The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1: Turunnya seorang Malaikat[edit]

Saat hari kerja, Katsuragi Keima memasuki sebuah toko perisian permainan ‘OG map’ tanpa tujuan, namun saat dia memasuki toko, atmosfer di toko menunjukkan perubahan drastis. Dia sangat terkenal sebagai ‘Dewa Penakluk’ di dunia game, akan tetapi di dunia nyata, tidak ada yang tahu kalau dia adalah dewa penakluk.

Walau begitu.

“Tukar denganku.”

Supervisor yang bertugas di tingkat ini menepuk pegawai baru yang ada di kasir dan memintanya untuk bertukar.

“Eh?”

Pegawai baru itu tampak terkejut.

Supervisor itu menggelengkan kepala tanpa suara dan menunjuk ke suatu arah.

“...”

Tepat dimana dia menunjuk adalah Keima, yang sedang melihat ke barisan karya baru yang tak terhitung jumlahnya melalui kain transparan.

Di belakangnya, Elsie terlihat agak bosan.

“Dia sedikit sulit untukmu.”

“Bagaimana, bagaimana mungkin?”

Bukankah dia cuma pembeli biasa?

Tepat saat pegawai baru itu akan mengatakan hal ini, dia menyadari kalau Keima dengan jelas berbeda dari pembeli lainnya, dan dengan jelas berada di dimensi berbeda dari yang lainnya.

“...Uu.”

Dia mengaduh. Supervisor itu mengatakan satu kalimat seperti di film-film barat.

“Hebat. Sepertinya kamu masih punya penglihatan yang lumayan bagus.”

Supervisor itu tertawa kecil.

“Kalau kamu tidak bisa menyadari sifat aneh pada tindakan itu, kamu tidak memiliki harapan untuk terlahir di sini, dan aku tidak bisa menyerahkan meja kasir Galge ini padamu.”

Supervisor itu menyipitkan matanya dan menatap pada Keima.

Dan beberapa pengunjung lain di toko,

Beberapa gamer veteran dengan tinjauan masa depan menyadari itu. Beberapa orang,

(Ad, ada apa dengan anak ini?)

Terkejut, atau,

(Bocah ini lagi...Kenapa ada di sini?)

Menunjukkan raut muka yang tidak bisa dijelaskan. Untuk alasannya, Keima itu,

“...”

Cuma menatap game-game itu dengan ekspresi muram.

Dia cuma berjalan.

“...Sudah kuduga, aku tidak bisa memastikannya tanpa datang ke toko untuk melihat barang aslinya.”

Atau,

“Apakah harganya sudah turun?”

Dia bergumam sambil berjalan di antara rak satu dengan yang lain. Lebih tepatnya, ada yang mengatakan kalau ahli beladiri tingkat tinggi dapat menggunakan gerakan sumpit untuk menilai satu sama lain.

Seorang pianis bisa mendengar kualitas dari keyboard melalui sebuah penampilan. Seorang koki sushi yang terkenal hebat bisa membedakan tingkat satu sama lain hanya dengan dasar dari telur goreng.

Dengan kata lain, aksi tanpa sadar seseorang bisa menunjukkan kemampuan tersembunyi sepenuhnya.

Keima hanya keliling berbelanja untuk software game, tapi bagi orang yang melihat,

Gamer hebat macam apa dia?

Dari gaya permainannya yang tidak ada yang bisa menandingi, kecepatan dan kemampuan menganalisis, bahkan kalaupun tidak ada yang tahu apakah itu benar atau salah, mereka bisa memperkirakan sampai sejauh itu. Juga, ada satu hal yang bisa dirasakan semua orang di toko ini. Itu adalah,

Anak ini benar-benar sebuah teka-teki!

Itu saja.

Aku tidak bisa menangani ini.

Dengan ketakutan ini, pikiran ini muncul dipikiran pegawai baru itu. Aku tidak bisa menanganinya sama sekali.

Tubuhnya mau tidak mau gemetaran.

Supervisor itu tersenyum.

“Kalau kau bisa merasakannya, itu artinya kau cukup bagus. Cepat teruskan, aku akan menangani anak ini.”

Dan menggelengkan kepalanya.

“Sejujurnya, ini benar-benar sedikit terlalu berlebihan, tapi seseorang harus melakukannya, bukan begitu?”

Keima terus memilih barang-barang dengan sikap mengalir dan anggun sebelum akhirnya menaruh barang-barang itu perlahan di kasir, dan supervisor itu,

“...”

Tetap diam sambil men-scan barkodeya.

“...”

Dia dengan segera menyiapkan kantung dan menaruh game-game itu di dalamnya tanpa sikap yang tidak perlu.

“Semuanya 67,850 yen.”

Setelah mengatakannya, dia menyerahkan poster edisi spesial dan buku pedoman kecil kepada Keima sebelum dia sempat mengatakan apapun.

“Ho?”

Mata Keima berbinar-binar.

“Yah, kau benar-benar memahami pekerjaanmu. Barang-barang di toko ini semuanya tertata, dan ada pula orang-orang yang mengerti apa yang diinginkan pelanggan.”

“...”

Supervisor itu seolah menerima penghargaan tertinggi saat dia menaruh tangannya di dada dan membungkuk.

“Aku akan kembali lagi.”

Keima berbalik dan lalu berjalan keluar dari toko dengan santai. Supervisor itu tetap membungkuk, dan pegawai baru terlihat seperti tersentuh saat melihat Keima pergi.

Pembeli lain yang melihat hal ini mengeluarkan suara ‘oh~’ dalam kekaguman saat mereka melihat Keima pergi dengan mata kagum.

Elsie satu-satunya yang tetap bingung.


Sesudah itu, karena Elsie,

“Aku selalu ingin pergi ke tempat seperti itu!”

Karena permintaan keras itu, Keima dan Elsie memasukki sebuah kafe kecil di dekat ‘OG Map’. Di lantai tiga sebuah mall, jalan utama dapat dilihat sepenuhnya. Kertas dinding berwarna kayu dan tanaman penghias terlihat sangat lebat. Benar-benar kafe bergaya sisi pegunungan.

Keima hanya memesan teh merah, dan Elsie,

“Erm, un.”

Setelah berfikir keras, dia akhirnya memesan coklat panas.

“Kenapa makan di kafe?”

Keima menggerutu.

“Bukankah rumahku selalu terbuka untuk kamu masuki?”

“Yah yah, ini juga penting untuk meneliti toko-toko lain yang kamu tahu.”

Kegembiraan Elsie memenangkan Keima. Karena di sini ada banyak toko game seperti ‘OG Map’, ada banyak pengunjung yang seperti Keima, membawa tas-tas. Di dalam, ada tiga pengunjung di satu meja, melihat ke sebuah notebook komputer dan sepertinya memutuskan sesuatu.

“Seperti dugaanku.”

Juga,

“Bukankah pilihan ini ada karena bendera[1] terakhir tidak terpenuhi? Sepertinya kita harus mulai dari awal lagi.”

Dan juga,

“Tidak, kita tidak bisa memutuskan seperti itu. Emily belum kembali ke kota. Kita tidak bisa menolak sepenuhnya kalau kita memasuki rute yang berbeda.”

Tiga orang itu semuanya serius.

Dan bekerja keras.

Elsie melirik sekilas ke arah mereka dan bertanya pada Keima.

“Kami-sama, boleh aku bertanya?”

“...”

Keima tetap diam dengan mata tertutup saat dia menyeruput teh merahnya. Pose itu...kalau hanya pose itu saja, ia akan menjadi se-elegan bangsawan.

Elsie menganggap diamnya sebagai diam setuju.

“Eh, ini sebuah pertanyaan yang sangat dasar.”

Elsie menaruh jari-jarinya di dagu dan meringkas apa yang akan ditanyakannya.

“...Apa sih yang begitu menarik dari game?”

Saat itu.

“!”

Mata keima tiba-tiba melebar dan matanya menyala berapi-api.

“Wa! I, ini...te, tenang! Aku cuma ingin tahu apa yang begitu menarik dari game! Ka, karena seperti yang terlihat, ada banyak orang selain Kami-sama yang tertarik.”

“Haa.”

Keima mendesah keras.

“Itu benar-benar sebuah ‘pertanyaan dasar dari yang dasar’, Elsie.”

Dia dengan dingin menatap Elsie, dan Elsie takut-takut menyusut kebelakang dalam penyesalan.

“Uu.”

“Yah, aku akan menjelaskan dengan cara yang bisa kau mengerti.”

Dia mengayunkan tangannya seperti aktor-kabuki.

Bagi Elsie.

‘Kenyataan tidak sempurna, game sempurna’

Ia seperti melihat kata-kata diangkat dalam sebuah spanduk di belakang Keima. Wajah Keima tampak seperti ia benar-benar memakai topeng, dan ada rambut merah yang menjulur keluar dari balik topeng itu.

Semua ini hanyalah halusinasi. Faktanya,

‘Kenyataan tidak sempurna, game sempurna’

Keima cuma mengucapkan hal itu. Lalu meneruskannya dengan penuh semangat,

“Mengerti? Tokoh utama wanitanya tidak mungkin melakukan hal-hal keterlaluan seperti gadis-gadis di dunia nyata. Semua tindakan atau keadaan semuanya diatur untuk mendapatkan akhir yang indah.”

Dia mengatakan hal itu dengan penuh semangat.

Elsie berpikir ‘saat Kami-sama terlibat dengan game, dia benar-benar bisa ‘membara’’. Namun bagi Keima, dia pikir dia harus menjelaskannya.

Keduanya,

Tiba-tiba saling menatap satu sama lain.

“”PANAS!!””

Tiba-tiba berteriak.


Untuk suatu alasan, suhu di sekitar mereka sangat panas, dan asap putih melayang ke dalam saat alarm berbunyi.

Dalam waktu yang sebentar setelahnya.

Keima dan Elsie ditinggalkan dalam keadaan bingung.


“Api?”

“Semuanya, tenang! Tolong mengungsi dengan teratur!”

Para pengunjung di toko semuanya panik karena kaget, dan pegawai toko melakukan yang terbaik untuk menuntun mereka ke tangga darurat. Meskipun apinya dekat, instruksinya sangat tepat. Meskipun itu adalah bangunan lama, instruksi yang tepat itu membuat pengungsian berjalan lancar.

“Benar-benar.”

Keima melihat semua orang disekitarnya yang panik dan mendesah.

“Semua orang benar-benar menunjukkan insting mereka saat ini. Dengarkan. Kau harus tetap tenang sepertiku.”

Tepat saat dia mengajari Elsie yang panik.

“SIIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL!!!!!!!!!!!!!!!!”

Dia mau tidak mau memeluk kepalanya.

Elsie terkejut karena teriakan ini.

“Ka, Kami-sama?”

Mata Keima bersinar.

“...Elsie, aku akan kembali ke toko.”

“Eh?”

Elsie memerlukan setengah detik untuk memahami arti di balik kata-kata ini.

“EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHH!!!??”

Dan lalu berteriak keras. Meskipun mereka tidak bisa melihat apinya, ketebalan asap itu sendiri menandakan kalau kembali ke toko berarti bunuh diri. Akan tetapi, Keima mengepalkan tangannya keras dan berkata,

“Ini sangat memalukan.”

Dia mengatakannya dengan penuh penyesalan.

“Aku meninggalkan software game yang diberikan pegawai toko di meja!”

“Bukankah kau membawanya? Tas itu!”

Keima tetap tidak berubah dan menjawab Elsie.

“Tidak, tas yang satunya, yang aku bawa untuk kumainkan hari ini! Elsie, aku akan menyerahkan yang ini padamu!”

Keima menyerahkan tas penuh game yang dibelinya pada Elsie,

“Aku masih terlalu naif!”

Dan berputar bersikeras saat dia berlari naik tangga dengan kecepatan yang tidak cocok dengan penampilannya yang lemah.

“Ka,”

Elsie berteriak,

“KAMI-SSAAAAAMMMAAAAAAAAAAA!!!”

Tepat saat dia akan mengejar Keima.

“Menyingkirlah!”

“Oi, minggir!”

Orang-orang yang berasal dari atas dan bawah tangga, ditambah asap, membuatnya kehilangan Keima.

Dengan tekad yang mengagumkan, Keima meluncur ke toko yang dipenuhi asap tebal dan menggunakan instingnya yang menakutkan untuk menemukan kursinya. Lalu, saat pandangannya benar-benar tidak berguna, dia menggunakan cintanya pada game untuk menemukannya dengan sukses.

“Baiklah!”

Dia terlihat seperti memeluk game-game itu.

“Ayo, aku kabur dari sini!”

Dan seperti berbicara dengan seseorang saat dia berhenti berteriak, dia bermaksud untuk pergi.

Akan tetapi,

Meskipun itu dia, tidak peduli keadaan hatinya, tubuhnya masih akan bereaksi dengan ajar, dan mau bagaimana lagi.

“...Arre?”

Pertama, saat dia bermaksud keluar dari toko, hatinya bergetar dengan hebat.

“Er, mm...”

Matanya mulai kabur.

“...re?”

Kakinya yang bergetar mulai menolak perintahnya dan jatuh begitu saja.

“U, ugh...”

Meskipun dia sangat ingin bergerak maju.

“U...uu.”

Tubuhnya memang tidak kuat sejak awal. Dia bertahan sampai sekarang,

Semuanya karena cinta dan sayangnya pada game.

Saat dia mendapatkan gamenya.

“...Ugh.”

Saraf tekanannya tiba-tiba berbunyi, dan kesadaran Keima yang kabur mulai berfikir.

(Apa, apa aku akan jatuh seperti ini...aku...)

Dengan mengagumkan,

Tidak ada ketakutan, ataupun rasa sakit.

(Ah, ahh.)

Keima berfikir.

(Setidaknya biarkan aku menaklukkan game ini...)

Saat dia tersenyum lemah dan akan menutup matanya.

“Apa kau baik-baik saja?”

Dia mendengar sebuah suara.

Keima menoleh ke arah datangnya suara.

“!”

Dia terkejut.

TWGOK 01 037.jpg

Di tengah-tengah asap, seorang gadis dengan pakaian putih muncul, pakaian putih bersih yang terlihat seperti apa yang dikenakan orang Yunani kuno. Dia mengenakan rok putih pendek dan sandal, dengan rambut panjang melambai dan cahaya misterius di matanya, kulit yang putih seperti salju, dan yang paling penting,

Sayap di belakang punggungnya.

“Seorang, malaikat?”

Gadis itu membentangkan tangannya, dan kesadaran Keima menghilang...


Hari berikutnya, perawat di Rumah Sakit Umum Maijima marah-marah,

“Oi! Tuan Katsuragi! Bisakah kau berhenti bermain game!?”

Dan meneriakan hal itu pada Keima, yang mengenakan pakaian putih pasien.

“...”

Dia tetap terus duduk di tempat tidur, menatap layar game tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Elsie ada di sampingnya,

(Ka, Kami-sama selalu sama tidak peduli dimanapun dia berada...)

Menatap Keima memainkan video game sambil berkeringat dingin. Dengan kata lain, Katsuragi Keima dirawat di rumah sakit.

Untungnya, tidak ada luka luar yang serius ataupun trauma. Ini cuma tindakan pencegahan. Dia kan keluar dalam 2, 3 hari.

“Ngomong-ngomong, sangat bagus...tidak ada yang terjadi.”

Saat menemani Keima naik ke atap, Elsie meletakkan tangannya di dada dan berkata,

“Jantungku hampir berhenti kemarin saat aku berpikir apa yang akan terjadi pada Kami-sama.”

Setelah Keima ditemukan baik-baik saja di pintu belakang toko,

Elsie mau tidak mau menangis. Ibu Keima, Mari bersama mereka barusan, tapi karena dia harus menjalankan Kafe ‘Grandpa’, dia pergi lebih awal dan meninggalkan sisanya pada Elsie.

Keima,

“...”

Terdiam untuk beberapa saat.

Salah satu alasannya adalah karena dia sedang bermain game. Tapi sebenarnya, dia memikirkan sesuatu.

(Apakah aku diselamatkannya? Oleh...gadis yang berpakaian seperti malaikat...)

Sebenarnya, ingatannya pada hal itu tidak begitu jelas, dan saat dia bangun, dia sudah terbaring di pintu belakang toko. Mungkin, gadis yang ditemuinya di dalam kepulan asap yang membawanya keluar dari api yang menyebar bangunan gedung dan membuatnya berhasil kabur...

Apakah itu kenyataan?

Atau itu semua hanya imajinasinya saja.

Saat ini, Keima masih belum yakin akan hal itu. Apalagi, kalau gadis itu benar-benar menyelamatkannya.

Kenapa dia menghilang dari hadapanku?

Dia benar-benar tidak bisa memahami hal itu.

Keima tidak bisa memahami kenapa gadis itu meninggalkannya yang tidak sadarkan diri dan pergi. Dan sepertinya tidak ada orang lain saat kebakaran yang melihat gadis itu. Dengan demikian Keima bagaimanapun ragu apakah itu hanya imajinasinya.

“...Cuacanya sangat cerah.”

Dia duduk di atap, menatap ke langit, dan berbisik.

Kalau dia memikirkan hal ini di bawah sinar matahari yang cerah, mungkin semua yang terjadi kemarin adalah mimpi, dan bukan hanya gadis itu saja.

“Yeah.”

Elsie mengikutinya dan duduk di lantai beton. Lalu, tiba-tiba dia meloncat berdiri.

“Benar juga!”

Dia menatap Keima dan berkata,

“Ada sesuatu yang harus kukatakan pada okaa-sama[2]! Aku akan meneleponnya!”

Dan berlari ke arah pintu keluar dari atap saat melangkahkan kakinya ke sana. Keima menatap kepergiannya, dan mendesah kecil.

“...Orang yang sibuk.”

Lalu dia memegang PFP ditangannya dan berbaring.

“!”

Dan membeku.

Di sana ada penthouse[3] dan menara tempat penampungan air yang lebih tinggi dari atap, dan dia melihat seorang gadis membiarkan kakinya tergantung ke bawah dan duduk di sana, menatap ke arahnya. Gadis itu terlihat menatap ke bawah ke arah Keima, menunggunya menyadarinya.

Saat matanya bertemu dengan mata Keima.

“Ahahaha, kita akhirnya bertemu~”

Dia dengan mudah terjun dari sana.

Dengan lembut,

Gadis itu terlihat seperti malaikat saat dia turun di depan Keima. Jarinya menaikkan tepi roknya sedikit sambil dia menunduk dengan elegan.

“Hello, pangeran dengan mata yang indah♪.”

Ini adalah pertemuan keduanya dengan gadis ini.

Gadis itu tersenyum.

“...Pangeran?”

“...”

Keima benar-benar terkejut. Gadis yang menatap ke bawah ke arah Keima, yang sedang berbaring. Dengan begitu, dia bisa melihat apa yang ada di bawah roknya dari sudut ini...

Putih.

“...”

Benar-benar sebuah pakaian dalam dari pakaian dalam, Keima berpikir. Dia tetap tidak tergerak saat dia berdiri dan membersihkan debu yang menempel dan tanpa berkata apapun menatap gadis itu.

Gadis itu sepertinya tidak memikirkannya dan berkata,

“Ahahaha, pangeran terlihat sangat bersemangat. Hebat!”

“...”

Otak Keima mulai berputar.

Dia menaikkan alisnya.

(Gadis yang kemarin?)

Ingatannya tentang hari sebelumnya mulai kembali. Gadis itu menyipitkan matanya dan berkata,

“Kamu menghirup asap, jadi aku khawatir.”

Dan kemudian, dia tersenyum.

“Hebat! Sepertinya kamu baik-baik saja!”

Keima berhasil membuat kesimpulan dan mengatakannya,

“Jangan bilang...kamu yang menyelamatkanku kemarin?”

Lalu, gadis itu,

“Un!”

Dia menganggukkan kepalanya.

“Aku berada di gedung itu juga karena aku sedang mencari sesuatu.”

“Sesuatu?”

Merasa kalau dia dikelilingi oleh keberadaan yang unik dari gadis itu, Keima bertanya. Gadis itu dengan bersemangat dan penuh tenaga mengatakannya dengan nada yang sulit dipahami.

“Benar, itu adalah sebuah quest[4]!”

Dia mengatakannya dengan jelas,

“Di tengah-tengah lautan bintang, bintang-bintang yang bersinar dengan tetap pasti akan menjadi tujuanku!”

“...”

Keima tetap diam, dan gadis itu di satu sisi tidak memikirkannya.

“Aku akan terus mencari bintang semacam itu satu persatu. Quest-ku adalah untuk mencari bintang-bintang itu.”

“...”

Kemampuan memproses bahasa Keima sangat luar biasa, dan dia sangat hebat dalam berpikir logis. Biasanya, saat menaklukkan gadis-gadis, dia dapat mengurutkan logika yang keluar dari gelombang kognitif dalam kata-kata target. Itulah kenapa dia mampu menemukan rahasia gadis-gadis itu, dan menentukan doktrin mereka atau kepribadian. Tapi di sisi lain, kalau targetnya tidak kognitif sejak awal, kata-kata yang tidak logis sangat sulit untuk diatasi.

Pikirannya mulai memilah gadis ini ke suatu unsur.

“Ada beberapa poin.”

Keima bertanya,

“Yang aku tidak mengerti. Apa kamu bilang kamu mencari sesuatu?”

Dia bertanya dengan sabar.

“Apa itu? Apa yang ingin kamu coba temukan?”

Gadis itu tertawa kecil dengan senang.

“Tentang itu, yang ingin kutemukan adalah eternal plus[5] yang tidak akan pernah berubah, sebuah hadiah abadi. Tidak peduli seberapapun banyaknya negatif yang ada, ia tidak akan mengubah eternal plus ini.”

“...”

Keima mulai merasa pusing, dan kelopak matanya terasa seperti menegang.

“Benarkah...kau bisa menemukannya?”

Gadis itu berkata dengan serius,

“Tidak.”

Dan kemudian.

“...”

“...”

Keduanya terdiam. Gadis itu menaruh kedua tangannya di belakang punggungnya dan tersenyum. Meskipun Keima juga menunjukkan senyuman, jelas terlihat kalau dia memaksakannya dan cuma sekedar ditahan di sana. Kelopak matanya menegang. Dia mengambil waktu yang tepat,

Lalu.

Dia akan menggunakan waktu ini untuk pergi.

Terima kasih karena telah menolongku. Apa kamu datang untuk menjengukku hari ini? Terima kasih kalau begitu. Lalu, aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan, jadi aku akan pergi duluan. Selamat tinggal!

Dan akan pergi segera.

Dengan demikian, tepat saat dia akan mengatakan ‘lalu’.

“Oh pangeran.”

Gadis itu berputar dan melihat ke arah jalanan dari pegangan pengaman di atap.

“Cuacanya sangat bagus hari ini~ jalanannya juga terlihat sibuk.”

Timing Keima rusak, dan dia tidak bisa pergi. Dia berpikir sesaat, dan mendesah keras.

“...Aku bukan pangeran.”

Ini satu-satunya pertahanan yang bisa Keima buat pada gadis itu sejak dia mulai mengatakan segala macam hal yang tidak jelas. Gadis itu dengan senang berbalik.

“Kamu itu pangeran!”

“...”

“Karena kamu punya mata yang indah dan jernih...sangat cantik, mata yang terlihat seperti bisa melihat melalui apapun, mata seperti kristal yang memiliki tekad Tuhan di dalamnya.”

Gadis itu mengambil satu langkah besar dan mendekat.

Dia tersenyum.

“Te, terima kasih.”

Gadis itu menatap ke arah mata Keima dengan pandangan ingin tahu, dan Keima berkata dengan sikap terganggu,

“...Terima kasih karena telah menyelamatkanku. Apa kau datang untuk menjengukku hari ini? Terima kasih kalau begitu. Lalu,”

Dia baru saja mau mengatakan kalimat yang dia persiapkan.

“...Kau benar-benar suka game. Aku juga menyukainya. Aku menjalani quest semacam itu♪”

Dengan begitu, jawaban gadis itu sekali lagi sedikit tidak berhubungan dengan apa yang Keima katakan. Keima benar-benar ingin memeluk kepalanya, dan kemudian,

“Aku mengerti, jadi orang ini!”

Dia menyimpulkan.

“Orang ini adalah Denpakei[6]...” “...”

Tipe yang paling tidak cocok dengan Keima yang logis.

Dan apa yang dia katakan sampai sekarang,

Tidak bisa dimengerti!

Keima mau tidak mau melihat ke sekitar putus asa mencari bantuan, dan tepat pada saat itu,

“Kami-sama~!”

Elsie muncul di atap. Gadis itu menatap sekilas ke arahnya, dan berkata,

“Adik perempuanmu?”

Dia pergi.

“Sudah hampir waktunya aku untuk pergi.”

Keima melepaskan desahan lega, tapi dia tetap penyelamatnya walau bagaimanapun,

“Te, terima kasih...sekali lagi.”

“Namaku Amami Tooru.”

TWGOK 01 049.jpg

“Katsuragi Keima.”

“Itu nama yang bagus.”

Gadis itu menunjukkan senyum ramah dan melambaikan tangannya.

“Sampai jumpa, Keima-kun. Sudah cukup bagiku kalau kamu baik-baik saja. Nyawa manusia itu lebih penting dari apapun~♪”

Lalu, dia meletakkan tangannya di belakang punggung, bergumam dengan sikap riang, dan pergi.

Elsie berpapasan dengannya.

Dan melihatnya pergi dengan ekspresi aneh. Dan kemudian,

Dorodorodorodorodorodoro.

Jepit rambut Elsie mengeluarkan suara, dan dia sangat terkejut dan memegang kepalanya. Dia terlihat bingung saat dia sekali lagi menunjuk ke arah gadis yang menuruni tangga.

“Dengan kata lain.”

Keima berusaha keras agar tidak jatuh berlutut, dan bergumam,

“Gadis itu memiliki arwah pelarian, benar kan...”

Dia memiliki firasat buruk soal ini...

Dan dia memang benar.

“Kami-sama!”

Dia berteriak sambil berlari.

“Orang itu!”

“Aku tahu.”

Keima menggunakan ekspresi keras untuk melihat ke arah Elsie,

“Aku tahu. Ada arwah pelarian di dalam dirinya, benar?”

Elsie menganggukkan kepalanya, dan bertanya dengan nada ingin tahu.

“Dia sepertinya baru saja berbicara dengan Kami-sama...apa kalian berdua saling kenal?”

“Pada dasarnya, ini pertemuan pertama kami.”

Keima tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia sudah mulai berfikir bagaimana caranya menaklukkan gadis itu...gadis yang memanggil dirinya Amami Tooru.

Arwah pelarian bersembunyi di celah di dalam jiwa, dan mereka harus membuat gadis degan jiwa ini jatuh cinta untuk memenuhi hatinya sebelum menangkap arwah pelarian.[7] Ini adalah misi Elsie sebagai bagian ‘regu penangkap arwah pelarian’ dari Neraka, dan juga misi rekannya, Keima.

Otak yang rumit dan tajam itu mulai bergerak. Dalam pikirannya, ada tak terhitung game yang sudah ditaklukannya, rute dan bahkan kata-kata dari tokoh utama wanita yang dia taklukkan tergambar jauh di dalam dirinya tanpa kesalahan. Dia ingat.

Dia berfikir.

Dia menarik kesimpulan, meringkasnya, dan melanjutkan.

“Sesuai yang aku duga...seorang ‘denpakei’, atau seorang ohanabatake[8]

Dan kemudian, dia menggelengkan kepalanya.

“Tidak, ini terlalu awal untuk menentukan tipenya, tapi kita cuma bisa berjalan ke arah sini.”

Dia melihat ke arah jalan keluar yang dilalui Amami Tooru saat dia pergi, dan meng-klik-kan lidahnya sedikit.

“Aku tidak tahu sekolahnya, dan aku tidak tahu dimana dia tinggal. Ya ampun, sepertinya penaklukan ini akan menjadi sangat melelahkan secara fisik.”

Elsie bertanya dengan sikap pasif.

“Lalu, Kami-sama...seorang ‘denpakei’ adalah.”

Dia sepertinya mencari dalam ingatannya.

“Itu,”

Dan mengatakan dengan nada sedikit percaya diri.

“...Tipe gadis yang Kami-sama bilang tidak bisa atasi, benar kan?”

“...”

Keima menatap sekilas pada Elsie,

Dan kemudian,

“Bahkan kalau aku benar-benar terpaksa, bahkan kalau aku benar-benar dipaksa untuk melakukannya, aku harus melindungi hal ini. Kumohon bermainlah di tamanku!”

Elsie seolah melihat beberapa bunga indah dan berlebihan bermekaran dari belakang Keima, dan menggosok matanya.

“...Fuu.”

Bunga-bunga cerah itu menghilang, dan yang tersisa adalah Keima yang mendesah.

“Bagaimanapun, ayo pergi dari rumah sakit ini terlebih dahulu, dan sesudah itu.”

Dia dengan sekuat tenaga menunjuk pada kesalahan Elsie dan membenarkannya.

“INI BUKAN KARENA AKU TIDAK TERBIASA DENGAN TIPE-OHANABATAKE!”

Aku cuma tidak ingin kena masalah.

Dia berkata. Dan Elsie mau tidak mau tetap terdiam dan terlihat bingung.


Tiga hari kemudian, ada seorang gadis.

Amami Tooru sedang berjalan di jalanan. Dia memiliki rambut yang berwarna kecoklatan, gaun on-piece putih yang melambai, sebuah kalung dengan bandul berbentuk palang, dan sandal violet. Wajahnya yang cantik dan penampilannya yang menonjol menyebabkan setiap pria yang berjalan melewatinya tertarik padanya saat mereka melihat ke arahnya. Mau tidak mau mereka menoleh untuk menatapnya.

Gadis ini sangat manis~

Sebagian besar dari mereka akan berfikir begitu, tapi gadis itu sendiri tidak mempedulikan pandangan-pandangan mereka. Dia terus menatap ke atas pada bangunan-bangunan yang berjejer.

Dia memegang sebuah buku catatan, meskipun tujuannya tidaklah jelas.

“Ah, ada bintang penunjuk di sini.”

Gadis itu bergumam dan menggunakan pulpen untuk menulis sesuatu. Lalu, dia menggunakan ponselnya untuk memotret bangunan itu.

“Ahaha.”

Lalu, dia cuma menggumamkan ‘un un’, mengangguk-angguk dan menulis sesuatu lagi di dalam buku catatannya. Sesudah itu, dia menaruh buku catatan dan ponselnya ke dalam tas dan terus melenggang dan berjalan.

Tiba-tiba, dia berhenti.

“?”

Dan memiringkan kepalanya dengan sikap bingung.

Di tengah kerumunan, ada seorang anak laki-laki yang bersandar di tembok, melipat tangannya di depan dada sambil perlahan berdiri. Dia, Katsuragi Keima, berdiri di depan Amami Tooru.

(Pertama.)

“...Bisa kubantu menemukan sesuatu?”

(Ayo masuki dunianya!)

Tubuh gadis itu membeku selama beberapa saat, dan kemudian, dia memanggil.

“Ah~pangeran!”

Dipanggil seperti itu di tengah-tengah kerumunan, Keima sedikit ketakutan, tapi,

“Izinkan aku menemanimu, putri.”

Sesudah itu, dia dengan sopan meletakkan tangannya di dada. Jauh di dalam, ini membutuhkan usaha keras, tapi dia benar-benar terlihat seperti gentleman di sini.

“Wa~ pangeran! Hebat, kamu sudah keluar dari rumah sakit!”

Gadis itu tiba-tiba berlari ke arah Keima dan segera memeluknya. Para pejalan kaki di sekitarnya menunjukkan pandangan terkejut.

Keima sendiri juga terkejut.

“Te, terima kasih.”

Saat gadis itu melepaskannya, dia memegang tangan Keima dan melompat-lompat senang.

“Pangeran, kamu cepat sekali sembuh!”

Dan memeluknya lagi,

“Nn~Kelihatannya nyata. Aku pikir kamu adalah harta karun di antara asap, tapi kau tidak terlihat seperti harta karun saat kau terpasang seperti ini, benar kan?”

Dia tidak mengerti apa yang dikatannya.

Dan,

“Uu.

Payudaranya yang lebih besar dari rata-rata bergoyang, dan dia tidak mungkin tidak menyadarinya. Kekenyalan ini...lembut.

Tapi Keima,

“...”

Membiarkan gadis itu bertindak sesuka hatinya. Dia sudah bersiap untuk memiliki ketahanan yang lebih di masa depan...


Seorang gadis melihat mereka dari sebuah tiang sedikit jauh. Dia adalah Elsie.

Keima mengajarinya.

(Aku akan melompat masuk ke dalam ceritanya.)

Dia tidak benar-benar mengerti maksud dibalik semua ini, tapi Elsie percaya pada Keima dan melihat mereka dari belakang.


“Benar-benar sebuah kebetulan, pangeran!

Apa kamu sudah puas? Amami Tooru melepaskan Keima, dan kemudian seolah berbeda dari biasanya, meletakkan tangannya di belakang punggung dan tersenyum.

Keima mendesah lega dan menatap ke arah Amami Tooru.

(Baiklah. Bukankah ada hal yang pantas diperhatikan di luar...untuk saat ini.)

Dengan segera, mata tajam Keima menelusuri Amami Tooru sepenuhnya. Dia benar-benar unik, tapi tidak ada hal yang aneh tentangnya.

Dia cuma merasa sekali lagi kalau.

Dia benar-benar gadis yang cantik menakjubkan. Dia sudah merasa terganggu saat bertemu dengannya pertama kali, apakah dia berdarah campuran atau seperempat campuran. Kesan yang diberikannya adalah seorang malaikat yang berjalan keluar dari lukisan pelukis barat. Dia memiliki lekuk-lekuk tubuh yang tidak mungkin dimiliki orang Jepang pada umumnya, dan dia sungguh terlihat tidak nyata seolah memperkuat kesan ini.

Sejujurnya, tidak terasa kalau dia memiliki kehidupan.

Seolah dia benar-benar seorang malaikat...

“Ada apa denganmu hari ini?”

Amami Tooru menunjukkan senyuman cerah dan bertanya,

“Bagaimana kalau kita membeli sesuatu di jalannan?”

Suaranya sejernih dentingan bel, tapi ini memperkuat perasaan kalau dia bukan manusia yang terbuat dari daging dan darah karena cara bicaranya yang tidak jelas.

Keima berkata,

“Kamu memiliki sesuatu...yang ingin kau temukan, benar?”

Dan sesudah itu,

Amami Tooru mengedipkan matanya.

“Aku akan menemukannya juga, putri.”

Pertama, aku harus terlihat tulus

“...”

Amami Tooru terus menatap ke arah Keima untuk beberapa saat. Keima lalu berkata,

“Ayo bersama-sama mencari eternal plus yang kamu cari.”

Aku harus sedikit memaksa. Kesan karakter yang kutunjukkan harus seperti seorang penyihir.

“...”

“Kumohon ijinkan aku menemanimu.”

Pastikan terdengar seperti ksatria yang setia

“...”

“Wa, wa~! Hebat. Perjalanan akan segera dimulai!”

Bagaimana kalau sedikit kekanak-kanakan dan perasaan nakal di sini?

“...”

“Aku, aku juga ingin melihat eternal plus yang kau cari.”

Seperti seorang bangsawan turun dari atas, atau benda sihir yang bertahan untuk waktu yang lama.

Cuma seperti itu, dia terus mengganti nada bicaranya.

“...”

Walau begitu, Amami Tooru terus menatap ke arah Keima.

Para pejalan kaki melihat ke arah Keima dengan pandangan aneh saat dia mengucapkan kalimat-kalimat aneh itu, tidak peduli mereka datang dari depan ataupun belakang. Sedikit jauh dari mereka, dua bibi-bibi bergumam.

Kasihan.

Dan,

Masih muda...dan sangat bersemangat.

Hal-hal semacam itu sambil bergosip.

Sebenarnya, Keima juga ingin melarikan diri saat ini.

Siapa juga yang mau bersikap seperti ini!

Dia berteriak jauh di dalam. Dia dapat merasakan rasa malu yang mulai naik dalam dirinya, dan mukanya mulai memerah. Walau begitu, Keima terus mengatur kata-katanya.

Kata-kata yang bisa menyentuh hati lawan bicaranya.

Pintu yang membuka ke kata-kata lawan bicaranya, kata-kata yang bertujuan untuk mencari kuncinya.

“Ini cuma ucapan teima kasihku padamu, putri.”

Itu adalah apa yang Keima ingin lakukan.

Begitu dia mengerti dunianya, dia akan menyatu ke dalamnya, tidak hanya secara emosional dan bentuk, tapi juga di semua aspek yang lain. Saat berurusan dengan gadis-gadis ‘denpakei’, ini hal yang harus dilakukan.

Apa yang dia tunggu-tunggu.

Apa yang dia cari.

Kepribadian macam apa yang dia miliki.

Saat dia berurusan dengan gadis semacam itu, kalau seseorang ingin mencapai keadaan saling memahami sebelum orang-orang biasanya bisa jauh cinta, mereka harus melewati berbagai masa yang membosankan.

Karena itulah Keima terus melancarkan sedikit pukulan kecil dalam kata-katanya untuk mencoba dan menyelidiki pandangannya terhadap dunia. Untuk hal ini, dia mencoba berbagai macam cara bicara.

“...Bintang penunjuk itu.”

Tiba-tiba, mata Keima menunjukkan sebuah pantulan yang tetap.

“Ada satu di gedung ini.”

Setelah merasakan aturan dalam kata-kata gadis itu, Keima berkata,

“...Kamu.”

Jari Keima menunjuk ke atas, dan mata Amami Tooru mengikutinya.

‘Bar—Lucky Chance.’

Jalanan dimana mereka berada memiliki papan nama tepat di atasnya, dengan cahaya lampu neon yang terpasang pada bangunan lantai tiga.

Saat malam, sepertinya akan mengeluarkan cahaya yang indah.

Dan di papan nama itu.

“Apa kau mencari bintang seperti itu?

Itu adalah hiasan berwarna kuning, melambangkan bintang jatuh. Amami Tooru masih tidak bergerak.

Keima menunggu sebentar.

Tiba-tiba.

“Aha.”

Amami Tooru tertawa, dan Keima menelan ludah.

Apakah dia berhasil?

Apa dia gagal?

Keima ingat saat mereka bertemu pertama kali, bahkan di dalam bangunan yang terbaar, di sana ada papan nama berbentuk bintang pada sebuah retro game. Juga, kata-kata yang dia ucapkan di atap rumah sakit saat mereka bertemu kembali.

“Misiku adalah mencari bintang-bintang!”

Kalimat ini juga ada dalam memori Keima. Dengan demikian, dia mencoba menyatukan dua teori ini bersamaan.

“Itu benar! Hebat sekali! Bagaimana kau tahu! Bagaimana kau tahu kalau aku mencari bintang ini?”

“...”

Keima mengeluarkan desahan lega di dalam hatu. Sepertinya dia benar. Mata Amami Tooru tiba-tiba memancarkan sinar.

Kata-kata samarnya menunjukkan kegemarannya yang sesungguhnya.

“Ahaha! Kamu sangat hebat, pangeran! Kamu benar-benar bisa melihat semuanya!”

Gadis itu menyatukan tangannya dan berteriak senang. Kerumunan di sekitar mereka mulai menoleh dan melihat pada Keima dan gadis bishoujo[9] yang bersuara cukup keras. Keima merasa matanya sakit, tapi dia tetap tersenyum.

“Aku tahu semua tentangmu.”

Mencocokkan pandanganya tentang dunia.

Mencocokkan hatinya dengannya.

Dia harus sedikit demi sedikit mengerti targetnya. ‘Eternal plus’ yang dia cari mungkin adalah kunci untuk mengerti lubuk hatinya yang terdalam.

Karena itu,

“Aku ingin mencarinya bersamamu.”

Keima melangkah ke depan.

“Un!”

Gadis itu menganggukkan kepalanya.

“Kamu adalah pangeran! Kamu benar-benar seorang pangeran!”

Gadis itu dengan mudah menerima hal ini.

“Ayo kita mencarinya, ‘eternal plus’ ini.”

“...Un, sebuah ‘eternal plus’.”

Mata Keima memancarkan sinar perhitungan.

“Bagaimana caranya kita mencarinya?”

Dia ingin mengerti hati Amami Tooru.

Keima mulai memeriksa. Amami Tooru tiba-tiba membeku. Ini tidak bagus. Dia mengecap lidahnya jauh di dalam. Apakah dia terlalu terburu-buru?

Akan tetapi, Amami Tooru,

“Ahahaha, aku tidak tahu tentangnya sama sekali! Aku tidak tahu benda itu ada dimana, bagaimana bentuknya! Aku tidak tahu sama sekali!”

Dia menjawabnya dengan jelas tanpa terganggu sedikitpun.

“Aku mengerti...”

Keima menjawab sambl menundukkan kepalanya dan berpikir,

Jadi ini latarnya...aku mengerti.

Tapi saat ini, dia tidak menyadarinya.

“...”

Ekspresi Amami Tooru menunjukkan sedikit perubahan.

(Fu~n)

Itu adalah ekspresi yang akan ditampilkan gadis pada umumnya, seolah dia melihat dari tempat yang lebih tinggi dari Keima, mencoba mengujinya. Yang ironis adalah, saat ini, wajah cantik Amami Tooru menunjukkan emosi yang lebih manusiawi—menatap dari jauh, Elsie mengeluarkan desahan ‘oh?’ Tapi saat ini, mata Keima terlepas darinya sama sekali.

“Jadi, ayo pergi! Ke tempat yang paling kita sukai! Ayo pergi ke sana!”

Dengan begitu, saat Amami Tooru kembali ke ekspresi lembut dan suara kehilangan itu, Keima tidak menyadari perubahan ini.

“Tentu saja.”

Dia tersenyum dan menjawab.


Keima menilai dirinya berhasil...tapi sesaat kemudian, apa yang Amami Tooru katakan sangat mengejutkannya.

“Ayo pergi bersama. Adik perempuan yang ada di sana!”

Dia mengangkat kepalanya sedikit, dan tersenyum saat dia mengatakan pada Elsie, yang bersembunyi di balik tiang.

Keima sangat terkejut di dalam. Amami Tooru, yang sepertinya tidak menyadari sekitarnya, tiba-tiba mengajak Elsie utuk bergabung, dan dia bahkan tidak pernah menoleh ke arah tempat bersembunyi Elsie saat dia berbicara dengan Keima.

Akan tetapi, dia berbicara dengan Elsie tanpa ragu, meskipun dia dan Elsie hanya berpapasan di atap sekali.

Kapan dia mulai menyadari keberadaan Elsie?

Amami Tooru menatap ke arah Elsie dan Keima yang kebingungan, penyebab kepanikan Keima, dan tersenyum saat dia mulai berjalan.


Sesudah itu,

Setelah mereka berkeliling dengan bis melewati dua pemberhentian.

“Jyan! Ini tujuan kita!”

Keima dan Elsie kehilangan kata-kata.

Itu adalah tempat hiburan yang besar. Jalanan tempat Keima dan Elsie berada ada di daerah yang lebih ke pedesaan, tapi tempat itu memiliki banyak ruang kosong. Ada sekolah, perpustakaan, aula kota, ruang olahraga, dan berbagai macam fasilitas publik, tapi juga memiliki tempat hiburan yang besar.

Saat ini, yang ada di depan Keima dan kawan-kawan adalah ‘Dean Land’[10], salah satu dari bangunan itu. Bangunan yang dibangun di tengah-tengah jalan yang ramai adalah seluruh taman itu sendiri. Dari karaoke dan tempat bowling sampai kafe manga dan kafetaria, ada berbagai macam bangunan di dalamnya.

Apa yang lebih hebat darinya adalah adanya jalur yang menjalar keluar dari sisi bangunan, berputar di udara sekali sebelum kembali ke dalam bangunan.

Sesekali.

“KYAAA~!”

“WA~!”

Dengan teriakan beberapa orang, roller coaster itu akan keluar dari dalam sisi bangunan, berputar sekali sebelum masuk kembali ke dalam.

Dengan kata lain,

“Ini benar-benar sulit dipercaya...”

Keima berkeringat dingin saat mengatakan hal ini.

Sebuah roller coaster menempati separuh dari bangunan itu. Apa bangunan ini benar-benar aman?

“...”

Keima masih tetap terdiam.

Dan Elsie,

“Wa~”

Menyatukan kedua tangannya erat saat matanya berbinar-binar, Amami Tooru dengan senang berkata,

“Lihat! Ada bintang penunjuk yang besar di sana!”

Dia menunjuk ke arah atap, dan di sana benar-benar ada sebuah hiasan bintang yang besar.

“Ayo cepat kita masuk!”

Keima dan Elsie kembali ditangkap oleh Amami Tooru dan ditarik dengan paksa masuk ke dalam.


Keima sudah merasakan firasat buruk saat dia melihat bagian luar bangunan ini, tapi dia sudah bersiap di saat dia memutuskan untuk mengikuti Amami Tooru.

Tidak peduli apapun, dia akan terus melihat ke dalam dunianya.

Akan tetapi,

Meskipun begitu,

“Gu, kuku!”

Setelah mendaftar di lantai pertama, dia berpisah dari Tooru dan Elsie dan berjalan menuju ruang ganti pria. Sesudah berganti ke sebuah kostum, Keima mau tidak mau mengernyit dan meringis.

“Kenapa aku”

Dia mengepalkan tangannya keras-keras,

“Memakai pakaian semacam ini.”

Bahunya sedikit gemetaran karena rasa malu dan kekakuan yang muncul di dalam dirinya. Tapi kebalikannya, Elsie,

“Waa~! Kami-sama, pakaian itu benar-benar cocok denganmu!”

Dia menyatukan tangannya dan menyatakan persetujuan. Amami Tooru juga berkata,

“Un, kamu sangat cocok menjadi butler[11], pangeran. Sudah pasti.”

Setelah membuat pernyataan yang tak masuk akal, dia menganggukkan kepalanya dengan puas. Dan dia sendiri berpakaian sebagai putri dengan mahkota. Semua pakaiannya berubah kecuali kalung palangnya.

Dan Elsie mengenakan kostum maid[12].

Sedangkan untuk Keima...

“Uu, aku benar-benar tidak menduga akan berada di tempat sekacau ini...”

Ber-cosplay sebagai butler. Tapi seperti apa yang dikatakan gadis-gadis itu, Keima, yang memiliki aura dan penampilan itu, benar-benar cocok untuk pakaian menonjol seperti itu.

Wanita di konter tersenyum dan bertanya,

“Putri, maid, dan butler, boleh saya tahu apakah ada masalah?”

“Tidak ada masalah sama sekali. Benarkan, Elsie?”

“Ya~, seperti, seperyi yang kau katakan ♪, putri.”

Gadis-gadis itu segera bersikap sesuai karakter kostum dan menjawab. Lalu, wanita di konter, Amami Tooru, dan Elsie menoleh ke arah Keima. Mereka semua terlihat agak antusias, penuh harapan. Keima mundur sedikit melihat binar di mata mereka, tapi dia tidak mungkin terus-terusan memasang poker face. Lagipula, Amami Tooru tepat di hadapannya.

Dia sedikit memaksakan senyuman.

“Tidak.”

Dia menjawab,

“Tidak masalah sama sekali, putri.”

Dia dengan sopan meletakkan tangannya di dada dan menjawab, tepat seperti saat dia bertemu dengab Amami Tooru pertama kali hari ini. Semua gadis itu berseru ‘KYAAA!’

Itu benar.

Keima benar-benar cocok ber-cosplay seperti itu...


‘Dean Land’.

Hal paling unik dari tempat itu adalah di tempat itu, di seluruh area taman, mengijinkan para cosplayer menaiki atraksi, sebuah pemandangan langka bahkan di seluruh negeri. Tentu saja, pengunjung boleh menggunakan pakaian biasa, tapi kebanyakan pelanggan di sini meletakkan pakaian mereka di gudang penyimpanan (yang di atur oleh komputer, dan bisa dicek dengan arsip komputer). Para cosplayer bisa memilih dalam waktu yang lama apa yang paling cocok untuk mereka atau apa yang mereka ingin pakai. Pilihan kostum di ‘Dean Land’ sangat banyak, dan saat ini, selain kostum bertema putri dan butler yang dipakai Keima dan kawan-kawan, ada pula berbagai kostum dari karakter manga atau anime, bahkan pakaian boneka atau hewan ataupun maskot, dan bahkan seragam pilot dan seragam perawat.

Ada berbagai pengukuran yang berbeda bagi pria dan wanita, dan meskipun ada gadis keren yang memakai pakaian laki-laki atau anak kecil berpakaian gadis penyihir ajaib, biasanya mereka tetap memilih pakaian yang sesuai jenis kelamin mereka.

Kalau mereka tidak yakin apa yang cocok mereka kenakan, mereka bisa meminta saran pada wanita di konter. Dengan demikian, karena Keima dan kawan-kawan baru pertama kali ke sini, mereka pergi ke konter untuk meminta saran memilih pakaian.

Hasilnya sangat cocok dengan penampilan mereka.

Keima sebenarnya tidak mau, tapi dia tahu hal ini.

Di sana ada lebih banyak pasangan muda atau teman berkumpul di Dean Land, tapi ternyata banyak juga jomblo atau keluarga. Di level yang lebih tinggi, ada pula sebuah damper (panggung untuk para cosplayer menari) untuk orang-orang yang pertama bertemu atau berkumpul. Ibu-ibu dan bapak-bapak tersenyum dan menonton anak-anak mereka mengenakan pakaian imut melompat-lompat dan menari.

Salah satu alasannya adalah karena hari ini hari libur, dan aulanya berdengung penuh suara manusia.

Keima sudah mengaku kalah karena suatu alasan.

“Lalu, Nona.”

Dan menahan diri saat dia mencoba bersikap seperti butler.

“Kemana kita akan pergi?”

Amami Tooru membentangkan kedua tangannya dan tersenyum.

“Biar kupikir~pertama, ayo kita bermain bowling! Bowling!”


Dan dengan begitu, Keima dan Elsie diseret berkeliling oleh Amami Tooru, dan saat mereka mencapai arena bowling di lantai empat, mereka bermain bowling sambil tetap mengenakan pakaian cosplay.

“Ehh!”

Amami Tooru bergerak dengan sangat lihai saat dia menjatuhkan pin-pin bowling satu persatu.

“Yeah!”

Lalu, dia berputar berkeliling dengan anggun mengenakan kostum putrinya, menunjukkan giginya yang putih dan membuat tanda kemenangan. Saat dia berputar, roknya tersingkap, menunjukkan betisnya yang putih. Saat gadis yang sangat cantik melakukan hal seperti itu, semua pengunjung di sekitar mereka menoleh terkejut. Pada saat itu,

“Ka, kami-sama? Benar, benar seperti ini?”

Elsie memilih sebuah bola yang ringan yang cocok untuknya dan dengan kikuk menjatuhkan pin-pinnya. Melihatnya bersenang-senang seperti itu, tidak ada yang menyadari kalau dia baru bermain bowling untuk pertama kali.

Pada akhirnya.

“Waa~ aku, aku menjatuhkan semuanya!”

Dia mendapat spare[13]. Melihat hal ini, Amami Tooru sagat senang.

“Yeah! Kerja yang bagus! Ell-chan!”

“Te, terima kasih!”

Tanpa sadar, dia sudah dipanggil dengan nama panggilannya, dan mereka bahkan ber-high five[14] ria.

Dan kemudian,

“Ugh!”

Roll.

Satu atau dua pin.

Dia kadang mendapat spare.

Ini bukan hal yang bisa dibanggakan.

Tapi Keima, terenggah-enggah,

(Kurang lebih cukup di sini, aku rasa...)

Berpikir seperti itu.


Setelah bowling, adalah karaoke. Sistem di ‘Dean Land’ adalah tidak peduli berapa kali mereka berganti pakaian, tidak perlu membayar lagi.

Karena itu, Keima dan yang lain (terutama karena saran Amami Tooru) menggunakan sistem ini untuk berganti pakaian. Mereka bertiga berganti pakaian anime yang terkenal. Saat karaoke, Amami Tooru menunjukkan suaranya yang luar biasa, itu saja. Sesudah itu, mereka berganti ke pakaian drama jaman dulu.

“Ayo! Kita sebaiknya naik yang satu ini, mumpung kita di sini!”

Pada dasarnya, mereka dipaksa oleh Amami Tooru naik roller coaster, yang terlihat seperti ular raksasa mengitari batu.

Amami Tooru dan Elsie sangat bersemangat,

Tapi Keima, yang lebih rasional dari kebanyakan orang,

(Apa bangunan ini dan wahananya...benar-benar sesuai standar?)

Terlihat tidak nyaman saat dia melihat ke depan.


Dalam berbagai hal, wahana itu sangat menakutkan...

Roller coaster melaju dengan kecepatan mengejutkan di jalur berputar. Saat pengaman dibuka dan mereka turun dari roller coaster, para gadis bercakap-cakap dengan senang, sementara Keima kelelahan.

TWGOK 01 075.jpg

Walau begitu, Keima tetap diseret berkeliling.

Lalu, mereka pergi ke pojok game. Mereka memainkan permainan racing, hoki es, lingkaran bola basket, dan tes kekuatan pukulan. Pada saat ini,

“O, oi, tunggu sebentar, ini, ini juga!?”

Atau,

“Oii! Kau juga, Elsie?”

Atau hal semacam itu. Keima tidak mendapatkan waktu untuk istirahat. Akan tetapi,

“...”

Saat dia mencapai baris video game, Keima terdiam. Nafasnya yang tersengal langsung tenang, keringatnya mengering, dan dia menekan kacamatanya kembali.

“...”

Dia dalam diam menatap permainan menerka dan pemecahan masalah. Permainan itu disebut.

‘~Tes~Sangat cerdas’.

Permainan adu kepandaian nasional. Itu adalah game dengan sebuah papan nomor yang menantang kepandaian semua gamer di negara itu. Game itu mengetes berbagai hal, dari pengetahuan umum, sampai pembuktian matematika, dari pemecahan logika sampai kemampuan bahasa. Semua berbagai pertanyaan diajukan,

“Humph.”

Tapi Keima terlihat tidak tertarik saat dia menang dengan sangat jelas lagi dan lagi.

Tangannya,

Terlihat seolah bergerak dengan kecepatan cahaya saat dia segera menekan jawaban yang benar, dan kecepatannya menyebabkan semua orang kagum.

“He, hebat~”

Amami Tooru berteriak, dan Elsie,

“Wa! Wa! Kami-sama menang lagi!”

Dia memegang kursi yang Keima duduki dan benar-benar kegirangan,

Ranking para pemain dengan nilai tertinggi mulai tampak di layar lebar, dan dengan demikian, banyak orang mulai berkumpul tanpa sadar.

“Ap! Apa yang terjadi? Dia barusan menang lagi melawan ranking nasional.”

“...Siapa dia? Jenius?”

Mereka berbisik di belakang, dan pada akhirnya, Keima berakhir melawan pemain ranking 7 di negara itu.

Bagaimana dengan permainan ini?

Lawannya menawarkan permainan yang terlihat seperti campuran submarine dan catur internasional. Keima menjawab,

...Tidak masalah.

Dengan para pengunjung di toko dan ratusan penonton melihat.

“...”

Keima menyipitkan matanya. Waktu berfikirnya lebih lama, dan layar lebar menunjukkan kalau Keima ada dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Dalam serangan musuh, rangkaian disk terlihat seperti ditekan.

Amami Tooru menahan nafas.

Elsie tidak mengerti peraturannya sama sekali, tapi genggamannya pada kursi menguat. Dan kemudian,

“Fuu.”

Tubuh keima berubah rileks.

Cuma seperti itu.

Pikirannya yang tenang menemukan titik lemah lawan. Titik lemah yang orang biasa tidak akan bisa menyadari, hal yang benar-benar minor dan tidak mencolok; titik lemah yang logis. Tapi bagi dewa game Keima, ini cukup. Saat ini, serangan balik yang besar dimulai.

“Ohh!”

Kerumunan itu bersorak melihat pembalikan keadaan yang lembut dan pergerakan yang cepat disertai pemikiran tenang yang seketika itu.

Serangan langsung yang cepat.

Penempatan jebakan yang lihai.

Dia terus menyerang dan memperlemah pangkalan musuh seperti gelombang.

Dan kemudian,

Aku kalah. Kau terlalu hebat.

Seolah melihat senyum masam pemain lawan dari sisi lain jaringan sambil menatap kemenangannya yang gemilang, Keima tersenyum.

Pertarungan yang hebat.

Dia mengirim pesan balasan memuji pertunjukkan yang menakjubkan itu. Pada saat ini, orang-orang dibelakangnya bertepuk tangan dengan riuh.

Orang-orang yang sang pesaing itu, yang muncul terus menerus di ranking nasional, melawan penantang yang tidak dikenal dalam pertarungan yang sengit semua memberikan pujian.

Tulisan merah dan kuning menari-nari di layar.

“...Fuu.”

Akirnya, Keima terlihat sedikit lelah saat dia mendesah dan meninggalkan permainan itu. Amami Tooru bernar-benar kagum.

“Pangeran! Kamu benar-benar seorang pangeran! Tadi itu benar-benar hebat! Sangat keren! Tapi, eh?”

Dia terlihat bingung.

“Kenapa sebuah game?”

Apa yang ditanyakannya tidak benar-benar jelas. Mungkin maksudnya ‘kenapa kamu sangat hebat dalam game?’

Untuk pertanyaan ini.

“...”

“...”

Ekspresi lembut muncul di wajah Keima saat dia mengamatinya...tapi yang menjawab adalah Elsie, yang benar-benar hanyut dalam kemenangan.

“U~! Ka, Kami-nii-sama!

Dan dia terdengar sangat bersemangat.

“Kami-sama benar-benar seorang dewa!”

Pada saat itu.

“...”

Gerakan Amami Tooru menjadi kaku, dan kemudian,

“?”

“...?”

Di depan Elsie dan Keima yang terlihat kebingunagn.

“AHAHAHAHAHAHA!!!”

Dia mulai tertawa seolah ada yang rusak.

“Dewa! Aku mengerti, sang pangeran benar-benar seorang dewa!”

Kalau,

Dia berkata, dan tersenyum.

“Aku benar saat bercosplay sebagai malaikat, benar kan? Kami-sama? Ahh, aku mengerti! Jadi begitu! Hebat, aku berubah menjadi malaikat dan menyelamatkan dewa!”

“...”

Keima tetap terdiam selama itu, dan Amami Tooru berkata dengan ekspresi cerah,

“Kau adalah dewa, dan aku adalah malaikat, jadi itu artinya,”

Dia menunjuk ke arah Elsie,

“Kau adalah iblis yang imut, benar kan, Ell-chan?”

Hal yang tidak bisa dijelaskan,

Dan ekspresi yang ambigu.

“Sekarang kita bertiga adalah dewa, malaikat, dan iblis!”

Elsie terkejut meskipun itu hanya kebetulan belaka.

Akan tetapi, seolah yang dikatakannya adalah kebenaran...

Dan kemudian,

“...”

Keima tetap terdiam sambil terus menatap ekspresi Amami Tooru. “...untuk suatu alasan.”

Elsie berbisik pada Keima.

“Tooru-san benar-benar memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan, benar kan?

Setelah apa yang terjadi, ketiganya tiba di lantai kegiatan di lantai atas.

Mereka dikelilingi berbagai tipe cosplayer. Karena acara dansa akan segera dimulai, banyak orang berkumpul di sana.

Menampakan wajah tanpa ekspresi, Keima melihat melalui kacamatanya ke arah figur Amami Tooru dari belakang, yang pergi mengambil minuman gratis dari pojok minuman.

“...”

Dan sekarang, dia berputar tanpa suara menatap ke arah Elsie.

Elsie menunduk saat Keima mengoreksinya,

“Tidak, dia tidak hanya memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Dia sendiri benar-benar tidak bisa dijelaskan.’

Entah bagaimana dia bisa menyadari keberadaan Elsie. Meskipun dia tidak serius, dia menyebutkan identitas Elsie dan seterusnya.

“...Kami-sama. Apa orang-orang bertipe ‘Denpa’ orang yang tidak bisa dijelaskan dengan intuisi yang tajam?”

Elsie bertanya pada Keima lagi.

Keima mempertimbangkan pertanyaan itu sejenak.

“Kukira mungkin saja begitu.”

Dan dia menganggukkan kepalanya.

“Orang bertipe-Denpa kadang akan menunjukkan insting yang sulit dijelaskan. Ini mungkin indra keenam wanita atau suatu sinyal yang diterima...ini masih hal yang belum diketahui, jadi dengarkan, Elsie.” Keima mengangkat jarinya dan mulai menjelaskan.

“Tipe-Denpa kenbanyakan bisa dipisahkan menjadi ‘tipe penerima-sejati’ dan ‘tipe padang bunga’. Keduanya memiliki perbedaan besar pada penampilan mereka. ‘tipe penerima-sejati’ memiliki warna kulit yang polos dan tanpa ekspresi, dan hampir semua dari mereka memiliki rambut yang pendek atau sangat pendek. Kebalikannya, ‘tipe padang bunga’ akan berpura-pura mengenakan pakaian gadis pada umumnya, dan ada kemungkinan 80% sampai 90% mereka memiliki rambut panjang atau setengah panjang.’

Dia menjelaskan karakteristik ini dengan nada mengajari.

“‘Tipe penerima-sejati’ biasanya memiliki sisi gelap pada keadaan biasa, seperti tiba-tiba mengatakan hal-hal aneh atau bersikap aneh. Seperti yang ditunjukkan namanya, kelompok ini umumnya melakukan hal eksentrik ketika mereka menerima gelombang yang buruk, dan elemen ini bisa benar-benar berbahaya...Aku pernah terlibat dalam beberapa situasi berbahaya sebelumnya.”

Kacamata Keima bersinar.

“dengan kata lain, hal ini sangat merepotkan.”

Elsie bermandikan keringat dingin.

“Benar-benar merepotkan?’

“Sangat.”

Keima mendesah.

“Yah, Amami Tooru adalah yang satunya, ‘tipe padang bunga’, lawan dari ‘tipe penerima-alami’. Pertama, mereka akan melakukan berbagai aksi eksentrik, dan mereka adalah tipe orang yang memiliki aturan yang unik karena mereka melihat dunia dari dunia yang unik. Kalau dipikir keduanya mirip, tapi,”

“TAPI MEREKA BERBEDA! BENAR-BENAR BERBEDA!”

“...Bagaimana mereka benar-benar berbeda?”

Saat Elsie menanyakan hal ini, Keima menatap balik ke arah Elsie, yang menanyakannya, dengan ekspresi yang sedikit dingin.

“Apa kau pikir es krim dan sorbet sama?”

Sekali lagi, Elsie seolah membayangkan gabar besar es krim dan sorbet di belakang Keima. Dan seperti itu.

‘Es krim. Produk yang dibuat dengan menambahkan susu, gula, perasa, gelatin pada krim dan dibekukan!’

Dan,

‘Sorbet. Makanan beku yang dibuat dengan menambahkan cairan gula pada jus buah, mencampurnya dan dibekukan!’

Dan penjelasannya.

Tapi seperti yang kau duga, ini hanya halusinasi.

“Memang benar persamaan mendasar pada keduanya adalah keduanya merupakan kudapan dingin, tapi isinya berbeda.”

Keima melanjutkan dengan pengajarannya.

“Pertama, yang ‘alami’ tidak akan membuat-buat cerita. Meskipun konsep mereka pada kenyataan sedikit tidak tepat, tapi mereka masih berdasar pada kenyataan. Pada akhirnya, tipe ‘alami’ berarti kenyataan yang ada dan kenyataan si ‘alami’ sedikit berbeda. Akan tetapi, ‘tipe padang bunga’ berbeda. Konsep mereka akan kenyataan berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya. Kebalikannya, kita orang biasa cuma bisa mempertahankan koneksi umum dengan mereka kalau perbedaan nilai kita setidaknya memiliki beberapa kecocokan. ‘Tipe padang bunga’ adalah tipe yang dipandu oleh suatu suara peri yang tidak terlihat. Di sana pasti ada pandangan yang konsisten pada dunia di belakangnya.”

“...”

Elsie tetap terdiam. Apa yang Keima katakan terlalu sulit dimengerti. Dia hanya bisa meletakkan telunjuknya di belakang kepala dan pandangannya tersesat.

Keima menunjukkan sikap berpikir sambil menyilangkan tangannya dan menopang dagunya dengan satu tangan.

“Akan tetapi,”

“...Aku tidak tahu ‘cerita’ apa yang menjadi dasar Amami Tooru.”

Selama seharian, Keima memperhatikan Amami Tooru, dan bahkan tubuhnya kelelahan, pikirannya yang tajam berfikir dengan tenang.

Dasar dari cerita Amami Tooru.

Kunci untuk mendekati hatinya yang terdalam.

Akan tetapi.

(Dia adalah malaikat saat aku pertama menemuinya, dan kurasa dia dalam mode putri saat dia memanggilku ‘pangeran’. Tapi sesudah itu, semuanya menjadi karakter anime, drama jaman dulu, dan bahkan kostum lain seperti pencuri dan kostum kelinci, dan kemudian memanggil dirinya malaikat lagi...tidak mungkin. Pada umumnya, ‘tipe padang bunga’ akan membuat suatu cerita yang mengalir sesuai bagaimana mereka membuatnya, sebuah dunia, dan melekatkan diri ereka pada suatu karakter. Situasi Amami Tooru benar-benar berbeda. Kita ada di fasilitas cosplay, tapi perubahan kesannya terlalu berlebihan. Tidak hanya penampilan, tapi juga isi percakapannya.)

Keima terus merasa heran oleh hal ini. Pikirannya bergerak dengan kecepatan penuh.

(Amami Tooru tidak memiliki kepribadian yang jelas. Kenapa begitu?) Dia sering meemukan kesempatan untuk bertanya pada Amami Tooru berbagai macam pertanyaan.

Secara acak,

Kadang sedikit memaksa.

Mengenai ‘bintang petunjuk’ yang dicarinya dan penyebab serta efek dari ‘eternal plus’.

Atau mungkin, gambaran yang jelas mengenai ‘eternal plus’ ini.

Ngomong-ngomong, kenapa dia berpakaian sebagai malaikat saat mereka pertama bertemu?

Bagaimanapun, dia mencoba sebaik mungkin untuk berbicara padanya sambil mencari petunjuk.

Akan tetapi,

“Aku tidak tahu, atau tepatnya,”

Terlihat kalau Amami Tooru sering menghindari pertanyaan itu dengan lihai. Dia mencoba sebaik mungkin untuk menanyakan hal yang dekat dengan dunianya tanpa mempengaruhi mood nya, tapi Keima tidak bisa mengerti dunianya itu sendiri.

“Jangan bilang kalau.”

Keima tiba-tiba memikirkan hal yang tidak mengenakkan.

(...Apa dia berpura-pura? Apakah Amami Tooru berpura-pura sebagai ‘Denpakei’?)

Akan tetapi, dia segera menghapus pikiran ini.

(Tidak, itu tidak mungkin. Tidak ada untungnya baginya berpura-pura sebagai ‘Denpakei’ kecuali sejak awal targetnya adalah Elsie dan aku dan memikirkan beberapa tipuan. Juga, hal itu adalah perbedaan besar antara ‘alami’ dan seorang ‘denpakei’...karena itu.)

Berpikir sampai sini, Keima mulai menyadari hal yang tidak normal.

“Arre? Ngomong-ngomong, dimana Amami Tooru?” Dia bilang kalau dia pergi mengambil minum, tapi sampai sekarang, dia belum kembali.

Keima sendiri tersibukkan dalam pemikirannya sendiri selama waktu berlalu, dan Elsie, yang ber ‘uu~’ sampai sekarang sambil mendengarkan pelajaran dari Keima, mendengarkan kata-kata Keima.

“Ah, arre? Benar juga!”

Dia melihat ke sekeliling.

“Ini, ini buruk! Kami-sama! Tooru-san, dia tidak ada di sini!”

Keima membuka matanya, dan menggeram,

“Ku, jadi...”

Sepertinya hal yang paling dikhawatirkannya terjadi...


Ini adalah hal yang terjadi beberapa saat sebelumnya, seorang gadis berpakaian bunny suit melihat Keima dan Elsie dari kejauhan.

Matanya,

“...”

Penuh kesedihan.

Dia melihat ke arah ponsel dan melihat nama yang muncul di sana.

“Jadi...Aku harus pulang sekarang?”

Ekspresi muramnya tiba-tiba muncul ke permukaan.

Kya kya, senyuman bahagianya tidak ada lagi di sana.

Dia tidak seperti gadis pada umumnya, dan aura santainya berubah menjadi kelelahan yang amat sangat. Malaikat itu akan segera kembali menjadi manusia lagi.

Bukan dalam peran apapun,

Hanya seorang manusia.

Kembali menjadi gadis bernama Amami Tooru.

“Selamat tinggal.”

Untuk sesaat, dia menatap Keima dengan segan,

“Aku tidak tahu kenapa kau menemaniku sampai akhir.”

Dia berputar, menaikkan satu tangannya dan berkata,

“Terima kasih, aku bersenang-senang hari ini.”

Ini,

Kata-kata perpisahan pada anak laki-laki yang tidak bermaksud dia temui. Hanya seperti itu, dia berjalan ke arah pintu keluar dari acara itu.


Sesudah beberapa saat,

Acara dansa dimulai, dan musik yang riang mulai diputar bersamaan dengan orang-orang yang mulai berdansa. Pada saat ini,

“ITULAH, ITULAH KENAPA, ITULAH KENAPA AKU BENCI DENPAKEI!”

Keima berteriak sekuat tenaga.

“SEKARANG AKU HARUS MULAI DARI AWAL LAGI!”


Referensi Penerjemah[edit]

  1. dalam bahasa inggrisnya flag, seperti checkpoint yang menentukan ke arah mana cerita dalam galge akan berlanjut, untuk lebih jelasnya silahkan cari istilah-istilah di galge
  2. ibu
  3. kamar atau ruang tempat tinggal di atap
  4. pencarian, tapi karena kedengaran lebih seperti game, kubiarkan saja.
  5. tanda plus abadi
  6. orang yang memiliki khayalan liar—penghayal atau semacamnya
  7. Spesial : bagi yang belum membaca versi manga: di versi manga, runaway spirit/arwah pelarian, bersembunyi di ‘celah di hati’ jadi untuk mengeluarkannya, Keima menggunakan ‘cinta’ untuk memenuhi hati gadis yang dirasuki arwah pelarian, sehingga arwah pelarian itu akan kehilangan tempat dan keluar, nah setelah keluar, tugas Elsie untuk mengurungnya dalam containing bin/semacam botol kurungan. n.b.: di terjemahan inggrisnya, celah di jiwa (gap of a soul) jadi saya biarkan seperti itu.
  8. secara mudahnya gadis yang saat memikirkan teman laki-laki (atau mungkin yang dimaksud di sini pacar), pikiran yang menyenangkan muncul duluan.
  9. go gogle it *run*
  10. mungkin parody Disn*y land?
  11. pelayan pria?
  12. pelayan wanita?
  13. dua kali lemparan, sapu bersih
  14. tos