The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 2 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:50, 18 February 2013 by Meis-Mean (talk | contribs) (53%)
Jump to navigation Jump to search

Status: Incomplete

53% completed (estimated)

   

Chapter 1: Permainan yang Terkutuk

Di dunia ini, ada orang-orang yang memiliki indera penciuman luar biasa.

Seorang produser tenar yang membesarkan banyak penyanyi terkenal pernah berkata: “Orang yang sesungguhnya pasti akan terlihat berkilauan.” Ini bukan sekedar hiperbola, namun di mata seorang produser, para musisi yang memiliki potensi tampak seolah-olah diselimuti cahaya.

Tak peduli apakah mereka tampil di live house [1] kecil atau di pinggir jalan, produser dengan kemampuan itu dapat menggunakan matanya untuk mencari penyanyi-penyanyi yang berpeluang untuk sukses. Dan produser mengambil keputusan berdasarkan seberapa penyanyi tersebut bersinar.

Dengan kata lain, ini disebut ‘Seni Pengenalan’.

Seorang koki sushi dari sebuah toko tua di Ginza berkata,

“Waktu berjalan di pasar ikan, kaki akan secara alami bergerak menuju ikan yang terbaik hari itu.”

Ini seharusnya disebut indera keenam. Hanya seorang koki yang telah berlatih keras dalam seni pembuatan sushi yang bisa memiliki naluri seperti ini. Bagi orang biasa, hal ini hanya bisa disebut luar biasa.

Tubuh akan bergerak dengan sendirinya.

Dengan kata lain, tubuh akan ‘bereaksi secara alami’ menurut pengalamannya.

Direktur sebuah perusahaan yang mengurus para pelawak mengatakan,

“Saya bisa mencium sesuatu dari anak-anak muda yang terus berkembang.”

“Bau ini, yah, bukan soal baunya enak atau tidak, atau soal wanginya. Bau setiap orang sedikit berbeda. Ngomong-ngomong, yang ini tengik!”

Eh? Bukankah itu cuma karena seseorang tidak mandi?

Orang tidak boleh tergesa-gesa mengambil kesimpulan seperti itu. Setidaknya direktur ini memang membesarkan beberapa pelawak hebat, dan meraup keuntungan besar selama menjalankan bisnis ini. Mungkin saja bahwa ia dapat menggunakan ‘bau’ untuk merasakan bakat orang lain.

Dengan kata lain, ia sanggup ‘mengendus’ bakat.

Untuk contoh yang lebih radikal,

“Biar kuberitahu. Seorang malaikat berbisik padaku, ‘yang ini, tiket ini pasti akan naik~’, fufu.”

Seorang pemain saham yang jenius mengatakan ini. Orang biasa akan merasa bahwa ‘hal itu aneh sekali’ saat mendengar penjelasan ini, namun ia benar-benar menjadi orang yang sangat kaya. Dari sini, orang mungkin berpikir bahwa dia benar-benar mendengar seorang malaikat berbisik ke telinganya.

Mungkin memang itu.

Bagaimanapun, apakah ini adalah hasil yang didapat dari bakat, kerja keras, ataupun pengalaman sejak kecil, kemampuan ini tidak berbeda dari kekuatan-kekuatan super bagi orang biasa, dan mereka menggunakan insting ini untuk berkembang menuju cita-cita mereka.

Jika kemampuan ini dapat dideskripsikan dengan memiliki indera penciuman yang luar biasa.

Maka bisa dikatakan,

bahwa Katsuragi Keima mempunyai ‘naluri’ itu.

Dan bahwa ia memiliki berkat dari surga.

Sungguh suatu kebetulan ia turun dari stasiun itu—kereta yang sebelumnya mogok karena kehabisan daya, menyebabkan jalur-jalurnya tak bisa diakses.

Keima, yang sudah datang jauh-jauh untuk membeli game-game bishoujo, dan Elsie, yang menemaninya, hanya bisa mendengarkan siaran suara dari petugas stasiun, ‘Silakan gunakan mode transportasi lain. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan Anda’. Mereka sudah turun tiga halte dari tujuan mereka dan berjalan keluar dari gerbang stasiun itu. Keima menggunakan PFP miliknya untuk mengecek sesuatu. Tampaknya, sebuah halte bus di dekat stasiun itu mempunyai satu bus yang akan melewati rumahnya.


Di bawah nyala matahari musim panas yang bagaikan tungku pembakaran, Keima yang sedikit tidak sabar melengkungkan punggungnya dan berjalan keluar.

Tangannya memegang sebuah tas yang penuh dengan game.

Elsie menghalangi sinar matahari dengan tanganya dan tampak sedikit bermasalah dengan panas yang tercermin dari jalan aspal akan membuat siapa pun yang berdiri di sekitar jalan berkeringat tidak keruan(!).

Keringat mengalir melewati wajah putih Elsie.

Omong-omong ...

Elsie mulai berpikir bahwa. Dia tidak pernah turun di pemberhentian ini. Tempat ini memberikan sebuah perasaan yang sunyi karena tampak seolah-olah tidak ada siapa pun di sekitar situ.

Cahaya matahari sungguh kejam dan pemandangan ini secara jelas dibagi menjadi cahaya dan bayangan.

"... Banyak sekali toko yang tidak buka."

Elsie bergumam, dan dengan demikian Keima yang sedang berjalan kaki sedikit di depan, dengan tidak sabar melihat ke belakang.

"Elsie, apa yang kamu lakukan? Mari kita pergi! "

"Ah, baik, Kami nii-sama!"

Elsie berlari dan mengejar Keima, dan keduanya berjalan bersama berdampingan. Setelah berjalan sekitar 200m,

"Eh? Kami nii-sama, tidak-kah kita seharusnya pergi ke jalan ini, "

Keima tiba-tiba pergi ke jalan yang bercabang dan Elsie memunculkan keraguan dengan heran. Mereka seharusnya berjalan kaki 100 meter sebelum tiba di halte bus.

Namun, Keima,

"... Eh, ini."

Menjawab dengan sikap ambigu yang jarang ditunjukkannya. (!) "Aku tidak tahu kenapa."

Bahkan dia sendiri memiringkan kepalanya dengan bingung, (!) "Tapi seperti aku perlu berjalan di sini."

Ketika dia mengatakan itu, ia terus berjalan maju dengan cepat.

Elsie bergegas mengejarnya.

"Tu, tunggu aku Kami nii-sama!"

Keima berpaling 2, 3 kali dari jalan ke jalan, dan dia sedang berjalan kaki secara cepat dan lebih cepat.

Dia tidak berlari.

Meski begitu, sepertinya dia ditarik karena sesuatu ketika ia dengan cepat mengerakan kakinya. Kecepatan Nya sendiri sudah sangat cepat.

Saat bagian bawah tubuhnya yang terlalu cepat, tubuh bagian atas yang memegang tas miring ke belakang karena tidak bisa mengimbangi.

"Hau? Oh? "

Bahkan Keima sendiri membelalak matanya dan menyeringai. Saat bagian atas tubuhnya tidak bisa mengikuti kakinya yang terus bergerak maju, ini terlihat sangat misterius.

"Ka, Kami nii-sama?"

Elsie mulai panik serta memukul-mukul lengannya di ketika ia mengejar Keima dengan secepat yang dia mampu. bagaimanapun Keima sendiri tetap menyusuri jalan.

Dan dia masuk semakin dalam dan semakin dalam.

Dia memasuki bagian dalam dari sebuah lorong gelap, dan kegelapan di dalam bahkan ada sedikit luar biasa. kemudian, (!) "!"

Kaki Keima tiba-tiba berhenti, dan rasanya seperti dia berhenti mengarahkan kakinya.

Dia kembali berekspresi tenang seperti biasa.

"Ho, haa."

Elsie akhirnya berhasil mengejar ketinggalan saat dia menekan ke lututnya dan terengah-engah berat. kemudian,

"Fuu."

Dia menarik napas panjang dan kemudian berdiri.

"Sungguh ~ apa yang salah bersamamu Kami nii-sama?"

Elsie mengangkat kepalanya dan melihat Keima mendorong kacamata ke atas dan menggosok di sekitar alis.

"Elsie ..."

Keima mendorong kacamatanya kembali ke posisi semula dan memberikan pertanyaan.

Suaranya tentu saja serak.

"Itu toko."

Dia mengulurkan jarinya yang kurus putih.

"... Oh."

Elsie melihat di mana Keima menunjuk-ke serta menanggapi.

"Apakah kamu merasa bahwa toko itu bersinar? Emas, tidak, merah muda? "

"Eh?"

Mendengar Keima mengatakan hal ini, Elsie mengerutkan keningnya.

"Ah?"

Dia secara naluri melihat kembali pada Keima, dan kemudian terus memandang toko itu dengan saksama. kemudian,

"Yah,"

Dia menggunakan jari-jari di kedua tangannya untuk menekan kedua pelipis dan merenung sejenak.

"Tidak"

(Apa dengan Kami nii-sama?)

Pikirnya. The '10, 000 Old Bookstore' (Tl note: ya, ini nama toko nya jadi tidak diterjemahkan) yang ditulis pada papan nama toko yang berada di dalam gang bahkan tak bercahaya sama sekali, tetapi diselimuti suasana yang tak menyenangkan. Tampaknya bahwa rumah itu sendiri agak goyah. toko itu memiliki sebuah dinding bagian luar dengan tanaman merambat yang merambat di atasnya dan sebuah pintu kaca yang tertutup rapat, dan tampak sangat gelap.

Bahkan jika pintu toko tersebut sudah terbuka, Elsie tidak ingin masuk sama sekali.

"..."

Namun, tidak diketahui apa yang sedang terjadi karena Keima tidak beranjak sejak saat itu seraya terus memandang itu, toko '10 000 Bookstore Old '. Dia sedikit menahan napas.

Ada rona senang pada ekspresi nya.

"..."

Kemudian, dia mulai melangkah maju dengan langkah yang ringan. Saat ini, dia tidak teerasa seolah-olah ia diseret berkeliling oleh sesuatu, yang bukan dari keinginannya sendiri.

"... Kami nii-sama?"

Saat Elsie memiringkan kepalanya dan memanggil Keima, kepala Keima sudah berada di pintu. Untuk beberapa alasan, Elsie mempunyai perasaan jelek tentang ini.

"Ah, tung ..."

Sebelum Elsie menyelesaikan kalimatnya, semuanya sudah terlambat.

"Fu, fufu."

Keima mengeluarkan beberapa suara tawa yang misterius.

Lalu berjalan ke toko.

Sedangkan Elsie,

"Hau ~"

Dia mulai bimbang sejak sekarang, tapi karena kepribadiannya, ia tidak bisa begitu saja meninggalkan Keima sendirian dan mengumpulkan keberanian untuk mengikutinya. (!) (Kami-sama nii Toko ini sepertinya! agak aneh ~)

Hatinya sedang menangis sedikit. Bukan berarti dia memiliki perasaan seperti ini karena dia adalah iblis. Siapa saja dengan penilaian yang normal akan berpikir tentang hal ini.

Toko ini ini tidak lazim.

Ruang apa yang penuh sesak ini memiliki 7 rak buku yang besar di dalamnya, dan setiap rak buku diisi dengan buku secara berantakan. Begitu memasukinya, datanglah suatu perasaan tekanan yang tidak normal, karena hanya ada buku, buku, buku dan buku saja, di dalamnya.

Pemandangan dalam toko tersebut sangat berantakan sehingga siapa pun yang melihatnya akan terpana.

Buku memasak di letakkan di samping majalah kuno, dan buku tulis sekolah yang berumur 30 tahun. Terdapat juga ensiklopedia dan novel detektif di mana halaman sampul nya nyaris lepas. Setiap buku kelihatan sangat berantakan, tidak ada keinginan untuk membiarkan siapa pun mengambilnya(!).

Buku-buku tersebut di tumpuk sangat tinggi sampai mencapai langit-langit, dan malahan jika halaman di dalam buku-buku tersebut sangat berantakan, buku-buku tersebut tidak disusun lagi dan langsung dimasukkan ke dalam rak buku. Buku Origami, file-file dokumen, diary dengan sampul berbahan kulit, buku bahasa asing dengan gembok, buku Origami jepang, buku horor dengan sampul pintu gerbang sihir, dan malahan buku dengan bahasa yang tidak diketahui.

Di toko itu tidak hanya terdapat buku-buku saja.

Ada juga records tua yang dilupakan berada didalam toko(!), patung Budha, lilin altar, borgol yang berduri, botol anggur barat yang tidak diketahui asal usulnya, kamera yang sudah usang, dan boneka kotak-kotak yang berdebu.

Malahan barang-barang tersebut dapat diletakkan secara berantakkan.

Apakah semua itu untuk dijual?

(...)

Elsie kelihatan sedikit takut pada saat dia menundukkan lehernya dan melihat ke belakang <!>

Dan kemudian,

"Ehh?"

"Eh!"

Dia tidak bisa menahan untuk berseru.(!) Hal ini dikarenakan seorang pria tua yang seperti bos dan memiliki kerutan di seluruh wajahnya sedang melihat Elsie pada saat mata mereka berdua bertemu.

Elsie berpikir bahwa pria itu semcam dekorasi.

Hanya pada saat pria tersebut tersenyum Elsie baru sadar bahwa pria tesebut hidup. Giginya hampir tidak ada, hanya terlihat 2, 3 gigi saja yang masih tersisa. Pria itu memakai topi di kepalanya dan sedang duduk di samping kashir dengan posisi duduk seiza (Tl Note: posisi duduk bersila).

Bola matanya berwarna kuning, pada saat bersamaan memberikan senyuman yang misterius.

Kepala pria tua itu gemetaran sehingga kepalanya tidak seimbang dan nyaris tumbang.(!)

(Apakah, apakah dia seorang manusia?)

Elsie gemetaran. Dia mengalihkan pandangan nya, dan Elsie sendiri masih dapat merasakan pria tersebut memandanginya, dan dia sangat ketakutan sehingga Elsie tidak berani melihat kebelakang nya.

Omong-omong.

Apa yang menyebabkan semua hal ini?

Pada saat Elsie menginjakan kalinya di toko itu, dia merasakan bulu kuduknya berdiri.

Sekarang, adalah pertengahan musim panas.

Sudah jelas bahwa di luar sana cuacanya sangat cerah.

Untuk berbesar alasan, bos sedang memakai pakaian yang tebal.

Saat itu juga bulu kuduk Elsie semakin berdiri.

Kenapa toko ini sangat dingin?

(Ka, kami nii-sama.)

Pada saat dia melihat Keima, mata Elsie berkaca-kaca, seolah-olah dia membutuhkan pertolongan.

Tetapi Keima yang kena pengaruh hipnotis, dan sepertinya tidak ingin diganggu oleh Elsie. Semenjak tadi dia terus bolak-balik di dalam toko yang sesak ini, dan berjalan-jalan dengan penuh tenaga.

Dia mengejang hidungnya(!), dan untuk sementara ia kelihatan sedang mencari di rak buku tertentu, hanya untuk berlutut di lantai dan kemudian memanjat ke area dekat dengan langit-langit.

Setelah itu, dia keluar dari rak buku, dan menghilang.

Bagi Elsie, kelihatan seperti telinga Keima menjadi telinga anjing dan di belakangnya tumbuh ekor.

Dia kelihatan sangat senang sampai matanya bersinar-sinar.

"Ya! Barang itu pasti di sini! Pasti ada sesuatu di sini, aku mampu mencium nya!"

"Ada apa denganmu kami nii-sama?"

Elsie melipat lengan nya dan kelihatan sangat cemas.

"fufu, bau ini tidak tersembunyi sama sekali, letaknya pasti di sekitar sini"

Jawabnya sangat abnormal pada saat itu, ia berlari ke sudut ruangan. Malahan di toko yang misterius ini terdapat logam yang compang-camping dan buku, sudut tersebut kelihatan sangat tidak alami. Elsie tidak bisa menahan untuk berseru tetapi menarik kerah baju Keima untuk menghentikan nya.

"Ka, kami nii-sama!"

Tetapi Keima,

"Pergi sana~! Lepaskan aku, Elsie! Tidaklah kamu mendengarnya? Bisikan anak itu. Dengar! Ia berkata 'Aku disini! Kemari selamatkanlah aku! Kemari selamatkanlah aku!'."

"Wa~kami nii-sama tidak normal. Kamu akan jatuh ke dunia yang lain!"

"Tunggu! Aku akan menyelamatkan kamu sekarang juga!"

"It, itu hanyalah halusinasi semata, am, ambulans! Siapa saja tolong panggil kan ambulans!"

Keima mengguncang ke samping Elsie yang menahanya dari belakang dan masuk ke tumpukan barang yang sangat banyak dengan cara tiarap.

Setelah beberapa saat.

"Hey !"

Tepat di depan Elsie yang membatu.

"Fu, fu fu fu."

Plak.

Plak plak.

Keima yang mendapat di tumpukan tersebut secara perlahan bangun.

Matanya bersinar di ruangan yang memiliki cahaya sedikit(!). Walaupun geraknya agak sedikit aneh, wajah keima menunjukan senyuman kemenangan.

"Ketemu !"

Dia mengangkat kotak itu ke atas.

'Favor of Western Lantern'(T/L Note: kalau di terjemahkan menjadi 'Kebaikan Lampion Barat', karna tidak terlalu keren, makanya digunakan kata EN)

Terdapat label seperti itu di kotaknya, dan bungkusanya kelihatan sedikit aneh, hanya terdapat gambar gadis berambut putih. Ini seharusnya game bishoujo, sejujurnya, game tersebut tidak kelihatan begitu menarik. Meskipun demikian, untuk berberapa alasan, Keima kelihatan seperti seorang anak kecil yang menemukan harta berharga, pada saat bersamaan membuang debu yang ada di kotak itu seraya berjalan di kasir.

"Berapa harganya?"

Dia kelihatan serius ketika dia menyerahkan kotak itu ke bos yang masih menggoyangkan kepalanya.

“...”

TWGOK 02 008.jpg

Bos terus tersenyum, dan Keima tanpa mengubah pendirianya berkata.

"Aku mengerti alasan untuk hal ini, dan aku pasti mengeluarkan uang sebanyak yang ku mampu. Tetapi, aku tidak akan begitu saja mengeluarkan uangnya. Dengan kata lain, aku mengajukan dua persyaratan. Pertama, jangan membohongi ku. Kedua, aku tidak ikutan <!> jika kamu ingin mencurangiku. Semenjak barang ini diletakkan di toko, sekurang-kuranya hal ini berarti bahwa barang ini untuk dijual kan?"

"..."

"Katakan harganya."

Keima mendekatkan wajahnya.

"Sebutkan harganya sehingga aku tidak perlu menawarnya."

Bos terdiam untuk sesaat dan akhirnya mengacungkan jarinya yang gemetaran di hadapan Keima.

"...1?"

Keima memiringkan kepalanya. Bos memberikan acungan jempol nya dan Keima berfikir sejenak.

"1? 10,000 yen?"

"..."

Bos menggelengkan kepalanya dan Keima kelihatan kena curangi.

"Apakah kamu ingin lebih dari 10,000... eh? Bukan itu kah?"

"..."

Bos tidak mengatakan apapun, tetapi dari suasananya dapat dirasakan bahwa dia ingin lebih rendah. "Kamu benar-benar orang yang hebat."

Elsie yang diam dari tadi dan melihat semua ini, meletakkan tanganya di dadanya seraya berkata.

"Kami nii-sama, tolong mulailah untuk menaruh sedikit rasa curiga, tolonglah?"

Kemudian, semuanya sudah terlambat. Pada saat bersamaan, Keima mengambil 1 yen untuk membeli game ini, game yang disebut-sebut game fantasi bishoujo, dengan nama "Favor of the Western Lantern" "1.000 yen?"

Keima mengatakanya secara curiga, tetapi bos menggelengkan kepalanya lagi. Keima agak bingung.

"...100 ...10 yen, jangan-jangan,"

Dia menghela napasnya sejenak.

"1 yen?"

Fufu.

Bos tertawa dan menganggukan kepalanya. Keima pada saat itu juga merasa senang.

"AKU MEMBELINYA!"

Dan berteriak.

"ITU BENAR-BENAR MURAH!"

Dia tertawa dan langsung menjabat tangan bos.

"Kamu benar-benar orang yang hebat."

Elsie yang diam dari tadi dan melihat semua ini, meletakkan tanganya di dadanya seraya berkata.

"Kami nii-sama, tolong mulailah untuk menaruh sedikit rasa curiga, tolonglah?"

Kemudian, semuanya sudah terlambat. Pada saat bersamaan, Keima mengambil 1 yen untuk membeli game ini, game yang disebut-sebut game fantasi bishoujo, dengan nama "Favor of the Western Lantern"

Setelah itu,

Sebuah porolog dari cerita horor dimulai.

Setelah berberapa waktu,

Pemandangan berubah ke rumah Katsuragi Keima. Lokasinya di koridor depan kamarnya.

"Game bishoujo sangat dalam. Malahan aku kadang-kadang terkejut dan terkagum-kagum dengan kekomplekan nya"

Di saat Keima mengatakan itu, Elsie bicara,

"Ng, ngomong-ngomong, Kami nii-sama, saya merasakan bahwa sesuatu, erm,"

"Aku telah menaklukan atau menginspeksi lebih banyak game dari pada orang lain. Baik itu masa lalu maupun masa depan. Tidak akan ada seorangpun yang akan lebih mencintai game bishoujo dariku. Itu karena aku adalah 'Dewa'."

"Itu"

"Meskipun demikian."

Keima mengacungkan jarinya ke langit, tidak memperdulikan kata-kata Elsie.

"Aku punya dua genre yang tidak dapat ku tangani, meskipun ini sudah memang sewajarnya."

Setelah mengatakan hal itu, dia mengambil tisu dan pura-pura mengelap air matanya.

"Apakah kamu tahu dua genre itu?"

"Un, itu."

"..."

"Aku tidak tahu, tapi itu"

"Itu!"

Keima mengindahkan Elsie dan langsung mengatakan.

"Ruang dan waktu"

"...Waktu?"

Elsie yang penasaran dan menanyakanya ke Keima. Sedangkan Keima sendiri menganggukan kepalanya.

"Betul sekali. Dengan kata lain 'Jendela Dewa' yang setiap tubuh mahluk hidup miliki"

"?"

Elsie kelihatan sangat bingung.

"Jendela dewa?"

Untuk berberapa alasan, terasa seperti seluruh situasinya sangat sulit untuk dipahami.

Keima tertawa.

"Tidak, ini tidak sulit sama sekali. Penjelasan lebih mudahnya adalah 'Sebelum aku lahir... Pada saat aku main game ketika aku tumbuh dari bayi ke anak-anak, mustahil untuk memainkan semua game itu,' dan juga 'game friendship yang sudah langka dan dijual di ruang lingkup yang kecil, yang unik, langka, atau produk yang ditarik oleh perusahaan(!) sangat sulit untuk didapatkan' hanya pengertian mudah seperti ini.

"..."

"Sudah banyak game yang dijual di jepang. Hampir tidak mungkin bagiku untuk memiliki semua game ini."

"Eh?"

Elsie sedikit terkejut.

"Bukankah kamu sudah memiliki semua game itu kami nii-sama?"

Keima sedikit mengeluh dan melihat ke Elsie.

"Bagaimana itu mungkin?"

"Saya berfikir bahwa semua koleksi yang kami nii-sama miliki adalah game"

Elsie menggunakan tanganya untuk ditekankan ke wajahnya pada saat bersamaan mengingat kamar Keima yang digunakan sebagai gudang penyimpanan game bishoujo. Ruangan itu disusun dengan game secara rapi yang jumlahnya sangat banyak. Bagi Elsie, jika seseorang memberitahunya bahwa semua game yang ada di dunia ini ada disana, maka dia tanpa ragu-ragu lagi akan langsung mempercayainya.

Juga, disana tidak hanya ada game saja melainkan versi 'initial limited edition' dan 'director's cut' dari game, dan Elsie sendiri tidak mampu untuk membedakan semuanya yang terdapat di dalam koleksi Keima.

"Aku berharap begitu."

Keima mengatakan itu dengan nada yang rendah diri.

"Sekuat apapun aku berusaha, akan selalu ada game yang tidak bisa didapatkan olehku."

Sekuat apapun.

Dia menambahkan,

"Koleksi game bishoujo ku bukan berdasarkan genre semata. Di dalam benakku baik itu organisasi atau individu manapun, tidak ada seseorang yang mengoleksi lebih dariku."

"Jadi begitu."

Saat ini Elsie tiba-tiba berfikir akan sesuatu,

"Jika seperti itu, maka semuanya benar."

Kelihatan seperti Elsie tidak ingin menyerah, tetapi Keima berbicara duluan,

"Aku tidak terlalu berusaha untuk memaksakan keadaan. Sangat disayangkan, tetapi diantara semua game yang belum dapat kukoleksi, kebanyakan data game tersebut lebih berharga daripada karya itu sendiri. Sebagai contohnya, game yang sama dengan sedikit moditifikasi, atau game yang tidak terlalu terkenal, atau game yang tidak bisa dilanjutkan karena bug yang sangat serius."

"Eh, oleh karena itu."

"Tetapi diantara karya-karya yang tidak mampu ku koleksi, terdapat karya-karya yang sangat mengagumkan."

" Nah."

"Kenyataan inilah yang membuatku tidak dapat untuk tidur dan makan dengan tenang. Ah, pikir-pikir tentang seberapa banyak karya yang mengkagumkan dan masih belum ku sentuh, untuk menaklukkan gadis-gadis imut yang sedang menungguku."

Ahh.

Keima menekan dadanya dan menunjukan ekspresi kesakitan.

Dia kelihatan seperti seorang astronot yang impianya tidak ada seorang pun lakukan yaitu mendarat di planet mars.

Romans yang tidak pernah berakhir, kehausan akan ilmu pengetahuan, jelas terpampang di wajahnya.

Dia adalah seorang petualang, penjelajah, peneliti, dan seseorang yang mencari kebenaran.

Di jaman yang damai ini, tidak semua orang mampu menunjukan ekspresi seperti ini. Apabila dilihat dari sudut lain, wajahnya kelihatan sangat macho.

Walaupun demikian, ia hanya tertarik dengan game bishoujo.

"Aku selalu mendengar kabar burung tentang beberapa game bishoujo langka yang dikutuk di dunia ini."

Keima secara tiba-tiba mengalihkan pembicaraannya.

"Game itu sendiri, melalui jaringan publikasi yang khusus."

"..."

Elsie yang memiliki firasat buruk tentang ini, diam-diam menarik lengan baju Keima. Ekspresi Keima yang kelihatan seperti penuh akan kenangan dan kelihatan dia sedang menantikanya.

"Game itu sendiri memiliki naskah yang menakjubkan, pemeran wanita utama yang misterius. Graphis dan musiknya agak ketinggalan jaman, tetapi potensi yang dimiliki game tersebut tidak kalah oleh hasil karya yang menakjubkan lainya. Artefak yang tidak dapat digantikan sepanjang sejarah galge, dengan kata lain, itu merupakan hasil karya yang menakjubkan yang mungkin tidak akan ada."

"Ka, kami ni-sama."

"Aku sangat menyesal bahwa aku tidak lahir duluan, pada saat game sudah selesai duluan sebelum aku lahir. Fu"

Dia tertawa.

"Ketawakanlah aku Elsie. Semua orang memanggilku 'Dewa', tapi seorang manusia tidak dapat mengatasi batasan biologis."

Elsie tidak dapat tertawa.

Ekspresinya benar-benar kaku.

Keima melanjutkan,

"Bagaimana ia berakhir seperti ini? Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi game ini di produksi oleh perusahaan kecil dan jumlahnya terbatas. Setelah game tersebut di rilis, terdapat sekandal yang menyebabkan game tersebut dikembalikan, dan kebanyakan produknya dicabut dari pajangan"

Lalu dia mengerutkan keningnya

"Berdasarkan orang-orang yang mengetahui situasi tersebut, penjualan produk tersebut tidak bermasalah. Tetepi,"

Dia berhenti sejenak,

"Kabar angin mengatakan bahwa versi inisial, edisi spesial yang hanya ada 10 buah memiliki sebuah masalah. tetapi itu hanyalah sebuah kabar angin saja."

Matanya berbinar-binar.

"Versi aslinya akan memberikan pengalaman dunia lain kepada mu."

"AH?"

"Ini adalah game yang penuh dengan misteri, jadi aku tidak pasti apakah misteri itu benar atau palsu. Tetapi, versi originalnya memiliki sebuah desain jauh melampaui apa yang diharapkan. Apakah desain disini berarti keaslian atau sistemnya, aku sendiri tidak pasti."

"Ka, kami ni-sama."

Suara Elsie yang sedikit gemetaran, dan Keima tersenyum.

Matanya kelihatan seperti terjangkit demamnya.(!)

"Favor of the Western Lantern."

Dia secara cepat mengangkat softwere (T/L Note: arti yang lebih mendekati disini seperti CD PS 1 atau sejenisnya) di tangan kananya tepat di depannya.

"Ini adalah versi aslinya."

Pada saat melihat bungkusan yang misterius itu, Elsie nyaris saja teriak. Keima melepaskan tangan Elsie dan langsung masuk ke kamarnya.

Dia menutup pintunya secara perlahan dan mengeluarkan kepalanya.

"Jadi untuk menaklukan game ini, aku perlu mengurung diri sebentar. Tolong jangan ganggu aku!"

"Nii, nii-sama!"

Sebelum Elsie mampu menghentikannya, pintunya sudah ditutup. Setelah itu,

"Tolonglah kami nii-sama! Buka pintunya! Saya memiliki firasat buruk tentang ini!"

Tidak peduli seberapa banyak Elsie mengetuk atau mengguncang pintunya, pintu tersebut tidak akan dibuka. Dia dengan sedih menundukan kepalanya, dan kelihatan sangat murung.

Depresi yang mengerikan didalam hatinya terus berkembang, dan kelihatan tidak akan membaik.

"...?"

Pada saat tersebut, Elsie melihat sesuatu dan memungutnya. Dia memungut sesuatu di lantai dan terus memandanginya.

Apa ini?

Kemudian...

Bulu kuduknya berdiri.

Benda tersebut adalah sehelai rambut yang tidak pernah dilihat sebelumnya.

Dan rambut tersebut seharusnya tidak ada di rumah, rambut berwarna putih dengan panjang yang tidak alami.

Pada saat bersamaan, ketika Keima mengurung diri di kamarnya, dan ketika Elsie memungut rambut berwarna putih, di kuil tertentu yang letaknya jauh dari kota Majima, seorang miko (T/L Note: bagi yang tidak tahu apa itu miko, wiki dan google adalah teman kalian) tiba-tiba membuka matanya.

Dia sedang duduk seiza di dalam kamar berlantaikan kayu, kedua lututnya sedikit terpisah, dan tangannya diletakkan di atas lututnya. Belakang yang tegak, dan posisi seiza tersebut menunjukkan keheningan dan disiplin.

Umurnya sekitar 25 tahun.

Lilin altar yang dekat menyinarinya dan bayangan hitam.

Rambutnya panjang warna hitam, wajah yang pas dan cantik, dan mata yang bersinar, hal ini kurang lumrah untuk seorang miko, tetapi dia memakai lipstik di bibirnya. Dengan kulit putih sebagai latarnya, kilauan dari lipstik membuatnya kelihatan sangat menarik perhatian.

Juga, dadanya yang bahenol secara ketat didukung oleh pakaian mikonya. Sosok rasio nya yang sangat menarik perhatian. Kemeja di depan dadanya sedikit terbuka, dan seseorang secara samar-samar bisa melihat dada seputih salju. Wajahnya juga agak unik. Walaupun kelihatan lembut, ia memberikan kesan yang suci.

"Nenek!"

Miko ini secara tiba-tiba berteriak.

"...Jadi apakah kamu juga mengetahuinya?"

Setelah mendengar dia menanyakan itu, suara serak yang berasal dari ujung kamar yang gelap.

"Un. Kelihatanya seseorang mendapatkan itu lagi."

Miko itu menyipitkan matanya dan melihat di sekitarnya, dan seorang nenek tua keriput duduk disana. Kelihatan seperti usianya sudah lebih dari 100 tahun.Pakaian yang dikenakanya sudah sangat ketinggalan jaman dan dia sangat kecil, dia mampu menyembunyikan keberadaanny supaya dia tidak dapat ditemukan. Nenek tua tersebut perlahan-lahan membuka matanya yang terpejam, dan melirik ke arah miko.

"Menurutmu bagaimana?"

Miko secara tegas mengerutkan keningnya.

Dan melipat lengannya.

"Rasanya tidak bagus...mungkin 'otak' nya berada disana."

Jarinya yang putih dan langsing Menjangkau lengan baju nya.

"Un."

Nenek tua menganggukkan kepalanya,

"Malahan aku dapat merasakan bahwa baunya tidak mengenakkan."

"...Iya, sangat tidak mengenakkan.".

Di wajah miko yang cantik memperlihatkan kerutan yang tipis, dan mengatakanya dengan cara yang tenang,

"Lagi pula, benda itu selalu bersembunyi di tempat yang buruk."

"Benda tersebut kembali di dunia ini. Berarti bahwa seserang menghargai benda tersebut."

"Nenek?"

Miko tersebut melirik dengan tajam ke arah nenek tua, yang menganguk lagi.

"Un, nyawa orang itu dalam bahaya."

Miko itu tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, pada saat itu pula, nenek tua tersebut bertanya,

"kukatakan."

Kelihatan seperti dia mengetahui bagaimana lawan bicaranya tersebut akan menjawab.

Nenek tua itu mengeluh menunjukkan sedikit keengganan dari berhenti.

"...Shino, kemana kamu akan pergi?"

Jawaban miko tersebut singkat, kelihatan sepertu dia tidak ingin nenek tua tersebut mencemaskanya.

"Kemana lagi? Aku akan menghancurkan benda tersebut."

Nenek tua itu pun mengeluh.

"Malahan jika aku tidak menyetujuinya, kamu tidak akan memperdulikanya, kan..."

Miko tersebut memberinya tampilan yang mengejek pada nenek tua sambil melayangkan ekspresi yang tajam, setajam pisau belati,

"Apakah kamu pikir bahwa kemampuanku kurang mencukupi, nenek?"

"Tidak, bukan itu yang aku cemaskan."

"Aku sekarang bukanlah anak kecil dulu yang berumur 6 tahun"

"Un, kamu sudah berlatih dengan keras selama 20 tahun ini."

"Jadi, apakah kamu bimbang akan benda misterius yang masuk di tubuhku ini?"

"Tidak, bukan itu yang aku bimbangkan. Menurut ramalanku, sebentar lagi kamu akan menemukan orang yang mampu mengurusnya."

"Jadi, apa yang kamu bimbangkan?"

"Bukan, itu?"

Melihat neneknya yang kelihatan ingin berbicara lebih,

"Jangan katakan itu! Nanti aku akan mendengarkan nasehatmu. Aku berangkat dulu!"

Miko tersebut sedikit menaikkan kerah lengan bajunya, dan cepat-cepat menuju pintu keluar.

"Ah."

Nenek tua itu menjerit, tetapi miko itu tidak menoleh kebelakang.

Dan kemudian,

"!"

Pada saat miko keluar dari kamar.

"KYAAAHHHH!!!"

Dia mengeluarkan jeritan yang sangat kuat. Keberadaan akan nenek tua itu menghilang dari belakangnya(!). Kelihatannya dia lupa bahwa ada tangga diluar.

Setelah berberapa saat, suara sesuatu mendarat di lantai dapat didengar.(!)

Nenek tua itu tanpa sengaja menutup matanya dan melengkungkan lehernya ke bawah.

Dan kemudian

"Sigh"

Dia mengeluh seraya dengan berat hati membuka matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Inilah apa yang aku takutkan... keperibadian yang bersifat menuruntukan kata hati mu itulah yang membuat ku cemas."

...Pada saat kejadian misterius yang tidak wajar tersebut, hampir semua orang tidak menyadarinya terkecuali Elsie.

Pada saat istirahat makan siang. Elsie yang dipuja dan disayangi setiap orang, diajak makan bersama oleh teman-temanya.

Namanya adalah Takahara Ayumi, Kosaka Chihiro, dan Terada Miyako.

"Elly yuk kita makan sama-sama!"

"Elly yuk makan sama-sama"

Memimpin kelompoknya, Cihiro memanggil Elsie. Dengan catatn lainya, 4 cewek tersebut , termasuk Elsie membentuk sebuah girl band, dan Cihiro adalah vocalis utama dan gitaris.

Penampilan, keperibadian, dan minat, seluruh parameter Cihiro (menurut Keima) biasa saja. Dia tidak terlalu menonjol. Tetapi dia memiliki keperibadian seorang kakak yang mampu membawa orang-orang disekitarnya menjadi baik atau jahat, (cek original translation) dia lebih sering berakhir menjadi seorang pemimpin.

Dia juga lah orang yang membuat Elsie ikut di awalnya.

Jika ini adalah Elsie yang biasanya, pada saat dia mendengar Cihiro berkata demikian,

"Baiklah, saya mau"

Dia dengan gembira menjawabnya. tetapi hari ini,

"Ah, baiklah..."

Walaupun dia berdiri sambil mengambil bento (bekal makan siang), dia seketika itu juga merasa sedih sambil melirik ke arah bangku Keima yang kelihatanya sangat jauh.

"..."

Terada Miyako menyadari Elsie kelihatan seperti ini, dan memiringkan kepalanya sambil menaruh rasa curiga.

"Ada apa?"

Serta merta Elsie melontarkan senyuman yang kaku.

"Ah, ti, tidak apa-apa!"

Dan kemudian dengan panik melambaikan tanganya di depan wajahnya.

Terada Miyako sama seperti Cihiro, seseorang yang kelihatan biasa saja. Tetapi, dirinya, tidak seperti Cihiro, bukan tipe yang memimpin orang lain. Dia adalah orang yang biasa saja dan pekerja keras, dan diantara teman-temanya, dia adalah orang yang akan menjaga orang lain.

Karena itu lah dia menyadari bahwa Elsie agak sedikit aneh.

Miyako adalah keyboardist. (cek di original)

Pada saat bersamaan,

"Baiklah, mari satukan mejanya bersama-sama! satukan bersama-sama"

Takahara Ayumi Yang selalu penuh semangat memanggil mereka.

wajahnya berseri-seri,

Pada saat bersamaan dia mendorong Elsie dan Miyako di pundak mereka dari belakang.

"Ah, ba, baiklah."

"Un."

Elsie dan Miyako mengangukkan kepala mereka setelah didorong

Mereka semua adalah gadis-gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan, dan meski mereka akan berkata ‘aku agak gemukan’ atau ‘haaah, kelihatannya besok aku harus mulai diet’, mereka tetap akan menghabiskan roti atau bento mereka.

Khususnya Ayumi, yang berasal dari tim atletik, akan makan jauh lebih banyak daripada orang biasa karena kalori yang akan ia gunakan.

“Akhirnya, waktu itu, para sempai,”

Ayumi berceloteh, dan saat ia berhenti, ia memasukkan roti besar ke dalam mulutnya hingga mulutnya penuh. Penampilannya yang manis hanya nomor dua dari Elsie dalam gang pertemanan ini. Gaya rambutnya memiliki pesona kemurnian yang cocok untuk seorang gadis dari klub atletik dan postur tubuhnya pun lumayan langsing.

Karena itu, di kelas ia juga cukup populer.

Namun, ia sendiri tidak terlihat seperti gadis yang akan memikirkan hal semacam itu.

Sebagai catatan,dalam band ia adalah gitaris, seperti Chihiro. Baik dalam band maupun di antara teman-temannya, ia selalu menjadi yang paling bersemangat.

“…”

Saat itu juga, Ayumi mendadak terdiam, dan Chihiro, yang sedang memakan keripik kentang, tampaknya menyadari sesuatu juga,

“…”

Dan memandang Ayumi serta Miyako.

“…”

Miyako memegang keningnya dengan cemas.

“…”

Ayumi sendiri mengangkat bahunya, seperti berkata ‘Aku tidak tahu’.

“Nah.”

Chihiro akhirnya angkat bicara mewakili semuanya.

“Ada masalah apa, Elly?”

Sejak tadi, Elsie selagi menaruh tangan di dagunya dan sikunya di atas meja sembari memandangi Keima dengan cemas. Tampaknya ia tidak mendengarkan ocehan Ayumi tadi.

“…”

Bahkan setelah Chihiro memanggilnya, ia tetap tidak menanggapi.

Kelihatannya ia tidak sadar Chihiro memanggilnya juga. Chihiro, Ayumi dan Miyako diam-diam saling bertukar pandang dan menganggukkan kepala mereka.

“““ELSIE!!!”””

Ketiganya menyerukan namanya. Elsie benar-benar terkejut. Ia meluruskan punggungnya dan dengan bingung menoleh untuk melihat mereka.

“Y, ya? A, ada apa? Apa yang terjadi?”

Chihiro menghela nafas. Ayumi berkata dengan ragu,

“Ada masalah apa? Kamu kelihatannya nggak memerhatikan? Katsuragi nggak segitu cakepnya sampai kau keasyikan melihatnya, kan?”

Miyako terlihat agak khawatir.

Elsie menunjukkan ekspresi agak malu sembari mengulurkan tangannya untuk menggaruk kepalanya.

“Ahaha, ma, maaf.”

“Kamu kenapa?”

Kali ini, giliran Chihiro yang bertanya sambil mengernyit,

“Apa ada sesuatu yang membuatmu cemas?”

Dua gadis lainnya menunjukkan raut serius. Elsie senang dengan persahabatan mereka, namun ia ragu apakah ia harus menanyakan pertanyaan ini.

“Eh, itu.”

Ia melirik ke samping dan melihat Keima sebelum memelankan suaranya,

“…Nii-sama.”

“Katsuragi?”

“Otamegane?”

Kata-katanya tak terlalu jelas,

Tetapi Ayumi dan Chihiro sedikit bergetar, meskipun tak terlalu jelas.

Pipi kedua gadis itu sedikit merona, meski mungkin tak ada yang menyadarinya, termasuk mereka sendiri.

Elsie mengangguk, dan kelihatannya ia sudah siap.

“Apa kalian tidak berpikir nii-sama bertingkah aneh akhir-akhir ini?”

Semuanya terdiam selama beberapa saat.

Kemuadian,

“Ahahahaha.”

“A, apa katamu~ kok tiba-tiba sekali, sih?”

“Oi oi, Elly. Jangan memberi lelucon waktu kita sedang makan, oke?”

Ketiganya mulai tertawa. Elsie tidak tahu apa yang sedang mereka tertawakan dan membelalakkan matanya. Saat itu juga, mereka tiba-tiba berkata dengan kompak,


“““Cowok itu memang selalu aneh!”””

Dan mereka cukup mempunyai chemistry.

Itu benar.

Sekarang ini, Keima sedang memasang visor [2] dan terus mengubur dirinya dengan bermain game. Dia memanyunkan bibirnya, tak memedulikan sekitarnya dan terus memainkan galgenya.

Selama istirahat makan siang.

Apa ada kata selain ‘aneh’ untuk menggambarkan sikapnya?

“I, itu benar~”

Jari kedua tangan Elsie berputar-putar, menunjukkan rasa malunya.

“Tapi bukan cuma itu~”

Tetapi tiga gadis lainnya sedang mengobrol dan tidak mendengarkan yang Elsie katakan.


“Cowok itu benar-benar aneh~”

Semua orang sepakat berpendapat demikian.

Dari murid hingga guru, semuanya merasa bahwa Katsuragi Keima adalah ‘orang yang aneh’. Namun menyangkut ibunya, ia adalah orang yang lebih normal.

Sebagai perempuan, ia seorang diri mengurusi semu amasalah di kafé ‘Grandpa’, dan bahkan mengambil alih beban keluarga Katsuragi dari ayah Keima yang jarang pulang ke rumah.

Karena ia dulunya adalah orang yang ugal-ugalan, semua orang yang membuatnya marah pasti akan mendapatkan balasan yang mengerikan. Akan tetapi, ia biasanya adalah seorang ibu baik yang akan merawat orang, sangat sabar dan sangat cerdas. Ia membesarkan putranya, Keima, yang mempunyai kepribadian yang sangat aneh (sebenarnya, dalam hati ia juga agak cemas), dan bahkan mengangkat Elsie, anak tidak resmi suaminya (meski sebenarnya ia salah paham). Dari pembawaannya yang sangat ramah, orang bisa mengatakan bahwa ia bukan orang biasa.

Dari caranya yang dengan sopan menyapa para pelanggan di konter kafé, mungkin susah dibayangkan bahwa ia adalah seorang ibu yang bernyali tinggi.

“Hm~hm~☆”

Ia bersenandung sendirian di dapur setelah usai bekerja.

Kemampuannya membuat makanan yang lezat dan bergizi seimbang adalah hal yang Elsie, sebagai sesame perempuan, benar-benar kagumi.

Elsie berada di sampingnya, membantu menyiapkan makan malam dengan mengupas kacang kapri. Tiba-tiba, dengan penasaran ia bertanya,

“Anu, okaa-sama.”

“Hm?”

Ibu Keima—Katsuragi Mari sedang menuang air panas saat ia bertanya,

“Ada apa, Ell-chan?”

Kedengarannya suasana hatinya sedang baik.

Elsie menjadi sedikit ragu.

Tetapi.

“Eh.”

Elsie masih berharap Ibu Mari tahu tentang hal ini, dan ia berharap dapat mendengarkan saran darinya.

“Ini mungkin kedengaran aneh.”

Elsie mendekati Mari dan memelankan suaranya untuk mencegah Keima, yang sedang duduk di meja ruang tamu mendengarnya.

“Akhir-akhir ini,”

Ia menelan ludah.

“Apa kami nii-sama bersikap aneh akhir-akhir ini?”

Sesaat, Mari menoleh dan memandang lurus pada Elsie, sampai-sampai lupa untuk menaruh sumpit pengaduk di tangannya.

Elsie memandang Mari penuh harap.

Ia percaya.

Ia percaya bahwa Mari, pasti telah menyadari sesuatu yang ganjil pada Keima.

“Fu.”

Mari tiba-tiba mengguncangkan bahunya,

“Ahahahahaha.”

Dan mulai tertawa terbahak-bahak dengan suara keras.

“Tolong, ya~ bukannya anak itu memang sudah aneh, Ell-chan?”

“Eh, itu benar, sih, tapi~”

Bahkan ibu Keima sendiri menyebutnya seperti itu.

Elsie terlihat sangat bingung dan diam-diam menengok ke belakang. Keima sedang mengenakan visor dan memainkan gamenya. Posisinya sama persis dengan saat ia berada di sekolah, bahkan bibir manyunnya pun terlihat persis.

“Ngomong-ngomong, dia duduk dengan patuh di meja saat waktunya makan, jadi kurasa ada peningkatan.”

“…”

Elsie tidak tahu bagaimana harus menjawab dan menggulirkan bola matanya dari sisi satu ke sisi lainnya.

“Ngomong-ngomong.”

Ekspresi Mari menjadi sedikit serius.

“Akhir-akhir ini, yang aneh bukan anakku. Tapi rumah ini.”

Mari meletakkan sumpit pengaduknya, mengelap tangannya dengan apron dan melihat Elsie.

“Apa kau tidak merasa ada angin-angin yang bertiup masuk dari beberapa celah?”

“…”

“Ini aneh. Aku tidak menemukan satu lubang pun setelah mencari sepanjang hari.”

“…”

“Rumah ini terasa dingin. Tapi aku tidak tahu sebabnya.”

“Ya, sekarang musim panas.”

“Ya. Itu benar-benar aneh. Lagipula kita biasanya tidak menyalakan AC.”

“…”

Elsie nampak berkaca-kaca. Mari meneruskan,

“Rumah ini juga kelihatan gelap. Apa lampu-lampunya rusak?”

Ia melihat ke langit-langit.

“…”

Elsie mendadak menoleh. Saat itu, Keima melepaskan visor dan bangkit. Sepertinya, ia hendak pergi ke toilet. Dia pelan-pelan menggerakkan kakinya dan meninggalkan ruang keluarga.

“Toilet lembab sekali, dan rumah ini bahkan berguncang sebentar saat tengah malam. Rasanya seperti ada yang berkeliaran. Haruskah kita mencari orang-orang yang spesialis dalam bidang ini untuk memeriksanya?”

Tepat saat Mari mengusap dagunya dengan jari dan bergumam,

“!”

Elsie merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.

Sementara Keima, yang membuka pintu dan hendak meninggalkan ruang keluarga…

“Eh!”

Ia hanya bisa memekik.

Keima memperlihatkan senyuman misterius di bibirnya.

Elsie mulai tambah merasa tidak enak.


Elsie mandi agak malam hari ini.

Ia sibuk dengan tugas-tugas rumah, dan menunggu Mari dan Keima selesai mandi lebih dahulu sebelumnya. Itu karena Elsie merasa bahwa ia hanya tinggal bersama mereka untuk sementara waktu, dan juga karena ia perhatian.

Meskipun wajah Elsieterlihat agak kekanak-kanakan, proporsi tubuhnya sangat mengagumkan.

Dengan hati-hati, ia membasuh kulitnya yang seputih salju dan rambutnya yang hitam kelam sebelum menenggelamkan diri ke dalam bak mandi.

“Fuu.”

Dan menghembuskan helaan nafas.

“Aku benar-benar sibuk hari ini.”

Di sekolah, ia harus berlatih bersama Chihiro dan kawan-kawannya di band. Di rumah , ia harus membersihkan kafé, bersih-bersih rumah, dan mencuci pakaian.

Jadi, ia memejamkan matanya sejenak, dan nyaris tertidur di bak mandi.

Tes.

Tiba-tiba, suara tetesan air terdengar.

Ia buru-buru membuka matanya. Air menetes pelan dari keranke dalam bak yang penuh dengan air.

Plup.

Tetesan-tetesan air itu menyebar di permukaan air dan mengeluarkan bunyi.

Elsie buru-buru meraih keran dan mengencangkannya.

Plup, plup. Air hangat meluncur dari kulit putihnya yang halus dan mendarat di ubin lantai.

“Fuu.”

Ia kembali merendam dirinya ke dalam bak mandi dan menepuk dirinya dengan jari untuk mengusir rasa kantuknya. Ia memikirkan Keima.


“Aku masih, merasa, kalau ini agak aneh.”

Sejak dia membeli ‘Favor of the Western Lantern’, jelas ada sesuatu yang salah dengan Keima. Meskipun begitu, seperti yang semua orang katakan, sikap dan tingkah laku Keima memang jauh dari ‘kewajaran’. Tetapi, Elsie bisa mengatakan.

Entah mengapa.

Keima lebih aneh dari biasanya.

Tidak, seharusnya dikatakan ia jauh lebih aneh dari biasanya.

Pada saat itu, sesuatu terlintas di benak Elsie.

“Ah.”

Ia tanpa sadar berseru. Jadi begitu.

Ia akhirnya memikirkannya.

Sumber dari semua keganjilan.

Adalah…

“U.”

Bulu kuduk Elsie mendadak berdiri meskipun ia sedang berendam dalam air hangat.

Ia merasa tubuhnya menjadi dingin.

“Aku mengerti, jadi itu sebabnya…”

Alasan mengapa ia merasa bahwa Keima aneh.

Sebenarnya karena dia tidak berbeda dari biasanya.

Keima mendapatkan game yang tidak pernah ia sangka dapat dibelinya, dan itu adalah game yang selalu ia impikan. Tetapi, dia tidak menjadi keasyikan bermain game itu untuk menaklukkannya, malah pergi ke sekolah seperti biasanya (meski sambil bermain), dia makan seperti biasanya di rumah (meski sambil bermain), dan tidur seperti biasanya (kemungkinan besar, dia mengunci dirinya di dalam kamar dan meneruskan gamenya.)

Namun,

Kapan dia memainkan game itu?

Game yang bernama ‘Favor of the Western Lantern’.

Elsie sangat mengerti bahwa sekali Keima serius, dia dapat memecahkan game itu dengan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan manusia. Tapi, bahkan setelah membeli game itu dan menghabiskan beberapa waktu, ia tidak terlihat berhasil menaklukkan ‘Favor of the Western Lantern’. Dia sudah menjelaskan semua tentang game itu pada Elsie. Jika dia menaklukkannya, paling tidak dia akan menceritakan perasaannya.

Ngomong-ngomong,

Seluruh situasinya malah bertambah aneh.

Dari apa yang biasanya Keima lakukan, mestinya dia akan mengurung diri di kamar dan memainkan ‘Favor of the Western Lantern’ itu sepanjang hari.

Itu kembali menimbulkan pertanyaan,

“Kapan kami nii-sama memainkan game itu?”

Sekarang, Elsie sudah tahu bahwa itu adalah game yang harus ‘diinstal’ dalam sebuah ‘komputer’.

Tapi, Keima berangkat ke sekolah dan berbicara dengan Mari seperti biasa setelah sampai di rumah, membaur ‘dengan senang hati’ dengan anggota keluarganya di ruang keluarga.

Kalau begitu, kapan dia punya waktu untuk memainkan ‘Favor of the Western Lantern’ yang akhirnya ia dapatkan…

“Jangan-jangan…malam hari?”

Elsie merasakan hawa dingin di dalam kepalanya dan menengadah melihat langit-langit.

Lantai dua.

Tampaknya dia dapat melihat menembus langit-langit ke dalam kamar Keima sementara dia terkunci di dalamnya, memelototi layar game bagaikan kesurupan.

Punggungnya membungkuk.

Dan di balik kacamatanya, matanya berbinar-binar.

Mulutnya pasti menyunggingkan senyuman misterius itu…

Sedetik kemudian, Elsie merasa sangat ketakutan karena ia merasakan hawa dingin di punggungnya.

“!”

Ia nyaris menjerit ketika lampu padam. Ia langsung merasa panik. Matanya yang kehilangan cahaya tidak mampu segera menyesuaikan diri dalam kegelapan, dan ia sama sekali tidak bisa melihat apa-apa. Jadi, ia secara refleks berdiri.

“~u”

Ia terlihat berkaca-kaca saat ia memanjat keluar dari bak mandi, berhati-hati agar tidak terpeleset sembari mengulurkan tangannya dan meraba-raba sekelilingnya dalam kegelapan.

Namun, dalam hati ia gugup.

Ada apa ini?

Apa yang terjadi?

Apa listriknya mati?

Apa ada yang mematikan lampu?

Apa?

Ada apa?

Setumpuk pertanyaan berputar-putar di dalam kepalanya sementara ia bergegas mencari jalan keluar dengan kaki telanjang. Saat ia hampir mencapai pintu untuk keluar dari kamar mandi,

“!”

Elsie tanpa sengaja menghentikan langkahnya.

(Aneh? Apa itu?)

Matanya akhirnya terbiasa dengan kegelapan.

Masih samar-samar, tapi dia bisa melihat kamar ganti lewat celah yang sedikit terbuka.

Apa?

Apa itu?

(Ada sesuatu yang berlutut di lantai.)

Perutnya merasakan hawa dingin, dan seluruh aliran darahnya bagaikan membeku dalam sekejap.

(Apa itu orang? Ada seseorang di sana?)

Elsie benar-benar lupa bahwa ia sedang telanjang. Ia terpaku di situ, dan matanya tak bisa berpaling dari sesuatu itu.

Giginya bergemeletuk.

(Apa itu okaa-sama? Atau kami nii-sama?)

Bagaimana mungkin?

Akal sehatnya mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Kalau itu Keima.

Kalau itu Mari.

Mengapa mereka mendekam di sana dan tidak mengeluarkan suara?

Dalam gelap gulita.

Elsie,

“Siapa kau?”

Sangat ingin menanyai sesuatu itu, namun nalurinya menghentikannya. Sesuatu itu,

Bukan manusia.

Melainkan sesuatu yang lain.

(!)

Elsie hampir muntah. Sosok itu,

Mulai berpaling ke arah Elsie.

Pertama, wajahnya.

Kemudian, bahunya berputar dengan tidak wajar saat tubuh bagian atasnya berputar.

Makhluk itu tak mengatakan apapun.

Yang menggantikannya malah,

“Eh, eh.”

Elsie mengeluarkan suara aneh jauh di dalam tenggorokannya dan nyaris pingsan. Matanya tak bisa berpaling dari makhluk itu, dan ia tidak bisa melakukan apa-apa. Di balik kegelapan, ia dapat melihat sosok makhluk itu, namun entah mengapa, ia sama sekali tidak bisa melihat wajahnya.


Wajahnya sama sekali kosong.

Seperti hantu tanpa muka.

Kemudian,

Dalam posisi itu,

Tiba-tiba.

“~”

Makhluk itu,

Meloncat seperti serangga, hinggap di atas pintu,

“Chichichichichichichi!!”

Dan mengeluarkan suara aneh.

Pintu itu dipaksa membuka oleh tangan-tangan putih yang berkerumun (!) dan berusaha masuk. Tangan-tangan dan kaki-kaki itu semuanya menggapai-gapai dengan membabi buta.

“Chichichichichi!”

Makhluk,

yang menjijikkan itu.

Mau masuk ke dalam kamar mandi.

Chi.

Elsie ambruk ke belakang dan pingsan di lantai, ia secara refleks juga mengeluarkan suara.

“KYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH!!!”

Teriakan itu menjadi jeritan yang mengguncangkan seluruh anggota keluarga Katsuragi.


Dan yang terjadi setelah itu, Elsie sama sekali tidak bisa ingat. Yang ia tahu hanya bahwa Mari buru-buru mengangkat tubuhnya yang telanjang.

Tampaknya ia pingsan di lantai kamar mandi.

Lampu-lampu sudah menyala.

Ia bisa melihat Keima di belakang Mari. Dia memalingkan wajah, mengusahakan dirinya untuk tidak melihat Elsie. Pada saat itu, yang Elsie pikirkan mungkin tidak sesuai dengan situasinya.

(Kami nii-sama…peduli padaku.)

Kelihatannya Keima datang setelah mendengar jeritan Elsie, yang membuatnya sangat senang dan tidak bisa menahan senyumnya. Saat itu juga, ia sadar bahwa ia masih telanjang dan panik.

Ia menggunakan handuk untuk membungkus tubuhnya dan berdiri dari lantai.

Mendengar kekhawatiran Mari,

“Apa kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi, Ell-chan?”

Ingatannya kembali, dan rasa takut kembali bangkit dalam dirinya.

Kemudian, ia bergidik.

Elsie buru-buru menjelaskan apa yang terjadi pada keluarga Katsuragi.

Lampu yang mendadak padam.

Dan ada makhluk yan gtidak diketahui asalnya mendekam di dalam ruang ganti.

Ia melambai-lambaikan tangannya sembari menjelaskan mati-matian.

Akan tetapi,

“…”

“…”

Baik ibu dan anak itu, Mari dan Keima, hanya saling bertukar pandang. Mari terlihat agak cemas, dan Keima menghela nafas.

“Tapi, Ell-chan.”

Kata Mari kemudian,

“Aku dan Keima sama-sama terjaga, tapi lampu tidak padam, lho? Lampu terus menyala. Tidak diragukan lagi.”

“Soal itu!”

Elsie mati-amatian berusaha membuat mereka yakin.

“Itu! Wanita itu!”

Entah mengapa, naluri Elsie mengatakan bahwa makhluk itu perempuan.

“Wanita itu pasti yang mematikan lampu!”

Keima menghela nafas lagi. Mari sendiri tersenyum. Lalu,

“Ell-chan, kamu pasti kelamaan berendam di dalam bak mandi, sampai mendapat halusinasi itu.”

Tangan putih Mari memegang kening Elsie dengan lembut.

“Ta, tapi.”

Elsie ingin melanjutkan. Namun pada saat itu, Keima berbicara,

“Sumpah, Elsie.”

Dia tidak memberikan Elsie waktu untuk meneruskan kata-katanya. Mata di balik kacamata itu berkilau, dan ia segera berkata,

“Aku turun ke dapur untuk mengambil minuman, dan Ibu kebetulan baru keluar dari toilet. Kami sudah ada di sini kurang dari 10 detik sesudah kau menjerit. Ibu berada tepat di depan toilet toilet, jadi mestinya tidak ada be any delay in time.

“Dengarkan aku, Ell-chan.”

Mari terlihat benar-benar khawatir.

“Seperti yang Keima katakan. Benar-benar kebetulan aku baru keluar dari toilet. Kamu tahu toilet di rumah ini terletak tepat di sebelah kamar mandi, jadi aku segera membuka kamar mandi saat aku mendengar kamu menjerit.”

Pada saat ini, Elsie akhirnya mengerti apa yang berusaha mereka katakan.

Mari menambahkan.

“Tentu saja, aku tahu waktu aku membuka pintu. Tidak ada yang aneh di dalam ruang ganti, dan lampu di kamar mandi semuanya menyala.”

“Hau.”

Mata Elsie sedikit berair.

Setelah mereka menjelaskan…

Ia mungkin merasa bahwa semua itu hanya halusinasi belaka.

Jadi, ia sedikit bisa menerima penjelasan Mari, dan merasa jauh lebih lega.

Tetapi,

Ia masih merasa bahwa hal itu memang terjadi sebelumnya…

Elsie tidak benar-benar mengerti, dan menggunakan kepalan tangannya untuk mengetuk dagunya selagi ia tenggelam dalam pikirannya.

“Hau~”

“…”

Keima, yang terus melihatnya tanpa berkata apa-apa, menghela nafas untuk ketiga kalinya.

“Lain kali, ingat untuk jangan mandi terlalu lama, Elsie. Aku kembali ke kamar.”

Keima berkata seraya meninggalkan ruang ganti. Kelihatannya bersama dengan Elsie yang setengah-telanjang membuatnya merasa tidak enak.

Dari sudut pandang tertentu, pemikiran ini logis saja.

Kemudian, Mari berkata,

“Ini, Ell-chan, cepat ganti dan datanglah ke dapur. Kamu kelihatan capek. Biar kusiapkan ‘’’ginger ale’’’ untuk membangunkanmu.”

Ia tersenyum dan mengikuti Keima. Duk, pintu ditutup.

“Hau~”

Elsie, yang ditinggal sendirian di dalam ruang ganti, mengeluh. Ia kemudian berpikir sambil pelan-pelan mengenakan pakaiannya. Ia melepas handuk sambil mengambil pakaian dalamnya dan mengangkat kaki saat hendak memakainya.

“?”

Ia cepat-cepat memakai pakaian dalamnya dan perlahan-lahan berjongkok.

Lalu, ia menggunakan ujung jemarinya untuk memungut sesuatu dari lantai.

“!”

Mukanya langsung memucat.

Itu,

Seutas rambut putih yang panjang.

Reaksi pertama Elsie.

Adalah,

“~U!”

Ia menjepit seutas rambut itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi, dan dengan panik berlari-lari di sekitar ruang ganti. Manusia…tidak, iblis pun, makhluk apapun yang bertemu rangsangan yang jauh melampaui kemampuan mereka pasti akan panik.

(Apa? Apa ini?)

Ia sama sekali tidak tahu.

Kenapa,

Di tempat seperti ini…

Ada rambut seperti ini?

Pikiran-pikiran Elsie terhubung . Sosok misterius itu, ‘’’software game’’’ yang Keima beli, dan seutas rambut putih yang jatuh tepat di depan kamarnya.

Jadi, ia pun menyimpulkan.

Bahwa…

Seutas rambut ini…

Apakah,

Sosok aneh itu.

Wanita itu.

Makhluk itu?

“Apa, apa semua ini berhubungan? Dengan game itu?”

Sekujur tubuhnya tidak tahan untuk tidak bergetar.

Tubuhnya tidak mau mendengarkannya dan udara menjadi semakin dingin.

“…game yang kami nii-sama beli waktu itu.”

Ketika itu.

Elsie akhirnya pulih, dan menyadari bahwa jemarinya masih memegang rambut yang tidak jelas asalnya itu.

“KYAH!”

Ia menjerit, melempar rambut itu…

“U, uu.”

Dan buru-buru berlari ke wastafel untuk mencuci tangannya dengan sabun. Setelah memastikan bahwa ia telah mencucinya beberapa kali, ia menghembuskan nafas lega.

Kemudian, ia menggunakan selembar tisu untuk memungut rambut itu dan membuangnya di tempat sampah. Itu tindakan yang sederhana, namun terasa sangat menjijikkan sampai ia hampir memekik…

“Hau~”

Ia hanya berharap.

Untuk tidak,

Mengalami fenomena yang aneh lagi.


Seluruh kehidupan sehari-harinya,

Perlahan-lahan dirusak oleh keanehan-keanehan.

Seperti saat ia berbaring di tempat tidur, ia akan melihat ke jendela karena tidak bisa tidur, dan di luar jendela…

Meskipun ini lantai dua.

“!”

Ada sebentuk wajah yang dimiringkan ke samping, melihat ke dalam ruangan tanpa mengeluarkan suara.

Wajah yang kosong,

Tanpa organ apapun.

Dan sapuan rambut yang putih.

“Eh!”

Tepat saat Elsie hendak menjerit.

Wajah itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Apa dia bermimpi?

Apa ini imajinasinya?

Atau dia cuma salah lihat?

Bagaimanapun, Elsie sama sekali tidak bisa tidur.


Saat ia dikelilingi teman-teman sekelasnya di sekolah.

Ia melihat Keima.

Pandangan di depan matanya membuatnya terkejut.

“!”

Ia nyaris menjerit di tengah siang bolong.

Ada sebuah tangan putih,

Begitu kurus sampai tidak wajar dimiliki seorang manusia, tumbuh dari celah di antara meja, menempel erat-erat ke pinggang Keima.

Tangan itu melingkarinya beberapa kali.

Berkali-kali.

Tepat ketika Elsie nyaris kehabisan nafas dan diam terpaku.

Ilusi itu lenyap tanpa jejak.

Keima terus menyunggingkan senyum tipis sambil terus memainkan gamenya dengan santai. Dan ada berbagai macam kegemparan di sekitar mereka saat Chihiro dan kawan-kawan memanggilnya.

Ada apa ini?

Apa ada yang salah dengan kepala Elsie?

Apa yang sebenarnya terjadi?


Waktu mandi di rumah, ia menemukan rambut putih yang terbawa aliran ke saluran air.

Itu jelas-jelas bukan milik Elsie.

Itu bukan rambutnya.

“Hau.”

Ia bingung sekali.

Pada suatu hari, ia akhirnya sudah tidak tahan lagi…


Pagi itu gerimis. Elsie merasa tidak enak setelah ia bangun dari tempat tidur.

Tak peduli apakah di sekolah,

Ataupun saat ia pulang ke rumah,

Ia merasa ada sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini sedang mengawasinya dari belakang, dan ia pun berulang-ulang kali menoleh ke belakang.

Melihatnya seperti ini, bahkan Chihiro yang biasanya cuek,

“…Oi oi, kamu kenapa, sih, Elly?”

Tidak tahan untuk tidak mengangkat alisnya dan bertanya.

Sementara Elsie,

“…”

Hanya bisa memberikan senyuman yang terlihat seperti hendak menangis sembari menganggukkan kepalanya tanpa suara.

Ia tidak bisa menjelaskannya.

Dan ia tidak bisa meminta orang lain menolongnya.


Sesampainya di rumah, sesuatu yang membuat kecemasan Elsie bertambah tetjadi.

Ibu Keima, Mari,

“Maaf! Ada beberapa masalah di rumah ibuku, jadi aku harus menutup toko dan and pergi ke sana dulu.”

Saat ini menepukkan tangannya dan meminta maaf.

Elsie sedikit panik.

Ia sebenarnya memikirkan sesuatu jauh di dalam hatinya.

Yaitu,

“Rasanya lebih baik kalau okaa-sama [3] ada di rumah.”

Elsie merasa bahwa apapun yang terjadi, selama Mari ada di rumah ini, ia pasti akan bisa merasa lebih tenang. Namun, satu-satunya harapannya, Mari,

“Jadi, aku titip Keima padamu.”

Meninggalkan kata-kata itu dan buru-buru meninggalkan rumah.

“Ah.”

Saat Elsie membuka mulutnya, pintu sudah ditutup.

Ia bisa merasakan hembusan angin yang dingin,

Bertiup ke dalam lengan bajunya.


Setelah itu, Elsie memeriksa seluruh sudut rumah dan mengunci semua pintu serta jendela. Seekali, ia melihat langit kelabu di yang ada di luar jendela.

Hari masih sore, tapi lingkungan sekitarnya sudah gelap gulita. Awan-awan kelabu yang suram berlapis-lapis menutupi seluruh permukaan langit.

Air hujan yang sedingin es turun dari langit.

Tetesan-tetesannya mengalir di kaca jendela.

Lampu-lampu jalanan di luar jendela tampak semakin menyeramkan. Saat ia melihat matahari kuning yang terbenam mulai terselimuti, kegalauan Elsie tampaknya bekerja. Tubuhnya bergemetar dan ia meninggalkan jendela.

Karena ia sama sekali tidak merasa aman, Elsie memutuskan untuk menonton TV di ruang tamu.

Ia menyelimuti kepalanya dan meletakkan bantal di lututnya.

“A, apa ada acara yang lucu, ya…”

Ia terus mengganti-ganti salurann.

Tetapi, hanya pada hari itu saja…

“Ke, kenapa acara memasak bisa jadi edisi spesial supranatural?”

Ia hampir menangis.

Saat ia mengganti ke saluran berita, laporan tentang badai pasir mengejutkannya; saat ia mengganti ke saluran komedi, pembawa acaranya mulai membicarakan hal-hal yang seram.

Pasti ada yang mengacau di sini!

Kalau Keima melihatnya,

“Kenapa iblis takut dengan hal seperti itu?”

Kemungkinan besar dia akan berkata seperti ini pada Elsie. Tetapi, ia masih merasa ketakutan.

Elsie,

“Uu~ hau~”

Mengeluarkan suara isakan dan gemetaran saat ia menangis. Pada saat itu pula,

Klak,

“…”

Pintu menuju ruang keluarga terbuka.

Elsie,

“!”

Terlonjak kaget. Yang berdiri di pintu,

“…”

Jelas adalah Keima. Dia menggunakan suaranya yang tenang,

“Elsie.”

Untuk memanggil Elsie.

“Ad, ada apa?”

Suara Elsie tanpa sengaja menjadi jeritan. Ia menurunkan selimut yang tanpa sadar ia kenakan di atas kepalanya dan bantal di pahanya lalu berdiri. Keima melirik selimut dan bantal itu selama beberapa saat, namun tidak banyak bertanya, dan ia menyatakan permintaannya dengan jelas.

“Aku lapar. Aku mau makan sesuatu.”

Elsie samar-samar menganggukkan kepalanya.

“O, oke, aku mengerti…”

Biasanya, masakan yang dibuat Elsie akan menimbulkan perdebatan panjang. Sementara soal masakannya sendiri, baik rasa, gizi, ataupun penampilannya, ia memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadapnya; namun Keima akan grumble jika masakan itu dibuat untuknya (pada dasarnya, karena penampilan makanan itu menyebabkan beberapa gejala tertentu pada Keima).

Sebagai catatan, menu hari ini adalah,

“‘Keju Cheddar dan Nasi Kukus Mururuka’!”

Elsie dengan pede menyajikannya.

Biasanya,

“Mu, Mururuka? Apa itu?”

Keima akan mengatainya, dan Elsie akan berkata dengan percaya diri,

“Mururuka, ya Mururuka. Itu binatang berhidung bengkok yan gsangat bergizi dan hidup di sungai Sanzu!”

“Ja, jawaban macam apa itu!? Mana bisa aku makan benda seberbahaya itu setelah mendengarkan penjelasanmu?”

Dan memulai pertengkaran.

Tapi hari ini…

“…”

Keima actually menggerakkan sumpitnya tanpa suara dan memakan makanannya dengan suapan besar, tanpa sama sekali mengeluarkan protes.

Elsie mulai merasa depresi lagi.

“The, then, kami nii-sama.”

Itu adalah alasan.

Keima terlihat sangat tenang.

“Eh, eh.”

She timidly opened her mouth.

“Yah.”

Keima tiba-tiba mengulurkan tangannya. Ia dengan lincah mengambil hiasan bunga dari atas meja dan mulai memakannya dengan lahap.

Elsie memelototi Keima.

“…”

Ia melihat baik-baik, dan menyadari bahwa Keima sedang menyendiri. Mata di balik kacamatanya berenang-renang.

Ekspresi Elsie sedikit dingin,

“…Kami nii-sama.”

“Un.”

“Apa makanannya enak?”

“Tidak buruk.”

Setelah mengatakan itu, Keima kembali melahap bunga, menelengkan kepalanya dan tampak sedang memikirkan sesuatu. Elsie menghela nafas dan memindahkan pot bunga itu.

Ia tidak bisa membiarkan Keima terus memakan bunga.

Mata Keima masih berenang-renang, dan sumpit-sumpitnya mulai menjentik dan menangkap-nangkap udara. Setelah beberapa saat,

“Aku mengerti!”

Dia mendadak berseru dan berdiri. Clak. Dia menyingkirkan sumpitnya.

“Aku mengerti hubungan antara semua ini! Sekarang…aku bisa memecahkannya. Elsie, aku kembali ke kamarku!”

“Eh?”

“Jangan ganggu aku.”

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan siap untuk meninggalkan kafé. Elsie tidak bisa mencegahnya,

“Ja, jadi, kami nii-sama!”

Dan memanggilnya.

Ia kira Keima tidak akan berhenti,

“…”

Tak disangka, dia berhenti di depan pintu dan berbalik untuk memandang Elsie.

“…Ada apa?”

Dan bertanya.

Elsie panik. Sebenarnya, ia tidak punya alasan untuk untuk memanggil Keima. Lebih tepatnya,

Ia merasa bingung dan gelisah.

Tentang Keima,

Tentang segala yang terjadi di rumah ini.

Semua perasaan tidak enak ini.

Tetapi,

“Ya, yah.”

Hau~

Setelah ragu sejenak,

“Eh, eh, yah…game Lantern yang kami nii-sama beli sebelumnya, sudah ditaklukkan?”

Elsie hanya bisa mengajukan pertanyaan ini.

Keima memelototinya dengan mata putihnya yang kosong.

Elsie memberikan senyum damai. Keima memandangnya, lalu,

“Fu.”

Dia tersenyum.

“Belum. Sayang sekali.”

“…”

Elsie tidak mengerti.

“Aneh buatku untuk mengatakan ini.”

Ia berusaha hati-hati untuk tidak membuat Keima marah,

“Tapi dengan kemampuan kami nii-sama, kelihatannya itu butuh waktu lebih lama.”

“…”

“A, apa karena game itu sulit ditaklukkan?”

“…”

Keima terdiam lama sekali, dan hal itu terasa aneh. Kemudian,

“Un, itu benar-benar game yang lumayan lebih sulit. Jujur, aku tidak pernah menyangka kalau penelitian tentang studi keagamaan dan pengetesan logika setingkat itu sampai dibutuhkan.”

Tetapi,

Keima berhenti sejenak.

“Bukan itu masalahnya.”

Masalahnya adalah,

Dia memberikan senyum penuh makna,

“Game ini hanya bisa dimainkan pada malam hari…”

Elsie sangat ketakutan hingga ia bergetar.

Sementara itu, Keima menyipitkan matanya, dan raut mukanya pun kembali tenang.

“Aku ulangi lagi. Jangan ganggu aku!”

Setelah meninggalkan kata-kata itu, ia buru-buru meninggalkan kafé. Elsie tertinggal seorang diri di dalam kafé, berdiri dengan hampa…


Untuk beberapa alasan, segalanya terasa benar-benar menyeramkan.

Elsie cepat-cepat membereskan semua piring dan menyapu sebelum mandi dan buru-buru mengganti bajunya dengan piyama sebelum masuk ke dalam futonnya [4]. Ia hanya memperlihatkan setengah wajahnya dari selimut sementara tubuhnya terus gemetaran.

“U, uu, hau~”

Matanya penuh dengan air mata.

Ada apa dengan Keima?

Apa maksudnya dengan kata-kata itu?

Apa yang terjadi?

Ia tidak memiliki niat untuk tidur. Ia sama sekali tidak ingin tidur.

Namun, saat ia saadar,

“I, itu ‘kan aneh?”

Elsie buru-buru menyeka air liur dari mulutnya.

Pandangannya yang buram perlahan-lahan semakin jelas dari dalam kegelapan. Tampaknya ia tanpa sadar tertidur.

Sebenarnya, ia sendiri sedikit tidak bisa mempercayainya.

Perasaan akan sesuatu yang tidak diketahui asalnya itu kuat sekali, tapi dia malah ketiduran…tidak,

Tetapi,

Saat ia tidur, rasanya seperti seluruh pikirannya masuk ke dalam kegelapan. Terasa aneh…saat memikirkan itu, ia terkejut.

“Eh?”

Ia akhirnya sadar apa yang salah.

“!”

Elsie sangat ketakutan hingga tubuhnya bergetar.

Ini aneh sekali.

Seingatnya ia tidak pernah mematikan lampu.

“Hau~”

Ia hampir menangis.

Entah sejak kapan, semuanya gelap gulita. Ia tergesa-gesa mengulurkan tangan unttuk menekan saklar di sebelah bantal.

“~”

Ia menekannya beberapa kali.

Tetapi,

“Ke, kenapa?”

Gigi Elsie bergemeletuk saat ia berbisik. Semua lampu mati.

“A, apa listriknya mati?”

Meskipun hal itu bukan tidak mungkin…

Namun yang mengisi kepalanya adalah insiden yang terjadi di kamar mandi beberapa hari yang lalu, saat sosok asing itu mendekam di ruang ganti.

Elsie dengan takut-takut melihat ke sekitar kamar mandi.

Makhluk itu.

Ia bertanya-tanya apakah wanita aneh itu mendekam di sana.

“UUU!”

Ia berseru.

Kemudian menutupi kepalanya dengan selimut untuk melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Sebenarnya, Elsie memang berniat melakukan ini dan memutuskan untuk kabur dari kenyataan dengan seluruh kekuatannya hingga pagi menjelang.

Elsie memutuskan untuk bersembunyi di balik selimut.

Ia meringkukkan badannya.

Sangat kecil.

Kecil.


Hujan terus turung hingga tengah malam. Kelembaban yang menyesakkan pun menghilang dan digantikan oleh udara dingin yang ada di mana-mana.

Pemukiman itu sangat sepi.

Mesin penjual minuman tampak semakin terang di jalan yang diselimuti oleh malam.

Awan-awan dengan cepat melayang melewati langit malam.

Sementara awan-awan itu bergerak, rembulan sesekali muncul, menyinari tanah yang berlumpur, terlihat terang sekaligus suram pada waktu yang sama.

Tabi [5] putih dijejakkan keras ke dalam genangan air saat seorang miko muncul.

“Di sini, ya…”

Ia memegang setangkai payung kertas, dan mengangkat kepalanya dari balik payung untuk melihat sebuah kafé.

Papan nama di kafé itu,

Bertuliskan kata ‘Grandpa’.


Elsie memutuskan utntuk tidak meninggalkan selimut walau apapun yng terjadi. Ia meyakingkan dirinya bahwa jika ia tetap ada di dalam, tidak ada yang perlu dikhawatirkannya.

“Hmhm~hm☆”

Meskipun ia berdendang untuk menahan rasa takutnya,

“Hau.”

Air matanya terus mengalir.

“Hau~”

Ia tidak bisa mengatasi fenomena gaib ini.

Karena itu, Elsie membungkus dirinya dengan selimut, meloncat dari kasur, dan berlari keluar dari kamar.

Byur. Suara air dapat terdengar.

Elsie masih membungkus kepalanya dengan selimut seperti siput saat ia dengan takut-takut dan bercucuran air mata menyeret dirinya ke dalam toilet.

Karena sinar rembulan bersinar dari jendela, keadaan tidak begitu gelap.

Meskipun remang, ketegangan di sekitarnya membuatnya terasa seperti sinar putih itulah yang bertebaran.

Tapi,

“Hau.”

Meski demikian, Elsie benar-benar merasa tidak enak karena tidak ada cahaya lampu. Untuk jaga-jaga, ia bersembunyi di pojok dan berusaha menekan semua saklar lampu di koridor dan toilet, namun sama sekali tak ada reaksi.

Apa benda yang disebut saklar pemutus tenaga itu rusak?

Tapi Elsie tidak benar-benar paham cara kerjanya, dan ia tidak tahu di mana benda tersebut dipasang. Ia sama sekali tidak tahu bagaimana cara menanganinya.

At the same time, ia merasa agak bingung.

Jika semua ‘listrik’ di rumah ini tidak bisa digunakan,

“Bagaimana kami nii-sama memainkan game itu?”

Bahkan Elsie pun tahu bahwa komputer membutuhkan listrik.

Saat itu juga.

“Eh!”

Tanpa banyak berpikir, Elsie berlari keluar dari toilet dan memekik pelan. Jari-jari kakinya yang tak beralas menyentuh sesuatu yang sedingin es.

Ia dengan lembut menarik kakinya mundur dan mendekatkan wajahnya ke koridor untuk memeriksanya,

“…Air?”

Itu adalah genangan air.

Ia melihat sekelilingnya. Kamar mandi tepat berada di depannya .

Pintunya yang tadi jelas sudah ditutup menunjukkan sedikit celah.

“Kenapa ada air di sini…kami nii-sama?”

Sesaat, Elsie berpikir bahwa Keima menumpahkan sesuatu, namun tampaknya tidak seperti itu. Genangan air itu mengalir ke depan.

Bagaikan benda basah yang berjalan mendekat.


  1. tempat di mana band-band indie bebas tampil
  2. semacam kacamata untuk memainkan game?
  3. ibu
  4. kasur gulung
  5. kaos kaki tradisional Jepang. Pada bagian jari-jarinya dipisah menjadi dua bagian.