Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Lahirnya Gadis Penyihir!?[edit]

Part 1[edit]

Senin, 1 Februari

"Aku pulang~...Oh, lagi nggak ada orang rupanya."

Saat Koutarou pulang ke kamar 106, kamar itu masih kosong. Karena berbagai kegiatan yang dijalani penghuni lainnya, mereka belum sampai ke kamar itu. Ucapan salam yang diucapkan Koutarou pun berlalu begitu saja tanpa adanya balasan.

Koutarou lalu melepas sepatunya di pintu masuk, melewati dapur dan masuk ke bagian dalam kamar. Karena lampunya masih dimatikan, kamar itu terlihat gelap dan sunyi.

"Nggak biasanya", ujar Koutarou sambil meletakkan ranselnya di pojok kamar lalu menyalakan lampu. Meski begitu, kamar itu masih saja sepi.

"Oh iya, ini kesempatan bagus."

Namun, ada hal yang bisa dilakukannya saat tidak ada orang lain di kamar itu. Setelah mengingat apa yang bisa dilakukannya, Koutarou mendekatkan gelang yang diberikan Clan kepadanya mendekati mulutnya.

"Cradle, bisa kau berikan barang-barangku?"

"Baiklah, tuanku."

Setelah memberi perintah pada gelang itu, sebuah lubang hitam muncul di hadapan Koutarou, yang jenisnya sama seperti saat Theia dan Clan memanggil senjata mereka. Namun, apa yang keluar dari lubang hitam ini bukanlah senjata, melainkan sebuah wadah plastik berukuran beberapa lusin sentimeter.

"Sip, mari kita rapikan."

Di dalam wadah plastik itu terdapat barang-barang milik Koutarou, yakni benda-benda yang didapatnya saat berkelana bersama Clan, yang juga barang-barang yang tidak bisa ditunjukannya kepada para penjajah yang lain. Itulah mengapa sekarang adalah saat yang tepat baginya untuk merapikan barang-barang itu.

"Aku perlu ini...yang ini nggak perlu..."

Di dalam wadah itu terdapat pakaian dan sejenisnya yang dia gunakan saat berkelana, dan juga pisau dan batu asah yang tercampur di dalamnya. Meskipun Koutarou menyebutnya sebagai barang-barang miliknya, ada berbagai macam benda di dalam wadah itu.

Koutarou membalikkan wadah itu dan merapikan seluruh isinya, lalu mengembalikan apa yang tidak dibutuhkannya kembali ke wadah itu. Dia meninggalkan benda-benda yang diperlukannya di atas tatami.

Setelah selesai, Koutarou berniat mengembalikan wadah itu kembali ke kapal Clan. Dia sudah berencana untuk membuang benda-benda yang sudah tidak dibutuhkannya lagi, tapi karena caranya mendapat benda-benda itu, itu berarti benda-benda itu tidak akan pernah didapatkannya lagi. Ditambah, karena Koutarou sudah merasa sayang pada benda-benda itu, dia tidak bisa membuangnya begitu saja.

"Hm? Ini..."

Setelah bekerja selama beberapa saat, tangan Koutarou tiba-tiba berhenti. Dia menemukan sesuatu yang menarik dari antara benda-benda miliknya.

"Aku rasa....aku bakal simpan yang ini."

Benda yang diambilnya adalah sebuah kalung dengan desain yang unik, terdiri dari batu-batu permata dan taring-taring hewan buas yang terlihat mengkilap dan disatukan oleh tali dari berbagai warna. Karena kalung seperti itu jarang dilihatnya, Koutarou menjadi suka dengan kalung itu.

"Kalau aku sampai kehilangan ini, pasti aku bakal kena marah habis-habisan."

Setelah memutuskan untuk menimpan kalung itu, Koutarou meletakkan kalung itu kembali ke atas tatami. Dia menjadi ingat dengan wajah orang yang sudah memberikannya kalung itu.

Sekarang kalau kupikir-pikir lagi...

Dan, Koutarou kembali berhenti. Ada sesuatu yang diingatnya mengenai orang yang memberikannya kalung itu.

"...Nggak, nggak mungkin. Itu pasti nggak mungkin."

Namun, Koutarou menggelengkan kepalanya dan mulai merapikan kembali barang-barangnya.

Karena wadah itu tidak begitu besar, Koutarou akhirnya selesai merapikan barang-barang miliknya dalam waktu singkat.

"Cradle, kembalikan wadah ini ke tempat asalnya."

"Baiklah, tuanku."

Setelah menerima perintah dari Koutarou, wadah plastik itu kembali masuk ke dalam lubang hitam dan kembali ke kapal luar angkasa Clan, menyisakan beberapa barang di kamar itu. Yang tertinggal bukan hanya kalung itu saja, tapi juga barang-barang lain yang begitu dikenang oleh Koutarou. Salah satunya yakni lencana buatan Charl. Memang tidak berguna, tapi itu sesuatu yang ingin disimpannya. Kenyataannya, hanya ada sedikit sekali barang-barang yang tersisa yang masih berguna.

"Oke, aku rasa ini udah bagus."

Setelah memasukkan barang-barang itu ke dalam sebuah kantong kertas, Koutarou meletakkannya di bagian paling dalam lemari, di tempat yang sama dimana sweater yang belum selesai dirajut itu berada.

"Aku pulang~~!"

"Aku juga~"

Tepat pada saat itulah, suara ceria Sanae dan Yurika bisa terdengar dari arah pintu.

"Ke TV, Love Love Heart sebentar lagi mau mulai!"

"T-tungguin dong, Sanae-chan! Kalau kamu narik aku terlalu kenceng--"

Suara sesuatu yang berat membentur lantai pun bisa terdengar. Setelahnya, Sanae muncul di bagian dalam kamar itu.

"Ah, kamu udah duluan, Koutarou!"

"Selamat datang kembali, Sanae."

"Aku pulang! Lihat, Koutarou, kami beli ini!"

Setelah menemukan Koutarou yang sudah berada di dalam kamar, Sanae menunjukkan senyumnya yang besar padanya, sambil menggerakkan jarinya dan membuat sebuah kotak melayang di hadapan Koutarou. Kotak itu adalah kotak barang bertemakan anime yang baru saja dibelinya bersama Yurika.

"Hebat, Sanae."

"Betul!"

Setelah mengangguk dengan cepat, Sanae langsung bergegas ke depan TV dengan kota yang ikut melayang mengikutinya. Sudah hampir waktunya judul anime yang berada pada kotak barang itu untuk ditayangkan.

"Ah, au au."

"Selamat datang, Yurika."

Yurika melangkah dengan sempoyongan melewati Koutarou, dan entah mengapa, dia memegang kepalanya sambil menangis."

"A-aku pula--ng."

"Kamu kenapa, Yurika?"

"Nggak, nggak kenapa kenapa kok."

"Yurika, udah mulai nih! Udah mulai!"

"Okeee~"

Sementara air mata mulai muncul di pelupuk matanya, Yurika duduk disebelah Sanae. Sesaat setelahnya, sebuah lagu yang sudah mereka berdua kenal dapat terdengar dari TV. Itulah lagu pembuka anime yang tidak pernah dilewatkan oleh Sanae dan Yurika.


Part 2[edit]

"Episode berikutnya dari Magical Heart Love Love Heart! 'Musuh!? Kawan!? Sparkling Heart muncul!' Rangkaian bunga ini akan sampai ke hati manis kalian!!"

Setelah cuplikan episode berikutnya yang begitu dramatis, anime itu pun berakhir, dan Sanae dan Yurika yang selama ini duduk diam di depan TV akhirnya mulai bergerak.

"Yurika, aku penasaran siapa Sparkling Heart!"

"Dia pasti karakter yang cuma ditunjukin sedikit-sedikit ke kita!"

"Bisa jadi!"

"Apa menurutmu dia musuh!? Atau temen!?"

"Aku juga penasaran!"

Sanae dan Yurika lalu membahas anime yang baru saja selesai tayang itu dengan asyiknya.

Kalau dilihat dari namanya, Sparkling Heart kemungkinan bakal jadi temennya Love Love Heart. Yah, pura-pura nggak tahu soal ini juga salah satu hal yang seru soal anime kayak begini, pikir Koutarou sambil melihat ke arah mereka berdua.

"Mungkin bakal ada sihir baru yang muncul!?"

"Bisa jadi! Kayaknya sih bakal ada!"

Mereka berdua pun berbicara dengan asyiknya sambil mengulangi gerakan-gerakan sihir yang digunakan di anime itu. Kelihatannya episode minggu ini membuat mereka sangat puas.

Sihir? Oh iya, aku punya itu!

Setelah melihat ke arah mereka berdua, Koutarou menjadi teringat dengan adanya suatu benda. Koutarou lalu bangun dan membuka lemari, kemudian mengeluarkan sebuah tongkat panjang yang dibungkus dengan kain. Benda itu adalah salah satu benda yang didapatkannya saat berkelana bersama Clan. Karena benda itu terlalu panjang untuk disimpan di dalam wadah, Koutarou harus menyimpannya di tempat yang berbeda.

"Yurika, bisa kesini sebentar?" panggil Koutarou dengan tongkat di tangannya.

"Y-ya!?"

Karena Yurika dipanggil saat dia masih asyik berbicara, dia menjadi terkejut. Namun, dia segera merangkak ke meja teh di tengah ruangan itu.

"Ada apa?"

"Sebenernya, aku mau minta maaf sama kamu."

Koutarou lalu mengeluarkan tongkat panjang yang terbungkus kain itu ke atas meja dan duduk bersimpuh dengan tegap. Dia tidak bisa duduk sila seperti biasanya, karena dia mau meminta maaf.

"Soal air panas yang kamu pakai buat bangunin aku tadi pagi?"

"Bukan."

"Kalau gitu, soal nendang bola ke mukaku pas kelas olahraga hari ini?"

"Bukan soal itu juga."

"Aku tahu!! Pasti soal taiyaki[1] punya Yurika yang kamu makan, ya kan!?"

"Bukan, bukan. Sanae, tolong jangan bikin ini jadi tambah sulit."

"Kamu bilang begitu juga, tapi kamu emang udah makan itu kan."

"Memang, tapi bukan itu hal yang ingin aku bicarain."

"Fueeeeeeeee~! Dasar jahat, nggak adil! Padahal aku udah mau makan itu!"

"Oke, oke! Nanti aku beliin, sekarang tenang dulu!"

"Beneran!?"

Yurika sudah betul-betul menangis, tapi saat dia tahu kalau Koutarou akan membelikan taiyaki yang baru untuknya, dia berhenti menangis.

Yurika, bisa nggak sih kamu punya harga diri yang lebih...

Sambil merasa kasihan, Koutarou merasa khawatir dengan bagaimana Yurika nanti di masa depan.

" Isi kacang...krim...coklat...keju..."

"Jadi, Koutarou, kenapa kamu mau minta maaf?"

Sebagai pengganti Yurika yang mulai asyik membayangkan isi taiyakinya nanti, Sanae bertanya pada Koutarou.

"Soal itu, sebenarnya--"

"Satomi-san, nanti kamu mau beliin aku berapa taiyaki!?"

"Tolong dengerin aku dulu!"

"...Okee~, maaf."

Setelah menunggu agar Yurika bisa memperhatikan apa yang akan dikatakannya, Koutarou akhirnya mulai berbicara dengan pelan.

"Yurika, aku nggak tahu harus ngomong apa setelah ngatain kamu idiot dan semacamnya tiap kali kamu nyinggung hal ini, tapi..."

"Ya..."

"Gembiralah, Yurika. Sihir itu bener-bener ada."

"Ya?"

Setelah mendengar apa yang dikatakan Koutarou, pupil mata Yurika jadi mengecil saking kagetnya.

"Aku tahu kamu nggak akan langsung percaya sama aku, tapi aku udah ngelihat dengan mata kepalaku sendiri."

"Kamu bercanda!? Be-beneran, Koutarou!?"

Berkebalikan dengan Koutarou yang saat itu berbicara dengan tenang, Sanae melompat gembira dan meminta Koutarou untuk menjelaskan lebih rinci.

"Yap. Aku nggak bisa kasih tahu detailnya, tapi aku bisa yakin soal itu."

"Oooo--h! Beneran nih!?" tanya Sanae dengan mata yang berbinar-binar. Sanae sendiri tidak percaya dengan adanya sihir, tapi karena dia suka dengan anime gadis penyihir, dia percaya kalau dirinya akan bahagia kalau sihir itu ada. Ditambah, karena yang mengatakan bahwa sihir itu nyata adalah Koutarou, dan bukan Yurika, Sanae langsung percaya padanya.

"K-kenapa sekarang, tiba-tiba begini?"

Namun, Yurika sendiri tidak bisa memendam kebingungannya dan menatap ke arah Koutarou.

"Seperti yang sudah kubilang, aku nggak bisa ngasih tahu detailnya. Aku bakal bikin masalah buat banyak orang kalau aku sampai bilang."

Koutarou belum memberi tahu para penjajah lain apa yang dialaminya saat dia dan Clan menghilang. Yang hanya dikatakan Koutarou adalah bahwa dia menemui masalah dan harus bekerja sama dengan Clan, membuat mereka berdua saling mengerti selama menghadapi masalah itu. Koutarou tidak memberitahu mereka bahwa dirinya melewati banyak sekali waktu dalam beberapa menit dirinya dan Clan menghilang, atau peristiwa apa yang dialaminya selama waktu itu.

"Daripada mempermasalahkan itu, aku punya sesuatu yang keren buat kamu."

"Sesuatu yang keren?"

"Aku juga mau dapet oleh-oleh", kata Sanae yang melirik kearah Koutarou, yang membuka kain pembungkus tongkat itu. Tidak seperti tongkat milik Yurika, tongkat itu terbuat dari kayu yang punya desain biasa dan menggunakan warna hitam dan coklat sebagai penghiasnya.

"I-ini!?"

Tepat saat dia melihat tongkat itu, Yurika menjadi terdiam. Kekuatan sihir yang hebat tersimpan dalam tongkat itu, yang tidak disadari Yurika karena tertutupi oleh kekuatan sihir kamar 106. Tapi, begitu dia bisa melihat tongkat itu, Yurika bisa langsung tahu kekuatan tongkat itu layaknya penyihir lainnya.

"Tepat sekali, ini adalah tongkat sihir. Orang yang pakai tongkat ini, meskipun dia nggak punya bakat jadi penyihir, bisa pakai mantra apapun sebebasnya. Tentu aja, kekuatannya jauh lebih lemah."

"Koutarou, apa maksudnya itu tongkat sihir beneran!?" tanya Sanae sambil menggoyang-goyangkan kotak barang anime yang baru saja didapatnya hari ini, yang berisi tongkat sihir yang muncul dalam anime yang ditontonnya.

"Ya. Coba lihat ini", kata Koutarou sambil tersenyum dan mulai memegang tongkat itu, menatap ujungnya dan berkonsentrasi.

"Api! Muncullah!"

Persis setelah Koutarou selesai berbicara, sebuah api kecil muncul di ujung tongkat itu, membuat tongkat itu seperti lilin yang sangat panjang.

"Wow, apinya bener-bener muncul! Keren!!"

"Ini bukan cuma tongkat sihir biasa!?"

Sanae hanya sekedar kaget dengan api yang muncul menuruti perintah Koutarou, tapi Yurika lebih kaget dengan hal yang lain.

Tongkat ini bukan buatan Folsaria!! Ditambah, tongkat ini bisa baca pikiran Satomi-san dan ngejalanin mantra yang sesuai!!

Koutarou menggunakan sihir yang berbeda dari jenis sihir yang digunakan Yurika, dimana sihir yang digunakan Yurika adalah jenis yang dipelajarinya dari pengajarnya, Rainbow Nana, yang umum dipakai di negeri sihir Folsaria.

"S-Satomi-san, kamu dapet ini dari mana!?"

Koutarou pasti pernah bertemu dengan seorang penyihir, entah dimana. Ditambah, penyihir itu tidak berasal dari Folsaria, dan juga bukan anggota Rainbow Heart maupun Darkness Rainbow. Keberadaan si penyihir ini cukup menarik perhatian Yurika.

"Maaf, tapi aku nggak bisa bilang. Tadi aku udah bilang, kalau aku kasih tahu secara nggak sengaja, aku bakal bikin masalah buat banyak orang, dan aku juga nggak mau ngeganggu orang-orang yang udah nolong maupun mereka yang ada hubungannya sama itu. Tolong ngerti ya, Yurika."

Namun, Koutarou tetap bersikeras tidak mau memberitahukan hal itu, dengan memberikan penolakan yang tegas namun tetap tenang.

"O-oke...", balas Yurika yang dengan enggan mengalah. Yurika tahu, dia sudah tidak bisa lagi mengungkit-ungkit masalah itu kalau Koutarou sudah sekeraskepala ini.

Kayaknya juga nggak ada bahaya apa-apa sih, jadi aku rasa nggak apa-apa...

Yurika membayangkan bahwa selama Koutarou menghilang, dia bertemu dengan seorang penyihir yang membantunya kembali. Ditambah, dari kata-kata Koutarou yang menyebutkan bahwa dia tidak mau merepotkan si penyihir, itu menjadi pertanda bahwa penyihir itu bukanlah penyihir yang jahat. Yurika jelas tidak memiliki alasan apapun untuk menyelidik si penyihir yang tidak berasal dari Folsaria dan kelihatannya tidak memakai sihirnya untuk kejahatan. Karena pemilik tongkat sihir itu sendiri juga adalah Koutarou sendiri, Yurika tidak perlu merasa khawatir.

"Nih, Yurika", kata Koutarou yang menyerahkan tongkat itu kepada Yurika yang masih terdiam.

"Satomi-san?"

Setelah memandangi tongkat itu, Yurika memandangi Koutarou dengan pandangan curiga.

"Tadi aku udah bilang kalau tongkat ini buat kamu, iya kan?"

"Kamu ngasih ini buat aku?"

"Bener. Nih, silahkan kamu pakai tongkatnya, Yurika", angguk Koutarou sambil menyerahkan tongkat itu ke tangan Yurika. Karena dia masih belum mengerti apa maksud Koutarou, Yurika hanya bisa memandangi tongkat itu dan Koutarou berulang kali.

Koutarou percaya pada sihir. Meski begitu, Yurika tidak tahu mengapa Koutarou memberinya tongkat sihir itu meskipun Yurika sendiri bisa menggunakan sihir yang hebat.

Aku penasaran, apa tongkat ini bisa ngeluarin sihir yang spesial? pikir Yurika sambil memiringkan kepalanya.

"Wah, bagus banget, Yurika!!"

Sanae rupanya sudah mengerti maksud Koutarou. Sambil menunjukkan kotak barang anime, yang bergambar gadis penyihir yang menggunakan tongkat sihir, pada Yurika, Sanae terus berbicara dengan girangnya.

"Akhirnya kamu lulus dari cosplayer! Sekarang kamu jadi gadis penyihir beneran!"

"Ah."

Baru pada saat itulah Yurika sadar apa maksud Koutarou sebenarnya. Koutarou berkata bahwa dia mendapatkan tongkat ini untuk dirinya, mendapatkan tongkat sihir yang bisa membuat siapa saja bisa menggunakan sihir kepada seorang cosplayer yang tidak bisa menggunakan sihir. Koutarou jelas tidak akan memberikan tongkat sihir baru yang mengkilap sebagai hadiah kepada sang gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika.

Rokujouma V8 073.jpg

"Iih, aku iri deh sama kamu, Yurika~! Sekarang kamu udah jadi gadis penyihir beneran!"

"Aku memang gadis penyihir beneran sejak lama!!"

Sementara Sanae terlihat iri dengan situasi Yurika, Yurika sendiri justru mulai menangis.

S-Satomi-san memang percaya sama sihir sekarang, tapi dia nggak percaya kalau aku itu gadis penyihir!!

Yurika hanya bisa mulai menangis begitu mengerti mengapa dia diberi tongkat itu. Yurika tahu, bahwa sebaiknya identitasnya sebagai gadis penyihir tidak terungkap, tapi pada saat ini, dia ingin agar Koutarou tahu akan hal itu. Namun, kenyataan memang kejam. Meskipun Koutarou sekarang sudah percaya dengan adanya sihir, Yurika tetaplah menjadi seorang cosplayer dimatanya.

"Bagus sekali, Yurika...seorang cosplayer yang bisa menggunakan sihir asli, ya...nggak banyak cosplayer yang beruntung kayak kamu, loh."

"Kamu salah, bukan begitu!!"

"Sanae, jangan terus-terusan panggil dia cosplayer. Mimpinya sudah terwujud sekarang."

"Ah, iya. Maaf ya, Yurika. Aku kurang peka."

"Yurika udah lama jadi gadis penyihir, dan mari kita anggap saja seperti itu, oke?"

"Koutarou, kamu hebat juga ya?"

"Jadi, kamu sebenarnya udah tahu?"

"Fufu, aku emang udah tahu dari lama ♪ "

"...Aku mau nonjok dia. Aku mau mukul Satomi-san...."

Yurika hanya bisa menangis sambil menggenggam erat tongkat barunya. Meskipun posisinya sebagai gadis penyihir kamar 106 sudah menjadi resmi, rasa malu yang dirasakannya saat itu jauh lebih besar dari yang sudah-sudah.


Part 3[edit]

Tujuan Koutarou membawa tongkat itu kembali ke kamar itu adalah agar Yurika punya alat untuk membantunya membela diri. Dalam benak Koutarou, Yurika hanyalah seorang teman sekelas yang gemar melakukan cosplay, dan itulah anggapan yang Yurika sendiri berikan kepada Koutarou. Jadi, bagi Koutarou, Yurika hanyalah orang biasa yang tercampur bersama para penjajah lainnya.

Selain itu, Yurika sendiri begitu baik hatinya dan benci bertarung. Meskipun mereka berdua sama-sama manusia biasa, tidak seperti Koutarou yang atletis dan pandai bertarung, Yurika tidak bisa melindungi dirinya sendiri dari masalah yang terjadi di sekitar kamar 106.

Bagaimana nasib Yurika kalau sampai dia terseret dalam masalah yang ditimbulkan Rakyat Bymi atau Forthorthe?

Hingga saat ini, Yurika betul-betul beruntung(?) untuk bisa menghindari hal-hal itu, tapi hal yang sama mungkin tidak akan berlaku juga nantinya. Koutarou, yang selalu cemas dengan hal itu, memberikan sebuah tongkat sihir pada Yurika agar Yurika bisa melindungi dirinya sendiri.

"Jadi, ringkasnya alat itu bisa ngeluarin macam-macam sihir, tapi kekuatannya nggak seberapa. Jadi, jangan jadi kepedean dan fokus lindungin dirimu sendiri. Oke?"

Tongkat yang diberikan Koutarou kepada Yurika dibuat agar penggunanya bisa menggunakan berbagai macam sihir untuk bisa menangani situasi seperti apapun. Tongkat itu memang cocok untuk digunakan orang biasa sebagai alat untuk pertahanan diri, tapi karena tongkat itu bisa mengeluarkan berbagai macam jenis sihir, kekuatan serang tongkat itu tidak begitu besar, membuat tongkat itu tidak cocok untuk menyerang.

"Aku ngerti", angguk Yurika dengan patuh saat mendengar nasihat dari Koutarou sambil berencana menggunakan kesempatan ini.

Selama aku punya tongkat ini, aku bisa pakai sihir di depan semuanya...

Pandangan Yurika terhadap situasi itu pun sudah berubah, dan dia berencana menggunakan sihirnya sendiri sambil memegang tongkat baru itu. Dengan begitu, para penghuni kamar 106 akan menganggapnya menggunakan sihir dari tongkat baru itu, tapi kenyataannya Yurika akan menggunakan tongkat sihirnya sendiri. Karena Yurika bisa menggunakan sihir tanpa mendapatkan tuduhan apapun selain sebagai seorang cosplayer, tidak ada penyamaran yang lebih bagus lagi baginya untuk hal ini.


"Hei, gadis penyihir. Jangan menoleh dan tekan lebih kuat lagi."

"B-Baiiiiik!"

Saat itu, Yurika sedang menggunakan tongkat sihirnya, yang saat itu sedang bergetar, untuk memijat pundak Theia.

"Oooh...jadi ini yang namanya sihir, ya...rasanya nikmat juga. Ruth, nanti kau bisa menyuruhnya untuk memijatmu juga."

"Apa itu tidak apa-apa, Yurika-sama?"

"Ah, iya, nggak apa-apa~" angguk Yurika sambil tersenyum. Namun, dibalik senyuman itu tersimpan rasa kesal.

Ada yang salah....ini kayaknya salah...emang sih, bagus kalau aku bisa pakai sihir tanpa harus nunjukkin identitas asliku....tapi ini ada yang salah! pikir Yurika yang tengah memijat pundak Theia dengan menggunakan sihir getaran pada tongkatnya.

Tunggu bentar, ini bukan kerjaannya gadis penyihir!

Beberapa saat lalu, Yurika menggunakan sihir panas untuk menyetrika baju. Sebelum itu, dia menggunakan sihir gelombang supersonik untuk mengusir kucing-kucing liar dari Rumah Corona.

Situasi itu jauh berbeda dari apa yang dibayangkannya. Yurika sebelumnya yakin, begitu orang-orang melihat bahwa dia bisa menggunakan sihir, mereka akan mulai menghargai dirinya.

Kayaknya malah jadi tambah kacau deh...

Dan Yurika mulai merasa bahwa jauh lebih baik bagi dirinya untuk tetap dianggap sebagai seorang cosplayer.

Memang, akan menguntungkan bagi Yurika kalau dia bisa menyembunyikan identitasnya dengan menggunakan tongkatnya, dan bisa menggunakan sihir secara terang-terangan dihadapan semua orang. Namun, hukum di Folsaria menyatakan bahwa sihir tidak boleh disalahgunakan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kejahatan. Tentu saja, menggunakan sihir untuk memijat maupun menyetrika adalah contoh-contoh penyalahgunaan sihir. Namun, karena sihir yang digunakan Yurika bukan berasal dari Folsaria, situasi itu pun berada di zona abu-abu dan membuat Yurika bingung.

"Hei, Yurika, boleh aku pakai tongkatmu yang lama?"

"Ng-nggak!! Kamu nggak boleh pakai itu!!"

Sanae mengeluarkan tongkat Yurika, Angel Halo, dari dalam lemari dan mulai melakukan berbagai pose dari anime dengan tongkat itu. Yurika, yang melihat itu, langsung panik dan merebut tongkat itu dari Sanae. Biasanya, Yurika yang takut dengan hantu tidak akan berani melawan Sanae, tapi untuk kali ini dia tidak bisa membiarkan tongkatnya direbut.

"Tapi, kamu kan udah punya tongkat sihir beneran dari Koutarou."

"Dua-duanya tongkat asli!"

"Aku juga mau jadi gadis penyihir! Dasar pelit!"

"Ini tongkat berharga yang aku dapet dari seseorang yang udah nyelametin nyawaku! Aku nggak bisa ngasih tongkat ini gitu aja!!" jerit Yurika sambil melempar tongkat barunya dan memeluk erat-erat tongkat lamanya seakan menyembunyikannya dari Sanae, dengan mata yang sudah mulai bercucuran air mata.

"Iiih", keluh Sanae sambil menggembungkan pipinya dan menyerah untuk mengambil tongkat lama Yurika, dan lalu melayang ke arah Koutarou.

"Koutarou, aku juga mau sesuatu dong."

"Kalau kamu mau jimat anti roh jahat, ini ada satu."

"Aku nggak mau jimat yang bisa meledak kalau aku sentuh! Aku mau sesuatu yang bagus!"

Yurika pun terlihat lega saat Sanae menjauh dari dirinya.

Nggak peduli apapun yang terjadi, aku nggak bisa lepas sama tongkat ini...

Tongkat Yurika, Angel Halo, adalah tongkat sihir yang digunakan oleh Nana, yakni teman, guru dan penyelamatnya. Bagi Yurika, tongkat itu lebih dari sekedar alat, dan dia tidak mau berpisah dengan tongkat itu.

"Barang apa yang bagus menurut kamu?"

"Barang yang cocok sama gadis penyihir! Tapi kalau nggak bisa, sesuatu yang ada cinta-cintanya begitu juga boleh!"

"Barang apa yang ada cinta-cintanya begitu?"

"Yang kayak dikasih cowok buat cewek pas White Day[2]."

"White Day, ya...aku nggak pernah dapet coklat pas Valentine sih, jadi aku nggak begitu tahu soal hal-hal begitu."

Perbincangan santai Koutarou dan Sanae pun berlanjut, sementara Theia memandangi mereka berdua. Karena Yurika sendiri juga berhenti memijat Theia, Yurika juga ikut memandangi Koutarou dan Sanae dalam diam.

Kalau aku memintanya untuk memberikanku sesuatu, apa Koutarou akan menurut...?

Theia, yang sudah mengerti akan perasaannya sendiri, iri dengan Sanae yang bisa jujur dengan perasaannya sendiri sambil bergantung pada Koutarou. Namun, Theia tidak bisa bertingkah seperti itu kepada Koutarou layaknya Sanae, karena Theia yakin Koutarou akan menganggapnya aneh jika dia mulai bertingkah seperti itu. Karena dia tidak mau mengakui ketakutannya dan karena harga dirinya yang tinggi, Theia tidak bisa melakukan hal itu untuk menarik perhatian Koutarou.

"Yang Mulia....baiklah..."

Ruth, yang menyadari bahwa tuannya bersikap seperti itu, mengambil tindakan untuk memenuhi keinginan tuannya.

Untuk awalnya, menjadi lebih dekat dan membuat kesempatan untuk berbicara mungkin bagus...

Ruth pun mulai menyiapkan teh. Setelah menuangkan teh yang cukup untuk semua orang, Ruth memanggil Theia.

"Yang Mulia, bolehkah aku meminta bantuan sedikit?"

"....Ah, eh...?"

Karena terlalu fokus melihat Koutarou, Theia tidak menyimak apa yang dikatakan oleh Ruth. Ruth pun mengulangi pertanyaannya.

"Yang Mulia, bolehkah aku meminta bantuan sedikit?"

"Ah, ya. Baik."

Setelah melihat sekali lagi ke arah Koutarou, Theia mendekat ke arah Ruth, yang tersenyum kepadanya.

"Aku sudah menyiapkan teh untuk semuanya, bisakah anda membawa teh milik anda dan milik Satomi-sama? Aku akan membawakan teh milik yang lain."

"Teh milik...."

Theia lalu melihat ke arah tangan Ruth, dimana dia bisa melihat sebuah cangkir teh mungil bernuansa Forthorthe dan sebuah cangkir teh biasa.

"Bisakah anda melakukannya?" tanya Ruth berbisik sambil tersenyum pada Theia.

"Ah..."

Setelah menyadari tujuan Ruth, Theia menjadi tersipu malu dan lalu melirik ke arah Koutarou yang berada di belakangnya.

"Ah...ya...kalau hanya itu saja, aku akan membantu..."

Saat dia berbalik kembali menghadap Ruth, wajah Theia sudah menjadi berwarna merah.

T-Tenanglah...aku hanya membawakannya teh, kenapa aku menjadi gemetaran seperti ini...

Theia berusaha untuk menjaga agar jantungnya tidak berdebar kencang saat dia menggenggam cangkir dengan setiap tangannya. Pikiran Theia yang sedang berkecamuk bisa terlihat pada cangkir yang dibawanya, karena tehnya bergetar.

"Jadi, aku rasa kamu harus berterimakasih sama hantu cantik ini yang selalu senyum sama kamu, dengan cara bilang 'Makasih, Sanae-chan!'"

"K-Koutarou, aku membawakanmu teh."

Sambil berusaha menahan rasa gugupnya, Theia mendekati Koutarou yang masih asyik berbicara dengan Sanae. Sambil terus berjalan, Theia mulai khawatir apakah yang dilakukannya sekarang itu aneh atau tidak.

"Ya."

Koutarou terus berbicara dengan Sanae sambil mengambil cangkir tehnya dengan biasa. Tepat saat itu, tangannya bersenggolan dengan tangan Theia.

"!?"

Karena kaget dengan sensasi sentuhan tangan Koutarou, Theia hampir menjatuhkan cangkir tehnya sendiri. Theia berhasil menyelamtkan tehnya, tapi isi cangkirnya masih bergetar. Dan saat Theia berusaha membetulkan posisi badannya, hal itu terjadi.

"Oh, tehnya enak. Makasih ya, Yang Mulia."

Setelah menyeruput teh miliknya, Koutarou meletakkan tanganya yang besar di atas kepala Theia dan mulai membelainya.

"...Funyaa~"

Sebuah suara aneh pun secara tidak sadar keluar dari bibir Theia, dan di saat yang sama, dia menjatuhkan cangkir tehnya. Isi cangkir itu pun tertumpah keluar saat cangkirnya sendiri menggelinding di atas tikar tatami. Koutarou, yang melihat kejadian itu, akhirnya sadar akan apa yang baru saja dilakukannya.

Gawat, kebiasaan yang lama malah keluar....ini Theia, bukan Charl...

Charl adalah gadis muda yang dijumpai oleh Koutarou dan Clan saat mereka berkelana. Dia akan selalu membawa teh yang sudah dituangkan oleh kakaknya bagi Koutarou, dan sebagai gantinya, Koutarou akan membelai kepala gadis itu. Karena perhatian Koutarou teralihkan dengan pembicaraannya bersama Sanae, Koutarou bertindak mengikuti intuisinya dan memperlakukan Theia sebagaimana dia memperlakukan Charl.

Apa aku udah bikin dia marah...?

Koutarou yakin bahwa tidak mungkin orang dengan harga diri tinggi seperti Theia tidak akan marah setelah diperlakukan seperti anak kecil. Namun, tidak peduli seberapa lama Koutarou menunggu, teriakan marah Theia tidak kunjung terdengar.

"Oh?"

"..."

Theia menatap Koutarou dengan mata yang terbuka lebar, wajah memerah dan terdiam membisu. Koutarou langsung merasakan adanya bahaya yang lebih besar begitu melihat hal itu.

Gawat, aku pasti udah bikin dia bener-bener marah!

Koutarou tidak mungkin tahu apa yang dirasakan oleh Theia saat itu. Dia pasti tidak menyangka bahwa Theia begitu senang mendapat belaian di kepalanya, itulah sebabnya Koutarou yakin bahwa Theia akan mengamuk seperti biasanya.

"...Anda pasti bisa, Yang Mulia! Tinggal sedikit lagi!"

Ruth, yang menyaksikan sikap Theia saat itu, secara tidak sadar mengepalkan tangannya yang masih memegang cangkir teh sampai-sampai dia hampir membuat retak cangkir tehnya sendiri.

"Ruth, bukankah sesuatu yang lebih langsung bisa bekerja lebih baik?"

"Apa?"

Kiriha, yang sedari tadi meminum tehnya dalam diam, meletakkan cangkir tehnya dan mengambil sesuatu yang berada di lantai.

"Itu..."

"Fufu."

Dengan wajah yang terlihat ceria, Kiriha memegang benda itu dengan kedua tangannya, yakni oleh-oleh yang dibawakan oleh Koutarou kepada Yurika - tongkat sihir Yurika yang baru.

"Bagaimana kalau begini? Magnet. Magnet. Ikat."

Kiriha lalu melemparkan tiga mantra menggunakan tongkat sihir itu. Tongkat itu sendiri bekerja dengan cara membaca pikiran penggunanya dan lalu menjalankan mantra yang sesuai. Karena itulah, tongkat itu tidak memerlukan rapalan mantra yang panjang seperti tongkat milik Yurika. Selama Kiriha bisa membayangkan dengan jelas apa yang akan dikatakannya, tongkat itu akan menjalankan sisanya.

Tiga cahaya muncul di ujung tongkat itu. Pertama ada dua cahaya merah, yang terhubung dengan Koutarou dan Theia dan membuat mereka berdua disinari cahaya merah itu. Tidak lama kemudian, badan mereka berdua menjadi memiliki sifat magnet.

"A-apa!?"

"Wah, wawawaa!?"

Karena badan mereka tiba-tiba memiliki sifat magnet, Koutarou dan Theia langsung saling tertarik dan bertubrukan, lalu jatuh terguling ke atas lantai. Di saat yang sama, cahaya merah itu pun menghilang dan sifat magnet mereka ikut lenyap. Karena kekuatan sihir yang digunakan untuk tiap mantra begitu sedikit, sifat magnet yang kuat itu pun tidak bertahan lama.

"Au au...apa-apaan itu tadi?"

"I-ini!?"

Sementara Koutarou yang masih kaget berusaha bangkit dari belakang Theia, cahaya ketiga yang berwarna jingga mengenai mereka berdua.

"Uwah!?"

"Kyaaa!!"

Mereka berdua kembali kehilangan keseimbangan dan terjatuh bersama-sama. Efek dari cahaya jingga itu adalah untuk mengikat dua buah benda yang saling bersentuhan. Karena itulah, Theia dan Koutarou menjadi menempel dengan Koutarou menempel di punggung Theia dan memeluknya.

"Apa kalian tidak apa-apa!?"

"Kenapa nih? Badanku kejebak dan nggak bisa lepas!"

"Uwah!? K-Koutaoru, jangan bergerak tiba-tiba begitu!!"

Mereka berdua lupa apa yang sedang mereka lakukan dan mulai meronta-ronta di atas lantai. Mantra magnet yang pertama langsung menghilang setelah berhasil, tapi mantra kedua ini bertahan cukup lama. Karena mantra kedua ini mantra yang sederhana, durasi pemakaiannya pun jadi lebih lama.

"Yang Mulia, Satomi-sama!"

Ruth langsung bergegas mendekati mereka berdua dan berusaha membantu mereka. Karena itulah, yang berada di meja teh hanyalah Kiriha dan kedua haniwanya, yang melihat Koutarou dan Theia meronta-ronta di atas lantai.

"Hmm...kelihatannya tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Mengatur kekuatanmu sendiri untuk menggunakan sihir ternyata cukup sulit", keluh Kiriha kecewa. Tujuan awal Kiriha adalah untuk mengikat tangan Koutarou dan Theia, namun Kiriha gagal mengatur hasil yang diinginkannya dan justru menciptakan situasi yang lebih rumit.

"Ho-, itu karena kamu bergantung sama sesuatu yang asing seperti itu, Nee-san Ho-!"

"Kalau kamu mau bergantun sama sesuatu, bergantung sama kami saja Ho-!"

"Kelihatannya itu memang jalan yang lebih baik", balas Kiriha sambil tersenyum dengan manis, mengangkat cangkir tehnya kembali dan menyeruput teh yang sudah dituangkan oleh Ruth, yang semanis senyumannya.

"Hm!? Kiriha-san, ini gara-gara kamu ya!?"

Saat dia melihat senyuman itu dan tongkat sihir di tangan Kiriha, Koutarou sadar bahwa Kirihalah yang menjadi biang keladi atas masalah ini.

"Maaf, Koutarou. Ini tidak berjalan sesuai dengan rencanaku. Kelihatannya aku tidak cocok menjadi gadis penyihir", kata Kiriha sambil memutar tongkat itu seakan berlatih menjadi pemimpin marching band. Kemampuannya memainkan tongkat itu betul-betul hebat, dan setelah berusaha tidak mengenai perabotan apapun, dia berhenti memutar tongkat itu dengan kedua tangannya. Meskipun Kiriha mengatakan bahwa dirinya tidak cocok menjadi gadis penyihir, dia justru terlihat lebih cocok menjadi gadis penyihir daripada Yurika yang sudah mengenakan kostum cosplaynya.

"Hapus mantranya sekarang juga!"

"Tidak", balas Kiriha yang menolak permintaan Koutarou tanpa senyuman di bibirnya.

"Lebih tepatnya, aku tidak tahu caranya."

"Apa!?"

Meskipun rencana awalnya telah gagal, Kiriha masih menikmati permasalahan yang ada itu.


Part 4[edit]

Mantra pengikat yang Kiriha gunakan telah menigkat dada Koutarou dengan punggung Theia. Ditambah, karena Koutarou sudah memegang Theia sedari tadi, tangannya pun ikut tertempel di badan Theia.

Awalnya, kepala Theia juga ikut tertempel di dada Koutarou, tapi sekarang dia sudah bisa menggerakkannya dengan leluasa. Seiring berjalannya waktu, pengaruh mantra itu pun semakin menurun. Kalau keadaannya terus berjalan seperti ini, mereka berdua akan lepas dalam satu atau dua jam.

Di saat yang sama, itu berarti Koutarou dan Theia akan terjebak seperti itu untuk beberapa saat. Saat ini Koutarou sedang duduk bersandar di tembok, sementara Theia duduk di antara kedua kaki Koutarou dengan badannya yang bersandar di badan Koutarou. Inilah posisi paling nyaman bagi mereka berdua.

Apa Theia emang sekecil ini?

Koutarou heran dengan badan Theia yang terlihat kecil yang saat itu sedang digenggamnya. Bayangan Theia sendiri di dalam pikirannya adalah seorang gadis yang jauh lebih kuat.

Dia lebih gede dari Charl, tapi...badannya kecil juga buat orang seumuran dia...

Rokujouma V8 091.jpg

Koutarou masih keheranan dengan perbedaan antara kenyataan yang ada dengan apa yang ada dibenaknya. Sementara itu, Koutarou secara tidak sadar mengencangkan pegangan tangannya--

"Funyuu~"

--dan suara yang aneh pun bisa terdengar. Suara yang pelan dan manis itu mirip dengan suara anjing atau kucing yang sedang bermanja-manja dengan seseorang.

"Ah, maaf."

Koutarou langsung melonggarkan genggamannya saat mendengar suara itu. Dia khawatir kalau dia membuat Theia kesulitan bernafas dan lalu meminta maaf.

"Tidak apa-apa. I-ini bukan salahmu."

"Jadi, apa kita coba lepasin paksa aja?"

Nyatanya, kalau Koutarou mau melakukannya dengan serius, dia bisa melampaui kekuatan pengikat antara mereka berdua dengan paksa. Namun, setelah kulit mereka berubah menjadi merah saat Koutarou mencoba melakukannya, mereka memutuskan untuk tidak melakukannya. Tapi, kalau situasi ini membuat Theia gusar, Koutarou merasa bahwa sebaiknya dia berusaha untuk melepaskan mereka berdua.

"T-tidak usah! Lebih baik aku bertahan dalam situasi ini daripada punggungku berubah menjadi merah seluruhnya!" tolak Theia dengan cepat. Meskipun dia bilang dia ingin bertahan dalam situasi ini, sejujurnya Theia ingin tetap seperti ini untuk sedikit lebih lama lagi.

"Beneran? Yah sudah kalau begitu."

"Bagus...", kata Theia sambil mengangguk pelan dan kembali menyandarkan badannya pada badan Koutarou.

"Kiriha, gimana cara kamu pakai tongkatnya!? Ajarin dong!!"

"Yah, caranya--"

"J-j-jangan! Kamu nggak boleh sembarangan pakai sihir!"

"Dasar pelit. 'Kan aku bukan minta kamu nyerahin tongkatnya. Masa aku nggak boleh ikutan nyoba juga?"

"Bukan itu masalahnya!"

Kamar 106 pun menjadi riuh seperti biasanya, namun saat Theia menutup matanya, dia tidak mempermasalahkan adanya suara-suara berisik itu. Malah, suara-suara itu justru membuatnya merasa tenang.

Aku penasaran, apa yang kurasakan ini...

Bagaian tubuhnya yang menempel pada Koutarou terasa hangat, dan rasa itu sampai pada jantungnya dan menghangatkan dadanya. Tapi, berlawanan dengan rasa panas itu, jantungnya justru merasa tenang, dan Theia bisa merasakan rasa lega dan damai yang begitu besar.

Baru kali inilah Theia bisa merasakan sensasi yang aneh itu. Malahan, apa yang dirasakannya saat itu mirip dengan saat dia masih bergantung pada orangtuanya saat dia masih kecil. Namun, ada perbedaan antara kedua sensasi itu, dan karena itulah Theia bisa merasakan kebahagiaan.

Semoga saja kami bisa terjebak seperti ini untuk selamanya...

Ada rasa aman yang tidak pernah dirasakannya semenjak Theia mengetahui bahwa dirinya terlahir sebagai anggota keluarga kekaisaran. Rasa aman yang begitu kuat itu bisa dirasakannya saat dia bersandar pada Koutarou, membuatnya percaya bahwa dirinya pasti akan aman selama dia berada di tempat itu.

Dan...

Di saat yang sama, Theia ingin Koutarou juga merasakan sensasi yang sama seperti yang dia rasakan saat itu, karena Theia tahu bahwa jauh di dalam lubuk hati Koutarou, Koutarou merasa kesepian.

"....Kamu lagi tidur, Theia?"

Di saat itu, Koutarou berbisik kepadanya. Dengan mata yang masih tertutup, Theia dengan pelan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku baru saja bangun."

Sebelum dia sadar, Theia sudah menggenggam tangan Koutarou. Beberapa hari yang lalu, setelah Koutarou menghilang dan kembali dengan selamat, akhirnya Theia sadar akan apa yang sebenarnya dia sendiri inginkan.

"Maaf, aku bikin kamu bangun ya?"

"Bukan itu maksduku....fufufu, sudahlah", kata Theia sambil tertawa kecil sementara matanya masih tertutup, membuat Koutarou kebingungan.

"Kamu kenapa?"

Yang Koutarou tahu hanyalah ada yang berubah dalam pikiran Theia.

"Bukan apa-apa. Aku hanya baru saja memikirkan banyak hal, belakangan ini."

"Contohnya?"

"Contohnya....sebentar..."

Theia membuka matanya dan melihat bahwa tangannya berada di atas tangan Koutarou, dan juga melihat pengikutnya yang setia memandangi mereka berdua dari pojok kamar.

"Contohnya...bagaimana aku bisa membalas kebaikan Ruth yang sudah selalu membantuku."

Theia ingin agar Ruth juga bisa merasakan hal yang sama seperti dirinya. Karena mereka sudah selalu bersama-sama, Theia tidak ingin hanya dirinya saja yang bisa merasa bahagia seperti ini.

"Kalau gitu, nanti aku bantuin deh."

"Benarkah?"

"Yep. Ruth-san juga udah nolongin aku beberapa kali."

"Fufu", tawa Theia.

"Kenapa?"

"Bukan apa-apa. Bisakah aku memintamu untuk bekerjasama denganku?"

"Jelas bisa."

"Aku harap seorang ksatria tidak menarik janjinya."

"Ya, tapi sayangnya aku bukan ksatria."

"Fufufu", tawa Theia sekali lagi.

Kalau semuanya bisa terjadi sesuai dengan apa yang Theia harapkan, kalau masa depannya nanti menjadi seperti apa yang diinginkannya, maka--

"Kamu ini kenapa sih?"

"Tidak akan kukatakan, fufufu, tidak akan. Memangnya aku mau mengatakannya? Fufufufu."

Kalau masalah seperti ini tidak terjadi, dan kalau badannya tidak bersandar pada Koutarou, Theia tidak akan pernah bisa merasa seperti ini. Dengan menyimpan perasaan itu dalam dadanya, Theia pun tertawa dengan ceria.

"Ini adalah janji!"

Mulai dari esok hari, Theia mungkin akan kembali menjadi dirinya yang biasa. Kalau dia melihat wajah Koutarou, dia akan menjadi Theia yang keras kepala, tapi kalau tangan mereka bersentuhan, Theia akan menjadi tersipu malu dan bersikap biasa.

"Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau sampai menyesalinya nanti, Satomi Koutarou!"

"Kamu kenapa jadi serius begini sih? Kita kan cuma ngomongin masalah ngebales kebaikannya Ruth."

"Apa jawabanmu!?"

"....Baiklah, tuan puteri."

Tapi saat ini dia tampak berbeda.


Senyuman Theia saat itu tampak begitu memukau.


Part 5[edit]

Sebuah suara berirama bisa terdengar di lorong Blue Knight, kapal perang luar angkasa. Suara itu berasal dari ketukan sepatu Ruth di lantai putih Blue Knight. Setelah para penghuni kamar 106 tidur, Ruth pergi menuju salah satu hangar di kapal itu.

"Hmm Hmmm~♪ Hm~hmm♪"

Ruth mulai bernyanyi kecil mengikuti irama langkah kakinya. Dia tampak begitu ceria, dengan langkah kakinya tampak seperti sedang menari.

"Fufu, fufufufufu."

Terkadang dia akan berhenti bernyanyi dan akan tertawa ceria. Ruth jarang sekali menampakkan emosi yang kuat seperti ini sebelumnya, jadi melihat dirinya yang tampak begitu bahagia dengan jelas seperti ini adalah suatu pemandangan yang langka.

"Bagus sekali bukan, Yang Mulia!"

Ruth ceria karena apa yang terjadi antara Theia dan Koutarou. Setiap kali dia mengingat bagaimana keadaan mereka saat itu, pipinya akan mengendur dan kakinya akan melangkah dengan sendirinya. Sudah beberapa jam berlalu sejak kejadian itu, tapi Ruth masih tidak bisa menahan rasa gembiranya.

"Kerja bagus, Kiriha-sama! Aku harus memberikannya ucapan terima kasih yang pantas saat aku bertemu dengannya lain waktu!"

Semua itu terjadi berkat mantra yang dilancarkan oleh Kiriha. Awalnya apa yang terjadi terlihat seperti sebuah kegagalan, tapi ternyata hasilnya justru terlihat sangat bagus. Itulah yang membuat Ruth ingin berterimakasih kepada Kiriha.

"Hm Hm Hmm ♪ Hmm Hm ♪ "

Begitu juga, tidak semuanya menjadi baik setelah kejadian itu. Ruth menjadi begitu senang sampai-sampai dia tidak bisa tidur. Itulah sebabnya dia memutuskan untuk tidak tidur dan mulai mengerjakan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa dia kerjakan.

"Uuups! Hampir saja terlewat ♪ "

Ruth berjalan melewati hangat itu sekali, dan dengan cepat melangkah mundur dengan langkah yang ringan. Dia lalu membuka pintu hangar itu dengan mengetuk sebuah panel dengan berirama dan lalu masuk ke dalam.

Tujuan Ruth adalah sebuah area perbaikan di dalam hangar. Ada sesuatu yang harus diperbaikinya di tempat itu.

"Blue Knight, keluarkan baju manuver Satomi-sama."

"Baik, nona."

Saat Ruth menyampaikan perintah itu, satu set baju zirah muncul entah dari mana. Baju zirah itu mempunyai warna biru dengan kalimat "Ksatria Biru Theiamillis" terukir pada dadanya. Itulah zirah Ksatria Biru yang diberikan oleh Theia kepada Koutarou, dan Ruth pergi ke hangar itu untuk memperbaiki zirah itu.

"Blue Knight, lakukan pemeriksaan pada baju manuver ini dan buat daftar semua bagian yang rusak. Hitung juga berapa banyak suku cadang yang ada untuk bagian-bagian itu.

"Baik, nona."

Zirah itu pun berdiri menghadap Ruth ditopang oleh tangan-tangan yang keluar dari dinding. Sebuah alat pemindai mengelilingi zirah itu dan memeriksanya dengan teliti.

"...Kelihatannya...cukup rusak...?"

Saat Ruth memandangi zirah itu dari depan, dia memperhatikan berbagai macam kerusakan yang ada pada zirah itu. Banyak goresan kecil yang bisa terlihat pada zirah itu, dan warna birunya yang indah pun sudah mulai memudar. Ada juga beberapa bengkokan besar dan bekas terbakar.

"Apa ini dari pertarungannya melawan Clan-sama? Tapi, ada banyak sekali bengkoknya..."

Karena merasa ada yang janggal, Ruth menampilkan data dari alat pemindai itu. Dia bisa melihat daftar rincian kerusakan apa saja yang didapat zirah itu, dan hal itu membuatnya bingung dan memiringkan kepalanya.

"Goresan di bantalan sendi berukuran sedang. Peredam getaran rusak di dua tempat. Karena terkena benturan dan panas berulang kali, kerapuhan zirahnya meningkat, disarankan mengganti lempengannya...huh...?"

Data yang ditampilkan menunjukkan daftar kerusakan yang seringkali muncul setelah pemakaian yang cukup lama.

Persendian zirah itu sudah tidak bagus lagi karena terlalu banyak gesekan, material penyerap energinya sudah hancur, dan ketahanan zirah itu sudah berkurang banyak karena dipanaskan berulangkali. Kerusakan yang ada jauh lebih besar daripada yang terlihat hanya dari digunakan sebagai kostum drama atau bertarung melawan Clan. Zirah itu perlu perombakan besar-besaran.

"Apa yang dilakukan Satomi-sama menggunakan zirah ini...?"

Koutarou dan Clan sempat hilang selama sekitar dua menit. Ruth tidak terlalu memikirkan hal itu hingga saat ini, karena dia hanya tahu kalau mereka berdua pergi ke ruang waktu yang berbeda untuk sesaat dan lalu kembali.

Namun, berdasarkan kerusakan yang diterima zirah itu, bisa dibayangkan kalau dalam dua menit itu telah terjadi sesuatu yang luar biasa. Bisa jadi medan magnet gravitasi sudah mengubah laju waktu. Yang manapun yang terjadi, apa yang sudah terjadi pasti lebih dari sekedar pergi dan pulang kembali.

"Betul juga, kalau aku lihat rekaman datanya..."

Ruth lalu mengoperasikan panel didekatnya dan mengkases tempat penyimpanan data zirah itu. Dengan melihat rekaman video dan audio, rekaman penggunaan alat-alat dan laju pemrosesan informasi komputer zirah itu, Ruth bisa tahu apa yang sudah terjadi.

"NO DATA"

Namun, informasi yang seharusnya ada disana ternyata sudah dihapus. Karena itulah Ruth tidak bisa mendapatkan data apapun.

"Datanya sudah dihapus...apa Satomi-san yang melakukan itu? Tidak, ini pasti karena Clan-sama....tapi, kenapa...?"

Kalau mereka hanya pergi dan kembali dari sebuah ruang waktu yang berbeda, tidak ada alasan bagi mereka berdua untuk menghapus isi data zirah tersebut. Tapi, karena data tersebut dihapus, itu berarti ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan.

"Apa yang terjadi dengan Satomi-sama dan Clan-sama...?"

Mereka berdua terlempar ke ruang waktu yang berbeda, dan ada sesuatu yang terjadi disana yang membuat kedua musuh itu, Koutarou dan Clan, untuk bekerjasama. Ada sesuatu yang menyebabkan zirah itu menjadi penuh dengan kerusakan, dan mereka menghapus data dalam zirah itu untuk menyembunyikan sesuatu.

Ruth bisa menarik kesimpulan seperti itu dari kerusakan yang ada pada zirah itu dan fakta bahwa data zirah itu sudah dihapus.

"Aku harus bertanya pada Satomi-sama tentang detailnya saat aku punya kesempatan..."

Koutarou sudah mengatakan pada Ruth dan yang lainnya bahwa dia tidak punya pilihan selain bekerja sama dengan Clan setelah membelah peluru repulsi agar mereka berdua bisa kembali ke ruang waktu mereka sendiri. Karena Koutarou membawa kembali sebuah tongkat sihir, itu berarti dia pasti terkirim ke suatu tempat dimana sihir itu ada.

Namun, Ruth yakin bahwa Koutarou menyembunyikan sesuatu yang sangat penting dari dirinya.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Kue berbentuk ikan dengan isi pasta kacang merah, coklat, dan semacamnya
  2. Hari yang jatuh tepat sebulan setelah Hari Valentine, yaitu 14 Maret, dimana para pria yang mendapat coklat dari wanita saat Hari Valentine akan membalas coklat itu dengan memberi barang, permen atau coklat berwarna putih kepada wanita senilai kurang lebih tiga kali atau lebih baik dari nilai coklat yang didapat para pria.