Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Rencana Para Penyihir[edit]

Minggu, 31 Januari

Beberapa bulan telah berlalu semenjak Maki datang ke kota Kisshouharukaze, dimana dia tinggal dalam sebuah kamar dalam sebuah apartemen. Meskipun kamar itu sudah digunakannya selama beberapa bulan, rasanya kamar itu seperti tidak memiliki seseorang yang tinggal didalamnya. Hampir tidak ada perabotan apapun di dalam kamar itu, dan tidak ada benda-benda yang wajar dimiliki oleh gadis seumurannya. Yang ada hanyalah sebuah meja, kursi dan tempat tidur di dalam kamar yang terlihat biasa sekali itu, hampir seperti sebuah sel tahanan.

"Datanglah, Nightwalker!"

Suara lantang Maki menggema di dalam kamar yang sepi itu. Sebuah cahaya biru muncul dari tangan kanannya yang terjulur, dan sesaat kemudian sebuah keanehan terjadi di tempat yang sama.

Lampu di kamar itu sedang mati dan membuat kamar itu menjadi gelap, namun daerah di sekitar tangan kanan Maki jauh lebih gelap dari itu. Sebuah kabut kenilaan muncul dan menyebar, dan setelah beberapa saat, kabut itu menyebar menjadi sepanjang satu meter, memadat dan berubah menjadi sebuah tongkat sihir.

Tongkat inilah yang mendapat nama 'Nightwalker', yang memiliki fungsi untuk melipatgandakan kekuatan sihir seseorang dan juga alat sihir yang penting bagi Maki. Dia lalu menggenggam tongkat yang melayang itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Magic Communication Gem, Activate. Open Channel."

Maki menyerukan mantra untuk mengaktifkan alat-alat sihir yang sudah dipasangnya di kamar itu. Ada banyak alat-alat sihir yang sudah dipasangnya, tapi yang diaktifkannya saat itu adalah alat yang membuatnya bisa berkomunikasi dengan rekan-rekannyayang berada di tempat jauh.

Permata-permata yang terkubur di dalam dinding kamar itu pun mulai bersinar setelah mendengar perintah dari Maki, dengan total enam permata dengan warna berbeda untuk masing-masing permata, yakni: Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, dan Ungu. Permata-permata itu pun mulai berkumpul mengelilingi Maki yang berada di tengah-tengah kamar itu, dan mulai memancarkan sinar yang gelap persis seperti tongkat milik Maki. Sinar itu pun menjadi semakin terang dan akhirnya berubah bentuk menjadi bentuk manusia. Gadis-gadis yang memakai pakaian dengan warna yang sama dengan permata-permata itu pun mulai muncul satu demi satu. Permata-permata itu rupanya alat sihir yang mampu membuat gambar 3 dimensi menggunakan sihir yang bisa membuat penggunanya berbicara tatap muka secara langsung.

"Oh, Maki. Apa itu tongkat barumu?"

Setelah wujud gadis-gadis itu menjadi stabil, gadis berpakaian merah memanggil Maki. Maki lalu menurunkan tongkatnya dan mengangguk ke arah gadis berpakaian merah itu.

"Benar. Butuh waktu lebih lama dari yang kuperkirakan, tapi akhirnya tongkat ini selesai juga."

Saat dia bertarung dengan Yurika, Maki harus mengorbankan tongkat miliknya. 'Nightwalker' ini adalah tongkat pengganti yang dibuatnya sendiri.

"Navy-chan, kamu bisa bikin tongkat yang lebih imut lagi loh", celetuk gadis berpakaian jingga yang menyebut Maki dengan sebutan Navy-chan. Tidak seperti Maki dan gadis berpakaian merah, gadis ini punya senyum yang ceria.

"Tongkat ini adalah untuk bertarung. Hiasan tidak diperlukan", balas Maki dengan kesal, karena tidak suka dipanggil dengan sebutan Navy-chan.

"Tongkatmu biasa banget, kamarmu kosong dan kamu nggak punya makeup. Navy-chan, kamu nyia-nyiain masa remajamu...oh iya!"

Si gadis berpakaian jingga mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya.

"Navy-chan, pakai ini! Aku nggak sengaja beli lebih kemarin, jadi aku pikir, mending aku kasih buat seseorang aja!"

Gadis berpakaian jingga itu lalu melemparkan benda itu pada Maki, yang kemudian keluar melewati permata dan terbang ke arahnya. Mantra komunikasi ini juga memiliki kekuatan untuk memindahkan benda-benda kecil. Maki lalu menangkap benda itu.

"Cat kuku?"

"Salah, Navy-chan. Mungkin kelihatannya mirip, tapi ini lipstik cair. Kamu kan cewek, jadi kamu harus kelihatan lebih feminim...", keluh si gadis berpakaian jingga yang heran dengan ketidakpedulian Maki pada bidang itu.

"Yah, kamu harus pakai itu biar kamu kelihatan lebih imut, Navy-chan. Kamu aslinya udah imut, jadi kalau kamu bisa kelihatan lebih imut lagi, cowok-cowok pasti nempel."

"Itu bukan urusanmu! Aku tidak mau berurusan dengan pria yang perilakunya berubah hanya dari makeup saja!" teriak Maki kesal dan melempar lipstik itu.

Kenapa aku harus menyembunyikan bagaimana aku terlihat saat ini!

Maki membenci kebohongan dan pengkhianatan, jadi dia secara sengaja tidak berurusan dengan makeup dan fashion, yang menurutnya adalah cara praktis untuk berbohong yang dirancang untuk membuatnya lebih cantik daripada biasanya.

"Wah, wah", keluh si gadis berpakaian jingga yang tersenyum kecut melihat lipstik yang berguling di atas lantai.

"Navy-chan, kamu kepala batu banget ya..."

"Memangnya itu penting? Aku tidak menghubunimu untuk membahas hal seperti ini!" balas Maki dengan jengkel sambil berpaling dari gadis berpakaian jingga itu.

Maki tidak hanya benci disebut sebagai Navy-chan oleh gadis berpakaian jingga itu, tatpi dia juga tidak bisa menerima gadis jingga itu yang menghiasi dirinya dengan makeup dan pakaian-pakaian.

"Tenanglah, navy. Kamu tidak akan bisa menyampaikan laporanmu dengan baik kalau kamu terus seperti itu."

"Aku mengerti, Purple."

Setelah dinasihati oleh gadis berpakaian ungu, Maki menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam beberapa kali. Setelah dia membuka matanya, Maki akhirnya kembali tenang.

"Aku menghubungi kalian hari ini karena ada tiga hal yang ingin aku bahas."

"Salah satunya adalah soal tongkatmu yang sudah jadi, benar?"

"Benar. Seperti yang kalian lihat, tongkat ini akhirnya selesai dibuat. Akhirnya aku bisa kembali beraksi."

Maki kehilangan tongkatnya dalam pertarungannya melawan Yurika pada akhir bulan November. Butuh waktu hampir dua bulan bagi Maki untuk membuat sebuah tongkat baru, dan selama waktu itu, dia menjadi terlalu sibuk mengurusi pembuatan tongkat barunya untuk melakukan hal lain. Tapi, dengan selesainya pembuatan tongkat barunya, akhirnya Maki bisa kembali melakukan tugasnya.

"Apa hal kedua yang ingin dibahas?"

"Inilah bahasan utamanya", kata Maki dengan wajah serius.

"Kelihatannya kekuatan sihir di kamar itu, Rumah Corona nomor 106, meningkat tajam."

"Kekuatannya....meningkat?"

Raut wajah si gadis ungu pun langsung berubah serius begitu mendengar laporan itu. Maki, yang sudah mengenal gadis itu sejak lama, tahu apa yang sedang dirasakannya dari perubahan wajahnya itu.

"Benar. Aku sudah memastikannya dengan sihir analisa pasif saat aku sudah menyelesaikan tongkat ini. Ada beberapa ketidakstabilan hasil analisanya, jadi aku tidak bisa mendapatkan hasil yang jelas, tapi kekuatan sihir kamar itu meningkat setidaknyasekitar 30%."

Dengan tongkat yang sudah diselesaikannya kemarin, Maki langsung menggunakannya untuk menyelidiki kekuatan sihir di kamar 106 dan menyadari bahwa kekuatan sihir yang terkumpul di tempat itu menjadi semakin besar.

"Tolong tunggu hasil analisa yang lebih akurat lagi. Sulit untuk memeriksa kamar itu tanpa menarik perhatian Rainbow Yurika dan Satomi Koutarou."

Agar bisa memeriksa kekuatan sihir itu, Maki harus menggunakan sihir yang kuat tepat di dekat kamar itu. Dengan begitu, pasti ada kemungkinan besar tindakannya akan diketahui oleh Yurika atau Koutarou. Maki harus menunggu sampai Yurika atau Koutarou menjadi lengah.

"Navy, apa kamu tahu kenapa kekuatan sihirnya meningkat?"

"Sesuatu telah terjadi."

Maki melanjutkan bicaranya sambil memilih kata-katanya dengan hati-hati, karena dia sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi secara persis.

"Sekitar setelah pertengahan Januari, mereka mementaskan drama di sekolah mereka. Pada saat itu, kelihatannya ada pertarungan besar yang terjadi. Aku tidak ada disana, tapi aku bisa merasakan kalau Rainbow Yurika menggunakan sihir."

"Pertarungan besar..."

Tanpa tongkatnya, kemampuan Maki untuk mendeteksi adanya sihir menjadi melemah. Tapi, kalau dia bisa merasakan sihir yang digunakan dari tempat yang jauh, itu berarti sebuah pertempuran yang besar telah terjadi.

"Beberapa hari setelahnya, aku selesai membuat tongkatku dan menyadari kalau kekuatan sihir kamar 106 sudah meningkat saat aku memeriksanya lagi."

"Pertarungan itu kelihatannya mencurgakan. Antara musuh mereka yang menjadi alasan kenapa kekuatan sihir kamar itu meningkat, atau mereka tidak punya peluang menang tanpa meningkatkan kekuatan sihirnya..."

"Aku pun berpendapat sama, Purple."

Semenjak Maki kehilangan tongkatnya, dia menjadi waspada dengan dua pertempuran yang melibatkan Yurika: saat di taman bermain dan saat pementasan drama. Kemungkinan besar salah satu dari kedua peristiwa ini adalah sebab dari perubahan di kamar 106, tapi kalau dia mempertimbangkan soal waktu kejadiannya, Maki mencurigai pementasan drama sebagai penyebabnya.

"Begitu juga, kita tidak bisa memastikan kalau itu memang menjadi alasan dari perubahan yang terjadi, dengan banyaknya kekuatan yang terkumpul di kamar itu. Kita perlu penyelidikan lebih lanjut."

"Dua orang asing dan wanita berambut hitam; itu yang kamu katakan sebelumnya, benar?"

"Benar. Bisa jadi salah satu dari mereka adalah penyebabnya", angguk Maki menyetujui perkataan gadis berpakaian ungu. Gadis berpakaian merah dan jingga yang sedari tadi mendengarkan pun ikut angkat bicara.

"Maki, bagaimana dengan ahli bela diri itu?"

"Ya. Bukannya ada hantu juga?"

"Aku rasa tidak ada kemungkinan kalau mereka berdua adalah alasannya", balas Maki sambil menggelengkan kepalanya.

"Sulit membayangkan kalau seorang ahli bela diri atau seorang hantu menjadi alasan meningkatnya kekuatan sihir. Kalau kita kesampingkan Manafist dan Lich, mereka hanya ahli bela diri dan hantu biasa."

Maki tidak bisa merasakan adanya kekuatan sihir dari si ahli bela diri maupun si hantu di kamar 106, jadi dia tidak bisa membayangkan salah satu dari mereka menjadi penyebab utama meningkatnya kekuatan sihir di kamar itu.

"Navy, tidak peduli siapapun yang jadi penyebabnya, kita perlu menyelidiki hal ini secepat mungkin."

"Itu hal ketiga yang ingin aku bahas. Karena tongkatku sudah jadi, dan aku sudah menyelidiki apa yang aku mau, aku ingin kalian mengizinkanku melakukan penyelidikan mendalam."

Waktu untuk serangan besar-besaran dari ketujuh gadis penyihir jahat, Darkness Rainbow, sudah semakin dekat, yakni waktu untuk merebut kamar 106 dan menguasai kekuatan sihir didalamnya.

Hingga saat ini, Maki sudah menyelidiki kamar itu tanpa menarik perhatian dari siapapun, tapi setelah menyadari bahwa kekuatan sihir di kamar itu sudah emningkat, Maki ingin melakukan penyelidikan yang lebih menyeluruh. Memang, resikonya pasti akan meningkat, tapi dengan waktu untuk bertempur yang semakin dekat, dia ingin menyingkirkan hal-hal yang tidak pasti. Mereka tidak boleh gagal seperti saat mereka bertarung melawan Rainbow Nana.

"Aku setuju. Kalau sebagian kecil saja kekuatan sihir itu sudah cukup untuk menembakkan 10 Inferno Fire, dan kekuatan sihir itu sudah meningkat sebesar 30%, aku mau menghindari pertempuran langsung."

"Oh, jarang sekali kamu, yang biasanya suka bertarung, berkata seperti itu", ujar Maki sambil tersenyum. Gadis berpakaian merah yang menjadi lawan bicaranya saat itu adalah seseorang yang sangat suka bertarung, namun begitu, gadis itu lebih menyetujui penyelidikan biasa.

"Aku mau bertarung melawan orang-orang, lebih lagi, aku suka membandingkan kekuatan dengan orang-orang. Memakai kekuatan yang hebat memang menarik, tapi tidak menarik kalau hanya pihak musuh saja yang menggunakannya", kata si gadis berpakaian merah yang menginginkan pertarungan dimana kedua belah pihak mempunyai tingkatan kekuatan sihir yang sama.

"Aku tidak bisa menyamai kekuatanmu."

"Demikian pula diriku."

Meski mereka berkata demikian, kedua gadis itu sama-sama tersenyum.

"Aku juga setuju. Jumlah kita hampir sama, dan ada kekuatan sihir yang bisa dipertimbangkan, jadi kelihatannya kita tidak punya kesempatan kecuali kita bisa mencari celah", kata si gadis berpakaian jingga yang ikut setuju dengan saran Maki. Para gadis penyihir yang tersisa pun ikut setuju dengan usulan itu.

"Bagaimana denganmu, Purple?"

Satu-saunya yang belum menyuarakan pendapatnya adalah si gadis berpakaian ungu. Gadis yang terlihat paling dewasa diantara yang lainnya itu menatap Maki dalam diam.

"...Navy, tujuan utamamu bukan penyelidikan, benar?"

"Eh?"

Maki menjadi kaget dengan kata-kata si gadis ungu. Sementara Maki masih terbata-bata untuk menjawab, si gadis berpakaian ungu mulai menjelaskan tujuan asli Maki.

"Kalau kamu melakukan penyelidikan skala besar, kamu pasti akan bertarung dengan pria itu, benar?"

Pria itu, si pemilik kamar 106 saat ini, Satomi Koutarou. Dia terlihat seperti remaja biasa pada umumnya, tapi dialah dalang yang sudah mempermainkan Maki selama ini, yang juga merupakan seorang penyihir yang bisa menggunakan kekuatan di kamar 106 untuk mengusir Maki.

Bagi si gadis berpakaian ungu, Maki terlihat lebih tertarik untuk bertarung dengan Koutarou daripada melakukan pengintaian atau penyelidikan.

"Ya, itu benar!" angguk Maki yang mengungkapkan tujuan aslinya dengan mudahnya. Alasannya, karena Maki membenci kebohongan dan tipuan, dan juga karena organisasi Darkness Rainbow dipimpin oleh sifat-sifat pribadi dari masing-masing gadis penyihir. Dengan menggunakan sihir secara bebas, mereka bisa mencapai impian mereka masing-masing; itulah aturan mereka, tujuan mereka.

"Kalau aku bisa bertarung melawan pria itu dengan melakukan penyelidikan, tidak ada yang hal yang lebih menyenangkan dari hal itu!"

"Maki, sekarang lihat siapa yang berbicara seperti itu", ujar si gadis berpakaian merah sambil tersenyum. Maki sebelumnya tersenyum karena si gadis merah hanya ingin bertarung saja, tapi sekarang Maki sendiri juga melakukan hal yang sama.

"Aku tidak setuju. Sihir milikmu tidak cocok untuk pertarungan langsung."

"Pertempuran langsung bukanlah satu-satunya cara untuk bertarung. Tolong percayalah sedikit denganku.

"Kalau begitu, tidak masalah. Tapi..."

Meskipun dirinya masih khawatir, si gadis berpakaian ungu akhirnya menyerah. Memang benar kalau mereka membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, dan karena dia tahu kalau Maki merencanakan pertarungan langsung, dia menyerahkan detailnya pada keputusan Maki. Alasannya, karena menggunakan sihir dengan bebas untuk memenuhi keinginanmu adalah cara dari Darkness Rainbow.

"Maki, kalau kamu mau bertarung, psatikan kamu menang."

"Navy-chan, kamu pasti bisa!"

"Terima kasih, semuanya. Aku akan membawa kabar baik pada laporanku berikutnya."

Dengan kata-kata itu sebagai salam perpisahannya, Maki memutuskan hubungan permata komunikasi dan para gadis itu pun menghilang dari kamar itu.

"Fufufufu."

Saat kesunyian kembali ke dalam kamar itu, tawa Maki perlahan bisa terengar.

"Akhirnya...akhirnya waktunya datang juga..."

Maki tidak peduli apakah dia harus menggunakan jebakan, ancaman atau melawan langsung pria itu. Dia hanya ingin membuat Koutarou merasakan kekalahan, seperti halnya saat Koutarou mengalahkan dirinya.

"Kau tidak bisa menipuku lebih lama lagi, Satomi Koutarou..."

Meskipun dirinya terlihat tenang, sebenarnya Maki sudah terbakar api semangat jauh di dalam hatinya. Selama dua bulan terakhir ini saat dia berkonsentrasi untuk membuat tongkat barunya, dendamnya kepada Koutarou sudah menumpuk begitu banyak, dan waktu untuk meletuskan dendamnya itu pun akhirnya tiba.

"Kali ini giliranku untuk menang. Akan kubuat kau menyesal sudah menipu Darkness Navy ini."

Selain sudah kalah dalam sebuah pertarungan, Maki lebih kesal lagi karena sudah ditipu, dengan kebohongan dan tipuan adalah hal yang paling dibencinya lebih dari apapun. Jadi, dia akan memukul Koutarou dengan sangat dan membuatnya merasakan rasa malu yang dirasakannya. Maki lalu mengepalkan tinjunya kuat-kuat di tangan kirinya, seakan mencoba memukul Koutarou.


Kembali ke Ilustrasi Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2