The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1 Chapter 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Dunia Negatif[edit]

Katsuragi Keima berjalan di depan, dan seorang gadis yang mengikutinya gelisah karena suatu alasan, dia berkata dengan nada kaku untuk menyembunyikannya,

“He, hey, Katsuragi! Kamu mau membawaku kemana? Aku, aku akan mengatakannya secara tegas terlebih dahulu. Aku akan menolak kalau kamu mau melakukan hal-hal yang ‘berani’ padaku! Aku akan benar-benar menolakmu! Kita harus melakukannya sesuai urutan.”

“...”

Keima tiba-tiba memutar kepalanya ke belakang.

Tatapan tajam Keima menembus gadis itu, dan ia cuma bisa melihat sekeliling tak berdaya. Mereka ada di kuil yang cukup jauh dari jalan.

Tidak ada orang lain di sana.

Tidak, sebenarnya ada seseorang di sana.

Seseorang yang sepertinya mengamati mereka keluar perlahan-lahan dari belakang pepohonan..

(Siapa, siapa dia?)

Gadis itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Seorang gadis dengan jepit kepala berbentuk tengkorak muncul di sana.

Katsuragi Keima menanyakan sesuatu kepada gadis itu.

Sepertinya mereka saling mengenal satu sama lain.

“Elsie, bagaimana?”

Gadis yang dipanggil Elsie menggelengkan kepala.

“Bukan dia.”

“...Dengan kata lain.”

“Tidak. Orang ini tidak memiliki arwah pelarian.”

Katsuragi Keima mendesah keras-keras.

“Aku mengerti. Kalau dipikir baik-baik... mungkin seharusnya aku sudah menyadarinya. Aku selalu langsung berpikir kalau seorang gadis dengan arwah pelarian pasti memiliki suatu masalah. Dan karena itu, aku mencari masalah pada gadis yang tidak memiliki masalah. Setelah menghilangkan asap yang menutupi, ini bahkan bukan karakter ganda.”

Dia mengangkat bahunya.

“Aku benar-benar naif! Tidak, daripada itu.”

Dia meringis.

“Elsie, hal semacam ini tidak akan terjadi kalau saja kamu mengikutiku setelah pulang sekolah. Aku tidak akan tertipu trik murahan seperti ini...yah, alasan kenapa aku memintamu mencari Amami Tooru adalah karena kau satu-satunya yang bisa mendeteksi arwah pelarian.”

Dia mendesah.

“Kali ini, yang pintar tertipu.”

Gadis yang bernama Elsie menatap pada gadis yang lain.

“Dia benar-benar mirip.”

Gadis itu panik.

Dia gelisah.

Katsuragi Keima dan gadis bernama Elsie ini membicarakan hal aneh sejak dari awal. Dia berpikir kalau ‘sepertinya Katsuragi-kun bukan orang jahat, jadi misiku seharusnya sudah selesai’. Akan tetapi, perasaan tenang ini beterbangan menjauh.

Instingnya menakutinya, terbakar seperti minyak yang dinyalakan.

Siapa orang ini?

Katsuragi-kun.

Siapa orang ini?

Keima menatap sekilas gadis itu.

“Fuu...’apa yang kau inginkan?’. Sebenarnya, itu kata-kataku. Yah, itu bukan masalah. Secara garis besar aku bisa menduga kenapa kamu melakukan hal ini. Jadi akui saja, kamu bukan Yoshino Asami.”

“!”

Gadis itu membelalakkan matanya. Keima mengangkat tangannya dan menunjuk ke arahnya.

“...Kamu adalah.”

Dia mengatakan hal ini.

“Yoshino Ikumi. Saudari perempuannya, dan kembar.”

Gadis itu.

Kembaran Yoshino Asami, Yoshino Ikumi berdiri di sana, terkejut.


Dia bingung.

Dia melihat ke sekeliling dengan paras kebingungan, dan gadis yang dipanggil Elsie menatapnya dengan pandangan tertarik. Yoshino Asami—

Atau lebih tepatnya, Yoshino Ikumi yang berpura-pura menjadi Yoshino Asami merasakan tatapan dingin Keima tertuju padanya,

“In, ini, itu.”

Pertama, dia menanyakan satu pertanyaan yang paling mengganggunya.

“Biar kutanyakan ini...bagaimana kamu tahu namaku?”

Setelah ketahuan, dia tidak marah karena rasa malu, dan tidak pula menertawakan Keima. Dia sejujurnya cuma panik.

Pada saat ini, satu sisi Yoshino Ikumi terlihat, atau lebih tepatnya, pada dasarnya dia menunjukkan dirinya di sini.

Keima mendesah.

“Itu sederhana. Aku menanyakan satu pertanyaan pada kakak perempuanmu saat di sekolah, dan membuat satu permintaan.”

“Eh?”

“Aku bertanya padanya ‘kau punya saudari kembar?’. Lalu, yang satunya ‘jangan kau katakan apa yang aku tanyakan padamu hari ini saat kau pulang ke rumah, tapi kau boleh menuruti hal lain yang dia katakannya’.”

Yoshino Ikumi terbelalak. Keima lalu berkata.

“Yoshino Asami...kakak perempuanmu menjawab ya untuk kedua pertanyaan. Dia terlihat tidak bisa percaya, seperti kau sekarang. Dia tidak pernah mengatakan pada siapapun tentang keberadaan saudari kembarnya yang bersekolah di tempat berbeda, dan bagaimana aku tahu—seperti itu.”

Keima lalu melanjutkan.

“Itu karena hal ini kan? Kamu dengar dari Yoshino Asami...kakak perempuanmu. Dia tidak pernah mengatakan pada siapapun di sekolah tentang dirimu, jadi logikanya, aku tidak akan tahu keberadaanmu. Dengan demikian, kamu mencoba menipuku dan bersandiwara sebagai Yoshino Asami...kakak perempuanmu untuk mengerti diriku, benar begitu? Untuk mengenalku secara pribadi.”

“Ah, un.”

Yoshino Ikumi terkejut.

“Lalu, kapan kamu menyadarinya?”

Dia kalah telak.

“Kamu tidak menunjukkan perubahan ekspresi bahkan sampai akhir minggu.”

Keima terlihat seolah merendahkan dirinya sendiri saat dia tertawa.

“Tidak, itu kebetulan...satu hal yang tidak akan kau mengerti walau kukatakan padamu. Seorang gadis yang terlihat sangat berbeda, lalu mungkin kebalikannya juga mungkin. Dengan kata lain, dua gadis yang terlihat seperti satu orang pada kondisi tertentu. Aku baru memikirkannya.”

Keima menatap sekilas ke arah Elsie.

Untuk suatu alasan, Elsie terlihat sangat senang, dan Keima menatap kembali padanya dengan pandangan ramah.

“...”

Setelah kesunyian sesaat, haha, Yoshino Ikumi tertawa kaku.

“Luar biasa.”

Dia menyesal dari lubuk hatinya.

“Aku bahkan bisa mengelabui ibu sejak kecil kalau aku serius. Tidak bisa dipercaya kamu menyadarinya.”

Keima lalu menambahkan.

“...Tapi kamu tidak serius sama sekali.”

Setelah mengungkapkan hal ini, Yoshino Ikumi terlihat seolah malu.

“U, it, itu karena...”

“Sepertinya begitu.”

Keima mendorong kacamatanya dan berkata dengan nada berat.

“Kalau kamu serius, kau mungkin akan bisa seperti kakakmu. Kepribadian ‘biasa’ bisa ditiru sepenuhnya, benar kan? Tapi kamu menunjukkan kepribadian aslimu di depanku karena kamu tidak bermaksud untuk mengolok-olok atau pun mengerjaiku. Tujuanmu secara sederhana hanya untuk memahamiku.”

Yoshino Ikumi menunjukkan ketakutan dimatanya.

Karena Katsuragi Keima.

Anak laki-laki tampan di depannya ini pada dasarnya mengatakan kebenaran.

Fu, Keima meringis.

“...Ngomong-ngomong, bahkan walaupun kau tidak serius, aku tertipu olehmu. Pertukaran kembar seharusnya adalah dasar dari yang dasar.”

Dia meng-klik-kan lidahnya sedikit.

“Dua penaklukan bersamaan...jadi aku berpikir untuk mengambil inisiatif. Aku juga sangat naif.”

Dia meneruskan mengingatkan dirinya sendiri.

“Tapi, yah, karena kamu beraksi seperti ini, aku menemukan jalan untuk memecahkannya, dan hasil ini cukup menyenangkan juga.”

Keima menggunakan matanya yang panjang dan sipit untuk menatap Yoshino Ikumi.

“Kau akan mengatakannya padaku kan? Katakan padaku tentang masalah kakakmu, Yoshino Asami. Itu alasanmu mendekatiku kan? Kalau itu aku.”

Keima mengatakannya dengan penuh percaya diri.

“Aku akan menyelamatkan kakakmu. Aku bisa melakukannya.”

Yoshino Ikumi takut-takut berteriak.

“SEBERAPA BANYAK!?”

Pada dasarnya dia berteriak sekuat tenaga.

“SEBERAPA BANYAK KAMU TAHU, KATSURAGI-KUN?”

Teriakan yang dipenuhi ketakutan seorang gadis biasa pada anak laki-laki yang serba tahu. Keima terbelalak, tapi cuma sebentar.

“Seberapa banyak?”

Fuu, dia tertawa penuh percaya diri.

“Semuanya! Semuanya! Aku tahu semuanya! Yoshino Ikumi, Semuanya!”

Keima mengayunkan tangannya sambil menyatakan hal itu.

Elsie juga menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sambil melipat tangannya.

“Hm~seperti yang sudah kuduga dari Kami-sama.”

“...”

Yoshino Ikumi menatap ke arah Keima dan Elsie, menunjukkan ketakutan yang nyata di wajahnya.

“Kamu bilang, sem, semuanya...”

Dia mengatakannya dengan suara serak.

“Ka, kamu.”

Dia akhirnya berhasil menemukan kata-kata.

“Kamu bukan Dewa!”

Lalu.

“...”

Ekspresi Keima tiba-tiba berubah serius. Dia berputar dan berbisik pada dirinya sendiri.

“Ngomong-ngomong...ini kedua kalinya aku dipanggil ‘Kami-sama’[1] sejak aku memulai penaklukkan. Akan tetapi.”

Dia berputar kembali untuk menatap kepada Yoshino Ikumi.

“Aku benar-benar.”

Ekspresinya melimpah dan tidak akan mengizinkan penolakan apapun, dan bahkan bisa dibilang menekan.

“Aku adalah Dewa! Aku adalah dewa penakluk!”

Itu bukan sekedar ungkapan saat Yoshino Ikumi terguncang karena pernyataan itu. Elsie terlihat sangat terkesan saat dia berkata,

“Hei, itu benar, tahu? Kami-sama benar-benar dewa!”

“...”

Yoshino Ikumi kehabisan kata-kata. Seperti suatu bagian di otaknya konslet, dan dia merasa mati rasa. (Sebenarnya, ini tujuan Keima yang sebenarnya, menggunakan nada kuat untuk menunjukkan kepercayaan dirinya padanya.)

Dan kemudian,

“Aha!”

Yoshino Ikumi tiba-tiba menunjukkan air mata di matanya, dan di saat berikutnya.

“AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!”

Dia mulai tertawa seolah sekrup di otaknya longgar. Elsie terkejut, tapi Keima cuma menaikkan alisnya.

“...Apa aneh?”

Dia bertanya dengan dingin.

“Apa aneh kalau aku memanggil diriku sendiri dewa?”

“Ah, HAHAHAHAHAHAHAHA!!!”

Yoshino Ikumi tertawa terbahak-bahak sampai kehabisan nafas, dan mengayunkan tangannya.

“Tidak! Bukan itu, ahahaha!”

Akhirnya, dia berhasil menahan tawanya, dan jarinya mengusap air mata yang keluar.

“Un.”

Dia tiba-tiba menganggukkan kepalanya dengan ekspresi santai.

“Un!”

Matanya penuh percaya diri. Keima tersenyum. Ini sesuai dengan,

Hasil yang dia inginkan.

Yoshino Ikumi menyatakan.

“Aku mengerti! Aku akan percaya sepenuhnya pada Katsuragi-kun! Kumohon! Selesaikan masalah onee-chan[2]!

“...”

Keima tersenyum dengan bibirnya, dan juga matanya.

Dia cuma berkata.

“Dimengerti.”


Ini adalah sesuatu yang terjadi lama setelah itu. Yoshino Ikumi masih ingat apa saja yang dia katakan pada teman-temannya dengan kagum.

“Katsuragi-kun benar-benar.”

Kata-katanya penuh kejujuran,

Meskipun dia sedikit banyak salah paham terhadap istilah ‘dewa penakluk’, ini adalah sesuatu yang muncul dari hatinya!

“Benar-benar seorang pria yang akan menaklukkan bumi!”

Dan,


Akan tetapi, inilah yang sebenarnya terjadi sesudahnya. Saat ini, Yoshino Ikumi dengan sepenuh hati mendeskripsikan kondisi saudarinya pada Katsuragi Keima. Keima, Ikumi, dan Elsie pergi ke belakang kuil, menemukan kursi untuk duduk. Mereka meminum jus kalengan yang Elsie beli, dan Yoshino Ikumi mulai berbicara,

Tentang kondisi saudarinya.

“Onee-chan, dia benar-benar membenci manusia.”

Dia mengatakan hal mengejutkan seperti itu dengan mudah, menarik nafas dalam, menghembuskankannya dengan kuat, dan melihat ke arah Keima.

Akan tetapi, Keima,

Sama sekali tidak bergerak.

Yoshino Ikumi tersenyum.

(Bagus)

Dia berpikir.

(Sangat bagus memiliki seseorang seperti ini)

Lalu, dia dengan cepat berkata untuk menyembunyikan perasaan senangnya.

“Itu bukan sekedar ungkapan.”

Dia berkata pada Keima, yang sekarang menganggukkan kepalanya.

“Aku tahu.”

“Kamu tidak terkejut? Onee-chan ku yang terlihat sangat ‘biasa’, mudah didekati, tidak memiliki karakteristik yang spesial dan terlihat sangat sopan membenci manusia, tahu?”

“Kenapa?”

Keima dengan cara yang sama balik bertanya.

“Apakah ada sesuatu yang mengejutkan kalau dia hanya membenci manusia? Dan,”

Dia menunjukkan ekspresi serba tahu saat dia menambahkan,

“Aku berpikir apakah alasan semacam ini...atau mungkin, alasan semacam ini. ‘Biasa’ cuma topeng Yoshino Asami, benar kan? Untuk kemudahan hidupnya.”

“Aha.”

Yoshino Ikumi tertawa kecil.

“Tidak heran onee-chan sangat menghawatirkanmu, Katsuragi-kun?”

“...”

Keima mendesaknya untuk meneruskan dengan matanya. Yoshino Ikumi juga menganggukkan kepalanya. Di sisi lain, Elsie satu-satunya yang bingung.

Gadis ini tidak mengerti lebih dari separuh kata-kata mereka.

Akan tetapi, Yoshino Ikumi dan Keima meneruskan percakapan mereka dan mengesampingkan Elsie.

“Sejak kami kecil.”

Yoshino Ikumi mulai berkata.

“Sejak kami kecil, kami sering dibilang ‘kalian berdua tidak benar-benar mirip satu sama lain’. Ah, tentu saja kita tidak membicarakan soal penampilan kami. Soal itu, kami kadang merasa kalau kami berhadapan dengan cermin. Aku merasa kembar lebih mirip satu sama lain.”

Keima menganggukkan kepalanya.

Yoshino Ikumi tersenyum kecil dan berkata dengan ekspresi rumit.

“Tapi.”

Dia berkata dengan ekspresi sedih.

“Dia benar-benar berbeda di dalam.”

“...”

“Katsuragi-kun, bagaimana denganku?”

Yoshino Ikumi cepat-cepat menoleh untuk menatap Keima.

‘Aku rasa kau bisa mengatakannya dari waktu kau bersamaku, tapi aku menyukai manusia! Aku suka bersama manusia! Aku punya banyak teman, aku suka sekolah, dan aku benar-benar senang berbicara dengan Katsuragi-kun sekarang. Tapi,”

Dia mendesah,

“Onee-chan kebalikannya.”

Keima tetap diam. Yoshino Ikumi meneruskan,

“Tapi Onee-chan, dia sepenuhnya kebalikan dariku. Dia membenci manusia, membenci perkumpulan, benci bersama orang-orang, dan sekolah dengan banyak orang adalah hal-hal yang membuatnya murung. Berinteraksi dengan orang-orang dan berkumpul bersama mereka akan membuatnya merasa menderita.

Keima berpikir.

(Di ruangan karaoke...di taman, di tempat bowling...jadi itu alasannya merasa tidak nyaman.)

Yoshino Ikumi berkata,

“Bagi Onee-chan, dia bilang kalau dia sangat suka membaca buku sendirian, bermain game, menonton film. Itu impiannya.”

Yoshino Ikumi meringis.

“Saat kami kecil, kami berdua punya impian. Mimpiku adalah untuk menjadi guru TK. Tebak apa impian onee-chan? Bersembunyi di sebuah biara jauh di tengah hutan, dan itu saat kami masih di SD, mengerti? Murid macam apa ini?! Banyak orang pasti berfikir begitu”

Keima tidak mengatakan apapun.

Yoshino Ikumi menggelengkan kepalanya.

“Tapi,”

Dia menambahkan dengan ekspresi muram.

“Masalah terbesarnya adalah.”

Dia berhenti lalu bergumam,

“Onee-chan paling benci dengan bagian dirinya ini.”


Alis Keima tidak berubah sama sekali.

Karena hal ini sesuai dengan apa yang dia perkirakan.

Kalau tidak, Yoshino Asami tidak akan memakai topeng itu untuk terus hidup.


“Onee-chan, dia.”

Yoshino Ikumi melanjutkan,

“Dia bilang kalau dia selalu iri padaku, melihatku bisa berhubungan baik dengan orang lain, iri karena aku bisa tertawa bersama dengan orang-orang lain. Itu yang dia katakan. Kami berdua bersaudara. Apa karena kami berdua kembar? Tidak, bukan karena hal itu. Onee-chan sendiri memiliki pengecualian saat membenci orang lain. Anggota keluarga pada dasarnya baik-baik saja, jadi saat dia di rumah, onee-chan sering...nn, selalu berbicara denganku, dan kemudian.”

Dia tersenyum.

“Untuk pertama kalinya, benar-benar yang pertama. Onee-chan mulai membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekolah. Lebih tepatnya...”

Dia terdiam sesaat untuk melihat ekspresi Keima.

Akan tetapi,

“...”

Ekspresi Keima tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Yoshino Ikumi lalu tersenyum jahil seolah ingin menghancurkan ekspresi ‘poker face’ Keima, dan berkata,

“Dia mulai mengatakan padaku semua hal tentang seorang pria bernama Katsuragi Keima.”

“...”

Namun, sesuai dugaan,

Keima masih tetap terdiam.


Ini juga sesuai perkiraan.


“Dan kemudian?”

Keima menyuruhnya untuk melanjutkan. Yoshino Ikumi terlihat sedikit bosan saat dia berkata,

“Kamu tidak kaget? Onee-chan hanya membicarakan hal-hal tentangmu, Katsuragi-kun, entah apakah itu ‘hal-hal yang terjadi pada Katsuragi-kun hari ini’ atau ‘dia membuat marah guru hari ini’ dan akan terus bercerita! Matanya bersinar! Bukankah ini cinta atau sesuatu! Onee-chan benar-benar gadis biasa!”

(Apa benar begitu?)

Sebuah tanda tanya muncul di pikiran Keima.

(Ini bukan cinta atau hal lain. Pasti, setidaknya untuk sekarang.)

Akan tetapi, dia tidak mengatakn hal ini pada Ikumi dan hanya bertanya.

“Jadi.”

Dia menatap matanya dan berkata,

“Jadi untuk mengecek sikapku, kamu menyamar menjadi Yoshino Asami, kakakmu sendiri?”

“Yup~!”

Yoshino Ikumi menganggukkan kepalanya dengan berat.

“Aku benar-benar terkejut saat pertama kali bertemu denganmu! Pada saat itu, aku tahu Katsuragi-kun ada di dekat rumah kami. Aku terkejut saat onee-chan terlihat senang saat dia berkata ‘Aku berjalan pulang dengan Katsuragi-kun!’. Itu karena kamu benar-benar ada di sana, Katsuragi-kun, dan hal yang lebih penting, penampilanmu benar-benar seperti apa yang onee-chan ceritakan padaku! ‘Wajah yang cantik dan terlihat seperti anak orang kaya hikikomori[3]’ atau hal semacam itu.”

“...”

“Sebelumnya, aku mendengar dari onee-chan ‘otamegane, dia dipanggil otamegane’, jadi kupikir kalau deskripsi onee-chan tentang penampilan Katsuragi-kun adalah gambaran yang dibuat oleh gadis yang sedang jatuh cinta, jadi aku sedikit meragukannya. Tapi aku sangat terkejut saat aku bertemu denganmu. Kau benar-benar terlihat seperti anak orang kaya.”

Yoshino Ikumi cekikikan.

Keima sendiri berkeringat dingin.

Haruskah dia senang akan hal ini pada saat ini...

“Ahaha, ini sedikit telat, tapi aku minta maaf padamu Katsuragi-kun. Walau bagaimanapun aku sudah membohongimu.”

Yoshino Ikumi menundukkan kepalanya.

Sebagai catatan tambahan, saat ini, Elsie sedang...tertidur.

Kukaa~dia tidur sambil bergumam dengan suara yang cukup keras. Sepertinya dia secara logika menyerah untuk memahami topik itu karena sangat rumit. Keima melirik ke arahnya dan mendesah.

“Tidak apa-apa. Ini menunjukkan kalau kamu mengkhawatirkan saudarimu. Jadi kakakmu tidak cukup baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, dan kalau kamu memahamiku dengan baik, sangat jelas kalau tidak cocok baginya untuk langsung memulai hubungan denganku. Jadi kamu ingin mencoba apakah aku cocok dengannya atau tidak.”

“Sejujurnya.”

Yoshino Ikumi menggaruk kepalanya dengan kikuk.

“Sejujurnya, aku juga sedikit penasaran. Aku sangat penasaran seperti apa Katsuragi Keima yang selalu onee-chan bicarakan.”

“...Itulah kenapa kau tidak menyamar menjadi seperti kakakmu sepenuhnya.”

“Ya.”

Yoshino Ikumi mengakui.

“Karena, jika mungkin, aku ingin melihat bagaimana kau akan bereaksi terhadap kakakku dengan topeng yang berbeda, ‘aku’ yang berbeda...bagaimana kamu akan merespon pada onee-chan di dalam dan di luar sekolah. Yah, ini bisa jadi kesimpulannya.”

Keima tersenyum,

“Memang benar aku kesulitan.”

“Benarkah?”

“Karena berbagai skenario saling menumpuk satu sama lain.”

“Hei.”

Yoshino Ikumi menaikan pandangannya ddan menatap Katsuragi Keima.

“Aku mungkin saja memberitahukan yang sebenarya lebih awal, tapi aku tidak melakukannya. Aku menundanya untuk sejenak...yah, sebenarnya aku ingin mengatakan padamu tentang hal ini...kamu tahu kenapa?”

Keima tersenyum masam dan berkata,

“Karena kau melihat Amami Tooru...gadis yang terlihat seperti malaikat itu kan?”

“Ya tepat! Pada saat itu, aku berfikir meskipun anak laki-laki ini dipanggil otaku, otamegane, apa dia benar-benar perayu? Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa menarik onee-chan, tapi apa kamu cuma bermain-main dengan onee-chan atau semacam itu.”

“...Kamu salah.”

Keima menyatakan dengan datar.

“Aku,”

Dia mengatakannya dengan sanai,

“Aku tidak populer dengan gadis-gadis sama sekali. Pada dasarnya, itu yang sebenarnya.”

“...”

Saat ini, Yoshino Ikumi yang berkeringat dingin.

Saat ini, giliran Keima bertanya.

“Kau barusan bilang kalau Yoshino Asami, kakakmu, mulai membicarakanku sejak hari pertama. Itu sepertinya terjadi sudah cukup lama, benar kan?”

Yoshino Ikumi menganggukkan kepalanya.

“Aku rasa saat itu sekitar saat dia di kelas yang sama dengan Katsuragi-kun.”

“Aku mengerti. Ini cuma perkiraanku, tapi apakah ada perubahan besar pada Yoshino Asami selama beberapa hari setelah dia bertemu denganku? Contohnya, apakah dia mengatakan hal-hal tentang membenci diri sendiri, terutama mengenai hubungan antar manusia?”

Yoshino ikumi terbelalak mendengarnya.

“Bagaimana.”

Bagaimanapun, suaranya bergetar karena kekaguman.

“Bagaimana kamu tahu?”

“Sesuai dugaan.”

Keima mendesah.

“…”

Yoshino Ikumi terus menatap Keima dalam diam selama beberapa saat, dan kemudian mendesah seperti Keima, menatap ke depan dan berkata,

“Ya, memang seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana kau tahu mengenai hal ini, Katsuragi-kun, tapi benar seperti apa yang katakan. Onee-chan sejak dulu memang sudah iri padaku, tapi sepertinya rasa iri itu bertambah kuat. ‘Bahkan kamu, Ikumi…aku rasa aku juga ingin menjadi gadis yang bisa berinteraksi denan orang lain’—itu yang dikatakannya. Kami, yah, aku rasa itulah. Dia merasa lebih risih setelah menyukaimu, Katsuragi-kun, aku rasa. Mungkin dia berfikir seperti itu karena ingin menjalin hubungan baik denganmu?”

“…”

Keima tidak menjawab.

Tapi di dalam hatinya,

“Aku mengerti. Dia mulai berubah…sepertinya Yoshino Ikumi benar.”

Dia bergumam jauh di dalam pikirannya.

Dia lalu menjawab dengan sebuah pertanyaan.

“Tapi kakakmu selalu ingin memperbaiki dirinya sendiri. Itulah kenapa dia bergabung dengan klub upacara minum teh yang membutuhkan interaksi satu lawan satu dengan orang lain, sesuatu yang dia paling tidak bisa, benar kan?”

“Ha, haha.”

Yoshino Ikumi tertawa kaku.

“Itu benar, sepenuhnya benar. Onee-chan bergabung dengan klub upacara minum teh karena hal ini. Onee-chan merasa khawatir tentang kepribadiannya dan ingin memperbaikinya, memperbaiki bagaimana dia membenci manusia. Karena itu, dia mencoba mengikuti perkumpulan, dan bahkan berusaha keras mengikuti aktifitas klub.”

“…”

“Hei!”

Yoshino Ikumi menggenggam tangan Keima.

“Kumohon! Bagaimana kita bisa mengobatinya? Apa yang harus kita lakukan untuk membuat Onee-chan lebih bisa bersosialisasi?”

Matanya penuh dengan kepercayaan pada pemahaman super Keima.

“Kalau Katsuragi-kun! Kalau itu kamu, Katsuragi-kun, kamu tahu, benar kan? Apa yang harus kita lakukan?”

“…”

Keima tidak merespon saat dia mengajukan pertanyaan lain yang sedikit melenceng dari topik. Itu bukanlah sebuah pertanyaan yang berhubungan langsung dengan penaklukan, hanya sesuatu yang ingin diketahui oleh pria bernama Katsuragi Keima itu sendiri, sesuatau yang ingin dia mengerti mengenai Yoshino Asami.

“Bagaimana sikap kakakmu saat dia tidak mengenakan topeng? Bagaimana sikapnya di rumah?”

“Bagaimana sikapnya di rumah?”

Yoshino Ikumi berkata dengan sedikit keraguan,

“Ah, tidak, kau sudah membicarakan mengenai topeng sampai sekarang, Katsuragi-kun. Tapi one-chan idak akan benar-benar berubah sikap dengan segera, dan dia akan bersikap lembut dan ramah dengan orang lain seperti sikapnya pada kami. Dia juga mendengarkan komplainku. Aku merasa kalau dia bahkan lebih lembut karena dia tidak bias berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Itu hanya…one-chan tidak akan pernah menunjukkan bebannya pada orang lain, selalu. Sepertinya dia akan merasa terlukai membiarkan orang lain tahu sisi lemahnya. Karena itu, dia selalu mencoba menjadi gadis yang baik. Aku tadi bilang kalau onee-chan mau mendengarkan keluhanku, tapi itulah bedanya. Onee-chan, dia,”

Yoshino Ikumi berhenti sejenak,

“Sebenarnya, dia benar-benar gadis yang baik, yang berusaha mengalahkan kelemahannya.”

Dia menyimpulkan.

Keima terdiam untuk beberapa saat.

“...Benarkah begitu.”

Dan dia hanya menjawab seperti itu sambil mengusap dagunya. Elsie menggosok matanya dan bangun dengan sikap kebingungan. Keima melirik sekilas ke arah Elsie lalu berkata,

“Aku mengerti. Aku akan menemukan jalan keluarnya. Ini bisa dilakukan.”

Mata Yoshino Ikumi berbinar-binar mendengarnya.

“Bena, benarkah?”

Pada saat ini, Keima menjawab dengan ekspresi tegang dan berkata,

“Tapi bantuanmu akan dibutuhkan. Kau akan menolongku kan, Yoshino Ikumi?”

Untuk ini,

“Tentu saja!”

Yoshino Ikumi mengangkat tangannya setuju.

Dan Elsie,

Berdiri di sana dengan tatapan kosong.


Pada hari itu,

Yoshino Asami diajak adiknya Ikumi, yang baru pulang ke rumah.

“Teman-temanku dan aku akan pergi ke Dean Land besok. Apa kau ingin ikut, onee-chan?”

Tentu saja, Yoshino Asami tidak benar-benar tertarik. Akan tetapi, adiknya berkata,

“Yah, aku rasa itu akan menjadi latihan yang bagus untukmu supaya bisa berinteraksi dengan orang lain dengan baik, onee-chan.”

Juga, dia menambahkan ‘dan juga’, yang mengejutkan Yoshino Asami.

“Katsuragi-kun juga ikut, Katsuragi Keima-kun yang biasa onee-chan bicarakan.”

Tentu saja,

“Eh?”

Yoshino Asami mau tidak mau bertanya saat wajahnya penuh dengan,

(Kenapa???)

Pertanyaan semacam itu. Yoshino Ikumi menjawab,

“Kebetulan, temannya temanku adalah Katsuragi-kun!”

Saat mendengar hal itu,

“Aku ikut.”

Yoshino Asami menjawab seolah itu adalah insting.

Adiknya, Yoshino Ikumi mengangguk dengan sikap puas.


Hari berikutnya adalah hari yang terang dan cerah.

Jantung Yoshino Asami berdetak kencang saat dia mencapai pintu masuk Dean Land. Di sana, ada patung perunggu pendiri Dean Land, Ikegoma Gakkan. Ini adalah tempat berkumpul mereka.

Untuk suatu alasan, adiknya, Ikumi,

“Aku ada urusan, jadi kau berangkat duluan, okay?”

Dan sesudah mengatakan hal itu, dia tersenyum dan meninggalkan rumah.

Yoshino Asami berfikir,

(Karena kita tinggal serumah, bukankah seharusnya kita berangkat bersama...atau lebih tepatnya, meskipun aku tidak tahu apa urusan yang kau bicarakan, aku masih bisa menemanimu.)

Meskipun begitu,

“Ahahaha, kau harus bersenang-senang hari ini, benar-benar bersenang-senang, onee-chan~”

Melihat adiknya tersenyum cerah seperti itu, dia tidak bisa berkata apa-apa.

Menghadapi adiknya yang memiliki kepribadian yang benar-benar berbeda dengannya, Yoshino Asami selalu merasakan kalau ada sesuatu yang dia tidak bisa lakukan.

Dia sangat percaya pada adik kembarnya, Yoshino Ikumi.

Dia sudah mencapai masa remaja, dan dia tidak bisa bermanja-manja dengan kedua orang tuanya seperti saat dia masih kecil (mesikpun ini alasannya, tidak benar-benar ada masalah keluarga, hanya sedikit perasaan terisolasi, terutama pada ayahnya). Adiknya pada dasarnya adalah satu-satunya orang yang bisa dia ajak bicara.

Meskipun dia juga punya masalahnya sendiri atau membicarakan tentang sekolah, setiap kali adiknya mengeluh tentang masalah anak muda seperti ‘belajar untuk ujian sangat sulit~’ atau ‘ada seorang cowok cakep di kelas...’ (Meskipun mereka terlihat sama secara fisik, dalam hal ini, Yoshino Asami lebih lama mekar, jadi dia sedikit menahan diri di depan laki-laki, sering merasa sangat malu) dia mendengarkan dengan penuh perhatian.

Meskipun meninggalkan faktor ini, saudara kembar itu berhubungan baik satu sama lain.

Tapi meskipun dialah sang kakak, pengambilan keputusan di antara keduannya selalu berakhir pada sang adik, entah mengenai sekolah ataupun mengenai Katsuragi Keima.

“Onee-chan, ceritakan lagi!”

Ikumi akan selalu mendesaknya untuk bicara. Dia tahu adiknya menghawatirkannya.

Khawatir kalau dia masih memiliki permasalahan di dalam dirinya.

Adiknya selalu merasa khawatir.

‘Kau membenci manusia.’ Itulah bagaimana adiknya menggambarkan Asami, tapi bagi Asami, hal itu sedikit berbeda.

Dia hanya tidak cakap dengan manusia.

Asami tidak benar-benar baik dalam hal mebuat hubungan dengan orang lain di permukaan.

Karena itu, kalau ada keharusan untuk mengatakan kalau dia ‘benci’.

Mungkin lebih tepatnya dia membenci,

‘Berkomunikasi dengan orang lain.’

Dia membencinya...

Tidak, bukan.

Lebih tepatnya.

‘Dia membenci ‘dirinya sendiri’ karena tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.’

Pada kenyataannya, dia tidak benar-benar membenci ‘manusia’, atau lebih tepatnya, kebalikannya. Asami suka membaca buku, dan dia pada dasarnya membaca buku-buku yang dinilai tinggi, biografi, dan tentu saja, light novel juga. Akan tetapi, dia terpikat oleh karakter-karakter yang muncul di buku karena dia menyukai keberadaan bernama ‘manusia’. Karena dia tidak bisa bergabung, Yosino Asami mengukai interaksi orang-orang.

Pada contohnya,

“Onee-chan, di kelasku, seorang teman sekelas yang dekat denganku menyukai seorang cowok di kelas lain, tapi dia.”

Dia suka medengarkan adiknya Ikumi membicarakan hal yang tidak perlu ini. Sejujurnya, apa yang mengejutkan Ikumi adalah karena Asami sangat jelas mengenai hubungannya dengan teman-temannya, dan juga, dia mengerti kepribadian teman sekelasnya, pendirian, sejarah, dan lain-lain.

Hal itu bukan karena dia tidak tertarik pada manusia. Dia sangat tertarik pada mereka. Akan tetapi,

Sekali dia terlibat, dia tidak bisa menahannya.

Yoshino Asami sangat menyukai orang-orang yang bahagia.

Ikumi bisa mendeskripsikan hal-hal dengan senang karena dia selalu bisa membuat hubungan dengan siapapun di sekitarnya, dan dia suka memperhatikan teman sekelas yang berhubungan baik dari jauh.

Akan tetapi,

Dia sendiri.

Tidak bisa melakukan hal itu. Setiap kali dia terlibat, dia merasa seolah akan hancur. Bagaimana ya cara menjelaskannnya? Hal itu seperti keseimbangan yang harmonis akan hancur begitu memasuki ‘dirinya’. Dia tidak akan tahu bagaimana dia harus bereaksi, dan akan merasa tidak nyaman, dan kemudian tubuhnya akan merasa tidak nyaman. Karena itu, pikiran manusia seperti ‘onee-chan membenci manusia’ sebagai hasilnya.

Juga,

Dia sangat merasa frustasi dengan dirinya sendiri karena memiliki keras seperti itu.

Dia heran kapan saat dia tidak bisa berhubungan baik dengan orang-orang.

Itu bukan karena tidak adanya kesempatan.

Sebelum dia menyadarinya, dia menemukan adiknya bersinar, dan kemudian iri padanya, dan kemudian merasa tidak senang akan hal itu—itu adalah saat dia masih kecil.

Dia menulis kalau dia ‘ingin menjadi petapa di gunung’ adalah imiannya, dan wali kelasnya sangat mengkhawatirkannya dan memberitahukan orang tuannya, yang kemudian sangat marah padannya.

Akan tetapi,

Ini adalah pemikirannya yang sebenarnya. Ini bukan karena siapapun tidak baik padanya, tapi karena dia tidak bisa melakukannya.

Setelah mereka mencapai remaja, perbedaan kepribadian di antaraa dia dan adiknya menjadi lebih jelas, dan Asami mencoba sebaik mungkin memperbaiki kepribadiannya...

Meskipun dia merasa gelisah akan hal itu, tapi ini adalah alasan utama kenapa dia setuju untuk pergi ke Dean Land. Asami masih merasa ketakutan akan hubungan manusia, tapi dia sering mengikuti kegiatan kelas atau acara sosial, dan dia memilih klub upacara minum teh karena dia berharap bisa menggunakan komunikasi satu lawan satu untuk meningkatkan kemampuan interaksinya.

Tapi pada kenyataanya.

Sebagian dari situasi itu tidak bekerja. Dia tidak bisa terseyum terlalu banyak saat dia bermain dengan orang lain (dia tidak merasa ingin tersenyum), dia khawatir apakah dia menjengkelkan mereka, apakah dia membuat mereka tidak senang, merasa sangat gelisah sampai dia merasa tidak nyaman. Lalu, dia akan menjadi lebih waspada akan orng-orang di sekitarnya dan akan semakin merasa malu. Dia akan selalu dengan tidak hati-hati membandingkan dirinya dengan adiknya.

“Kenapa aku selalu seperti ini?”

Dan akan merasa kesusahan karena hal itu.

Tapi sejujurnya, dia memiliki sedikit harapan bersama dengan kegelisahan ini.

Itu adalah...

“Un...di sini?”

Sesudah dia turun dari bis dan berjalan di jalan yang berangsur-angsur menurun, dia menatap ke sekeliling dan menemukan lokasi pertemuan. Di sana ada sebuah patung perunggu pria dengan ekspresi tegang di samping pintu masuk, dan 2 orang sudah berdiri di sana.

Arre?

Ikumi dan Katsuragi-kun belum ada di sini?

Memikirkan hal ini, dia ingin berbalik ke arah yang berbeda untuk mencarinya, dan menemukannya di sana.

“Ah!”

Jantungnya berdetak kencang menatap Katsuragi Keima berdiri di sana sendirian.

Akan tetapi,

Dia masih memainkan gamenya. Asami bingung apakah dia harus berbicara dengannya. Sesudah ragu-ragu selama beberapa saat.

“Ha, halo, Katsuragi-kun.”

Dia mengumpulkan keberaniannya untuk mengucapkan kata-kata itu.

“HA!”

Katsuragi Keima tiba-tiba membentangkan tangannya lebar-lebar dan menjejakkan kaki kanannya seolah menggunakan game ditangannya untuk menangkap sesuatu yang jatuh dari langit.

Yoshio Asami kaget dan mundur kebelakang.

“Hm?”

Mata Keima kembali ke layar.

“Okay, sukses...selamat pagi.”

Dia berkata.

Yoshino Asami mendesah lega.

“Ah, u, un, selamat pagi.”

Dia kembali tenang dan menggunakan topengnya yang ‘biasa’. Ini adalah satu-satunya keahlian interaksi yang dimiliki Yoshino Asami.

Yoshino Asami, yang tidak bisa berhubungan baik dengan orang lain, satu-satu caranya bisa bergabung dengan kerumunan.

Kepribadian yang rendah hati.

Rata-rata.

Normal.

Tidak membuat orang-orang tidak senang atau menjadi terlalu diperhatikan. Itulah,

Cara Yoshino Asami.

“Kau sangat awal.”

Dia berkata dengan nada tenang sambil mencari cara memulai percakapan.

“Adikmu...Elsie-san, dia tidak datang?”

Sepertinya itu bukan pertanyaan yang sulit, dan logikanya, dia merasa kalau Keima akan menjawabnya,

“Ya, aku suka roti, tapi aku akan makan apapun yang kau buat untukku.”

“?”

Yoshino Asami kebingungan.

“Eh?”

Dia mau tidak mau bertanya.

“Jadi kau tidak harus menurunkan nilai masakanmu.”

“Ha?”

“Ha?”

Tidak mampu membuat percakapan, Keima lalu berkata pada gamenya,

“AKU, BILANG, PADAMU, AKU, SUKA, ROTI!”

“...”

Yoshino Asami kehilangan kata-kata.

“Y, ya, Katsuragi-kun?”

Saat dia menanyakan pertanyaan ini, Keima berkata,

“AKU SUKA ROTI!”

Tidak peduli bagaimanapun dia melihatnya, hanya ada seseorang aneh yang berbahaya. Yoshino Asami akhirnya menyadari kalau Katsuragi Keima berbicara dengan karakter di dalam game.

Buktinya adalah,

“Un...NO! AKU TIDAK MEMBICARAKAN WARNA CELANA DALAM YANG AKU SUKAI, BENAR!”

Dia mengerutkan dahinya.

“Un...bagus juga men-download event sarapan pagi ini, tapi alat pengenalan suaranya masih tidak bisa bekerja. Ini akan burk untuk penaklukan. Harus membuat pembuatnya memperbaiki hal ini. Hm?”

Pada saat ini, Keima akhirnya menyadari kalau Yoshino Asami menatap ke arahnya dengan ekspresi kosong. Sesudah menatap ke arahnya, hal pertama yang Keima katakan adalah,

Hey, kau di sini?”

Yoshino Asami terkejut...


Katsuragi Keima.

Apakah dia benar-benar jatuh cinta padanya?

Bagi adiknya, memang begitu,

“Ya~itu adalah cinta! Kau pasti memikirkan tentang Katsuragi Keima saat ini, onee-chan!”

Dan itulah apa yang dia katakan.

Saat dia melaporkan hal-hal yang terjadi seharian di sekolah pada adiknya, anak laki-laki misterius bernama Katsuragi Keima ini terus muncul semakin sering, dan adiknya menunjuk akan hal itu.

Saat mendengarnya.

Dia kurang lebih jujur pada dirinya sendiri.

Itu kenyataan kalau dia memerah, dan jantungnya berdetak lebih cepat. Adiknya dengan senang berkata,

“Hey~ sesuai dugaanku!”

Dia bertepuk tangan.

“Tidak, bukan itu!”

Yoshino Asami menggelengkan kepalanya dan menggoyangkan tangannya. Dia berfikir kalau dia tidak mungkin mempunyai perasaan ini.

Biasanya, saat dia membicarakan Keima, dia hanya akan sedikit lebih malu dari biasanya.

Akan tetapi,

Menghiraukan hal yang tidak rasional ini, hal ini seperti apa yang adiknya katakan, Hatinya memang bergetar, Apa ini—jatuh cinta?

Pada awalnya, dia sering memikirkan anak laki-laki bernama Katsuragi Keima ini. Saat pelajaran, istirahat makan siang, di dalam kelas.

Bahkan saat mereka berpapasan di koridor.

Sebelum dia menyadarinya, dia terkejut menemukan matanya selalu mengikuti Keima. Sejujurnya, akhir-akhir ini, dia pulang bersama dengan Keima, dan bahkan meskipun kelihatannya tidak ada hal yang terjadi, jantungnya berdetak lebih keras.

Cinta...

Tidak ada yang tahu apakah itu benar-benar cinta atau tidak, dan sejujurnya, dia tidak benar-benar mengerti hal bernama cinta ini.

Hanya ada satu hal. Hanya ada satu hal yang dia yakini.

Dan itu adalah,

Dia sangat memikirkan Katsuragi Keima, anak laki-laki ini.

Dia tidak bisa menyangkal kalau dia memiliki perasaan padanya.

Dia tidak tahu alasannya.

Karena itu, dia mengecek pemikirannya ini yang tidak benar-benar bisa dia mengerti. Meskipun hanya sedikit, kalau dia berbicara lebih banyak dengan Katsuragi Keima, mungkin dia dapat mengatur pemikirannya yang berantakan yang tidak bisa dia singkirkan. Akan tetapi...

Dia hanya merasa tidak nyaman bertemu dengannya.

Apa yang membuatnya semakin terganggu adalah—hal berikutnya yang Keima katakan,

“Baiklah, ayo kita masuk, bisakah kita?”

Dan hanya seperti itu, dia membawa Yoshino Asami ke Dean Land. Asami panik.

“Eh? I, ini?”

Tepat di depan Keima, topeng ‘biasa’ yang selalu bisa dia kenakan dengan sukses terkelupas.

“Tunggu! Di mana adikku? Dan yang lain?”

“Hm?”

Keima berhenti.

“Apa? Apa kau tidak tahu? Adikmu dan Elsie akan ada di sini satu jam lagi, dan sisanya sepertinya akan ada di sini sesudahnya. Hanya ada kita berdua sejak awal.”

Saat mendengar hal ini,

Yoshino Asami terpaku selama beberapa saat.

“EEEEEEEEHHHHH!!!?”

Dan mau tidak mau berteriak karena hal itu benar-benar di luar dugaannya.


Lalu, dengan segera Keima memasuki Dean Land, dan Yoshino Asami terlihat bingung saat mengikutinya ke dalam.

Keima melihat ke arah kerumunan orang-orang yang masuk dan berkata tanpa ragu.

“...Aku tidak ingin berganti pakaian. Bagaimana denganmu?

Ini adalah fasilitas yang hanya mengijinkan akses setelah berganti pakaian dengan cosplay.”

Yoshino Asami berkedip dan mukanya memerah.

Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, mau cosplay apa.

Tidak apa-apa kalau dia bersama dengan adiknya, tapi akan sangat memalukan melakukannya hanya dengan Katsuragi-kun!

“Tidak, tidak!”

Dia mau tidak mau mengatakannya, dan kemudian menyadari sesuatu saat dia menutup mulutnya. Akan tetapi, mood Keima sepertinya tidak terpengaruh.

“Tentu saja. Ya ampun, aku tidak tahu apa orang-orang yang suka cosplay pikirkan. Tidak mungkin3-D mengalahkan 2-D.”

Dia bergumam pada dirinya sendiri, dan pemikiran Yoshino Asami memikirkan bernbagai macam hal.

(Er? Ap, apa kita akan berdua sendirian? Ap, apa yang harus aku aku lakukan? Aku tidak bisa karaoke, aku tidak bisa bermain game, aku, aku tidak bisa bertahan!)

Asami terganggu akan hal ini dan mulai panik lagi. Tapi segera, semua pemikiran ini sia-sia. Ekspresi Keima tiba-tiba,

“...”

Berubah serius.

“?”

Yoshino Asami bereaksi ke arah tatapan Keima.

Di sana,

“Bishoujo game~Minggu peningkatan seragam~”

Ada sebuah poster terpampang. Keima menatap sekeliling dengan ekspresi yang lebih serius, dan Yoshino Asami juga melihat ke sekiling.

Jadi seperti itu.

Dia tidak yakin, tapi memang ada gadis-gadis mengenakan seragam menarik di sekitar.

Mungkin seragam ini adalah yang dikenakan gadis-gadis dalam game?

Pada saat ini,

“Apa itu seragam Akademi Izumi di ‘Poninyan’? Tapi warna selendangnya tidak benar...dan apa itu!? Seragam Akademi Grand Sand dari ‘The Time Without You’ dan Seragam SMA Furuhara dari ‘The Smiling Summer Vacation’ tercampur baur!”

Sepertinya Katsuragi Keima benar-benar tidak bisa membiarkan kesalahan kecil pada seragam-seragam itu.

“Lencana seragam itu terbalik! Aku bilang di sana ada burung dengan sebuah pohon di lencana Ohno bird patch itu! Atau flag terakhir akan tidak berarti!?”

Sejujurnya, Yoshino Asami tidak mengerti apa yang Keima katakan, tapi...

“Benar-benar tidak bisa dipercaya!”

Dia dapat megerti sepenuhnya kenapa Keima marah. Lalu, dia menjawab pernyataan ‘hey kau, apa kau punya hak bicara seperti itu’ dengan tindakan.

Sepenuhnya menghiraukan keberadaan Yoshino Asami, yang menemaninya, dia mendatangi bagian penerimaan dan berteriak,

“Hal yang kau sebut seragam ini punya banyak masalah!”

Dia komplain pada para pekerja Dean Land, dan kemudian berkata dengan teliti,

“Lalu, lepas syal-nya ini, dan itu saja. Di sini seharunya ada benang perak yang digunakan untuk membuat pakaian pangeran, benar-kan? Itu akan terlihat seperti seragam murid Akademi Neville.”

Dia terus menunjuk hal-hal yang perlu diperbaiki. Pada awalnya, para pekerja semua meragukannya, tapi karena apa yang Keima katakan jelas dan akan membuat perubaan besar dengan sedikit perbaikan, apa yang terjadi adalah bukan hanya gadis penjaga yang mendengarkan, tapi juga supervisor, sampai,

“Itu, itu sangat hebat! Kumohon jadilah penasehat kostum kami!”

Dia menggenggam tangan Keima dengan sikap tersentuh dan mencoba membujuknya. Sedangkan Keima,

“Kalau aku bisa melakukan hal itu untuk kostum yang berhubungan dengan gal-game.”

Dia dengan siap menerima.

Cuma seperti itu, satu jam berlalu.

Sampai saat waktu Yoshino Ikumi dan Elsie tiba.


Pada awalnya, Yoshino Ikumi mendengar tentang apa yang terjadi dan berteriak.

“Eh~? Tidak mungkin! Kalian berdua tidak pergi bermain!?”

Untuk hal ini, Yoshino Asmi cuma bisa setuju. Elsie satu-satunya yang terlihat merasa bersalah dan menunjukkan ekspresi sedih dan menatap Keima yang memukul meja di counter dan mengatakan berbagai hal.

(Itu benar-benar seperti apa yang kami-sama akan lakukan.)

Keadaan itu enah kenapa terasa sedikit segan.


Dengan demikian, Keima dan YoshinoAsami bergabung dengan Yoshino Ikumi dan Elsie, dan bahkan Keima tidak ingin berdiri di depan counter dan membicarakan tentang pakaian gal-game. “Benar-benar”, dia memberikan ekpresi semacam itu sebelum mengikuti Yoshino bersaudara dan Elsie.


Satu-satunya yang merasa bersemangat adalah Yoshino Ikumi, seolah dia ingin membuat kakaknya lebih dekat dengan Katsuragi Keima karena dia terlihat tidak bisa mendekati Keima,

“Di sini! Kita pergi ke sini!”

Dia keras-keras berkata sambil menunjuk pokok penualan tingkat 7 Dean Land, ‘masuki rumah hantu dengan pakaian renang’. Yoshino Asami memerah, Elsie terkejut, dan Keima cuma menunjukkan ekspresi kosong.

Fasilitas macam apa ini?

Itu adalah apa yang ekspresinya perdebatkan.

Jangankan cosplay dan berjalan di dalam fasilitas atau jet coaster di luar, designer Dean Land membuatnya terlalu jauh. Juga ‘memakai pakaian renang dan memasuki rumah berhantu’ ini ide yang cukup briliant.

Peserta harus berganti pakaian dengan pakaian reang di pintu masuk (baik versi pria maupun wanita tersedia untuk di pinjamkan), dan mereka akan memasuki sebuah bangunan dengan air setinggi lutut.

Ini di desain sebagai ‘komplek bawah air’.

Menurut pemahamannya, ini adalah rumah berhantu digabungkan dengan kolam renang. Peserta harus mengarungi komplek yang dipenuhi air.

‘Air mengalir setinggi lutut’ adalah pokoknya.

Sebagai contonya, mereka akan menyadari air yang jernih sampai suatu tempat berubah ,emjadi merah darah, atau seseorang memegang pergelangan kaki mereka dari dalam air.

Apakah itu naik atau pun turunnya suhu, orang-orang pada umumnya akan merasakan benban mental yang cukup besar.

Ada banyak hal yang tidak diketahui yang mengkhawatirkan.

Air yang tidak diketahui.

Itu cukup menakutkan.

Di sisi lain, itu adalah hasil ciptaan yang mengagumkan.

Alasan lainnya adalah mereka harus mengenakan pakaian renang, banyak pasangan tertarik sambil mencari sensasi. Yoshino Asami ragu pada awalnya, tapi membeli tiket masuk karena permintaan yang sedikit memaksa dari Yoshino Ikumi.

Mereka keluar terpisah dari ruang ganti pria dan wanita masing-masing di sisi kanan dan di kiri. Yoshino Asami dan Ikumi mengenakan stiped one-poece type, sementara Elsie mengenakan pakaian renang terpisah dengan handuk melilit tubuhnya.

Hal yang mengagumkan adalah meskipun si kembar mengenakan pakaian renang yang sama dan memiliki wajah yang sama, Yoshino ikumi memberikan kesan riang sementara Yoshino Asami cuma terlihat menyedihkan.

Juga, tubuh Elsie di luar dugaan, bagus.

Bahkan Keima, yang cukup dingin dengan gadis di dunia nyata, sedikit tergerak.

Sesudah itu, Keima, satu-satunya pria, dan 3 gadis lain memasuki rumah berhantu dan mencelupkan kaki mereka ke dalam air hangat saat mereka berjalan ke dalam atraksi labirin. Tempat itu cukup menakutkan, Elsie dan Yoshino Ikumi berjalan di depan, sementara Keima dan Yoshino Asami mengikuti dari belakang.

Setiap kali ada tetesan air dari langit-langit atau muncul zombie menakuti orang-orang, Yoshino Asami akan berteriak ketakutan dan menempel pada Keima.

Hal itu tidak mungkin dilawan.

Dia tidak bermaksud melakukannya, tapi tubuhnya merespon dengan pikirannya sendiri dan bersikap seperti itu. Keima juga sedikit memerah, tapi tidak pernak menolak Yoshino Asami.

Dia akan menjerit pada satu saat dan membuat keributan di waktu yang lain. Empat orang itu akhirnya selesai di satu jenis fasilitas itu, dan Elsie dan Yoshino Ikumi sepertinya sangat menikmatinya.

Setelah menyelesaikan semuannya, mereka berganti lagi ke pakaian mereka masing-masing di ruang ganti. Bahkan sesudah berjalan cukup jauh dari rumah berhantu, jantung Yoshino Asami masih berdetak dengan kencang.

Dan ini,

Sepertinya bukan karena rasa takut.


Mereka makan siang sedikit terlambat di restoran di taman bermain. Pada saat itu, Yoshino Asami merasa seolah melepaskan semuanya saat dia berbicara dan bercanda dengan Keima dan mengkritik Keima dengan Ikumi, dan bahkan Elsie, yang dia belum pernah benar-benar berbicara...meskipun ada beberapa pembatasan, dia masih bisa berbicara dengan normal.


Dia senang.

Jadi dia bisa berbicaradengan orang lain selain adiknya.

Dia sangat terkejut,

Dengan penemuan baru ini.

Dia ingin berterima kasih pada adiknya,

Dan dia ingin berterima kasih pada anak laki-laki bernama Katsuragi Keima ini. Akan tetapi,

“Ah, oh iya! Teman-temanku akan ke sini sore ini~”

Adiknya mengatakan hal itu. Saat mendengarkan kata-kata kasual Yoshino Ikumi, perut Yoshino Asami terasa sedikit sakit. Kebahagiaan yang besar yang dirasakannya tiba-tiba melayu, dan terasa seolah dia tertekan.

Pada saat ini.

Katsuragi Keima dalam diam mengamati Yoshino Asami ini,

Sambil memakan nasi omelettenya dengan sendok,

Dia dengan normal,

Memiliki ekspresi yang terlihat seolah bisa memahami semuanya.


Permintaan Katsuragi Keima sebelumnya pada Yoshino Ikumi sangat sederhana.

“Pertama, buat Yoshino Asami dan aku memperoleh waktu bersama di Dean Land...kira-kira satu jam. Lalu, kemudian kau dan Elsie. Yang terakhir, teman-temanmu akan datang dua jam kemudian. Cari orang-orang yang optimis dan mudah memaafkan yang sangat bisa bersosialisai untuk hal ini.”

Mendengar hal itu, Yoshino Ikumi berkata,

“Aku mengerti! Jadi kita akan membuat onee-chan terbiasa selangkah demi selangkah, ya kan? Pertama, Katsuragi-kun, lalu, kami, dan terakhir, sisanya, Dengan begitu, bahkan onee-chan yang tidak terbiasa dengan perkupulan bisa mengurangi bebannya sedikit~jadi begitu. Sesuai dugaanku dari Katsuragi-kun!”

Dia mengatakannya dalam kekaguman. Elsie juga berkata,

“Un~Seuai dugaan dari kami-sama! Metode ini sangat bagus!”

Dia mengatakannya sambil mengayunkan kedua lengannya. Menanggapi hal ini, Keima hanya,

“...”


Tersenyum sedikit.


Dengan demikian, Yoshino Ikumi mengikuti instruksi dari Keima. Saat waktu sudah menjeang sore, teman-teman Ikumi perlahan-lahan mulai berkumpul di Dean Land satu demi satu.

Kelompok itu menjadi sangat besar dengan tujuh orang bersama.

Keima, Elsie, Yosino bersaudara, anak laki-laki yang tinggi, anak lak-laki yang terlihat ramah, dan seorang gadis dengan senyuman yang sangat imut.

“Oke~ semuanya! Ayo kita bersenang-senang!”

Anak laki-laki yang tinggi dan memiliki sikap pemimpin mengumumkan hal itu.

Si gadis dengan senang berkata,

“Aku selalu ingin datang ke sini untuk bermain!”

“Ah, aku ke sini beberapa kali. Un, aku menyarankan..ah, sebelum itu, mari perkenalkan diri kita masing-masing terlebih dahulu, ok?”

Anak laki-laki yang terlihat ramah sepertinya memikirkan semuanya. Sesudah itu, semuanya memutuskan untuk kembali ke counteruntuk berganti pakaian sebelum bermain.

Yoshino Ikumi sangat bersemangat.

“Hei hei, pakaian apa yang akan kalian pakai hari ini?”

Dia menanyakan hal itu pada teman-temannya sambil terlihat sangat senang.

Sebagai jawaban,

“U~n, ayo pakai sesuatu yang belum bisa kita pakai sebelumnya. Hey? Onii-sama?”

Elsie juga benar-benar dalam mode bermain saat menanyakan hal ini pada Keima. Yoshino Asami terlihat sedikit normal saa dia emengatakan,

“...Katsuragi-kun mungkin akan sangat cocok berdandan sebagai pangeran.”

Dia tersenyum.

“...”

Hanya saja Katsuragi Keima,

“...”

Memainkan PFPnya dalam diam.


Semuanya memesan kostum yang mereka ingin kenakan dari counter dan berganti di ruang ganti. Sesudah berganti, mereka mulai dengan senang menilai pakaian satu sama lain.

Dan kemudian, mereka pergi karaoke.

Mereka semua bernyanyi selama 2 jam, dan berganti pakaian sebelum berpindah ke tempat bowling.

Hal itu sangat menyenangkan.

Mereka membagi menjadi dua kelompok untuk bertanding.

Saat ini, kompetisinya sangat menegangkan. Teman satu tim high touch[4] satu sama lain, dan itu terlihat sangat meriah. Lalu, semuanya minum teh di dalam Dean Land dan bercakap-cakap.

Selain Yoshino Ikumi, yang mengajak semuannya, mereka semua baru bertemu untuk pertama kali. Akan tetapi , semuanya bisa bersama dengan cukup baik, dan baik pria maupun wanita dengan kepribadian yang baik tidak terlihat menunjukkan keasingan. Elsie dan Yoshino Ikumi tertawa dari awal sampai akhir, dan Yoshino Asami juga terlihat cukup ‘normal’ saat dia bergabung bersama.

Dia masih tersenyum.

Sesudah beberapa saat, semuanya memutuskan menuju game center. Si pria membuat lelucon, dan semuanya tertawa. Lalu, semuannya mulai saling melempar lelcon satu sama lain, dan Yoshino Asami tertawa sambil menutupi mulutnya.

Elsie, yang berjalan di paling akhir, diam-diam berbisik dengan suara lemah yang tidak bisa didengar yang lain pada Keima, yang berjalan disampingnya.

“Sesuai dugaan dari teman-teman Yoshino Ikumi! Mereka semua orang yang baik.”

“...”

Keima tetap terdiam.

Elsie berkata dalam kekaguman,

“Aku mengerti! Membuat suasana menyenangkan dan beberapa orang ramah bisa memperbaiki aura ‘membenci manusia’ Yoshino Asami. Lihat lihat, kami-sama! Yoshino Asami bisa berhunungan baik dengan semuannya!”

“...”

Keima menatap tubuh langsing Yoshino Asami. Dia menjawab seseorang, dan terlihat cukup senang.

“Benarkah?”

Dan kemudian, dia kembali menatap PFP nya lagi.

“Aku bisa bertaruh kalau tidak semudah itu. Kekurangan kemampuan berkomunikasi tidak bisa diobati dengan begitu mudah.”

“Eh? Lalu, lalu kenapa?”

Jawaban yang tidak erduga itu membuat Elsie berhenti karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Keima meninggalkannya di belakang.

“...”

Dan tetap tanpa ekspresi.

Tapi cuma untuk sesaat, matanya bersinar.


Dia menunggu.

Sepertinya dia menunggu sesuatu.


Sesudah itu, mereka makan malam, dan semuanya berjalan menuju tingkat ruang dansa. Di sana, satu orang berubah karena suatu alasan.

Orang itu adalah Yoshino Asami.


Yoshino Asami seharusnya bersama Keima, Elsie, dan Ikumi, tapi entah kenapa, Keima tidak bersamanya.

Di tempat acara, Keima dipanggil oleh para pekerja untuk keluar melalui pintu belakang. Sepertinya mereka menanyakan saran pada ‘konsultan pakaian gal-game’ dadakan yang tiba-tiba muncul, dan meskipun Yoshino Asami ingin dia tetap bersamanya.

Tapi, dia tidak bisa menemukan alasan. Karenanya, Yoshino Asami tetap diam.

Itu benar.

Biasanya,

Keima tidak punya hubungan langsung dengannya. Saat dia menjawab, dia menemukan adiknya sedang mengatakan sesuatu pada kedua anak laki-laki yang lain.

Dia sendirian.

Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk bergabung. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Gadis yang tersisa, Elsie menatap sekitar dengan pandangan kosong.

Bagi Asami, tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari bersama-sama dengan orang-orang di sekitarnya. Sejak dia memasuki masa remaja, tanpa sadar dia memiliki sikap ‘normal’ sebagai jawaban, dan setelah waktu yang lama, pada akhirnya dia mencapai batas.

Dia merasa semakin terluka.

Dia merasa kalau semakin sulit baginya untuk tersenyum.

Untuk bersama dengan orang lain,

Hatinya mulai terasa sakit.

Rasanya sakit.

Itulah kenapa dia membenci dirinya sendiri, dan Ikumi, yang seperti belahan kepribadiannya, bisa berbicara dengan orang lain dengan sangat senang.

Perasaan tidak nyaman di tubuhnya mulai menyerang.

Dia ingin muntah.

Tubuhnya gemetaran.

Hal seperti itu terjadi beberapa kali, dan dia sangat tidak senang. Dia ingin pergi, dia ingin bergabung, dia selalu ingin hal ini berhasil.

Dia ingin menjadi seperti adiknya, bisa berhubungan dengan orang lain dalam ‘cara normal.

Akan tetapi,

Dia akan menghadapi kemunduran besar setiap waktu.

Kenapa?

Kenapa dia tidak bisa menjadi ‘normal’?

Percakapan sederhana dengan siapapun,

Semua orang bisa melakukannya.

Tapi dia tidak bisa melakukannya tanpa bantuan topeng yang dibuatnya. Jadi seperti itu.

Dia mempunyai sebuah kekurangan yang besar.

Mau bagaimana lagi kalau begitu.


Dahinya penuh keringat, dan tanpa sadar, dia tidak bisa menahannya, dan tidak bisa tersenyum lagi. Sambil menatap Elsie dan adiknya Ikumi bercakap-cakap dengan semuanya, dia tidak bisa menenangkan hatinya. “Ayo minta maaf kalau begitu, meminta maaf pada adikku nanti, lalu meminta maaf pada Katsuragi-kun sesudahnya.”

Dia menutup mulutnya dengan tangannya, memaksa dirinya menahan keinginan untuk muntah.

Di sana ada cosplayer mengenakan berbagai macam kostum. Pada saat ini, dia,

Berlari keluar ruang acara, tanpa menoleh saat dia lari, menuruni tangga dimana tak seorangpun ada di sana, tertatih menuruni setengah tingkat, dan menoleh saat dia menemukan seorang anak laki-laki yang berpapasan dengannya.

Berdiri di sana adalah,

Katsuragi Keima, yang memegang PFP nya dengan kuat.

Dia tidak menoleh saat berkata,

“Apa kau akan pulang ke rumah seperti ini?”

Dan juga,


“Ka, Katsuragi-kun...”

Di pojok tangga, Yoshino Asami menatap ke atas untuk melihat punggung Keima dan bergumam. Keima berputar,

“Sebelum kau berlari pulang ke rumah.”

Dia mendesah, menurunkan kepalanya dan melihat pada Yoshino Asami sebelum bertanya,

“Yoshino Asami, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”

Menatap Yoshino Asami yang kebingungan, dia turun selangkah dan berkata,

“...Kau.”

Dia menanyakan satu pertanyaan,

“Kenapa kau harus berteman dengan orang lain?”

“!”

Yoshino Asami terkejut.

Keima terus berjalan menuruni tangga dan berkata,

“Aku sudah mengamatimu, mencoba memahamimu. Kau memaksakan diri , benar kan? Apakah sebegitu pentingnya berbicara dan bercanda dengan orag lain? Apakah ada keharusan untuk bercakap-cakap dengan riang dengan orang lain? Apa kau harus merasa khawatir tentang terpisah dari kelompok bersahabat? Ha! Itu sangat bodoh! Memahami suasana hati orang lain? Kenapa kau harus mengamati suasana hati orang lain? Suasana? Biarkan saja berantakan kalau memang berantakan! Apa buruknya menjadi angkuh? Sendirianlah kalau kau ingin sendirian! Kalau itu cocok denganmu, banggalah pada kesendirianmu! Jangan bimbang, Yoshino Asami!”

Yoshino Asami mengerti dengan segera.

Dia dipahami. Katsuragi Keima itu,

Memahami semua masalahnya.

Dia selalu bergumul dengan perasaannya, dan menyerah pada sifat alami.

“Sedangkan bagiku.”

Keima menatap Yoshino Asami dengan ekspresi sedih,

Dan megambil langkah turun berikutnya,

“Aku seperti ini, Yoshino Asami. Aku selalu seperti ini.”

Dia seperti seekor elang yang terbang di langit biru dan menatap ke bawah pada hewan menyedihkan yang merangkak dengan kesepian.

Dia sudah tahu.

Dia sudah tahu kalau.

Keima,

Selalu seperti ini, dia selalu seperti ini. Dia bangga akan hal itu, dan tidak pernah mengeluh hidup sendirian.

Dia memahami keberadaan Yoshino Asami.

Jadi,

Itu benar.

Dia pasti selalu mengagumi anak laki-laki bernama Katsuragi Keima karena dia tidak pernah tergoyahkan oleh siapapun, berdiri di sana sendirian dengan tekad manusia super.

“Tap, tapi.”

Suara Yoshino Asami bergetar. Dia akhirnya menyadari kalau dia, Yoshino Asami sangat mengagumi Keima, dan memiliki perasaan padanya,

Tapi, dia menyadarinya.

Dia tidak bisa seperti Katsuragi Keima.

“Karena!”

Air matanya mengalir, dan tubuhnya gemetaran. Dia menutup mulutnya dengan tangan dan menjerit,

“KARENA AKU TIDAK BISA MELAKUKANNYA! AKU AKAN MERASA TERSAKITI!”

Kata-kata mengalir dengan lancar dari dirinya.

“AKU TIDAK INGIN SENDIRIAN! AKU TAKUT SENDIRIAN! AKU, AKU TIDAK KUAT SEPERTIMU, KATSURAGI-KUN!”

Setiap kali dia melihat adiknya berhubungan baik dengan orang lain, dia merasakan kesepian yang tidak bisa diutarakan, kegelisahan, dan kalau adiknya akan meningalkannya.

Jadi,

Itulah kenapa dia selalu mengikutinya. Belahan kepribadiannya.

“...”

Sedangkan bagi Keima,

Dia tersenyum ramah dan berkata,

“Yoshino Asami. Kau sebenarnya tidak membenci manusia.”

Dia dengan perlahan menuruni tangga dan berdiri sama tinggi dengannya saat mata mereka bertemu,

“Kau hanya takut, takut dibenci orang-orang...hanya sedikit lebih takut dari orang-orang biasa, hanya sedikit.”

“!”

“Kalau dirimu yang sesungguhnya, akankah kau merasa kesepian?”

“Ka, karena!”

“Kau tidak akan merasa kesepian.”

Keima mengatakannya dengan yakin. Dia tetap tersenyum ramah dan meletakkan tangannya dipundak Yoshino Asami. Pada saat ini.

Mata Keima memancarkan pandangan tulus.

Mungkin itu kekhawatiran pada gadis yang terlihat sama dengannya tapi sebenarnya tidak. Dia berkata,

“Tidakkah mereka di sini? Bukankah kau punya adik yang memikirkanmu apapun yang terjadi? Yang mengatakan kalau kau tidak bisa hidup normal dengan orang-orang?”

Eh?”

“Kalua ada pilihan antara ‘kau’ dan ‘dunia’, dia tanpa ragu akan memilihmu. Kau tidak sendirian. Kau tidak sendirian, Yoshino Asamu.”

Dan,

Dia menambahkan sambil mendekatkan wajahnya.

“Aku juga...”

“Ah.”

Tubuh Yoshino Asami menegang sejenak saat kata-kata Keima memasuki hati dan jiwanya pada saat ini.

“Aku ada di sampingmu. Aku akan menerima dirimu apa adanya. Karenanya...”

Ya.

Yoshino Asami menutup matanya, dan bibir Keima mendekat dengan lembut.

Lalu,

Sebuah ciuman.

Yang memaafkan segalanya, menerima segalanya, menyetujui segalanya.

Ciuman Keima.

Ciuman yang memiliki ‘kepercayaan’ Keima.


Saat ini Yoshino Asami sudah dibebaskan sepenuhnya.

Itu adalah penaklukan pertama untuk hari itu.


Swosh. Arwah pelarian keluar dari tubuh Yoshino Asami, dan Elsie, yang menunggu di tangga atas,

“Ini waktunya!”

Dengan sigap segera menangkapnya. Keima membuka matanya dan mendesah dalam hati.

Dia merasakan tatapan aneh.

Itu sudah dapat di duga.

Mata Keima bertemu degan gadis yang melihat ke atas pada keduanya dengan sikap terkejut.


Kemungkinan bertemu ternyata sangat tinggi...

Tapi dia berhasil membuat pertemuan.

“!”

Si gadis ‘Denpakei’, Amami Tooru berdiri di sana.


Sesudah itu, berbagai kejadian kacau terjadi. Amami Tooru sangat terkejut, matanya terbelalak dan dia berputar lalu melarikan diri.

“Kita berasil! Kami-sama! Kita mendapatka arwah pelariannya!”

Elsie sangat gembira.

Yoshino Asami masih bersandar di tembok dengan sikap bingung, dan dia kehilangan semua ingatan tentang penaklukan ini. Pada saat ini, para pekerja dari Dean Land berlarian mendekat.

“Ah, jadi kau di sini, consultan fashion! Kau tahu, dansanya sudah dimulai. Terima kasih padam, acara dansanya sangat sukses!”

Mereka mengatakan hal itu sambil menarik Keima.

Keima dengan segera berkata,

“Tunggu!”

Akan tetapi, mereka tidak melepaskannya, dan Keima dengan paksa dibawa ke ruang acara dan di dorong ke panggung dengan bantuan semuanya dia dia angkat ke atas.

“Hey, tunggu sebenatar! Aku sibuk! Lepaskan aku!”

Bahkan sesudah Keima megatakan hal itu, kerumunan itu hanya bersorak keras.

Mereka pasti berfikir itu adalah suatu bentuk hiburan.


Musik riang gembira bergema.

Lalu,

Keima menatap ke atas.

“...Aku rasa.”

Dan mendesah.

“Kita seharusnya mengikuti rencana awal, ya kan...”


Katsuragi Keima terlihat mencium seorang gadis, dan mendapat kesan buruk seperti itu yang akan sulit untuk di hilangkan, dia memulai penaklukan terakhir...


Dia berdiam di mansion yang sangat mewah.

Ayahya adalah seorang bos besar.

Dia memiliki beberapa usaha yang terkenal.

Ibunya seorag bangsawan terkenal.

Seluruh keluarganya sangat kaya.

Sejak kecil, dia tidak punya kekhawatiran apapun. Dia memiliki maid dan butler setiap waktu, yang sangat langka di Jepang jaman modern, seorang sopir, bodyguard, dan koki yang khusus. Juga, ada makanan Jepang maupun barat.

Sejak kecil, dia mempunyai empat guru les yang hebat bergantian mengajarinya. Kebunya sangat buruk, dan anjing-anjing penjaga German Shepherds akan dilepaskan saat malam.

Di sana ada juga danau besar.

Beberapa ekor burung berenang di danau, dan sayap mereka di jepit—untuk mencegah mereka kabur.

Kedengarannya seperti lelucon, tapi di sana bahkan ada tempat golf pribadi di kebun. Itu adalah kegemaran ayahnya yang gagah.

Ayahnya adalahyang memiliki kekayaan besar itu.

Tidak peduli seberapa mewah mereka hidup, mereka mempunyai kekayaan yang membuatnya sepertinya tidak ada masalah.

Kekayaannya sangat besar hingga mungkin tidak akan goyah bahkan kalau tiga generasi berikutnya terus menghabiskannya. Kehidupannya sbegitu hebatnya.

Saat dia bangun, para maid akan menunggunya di sudut tempat tidur.

Dia akan berjalan ke kamar mandi pribadinya, dan seseorang akan membawakan handuk panas, mengelap wajahnya dan memilihkan pakaiannya.

Untuk sarapan, ditekankan pada perpaduan mewah makanan yang sehat dan nikmat.

Orang tuanya percaya kalau,

Semua orang harus hadir saat makan. Itu akan menjadi sarapan bahagia yang cocok untuk keluarga bermartabat.

Dengan begitu, ketiga anggota keluarga harus hadir. Sesudah sarapan, dia akan pergi ke sekolah, dan akan ada limo hitam mengantarnya ke sana. Biasanya, pengantaran semacam ini akan sangat berlebihan, tapi sekolahnya adalah sekolah di mana anak-anak orang kaya akan bersekolah, yang membuat hal seperti ini biasa.

Di sana ada putri dari perusahaan besar, putri-putri dari politikus, gadis-gadis bangsawan asing dan putra pianis internasional yang terkenal. Semuanya jelas sangat hebat, tidak perlu khawatir mengenai hal-hal di dunia. Setiap orang dari mereka sudah jelas kaya, dan setiap orang dari mereka dilayani orang lain dan menerima mereka sesuai dengan hal itu.

Meskipun ada dunia yang benar-benar berbeda.

Mereka tidak mungkin tahu.

Di sekolah, dia akan menggunakan ‘keigo’[5] yang biasa digunakan bangsawan karena para gadis menggunakannya.

Karenanya, dia juga seperti itu.

Itulah pendidikan yang dia dapatkan.

Dan dia melakukannya.

Kalau dia tidak melakukannya...

Dia adalah putri satu-satunya, seorang gadis yang akan mewarisi kekayaan melimpah ayahnya dan garis darah bangsawan ibunya. Dia selalu diberikan pengharapan dan cinta.

Meskipun dia cukup sehat, dia pernah jatuh sakit saat dia kecil.

Meskipun sedikit berlebihan, semua pegawai di sebuah rumah sakit dipanggil ke rumah, dan kedua orang tuanya merasa hal ini perlu.

Akan tetapi, dia tetap merasa bersalah.

Tentu saja, dia mendapatkan cinta yang berkelas, dan dia mendapatkan perawatan yang paling maju, dan bahkan pendidikan terbaik sering disiapkan untuknya.

Sebagai anak dari keluarga yang dihormati.

Pendidikan adalah sesesuatu yang perlu.

Menyusun bunga.

Pembicaraan bahasa Inggris.

Violin, piano, dan bahkan menunggang kuda di ajarkan padanya.

Dan dia bahkan belajar sopan santun di meja makan bahkan sebelum dia belajar bicara.

Sikap berdiri, sopan santun atau bahkan gerak-isyarat saat berbicara; semua hal-hal kecil mendetail ini di cek oleh ayahnya,

Ibu,

Dan guru les khusus. Dia akan diperingatkan kalau dia melanggar aturan sedikit.

‘Minus check’

Ini sepertinya berasal dari keluarga ibunya, dari waktu nenek dari ibunya.

Setiap dia menunjukkan tanda yang tidak cocok dengan anak gadis dari keluarga terhormat,

“Minus check.”

Dia akan diperingatkan. Ibunya,

“Itu adalah cinta kami padamu! Itulah kenapa kami harus mengeraskan hari kami dan menunjukkan sikap marah!”

Dia menangis saat mengatakan hal itu. Pada tingkat tertentu, dia akan memperoleh hukuman.

Contohnya, tidak boleh keluar.

Contohnya, tidak boleh makan.

Contohnya, dipukul sedikit di tangan.

“Saat ibuku melakukan hal ini padaku saat aku masih kecil, aku sangat membencinya, tapi sekarang, aku sangat senang dia melatihku untuk menjadi wanita yang berbudi halus.”

Ibunya aka menegaskan hal ini dalam sikaphampir menangis.

Dan dia,

“...Ya.”

Menjawab kering dengan ekspresi lelah dan menerimanya.

Dia menerimanya.

Untuk menjadi gadis berbudi halus, dia berusaha keras tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Ayahnya hanya berkata,

“Ya ya, mama benar.”

Dia akan setuju dengan ibunya, da kemudian, pada putrinya sendiri,

“Minus check.”

Dan tidak akan ragu dalam hal itu. Itu karena cintanya pada putrinya.

Ini semua untuk kebaikan putrinya.

Jadi,

Dia,

Harus menerima sura bergema di dalam kepalanya.

“Minus check! Minus check!”

Dan itu tidak pernah menjadi positif.

Selalu negatif.

Di bawah pengajaran dengan poin terus diambil bukan ditambah.

Dia hidup di lingkungan seperti itu.


Dia mempunyai kebiasaan unik berimaginasi sejak kecil. Contohnya, saat dia menatap keluar dari jendela dan pada langit malam nun jauh di sana, pikirannya akan mulai membuat cerita.

Dia akan menggunakan sebuah cerita yang dia tahu sebagai dasar dan menggambarkan pangeran di bulan dan putri di bintang, dan memikirkannya lagi dan lagi dan menikmati dirinya sendiri.

Tidak ada yang akan menghalanginya.

Ini adalah dunia manis yang diperuntukan hanya untuk dirinya.

Sebagai contohnya, kalu dia melihat burung putih dengan jepit dan German Shepherds dengan rantai pada mereka, dia akan membuat cerita tentang persahabatan luar biasa antara penjelajah yang terluka dan senima yang kehilangan kekasihnya dan semangatnya. Detil yang berbeilt-belit dari cerita ini bahakan akan membuatnya kagum.

Itulah satu-satunya perlindungannya.

Saat badai minus check.

Dia menggunakan imaginasinya yang melebarkan sayapnya keluar dari situasi ini. Sebagian besar sumber imaginasi ini berasal dari buku atau manga yang sedang dimilikinya.

Dia diam-diam membeli banyak, menyembunyikannya dan membaca-bacanya.

Berlawanan dengan umurnya,

Ada banyak buku yang lebih seperti buku anak-anak, dan dia menyukai membaca buku atau manga yang diperuntukan untuk anak-anak.

Tapi suatu hari,

Mereka mengetahuinya/

‘Aku rasa orang ini tidak apa-apa’. Sesudah memutuskan hal itu, dia mengatakan hal ini pada seorang maid sesudah dia keluar, namun dia mengatakannya pada ibunya, dan ibunya membuang semua koleksinya. Melihat kekagetannya ini, ibunya berkata,

“Buku-buku dan manga ini untuk anak-anak, tidak untuk wanita berbudaya sepertimu dama sekali! Kau berani menyembunyikan hal ini dari ibumu...”

Minus check.

Dan itulah yag terjadi. Setiap saat poin yang terkumpul sampai suatu tingkat, dia akan dipukul di tangan.

Akan tetapi,

Rasa sakitnya bukan masalah.

Rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakannya dalam hati, dan dia bahkan tidak bisa menjerit.


Malam itu dia kembali ke kamarnya,

Dia melihat keluar jendela tanpa gairah, bermandikan sinar rembulan yang cerah, dan berfikir.

(Aku ingin hal itu selalu plus)

Biasanya, dia tidak akan berkhayal dengan dirinya sebagai fokus utama, dan dia tidak pernah berfikir dirinya sebagai protagonis di imaginasinya.

Tapi di hari itu berbeda. Dia berkhayal dan berfikir.

Di planet ini...di mana bintang penunjuk bersinar, di sana ada harta karun yang disebut ‘eternal plus yang tidak pernah pudar’. Meskipun dia tidak tahu apa benad itu dan bagaimana kelihatannya, tapi dia memulai petualangannya. Ini adalah petualangan dari imaginasi tidak terbatas dia mencarinya sendiri, bersandar pada bintang penunjuk dan menemukannya. Kadang, dia akan menjadi malaikat, dan kadang, seorang putri, dan kadang, seorang detektif wanita, dan kadang, seorang pedekar wanita. Akan tetapi,

Dia harus menjadi karakter yang sangat berbeda dari dirinya sendiri.

Untuk menemukan ‘eternal plus’.

Yang akan merubah hatinya. Jadi ayo kita coba.

Dia ingin mencarinya di dunia nyata.

Sejak hari itu, semua persiapan sudah dia siapkan. Dia dengan terampil mengatur jadwal sebagaimana mungkin supaya bisa mendapatkan cukup waktu untuk dirinya sesudah pulang sekolah, kegiatan ekstrakulikuler dan saat dia pergi ke dan dari rumah.

Meskipun hanya ada 1 atau 2 kali di sekolah.

Namun bukan tidak mungkin sama sekali. Dia lebih pintar dari apa yang orang tuanya pikirkan menggunakan internet untuk membeli pakaian, men-download peta, dan sudah merencanakan perjalanannya dari waktu ke waktu.

Dia mencobanya hari itu.

Dia selalu berhati-hati saat keluar rumah. Di sana ada bintang bersisi 5 di cat pada bangunan, dan dia menyelinap masuk saat orang tuanya keluar. Karena bangunan itu memiliki restoran, cafe manga, dan toko biliard, tidak ada yang isa menghentikannya setelah dia masuk.

Sesudah dia selesai ber-cosplay sebagai malaikat, dia melihat ke atas tangga darurat, dan berfikir kalau tidak masalah meski dia terlihat.

Karena dia adalah malaikat sekarang.

Dia sudah menjadi malaikat.

Dia bukan,

Dia bukan putri yang selalu terjebak dalam mansion besar dan harus menerima minus check.

Pada belokan tangga, dia bertemu perokok pria yang berjalan masuk. Pria itu melebarkan matanya kaget setelah melihat pakaiannya.

Dia sedikit malu, tapi merasa ingin menggodanya. Tidak seperti pakaian yang biasa dia kenakan, dia mulai mengambil inisiatif untuk tindakan yang berani berikutnya.”

“...Aku adalah malaikat. Aku mencari sebuah ‘eternal plus’. Apa kau tahu apa itu?”

Dia terlihat serius saat menanyakannya.

Pria itu mundur beberapa langkah sebelum kabur dari tangga, dan perasaan senang muncul di hatinya.

Fufu. Dia tertawa kecil.

Dia menggunakan waktu ini untuk berlari naik tangga. Ahaha, sebelum dia menyadarinya, dia tertawa, dan kemudian dia sampai di atap.

Pemandangan tidak terbatas muncul di depannya.

Langit biru yang tidak terbatas menutupi jalan-jalan di depannya.

Ahahahaha, saat dia tertawa, dia merasa.

Dia merasa kabut tebal di hatinya menghilang dari matanya, dan untuk suatu alasan, dia menangis sejenak untuk alasan yang tidak diketahui.

Sesudah itu, dia hanya perlu kesempatan untuk mengulanginya dan membuat sedikit perubahan. Akan tetapi, tidak peduli kostum apa yang dia pakai, dasar ‘mencari eternal plus yang tidak akan pernah pudar’ tidak berubah. Dia terus percaya kalau ‘Aku mencarinya’, dan mengubah hiburan yang berani ini menjadi kegiatan yang meyakinkan.

Kedua orang tuanya bahakan lebih tegas padanya.

Karena hal ini, karena hal ini, sesuatu seperti hiburan terbuka di dalamnya seperti jendela...

Pada suatu hari, tepat sesudah dia berdandan sebagai malaikat seperti biasa dan mencari ‘eternal plus’.

“Api!”

Di sana ada api, dan dia terkejut karena kemalangan semacam itu. Bagaimanapun, dia memutuskan mencari keselamatan terlebih dahulu. Akan tetapi, karena dia satu-satunya yang ada di atap, jadi saat itu sedikit terlambat saat dia mendengar alarm. Saat dia bergerak, daerah sekitar sudah tertutup asap, mebuatnya sangat ketakutan.

Akan tetapi, dia menggunakan sarung tangannya untuk mencegah dirinya menghirup asap dan berhasil turun ke bawah melalui tanga darurat. Pada saat ini, dia bertemu dengan sesorang.

Seorang anak laki-laki tergeletak di lantai sambil memeluk tas dengan warna cerah di dadanya.

“...”

Pada awalnya, dia terkejut.

Akan tetapi,

“Apa, apa kau baik-baik saja?”

Sebagai gadis yang baik, dia pergi menyelamatkannya. Anak laki-laki itu menatapnya dengan pandangan linglung sejenak, tapi lalu segera pingsan.

Sebagai gadis yang lemah, sudah merupakan keajaiban dia dapat menyelamakannya. Alasan lainnya adalah anak laki-laki itu cukup ringan, tapi di sana ada suatu dorongan aneh yang tidak pernah dirasakannya memenuhi tubuhnya. Saat itu, karena kekuatan itu.

“Karena aku adalah malaikat!”

Itu adalah apa yang dipikirkannya saat itu,

“Jadi aku harus menyelamatkannya!”

Sebelum dia menyadarinya,dia sudah mencapai bawah dan meletakkan tubuh anak laki-laki itu di lantai. Sesudah menarik nafas panjang, dia merasa seolah dia sudah menyelesaikan sesuatu.

Tapi saat dia mendengar suara ambulan dan pemadam kebakaran yang datang, sensasi ini segera pergi dan segera menjadi rasa takut. Kalau mereka tingal di sini dan membicarakan tentang siapa yang menyelamatkan anak laki-laki itu, sesorang akan menghubungi keluarganya, dan permainn penjelajahan rahasianya akan diketahui orang tuanya. Dia merasa ketakutan akan hal itu.

Dia segera meninggalkan tempat itu dan tanpa sadar menoleh ke belakang.

Un~ Dia mendesah.

Sepertinya dia baik-baik saja, tapi dia masih khawatir.

Sesudah berhasil melarikan diri di detik-detik terakhir, dia memutuskan melihatnya. Karena itu, dia mengecek anak laki-laki itu, siapa dia dan rumah sakit mana dia dirawat.

Baginya, yang hebat dalam mengumpulkan informasi, uang dan koneksi, ini bukanlah hal yang sulit baginya.

Pada suatu hari, dia pergi ke rumah sakit dan menemui anak laki-laki itu. Hari itu benar-benar sebuah kebetulan mereka bertemu di atap, dan setelah melihat kalau anak laki-laki itu sangat sehat, dia ingin kembali pulang, tapi karena cuacanya sangat bagus, dia tidak bisa menahan diri menikmati pemandangan melihat ke luar dari atap.

Dan sesudah itu, anak laki-laki itu mengikutinya...


“Kalau begitu.” Dia melompat turun dan berbicara dengannya. Dia merasa matanya sangat indah. Saat dia bercakap-cakap dengannya dengan santai dan menyelamatkannya, dia adalah malaikat.

Karenanya, dia terus menyamarkan dirinya sebagai ‘malaikat’.

Gadis itu melihat kalau dia sangat bingung, dan di dasar hatinya,

(Yah, kita tidak akan bertemu untuk kedua kalinya.)

Itu apa yang dia pikirkan saat itu,

Bye-bye. Dia melambaikan tangannya dan meninggalkan tempat itu. Seharusnya hal ini berakhir di sana.

Akan tetapi, anak laki-laki itu muncul di sana untuk ketiga kalinya.


Saat itu adalah waktu istirahat, dan dia mendapatkan alibi, meninggalkan rumah dan berjalan di jalanan. Saat dia mencari bangunan dengan tanda berbentuk bintang, anak laki-laki itu berbicara padanya.

Dia berkata,

“Bolehkah aku membantumu menemukan sesuatu?”

Gadis itu sangat terkejut. Dia sangat senang melihatnya selamat, tapi dia tidak pernah berfikir kalau mereka akan bertemu kembali. Saat berjalan, dia menemukan kalau anak laki-laki itu terus menempel dengannya.

Tiba-tiba dia berfikir.

Apakah ini.

“Sebuah permintaan untuk berkencan?”

“Apakah dia tertarik padaku?”

Pada kenyataannya, dia sudah biasa digoda oleh pria muda di jalan. Dia tahu binatang seperti itu.

Dia sudah belajar kalau laki-laki adalah binaang yang ingin menarik perhatian gadis-gadis. Dia juga tahu kalau dia cukup menarik bagi para laki-laki.

Dia benar-benar merasa ingin memainkan trik padanya.

Karenanya, dia terus bersikap sebagai malaikat. Dia merasa kalau anak laki-laki itu mencoba membuat kesan yag baik, dan kalau dia terus membicarakan hal-hal mengenai dunia imaginasinya sendiri, anak laki-laki itu akan kabur pada akhirnya. Laki-laki lain juga seperti itu tanpa kecuali.

Contohnya, kalau laki-laki lain berkata padanya,

“Hey hey, apa kau punya waktu sekarang? Ayo pergi bermain.”

Pada saat ini, dia hanya akan berkata,

“Maaf, aku sedang mencari bintang petunjukku!”

Atau,

“Aku mencari harta karun! Aku seorang putri yang melarikan diri! Kau mengenakan pakaian berkilau. Apakah kau seorang pejuang?”

Selama dia tersenyum dan mengatakan hal ini, lawan bicaranya pasti akan menunjukkan ekspresi ambigu dan berkata ‘ah, baiklah, lupakan , maaf’ sebelum melarikan diri.

Karenanya, dia berfikir kalau anak laki-laki ini akan sama juga, dan akan segera menyerah sebelum mundur...

Akan tetapi, anak laki-laki ini berbeda. Dia tidak pernah mundur sambil terus mengikutinya sampai akhir. Tidak peduli omong kosong macam apa yang dia lakukan untuk membawanya ke tempat hiburan yang dia selalu tertarik,

Tidak peduli bagaimana dia mencoba membuatnya bercosplay.

Tidak peduli bagaimana dia membawanya dengan egois untuk naik roller coaster bersamanya.

Anak laki-laki itu selalu mecoba sebaik mungkin menghargai pandangannya pada dunia, yang mengejutkannya. Sampai sekarang, tidak ada yang melakukan hal itu untuknya.

Kedua orang tuanya menolak dunianya tanpa kecuali.

Yang lainnya memandangnya sebagai makhluk aneh dari dunia imaginasi ceritanya.

Akan tetapi, anak laki laki itu,

Tetap mempercayainya dengan matanya yang indah.

Apa yang dia lakukan, dunianya, kata-katanya, sikapnya.

Anak laki-laki itu menerima semua hal itu saat dia bersamanya, dan memeluk hal ini dengannya. Tidak peduli bagaimana orang lain melihatnya dengan pandangan aneh, dia tidak pernah mundur.

Dia melakukannya dengan bangga.

Tidak merayunya sama sekali.

Dia (anak laki-laki itu) hanya terus menatap dirinya.

Dia (gadis itu)...tidak pernah merasakan perasaan semacam ini sebelumnya.

Orang ini.

“Apa yang terjadi?” Dia berfikir. Akan tetapi, waktu bahagianya berlalu dengan sangat cepat. Ada telepon di handphone nya, dan sepertinya ibunya mulai meragukan alasannnya.

Dia harus kembali.

Karena dia akan merasa kesepian,

Dia tidak pernah mengatakan selamat tinggal.

Mungkin dia hanya berakting sampai akhir.

Dan karena seperti malaikat yang tersesat,

Dia menghilang.


Pertemuan keempat adalah malapetaka. Dia bertemu dengannya saat berjalan di jalanan di depan kafe dangan teras terbuka.

Sesudah berjalan dengan senang,

Dia menemukan seorang gadis imut bersamanya, dan kekagetan yang dirasakannya lebih besar dari dugaannya. Jadi, seperti itu, dia berfikir.

Sesuai dugaan, dia hanyalah anak laki-laki yang menyukai gadis-gadis.

Mungkin hanya lkarena ketertarikan anak laki-laki itu berjalan dengannya, dan dia benar-benar tidak bisa menerimanya dan segera pergi. Hari itu, seharian, dia benar-benar merasa kelelahan.

Kemudian, hal terburuk terjadi hari itu.

Kedua orang tuanya,

Tahu kalau dia berjalan di jalanan.

Alasannya sepertinya,

Cek yang dibawa guru lesnya.

Mungkin itu adalah satu-satunya hal positif di antara kesalahan karena itu alasannya tidak terdeteksi. Kedua orang tuanya baru berfikir kalu kalau dia membuat-buat jadwal agar bisa bermain di jalanan.

Dia memperoleh berbagai ‘minus check’ dan hukuman tiada akhir. Dia dilarang untuk keluar kecuali dengan orang tuanya, dan terus dimarahi.

“Itu bukan hal yang seharusnya dilakukan gadis bermartabat!”

“Kami mempunyai harapan besar padamu!”

“Kau menghianati kepecayaan kami!”

Minus check. Minus check. Minus check.

Dia mendengarkan kata-kata itu sampai pikirannya mengabur, dan meski dia menangis sedih pada awalnya, hal itu bukan masalah di akhir.

Mungkn pikirannya rusak.

Setiap kali ada sebuah minus check, tubuhnya akan tertutupi kabut hitam, dan kalau dilihat lebih jelas, benda itu adalah tanda ‘-‘ satu sama lain. Tanda ‘-‘ terus menutupinya seperti sampah dan debu, mengambil penglihatannya.

Tapi kedua orang tuanya sepertinya tidak menyadarinya.

Gadis itu terpenjarakan tanda ‘-‘.


Impiannya hilang.

Imaginasinya memudar.

Apa yang menelannya adalah karat dari kenyataan.


Ini adalah perlawanannya yang terakhir. Keinginannya yang paling besar. Dia mencoba sekuat tenaga mencari dalam ingatan-ingatan bahagianya dan sampai di belakang Dean Land di mana dia bersenan-senang dengan anak laki-laki itu.

Waktunya sangat sempit, dan dia merasa kalau dia bisa melihat mata ernik anak laki-laki itu dengan jelas.

Dan kemudian, mereka bertemu,


Anak laki-laki itu sedang berciuman dengan gadis lain…

Tidak ada hal lain yang berarti kalau begitu.


Gadis itu sudah,

Menyerah untuk berfikir.


Gadis itu bernama

Amami Tooru.


Hari itu, Amami Tooru mendapatkan banyak minus check. Saat dia mendesah berat dan kembali ke kamarnya,

Dia sangat lesu selama beberapa hari terakhir.

Terutama,

Setelah melihat anak laki-laki itu, Katsuragi Keima mencium gadis lain.

Kabut minus yan menutupi tubuhnya terlalu banyak.

Terlalu tebal,

Sulit baginya untuk bergerak maju,

Mengambil langkah yang sangat melelahkan,


Gadis itu,

Amami Tooru,

Membuka pintu ke kamarnya, dan kemudian,

Dia bertemu dengannya untuk keenam kalinya.


Bermandikan cahaya bulan yang bersinar langsung ke dalam ruangan, dia berbisik,

“Hello, tuan putri.’

Ya, dia tersenyum.


Katsuragi Keima berdiri di sana.


Amami Tooru terkejut. Apa yang paling tidak masuk akal adalah fakta kalau dia ada di sana. Keamana di rumah ini sangat ketat, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana dia menyusup masuk dari pintu depan, kabur dari penjaga, menjaga German shepherds agar tidak menyalak dan tidak terdeteksi olehsensor keamanan.

Itu tidak mungkin.

“B, ba, bagaimana? Kenapa?

Aami Tooru bergumam dan menatap ke atas. Dan dia bahkan lebih,

“!”

Terkejut. Sebuah lubang besar terbuka di atap, hanya langit-langit di kamar Amami Tooru. Cahaya rembuan yang lembut bersinar dari sana.

Itu adalah spotlight bersinar dari langit.

Anak lakilaki yang bersinar dengan terang seperti seorang pangeran.

“Aku adalah seorang pangeran, jadi aku di sini untuk menyelamatkan putri yang dikurung.”

Keima dengan hormat meletakkan tanannya di depan dadanya dan mengatakan hal itu. Amami Tooru sangat terkejut hingga tidak mampu mengatakan apa-apa.

“Bagaimana, bagaimana kau melakukannya?”

Dia mengulang. Keima tersenyum,

“Bukankah aku bilang? Aku adalah seorang pangeran. Aku menggunakan berbagai sihir kuno. Bulan mala mini sangat indah, dan sihir menjadi sangat effektif saat ini. Aku mengendarai kereta kuda perak dan terbang di udara sebelum sampai di kebun rumah ini. Para tentara yang menjagamu mengangkat tombak mereka padaku, tapi aku membacakan mantra sihir untuk membuat mereka tertidur.”

“Ber, berhenti bercandanya!”

Amami Tooru marah,

Tanpa sadar, posisi mereka terbalik.

“Bagaimana, bagaimana mungkin ada hal seperti itu?”

Keima mendesripsikan fantasinya, dan Amami Tooru menolaknya.

“…”

Keima tersenyum dan mendekat satu langkah. Amami Tooru secara insting mundur satu langkah.

“Lalu.”

Keima mulai membuat cerita lain,

“aku seperti yang kau katakana. Aku dewa. Aku meminjam kekuatan iblis untuk mencari malaikat yang tersesat.”

“Kau pembohong!”

“Kenapa?”

Keima bertanya dengan tenang.

“Ke, kenapa? Kenapa? Ka, karena.”

Amami Tooru kebingungan.

“Ke, kenapa!? Kenapa kau ada di sini!? Kenapa kau harus datang ke sini!?”

“Karena aku menyukaimu.’

Dengan terus terang.

Langsung ke intinya. Mata Amami Tooru terangkat. Alasan kenapa dia menolak Keima bukan hanya karena dia muncul di ruangan itu seperti sihir,

“Kau, kau sudah mencium gadis itu!”

Dia marah, mengepalkan tangannya dan menggeram.

“KALIAN SUDAH BERCIUMAN!”

Ekspresi Keima tidak pernah berubah.

“Sebenarnya, aku memiliki kontrak dengan iblis.’

Dia mengatakannya dengan kasual,

“Ciuman itu sebenarnya untuk menyelamatkan gadis itu. Untuk mencegah jiwa gadis itu dimakan oleh iblis lain, aku cuma bisa melakukannya.’

“Aku, aku tidak percaya!”

“Tapi, ini.”

Keima berkata.

“Ini adalah cerita nyata yang terjadi padaku. Seperti cerita yang kau ceritakan, sebuah kualitas, cerita nyata.”

Amami Tooru kebingungan,

“Apa yang kau…”

Tubuhnya mulai gemetaran,

Kainya mulai gemetaran.

Kabut hitam yang mengelilingnya semakin tebal.

“Siapa kau sebenarnya?”

“Bukankah aku sudah mengatakannya?”

Keima menyipitkan matanya sedikit.

“Aku adalah pangeran yang datang untuk menyelamatkanmu.”

Dia mengulurkan tangannya yang ramping.

“…Untuk menyelamatkan seorang putri yang terperangkap oleh tanda yang kecil semacam itu.”

Satu detik kemudian,

“!”

Amami Tooru membelalakan matanya.

Tidak ada yang bisa melihat ‘minus’ itu.

Tidak ada yang bisa,

Melihat cap yang ditempatkan di jiwanya!

“Kau, kau bisa melihatnya?”

Melihat Amami Tooru yang terkejut, Keima hanya menganggukan kepalanya.

“Tentu.”

“Aku, aku.”

Amami Tooru menggelengkan kepalanya.

Menunjukkan keraguan di hatinya.

Di depan Keima,

Pikirannya yang sebenarnya,

Jiwa yang terluka dan terpenjara berteriak.

Menjerit.

“AKU BUKAN SEORANG PUTRI! AKU CUMA GADIS TIDAK BERGUNA YANG SELALU DIPANGGIL UNTUK HAL-HAL MINUS MINUS! TERMASUK BUKU-BUKU ITU! AKU MEMBENCI MINUS! AKU MEMBENCINYA! KARENA AKU MEMBENCINYA!”

Dia memeluk kepalanya.

Dan mulai menjerit dalam sikap nyaris histeris,

“AKU MEMBENCINYA! AKU BENCI MINUS! AKU BENAR-BENAR MEMBENCINYA! AKU TIDAK INGIN DUNIA SEMACAM ITU! AKU INGIN MENJADI, AKU INGIN MENJADI DIRIKU SENDIRI YANG BERBEDA! ITU SAJA, HANYA ITU!”

“…’

Keima mendekat pada Amami Tooru dengan ekspresi terluka, dan di jarak mereka hamper bersentuhan.

“…Aku suka ceritamu. Aku menyukaimu yang menceritakan cerita itu. Aku suka kau yang sekarang. Meski kau berubah, aku pasti,”

“BOHONG!”

“Aku percaya, aku menhadapi kenyataan dengan kepercayaan itu. Ceritamu, yang kau buat dimana kau bertarung dengan ‘saaat ini’.”

Dia menatap langsung matanya dan bertanya,

“Apa kau tidak memiliki kepercayaan?”

Amami Tooru dengan gugup berkata,

“Tap, tapi aku tertutupi minus! Apa yang bisa aku percayai!?”

Dia menggelengkan kepalanya,

Air mata mengalir di matanya.

“Ceritaku sudah memiliki kekurangan-kekurangan! Aku tidak berdaya!”

“…Kekurangan? Dimana?”

Melihat Keima bertanya padanya dengan sangat tenang, dia berteriak sekuat tenaga.

“ITULAH KENAPA AKU BILANG KALAU ITU TIDAK ADA! AKU MENCARI ‘ETERNAL PLUS’ ITU ATAU SEMACAMNYA! AKU TAHU SEJAK AWAL! BENDA INI TIDAK PERNAH ADA SEJAK AWAL!”

“Benda itu ada.”

Keima memotong.

Dia tiba-tiba merubah ekspresinya dan mengatakannya dengan jelas,

“Eternal plus itu ada di sini! Sekarang, tepat di hatimu!”

Dia menunjuk dada Amami Tooru.

Di sana, sebuah salib yang bergantung pada Amami Tooru.

Bentuk ‘plus’, lambang itu.

Keima tersenyum dan berkata,

“Aku mempunyai satu kepercayaan. Dengan kepercayaan ini,”


“Semua minus akan berubah menjadi plus.”

(Selama kau memiliki kepercayaan kalau kau ingin menyelamatkan orang lain sepenuh hati.)

Seolah waktu berhenti, Amami Tooru membeku sejenak.

Pikirannya menerima kata-kata Keima,

Mengunyahnya,

Dan menelannya.

Dan meluruh,

Semua pengikat.

(Aku mengerti. Jadi begitu…)

Hangat.

Sesuatu yang hangat muncul, dan saat hal itu meledak.


Salib itu memancarkan sinar.

Tanda negatif berhamburan pergi, dan cahaya bersinar seperti kilat saat rantai minus itu mulai hancur, pikiran negatif yang mengikat dunianya hancur. Di tengah cahaya ini, Keima tersenyum, melangkah maju dan menciumnya. Amami Tooru tidak mencoba menghindarinya.

Atau tepatnya, dia mengambil inisiatif dan menerima Keima.

Kata-katanya,

Segala tentangnya,

Pemikirannya.

Menutupi segalanya.

Lalu,


Cahaya harapan.


Sesudah beberapa saat.

Mendengar ledakan itu, orang tuanya berlarian kea rah kamar Amami Tooru. Mereka terkejut. Pertama, ada lubang besar di langit-langit.

Perabotan berserakan.

Dan Amami Tooru yang terlihat lesu.

Mukanya terlihat memerah seolah mabuk.

“Terasa…seperti ada pangeran di sini.”

Lalu, dia berputar,

Dan tersenyum.


Senyuman itu,

Bukan sebuah ekspresi dari seorang putri yang bergantung pada harapan orang tuanya untuk bertahan.

Tapi ekspresi yang menyadari sesuatu hal yang penting,

Sebuah senyuman gadis yang bersemangat.


Pada saat yang sama, Elsie, yang ada di udara, berkata pada Keima.

“Akhirnya berakhir juga!”

Dialah yang menggunakan kekuatan hagoromo untuk menembus langit-langit, menangkap arwah pelarian yang keluar saat Keima berciuman, dan membawa Keima kabur dari tempat kejadian.

Pada saat ini, Keima mendesah kelelahan,

“Hari ini benar-benar malam yang panjang…”

Dia bergumam.


Akan tetapi, dia terlihat cukup puas.



Referensi Penerjemah:[edit]

  1. Dewa
  2. panggilan untuk kakak perempuan
  3. pada dasarnya orang yang menutup diri dari dunia luar, suka berdiam di dalam kamar, tidak suka berinteraksi dengan orang lain, cek wikipedia untuk info lebih akurat
  4. sebutan untuk tos di Jepang
  5. setahu saya bahasa jepang yang sopan