Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 13 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pemanggilan Luar Biasa[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 22 Mei

Kiriha dan yang lainnya tidak bisa melawan para robot, tapi Koutarou bisa menghadapi mereka. Kiriha dan yang lainnya kurang dalam hal kekuatan serang, yang mana hal itu dimiliki oleh Signaltin. Ditambah lagi, meskipun para robot itu cepat dan punya kerja sama yang hebat, mereka tidak punya senjata yang bisa menembus zirah Koutarou. Tidak mungkin bagi para robot untuk bisa menembus dua medan pelindung yang terdiri dari ruang yang dibelokkan dan juga sihir. Hal ini terjadi karena para robot dirancang sebagai robot serba guna, dan akibatnya, senjata-senjata yang digunakan para robot itu adalah senjata-senjata hasil produksi massal. Dibandingkan dengan Koutarou yang menggunakan senjata yang dibuat khusus untuknya, para robot itu tidak bisa menandinginya. Meskipun para robot itu nampak terlihat seperti Maya, kekuatan mereka jauh dibawah Maya. Bisa dikatakan bahwa sekarang posisi para robot itu menjadi sama seperti posisi Kiriha dan yang lainnya beberapa saat yang lalu. Jika musuh Kiriha dan yang lainnya adalah Koutarou, mungkin mereka bisa menang. Semua itu menjadi tampak seperti batu-gunting-kertas yang terlahir dari kemampuan individu masing-masing.

“Lima!”

Koutarou mengayunkan Signaltin dan membelah robot tanpa adanya perlawanan sama sekali. Kalau musuhnya adalah manusia, Koutaoru pasti menahan sedikit ayunan pedangnya. Namun, saat ini dia tidak segan-segan sama sekali. Karena dia sedang melawan mesin, tidak masalah bagi Koutarou untuk mengerahkan seluruh kekuatannya. DItambah lagi, saat ini Koutarou sedang betul-betul marah.

Tepat saat Koutarou mengincar robot keenam---

“…Sudah kuduga, Motor Knights saja tidak akan bisa melawanmu.”

Koutarou bisa mendengar suara yang dikenalnya berasal dari belakang sepuluh robot yang tersisa. Dia lalu melihat sebuah raksasa dari besi setinggi kurang lebih lima meter.

“Akhirnya kamu dateng juga, Elexis.”

“Kau rupanya ingat denganku. Aku senang, Koutarou-kun.”

Kepala raksasa itu bergeser ke atas sedikit sementara zirah di dadanya bergeser ke bawah. Di balik tembok besi itu terdapat sebuah wajah yang Koutarou ingat. Dialah mantan tunangan Ruth, dan direktur utama dari DKI, Elexis Borannam. Elexis, yang tampak berhadapan dengan seorang teman, menyapa Koutarou dengan senyuman yang tampak sopan dan penuh syukur.

“Aku yang nggak seneng…kelihatannya kamu ngelakuin apa yang kamu mau, Elexis”, balas Koutarou sambil menatap tajam Elexis. Tidak mungkin Koutarou bisa tetap tenang berhadapan dengan orang yang menjadi alasan mengapa para gadis itu sampai terluka. Bagi Koutarou, para gadis itu adalah mataharinya, yang menjadi sinar penerang hari-harinya. Saat ini, para gadis itu terluka dan terbaring di atas tanah, seakan-akan Elexis sudah mencuri sinar itu dari dunianya, membuat Koutarou tidak bisa memaafkan dirinya.

Rokujouma no Shinryakusha v13 Illustration 7.jpg

“Bukan maksudku untuk berbuat begitu. Menyakiti wanita memang tidak elegan, tapi, aku harus melakukannya untuk mengalahkanmu.”

“Aku?”

“Benar. Kau adalah gangguan terbesar yang menghalangiku mengalahkan yang mulia Elfaria dan puteri Theiamillis. Dan ditambah lagi, aku tidak bisa mencapai tujuanku kalau aku tidak bisa mengalahkanmu.”

Elexis membuat robot-robot itu dan mengirim mereka melawan para gadis merupakan langkahnya untuk mengalahkan Koutarou. Dari pengalamannya dulu, Elexis menjadikan Koutarou sebagai prioritas utama. Jika Elexis dan pihak militer berusaha menyerang permaisuri dan tuan puteri, Koutarou pasti akan menghalangi mereka. Jika begitu, mengalahkan Koutarou lebih dahulu akan mengurangi resiko itu. Itulah pandangan Elexis terhadap situasi itu.

“Dan kau hidup sesuai dengan cara hidup ksatria. Walaupun aku rasa jiwa ksatriamu itu pantas dihormati, saat waktunya tiba untuk menyerangmu, mengincar hal-hal itu lebih dululah yang lebih efektif. Akan sulit bagimu untuk menang sambil melindungi semua temanmu.”

“Jadi itu rencanamu…”

Koutarou berhadapan melawan Elexis dan sepuluh robot di sisinya. Pasukan kudeta yang tersisa yang tadinya menunggu sekarang sudah maju sambil menghindari Koutarou, mengincar para gadis yang sudah tumbang untuk bisa menahan Koutarou. Koutarou harus mengalahkan Elexis dan para robotnya sambil menghalangi majunya para pasukan kudeta. Agar bisa menciptakan situasi ini, ELexis sudah melancarkan serangan skala besar terhadap para gadis kamar 106. Elexis sudah mengirimkan pasukan yang lebih besar dari yang diperkirakan oleh Kiriha karena Elexis mengincar Koutarou, bukan Theia atau Elfaria. Dia tidak peduli jika sampai meninggalkan jejak jika dia akan melawan Koutarou. Setelah dia menghabisi Koutarou, Elexis bisa mengalahkan Elfaria dan Theia dengan perlahan dan menggunakan cara yang tidak meninggalkan bukti apapun.

“Sekarang, ayo kita mulai, Koutarou-kun. Kau tidak punya banyak waktu lagi.”

“…Bahkan setelah 2000 tahun, kamu masih jadi musuh yang menyebalkan, Dextro…”, gumam Koutarou sambil mengencangkan pegangannya pada Signaltin dan mengarahkan ujungnya pada raksasa yang digunakan oleh Elexis.


Part 2[edit]

Pertempuran berlangsung dengan Elexis berada di atas angin. Alasannya adalah karena raksasa yang digunakan oleh Elexis.

“Cih, kuat juga!”

“Tentu saja. Aku membuatnya khusus untuk mengalahkanmu.”

Walaupun pertarungannya baru saja dimulai, zirah Koutarou sudah menerima banyak kerusakan. Koutarou terjebak dalam posisi bertahan dibawah gempuran serangan. Karena Koutarou saat ini mengenakan zirahnya, dia lebih kuat dari saat kali terakhir mereka bertarung, namun dia tetap kewalahan. Ini menunjukkan seberapa kuatnya Elexis saat ini.

“Gerakan robot-robotnya juga beda dari yang dulu!”

“Butuh waktu lama bagiku sebelum aku bisa membuat mereka seperti ini.”

Raksasa besi yang dinaiki oleh Elexis adalah model baru yang sudah diperbaiki menggunakan data yang didapat Elexis dari pertarungan terakhirnya melawan Koutarou. Selain peningkatan secara keseluruhan, raksasa yang diberi nama Warlord itu punya satu fitur unik: bertarung dengan bekerja sama dengan Motor Knights.

Pertempuran di Forthorthe modern sebagian besar bertumpu pada menembus medan pelindung milik musuh. Dalam pertarungan terakhir mereka, Koutarou melancarkan sergapan terhadap Elexis, jadi Koutarou tidak menggunakan perlindungan apapun. Namun, karena sekarang dia sudah tahu akan menghadapi semacam pertempuran, Koutarou pasti akan memiliki medan pelindung. Itulah sebabnya Elexis harus menyiapkan semacam cara untuk menembusnya.

Pada saat itulah Elexis mendapat ide untuk melancarkan serangan yang sinkron. Jika satu serangan tidak bisa menembus pertahanan Koutarou, serangan beruntun mungkin akan berhasil. Jika beberapa serangan berhasil mengenai satu titik di saat yang bersamaan, akan menjadi sulit bagi zirah Koutarou untuk mempertahankan medan pelindung di titik itu. Namun, serangan kombinasi seperti itu akan sulit dilakukan oleh manusia. Itu sebabnya Motor Knights dibuat.

Motor Knights bisa bekerja sama satu dengan yang lainnya dalam tingkatan yang tinggi, namun kekuatan mereka yang sesungguhnya muncul saat mereka bekerja bersama Warlord. Komputer strategi pendukung mutakhir milik Warlord sudah menghitung pada momen-momen mana dia harus menembak, dan lalu mengirimkan instruksi itu pada para Motor Knights. Dengan begini, serangan yang dilakukan para Motor Knights akan tersinkron dengan Warlord. Karena serangan Warlord sendiri sudah begitu kuat, serangan yang sinkron ini menjadi sangat berbahaya, dan karena para Motor Knights mengganti senjata mereka secara terus menerus mengikuti perintah dari Warlord, serangan mereka menjadi beragam dan sulit untuk diprediksi. Mereka menjadi musuh yang sulit bagi Koutarou untuk dihadapi sendirian.

Sebenarnya, Warlord sendiri tidak menjadi lebih kuat. Jika dihadapi sendirian, dia tidak akan bisa menang melawan Koutarou. Hal yang sama juga berlaku bagi para Motor Knights, namun meskipun kekuatan mereka masing-masing tidak cukup untuk mengatasi Koutarou, jika mereka semua bekerja sama sebagai satu unit, mereka bisa menang. Di saat yang sama, Elexis merancang strategi yang bermaksud untuk menahan kekuatan Koutarou, dan membalikkan cara baginya untuk menang dengan lebih simpel. Inilah rencana yang dibuat Elexis untuk bisa menang melawan Koutarou.

“Semua untuk satu dan satu untuk semua, bukankah itu cocok bagi seorang ksatria?” kata Elexis, dengan suara yang terdengar dari speaker yang terpasang di wajah Warlord. Suaranya yang terdengar tenang itu berlawanan dengan serangannya yang ganas.

Dengan suara ledakan yang keras, senapan laser kaliber besar yang dipegang Warlord di tangan kirinya meraung. Sinar laser yang ditembakkannya menyebar ke area yang luas dan menyerang Koutarou.

“Cih!”

Koutarou berusaha menghindar, namun sulit untuk menghindari tembakan dari senapan laser yang dirancang untuk menyerang area yang luas. Ditambah lagi, dengan para Motor Knights menghalangi gerakan menghindarnya, Koutarou tidak bisa betul-betul menghindar bahkan dengan bantuan zirahnya.

“Keluaran medan distorsi meningkat. Peringatan. Karena kerusakan berkelanjutan, medan distorsi akan melebihi batasan yang dianjurkan dalam satu menit. Berbahaya jika terus bertarung. Disarankan untuk segera mundur.”

“Aku tahu! Tapi aku nggak bisa mundur, jadi tolong lakuin sesuatu!”

“Baiklah, tuan.”

Setelah terkena senapan, zirah Koutarou mengeluarkan peringatan-peringatan. Kerusakan demi kerusakan dilaporkan silih berganti, dan hanya prediksi-prediksi menakutkan yang diberikan. Seruan Koutarou menghentikan semua itu, namun dia juga merasa sama seperti yang dirasakan kecerdasan buatan zirah itu.

Warlord telah dibuat khusus untuk bertarung melawan Koutarou. Untuk bisa mengenai Koutarou yang gesit, dia dilengkapi dengan laser yang bergerak dalam kecepatan cahaya, senapan yang mengenai area yang luas, rudal dan lain-lain. Karena senjata-senjata itu memprioritaskan akurasi, kekuatannya lebih lemah daripada senjata mobil dari kelas yang sama. Namun, senjata-senjata itu punya kekuatan yang cukup untuk melawan Koutarou. Ditambah lagi, para Motor Knights akan membantu Warlord dan melancarkan serangan sinkron jika diperlukan.

Koutarou sudah melawan berbagai musuh yang kuat, dan juga kelompok-kelompok musuh yang lemah. Namun, baru kali ini dia melawan sekelompok musuh yang kuat. Sulit baginya untuk melawan mereka, dan meskipun dia sudah membuat jeritan-jeritan peringatan dari kecerdasan buatan itu terdiam, Koutarou sendiri ingin menjerit. Dia juga tidak bisa fokus terjadap musuh di depannya, dan itu membuatnya menjadi panik.

Kalau begini terus, mereka bakal…aku harus gimana!?

Koutarou terus bergerak, menghindar sambil berkonsentrasi pada tangan kirinya, membuat bola api dengan menggunakan pelindung tangan Kiriha. Bola api itu lalu terbang ke arah pasukan kudeta. Namun, karena di saat yang sama Koutarou sedang menghindar, dia tidak bisa membidik dengan benar. Akibatnya, ledakan yang dihasilkan bola api itu tidak sesuai dengan yang diharapkannya dan tidak cukup untuk menghentikan pasukan kudeta itu. Dengan menderita luka ringan, para pasukan kudeta terus maju ke tempat dimana para gadis masih tidak sadarkan diri.

“Cih, satu lagi!”

Dengan gugup, Koutarou berusaha menyerang pasukan itu sekali lagi. Namun, dia tidak diizinkan melakukan hal itu dengan mudah.

“Aku lawanmu.”

Laser dari Warlord membakar tanah di hadapan Koutarou dengan melintang, membuat tanah itu menjadi retak. Koutaoru, yang merasakan adanya bahaya itu, melompati retakan itu dan mengaktifkan roket pendorong pengendali postur.

“Jangan ganggu, Elexis!”

“Sayangnya, aku harus melakukan itu!”

Roket pendorong itu mengeluarkan api pendorong dan mengubah arah tubuh Koutarou secara paksa. Selanjutnya, Koutarou mengaktifkan roket pendorong darurat di kakinya dan melesat ke arah Warlord.

“Aku nggak bisa buang-buang waktu! Aku selesaiin sekarang juga!”

Pasukan kudeta itu sudah begitu dekat dengan posisi para gadis. Jika mereka sampai jatuh ke tangan pasukan itu, Koutarou tidak akan punya pilihan lain selain menyerah, jadi dia harus segera menyelesaikan pertarungan ini.

“Fokusin medan pelindungnya ke depan, maksimalin tenaga roketnya!”

“Baiklah, tuan.”

Koutarou melesat maju sekuat tenaganya sambil menyiapkan Signaltin, tampak seperti sebuah meteor dengan ekor biru yang panjang.

Koutarou-kun, biarpun kau punya kekuatan yang luar biasa, kau tetap seorang manusia…

Biarpun Koutaoru maju ke arahnya dengan kecepatan yang luar biasa, Elexis justru merasa lega, karena semuanya berjalan sesuai dengan rencananya.

Elexis selalu memikirkan bagaimana caranya menjaga Koutarou agar tidak bisa menggunakan seluruh kekuatannya. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menggunakan sisi manusia dari Koutarou. Elexis kemudian menghilangkan ketenangan Koutarou dengan menyakiti teman-temannya, membuat batasan waktu dalam pertarungan itu untuk membuat Koutarou tertekan, dan menyuruh para pasukan mendekati para gadis untuk membuat Koutarou resah. Akibatnya, Koutarou harus bergegas menyelesaikan pertarungan ini dan membuatnya tidak bisa menggunakan seluruh kekuatannya.

Agar dia bisa menyelesaikan pertarungan ini dengan cepat, Koutarou harus terus menyerang tanpa menunggu adanya celah dari Elexis dan di saat yang sama membuat dirinya memiliki banyak celah untuk diserang. Pergerakannya juga menjadi lebih simpel karena dia mengambil rute paling pendek.

Karena dia sudah tahu akan hal itu, Elexis tidak takut untuk terkena serangan. Dia dengan tenang menembakkan pelontar granat yang terpasang di bawah senapan lasernya. Dengan suara lontaran yang terdengar rendah dan berat, granat itu terbang ke arah Koutarou.

“Itu nggak akan bisa ngehentiin aku!!”

Koutarou terus maju, mengabaikan granat itu. Jika hanya satu saja, setelah medan pelindungnya hancur karena granat itu pun, zirahnya pasti bisa menahan akibat ledakannya. Dengan pemikiran itu, Koutarou berusaha terus maju.

“…Kau yang biasanya mungkin akan menghindari ini.”

Granat yang ditembakkan melayang dengan pelan dan tak terarah. Koutarou seharusnya bisa menyadari apa artinya itu, dengan memikirkan bahwa Warlord sudah dilengkapi untuk menghadapinya. Namun karena dia sedang terburu-buru, hal itu tidak terbersit di benak Koutarou.

Granat itu meledak sebelum mengenai Koutarou. Tidak, lebih tepatnya, hal itu bukan ledakan, namun sesuatu di dalamnya terlontar keluar.

“Ini--!? Oh, sial!!”

Granat itu tidak berisi peledak, namun jaring yang terbuat dengan serat spesial. Karena Koutarou masih menggunakan medan pelindungnya, jaring itu menyebar menutupi seluruh medan pelindung itu dan menyelimutinya. Koutarou, yang terjerat jaring itu, kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.

“Ugh!”

Hantaman keras menuju tanah membuat Koutarou kehabisan nafas. Sesaat berikutnya, serangan sinar laser dari Motor Knights mengenainya. Karena hantaman dan jaring yang masih melilitnya, Koutarou tidak bisa bergerak, dan akibatnya, semua serangan itu mengenai Koutarou.

Hantaman dan panas dari serangan itu membuat debu-debu dan bebatuan di sekitar Koutarou melayang sesaat. Akibatnya, keberadaan Koutarou menjadi tersembunyi sesaat.

“Bagaimana hasilnya…?” tanya Elexis sambil memandangi tempat dimana Koutarou berada tanpa lengah sedikitpun. Dia juga menggunakan sensor-sensor untuk melacak pergerakan Koutarou. Elexis kalah pada pertarungan sebelumnya karena dia lengah pada situasi yang serupa. Elexis tidak mau sampai mengulangi kesalahan yang sama.

“…Apa ini berhasil?”

Saat angin mulai meniup debu-debu yang masih ada pergi, Elexis bisa melihat Koutarou terbaring di dalam kawah kecil hasil serangannya. Menurut sensor, itu bukan hologram Koutarou, namun Koutarou yang asli. Pada saat itulah Elexis akhirnya bisa tenang. Dia sudah mengalahkan Koutarou.

Apa aku bisa menang jika Koutarou tipe orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri…untung saja dia manusia yang betul-betul manusiawi…

Setelah melewati bagian paling berbahaya, Elexis betul-betul merasa lega. Dalam ukuran kekuatan individu, dia berada jauh dibawah Koutarou. Itulah sebabnya, jika Koutarou memilih untuk mengabaikan para gadis, Elexislah yang seharusnya terkulai lemas. Itulah resiko dari rencana yang dibuatnya, namun Elexis percaya dengan sifat Koutarou dan memilih rencana ini. Walaupun rasanya aneh, Elexis merasa rasa percayanya terbayarkan.

“U-Uhh…”

Tepat pada saat itulah tangan Koutarou, yang masih terbaring, bergerak sedikit.

“Dia masih hidup bahkan setelah semua itu!?”

Elexis tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya pada layar monitor. Dia lalu membuka pintu kursi pilot dan memastikannya dengan mata kepalanya sendiri, namun hal itu memang tidak salah lagi.

“Bagaimana bisa…”

Serangan laser Motor Knights mengenai sasarannya dengan tepat. Medan pelindung Koutarou kepanasan dalam sekejap dan kesepuluh sinar laser itu seharusnya membakarnya. Bahkan jaring yang tadinya sudah menyelimuti Koutarou sudah terbakar habis. Namun, Koutarou selamat, dan ditambah lagi, dia sedang berusaha bangun. Elexis tidak bisa percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

“A-Aku nggak boleh kalah…ng-nggak bisa pas, semuanya lagi, dalam bahaya…”

Signaltin sudah melindungi Koutarou. Saat merasakan bahwa nyawa Koutarou sedang dalam bahaya, Signaltin melepaskan kekuatan sihirnya untuk melindungi Koutarou. Sebagai akibatnya, nyala Signaltin menjadi begitu lemah, sekitar sepertiga dari nyala yang biasanya. Baik Signaltin dan Koutarou sudah sama-sama kelelahan.

“U-Uwaaaaaaaaahh!”

Koutarou mengerahkan semua kekuatan yang tersisa dalam dirinya, dan dia pun berdiri dengan menggunakan Signaltin sebagai tumpuan.

Aku harus ngelindungin mereka semua, entah gimana caranya!

Dia tidak bisa terus terbaring. Dia tidak bisa menyerah berjuang demi para gadis itu. Dia ingin menyelamatkan mereka, biarpun nyawanya sendiri menjadi taruhannya. Perasaan yang kuat itulah yang membuat Koutarou bisa berdiri.

“E-Elexis…aku bakal, ngambil mereka balik…”

Setelah berdiri, Koutarou melotot ke arah Elexis. Seluruh tubuhnya kesakitan, namun api semangat di matanya masih ada. Api yang begitu membara itu membuat Elexis sampai takjub karenanya.

“…Hebat, Koutarou-kun. Aku betul-betul ingin punya teman sepertimu. Tapi impianmu tidak akan terpenuhi. Kau sudah kalah.”

Elexis mengendalikan Warlord dan mengarahkan pedang di tangan kanannya ke arah leher Koutarou. Bahkan saat dia melakukan itu, Koutarou tidak melakukan apa-apa dan hanya bisa berdiri saja.

“Masih belum…belum…”

“Kalau kau masih belum bisa menerimanya, lihat ke belakangmu.”

Dengan pedang masih terarah ke leher Koutarou, Elexis menunjuk Koutarou ke arah belakang Koutarou menggunakan tangan kirinya.

“Teman-temanmu yang berharga sudah berada di bawah kendali kami. Tidak perlu bertarung lagi. Jatuhkan senjatamu. Itulah yang terbaik bagi semuanya.”

Koutarou lalu melihat ke belakangnya seperti yang disuruh Elexis. Di sana, dia bisa melihat pasukan kudeta di sekitar para gadis kamar 106 yang sedang terbaring pingsan. Mereka sudah sampai ke lokasi para gadis sementara Koutarou masih terbaring.

“…Semuanya..aku…gagal…”

Koutarou merasa begitu putus asa saat dia hanya bisa berdiri dan memandangi para gadis yang masih terbaring pingsan. Salah satu anggota pasukan kudeta mulai mendekati para gadis. Dia melihat ke arah wajah tiap-tiap gadis, sampai dia tiba ke arah Sanae.

“…!..!”

Yang dilakukan anggota pasukan itu terlalu jauh bagi Koutarou untuk didengar, namun dia sedang mengutuk Sanae. Dia lalu menarik rambut Sanae, yang masih pingsan, untuk mengangkatnya sebelum menendangnya. Tubuh Sanae yang mungil dan lemah pun jatuh ke tanah bagaikan boneka. Anggota pasukan itu rupanya diserang oleh Sanae pada pertempuran sebelumnya dan mundur.

“Sanae!?”

Balasan pasukan itu tidak berhenti sampai di sana. Mereka mulai melakukan kekerasan pada para gadis lainnya.

“Elexis! Hentikan mereka sekarang juga! Dendam apa yang mereka punya sama cewek-cewek itu!?” seru Koutarou yang langsung berbalik menghadap Elexis dan berusaha memintanya untuk menghentikan perbuatan pasukan itu. Karena Elexislah yang memimpin mereka, dia seharusnya punya wewenang dan tanggung jawab untuk menghentikan mereka.

“Sungguh menyedihkan. Tentu, aku akan segera menghentikan mereka. Tapi…sebelum itu, tolong beritahu aku sesuatu. Dimana permaisuri dan tuan puteri?”

Kekerasan pasukan itu bukan sesuatu yang direncanakan oleh Elexis. Namun, dia menggunakan situasi itu untuk menginterogasi Koutarou.

“Mana mungkin aku kasih tahu!”

“Kalau begitu, pilih, Koutarou-kun. Orang-orang Bumi yang dekat denganmu, atau para alien bermasalah. Kau tentunya tidak perlu mempertimbangkannya, benar?”

“Persetan sama itu semua!!”

Elexis secara tersirat meminta Koutarou menyerahkan Elfaria dan Theia demi keselamatan teman-temannya. Namun, kedua pilihan itu sama saja di mata Koutarou. Jika dia menyerahkan Theia dan Elfaria, maka Sanae dan yang lainnya mungkin akan selamat, tapi itu berarti Theia akan berada dalam bahaya. Itulah sebabnya Koutarou tidak bisa memilih. Alien atau bukan, itu sudah tidak berarti baginya. Mereka semua sudah menjadi hal yang penting bagi dirinya.

“Theia bukan pembuat masalah! Aku nggak akan ngasih dia ke orang macam kamu!”

“Kalau begitu, ya sudah. Berdiri saja di sana dan saksikan teman-temanmu habis dihajar.”

Pukulan, tendangan, injakan. Bahkan ada seseorang yang sampai menghunus pisaunya. Kekerasan pasukan itu semakin meningkat dan melewati tingkatan balas dendam. Itu mungkin hanya akting untuk mengancam Koutarou, tapi tetap saja, tindakan itu pasti akan membuat siapa saja yang menyaksikannya memalingkan muka.

“…K-Kamu…”

Angkara murka dan frustasi karena tidak bisa berbuat apa-apa membuat Koutarou menggertakkan giginya sekuat tenaganya, sampai-sampai giginya bisa saja hancur karenanya.

“…Kamu pikir nyawa manusia itu apa…?”

Ada sesuatu di dalam benak Koutarou yang hancur. Setiap kali para gadis kesakitan, Koutarou merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang terkoyak dan hancur.

“Aku sendiri selalu menanyakan hal itu pada diriku. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk mengakhiri pemerintahan yang mulia Elfaria.”

“Dan demi hal itu, kamu rela ngegunain nyawa orang lain buat jadi pionmu? Terus kamu injak-injak pakai senjata!?”

“Tanpa tekad sebesar itu, kau tidak bisa mengubah dunia! Dunia ini tidak cukup baik untuk mau berubah tanpa adanya pengorbanan!” balas Elexis yang tampak semangat. Rupanya, hal ini merupakan sesuatu yang juga menyakitkan baginya, karena dia harus menghancurkan hal yang harus dia selamatkan untuk bisa mengubah dunia. Namun jika dia tidak mengubah dunia, maka segalanya akan tetap sama seperti biasa. Ini menjadi sebuah dilema yang digumuli oleh Elexis selama beberapa tahun. Walau begitu, dia sudah bertekad untuk mengubah dunia, dan tentunya, hatinya pasti terluka.

Koutarou dengan diam memperhatikan sikap Elexis, yang rasa semangatnya tampak seperti kebohongan. Semenjak dia berbicara mengenai tekad Elexis, Koutarou sudah kembali tenang.

“…Nggak nyangka aku bakal ngelakuin ini di tengah-tengah pertempuran…”, gumam Koutarou dengan mata tertutup.

“Apa maksudmu?” tanya Elexis yang melihat ke arah Koutarou dengan curiga, setelah menyadari perubahan suasana di sekitarnya. Para tentara pun menyadari hal yang sama dan berhenti menyakiti para gadis untuk memperhatikan Koutarou.

“…Kita temen, dan itu sebabnya aku nggak mau sampai ngelibatin dia sama masalah kami. Aku niatnya ngelakuin ini setelah semuanya udah selesai dan jadi damai…”

Koutarou mengepalkan tangan kanannya, bukan karena marah, namun karena penyesalan yang begitu sangat. Di saat yang sama, dia malu dengan dirinya yang lemah.

“…Aku mau jalan-jalan, nikmatin makanan enak, seneng-seneng sama yang lain, dan bikin kenangan yang indah. Itu yang aku mau…”

“Apa yang kau bicarakan, Koutarou-kun!?”

Elexis keheranan dengan kata-kata Koutarou, namun dia merasakan adanya sesuatu yang begitu meluap-luap dari Koutarou yang tampak tenang. Hal itu membuatnya resah dan tidak bisa tenang.

“…Bukan apa-apa. Aku cuma bicarain betapa bodohnya kami. Orang-orang bodoh yang nggak bisa ngehentiin pertempuran yang berlanjut selama 2000 tahun.”

Koutarou mengangkat tangannya dan menatap lurus ke arah Elexis. Semangat sudah kembali ke matanya, yang ditopang oleh keyakinan yang kuat. Kata-katanya pun terdengar kuat. Dia sudah tidak lagi terdengar panik atau cemas. Dia sudah kembali ke sosok Koutarou yang bertekad untuk bertarung.

“Elexis, kamu bilang kalau kamu nggak bisa ngubah dunia tanpa pengorbanan, ya kan?”

Koutarou sudah mengambil sebuah keputusan.

Jika situasinya terus berlanjut seperti ini, para gadis itu tentu akan mati. Untuk mengubah hal itu, Koutarou menerima kelemahan dan kebodohannya, dan memutuskan untuk menyelamatkan para gadis menggunakan segala cara yang bisa dia gunakan. Dia tidak akan menyesali pengorbanan yang harus dia lakukan, bahkan jika hal itu sampai melibatkan teman berharganya dalam pertempuran ini, seperti halnya Theia yang sudah membulatkan tekadnya saat dia kembali kepada Koutarou dan yang lainnya.

“Benar! Itulah realita!”

“Kalau gitu…seberapa kuat tekadmu, Elexis?”

Tatapan tajam Koutarou menusuk Elexis. Koutarou penasaran jika Elexis punya tingkatan tekad yang sama sebesar yang dia miliki.

“Apa maksudnya!?”

Karena dia mulai tertekan dengan suasana yang dipancarkan oleh Koutarou, Elexis berusaha untuk menahan keresahannya, dan membalas dengan suara keras untuk menyembunyikan hal itu.

“Tekad bahwa kamu sendiri mungkin bakal jadi yang dikorbanin. Atau, apa kamu kira kamu adalah pengecualian dalam hal pengorbanan buat ngubah dunia?”

“Aku tidak tahu apa yang kau akan lakukan, tapi hentikan perlawananmu yang sia-sia ini! Kau tidak bisa mengubah apapun!”

Koutarou berusaha melakukan sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh Elexis. Untuk bisa menghapus keresahannya, Elexis mengeraskan suaranya lebih lagi, sampai-sampai dia tidak bisa menyembunyikan seberapa resahnya dia.

“Kamu bener. Aku nggak bisa ngubah dunia. Aku nggak punya kekuatan itu.”

Semua kekuatan Koutarou adalah pinjaman, sementara kekuatannya sendiri hanyalah kemampuannya menggunakan pedang. Sisanya adalah hal-hal yang dia dapatkan dari orang lain, dan hal itu tetap berlaku hingga saat ini, dan juga akan terus berlaku mulai saat ini. Apa yang hendak Koutarou lakukan saat ini pun bukanlah juga kekuatannya, namun Koutarou sudah tidak ragu lagi. Tidak peduli jika dia bergantung pada kekuatan orang lain, ataupun dia terlihat memalukan karenanya, selama hal itu bisa menyelamatkan apa yang berarti baginya.

“Jangan nyesel, Elexis. Nggak akan ada yang bisa ngehentiin yang satu ini!”

Koutarou mengangkat tangan kanannya dan mengepalkannya dengan kuat. Saat dia melakukan itu, punggung tangannya mulai berpendar dan mulai membentuk sebuah pola geometris. Karena tangan kanan Koutarou ditutupi oleh sebuah pelindung tangan, pola itu seperti terukir pada pelindung tangannya.

“Dengan sumpah lama, untuk reuni yang telah dijanjikan! Jawablah panggilanku dan muncullah!” ucap Koutarou dengan bahasa Forthorthe kuno, yang digunakan dalam ritual. Dengan setiap kata yang diucapkannya, tangan kanannya menjadi semakin terang dan mulai menerangi sekitarnya. Saat terang itu sudah menerangi area sekitarnya, area itu mulai bergetar.

“Apa ini!? Gempa ruang!? Apa yang akan muncul!?”

Elexis tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan mengawasi sekitarnya seiring dengan timbulnya keresahannya. Para bawahannya pun merasakan hal yang sama sambil terus terdiam di tempat, ketakutan oleh cahaya dan suasana yang menyeramkan itu.

Satu-satunya orang yang mengerti apa yang akan terjadi adalah orang yang masih terus mengucapkan mantranya, Koutarou.

“Laluilah waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung, dan muncullah, raja baya!”

“Hentikan, Koutarou-kun!! Apa kau tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada teman-temanmu!?”

“Terlambat!”

Koutarou mengabaikan seruan Elexis padanya sambil menunjukkan senyuman mengerikan sebelum menyerukan potongan terakhir dari mantranya.

“Guncanglah cahaya dan muncullah!! Pahlawan agung dari neraka, Kaisar Naga Api Alunayaaa!!”

Pada saat itu, terang itu menjadi semakin terang dan menerangi seluruh area itu. Tidak ada seorang pun yang bisa melihat apa-apa, seakan-akan mereka semua berada dalam dunia yang begitu putih bersih.

“….Tenanglah, teman. Yang kau lakukan bukanlah tindakan bodoh. Justru, aku merasa terhormat kau memanggilku pada saat kau memerlukanku.”

Suara itu terdengar begitu berat bagaikan raungan bumi itu sendiri. Saat suara itu muncul, terang yang menerangi segalanya itu pun berkumpul pada satu titik, yakni di belakang Koutarou, di arah dimana para gadis sedang terkapar. Koutarou, yang mencari asal suara itu, membalikkan badannya.

“Kamu datang!”

Raut wajah Koutarou menjadi sedikit lebih tenang karena merasa lega dan kangen saat mencari pemilik suara itu. Karena Alunaya punya rupa yang unik, dia seharusnya mudah untuk ditemukan. Namun, Koutarou tidak bisa menemukannya. Karena Koutarou kebingungan dengan hal itu, suara berat itu pun terdengar kembali.

“Kau akhirnya memanggilku, Ksatria Biru.”

Suara itu terdengar lebih dekat dari yang Koutarou duga. Saat dia mencoba melihat ke arah asal suara itu, dia melihat salah satu gadis yang sedang terkapar mencoba untuk bangkit berdiri.

“I-Ibu Kos-san!?”

Gadis itu adalah pemilik Rumah Corona, Kasagi Shizuka. Shizuka perlahan berdiri, berkacak pinggang dan tersenyum tenang.

“Lama tidak berjumpa. Aku senang melihatmu baik-baik saja.”

Suara yang dicari oleh Koutarou berasal dari mulut Shizuka, dan senyumnya pun berbeda dari yang biasanya – senyuman yang tampak begitu kuat dan tenang, cocok bagi seorang kaisar.

“Ibu Kos-san!? Kenapa Ibu Kos-san…!?”

Koutarou jadi kebingungan. Dia memanggil teman yang ditemuinya di dunia yang berbeda pada 2000 tahun yang lalu, bukannya Shizuka. Namun, suara itu berasal dari Shizuka, dan senyumannya bukan senyuman Shizuka yang biasanya.

“Jangan-jangan!?”

Koutarou menyadari sesuatu dan mengerahkan energi spiritual ke matanya. Saat dia melakukan itu, dia bisa mengerti situasi yang sedang dialami oleh Shizuka.

Jadi begitu rupanya!! Alunaya-dono ada di dalam Ibu Kos-san!!

Dia bisa melihat tubuh Shizuka, namun ada jiwa lain yang bertumpuk dengannya. Koutarou bisa melihat energi spiritual yang begitu luar biasa banyaknya, dan ditambah lagi, dia bisa melihat mata Shizuka yang bersinar merah – mata yang pernah dilihat Koutarou sebelumnya.

“Hei, kamu! Jangan bergerak!”

“Berhenti melawan!”

Namun, para tentara tidak mengerti hal itu. Mereka diselimuti terang yang begitu kuat dan takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, namun pada akhirnya, tidak ada apapun yang terjadi. Saat adegan yang mengecewakan itu berakhir, seorang gadis sudah kembali berdiri.

Itulah hal yang dimengerti oleh para tentara dan membuat mereka meletakkan tangan mereka pada Shizuka untuk merenggut kebebasan bergeraknya.

“Jangan sentuh badanku dengan seenaknya, dasar sampah! Hanya teman-temanku yang boleh melakukan hal itu!”

Shizuka menjadi marah dan dia meraung ke arah para tentara itu.

“Uwaa!?”

“Apa!?”

Walaupun dia tidak melakukan apa-apa, para tentara yang tadi menyentuh Shizuka tiba-tiba terhempas terbang.

Dia mukul mereka terbang cuma pake jiwanya aja…itu memang bener-bener dia!!

Melihat hal itu, Koutarou menjadi yakin bahwa ada sesuatu yang kuat yang berdiam di dalam Shizuka.

“Bakarlah ini dalam ingatan kalian!! Namaku Alunaya!! Raja yang agung dari para naga dan penguasa api!! Jangan kalian lupakan, bahkan setelah kalian mati sekalipun!!”

Itulah naga legendaris yang menjawab panggilan Koutarou. Sang Kaisar Naga Alunaya.


Part 3[edit]

Tepat saat Shizuka menyerukan nama naga legendaris itu, dia diselimuti oleh api yang merah padam. Namun, api itu tidak melukainya, tapi justru seperti menyelimuti tubuhnya. Setelah beberapa detik berlalu dan api itu menghilang, rupa Shizuka berubah drastis. Dia menjadi sesuatu seperti manusia setengah naga.

Dia memiliki tanduk di kepalanya dan mata dan rambutnya berubah menjadi merah. Taring yang tajam yang cocok bagi makhluk buas bisa terlihat dari balik bibirnya. Tangan dan kakinya ditutupi oleh sisik-sisik berwarna merah, seakan-akan sisik-sisik itu menjadi pelindungnya. Di punggungnya, ada sayap yang mirip dengan sayap naga dan ekor yang panjang yang menjulur dari belakang pinggangnya. Rupanya saat itu tampak seperti anak yang terlahir dari naga dan manusia.

Rokujouma no Shinryakusha v13 Illustration 8.jpg

“Ksatria Biru, biar aku yang tangani ini! Walaupun kekuatanku terbatas dalam wujud ini, aku tidak akan kalah dari manusia biasa!”

“Kalau gitu, tolong ya!”

“Tadinya aku penasaran apa yang akan muncul, dan ternyata hanya mutan? Seberapa putus asa dirimu, Koutarou-kun!? Mengambil karakteristik makhluk hidup lain tidak akan membuat seorang manusia menjadi lebih kuat!”

Elexis sempat terkejut, namun dia sudah menjadi lebih tenang sekarang. Dia tidak merasa bahwa perubahan Shizuka adalah ancaman. Walaupun Shizuka sudah diperkuat secara biologis, dia tetaplah makhluk hidup, tidak akan bisa menandingi senjata dan pertahanan Forthorthe. Biarpun mereka mungkin akan sedikit kesulitan untuk menandinginya karena Shizuka yang aslinya sudah kuat sudah menjadi bertambah kuat, dia tetap menjadi seseorang yang seharusnya bisa dikalahkan oleh para tentara.

“Aku rasa juga begitu. Dalam wujud yang kecil ini, aku hanya bisa menggunakan sebagian kekuatanku.”

Pada saat itu, Shizuka membuka mulutnya dan menyemburkan api. Namun, api itu terlalu panas untuk disebut api dan semburannya terlalu cepat. Itulah sebabnya, bukannya digambarkan sebagai dia menyemburkan api, lebih tepat digambarkan sebagai menembakkan meriam sinar plasma. Sinar yang ditembakkan Shizuka melesat dengan begitu cepatnya.

“Tidak mungkin!?”

Beberapa pesawat tempur kecil tanpa awak hancur berkeping-keping dan jatuh di hadapan Elexis. Pesawat-pesawat itu adalah senjata yang terotomasi dan tanpa awak, yang dirancang untuk membantu para prajurit, yang jika dibandingkan dengan teknologi Bumi, akan sama dengan kendaraan tempur lapis baja. Walaupun disebut sebagai kecil, pesawat-pesawat itu tidaklah lemah. Walau begitu, mereka dihancurkan hanya dalam satu serangan saja. Tidak hanya satu pesawat saja. Sebagian besar pesawat-pesawat itu sudah ditembak jatuh oleh serangan ini.

“Jadi aku betul-betul tidak bisa menembak mereka…”, ujar Shizuka yang tampak kecewa dengan hasil serangannya dan menurunkan bahunya. Namun, pihak yang menerima serangan itu hanya bisa terdiam. Dengan satu serangan ini, semua tentara menjadi mengerti bahwa gadis di hadapan mereka bukanlah sesuatu yang berada dalam lingkup akal sehat mereka.

“Uwaaa, aaaaahhhhhhhhhh!”

“Jangan ke siniiiiiiii!”

Para tentara yang melihat kekuatan Shizuka dari dekat langsung menjadi panik. Mereka bereaksi dengan berbagai macam cara: ada yang lari, ada yang hanya terdiam di tempat dan ada yang menembakkan senjatanya tanpa terarah. Namun, ada satu kesamaan dari semua itu: kerja sama antara mereka hancur dibuatnya.

“Hm. Kualitas prajuritnya betul-betul turun dalam 2000 tahun ini. Kalau prajurit Alaia-dono, pasti sudah langsung menghadapi aku…mereka sudah terlalu bergantung pada teknologi mereka sampai-sampai mereka kehilangan semangat…”

Shizuka mulai maju sambil merasa keheranan dengan tingkah para tentara. Cara berjalannya tampak begitu agung saat dia melangkah dan tanah pun retak dalam tiap langkah yang diambilnya. Walaupun wujudnya seperti itu, kekuatannya yang luar biasa masih tetap ada.

“…Lidith, Fauna dan Caris yang berpisah dengan mereka ada di sini…dan aku rasa orang yang aku diami saat ini adalah Mary…aku juga bisa merasakan satu lagi keberadaan yang aku ingat…begitu rupanya, kalau begitu memang sudah seharusnya aku muncul di tempat ini!”

Shizuka maju untuk melindungi para gadis lainnya. Jika dia tidak melakukan hal itu, ada kemungkinan bahwa para gadis yang masih pingsan itu terkena serangan para tentara.

“Akan kubalas kamu, karena sudah melukai teman-temanku!”

“Dasar monster!”

Saat dia sadar seberapa kuat Shizuka sekarang dan keadaan yang dialami oleh tentaranya, Elexis dengan cepat menutup bagian kepala Warlord. Jika Shizuka dibiarkan begitu saja, maka tentaranya pasti akan dihabisi. Warlord dan Motor Knights harus segera mengalahkan SHizuka.

“Ganti mode koordinasinya! Anti personil—bukan, anti senjata mobil!”

“Baik, mengganti mode koordinasi. Target ditentukan sebagai senjata mobil. Mengoptimasi taktik, mengganti ke pengaturan senjata F.”

Setelah kembali mengendalikan Warlord, Elexis mengeluarkan perintah-perintah ke kecerdasan buatan di dalamnya. Hal itu hanya berlanjut sebentar saja, namun karena dia juga menyaksikan Shizuka terus menyerang para tentara, Elexis mulai panik. Dia harus bisa menjaga tentaranya agar tidak dihabisi. Baginya, mereka adalah rekan-rekannya yang berharga yang berbagi tujuan yang sama.

“Maju, Warlord!”

“Musuhmu aku, Elexis.”

Namun saat Elexis akan pergi ke lokasi para tentara, Koutarou menghalangi jalannya.

“Minggir, Koutarou-kun! Aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu!”

“Sayangnya aku harus…itu kan yang kamu bilang ke aku sebelumnya.”

Sambil terus berusaha berdiri dengan tubuhnya yang goyah, Koutarou mengarahkan ujung Signaltin ke arah Warlord. Tubuhnya memang goyah, namun api semangat masih tetap ada dalam matanya.

“Apa yang bisa kalu lakukan sekarang!? Apa kau akan terus bertarung dengan keadaan seperti itu!? Hentikan hal yang tidak berguna ini dan minggirlah!!”

“Ayolah, bukan begitu caranya, Elexis”, jawab Koutarou sambil tersenyum pada Elexis. Dia tidak bisa membiarkan Elexis pergi karena incaran Elexis saat ini adalah Shizuka, namun Shizuka ternyata kuat.Gadis-gadis yang pingsan itu lebih baik menjadi sandera daripada terlibat dalam pertarungan mereka. Karena dia sadar akan hal inilah Koutarou terus berjuang untuk tetap sadar dan menghalangi Elexis.

“Bukannya kamu siap bikin pengorbanan buat sampai ke tujuanmu? Lupain bawahanmu, lawan aku. Info soal Theia dan Elfaria, sama ngebunuh aku, seharusnya jadi tujuanmu, ya kan?”

“Jadi nyawa rekan-rekan kita menjadi taruhannya, bagi kita berdua…”

Setelah menyadari tujuan dan tekad Koutarou, Elexis berubah pikiran. Dalam situasi ini, Koutarou tidak akan menyerah. Dia harus mengalahkan Koutarou lebih dulu.

“Baiklah, ayo kita selesaikan ini, Koutarou-kun.”

“Jangan kira kalau sekarang bakal sama kayak sebelumnya.”

Koutarou dan Elexis mengambil ancang-ancang dengan senjata mereka. Berkat pemanggilan Koutarou terhadap Alunaya, situasi pertempuran berlangsung sesuai dengan arah yang diharapkan Koutarou. Dia sudah bertekad untuk melakukan ini. Dia tahu bahwa dengan zirahnya yang sudah rusak parah, dia tidak akan bisa menahan Elexis untuk waktu yang lama.

“…Aku harus bisa ngulur waktu yang cukup biar Alunaya-dono bisa ngeberesin sebelah sana…semuanya, tolong pinjamkan kekuatan kalian…”, gumam Koutarou sambil menggenggam Signaltin dengan erat. Sekaranglah saatnya baginya untuk menggunakan seluruh kekuatan yang ada padanya. Kekuatan itu pun tidak harus miliknya sendiri, bahkan kekuatan pinjaman pun tidak apa-apa. Selama dia bisa melindungi hal yang diinginkannya, Koutarou akan menggunakan kekuatan apapun yang bisa dia gunakan.

Seakan-akan menjawab keinginannya, ada suara gadis yang terdengar oleh Koutarou.

"...Saya ingin anda mengatakan itu pada saya sebagai yang pertama."

Suara itu terdengar olehnya bukan sebagai suara biasa, namun melalui kekuatan pedang di tangannya.

“Yang mulia!?”

Saat dia pertama mendengar suara itu, orang pertama yang muncul di benak Koutarou adalah seorang gadis berambut perak. Dulu, gadis itu mengatakan hal itu persis seperti itu. Namun, Koutarou segera sadar bahwa itu berasal dari orang yang berbeda. Tidak mungkin gadis berambut perak itu bisa ada di sini, namun Koutarou memikirkan orang lain yang mungkin bisa ada di sini.

“Sakuraba-senpai?”

”Fufufu, ketahuan ya? Aku kira itu tadi sudah cukup bagus…”

Suara itu ternyata milik Harumi, yang juga memiliki kekuatan untuk mengendalikan Signaltin. Itulah sebabnya dia memanggil Koutarou dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh gadis dalam ingatan Koutarou.

”Kenapa kamu ada disini? Gimana soal Yang Mulia Elfaria?”

Koutarou menutup mulutnya dan mengirimkan pikirannya pada Harumi, karena dia tidak mau Elexis mendengar kelanjutan pembicaraan mereka.

”Jika kekuatan Signaltin melemah, aku akan tahu, tidak peduli dimana aku berada. Itu sebabnya aku menyuruh yang mulia Elfaria bersembunyi dan datang ke sini.”

Setelah berhasil menghindari alat pengintai tanpa awak, Harumi dan Elfaria tetap bersembunyi di rumah gunung. Mereka yakin bahwa akan lebih aman untuk bersembunyi di tempat yang sudah dicari sebelumnya daripada berpindah tempat secara sembrono. Tentu saja, Harumi tidak lupa untuk menggunakan mantra untuk menutupi jejaknya untuk berjaga-jaga.

Tepat pada saat itulah Harumi merasakan kekuatan Signaltin yang berkurang drastis. Itu adalah tanda bahwa Koutarou dan yang lainnya sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Jadi, Harumi meninggalkan Elfaria di rumah itu dan pergi ke tempat Koutarou.

”Dasar ceroboh…”

”Apapun yang terjadi, aku tidak bisa melindungi yang mulia sendirian. Aku harus melakukan ini.”

Meninggalkan Elfaria sendirian memiliki resiko yang besar, namun meyakini bahwa Harumi bisa melindungi Elfaria sendirian juga tidak kalah mustahilnya. Harumi tahu betul seberapa sulit baginya untuk bisa kabur dari musuh-musuh yang sudah mengalahkan Koutarou dan yang lainnya untuk bisa sampai dengan selamat ke kapal Theia atau Clan. Itulah sebabnya Harumi memutuskan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal itu dengan pergi membantu Koutarou, yang juga disarankan oleh Elfaria.

”Lagipula, kamu tetap berencana untuk bertarung biarpun kamu sudah terluka, benar bukan, Satomi-kun? Kalau begitu, aku juga bisa bertarung dengan tubuhku sendiri.”

”Sakuraba senpai…”

”Satomi-kun, kita akan bertarung bersama. Aku akan selalu berada di sisimu dan menjaga dirimu.”

Itulah pengakuan cinta Harumi.

“Sang Puteri Perak tidak bisa melakukannya karena posisinya, tapi aku hanya gadis biasa, jadi…aku akan tetap bersamamu hingga akhir nanti.”

Harumi merasa bahwa dirinya begitu diberkati. Walaupun sang Puteri Perak mencintai Ksatria Biru, sang puteri harus melepaskan perasaan itu demi negerinya. Namun, tidak bagi Harumi. Dia hanya seorang gadis yang biasa-biasa saja yang telahir dalam sebuah keluarga biasa. Setelah menjalani kehidupan sang Puteri Perak di dalam drama bagai kehidupannya sendiri, Harumi tidak bisa menganggap sang puteri sebagai orang asing. Itulah sebabnya Harumi ingin memenuhi keinginan sang Puteri Perak. Jika Harumi, yang memiliki perasaan yang sama seperti sang Puteri Perak, bisa hidup bersama Koutarou, maka dia percaya bahwa sang Puteri Perak akan merasa bahwa perasaannya sudah berjumpa kembali dengannya.

Itulah sebabnya Harumi memutuskan untuk bertarung, tidak hanya bagi dirinya sendiri, atau demi sang Puteri Perak, namun untuk memenuhi keinginan mereka berdua.

”Aku ngerti. Tolong pinjemin kekuatanmu, Sakuraba-senpai. Memang, rasanya agak malu-maluin, tapi aku nggak bisa ngelawan Elexis sendirian.”

”Baik!"

Harumi meluapkan semua perasaan yang sudah terpendam di dalam dirinya dan menjawab Koutarou. Dia tidak tahu apakah perasaan itu sampai pada Koutarou atau tidak, namun Koutarou berkata bahwa dia membutuhkan Harumi. Itu saja sudah cukup untuk membuat Harumi puas.

Puteri Perak….tolong, pinjamkanlah perasaanmu! Agar aku bisa selamanya melindungi pria yang sama-sama kita cintai!!

Harumi melipat kedua telapak tangannya di depan dadanya dan memanggil kekuatan Signaltin. Harumi, yang membawa perasaan baik dirinya maupun Alaia, membangunkan kekuatan yang berasal dari kedua perasaan itu – yang lebih besar dari kedua perasaan itu – dan membuat pedang itu menyala semakin terang.


Part 4[edit]

“Apa kamu sudah selesai berdoa, Koutarou-kun?”

“Aku nggak perlu berdoa. Aku punya seseorang yang ngelakuin hal itu buatku.”

Signaltin mulai menyala semakin terang tepat saat Koutarou dan Elexis akan memulai pertarungan mereka. Nyala yang tadinya redup itu tiba-tiba menjadi semakin terang, hingga menjadi sama seperti saat Alunaya dipanggil.

“Apa yang kau rencanakan!? Tidak akan kubiarkan hal ini berjalan sesuai keinginanmu!!”

Elexis, yang merasakan adanya bahaya saat pedang itu kembali bersinar, menarik pelatuk tanpa ragu lagi. Saat dia melakukan hal itu, senapan laser di tangan kiri Warlord berderu keras. Di saat yang sama, kesepuluh Motor Knights menembakkan meriam sinar mereka. Kerja sama mereka yang sempurna beserta serangan senapan dan meriam laser itu menyerang Koutarou di saat yang bersamaan.

“Langkah yang bagus, tapi kamu telat, Elexis!”

Sebelas sinar menghujani posisi dimana Koutarou tadinya berdiri dan meninggalkan sebuah kawah besar. Namun, Koutarou tidak lagi berada di sana dan serangan Elexis hanya bisa membuat lubang itu saja.

“Kamu harusnya nembak aku sebelum doa itu dimulai!!”

Koutarou dengan cepat mendekati Elexis. Gerakannya begitu cepat dan tidak terlihat seperti orang yang sedang kesakitan seperti beberapa saat yang lalu. Walaupun belum betul-betul pulih total, Koutarou sudah disembuhkan dan mendapat staminanya kembali saat Signaltin mulai menyala.

“Itu sinar yang tadi--! Tapi tetap saja, kau tidak bisa bergerak lebih cepat daripada rancangan zirah itu!”

Namun, Warlord melacak pergerakan Koutarou. Dia mulai menembakkan meriam laser di pundak kanannya secara beruntun ke arah Koutarou. Karena laser bergerak dalam kecepatan cahaya, tepat saat ditembakkan, serangan itu harusnya mengenai Koutarou. Laser bukanlah sesuatu yang bisa dihindari setelah ditembakkan.

“Ini bukan cuma soal gerakan cepet. Kamu harusnya tahu betul karena kamu makai alat-alat itu.”

Namun, tepat saat laser itu mengenai Koutarou, dia menghilang bagaikan asap. Koutarou yang ditembak oleh Elexis rupanya ilusi yang dibuat oleh Harumi.

Sesaat berikutnya, dua Motor Knights di sebelah kanan Warlord meledak di saat yang bersamaan. Koutarou berdiri tepat di sebelah kedua robot yang hancur itu. Sasarannya bukanlah Warlord, melainkan Motor Knights.

”Satomi-kun, mundur!”

Koutarou mengikuti arahan Harumi dan mundur dengan segera. Tiga Motor Knights di dekatnya rupanya sedang membidik ke arahnya.

”Berkumpullah, roh-roh air! Menarilah, roh-roh angin! Gabungkanlah kedua kekuatan ini dan muncullah, roh-roh petir! Oh, awan gelap laksana naga, bukalah rahangmu dan lepaskanlah kehancuran! Raungan Halilintar!!”

Namun sebelum robot-robot itu bisa menyerang, sebuah petir yang kuat turun dari atas langit dan menyerang ketiganya. Menghadapi kekuatan alam sebesar milyaran volt, medan pelindung Motor Knights tentu saja tidak bisa bertahan dan berbuat apa-apa. Ketiga robot yang bermandikan petir itu pun meledak.

“…Hebat…”

Jika Koutarou tidak mundur, dia pasti sudah terkena serangan petir itu juga. Peringatan Harumi bukan untuk memperingatkan Koutarou tentang serangannya pada Motor Knights, tapi untuk menjaganya agar tidak terkena serangan itu.

”…A-Aku juga kaget…”

Harumi ternyata juga tidak kalah kagetnya dengan hal itu. Karena lawannya bukan manusia, dia bisa menyerang tanpa segan-segan. Tidak disangkanya, bahwa serangan itu ternyata jauh lebih kuat dari yang dibayangkannya. Harumi mulai sedikit ketakutan terhadap dirinya sendiri saat dia melihat tanah yang terbakar dan kepingan-kepingan robot yang tersebar. Jika dia salah menggunakan kekuatannya, Harumi mungkin bisa melukai teman-temannya sendiri. Itulah sebabnya mengukir jauh di dalam lubuk hatinya bahwa dirinya sudah mendapatkan kekuatan yang mengerikan.

”Aku sudah berlebihan…”

“Karena ini pertarungan dadakan, jangan terlalu dipikirin! Sakuraba-senpai, kamu hebat!”

”B-Baik, terima kasih, Satomi-kun!”

Setelah mendengar Harumi yang kembali semangat, Koutarou mulai melihat target selanjutnya.

Kamu mungkin bakal mikir kalau aku ngincar robot-robot pembantumu, jadi aku bakal ngingetin kamu!!

Target Koutarou selanjutnya adalah senjata yang dikendalikan Elexis, Warlord. Karena Motor Knights yang tersisa berada jauh dari Warlord, Koutarou tidak perlu takut menghadapi serangan balasan. Inilah kesempatan baginya untuk menyerang.

“Kau ini sebenarnya siapa, Koutarou-kun!?”

Setelah kehilangan lima Motor Knights dalam sekejap, Elexis mulai resah. Dia menembakkan misil-misil ke arah Koutarou yang mulai mendekatinya bersamaan dengan menembakkan beberapa laser untuk menghalangi jalannya Koutarou.

“Sudah kubilang, aku hanya korban!”

Koutarou mengayunkan pedangnya dan membelah udara, sementara Harumi, yang mengendalikan kekuatan Signaltin, melepaskan gelombang kejut. Gelombang itu membuat misil-misil yang melaju ke arah mereka menjadi hancur. Api ledakannya menyembunyikan Koutarou dan mengurangi kekuatan serang dari laser. Dengan melemahnya kekuatan serang dari laser, serangan itu bisa dihalangi sepenuhnya oleh medan pelindung sihir miliknya. Koutarou, yang masih dihujani sinar laser, melangkah maju tanpa ragu.

“Aku cuma murid SMA biasa yang bisa kamu temuin dimana aja!”

“Aku rasa masih ada sesuatu yang tersembunyi darimu!! Kekuatanmu sudah melenceng jauh dari realita!!”

Kemampuan yang dimiliki Koutarou begitu beragam dan semuanya berada pada tingkatan yang tinggi. Kemampuan berpedang Koutarou, teknologi sains dan spiritual yang digunakan oleh zirahnya, kekuatan spiritual dan sihir di dalam dirinya, dan bahkan kemampuan untuk memanggil makhluk supranatural. Koutarou menggunakan semua kemampuan itu secara berdampingan untuk bertarung, dan sebagai hasilnya, kemampuan tempurnya berada di luar akal sehat.

“Kekuatanku nggak penting. Ini semua berkat kekuatan yang aku pinjem dari orang lain. Aku yakin, kalau kamu juga pakai hal ini, kamu pasti bisa jadi lebih hebat lagi!”

Setelah mendekati Warlord, Koutarou dengan gesit menikamkan Signaltin ke arahnya, mengarah menuju meriam laser di pundak kanannya. Karena Koutarou tidak bisa menghindari laser, meriam laser itu menjadi target utamanya.

Saat Signaltin maju menembus medan pelindung Warlord, Koutarou menghasilkan energi listrik di tangan kirinya, yang mengalir melalui Signaltin dan menghancurkan meriam laser itu. Meriam itu pun hancur berkeping-keping, dengan diiringi suara ledakan yang kecil.

“Itu tidak lucu! Aku tidak punya kemampuan untuk meminjam kekuatan sebanyak itu!”

Elexis tiba-tiba mengayunkan tangan kirinya untuk bisa mengenai Koutarou, namun Koutarou dengan gesit melompat dari Warlord sebelum serangan itu sampai. Saat dia melakukan itu, kelima Motor Knights yang tersisa melacak gerakan Koutarou dan membidiknya menggunakan meriam laser mereka masing-masing.

“Berkumpullah, roh-roh air! Menarilah, roh-roh angin! Gabungkanlah kedua kekuatan ini dan munculla, roh-roh petir! Bagaikan ular yang bergelung, bagaikan topan yang bangkit, tampakkanlah dirimu! Menarilah! Pusaran Petir!”

Namun, sinar-sinar laser yang ditembakkan tidak pernah menyentuh Koutarou. Dengan menggunakan medan magnet dari arus listrik kuat yang dibuat oleh Harumi, dia mengubah arah dari sinar-sinar laser itu. Meskipun perubahannya hanya sedikit, itu sudah cukup untuk membuat sinar-sinar laser itu menjauh dari Koutarou.

“Sakuraba-senpai, kamu hebat!”

Koutarou menghunus Signaltin dan mulai menyerang Motor Knights. Medan magnet yang kuat itu mengganggu sistem Motor Knights dan, walaupun hanya sebentar saja, membuat mereka diam ditempat sampai mereka bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam sistem mereka. Mantra yang dipilih Harumi begitu tepat dan menjadi alat untuk menyerang dan bertahan. Koutarou tentu saja tidak menyia-nyiakan celah yang dibuat oleh Harumi.

Bersamaan dengan terdengarnya suara metal yang dibelah, kelima Motor Knights itu terpotong kecil-kecil. Elexis melihat potongan-potongan robot itu jatuh ke tanah, dan di saat yang sama, melihat Shizuka memukul tentara terakhirnya.

“…Kekuatanmu yang sebenarnya bukan kekuatan yang bisa dilihat oleh mata, tapi kekuatan yang membuat orang lain mau mempercayakan kekuatan mereka kepadamu. Dirimulah kekuatan itu…”, ujar Elexis dengan terpana.

Pembalikan situasi yang terjadi benar-benar brilian. Elexis sudah berada selangkah lagi menuju kemenangan total, namun Koutarou berhasil membalikkan keadaan, dengan kekuatan yang jauh melampaui apa yang bisa dibayangkan oleh Elexis. Jika dia meminjam kekuatan-kekuatan itu dari orang lain, seberapa besar rasa percaya orang-orang itu kepadanya? Ditambah lagi, kekuatan-kekuatan itu jelas bukan berasal dari satu orang saja. Elexis tidak bisa membayangkan dirinya bisa mendapat bantuan dari orang sebanyak itu. Dia pun terpaksa mengakui bahwa kemampuan dirinya tidak sebanding dengan Koutarou.

“Kalau gitu aku bangga sama kekuatan asli ini, dan nggak akan berkhianat sama kepercayaan yang udah mereka kasih ke aku.”

Jika kekuatan sebenarnya Koutarou memang seperti yang dikatakan oleh Elexis, itu berarti Koutarou sendiri, para gadis kamar 106 dan ikatan di antara mereka bersepuluh adalah hal yang nyata.

“…Kami menang, Elexis.”

Koutarou pun bangga dengan ikatan itu, dan dia tidak akan mengkhianatinya.

Koutarou tidak sendiri.

Dia selalu memiliki kesembilan gadis itu di sisinya.

“Belum, Koutarou-kun!”

Elexis memencet tombol merah yang terpasang di sudut panel kendali Warlord. Saat dia melakukan itu, kursi kendalinya terpisah dari Warlord dan terbang ke belakang. Tombol yang baru saja dipencet Elexis rupanya adalah pelontar darurat.

“Gawat!?”

“Biarpun aku tidak bisa mengalahkanmu, masih ada cara untuk menang melawanmu!”

Bagi Elexis, meninggalkan para tentaranya yang terluka adalah keputusan yang menyakitkan. Namun, dalam situasi ini, sangat tidak mungkin untuk bisa membawa mereka kembali. Kemungkinan Warlord bisa mengalahkan Koutarou dan Shizuka sendirian adalah hampir tidak ada. Itulah sebabnya Elexis tidak punya pilihan lain selain kabur.

“Gitu ya, kamu ngincar Theia!”

“Benar! Melawanmu secara langsung bukan satu-satunya cara untuk menang!”

Namun, hal ini dilakukan Elexis tidak hanya sebagai cara untuk melindungi dirinya sendiri. Jika dia bisa menangkap Theia yang sedang bertempur di luar angkasa, maka Theia bisa menjadi jaminan yang cukup untuk melakukan negosiasi. Meskipun siapa yang akan bisa bertahan hidup jumlahnya menjadi terbatas, Elexis bisa menjemput kembali para tentara itu nanti.

“Nggak akan kubiarin kamu kabur!!”

“Terlambat!!”

Tepat saat Koutarou bersiap menyerang Elexis, kursi kendali yang diduduki Elexis membuka lubang ruang waktu dan masuk ke dalamnya.

“Nggak akan kubiarin kamu pergi sendirian!!”

Koutarou menyalakan roket pendorong darurat di zirahnya dan mengejar Elexis. Dia berniat menyelam masuk ke dalam lubang ruang waktu itu juga.

“Sudah kubilang, terlambat!”

Namun, saat Koutarou akan memasuki lubang itu, Warlord yang tertinggal tiba-tiba meledak. Hal itu membuat lubang ruang waktu di hadapan Koutarou menghilang. Akibatnya, Koutarou hanya terbang melewati area dimana lubang itu tadinya berada.

“Sialan! Kalau gitu…!”

Biarpun dia membiarkan Elexis kabur, Koutarou tidak mau menyerah begitu saja. Dia dengan segera mengaktifkan jalur komunikasi di zirahnya dan berusaha menghubungi Theia dan Ruth yang sedang bertempur melawan kapal-kapal musuh.

“Hubungan ke jaringan telah terputus. Komunikasi tidak bisa dilakukan.”

“Apa!?”

Namun, kecerdasan buatan di zirahnya memberitahukan bahwa komunikasi tidak bisa dilakukan.


Part 5[edit]

Alasan mengapa Koutarou tidak bisa mengubungi Theia dan Ruth adalah karena Warlord yang meledak, yang menyebabkan gangguan komunikasi bagi Koutarou.

Kapal luar angkasa Forthorthe biasanya menggunakan gelombang gravitasi untuk berkomunikasi. Metode ini lebih terjamin daripada gelombang elektromagnetik, namun masih bisa mengalami gangguan. Seperti halnya seseorang bisa menggunakan medan elektromagnetik untuk mengganggu jalannya gelombang elektromagnetik, gelombang gravitasi juga bisa diganggu dengan menggunakan medan gravitasi. Itulah sebabnya reaktor Warlord secara sengaja dibuat kelebihan muatan.

“…Karena gangguan ini, tidak hanya komunikasi saja yang terganggu, tapi memindahkan benda pun juga tidak bisa! Apalagi memindahkan manusia!”

Karena komunikasi menggunakan gelombang gravitasi tidak bisa digunakan, Koutarou menghubungi Clan menggunakan gelombang elektromagnet. Karena Clan berada sedikit lebih jauh daripada bulan, ada sedikit jeda waktu antara komunikasi mereka. Saat ini pun, jeda yang sedikit itu sudah cukup untuk membuat Koutarou kesal.

“Kalau terus begini, Theia bakal kalah!”

Berkat Clan, Koutarou bisa mengerti strategi Elexis. Seperti yang sudah dia katakan, tujuan Elexis adalah untuk mengalahkan Koutarou. Melancarkan serangan darat untuk memancing Koutarou turun dari luar angkasa adalah bagian awal dari rencana itu.

Bagian selanjutnya adalah untuk memancing Blue Knight ke sisi jauh bulan. Untuk bisa meminimalisir resikonya, ada kemungkinan besar bahwa Theia atau Elfaria berada di kapal itu. Tujuan Elexis pada bagian ini adalah untuk menangkap dan membunuh mereka. Jika ketiga kapal luar angkasanya mengabaikan Blue Knight dan mengirimkan bantuan ke pasukan darat, Blue Knight tidak akan punya pilihan lain selain menampakkan dirinya. Meskipun Theia tahu bahwa itu adalah jebakan, dia tidak punya pilihan lain selain pergi ke sisi jauh bulan.

Bagian terakhir adalah jika Elexis gagal mengalahkan Koutarou di darat, dia akan membuat Warlord meledakkan dirinya sendiri untuk menahan Koutarou dan yang lainnya tetap di darat untuk beberapa saat. Dengan melakukan itu, Elexis akan punya sedikit waktu untuk melancarkan serangan ke arah Blue Knight yang sedang sendirian di luar angkasa. Serangan pertama juga memiliki tujuan untuk mengumpulkan Koutarou dan yang lainnya, lalu menahan mereka.

Strategi Elexis ternyata efektif, membuat Koutarou dan yang lainnya tidak bisa membantu Theia dan Ruth di luar angkasa. Sebagian besar fungsi Blue Knight berjalan secara otomatis, namun tetap saja hal itu masih membuat Theia dan Ruth kewalahan untuk mengendalikannya. Kalau mereka menghadapi tiga kapal sekaligus, semakin banyak yang membantu mereka berdua, semakin baik jadinya. Karena tertahan di Bumi, yang bisa dilakukan oleh Koutarou dan yang lainnya hanyalah menyaksikan tayangan dari pertempuran yang disiarkan oleh Clan dari Hazy Moon ke mereka, dan Koutarou mulai merasa gusar dan resah.

“Clan-san, apa kita tidak bisa melakukan sesuatu dengan kekuatanmu?” tanya Harumi, dengan rambut peraknya berkibar, kepada Clan, yang hologramnya sedang ditampilkan oleh zirah Koutarou. Rambut Harumi menjadi sedikit diwarnai karena pengaruh kekuatan sihir Signaltin, membuatnya memiliki aura misterius yang menawan semua yang melihatnya.

“…Bahkan biarpun aku membuat Cradle masuk ke atmosfir dan menjemput kalian, kita tidak akan sempat.”

Masuk dan keluar atmosfir dilanjutkan dengan perjalanan sejauh 380.000 kilometer ke sisi jauh bulan tetap membutuhkan waktu bahkan bagi teknologi maju milik Forthorthe.

“Jadi kita kena jalan buntu ya…”, ujar Koutarou sambil mengepalkan tangannya erat-erat. Karena zirahnya meningkatkan kekuatannya, jika ada sesuatu di tangannya, benda itu pasti sudah hancur.

“Ksatria Biru, aku tidak mengerti situasinya dengan rinci, tapi singkatnya, kau ingin pergi ke dunia penuh bintang?”

Shizuka, yang sudah menyaksikan situasinya hingga saat ini, akhirnya angkat bicara. Tangannya terlipat di depan dadanya dan dia menatap ke arah Koutarou.

“Benar. Temenku lagi bertarung di luar angkasa sana, di dunia bintang.”

“Hmm…di belakang satelit yang besar itu…kelihatannya memang sedang ada keributan yang terjadi di sana”, balas Shizuka yang melihat ke arah bulan dan menyipitkan matanya sebelum mengangguk. Dia tidak menggunakan sihir apapun, namun dia bisa merasakan distorsi ruang dan energi yang bertubrukan.

“Tapi kita bakal butuh waktu terlalu lama ke sana kalau kita pakai cara yang kita punya sekarang.”

“Begitu rupanya. Kalau begitu, Ksatria Biru, aku akan membawamu ke sana sekarang juga”, ujar Shizuka sambil menunjuk ke arah bulan, lalu membusungkan dadanya, berkacak pinggang dan menunjukkan raut wajah penuh percaya diri. Dia tidak sedang bercanda atau salah paham.

“Kamu bisa ngelakuin itu!?”

“Namun, hal itu tidaklah mudah. Kekuatanku pun ada batasnya.”

Sang naga legendaris, Alunaya, yang berada di dalam Shizuka, nampak seperti makhluk serba bisa bagi Koutarou. Namun, Alunaya pun punya batasan. Malah, dia sebenarnya tidak bisa menampakkan wujud aslinya di Bumi. Perbedaan 2000 tahun dan jarak 10 juta tahun cahaya memang terlalu berat baginya.

Dengan begitu, Alunaya mengirimkan kekuatan sihirnya dan salinan jiwanya ke Bumi. Dengan menggunakan lambang pada tangan Koutarou sebagai penunjuk jalan, Alunaya mengirimkan bagian-bagian keuatannya pada Shizuka yang tinggal di Rumah Corona selama lebih dari sepuluh tahun. Dia tidak bisa muncul begitu saja pada hari ini, karena sebenarnya dia membutuhkan waktu yang begitu lama untuk bersiap melakukan hal itu.

“Terbang menuju dunia bintang dan ke balik satelit itu kemungkinan besar akan menghabiskan seluruh kekuatanku. Sampai aku pulih kembali, aku tidak akan bisa berbuat apa-apa. Walau begitu, apa kau akan baik-baik saja?”

Saat ini, Shizuka, Alunaya hanya memiliki kekuatan untuk membawa Koutarou ke luar angkasa tapi tidak bisa membantunya dalam pertempuran. Dengan begitu, Alunaya bertanya pada Koutarou jika dia tetap ingin pergi kemana Theia berada, walaupun dia tahu resiko yang harus dihadapinya.

“Ya! Tolong ya, Alunaya-dono!!”

Koutarou sudah siap akan hal itu.

Tentu saja dia sudah siap.

Karena dia adalah ksatria yang melayani Theia.


Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6