegang Raios—tapi dia dengan mulus melencengkannya dan bangkit dari kasur. Sepertinya Tizei dan Ronie masih bingung pada apa yang terjadi, saat mereka berbaring di seprai dengan ekspresi kosong.

"Raios-dono, Lifemuuu!"

Raios melihat ke arah Humbert, yang masih berteriak, dengan mata yang berisi keterkejutan dan ketakutan dan berbicara.

"...Hentikan keributan itu, Humbert. Kau takkan kehilangan seluruh Lifemu hanya dengan sebuah tangan yang jatuh...atau begitu yang aku baca di buku tertentu. Lilitkan itu dengan tali sutra itu dan hentikan pendarahannya."

"T-Tidak mungkin..."

"Daripada itu—apa kau melihatnya, Humbert?"

Menarik pandangannya menjauh dari Humbert yang membelitkan dua tali, yang digunakan untuk mengikat kaki Ronie dan Tizei, di lukanya dengan keadaan takut, Raios melihat ke bawah pada Eugeo yang meringkuk, setelah selesai mengayunkan pedangnya. Ujung lidahnya menjilat pada mulut bengkoknya itu berkali-kali.

"Apa yang memotong dan menerbangkan tanganmu adalah pedang dari desa itu. Luar biasa... ini adalah...pertama kalinya aku melihat seseorang melakukan taboo. Aku tidak mengharapkan lebih selain tindakan yang tidak sopan, tapi...untuk memikirkan dia akan melanggar Taboo Index dari semua hal!! Ini benar-benar luar biasa!!"

Berbalik arah dengan bagian depannya masih terlihat, Raios berjalan menuju dinding yang berlawanan dari kasur. Dia menarik pedang panjang yang besar dari sarung kulit merahnya yang tergantung disana.

"Hak untuk menghukum hanya dapat digunakan terhadap bangsawan kelas rendah dan orang yang hidup di daerahku, tapi...larangan tidak perlu dipedulikan lagi terhadap seseorang yang melakukan taboo yang serius tersebut!"

Saat meneriakkan dengan suara yang kelihatan lebih gembira dibanding dengan sebelumnya, ketika dia hendak menodai Tizei, pedang itu berbunyi saat itu telah tertarik dari sarungnya. Dia mengacungkan pedang perak yang bersinar seperti kaca tepat diatas kepalanya dengan tangan kanannya.

Diluar jendela, gemuruh yang tampak terlihat dari petir bergemuru. Cahaya violet sepintas keluar dari pedangnya, terlihat di mata kiri Eugeo. Raios Antinous akan menghukum Eugeo dengan pedang itu...Dengan kata lain, dia jelas hendak membunuh dia. Tetapi, Eugeo tidak membuat gerakan. Meskipun dia melanggar Taboo Index dan mendapat mata kanannya meledak keluar dengan segel yang tidak diketahui, keterkejutannya dari perbuatan menebas Humbert dengan pedangnya terlalu banyak untuknya dan dia tidak dapat memegang pedangnya dengan benar, atau bahkan membuat gerakan sedikitpun.

"Kuh, kukuku...Sungguh menyedihkan, Swordsman-in-training Eugeo-dono. Dan aku sangat berharap untuk bertanding pedang di pertandingan resmi bulan depan juga. Aku benar-benar tidak dapat berpikir untuk mengucapkan perpisahan dengan cara seperti ini."

Berbicara dengan suara yang tercampur kegembiraan yang gila, Raios mengambil satu langkah, dua langkah mendekat.

Eugeo melihat ke arah atas pada pedang yang terangkat tinggi di atas melalui mata kirinya yang kabur.

Aku tidak dapat mati di sini, pikiran itu terlintas di pikirannya, dia mendengar suara kekalahan juga, aku akan mati jika aku tidak bergerak. Mimipi untuk menjadi Integrity Knight dan pergi untuk bertemu Alice akan menghilang selamanya. Pedang kesayangannya akan berlumuran darah manusia dan Eugeo akan menjadi kriminal kejam. Tapi meski begitu, dia dapat menolong Tizei dan Ronie setidaknya pada akhirnya. Raios dan Humbert seharusnya tidak mengganggu gadis itu lebih jauh lagi. Karenanya—bahkan dengan kejahatan buruk yang dia perbuat, ada bagian yang merasa lega.

"Kuh, kuku...Ini pertama kalinya aku akan mengambil leher manusia dengan pedang asli, bakan untukku. Tidak bahkan ayah dan pamanku seharusnya belum melakukan ini. Dengan ini, aku akan menjadi lebih kuat...bahkan lebih dibanding dengan ahli waris jauh dari keluarga Levanteinn itu."

Pedang dan wajah Raios bersinar putih sekali lagi dan gemuruh dari bunyi petir mengikuti itu. Bahkan Humbert, yang memeluk ke tangan kirinya, membuka matanya dengan lebar seolah-olah dia melupakan rasa sakit di lukanya pada saat itu sementara Tizei, yang masih terikat di kasur, mencoba yang dia bisa untuk mengatakan sesuatu keluar.

Eugeo menunjukkan senyuman kecil kepada novice trainee yang bekerja keras melayaninya sebagai valetnya, meskipun itu hanya untuk satu bulan, dan menundukkan kepalanya ke bawah.

"Swordsman-in-training Eugeo, tidak, Kriminal Eugeo!! Anak pertama dari keluarga bangsawan kelas tiga, Raios Antinous, sekarang akan mengeksekusimu melalui hak menghukum bangsawan!! Persembahkan seluruh Lifemu kepada tuhan...dan bertobatlah untuk semua kejahatanmu!!"

Raios Antinous meneriakkan itu keluar dan pedangnya mengikuti saat itu menggeram—

Clink! Dia mendegar suara tabrakan berat. Pedang itu tidak menebas ke kepalanya tidak peduli berapa lama dia menunggunya. Eugeo perlahan mengangkat kepalanya, dan lalu, dia melihat.

Di bawah pedang Raios, terayun setengah jalan dari bawah, ada lain...pedang panjang dengan warna hitam mengkilap menghentikan gerakan itu. Lengan baju yang menutupi tangan melebar penuh dari belakang juga, berwarna hitam. Rambut yang basah kuyup di tengah hujan dari penyusup itu juga—berwarna hitam.

"Kiri... to......"

Saat Eugeo memanggil namanya, patnernya yang pergi menuju asrama novice trainees untuk mencari Tizei dan Ronie, memperlihatkan anggukan lemah sambil menggerakkan mulutnya untuk membisikkan"Maaf". Menggerakkan pandangannya kembali ke depan, dia berbicara dengan suara serius.

"Tarik kembali pedangmu, Raios. Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Eugeo."

Dengan itu, mulut Raios membengkokkarena permusuhan untuk sesaat, tapi mengembalikkannya dengan senyumannya sekali lagi dan menjawab.

"Jadi kau akhirnya telah sampai, Swordsman-in-training Kirito. Tetapi...kau sedikit terlambat! Orang desa di sebelah sana bukan lagi seorang siswa di akademi ini, atau bahkan penduduk di kerajaan ini untuk masalah itu. Dia kriminal kejam yang melanggar Taboo Index! Karenanya, aku—Raios Antinous, anak pertama dari keluarga bangsawan kelas tiga dan head elite swordsman-in-training, memiliki hak untuk menghukum bangsawan terhadap kriminal itu. Minggirlah dan lihat dari sana...saat kepala kriminal ini akan jatuh seperti bunga di masa lalu!!"

Terhadap pidato panjang Raios, Kirito merespon dengan kata-kata uang lebih pendek, tapi memiliki beban yang beberapa kali lebih berat.

"Seperti aku peduli terhadap taboo atau hak menghukum bangsawan."

Tanpa ada maksud untuk membersihkan air hujan yang jatuh ke bawah dari rambutnya, dia menatap Raios dengan mata bersinar yang berapi-api.

"Eugeo adalah sahabat terbaikku. Dan kau adalah bagian dari sampah yang lebih buruk dibanding dengan goblin yang berasal dari tanah kegelapan."

Saat mendengar itu, wajah Raios pertama kelihatan ketakutan, lalu kebenciaan, sebelum akhirnya dipenuhi dengan kegembiraan yang mengerikan.

"Astaga. ——Oh astaga, ini adalah kejutan! Untuk memikirkan sesame orang desa dari pinggiran akan melakukan kejahatan penghianatan, dari satu tangan ke tangan lainnya! Dengan ini, aku akan dapat menghadapi kalian berdua bersamaan. Ini sungguh hari keberuntungan...ini pasti betul-betul bimbingan dari Stacia!!"

Menarik kembali pedang yang menyilang dengan cepat, dia kembali dengan postur level atas. Tapi kali ini, dia memegang ganggang panjang itu dengan kedua tangan. Dia membagi dua posisinya dengan pakaian panjangnya yang berkibar tidak rapi, merendahkan pinggangnya, dan pedang itu bersinar merah tercampur dengan sedikit warna hitam. High Norkia-style secret move, «Heavenly Mountain Rending Wave».

Pada saat dia melihat posisi itu, Eugeo secara insting mencoba untuk bangun.

Kirito berduel dengan head swordsman-in-training sebelumnya, Uolo Levanteinn, dua setengah bulan yang lalu dan menghancurkan Heavenly Mountain Rending Wave dengan Aincrad-style skill empat tebasan beruntun, «Vertical Square». Tetapi, suasana tak menyenangkan yang dikeluarkan oleh secret move Raios masih jauh dibanding dengan Uolo. Itu seperti bahwa dia susah untuk dapat berharap seperti pertandingan Uolo dalam masalah skill, tapi «harga diri sebagai bangsawan» telah bertambah hingga sepenuhnya mencapai batas, memberikan kekuatan pada pedangnya.

Itu akan menjadi berbahaya hanya kau sendiri bahkan jika itu kau, Kirito, Eugeo mencoba yang dia bisa untuk membangkitkan badannya, tapi dia tidak dapat mengumpulkan kekuatan pada kakinya pada akhirnya.

Tapi patnernya lalu menepuk pundak kanan Eugeo dengan tangan kirinya. "Tenang saja", Kirito membisikkan itu dan membuat Eugeo mundur ke dinding sebelah kiri, sebelum menggenggam gagang pedang hitam itu dengan kedua tangan seperti Raios.

Kesadarannya telah menurun setengah karena kabut, tapi meski begitu, Eugeo terkejut dan membuka mata kirinya. Aincrad-style seharusnya dapat dikatakan identik dengan Zakkaria-style yang kebanyakan skillnya untuk satu tangan. Terutama untuk secret moves, yang mana tidak dapat diaktifkan dengan senjata dua tangan. Sejak awal, ganggang untuk pedang hitam Kirito dan Blue Rose Sword Eugeo terlalu pendek untuk digenggam dua tangan—

"......!!"

Pada saat dia berpikir seperti itu, Eugeo telah terbentur oleh keterkejutan yang lebih besar dan menelan nafasnya.

Ketika mengeluarkan suara denting yang berulang-ulang, gagang pedang hitam yang Kirito pegang jangkauannya menjadi panjang, bahkan jika itu hanya sedikit. Tidak bukan hanya gagangnya. Pedang itu sendiri telah memanjang baik lebar maupun panjang juga. Itu bukanlah selevel dengan pedang besar Raios, tapi itu sudah lebih panjang dari Blue Rose Sword sebanyak lima sampai enam cm.

Kirito memegang pedang hitam yang ukurannya meningkat dengan kedua tangan di kanan pinggangnya. Pedang itu membuat udara bergetar saat itu bersinar hijau seperti jade. Skill itu bukanlah Aincrad-style. Dia telah melihat itu berkali-kali di pertandingan resmi tahun sebelumnya—Serlut-style secret move, «Whirl Current».

"Kuh, kufufu...skill pura-pura itu yang dibuat karena putus asa, huh! Aku akan menghancurkan beberapa pengganti seperti itu dengan secret moveku!!"

"Datanglah, Raios! Aku akan membayar semua yang aku berhutang padamu!!"

Kedua semangat bertarung mereka berderu dan mewarnai kamar tidur, yang tidak dapat dikatakan terlalu lebar, merah dan hijau.

Humbert yang gemetar ketakutan di lantai dan sekarang di kasur, Tizei dan Ronie yang telah terjebak tanpa bergerak pada satu sama lain dan Eugeo yang menyandarkan dirinya pada dinding dengan bertumpu pada satu lututnya, mereka semua melihat dua swordsman yang saling berhadapan.

Jika itu bukanlah hari ini, itu tidak akan aneh untuk melihat elite swordsmen-in-training ini di final pertandingan resmi bulan depan—mereka bergerak pada waktu bersamaan, dengan kemunculan petir berikutnya.

"Keaaaaaa!!"

Bersamaan dengan teriakan marah yang keras, Raios mengayun pedangnya lurus ke bawah.

"Seyaa!!"

Dengan teriakan pendek, Kirito menebas diagonal ke atas dengan pedangnya.

Dua pedang saling menghantam saat merah dan hijau menahan satu sama lain, hasil dari hantaman itu membuat lantai kayu bergetar sementara kaca jendela pecah dan rusak menuju luar. Saat dia menatap pedang hitam dan perak yang berusaha dimana mereka berhantaman, Eugeo akhirnya mengerti kenapa Kirito tidak menggunakan Aincrad-style.

Skill satu tangan. Akan jatuh dibalik tekanan bahkan jika mereka unggul di kecepatan, tidak dapat bertahan melawan skill dua tangan High Norkia-style di satu serangan. Skill itu akan menyambung dua atau tiga serangan sementara melompat ke belakang dan menangkis serangan pada saat berhantaman, tapi itu tidak mungkin untuk kamar tidur ini, yang jauh lebih sempit dibanding arena praktek. Itu mungkin akan berbeda jika itu ruang tamu yang ada di sebelah setidaknya, tapi Kirito hanya dapat bertarung untuk melindungi Eugeo yang tidak dapat bergerak dari pedang berbahaya Raios. Karena itu Kirito tidak menggunakan Aincrad-style, tapi justru mengeluarkan Whirl Current dari skill dua tangan Serlut-style.

"Ki... Kirito...!!"

Pada saat yang sama Eugeo memaksa mengatakan nama patnernya keluar dari tenggorokan, kering kasarnya, bahu kiri Kirito turun ke bawah. Saat melepaskan deritan, suara keras, pedang hitam di desak mundur. Mata dan mulut Raios telah mengada sampai itu tidak bisa untuk dinaikkan lagi dan teriakan yang benar-benar keras keluar dari dia.

"Bagaimana itu...Bagaimana itu!! Kau beban sialan tanpa nama keluarga!! Tidak mungkin untuk Raios Antinous-sama ini dapat kalah!! Bahkan jika kau dapat membuat bunga mati menjadi mekar kembali dengan beberapa tehnik mencurigakan, muslihat itu tidak akan bekerja pada pedangkuuuuu——!!"

Semangat bertarung Raios telah berubah dari merah menjadi kehitaman tanpa disadari dan itu tidak hanya menutupi pedangnya, tapi tubuhnya juga, mulai dari tangannya mengacak-acak pakaian panjangnya dan rambut pirangnya secara hebat. Pedang Kirito di dorong kembali hingga ke tempat yang dekat dia mulai dan semangat yang berwarna emerald itu terhuyung hingga goyah.

"Kiri......"

Ketika dia hendak memanggil nama patnernya sekali lagi, Eugeo segera menyadari.

Whirl Current di dorong ke belakang oleh Heavenly Mountain Rending Wave. Dia telah melihat kejadiaan yang persis sama di beberapa waktu lalu.

Itu pada waktu final pertandingan resmi terakhir untuk elite swordsmen-in-training sebelumnya, di bulan ketiga tahun ini. Solterina-senpai telah di dorong hingga ke salah satu lututnya oleh kepala mighty sword, Uolo, benar-benar seperti bagaimana Kirito sekarang...tapi dari titik ini dan seterusnya——

"U... ooo!!"

Kirito berteriak sekali lagi. Sebuah cahaya jelas dari jade terlihat keluar dari pedang hitam, menutupi ruangan itu dengan warnanya. Serangan kedua dari secret move satu serangan. Gerakan hebat dari Rina-senpai yang mengalahkan Uolo pada akhirnya.

Normalnya, berbagai secret moves akan berhenti jika bentuk mereka telah rusak. Tetapi, hanya di situasi seperti itu yang telah kembali pada lintasan yang tepat dari tebasan itu, itu dapat ditahan untuk waktu yang lebih lama. Telah menyadari hal ini di duel antara Kirito dan Uolo, Rina-senpai menguasai itu hanya dalam setengah bulan. Serangan kedua dari Serlut-style secret move, Whirl Current.

Kirito adalah valet Rina-senpai, tapi dia telah lulus tepat setelah pertandingan resmi, dia seharusnya tidak memiliki waktu untuk belajar skill ini langsung darinya. Dengan kata lain, Kirito seharusnya menguasai skillnya setelah melihat langsung itu sekali juga.

Ini benar-benar bagaimana hubungan antara swordsman-in-training dan valet trainee seharusnya.

Dan ini adalah inti dibalik pedang ini.

Air mata mengalir dari mata kiri Eugeo. Ini adalah air mata dari dirinya yang sangat tersentuh oleh pertunjukan skill yang luar biasa dan menyesal karena tidak belajar pedang lebih banyak. Di tengah pandangan kaburnya Whirl Current dikeluarkan sekali lagi oleh Kirito membelah pedang Raios menjadi dua bagian sempurna—

Kedua tangan head elite swordsman-in-training itu telah terpotong dan terlempar jauh sedikit sebelum di tempat pergelanggan tangan itu. Terlempar jauh ke belakang dan mendarat di karpet tepat di belakangnya, Raios menatap ke arah bagian bawah pedang panjangnya dan kedua tangannya yang memegang ganggangnya, menggelinding di jarak yang cukup dekat, dengan pandangan heran.

Tak lama kemudian, dia membalikkan pandangannya ke kedua tangannya. Tangan putih yang melebar dari pakaian panjang merah terangnya telah terpotong dengan rapi sebelum siku. Darah dalam jumlah besar tiba-tiba menyembur keluar dari luka tebasan, ke perut dan dada Raios yang sekarat dengan warna merahseperti pakaian panjangnya.

Sword Art Online Vol 11 - 144.jpg

"T... T... Tidaaaaaaaaaaak——!!"

Dengan kedua mata dan mulutnya yang terbuka lebar yang dia bisa, Raios berteriak dengan suara keras.

"T...Tanganku!! Tanganku!! Darah, ada darah!!"

Itu sepertinya Raios, yang memberitahu Humbert untuk "hentikan keributan itu dan hentikan pendarahannya" ketika tangannya dipotong oleh Eugeo, tidak dapat mempertahankan ketenangannya ketika dia menderita dengan nasib yang sama. Matanya yang terbuka lebar yang melihat secara tidak tetap dari satu tempat ke tempat saat dia melihat di sekitarnya, pada saat dia melihat Humbert yang gemetar ketakutan di jarak yang cukup dekat, dia berjalan pelan-pelan menuju dia dengan lututnya.

"Humbeeeeert!! Darah!! Hentikan pendarahanku!! Lepaskan ikatan talimu dan lilit lukaku!!"

Itu kelihatannya bahkan Humbert, yang biasanya berperilaku seolah-olah dia adalah pengikut Raios, tidak dapat mematuhi perintah itu seperti yang diharapkan. Sambil memeluk kepada tangan kirinya sendiriyang dililit dengan kain sutra merah, dia terus menggelengkan kepalanya sedikit demi sedikit.

"T-Tidak! J-Jika ini aku lepas, Lifeku akan menurun!!"

"Apa yang kau katakan?! Humbe—rt, kau mau Lifeku......"

Tetapi, suara Raios telah terpotong di sana.

Dua tali sutra biasa itu, semula digunakan untuk mengikat Tizei dan Ronie, sekarang telah digunakan untuk menghentikan pendarahan dari tangan kiri Humbert. Kedua tali itu harus digunakan jika darah dari kedua tangan Raios hendak dihentikan. Tetapi, dengan luka itu sendiri yang belum disembuhkan, darah akan menyembur keluar lagi jika tali itu dilepas dari Humbert dan Lifenya akan mulai menurun sekali lagi. Mengurangu Life orang lain tanpa alasan yang dibenarkan atau persetujuaan—itu sudah sanagt jelas melanggar Taboo Index.

"Tapi...darahku... Hubert, kau... taboo...Tetapi... Lifeku......"

Raios mengucapkan kata yang membingungkan dengan suara histeris. Garis pandangannya tanpa henti melihat antara darah yang masih memancar dari lukanya sendiri dan tali sutra yang masih terlilit di luka Humbert.

Raios Antinous, penerus dari keluarga bangsawan kelas tiga, sekarang telah dipaksa menuju situasi dimana dia harus memilih diantara «lifenya sendiri» dan «Taboo Index». Untuk harga diri sangat besar yang dia punya, lifenya sendiri beberapa kali jauh lebih penting. Tetapi, di saat yang sama, dia tidak dapat melanggar hukum mutlak, Taboo Index. Jika dia mencoba itu, dia akan menjadi kriminal kejam, persis seperti Eugeo yang dirinya sendiri mencoba untuk membunuhnya.

"Aaaah... taboo... life... darah... tabooooo......"

Seseorang yang menghampiri Raios, yang masih terus berteriak, adalah Kirito.

Datang hingga berhenti dua meter sebelum dia, dia pertama mengulurkan tangan kepada Tizei dan Ronie yang sedang mendekat satu sama lain di atas kasur dan dengan tangannya. Dia menyentuh bahu mereka seolah-olah mempercayai mereka dan setelah mengangguk, dia melepaskan tali yang mengikat tubuh bagian atas Ronie. Dia pasti memiliki rencana untuk menghentikan pendarahan Raios dengan itu, tapi simpul itu tidak mudah untuk dilepaskan. Bahkan ketika itu terjadi, kegilaan dari head swordsman-in-training yang diperkuat dalam intesitasnya.

"Darah... taboo... li... ta... rif... da......!"

Itu ketika Raios melempar seluruh badannya ke belakang saat kata-kata yang tidak dimengerti itu keluar dari dia itu Kirito mengambil langkah maju menuju dia dengan tali yang akhirnya lepas—itu adalah ketika itu terjadi.

"Life, daboo, rife, daboo, ri, r-r-ririri-"

Suara Raios yang keluar dengan nada yang aneh. Itu terasa lebih mirip dengan tangisan monster daripada perkataan manusia, atau suara aneh yang keluar dari peralatan yang telah rusak.

"R-R-Ri, ri, rai, ria, riariaria, riariariariaria————"

Tiba-tiba, suara itu berhenti.

Raios Antinous jatuh lurus ke belakang dan mendarat dengan suara keras. Darah yang tersisa menyembur dari luka di kedua tangannya, jadi itu berarti dia seharusnya memiliki Life tersisa, tapi intuisi Eugeo mengerti Raios sudah tidak hidup lagi.

Bahkan Kirito yang terdiam dengan ekspreis wajah yang menunjukkan ketakutan seperti yang diduga, sementara Tizei dan Ronie yang mencoba melepaskan tali yang mengikatnya, membuka mata mereka dengan lebar—ketika itu terjadi, Humbert dengan takut mendekat ke Raios dan melihat ke arah wajahnya yang tergeletak tak bernyawa.

"E-Eek!!"

Teriakan dipenuhi ketakutan segera memenuhi dia.

"Ra-Ra-Raios-dono's... d-d-dia mati...! K-K-kau... kau membunuhnya, kau membunuhnya!! Pembunuh... k-kau monster... monster...!!"

Merangkak menjauh dari Eugeo dan segera berdiri dengan kedua lututnya yang bergemetar, dia terjatuh ke bawah saat di ruang tamu. Sepertinya dia terburu-buru keluar menuju koridor dengan seperti itu, saat langkah kaki dan teriakannya menghilang menuju tangga.

Eugeo sama sekali tidak memiliki pemikiran apa yang akan terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan mulai dari sekarang. Terlalu banyak yang terjadi berturut-turut dan dia bahkan memikirkan mata kanannya yang terkeluar hanya sebagai masalah sepele.

Untuk waktu sekarang, dia mengembalikan Blue Rose Sword yang masih dipegang di tangan kanannya menuju sarungnya dan entah bagaimana berdiri dengan kakinya.

Dia pertama bertukar pandangan dengan Kirito dan setelah satu kali, mengangguk diam, dia mengambil satu, dua langkah menuju Tizei yang masih duduk di kasur.

Tapi dia menghentikan langkahnya di sana. Memikirkan tentang itu, Eugeo sekarang adalah kriminal yang telah melanggar Taboo Index dan memotong dua tangan Humbert. Untuk gadis yang baru hidup selama enam belas tahun, dia pasti sama dengan Raios...atau mungkin, keberadaannya mungkin beberapa kali lebih buruk.

Tidak dapat untuk melihat ke arah wajah Tizei lebih lama lagi, Eugeo menundukkan wajahnya dan mencoba membalikkan badannya.

Tapi sebelum dia dapat melakukan itu, sebuah sosok kecil mendorong menuju dadanya dengan berdebar.

Rambut merah yang berantakan itu dengan kuat mendorong pada seragam Eugeo. Secara bersamaan, suara serak terdengar di telinganya.

"Maafkan aku...Maafkan aku, Eugeo-senpai...Ini... Ini karena aku...!"

Eugeo bereaksi dengan menggelengkan kepalanya dengan cepat, lalu memotong perkataan Tizei.

"Bukan begitu, ini bukanlah kesalahanmu, Tizei. Aku... Aku tidak dapat cukup berpikir untuk melewati ini. Kau sama sekali tidak salah dalam hal ini, Tizei."

"T-Tapi...tapi...!"

"Ini baik-baik saja, baik kau dan Ronie berakhir tak terluka. Aku harus meminta maaf juga...maaf untuk membuat kalian melewati semua hal menakutkan itu."

Ketika dia berkata seperti itu dan membelai rambut berwarna merah musim gugur itu dengan canggung, Tizei mulai menangis lebih keras. Ronie yang mendorong wajahnya menuju dada Kirito sementara menangis juga, di sisinya. Menggerakkan garis pandangannya ke atas, patnernya memperlihatkan anggukan perlahan ketika mata mereka bertemu.

Itu terjadi ketika Eugeo mencoba membalas anggukan. Wajah Kirito bergetar menjadi meringis seolah-olah seseorang menarik rambutnya. Matanya bergerak ke kiri dan ke kanan dan melihat ke arah atas di langit-langit sebelah.

Mata hitam itu tiba-tiba terbuka lebar, jadi Eugeo mencari ke arah mana penglihatan mereka. Dan—dia melihat itu.

Di dekat ujung utara langit-langit kamar tidur, sesuatu yang terlihat seperti papan ungu telah melayang. Itu betul-betul mirip «Stacia Window», tapi ukurannya jauh lebih besar, tidak perlu dibilang kalau itu lingkaran. Dan dari dalam itu, seseorang telah melihat ke bawah ruangan... tidak, Eugeo dan orang lainnya. Itu tidak diketahui apakah seseorang itu adalah laki-laki atau perempuan, muda atau tua. Ada sebuah mata di kulit pucat itu, lingkaran dan seperti kaca kelereng.

......Di suatu tempat di masa lalu.

......Aku telah melihat orang itu di suatu tempat jauh di masa lalu.

Ketika intuisi Eugeo memberitahunya, wajah putih membuka mulut yang seperti lubang tak berdasar. Dengan cepat, Kirito yang berdiri di sampingnya berbisik dengan suara yang sangat pelan.

"Jangan biarkan Tizei dan Ronie mendengar itu!"

Eugeo dengan cepat merangkul kepala Tizei dengan kedua tangan yang kuat sementara dia masih menangis. Itu terjadi setelah Kirito melakukan hal yang sama, merangkul Ronie.

"Singular unit detected. ID tracing..."

Suara misterius itu muncul dari suatu tempat di sisi berlawanan dari papan ungu itu, tidak, window. Sajak untuk upacara sacred arts—dia pikir, tapi tidak ada satu katapun dari kamus yang dia pelajari dari pelajaran. Wajah itu tetap diam untuk dua, tiga detik sebelum-

"Coordinates fixed. Report complete."

Itu menutup mulutnya dengan kalimat terakhir itu dan menghilang tanpa jejak bersamaan dengan window itu. Itu adalah peristiwa yang aneh, tapi pikiran Eugeo jauh terlalu lelah untuk merasa terkejut atau takut. Meninggalkan penjelasan pada Kirito, dia dengan perlahan menghembuskan nafasnya yang dia tahan.

Badai di luar jendela sudah reda tanpa di sadari, meninggalkan tangisan yang masih berlanjut dari Ronie dan Tizei bersuara sendirian. Eugeo dengan kuat memegang kepada tubuh kecil valet traineenya sementara menurunkan pandangannya dari langit-langit menuju lantai.

Mayat dari Raios Antinous, yang mati dengan kedua tangannya kehilangan semuanya dari siku hingga seterusnya dan punggungnya yang membungkuk sejauh yang dia bisa ada di sana.

Kirito adalah orang yang menebas Raios, tapi Eugeo menebas tangan Humbert juga, jadi mereka telah sama. Dia dapat mengingat teriakan Humbert di dalam telinganya.

—Pembunuh. Monster.

Kata-kata itu muncul di dongeng lama yang neneknya ceritakan dan membuat sangat gemetar teman-temannya dan dirinya ketika mereka masih anak-anak. Demi-humans dari tanah kegelapan yang hidup tanpa hukum atau taboo dan bahkan membunuh bangsa mereka sendiri, diceritakan neneknya. Eugeo menemukan itu akan menjadi kebenaran dengan mengalaminya secara langsung di gua bawah tanah di Puncak Barisan Pegunungan dua tahun lalu.

...Itu benar. Aku telah sama dengan goblin itu. Manusia bernama Humbert Zizek... yang bahkan adalah temanku di Akademi Master Pedang ini, orang itu telah kutebas olehku dengan bagian kemarahanku.

Jika memang begitu, untuk setidaknya membuktikan bahwa aku berbeda dengan goblin itu, bahkan jika itu hanya sedikit, bukankah seharusnya aku menghukum diriku sendiri? Bukankah seharusnya aku, telah menjadi monster, tidak memiliki hak untuk meminta pengampunan dari tubuh Tizei yang hangat seperti ini...?

Bahu Eugeo, ketika dia mencoba menahan dari perasaan bersalah dengan menutup mata kirinya yang dia punya dengan kuat, telah—

Dengan erat digenggam oleh tangan Kirito yang mencapainya dari samping. Bisikan yang dalam dikatakannya.

"Kau manusia, Eugeo. Sama seperti diriku...melakukan berbagai kesalahan, dan masih berjuang untuk menemukan makna dibalik itu...itulah bagaimana manusia seharusnya."

Pada saat dia mendengar itu, Eugeo merasa cairan hangat yang keluar dari mata kirinya. Berpikir itu mungkin darah seperti mata kanannya, dia dengan takut mengosok kelopak matanya, dan berbagai fragment emas berkilauan di cahaya lampu dinding.

Apa yang mengalir bukanlah darah tapi air mata. Itu membekas di pipinya dan jatuh menuju rambut Tizei satu per satu. Setelah beberapa saat. Tizei dengan gugup mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Eugeo. Mata merah itu basah karena air mata membawa pikiran terhadap daun di pohon musim gugur, meluap dengan embun pagi.

Gadis yang masih menjadi valet trainee Eugeo pada saat ini membuat senyuman yang hampir tidak dapat dideskripsikan dan saat mengambil sapu tangan putih dari saku seragamnya, dia dengan lembut menyentuh pipi Eugeo dengan itu. Tizei terus menyapu air mata yang keluar dan keluar lagi, tanpa henti.

Bagian 5[edit]

"......Ini menyedihkan. Sangat menyedihkan."

Mengatakan itu dengan pelan. Supervisor Asrama Azurika melanjutkan perkataannya setelah menghentikannya sejenak untuk berpikir.

"Dan saya bahkan yakin bahwa kalian berdua akan menjadi swordsman perwakilan akademi tahun ini juga."

"Aku juga sebenarnya berencana seperti itu juga."

Dia betul-betul tidak dapat mengikuti Kirito yang berjalan lebih dulu dan mengatakan itu di situasi ini, sebagai tambahan, mata kirinya sedikit demi sedikit menjadi lebih panas, jadi Eugeo melihat ke atas dengan kebingungan.

Di bulan ke 5 langitnya terlihat mendung, seolah-olah mereka telah dibersihkan oleh badai malam tadi. Banyak burung kecil yang berkicau di batang pohon yang berkilauan di pohon hijau yang baru. Itu akan menjadi menyenangkan untuk berbaring di halaman plaza pusat pada hari seperti ini—tapi Eugeo dan Kirito tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk tidur siang di akademi ini lagi.

Keduanya menghabiskan waktu di malam lalu di sisi lain dari pintu besi yang berdiri di belakang mereka— ruangan disiplin bawah tanah di gedung administrasi Akademi Master Pedang. Ruangan itu kelihatan bersih mengingat itu sudah digunakan semenjak sekolah dimulai dan kasurnya sangat mirip dengan asrama novice trainees, tapi Eugeo tidak dapat untuk memejamkan matanya untuk tidur seperti yang diharapkannya.

Kirito masih seperti Kirito biasanya, berusaha keras di seluruh malam untuk menyembuhkan mata kanan Eugeo yang terkeluar dengan sacred arts, tapi regenerasi suatu organ sangatlah susah ketika menutup luka tanpa katalis telah mengambil semua yang dia punya. Sejak awal, itu masih tidak jelas kenapa mata kanannya berhenti bekerja ketika itu tidak menerima luka apapun dari luar. Sacred power yang mengelilingi atmosfir telah mengering saat upacara untuk berbagai arts telah dicoba dan bahkan Kirito, dengan sikap uletnya, tidak dapat membantu selain menyerah untuk sementara ini.

Malam berakhir tak lama kemudian, matahari pagi bersinar di jendela sempit dan kunci menuju raung disiplin terputar tepat bel 9 AM. Dia pikir itu adalah empire imperial guards di sini untuk mengantar mereka untuk memastikan, tapi seseorang yang berdiri di balik pintu itu membuat sangat terkejut. Azurika-sensei dari asrama novice trainees—itulah apa yang terjadi.

Instruktur perempuan, yang dapat dipikirkan berada di bagian akhir usia dua puluhannya, menghilangkan ketegangan dari mulutnya sedikit demi sedikit pada perkataan Kirito, dan berbalik pada Eugeo. Mata biru abu-abu itu membawa pikiran terhadap pedang yang dipoles bersih dan mengingatkan Eugeo terhadap Sister Azariya dari Desa Rulid yang selalu membuatnya gugup, tapi dia melanjutkan melihat mata itu tanpa mengalihkan pandangannya di waktu tertentu ini.

Supervisor Asrama Azurika pada saat hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian menutup mulutnya dan mengeluarkan sebuah item dari saku jaket di dekatnya. Bola kecil bercahaya hijau. Itu sangat mirip dengan hiasan kaca tapi itu bukanlah salah satunya. Itu adalah sacred power dalam bentuk dikristalkan yang dipanen dari «four sacred flowers» yang ditanami di taman bunga akademi.

Supervisor asrama merusak katalis yang berharga dengan menjepitnya diantara jari dari tangan kirinya tanpa keraguan. Dengan suara yang berlalu, cahaya pecahan berkilauan bergerak di udara. Tanpa waktu berhenti, dia mengatakan upacara untuk art dengan tangan kanan yang menahan mata kanan Eugeo.

"System call. Generate luminous element..."

Kecepatan pengucapan itu jauh lebih cepat dibanding dengan instruktur yang mengajar sacred arts. Bahkan sementara Eugeo dan Kirito yang masih berdiri tercenggang, paragraf lengkap untuk prosedurnya dengan mulus tersusun bersama-sama, dan cahaya hangat bergabung menuju luka di mata kanan Eugeo—

"Cobalah untuk membuka matamu."

Dia mendengar bisikan itu padanya, jadi Eugeo dengan perlahan membuka kelopak mata kanannya yang menyegel untuk selama enam belas jam lalu. Saat melakukan itu, sisi kanan dari penglihatannya kembali seolah-olah itu tidak pernah menghilang, desahan dari keterkejutan dan kebahagiaan keluar dari dia. Eugeo melihat ke arah sekelilingnya berkali-kali sebelum dia membungkuk, akhirnya telah menyadari.

"Te-Terima kasih banyak, Azurika-sensei."

"Tidak apa-apa. Daripada itu...Swordsman-in-training Eugeo, dan kau juga, Swordsman-in-training Kirito. Sebelum aku menyerahkan kalian kepada pengantar kalian, aku akan mengatakan satu hal ini."

Dengan perlahan menyebutkan itu, Supervisor Asrama Azurika menunjukkan tanda-tanda keraguan yang jarang sebelum menaruh tangan kanannya pada bahu Kirito dan tangan kirinya pada bahu Eugeo.

"Kalian berdua sepertinya akan dihukum untuk kejahatan melanggar Taboo Index dan mengurangi Life dari orang lain. Tetapi, jangan lupa. Bahwa Taboo Index...tidak, bahkan Gereja Axiom itu sendiri bukanlah dibuat oleh Tuhan, tapi manusia."

"Eh... ap-apa yang kau maksud dengan itu..."

Eugeo bertanya secara refleks.

Bahkan anak-anak tahu tentang bagaimana Dewi Penciptaan, Stacia memberikan kehidupan di Dunia Manusia, tidak peduli seberapa mudanya. Dan Gereja itu yang mengatur Dunia Manusia juga, telah dibuat oleh Tuhan juga.

"Untuk sekarang...Itu semua yang dapat aku katakan. Tapi kau pasti akan segera mengetahui. Tentang kebenaran dibalik dunia ini."

Itu adalah ketika Supervisor Asrama Azurika mengerutkan dahinya dan menutup rapat, mata kanannya sendiri. Eugeo segera tahu bahwa dia sedang menahan rasa sakit yang tajam.

"...Swordsman-in-training Eugeo. Kau telah merusak segel yang aku tidak bisa. Jika memang begitu, kau seharusnya dapat pergi ke tempat yang aku tidak bisa...Percayalah pada pedang itu dan temanmu."

Dia mengangguk dan berbalik pada Kirito berikutnya.

"Dan kau, Swordsman-in-training Kirito. Tentang siapa kau sebenarnya...bahkan aku tidak dapat mengerti pada akhirnya. Tetapi, sesuatu pasti akan terjadi ketika kau mencapai menara itu. Aku akan berdoa untuk cahaya di jalan kalian dari sekarang, dari sini. Selalu.

Kata-katanya bahkan menjadi lebih membingungkan, tapi itu sepertinya Kirito mengerti itu. Dia mengangguk dan menutupi tangan Supervisor Asrama Azurika, di bahu kirinya sendiri, dan membawa itu di depan dadanya.

"Terima kasih, sensei. Aku akan datang dan bertemu anda lagi suatu hari nanti. Kita pasti akan mengobrol. Tentang apa yang kau inginkan untuk tahu. Semua dari itu."

Menyelesaikan apa yang dia katakan, dia dengan lembut menjepit jari ramping yang ditahan diantara kedua tangannya pada mulutnya sendiri. Supervisor Asrama Azurika mengedipkan matanya berkali-kali karena terkejut dan bagaimanapun itu mungkin karena trik cahaya, sedikit warna telah muncul di pipinya, sebelum dia memperlihatkan senyuman kecil.

Kirito membuat ekspresi seolah-olah seseorang menarik rambutnya lagi dalam sekejap, tapi supervisor asrama sepertinya tidak menyadarinya. Dia perlahan menarik tangan kanannya dari Kirito dan melepaskan tangannya dari bahu Eugeo—

"Kalau begitu, ayo pergi. Pengantar kalian ada di sini."

Lapangan akademi yang biasanya dipenuhi dengan murid yang sibuk dari satu kelas ke kelas lainnya telah berubah menjadi sepi, tanpa ada tanda orang di sekitarnya.

Sebagai gantinya, Eugeo menemukan sesuatu yang tak terduga di plaza sebelum arena praktik besar dan membuka mata dengan lebar yang baru sembuh.

Sebuah mahluk hiduo besar sedang terlihat berkilauan di bawah cahaya dari Solus yang menyinari dari langit cerah. Armor metal yang dipasang di bagian kepala dan dadanya, dan tentu saja, sisik segitiga menghiasi seluruh tubuhnya juga, semua memperlihatkan sinar perak. Itu sangat jelas bahkan tanpa melihat sayap terlipat yang berdiri seperti sepasang menara dan ekor panjang yang membentuk lengkungan untuk mengetahui bahwa itu adalah naga terbang. Ditunggangi oleh penjaga dari hukum dan perintah, itu adalah yang terbesar dan jadi, ini adalah sacred beast terkuat di Dunia Manusia.

Itu tidak terlihat seperti pengendaranya ada di sekitarnya. Tanpa tanda keraguan pada naga terbang yang melihat ke bawah ke arah mereka bertiga, Supervisor Asrama Azurika memandu Eugeo dan Kirito menuju arena praktek dan menghentikan langkahnya di sini.

Dia melihat ke arah mereka berdua, memperlihatkan anggukan kecil dan perlahan begerak menuju ke samping. Supervisor Asrama Azurika pergi menuju asrama novice trainees dengan sepatu panjangnya yang berbunyi, mereka berdua memperlihatkan tundukan dalam di belakangnya. Mengangkat kepala mereka saat suara dari langkah kaki telah menghilang, mereka menatap ke naga terbang untuk memeriksa itu. Dan membalikkan badan menuju pintu besar yang menuju arena praktek.

"......Jika naga terbang ada di sekitar...pengantar kita adalah Integrity Knight...Aku yakin?"

Sebenarnya ada sedikit gemetaran dari bisikan Eugeo, tapi patnernya membuat hmph melalui hidungnya seperti yang biasa dia lakukan dan tanpa peduli menggerakkan tangannya menuju pintu yang tertutup.

"Kita tidak akan tahu sampai kita melihatnya."

Mendorong itu hingga terbuka pada saat dia mengatakan itu, dia melangkah keluar dengan langkah panjang. Eugeo menguatkan dirinya dan mengejarnya di belakang.

Di dalamnya yang redup, mungkin di sebabkan oleh cahaya langit yang tertutup. Arena praktek yang berlantai kayu dan di sekelilingnya tempat penonton berdiri yang biasanya cukup, sama sekali tidak ada siswa dan instruktur.

Bagian dari seni yang tergambar di dinding putih yang jauh di depan mereka dengan mitos penciptaan «Tiga Dewi yang mengusir Dewa Kegelapan, Vector» sebagai temanya. Dan, tepat di tengah arena praktek yang luas ada sebuah bayangan yang melihat ke arah sebaliknya, menuju dinding—

Eugeo telah sekali melihat Integrity Knight dari Gereja pada jarak yang dekat. Tentu saja, itu adalah ketika Alice muda diambil pergi. Integrity Knight yang memanggil dirinya sendiri «Deusolbert Synthesis Seven» memiliki tubuh besar yang memiliki tinggi hampir mencapai dua meter. Tetapi seseorang yang berdiri di depan penglihatan Eugeo sekarang jauh lebih kecil dibanding knight itu. Tingginya itu bahkan mungkin lebih pendek sedikit daripada Eugeo jika itu juga diambil untuk pertimbangan.

Mantel biru yang dijepit pada kedua bahunya yang tersulam dengan hiasan lambang Gereja Axiom, tergabung dengan salib dan lingkaran. Tetapi, apa yang tertangkap di pandangannya melebihi apapun juga, adalah itu yang terurai lurus ke bawah dari atas mantelnya, rambut pirang panjang itu. Itu terlihat seperti warna yang jauh lebih dalam dan suci dibanding Raios, bersinar seperti emas yang dicairkan bahkan di bawah cahaya yang mengaburkannya.

Sosok itu tidak membuat gerakan, jadi Eugeo bertukar pandangan dengan Kirito dan perlahan mulai berjalan. Melintasi lurus, melewati arena praktek, mereka berhenti sekitar lima meter dari sosok kecil dari orang.

"...Dari Kerajaan Centoria Utara, Akademi Master Pedang, Saya adalah Elite Swordsman-in-training Eugeo."

Ketika dia dapat untuk memberitahu namanya tanpa menghambat kata-katanya, patnernya melanjutkan tanpa waktu untuk berhenti.

"Sama juga, Saya adalah Kirito."

Itu adalah tipe adegan dimana dia biasanya akan mengeluh 'hentikan memotong ujung nama dan beritahu namamu secara benar!' di pikirannya, tapi pemikiran itu tidak muncul di pikirannya pada saat ini. Itu bukan di sebabkan kegelisahannya. Saat dia melihat ke arah mantel biru dan rambut pirangnya terurai dengan angin sepoi-sepoi lembut yang bertiup dari pintu masuk, yang masih terbuka hanya beberapa langkah di depan. Perasaan aneh mulai terbentuk di hatinya.

—Di suatu tempat.

Perpaduan ini, dari biru dan pirang. Itu terasa seperti, dia telah melihatnya, di suatu tempat sebelumnya...

Perasaan aneh ini berubah menjadi keterkejutan yang hampir saja dapat menghentikan detak jantungnya beberapa detik kemudian.

"Wilayah Kota Persatuan Centoria , Integrity Knight dari Gereja Axiom—Saya adalah Alice Synthesis Thirty."

Knight itu menyebutkan namanya dengan punggungnya yang masih menghadap mereka. Tidak ada kesalahan terhadap suara itu. Itu adalah suara yang hampir setiap hari dia dengar untuk selama sepuluh tahun semenjak dia mendapat kesadaran saat masih kecil.

Dan nama itu. Nama keluarganya yang tidak dikenalnya terdengar dengan itu, tapi dia sangat yakin mendengar namanya. «Alice».

Itu tidak dapat hanya menjadi kebetulan. Eugeo mengambil satu, dua langkah menyeret dan berkata secara tidak karuan.

"...Alice...? Apa itu kau...? Kau adalah... Alice......?

Itu sepertinya Kirito dengan cepat mengulurkan tangannya dari kiri tapi Eugeo melewatkannya dari itu dan mengambil satu langkah lainnya utnuk mendekat. Rambut pirang dan mantel itu terurai tepat di depan matanya, dan aroma harum itu samar-samar menyebar. Itu sangat lembut, aroma harum yang sangat dikenalnya yang membawa pikiran terhadap taman bunga yang cukup menerima sinar matahari. Aroma harum itu yang selalu keluar dari baju apron biru yang teman masa kecilnya pakai.

"Alice...!"

Sekali lagi, dan kali ini, sambil memanggil namanya dengan jelas. Eugeo mencoba menyentuh pundak kanan dari Integrity Knight. Setelah membalikkan badannya, knight itu akan menyambut Eugeo dengan kejahilan, kerinduan dan senyuman diamnya dan—

Ide itu dihancurkan oleh cahaya yang melesat cepat.

Hantaman keras yang menyerang pipi kanannya dan Eugeo yang tidak berdaya terlempar jauh, jatuh pada lantai kayu arena praktek, dengan punggung pertama.

"Eugeo!"

Kirito membantu dia untuk segera berdiri saat itu juga, tapi bahkan itu tidak terpikirkan dalam pikirannya saat Eugeo membuka lebar kedua matanya, tercengang.

Sementara menghadap mereka dengan punggungnya, knight itu dengan tangan kanannya diperpanjang secara horizontal dan sekarang memegang pedang panjang sebelum siapapun menyadarinya. Tetapi, itu bukanlah pedang sebenarnya tapi melainkan tersarung di sarung emasnya. Knight itu telah melepas sarungnya dari sabuk pedangnya dari dan menyerang pipi Eugeo dengan ujungnya itu saat itu juga.

Menurunkan pedang itu dengan gerakan lembut, Integrity Knight berkata.

"...Bicara dan perlakukan dirimu dengan hati-hati. Aku memiliki hak untuk menghilangkan tujuh puluh persen dari Life kalian berdua. Waktu berikutnya kau mencoba menyentuhku tanpa izinku, tangan itu akan kutebas keluar."

Menginformasikan itu dengan dingin dan jelas seperti air yang mencair dari es, namun dingin dan suara tegas, knight itu akhirnya berbalik arah.

"......Alice..."

Eugeo tidak dapat menghentikan nama itu keluar dari mulutnya sekali lagi.

Integrity Knight yang membawa pedang emas itu pernah sekali diambil pergi dari Desa Rulid, teman masa kecil Eugeo, anak perempuan dari Kepala Desa Gasupht dan saudara perempuan dari Selka, Alice Schuberg—sosok dewasa itu tidak mungkin siapapun selain dia.

Bajunya tentu saja telah berbeda dengan yang lalu. Dada, bahu dan pinggangnya telah ditutupi dengan armor ringan dengan ukiran elegan yang terpasang pada itu, dan rok panjangnya yang bahkan dapat mencapai kakinya. Tapi kesalahan pada wajah itu sangatlah mustahil.

Rambut pirang yang licin mengkilap tanpa kerutan. Kulit putih bersih dengan perasaan yang polos. Dan di atas semua itu, mata biru gelap yang tidak dapat di deskripsikan pada kedua mata yang sedikit mengadah, warna yang dia tidak pernah lihat pada siapapun kecuali gadis itu, bahkan setelah datang ke pusat.

Itu adalah cahaya yang ada pada kedua mata itu tetapi, itu sangat berbeda dengan ingatannya. Itu telah kehilangan cahaya yang dipenuhi rasa penasaran ketika dia masih tinggal di Desa Rulid, dan Eugeo merasa tidak ada selain hanya pandangan dingin yang berkosentrasi padanya saat dia berbaring jatuh di lantai.

Mulut itu yang berwarna cherry blossoms[7] bergerak dan suara merindukan itu, namun suara dingin itu keluar dari mulutnya sekali lagi.

"Huh...Aku berencana mengambil tiga puluh persen dari Lifemu, tapi itu hanya berkurang setengahnya dari itu. Jika kau menghindari itu hanya dengan hukuman dari tubuhmu, itu akan menjadi bukti menunjukkan kau sebagai elite swordsman-in-training...atau mungkin satu orang yang melakukan kejahatan mengerikan seperti pembunuhan, aku rasa."

Cara dia berbicara sudah jelas bahwa dia membaca melalui «window» Eugeo bahkan tanpa menyentuh tangannya, tapi dia bahkan tidak dapat berpikir tentang dampaknya.

Eugeo tidak ingin untuk menerima kata-kata yang terdengar di telinganya dengan segala cara. Tidak mungkin Alice yang baik itu dapat mengatakan hal seperti itu. Tidak, bahkan sebelum memikirkan itu, Eugeo tidak percaya bahwa Alice itu tidak menunjukkan reaksi bahkan saat melihat dia, melakukan tebasan tanpa belas kasihan terhadap pipinya dan sejak awal, berdiri di hadapan matanya sebagai Integrity Knight.

Sword Art Online Vol 11 - 159.jpg

Itu adalah ketika dia hendak mengabaikan larangan itu dan mencoba memanggil sekali lagi.

Kirito mengatakan bisikan pendek di dekat telinganya.

"Knight «Alice» itu adalah seseorang yang kau cari, benarkah dia?"

Suara patnernya yang selalu tenang meskipun dalam situasi seperti ini dan Eugeo berhasil untuk memulihkan sedikit ketenangannya. Setelah memaksakan anggukan kecil, bisikan itu terdengar lagi.

"...Patuhi instruksinya untuk sekarang. Jika kita memasuki Katedral Pusat, bahkan sebagai kriminal, kita seharusnya dapat untuk mengerti situasinya lebih banyak."

Memasuki—Katedral.

Eugeo akhirnya menyadari terhadap apa yang Kirito katakan. Itu adalah yang dia inginkan, meskipun itu tidak melalui memenangkan dan melanjutkan melalui Turnamen Kerajaan Ilmu Pedang dan Turnamen Persatuan Empat Kerajaan, lalu hendak diangkat sebagai Integrity Knight, tapi justru melakukan taboo, dia masih berakhir mendekati tujuannya setahun lebih cepat dari yang direncanakan.

Memasuki Katedral Pusat dan bertemu dengan Alice. Itu adalah tujuan akhir Eugeo.

Urutannya telah berbeda dan Eugeo tidak tahu alasan dibalik Alice bersikap seperti orang lain sebagai Integrity Knight, tapi setidaknya pada akkhirnya, dia telah mencapai setengah dari tujuannya pada saat ini. Jika memang begitu, dia seharusnya pasti akan menemukan itu jika dia memasuki Katedral. Suatu cara untuk mengembalikan Alice seperti bagaimana dia semula.

Pada saat Eugeo berhasil mengembalikan ketenangannya, Knight Alice mengembalikan pedang yang ada di tangan kanannya menuju pinggang kirinya pada saat itu juga. Mantelnya berkibar, dia mulai berjalan menuju pintu besar.

"Berdiri, dan ikuti aku."

Tidak ada pilihan untuk menentang instruksinya lebih lama lagi. Mendapati dibantu oleh Kirito, Eugeo mengejar di belakang Alice dengan diam. Menuju pintu keluar arena praktek, Alice berjalan lurus menuju naga terbang yang bersiap di plaza dan perlahan membelai kepala yang hebat itu dengan tangan kanannya. Melanjutkan itu, dia mengambil keluar perlatan aneh dari muatan besar di belakang pelana.

Itu, tiga sabuk kulit tipis yang tergabung dengan rantai besi—adalah alat pengekang. Itu sangat persis dengan suatu alat yang mengikat Alice muda delapan tahun lalu.

Mendekat dengan alat pengekang di setiap kedua tangannya, Alice membuat Kirito dan Eugeo berdiri tegak dan menginformasikan mereka dengan dingin. Suara itu jauh lebih pelan dibanding dengan teriakan Raios ketika dia mencoba untuk menebas Eugeo, tapi itu memiliki efek yang kuat seolah-olah itu adalah perwakilan dari suara Tuhan.

"Elite Swordsman-in-training Eugeo. Elite Swordsman-in-training Kirito. Kalian berdua akan ditahan, dibawa ke penjara, diinterogasi, lalu eksekusinya pada tanggal berikutnya."

Alat pengekang itu dilingkarkan di sekitar kedua tubuh yang terdiam itu oleh tangan Alice. Kedua tangan mereka, dada dan pinggang telah diikat kuat oleh sabuk kulit itu, betul-betul kehilangan kemampuan mereka untuk bergerak pada saat itu juga.

Memegang rantai yang memanjang dari punggung besar itu dan kembali menuju sisi dari naga terbang. Alice mengatur jepitan itu pada armor yang menutupi kedua kaki tegap sacred beast, satu demi satu. Jadi, Kirito telah terpasang pada kaki kanan naga dan kiri untuk Eugeo.

Delapan tahun lalu, Integrity Knight Deusolbert telah mengikat Alice muda pada kaki naga dengan cara yang sama dan terbang menjauh. Tetapi, bahkan naga terbang membutuhkan satu hari penuh untuk pergi dari Rulid menuju Centoria Pusat. Bagaimana berat dan menakutkan pengalaman itu yang harus dialami oleh anak kecil, yang baru berumur sebelas tahun, itu jauh dari imajinasi jika dia tergantung dalam waktu selama itu.

Dan Alice itu untuk suatu alasan, menjadi Integrity Knight dan sekarang mengikat Eugeo pada naga seperti yang dia lakukan pada dirinya sendiri delapan tahun lalu. Dia tidak dapat membantu selain mengakui keraguaan pada tindakannya. Knight, Alice tepat di depan matanya adalah Alice Schuberg, meskipun menjadi orang lain di saat yang sama. Suatu kekuatan yang besar telah mengubah gadis itu.

Seperti yang Kirito bilang, mereka mungkin menemukan rahasia itu jika mereka pergi ke Katedral Pusat. Tetapi—pertanyaan apakah Alice akan kembali ke bagaimana dia sebelumnya.

Tidak, sebelum memikirkan tentang itu. Bagaimana jika hal yang sama akan terjadi padanya? Bagaimana jika dia melupakan semuanya dan menjadi dirinya yang lain? Waktu ketika dia tinggal di Rulid, perjalanan panjang menuju pusat...dan bahkan kejadian yang ada di Akademi Master Pedang, bagaimana jika dia melupakan semua itu......?

Itu kemudian terjadi, ketika Eugeo diserang dengan ketakutan dan kegelisahan.

Dua pasang dari langkah kaki yang lembut datang dari belakang dan Eugeo berpaling ke Kirito saat melakukan hal yang sama.

Seseorang yang mendekat dengan terhuyung adalah novice trainees yang mengenakan seragam abu-abu. Seseorang yang dengan rambut panjang merah, Tizei Shtolienen. Seseorang yang berambut pendek coklat tua adalah Ronie Arabel.

Alasan kenapa cara jalan mereka goyah disebabkan oleh beban yang mereka berdua bawa dengan kedua tangan. Tizei membawa pedang panjang yang tersarung di sarung kulit putih. Ronie membawa pedang panjang yang tersarung di sarung tangan kulit hitam. Tidak ada kesempatan untuk salah. Itu adalah apa yang mereka tinggalkan di kamar Raios malam sebelumnya, Blue Rose Sword Eugeo dan pedang hitam Kirito.

Telapak tangan Tizei dan Ronie yang dengan keras memegang sarung yang telah usang dan berdarah. Normalnya. Kedua pedang itu sudah berat hingga ke titik yang bahkan pemilik mereka, Eugeo dan Kirito, tidak dapat mengayun itu tanpa memberikan semua yang mereka punya.

"Tizei..."

"Ronie!"

Eugeo dan Kirito memanggil nama mereka secara bersamaan dan gadis itu menunjukkan senyuman kecil sambil menahan rasa sakitnya. Tapi lalu, Integrity Knight Alice meninggalkan naga terbang dan melihat ke arah Tizei dan Ronie. Mengingat hantaman keras di pipinya bahkan sekarang, Eugeo dengan cepat berteriak.

"Tidak, Tizei, jangan datang!"

Tetapi, kedua novice trainees itu tidak menghentikan langkah mereka. Saat setetes darah menetes menuju batu plaza beraspal, mereka berjalan terus hingga sepuluh meter akhirnya dan terjatuh pada lutut mereka di depan Alice.

Mereka mengeluarkan nafas berat untuk sebentar, tapi Tizei yang pertama untuk sungguh-sungguh mengangkat kepalanya dan berbicara.

"Kn-Knight-sama...kumohon!"

Lalu, Ronie melanjutkannya dengan suara bergetar.

"Berikan kami izin untuk mengembalikan pedang senior kami, kumohon...!"

Alice melihat ke bawah pada gadis itu dengan terdiam, tapi memperlihatkan anggukan kecil tak lama kemudian.

"Baiklah. Tetapi, saya tidak dapat membiarkan kriminal membawa pedang. Saya akan memegang ini. Jika kau ingin berbicara kepada mereka, saya akan mengizinkannya untuk satu menit."

Pertama memegang Blue Rose Sword dengan tangan kanannya dan pedang hitam dengan tangan kirinya, dia tanpa kesulitan mengangkat itu dari tangan Ronie dan Tizei. Kembali ke sisi naga terbang dengan gerakan seperti dia tidak merasakan berat sama sekali. Dia menyimpan dua pedang di area penyimpanan dimana alat pengekang itu di simpan.

Tizei dan Ronie menahan rasa sakit mereka, goresan pada tangan mereka di depan dada mereka dan menunjukkan senyuman lega seolah-olah mereka tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Bergemetar saat mereka berdiri, Tizei dan Ronie mendekati Eugeo dan Kirito masing-masing.

"......Eugeo-senpai..."

Tizei yang masih berdiri di hadapan pandangan Eugeo dengan mata yang terbuka lebar oleh dirinya, dengan bukti yang masih menangis bersama mereka, dan melihat ke arah dia.

Setelah hampir menghindari pandagannya dengan insting, Eugeo mencoba yang dia bisa untuk melihat pandangan Tizei.

Eugeo telah menebas jauh tangan Humbert di hadapan Tizei dan Ronie malam lalu. Dengan tangannya yang tertebas juga, teriakan aneh keluar dari Raios saat dia meninggal. Meskipun mereka tidak mendapat luka apapun pada tubuh mereka, itu bukanlah suatu kesalahan bila tragedi tersebut memberikan dampak besar pada Tizei dan Ronie.

Eugeo seharusnya bukan guru yang handal bagi Tizei sekarang, tapi kriminal yang melanggar Taboo Index. Kriminal kejam dengan kebebasan telah dicuri oleh alat pengekang tak mengenal ampun, diikat oleh rantai.

Lalu.

Air mata besar keluar dari pupil mata Tizei yang berwarna merah dan mengalir turun di pipinya.

"Eugeo-senpai...Maafkan aku...ini...ini kesalahanku..."

Memegang tangannya bersamaan dengan erat, dia melanjutkan seolah-olah dia menekan keluar suara lemahnya.

"... Maafkan aku...karena...hal bodoh yang...telah kulakukan..."

"Tidak... bukan karena itu."

Dalam keadaaan tertangkap, Eugeo menggelengkan kepalanya tanpa henti.

"Kau tidak melakukan sesuatu yang salah...kau melakukan hal yang benar untuk temanmu. ...Ini sepenuhnya kesalahanku karena hal itu berakhir seperti ini. Tidak ada sesuatu yang kau harus minta maaf, Tizei."

Saat mendengar itu, Tizei melihat lurus ke arah mata Eugeo seolah-olah dia dapat melihat sampai di dalam hatinya dan memaksakan senyuman pada mulutnya dengan segala yang dia punya.

"Kali ini..."

Valet trainee muda itu berbicara dengan gemetar tapi dengan nada tegas.

"Kali ini akan menjadi giliranku untuk menyelamatkan Eugeo-senpai. Aku...Aku akan melakukan yang terbaik dan pasti akan menjadi Integrity Knight, dan pergi menyelamatkan senpai...jadi tolong tunggu aku. Aku pasti akan...pasti..."

Tangisan telah menelan sisa dari kata-katanya. Eugeo tidak dapat melakukan apa-apa selain mengangguk berulang-ulang.

Setelah menyelesaikan percakapan pendek saat itu juga di sisi lain dari naga terbang, Ronie menaruh bungkusan di tangannya pada tangan Kirito yang terikat dan berbicara dengan suara yang tercampur dengan tangisan.

"Erm...Ini adalah bekal. Tolong makan itu jika kau merasa lapar..."

Kata-kata dari Kirito sebagai balasannya telah menghilang oleh suara dari kepakan sayap dari naga terbang, bergema jauh.

"Ini waktunya. Segera menjauh."

Knight Alice telah menaiki pelana dari naga terbang tanpa seorangpun menyadarinya. Suara keras keluar dari tali kekang dan naga itu membangkitkan sosok raksasa itu. Ditarik oleh rantai, membuat tubuh Eugeo untuk perlahan melayang di udara.

Dengan air mata mereka yang mengalir keluar tanpa henti, Tizei dan Ronie mundur beberapa langkah. Sayap perak membuatkepakan dengan kekuatan dan angin yang membuat rambut gadis itu tersibak.

Bahkan saat naga terbang itu mulai hendak berlari dan membuat bumi bergetar, mereka berdua mengejar di belakang secepat yang mereka bisa, tapi dengan segera kaki mereka terjerat dan tangan mereka terjatuh pada batu beraspal. Tepat setelah itu, itu sangat jelas digunakan kekuatan lebih untuk menghentakkan di tanah dengan kaki kuatnya, dan tubuh besar itu perlahan melayang di udara.

Saat naga terbang itu berputar, dan membentuk spiral di langit, Tizei dan Ronie yang di bawah menjadi lebih kecil. Sosok mereka segera menghilang ke dalam aspal batu abu-abu, dan seluruh pemandangan dari Akademi Master Pedang Centoria Utara terlihat jauh dari jarak seperti itu dengan cepat—

Naga terbang, dengan Integrity Knight di punggungnya dan kriminal yang tergantung di kedua kakinya, selaras menuju menara yang sangat besar nampak tepat di tengah-tengah pusat, Katedral Gereja Axiom Pusat, dan membumbung tinggi di garis lurus.

  1. kalau sulit membayangkan nya, lihat gambar ini : http://www.baka-tsuki.org/project/images/thumb/9/9c/Sword_Art_Online_Vol_11_-_008.jpg/402px-Sword_Art_Online_Vol_11_-_008.jpg
  2. guru pribadi
  3. orang yang biasa menyembuhkan player di game
  4. tetap tenang, Kirito bermaksud memberitahu Eugeo supaya tidak terbawa emosi seperti duel sebelumnya
  5. warna biru kehijauan seperti batu pirus
  6. salah satu jenis mata uang di Underworld
  7. warna bunga sakura