Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kehidupan SMA sang Ksatria Biru[edit]

Part 1[edit]

Senin, 1 Februari

Saat SMA Kisshouharukaze memasuki caturwulan ketiga[1], sekolah itu mengadakan studi tur yang bahkan melebihi tamasya siswa kelas tiga.

Tujuan studi tur tahun ini adalah resor ski. Karena musim olahraga musim dingin sudah mulai mereda, mudah bagi sekolah itu untuk memesan tempat itu sebagai rombongan. Acara itu dijadwalkan berlangsung selama dua malam, yakni dari tanggal 3 Februari hingga 5 Februari. Karena hari ini adalah tanggal 1 Februari, tanggal keberangkatan acara itu pun sudah semakin dekat.

"Theiamillis-san, apa kamu bisa main ski?"

"Tidak, ini adalah yang pertama kalinya bagiku dan Ruth."

"Di negeri kami, ski tidak begitu populer."

"Bagaimana denganmu, Kurano-san?"

"Aku pernah melakukannya saat masih kecil. Betul juga, mungkin aku bisa mengajarimu, Theiamillis-san?"

"Main ski ya...Mackenzie-kun kelihatannya hebat main ski."

"Aku bisa main ski."

"Sudah kuduga...itu memang kemampuan buat menarik cewek-cewek, ya."

"Kasagi-san, itu tuduhan tanpa alasan!"

"Tapi, Satomi-san bilang kalau alasan kamu pandai berolahraga adalah agar kamu bisa menarik cewek-cewek."

"Kou!! Kamu bilang apa ke semua orang dibelakangku, ha!?"

Karena tanggal keberangkatan mereka sudah tinggal dua hari lagi dari sekarang, kelas 1A sedang terlihat meriah karenanya. Mereka sedang berada di tengah diskusi dengan wali kelas mereka mengenai studi tur itu, tapi sebagian besar kelas itu tidak mendengarkan wali kelas mereka."

"Koutarou, Koutarou, si Kacamata-kun manggil kamu tuh", bisik Sanae yang berada di punggung Koutarou.

"...."

Namun, dia tidak mendapat jawaban apapun dari Koutarou, yang sedang menopang kepalanya dengan tangannya dan merenung sambil melihat keluar jendela.

"Hei, Koutarou."

"Hm?"

Setelah dia memanggil untuk yang ketiga kalinya, Koutarou akhirnya menyadari Sanae yang berusaha memanggilnya.

"Kenapa, Sanae?"

"Jangan gitu dong, si Kacamata-kun manggil kamu tuh!"

"Oh."

Koutarou lalu menoleh ke arah Kenji, namun Kenji sudah tidak berusaha memanggilnya lagi dan justru sedang berbicara dengan teman sekelasnya yang lain. Melihat itu, Koutarou kembali memalingkan pandangannya ke luar jendela.

"Kenapa, Koutarou? Kok kamu bengong begitu?"

"Cuma merenung", balas Koutarou yang kembali memandangi jendela tanpa berkata-kata lagi, sambil memikirkan apa yang dibicarakannya dengan Clan beberapa hari yang lalu.


Part 2[edit]

24 Januari

Tepat setelah pementasan drama selesai, Koutarou memanggil Clan ke atap sekolah yang sedang kosong. Ada suatu hal yang ingin dibicarakan Koutarou kepadanya.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Clan dengan rambutnya yang bersinar diterpa sinar mentari senja. Warna jingga yang cerah itu terlihat kontras dengan zirah biru milik Koutarou.

"Ada dua hal yang ingin aku minta tolong sama kamu", jawab Koutarou dengan serius.

"Minta tolong?" balas Clan sambil tersenyum kecil, tapi setelah melihat raut wajah Koutarou, Clan kembali serius.

"Yap. Jelas, aku nggak akan minta tolong sama kamu tanpa ada balasannya. Aku bakal ngelakuin apapun yang aku bisa buatmu sebagai gantinya."

"Aneh juga, kamu menjadi seperti ini, Veltlion."

"Beneran? Kita baru aja musuhan sejam yang lalu loh."

"Betul juga."

Koutarou dan Clan pun saling tersenyum satu sama lain. Baru saja satu jam lalu menurut waktu Bumi, mereka berdua mencoba saling mengalahkan satu sama lain. Tapi, karena suatu alasan, mereka saat ini saling berbicara dengan nada bersahabat.

"Katakanlah. Mungkin aku akan menahan diri agar tidak membunuhmu setelah mendengarnya", kata Clan sambil tersenyum seakan mengancam, tapi Koutarou tahu kalau dia sedang bercanda.

"Oke. Permintaan pertamaku...aku minta kamu rahasiain semua yang terjadi di masa lalu."

"Maksudmu masa lalu, masa lalu yang mana? 2000 tahun lalu? 20 tahun lalu? 10 tahun lalu?

"Semua."

Koutarou mengatakan itu dengan wajah serius sambil menatap mata Clan dalam-dalam. Ini adalah permintaannya yang ingin disimak oleh Clan.

"Kenapa?"

"Alasannya....yah, alasannya ada dua."

Setelah berpikir sejenak, Koutarou mulai menjelaskan pada Clan.

"Yang pertama, aku nggak mau ngancurin mimpinya Theia. Kamu tahu kan, seberapa sukanya dia sama Ksatria Biru?"

"Ya, aku tahu betul."

"Ksatria Biru itu hal yang mendukungnya. Kalau dia sampai tahu kalau kita udah ngacauin legenda itu....dia pasti sedih banget, dan aku nggak mau itu sampai terjadi."

Karena dia menjadikan legenda Ksatria Biru sebagai panutan hidupnya, Theia mencoba meniru hal-hal baik dalam legenda itu untuk bisa menjadi seorang bangsawan yang hebat. Dia juga ingin menolong ibunya yang sekarang berada dalam kesulitan.

Walau begitu, Koutarou dan Clan sudah merusak legenda itu, jadi Koutarou mau merahasiakan hal itu dari Theia. Koutarou mau menjaga agar legenda itu tetap seperti apa yang telah diketahi oleh Theia. Kalau Theia sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi, legenda yang sudah menjadi pendukung baginya akan runtuh.

Aku tidak yakin soal itu...balas Clan dalam benaknya, dan lalu mengalihkan pandangannya ke pinggang Koutarou, dimana dia bisa melihat dua pedang yang tergantung disana. Harta paling megah milik keluarga kekaisaran, Signaltin, dan pedang yang diberikan oleh Theia kepada Koutarou, pedang harta Saguratin.

Aku rasa dia justru akan senang karenanya...pikir Clan sambil kembali memandangi Saguratin yang bersinar keemasan diterpa matahari senja. Clan yakin bahwa adanya Saguratin di pinggang Koutarou sudah cukup menjelaskan bagaimana perasaan Theia sesungguhnya. Walau begitu, merahasiakan kisah mereka berdua akan menurunkan resiko itu, jadi Clan tidak sepenuhnya menolak permintaan Koutarou.

Koutarou, yang tidak menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh Clan, melanjutkan penjelasannya.

"Dan alasan yang satu lagi sama dengan alasannya Ksatria Biru", jelasnya sambil melepaskan Signaltin beserta sarungnya dari pinggangnya.

"Keberadaanku dan pedang ini bakal bikin suasana politik Forthorthe nggak stabil, persis kayak alasan Ksatria Biru. Ngerahasiain ini bakal jauh lebih baik...juga buat dirimu."

Dikatakan bahwa sang Ksatria Biru menghilang karena keberadaan sang pahlawan yang telah menyelamatkan negeri itu menghancurkan keseimbangan politik Forthorthe. Jika begitu, kalau Koutarou, yang sudah terlibat dalam legenda itu, dan Signaltin, yang menjadi simbol dari legenda Ksatria Biru, sampai muncul di hadapan masyarakat umum, akan timbul masalah yang mirip pada masa ini. Jadi, Koutarou ingin menghindari hal itu.

"Wah, apa kau khawatir denganku?"

"....Rasanya emang aneh sih", balas Koutarou sambil tersenyum kecut. Clan pun merasa demikian, dan mereka berdua pun sama-sama kembali tersenyum.

"Alasannya sama buat kejadian 10 dan 20 tahun yang lalu, jadi aku mau ngerahasiain itu semua."

"Aku mengerti alasannya. Aku juga ingin merahasiakan kejadian-kejadian itu."

Clan pun memenuhi permintaan Koutarou, karena dia ingin merahasiakan kejadian yang bisa mengguncang keluarga kekaisaran sebagai puteri kekaisaran Forthorthe.

"Makasih ya, Clan."

"Aku juga tidak mau membahayakan diriku sendiri. Jadi, apa permintaan keduamu?"

"Ah, permintaan yang kedua berhubungan sama ini", kata Koutarou yang mengetuk zirah yang dipakainya.

"Aku mau kamu ngehapus semua rekaman yang ada disini. Kalau nggak, nanti bakal ketahuan sama Theia dan yang lain."

"Benar juga. Aku akan segera menghapusnya."

Clan pun mendekati Koutarou dan menyentuh gelang miliknya untuk menampilkan sistem operasi zirah itu. Dia berniat menghapus seluruh isi database zirah itu, namun saat dia ingin menjalankan perintah penghapusan, tangannya berhenti bergerak.

Apa aku harus betul-betul menghapusnya...mungkin aku harus membuat salinan, untuk berjaga-jaga...

Clan lalu menghubungkan gelangnya dengan sistem pada zirah Koutarou dan mulai menggandakan data itu ke gelangnya sambil menghapus data yang ada dalam zirah.

"...Hei, Veltlion."

Karena butuh waktu lama untuk menggandakan dan menghapus data-data itu, setelah menjalankan kedua perintah itu ke gelangnya, Clan memanggil Koutarou.

"Bisa berhenti manggil aku dengan sebutan Veltlion? Rahasianya bakal bocor kalau kamu tetep manggil aku begitu, meskipun kita udah ngehapus datanya."

"Benar juga. Boleh aku memanggilmu Koutarou?"

"Ya, silahkan", angguk Koutarou sambil menyandakan badannya di pagar pembatas di atas atap sambil memandangi Clan.

"Koutarou, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu."

"Silahkan. Kamu udah dengerin apa yang aku minta, jadi aku bakal jawab apa yang kamu tanyain."

"Kalau begitu, ini pertanyaanku..."

Setelah berkata demikian, Clan memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum.

"Apa kau mencintainya? Alaia-san..."

Itulah senyuman paling tulus yang pernah Koutarou lihat dari Clan, dan senyuman yang dilihatnya itu membuat Koutarou ingin menjawab dengan sejujur-jujurnya.

"Aku nggak yakin...tapi, memang bener kalau aku mau ngebantuin dia lebih daripada siapapun."

Koutarou, yang sudah tahu akan perasaannya sendiri, dengan jujur menjawab pertanyaan dari Clan, karena dia merasa tidak perlu menyembunyikan apapun dari Clan.

"Kalau begitu kau seharusnya bisa tinggal disana."

"Yang cinta sama baginda Alaia bukan aku, tapi sang Ksatria Biru", balas Koutarou sambil tersenyum pahit sambil terus menyandarkan punggungnya ke pagar itu.

Koutarou masih percaya kalau dirinya mengganggu Ksatria Biru yang asli. Jadi, bahkan jika Alaia jatuh cinta dengan Koutarou, Koutarou percaya bahwa Alaia bukan jatuh cinta padanya, melainkan kepada sang Ksatria Biru yang asli.

"...Aku tidak yakin dengan hal itu..."

Namun lain halnya dengan Clan. Karena dia tidak punya bukti apapun, dia tidak bisa mengatakannya pada Koutarou, tapi Clan sudah menduga bahwa Koutaroulah sang Ksatria Biru itu. Ada banyak hal yang tidak masuk akal jika bukan dia yang menjadi Ksatria Biru, dan Clan tidak percaya kalau sang puteri legenda bisa ditipu dengan akting. Jadi, Clan percaya bahwa perasaan yang dimiliki Alaia bagi Koutarou adalah sesuatu yang nyata.

"Walau kamu bilang begitu juga...kalaupun dia memang betul-betul cinta sama aku...baik aku maupun dia punya hal buat dilakuin. Jadi, hasilnya bakal tetep sama", balas Koutarou yang masih menyandarkan badannya dan lalu memandang ke langit, mengenang saat-saat dimana dia berada di Forthorthe 2000 tahun yang lalu dan juga perpisahan mereka - kenangan yang tidak akan pernah bisa dilupakannya.

"Tidak kusangka kau mau membuang status dan gelarmu untuk kehidupan sekolah yang biasa..."

"Masih ada banyak hal yang harus aku jalanin."

Clan merasa kagum dengan hal itu, tapi dia tetap tersenyum saat mendengarnya.

"Lagian, aku udah punya sumpah sendiri."

"....Kalau kau sudah bersumpah, kau tidak punya pilihan lain kecuali kembali, benar?" tanya Clan yang ikut menyandarkan badannya ke pagar itu sambil memandangi langit.

"Itulah kisah Ksatria Biru, ya kan?"

"Itu benar....kau memang benar..."

Clan akhirnya menunjukkan rasa kekagumannya untuk pertama kalinya.

Meskipun dia adalah perwujudan dari sang Ksatria Biru, dia masih belum menyadarinya juga...tidak kusangka ada orang seperti ini...

Sesaat setelahnya, Clan mulai tertawa.

"Fufufu, ahahahahaha!"

"Kenapa kamu tiba-tiba ketawa?"

"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya merasa ada yang lucu. Kuku, ahahahaha!"

"....Clan?"

"Ahahahaha! Ahh, betul-betul konyol!"

Koutarou sudah mengejek Clan dengan memanggilnya licik dan pendendam, tapi dia tidak bisa menemukan semua itu dari diri Clan yang saat ini sedang tersenyum ceria.

Setelah tawa Clan mereda, proses penggandaan dan penghapusan data dari zirah itu pun selesai. Setelah memastikan itu dengan gelangnya, Clan pun mengangguk.

"Sudah selesai."

"Makasih ya, Clan."

Dengan begitu, urusan Koutarou dengan Clan pun berakhir, dan dengan ini, Koutarou akhirnya bisa kembali ke kehidupan normalnya, sebelum dia mengarungi waktu bersama dengan Clan.

Akhirnya aku pulang...

Koutarou akhirnya merasa telah kembali pulang ke rumah.

"Sama-sama", balas CLan sambil menurunkan tangan kanan yang dipasangi gelang sambil melihat ke arah Koutarou.

"Ngomong-ngomong, Koutarou, ini bukan permintaan, tapi lebih kepada saran", kata Clan sambil mengganti senyumannya dengan pandangan serius pada Koutarou.

"Apa itu?"

"Maukah kau menjadi pengikutku?"

"A-apa!?"

Koutarou pun begitu terkejut mendengar itu sampai-sampai dia membelalakkan matanya, karena Clan mengeluarkan kata-kata yang begitu mengejutkan itu meskipun dulunya mereka berdua adalah musuh.

"K-kamu....serius tuh!?"

"Aku serius."

Koutarou masih tidak percaya kalau Clan berkata serius, tapi Clan terlihat betul-betul serius. Tanpa merubah raut wajahnya, Clan mengangguk.

"Yang bener aja! Kalau aku ngelakuin itu, Theia nggak akan bisa nyelesaiin ujiannya!"

Koutarou tidak memiliki niatan sama sekali untuk menjadi pengikut Clan, bukan karena Clan pernah menjadi musuhnya, tapi lebih karena Theia akan menjadi tidak bisa menyelesaikan ujiannya. Koutarou tidak bisa menerima hal itu.

"Tolong tenanglah. Aku tidak merasa bermasalah jika kau menjadi pengikutku setelah ujian Theiamillis-san selesai."

"Eh!?"

Clan pun melanjutkan dengan kata-kata yang bahkan lebih tidak masuk akal bagi Koutarou.

Clan datang ke Bumi hanya untuk mengganggu jalannya ujian yang dijalani Theia. Itulah sebabnya mengapa dia bertarung dengan Koutarou. Meski begitu, Clan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti dia menginginkan Theia agar menyelesaikan ujiannya. Koutarou tentunya tidak mengerti makna dibalik semua itu.

"Kalau kau mau menjadi pengikutku, aku tidak merasa bermasalah untuk menyerahkan hakku untuk naik takhta. Dengan begitu, Theiamillis-san memiliki peluang lebih besar untuk menjadi kaisar."

"T-tunggu bentar, Clan!! Apa kamu ngerti apa yang kamu omongin!?"

Clan bahkan mengatakan akan menyerahkan haknya untuk naik takhta, dan hal itu membuat Koutarou menjadi sangat kebingungan.

"Kaulah yang tidak mengerti, Koutarou."

Dengan sebuah keluhan kecil, Clan menyentuh pedang di tangan Koutarou dengan lembut.

"Kelihatannya kau tidak mengerti nilai dari pedang ini."

"Nilai pedang ini?" tanya Koutarou sambil mengangkat pedang yang masih berada di dalam sarungnya, yakni pedang suci Signaltin, yang diberikan kepadanya oleh Alaia.

"Harta paling megah keluarga kekaisaran, sebuah relik sejarah, pedang yang melambangkan kekuasaan, Signaltin. Apa kau tahu apa artinya itu bagi keluarga kekaisaran, kalau mereka tahu ada seseorang diluar sana yang bisa menggunakan pedang ini sesuka hatinya?"

Saat Koutarou mendengar penjelasan itu dari Clan, dia akhirnya mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Clan: dengan menjadikan Koutarou sebagai pengikutnya, Clan berniat mengembalikan Signaltin kepada keluarga kekaisaran Forthorthe.

"Tentu saja, pedang itu juga memiliki makna tersendiri bagiku", kata Clan sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya.

"...Dalam kata lain, kamu mau pedang ini ada dalam jangkauan keluarga kekaisaran, dan kamu sendiri, Clan, mau memperajari aku dan pedang ini. Benar?"

"Kurang lebih seperti itu. Untuk itu, hak untuk naik takhta adalah harga yang kecil", kata Clan sambil tersenyum, dengan kedua tangannya masih berada di dadanya.

"Apa kau mengerti?"

"Yap", jawab Koutarou yang sudah mengerti akan apa yang Clan katakan.

Selain keinginannya yang sudah jelas ingin mendapat kembali pedang itu, Clan sendiri sebagai seorang ilmuwan ingin mempelajarinya. Karena itulah Clan meminta pada Koutarou agar menjadi pengikutnya. Koutarou pun mengerti akan hal itu, karena permintaan itu masuk akal baginya.

"Dari sudut pandangmu, aku rasa emang jelas sih, kalau kamu mau bisa dekat sama pedang ini."

"Karena kau sudah mengerti situasiku, aku harap kau bisa memberikan jawaban yang serius kepadaku."

Tentu saja, alasannya bukan hanya itu saja...

Alasan-alasan itu bukanlah satu-satunya alasan mengapa Clan ingin Koutarou menjadi pengikutnya. Dia memiliki satu lagi niatan dibalik itu.

Tidak terhitung banyaknya anggota keluarga kekaisaran yang sudah menjadi seorang kaisar, namun, hanya ada satu yang sudah menjadikan sang Ksatria Biru menjadi pengikutnya, dan sang Ksatria Biru hanya menjadi pengikutnya selama beberapa bulan saja. Kalau aku bisa membuat Koutarou menjadi pengikutku, aku bisa menjadi satu-satunya pemimpin dari sang Ksatria Biru! Untuk itu, aku dengan senang hati akan memberikan takhta kepada Theiamillis-san!

Rupanya, Clan menginginkan Koutarou agar dia bisa mendapat gelar terhebat sebagai tuan dari sang Ksatria Biru. Anggota keluarga kekaisaran sendiri juga memiliki impian terhebat, yakni memiliki Ksatria Biru sebagai abdi mereka sepenuhnya, yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh sang Puteri Perak. Satu-satunya orang yang memiliki kesempatan itu hanyalah Clan yang berbagi suatu rahasia dengan Koutarou.

"Aku akan mendengar jawabanmu untuk waktu yang akan datang. Tolong pikirkanlah dalam-dalam sampai waktunya tiba."

"...Oke."

Namun, Clan belum sadar akan suatu hal.

Mempekerjakan Ksatria Biru, yang keberadaannya tidak bisa diumumkannya, hanyalah untuk kepuasan dirinya saja. Meski begitu, Clan tidak mempermasalahkan hal itu, karena dia masih belum menyadari makna dibalik perasaannya itu.


Part 3[edit]

"Apa cewek itu segalanya buatmu, Mackenzie-kun?"

"Cewek bukan satu-satunya alasan buatku buat hidup."

"Tapi, Satomi-san bilang begitu loh."

"Dia cuma seneng ngeliat aku diejek begini!"

Waktu terus berjalan, Koutarou akhirnya berhenti melihat keluar jendela sementara suasana kelas masih terlihat riuh. Karena itulah, diskusi kelas masih belum berjalan.

Dasar Clan, dia seenaknya aja ngasih tugas yang ngerepotin...keluh Koutarou sambil melihat ke arah gelang di tangan kanannya, yang diberikan kepadanya oleh Clan.

Koutarou sudah menyerahkan Signaltin kepada Clan. Karena pedang itu adalah artifak paling berharga dalam sejarah Forthorthe, Koutarou tidak bisa meninggalkannya tergeletak begitu saja. Namun, akan menjadi masalah kalau dia menyerahkan itu pada Theia. Jadi, Koutarou memutuskan untuk meninggalkan pedang itu dengan Clan, karena Clan paham akan situasinya.

Sebagai gantinya, Koutarou mendapat gelang ini. Biasanya, Clan akan mempelajari pedang itu, tapi dalam situasi darurat, Koutarou bisa menggunakan gelang itu untuk memanggil pedang itu. Itu adalah sebuah pertimbangan yang tidak biasanya dilakukan oleh Clan.

Tapi, tugasnya jauh lebih diperhitungkan dan lebih gampang dijawab daripada tugas dari Ruth-san...

Bukan kali ini saja Koutarou sudah diminta untuk menjadi seorang pengikut. Theia sudah menanyakan hal itu dari awal pertemuan mereka, dan belakangan ini Ruth juga menginginkan dirinya untuk menjadi pengikut Theia, meskipun bukan untuk ujian yang dihadapi Theia. Ada banyak perbedaan dibalik alasan-alasan itu, tapi inilah kali ketiga Koutarou diminta untuk menjadi seorang pengikut.

Aku nggak masalah jadi pengikut Theia sampai ujiannya selesai. Masalahnya sih setelahnya. Apa aku tetep tinggal di Bumi, atau aku ngelayanin Theia atau Clan?

Saat Koutarou akan kembali berpikir dalam-dalam kembali...

"Koutarou."

Wajah Sanae muncul dihadapannya.

"Wow!?"

Karena kaget, Koutarou menghentikan pemikirannya dan mundur sedikit.

"A-apa?"

"Belakangan ini kamu jadi aneh. Kamu punya kerutan di jidatmu kalau kamu lagi nggak ngelakuin apa-apa", kata Sanae sambil membuat kerutan di wajahnya dengan jarinya.

"Kenapa? Apa kamu lagi berubah jadi anak rajin?"

"Nggak, bukan apa-apa."

Baru pada saat itulah Koutarou sadar kalau dirinya membuat Sanae khawatir.

Sanae betul-betul sensitif sama hal-hal kayak gini...

Karena Sanae selalu berada di sisi Koutarou, entah bagaimana dia menjadi bisa membaca emosi Koutarou melalui energi spiritualnya. Jadi, Koutarou yang sedang berpikir dalam-dalam seperti itu membuatnya khawatir, dan itu bukanlah hal yang diinginkan Koutarou.

Aku nggak harus segera ngambil keputusan, jadi lebih baik aku senang-senang dulu main ski sama yang lain...

Tidak ada kesimpulan yang bisa dilihatnya dan alasan untuk bisa mengambil keputusan. Koutarou tidak bisa membiarkan Theia menyelesaikan ujiannya sampai masalah yang dialami Kiriha telah selesai, dan karena Koutarou sendiri baru kembali ke Bumi, tidak masalah baginya untuk kembali menikmati kehidupan normalnya.

Setelah memutuskan hal itu, Koutarou berubah haluan dan tersenyum pada Sanae.

"Aku cuma mikir, kalau pergi main ski itu bakal butuh banyak uang."

"Yah.....cuma itu? Sia-sia dong, aku kuatir", balas Sanae yang kembali tersenyum dan kembali bergantung di punggung Koutarou seperti biasanya.

"Kamu kan bisa pinjem duit dari Kiriha."

"Kalau aku pinjem dari Kiriha-san, aku takut sama bunganya nanti."

"Tenang aja. Kiriha juga cinta sama kamu kok."

"Beneran?"

"Nggak sebesar cintaku sih."

"Hei, Sanae, aku nggak bisa ngelihat apa-apa."

"Aku yang ngelihat, kamu bakalan nggak apa-apa kok!"

Suasana yang biasanya antara Koutarou dan Sanae pun kembali. Memang, itu hal yang sepele, tapi bagi Koutarou itu adalah salah satu hal yang ingin dinikmatinya.

"Kou, gara-gara kamu aku jadi sengsara gini!"

"Kamu sengsara karena kelakuanmu sendiri, Mackenzie."

"Satomi-kun, tolong katakan yang sebenarnya!"

"Ibu Kos-san, Mackenzie memang orangnya begitu."

"Jangan ngomong yang nggak-nggak!! Semuanya gara-gara kamu!!"

Dengan itu, Koutarou kembali ke kehidupannya yang biasa.


Part 4[edit]

Dengan datangnya bulan Februari, musim dingin pun akhirnya datang seutuhnya. Gedung klub sekolah yang terletak di balik bayangan gedung utama pun menjadi sangat dingin dan membuat semua anggota klub didalamnya mendapat masalah. Ditambah, karena ruangan komunitas merajut berada di pojok gedung itu, saat Koutarou dan Harumi masuk ke ruangan itu setelah sekolah, mereka bisa melihat nafas mereka sendiri.

"Brrr, dingin banget."

Setelah memasuki ruangan, Koutarou langsung mendekati pemanas ruangan yang sudah digunakan di dalam ruangan klub itu selama bertahun-tahun. Pemanas itulah benteng terakhir mereka melawan ganasnya suhu dingin itu.

Setelah memencet tombol untuk menyalakan selama beberapa kali, sebuah api pun menyala. Namun, meskipun pemanas ruangan itu sudah menyala, ruangan itu masih belum menjadi cukup hangat. Butuh beberapa menit bagi pemanas itu untuk bekerja sebelum Koutarou merasa bahwa ruangan itu sudah menjadi cukup hangat.

"....Akhirnya hangat juga."

Setelah memastikan bahw pemanas ruangan itu sudah bekerja, Koutarou duduk di kursi yang biasa didudukinya. Karena anggota komunitas itu hanya Koutarou dan Harumi saja, mereka selalu duduk di dekat pemanas ruangan untuk merajut, dan lebih nyaman bagi mereka untuk duduk disana daripada menunggu seluruh ruangan itu menjadi hangat.

Tepat pada saat itulah, anggota kedua dari komunitas itu membuka pintu ruangan dan masuk kedalamnya.

"Maaf, aku sedikit terlambat, Satomi-kun."

Itulah Sakuraba Harumi, gadis berkulit putih merona dan rambut hitam yang panjang.

"Nggak apa-apa, pemanasnya juga baru nyala kok."

"Terima kasih, Satomi-kun", kata Harumi yang berterimakasih pada Koutarou sambil tersenyum, sebelum duduk di kursi disebelahnya. Dengan duduk di depan pemanas seperti ini, bahu mereka berdua pasti nantinya akan saling bersentuhan. Situasi itu membuat Harumi menjadi sedikit lebih bahagia.

"Ngomong-ngomong, Sakuraba-senpai, ada kejadian apa hari ini?"

Sambil menyiapkan peralatan merajutnya, Koutarou bertanya pada Harumi. Dia bukannya marah karena Harumi datang sedikit terlambat daripada biasanya, tapi dia tertarik dengan alasan mengapa Harumi bisa datang terlambat.

"Uh."

Raut wajah Harumi pun tiba-tiba membeku dan mulai berubah merah. Koutarou bisa menebak kalau itu terjadi bukan karena pemanas ruangan.

"Hahaha, kelihatannya emang ada kejadian ya?"

"Iiih, Satomi-kun!" keluh Harumi sambil menggembungkan pipinya, satu-satunya ekspresi wajahnya yang hanya ditunjukkannya kepada Koutarou. Karena Harumi selalu terlihat tenang, Koutarou merasa bahwa raut wajah Harumi yang seperti itu saat ini membuatnya jauh lebih imut daripada biasanya.

"Tidak sopan kalau kamu tertawa saat orang lain sedang serius."

"Kalau gitu, ada apa?"

"Uhh..."

Pipi Harumi pun perlahan-lahan mengempis, dan disaat yang sama dengan bahunya yang melemas, Harumi menundukkan wajahnya.

"Se-sebenarnya..."

Harumi lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop, dimana "Sakuraba Harumi" tertulis dengan rapi diatasnya.

"Sebenarnya, aku mendapat surat cinta..."

Harumi lalu memberikan amplop itu pada Koutarou lalu membalikkan wajahnya agar bisa kabur dari tatapan Koutarou.

"Surat cinta, ya? Cara yang kuno juga, buat zaman sekarang."

Amplopnya terbuat dari kertas Jepang berkualitas tinggi, dan penulisnya menulis dengan menggunakan pena. Meskipun hurufnya tidak tertulis dengan begitu bagus, bisa terlihat bahwa si penulis telah menulisnya dengan sangat perhatian dan menyeluruh. Dari hal itu, bisa dikatakan bahwa ini adalah surat cinta yang begitu serius.

Gitu rupanya, jadi itu sebabnya senpai bilang aku nggak sopan karena udah ketawa.

Koutarou lalu mengambil amplop itu dari Harumi dan dengan hati-hati mengeluarkan isinya. Kalau surat itu memang seperti yang dikatakan oleh Harumi, bahwa itu adalah surat cinta yang serius, Koutarou harus memperlakukannya dengan hati-hati.

"Mari kita lihat..."

Koutarou lalu membuka isinya dan mulai membacanya. Huruf-huruf yang ditulis dengan rapi dan sungguh-sungguh itu menunjukkan perasaan si penulis yang begitu jujur dan apa adanya.

"Gitu rupanya."

Setelah membaca sebagian isi surat itu, Koutarou melipat kembali surat itu. Karena surat itu ditujukan untuk Harumi, Koutarou tidak mau melakukan apapun setelah memastikan isinya.

"Memang betul, aku nggak boleh ngetawain perasaan yang serius ini."

Koutarou lalu memasukkan kembali surat itu ke dalam amplopnya dan mengembalikannya kepada Harumi.

"Betul...itulah sebabnya aku jadi bingung."

Setelah menerima amplop itu, Harumi menjadi tersipu malu sambil melihat ke arah Koutarou. Harumi dipenuhi oleh rasa malu, tapi juga tertarik dengan bagaimana reaksi Koutarou.

"Bingung? Kenapa?"

"Karena aku menerima surat yang serius seperti ini, aku sadar bahwa aku tidak bisa menolak surat ini tanpa menyakiti perasaan yang menulis...", kata Harumi sambil memandangi Koutarou seakan meminta bantuan. Harumi ingin Koutarou mengatakan kepadanya apa yang harus dilakukannya, dan kalau bisa, Harumi ingin agar Koutarou sedikit iri. Berbagai macam perasaan bercampur menjadi satu di dalam pandangan itu.

"Jadi, kamu betul-betul mau nolak?" tanya Koutarou sambil bertopang dagu dan tersenyum kecil.

Ini bukanlah pertama kalinya hal ini terjadi. Setelah tampil di atas panggung, Harumi sudah sering mendapat pengakuan cinta dari para siswa laki-laki.

"Itu karena....aku tidak betul-betul mengenali orang itu...dan ini terlalu mendadak."

Namun, Harumi akan selalu menolak semua pengakuan itu. Meskipun Harumi sudah menjadi sedikit lebih berani setelah mendapat kesempatan untuk tampil di atas panggung, dia masih bermasalah dalam menghadapi orang-orang, jadi pengakuan cinta yang tiba-tiba seperti ini membuatnya takut.

"Tapi, kali ini aku mendapat surat cinta yang begitu sopan seperti itu...dan aku mengerti perasaan orang itu, jadi aku tidak yakin apakah aku bisa menolaknya tanpa bisa memberi alasan seperti biasanya..."

Karena dia sudah terbiasa membaca, Harumi lebih mudah mengerti perasaan seseorang melalui surat daripada dikatakan langsung kepadanya. Karena itulah, dia bingung bagaimana harus menghadapi orang ini.

"Kalau gitu...mungkin ini terdengar biasa sih, tapi gimana kalau kamu bilang kalau kamu udah punya orang yang kamu suka?"

"B-benar juga, tapi..."

Koutarou merasa bahwa itu adalah ide yang brilian, tapi saat mendengar itu, wajah Harumi menjadi semakin merah. Itu karena orang yang disukai oleh Harumi adalah Koutarou sendiri.

"Tapi, bagaimana jika...bagaimana jika dia bertanya siapa orangnya?"

"Kalau gitu, bilang aja."

Bilang saja. Itulah ide sederhana Koutarou yang akan mengakhiri semua ini.

"A-aku tidak bisa!" seru Harumi sambil menggelengkan kepala dan tangannya.

Rokujouma V8 049.jpg

"Kalau nanti aku merepotkan orang itu, aku akan merasa bersalah!"

"Nggak apa-apa. Dia kan orang yang disukai sama Sakuraba-senpai. Orang itu nggak akan marah sama hal kayak gitu", balas Koutarou sambil tersenyum. Bagi Koutarou, Harumi terlalu memikirkan masalah itu.

"A-apa itu benar?"

"Lain halnya kalau orang itu nggak kenal sama kamu, tapi kalau orang itu kenal kamu, dia pasti nggak akan marah."

Orang yang sudah mengenal Harumi pasti tidak akan merasa bermasalah dengan itu. Malah, jika orang itu sampai marah karena itu, mereka tidak akan menjadi pasangan yang baik. Jadi, yang manapun yang terjadi, Harumi tidak perlu khawatir. Itulah cara Koutarou melihat situasi itu.

"Lagian, ini kesempatan buat kamu", kata Koutarou yang menekankan ini sebagai hal yang lebih penting.

"Kesempatan?" tanya Harumi yang kaget dengan perkataan Koutarou.

"Ini kesempatan biar kamu bisa bilang ke orang yang kamu suka soal perasaanmu."

"I-itu masih, masih terlalu cepat! Masih, terlalu cepat!!"

Saat Koutarou menjelaskan apa yang dia maksud dengan kesempatan, Harumi justru menggelengkan kepalanya semakin cepat.

"Tapi aku rasa itu kesempatan yang bagus loh", kata Koutarou sambil berusaha menahan tawanya, karena Harumi yang masih terlihat panik terlihat imut baginya.

"Kalau tidak berhasil, aku akan tambah bingung! Aku tidak mau menghadapi kenyataan itu sekarang! Dan hatiku masih belum siap!"

"Ku, kukuku, s-susah ya, ku,kukuku."

Pada akhirnya, suara tawa mulai keluar dari dalam mulut Koutarou, yang tidak bisa menahannya saat melihat Harumi yang mulai panik seperti anak ayam kehilangan induknya.

"Iiiih, Satomi-kun! Tolong jangan tertawa, aku sedang serius!" teriak Harumi yang lalu mengepalkan tangannya dan memukul Koutarou dengan tinjunya yang pelan dan tidak menyakitkan.

"M-maaf, t-tapi itu tadi, lucu banget, ku, kukuku-uhuk"

"Kamu tidak perlu tertawa sampai tersedak begitu! Hhh~!"

"Uhuk uhuk"

Koutarou batuk beberapa kali sebelum akhirnya bisa menahan tawanya. Tapi kalau dia sampai lengah, Koutarou merasa kalau dia akan tertawa lagi, jadi dia mengalihkan pandangannya dari Harumi yang sedang melotot ke arahnya.

"...M-maaf ya."

"Hhhh....dasar Satomi-kun", keluh Harumi melihat Koutarou yang melakukan itu.

Kalau Satomi-kun tahu kalau dialah orang yang aku suka, aku penasaran, seperti apa reaksinya?

Sambil terus menggembungkan pipinya karena kesal, Harumi memikirkan pertanyaan itu, dan apa yang dipikirkannya membuatnya menjadi ragu.

Apa Satomi-kun ingin tahu siapa yang aku suka...?

Meskipun dia begitu terlibat dalam masalah yang dihadapi Harumi, Koutarou tidak menunjukkan rasa tertarik sama sekali terhadap siapa yang disukai oleh Harumi. Harumi pun mulai bertanya-tanya, apakah Koutarou bahkan melihatnya sebagai seorang wanita.

Mungkin...aku harus mencoba bertanya...?

Lalu, Harumi memutuskan untuk bertanya pada Koutarou. Setelah mengambil nafas dalam-dalam, dan menenangkan dirinya, dia memanggil Koutarou dengan suara kecil.

"Uhm, Satomi-kun..."

"Ya?"

Koutarou, yang saat itu sudah tidak tertawa lagi, kembali memalingkan wajahnya pada Harumi. Dalam waktu singkat, wajah dan suara Harumi berubah menjadi serius.

"Aku ingin menyanyakan permisalan....misalkan Satomi-kun jatuh cinta dengan seorang gadis...dan gadis itu tidak mencintai Satomi-kun, tapi kepada laki-laki lain, apa yang akan kamu lakukan?"

Harumi tidak cukup berani untuk bertanya langsung pada Koutarou kalau Koutarou suka kepadanya. Karena itulah dia mengganti cara bertanyanya. Meskipun kelihatannya Koutarou tidak terlihat tertarik pada Harumi, Harumi ingin memastikan apakah Koutarou menyukainya atau tidak.

Loh, itu kan situasi yang lagi kamu alamin, Sakuraba-sempai...

Seseorang menyukai Harumi dan memberikan sebuah surat cinta kepadanya, tapi Harumi menyukai seorang laki-laki lain. Jadi, apa yang dirasakan orang yang sudah memberikan surat cinta itu? Itulah cara Koutarou mengartikan pertanyaan dari Harumi.

"Hmm...kalau aku sih..."

Koutarou mulai membayangkan dirinya yang ada didalam situasi itu, dan hal itu membuat Harumi dan Alaia muncul bertumpuk dalam pandangannya.

Yang Mulia....

Pada saat itulah, Koutarou sadar akan apa yang dilakukannya dalam situasi itu.

"Kalau aku, aku pasti bakal dukung dia, supaya dia bisa diterima sama cowok itu."

"Benarkah? Apa kamu tidak apa-apa dengan hal itu?" tanya Harumi yang kaget dengan jawaban yang tidak disangkanya itu, karena Harumi sudah membayangkan kalau Koutarou akan menjawab dengan menyerah atau justru mencuri si gadis.

"Dia itu gadis yang kamu cintai"

"Justru karena itu, aku mau dia bisa bersama orang yang betul-betul dia cintai", jawab Koutarou tanpa ragu.

Alasan mengapa Koutarou menjawab seperti itu adalah karena dia sudah mengenal Alaia, yang meskipun mencintai sang Ksatria Biru, mendedikasikan dirinya demi kesejahteraan rakyatnya. Koutarou merasa seperti itu setelah betul-betul mengenal Alaia, dan karena sudah mengganggu pertemuannya dengan Ksatria Biru yang asli.

Koutarou ingin agar orang yang dicintainya bisa berada bersama dengan orang yang dicintai oleh si gadis.

"Tapi jelas, kalau cintanya nggak kebales, aku bakal ambil kesempatan buat nembak."

Kalau Koutarou sendiri adalah orang yang dicintai oleh si gadis, tentu itu akan menjadi situasi yang ideal, tapi kebetulan seperti itu jarang sekali terjadi. Itulah sebabnya Koutarou akan menyatakan cintanya setelah cinta yang dialami oleh gadis yang dicintai oleh Koutarou telah berakhir, seperti itulah apa yang dirasakan oleh Koutarou.

"Begitu...."

Setelah mendengar jawaban Koutarou, Harumi bisa merasa lega.

Syukurlah...aku juga punya kesempatan...tapi, berdasarkan apa yang dia katakan, kalau aku bertanya padanya tentang saran seperti ini, dia pasti hanya akan mendukungku...

"Terima kasih, Satomi-kun."

"Semoga aja jawabanku bisa ngebantu."

Koutarou tahu kalau jawabannya adalah contoh yang tidak biasa, karena tidak ada banyak kesempatan bagi orang biasa untuk bisa bertemu seorang tuan puteri, melihat bagaimana dia menjalani hidupnya dan mengganggu cerita cintanya.

"Tidak, itu sungguh membantu."

Namun, itu sudah cukup bagi Harumi, karena dia hanya ingin tahu apa yang dirasakan oleh Koutarou.

Aku harus menolak dengan baik penulis surat ini, dan aku harus bisa menyelesaikan sesuatu seperti ini oleh diriku sendiri. Aku harus bisa menunjukkan kepada Satomi-kun bahwa dialah satu-satunya bagiku. Aku akan menyatakan cintaku setelah dia mengerti hal itu...

Setelah menemukan langkah yang harus dijalaninya, Harumi kembali tersenyum seperti biasanya, dan mulai menggerakkan jarum rajutnya.

"Ngomong-ngomong, studi turnya sebentar lagi, benar?"

"Yep. Udah lama aku nggak main ski."

Koutarou pun mengikuti apa yang dilakukan Harumi dan mereka berdua mulai saling menggerakkan jarum rajut mereka berdampingan.

"Apa kamu bisa main ski? Kelihatannya kamu pandai."

"Nggak banyak pengalaman sih, jadi kemampuanku ya rata-rata. Gimana denganmu, Sakuraba-senpai? Apa kamu bisa main ski?"

"Fufu, sebenarnya, aku yakin dengan kemampuan bermain skiku." Mereka pun melanjutkan kegiatan komunitas mereka seperti biasa, menghabiskan waktu mereka berdua dengan santainya dan saling berbicara satu dengan yang lainnya dengan ceria.

"Wah, nggak nyangka."

"Aku sebal dengan sikapmu yang itu. Sebagai hukumannya, kamu harus membelikan aku oleh-oleh."

"Baiklah, tuan puteri."

Dengan datangnya musim dingin, suhu ruangan itu pun menurun dan membuat ruangan komunitas itu menjadi dingin. Namun, ruangan itu dihangatkan oleh suasana ceria yang hangat dibalik hangatnya pemanas ruangan.


Kembali ke Bab 1 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 3
  1. Sekolah di Jepang mempunyai tiga caturwulan untuk setiap tahun ajaran, dimana caturwulan pertama dimulai dari April-Juli, caturwulan kedua dari September-Desember(setelah libur musim panas selama Agustus) dan caturwulan ketiga dari Januari-Maret.