The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1 Chapter 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Sisi Depan dan Belakang sebuah Koin[edit]

Hari berikutnya setelah mereka kehilangan Amami Tooru di Dean Land.

Katsuragi Keima, Sang Dewa Penangkap menyeret kakinya dan berkeliaran di jalanan. Tubuhnya membungkuk ke depan, bahunya merosot, dan dia terlihat sangat lesu.

“Haa.”

Keima mendesah selagi masih mengenakan seragam sekolahnya.

Setelah sekolah, dia datang bahkan tanpa berganti pakaian. Di sampingnya, Elsie juga masih mengenakan seragam saat berjalan di sampingnya.

“...Tidak ada respon. Saat ini.”

Elsie bergumam sambil menyentuh jepit rambut tengkoraknya.

“Aku mencoba berkeliling mencarinya kemarin, tetapi Tooru-san sepertinya berhasil lolos dari daerah deteksi ku.”

Setelah mengatakan itu, dia melihat Keima dengan sikap menyesal. Keima berkata dengan wajah lesu.

“Tidak apa-apa. Salah satu karakteristik ‘Denpakei’ itu adalah sulit ditemui.”

“Apa, apa benar begitu?”

“Un, pada dasarnya, kita tidak tahu rumah dan latar belakangnya, dan yang sebenarnya kita tidak tahu apakah dia menggunakan nama asli atau bukan. Alasan terbesar mengapa tipe Denpakei sangat menyusahkan adalah kita hanya bisa berkeliaran secara acak dan berharap.”

Tepat setelah dia mengatakan hal itu.

Dorodorodorodorodoro.

Sensor arwah pelarian Elsie tiba-tiba bereaksi.

Keduanya, Elsie dan Keima terkejut.

“Ada di sini!”

Elsie berkata.

(Terlalu cepat...)

Keima berbisik dalam hati. Elsie menunjuk dengan jarinya dan berkata,

“Ke sana.”

Keduanya menatap ke arah yang ditunjuk. Di jalan masuk dekat jalan perbelanjaan, seorang gadis berjalan perlahan secara horisontal di arcade.

Lalu,

“Siapa dia?”

“Eh?”

Keduanya kebingungan. Orang itu,

Bukan Amami Tooru.

Sebenarnya dia,

“Ee?”

“Ha?”

Ternyata dia gadis yang sangat berbeda dengan Amami Tooru!

“AP! AP! APA YANG TERJADI!?”

“Tenang!”

Keima membentak.

“Tidak apa-apa. Itu hanya gadis lain dengan arwah pelarian.”

“Tapi, tapi. Bagaimana itu bisa terjadi! Eh?”

Baru saja saat Elsie panik, perubahan lain terjadi.

Dorodorodorodorodoro.

Pendeteksi arwah pelarian bereaksi kembali. Kali ini, reaksinya ada di arah yang sebaliknya, di tempat yang tepat berlawanan dimana gadis itu berada, Amami Tooru berjalan sendirian.

Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

“WA~ WA~! MEREKA BERDUA BERJALAN MENJAUH!”

Elsie mengayunkan kedua tangannya berputar-putar.

Dia melihat ke arah Keima dan menunggu keputusannya.

“...”

Keima dengan cepat membuat keputusan, dan kemudian setelah berpikir sejenak, memberi pengarahan pada Elsie.

“Elsie! Kamu kejar Amami Tooru! Aku akan mengejar gadis yang baru itu!”

“Tap, tapi!”

“Cepat pergi! Kejar dia dan coba kamu tahan Amami Tooru! Mengerti!? Dan untuk kontak...tidak, bawa saja dia ke rumahku kalau bisa!”

Setelah mengatakan itu, Keima berlari menjauh mengejar gadis tidak dikenal itu lagi.

Elsie juga tidak ragu-ragu.

“Aku, Aku mengerti! Akan kulakukan sebaik mungkin!”

Dengan demikian, dia berlari ke arah yang berlawanan.


Pertimbangan Keima sangat sederhana. Satu poin sederhana; Amami Tooru dan Elsie saling mengenal satu sama lain. Dengan kata lain, Elsie dapat membuat Amami Tooru berhenti bahkan setelah mengejarnya.

Akan tetapi, sebaliknya, Keima sama sekali tidak memiliki informasi tentang gadis yang baru yang dihadapinya, dan dia hanya bisa memastikan situasinya sendiri. Hanya Keima yang bisa mengatakan halo atau memanggilnya. Dengan demikian, Keima membiarkan Elsie mengejar Amami Tooru, dan dia mengejar gadis yang satunya.

Untungnya, gadis itu berjalan dengan langkah yang cukup santai, jadi bahkan Keima dapat berhasil mengejarnya. (Walaupun begitu, Keima sudah terengah-engah).

“!”

Segera setelah itu, Keima melihat punggungnya dan mengerutkan dahi.

“Eh?”

Keima terkejut.

“Bukankah itu dari...sekolah kita?”

Gadis itu mengenakan seragam sekolah menegah privat Maijima dimana Keima bersekolah, dan juga,

“...”

Gadis itu mendengar langkah kaki Keima, dan apa yang dikatakanya setelah berbalik mengejutkan Keima.

“Aaah? Katsuragi-kun?”

Keima kaget, dan berhenti.

Dia,

Adalah seorang gadis yang sekelas dengan Keima...

Keima sangat jarang berinteraksi dengan orang lain di sekolah. Entah saat istirahat ataupun saat pelajaran (dan bahkan saat pelajaran olahraga!), dia selalu memegang game handheld dan memainkan bishoujo game miliknya, sehingga tampak aneh bagi orang lain.

Keima sendiri tidak akan berbicara dengan gadis dari dunia nyata yang dia pikir sebagai mahluk yang tidak sempurna, dan para gadis akan mengejeknya sebagai Otamegane yang hanya tahu bagaimana bermain game dari siang sampai malam, dan tidak ada seorang pun yang mencoba dengan aktif berinteraksi dengannya.

Demikian, daripada mengatakan kalau Keima sendiri tidak akan mengingat nama-nama gadis itu...

(Aku ingat...)

Keima berpikir.

(Yoshino Asami, itu namanya...)

Itu bukan masalahnya. Katsuragi Keima memiliki ingatan yang luar biasa. Keima masih dapat ingat nama-nama gadis itu kalaupun hanya pada kesempatan dimana dia sedang piket bersama dengan seseorang atau saat seseorang dipanggil guru untuk melakukan sesuatu.

Keima juga ingat hal-hal lain tentang gadis ini.

(Anggota Klub Upacara Minum Teh. Duduk di deretan kursi belakang ruang kelas. Sering membaca buku sendirian. Sangat pendiam.)

Potongan-potongan informasi.

(Bisa dikatakan seseorang yang tidak istemewa)

“...Keima-kun juga.”

Gadis itu,

Yoshino Asami berkata dengan nada tenang,

“Apa kau bejalan ke arah sini juga?”

“Eh?”

“Rumah?”

“Ah, ahh.”

Respon Keima menjadi lambat selama beberapa saat, tapi cuma sesaat.

“Tidak, Aku cuma punya urusan, jadi aku ke sini.”

Dia menggelengkan kepala. Lalu meneruskan mengamati Yoshino Asami, dan kebingungan. Ini sangat sulit, tidak ada petunjuk sama sekali.

Dia memiliki wajah yang bagus, dan tubuhnya juga cukup bagus.

Akan tetapi,

Tidak ada hal di dalam dirinya yang memberikan kesan ‘cantik’ seperti Amami Tooru. Itu tidak seperti ‘Imut’ atau ‘Aktif’, walaupun begitu, dia memiiki mulut, dan tidak tanpa ekspresi.

Dia tersenyum,

Ada banyak gadis yang suka mengejek Keima, jadi sangat jarang meilhat seseorang sepertinya yang memulai percakapan dengannya.

Tapi itu tidak seperti dia memiliki perasaan untuk Keima, dan itu bukan pula karena dia kasihan.

Suaranya normal.

Ekspresinya normal.

Pakaiannya juga normal. Semuanya normal, semuanya biasa.

“...?”

Saat Keima terdiam tiba-tiba, Yoshino Asami mengerutkan dahinya sedikit karena tidak mengerti. Akan tetapi,

“...Ehh, kalau mungkin, bisakah kita berjalan bersama sebentar?”

Setelah Keima menanyakan hal itu,

“Tentu.”

Dia tersenyum dan menganggukan kepala.

Akan tetapi,

Ekspresinya ini juga normal.


Dia bukan gadis pecinta olahraga, dan Keima tidak pernah mendengar kalau dia kaya. Dia terlihat seperti gadis yang suka membaca buku, tapi gadis literatur ini bukan seperti tidak memiliki mulut. Dia bukan petarung, bukan pula idola. Dia tidak menghindari Keima, tapi tidak pula secara spesial dekat dengannya.

Dia cuma biasa.

Biasa, seperti perasaan saat dia berbicara dengan teman sekelasnya saat di jalan pulang. Keima merasa sangat gelisah saat dia berjalan di samping Yoshino Asami.

Sampai sekarang, pengalaman yang dia miliki menunjukkan kalau mereka yang memiliki arwah pelarian memiliki sifat yang jelas, entah baik atau buruk. Sebagai contoh, menjadi sangat eksentrik atau menjadi sangat agresif. Lalu, dia akan menghadapi sifat ini, menemukan celah dan mengatasinya.

Tapi Yoshino Asami ini terlalu umum.

Bertolak belakang dengan ‘Denpakei’ Amami Tooru yang seharusnya sedang dikejar Elsie saat ini.

“...Hari ini.”

Keima bertanya.

“Tidak ada kegiatan klub?”

“Tidak ada.”

Yoshino Asami menjawab sambil berjalan.

“Kalau ingatanku benar,”

Keima kemudian bertanya,

“Kamu Klub Upacara Minum Teh, kan?”

Keima sangat membutuhkan petunjuk segera, tidak peduli apa itu atau seberapa pun kecilnya. Menghadapi pertanyaan ini, Yoshino Asami sedikit terkejut,

“Arrea? Kau sangat tahu tentang hal itu, Katsuragi-kun.”

“Salah satu catatan di papan pengumuman kelas adalah tinjauan klub, benar kan? Salah satunya dimana kita bisa melihat siapa yang ikut klub mana. Aku melakukannya saat piketku, jadi aku ingat.”

“Oh~”

Saat mendengar jawaban itu, Yoshino Asami terlihat kagum,

“Ingatan Katsuragi-kun sangat tajam.”

Dia tersenyum.

Keima merasa cemas.

Semuanya terlalu biasa. Bagi Keima, itu mungkin lebih baik kalau dia mencoba menjauhinya atau bahkan merasa jijik padanya.

Gadis macam apa dia?

Keima berpikir.

Demikian, dia mencoba sedikit tusukan dengan kata-katanya.

“Sedangkan kamu, Yoshino-san.”

Dia secara sengaja membuat ekspresi iseng.

“...Kamu ternyata mengingat namaku. Nama dari seorang Otamegane yang hanya tahu bagaimana cara bermain game.”

“...”

Yoshino Asami tidak memiliki reaksi yang spesial.

Lalu kemudian,

“Karena,”

Dia tersenyum dengan tenang,

“Kau sangat terkenal, Katsuragi-kun sangat terkenal. Pastinya lebih terkenal dari apa yang kau bayangkan.”

Dia menjawab dengan sikap yang sangat biasa.


Keima merasa sangat terganggu.

Itu seolah ada suatu tembok antara dia dengan Yoshino Asami, tapi dia tidak jelas tembok tipis apakah itu. Tembok yang memberikan sebuah ‘respon yang sangat normal’ ini sangat menyusahkan.

Beberapa saat kemudian.

“Ah, katsuragi-kun, aku sudah sampai di rumahku.”

Yoshino Asami tersenyum sambil melambaikan tangan.

“Sampai jumpa lagi besok di sekolah.”

Dia terdengar tenang sampai akhir. Dia berjalan ke sebuah bungalow di seberang.

“Eh...ya, sampai jumpa besok.”

Melihatnya seperti ini, mau tidak mau Keima berpikir,

(Bahkan rumahnya pun terlihat normal!)

TWGOK 01 103.jpg

Itu benar-benar sebuah bungalow ter-standar di antara standar.

--

“Mau bagaimana lagi.”

Setelah melihat ke arah bungalow yang tidak memiliki satupun perasaan unik di dalamnya, Keima hanya bisa menggelengkan kepala. Sepertinya tidak akan ada untungnya baginya untuk terus menatap rumah Yoshino Asami.

Bagaimanapun, gadis yang memiliki arwah pelarian adalah teman sekelas Keima, dan dia sudah memastikan tempat tinggalnya. Itu sudah cukup berhasil dibandingkan dengan Amami Tooru, yang dia tidak tahu apa-apa tentangnya. Sekarang dia harus bertemu dengan Amami Tooru dan Elsie terlebih dahulu.

Setelah dia membuat keputusan dan akan melangkah pergi, Keima tiba-tiba menyadari sesuatu.

(Ngomong-ngomong,)

Yoshino Asami seharusnya ada di sekolah hari ini. Akan tetapi, pendeteksi arwah pelarian milik Elsie tidak menunjukkan respon padanya.

Dengan kata lain...

(Mungkin arwah pelarian itu merasukinya saat dia pulang sekolah. Sebaiknya kupastikan dengan Elsie untuk amannya.)

Dia menganggukkan kepala.

Dan kemudian,

“Oh?”

Dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sejak dia berbicara dengan Yoshino Asami sampai sekarang, dia tidak menyadari keberadaan toko buku kecil di sebelah rumah.

Sebuah toko kecil.

Tipe yang ditempatkan seperti wagon sale.

Mata Keima dengan tajam menyadari beberapa majalah yang di tempatkan di rak-rak wagon.

<<Pentunjuk Game Bishoujo>>

Dan juga,

<<Dari Tsundere hingga Yandere~ kata-kata pribadi seorang pembuat game~>>

Itu menjual buku-buku yang seolahnya akan menggerakkan hatinya.

“Mu.”

Keima benar-benar tidak bisa menghiraukannya.

“Ummmm.”

Dia mengambil beberapa buku yang dipajang dengan ekspresi berat dan mulai mencari.

Bahkan kalaupun dia ingin membelinya, dia harus mengecek isinya.

--

Setelah kurang lebih 10 menit kemudian,

“Aku pergi~”

Sebuah suara riang terdengar dari depan pintu, dan seorang gadis berjalan keluar. Keima menaikkan kepalanya.

Suara ini,

Dia tidak mungkin salah.

Itu adalah Yoshino Asami!

Gadis itu lalu berhenti.

“?”

Dan setelah menyadari kalau Keima dibelakangnya, dia menunjukkan wajah terkejut.


“...Katsuragi, kun?”

Mungkin merasa terganggu karena orang yang baru saja ditinggalkannya masih berada di sini, Yoshino Asami mengerutkan dahi dan melihat ke arah Keima, dan Keima berpikir,

“Ah, arre?”

Untuk suatu alasan,

(Ada perubahan besar pada ekspersinya...)

Gadis itu melihat Keima memegang <<Petunjuk Game Bishoujo>>,

“Sudah kuduga.”

Dia tersenyum saat mengatakannya.

“Kamu Katsuragi-kun, kan?”

“Ah, ahh.”

“Benar-benar seperti kamu~”

“Eh?”

“Membaca buku tentang game seperti ini.”

“Un? Ahh...yah, Yoshino?”

“Ada apa?”

Setelah berganti ke pakaian kasual, Yoshino Asami dengan santai mengikat rambutnya di belakang kepala dan tersenyum pada Keima. Dia tidak menunjukkan kekhawatiran yang nyata pada Keima saat itu, tapi sekarang, itu seperti...

“Apa...Apa kau benar-benar Yoshino?”

Yoshino Asami terkejut untuk sesaat.

Dan kemudian tersenyum,

“Ahahaha, benar! Aku Yoshino Asami.

Dan kemudian dia menunjukkan senyum iseng.

“Aku Yoshino, Yoshino Asami!”

Keima terkejut. Untuk alasannya,

Kesan yang diberikan Yoshina Asami pada orang lain mengalami perubahan besar.

Apakah itu karena dia menggunakan pakaian bebas?

Atau apakah karena dia berdandan.

Tidak seperti sebelumnya, dia terlihat sangat bersemangat. Cuma 10 menit yang lalu, saat dia memasuki rumahnya sendiri, terasa seolah dia mengenakan pakaian yang ‘bernilai sama’ yang memberikan kesan tidak memiliki karakteristik yang spesial.

Tapi sekarang, dia memberikan aura yang cemerlang dan bersemangat.

Dari kepala sampai kaki, dia dapat merasakan kalau dia penuh dengan rasa percaya diri dan rasa senang, dan apa yang lebih tidak dapat dipercaya adalah caranya berbicara yang riang,

“Hey, Katsuragi-kun.”

Yoshino Asami menaikkan matanya sedikit dan mengatakan dengan suara manis seperti anak kecil.

“...Kamu terlihat sangat bosan. Bagaimana kalau kamu pergi untuk minum denganku?”

Dia menjadi sangat imut, gadis yang sangat memikat.

Keima benar-benar tidak dapat memahaminya.

Gadis ini.

Benar-benar sebuah misteri!

Sebelum dia menyadarinya, dia sudah duduk di toko makanan manis terdekat dan minum teh dengan Yoshino Asami. Lantai pertama adalah dek terbuka dari kayu, dan ada sebuah payung melindungi mereka dari atas. Meja dan kursi-kursinya lebih ke jenis yang lembut, dan itu adalah sebuah kafetaria yang cukup sesuai.

Seragam pegawai tokonya juga sangat manis.

Mereka ada di toko teh ini,

“...Dan kemudian, aku menonton acara TV ini terakhir kali.”

Yoshino Asami mengatakan beberapa hal yang tidak penting.

Keima menatapnya dengan pandangan kosong,

(Aku mengerti...jadi itu ‘kepribadian ganda’)

Setelah dia sadar kembali, dia meneruskan pengamatan pada gadis ini.

Itu bukan kepribadian ganda.

Tapi karakter ganda.

Karakter. Pada dasarnya , dia menahlukkan gadis-gadis dengan cara seperti di galge, jadi bagi Keima, itu bukan masalah ‘kepribadian’, tapi ‘karakter’.

Karakter ganda dapat berarti gadis itu memiliki dua ‘karakter’ yang berbeda.

Seperti bagaimana dia akan terlihat bangga di depan yang lain namun terlihat rendah hati saat hanya berdua. Atau saat biasanya seorang gadis cakap, namun bersikap seperti kakak perempuan yang canggung di depan tokoh utama dalam sikap emosional.

Watak terbesar dari gadis yang memiliki karakter ganda berarti mereka akan memiliki respon dan sikap yang benar-benar berbeda pada situasi tertentu.

(Kondisi gadis ini...)

Mata Keima bersinar.

(Jadi pemicunya di dalam dan luar sekolah, benar kan?)

Tapi itu terlalu dini untuk menyimpulkan hal itu.

Gadis dengan arwah pelarian pasti memiliki suatu masalah.

Masalah yang berkaitan dengan sikap dan kata-kata gadis itu. Ini adalah yang dia mengerti setelah menahklukan beberapa gadis.

Kalau,

Seperti yang Keima perkirakan, kalau Yoshino Asami ini memiliki karakter ganda, sifatnya ini pasti memiliki hubungan langsung dengan masalahnya.

“Hey.”

Tiba-tiba, Yoshino Asami melambaikan tangannya di depan Keima dan bertanya,

“Apa kau mendengarku di sini, Keima-kun?”

“Eh? Ah, ahh.”

Keima pulih dan melihat ke arah Yoshino Asami.

“Maaf...sampai di mana kita?”

“Ya ampun~”

Dan Yoshino Asami menggembungkan pipinya.

“Aku bilang kalau itu sangat menyusahkan karena klub upacara minum teh tidak dapat menarik orang masuk.”

“Benarkah? Maaf kalau begitu.”

Yoshino Asami tersenyum.

“Tidak apa-apa.”

Lalu berkata dengan nada bercanda,

“Jadi bagaimana kalau kamu yang traktir satu ini.”

Setelah mengatakan hal itu, dia melanjutkan meminum es kopinya dari sedotan sambil memberikan ekspresi iseng. Keima tersenyum.

Matanya memancarkan sinar hangat.

“Aku akan senang melakukannya.”

“!”

Wajah Yoshino Asami berubah sedikit merah.

Penampilan Keima sangat yakin dan sopan, dan hati gadis itu sepertinya tergerak karenanya sehingga dia buru-buru berkata,

“Beneran~ beneran~ Aku cuma bercanda...Katsuragi-kun, tidak kusangka kamu akan serius menanggapinya.”


“...”


“Ngomong-ngomong, Katsuragi-kun...mungkin kedengarannya sedikit tidak sopan bagiku mengatakan ini.”

“?”

“Ka, kalau dilihat lebih dekat, bukan, bukannya kamu cukup tampan?”

Keima merengut. Dia bukannya tidak senang, hanya sedikit terkejut.

“Ahahaha! Benar-benar berbeda dari apa yang aku de...dengar dari gadis-gadis lain. Bukankah kamu dipanggil otamegane?”

“Sebagian dari mereka melakukannya...”

“Tapi, kamu cukup menarik, benarkan?”

Dia menyeringai dan menyempitkan matanya.

“Kamu sudah memiliki pacar, kan? Kamu seorang playboy, benar kan?”

“...”

Keima tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Hal yang paling penting adalah bahwa dia merasa,

Apa yang gadis ini khawatirkan?

Yoshino Asami sangat riang, bebas dari rasa khawatir. Tembok aneh yang dia alami saat mereka berjalan ke rumah bersama hilang sama sekali.

(Dengan kata lain.)

Mata Keima bersinar.

(Masalah kepribadian ganda ada di sekolah, benar kan?)

Dalam situasi ini, kuncinya dia harus bertemu dengannya lagi di sekolah. Saat Keima memikirkan hal ini,

“Ah, arre?”

Sebuah suara lembut terdengar dari sampingnya.

“Apakah kau...pangeran?”

Saat mendengar suara ini, jantungnya berdetak kencang.

(Ja, jangan bilang!)

Seharusnya tidak seperti ini.

Tidak mungkin seperti ini.

Tidak boleh seperti ini.

Keadaan ini...

(eh!?)

Saat dia menoleh, dia berpikir.

(Apa yang sedang kau lakukan, Elsie!?)

Berdiri di sana adalah,

“...Selamat siang, pangeran.”

Sang gadis ‘Denpakei’ Amami Tooru...


Di game bishoujo, sering ada situasi di mana gadis-gadis yang sedang ditaklukkan pada waktu yang sama akan muncul di waktu yang sama untuk menciptakan sebuah event ‘Shuraba’.

Tergantung pada event, akan ada kemungkinan sang protagonis dapat menciptakan rasa cemburu di dalam gadis-gadis itu dan maju ke depan. Akan tetapi, jika dia berakhir dengan kehilangan rasa percaya dari keduanya, dia akan langsung mendapat Bad Ending.

Itu adalah event yang membutuhkan pembuatan keputusan yang sangat lem~but.

Keima dengan cepat melihat ekspresi kedua gadis itu.

Pertama, Yoshino Asami.

“Fuu~n.”

Dia membuat suara semacam itu saat dia menyipitkan matanya, meletakkan kedua tangannya di meja saat dia tersenyum pada Keima dengan sikap sangat tertarik. Di sisi lain, Amami Tooru,

Dia,

“...”

Melihat ke arah Keima dengan tatapan sedih.

“Ah, bukan, ini bukan,”

Keima buru-buru menjawab.

Ini, ini buruk!

Hatinya mengatakan kalau ini buruk, kalau ini tidak akan bisa, tapi dia tidak tahu harus bicara apa.

Ngomong-ngomong, kenapa Amami Tooru ada di sini?

“...Aku datang dari sana.”

Amami Tooru menunjuk ke arah jalan di seberang toko teh.

“Dan aku melihat punggung yang tidak asing, pangeran.”

Guwaa~

Sudah cukup sulit untuk mereka untuk bisa bertemu, tapi dia muncul di sini di saat yang mengerikan.

Itulah kenapa ‘Denpakei’ sulit diatasi!

“Yah.”

Disaat ini, Yoshino Asami dengan santai mengeluarkan sebuat buku catatan dari tasnya, merobek secarik kertas dan menulis serangkaian nomor dengan pena yang dikeluarkannya.

“Ini alamat emailku.”

Dia tersenyum dan berkata,

“Kau harus mengirimiku mail, pange-ran ♪”


Dia mengedipkan satu mata dengan ringan dan berdiri.

“Ah.”

Keima dengan segera mencoba menghentikannya tanpa berfikir sambil berdiri, tapi saat itu juga.

“...”

Amami Tooru berbalik tanpa sepatah kata pun.

“Tu, tunggu sebentar!”

Bagi Keima, reaksi ini terlalu kikuk, tapi mau bagaimana lagi.

Kemampuan analisa super tepatnya,

(Sangat sulit menemui Amami Tooru, jadi sepertinya dia salah paham antara Yoshino Asami dan aku, jadi aku harus memanggilnya menghentikan Amami Tooru, tapi dalam kasus ini, aku akan berakhir menjauh dari Yoshino Asami, yang sudah berhasil kudekati. Juga, reaksi Amami Tooru benar-benar membingungkan. Mungkin lebih baik kalau kubiarkan saja dia salah paham...tapi efek yang sebaliknya mungkin akan terjadi juga!)

Berputar dengan kecepatan tinggi.

Yoshino Asami dan Amami Tooru. Harus dengan siapa dulu dia bicara?

Siapa yang harus dia berikan penjelasan?

Siapa yang harus dia panggil?

Menghadapi pertanyaan yang sudah ditakdirkan ini,

“Pada kenyataannya itu 50-50!”

Tidak.

(Tidak akan ada hasil yang baik entah siapa pun yang kupanggil!)

“Ah, itu benar!”

Menatap

“Bagaimana dengan traktirannya kalau begitu? Terima kasih untuk es kopinya♪”

Yoshino Asami melambaikan tangannya dan pergi dengan langkah ringan, dan,

“...”

Amami Tooru memberikan ekspresi dingin yang daat membuat takut Keima saat dia tanpa sepatah katapun meliriknya lagi. Keima tidak dapat membuat langkah efektif sebelum mereka meninggalkan teras itu. Baik Yoshino Asami maupun Amami Tooru, keduanya meninggalkan Keima sendirian di toko teh.

“Ap, apa yang sedang terjadi...”

Saat ini, Keima tidak memiliki petunjuk apapun.

Hal ini benar-benar di luar perkiraan.

Atau lebih tepatnya.

“Elsie...”

Kalau dia menjaga agar Amami Tooru sibuk dengan baik, event menggelikan ini tidak akan terjadi.

Saat ini.

“Ka, Kami-sama~!”

Dededededede. Orang yang menyebabkan even ini terjadi berlari mendekat. Dia terlihat akan menangis dan berkata,

“Aku, aku minta maaf~ Aku kehilangan jejak Tooru-san!”

“Kau,”

Dia mengatakan ini, dan kemudian.

“KAU BODOH!!! DIA BARU SAJA DI SINI!!!”

Sebagai respon kesalahan Elsie,

Keima hanya bisa memeluk kepalanya sendiri dan berteriak...