The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Illustrasi Novel[edit]

Di bawah ini adalah ilustrasi novel yang ada di volume 1


Prolog: Dewa dan Iblis[edit]

Mengalir.

Seperti tarian yang indah. Seperti gerakan-gerakan ahli bela diri. Tetapi ia tidak luar biasa, maupun cepat.

Ia melakukannya dengan alami.

Meskipun dia hanya menggerakkan tangannya dengan alami, namun after-image terlihat bermunculan. Tepat enam tangan. Semua bergerak dengan lembut. Dewa sesungguhnya seperti Ashura ada.

Dengan keenam tangan itu, dia memegang kekuatan seperti dewa.

Akan tetapi, dia terlihat terlalu lembut untuk seseorang seperti Ashura yang hebat.

“Ah! Caranya membuat bentuk bayang-bayang ini. Keterampilan artistik ini......penulis adegan ini melakukannya dengan baik setiap kali dan setiap waktu!”

Saat anak lak-laki ini merasa semakin senang, ekspresinya melembut.

“Haha, sepertinya kau sedikit gemetar. Kiriko......akan tetapi.”

Dan tangannya secara perlahan mendekati kontrol untuk memberikan perintah.

“Jangan khawatir. Aku, sang Dewa Penakluk, pasti akan menyelamatkanmu dari putaran berulang ini.”

Seperti pianis memainkan sebuah sonata dengan damai.

Mengagumkan.

Sunyi.

Tenang.

“Ayo sekarang, Chitta! Hadapi khayangan dan terbang ke langit. Armada gunturmu menunggu.”

Bisikan-bisikannya mengalir keluar.

Namun ia seperti penyair menyanyikan lirik sebuah lagu.

“Terdengar bagus. Perlahan. Benar-benar perlahan......ayo sekarang.”

Di belakang kacamatanya.

Saat mata jernihnya menyempit, “Kiriko! Chitta! Misako! Gou! Nameless N! Yuriel!”

Seolah membawa tongkat konduktor, dia mengangkat kedua tangannya di depan kepala.

“Sekarang”

Dengan kata-kata itu, keluar dengan elegan.

Anggun.

Tanda penutup.

“Semua! Semua! Aku akan menangkap kalian semua!”

Fafafafafa~n. (TL note: Ini adalah suara not-not pada sebuah orkestra mengakhiri sebagian dari sebuah karya...)


Chiyurararara.

Chirererere, chichichire.

Semua tema penutup mengalir serentak. Semua dengan sempurna di perhitungkan. Menciptakan situasi dengan satu tujuan, dalam kendali penuh perusahaan pembuat, panjang cerita, suara heroine hidup/mati dan di luar, dia dapat membuat semua berakhir dalam satu percobaan.

Ada di dunia ini adalah tangan Dewa yang tidak ragu-ragu ataupun menjadi bingung.

“Hmph”

Anak laki-laki itu menyandarkan punggungnya di kursi, mendesah karena kelelahan.

“Kerja bagus senilai satu hari....”

Dia mengatakannya seolah artis yang dihujani tepuk tangan.

Suara mereka terdengar.

Dari dari dalam monitor, heroine yang telah diselamatkan yang tak terhitung jumlahnya meneriakkan namanya.

Dewa Penakluk.

Dewa Penakluk.

Namanya adalah Katsuragi Keima.

--

“Sekarang, dengan ini...”

Dan bagian itu dari awal sampai akhir, seorang gadis memandang dari belakang, mendesah sambil menurunkan pundaknya.

“Kenapa dia selalu harus bermain game?”

Setelah itu, dia menarik nafas dalam-dalam dan membuat corong dengan tangannya lalu...

“KAMI SAMAAA!!! AKU AKAN MEMBUAT MAKAN SIANG!!”

“WAAAAAAAAAA!!!”

Anak laki-laki itu spontan berteriak.

Anak itu, Katsuragi Keima, yang baru saja dengan cepat menyelesaikan enam gal-game, melompat ke udara, dengan jantung berdetak cepat dia memegangi dadanya.

“Ap, Apa!? Elsie?”

Saat dia memastikan itu dia lalu menjatuhkan pundaknya.

“Sudah kubilang berkali-kali jangan memasuki ruanganku tanpa permisi!”

Dia mengacungkan jari telunjuknya pada gadis bernama Elsie.

Dia adalah gadis menimbulkan rasa sayang dengan mata yang manis.

Berlawanan dengan penampilannya yang terlihat tak berdosa, identitas aslinya adalah seorang iblis dari Neraka yang pergi ke dunia atas karena Runaway Spirit Squad. Dia memberikan ekspresi tidak senang ‘Uh~~’ saat senyumnya berubah masam.

“Tapi, Kami-sama, ini sudah lama lewat tengah hari. Kalau kau tidak makan sesuatu, itu akan mengganggu kesehatanmu.” (sebagian dari kalimat ini bersambung kehalaman berikutnya)


“Hmph!”

Keima menyilangkan tangannya dan mengalihkan pandangan.

“Semua hal itu tidak ada hubungannya denganku. Aku mendapat semua nutrisi dengan bermain game secara teratur.”

“Tapi bukankah nutrisi untuk tubuh juga sangat penting? Mengisi perutmu dengan makanan juga penting, benar kan?”

“Yah,”

Keima berdiri dari kursinya.

“Karena aku sedang berlibur, aku tidak akan ragu melawan kenyataan.”

Dia menaikkan kacamatanya dengan ujung jari, membuat matanya bersinar.

Meskipun memiliki wajah bayi, dia adalah pemuda dengan ekspresi tenang. Katsuragi Keima. Orang-orang memanggilnya dengan nama julukan “Dewa Penakluk”, seseorang yang dapat menaklukkan gadis manapun (di dunia game).

Diminta oleh iblis wanita bernama Elsie untuk mengumpulkan arwah yang kabur, dia melalui hari-hari yang sebenarnya sedikit tidak ingin dia lakukan.

Itulah kenapa Elsie mulai sedikit mengerti sebagian mengenai kepribadian Keima.

“Meskipun begitu,”

Dia mengatakannya sambil terus melihat keenam layar.

“Kami-sama benar benar bisa membuat gadis manapun jatuh cinta padanya sesuai keinginannya.”

Dia mengatakannya dalam kekaguman.

Karena hal ini bukan hal yang terlalu sulit untuk dilakukan bagi Keima, dia mengangkat bahunya sedikit.

“Itu karena aku adalah Dewa Penakluk.”

Jadi dia mengatakannya tanpa menunjukkan tanda kalau dia melebih-lebihkan. Tertarik akan hal ini, Elsie bertanya,

“...Aku memiliki sedikit keraguan, tapi bisa kah Kami-sama menangkap gadis macam apapun yang kau sukai tanpa membeda-bedakan?”

Keima menjawab dengan,

“....”

Tanpa menampakkan ekspresi di wajahnya, Keima dengan kuat memandang pada Elsie.

“...pertanyaan bodoh untuk ditanyakan.”

Dia dengan yakin menjawab.

“Jadi, jadi, untuk contohnya!”

Elsie berkata sambil memperhatikan gadis-gadis dari dunia fantasi dari salah satu layar,

“Bahkan gadis-gadis yang hidup di dunia yang sangat berbeda dari kenyataan?”

“Tentu saja.”

“....Gadis-gadis ini memiliki sayap di punggung mereka, benar kan? Apa mereka peri? Juga, gadis ini yang memiliki ekor dan telinga hewan....”


“....apa gadis ini, umm, apakah dia sebenarnya seekor kucing? Dan jika...”

Dia (Elsie) berkata sambil melihat ke atas.

Dia gelisah dalam keraguan.

“Ba, bagaimana dengan”

, dengan suara lirih.

“Bagaimana dengan seorang iblis?”

Heh.

Keima tersenyum. Meskipun sedikit dingin, itu adalah senyum misterus yang penuh dengan sejenis keramahan yang mentolerir kebodohan Elsie.

“Bisa”

Dia menggenggam tangannya kuat-kuat.

“SEORANG DEWA! Itu tidak masalah bahkan kalau itu adalah iblis, aku akan menangkap semua hati mereka!”

Tanpa banyak berfikir, Elsie bertepuk tangan. Dia benar-benar tergerak. Meskipun dia tidak benar-benar mengerti semuanya, Kami-sama sangat menakjubkan!

Dan Elsie yang sangat penurut mengangguk dalam-dalam, dan akhirnya,

“Ah, tapi”

Ini satu hal yang benar-benar ingin dia tanyakan,

“.....meskipun kau tidak menyukainya? Kami-sama juga memiliki perasaan. Kau mungkin meolak menangkap mereka karena kebanggaanmu atau, bagaimana aku harus mengatakannya, apakah kau siap menangkap seorang gadis mesikpun dia meninggalkan kesan yang buruk padamu dengan mudah? Bukankah ada gadis semacam itu?”

Dan kemudian,

“....nutrisi untuk tubuh. Aku akan memberi makan diriku sendiri dan kembali bermain game. Lain kali, jangan memasuki kamarku tanpa permisi, Elsie!”

Keima, tanpa tahu kenapa dia bereaksi semacam itu, segera meninggalkan ruangan. Elsie, menjadi tidak sabar,

“Uh...Ka, Kami-sama~!! Tunggu!!”

“Seorang Denpakei[1].”

“Eh?”

“Seseorang dengan khayalan liar.....aku bukan tidak menyukai mereka. Itu tidak seperti aku tidak bisa menaklukkan mereka, tapi.....”

Dari tempat Elsie berdiri, dia melihat punggungnya saat Keima berbisik.

“Mereka menyusahkan...”

Dengan tidak lebih dari lirikan pada punggungnya, dia mengamatinya meninggalkan ruangan. Dengan jari menyentuh mulutnya,

“...seorang denpakei?”

Dia berfikir tentang kata-kata Keima. Dan kemudian, kembali sadar,


“Ka, Kami-sama~~!!!”

Dia mengejarnya...

Apa itu denpakei?

Suara semacam itu terdengar dari rumah Katsuragi. Hal ini terjadi pada siang hari di hari Sabtu.


Chapter 1: Turunnya seorang Malaikat[edit]

Saat hari kerja, Katsuragi Keima memasuki sebuah toko perisian permainan ‘OG map’ tanpa tujuan, namun saat dia memasuki toko, atmosfer di toko menunjukkan perubahan drastis. Dia sangat terkenal sebagai ‘Dewa Penakluk’ di dunia game, akan tetapi di dunia nyata, tidak ada yang tahu kalau dia adalah dewa penakluk.

Walau begitu.

“Tukar denganku.”

Supervisor yang bertugas di tingkat ini menepuk pegawai baru yang ada di kasir dan memintanya untuk bertukar.

“Eh?”

Pegawai baru itu tampak terkejut.

Supervisor itu menggelengkan kepala tanpa suara dan menunjuk ke suatu arah.

“...”

Tepat dimana dia menunjuk adalah Keima, yang sedang melihat ke barisan karya baru yang tak terhitung jumlahnya melalui kain transparan.

Di belakangnya, Elsie terlihat agak bosan.

“Dia sedikit sulit untukmu.”

“Bagaimana, bagaimana mungkin?”

Bukankah dia cuma pembeli biasa?

Tepat saat pegawai baru itu akan mengatakan hal ini, dia menyadari kalau Keima dengan jelas berbeda dari pembeli lainnya, dan dengan jelas berada di dimensi berbeda dari yang lainnya.

“...Uu.”

Dia mengaduh. Supervisor itu mengatakan satu kalimat seperti di film-film barat.

“Hebat. Sepertinya kamu masih punya penglihatan yang lumayan bagus.”

Supervisor itu tertawa kecil.

“Kalau kamu tidak bisa menyadari sifat aneh pada tindakan itu, kamu tidak memiliki harapan untuk terlahir di sini, dan aku tidak bisa menyerahkan meja kasir Galge ini padamu.”

Supervisor itu menyipitkan matanya dan menatap pada Keima.

Dan beberapa pengunjung lain di toko,

Beberapa gamer veteran dengan tinjauan masa depan menyadari itu. Beberapa orang,

(Ad, ada apa dengan anak ini?)

Terkejut, atau,

(Bocah ini lagi...Kenapa ada di sini?)

Menunjukkan raut muka yang tidak bisa dijelaskan. Untuk alasannya, Keima itu,

“...”

Cuma menatap game-game itu dengan ekspresi muram.

Dia cuma berjalan.

“...Sudah kuduga, aku tidak bisa memastikannya tanpa datang ke toko untuk melihat barang aslinya.”

Atau,

“Apakah harganya sudah turun?”

Dia bergumam sambil berjalan di antara rak satu dengan yang lain. Lebih tepatnya, ada yang mengatakan kalau ahli beladiri tingkat tinggi dapat menggunakan gerakan sumpit untuk menilai satu sama lain.

Seorang pianis bisa mendengar kualitas dari keyboard melalui sebuah penampilan. Seorang koki sushi yang terkenal hebat bisa membedakan tingkat satu sama lain hanya dengan dasar dari telur goreng.

Dengan kata lain, aksi tanpa sadar seseorang bisa menunjukkan kemampuan tersembunyi sepenuhnya.

Keima hanya keliling berbelanja untuk software game, tapi bagi orang yang melihat,

Gamer hebat macam apa dia?

Dari gaya permainannya yang tidak ada yang bisa menandingi, kecepatan dan kemampuan menganalisis, bahkan kalaupun tidak ada yang tahu apakah itu benar atau salah, mereka bisa memperkirakan sampai sejauh itu. Juga, ada satu hal yang bisa dirasakan semua orang di toko ini. Itu adalah,

Anak ini benar-benar sebuah teka-teki!

Itu saja.

Aku tidak bisa menangani ini.

Dengan ketakutan ini, pikiran ini muncul dipikiran pegawai baru itu. Aku tidak bisa menanganinya sama sekali.

Tubuhnya mau tidak mau gemetaran.

Supervisor itu tersenyum.

“Kalau kau bisa merasakannya, itu artinya kau cukup bagus. Cepat teruskan, aku akan menangani anak ini.”

Dan menggelengkan kepalanya.

“Sejujurnya, ini benar-benar sedikit terlalu berlebihan, tapi seseorang harus melakukannya, bukan begitu?”

Keima terus memilih barang-barang dengan sikap mengalir dan anggun sebelum akhirnya menaruh barang-barang itu perlahan di kasir, dan supervisor itu,

“...”

Tetap diam sambil men-scan barkodeya.

“...”

Dia dengan segera menyiapkan kantung dan menaruh game-game itu di dalamnya tanpa sikap yang tidak perlu.

“Semuanya 67,850 yen.”

Setelah mengatakannya, dia menyerahkan poster edisi spesial dan buku pedoman kecil kepada Keima sebelum dia sempat mengatakan apapun.

“Ho?”

Mata Keima berbinar-binar.

“Yah, kau benar-benar memahami pekerjaanmu. Barang-barang di toko ini semuanya tertata, dan ada pula orang-orang yang mengerti apa yang diinginkan pelanggan.”

“...”

Supervisor itu seolah menerima penghargaan tertinggi saat dia menaruh tangannya di dada dan membungkuk.

“Aku akan kembali lagi.”

Keima berbalik dan lalu berjalan keluar dari toko dengan santai. Supervisor itu tetap membungkuk, dan pegawai baru terlihat seperti tersentuh saat melihat Keima pergi.

Pembeli lain yang melihat hal ini mengeluarkan suara ‘oh~’ dalam kekaguman saat mereka melihat Keima pergi dengan mata kagum.

Elsie satu-satunya yang tetap bingung.


Sesudah itu, karena Elsie,

“Aku selalu ingin pergi ke tempat seperti itu!”

Karena permintaan keras itu, Keima dan Elsie memasukki sebuah kafe kecil di dekat ‘OG Map’. Di lantai tiga sebuah mall, jalan utama dapat dilihat sepenuhnya. Kertas dinding berwarna kayu dan tanaman penghias terlihat sangat lebat. Benar-benar kafe bergaya sisi pegunungan.

Keima hanya memesan teh merah, dan Elsie,

“Erm, un.”

Setelah berfikir keras, dia akhirnya memesan coklat panas.

“Kenapa makan di kafe?”

Keima menggerutu.

“Bukankah rumahku selalu terbuka untuk kamu masuki?”

“Yah yah, ini juga penting untuk meneliti toko-toko lain yang kamu tahu.”

Kegembiraan Elsie memenangkan Keima. Karena di sini ada banyak toko game seperti ‘OG Map’, ada banyak pengunjung yang seperti Keima, membawa tas-tas. Di dalam, ada tiga pengunjung di satu meja, melihat ke sebuah notebook komputer dan sepertinya memutuskan sesuatu.

“Seperti dugaanku.”

Juga,

“Bukankah pilihan ini ada karena bendera[2] terakhir tidak terpenuhi? Sepertinya kita harus mulai dari awal lagi.”

Dan juga,

“Tidak, kita tidak bisa memutuskan seperti itu. Emily belum kembali ke kota. Kita tidak bisa menolak sepenuhnya kalau kita memasuki rute yang berbeda.”

Tiga orang itu semuanya serius.

Dan bekerja keras.

Elsie melirik sekilas ke arah mereka dan bertanya pada Keima.

“Kami-sama, boleh aku bertanya?”

“...”

Keima tetap diam dengan mata tertutup saat dia menyeruput teh merahnya. Pose itu...kalau hanya pose itu saja, ia akan menjadi se-elegan bangsawan.

Elsie menganggap diamnya sebagai diam setuju.

“Eh, ini sebuah pertanyaan yang sangat dasar.”

Elsie menaruh jari-jarinya di dagu dan meringkas apa yang akan ditanyakannya.

“...Apa sih yang begitu menarik dari game?”

Saat itu.

“!”

Mata keima tiba-tiba melebar dan matanya menyala berapi-api.

“Wa! I, ini...te, tenang! Aku cuma ingin tahu apa yang begitu menarik dari game! Ka, karena seperti yang terlihat, ada banyak orang selain Kami-sama yang tertarik.”

“Haa.”

Keima mendesah keras.

“Itu benar-benar sebuah ‘pertanyaan dasar dari yang dasar’, Elsie.”

Dia dengan dingin menatap Elsie, dan Elsie takut-takut menyusut kebelakang dalam penyesalan.

“Uu.”

“Yah, aku akan menjelaskan dengan cara yang bisa kau mengerti.”

Dia mengayunkan tangannya seperti aktor-kabuki.

Bagi Elsie.

‘Kenyataan tidak sempurna, game sempurna’

Ia seperti melihat kata-kata diangkat dalam sebuah spanduk di belakang Keima. Wajah Keima tampak seperti ia benar-benar memakai topeng, dan ada rambut merah yang menjulur keluar dari balik topeng itu.

Semua ini hanyalah halusinasi. Faktanya,

‘Kenyataan tidak sempurna, game sempurna’

Keima cuma mengucapkan hal itu. Lalu meneruskannya dengan penuh semangat,

“Mengerti? Tokoh utama wanitanya tidak mungkin melakukan hal-hal keterlaluan seperti gadis-gadis di dunia nyata. Semua tindakan atau keadaan semuanya diatur untuk mendapatkan akhir yang indah.”

Dia mengatakan hal itu dengan penuh semangat.

Elsie berpikir ‘saat Kami-sama terlibat dengan game, dia benar-benar bisa ‘membara’’. Namun bagi Keima, dia pikir dia harus menjelaskannya.

Keduanya,

Tiba-tiba saling menatap satu sama lain.

“”PANAS!!””

Tiba-tiba berteriak.


Untuk suatu alasan, suhu di sekitar mereka sangat panas, dan asap putih melayang ke dalam saat alarm berbunyi.

Dalam waktu yang sebentar setelahnya.

Keima dan Elsie ditinggalkan dalam keadaan bingung.


“Api?”

“Semuanya, tenang! Tolong mengungsi dengan teratur!”

Para pengunjung di toko semuanya panik karena kaget, dan pegawai toko melakukan yang terbaik untuk menuntun mereka ke tangga darurat. Meskipun apinya dekat, instruksinya sangat tepat. Meskipun itu adalah bangunan lama, instruksi yang tepat itu membuat pengungsian berjalan lancar.

“Benar-benar.”

Keima melihat semua orang disekitarnya yang panik dan mendesah.

“Semua orang benar-benar menunjukkan insting mereka saat ini. Dengarkan. Kau harus tetap tenang sepertiku.”

Tepat saat dia mengajari Elsie yang panik.

“SIIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL!!!!!!!!!!!!!!!!”

Dia mau tidak mau memeluk kepalanya.

Elsie terkejut karena teriakan ini.

“Ka, Kami-sama?”

Mata Keima bersinar.

“...Elsie, aku akan kembali ke toko.”

“Eh?”

Elsie memerlukan setengah detik untuk memahami arti di balik kata-kata ini.

“EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHH!!!??”

Dan lalu berteriak keras. Meskipun mereka tidak bisa melihat apinya, ketebalan asap itu sendiri menandakan kalau kembali ke toko berarti bunuh diri. Akan tetapi, Keima mengepalkan tangannya keras dan berkata,

“Ini sangat memalukan.”

Dia mengatakannya dengan penuh penyesalan.

“Aku meninggalkan software game yang diberikan pegawai toko di meja!”

“Bukankah kau membawanya? Tas itu!”

Keima tetap tidak berubah dan menjawab Elsie.

“Tidak, tas yang satunya, yang aku bawa untuk kumainkan hari ini! Elsie, aku akan menyerahkan yang ini padamu!”

Keima menyerahkan tas penuh game yang dibelinya pada Elsie,

“Aku masih terlalu naif!”

Dan berputar bersikeras saat dia berlari naik tangga dengan kecepatan yang tidak cocok dengan penampilannya yang lemah.

“Ka,”

Elsie berteriak,

“KAMI-SSAAAAAMMMAAAAAAAAAAA!!!”

Tepat saat dia akan mengejar Keima.

“Menyingkirlah!”

“Oi, minggir!”

Orang-orang yang berasal dari atas dan bawah tangga, ditambah asap, membuatnya kehilangan Keima.

Dengan tekad yang mengagumkan, Keima meluncur ke toko yang dipenuhi asap tebal dan menggunakan instingnya yang menakutkan untuk menemukan kursinya. Lalu, saat pandangannya benar-benar tidak berguna, dia menggunakan cintanya pada game untuk menemukannya dengan sukses.

“Baiklah!”

Dia terlihat seperti memeluk game-game itu.

“Ayo, aku kabur dari sini!”

Dan seperti berbicara dengan seseorang saat dia berhenti berteriak, dia bermaksud untuk pergi.

Akan tetapi,

Meskipun itu dia, tidak peduli keadaan hatinya, tubuhnya masih akan bereaksi dengan ajar, dan mau bagaimana lagi.

“...Arre?”

Pertama, saat dia bermaksud keluar dari toko, hatinya bergetar dengan hebat.

“Er, mm...”

Matanya mulai kabur.

“...re?”

Kakinya yang bergetar mulai menolak perintahnya dan jatuh begitu saja.

“U, ugh...”

Meskipun dia sangat ingin bergerak maju.

“U...uu.”

Tubuhnya memang tidak kuat sejak awal. Dia bertahan sampai sekarang,

Semuanya karena cinta dan sayangnya pada game.

Saat dia mendapatkan gamenya.

“...Ugh.”

Saraf tekanannya tiba-tiba berbunyi, dan kesadaran Keima yang kabur mulai berfikir.

(Apa, apa aku akan jatuh seperti ini...aku...)

Dengan mengagumkan,

Tidak ada ketakutan, ataupun rasa sakit.

(Ah, ahh.)

Keima berfikir.

(Setidaknya biarkan aku menaklukkan game ini...)

Saat dia tersenyum lemah dan akan menutup matanya.

“Apa kau baik-baik saja?”

Dia mendengar sebuah suara.

Keima menoleh ke arah datangnya suara.

“!”

Dia terkejut.

TWGOK 01 037.jpg

Di tengah-tengah asap, seorang gadis dengan pakaian putih muncul, pakaian putih bersih yang terlihat seperti apa yang dikenakan orang Yunani kuno. Dia mengenakan rok putih pendek dan sandal, dengan rambut panjang melambai dan cahaya misterius di matanya, kulit yang putih seperti salju, dan yang paling penting,

Sayap di belakang punggungnya.

“Seorang, malaikat?”

Gadis itu membentangkan tangannya, dan kesadaran Keima menghilang...


Hari berikutnya, perawat di Rumah Sakit Umum Maijima marah-marah,

“Oi! Tuan Katsuragi! Bisakah kau berhenti bermain game!?”

Dan meneriakan hal itu pada Keima, yang mengenakan pakaian putih pasien.

“...”

Dia tetap terus duduk di tempat tidur, menatap layar game tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Elsie ada di sampingnya,

(Ka, Kami-sama selalu sama tidak peduli dimanapun dia berada...)

Menatap Keima memainkan video game sambil berkeringat dingin. Dengan kata lain, Katsuragi Keima dirawat di rumah sakit.

Untungnya, tidak ada luka luar yang serius ataupun trauma. Ini cuma tindakan pencegahan. Dia kan keluar dalam 2, 3 hari.

“Ngomong-ngomong, sangat bagus...tidak ada yang terjadi.”

Saat menemani Keima naik ke atap, Elsie meletakkan tangannya di dada dan berkata,

“Jantungku hampir berhenti kemarin saat aku berpikir apa yang akan terjadi pada Kami-sama.”

Setelah Keima ditemukan baik-baik saja di pintu belakang toko,

Elsie mau tidak mau menangis. Ibu Keima, Mari bersama mereka barusan, tapi karena dia harus menjalankan Kafe ‘Grandpa’, dia pergi lebih awal dan meninggalkan sisanya pada Elsie.

Keima,

“...”

Terdiam untuk beberapa saat.

Salah satu alasannya adalah karena dia sedang bermain game. Tapi sebenarnya, dia memikirkan sesuatu.

(Apakah aku diselamatkannya? Oleh...gadis yang berpakaian seperti malaikat...)

Sebenarnya, ingatannya pada hal itu tidak begitu jelas, dan saat dia bangun, dia sudah terbaring di pintu belakang toko. Mungkin, gadis yang ditemuinya di dalam kepulan asap yang membawanya keluar dari api yang menyebar bangunan gedung dan membuatnya berhasil kabur...

Apakah itu kenyataan?

Atau itu semua hanya imajinasinya saja.

Saat ini, Keima masih belum yakin akan hal itu. Apalagi, kalau gadis itu benar-benar menyelamatkannya.

Kenapa dia menghilang dari hadapanku?

Dia benar-benar tidak bisa memahami hal itu.

Keima tidak bisa memahami kenapa gadis itu meninggalkannya yang tidak sadarkan diri dan pergi. Dan sepertinya tidak ada orang lain saat kebakaran yang melihat gadis itu. Dengan demikian Keima bagaimanapun ragu apakah itu hanya imajinasinya.

“...Cuacanya sangat cerah.”

Dia duduk di atap, menatap ke langit, dan berbisik.

Kalau dia memikirkan hal ini di bawah sinar matahari yang cerah, mungkin semua yang terjadi kemarin adalah mimpi, dan bukan hanya gadis itu saja.

“Yeah.”

Elsie mengikutinya dan duduk di lantai beton. Lalu, tiba-tiba dia meloncat berdiri.

“Benar juga!”

Dia menatap Keima dan berkata,

“Ada sesuatu yang harus kukatakan pada okaa-sama[3]! Aku akan meneleponnya!”

Dan berlari ke arah pintu keluar dari atap saat melangkahkan kakinya ke sana. Keima menatap kepergiannya, dan mendesah kecil.

“...Orang yang sibuk.”

Lalu dia memegang PFP ditangannya dan berbaring.

“!”

Dan membeku.

Di sana ada penthouse[4] dan menara tempat penampungan air yang lebih tinggi dari atap, dan dia melihat seorang gadis membiarkan kakinya tergantung ke bawah dan duduk di sana, menatap ke arahnya. Gadis itu terlihat menatap ke bawah ke arah Keima, menunggunya menyadarinya.

Saat matanya bertemu dengan mata Keima.

“Ahahaha, kita akhirnya bertemu~”

Dia dengan mudah terjun dari sana.

Dengan lembut,

Gadis itu terlihat seperti malaikat saat dia turun di depan Keima. Jarinya menaikkan tepi roknya sedikit sambil dia menunduk dengan elegan.

“Hello, pangeran dengan mata yang indah♪.”

Ini adalah pertemuan keduanya dengan gadis ini.

Gadis itu tersenyum.

“...Pangeran?”

“...”

Keima benar-benar terkejut. Gadis yang menatap ke bawah ke arah Keima, yang sedang berbaring. Dengan begitu, dia bisa melihat apa yang ada di bawah roknya dari sudut ini...

Putih.

“...”

Benar-benar sebuah pakaian dalam dari pakaian dalam, Keima berpikir. Dia tetap tidak tergerak saat dia berdiri dan membersihkan debu yang menempel dan tanpa berkata apapun menatap gadis itu.

Gadis itu sepertinya tidak memikirkannya dan berkata,

“Ahahaha, pangeran terlihat sangat bersemangat. Hebat!”

“...”

Otak Keima mulai berputar.

Dia menaikkan alisnya.

(Gadis yang kemarin?)

Ingatannya tentang hari sebelumnya mulai kembali. Gadis itu menyipitkan matanya dan berkata,

“Kamu menghirup asap, jadi aku khawatir.”

Dan kemudian, dia tersenyum.

“Hebat! Sepertinya kamu baik-baik saja!”

Keima berhasil membuat kesimpulan dan mengatakannya,

“Jangan bilang...kamu yang menyelamatkanku kemarin?”

Lalu, gadis itu,

“Un!”

Dia menganggukkan kepalanya.

“Aku berada di gedung itu juga karena aku sedang mencari sesuatu.”

“Sesuatu?”

Merasa kalau dia dikelilingi oleh keberadaan yang unik dari gadis itu, Keima bertanya. Gadis itu dengan bersemangat dan penuh tenaga mengatakannya dengan nada yang sulit dipahami.

“Benar, itu adalah sebuah quest[5]!”

Dia mengatakannya dengan jelas,

“Di tengah-tengah lautan bintang, bintang-bintang yang bersinar dengan tetap pasti akan menjadi tujuanku!”

“...”

Keima tetap diam, dan gadis itu di satu sisi tidak memikirkannya.

“Aku akan terus mencari bintang semacam itu satu persatu. Quest-ku adalah untuk mencari bintang-bintang itu.”

“...”

Kemampuan memproses bahasa Keima sangat luar biasa, dan dia sangat hebat dalam berpikir logis. Biasanya, saat menaklukkan gadis-gadis, dia dapat mengurutkan logika yang keluar dari gelombang kognitif dalam kata-kata target. Itulah kenapa dia mampu menemukan rahasia gadis-gadis itu, dan menentukan doktrin mereka atau kepribadian. Tapi di sisi lain, kalau targetnya tidak kognitif sejak awal, kata-kata yang tidak logis sangat sulit untuk diatasi.

Pikirannya mulai memilah gadis ini ke suatu unsur.

“Ada beberapa poin.”

Keima bertanya,

“Yang aku tidak mengerti. Apa kamu bilang kamu mencari sesuatu?”

Dia bertanya dengan sabar.

“Apa itu? Apa yang ingin kamu coba temukan?”

Gadis itu tertawa kecil dengan senang.

“Tentang itu, yang ingin kutemukan adalah eternal plus[6] yang tidak akan pernah berubah, sebuah hadiah abadi. Tidak peduli seberapapun banyaknya negatif yang ada, ia tidak akan mengubah eternal plus ini.”

“...”

Keima mulai merasa pusing, dan kelopak matanya terasa seperti menegang.

“Benarkah...kau bisa menemukannya?”

Gadis itu berkata dengan serius,

“Tidak.”

Dan kemudian.

“...”

“...”

Keduanya terdiam. Gadis itu menaruh kedua tangannya di belakang punggungnya dan tersenyum. Meskipun Keima juga menunjukkan senyuman, jelas terlihat kalau dia memaksakannya dan cuma sekedar ditahan di sana. Kelopak matanya menegang. Dia mengambil waktu yang tepat,

Lalu.

Dia akan menggunakan waktu ini untuk pergi.

Terima kasih karena telah menolongku. Apa kamu datang untuk menjengukku hari ini? Terima kasih kalau begitu. Lalu, aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan, jadi aku akan pergi duluan. Selamat tinggal!

Dan akan pergi segera.

Dengan demikian, tepat saat dia akan mengatakan ‘lalu’.

“Oh pangeran.”

Gadis itu berputar dan melihat ke arah jalanan dari pegangan pengaman di atap.

“Cuacanya sangat bagus hari ini~ jalanannya juga terlihat sibuk.”

Timing Keima rusak, dan dia tidak bisa pergi. Dia berpikir sesaat, dan mendesah keras.

“...Aku bukan pangeran.”

Ini satu-satunya pertahanan yang bisa Keima buat pada gadis itu sejak dia mulai mengatakan segala macam hal yang tidak jelas. Gadis itu dengan senang berbalik.

“Kamu itu pangeran!”

“...”

“Karena kamu punya mata yang indah dan jernih...sangat cantik, mata yang terlihat seperti bisa melihat melalui apapun, mata seperti kristal yang memiliki tekad Tuhan di dalamnya.”

Gadis itu mengambil satu langkah besar dan mendekat.

Dia tersenyum.

“Te, terima kasih.”

Gadis itu menatap ke arah mata Keima dengan pandangan ingin tahu, dan Keima berkata dengan sikap terganggu,

“...Terima kasih karena telah menyelamatkanku. Apa kau datang untuk menjengukku hari ini? Terima kasih kalau begitu. Lalu,”

Dia baru saja mau mengatakan kalimat yang dia persiapkan.

“...Kau benar-benar suka game. Aku juga menyukainya. Aku menjalani quest semacam itu♪”

Dengan begitu, jawaban gadis itu sekali lagi sedikit tidak berhubungan dengan apa yang Keima katakan. Keima benar-benar ingin memeluk kepalanya, dan kemudian,

“Aku mengerti, jadi orang ini!”

Dia menyimpulkan.

“Orang ini adalah Denpakei[7]...” “...”

Tipe yang paling tidak cocok dengan Keima yang logis.

Dan apa yang dia katakan sampai sekarang,

Tidak bisa dimengerti!

Keima mau tidak mau melihat ke sekitar putus asa mencari bantuan, dan tepat pada saat itu,

“Kami-sama~!”

Elsie muncul di atap. Gadis itu menatap sekilas ke arahnya, dan berkata,

“Adik perempuanmu?”

Dia pergi.

“Sudah hampir waktunya aku untuk pergi.”

Keima melepaskan desahan lega, tapi dia tetap penyelamatnya walau bagaimanapun,

“Te, terima kasih...sekali lagi.”

“Namaku Amami Tooru.”

TWGOK 01 049.jpg

“Katsuragi Keima.”

“Itu nama yang bagus.”

Gadis itu menunjukkan senyum ramah dan melambaikan tangannya.

“Sampai jumpa, Keima-kun. Sudah cukup bagiku kalau kamu baik-baik saja. Nyawa manusia itu lebih penting dari apapun~♪”

Lalu, dia meletakkan tangannya di belakang punggung, bergumam dengan sikap riang, dan pergi.

Elsie berpapasan dengannya.

Dan melihatnya pergi dengan ekspresi aneh. Dan kemudian,

Dorodorodorodorodorodoro.

Jepit rambut Elsie mengeluarkan suara, dan dia sangat terkejut dan memegang kepalanya. Dia terlihat bingung saat dia sekali lagi menunjuk ke arah gadis yang menuruni tangga.

“Dengan kata lain.”

Keima berusaha keras agar tidak jatuh berlutut, dan bergumam,

“Gadis itu memiliki arwah pelarian, benar kan...”

Dia memiliki firasat buruk soal ini...

Dan dia memang benar.

“Kami-sama!”

Dia berteriak sambil berlari.

“Orang itu!”

“Aku tahu.”

Keima menggunakan ekspresi keras untuk melihat ke arah Elsie,

“Aku tahu. Ada arwah pelarian di dalam dirinya, benar?”

Elsie menganggukkan kepalanya, dan bertanya dengan nada ingin tahu.

“Dia sepertinya baru saja berbicara dengan Kami-sama...apa kalian berdua saling kenal?”

“Pada dasarnya, ini pertemuan pertama kami.”

Keima tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia sudah mulai berfikir bagaimana caranya menaklukkan gadis itu...gadis yang memanggil dirinya Amami Tooru.

Arwah pelarian bersembunyi di celah di dalam jiwa, dan mereka harus membuat gadis degan jiwa ini jatuh cinta untuk memenuhi hatinya sebelum menangkap arwah pelarian.[8] Ini adalah misi Elsie sebagai bagian ‘regu penangkap arwah pelarian’ dari Neraka, dan juga misi rekannya, Keima.

Otak yang rumit dan tajam itu mulai bergerak. Dalam pikirannya, ada tak terhitung game yang sudah ditaklukannya, rute dan bahkan kata-kata dari tokoh utama wanita yang dia taklukkan tergambar jauh di dalam dirinya tanpa kesalahan. Dia ingat.

Dia berfikir.

Dia menarik kesimpulan, meringkasnya, dan melanjutkan.

“Sesuai yang aku duga...seorang ‘denpakei’, atau seorang ohanabatake[9]

Dan kemudian, dia menggelengkan kepalanya.

“Tidak, ini terlalu awal untuk menentukan tipenya, tapi kita cuma bisa berjalan ke arah sini.”

Dia melihat ke arah jalan keluar yang dilalui Amami Tooru saat dia pergi, dan meng-klik-kan lidahnya sedikit.

“Aku tidak tahu sekolahnya, dan aku tidak tahu dimana dia tinggal. Ya ampun, sepertinya penaklukan ini akan menjadi sangat melelahkan secara fisik.”

Elsie bertanya dengan sikap pasif.

“Lalu, Kami-sama...seorang ‘denpakei’ adalah.”

Dia sepertinya mencari dalam ingatannya.

“Itu,”

Dan mengatakan dengan nada sedikit percaya diri.

“...Tipe gadis yang Kami-sama bilang tidak bisa atasi, benar kan?”

“...”

Keima menatap sekilas pada Elsie,

Dan kemudian,

“Bahkan kalau aku benar-benar terpaksa, bahkan kalau aku benar-benar dipaksa untuk melakukannya, aku harus melindungi hal ini. Kumohon bermainlah di tamanku!”

Elsie seolah melihat beberapa bunga indah dan berlebihan bermekaran dari belakang Keima, dan menggosok matanya.

“...Fuu.”

Bunga-bunga cerah itu menghilang, dan yang tersisa adalah Keima yang mendesah.

“Bagaimanapun, ayo pergi dari rumah sakit ini terlebih dahulu, dan sesudah itu.”

Dia dengan sekuat tenaga menunjuk pada kesalahan Elsie dan membenarkannya.

“INI BUKAN KARENA AKU TIDAK TERBIASA DENGAN TIPE-OHANABATAKE!”

Aku cuma tidak ingin kena masalah.

Dia berkata. Dan Elsie mau tidak mau tetap terdiam dan terlihat bingung.


Tiga hari kemudian, ada seorang gadis.

Amami Tooru sedang berjalan di jalanan. Dia memiliki rambut yang berwarna kecoklatan, gaun on-piece putih yang melambai, sebuah kalung dengan bandul berbentuk palang, dan sandal violet. Wajahnya yang cantik dan penampilannya yang menonjol menyebabkan setiap pria yang berjalan melewatinya tertarik padanya saat mereka melihat ke arahnya. Mau tidak mau mereka menoleh untuk menatapnya.

Gadis ini sangat manis~

Sebagian besar dari mereka akan berfikir begitu, tapi gadis itu sendiri tidak mempedulikan pandangan-pandangan mereka. Dia terus menatap ke atas pada bangunan-bangunan yang berjejer.

Dia memegang sebuah buku catatan, meskipun tujuannya tidaklah jelas.

“Ah, ada bintang penunjuk di sini.”

Gadis itu bergumam dan menggunakan pulpen untuk menulis sesuatu. Lalu, dia menggunakan ponselnya untuk memotret bangunan itu.

“Ahaha.”

Lalu, dia cuma menggumamkan ‘un un’, mengangguk-angguk dan menulis sesuatu lagi di dalam buku catatannya. Sesudah itu, dia menaruh buku catatan dan ponselnya ke dalam tas dan terus melenggang dan berjalan.

Tiba-tiba, dia berhenti.

“?”

Dan memiringkan kepalanya dengan sikap bingung.

Di tengah kerumunan, ada seorang anak laki-laki yang bersandar di tembok, melipat tangannya di depan dada sambil perlahan berdiri. Dia, Katsuragi Keima, berdiri di depan Amami Tooru.

(Pertama.)

“...Bisa kubantu menemukan sesuatu?”

(Ayo masuki dunianya!)

Tubuh gadis itu membeku selama beberapa saat, dan kemudian, dia memanggil.

“Ah~pangeran!”

Dipanggil seperti itu di tengah-tengah kerumunan, Keima sedikit ketakutan, tapi,

“Izinkan aku menemanimu, putri.”

Sesudah itu, dia dengan sopan meletakkan tangannya di dada. Jauh di dalam, ini membutuhkan usaha keras, tapi dia benar-benar terlihat seperti gentleman di sini.

“Wa~ pangeran! Hebat, kamu sudah keluar dari rumah sakit!”

Gadis itu tiba-tiba berlari ke arah Keima dan segera memeluknya. Para pejalan kaki di sekitarnya menunjukkan pandangan terkejut.

Keima sendiri juga terkejut.

“Te, terima kasih.”

Saat gadis itu melepaskannya, dia memegang tangan Keima dan melompat-lompat senang.

“Pangeran, kamu cepat sekali sembuh!”

Dan memeluknya lagi,

“Nn~Kelihatannya nyata. Aku pikir kamu adalah harta karun di antara asap, tapi kau tidak terlihat seperti harta karun saat kau terpasang seperti ini, benar kan?”

Dia tidak mengerti apa yang dikatannya.

Dan,

“Uu.

Payudaranya yang lebih besar dari rata-rata bergoyang, dan dia tidak mungkin tidak menyadarinya. Kekenyalan ini...lembut.

Tapi Keima,

“...”

Membiarkan gadis itu bertindak sesuka hatinya. Dia sudah bersiap untuk memiliki ketahanan yang lebih di masa depan...


Seorang gadis melihat mereka dari sebuah tiang sedikit jauh. Dia adalah Elsie.

Keima mengajarinya.

(Aku akan melompat masuk ke dalam ceritanya.)

Dia tidak benar-benar mengerti maksud dibalik semua ini, tapi Elsie percaya pada Keima dan melihat mereka dari belakang.


“Benar-benar sebuah kebetulan, pangeran!

Apa kamu sudah puas? Amami Tooru melepaskan Keima, dan kemudian seolah berbeda dari biasanya, meletakkan tangannya di belakang punggung dan tersenyum.

Keima mendesah lega dan menatap ke arah Amami Tooru.

(Baiklah. Bukankah ada hal yang pantas diperhatikan di luar...untuk saat ini.)

Dengan segera, mata tajam Keima menelusuri Amami Tooru sepenuhnya. Dia benar-benar unik, tapi tidak ada hal yang aneh tentangnya.

Dia cuma merasa sekali lagi kalau.

Dia benar-benar gadis yang cantik menakjubkan. Dia sudah merasa terganggu saat bertemu dengannya pertama kali, apakah dia berdarah campuran atau seperempat campuran. Kesan yang diberikannya adalah seorang malaikat yang berjalan keluar dari lukisan pelukis barat. Dia memiliki lekuk-lekuk tubuh yang tidak mungkin dimiliki orang Jepang pada umumnya, dan dia sungguh terlihat tidak nyata seolah memperkuat kesan ini.

Sejujurnya, tidak terasa kalau dia memiliki kehidupan.

Seolah dia benar-benar seorang malaikat...

“Ada apa denganmu hari ini?”

Amami Tooru menunjukkan senyuman cerah dan bertanya,

“Bagaimana kalau kita membeli sesuatu di jalannan?”

Suaranya sejernih dentingan bel, tapi ini memperkuat perasaan kalau dia bukan manusia yang terbuat dari daging dan darah karena cara bicaranya yang tidak jelas.

Keima berkata,

“Kamu memiliki sesuatu...yang ingin kau temukan, benar?”

Dan sesudah itu,

Amami Tooru mengedipkan matanya.

“Aku akan menemukannya juga, putri.”

Pertama, aku harus terlihat tulus

“...”

Amami Tooru terus menatap ke arah Keima untuk beberapa saat. Keima lalu berkata,

“Ayo bersama-sama mencari eternal plus yang kamu cari.”

Aku harus sedikit memaksa. Kesan karakter yang kutunjukkan harus seperti seorang penyihir.

“...”

“Kumohon ijinkan aku menemanimu.”

Pastikan terdengar seperti ksatria yang setia

“...”

“Wa, wa~! Hebat. Perjalanan akan segera dimulai!”

Bagaimana kalau sedikit kekanak-kanakan dan perasaan nakal di sini?

“...”

“Aku, aku juga ingin melihat eternal plus yang kau cari.”

Seperti seorang bangsawan turun dari atas, atau benda sihir yang bertahan untuk waktu yang lama.

Cuma seperti itu, dia terus mengganti nada bicaranya.

“...”

Walau begitu, Amami Tooru terus menatap ke arah Keima.

Para pejalan kaki melihat ke arah Keima dengan pandangan aneh saat dia mengucapkan kalimat-kalimat aneh itu, tidak peduli mereka datang dari depan ataupun belakang. Sedikit jauh dari mereka, dua bibi-bibi bergumam.

Kasihan.

Dan,

Masih muda...dan sangat bersemangat.

Hal-hal semacam itu sambil bergosip.

Sebenarnya, Keima juga ingin melarikan diri saat ini.

Siapa juga yang mau bersikap seperti ini!

Dia berteriak jauh di dalam. Dia dapat merasakan rasa malu yang mulai naik dalam dirinya, dan mukanya mulai memerah. Walau begitu, Keima terus mengatur kata-katanya.

Kata-kata yang bisa menyentuh hati lawan bicaranya.

Pintu yang membuka ke kata-kata lawan bicaranya, kata-kata yang bertujuan untuk mencari kuncinya.

“Ini cuma ucapan teima kasihku padamu, putri.”

Itu adalah apa yang Keima ingin lakukan.

Begitu dia mengerti dunianya, dia akan menyatu ke dalamnya, tidak hanya secara emosional dan bentuk, tapi juga di semua aspek yang lain. Saat berurusan dengan gadis-gadis ‘denpakei’, ini hal yang harus dilakukan.

Apa yang dia tunggu-tunggu.

Apa yang dia cari.

Kepribadian macam apa yang dia miliki.

Saat dia berurusan dengan gadis semacam itu, kalau seseorang ingin mencapai keadaan saling memahami sebelum orang-orang biasanya bisa jauh cinta, mereka harus melewati berbagai masa yang membosankan.

Karena itulah Keima terus melancarkan sedikit pukulan kecil dalam kata-katanya untuk mencoba dan menyelidiki pandangannya terhadap dunia. Untuk hal ini, dia mencoba berbagai macam cara bicara.

“...Bintang penunjuk itu.”

Tiba-tiba, mata Keima menunjukkan sebuah pantulan yang tetap.

“Ada satu di gedung ini.”

Setelah merasakan aturan dalam kata-kata gadis itu, Keima berkata,

“...Kamu.”

Jari Keima menunjuk ke atas, dan mata Amami Tooru mengikutinya.

‘Bar—Lucky Chance.’

Jalanan dimana mereka berada memiliki papan nama tepat di atasnya, dengan cahaya lampu neon yang terpasang pada bangunan lantai tiga.

Saat malam, sepertinya akan mengeluarkan cahaya yang indah.

Dan di papan nama itu.

“Apa kau mencari bintang seperti itu?

Itu adalah hiasan berwarna kuning, melambangkan bintang jatuh. Amami Tooru masih tidak bergerak.

Keima menunggu sebentar.

Tiba-tiba.

“Aha.”

Amami Tooru tertawa, dan Keima menelan ludah.

Apakah dia berhasil?

Apa dia gagal?

Keima ingat saat mereka bertemu pertama kali, bahkan di dalam bangunan yang terbaar, di sana ada papan nama berbentuk bintang pada sebuah retro game. Juga, kata-kata yang dia ucapkan di atap rumah sakit saat mereka bertemu kembali.

“Misiku adalah mencari bintang-bintang!”

Kalimat ini juga ada dalam memori Keima. Dengan demikian, dia mencoba menyatukan dua teori ini bersamaan.

“Itu benar! Hebat sekali! Bagaimana kau tahu! Bagaimana kau tahu kalau aku mencari bintang ini?”

“...”

Keima mengeluarkan desahan lega di dalam hatu. Sepertinya dia benar. Mata Amami Tooru tiba-tiba memancarkan sinar.

Kata-kata samarnya menunjukkan kegemarannya yang sesungguhnya.

“Ahaha! Kamu sangat hebat, pangeran! Kamu benar-benar bisa melihat semuanya!”

Gadis itu menyatukan tangannya dan berteriak senang. Kerumunan di sekitar mereka mulai menoleh dan melihat pada Keima dan gadis bishoujo[10] yang bersuara cukup keras. Keima merasa matanya sakit, tapi dia tetap tersenyum.

“Aku tahu semua tentangmu.”

Mencocokkan pandanganya tentang dunia.

Mencocokkan hatinya dengannya.

Dia harus sedikit demi sedikit mengerti targetnya. ‘Eternal plus’ yang dia cari mungkin adalah kunci untuk mengerti lubuk hatinya yang terdalam.

Karena itu,

“Aku ingin mencarinya bersamamu.”

Keima melangkah ke depan.

“Un!”

Gadis itu menganggukkan kepalanya.

“Kamu adalah pangeran! Kamu benar-benar seorang pangeran!”

Gadis itu dengan mudah menerima hal ini.

“Ayo kita mencarinya, ‘eternal plus’ ini.”

“...Un, sebuah ‘eternal plus’.”

Mata Keima memancarkan sinar perhitungan.

“Bagaimana caranya kita mencarinya?”

Dia ingin mengerti hati Amami Tooru.

Keima mulai memeriksa. Amami Tooru tiba-tiba membeku. Ini tidak bagus. Dia mengecap lidahnya jauh di dalam. Apakah dia terlalu terburu-buru?

Akan tetapi, Amami Tooru,

“Ahahaha, aku tidak tahu tentangnya sama sekali! Aku tidak tahu benda itu ada dimana, bagaimana bentuknya! Aku tidak tahu sama sekali!”

Dia menjawabnya dengan jelas tanpa terganggu sedikitpun.

“Aku mengerti...”

Keima menjawab sambl menundukkan kepalanya dan berpikir,

Jadi ini latarnya...aku mengerti.

Tapi saat ini, dia tidak menyadarinya.

“...”

Ekspresi Amami Tooru menunjukkan sedikit perubahan.

(Fu~n)

Itu adalah ekspresi yang akan ditampilkan gadis pada umumnya, seolah dia melihat dari tempat yang lebih tinggi dari Keima, mencoba mengujinya. Yang ironis adalah, saat ini, wajah cantik Amami Tooru menunjukkan emosi yang lebih manusiawi—menatap dari jauh, Elsie mengeluarkan desahan ‘oh?’ Tapi saat ini, mata Keima terlepas darinya sama sekali.

“Jadi, ayo pergi! Ke tempat yang paling kita sukai! Ayo pergi ke sana!”

Dengan begitu, saat Amami Tooru kembali ke ekspresi lembut dan suara kehilangan itu, Keima tidak menyadari perubahan ini.

“Tentu saja.”

Dia tersenyum dan menjawab.


Keima menilai dirinya berhasil...tapi sesaat kemudian, apa yang Amami Tooru katakan sangat mengejutkannya.

“Ayo pergi bersama. Adik perempuan yang ada di sana!”

Dia mengangkat kepalanya sedikit, dan tersenyum saat dia mengatakan pada Elsie, yang bersembunyi di balik tiang.

Keima sangat terkejut di dalam. Amami Tooru, yang sepertinya tidak menyadari sekitarnya, tiba-tiba mengajak Elsie utuk bergabung, dan dia bahkan tidak pernah menoleh ke arah tempat bersembunyi Elsie saat dia berbicara dengan Keima.

Akan tetapi, dia berbicara dengan Elsie tanpa ragu, meskipun dia dan Elsie hanya berpapasan di atap sekali.

Kapan dia mulai menyadari keberadaan Elsie?

Amami Tooru menatap ke arah Elsie dan Keima yang kebingungan, penyebab kepanikan Keima, dan tersenyum saat dia mulai berjalan.


Sesudah itu,

Setelah mereka berkeliling dengan bis melewati dua pemberhentian.

“Jyan! Ini tujuan kita!”

Keima dan Elsie kehilangan kata-kata.

Itu adalah tempat hiburan yang besar. Jalanan tempat Keima dan Elsie berada ada di daerah yang lebih ke pedesaan, tapi tempat itu memiliki banyak ruang kosong. Ada sekolah, perpustakaan, aula kota, ruang olahraga, dan berbagai macam fasilitas publik, tapi juga memiliki tempat hiburan yang besar.

Saat ini, yang ada di depan Keima dan kawan-kawan adalah ‘Dean Land’[11], salah satu dari bangunan itu. Bangunan yang dibangun di tengah-tengah jalan yang ramai adalah seluruh taman itu sendiri. Dari karaoke dan tempat bowling sampai kafe manga dan kafetaria, ada berbagai macam bangunan di dalamnya.

Apa yang lebih hebat darinya adalah adanya jalur yang menjalar keluar dari sisi bangunan, berputar di udara sekali sebelum kembali ke dalam bangunan.

Sesekali.

“KYAAA~!”

“WA~!”

Dengan teriakan beberapa orang, roller coaster itu akan keluar dari dalam sisi bangunan, berputar sekali sebelum masuk kembali ke dalam.

Dengan kata lain,

“Ini benar-benar sulit dipercaya...”

Keima berkeringat dingin saat mengatakan hal ini.

Sebuah roller coaster menempati separuh dari bangunan itu. Apa bangunan ini benar-benar aman?

“...”

Keima masih tetap terdiam.

Dan Elsie,

“Wa~”

Menyatukan kedua tangannya erat saat matanya berbinar-binar, Amami Tooru dengan senang berkata,

“Lihat! Ada bintang penunjuk yang besar di sana!”

Dia menunjuk ke arah atap, dan di sana benar-benar ada sebuah hiasan bintang yang besar.

“Ayo cepat kita masuk!”

Keima dan Elsie kembali ditangkap oleh Amami Tooru dan ditarik dengan paksa masuk ke dalam.


Keima sudah merasakan firasat buruk saat dia melihat bagian luar bangunan ini, tapi dia sudah bersiap di saat dia memutuskan untuk mengikuti Amami Tooru.

Tidak peduli apapun, dia akan terus melihat ke dalam dunianya.

Akan tetapi,

Meskipun begitu,

“Gu, kuku!”

Setelah mendaftar di lantai pertama, dia berpisah dari Tooru dan Elsie dan berjalan menuju ruang ganti pria. Sesudah berganti ke sebuah kostum, Keima mau tidak mau mengernyit dan meringis.

“Kenapa aku”

Dia mengepalkan tangannya keras-keras,

“Memakai pakaian semacam ini.”

Bahunya sedikit gemetaran karena rasa malu dan kekakuan yang muncul di dalam dirinya. Tapi kebalikannya, Elsie,

“Waa~! Kami-sama, pakaian itu benar-benar cocok denganmu!”

Dia menyatukan tangannya dan menyatakan persetujuan. Amami Tooru juga berkata,

“Un, kamu sangat cocok menjadi butler[12], pangeran. Sudah pasti.”

Setelah membuat pernyataan yang tak masuk akal, dia menganggukkan kepalanya dengan puas. Dan dia sendiri berpakaian sebagai putri dengan mahkota. Semua pakaiannya berubah kecuali kalung palangnya.

Dan Elsie mengenakan kostum maid[13].

Sedangkan untuk Keima...

“Uu, aku benar-benar tidak menduga akan berada di tempat sekacau ini...”

Ber-cosplay sebagai butler. Tapi seperti apa yang dikatakan gadis-gadis itu, Keima, yang memiliki aura dan penampilan itu, benar-benar cocok untuk pakaian menonjol seperti itu.

Wanita di konter tersenyum dan bertanya,

“Putri, maid, dan butler, boleh saya tahu apakah ada masalah?”

“Tidak ada masalah sama sekali. Benarkan, Elsie?”

“Ya~, seperti, seperyi yang kau katakan ♪, putri.”

Gadis-gadis itu segera bersikap sesuai karakter kostum dan menjawab. Lalu, wanita di konter, Amami Tooru, dan Elsie menoleh ke arah Keima. Mereka semua terlihat agak antusias, penuh harapan. Keima mundur sedikit melihat binar di mata mereka, tapi dia tidak mungkin terus-terusan memasang poker face. Lagipula, Amami Tooru tepat di hadapannya.

Dia sedikit memaksakan senyuman.

“Tidak.”

Dia menjawab,

“Tidak masalah sama sekali, putri.”

Dia dengan sopan meletakkan tangannya di dada dan menjawab, tepat seperti saat dia bertemu dengab Amami Tooru pertama kali hari ini. Semua gadis itu berseru ‘KYAAA!’

Itu benar.

Keima benar-benar cocok ber-cosplay seperti itu...


‘Dean Land’.

Hal paling unik dari tempat itu adalah di tempat itu, di seluruh area taman, mengijinkan para cosplayer menaiki atraksi, sebuah pemandangan langka bahkan di seluruh negeri. Tentu saja, pengunjung boleh menggunakan pakaian biasa, tapi kebanyakan pelanggan di sini meletakkan pakaian mereka di gudang penyimpanan (yang di atur oleh komputer, dan bisa dicek dengan arsip komputer). Para cosplayer bisa memilih dalam waktu yang lama apa yang paling cocok untuk mereka atau apa yang mereka ingin pakai. Pilihan kostum di ‘Dean Land’ sangat banyak, dan saat ini, selain kostum bertema putri dan butler yang dipakai Keima dan kawan-kawan, ada pula berbagai kostum dari karakter manga atau anime, bahkan pakaian boneka atau hewan ataupun maskot, dan bahkan seragam pilot dan seragam perawat.

Ada berbagai pengukuran yang berbeda bagi pria dan wanita, dan meskipun ada gadis keren yang memakai pakaian laki-laki atau anak kecil berpakaian gadis penyihir ajaib, biasanya mereka tetap memilih pakaian yang sesuai jenis kelamin mereka.

Kalau mereka tidak yakin apa yang cocok mereka kenakan, mereka bisa meminta saran pada wanita di konter. Dengan demikian, karena Keima dan kawan-kawan baru pertama kali ke sini, mereka pergi ke konter untuk meminta saran memilih pakaian.

Hasilnya sangat cocok dengan penampilan mereka.

Keima sebenarnya tidak mau, tapi dia tahu hal ini.

Di sana ada lebih banyak pasangan muda atau teman berkumpul di Dean Land, tapi ternyata banyak juga jomblo atau keluarga. Di level yang lebih tinggi, ada pula sebuah damper (panggung untuk para cosplayer menari) untuk orang-orang yang pertama bertemu atau berkumpul. Ibu-ibu dan bapak-bapak tersenyum dan menonton anak-anak mereka mengenakan pakaian imut melompat-lompat dan menari.

Salah satu alasannya adalah karena hari ini hari libur, dan aulanya berdengung penuh suara manusia.

Keima sudah mengaku kalah karena suatu alasan.

“Lalu, Nona.”

Dan menahan diri saat dia mencoba bersikap seperti butler.

“Kemana kita akan pergi?”

Amami Tooru membentangkan kedua tangannya dan tersenyum.

“Biar kupikir~pertama, ayo kita bermain bowling! Bowling!”


Dan dengan begitu, Keima dan Elsie diseret berkeliling oleh Amami Tooru, dan saat mereka mencapai arena bowling di lantai empat, mereka bermain bowling sambil tetap mengenakan pakaian cosplay.

“Ehh!”

Amami Tooru bergerak dengan sangat lihai saat dia menjatuhkan pin-pin bowling satu persatu.

“Yeah!”

Lalu, dia berputar berkeliling dengan anggun mengenakan kostum putrinya, menunjukkan giginya yang putih dan membuat tanda kemenangan. Saat dia berputar, roknya tersingkap, menunjukkan betisnya yang putih. Saat gadis yang sangat cantik melakukan hal seperti itu, semua pengunjung di sekitar mereka menoleh terkejut. Pada saat itu,

“Ka, kami-sama? Benar, benar seperti ini?”

Elsie memilih sebuah bola yang ringan yang cocok untuknya dan dengan kikuk menjatuhkan pin-pinnya. Melihatnya bersenang-senang seperti itu, tidak ada yang menyadari kalau dia baru bermain bowling untuk pertama kali.

Pada akhirnya.

“Waa~ aku, aku menjatuhkan semuanya!”

Dia mendapat spare[14]. Melihat hal ini, Amami Tooru sagat senang.

“Yeah! Kerja yang bagus! Ell-chan!”

“Te, terima kasih!”

Tanpa sadar, dia sudah dipanggil dengan nama panggilannya, dan mereka bahkan ber-high five[15] ria.

Dan kemudian,

“Ugh!”

Roll.

Satu atau dua pin.

Dia kadang mendapat spare.

Ini bukan hal yang bisa dibanggakan.

Tapi Keima, terenggah-enggah,

(Kurang lebih cukup di sini, aku rasa...)

Berpikir seperti itu.


Setelah bowling, adalah karaoke. Sistem di ‘Dean Land’ adalah tidak peduli berapa kali mereka berganti pakaian, tidak perlu membayar lagi.

Karena itu, Keima dan yang lain (terutama karena saran Amami Tooru) menggunakan sistem ini untuk berganti pakaian. Mereka bertiga berganti pakaian anime yang terkenal. Saat karaoke, Amami Tooru menunjukkan suaranya yang luar biasa, itu saja. Sesudah itu, mereka berganti ke pakaian drama jaman dulu.

“Ayo! Kita sebaiknya naik yang satu ini, mumpung kita di sini!”

Pada dasarnya, mereka dipaksa oleh Amami Tooru naik roller coaster, yang terlihat seperti ular raksasa mengitari batu.

Amami Tooru dan Elsie sangat bersemangat,

Tapi Keima, yang lebih rasional dari kebanyakan orang,

(Apa bangunan ini dan wahananya...benar-benar sesuai standar?)

Terlihat tidak nyaman saat dia melihat ke depan.


Dalam berbagai hal, wahana itu sangat menakutkan...

Roller coaster melaju dengan kecepatan mengejutkan di jalur berputar. Saat pengaman dibuka dan mereka turun dari roller coaster, para gadis bercakap-cakap dengan senang, sementara Keima kelelahan.

TWGOK 01 075.jpg

Walau begitu, Keima tetap diseret berkeliling.

Lalu, mereka pergi ke pojok game. Mereka memainkan permainan racing, hoki es, lingkaran bola basket, dan tes kekuatan pukulan. Pada saat ini,

“O, oi, tunggu sebentar, ini, ini juga!?”

Atau,

“Oii! Kau juga, Elsie?”

Atau hal semacam itu. Keima tidak mendapatkan waktu untuk istirahat. Akan tetapi,

“...”

Saat dia mencapai baris video game, Keima terdiam. Nafasnya yang tersengal langsung tenang, keringatnya mengering, dan dia menekan kacamatanya kembali.

“...”

Dia dalam diam menatap permainan menerka dan pemecahan masalah. Permainan itu disebut.

‘~Tes~Sangat cerdas’.

Permainan adu kepandaian nasional. Itu adalah game dengan sebuah papan nomor yang menantang kepandaian semua gamer di negara itu. Game itu mengetes berbagai hal, dari pengetahuan umum, sampai pembuktian matematika, dari pemecahan logika sampai kemampuan bahasa. Semua berbagai pertanyaan diajukan,

“Humph.”

Tapi Keima terlihat tidak tertarik saat dia menang dengan sangat jelas lagi dan lagi.

Tangannya,

Terlihat seolah bergerak dengan kecepatan cahaya saat dia segera menekan jawaban yang benar, dan kecepatannya menyebabkan semua orang kagum.

“He, hebat~”

Amami Tooru berteriak, dan Elsie,

“Wa! Wa! Kami-sama menang lagi!”

Dia memegang kursi yang Keima duduki dan benar-benar kegirangan,

Ranking para pemain dengan nilai tertinggi mulai tampak di layar lebar, dan dengan demikian, banyak orang mulai berkumpul tanpa sadar.

“Ap! Apa yang terjadi? Dia barusan menang lagi melawan ranking nasional.”

“...Siapa dia? Jenius?”

Mereka berbisik di belakang, dan pada akhirnya, Keima berakhir melawan pemain ranking 7 di negara itu.

Bagaimana dengan permainan ini?

Lawannya menawarkan permainan yang terlihat seperti campuran submarine dan catur internasional. Keima menjawab,

...Tidak masalah.

Dengan para pengunjung di toko dan ratusan penonton melihat.

“...”

Keima menyipitkan matanya. Waktu berfikirnya lebih lama, dan layar lebar menunjukkan kalau Keima ada dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Dalam serangan musuh, rangkaian disk terlihat seperti ditekan.

Amami Tooru menahan nafas.

Elsie tidak mengerti peraturannya sama sekali, tapi genggamannya pada kursi menguat. Dan kemudian,

“Fuu.”

Tubuh keima berubah rileks.

Cuma seperti itu.

Pikirannya yang tenang menemukan titik lemah lawan. Titik lemah yang orang biasa tidak akan bisa menyadari, hal yang benar-benar minor dan tidak mencolok; titik lemah yang logis. Tapi bagi dewa game Keima, ini cukup. Saat ini, serangan balik yang besar dimulai.

“Ohh!”

Kerumunan itu bersorak melihat pembalikan keadaan yang lembut dan pergerakan yang cepat disertai pemikiran tenang yang seketika itu.

Serangan langsung yang cepat.

Penempatan jebakan yang lihai.

Dia terus menyerang dan memperlemah pangkalan musuh seperti gelombang.

Dan kemudian,

Aku kalah. Kau terlalu hebat.

Seolah melihat senyum masam pemain lawan dari sisi lain jaringan sambil menatap kemenangannya yang gemilang, Keima tersenyum.

Pertarungan yang hebat.

Dia mengirim pesan balasan memuji pertunjukkan yang menakjubkan itu. Pada saat ini, orang-orang dibelakangnya bertepuk tangan dengan riuh.

Orang-orang yang sang pesaing itu, yang muncul terus menerus di ranking nasional, melawan penantang yang tidak dikenal dalam pertarungan yang sengit semua memberikan pujian.

Tulisan merah dan kuning menari-nari di layar.

“...Fuu.”

Akirnya, Keima terlihat sedikit lelah saat dia mendesah dan meninggalkan permainan itu. Amami Tooru bernar-benar kagum.

“Pangeran! Kamu benar-benar seorang pangeran! Tadi itu benar-benar hebat! Sangat keren! Tapi, eh?”

Dia terlihat bingung.

“Kenapa sebuah game?”

Apa yang ditanyakannya tidak benar-benar jelas. Mungkin maksudnya ‘kenapa kamu sangat hebat dalam game?’

Untuk pertanyaan ini.

“...”

“...”

Ekspresi lembut muncul di wajah Keima saat dia mengamatinya...tapi yang menjawab adalah Elsie, yang benar-benar hanyut dalam kemenangan.

“U~! Ka, Kami-nii-sama!

Dan dia terdengar sangat bersemangat.

“Kami-sama benar-benar seorang dewa!”

Pada saat itu.

“...”

Gerakan Amami Tooru menjadi kaku, dan kemudian,

“?”

“...?”

Di depan Elsie dan Keima yang terlihat kebingunagn.

“AHAHAHAHAHAHA!!!”

Dia mulai tertawa seolah ada yang rusak.

“Dewa! Aku mengerti, sang pangeran benar-benar seorang dewa!”

Kalau,

Dia berkata, dan tersenyum.

“Aku benar saat bercosplay sebagai malaikat, benar kan? Kami-sama? Ahh, aku mengerti! Jadi begitu! Hebat, aku berubah menjadi malaikat dan menyelamatkan dewa!”

“...”

Keima tetap terdiam selama itu, dan Amami Tooru berkata dengan ekspresi cerah,

“Kau adalah dewa, dan aku adalah malaikat, jadi itu artinya,”

Dia menunjuk ke arah Elsie,

“Kau adalah iblis yang imut, benar kan, Ell-chan?”

Hal yang tidak bisa dijelaskan,

Dan ekspresi yang ambigu.

“Sekarang kita bertiga adalah dewa, malaikat, dan iblis!”

Elsie terkejut meskipun itu hanya kebetulan belaka.

Akan tetapi, seolah yang dikatakannya adalah kebenaran...

Dan kemudian,

“...”

Keima tetap terdiam sambil terus menatap ekspresi Amami Tooru. “...untuk suatu alasan.”

Elsie berbisik pada Keima.

“Tooru-san benar-benar memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan, benar kan?

Setelah apa yang terjadi, ketiganya tiba di lantai kegiatan di lantai atas.

Mereka dikelilingi berbagai tipe cosplayer. Karena acara dansa akan segera dimulai, banyak orang berkumpul di sana.

Menampakan wajah tanpa ekspresi, Keima melihat melalui kacamatanya ke arah figur Amami Tooru dari belakang, yang pergi mengambil minuman gratis dari pojok minuman.

“...”

Dan sekarang, dia berputar tanpa suara menatap ke arah Elsie.

Elsie menunduk saat Keima mengoreksinya,

“Tidak, dia tidak hanya memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Dia sendiri benar-benar tidak bisa dijelaskan.’

Entah bagaimana dia bisa menyadari keberadaan Elsie. Meskipun dia tidak serius, dia menyebutkan identitas Elsie dan seterusnya.

“...Kami-sama. Apa orang-orang bertipe ‘Denpa’ orang yang tidak bisa dijelaskan dengan intuisi yang tajam?”

Elsie bertanya pada Keima lagi.

Keima mempertimbangkan pertanyaan itu sejenak.

“Kukira mungkin saja begitu.”

Dan dia menganggukkan kepalanya.

“Orang bertipe-Denpa kadang akan menunjukkan insting yang sulit dijelaskan. Ini mungkin indra keenam wanita atau suatu sinyal yang diterima...ini masih hal yang belum diketahui, jadi dengarkan, Elsie.” Keima mengangkat jarinya dan mulai menjelaskan.

“Tipe-Denpa kenbanyakan bisa dipisahkan menjadi ‘tipe penerima-sejati’ dan ‘tipe padang bunga’. Keduanya memiliki perbedaan besar pada penampilan mereka. ‘tipe penerima-sejati’ memiliki warna kulit yang polos dan tanpa ekspresi, dan hampir semua dari mereka memiliki rambut yang pendek atau sangat pendek. Kebalikannya, ‘tipe padang bunga’ akan berpura-pura mengenakan pakaian gadis pada umumnya, dan ada kemungkinan 80% sampai 90% mereka memiliki rambut panjang atau setengah panjang.’

Dia menjelaskan karakteristik ini dengan nada mengajari.

“‘Tipe penerima-sejati’ biasanya memiliki sisi gelap pada keadaan biasa, seperti tiba-tiba mengatakan hal-hal aneh atau bersikap aneh. Seperti yang ditunjukkan namanya, kelompok ini umumnya melakukan hal eksentrik ketika mereka menerima gelombang yang buruk, dan elemen ini bisa benar-benar berbahaya...Aku pernah terlibat dalam beberapa situasi berbahaya sebelumnya.”

Kacamata Keima bersinar.

“dengan kata lain, hal ini sangat merepotkan.”

Elsie bermandikan keringat dingin.

“Benar-benar merepotkan?’

“Sangat.”

Keima mendesah.

“Yah, Amami Tooru adalah yang satunya, ‘tipe padang bunga’, lawan dari ‘tipe penerima-alami’. Pertama, mereka akan melakukan berbagai aksi eksentrik, dan mereka adalah tipe orang yang memiliki aturan yang unik karena mereka melihat dunia dari dunia yang unik. Kalau dipikir keduanya mirip, tapi,”

“TAPI MEREKA BERBEDA! BENAR-BENAR BERBEDA!”

“...Bagaimana mereka benar-benar berbeda?”

Saat Elsie menanyakan hal ini, Keima menatap balik ke arah Elsie, yang menanyakannya, dengan ekspresi yang sedikit dingin.

“Apa kau pikir es krim dan sorbet sama?”

Sekali lagi, Elsie seolah membayangkan gabar besar es krim dan sorbet di belakang Keima. Dan seperti itu.

‘Es krim. Produk yang dibuat dengan menambahkan susu, gula, perasa, gelatin pada krim dan dibekukan!’

Dan,

‘Sorbet. Makanan beku yang dibuat dengan menambahkan cairan gula pada jus buah, mencampurnya dan dibekukan!’

Dan penjelasannya.

Tapi seperti yang kau duga, ini hanya halusinasi.

“Memang benar persamaan mendasar pada keduanya adalah keduanya merupakan kudapan dingin, tapi isinya berbeda.”

Keima melanjutkan dengan pengajarannya.

“Pertama, yang ‘alami’ tidak akan membuat-buat cerita. Meskipun konsep mereka pada kenyataan sedikit tidak tepat, tapi mereka masih berdasar pada kenyataan. Pada akhirnya, tipe ‘alami’ berarti kenyataan yang ada dan kenyataan si ‘alami’ sedikit berbeda. Akan tetapi, ‘tipe padang bunga’ berbeda. Konsep mereka akan kenyataan berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya. Kebalikannya, kita orang biasa cuma bisa mempertahankan koneksi umum dengan mereka kalau perbedaan nilai kita setidaknya memiliki beberapa kecocokan. ‘Tipe padang bunga’ adalah tipe yang dipandu oleh suatu suara peri yang tidak terlihat. Di sana pasti ada pandangan yang konsisten pada dunia di belakangnya.”

“...”

Elsie tetap terdiam. Apa yang Keima katakan terlalu sulit dimengerti. Dia hanya bisa meletakkan telunjuknya di belakang kepala dan pandangannya tersesat.

Keima menunjukkan sikap berpikir sambil menyilangkan tangannya dan menopang dagunya dengan satu tangan.

“Akan tetapi,”

“...Aku tidak tahu ‘cerita’ apa yang menjadi dasar Amami Tooru.”

Selama seharian, Keima memperhatikan Amami Tooru, dan bahkan tubuhnya kelelahan, pikirannya yang tajam berfikir dengan tenang.

Dasar dari cerita Amami Tooru.

Kunci untuk mendekati hatinya yang terdalam.

Akan tetapi.

(Dia adalah malaikat saat aku pertama menemuinya, dan kurasa dia dalam mode putri saat dia memanggilku ‘pangeran’. Tapi sesudah itu, semuanya menjadi karakter anime, drama jaman dulu, dan bahkan kostum lain seperti pencuri dan kostum kelinci, dan kemudian memanggil dirinya malaikat lagi...tidak mungkin. Pada umumnya, ‘tipe padang bunga’ akan membuat suatu cerita yang mengalir sesuai bagaimana mereka membuatnya, sebuah dunia, dan melekatkan diri ereka pada suatu karakter. Situasi Amami Tooru benar-benar berbeda. Kita ada di fasilitas cosplay, tapi perubahan kesannya terlalu berlebihan. Tidak hanya penampilan, tapi juga isi percakapannya.)

Keima terus merasa heran oleh hal ini. Pikirannya bergerak dengan kecepatan penuh.

(Amami Tooru tidak memiliki kepribadian yang jelas. Kenapa begitu?) Dia sering meemukan kesempatan untuk bertanya pada Amami Tooru berbagai macam pertanyaan.

Secara acak,

Kadang sedikit memaksa.

Mengenai ‘bintang petunjuk’ yang dicarinya dan penyebab serta efek dari ‘eternal plus’.

Atau mungkin, gambaran yang jelas mengenai ‘eternal plus’ ini.

Ngomong-ngomong, kenapa dia berpakaian sebagai malaikat saat mereka pertama bertemu?

Bagaimanapun, dia mencoba sebaik mungkin untuk berbicara padanya sambil mencari petunjuk.

Akan tetapi,

“Aku tidak tahu, atau tepatnya,”

Terlihat kalau Amami Tooru sering menghindari pertanyaan itu dengan lihai. Dia mencoba sebaik mungkin untuk menanyakan hal yang dekat dengan dunianya tanpa mempengaruhi mood nya, tapi Keima tidak bisa mengerti dunianya itu sendiri.

“Jangan bilang kalau.”

Keima tiba-tiba memikirkan hal yang tidak mengenakkan.

(...Apa dia berpura-pura? Apakah Amami Tooru berpura-pura sebagai ‘Denpakei’?)

Akan tetapi, dia segera menghapus pikiran ini.

(Tidak, itu tidak mungkin. Tidak ada untungnya baginya berpura-pura sebagai ‘Denpakei’ kecuali sejak awal targetnya adalah Elsie dan aku dan memikirkan beberapa tipuan. Juga, hal itu adalah perbedaan besar antara ‘alami’ dan seorang ‘denpakei’...karena itu.)

Berpikir sampai sini, Keima mulai menyadari hal yang tidak normal.

“Arre? Ngomong-ngomong, dimana Amami Tooru?” Dia bilang kalau dia pergi mengambil minum, tapi sampai sekarang, dia belum kembali.

Keima sendiri tersibukkan dalam pemikirannya sendiri selama waktu berlalu, dan Elsie, yang ber ‘uu~’ sampai sekarang sambil mendengarkan pelajaran dari Keima, mendengarkan kata-kata Keima.

“Ah, arre? Benar juga!”

Dia melihat ke sekeliling.

“Ini, ini buruk! Kami-sama! Tooru-san, dia tidak ada di sini!”

Keima membuka matanya, dan menggeram,

“Ku, jadi...”

Sepertinya hal yang paling dikhawatirkannya terjadi...


Ini adalah hal yang terjadi beberapa saat sebelumnya, seorang gadis berpakaian bunny suit melihat Keima dan Elsie dari kejauhan.

Matanya,

“...”

Penuh kesedihan.

Dia melihat ke arah ponsel dan melihat nama yang muncul di sana.

“Jadi...Aku harus pulang sekarang?”

Ekspresi muramnya tiba-tiba muncul ke permukaan.

Kya kya, senyuman bahagianya tidak ada lagi di sana.

Dia tidak seperti gadis pada umumnya, dan aura santainya berubah menjadi kelelahan yang amat sangat. Malaikat itu akan segera kembali menjadi manusia lagi.

Bukan dalam peran apapun,

Hanya seorang manusia.

Kembali menjadi gadis bernama Amami Tooru.

“Selamat tinggal.”

Untuk sesaat, dia menatap Keima dengan segan,

“Aku tidak tahu kenapa kau menemaniku sampai akhir.”

Dia berputar, menaikkan satu tangannya dan berkata,

“Terima kasih, aku bersenang-senang hari ini.”

Ini,

Kata-kata perpisahan pada anak laki-laki yang tidak bermaksud dia temui. Hanya seperti itu, dia berjalan ke arah pintu keluar dari acara itu.


Sesudah beberapa saat,

Acara dansa dimulai, dan musik yang riang mulai diputar bersamaan dengan orang-orang yang mulai berdansa. Pada saat ini,

“ITULAH, ITULAH KENAPA, ITULAH KENAPA AKU BENCI DENPAKEI!”

Keima berteriak sekuat tenaga.

“SEKARANG AKU HARUS MULAI DARI AWAL LAGI!”


Chapter 2: Sisi Depan dan Belakang sebuah Koin[edit]

Hari berikutnya setelah mereka kehilangan Amami Tooru di Dean Land.

Katsuragi Keima, Sang Dewa Penangkap menyeret kakinya dan berkeliaran di jalanan. Tubuhnya membungkuk ke depan, bahunya merosot, dan dia terlihat sangat lesu.

“Haa.”

Keima mendesah selagi masih mengenakan seragam sekolahnya.

Setelah sekolah, dia datang bahkan tanpa berganti pakaian. Di sampingnya, Elsie juga masih mengenakan seragam saat berjalan di sampingnya.

“...Tidak ada respon. Saat ini.”

Elsie bergumam sambil menyentuh jepit rambut tengkoraknya.

“Aku mencoba berkeliling mencarinya kemarin, tetapi Tooru-san sepertinya berhasil lolos dari daerah deteksi ku.”

Setelah mengatakan itu, dia melihat Keima dengan sikap menyesal. Keima berkata dengan wajah lesu.

“Tidak apa-apa. Salah satu karakteristik ‘Denpakei’ itu adalah sulit ditemui.”

“Apa, apa benar begitu?”

“Un, pada dasarnya, kita tidak tahu rumah dan latar belakangnya, dan yang sebenarnya kita tidak tahu apakah dia menggunakan nama asli atau bukan. Alasan terbesar mengapa tipe Denpakei sangat menyusahkan adalah kita hanya bisa berkeliaran secara acak dan berharap.”

Tepat setelah dia mengatakan hal itu.

Dorodorodorodorodoro.

Sensor arwah pelarian Elsie tiba-tiba bereaksi.

Keduanya, Elsie dan Keima terkejut.

“Ada di sini!”

Elsie berkata.

(Terlalu cepat...)

Keima berbisik dalam hati. Elsie menunjuk dengan jarinya dan berkata,

“Ke sana.”

Keduanya menatap ke arah yang ditunjuk. Di jalan masuk dekat jalan perbelanjaan, seorang gadis berjalan perlahan secara horisontal di arcade.

Lalu,

“Siapa dia?”

“Eh?”

Keduanya kebingungan. Orang itu,

Bukan Amami Tooru.

Sebenarnya dia,

“Ee?”

“Ha?”

Ternyata dia gadis yang sangat berbeda dengan Amami Tooru!

“AP! AP! APA YANG TERJADI!?”

“Tenang!”

Keima membentak.

“Tidak apa-apa. Itu hanya gadis lain dengan arwah pelarian.”

“Tapi, tapi. Bagaimana itu bisa terjadi! Eh?”

Baru saja saat Elsie panik, perubahan lain terjadi.

Dorodorodorodorodoro.

Pendeteksi arwah pelarian bereaksi kembali. Kali ini, reaksinya ada di arah yang sebaliknya, di tempat yang tepat berlawanan dimana gadis itu berada, Amami Tooru berjalan sendirian.

Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

“WA~ WA~! MEREKA BERDUA BERJALAN MENJAUH!”

Elsie mengayunkan kedua tangannya berputar-putar.

Dia melihat ke arah Keima dan menunggu keputusannya.

“...”

Keima dengan cepat membuat keputusan, dan kemudian setelah berpikir sejenak, memberi pengarahan pada Elsie.

“Elsie! Kamu kejar Amami Tooru! Aku akan mengejar gadis yang baru itu!”

“Tap, tapi!”

“Cepat pergi! Kejar dia dan coba kamu tahan Amami Tooru! Mengerti!? Dan untuk kontak...tidak, bawa saja dia ke rumahku kalau bisa!”

Setelah mengatakan itu, Keima berlari menjauh mengejar gadis tidak dikenal itu lagi.

Elsie juga tidak ragu-ragu.

“Aku, Aku mengerti! Akan kulakukan sebaik mungkin!”

Dengan demikian, dia berlari ke arah yang berlawanan.


Pertimbangan Keima sangat sederhana. Satu poin sederhana; Amami Tooru dan Elsie saling mengenal satu sama lain. Dengan kata lain, Elsie dapat membuat Amami Tooru berhenti bahkan setelah mengejarnya.

Akan tetapi, sebaliknya, Keima sama sekali tidak memiliki informasi tentang gadis yang baru yang dihadapinya, dan dia hanya bisa memastikan situasinya sendiri. Hanya Keima yang bisa mengatakan halo atau memanggilnya. Dengan demikian, Keima membiarkan Elsie mengejar Amami Tooru, dan dia mengejar gadis yang satunya.

Untungnya, gadis itu berjalan dengan langkah yang cukup santai, jadi bahkan Keima dapat berhasil mengejarnya. (Walaupun begitu, Keima sudah terengah-engah).

“!”

Segera setelah itu, Keima melihat punggungnya dan mengerutkan dahi.

“Eh?”

Keima terkejut.

“Bukankah itu dari...sekolah kita?”

Gadis itu mengenakan seragam sekolah menegah privat Maijima dimana Keima bersekolah, dan juga,

“...”

Gadis itu mendengar langkah kaki Keima, dan apa yang dikatakanya setelah berbalik mengejutkan Keima.

“Aaah? Katsuragi-kun?”

Keima kaget, dan berhenti.

Dia,

Adalah seorang gadis yang sekelas dengan Keima...

Keima sangat jarang berinteraksi dengan orang lain di sekolah. Entah saat istirahat ataupun saat pelajaran (dan bahkan saat pelajaran olahraga!), dia selalu memegang game handheld dan memainkan bishoujo game miliknya, sehingga tampak aneh bagi orang lain.

Keima sendiri tidak akan berbicara dengan gadis dari dunia nyata yang dia pikir sebagai mahluk yang tidak sempurna, dan para gadis akan mengejeknya sebagai Otamegane yang hanya tahu bagaimana bermain game dari siang sampai malam, dan tidak ada seorang pun yang mencoba dengan aktif berinteraksi dengannya.

Demikian, daripada mengatakan kalau Keima sendiri tidak akan mengingat nama-nama gadis itu...

(Aku ingat...)

Keima berpikir.

(Yoshino Asami, itu namanya...)

Itu bukan masalahnya. Katsuragi Keima memiliki ingatan yang luar biasa. Keima masih dapat ingat nama-nama gadis itu kalaupun hanya pada kesempatan dimana dia sedang piket bersama dengan seseorang atau saat seseorang dipanggil guru untuk melakukan sesuatu.

Keima juga ingat hal-hal lain tentang gadis ini.

(Anggota Klub Upacara Minum Teh. Duduk di deretan kursi belakang ruang kelas. Sering membaca buku sendirian. Sangat pendiam.)

Potongan-potongan informasi.

(Bisa dikatakan seseorang yang tidak istemewa)

“...Keima-kun juga.”

Gadis itu,

Yoshino Asami berkata dengan nada tenang,

“Apa kau bejalan ke arah sini juga?”

“Eh?”

“Rumah?”

“Ah, ahh.”

Respon Keima menjadi lambat selama beberapa saat, tapi cuma sesaat.

“Tidak, Aku cuma punya urusan, jadi aku ke sini.”

Dia menggelengkan kepala. Lalu meneruskan mengamati Yoshino Asami, dan kebingungan. Ini sangat sulit, tidak ada petunjuk sama sekali.

Dia memiliki wajah yang bagus, dan tubuhnya juga cukup bagus.

Akan tetapi,

Tidak ada hal di dalam dirinya yang memberikan kesan ‘cantik’ seperti Amami Tooru. Itu tidak seperti ‘Imut’ atau ‘Aktif’, walaupun begitu, dia memiiki mulut, dan tidak tanpa ekspresi.

Dia tersenyum,

Ada banyak gadis yang suka mengejek Keima, jadi sangat jarang meilhat seseorang sepertinya yang memulai percakapan dengannya.

Tapi itu tidak seperti dia memiliki perasaan untuk Keima, dan itu bukan pula karena dia kasihan.

Suaranya normal.

Ekspresinya normal.

Pakaiannya juga normal. Semuanya normal, semuanya biasa.

“...?”

Saat Keima terdiam tiba-tiba, Yoshino Asami mengerutkan dahinya sedikit karena tidak mengerti. Akan tetapi,

“...Ehh, kalau mungkin, bisakah kita berjalan bersama sebentar?”

Setelah Keima menanyakan hal itu,

“Tentu.”

Dia tersenyum dan menganggukan kepala.

Akan tetapi,

Ekspresinya ini juga normal.


Dia bukan gadis pecinta olahraga, dan Keima tidak pernah mendengar kalau dia kaya. Dia terlihat seperti gadis yang suka membaca buku, tapi gadis literatur ini bukan seperti tidak memiliki mulut. Dia bukan petarung, bukan pula idola. Dia tidak menghindari Keima, tapi tidak pula secara spesial dekat dengannya.

Dia cuma biasa.

Biasa, seperti perasaan saat dia berbicara dengan teman sekelasnya saat di jalan pulang. Keima merasa sangat gelisah saat dia berjalan di samping Yoshino Asami.

Sampai sekarang, pengalaman yang dia miliki menunjukkan kalau mereka yang memiliki arwah pelarian memiliki sifat yang jelas, entah baik atau buruk. Sebagai contoh, menjadi sangat eksentrik atau menjadi sangat agresif. Lalu, dia akan menghadapi sifat ini, menemukan celah dan mengatasinya.

Tapi Yoshino Asami ini terlalu umum.

Bertolak belakang dengan ‘Denpakei’ Amami Tooru yang seharusnya sedang dikejar Elsie saat ini.

“...Hari ini.”

Keima bertanya.

“Tidak ada kegiatan klub?”

“Tidak ada.”

Yoshino Asami menjawab sambil berjalan.

“Kalau ingatanku benar,”

Keima kemudian bertanya,

“Kamu Klub Upacara Minum Teh, kan?”

Keima sangat membutuhkan petunjuk segera, tidak peduli apa itu atau seberapa pun kecilnya. Menghadapi pertanyaan ini, Yoshino Asami sedikit terkejut,

“Arrea? Kau sangat tahu tentang hal itu, Katsuragi-kun.”

“Salah satu catatan di papan pengumuman kelas adalah tinjauan klub, benar kan? Salah satunya dimana kita bisa melihat siapa yang ikut klub mana. Aku melakukannya saat piketku, jadi aku ingat.”

“Oh~”

Saat mendengar jawaban itu, Yoshino Asami terlihat kagum,

“Ingatan Katsuragi-kun sangat tajam.”

Dia tersenyum.

Keima merasa cemas.

Semuanya terlalu biasa. Bagi Keima, itu mungkin lebih baik kalau dia mencoba menjauhinya atau bahkan merasa jijik padanya.

Gadis macam apa dia?

Keima berpikir.

Demikian, dia mencoba sedikit tusukan dengan kata-katanya.

“Sedangkan kamu, Yoshino-san.”

Dia secara sengaja membuat ekspresi iseng.

“...Kamu ternyata mengingat namaku. Nama dari seorang Otamegane yang hanya tahu bagaimana cara bermain game.”

“...”

Yoshino Asami tidak memiliki reaksi yang spesial.

Lalu kemudian,

“Karena,”

Dia tersenyum dengan tenang,

“Kau sangat terkenal, Katsuragi-kun sangat terkenal. Pastinya lebih terkenal dari apa yang kau bayangkan.”

Dia menjawab dengan sikap yang sangat biasa.


Keima merasa sangat terganggu.

Itu seolah ada suatu tembok antara dia dengan Yoshino Asami, tapi dia tidak jelas tembok tipis apakah itu. Tembok yang memberikan sebuah ‘respon yang sangat normal’ ini sangat menyusahkan.

Beberapa saat kemudian.

“Ah, katsuragi-kun, aku sudah sampai di rumahku.”

Yoshino Asami tersenyum sambil melambaikan tangan.

“Sampai jumpa lagi besok di sekolah.”

Dia terdengar tenang sampai akhir. Dia berjalan ke sebuah bungalow di seberang.

“Eh...ya, sampai jumpa besok.”

Melihatnya seperti ini, mau tidak mau Keima berpikir,

(Bahkan rumahnya pun terlihat normal!)

TWGOK 01 103.jpg

Itu benar-benar sebuah bungalow ter-standar di antara standar.

--

“Mau bagaimana lagi.”

Setelah melihat ke arah bungalow yang tidak memiliki satupun perasaan unik di dalamnya, Keima hanya bisa menggelengkan kepala. Sepertinya tidak akan ada untungnya baginya untuk terus menatap rumah Yoshino Asami.

Bagaimanapun, gadis yang memiliki arwah pelarian adalah teman sekelas Keima, dan dia sudah memastikan tempat tinggalnya. Itu sudah cukup berhasil dibandingkan dengan Amami Tooru, yang dia tidak tahu apa-apa tentangnya. Sekarang dia harus bertemu dengan Amami Tooru dan Elsie terlebih dahulu.

Setelah dia membuat keputusan dan akan melangkah pergi, Keima tiba-tiba menyadari sesuatu.

(Ngomong-ngomong,)

Yoshino Asami seharusnya ada di sekolah hari ini. Akan tetapi, pendeteksi arwah pelarian milik Elsie tidak menunjukkan respon padanya.

Dengan kata lain...

(Mungkin arwah pelarian itu merasukinya saat dia pulang sekolah. Sebaiknya kupastikan dengan Elsie untuk amannya.)

Dia menganggukkan kepala.

Dan kemudian,

“Oh?”

Dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sejak dia berbicara dengan Yoshino Asami sampai sekarang, dia tidak menyadari keberadaan toko buku kecil di sebelah rumah.

Sebuah toko kecil.

Tipe yang ditempatkan seperti wagon sale.

Mata Keima dengan tajam menyadari beberapa majalah yang di tempatkan di rak-rak wagon.

<<Pentunjuk Game Bishoujo>>

Dan juga,

<<Dari Tsundere hingga Yandere~ kata-kata pribadi seorang pembuat game~>>

Itu menjual buku-buku yang seolahnya akan menggerakkan hatinya.

“Mu.”

Keima benar-benar tidak bisa menghiraukannya.

“Ummmm.”

Dia mengambil beberapa buku yang dipajang dengan ekspresi berat dan mulai mencari.

Bahkan kalaupun dia ingin membelinya, dia harus mengecek isinya.

--

Setelah kurang lebih 10 menit kemudian,

“Aku pergi~”

Sebuah suara riang terdengar dari depan pintu, dan seorang gadis berjalan keluar. Keima menaikkan kepalanya.

Suara ini,

Dia tidak mungkin salah.

Itu adalah Yoshino Asami!

Gadis itu lalu berhenti.

“?”

Dan setelah menyadari kalau Keima dibelakangnya, dia menunjukkan wajah terkejut.


“...Katsuragi, kun?”

Mungkin merasa terganggu karena orang yang baru saja ditinggalkannya masih berada di sini, Yoshino Asami mengerutkan dahi dan melihat ke arah Keima, dan Keima berpikir,

“Ah, arre?”

Untuk suatu alasan,

(Ada perubahan besar pada ekspersinya...)

Gadis itu melihat Keima memegang <<Petunjuk Game Bishoujo>>,

“Sudah kuduga.”

Dia tersenyum saat mengatakannya.

“Kamu Katsuragi-kun, kan?”

“Ah, ahh.”

“Benar-benar seperti kamu~”

“Eh?”

“Membaca buku tentang game seperti ini.”

“Un? Ahh...yah, Yoshino?”

“Ada apa?”

Setelah berganti ke pakaian kasual, Yoshino Asami dengan santai mengikat rambutnya di belakang kepala dan tersenyum pada Keima. Dia tidak menunjukkan kekhawatiran yang nyata pada Keima saat itu, tapi sekarang, itu seperti...

“Apa...Apa kau benar-benar Yoshino?”

Yoshino Asami terkejut untuk sesaat.

Dan kemudian tersenyum,

“Ahahaha, benar! Aku Yoshino Asami.

Dan kemudian dia menunjukkan senyum iseng.

“Aku Yoshino, Yoshino Asami!”

Keima terkejut. Untuk alasannya,

Kesan yang diberikan Yoshina Asami pada orang lain mengalami perubahan besar.

Apakah itu karena dia menggunakan pakaian bebas?

Atau apakah karena dia berdandan.

Tidak seperti sebelumnya, dia terlihat sangat bersemangat. Cuma 10 menit yang lalu, saat dia memasuki rumahnya sendiri, terasa seolah dia mengenakan pakaian yang ‘bernilai sama’ yang memberikan kesan tidak memiliki karakteristik yang spesial.

Tapi sekarang, dia memberikan aura yang cemerlang dan bersemangat.

Dari kepala sampai kaki, dia dapat merasakan kalau dia penuh dengan rasa percaya diri dan rasa senang, dan apa yang lebih tidak dapat dipercaya adalah caranya berbicara yang riang,

“Hey, Katsuragi-kun.”

Yoshino Asami menaikkan matanya sedikit dan mengatakan dengan suara manis seperti anak kecil.

“...Kamu terlihat sangat bosan. Bagaimana kalau kamu pergi untuk minum denganku?”

Dia menjadi sangat imut, gadis yang sangat memikat.

Keima benar-benar tidak dapat memahaminya.

Gadis ini.

Benar-benar sebuah misteri!

Sebelum dia menyadarinya, dia sudah duduk di toko makanan manis terdekat dan minum teh dengan Yoshino Asami. Lantai pertama adalah dek terbuka dari kayu, dan ada sebuah payung melindungi mereka dari atas. Meja dan kursi-kursinya lebih ke jenis yang lembut, dan itu adalah sebuah kafetaria yang cukup sesuai.

Seragam pegawai tokonya juga sangat manis.

Mereka ada di toko teh ini,

“...Dan kemudian, aku menonton acara TV ini terakhir kali.”

Yoshino Asami mengatakan beberapa hal yang tidak penting.

Keima menatapnya dengan pandangan kosong,

(Aku mengerti...jadi itu ‘kepribadian ganda’)

Setelah dia sadar kembali, dia meneruskan pengamatan pada gadis ini.

Itu bukan kepribadian ganda.

Tapi karakter ganda.

Karakter. Pada dasarnya , dia menahlukkan gadis-gadis dengan cara seperti di galge, jadi bagi Keima, itu bukan masalah ‘kepribadian’, tapi ‘karakter’.

Karakter ganda dapat berarti gadis itu memiliki dua ‘karakter’ yang berbeda.

Seperti bagaimana dia akan terlihat bangga di depan yang lain namun terlihat rendah hati saat hanya berdua. Atau saat biasanya seorang gadis cakap, namun bersikap seperti kakak perempuan yang canggung di depan tokoh utama dalam sikap emosional.

Watak terbesar dari gadis yang memiliki karakter ganda berarti mereka akan memiliki respon dan sikap yang benar-benar berbeda pada situasi tertentu.

(Kondisi gadis ini...)

Mata Keima bersinar.

(Jadi pemicunya di dalam dan luar sekolah, benar kan?)

Tapi itu terlalu dini untuk menyimpulkan hal itu.

Gadis dengan arwah pelarian pasti memiliki suatu masalah.

Masalah yang berkaitan dengan sikap dan kata-kata gadis itu. Ini adalah yang dia mengerti setelah menahklukan beberapa gadis.

Kalau,

Seperti yang Keima perkirakan, kalau Yoshino Asami ini memiliki karakter ganda, sifatnya ini pasti memiliki hubungan langsung dengan masalahnya.

“Hey.”

Tiba-tiba, Yoshino Asami melambaikan tangannya di depan Keima dan bertanya,

“Apa kau mendengarku di sini, Keima-kun?”

“Eh? Ah, ahh.”

Keima pulih dan melihat ke arah Yoshino Asami.

“Maaf...sampai di mana kita?”

“Ya ampun~”

Dan Yoshino Asami menggembungkan pipinya.

“Aku bilang kalau itu sangat menyusahkan karena klub upacara minum teh tidak dapat menarik orang masuk.”

“Benarkah? Maaf kalau begitu.”

Yoshino Asami tersenyum.

“Tidak apa-apa.”

Lalu berkata dengan nada bercanda,

“Jadi bagaimana kalau kamu yang traktir satu ini.”

Setelah mengatakan hal itu, dia melanjutkan meminum es kopinya dari sedotan sambil memberikan ekspresi iseng. Keima tersenyum.

Matanya memancarkan sinar hangat.

“Aku akan senang melakukannya.”

“!”

Wajah Yoshino Asami berubah sedikit merah.

Penampilan Keima sangat yakin dan sopan, dan hati gadis itu sepertinya tergerak karenanya sehingga dia buru-buru berkata,

“Beneran~ beneran~ Aku cuma bercanda...Katsuragi-kun, tidak kusangka kamu akan serius menanggapinya.”


“...”


“Ngomong-ngomong, Katsuragi-kun...mungkin kedengarannya sedikit tidak sopan bagiku mengatakan ini.”

“?”

“Ka, kalau dilihat lebih dekat, bukan, bukannya kamu cukup tampan?”

Keima merengut. Dia bukannya tidak senang, hanya sedikit terkejut.

“Ahahaha! Benar-benar berbeda dari apa yang aku de...dengar dari gadis-gadis lain. Bukankah kamu dipanggil otamegane?”

“Sebagian dari mereka melakukannya...”

“Tapi, kamu cukup menarik, benarkan?”

Dia menyeringai dan menyempitkan matanya.

“Kamu sudah memiliki pacar, kan? Kamu seorang playboy, benar kan?”

“...”

Keima tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Hal yang paling penting adalah bahwa dia merasa,

Apa yang gadis ini khawatirkan?

Yoshino Asami sangat riang, bebas dari rasa khawatir. Tembok aneh yang dia alami saat mereka berjalan ke rumah bersama hilang sama sekali.

(Dengan kata lain.)

Mata Keima bersinar.

(Masalah kepribadian ganda ada di sekolah, benar kan?)

Dalam situasi ini, kuncinya dia harus bertemu dengannya lagi di sekolah. Saat Keima memikirkan hal ini,

“Ah, arre?”

Sebuah suara lembut terdengar dari sampingnya.

“Apakah kau...pangeran?”

Saat mendengar suara ini, jantungnya berdetak kencang.

(Ja, jangan bilang!)

Seharusnya tidak seperti ini.

Tidak mungkin seperti ini.

Tidak boleh seperti ini.

Keadaan ini...

(eh!?)

Saat dia menoleh, dia berpikir.

(Apa yang sedang kau lakukan, Elsie!?)

Berdiri di sana adalah,

“...Selamat siang, pangeran.”

Sang gadis ‘Denpakei’ Amami Tooru...


Di game bishoujo, sering ada situasi di mana gadis-gadis yang sedang ditaklukkan pada waktu yang sama akan muncul di waktu yang sama untuk menciptakan sebuah event ‘Shuraba’.

Tergantung pada event, akan ada kemungkinan sang protagonis dapat menciptakan rasa cemburu di dalam gadis-gadis itu dan maju ke depan. Akan tetapi, jika dia berakhir dengan kehilangan rasa percaya dari keduanya, dia akan langsung mendapat Bad Ending.

Itu adalah event yang membutuhkan pembuatan keputusan yang sangat lem~but.

Keima dengan cepat melihat ekspresi kedua gadis itu.

Pertama, Yoshino Asami.

“Fuu~n.”

Dia membuat suara semacam itu saat dia menyipitkan matanya, meletakkan kedua tangannya di meja saat dia tersenyum pada Keima dengan sikap sangat tertarik. Di sisi lain, Amami Tooru,

Dia,

“...”

Melihat ke arah Keima dengan tatapan sedih.

“Ah, bukan, ini bukan,”

Keima buru-buru menjawab.

Ini, ini buruk!

Hatinya mengatakan kalau ini buruk, kalau ini tidak akan bisa, tapi dia tidak tahu harus bicara apa.

Ngomong-ngomong, kenapa Amami Tooru ada di sini?

“...Aku datang dari sana.”

Amami Tooru menunjuk ke arah jalan di seberang toko teh.

“Dan aku melihat punggung yang tidak asing, pangeran.”

Guwaa~

Sudah cukup sulit untuk mereka untuk bisa bertemu, tapi dia muncul di sini di saat yang mengerikan.

Itulah kenapa ‘Denpakei’ sulit diatasi!

“Yah.”

Disaat ini, Yoshino Asami dengan santai mengeluarkan sebuat buku catatan dari tasnya, merobek secarik kertas dan menulis serangkaian nomor dengan pena yang dikeluarkannya.

“Ini alamat emailku.”

Dia tersenyum dan berkata,

“Kau harus mengirimiku mail, pange-ran ♪”


Dia mengedipkan satu mata dengan ringan dan berdiri.

“Ah.”

Keima dengan segera mencoba menghentikannya tanpa berfikir sambil berdiri, tapi saat itu juga.

“...”

Amami Tooru berbalik tanpa sepatah kata pun.

“Tu, tunggu sebentar!”

Bagi Keima, reaksi ini terlalu kikuk, tapi mau bagaimana lagi.

Kemampuan analisa super tepatnya,

(Sangat sulit menemui Amami Tooru, jadi sepertinya dia salah paham antara Yoshino Asami dan aku, jadi aku harus memanggilnya menghentikan Amami Tooru, tapi dalam kasus ini, aku akan berakhir menjauh dari Yoshino Asami, yang sudah berhasil kudekati. Juga, reaksi Amami Tooru benar-benar membingungkan. Mungkin lebih baik kalau kubiarkan saja dia salah paham...tapi efek yang sebaliknya mungkin akan terjadi juga!)

Berputar dengan kecepatan tinggi.

Yoshino Asami dan Amami Tooru. Harus dengan siapa dulu dia bicara?

Siapa yang harus dia berikan penjelasan?

Siapa yang harus dia panggil?

Menghadapi pertanyaan yang sudah ditakdirkan ini,

“Pada kenyataannya itu 50-50!”

Tidak.

(Tidak akan ada hasil yang baik entah siapa pun yang kupanggil!)

“Ah, itu benar!”

Menatap

“Bagaimana dengan traktirannya kalau begitu? Terima kasih untuk es kopinya♪”

Yoshino Asami melambaikan tangannya dan pergi dengan langkah ringan, dan,

“...”

Amami Tooru memberikan ekspresi dingin yang daat membuat takut Keima saat dia tanpa sepatah katapun meliriknya lagi. Keima tidak dapat membuat langkah efektif sebelum mereka meninggalkan teras itu. Baik Yoshino Asami maupun Amami Tooru, keduanya meninggalkan Keima sendirian di toko teh.

“Ap, apa yang sedang terjadi...”

Saat ini, Keima tidak memiliki petunjuk apapun.

Hal ini benar-benar di luar perkiraan.

Atau lebih tepatnya.

“Elsie...”

Kalau dia menjaga agar Amami Tooru sibuk dengan baik, event menggelikan ini tidak akan terjadi.

Saat ini.

“Ka, Kami-sama~!”

Dededededede. Orang yang menyebabkan even ini terjadi berlari mendekat. Dia terlihat akan menangis dan berkata,

“Aku, aku minta maaf~ Aku kehilangan jejak Tooru-san!”

“Kau,”

Dia mengatakan ini, dan kemudian.

“KAU BODOH!!! DIA BARU SAJA DI SINI!!!”

Sebagai respon kesalahan Elsie,

Keima hanya bisa memeluk kepalanya sendiri dan berteriak...


Chapter 3: Ikatan Ganda[edit]

Di malam dimana Amami Tooru dan Yoshino Asami berpisah di waktu yang bersamaan.

Katsuragi Keima tetap terdiam, dan tidak menghiraukan Elsie sepenuhnya setelah dia pulang ke rumah sambil tetap meneruskan permainan gamenya.

Pertama, saat makan malam.

Ibu Keima memiliki suatu urusan dan harus pergi keluar, jadi Elsie yang memasak. Setidaknya itu aman. Atau lebih tepatnya, itulah yang Elsie percaya.

Keima menatap pada makanan yang merayap (yang terlihat seperti tangan tengkorak).

“...”

Biasanya, dia akan mulai menggerutu soal hal itu.

“...”

Dia tanpa sepatah kata pun memasukkan makanan itu ke mulutnya dan terus bermain dengan PFP nya. Elsie tidak bisa melakulkan apapun selain berkeringat dingin sedikit, tapi Keima tetap diam.

Elsie juga,

“...”

“Ma, makan sambil bermain game di saat bersamaan itu tidak baik untuk pencernaanmu!”

Atau

“Ayo kita mengobrol sambil makan!”

Akan menyarankan hal seperti itu biasanya. Tetapi karena dia gagal total hari ini, dia tidak bisa mengatakannya pada Keima.

Makan malam berjalan sunyi. Setelah Keima selesai makan,

“Aku selesai.”

Dia mengatakannya dengan suara lirih dan berjalan langsung ke sofa di ruang tamu sambil terus memainkan gamenya. Keadaannya sunyi, sunyi yang datang dengan tekanan ekstrem. Ekspresi Elsie sangat jelas terlihat gugup, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Namun, dia memutuskan untuk membersihkan piring dan menatap Keima sambil menyuci piring.

Keima sepenuhnya diam.

Elsie selesai mencuci dan mengelap tangannya. Keima masih terdiam.

“Er, erm, Kami-sama...karena kita baru selesai makan malam, aku ingin mengupas beberapa buah. Ada yang kamu inginkan?”

Sunyi.

“La, Lalu, di sini ada apel dan pir, kau tahu?”

Masih tidak berhasil.

Elsie,

(U~!) Menahan keinginannya untuk menjerit saat dia berjalan ke arah Keima.

Dia duduk di sampingnya, kakinya ditekuk bersamaan saat dia meletakkan tangannya di sana.

“Eh, ehehe.”

Dia memberikan senyum yang menarik hati sambil menyandarkan bahunya.

“Ka, Kami-sama. Yah, hari ini, itu, erm.”

Tepat saat dia ingin meminta maaf.

“Aku mau mandi.”

Setelah mengatakannya, Keima berdiri dan segera meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Elsie yang sibuk menangis.


Keima sedang memainkan PFP nya yang tahan air di bathtub. Meskipun Elsie sangat khawatir.

Dia tidak marah.

Dia sedang berpikir.

Tentang penaklukkan kali ini.

Dia merasa sedikit terpukul.

Sang ‘Denpakei’ Amami Tooru dan ‘Karakter Ganda’ Yoshino Asami. Untuk beberapa alasan,

Sepertinya dia melewatkan sesuatu yang penting.

Sebenarnya, Keima tidak merasa pertemuan dengan kedua gadis itu sulit. Dia memutar kepalanya dengan kecepatan penuh untuk membuat garis petunjuk. Dia menganggukan kepala, dan tepat saat dia akan keluar dari bak mandi,

“Er, erm, Kami-sama!!”

Pada saat itu, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.

“Se, setidaknya biarkan aku menggosok punggungmu!”

Setelah mengatakan hal itu, Elsie memberikan pandangan penuh keyakinan saat dia menyerbu masuk. Seperti saat bagaimana dia dan Keima bertemu sebelumnya, tubuh telanjangnya yang putih hanya ditutupi handuk penjelmaan dari hagoromo.

Lekuk-tubuhnya tidak terduga cukup.

Dan bentuk badannya kini tertutup.

Setelah Keima tegang selama berapa saat,

“WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!”

Dia berteriak.


Setelah memikirkan cara mengusir Elsie keluar dari kamar mandi, Keima berganti pakaian dan kembali ke ruang tamu sambil sepertinya menahan sakit kepala.

Elsie juga berganti ke pakaiannya semula.

“Maafkan aku~, Kami-sama, Aku minta maaf~”

Dia mengusap mukanya sambil menangis. Saat ini, Keima akhirnya sadar bahwa Elsie depresi karena kesalahannya tadi.

“...”

Dia terdiam selama beberapa saat, dan dia lalu mengalihkan mukanya yang memerah seolah menyembunyikan rasa malunya.

“Aku sudah tidak apa-apa! Ini bukan kesalahan besar lagipula, Elsie.”

“Tapi~ tapi~”

“...Dengar, Elsie?”

Keima medesah dan berkata.

“Kau sudah melihat berbagai penaklukanku dari dekat, benar kan? Kadang kala, taktik memberikan para gadis kesan buruk mungkin bisa jadi langkah yang efektif.”

“Tapi~tapi~”

“Segera sesudah aku membuatnya marah, segera sesudah aku dibenci olehnya, akan ada petunjuk bagaimana menaklukannya dengan sukses.”

“Tap, tapi~ tapi~”

“Nilai negatif, Elsie. Kadang kala hal itu berhubungan dengan nilai positif.”

Keima berkata.

“Kita hanya perlu percaya.”

Dia cuma berdiri dan meletakkan tangannya di dada.

Akan tetapi.

“Aku cuma membutuhkan kepercayaan ini. Untuk bisa melakukan sesuatu untuk gadis ini, agar dapat benar-benar membantu gadis ini.”

Bagi Elsie, wajah tampan dan bersih Keima, yang baru saja tertimpa cahaya, bisa dideskripsikan sebagai cantik.

Benar-benar seperti yang asli,

Seperti ekspresi dari sebuah game.

Ekspresi laki-laki saat dia penuh dengan kepercayaan.

Elsie tanpa sadar

“...”

Memerah.

“La, lalu.”

Sayangnya, Keima sepertinya tidak menyadari ekspresi Elsie.

“Sebagai bukti kalau aku tidak memikirkannya lagi, aku akan memberimu misi yang sama, mengerti?”

“...”

“Elsie! Kamu dengar tidak!?”

“Ah, y, ya!”

Elsie pelan-pelan tersadar dan segera menjawab.

“Apa, apa itu, kami-sama?”

Wajah Keima masih sedikit merah.

“Dasar kamu ini.”

Dan dia menyempitkan matanya dengan ekspresi kecewa.

“Bagus, Elsie. Kita akan bekerja terpisah. Aku akan mengejar Yoshino Asami. Kamu akan pergi menemukan Amami Tooru.”

“Eh?”

“Tentu saja, kita akan bekerja sama di sekolah, tapi efisiensinya akan meningkat saat kita berpisah setelah sekolah. Aku akan berinteraksi dengan Yoshino Asami di dalam dan di luar sekolah, dan jika mungkin, aku akan menaklukannya. Saat ini, kamu akan mencari di sekitar jalan-jalan dan temukan Amami Tooru.”

“...Erm, mencarinya?”

“Temukan dia dan bawa dia ke rumah. Kalau tidak bisa, coba cari cara untuk mengontaknya. Jika perlu mengikuti Amami Tooru sampai ke rumahnya, lakukan. Apapun. Selama kita bisa menemukan petunjuk tentang latar belakangnya.”

“Petunjuk...petunjuk?”

“Ya. Kau memiliki sensor arwah pelarian, kan? Dan kamu melihatnya pada Amami Tooru sebagai adik perempuanku. Saat ini, dia mungkin tidak memiliki perasaan negatif tentangmu. Jadi kamu harus berkeliaran di jalanan, dengan cermat.”

“Ba, baik.”

Keima menganggukkan kepala.

“Kita akan menghadapi sebuah pertarungan dari dua sisi, penaklukan serempak. Jadi saat kamu bertemu dengan Amami Tooru, aku akan mulai dengan penaklukanku di sisi lain.”

“...”

Keima mendesah selagi mengatakannya.

Dan kemudian, dia memerah saat jarinya menggaruk mukanya. Dia berkata dengan lirih,

“Aku masih percaya padamu, dan menganggapmu dapat diandalkan.”

Lirih,

“Sedikit.”

“!”

Mata Elsie langsung melebar.

Otaknya yang tentu saja tidak bisa dibilang pintar mencerna makna kata-kata yang baru saja diucapkan Keima.

“Aku percaya padamu.”

“Aku dapat mengandalkanmu.”

Makna dibelakangnya.

Beban dibelakangnya.

Bagi Elsie,

Itu semua cukup...

“Kami-sama!”

Dia berdiri dengan berlinangan air mata dan memeluk Keima.

“Terima kasih!”

Dia berpikir kalau orang ini benar-benar dewa.

“Aku akan melakukan yang terbaik!”

Sebagai jawaban, apa yang dikatakan Keima adalah,

“Wah, hey! Le, lepaskan aku! Jangan dekat-dekat!”

Hanya itu.

Mukanya lebih merah dari sebelumnya.


Setelah benar-benar gembira, Elsie melepaskan Keima dan bertanya,

“Tapi.”

Elsie meletakkan jarinya di mukanya dan bertanya dengan sikap bingung.

“...Erm, ini bukan seperti aku membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab tentang rencana Kami-sama, tapi kenapa tidak menaklukkan mereka satu persatu?”

Pertanyaannya sederhana.

“...”

Keima tetap diam. Elsie lalu mengatakannya,

“Menurutku lebih mudah seperti itu.”

Saat ini, Keima mulai tertawa, ‘fu’, dan mendorong kacamatanya.

“Baik, sebenarnya aku adalah pengikut rute tunggal, tapi bukan berarti aku tidak bisa menaklukkan mereka berdua di saat yang bersamaan.”

Dan kemudian, dia bergumam,

(Aku belum pernah melihatnya sendiri, tapi ada sebuah game yang keseimbanganya sangat buruk sehingga aku tidak akan bisa menaklukkan satu orang tanpa mencoba menaklukkan lebih dari 10 heroine pada waktu yang bersamaan...)

Dan kemudian, dia menggenggam tangannya dan berkata,

“Lagipula, seorang gal-gamer tidak akan takut mencoba menaklukkan di waktu yang sama!”

Berhadapan dengan kata-kata kuat itu, Elsie cuma bisa,

“Ha, haa.”

Menganggukkan kepalanya menjauh. Keima terbakar dengan semangat yang menggelikan untuk suatu alasan.


Di hari berikutnya, Keima dan Elsie mengamati Yoshino Asami saat mereka di sekolah. Mereka menjaga wajah mereka dekat satu sama lain saat mengamatinya membaca sebuah buku di kursi belakang ruang kelas.

(Apa kita benar?)

Mereka berbisik satu sama lain.

(Benar...itu dia. Dia memiliki arwah pelarian.)

Elsie menjawab. Pendeteksi arwah pelariannya bereaksi. Doro doro. Keima menatap ke arahnya.

“...Apa benar begitu?”

Dia cuma menggumamkan hal itu.

Keima hanya merasa kalau ada sesuatu yang tidak bisa dia pahami...

Bagaimanapun, dia menyembunyikan keraguannya itu untuk dirinya sendiri. Pertama, mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai Yoshino Asami. Di titik ini Elsie berkontribusi sangat besar.

Atau lebih tepatnya, karena Keima, yang tidak bisa menyatu di kelas sama sekali, menjadi benar-benar tidak berguna, cuma Elsie, yang sangat mudah bergaul dan berhubungan baik dengan dengan kedua gender, bisa melakukannya; dan ini akan menjadi pernyataan yang lebih tepat. Dengan kata lain, Elsie membuat sumbangan yang besar.

Lalu,

Alasan kenapa terjadi seperti ini adalah karena kepribadian Elsie yang tidak bisa membuatnya berpura-pura, membuat Keima mendapat informasi tentang Yoshino Asami dari segala sisi.


Laporan saksi nomor 1.

Seorang gadis yang memberikan informasi ini, namanya A.K.

“Ee-chan, kenapa kamu sangat memikirkan Yoshino-san...yah, itu sebenarnya bukan masalah. Yoshino-san, eh...baik, sebenarnya aku tidak memahami orang itu sama sekali. Bukan seperti dia sedang dijahili atau dibenci atau semacamnya. Tapi sepertinya dia tidak bisa bergaul dengan baik. Ya, seperti saat kegiatan di luar kelas. Di saat itu...aduh, ini sedikit berlebihan mengatakannya padamu, Ee-chan, tapi satu-satunya yang menjauh dari semuanya dan tidak ikut ambil bagian sama sekali adalah kakakmu. Ee-chan, kakakmu Keima-kun selalu memberikan aura seperti itu, sering...kali, apa itu? Game? Bagaimanapun, sepertinya dia selalu bermain game, dan Yoshino-san kembali ke rumah karena dia bilang dia demam. Karena itu, hubungan kami masih belum erat sekarang.”


Laporan saksi nomor 2

Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah Asami, namanya E.K.

“Aku? Ya? Klub sepak bola~ Aku adalah jagonya dan bermain di depan, dan juga berumur 16 tahun. Berusaha keras mencari pacar...eh? Kamu ingin aku memberitahumu tentang Yoshino-san daripada ini? Ah, hahaha, oke, oke. Aku mengerti, Elsie-chan. Eh, Yoshino-san yang duduk di sampingku, ya...sebenarnya, sejauh yang aku tahu, gadis itu kelihatan sedikit lemah. Aku pernah mengajaknya keluar sebelumnya. Kamu tahu, Yoshino-san cukup cantik juga, kan? Aku suka gadis-gadis yang ‘terlihat biasa’. Lalu kemudian, kami keluar untuk bernyanyi karaoke dengan cowok-cowok dan cewek-cewek lain. Lalu, dia sepertinya merasa tidak enak badan dan terus beristirahat di luar...daripada itu, Elsie-chan. Bagaimana kalau kita pergi karaoke lain waktu? Eh? Apa? ...ah, hahaha. Jadi kamu butuh ijin kakakmu? Apa, apa benar begitu?”


Laporan saksi nomor 3

Seorang gadis yang juga dari klub upacara minum teh, namanya T.Y.

“Apa nya[16]? Kamu membicarakan tentang Asa-chin? Asa-chin...baik, aku tidak benar-benar mengenal Asa-chin~. Dia benar-benar ‘biasa’~. H, tapi aku benar-benar tahu tentang hal ini, kamu tahu? Asa-chin terlihat seperti mudah sakit~terakhir kali, kami semua pergi ke taman bermain, dan dia terlihat tidak enak badan setelah memainkan permainan yang berputar itu. Dia mencoba yang terbaik, tapi akhirnya beristirahat di bangku taman~ tapi, Asa-chin tidak akan pernah mengatakan hal buruk tentang orang lain, dan dia akan menyapu dan membersihkan sampah dengan tenang. Menurutku dia orang baik hya~n.”


“Nomor 3.”

Keima membaca melalui laporan-laporan yang dikumpulkan selama istirahat makan siang (mengulang apa yang Elsie katakan ke buku catatan), dan mau tidak mau berkeringat dingin.

“...Benar-benar intens.”

Selain perasaan tertarik pada hal ini, ada beberapa segi lain yang menarik baginya.

“Aku mengerti...’biasa’, ya?”

Apakah orang ini benar-benar akan berubah di luar sekolah...tidak, saat dia memakai pakaian biasa.

Keima menyipitkan matanya begitu dia mengingat Yoshino Asami yang sangat riang dan banyak bicara kemarin. Saat itu, dia memberikan kesan kalau dia suka berjalan-jalan dengan orang lain, kalau dia sangat bersemangat.

Keima merenung.

Orang seperti dia...

Kenapa dia menjadi seperti ini di sekolah?

“...”

“Dan kemudian, ini dia.”

Elsie, yang menyatukan mejanya dengan milik Keima saat mereka makan siang bersama, melihat ke sekeliling dan mendekatkan wajahnya.

“Laporan ini sedikit tidak terkonfirmasi...”

“?”

Bingung, Keima mendesaknya,

“Ada apa?”

Elsie tergagap dan berkata,

“Aku tidak benar-benar mempercayainya,”

“Jadi, apa itu?”

“...Ah~! Ini aneh! Aku merasa tidak mungkin ada hal semacam ini!”

“El...sie--!”

“Ah, baik, baik. Tentang... ini.”

Elsie terus tergagap, namun setelah Keima menatapnya dengan tajam, dia mulai mengayunkan tangannya ketakutan dan berkata,

“Eh, ini...orang ketiga mengatakannya. Yoshino-san, mungkin dia memiliki seseorang yang dia sukai.”

“Oh?”

Keima dengan tenang menerimanya tanpa terburu-buru.

Kemungkinannya kecil.

Tapi dia tidak menolak kemungkinan ini. Sebuah kemungkinan kalau ‘karakter ganda’ itu adalah hasil dari perasaannya pada seseorang.

“Dan lalu.”

Keima meminum teh hijaunya sambil dengan tenang berpikir dan menunggu Elsie untuk meneruskan.

“Dia bilang orang yang dia sukai mungkin adalah kamu.”

“GUHHAA!!”

Keima tersedak saat teh yang diminumnya mengalir keluar.

“Bagaima? Ap, Apa? Barusan kamu bilang apa?”

Keima segera mengelap mulutnya saat dia menoleh ke arah Elsie.

“Apa ini benar? Apa yang sedang terjadi?”

“Siapa, siapa yang tahu?”

Elsie tertawa tertekan dalam sikap tidak jelas.

“Itu, itu aneh ya, iya kan?”

“TERLALU ANEH!”

Keima menyimpulkan. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Elsie berkata,

“Be~betul. Bagus kan dia yang menjadi target penaklukan. Kami-sama, masalahnya adalah kamu belum melakukan apapun...”

Dan demikian, keduanya menghilangkan satu kemungkinan bahwa gadis itu memiliki perasaan pada Keima karena Keima belum melakukan apapun.

“Aku dengar dari orang itu juga..tapi.”

Elsie menjaga suaranya tetap rendah dan mengatakannya dengan suara seram seolah membicarakan tentang hantu,

“Menurut orang itu.”

Keima menelan ludah. Elsie lalu berkata,

“Yoshino Asami-san, sepertinya dia sering melihat ke arah Kami-sama...”

Setelah mengatakannya, Keima dan Elsie sepertinya memikirkan sesuatu saat mereka melihat ke belakang.

Pada akhirnya.

Apa yang akan terjadi...

“!”

Mereka melihat lurus ke mata Yoshino Asami yang sangat terkejut. Sepertinya dia telah melihat ke arah mereka selama ini...

Sikap Yoshino Asami,

“...”

“...”

Setelah melihat Keima dan Elsie menatapnya dengan tatapan kosong,

“!!”

Dia dengan segera menundukkan kepalanya dan pura-pura belajar. Itu adalah pemandangan yang langka bahkan lehernya pun terlihat memerah.

Keima juga,

“...”

Dan Elsie juga,

“...”

Terkejut. Setelah itu, mereka berdua berkata bersamaan.

“Gak mungkin.”

“Aku memikirkan hal yang sama juga.”

“Hanya saja itu tidak bisa dijelaskan.”


Katsuragi Keima terus berpikir sambil memilah informasi.

(Disebut dengan ‘normal’...lemah? Tidak ada yang dekat dengannya, dan semua orang berkomentar sama tentangnya. ‘Biasa’, ‘biasa’ dan ‘biasa’...)

Dia membuat beberapa asumsi sebelum sekolah berakhir sambil bermain game saat pelajaran.

“Katsuragi~! Ka~tsuragi~!!”

Dia terus mengabaikan guru yang sedang mengajarnya.

“Katsuragi Katsuragi Katsuragi Katsuragi~!!”

Meskipun guru itu menggeretakkan giginya sambil meletakkan tangannya di wajah,

“...”

Dia menoleh ke sisi lain, dan akhirnya,

“Uu, Katsuragi...uu, Katsuragi~kun.”

Guru itu dengan kesal pergi setelah menyerh, akan tetapi Keima tidak merespon sama sekali. Juga.

Yoshino Asami menatap semua hal ini dari belakang.

Dan tidak ada seorang pun yang tahu apakah Keima menyadari tatapan itu atau tidak.


Setelah sekolah,

Keima berpisah dengan Elsie di tangga,

“Aku serahkan hal ini padamu kalau begitu, Elsie?:

Dengan tekanan seperti itu, Elsie menjawab dengan senyum cemerlang.

“Serahkan hal ini padaku! Aku tidak akan mengecewakan Kami-sama!”

Sepertinya dia sangat senang menerima kepercayaan Keima.

Dia berlari dengan kencang dan ringan saat dia berlari mencari Amami Tooru di jalanan, sesuai rencana.

“Fuu.”

Melihat punggungnya, Keima mendesah. Dia memiliki hal yang harus dia lakukan sendiri, dan pertama, dia harus berbicara sendirian dengan Yoshino Asami.


Keima memutuskan untuk menunggunya di sini...


Saat ini adalah waktu saat murid-murid selesai melakukan aktivitas klub dan pulang ke rumah. Sebenarnya saat ini tidak sama dengan waktu pulang sekolah, tapi tangga ini cukup ramai.

Dibandingkan dengan klub olahraga yang sedang berganti baju atau latihan sampai larut malam, di sini ada lebih banyak murid-murid dari klub kebudayaan, yang biasanya berakhir pada waktu yang lebih teratur.

Diantara mereka,

“...”

Yoshino Asami berjalan melalui kerumunan dan mengganti alas kakinya di lemari sepatu,

“...”

Dan berjalan keluar gedung.

Di sana.

“Yo.”

Seorang anak laki-laki berbicara dengannya.

Terkejut, Yoshino mengangkat wajahnya.

Berdiri di sana adalah,

“Kebetulan sekali, aku akan pulang juga. Bisa kita pulang bersama?”

Dia Katsuragi Keima.

“...”

Yoshino Asami terdiam selama beberapa saat,

Dan lalu,

“Un.”

Dia tersenyum.

“Oke.”

Apa artinya sedetik keraguannya tadi itu?

Atau dia terbungkam karena kata-kataku yang tidak terduga?

Atau mungkin,

Apa cuma imajinasiku saja mukanya memerah? Atau cahaya matahari terbenam yang mewarnai sekelilingku menjadi merah?


Keima dengan hati-hati memilih untuk tidak teralu dekat dengan Asami sambil dengan sengaja membuat keadaan yang sama seperti kemarin.

Dia memilih keadaan dimana mereka berdua berjalan bersama.

Ada dua alasan.

Yang pertama adalah menggunakan tindakan yang sama dengan kemarin untuk mengukur reaksi Yoshino Asami dengan lebih baik, untuk mengamati apakah ada perubahan. Dengan demikian, jalan menuju rumah, jarak di antara mereka dan susunannya sama dengan kemarin.

Satu-satunya yang berbeda adalah adanya kegiatan klub upacara minum teh hari ini (yang sudah Keima selidiki sebelumnya), Yoshino Asami lebih telat pulang ke rumahnya.

Ada alasan lain, sebuah naluri yang sangat jarang bagi seorang Keima yang rasional. Rasanya bahkan saat mereka bersama, mereka sebaiknya menghindari melakukannya di sekolah.

Ini,

Adalah sesuatu yang barusan dia pikirkan...

Tidak, bukan itu.

Dia menggelengkan kepalanya jauh di dalam. Dia memutuskan untuk tidak membohongi dirinya sendiri. Ini adalah keinginannya sendiri.

Untuk alasannya...

“...Katsuragi-kun, kemana kau ingin pergi selanjutnya?”

“Nn?”

Ini sedikit sulit bagi Keima untuk bersikap tenang.

“Un, sepertinya ada sesuatu di sini. Aku ingin berjalan lewat sini kali ini.”

“Oh~”

Yoshino Asami tidak bertanya lebih jauh saat dia menganggukkan kepala. Dia terus memandang ke depan. Meskipun dia tersenyum,

Mustahil bagi orang lain untuk tahu apa maksud ekspresinya itu. Keima menelan ludah.

Ia sangat sulit untuk ditangani.

‘Yoshino-san mungkin memiliki perasaan pada Katsuragi Keima’. Informasi dari Elsie itu mungkin mengikatnya lebih dari yang dia pikirkan.

Karena itu, untuk mencegah dirinya panik, dia memilih untuk berjalan ke rumah setelah waktu pulang sekolah karena dia ingin sesedikit mungkin gangguan dari murid lain.

Keima terus mencoba dan menanyakan berbagai pertanyaan padanya dari waktu ke waktu, dan Yoshino Asami akan menjawab pertanyaan itu dengan serius saat menjawab.

“...Ya, klub sangat menarik.”

Juga,

“Ngomong-ngomong, sebentar lagi bahasa modern. Aku tidak terlalu bagus dalam pemahaman, jadi aku sedikit khawatir.”

Dan juga,

“Sepertinya teman-teman sekelas kita akan pergi? Teman-teman sekelas kita sangat akrab satu sama lain. Aku menantikannya...apa kamu akan pergi juga, Katsuragi-kun?”

Dan hal-hal seperti itu. Jawaban Yoshino Asami tidak penting. Sama seperti bagaimana dia membaca buku pedoman,

Keima mendesah jauh di dasar hati.

Dan untuk pertanyaan terakhir.

“Gak mungkin, aku gak pergi.”

Keima menjawab dengan sigap.

“Bagaimana mungkin aku bisa pergi?”

Saat ini, Yoshino Asami, yang hanya memberikan jawaban ‘normal’ sampai sekarang, sepertinya memikirkan sesuatu saat dia memutar kepalanya dan menatap Keima.

Keima juga,

“?”

Menatap balik Yoshino Asami dengan ekspresi terkejut.

Lalu,

“!”

‘Jawaban normal’ Yoshino Asami gagal untuk pertama kali.

“Eng, enggak.”

Dia memerah, dan juga,

“Itu, itu saja. Jadi, kita sampai di rumah...rumahku sekarang!”

Dia segera memasuki pintu rumah yang barusan dicapainya. Keima sedikit kebingungan.

Apa maksudnya tadi itu?


Apa dia benar-benar...

Memiliki perasaan padaku sejak awal?


Keima sepenuhnya kebingungan.

Kebingungannya bertambah sesudah itu. Setelah berjalan beberapa langkah dari rumah Yoshino Asami dan bermaksud untuk menemui Elsie,

“Katsuragi-kun! Ini aku! Hei hei! Aku akan keluar sekarang! Bagaimana kalau kita bermain bersama? Aku masih punya beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu!”

PFP Keima menerima pesan dari Yoshino Asami. (Keima mengiriminya pesan kemarin, memberitahukan alamatnya.)

Saat ini, Keima tidak punya pilihan.


Yoshino Asami muncul mengenakan pakaian yang cantik.

Rok mini merah muda, sebuah blus, penampilannya benar-benar seperti seorang gadis. Sangat berbeda dengan bagaimana dia terlihat saat mengenakan seragam, dan dia sangat bersemangat, jadi pada akhirnya dia menjadi gadis yang sangat menarik.

Di tempat dimana Yoshino Asami berjanji bertemu dengan Keima,

“Di sini, ayo sersenang-senang, Katsuragi-kun!”

Dia menggenggam lengannya dan berjalan,

Mempesona,

Dia tersenyum dengan cerah dan penuh semangat.

Setelah itu, dia dan Keima berada di game center. Yosino Asami berkata,

“Katsuragi-kun, kamu hebat dalam segala jenis game, kan? Tunjukkan padaku!”

Dan kemudian, dia mulai memainkan segala jenis game. Meskipun Keima sedikit kurang dalam game ritme dan game sentuhan, dia menunjukkan keahlian yang mengagumkan dalam game teka-teki dan game kuis.

Yoshino Asami bertepuk tangan dengan riang,

“Hebat! Katsuragi-kun benar-benar hebat!”

Cuma seperti itu.

Setelah itu, sesuai permintaan Yoshino Asami, mereka pergi ke restoran cepat saji dan memesan sesuatu untuk dimakan. Saat ini, Keima mencoba menyelidiki sifat aslinya, namun yang mengejutkan adalah,

“Hei, hei, apa yang kamu lakukan saat liburan, Katsuragi-kun?”

Dan,

“Kemana kamu pergi dengan adikmu?”

Dan juga,

“Kamu bilang kamu suka game bishoujo. Game macam apa? Mereka sedikit ecchi, benar kan?”

Dan hal-hal semacam itu sambil memerah dan menanyakan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin. Keima benar-benar terkejut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Diantara semua penaklukan sampai sekarang, tidak ada yang menunjukkan keingintahuan sebanyak itu terhadap diri Keima sendiri.

Sudah tentu Keima ingin tahu hal-hal tentang Yoshino Asami.

Karena itu, dia keluar untuk berbicara dengannya.

Untuk dekat dengannya.

Untuk mengukur jarak emosi antara keduanya.

“Tapi kamu tidak benar-benar membenci manusia, kan? Karena karena, kamu berbicara banyak denganku saat ini, iya kan?”

Dan juga,

“Katsuragi-kun. Biarkan aku bertanya padamu. Sabagai contohnya, apa yang kamu pikirkan saat aku berbicara padamu?”

Yoshino Asami sepenuh hati mencoba mengerti Katsuragi Keima.

Yoshino Asami serius.

“Yah.”

Dia sedikit tergagap, tapi tetap menatap Keima.

“Lalu, aku ingin bertanya padamu. Maaf jika ini membuatmu tidak senang, tapi itu, waktu itu, siapa gadis yang muncul saat Katsuragi-kun sedang berbicara denganku?”

“...”

“Katsuragi-kun berpacaran dengannya...tidak, maaf. Seharusnya aku tidak menanyakan hal ini...tapi aku ingin tahu, siapa gadis itu buat Katsuragi-kun?”

“...”

Apa yang sedang terjadi?

Keima berpikir.

Perbedaan antara saat di sekolah dan di luar sekolah.

Tidak, perbedaan diantara saat mengenakan seragam dan tanpa seragam.

“Gadis itu.”

Keima dengan jelas menyatakan.

“Bukan siapa-siapa. Dia cuma teman biasa.”

Dia hanya,

Mengkonsentrasikan keinginannya pada ekspresinya.

Mungkin Yoshino Asami merasakan hal itu saat dia tertawa kecil.

“Beneran?”

Dia hanya meneruskan meminum kola melalui sedotan dan tersenyum.

“Bagus kalau begitu.”

Dia tidak bertanya lagi, mengeluarkan desahan lega seperti seorang gadis yang tahu kalau pria yang disukainya tidak memiliki kekasih.

“Hehe.”

Dan dengan sikap malu-malu,

“Itu bagus sekali.”

Normalnya, laki-laki sudah dapat menyimpulkan hal seperti ini. Pertama, Yoshino Asami terus melihat ke arah Keima saat mereka di sekolah. Bahkan teman-teman Yoshino menyadari kalau dia sering melihat ke arah Keima, meskipun Keima sendiri tidak menyadarinya.

Tapi sejak dia tahu kalau Yoshino Asami memiliki arwah pelarian, sikap Yoshino Asami terhadap Keima cukup baik (dibandingkan dengan gadis-gadis lain). Dan hari ini. Dia bahkan memerah saat dia berjalan ke rumah bersama Keima, dan bahkan ingin tahu kemana dia akan pergi.

Yoshino Asami dalam pakaian biasa tidak diragukan lagi tertarik pada Keima, dan ingin pergi keluar dengannya[17], untuk memahaminya.

Normalnya, bisa dikatakan ini,

Ya.

Yoshino Asami memiliki perasaan pada Katsuragi Keima dalam konteks teman laki-laki dan teman wanita[18].

Dapat disimpulkan seperti ini.

Namun.

Keima merasa kalau ini bukan seperti itu.

Keima merasa kalau ada sesuatu yang tidak cocok jauh di dalam dirinya.

Aneh.

Ada yang tidak benar.

Ada sebuah masalah.

Ini aneh.

Tidak.

Akan tetapi,

Dia hanya tidak tahu.


Pada hari yang sama, setelah dia berpisah dengan Yoshino Asami, Keima tenggelam dalam pikirannya, dan merasa ada sesuatu yang tidak benar.


Rute penaklukan ‘Yoshino Asami’

Bisa dibilang sepenuhnya ber-awan.


Dan yang terburuk adalah, Elsie, yang kembali ke rumah sangat larut, dengan sedih berkata,

“Maafkan aku, Kami-sama~”

Dia terlihat seperti akan menangis.

“Aku tidak bisa menemukan Amami Tooru-san tidak peduli kemana pun aku mencarinya! Aku sudah menetapkan daerah pencarian seluas mungkin...tapi ini.”

Dan kemudian, dia tergagap,

“Seolah dia menghilang ke suatu tempat.”

“...”

Keima cuma terus berpikir.

Rute ini juga mulai menjadi sulit.


Rute penaklukan ‘Amami Tooru’.

Sepertinya ada tembok tidak terlihat yang menghalangi.


Hari berikutnya, Keima terus mencoba dan berbicara dengan antusias kepada Yoshino Asami di dalam dan di luar sekolah, dan Elsie berjalan di jalanan, mencari Amami Tooru.

Namun,

Tidak ada hasil di kedua belah pihak.

Keima akan merasa kesulitan kapanpun dia berbicara dengan Yoshino Asami.

Dan pencarian Elsie pada Amami Tooru tidak menunjukkan hasil.

Keduanya kehabisan tenaga.

Mereka kelelahan.

Keima lebih banyak terkuras secara mental,

Dan Elsie terutama secara fisik setelah berjalan berkelilig untuk waktu yang lama namun tetap tidak mampu menemukan Amami Tooru.

Keduanya,

Kembali ke rumah kelelahan dan menyandarkan punggung satu sama lain.

“Kami-sama, ini benar-benar sulit kalau keduanya tidak ada petunjuk sama sekali.”

“...”

“Akan lebih baik kalau setidaknya satu sisi bisa memberi beberapa informasi sebagai harapan kecil.”

“...”

Keima diam.

Diam menunggu sesuatu.


Tapi pada suatu hari, ada perubahan besar.

Hari itu libur.

Hujan sejak pagi, dan Keima dan Elsie sedang berjalan di jalanan. Biasanya, Keima akan memusatkan penaklukannya pada Yoshino Asami, tapi karena tidak perlu pergi ke sekolah hari ini, dia dan Elsie mencari Amami Tooru.

Keduanya berjalan dengan langkah berat, dan mereka bicara sedikit sekali.

Bahkan Elsie yang biasanya periang berkata dengan nada tertekan, mungkin karena hujan,

"Aku sudah menggunakan pendeteksi arwah pelarian seperti ini akhir-akhir ini, tapi tidak ada respon."

Setelah mengatakan hal itu, dia meletakkan tangannya di jepit rambut tengkoraknya.

“Dimana Tooru-san?”

Tepat sesudah dia mendesah dan bergumam.

Dorodorodorodorodoro.

Ada respon yang sangat kuat.

Keima dan Elsie mau tidak mau saling menatap.

Dan kemudian,

“Di sini!”

Elsie terlihat seperti terdorong ke samping saat dia berbalik, dan Keima berlari mengejarnya. Keduanya berbelok sekitar 2 sampai 3 kali sebelum sampai ke jalan utama.

Elsie terengah dan dan berkata,

“Itu dia, Amami Tooru-san.”

Dia menunjuk ke satu arah.

“!”

Dia kehilangan kata-kata. Keima juga terengah-engah selagi melihat ke arah yang ditunjuk.

“?”

Keima mengedipkan matanya. Yang ada di sana adalah.

“...Apa itu, sebuah mobil?”

Ada sebuah limo hitam diparkir di sana. Seorang pria berpakaian setelan hitam, sangat mungkin sopirnya, membuka pintu hitam mobil itu dengan sopan, dan seseorang yang terlihat kaya melewati jalan dan berjalan ke sana. Tapi tentu saja, pendeteksi arwah pelarian Elsie bukan bereaksi terhadap wanita setengah baya yang berkulit mulus dan berpakain bermerek serta permata glamor di seluruh tubuhnya...

“Arre? Beneran, eh?”

Elsie mengusap matanya. Keima sendiri akan tetapi,

“...”

Tetap diam. Seorang gadis mengikuti wanita separuh baya itu saat mereka berjalan keluar dari gedung di depan mereka.

Dia adalah...

“Apa itu benar-benar...Tooru-san?”

Amami Tooru.

Pada awalnya, Keima dan Elsie tidak dapat mengenalinya sebagai Amami Tooru karena dia sepenuhnya berbeda. Pertama, pakaiannya berbeda.

Bukan pakaian kasual dan longgar yang Keima lihat beberapa kali.

Tapi sebuah jaket yang terlihat sopan.

Rambut pirangnya diikat dengan benar, dan sepatunya adalah sepatu kulit berwarna hitam.

Dia tidak diragukan lagi seorang putri[19] dari masyarakat kelas atas.

Satu-satunya yang sama adalah kalung-rantai salib yang tergantung di lehernya, dan sejujurnya, kalau bukan karena reaksi dari pendeteksi arwah dan salib itu, Keima dan Elsie tidak akan bisa tahu kalau gadis yang keluar dari gedung itu adalah Amami Tooru.

Perbedaan kesan yang diberikannya sangat besar.

Yang berubah bukan hanya pakaiannya, tapi juga ekspresinya. Ekspresinya bukan seperti Amami Tooru yang Keima dan teman-teman tahu.

Gadis cantik bersemangat-seperti dari cerita fantasi sudah pergi, dan dia hanya terlihat seperti gadis dengan topeng di depan Keima, terlihat sepenuhnya sopan dan memiliki sesuatu yang sedang dipikirkan. Mata yang dulu bangga ‘Aku mencari bintang petunjukku’ sekarang hitam kosong.

Malaikat yang bersemangat menghilang.

Yang menggantikannya adalah sebuah boneka kaku.

Atau terlihat seperti itu.

Dan juga.

“Eh? Ap, apa yang sedang terjadi?”

“...”

Keima berbicara dengan pelan,

“Mungkin.”

Dia sekarang mendiskusikannya berdasarkan premis mereka.

“...Dia dipengaruhi arwah pelarian.”

Sampai sekarang, dia sudah bertemu dengan artis yang menghilang saat mereka tidak bertemu, atau wanita ahli beladiri yang akan terpisah menjadi dua orang, jadi Keima membuat keputusan ini dengan cepat.

Amami Tooru juga memiliki sesuatu yang aneh pada dirinya.

Saat dia mengikuti wanita paruh baya itu dan berjalan menuju limo, terlihat sesuatu seperti kabut hitam disekitar Amami Tooru yang mulai mengelilingi tubuhnya.

Keima dan Elsie terdiam karena ini. Pada saat ini,

“Ayo! Tooru-chan! Kamu harus mendengarkan guru piano dan guru bahasa Perancis saat sampai di rumah, oke? Kamu harus mempelajari hal-hal yang kamu kurang ahli, mengerti?”

Wanita separuh baya itu bercakap dengan suara nyaring.

“..Baik.”

Amami Tooru menjawab sederhana. Mereka duduk di kursi belakang limo itu, dan pengemudinya menutup pintu, kembali ke kursi pengemudi, dan menghidupkan limo. Keima dan Elsie tidak bisa bergerak sampai limo itu pergi.

Apa yang harus mereka lakukan sekarang?

Keduanya tidak tahu. Dan sampai akhir, Amami Tooru tidak mendeteksi keberadaan mereka.

TWGOK 01 161.jpg


Setelah beberapa saat.

“Ka, Kami-sama...”

Elsie seolah pada akhirnya tersadar saat dia bertanya.

“Ap, apa yang kita lakukan sekarang.”

Keima masih disitu, tidak bergerak sama sekali. Matanya menatap suatu titik di langit. Elsie mendesah,

“Untuk beberapa alasan.”

Dengan ekspresi sedih.

“Dia tidak terasa seperti Tooru-san. Dia orangnya tapi terasa seperti orang lain...tidakkah kamu merasa seperti itu, Kami-sama?”

“Elsie.”

Kali ini, Keima bergerak. Suaranya memiliki sedikit hawa panas. Meskipun cuma sedikit, dia benar-benar gemetaran. Dia mendapat sebuah inspirasi dari apa yang dikatakan Elsie, tapi Elsie sendiri tidak menyadarinya sama sekali.

“Y, ya? Apa itu?”

Elsie menjawab dengan normal.

Keima menanyakan satu pertanyaan.

Sebuah pertanyaan yang sangat penting.

Sebuah pertanyaan yang bisa menutup semua skenario.

“Elsie, orang itu benar-benar Amami Tooru, benar?”

“Y, ya.”

Meskipun Elsie blank untuk beberapa saat.

“Benar. Pendeteksi arwahku menunjukkan kalau dia adalah Amami Tooru-san.”

“Jadi begitu.”

Pada saat ini.

(Mereka orang yang sama, tapi kenapa terasa seolah mereka benar-benar orang yang berbeda? Di sisi lain~Yoshino Asami ‘biasa’~, kemungkinan memiliki perasaan~ lemah~kenapa dia sangat berbeda? Setelah sekolah dan saat sekolah? Dan keberadaan Elsie~ Aku melihat ‘Denpaki’~mencari alasannya~alasan Amami Tooru mencari sesuatu~kenapa dia menghilang setelah menyelamatkanku~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino~Amami. Setelah menghubungkan persamaan dan perbedaan keduanya.)

(Semua jawabannya)

Kemampuan berpikir Keima tiba-tiba berputar aktif.

Fuu, dia tertawa kecil. Dia menggunakan jarinya untuk mendorong kacamatanya dan berkata,

Kalimat klasik itu.

“Elsie.”

Dengan acuh tak acuh.

“Aku bisa melihat ending-nya.”

Dan tanpa keraguan.


Dan Elsie cuma bisa menatap Keima dengan tatapan kosong.


Chapter 4: Dunia Negatif[edit]

Katsuragi Keima berjalan di depan, dan seorang gadis yang mengikutinya gelisah karena suatu alasan, dia berkata dengan nada kaku untuk menyembunyikannya,

“He, hey, Katsuragi! Kamu mau membawaku kemana? Aku, aku akan mengatakannya secara tegas terlebih dahulu. Aku akan menolak kalau kamu mau melakukan hal-hal yang ‘berani’ padaku! Aku akan benar-benar menolakmu! Kita harus melakukannya sesuai urutan.”

“...”

Keima tiba-tiba memutar kepalanya ke belakang.

Tatapan tajam Keima menembus gadis itu, dan ia cuma bisa melihat sekeliling tak berdaya. Mereka ada di kuil yang cukup jauh dari jalan.

Tidak ada orang lain di sana.

Tidak, sebenarnya ada seseorang di sana.

Seseorang yang sepertinya mengamati mereka keluar perlahan-lahan dari belakang pepohonan..

(Siapa, siapa dia?)

Gadis itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Seorang gadis dengan jepit kepala berbentuk tengkorak muncul di sana.

Katsuragi Keima menanyakan sesuatu kepada gadis itu.

Sepertinya mereka saling mengenal satu sama lain.

“Elsie, bagaimana?”

Gadis yang dipanggil Elsie menggelengkan kepala.

“Bukan dia.”

“...Dengan kata lain.”

“Tidak. Orang ini tidak memiliki arwah pelarian.”

Katsuragi Keima mendesah keras-keras.

“Aku mengerti. Kalau dipikir baik-baik... mungkin seharusnya aku sudah menyadarinya. Aku selalu langsung berpikir kalau seorang gadis dengan arwah pelarian pasti memiliki suatu masalah. Dan karena itu, aku mencari masalah pada gadis yang tidak memiliki masalah. Setelah menghilangkan asap yang menutupi, ini bahkan bukan karakter ganda.”

Dia mengangkat bahunya.

“Aku benar-benar naif! Tidak, daripada itu.”

Dia meringis.

“Elsie, hal semacam ini tidak akan terjadi kalau saja kamu mengikutiku setelah pulang sekolah. Aku tidak akan tertipu trik murahan seperti ini...yah, alasan kenapa aku memintamu mencari Amami Tooru adalah karena kau satu-satunya yang bisa mendeteksi arwah pelarian.”

Dia mendesah.

“Kali ini, yang pintar tertipu.”

Gadis yang bernama Elsie menatap pada gadis yang lain.

“Dia benar-benar mirip.”

Gadis itu panik.

Dia gelisah.

Katsuragi Keima dan gadis bernama Elsie ini membicarakan hal aneh sejak dari awal. Dia berpikir kalau ‘sepertinya Katsuragi-kun bukan orang jahat, jadi misiku seharusnya sudah selesai’. Akan tetapi, perasaan tenang ini beterbangan menjauh.

Instingnya menakutinya, terbakar seperti minyak yang dinyalakan.

Siapa orang ini?

Katsuragi-kun.

Siapa orang ini?

Keima menatap sekilas gadis itu.

“Fuu...’apa yang kau inginkan?’. Sebenarnya, itu kata-kataku. Yah, itu bukan masalah. Secara garis besar aku bisa menduga kenapa kamu melakukan hal ini. Jadi akui saja, kamu bukan Yoshino Asami.”

“!”

Gadis itu membelalakkan matanya. Keima mengangkat tangannya dan menunjuk ke arahnya.

“...Kamu adalah.”

Dia mengatakan hal ini.

“Yoshino Ikumi. Saudari perempuannya, dan kembar.”

Gadis itu.

Kembaran Yoshino Asami, Yoshino Ikumi berdiri di sana, terkejut.


Dia bingung.

Dia melihat ke sekeliling dengan paras kebingungan, dan gadis yang dipanggil Elsie menatapnya dengan pandangan tertarik. Yoshino Asami—

Atau lebih tepatnya, Yoshino Ikumi yang berpura-pura menjadi Yoshino Asami merasakan tatapan dingin Keima tertuju padanya,

“In, ini, itu.”

Pertama, dia menanyakan satu pertanyaan yang paling mengganggunya.

“Biar kutanyakan ini...bagaimana kamu tahu namaku?”

Setelah ketahuan, dia tidak marah karena rasa malu, dan tidak pula menertawakan Keima. Dia sejujurnya cuma panik.

Pada saat ini, satu sisi Yoshino Ikumi terlihat, atau lebih tepatnya, pada dasarnya dia menunjukkan dirinya di sini.

Keima mendesah.

“Itu sederhana. Aku menanyakan satu pertanyaan pada kakak perempuanmu saat di sekolah, dan membuat satu permintaan.”

“Eh?”

“Aku bertanya padanya ‘kau punya saudari kembar?’. Lalu, yang satunya ‘jangan kau katakan apa yang aku tanyakan padamu hari ini saat kau pulang ke rumah, tapi kau boleh menuruti hal lain yang dia katakannya’.”

Yoshino Ikumi terbelalak. Keima lalu berkata.

“Yoshino Asami...kakak perempuanmu menjawab ya untuk kedua pertanyaan. Dia terlihat tidak bisa percaya, seperti kau sekarang. Dia tidak pernah mengatakan pada siapapun tentang keberadaan saudari kembarnya yang bersekolah di tempat berbeda, dan bagaimana aku tahu—seperti itu.”

Keima lalu melanjutkan.

“Itu karena hal ini kan? Kamu dengar dari Yoshino Asami...kakak perempuanmu. Dia tidak pernah mengatakan pada siapapun di sekolah tentang dirimu, jadi logikanya, aku tidak akan tahu keberadaanmu. Dengan demikian, kamu mencoba menipuku dan bersandiwara sebagai Yoshino Asami...kakak perempuanmu untuk mengerti diriku, benar begitu? Untuk mengenalku secara pribadi.”

“Ah, un.”

Yoshino Ikumi terkejut.

“Lalu, kapan kamu menyadarinya?”

Dia kalah telak.

“Kamu tidak menunjukkan perubahan ekspresi bahkan sampai akhir minggu.”

Keima terlihat seolah merendahkan dirinya sendiri saat dia tertawa.

“Tidak, itu kebetulan...satu hal yang tidak akan kau mengerti walau kukatakan padamu. Seorang gadis yang terlihat sangat berbeda, lalu mungkin kebalikannya juga mungkin. Dengan kata lain, dua gadis yang terlihat seperti satu orang pada kondisi tertentu. Aku baru memikirkannya.”

Keima menatap sekilas ke arah Elsie.

Untuk suatu alasan, Elsie terlihat sangat senang, dan Keima menatap kembali padanya dengan pandangan ramah.

“...”

Setelah kesunyian sesaat, haha, Yoshino Ikumi tertawa kaku.

“Luar biasa.”

Dia menyesal dari lubuk hatinya.

“Aku bahkan bisa mengelabui ibu sejak kecil kalau aku serius. Tidak bisa dipercaya kamu menyadarinya.”

Keima lalu menambahkan.

“...Tapi kamu tidak serius sama sekali.”

Setelah mengungkapkan hal ini, Yoshino Ikumi terlihat seolah malu.

“U, it, itu karena...”

“Sepertinya begitu.”

Keima mendorong kacamatanya dan berkata dengan nada berat.

“Kalau kamu serius, kau mungkin akan bisa seperti kakakmu. Kepribadian ‘biasa’ bisa ditiru sepenuhnya, benar kan? Tapi kamu menunjukkan kepribadian aslimu di depanku karena kamu tidak bermaksud untuk mengolok-olok atau pun mengerjaiku. Tujuanmu secara sederhana hanya untuk memahamiku.”

Yoshino Ikumi menunjukkan ketakutan dimatanya.

Karena Katsuragi Keima.

Anak laki-laki tampan di depannya ini pada dasarnya mengatakan kebenaran.

Fu, Keima meringis.

“...Ngomong-ngomong, bahkan walaupun kau tidak serius, aku tertipu olehmu. Pertukaran kembar seharusnya adalah dasar dari yang dasar.”

Dia meng-klik-kan lidahnya sedikit.

“Dua penaklukan bersamaan...jadi aku berpikir untuk mengambil inisiatif. Aku juga sangat naif.”

Dia meneruskan mengingatkan dirinya sendiri.

“Tapi, yah, karena kamu beraksi seperti ini, aku menemukan jalan untuk memecahkannya, dan hasil ini cukup menyenangkan juga.”

Keima menggunakan matanya yang panjang dan sipit untuk menatap Yoshino Ikumi.

“Kau akan mengatakannya padaku kan? Katakan padaku tentang masalah kakakmu, Yoshino Asami. Itu alasanmu mendekatiku kan? Kalau itu aku.”

Keima mengatakannya dengan penuh percaya diri.

“Aku akan menyelamatkan kakakmu. Aku bisa melakukannya.”

Yoshino Ikumi takut-takut berteriak.

“SEBERAPA BANYAK!?”

Pada dasarnya dia berteriak sekuat tenaga.

“SEBERAPA BANYAK KAMU TAHU, KATSURAGI-KUN?”

Teriakan yang dipenuhi ketakutan seorang gadis biasa pada anak laki-laki yang serba tahu. Keima terbelalak, tapi cuma sebentar.

“Seberapa banyak?”

Fuu, dia tertawa penuh percaya diri.

“Semuanya! Semuanya! Aku tahu semuanya! Yoshino Ikumi, Semuanya!”

Keima mengayunkan tangannya sambil menyatakan hal itu.

Elsie juga menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sambil melipat tangannya.

“Hm~seperti yang sudah kuduga dari Kami-sama.”

“...”

Yoshino Ikumi menatap ke arah Keima dan Elsie, menunjukkan ketakutan yang nyata di wajahnya.

“Kamu bilang, sem, semuanya...”

Dia mengatakannya dengan suara serak.

“Ka, kamu.”

Dia akhirnya berhasil menemukan kata-kata.

“Kamu bukan Dewa!”

Lalu.

“...”

Ekspresi Keima tiba-tiba berubah serius. Dia berputar dan berbisik pada dirinya sendiri.

“Ngomong-ngomong...ini kedua kalinya aku dipanggil ‘Kami-sama’[20] sejak aku memulai penaklukkan. Akan tetapi.”

Dia berputar kembali untuk menatap kepada Yoshino Ikumi.

“Aku benar-benar.”

Ekspresinya melimpah dan tidak akan mengizinkan penolakan apapun, dan bahkan bisa dibilang menekan.

“Aku adalah Dewa! Aku adalah dewa penakluk!”

Itu bukan sekedar ungkapan saat Yoshino Ikumi terguncang karena pernyataan itu. Elsie terlihat sangat terkesan saat dia berkata,

“Hei, itu benar, tahu? Kami-sama benar-benar dewa!”

“...”

Yoshino Ikumi kehabisan kata-kata. Seperti suatu bagian di otaknya konslet, dan dia merasa mati rasa. (Sebenarnya, ini tujuan Keima yang sebenarnya, menggunakan nada kuat untuk menunjukkan kepercayaan dirinya padanya.)

Dan kemudian,

“Aha!”

Yoshino Ikumi tiba-tiba menunjukkan air mata di matanya, dan di saat berikutnya.

“AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!”

Dia mulai tertawa seolah sekrup di otaknya longgar. Elsie terkejut, tapi Keima cuma menaikkan alisnya.

“...Apa aneh?”

Dia bertanya dengan dingin.

“Apa aneh kalau aku memanggil diriku sendiri dewa?”

“Ah, HAHAHAHAHAHAHAHA!!!”

Yoshino Ikumi tertawa terbahak-bahak sampai kehabisan nafas, dan mengayunkan tangannya.

“Tidak! Bukan itu, ahahaha!”

Akhirnya, dia berhasil menahan tawanya, dan jarinya mengusap air mata yang keluar.

“Un.”

Dia tiba-tiba menganggukkan kepalanya dengan ekspresi santai.

“Un!”

Matanya penuh percaya diri. Keima tersenyum. Ini sesuai dengan,

Hasil yang dia inginkan.

Yoshino Ikumi menyatakan.

“Aku mengerti! Aku akan percaya sepenuhnya pada Katsuragi-kun! Kumohon! Selesaikan masalah onee-chan[21]!

“...”

Keima tersenyum dengan bibirnya, dan juga matanya.

Dia cuma berkata.

“Dimengerti.”


Ini adalah sesuatu yang terjadi lama setelah itu. Yoshino Ikumi masih ingat apa saja yang dia katakan pada teman-temannya dengan kagum.

“Katsuragi-kun benar-benar.”

Kata-katanya penuh kejujuran,

Meskipun dia sedikit banyak salah paham terhadap istilah ‘dewa penakluk’, ini adalah sesuatu yang muncul dari hatinya!

“Benar-benar seorang pria yang akan menaklukkan bumi!”

Dan,


Akan tetapi, inilah yang sebenarnya terjadi sesudahnya. Saat ini, Yoshino Ikumi dengan sepenuh hati mendeskripsikan kondisi saudarinya pada Katsuragi Keima. Keima, Ikumi, dan Elsie pergi ke belakang kuil, menemukan kursi untuk duduk. Mereka meminum jus kalengan yang Elsie beli, dan Yoshino Ikumi mulai berbicara,

Tentang kondisi saudarinya.

“Onee-chan, dia benar-benar membenci manusia.”

Dia mengatakan hal mengejutkan seperti itu dengan mudah, menarik nafas dalam, menghembuskankannya dengan kuat, dan melihat ke arah Keima.

Akan tetapi, Keima,

Sama sekali tidak bergerak.

Yoshino Ikumi tersenyum.

(Bagus)

Dia berpikir.

(Sangat bagus memiliki seseorang seperti ini)

Lalu, dia dengan cepat berkata untuk menyembunyikan perasaan senangnya.

“Itu bukan sekedar ungkapan.”

Dia berkata pada Keima, yang sekarang menganggukkan kepalanya.

“Aku tahu.”

“Kamu tidak terkejut? Onee-chan ku yang terlihat sangat ‘biasa’, mudah didekati, tidak memiliki karakteristik yang spesial dan terlihat sangat sopan membenci manusia, tahu?”

“Kenapa?”

Keima dengan cara yang sama balik bertanya.

“Apakah ada sesuatu yang mengejutkan kalau dia hanya membenci manusia? Dan,”

Dia menunjukkan ekspresi serba tahu saat dia menambahkan,

“Aku berpikir apakah alasan semacam ini...atau mungkin, alasan semacam ini. ‘Biasa’ cuma topeng Yoshino Asami, benar kan? Untuk kemudahan hidupnya.”

“Aha.”

Yoshino Ikumi tertawa kecil.

“Tidak heran onee-chan sangat menghawatirkanmu, Katsuragi-kun?”

“...”

Keima mendesaknya untuk meneruskan dengan matanya. Yoshino Ikumi juga menganggukkan kepalanya. Di sisi lain, Elsie satu-satunya yang bingung.

Gadis ini tidak mengerti lebih dari separuh kata-kata mereka.

Akan tetapi, Yoshino Ikumi dan Keima meneruskan percakapan mereka dan mengesampingkan Elsie.

“Sejak kami kecil.”

Yoshino Ikumi mulai berkata.

“Sejak kami kecil, kami sering dibilang ‘kalian berdua tidak benar-benar mirip satu sama lain’. Ah, tentu saja kita tidak membicarakan soal penampilan kami. Soal itu, kami kadang merasa kalau kami berhadapan dengan cermin. Aku merasa kembar lebih mirip satu sama lain.”

Keima menganggukkan kepalanya.

Yoshino Ikumi tersenyum kecil dan berkata dengan ekspresi rumit.

“Tapi.”

Dia berkata dengan ekspresi sedih.

“Dia benar-benar berbeda di dalam.”

“...”

“Katsuragi-kun, bagaimana denganku?”

Yoshino Ikumi cepat-cepat menoleh untuk menatap Keima.

‘Aku rasa kau bisa mengatakannya dari waktu kau bersamaku, tapi aku menyukai manusia! Aku suka bersama manusia! Aku punya banyak teman, aku suka sekolah, dan aku benar-benar senang berbicara dengan Katsuragi-kun sekarang. Tapi,”

Dia mendesah,

“Onee-chan kebalikannya.”

Keima tetap diam. Yoshino Ikumi meneruskan,

“Tapi Onee-chan, dia sepenuhnya kebalikan dariku. Dia membenci manusia, membenci perkumpulan, benci bersama orang-orang, dan sekolah dengan banyak orang adalah hal-hal yang membuatnya murung. Berinteraksi dengan orang-orang dan berkumpul bersama mereka akan membuatnya merasa menderita.

Keima berpikir.

(Di ruangan karaoke...di taman, di tempat bowling...jadi itu alasannya merasa tidak nyaman.)

Yoshino Ikumi berkata,

“Bagi Onee-chan, dia bilang kalau dia sangat suka membaca buku sendirian, bermain game, menonton film. Itu impiannya.”

Yoshino Ikumi meringis.

“Saat kami kecil, kami berdua punya impian. Mimpiku adalah untuk menjadi guru TK. Tebak apa impian onee-chan? Bersembunyi di sebuah biara jauh di tengah hutan, dan itu saat kami masih di SD, mengerti? Murid macam apa ini?! Banyak orang pasti berfikir begitu”

Keima tidak mengatakan apapun.

Yoshino Ikumi menggelengkan kepalanya.

“Tapi,”

Dia menambahkan dengan ekspresi muram.

“Masalah terbesarnya adalah.”

Dia berhenti lalu bergumam,

“Onee-chan paling benci dengan bagian dirinya ini.”


Alis Keima tidak berubah sama sekali.

Karena hal ini sesuai dengan apa yang dia perkirakan.

Kalau tidak, Yoshino Asami tidak akan memakai topeng itu untuk terus hidup.


“Onee-chan, dia.”

Yoshino Ikumi melanjutkan,

“Dia bilang kalau dia selalu iri padaku, melihatku bisa berhubungan baik dengan orang lain, iri karena aku bisa tertawa bersama dengan orang-orang lain. Itu yang dia katakan. Kami berdua bersaudara. Apa karena kami berdua kembar? Tidak, bukan karena hal itu. Onee-chan sendiri memiliki pengecualian saat membenci orang lain. Anggota keluarga pada dasarnya baik-baik saja, jadi saat dia di rumah, onee-chan sering...nn, selalu berbicara denganku, dan kemudian.”

Dia tersenyum.

“Untuk pertama kalinya, benar-benar yang pertama. Onee-chan mulai membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekolah. Lebih tepatnya...”

Dia terdiam sesaat untuk melihat ekspresi Keima.

Akan tetapi,

“...”

Ekspresi Keima tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Yoshino Ikumi lalu tersenyum jahil seolah ingin menghancurkan ekspresi ‘poker face’ Keima, dan berkata,

“Dia mulai mengatakan padaku semua hal tentang seorang pria bernama Katsuragi Keima.”

“...”

Namun, sesuai dugaan,

Keima masih tetap terdiam.


Ini juga sesuai perkiraan.


“Dan kemudian?”

Keima menyuruhnya untuk melanjutkan. Yoshino Ikumi terlihat sedikit bosan saat dia berkata,

“Kamu tidak kaget? Onee-chan hanya membicarakan hal-hal tentangmu, Katsuragi-kun, entah apakah itu ‘hal-hal yang terjadi pada Katsuragi-kun hari ini’ atau ‘dia membuat marah guru hari ini’ dan akan terus bercerita! Matanya bersinar! Bukankah ini cinta atau sesuatu! Onee-chan benar-benar gadis biasa!”

(Apa benar begitu?)

Sebuah tanda tanya muncul di pikiran Keima.

(Ini bukan cinta atau hal lain. Pasti, setidaknya untuk sekarang.)

Akan tetapi, dia tidak mengatakn hal ini pada Ikumi dan hanya bertanya.

“Jadi.”

Dia menatap matanya dan berkata,

“Jadi untuk mengecek sikapku, kamu menyamar menjadi Yoshino Asami, kakakmu sendiri?”

“Yup~!”

Yoshino Ikumi menganggukkan kepalanya dengan berat.

“Aku benar-benar terkejut saat pertama kali bertemu denganmu! Pada saat itu, aku tahu Katsuragi-kun ada di dekat rumah kami. Aku terkejut saat onee-chan terlihat senang saat dia berkata ‘Aku berjalan pulang dengan Katsuragi-kun!’. Itu karena kamu benar-benar ada di sana, Katsuragi-kun, dan hal yang lebih penting, penampilanmu benar-benar seperti apa yang onee-chan ceritakan padaku! ‘Wajah yang cantik dan terlihat seperti anak orang kaya hikikomori[22]’ atau hal semacam itu.”

“...”

“Sebelumnya, aku mendengar dari onee-chan ‘otamegane, dia dipanggil otamegane’, jadi kupikir kalau deskripsi onee-chan tentang penampilan Katsuragi-kun adalah gambaran yang dibuat oleh gadis yang sedang jatuh cinta, jadi aku sedikit meragukannya. Tapi aku sangat terkejut saat aku bertemu denganmu. Kau benar-benar terlihat seperti anak orang kaya.”

Yoshino Ikumi cekikikan.

Keima sendiri berkeringat dingin.

Haruskah dia senang akan hal ini pada saat ini...

“Ahaha, ini sedikit telat, tapi aku minta maaf padamu Katsuragi-kun. Walau bagaimanapun aku sudah membohongimu.”

Yoshino Ikumi menundukkan kepalanya.

Sebagai catatan tambahan, saat ini, Elsie sedang...tertidur.

Kukaa~dia tidur sambil bergumam dengan suara yang cukup keras. Sepertinya dia secara logika menyerah untuk memahami topik itu karena sangat rumit. Keima melirik ke arahnya dan mendesah.

“Tidak apa-apa. Ini menunjukkan kalau kamu mengkhawatirkan saudarimu. Jadi kakakmu tidak cukup baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, dan kalau kamu memahamiku dengan baik, sangat jelas kalau tidak cocok baginya untuk langsung memulai hubungan denganku. Jadi kamu ingin mencoba apakah aku cocok dengannya atau tidak.”

“Sejujurnya.”

Yoshino Ikumi menggaruk kepalanya dengan kikuk.

“Sejujurnya, aku juga sedikit penasaran. Aku sangat penasaran seperti apa Katsuragi Keima yang selalu onee-chan bicarakan.”

“...Itulah kenapa kau tidak menyamar menjadi seperti kakakmu sepenuhnya.”

“Ya.”

Yoshino Ikumi mengakui.

“Karena, jika mungkin, aku ingin melihat bagaimana kau akan bereaksi terhadap kakakku dengan topeng yang berbeda, ‘aku’ yang berbeda...bagaimana kamu akan merespon pada onee-chan di dalam dan di luar sekolah. Yah, ini bisa jadi kesimpulannya.”

Keima tersenyum,

“Memang benar aku kesulitan.”

“Benarkah?”

“Karena berbagai skenario saling menumpuk satu sama lain.”

“Hei.”

Yoshino Ikumi menaikan pandangannya ddan menatap Katsuragi Keima.

“Aku mungkin saja memberitahukan yang sebenarya lebih awal, tapi aku tidak melakukannya. Aku menundanya untuk sejenak...yah, sebenarnya aku ingin mengatakan padamu tentang hal ini...kamu tahu kenapa?”

Keima tersenyum masam dan berkata,

“Karena kau melihat Amami Tooru...gadis yang terlihat seperti malaikat itu kan?”

“Ya tepat! Pada saat itu, aku berfikir meskipun anak laki-laki ini dipanggil otaku, otamegane, apa dia benar-benar perayu? Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa menarik onee-chan, tapi apa kamu cuma bermain-main dengan onee-chan atau semacam itu.”

“...Kamu salah.”

Keima menyatakan dengan datar.

“Aku,”

Dia mengatakannya dengan sanai,

“Aku tidak populer dengan gadis-gadis sama sekali. Pada dasarnya, itu yang sebenarnya.”

“...”

Saat ini, Yoshino Ikumi yang berkeringat dingin.

Saat ini, giliran Keima bertanya.

“Kau barusan bilang kalau Yoshino Asami, kakakmu, mulai membicarakanku sejak hari pertama. Itu sepertinya terjadi sudah cukup lama, benar kan?”

Yoshino Ikumi menganggukkan kepalanya.

“Aku rasa saat itu sekitar saat dia di kelas yang sama dengan Katsuragi-kun.”

“Aku mengerti. Ini cuma perkiraanku, tapi apakah ada perubahan besar pada Yoshino Asami selama beberapa hari setelah dia bertemu denganku? Contohnya, apakah dia mengatakan hal-hal tentang membenci diri sendiri, terutama mengenai hubungan antar manusia?”

Yoshino ikumi terbelalak mendengarnya.

“Bagaimana.”

Bagaimanapun, suaranya bergetar karena kekaguman.

“Bagaimana kamu tahu?”

“Sesuai dugaan.”

Keima mendesah.

“…”

Yoshino Ikumi terus menatap Keima dalam diam selama beberapa saat, dan kemudian mendesah seperti Keima, menatap ke depan dan berkata,

“Ya, memang seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana kau tahu mengenai hal ini, Katsuragi-kun, tapi benar seperti apa yang katakan. Onee-chan sejak dulu memang sudah iri padaku, tapi sepertinya rasa iri itu bertambah kuat. ‘Bahkan kamu, Ikumi…aku rasa aku juga ingin menjadi gadis yang bisa berinteraksi denan orang lain’—itu yang dikatakannya. Kami, yah, aku rasa itulah. Dia merasa lebih risih setelah menyukaimu, Katsuragi-kun, aku rasa. Mungkin dia berfikir seperti itu karena ingin menjalin hubungan baik denganmu?”

“…”

Keima tidak menjawab.

Tapi di dalam hatinya,

“Aku mengerti. Dia mulai berubah…sepertinya Yoshino Ikumi benar.”

Dia bergumam jauh di dalam pikirannya.

Dia lalu menjawab dengan sebuah pertanyaan.

“Tapi kakakmu selalu ingin memperbaiki dirinya sendiri. Itulah kenapa dia bergabung dengan klub upacara minum teh yang membutuhkan interaksi satu lawan satu dengan orang lain, sesuatu yang dia paling tidak bisa, benar kan?”

“Ha, haha.”

Yoshino Ikumi tertawa kaku.

“Itu benar, sepenuhnya benar. Onee-chan bergabung dengan klub upacara minum teh karena hal ini. Onee-chan merasa khawatir tentang kepribadiannya dan ingin memperbaikinya, memperbaiki bagaimana dia membenci manusia. Karena itu, dia mencoba mengikuti perkumpulan, dan bahkan berusaha keras mengikuti aktifitas klub.”

“…”

“Hei!”

Yoshino Ikumi menggenggam tangan Keima.

“Kumohon! Bagaimana kita bisa mengobatinya? Apa yang harus kita lakukan untuk membuat Onee-chan lebih bisa bersosialisasi?”

Matanya penuh dengan kepercayaan pada pemahaman super Keima.

“Kalau Katsuragi-kun! Kalau itu kamu, Katsuragi-kun, kamu tahu, benar kan? Apa yang harus kita lakukan?”

“…”

Keima tidak merespon saat dia mengajukan pertanyaan lain yang sedikit melenceng dari topik. Itu bukanlah sebuah pertanyaan yang berhubungan langsung dengan penaklukan, hanya sesuatu yang ingin diketahui oleh pria bernama Katsuragi Keima itu sendiri, sesuatau yang ingin dia mengerti mengenai Yoshino Asami.

“Bagaimana sikap kakakmu saat dia tidak mengenakan topeng? Bagaimana sikapnya di rumah?”

“Bagaimana sikapnya di rumah?”

Yoshino Ikumi berkata dengan sedikit keraguan,

“Ah, tidak, kau sudah membicarakan mengenai topeng sampai sekarang, Katsuragi-kun. Tapi one-chan idak akan benar-benar berubah sikap dengan segera, dan dia akan bersikap lembut dan ramah dengan orang lain seperti sikapnya pada kami. Dia juga mendengarkan komplainku. Aku merasa kalau dia bahkan lebih lembut karena dia tidak bias berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Itu hanya…one-chan tidak akan pernah menunjukkan bebannya pada orang lain, selalu. Sepertinya dia akan merasa terlukai membiarkan orang lain tahu sisi lemahnya. Karena itu, dia selalu mencoba menjadi gadis yang baik. Aku tadi bilang kalau onee-chan mau mendengarkan keluhanku, tapi itulah bedanya. Onee-chan, dia,”

Yoshino Ikumi berhenti sejenak,

“Sebenarnya, dia benar-benar gadis yang baik, yang berusaha mengalahkan kelemahannya.”

Dia menyimpulkan.

Keima terdiam untuk beberapa saat.

“...Benarkah begitu.”

Dan dia hanya menjawab seperti itu sambil mengusap dagunya. Elsie menggosok matanya dan bangun dengan sikap kebingungan. Keima melirik sekilas ke arah Elsie lalu berkata,

“Aku mengerti. Aku akan menemukan jalan keluarnya. Ini bisa dilakukan.”

Mata Yoshino Ikumi berbinar-binar mendengarnya.

“Bena, benarkah?”

Pada saat ini, Keima menjawab dengan ekspresi tegang dan berkata,

“Tapi bantuanmu akan dibutuhkan. Kau akan menolongku kan, Yoshino Ikumi?”

Untuk ini,

“Tentu saja!”

Yoshino Ikumi mengangkat tangannya setuju.

Dan Elsie,

Berdiri di sana dengan tatapan kosong.


Pada hari itu,

Yoshino Asami diajak adiknya Ikumi, yang baru pulang ke rumah.

“Teman-temanku dan aku akan pergi ke Dean Land besok. Apa kau ingin ikut, onee-chan?”

Tentu saja, Yoshino Asami tidak benar-benar tertarik. Akan tetapi, adiknya berkata,

“Yah, aku rasa itu akan menjadi latihan yang bagus untukmu supaya bisa berinteraksi dengan orang lain dengan baik, onee-chan.”

Juga, dia menambahkan ‘dan juga’, yang mengejutkan Yoshino Asami.

“Katsuragi-kun juga ikut, Katsuragi Keima-kun yang biasa onee-chan bicarakan.”

Tentu saja,

“Eh?”

Yoshino Asami mau tidak mau bertanya saat wajahnya penuh dengan,

(Kenapa???)

Pertanyaan semacam itu. Yoshino Ikumi menjawab,

“Kebetulan, temannya temanku adalah Katsuragi-kun!”

Saat mendengar hal itu,

“Aku ikut.”

Yoshino Asami menjawab seolah itu adalah insting.

Adiknya, Yoshino Ikumi mengangguk dengan sikap puas.


Hari berikutnya adalah hari yang terang dan cerah.

Jantung Yoshino Asami berdetak kencang saat dia mencapai pintu masuk Dean Land. Di sana, ada patung perunggu pendiri Dean Land, Ikegoma Gakkan. Ini adalah tempat berkumpul mereka.

Untuk suatu alasan, adiknya, Ikumi,

“Aku ada urusan, jadi kau berangkat duluan, okay?”

Dan sesudah mengatakan hal itu, dia tersenyum dan meninggalkan rumah.

Yoshino Asami berfikir,

(Karena kita tinggal serumah, bukankah seharusnya kita berangkat bersama...atau lebih tepatnya, meskipun aku tidak tahu apa urusan yang kau bicarakan, aku masih bisa menemanimu.)

Meskipun begitu,

“Ahahaha, kau harus bersenang-senang hari ini, benar-benar bersenang-senang, onee-chan~”

Melihat adiknya tersenyum cerah seperti itu, dia tidak bisa berkata apa-apa.

Menghadapi adiknya yang memiliki kepribadian yang benar-benar berbeda dengannya, Yoshino Asami selalu merasakan kalau ada sesuatu yang dia tidak bisa lakukan.

Dia sangat percaya pada adik kembarnya, Yoshino Ikumi.

Dia sudah mencapai masa remaja, dan dia tidak bisa bermanja-manja dengan kedua orang tuanya seperti saat dia masih kecil (mesikpun ini alasannya, tidak benar-benar ada masalah keluarga, hanya sedikit perasaan terisolasi, terutama pada ayahnya). Adiknya pada dasarnya adalah satu-satunya orang yang bisa dia ajak bicara.

Meskipun dia juga punya masalahnya sendiri atau membicarakan tentang sekolah, setiap kali adiknya mengeluh tentang masalah anak muda seperti ‘belajar untuk ujian sangat sulit~’ atau ‘ada seorang cowok cakep di kelas...’ (Meskipun mereka terlihat sama secara fisik, dalam hal ini, Yoshino Asami lebih lama mekar, jadi dia sedikit menahan diri di depan laki-laki, sering merasa sangat malu) dia mendengarkan dengan penuh perhatian.

Meskipun meninggalkan faktor ini, saudara kembar itu berhubungan baik satu sama lain.

Tapi meskipun dialah sang kakak, pengambilan keputusan di antara keduannya selalu berakhir pada sang adik, entah mengenai sekolah ataupun mengenai Katsuragi Keima.

“Onee-chan, ceritakan lagi!”

Ikumi akan selalu mendesaknya untuk bicara. Dia tahu adiknya menghawatirkannya.

Khawatir kalau dia masih memiliki permasalahan di dalam dirinya.

Adiknya selalu merasa khawatir.

‘Kau membenci manusia.’ Itulah bagaimana adiknya menggambarkan Asami, tapi bagi Asami, hal itu sedikit berbeda.

Dia hanya tidak cakap dengan manusia.

Asami tidak benar-benar baik dalam hal mebuat hubungan dengan orang lain di permukaan.

Karena itu, kalau ada keharusan untuk mengatakan kalau dia ‘benci’.

Mungkin lebih tepatnya dia membenci,

‘Berkomunikasi dengan orang lain.’

Dia membencinya...

Tidak, bukan.

Lebih tepatnya.

‘Dia membenci ‘dirinya sendiri’ karena tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.’

Pada kenyataannya, dia tidak benar-benar membenci ‘manusia’, atau lebih tepatnya, kebalikannya. Asami suka membaca buku, dan dia pada dasarnya membaca buku-buku yang dinilai tinggi, biografi, dan tentu saja, light novel juga. Akan tetapi, dia terpikat oleh karakter-karakter yang muncul di buku karena dia menyukai keberadaan bernama ‘manusia’. Karena dia tidak bisa bergabung, Yosino Asami mengukai interaksi orang-orang.

Pada contohnya,

“Onee-chan, di kelasku, seorang teman sekelas yang dekat denganku menyukai seorang cowok di kelas lain, tapi dia.”

Dia suka medengarkan adiknya Ikumi membicarakan hal yang tidak perlu ini. Sejujurnya, apa yang mengejutkan Ikumi adalah karena Asami sangat jelas mengenai hubungannya dengan teman-temannya, dan juga, dia mengerti kepribadian teman sekelasnya, pendirian, sejarah, dan lain-lain.

Hal itu bukan karena dia tidak tertarik pada manusia. Dia sangat tertarik pada mereka. Akan tetapi,

Sekali dia terlibat, dia tidak bisa menahannya.

Yoshino Asami sangat menyukai orang-orang yang bahagia.

Ikumi bisa mendeskripsikan hal-hal dengan senang karena dia selalu bisa membuat hubungan dengan siapapun di sekitarnya, dan dia suka memperhatikan teman sekelas yang berhubungan baik dari jauh.

Akan tetapi,

Dia sendiri.

Tidak bisa melakukan hal itu. Setiap kali dia terlibat, dia merasa seolah akan hancur. Bagaimana ya cara menjelaskannnya? Hal itu seperti keseimbangan yang harmonis akan hancur begitu memasuki ‘dirinya’. Dia tidak akan tahu bagaimana dia harus bereaksi, dan akan merasa tidak nyaman, dan kemudian tubuhnya akan merasa tidak nyaman. Karena itu, pikiran manusia seperti ‘onee-chan membenci manusia’ sebagai hasilnya.

Juga,

Dia sangat merasa frustasi dengan dirinya sendiri karena memiliki keras seperti itu.

Dia heran kapan saat dia tidak bisa berhubungan baik dengan orang-orang.

Itu bukan karena tidak adanya kesempatan.

Sebelum dia menyadarinya, dia menemukan adiknya bersinar, dan kemudian iri padanya, dan kemudian merasa tidak senang akan hal itu—itu adalah saat dia masih kecil.

Dia menulis kalau dia ‘ingin menjadi petapa di gunung’ adalah imiannya, dan wali kelasnya sangat mengkhawatirkannya dan memberitahukan orang tuannya, yang kemudian sangat marah padannya.

Akan tetapi,

Ini adalah pemikirannya yang sebenarnya. Ini bukan karena siapapun tidak baik padanya, tapi karena dia tidak bisa melakukannya.

Setelah mereka mencapai remaja, perbedaan kepribadian di antaraa dia dan adiknya menjadi lebih jelas, dan Asami mencoba sebaik mungkin memperbaiki kepribadiannya...

Meskipun dia merasa gelisah akan hal itu, tapi ini adalah alasan utama kenapa dia setuju untuk pergi ke Dean Land. Asami masih merasa ketakutan akan hubungan manusia, tapi dia sering mengikuti kegiatan kelas atau acara sosial, dan dia memilih klub upacara minum teh karena dia berharap bisa menggunakan komunikasi satu lawan satu untuk meningkatkan kemampuan interaksinya.

Tapi pada kenyataanya.

Sebagian dari situasi itu tidak bekerja. Dia tidak bisa terseyum terlalu banyak saat dia bermain dengan orang lain (dia tidak merasa ingin tersenyum), dia khawatir apakah dia menjengkelkan mereka, apakah dia membuat mereka tidak senang, merasa sangat gelisah sampai dia merasa tidak nyaman. Lalu, dia akan menjadi lebih waspada akan orng-orang di sekitarnya dan akan semakin merasa malu. Dia akan selalu dengan tidak hati-hati membandingkan dirinya dengan adiknya.

“Kenapa aku selalu seperti ini?”

Dan akan merasa kesusahan karena hal itu.

Tapi sejujurnya, dia memiliki sedikit harapan bersama dengan kegelisahan ini.

Itu adalah...

“Un...di sini?”

Sesudah dia turun dari bis dan berjalan di jalan yang berangsur-angsur menurun, dia menatap ke sekeliling dan menemukan lokasi pertemuan. Di sana ada sebuah patung perunggu pria dengan ekspresi tegang di samping pintu masuk, dan 2 orang sudah berdiri di sana.

Arre?

Ikumi dan Katsuragi-kun belum ada di sini?

Memikirkan hal ini, dia ingin berbalik ke arah yang berbeda untuk mencarinya, dan menemukannya di sana.

“Ah!”

Jantungnya berdetak kencang menatap Katsuragi Keima berdiri di sana sendirian.

Akan tetapi,

Dia masih memainkan gamenya. Asami bingung apakah dia harus berbicara dengannya. Sesudah ragu-ragu selama beberapa saat.

“Ha, halo, Katsuragi-kun.”

Dia mengumpulkan keberaniannya untuk mengucapkan kata-kata itu.

“HA!”

Katsuragi Keima tiba-tiba membentangkan tangannya lebar-lebar dan menjejakkan kaki kanannya seolah menggunakan game ditangannya untuk menangkap sesuatu yang jatuh dari langit.

Yoshio Asami kaget dan mundur kebelakang.

“Hm?”

Mata Keima kembali ke layar.

“Okay, sukses...selamat pagi.”

Dia berkata.

Yoshino Asami mendesah lega.

“Ah, u, un, selamat pagi.”

Dia kembali tenang dan menggunakan topengnya yang ‘biasa’. Ini adalah satu-satunya keahlian interaksi yang dimiliki Yoshino Asami.

Yoshino Asami, yang tidak bisa berhubungan baik dengan orang lain, satu-satu caranya bisa bergabung dengan kerumunan.

Kepribadian yang rendah hati.

Rata-rata.

Normal.

Tidak membuat orang-orang tidak senang atau menjadi terlalu diperhatikan. Itulah,

Cara Yoshino Asami.

“Kau sangat awal.”

Dia berkata dengan nada tenang sambil mencari cara memulai percakapan.

“Adikmu...Elsie-san, dia tidak datang?”

Sepertinya itu bukan pertanyaan yang sulit, dan logikanya, dia merasa kalau Keima akan menjawabnya,

“Ya, aku suka roti, tapi aku akan makan apapun yang kau buat untukku.”

“?”

Yoshino Asami kebingungan.

“Eh?”

Dia mau tidak mau bertanya.

“Jadi kau tidak harus menurunkan nilai masakanmu.”

“Ha?”

“Ha?”

Tidak mampu membuat percakapan, Keima lalu berkata pada gamenya,

“AKU, BILANG, PADAMU, AKU, SUKA, ROTI!”

“...”

Yoshino Asami kehilangan kata-kata.

“Y, ya, Katsuragi-kun?”

Saat dia menanyakan pertanyaan ini, Keima berkata,

“AKU SUKA ROTI!”

Tidak peduli bagaimanapun dia melihatnya, hanya ada seseorang aneh yang berbahaya. Yoshino Asami akhirnya menyadari kalau Katsuragi Keima berbicara dengan karakter di dalam game.

Buktinya adalah,

“Un...NO! AKU TIDAK MEMBICARAKAN WARNA CELANA DALAM YANG AKU SUKAI, BENAR!”

Dia mengerutkan dahinya.

“Un...bagus juga men-download event sarapan pagi ini, tapi alat pengenalan suaranya masih tidak bisa bekerja. Ini akan burk untuk penaklukan. Harus membuat pembuatnya memperbaiki hal ini. Hm?”

Pada saat ini, Keima akhirnya menyadari kalau Yoshino Asami menatap ke arahnya dengan ekspresi kosong. Sesudah menatap ke arahnya, hal pertama yang Keima katakan adalah,

Hey, kau di sini?”

Yoshino Asami terkejut...


Katsuragi Keima.

Apakah dia benar-benar jatuh cinta padanya?

Bagi adiknya, memang begitu,

“Ya~itu adalah cinta! Kau pasti memikirkan tentang Katsuragi Keima saat ini, onee-chan!”

Dan itulah apa yang dia katakan.

Saat dia melaporkan hal-hal yang terjadi seharian di sekolah pada adiknya, anak laki-laki misterius bernama Katsuragi Keima ini terus muncul semakin sering, dan adiknya menunjuk akan hal itu.

Saat mendengarnya.

Dia kurang lebih jujur pada dirinya sendiri.

Itu kenyataan kalau dia memerah, dan jantungnya berdetak lebih cepat. Adiknya dengan senang berkata,

“Hey~ sesuai dugaanku!”

Dia bertepuk tangan.

“Tidak, bukan itu!”

Yoshino Asami menggelengkan kepalanya dan menggoyangkan tangannya. Dia berfikir kalau dia tidak mungkin mempunyai perasaan ini.

Biasanya, saat dia membicarakan Keima, dia hanya akan sedikit lebih malu dari biasanya.

Akan tetapi,

Menghiraukan hal yang tidak rasional ini, hal ini seperti apa yang adiknya katakan, Hatinya memang bergetar, Apa ini—jatuh cinta?

Pada awalnya, dia sering memikirkan anak laki-laki bernama Katsuragi Keima ini. Saat pelajaran, istirahat makan siang, di dalam kelas.

Bahkan saat mereka berpapasan di koridor.

Sebelum dia menyadarinya, dia terkejut menemukan matanya selalu mengikuti Keima. Sejujurnya, akhir-akhir ini, dia pulang bersama dengan Keima, dan bahkan meskipun kelihatannya tidak ada hal yang terjadi, jantungnya berdetak lebih keras.

Cinta...

Tidak ada yang tahu apakah itu benar-benar cinta atau tidak, dan sejujurnya, dia tidak benar-benar mengerti hal bernama cinta ini.

Hanya ada satu hal. Hanya ada satu hal yang dia yakini.

Dan itu adalah,

Dia sangat memikirkan Katsuragi Keima, anak laki-laki ini.

Dia tidak bisa menyangkal kalau dia memiliki perasaan padanya.

Dia tidak tahu alasannya.

Karena itu, dia mengecek pemikirannya ini yang tidak benar-benar bisa dia mengerti. Meskipun hanya sedikit, kalau dia berbicara lebih banyak dengan Katsuragi Keima, mungkin dia dapat mengatur pemikirannya yang berantakan yang tidak bisa dia singkirkan. Akan tetapi...

Dia hanya merasa tidak nyaman bertemu dengannya.

Apa yang membuatnya semakin terganggu adalah—hal berikutnya yang Keima katakan,

“Baiklah, ayo kita masuk, bisakah kita?”

Dan hanya seperti itu, dia membawa Yoshino Asami ke Dean Land. Asami panik.

“Eh? I, ini?”

Tepat di depan Keima, topeng ‘biasa’ yang selalu bisa dia kenakan dengan sukses terkelupas.

“Tunggu! Di mana adikku? Dan yang lain?”

“Hm?”

Keima berhenti.

“Apa? Apa kau tidak tahu? Adikmu dan Elsie akan ada di sini satu jam lagi, dan sisanya sepertinya akan ada di sini sesudahnya. Hanya ada kita berdua sejak awal.”

Saat mendengar hal ini,

Yoshino Asami terpaku selama beberapa saat.

“EEEEEEEEHHHHH!!!?”

Dan mau tidak mau berteriak karena hal itu benar-benar di luar dugaannya.


Lalu, dengan segera Keima memasuki Dean Land, dan Yoshino Asami terlihat bingung saat mengikutinya ke dalam.

Keima melihat ke arah kerumunan orang-orang yang masuk dan berkata tanpa ragu.

“...Aku tidak ingin berganti pakaian. Bagaimana denganmu?

Ini adalah fasilitas yang hanya mengijinkan akses setelah berganti pakaian dengan cosplay.”

Yoshino Asami berkedip dan mukanya memerah.

Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, mau cosplay apa.

Tidak apa-apa kalau dia bersama dengan adiknya, tapi akan sangat memalukan melakukannya hanya dengan Katsuragi-kun!

“Tidak, tidak!”

Dia mau tidak mau mengatakannya, dan kemudian menyadari sesuatu saat dia menutup mulutnya. Akan tetapi, mood Keima sepertinya tidak terpengaruh.

“Tentu saja. Ya ampun, aku tidak tahu apa orang-orang yang suka cosplay pikirkan. Tidak mungkin3-D mengalahkan 2-D.”

Dia bergumam pada dirinya sendiri, dan pemikiran Yoshino Asami memikirkan bernbagai macam hal.

(Er? Ap, apa kita akan berdua sendirian? Ap, apa yang harus aku aku lakukan? Aku tidak bisa karaoke, aku tidak bisa bermain game, aku, aku tidak bisa bertahan!)

Asami terganggu akan hal ini dan mulai panik lagi. Tapi segera, semua pemikiran ini sia-sia. Ekspresi Keima tiba-tiba,

“...”

Berubah serius.

“?”

Yoshino Asami bereaksi ke arah tatapan Keima.

Di sana,

“Bishoujo game~Minggu peningkatan seragam~”

Ada sebuah poster terpampang. Keima menatap sekeliling dengan ekspresi yang lebih serius, dan Yoshino Asami juga melihat ke sekiling.

Jadi seperti itu.

Dia tidak yakin, tapi memang ada gadis-gadis mengenakan seragam menarik di sekitar.

Mungkin seragam ini adalah yang dikenakan gadis-gadis dalam game?

Pada saat ini,

“Apa itu seragam Akademi Izumi di ‘Poninyan’? Tapi warna selendangnya tidak benar...dan apa itu!? Seragam Akademi Grand Sand dari ‘The Time Without You’ dan Seragam SMA Furuhara dari ‘The Smiling Summer Vacation’ tercampur baur!”

Sepertinya Katsuragi Keima benar-benar tidak bisa membiarkan kesalahan kecil pada seragam-seragam itu.

“Lencana seragam itu terbalik! Aku bilang di sana ada burung dengan sebuah pohon di lencana Ohno bird patch itu! Atau flag terakhir akan tidak berarti!?”

Sejujurnya, Yoshino Asami tidak mengerti apa yang Keima katakan, tapi...

“Benar-benar tidak bisa dipercaya!”

Dia dapat megerti sepenuhnya kenapa Keima marah. Lalu, dia menjawab pernyataan ‘hey kau, apa kau punya hak bicara seperti itu’ dengan tindakan.

Sepenuhnya menghiraukan keberadaan Yoshino Asami, yang menemaninya, dia mendatangi bagian penerimaan dan berteriak,

“Hal yang kau sebut seragam ini punya banyak masalah!”

Dia komplain pada para pekerja Dean Land, dan kemudian berkata dengan teliti,

“Lalu, lepas syal-nya ini, dan itu saja. Di sini seharunya ada benang perak yang digunakan untuk membuat pakaian pangeran, benar-kan? Itu akan terlihat seperti seragam murid Akademi Neville.”

Dia terus menunjuk hal-hal yang perlu diperbaiki. Pada awalnya, para pekerja semua meragukannya, tapi karena apa yang Keima katakan jelas dan akan membuat perubaan besar dengan sedikit perbaikan, apa yang terjadi adalah bukan hanya gadis penjaga yang mendengarkan, tapi juga supervisor, sampai,

“Itu, itu sangat hebat! Kumohon jadilah penasehat kostum kami!”

Dia menggenggam tangan Keima dengan sikap tersentuh dan mencoba membujuknya. Sedangkan Keima,

“Kalau aku bisa melakukan hal itu untuk kostum yang berhubungan dengan gal-game.”

Dia dengan siap menerima.

Cuma seperti itu, satu jam berlalu.

Sampai saat waktu Yoshino Ikumi dan Elsie tiba.


Pada awalnya, Yoshino Ikumi mendengar tentang apa yang terjadi dan berteriak.

“Eh~? Tidak mungkin! Kalian berdua tidak pergi bermain!?”

Untuk hal ini, Yoshino Asmi cuma bisa setuju. Elsie satu-satunya yang terlihat merasa bersalah dan menunjukkan ekspresi sedih dan menatap Keima yang memukul meja di counter dan mengatakan berbagai hal.

(Itu benar-benar seperti apa yang kami-sama akan lakukan.)

Keadaan itu enah kenapa terasa sedikit segan.


Dengan demikian, Keima dan YoshinoAsami bergabung dengan Yoshino Ikumi dan Elsie, dan bahkan Keima tidak ingin berdiri di depan counter dan membicarakan tentang pakaian gal-game. “Benar-benar”, dia memberikan ekpresi semacam itu sebelum mengikuti Yoshino bersaudara dan Elsie.


Satu-satunya yang merasa bersemangat adalah Yoshino Ikumi, seolah dia ingin membuat kakaknya lebih dekat dengan Katsuragi Keima karena dia terlihat tidak bisa mendekati Keima,

“Di sini! Kita pergi ke sini!”

Dia keras-keras berkata sambil menunjuk pokok penualan tingkat 7 Dean Land, ‘masuki rumah hantu dengan pakaian renang’. Yoshino Asami memerah, Elsie terkejut, dan Keima cuma menunjukkan ekspresi kosong.

Fasilitas macam apa ini?

Itu adalah apa yang ekspresinya perdebatkan.

Jangankan cosplay dan berjalan di dalam fasilitas atau jet coaster di luar, designer Dean Land membuatnya terlalu jauh. Juga ‘memakai pakaian renang dan memasuki rumah berhantu’ ini ide yang cukup briliant.

Peserta harus berganti pakaian dengan pakaian reang di pintu masuk (baik versi pria maupun wanita tersedia untuk di pinjamkan), dan mereka akan memasuki sebuah bangunan dengan air setinggi lutut.

Ini di desain sebagai ‘komplek bawah air’.

Menurut pemahamannya, ini adalah rumah berhantu digabungkan dengan kolam renang. Peserta harus mengarungi komplek yang dipenuhi air.

‘Air mengalir setinggi lutut’ adalah pokoknya.

Sebagai contonya, mereka akan menyadari air yang jernih sampai suatu tempat berubah ,emjadi merah darah, atau seseorang memegang pergelangan kaki mereka dari dalam air.

Apakah itu naik atau pun turunnya suhu, orang-orang pada umumnya akan merasakan benban mental yang cukup besar.

Ada banyak hal yang tidak diketahui yang mengkhawatirkan.

Air yang tidak diketahui.

Itu cukup menakutkan.

Di sisi lain, itu adalah hasil ciptaan yang mengagumkan.

Alasan lainnya adalah mereka harus mengenakan pakaian renang, banyak pasangan tertarik sambil mencari sensasi. Yoshino Asami ragu pada awalnya, tapi membeli tiket masuk karena permintaan yang sedikit memaksa dari Yoshino Ikumi.

Mereka keluar terpisah dari ruang ganti pria dan wanita masing-masing di sisi kanan dan di kiri. Yoshino Asami dan Ikumi mengenakan stiped one-poece type, sementara Elsie mengenakan pakaian renang terpisah dengan handuk melilit tubuhnya.

Hal yang mengagumkan adalah meskipun si kembar mengenakan pakaian renang yang sama dan memiliki wajah yang sama, Yoshino ikumi memberikan kesan riang sementara Yoshino Asami cuma terlihat menyedihkan.

Juga, tubuh Elsie di luar dugaan, bagus.

Bahkan Keima, yang cukup dingin dengan gadis di dunia nyata, sedikit tergerak.

Sesudah itu, Keima, satu-satunya pria, dan 3 gadis lain memasuki rumah berhantu dan mencelupkan kaki mereka ke dalam air hangat saat mereka berjalan ke dalam atraksi labirin. Tempat itu cukup menakutkan, Elsie dan Yoshino Ikumi berjalan di depan, sementara Keima dan Yoshino Asami mengikuti dari belakang.

Setiap kali ada tetesan air dari langit-langit atau muncul zombie menakuti orang-orang, Yoshino Asami akan berteriak ketakutan dan menempel pada Keima.

Hal itu tidak mungkin dilawan.

Dia tidak bermaksud melakukannya, tapi tubuhnya merespon dengan pikirannya sendiri dan bersikap seperti itu. Keima juga sedikit memerah, tapi tidak pernak menolak Yoshino Asami.

Dia akan menjerit pada satu saat dan membuat keributan di waktu yang lain. Empat orang itu akhirnya selesai di satu jenis fasilitas itu, dan Elsie dan Yoshino Ikumi sepertinya sangat menikmatinya.

Setelah menyelesaikan semuannya, mereka berganti lagi ke pakaian mereka masing-masing di ruang ganti. Bahkan sesudah berjalan cukup jauh dari rumah berhantu, jantung Yoshino Asami masih berdetak dengan kencang.

Dan ini,

Sepertinya bukan karena rasa takut.


Mereka makan siang sedikit terlambat di restoran di taman bermain. Pada saat itu, Yoshino Asami merasa seolah melepaskan semuanya saat dia berbicara dan bercanda dengan Keima dan mengkritik Keima dengan Ikumi, dan bahkan Elsie, yang dia belum pernah benar-benar berbicara...meskipun ada beberapa pembatasan, dia masih bisa berbicara dengan normal.


Dia senang.

Jadi dia bisa berbicaradengan orang lain selain adiknya.

Dia sangat terkejut,

Dengan penemuan baru ini.

Dia ingin berterima kasih pada adiknya,

Dan dia ingin berterima kasih pada anak laki-laki bernama Katsuragi Keima ini. Akan tetapi,

“Ah, oh iya! Teman-temanku akan ke sini sore ini~”

Adiknya mengatakan hal itu. Saat mendengarkan kata-kata kasual Yoshino Ikumi, perut Yoshino Asami terasa sedikit sakit. Kebahagiaan yang besar yang dirasakannya tiba-tiba melayu, dan terasa seolah dia tertekan.

Pada saat ini.

Katsuragi Keima dalam diam mengamati Yoshino Asami ini,

Sambil memakan nasi omelettenya dengan sendok,

Dia dengan normal,

Memiliki ekspresi yang terlihat seolah bisa memahami semuanya.


Permintaan Katsuragi Keima sebelumnya pada Yoshino Ikumi sangat sederhana.

“Pertama, buat Yoshino Asami dan aku memperoleh waktu bersama di Dean Land...kira-kira satu jam. Lalu, kemudian kau dan Elsie. Yang terakhir, teman-temanmu akan datang dua jam kemudian. Cari orang-orang yang optimis dan mudah memaafkan yang sangat bisa bersosialisai untuk hal ini.”

Mendengar hal itu, Yoshino Ikumi berkata,

“Aku mengerti! Jadi kita akan membuat onee-chan terbiasa selangkah demi selangkah, ya kan? Pertama, Katsuragi-kun, lalu, kami, dan terakhir, sisanya, Dengan begitu, bahkan onee-chan yang tidak terbiasa dengan perkupulan bisa mengurangi bebannya sedikit~jadi begitu. Sesuai dugaanku dari Katsuragi-kun!”

Dia mengatakannya dalam kekaguman. Elsie juga berkata,

“Un~Seuai dugaan dari kami-sama! Metode ini sangat bagus!”

Dia mengatakannya sambil mengayunkan kedua lengannya. Menanggapi hal ini, Keima hanya,

“...”


Tersenyum sedikit.


Dengan demikian, Yoshino Ikumi mengikuti instruksi dari Keima. Saat waktu sudah menjeang sore, teman-teman Ikumi perlahan-lahan mulai berkumpul di Dean Land satu demi satu.

Kelompok itu menjadi sangat besar dengan tujuh orang bersama.

Keima, Elsie, Yosino bersaudara, anak laki-laki yang tinggi, anak lak-laki yang terlihat ramah, dan seorang gadis dengan senyuman yang sangat imut.

“Oke~ semuanya! Ayo kita bersenang-senang!”

Anak laki-laki yang tinggi dan memiliki sikap pemimpin mengumumkan hal itu.

Si gadis dengan senang berkata,

“Aku selalu ingin datang ke sini untuk bermain!”

“Ah, aku ke sini beberapa kali. Un, aku menyarankan..ah, sebelum itu, mari perkenalkan diri kita masing-masing terlebih dahulu, ok?”

Anak laki-laki yang terlihat ramah sepertinya memikirkan semuanya. Sesudah itu, semuanya memutuskan untuk kembali ke counteruntuk berganti pakaian sebelum bermain.

Yoshino Ikumi sangat bersemangat.

“Hei hei, pakaian apa yang akan kalian pakai hari ini?”

Dia menanyakan hal itu pada teman-temannya sambil terlihat sangat senang.

Sebagai jawaban,

“U~n, ayo pakai sesuatu yang belum bisa kita pakai sebelumnya. Hey? Onii-sama?”

Elsie juga benar-benar dalam mode bermain saat menanyakan hal ini pada Keima. Yoshino Asami terlihat sedikit normal saa dia emengatakan,

“...Katsuragi-kun mungkin akan sangat cocok berdandan sebagai pangeran.”

Dia tersenyum.

“...”

Hanya saja Katsuragi Keima,

“...”

Memainkan PFPnya dalam diam.


Semuanya memesan kostum yang mereka ingin kenakan dari counter dan berganti di ruang ganti. Sesudah berganti, mereka mulai dengan senang menilai pakaian satu sama lain.

Dan kemudian, mereka pergi karaoke.

Mereka semua bernyanyi selama 2 jam, dan berganti pakaian sebelum berpindah ke tempat bowling.

Hal itu sangat menyenangkan.

Mereka membagi menjadi dua kelompok untuk bertanding.

Saat ini, kompetisinya sangat menegangkan. Teman satu tim high touch[23] satu sama lain, dan itu terlihat sangat meriah. Lalu, semuanya minum teh di dalam Dean Land dan bercakap-cakap.

Selain Yoshino Ikumi, yang mengajak semuannya, mereka semua baru bertemu untuk pertama kali. Akan tetapi , semuanya bisa bersama dengan cukup baik, dan baik pria maupun wanita dengan kepribadian yang baik tidak terlihat menunjukkan keasingan. Elsie dan Yoshino Ikumi tertawa dari awal sampai akhir, dan Yoshino Asami juga terlihat cukup ‘normal’ saat dia bergabung bersama.

Dia masih tersenyum.

Sesudah beberapa saat, semuanya memutuskan menuju game center. Si pria membuat lelucon, dan semuanya tertawa. Lalu, semuannya mulai saling melempar lelcon satu sama lain, dan Yoshino Asami tertawa sambil menutupi mulutnya.

Elsie, yang berjalan di paling akhir, diam-diam berbisik dengan suara lemah yang tidak bisa didengar yang lain pada Keima, yang berjalan disampingnya.

“Sesuai dugaan dari teman-teman Yoshino Ikumi! Mereka semua orang yang baik.”

“...”

Keima tetap terdiam.

Elsie berkata dalam kekaguman,

“Aku mengerti! Membuat suasana menyenangkan dan beberapa orang ramah bisa memperbaiki aura ‘membenci manusia’ Yoshino Asami. Lihat lihat, kami-sama! Yoshino Asami bisa berhunungan baik dengan semuannya!”

“...”

Keima menatap tubuh langsing Yoshino Asami. Dia menjawab seseorang, dan terlihat cukup senang.

“Benarkah?”

Dan kemudian, dia kembali menatap PFP nya lagi.

“Aku bisa bertaruh kalau tidak semudah itu. Kekurangan kemampuan berkomunikasi tidak bisa diobati dengan begitu mudah.”

“Eh? Lalu, lalu kenapa?”

Jawaban yang tidak erduga itu membuat Elsie berhenti karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Keima meninggalkannya di belakang.

“...”

Dan tetap tanpa ekspresi.

Tapi cuma untuk sesaat, matanya bersinar.


Dia menunggu.

Sepertinya dia menunggu sesuatu.


Sesudah itu, mereka makan malam, dan semuanya berjalan menuju tingkat ruang dansa. Di sana, satu orang berubah karena suatu alasan.

Orang itu adalah Yoshino Asami.


Yoshino Asami seharusnya bersama Keima, Elsie, dan Ikumi, tapi entah kenapa, Keima tidak bersamanya.

Di tempat acara, Keima dipanggil oleh para pekerja untuk keluar melalui pintu belakang. Sepertinya mereka menanyakan saran pada ‘konsultan pakaian gal-game’ dadakan yang tiba-tiba muncul, dan meskipun Yoshino Asami ingin dia tetap bersamanya.

Tapi, dia tidak bisa menemukan alasan. Karenanya, Yoshino Asami tetap diam.

Itu benar.

Biasanya,

Keima tidak punya hubungan langsung dengannya. Saat dia menjawab, dia menemukan adiknya sedang mengatakan sesuatu pada kedua anak laki-laki yang lain.

Dia sendirian.

Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk bergabung. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Gadis yang tersisa, Elsie menatap sekitar dengan pandangan kosong.

Bagi Asami, tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari bersama-sama dengan orang-orang di sekitarnya. Sejak dia memasuki masa remaja, tanpa sadar dia memiliki sikap ‘normal’ sebagai jawaban, dan setelah waktu yang lama, pada akhirnya dia mencapai batas.

Dia merasa semakin terluka.

Dia merasa kalau semakin sulit baginya untuk tersenyum.

Untuk bersama dengan orang lain,

Hatinya mulai terasa sakit.

Rasanya sakit.

Itulah kenapa dia membenci dirinya sendiri, dan Ikumi, yang seperti belahan kepribadiannya, bisa berbicara dengan orang lain dengan sangat senang.

Perasaan tidak nyaman di tubuhnya mulai menyerang.

Dia ingin muntah.

Tubuhnya gemetaran.

Hal seperti itu terjadi beberapa kali, dan dia sangat tidak senang. Dia ingin pergi, dia ingin bergabung, dia selalu ingin hal ini berhasil.

Dia ingin menjadi seperti adiknya, bisa berhubungan dengan orang lain dalam ‘cara normal.

Akan tetapi,

Dia akan menghadapi kemunduran besar setiap waktu.

Kenapa?

Kenapa dia tidak bisa menjadi ‘normal’?

Percakapan sederhana dengan siapapun,

Semua orang bisa melakukannya.

Tapi dia tidak bisa melakukannya tanpa bantuan topeng yang dibuatnya. Jadi seperti itu.

Dia mempunyai sebuah kekurangan yang besar.

Mau bagaimana lagi kalau begitu.


Dahinya penuh keringat, dan tanpa sadar, dia tidak bisa menahannya, dan tidak bisa tersenyum lagi. Sambil menatap Elsie dan adiknya Ikumi bercakap-cakap dengan semuanya, dia tidak bisa menenangkan hatinya. “Ayo minta maaf kalau begitu, meminta maaf pada adikku nanti, lalu meminta maaf pada Katsuragi-kun sesudahnya.”

Dia menutup mulutnya dengan tangannya, memaksa dirinya menahan keinginan untuk muntah.

Di sana ada cosplayer mengenakan berbagai macam kostum. Pada saat ini, dia,

Berlari keluar ruang acara, tanpa menoleh saat dia lari, menuruni tangga dimana tak seorangpun ada di sana, tertatih menuruni setengah tingkat, dan menoleh saat dia menemukan seorang anak laki-laki yang berpapasan dengannya.

Berdiri di sana adalah,

Katsuragi Keima, yang memegang PFP nya dengan kuat.

Dia tidak menoleh saat berkata,

“Apa kau akan pulang ke rumah seperti ini?”

Dan juga,


“Ka, Katsuragi-kun...”

Di pojok tangga, Yoshino Asami menatap ke atas untuk melihat punggung Keima dan bergumam. Keima berputar,

“Sebelum kau berlari pulang ke rumah.”

Dia mendesah, menurunkan kepalanya dan melihat pada Yoshino Asami sebelum bertanya,

“Yoshino Asami, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”

Menatap Yoshino Asami yang kebingungan, dia turun selangkah dan berkata,

“...Kau.”

Dia menanyakan satu pertanyaan,

“Kenapa kau harus berteman dengan orang lain?”

“!”

Yoshino Asami terkejut.

Keima terus berjalan menuruni tangga dan berkata,

“Aku sudah mengamatimu, mencoba memahamimu. Kau memaksakan diri , benar kan? Apakah sebegitu pentingnya berbicara dan bercanda dengan orag lain? Apakah ada keharusan untuk bercakap-cakap dengan riang dengan orang lain? Apa kau harus merasa khawatir tentang terpisah dari kelompok bersahabat? Ha! Itu sangat bodoh! Memahami suasana hati orang lain? Kenapa kau harus mengamati suasana hati orang lain? Suasana? Biarkan saja berantakan kalau memang berantakan! Apa buruknya menjadi angkuh? Sendirianlah kalau kau ingin sendirian! Kalau itu cocok denganmu, banggalah pada kesendirianmu! Jangan bimbang, Yoshino Asami!”

Yoshino Asami mengerti dengan segera.

Dia dipahami. Katsuragi Keima itu,

Memahami semua masalahnya.

Dia selalu bergumul dengan perasaannya, dan menyerah pada sifat alami.

“Sedangkan bagiku.”

Keima menatap Yoshino Asami dengan ekspresi sedih,

Dan megambil langkah turun berikutnya,

“Aku seperti ini, Yoshino Asami. Aku selalu seperti ini.”

Dia seperti seekor elang yang terbang di langit biru dan menatap ke bawah pada hewan menyedihkan yang merangkak dengan kesepian.

Dia sudah tahu.

Dia sudah tahu kalau.

Keima,

Selalu seperti ini, dia selalu seperti ini. Dia bangga akan hal itu, dan tidak pernah mengeluh hidup sendirian.

Dia memahami keberadaan Yoshino Asami.

Jadi,

Itu benar.

Dia pasti selalu mengagumi anak laki-laki bernama Katsuragi Keima karena dia tidak pernah tergoyahkan oleh siapapun, berdiri di sana sendirian dengan tekad manusia super.

“Tap, tapi.”

Suara Yoshino Asami bergetar. Dia akhirnya menyadari kalau dia, Yoshino Asami sangat mengagumi Keima, dan memiliki perasaan padanya,

Tapi, dia menyadarinya.

Dia tidak bisa seperti Katsuragi Keima.

“Karena!”

Air matanya mengalir, dan tubuhnya gemetaran. Dia menutup mulutnya dengan tangan dan menjerit,

“KARENA AKU TIDAK BISA MELAKUKANNYA! AKU AKAN MERASA TERSAKITI!”

Kata-kata mengalir dengan lancar dari dirinya.

“AKU TIDAK INGIN SENDIRIAN! AKU TAKUT SENDIRIAN! AKU, AKU TIDAK KUAT SEPERTIMU, KATSURAGI-KUN!”

Setiap kali dia melihat adiknya berhubungan baik dengan orang lain, dia merasakan kesepian yang tidak bisa diutarakan, kegelisahan, dan kalau adiknya akan meningalkannya.

Jadi,

Itulah kenapa dia selalu mengikutinya. Belahan kepribadiannya.

“...”

Sedangkan bagi Keima,

Dia tersenyum ramah dan berkata,

“Yoshino Asami. Kau sebenarnya tidak membenci manusia.”

Dia dengan perlahan menuruni tangga dan berdiri sama tinggi dengannya saat mata mereka bertemu,

“Kau hanya takut, takut dibenci orang-orang...hanya sedikit lebih takut dari orang-orang biasa, hanya sedikit.”

“!”

“Kalau dirimu yang sesungguhnya, akankah kau merasa kesepian?”

“Ka, karena!”

“Kau tidak akan merasa kesepian.”

Keima mengatakannya dengan yakin. Dia tetap tersenyum ramah dan meletakkan tangannya dipundak Yoshino Asami. Pada saat ini.

Mata Keima memancarkan pandangan tulus.

Mungkin itu kekhawatiran pada gadis yang terlihat sama dengannya tapi sebenarnya tidak. Dia berkata,

“Tidakkah mereka di sini? Bukankah kau punya adik yang memikirkanmu apapun yang terjadi? Yang mengatakan kalau kau tidak bisa hidup normal dengan orang-orang?”

Eh?”

“Kalua ada pilihan antara ‘kau’ dan ‘dunia’, dia tanpa ragu akan memilihmu. Kau tidak sendirian. Kau tidak sendirian, Yoshino Asamu.”

Dan,

Dia menambahkan sambil mendekatkan wajahnya.

“Aku juga...”

“Ah.”

Tubuh Yoshino Asami menegang sejenak saat kata-kata Keima memasuki hati dan jiwanya pada saat ini.

“Aku ada di sampingmu. Aku akan menerima dirimu apa adanya. Karenanya...”

Ya.

Yoshino Asami menutup matanya, dan bibir Keima mendekat dengan lembut.

Lalu,

Sebuah ciuman.

Yang memaafkan segalanya, menerima segalanya, menyetujui segalanya.

Ciuman Keima.

Ciuman yang memiliki ‘kepercayaan’ Keima.


Saat ini Yoshino Asami sudah dibebaskan sepenuhnya.

Itu adalah penaklukan pertama untuk hari itu.


Swosh. Arwah pelarian keluar dari tubuh Yoshino Asami, dan Elsie, yang menunggu di tangga atas,

“Ini waktunya!”

Dengan sigap segera menangkapnya. Keima membuka matanya dan mendesah dalam hati.

Dia merasakan tatapan aneh.

Itu sudah dapat di duga.

Mata Keima bertemu degan gadis yang melihat ke atas pada keduanya dengan sikap terkejut.


Kemungkinan bertemu ternyata sangat tinggi...

Tapi dia berhasil membuat pertemuan.

“!”

Si gadis ‘Denpakei’, Amami Tooru berdiri di sana.


Sesudah itu, berbagai kejadian kacau terjadi. Amami Tooru sangat terkejut, matanya terbelalak dan dia berputar lalu melarikan diri.

“Kita berasil! Kami-sama! Kita mendapatka arwah pelariannya!”

Elsie sangat gembira.

Yoshino Asami masih bersandar di tembok dengan sikap bingung, dan dia kehilangan semua ingatan tentang penaklukan ini. Pada saat ini, para pekerja dari Dean Land berlarian mendekat.

“Ah, jadi kau di sini, consultan fashion! Kau tahu, dansanya sudah dimulai. Terima kasih padam, acara dansanya sangat sukses!”

Mereka mengatakan hal itu sambil menarik Keima.

Keima dengan segera berkata,

“Tunggu!”

Akan tetapi, mereka tidak melepaskannya, dan Keima dengan paksa dibawa ke ruang acara dan di dorong ke panggung dengan bantuan semuanya dia dia angkat ke atas.

“Hey, tunggu sebenatar! Aku sibuk! Lepaskan aku!”

Bahkan sesudah Keima megatakan hal itu, kerumunan itu hanya bersorak keras.

Mereka pasti berfikir itu adalah suatu bentuk hiburan.


Musik riang gembira bergema.

Lalu,

Keima menatap ke atas.

“...Aku rasa.”

Dan mendesah.

“Kita seharusnya mengikuti rencana awal, ya kan...”


Katsuragi Keima terlihat mencium seorang gadis, dan mendapat kesan buruk seperti itu yang akan sulit untuk di hilangkan, dia memulai penaklukan terakhir...


Dia berdiam di mansion yang sangat mewah.

Ayahya adalah seorang bos besar.

Dia memiliki beberapa usaha yang terkenal.

Ibunya seorag bangsawan terkenal.

Seluruh keluarganya sangat kaya.

Sejak kecil, dia tidak punya kekhawatiran apapun. Dia memiliki maid dan butler setiap waktu, yang sangat langka di Jepang jaman modern, seorang sopir, bodyguard, dan koki yang khusus. Juga, ada makanan Jepang maupun barat.

Sejak kecil, dia mempunyai empat guru les yang hebat bergantian mengajarinya. Kebunya sangat buruk, dan anjing-anjing penjaga German Shepherds akan dilepaskan saat malam.

Di sana ada juga danau besar.

Beberapa ekor burung berenang di danau, dan sayap mereka di jepit—untuk mencegah mereka kabur.

Kedengarannya seperti lelucon, tapi di sana bahkan ada tempat golf pribadi di kebun. Itu adalah kegemaran ayahnya yang gagah.

Ayahnya adalahyang memiliki kekayaan besar itu.

Tidak peduli seberapa mewah mereka hidup, mereka mempunyai kekayaan yang membuatnya sepertinya tidak ada masalah.

Kekayaannya sangat besar hingga mungkin tidak akan goyah bahkan kalau tiga generasi berikutnya terus menghabiskannya. Kehidupannya sbegitu hebatnya.

Saat dia bangun, para maid akan menunggunya di sudut tempat tidur.

Dia akan berjalan ke kamar mandi pribadinya, dan seseorang akan membawakan handuk panas, mengelap wajahnya dan memilihkan pakaiannya.

Untuk sarapan, ditekankan pada perpaduan mewah makanan yang sehat dan nikmat.

Orang tuanya percaya kalau,

Semua orang harus hadir saat makan. Itu akan menjadi sarapan bahagia yang cocok untuk keluarga bermartabat.

Dengan begitu, ketiga anggota keluarga harus hadir. Sesudah sarapan, dia akan pergi ke sekolah, dan akan ada limo hitam mengantarnya ke sana. Biasanya, pengantaran semacam ini akan sangat berlebihan, tapi sekolahnya adalah sekolah di mana anak-anak orang kaya akan bersekolah, yang membuat hal seperti ini biasa.

Di sana ada putri dari perusahaan besar, putri-putri dari politikus, gadis-gadis bangsawan asing dan putra pianis internasional yang terkenal. Semuanya jelas sangat hebat, tidak perlu khawatir mengenai hal-hal di dunia. Setiap orang dari mereka sudah jelas kaya, dan setiap orang dari mereka dilayani orang lain dan menerima mereka sesuai dengan hal itu.

Meskipun ada dunia yang benar-benar berbeda.

Mereka tidak mungkin tahu.

Di sekolah, dia akan menggunakan ‘keigo’[24] yang biasa digunakan bangsawan karena para gadis menggunakannya.

Karenanya, dia juga seperti itu.

Itulah pendidikan yang dia dapatkan.

Dan dia melakukannya.

Kalau dia tidak melakukannya...

Dia adalah putri satu-satunya, seorang gadis yang akan mewarisi kekayaan melimpah ayahnya dan garis darah bangsawan ibunya. Dia selalu diberikan pengharapan dan cinta.

Meskipun dia cukup sehat, dia pernah jatuh sakit saat dia kecil.

Meskipun sedikit berlebihan, semua pegawai di sebuah rumah sakit dipanggil ke rumah, dan kedua orang tuanya merasa hal ini perlu.

Akan tetapi, dia tetap merasa bersalah.

Tentu saja, dia mendapatkan cinta yang berkelas, dan dia mendapatkan perawatan yang paling maju, dan bahkan pendidikan terbaik sering disiapkan untuknya.

Sebagai anak dari keluarga yang dihormati.

Pendidikan adalah sesesuatu yang perlu.

Menyusun bunga.

Pembicaraan bahasa Inggris.

Violin, piano, dan bahkan menunggang kuda di ajarkan padanya.

Dan dia bahkan belajar sopan santun di meja makan bahkan sebelum dia belajar bicara.

Sikap berdiri, sopan santun atau bahkan gerak-isyarat saat berbicara; semua hal-hal kecil mendetail ini di cek oleh ayahnya,

Ibu,

Dan guru les khusus. Dia akan diperingatkan kalau dia melanggar aturan sedikit.

‘Minus check’

Ini sepertinya berasal dari keluarga ibunya, dari waktu nenek dari ibunya.

Setiap dia menunjukkan tanda yang tidak cocok dengan anak gadis dari keluarga terhormat,

“Minus check.”

Dia akan diperingatkan. Ibunya,

“Itu adalah cinta kami padamu! Itulah kenapa kami harus mengeraskan hari kami dan menunjukkan sikap marah!”

Dia menangis saat mengatakan hal itu. Pada tingkat tertentu, dia akan memperoleh hukuman.

Contohnya, tidak boleh keluar.

Contohnya, tidak boleh makan.

Contohnya, dipukul sedikit di tangan.

“Saat ibuku melakukan hal ini padaku saat aku masih kecil, aku sangat membencinya, tapi sekarang, aku sangat senang dia melatihku untuk menjadi wanita yang berbudi halus.”

Ibunya aka menegaskan hal ini dalam sikaphampir menangis.

Dan dia,

“...Ya.”

Menjawab kering dengan ekspresi lelah dan menerimanya.

Dia menerimanya.

Untuk menjadi gadis berbudi halus, dia berusaha keras tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Ayahnya hanya berkata,

“Ya ya, mama benar.”

Dia akan setuju dengan ibunya, da kemudian, pada putrinya sendiri,

“Minus check.”

Dan tidak akan ragu dalam hal itu. Itu karena cintanya pada putrinya.

Ini semua untuk kebaikan putrinya.

Jadi,

Dia,

Harus menerima sura bergema di dalam kepalanya.

“Minus check! Minus check!”

Dan itu tidak pernah menjadi positif.

Selalu negatif.

Di bawah pengajaran dengan poin terus diambil bukan ditambah.

Dia hidup di lingkungan seperti itu.


Dia mempunyai kebiasaan unik berimaginasi sejak kecil. Contohnya, saat dia menatap keluar dari jendela dan pada langit malam nun jauh di sana, pikirannya akan mulai membuat cerita.

Dia akan menggunakan sebuah cerita yang dia tahu sebagai dasar dan menggambarkan pangeran di bulan dan putri di bintang, dan memikirkannya lagi dan lagi dan menikmati dirinya sendiri.

Tidak ada yang akan menghalanginya.

Ini adalah dunia manis yang diperuntukan hanya untuk dirinya.

Sebagai contohnya, kalu dia melihat burung putih dengan jepit dan German Shepherds dengan rantai pada mereka, dia akan membuat cerita tentang persahabatan luar biasa antara penjelajah yang terluka dan senima yang kehilangan kekasihnya dan semangatnya. Detil yang berbeilt-belit dari cerita ini bahakan akan membuatnya kagum.

Itulah satu-satunya perlindungannya.

Saat badai minus check.

Dia menggunakan imaginasinya yang melebarkan sayapnya keluar dari situasi ini. Sebagian besar sumber imaginasi ini berasal dari buku atau manga yang sedang dimilikinya.

Dia diam-diam membeli banyak, menyembunyikannya dan membaca-bacanya.

Berlawanan dengan umurnya,

Ada banyak buku yang lebih seperti buku anak-anak, dan dia menyukai membaca buku atau manga yang diperuntukan untuk anak-anak.

Tapi suatu hari,

Mereka mengetahuinya/

‘Aku rasa orang ini tidak apa-apa’. Sesudah memutuskan hal itu, dia mengatakan hal ini pada seorang maid sesudah dia keluar, namun dia mengatakannya pada ibunya, dan ibunya membuang semua koleksinya. Melihat kekagetannya ini, ibunya berkata,

“Buku-buku dan manga ini untuk anak-anak, tidak untuk wanita berbudaya sepertimu dama sekali! Kau berani menyembunyikan hal ini dari ibumu...”

Minus check.

Dan itulah yag terjadi. Setiap saat poin yang terkumpul sampai suatu tingkat, dia akan dipukul di tangan.

Akan tetapi,

Rasa sakitnya bukan masalah.

Rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakannya dalam hati, dan dia bahkan tidak bisa menjerit.


Malam itu dia kembali ke kamarnya,

Dia melihat keluar jendela tanpa gairah, bermandikan sinar rembulan yang cerah, dan berfikir.

(Aku ingin hal itu selalu plus)

Biasanya, dia tidak akan berkhayal dengan dirinya sebagai fokus utama, dan dia tidak pernah berfikir dirinya sebagai protagonis di imaginasinya.

Tapi di hari itu berbeda. Dia berkhayal dan berfikir.

Di planet ini...di mana bintang penunjuk bersinar, di sana ada harta karun yang disebut ‘eternal plus yang tidak pernah pudar’. Meskipun dia tidak tahu apa benad itu dan bagaimana kelihatannya, tapi dia memulai petualangannya. Ini adalah petualangan dari imaginasi tidak terbatas dia mencarinya sendiri, bersandar pada bintang penunjuk dan menemukannya. Kadang, dia akan menjadi malaikat, dan kadang, seorang putri, dan kadang, seorang detektif wanita, dan kadang, seorang pedekar wanita. Akan tetapi,

Dia harus menjadi karakter yang sangat berbeda dari dirinya sendiri.

Untuk menemukan ‘eternal plus’.

Yang akan merubah hatinya. Jadi ayo kita coba.

Dia ingin mencarinya di dunia nyata.

Sejak hari itu, semua persiapan sudah dia siapkan. Dia dengan terampil mengatur jadwal sebagaimana mungkin supaya bisa mendapatkan cukup waktu untuk dirinya sesudah pulang sekolah, kegiatan ekstrakulikuler dan saat dia pergi ke dan dari rumah.

Meskipun hanya ada 1 atau 2 kali di sekolah.

Namun bukan tidak mungkin sama sekali. Dia lebih pintar dari apa yang orang tuanya pikirkan menggunakan internet untuk membeli pakaian, men-download peta, dan sudah merencanakan perjalanannya dari waktu ke waktu.

Dia mencobanya hari itu.

Dia selalu berhati-hati saat keluar rumah. Di sana ada bintang bersisi 5 di cat pada bangunan, dan dia menyelinap masuk saat orang tuanya keluar. Karena bangunan itu memiliki restoran, cafe manga, dan toko biliard, tidak ada yang isa menghentikannya setelah dia masuk.

Sesudah dia selesai ber-cosplay sebagai malaikat, dia melihat ke atas tangga darurat, dan berfikir kalau tidak masalah meski dia terlihat.

Karena dia adalah malaikat sekarang.

Dia sudah menjadi malaikat.

Dia bukan,

Dia bukan putri yang selalu terjebak dalam mansion besar dan harus menerima minus check.

Pada belokan tangga, dia bertemu perokok pria yang berjalan masuk. Pria itu melebarkan matanya kaget setelah melihat pakaiannya.

Dia sedikit malu, tapi merasa ingin menggodanya. Tidak seperti pakaian yang biasa dia kenakan, dia mulai mengambil inisiatif untuk tindakan yang berani berikutnya.”

“...Aku adalah malaikat. Aku mencari sebuah ‘eternal plus’. Apa kau tahu apa itu?”

Dia terlihat serius saat menanyakannya.

Pria itu mundur beberapa langkah sebelum kabur dari tangga, dan perasaan senang muncul di hatinya.

Fufu. Dia tertawa kecil.

Dia menggunakan waktu ini untuk berlari naik tangga. Ahaha, sebelum dia menyadarinya, dia tertawa, dan kemudian dia sampai di atap.

Pemandangan tidak terbatas muncul di depannya.

Langit biru yang tidak terbatas menutupi jalan-jalan di depannya.

Ahahahaha, saat dia tertawa, dia merasa.

Dia merasa kabut tebal di hatinya menghilang dari matanya, dan untuk suatu alasan, dia menangis sejenak untuk alasan yang tidak diketahui.

Sesudah itu, dia hanya perlu kesempatan untuk mengulanginya dan membuat sedikit perubahan. Akan tetapi, tidak peduli kostum apa yang dia pakai, dasar ‘mencari eternal plus yang tidak akan pernah pudar’ tidak berubah. Dia terus percaya kalau ‘Aku mencarinya’, dan mengubah hiburan yang berani ini menjadi kegiatan yang meyakinkan.

Kedua orang tuanya bahakan lebih tegas padanya.

Karena hal ini, karena hal ini, sesuatu seperti hiburan terbuka di dalamnya seperti jendela...

Pada suatu hari, tepat sesudah dia berdandan sebagai malaikat seperti biasa dan mencari ‘eternal plus’.

“Api!”

Di sana ada api, dan dia terkejut karena kemalangan semacam itu. Bagaimanapun, dia memutuskan mencari keselamatan terlebih dahulu. Akan tetapi, karena dia satu-satunya yang ada di atap, jadi saat itu sedikit terlambat saat dia mendengar alarm. Saat dia bergerak, daerah sekitar sudah tertutup asap, mebuatnya sangat ketakutan.

Akan tetapi, dia menggunakan sarung tangannya untuk mencegah dirinya menghirup asap dan berhasil turun ke bawah melalui tanga darurat. Pada saat ini, dia bertemu dengan sesorang.

Seorang anak laki-laki tergeletak di lantai sambil memeluk tas dengan warna cerah di dadanya.

“...”

Pada awalnya, dia terkejut.

Akan tetapi,

“Apa, apa kau baik-baik saja?”

Sebagai gadis yang baik, dia pergi menyelamatkannya. Anak laki-laki itu menatapnya dengan pandangan linglung sejenak, tapi lalu segera pingsan.

Sebagai gadis yang lemah, sudah merupakan keajaiban dia dapat menyelamakannya. Alasan lainnya adalah anak laki-laki itu cukup ringan, tapi di sana ada suatu dorongan aneh yang tidak pernah dirasakannya memenuhi tubuhnya. Saat itu, karena kekuatan itu.

“Karena aku adalah malaikat!”

Itu adalah apa yang dipikirkannya saat itu,

“Jadi aku harus menyelamatkannya!”

Sebelum dia menyadarinya,dia sudah mencapai bawah dan meletakkan tubuh anak laki-laki itu di lantai. Sesudah menarik nafas panjang, dia merasa seolah dia sudah menyelesaikan sesuatu.

Tapi saat dia mendengar suara ambulan dan pemadam kebakaran yang datang, sensasi ini segera pergi dan segera menjadi rasa takut. Kalau mereka tingal di sini dan membicarakan tentang siapa yang menyelamatkan anak laki-laki itu, sesorang akan menghubungi keluarganya, dan permainn penjelajahan rahasianya akan diketahui orang tuanya. Dia merasa ketakutan akan hal itu.

Dia segera meninggalkan tempat itu dan tanpa sadar menoleh ke belakang.

Un~ Dia mendesah.

Sepertinya dia baik-baik saja, tapi dia masih khawatir.

Sesudah berhasil melarikan diri di detik-detik terakhir, dia memutuskan melihatnya. Karena itu, dia mengecek anak laki-laki itu, siapa dia dan rumah sakit mana dia dirawat.

Baginya, yang hebat dalam mengumpulkan informasi, uang dan koneksi, ini bukanlah hal yang sulit baginya.

Pada suatu hari, dia pergi ke rumah sakit dan menemui anak laki-laki itu. Hari itu benar-benar sebuah kebetulan mereka bertemu di atap, dan setelah melihat kalau anak laki-laki itu sangat sehat, dia ingin kembali pulang, tapi karena cuacanya sangat bagus, dia tidak bisa menahan diri menikmati pemandangan melihat ke luar dari atap.

Dan sesudah itu, anak laki-laki itu mengikutinya...


“Kalau begitu.” Dia melompat turun dan berbicara dengannya. Dia merasa matanya sangat indah. Saat dia bercakap-cakap dengannya dengan santai dan menyelamatkannya, dia adalah malaikat.

Karenanya, dia terus menyamarkan dirinya sebagai ‘malaikat’.

Gadis itu melihat kalau dia sangat bingung, dan di dasar hatinya,

(Yah, kita tidak akan bertemu untuk kedua kalinya.)

Itu apa yang dia pikirkan saat itu,

Bye-bye. Dia melambaikan tangannya dan meninggalkan tempat itu. Seharusnya hal ini berakhir di sana.

Akan tetapi, anak laki-laki itu muncul di sana untuk ketiga kalinya.


Saat itu adalah waktu istirahat, dan dia mendapatkan alibi, meninggalkan rumah dan berjalan di jalanan. Saat dia mencari bangunan dengan tanda berbentuk bintang, anak laki-laki itu berbicara padanya.

Dia berkata,

“Bolehkah aku membantumu menemukan sesuatu?”

Gadis itu sangat terkejut. Dia sangat senang melihatnya selamat, tapi dia tidak pernah berfikir kalau mereka akan bertemu kembali. Saat berjalan, dia menemukan kalau anak laki-laki itu terus menempel dengannya.

Tiba-tiba dia berfikir.

Apakah ini.

“Sebuah permintaan untuk berkencan?”

“Apakah dia tertarik padaku?”

Pada kenyataannya, dia sudah biasa digoda oleh pria muda di jalan. Dia tahu binatang seperti itu.

Dia sudah belajar kalau laki-laki adalah binaang yang ingin menarik perhatian gadis-gadis. Dia juga tahu kalau dia cukup menarik bagi para laki-laki.

Dia benar-benar merasa ingin memainkan trik padanya.

Karenanya, dia terus bersikap sebagai malaikat. Dia merasa kalau anak laki-laki itu mencoba membuat kesan yag baik, dan kalau dia terus membicarakan hal-hal mengenai dunia imaginasinya sendiri, anak laki-laki itu akan kabur pada akhirnya. Laki-laki lain juga seperti itu tanpa kecuali.

Contohnya, kalau laki-laki lain berkata padanya,

“Hey hey, apa kau punya waktu sekarang? Ayo pergi bermain.”

Pada saat ini, dia hanya akan berkata,

“Maaf, aku sedang mencari bintang petunjukku!”

Atau,

“Aku mencari harta karun! Aku seorang putri yang melarikan diri! Kau mengenakan pakaian berkilau. Apakah kau seorang pejuang?”

Selama dia tersenyum dan mengatakan hal ini, lawan bicaranya pasti akan menunjukkan ekspresi ambigu dan berkata ‘ah, baiklah, lupakan , maaf’ sebelum melarikan diri.

Karenanya, dia berfikir kalau anak laki-laki ini akan sama juga, dan akan segera menyerah sebelum mundur...

Akan tetapi, anak laki-laki ini berbeda. Dia tidak pernah mundur sambil terus mengikutinya sampai akhir. Tidak peduli omong kosong macam apa yang dia lakukan untuk membawanya ke tempat hiburan yang dia selalu tertarik,

Tidak peduli bagaimana dia mencoba membuatnya bercosplay.

Tidak peduli bagaimana dia membawanya dengan egois untuk naik roller coaster bersamanya.

Anak laki-laki itu selalu mecoba sebaik mungkin menghargai pandangannya pada dunia, yang mengejutkannya. Sampai sekarang, tidak ada yang melakukan hal itu untuknya.

Kedua orang tuanya menolak dunianya tanpa kecuali.

Yang lainnya memandangnya sebagai makhluk aneh dari dunia imaginasi ceritanya.

Akan tetapi, anak laki laki itu,

Tetap mempercayainya dengan matanya yang indah.

Apa yang dia lakukan, dunianya, kata-katanya, sikapnya.

Anak laki-laki itu menerima semua hal itu saat dia bersamanya, dan memeluk hal ini dengannya. Tidak peduli bagaimana orang lain melihatnya dengan pandangan aneh, dia tidak pernah mundur.

Dia melakukannya dengan bangga.

Tidak merayunya sama sekali.

Dia (anak laki-laki itu) hanya terus menatap dirinya.

Dia (gadis itu)...tidak pernah merasakan perasaan semacam ini sebelumnya.

Orang ini.

“Apa yang terjadi?” Dia berfikir. Akan tetapi, waktu bahagianya berlalu dengan sangat cepat. Ada telepon di handphone nya, dan sepertinya ibunya mulai meragukan alasannnya.

Dia harus kembali.

Karena dia akan merasa kesepian,

Dia tidak pernah mengatakan selamat tinggal.

Mungkin dia hanya berakting sampai akhir.

Dan karena seperti malaikat yang tersesat,

Dia menghilang.


Pertemuan keempat adalah malapetaka. Dia bertemu dengannya saat berjalan di jalanan di depan kafe dangan teras terbuka.

Sesudah berjalan dengan senang,

Dia menemukan seorang gadis imut bersamanya, dan kekagetan yang dirasakannya lebih besar dari dugaannya. Jadi, seperti itu, dia berfikir.

Sesuai dugaan, dia hanyalah anak laki-laki yang menyukai gadis-gadis.

Mungkin hanya lkarena ketertarikan anak laki-laki itu berjalan dengannya, dan dia benar-benar tidak bisa menerimanya dan segera pergi. Hari itu, seharian, dia benar-benar merasa kelelahan.

Kemudian, hal terburuk terjadi hari itu.

Kedua orang tuanya,

Tahu kalau dia berjalan di jalanan.

Alasannya sepertinya,

Cek yang dibawa guru lesnya.

Mungkin itu adalah satu-satunya hal positif di antara kesalahan karena itu alasannya tidak terdeteksi. Kedua orang tuanya baru berfikir kalu kalau dia membuat-buat jadwal agar bisa bermain di jalanan.

Dia memperoleh berbagai ‘minus check’ dan hukuman tiada akhir. Dia dilarang untuk keluar kecuali dengan orang tuanya, dan terus dimarahi.

“Itu bukan hal yang seharusnya dilakukan gadis bermartabat!”

“Kami mempunyai harapan besar padamu!”

“Kau menghianati kepecayaan kami!”

Minus check. Minus check. Minus check.

Dia mendengarkan kata-kata itu sampai pikirannya mengabur, dan meski dia menangis sedih pada awalnya, hal itu bukan masalah di akhir.

Mungkn pikirannya rusak.

Setiap kali ada sebuah minus check, tubuhnya akan tertutupi kabut hitam, dan kalau dilihat lebih jelas, benda itu adalah tanda ‘-‘ satu sama lain. Tanda ‘-‘ terus menutupinya seperti sampah dan debu, mengambil penglihatannya.

Tapi kedua orang tuanya sepertinya tidak menyadarinya.

Gadis itu terpenjarakan tanda ‘-‘.


Impiannya hilang.

Imaginasinya memudar.

Apa yang menelannya adalah karat dari kenyataan.


Ini adalah perlawanannya yang terakhir. Keinginannya yang paling besar. Dia mencoba sekuat tenaga mencari dalam ingatan-ingatan bahagianya dan sampai di belakang Dean Land di mana dia bersenan-senang dengan anak laki-laki itu.

Waktunya sangat sempit, dan dia merasa kalau dia bisa melihat mata ernik anak laki-laki itu dengan jelas.

Dan kemudian, mereka bertemu,


Anak laki-laki itu sedang berciuman dengan gadis lain…

Tidak ada hal lain yang berarti kalau begitu.


Gadis itu sudah,

Menyerah untuk berfikir.


Gadis itu bernama

Amami Tooru.


Hari itu, Amami Tooru mendapatkan banyak minus check. Saat dia mendesah berat dan kembali ke kamarnya,

Dia sangat lesu selama beberapa hari terakhir.

Terutama,

Setelah melihat anak laki-laki itu, Katsuragi Keima mencium gadis lain.

Kabut minus yan menutupi tubuhnya terlalu banyak.

Terlalu tebal,

Sulit baginya untuk bergerak maju,

Mengambil langkah yang sangat melelahkan,


Gadis itu,

Amami Tooru,

Membuka pintu ke kamarnya, dan kemudian,

Dia bertemu dengannya untuk keenam kalinya.


Bermandikan cahaya bulan yang bersinar langsung ke dalam ruangan, dia berbisik,

“Hello, tuan putri.’

Ya, dia tersenyum.


Katsuragi Keima berdiri di sana.


Amami Tooru terkejut. Apa yang paling tidak masuk akal adalah fakta kalau dia ada di sana. Keamana di rumah ini sangat ketat, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana dia menyusup masuk dari pintu depan, kabur dari penjaga, menjaga German shepherds agar tidak menyalak dan tidak terdeteksi olehsensor keamanan.

Itu tidak mungkin.

“B, ba, bagaimana? Kenapa?

Aami Tooru bergumam dan menatap ke atas. Dan dia bahkan lebih,

“!”

Terkejut. Sebuah lubang besar terbuka di atap, hanya langit-langit di kamar Amami Tooru. Cahaya rembuan yang lembut bersinar dari sana.

Itu adalah spotlight bersinar dari langit.

Anak lakilaki yang bersinar dengan terang seperti seorang pangeran.

“Aku adalah seorang pangeran, jadi aku di sini untuk menyelamatkan putri yang dikurung.”

Keima dengan hormat meletakkan tanannya di depan dadanya dan mengatakan hal itu. Amami Tooru sangat terkejut hingga tidak mampu mengatakan apa-apa.

“Bagaimana, bagaimana kau melakukannya?”

Dia mengulang. Keima tersenyum,

“Bukankah aku bilang? Aku adalah seorang pangeran. Aku menggunakan berbagai sihir kuno. Bulan mala mini sangat indah, dan sihir menjadi sangat effektif saat ini. Aku mengendarai kereta kuda perak dan terbang di udara sebelum sampai di kebun rumah ini. Para tentara yang menjagamu mengangkat tombak mereka padaku, tapi aku membacakan mantra sihir untuk membuat mereka tertidur.”

“Ber, berhenti bercandanya!”

Amami Tooru marah,

Tanpa sadar, posisi mereka terbalik.

“Bagaimana, bagaimana mungkin ada hal seperti itu?”

Keima mendesripsikan fantasinya, dan Amami Tooru menolaknya.

“…”

Keima tersenyum dan mendekat satu langkah. Amami Tooru secara insting mundur satu langkah.

“Lalu.”

Keima mulai membuat cerita lain,

“aku seperti yang kau katakana. Aku dewa. Aku meminjam kekuatan iblis untuk mencari malaikat yang tersesat.”

“Kau pembohong!”

“Kenapa?”

Keima bertanya dengan tenang.

“Ke, kenapa? Kenapa? Ka, karena.”

Amami Tooru kebingungan.

“Ke, kenapa!? Kenapa kau ada di sini!? Kenapa kau harus datang ke sini!?”

“Karena aku menyukaimu.’

Dengan terus terang.

Langsung ke intinya. Mata Amami Tooru terangkat. Alasan kenapa dia menolak Keima bukan hanya karena dia muncul di ruangan itu seperti sihir,

“Kau, kau sudah mencium gadis itu!”

Dia marah, mengepalkan tangannya dan menggeram.

“KALIAN SUDAH BERCIUMAN!”

Ekspresi Keima tidak pernah berubah.

“Sebenarnya, aku memiliki kontrak dengan iblis.’

Dia mengatakannya dengan kasual,

“Ciuman itu sebenarnya untuk menyelamatkan gadis itu. Untuk mencegah jiwa gadis itu dimakan oleh iblis lain, aku cuma bisa melakukannya.’

“Aku, aku tidak percaya!”

“Tapi, ini.”

Keima berkata.

“Ini adalah cerita nyata yang terjadi padaku. Seperti cerita yang kau ceritakan, sebuah kualitas, cerita nyata.”

Amami Tooru kebingungan,

“Apa yang kau…”

Tubuhnya mulai gemetaran,

Kainya mulai gemetaran.

Kabut hitam yang mengelilingnya semakin tebal.

“Siapa kau sebenarnya?”

“Bukankah aku sudah mengatakannya?”

Keima menyipitkan matanya sedikit.

“Aku adalah pangeran yang datang untuk menyelamatkanmu.”

Dia mengulurkan tangannya yang ramping.

“…Untuk menyelamatkan seorang putri yang terperangkap oleh tanda yang kecil semacam itu.”

Satu detik kemudian,

“!”

Amami Tooru membelalakan matanya.

Tidak ada yang bisa melihat ‘minus’ itu.

Tidak ada yang bisa,

Melihat cap yang ditempatkan di jiwanya!

“Kau, kau bisa melihatnya?”

Melihat Amami Tooru yang terkejut, Keima hanya menganggukan kepalanya.

“Tentu.”

“Aku, aku.”

Amami Tooru menggelengkan kepalanya.

Menunjukkan keraguan di hatinya.

Di depan Keima,

Pikirannya yang sebenarnya,

Jiwa yang terluka dan terpenjara berteriak.

Menjerit.

“AKU BUKAN SEORANG PUTRI! AKU CUMA GADIS TIDAK BERGUNA YANG SELALU DIPANGGIL UNTUK HAL-HAL MINUS MINUS! TERMASUK BUKU-BUKU ITU! AKU MEMBENCI MINUS! AKU MEMBENCINYA! KARENA AKU MEMBENCINYA!”

Dia memeluk kepalanya.

Dan mulai menjerit dalam sikap nyaris histeris,

“AKU MEMBENCINYA! AKU BENCI MINUS! AKU BENAR-BENAR MEMBENCINYA! AKU TIDAK INGIN DUNIA SEMACAM ITU! AKU INGIN MENJADI, AKU INGIN MENJADI DIRIKU SENDIRI YANG BERBEDA! ITU SAJA, HANYA ITU!”

“…’

Keima mendekat pada Amami Tooru dengan ekspresi terluka, dan di jarak mereka hamper bersentuhan.

“…Aku suka ceritamu. Aku menyukaimu yang menceritakan cerita itu. Aku suka kau yang sekarang. Meski kau berubah, aku pasti,”

“BOHONG!”

“Aku percaya, aku menhadapi kenyataan dengan kepercayaan itu. Ceritamu, yang kau buat dimana kau bertarung dengan ‘saaat ini’.”

Dia menatap langsung matanya dan bertanya,

“Apa kau tidak memiliki kepercayaan?”

Amami Tooru dengan gugup berkata,

“Tap, tapi aku tertutupi minus! Apa yang bisa aku percayai!?”

Dia menggelengkan kepalanya,

Air mata mengalir di matanya.

“Ceritaku sudah memiliki kekurangan-kekurangan! Aku tidak berdaya!”

“…Kekurangan? Dimana?”

Melihat Keima bertanya padanya dengan sangat tenang, dia berteriak sekuat tenaga.

“ITULAH KENAPA AKU BILANG KALAU ITU TIDAK ADA! AKU MENCARI ‘ETERNAL PLUS’ ITU ATAU SEMACAMNYA! AKU TAHU SEJAK AWAL! BENDA INI TIDAK PERNAH ADA SEJAK AWAL!”

“Benda itu ada.”

Keima memotong.

Dia tiba-tiba merubah ekspresinya dan mengatakannya dengan jelas,

“Eternal plus itu ada di sini! Sekarang, tepat di hatimu!”

Dia menunjuk dada Amami Tooru.

Di sana, sebuah salib yang bergantung pada Amami Tooru.

Bentuk ‘plus’, lambang itu.

Keima tersenyum dan berkata,

“Aku mempunyai satu kepercayaan. Dengan kepercayaan ini,”


“Semua minus akan berubah menjadi plus.”

(Selama kau memiliki kepercayaan kalau kau ingin menyelamatkan orang lain sepenuh hati.)

Seolah waktu berhenti, Amami Tooru membeku sejenak.

Pikirannya menerima kata-kata Keima,

Mengunyahnya,

Dan menelannya.

Dan meluruh,

Semua pengikat.

(Aku mengerti. Jadi begitu…)

Hangat.

Sesuatu yang hangat muncul, dan saat hal itu meledak.


Salib itu memancarkan sinar.

Tanda negatif berhamburan pergi, dan cahaya bersinar seperti kilat saat rantai minus itu mulai hancur, pikiran negatif yang mengikat dunianya hancur. Di tengah cahaya ini, Keima tersenyum, melangkah maju dan menciumnya. Amami Tooru tidak mencoba menghindarinya.

Atau tepatnya, dia mengambil inisiatif dan menerima Keima.

Kata-katanya,

Segala tentangnya,

Pemikirannya.

Menutupi segalanya.

Lalu,


Cahaya harapan.


Sesudah beberapa saat.

Mendengar ledakan itu, orang tuanya berlarian kea rah kamar Amami Tooru. Mereka terkejut. Pertama, ada lubang besar di langit-langit.

Perabotan berserakan.

Dan Amami Tooru yang terlihat lesu.

Mukanya terlihat memerah seolah mabuk.

“Terasa…seperti ada pangeran di sini.”

Lalu, dia berputar,

Dan tersenyum.


Senyuman itu,

Bukan sebuah ekspresi dari seorang putri yang bergantung pada harapan orang tuanya untuk bertahan.

Tapi ekspresi yang menyadari sesuatu hal yang penting,

Sebuah senyuman gadis yang bersemangat.


Pada saat yang sama, Elsie, yang ada di udara, berkata pada Keima.

“Akhirnya berakhir juga!”

Dialah yang menggunakan kekuatan hagoromo untuk menembus langit-langit, menangkap arwah pelarian yang keluar saat Keima berciuman, dan membawa Keima kabur dari tempat kejadian.

Pada saat ini, Keima mendesah kelelahan,

“Hari ini benar-benar malam yang panjang…”

Dia bergumam.


Akan tetapi, dia terlihat cukup puas.



Epilog: Hal-Hal yang Tidak Mendasar[edit]

"Hei, ketika Amami Tooru-san melihat ciuman dengan Yoshino Asami-san, aku penasaran apa yang akan terjadi."

"Ahh."

Dan Keima menjawab setengah hati.

"Apakah itu sesuai dengan yang direncanakan?"

"Nn."

Jawab Keima lagi setengah hati.

"Yoshino-san terlihat sangat bersemangat dan sepertinya Amami-san merupakan orang yang berbeda dengan yang kutemui terakhir kali di jalan~ Seperti yang diharapkan dari Kami-sama!"

"Yakin?"

Keima tetap tidak mengangkat kepalanya.

Hari ini, Keima sedang bermain game di rumah dengan duduk di sofa dengan tangan pada senderan dan menyilangkan kakinya.

Dia akan sesekali mengambil teko porselen dan menyeruput teh merah.

Dan dia akan melihat ke layar lagi.

Membuat pose elegan yang sedikit lagi membuatnya tampak ceroboh.

Celana panjang hitam, kemeja putih, dengan kerah kecil, penampilan biasa yang demikian membuatnya terlihat lebih mirip dengan bishounen[25] dari biasanya.

Yang bersinar menembus jendela merupakan sinar mentari.

Keima terlihat seperti lukisan selagi ia memainkan gamenya.

Dan,

"..."

Senyum, senyum, senyum.

"..."

Senyum, senyum, senyum.

"..."

Senyum, senyum, senyum.

Elsie sedang tersenyum di samping Keima. Siku Elsie berada di atas meja saat dirinya tersenyum dan menonton Keima bermain game.

Elsie pulalah yang menyiapkan teh bagi Keima.

Saat ini, Elsie sedang memanggang kue kering di oven agar Keima memakan kue tersebut sebagai hidangan penutup. Elsie terus tersenyum dengan menunjukan perasaan bahagia dan puas.

"..."

Keringat dingin mengalir di sepanjang wajah Keima.

"..."

Tatapan Elsie terasa tak dapat ditahan.

Senyum, senyum, senyum.

Akhirnya, dia tidak dapat menahannya lagi.

"Argh! Elsie! Kau ngapain sih sampai sekarang!?"

Dia berdiri dan berteriak.

Meskipun demikian,

"..."

Elsie terus tersenyum. Keima menggerakan jarinya,

Jangan hanya menatap orang seperti itu!

Apabila ada yang ingin dikatakan, katakanlah!

Dia ingin mengatakan demikian, tetapi saat Elsie menatapnya dengan tampang yang murni dan tidak bersalah.

"..."

Keringat dingin kembali mengalir ke luar. Dia membuat wajahnya kaku dan berkata,

"Terserahmu saja."

Dia kembali melanjutkan bermain game. Dia memperlihatkan wajah tidak senang saat dirinya tiba-tiba kembali duduk di sofa dengan cara yang semberono bahkan saat dirinya berada di atasnya.

Meskipun demikian,

Apabila dia merasa tidak senang karena Elsie, tidak ada alasan baginya untuk tetap di sana. Ia bisa meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke kamarnya. Namun,

Keima tidak melakukan hal itu.

Dia hanya,

Melanjutkan bermain game dengan muka tidak senang.

Dari hal ini,

Agaknya dapat terlihat bagaimana dia, Katsuragi Keima memandang Elsie. Walaupun Keima dan Elsie mungkin telah menyadari hal ini, apa yang telah mereka sadari merupakan sebagian kecil.

Pada saat yang sama.

Ding! Saat suara oven yang menyenangkan terdengar, Elsie berdiri dan berkata kepada Keima dengan jelas dan hidup.

"Kami-sama!"

Elsie menaruh tangannya di mukanya.

"Apa kamu mau beberapa kue kering?"

Jawab Keima,

"Hmph."

Itu saja. Elsie menganggapnya sebagai 'ya' dan cekikikan saat dia berjalan menuju dapur sebelum berhenti di tengah jalan dan berbalik,

Dia melihat Keima, yang duduk di sofa dalam sebuah pose tidak wajar saat ia memainkan permainannya.

Kali ini, ia tidak melihat Elsie menatapnya.

Elsie berpikir,

Anak ini, Katsuragi Keima,

Kami-sama nya Elsie,

Setan ini menemukan Kami-sama.

Mulai hari ini, mereka akan memburu arwah yang melarikan diri, dan alasan mengapa mereka akan menyelamatkan banyak gadis dari jurang gelap adalah karena kehidupan sehari-hari yang seperti itu.

Itulah yang pikir Elsie jauh di dalam hati.

"Mari kita terus berkerja sama dengan baik, kami-sama!"


'Dewa Penakluk'.

Pasti ada di sini.



Catatan Heroine[edit]

TWGOK 01 272.jpg

Amami Tooru

Tipe: Denpaki

Pekerjaan: Penghuni Ohanabatake

Tanggal Lahir: 7 Oktober

Golongan Darah: Tipe AB

Tinggi: 158cm.

Berat: 48kg.

3 ukuran: 86.59.82.

Hal yang dia sukai: Hal-hal yang bertemakan Malaikat. Kue chiffon yang lembut. Puisi.

Hal-hal yang dia benci: Matematika.

Masalah akhir-akhir ini: Saat aku bangun, kadang-kadang aku tidak tahu siapa diriku.

Memo: Menunjukkan perilaku aneh, tidak menentu. Pilihan kata Ohanabatake. Diam-diam tidak suka minatnya berbeda dengan orang lain. Seorang Denpaki, akan tetapi sangat tenang dan dapat mengendalikan diri terhadap apa yang dia lakukan dan mengerti akan hal itu sepenuhnya. Dikarenakan dia lebih sensitif terhadap orang lain dan sangat cerdas, seolah dia dengan sadar berperilaku seperti itu untuk mencegah dirinya terluka.

Memiliki rambut panjang berwarna kastanye. Bentuk tubuh cukup bagus. Mengenakan rok mini berwarna putih.

Sangat cocok berdandan seperti malaikat. Memiliki kaki yang panjang. Mengenakan hiasan kepala yang terlihat seperti tiara.

Memberikan aura seperti orang barat. Berkulit putih. Sering terlihat mencurigakan. Kadang-kadang akan terlihat seolah dia melihat ke tempat yang sangat jauh.

Agak sedikit terlihat seperti anak nakal saat dia bermain-main dengan Keima, tapi itu tidak terasa seperti dia memiliki niat jahat. Akan mengeluarkan suara tawa keke saat dia mulai tertawa, dan terlihat sangat riang. Saat dia menangis, dia akan menangis dalam sikap kesepian. Memiliki suara yang imut, terdengar sedikit serak.



TWGOK 01 273.jpg

Yoshino Asami.

Type: ???

Pekerjaan: Anggota Klub Upacara Minum Teh.

Tanggal Lahir: 6 Juni.

Golongan darah: A

Tinggi: 156cm.

Berat: 47kg.

3 ukuran: 83.58.81.


Hal-hal yang dia sukai: Tidak ada yang khusus.

Hal-hal yang dia benci: Tidak ada yang khusus.

Masalah akhir-akhir ini: Tidak ada yang khusus.

Catatan: Karakter model. Dapat melakukan berbagai macam hal. Sedikit menahan diri dalam menunjukkan emosi. Bentuk tubuh sedang. Jelas dan sempurna. Imut dalam hal dia tidak memiliki karakteristik khusus. Memiliki keimutan yang tidak bisa dijelaskan dengan cara apapun. Bukan karena penampilannya tanpa ekspresi, tapi kurang lebih begitu. Tenang. Suka membaca buku. Terlihat seperti seseorang yang akan membaca buku yang membosankan. Memiliki suara yang kalem.

Sepertinya tidak akan menjerit saat melihat kecoa, tapi bukan berarti dia tidak ketakutan.

Sedikit buruk dalam hal mengekspresikan dirinya sendiri. Bahkan saat menangis, dia hanya akan memperlihatkan sedikit air mata.

Tidak dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya, tetapi biasanya ada pada prioritas bawah.

Dan dia tidak pernah mengeluh tentang hal ini.

Terasa seolah dia selalu harus menunggu dalam diam untuk gilirannya.

Dia adalah tipe yang tidak akan pernah melakukan sesuatau yang penuh kehendak.

Bahkan saat melihat anak kecil, seekor anak anjing atau kucing, dia tidak bisa berteriak ‘kawaii[26]!’ dengan semangat.


Catatan Pengarang[edit]

Kita bertemu untuk pertama kalinya!

Baik kita bertemu untuk pertama kalinya atau tidak, aku adalah pengarang ‘Lucky Chance!’ di Dengeki Bunko, Arizawa Mamizu.

Aku juga salah satu pembaca setia yang menanti-nanti serialisasi ‘Kami Nomi zo Shiru Sekai’ setiap minggu.


Pertama kalinya aku mengetahui ‘Kami Nomi zo Shiru Sekai’ adalah ketika aku bersama dengan pengarang senior, M-san. Aku bertanya padanya, manga baru apa yang kamu rekomendasikan?

"Belakangan ini, yang ini menarik!"

Dan dia memperkenalkan ‘Kami Nomi zo Shiru Sekai’ kepadaku. Pada waktu itu, baru satu jilid dirilis, tapi aku langsung terpikat dengannya, dan setelah kucek kalau itu ada di majalah Minggu, aku dengan semangat menunggu chapter berikutnya. Aku terus berpikir kalau ada sebuah kesempatan untuk menulis versi light novelnya, tolong serahkan padaku~ dan ketika mereka mendiskusikannya denganku, aku dengan sepenuh hati setuju.

Karena itu adalah karya yang kusuka, aku agak sedikit tertekan ketika aku menulisnya, tapi itu sangat menyenangkan.

Katsuragi Keima. Seorang karakter yang kuat. Akan sangat baik jika aku bisa menampilkannya setepat mungkin...

Akan sangat baik jika para penggemar seri utama menyukainya.


Dan akhirnya,

aku mau berterima kasih kepada pengarang seri utama: Wakaki-sensei, penyunting H-san dan seluruh pembaca yang membaca novel ini.


Dari tempat kediamanku sendiri.

Arizawa Mamizu.


Catatan Pengarang Seri Utama[edit]

Penciptaan serialisasi mingguan terasa seperti haiku.

Chapter 1 hanya punya 18 halaman dan itu sangatlah pendek. Aku harus membayangkan cerita dalam jumlah banyak di pikiranku, membukanya seperti jendela untuk para pembaca membacanya sampai kebenarannya hampir bisa terlihat...seperti petinju sebelum pertandingan! Inilah cerita singkat dari adegan kecil serialisasi.

Benar, sampulnya! 5! 7! 5! Lalu, 18 halaman! Eh, hanya itu? Itu terasa seperti itu.

Sering, aku merasa tak senang dengannya, apakah aku bisa menggunakan adegan lebih panjang, lebih banyak baris dan cerita lebih panjang. Pada awalnya, ‘Kami Nomi no Shiru Sekai’ adalah manga yang termasuk gal-type, jadi seharusnya mempunyai banyak teks. Tapi karena ini dibatasi dalam bentuk sebuah manga, ini adalah mimpi yang sangat jauh.

Tapi kali ini, mimpi menjadi kenyataan. Dengan seorang pengarang kukuh seperti Arizawa Mamizu menulis ini, versi light novel dari ‘Kami Nomi no Shiru Sekai’ menunjukkan dunia yang mau kugambar tapi tak bisa. Arizawa-sensei, terima kasih banyak...

Baik penggemar karya Arisawa maupun karya Tuhan, kuharap light novel ini bisa menjadi sebuah barang berharga untuk semua orang...

Wakaki Tamiki


Referensi Penerjemah[edit]

  1. pengkhayal
  2. dalam bahasa inggrisnya flag, seperti checkpoint yang menentukan ke arah mana cerita dalam galge akan berlanjut, untuk lebih jelasnya silahkan cari istilah-istilah di galge
  3. ibu
  4. kamar atau ruang tempat tinggal di atap
  5. pencarian, tapi karena kedengaran lebih seperti game, kubiarkan saja.
  6. tanda plus abadi
  7. orang yang memiliki khayalan liar—penghayal atau semacamnya
  8. Spesial : bagi yang belum membaca versi manga: di versi manga, runaway spirit/arwah pelarian, bersembunyi di ‘celah di hati’ jadi untuk mengeluarkannya, Keima menggunakan ‘cinta’ untuk memenuhi hati gadis yang dirasuki arwah pelarian, sehingga arwah pelarian itu akan kehilangan tempat dan keluar, nah setelah keluar, tugas Elsie untuk mengurungnya dalam containing bin/semacam botol kurungan. n.b.: di terjemahan inggrisnya, celah di jiwa (gap of a soul) jadi saya biarkan seperti itu.
  9. secara mudahnya gadis yang saat memikirkan teman laki-laki (atau mungkin yang dimaksud di sini pacar), pikiran yang menyenangkan muncul duluan.
  10. go gogle it *run*
  11. mungkin parody Disn*y land?
  12. pelayan pria?
  13. pelayan wanita?
  14. dua kali lemparan, sapu bersih
  15. tos
  16. seperti meong
  17. bisa diartikan berpacaran
  18. pacar
  19. pada terjemahan inggris tetap ditulis ojou, entah kenapa aku ingin menggantinya, tapi kurasa ini lebih mudah....
  20. Dewa
  21. panggilan untuk kakak perempuan
  22. pada dasarnya orang yang menutup diri dari dunia luar, suka berdiam di dalam kamar, tidak suka berinteraksi dengan orang lain, cek wikipedia untuk info lebih akurat
  23. sebutan untuk tos di Jepang
  24. setahu saya bahasa jepang yang sopan
  25. Mirip dengan konsep 'pretty boy'.
  26. imut