Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kaum yang Hilang[edit]

Part 1[edit]

Setelah berpisah dengan Koutarou, gadis itu berhenti setelah melangkah mengikuti jalur selama beberapa waktu. Dia pun menunggu dalam diam tanpa melakukan apapun.

"Nana-chan!"

Setelah beberapa saat, seseorang datang mendekatinya. Orang itu rupanya seorang wanita berumur dua puluh tahunan, dan dia tampak mengesankan dengan rambutnya yang panjang dan busur panah besarnya. Gadis yang bernama Nana itu rupanya sudah menunggu wanita itu.

"Kanae-san, bukan dia orangnya."

Nana memanggil wanita yang mendekatinya dengan nama Kanae. Kanae sudah bekerjasama dengan Nana selama beberapa waktu ini.

"Jadi memang bukan, ya..."

Berdasarkan keadaan dimana Nana kembali tanpa bertarung, Kanae bisa menebak apa yang terjadi, namun dia tetap terlihat kecewa. Kanae sebenarnya orang yang baik, jadi dia tidak mau memakai panahnya untuk bertarung, tapi akan lebih baik jika sebuah pertarungan terjadi agar dia bisa mencapai tujuannya.

"Karena ada reaksi pemanggilan, ilmu nujum[1] dan manipulasi pikiran, aku kira dialah orangnya....tapi ternyata seseorang yang betul-betul berbeda."

"Berbeda? Tapi kalau dia memakai semua itu, dia pasti orang yang jahat, bukan? Bukannya dia menggunakan ilmu nujum untuk merasuki gadis itu?"

Dengan menggunakan ilmu memanggil, ilmu nujum dan manipulasi pikiran, seseorang bisa memanggil roh orang mati dan menggunakannya. Ini adalah cara favorit yang digunakan para penyihir jahat yang disebut necromancer. Necromancer seringkali menggunakan orang-orang mati untuk kepentingan mereka sendiri.

"Awalnya memang terlihat seperti itu, tapi ternyata bukan itu yang terjadi. Orang itu menggunakan kekuatan pedangnya untuk memanggil ibu gadis itu dan membuat mereka bertemu di dalam mimpi."

Orang itu memerintahkan pedangnya untuk memanggil jiwa ibu si gadis dalam wujud stabil untuk sementara waktu, dan lalu membuat si gadis menemui ibunya dalam mimpinya. Meskipun orang itu menggunakan mantra yang sama dengan para necromancer, hasil akhirnya ternyata berbeda dari yang dibayangkan oleh Nana.

Nana sudah mendekati orang mencurigakan itu untuk mencari tahu jenis mantra apa yang sudah dipakaina. Meskipun Nana bisa mengerti jenis sihir apa yang digunakan orang itu dari jauh, dia tidak bisa mengerti bagaimana sihir itu digunakan sampai dia mendekat.

"Jadi, apa maksudmu dia itu necromancer yang baik?"

"Ya. Dia jenis yang sangat langka. Baru kali ini aku bertemu dengan necromancer baik..."

Sambil berkata demikian, Nana membalikkan pandangannya. Biasanya, dia tegas untuk hal-hal itu, tapi tatapan matanya terlihat lembut kali ini.

Nana sudah pernah melihat necromancer menggunakan sihir seperti itu sebelumnya. Kalau hal itu hanya dipakai untuk berbicara dengan orang mati, sihir ramalan akan jauh lebih efektif. Hal merepotkan semacam memanggil sebuah jiwa dan masuk ke dalam mimpi hanya membuang-buang kekuatan sihir saja, tapi dengan melakukan usaha itu, tujuan si pengguna mantra menjadi jelas.

Dia tidak hanya membuat mereka berdua berbicara, tapi juga membuat mereka benar-benar bertemu dan membuat mereka bisa saling menyentuh. Secara teknis, itu bisa disebut sebagai kerasukan, tapi...tidak kusangka dia bisa melakukan itu...

Dalam organisasi yang diikuti oleh Nana, penggunaan sihir untuk kepentingan pribadi adalah hal yang dilarang. Itu karena jika ada banyak orang yang bisa menggunakan sihir, beberapa akan menggunakannya untuk memuaskan kepentingan diri mereka sendiri. Peredaran senjata secara ketat dalam sebuah negara pun ada karena dasar alasan yang sama. Nana sendiri sudah bertarung berulang kali melawan orang-orang yang menyalahgunakan sihir untuk kepentingan diri mereka sendiri. Namun, baru kali ini dia melihat seseorang yang berlawanan dengan hal itu.

"Kalau saja dunia ini penuh dengan penyihir seperti dia...pekerjaan kita akan jadi jauh lebih mudah..."

Hal yang dilihatnya sama seperti sebuah bunga yang mekar di tengah-tengah medan pertempuran yang penuh darah. Kalau bunga itu bisa menyebarkan benih-benihnya, masa depan mereka mungkin akan menjadi lebih cerah. Itulah yang Nana rasakan.

"Tapi, Nana-chan, bukannya kita perlu melaporkan ini?"

Tidak peduli apapun alasannya, hal itu tidak mengubah fakta bahwa orang itu sudah menggunakan sihir untuk kepentingan pribadi. Nana memiliki kewajiban untuk melaporkan hal itu kepada organisasinya dan menumpas orang itu secara resmi.

"Itu tidak perlu."

"Apa kamu yakin?"

"Ya...untungnya, dia menggunakan sihir dari aliran yang berbeda dari kita. Karena dia tidak menyalahgunakan itu, dia tidak berada dalam wilayah hukum kita."

Ada lebih dari satu aliran sihir, karena teori sihir dibuat dari tempat dan waktu yang berbeda-beda, dan bahkan dari cara merapalnya juga.

Tugas Nana adalah untuk menjaga agar orang-orang tidak menggunakan sihir untuk kepentingan mereka sendiri. Lebih tepatnya, tugasnya adalah untuk menjaga agar orang-orang di dalam negaranya tidak menggunakan sihir untuk kepentingan mereka sendiri dan juga untuk menghentikan siapa saja yang menggunakan sihir untuk menyakiti orang lain, tidak peduli apa aliran sihirnya.

Karena itulah, bagi orang-orang yang tidak menyalahgunakan sihir, tapi menggunakan aliran sihir yang berbeda untuk kepentingan pribadi masuk ke dalam kategori abu-abu. Jika Nana tidak merasakan adanya bahaya dari tindakan itu, dia tidak perlu melaporkannya.

"Hmm, itu bagus bukan, Nana-chan?"

Rokujouma V10 097.jpg

"Eh?"

Mungkin ada benarnya. Aku mungkin berharap ada dunia dimana sihir dan orang-orang bisa hidup berdampingan seperti itu...

Nana tidak akan melupakan apa yang sudah dialaminya hari ini. Pengalaman ini sudah pasti akan menjadi hal yang akan membantunya dalam pertarungan-pertarungan yang akan datang.

"Benar juga. Aku rasa aku senang, tapi aku tidak bisa terlena begitu saja, karena penyelidikan kita baru saja kembali ke titik awal", balas Nana sambil mengganti senyumnya dengan raut wajah serius.

Saat itu, dia sedang mencoba menyelidiki sebuah insiden yang melibatkan sihir yang terjadi di dekat sana. Nana sudah senang bisa bertemu dengan penyihir misterius itu, tapi bukanlah hal yang baik baginya saat dia harus kembali melakukan penyelidikan dari awal. Kalau mereka tidak menyelidiki insiden itu dengan cepat, penyihir yang baru saja ditemuinya mungkin akan terkena dampak buruknya. Nana ingin menyelesaikan kasus ini secepat yang dia bisa.

"Aku harap Soutarou-san dan anak itu baik-baik saja..."

Di saat yang sama dengan kembali seriusnya Nana, Kanae melihat ke arah kota di kaki gunung. Jauh di arah dimana dia melihat, terdapat sebuah rumah yang besar, dimana suami dan anak perempuannya ada di dalamnya. Pandangan kuatir Kanae mengarah kepada mereka berdua.

Suami dan anak perempuan Kanae adalah korban dari kasus yang sedang diselidiki oleh Nana. Lebih tepatnya, anak perempuannyalah yang menjadi korban, dan suami Kanae sedang menggunakan badannya sendiri untuk menjaga agar anak mereka tetap hidup. Itulah sebabnya Kanae bekerjasama dengan Nana dan ingin segera menyelesaikan kasus ini.

Suami Kanae, Soutarou, adalah ahli waris sebuah kuil tua. Kanae sendiri pernah belajar memanah di lahan yang tergabung dengan kompleks kuil itu. Disanalah dia bertemu dengan suaminya, dan mereka pun menikah. Anak perempuan mereka terlahir dengan energi spiritual yang sangat tinggi berkat garis keturunan si suami.

Dengan berkembangnya zaman yang semakin mengedepankan sains, kuil tua seperti itu pun sudah menjadi lupa degnan cara untuk mengendalikan energi spiritual. Itulah sebabnya anak perempuan itu menjadi anak perempuan biasa, meskipun dia memiliki energi spiritual yang sangat besar. TApi bagi orang-orang yang ingin mengeksploitasi sihir, orang-orang yang punya energi spiritual besar seperti itu akan sangat berguna. Mereka bisa dipakai sebagai katalis untuk mantra atau sebagai korban persembahan bagi para iblis.

Anak perempuan Kanae telah diculik oleh penyihir jahat dan digunakan dalam ritual sihir. Untungnya, Nana dengan cepat menyelamatkannya, tapi karena ritual itu sudah berjalan, anak perempuan itu kehilangan banyak sekali energi spiritual hingga saat ini, dan nyawanya akan berada dalam bahaya jika dibiarkan begitu saja. Itulah sebabnya Nana menggunakan sihir untuk menghubungkan anak tersebut dengan ayahnya. Karena suami Kanae sendiri memiliki banyak energi spiritual juga, hal itu membuatnya bisa melindungi anaknya untuk sementara waktu. Kanae pun pergi bersama Nana mengejar penyihir jahat itu setelah dirasa bisa mengulur waktu bagi anaknya. Tujuan mereka berdua tentu saja untuk mengalahkan si penyihir dan mengakhiri ritual itu, sekaligus menyelamatkan suami dan anak perempuan Kanae.

"Mari kita bergegas. Kanae-san, simpan busurmu. Kita akan pergi sekarang."

"Oke. Kemana kita akan pergi?"

"Ke sungai di dekat sini. Meskipun hanya sedikit, sihir alam di sana sudah terdistorsi."

"Kalau begitu, ayo kita kembali ke mobil. Akan lebih cepat untuk pergi ke sana."

"Baik."

Mereka berdua pun saling mengangguk dan lalu menghilang dibalik kegelapan.


Part 2[edit]

Sementara Nana dan Kanae melanjutkan pencarian kriminal mereka, si kriminal sendiri muncul di tempat yang tidak diduga-duga oleh mereka berdua. Saat itu dia sedang berada di sebuah negeri di bawah permukaan tanah.

"Kelihatannya, lambang pada lempengan itu, meskipun sudah pudar sedikit, sama dengan yang ada pada dokumen tua ini. Lambang-lambang ini tidak mungkin kebetulan terlihat sama."

"Lebih tepatnya, kelihatannya lambang yang ada di dokumen inilah yang sudah mulai pudar. Lempengan batu ini dibuat di saat yang sama dengan dokumen ini, dan sudah dirawat dengan lebih baik lagi."

"Jadi, keakuratan dokumen ini sudah menurun saat diwariskan ke generasi selanjutnya...kelihatannya itu terdengar memungkinkan."

Kiriminal yang dicari oleh Nana dan Kanae adalah seorang wanita yang berumur sekitar dua puluh tahun, memakai pakaian berwarna nila dan memiliki tongkat sihir yang besar. Saat itu, dia sedang berbicara dengan dua orang pria, yang memakai pakaian yang mirip dengan pakaian penjaga kuil di Jepang yang terbuat dari kain dan benang berkualitas tinggi. Pakaian mereka menunjukkan bahwa kedua orang itu memiliki jabatan yang tinggi.

"Kaum ketujuh yang hilang...tidak kusangka mereka ternyata ada, dan hidup makmur hingga saat ini..."

"Kami pun merasa sama. Saya tidak menyangka akan bisa menemukan petunjuk mengenai negeri asal kami yang legendaris di tempat seperti ini."

Mereka bertiga berbicara sambil membandingkan lempengan batu dan dokumen tua. Si wanita membawa lempengan batunya, sementara para pria itu membawa dokumennya. Para pria itu mengundang si wanita agar mereka bisa berbicara, dan tempat mereka berada saat itu adalah di rumah salah satu pria, yakni Shijima Tayuma. Rumah keluarga Shijima mempunyai desain rumah kuno Jepang, yang terawat dengan baik dan indah. Tayuma bisa disebut sebagai orang yang punya jabatan tinggi hanya dilihat dari rumahnya saja. Ngomong-ngomong, pria yang satu lagi berasal dari keluarga yang melayani keluarga Shijima secara turun-temurun. Dialah yang menemukan si wanita berpakaian nila dan membawanya kepada Tayuma.

Rumah keluarga Tayuma berada dalam gua raksasa yang ada di bawah kota Harukaze. Sebuah kota pun dibangun di dalam gua itu untuk memanfaatkan lahan yang ada, dengan populasi sekitar lebih dari sepuluh ribu penduduk. Namun, angka itu sendiri masih terbilang cukup kecil untuk ukuran sebuah kota. Dulu, beberapa puluh ribu penduduk Rakyat Bumi tinggal di kota itu, namun sekarang jumlah penduduknya semakin berkurang.

Sejak zaman dahulu, peradaban Rakyat Bumi jauh lebih maju dibandingkan orang-orang di permukaan tanah, dan mereka bangga dengan hal itu. Namun, karena adanya modernisasi yang terjadi di permukaan tanah, keunggulan teknologi Rakyat Bumi pun mulai jatuh. Mendekati akhir abad 20, meskipun orang-orang permukaan tanah tidak memiliki apapun yang bisa dibandingkan dengan peralatan Rakyat Bumi yang menggunakan energi spiritual, kalau melihat perbandingan kehidupan sehari-harinya, orang-orang permukaan sudah setara dengan Rakyat Bumi.

Dengan hilangnya perbedaan dalam masalah kehidupan sehari-hari, masalah selanjutnya yang muncul bukanlah masalah peradaban, tapi masalah budaya. Peradaban Rakyat Bumi memang hebat, tapi budayanya tidak. Pada akhirnya, penduduk Rakyat Bumi hanyalah puluhan ribu orang yang mewariskan budaya mereka dari generasi ke generasi. Mereka bukanlah tandingan budaya Jepang yang dibentuk oleh populasi sebesar 100 juta orang. Penduduk Rakyat Bumi pun mulai mengagumi budaya orang-orang permukaan tanah saat mereka mulai menyetuh seni dan musik, diikuti dengan hiburan seperti buku dan film, dan bahkan makanan. Yang menjadi serangan pamungkas adalah siaran TV yang mulai ada di atas permukaan.

Setelah siaran TV mulai menyebar di atas permukaan tanah, TV pun mulai dikenalkan juga kepada para penduduk Rakyat Bumi. Karena hal ini, budaya permukaan tanah mulai menyebar dengan cepat ke dalam Rakyat Bumi. Sebagai hasilnya, rasa kagum Rakyat Bumi terhadap hal-hal di atas permukaan tanah pun menjadi semakin besar dan mereka mulai pergi menuju permukaan tanah dalam jumlah besar. Hanya dalam beberapa dekade saja, Rakyat Bumi sudah kehilangan sebagian besar penduduknya.

Selain itu, ada satu lagi alasan mengapa jumlah penduduk Rakyat Bumi terus menurun, yakni habisnya sumber daya alam yang ada. Penduduk Rakyat Bumi sudah menggali lingkungan di sekitar mereka dan mendapatkan sumber daya alam yang mereka butuhkan dengan cara itu, namun mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sumber daya yang ada yang naik secara pesat sejak abad 20. Saat ini mereka membuat terowongan menuju wilayah-wilayah yang jauh dan mendapatkan sumber daya alam dari sana, tapi pada akhirnya, mereka pasti akan kehabisan waktu dan mereka masih belum menemukan cara untuk menghindari hal itu.

Rakyat Bumi sudah mengalami kelangkaan sumber daya alam, dan masa depan mereka pun suram.

Sementara itu, orang-orang di atas permukaan tanah mempunyai masa depan yang cerah dengan berbagai macam budayanya yang terus-menerus berkembang.

Sudah tampak jelas bahwa Rakyat Bumi akan segera hancur, dan upaya untuk mencegah hal itu terbagi menjadi dua opini yang berbeda. Secara garis besar, bisa dikatakan kalau keduanya memiliki opini yang sama, karena mereka sama-sama menyarankan agar penduduk Rakyat Bumi pindah ke permukaan tanah, namun cara yang mereka gunakan berbeda. Di satu sisi, ada yang ingin pindah secara rahasia dan damai, sementara di sisi lain ada yang ingin menjajah dengan menggunakan kekuatan militer.

Faksi yang ingin menggunakan cara damai dipimpin oleh ketua Rakyat Bumi saat itu, Kurano Daiha. Kemakmuran penduduk permukaan tanah dan penurunan angka penduduk Rakyat Bumi sudah jelas baginya. Namun, mereka tidak bisa duduk diam menunggu kehancuran mereka datang begitu saja, jadi mereka akan berpindah dengan pelan namun pasti ke atas permukaan tanah tanpa membuat para penduduk permukaan tanah sampai tahu dengan hal itu. Mereka lalu akan memperluas wilayah mereka dan pada akhirnya akan membuat kota bagi penduduk Rakyat Bumi.

Mereka yang mempunyai pandangan berbeda dengan faksi konservatif dan memilih agresi militer adalah faksi radikal dengan opini mereka yang ekstrim. Kepala keluarga Shijima saat ini, Shijima Tayuma, adalah anggota dari faksi ini. Rakyat Bumi dulunya tinggal di atas permukaan tanah, tapi mereka mundul ke bawah permukaan tanah setelah para leluhur penduduk permukaan Bumi merebut tempat tinggal mereka. Faksi raddikal merasa mereka tidak perlu berpikir panjang saat kembali ke permukaan tanah. Mereka hanya perlu menggunakan kekuatan untuk mengamankan wilayah mereka.

Tentu saja, akan sulit bagi peradaban sejumlah sepuluh ribu orang untuk melawan para penduduk permukaan tanah. Namun, mereka mempunyai senjata energi spiritual sebagai kartu andalan mereka. Senjata yang menggunakan energi spiritual sudah pasti mengalahkan performa senjata biasa. Mereka mungkin akan berhasil jika mereka bisa memproduksi senjata-senjata itu secara masal.

Faksi radikal terus menuntut untuk menggunakan agresi militer saat persenjataan mereka masih lebih unggul.

"Dia mempunyai kekuatan yang disebutkan dalam legenda, dan karena dia punya pengetahuan tentang apa yang ada di permukaan tanah, dia cocok untuk mengatasi anak perempuannya Kurano."

"Begitu ya....karena dia berasal dari kaum yang terlupakan, dan dengan teknik itu...kita tidak perlu kuatir akan dicurigai, dan kita tidak perlu meminta bantuan dari para penduduk permukaan tanah...fufufu, aku suka itu."

Tayuma adalah orang yang sangat sombong - dia tidak suka melihat sikap faksi konservatif yang diterima oleh para penduduk permukaan tanah. Dia selalu mencari cara untuk bisa mengurangi pengaruh faksi konservatif, dan pada saat itulah dia menerima kabar bahwa anak perempuan keluarga Kurano sudah pergi ke permukaan.

Kalau anak perempuan kepala Rakyat Bumi dibunuh oleh para penduduk permukaan, penduduk Rakyat Bumi pasti tidak akan bisa memaafkan hal itu, dan sebagai hasilnya, akan jauh lebih mudah bagi faksi radikal untuk beraksi. Dengan ide itu, Tayuma berencana membunuh anak itu. Namun, dia tidak bisa secara pribadi pergi ke permukaan tanah karena adanya hukum. Kalau dia pergi ke atas permukaan setelah menjalani prosedur yang sudah ditetapkan, dia akan tetap dicurigai bahkan jika tidak ada bukti yang mengarah padanya sekalipun. Karena itulah, Tayuma memanggil seorang pembunuh dari tempat lain, tapi karena kesombongannya, dia tidak mau menggunakan orang-orang permukaan. Tepat pada saat itulah kaum legendaris, yang hanya tertulis dalam legenda dan keberadaannya diragukan oleh Tayuma, muncul.

Menurut mitos Rakyat Bumi, Rakyat Bumi sendiri adalah orang-orang buangan yang datang dari tempat lain. Setelah diusir dari tanah kelahiran mereka sendiri, mereka tiba di Jepang kuno. Namun, dalam perjalanan ke sana, kaum ketujuh yang dikatakan mempunyai kekuatan misterius terpisah dari mereka. Saat ini, seseorang yang mengaku sebagai kaum ketujuh itu, seorang wanita memakai pakaian berwarna nila, muncul di hadapan Tayuma. Dengan menggunakan wanita itu, harga diri Tayuma tidak akan terluka karena mereka aslinya adalah rekan. Ditambah, karena keberadaan kaum ketujuh itu sendiri masih dipertanyakan, kaum itu sendiri sama saja dengan hantu bagi Rakyat Bumi. Tayuma tidak perlu kuatir akan dicurigai.

"Aku merasa tertarik pada teknik-teknik baru yang dibuat oleh para saudaraku dari kaum lain. Mari kita gabungkan kekuatan kita untuk keuntungan kita dan kemakmuran kaum kita."

"Untuk kemakmuran kaum kita, kau bilang....aku suka itu! Prajurit dari kaum yang hilang, siapa namamu?"

"Namaku Maya. Dalam bahasamu...namaku sebagai prajurit adalah Dark Navy."

Wanita bernama Maya, yang berpakaian serba nila, memperkenalkan dirinya sebagai Dark Navy dan tersenyum pada Tayuma dan pria satunya. Namun, berlawanan dengan senyumnya yang ramah, dia melihat para pria itu dengan pikiran menghina.

Mudah mengurus yang sombong seperti dia, yang perlu kulakukan hanyalah membesarkan ego mereka. Yah, aku rasa itu baik buatku, tapi aku tidak mau sampai terlibat kalau pria ini gagal. Lebih baik aku mundur saat aku sudah menyelesaikan tujuanku...

Tujuan yang dimiliki Maya adalah informasi dan teknologi yang dimiliki oleh Rakyat Bumi. Maya dan rekan-rekannya mungkin bisa menemukan informasi dari dokumen-dokumen tua milik Rakyat Bumi yang akan membuat mereka unggul dalam pertempuran mereka, dan karena Maya sendiri adalah penyihir yang ahli dalam manipulasi pikiran, dia sangat tertarik dengan teknologi energi spiritual yang digunakan oleh Rakyat Bumi. Contohnya, dia ingin bisa mendapat sesuatu seperti kapasitor yang bisa menyimpan sementara kekuatan spiritual. Itu akan menjadi langkah pertama untuk mengubah sihir menjadi senjata yang bisa dipakai secara biasa.

Namun, Rakyat Bumi tidak akan menyerahkan dokumen-dokumen atau teknologi itu begitu saja hanya karena Maya berkata dia menginginkannya. Hal-hal itu bersifat sangat rahasia yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang punya jabatan penting.

Tepat pada saat itulah Maya menemui Tayuma, yang merupakan salah seorang perwakilan Rakyat Bumi asli, dan juga mudah untuk dikendalikan. Dengan menyinggung harga dirinya, Tayuma pasti akan memberikan informasi dan teknologi yang diinginkan oleh Maya dengan mudahnya. Masalahnya, posisi Tayuma dalam situasi ini masih kurang jelas. Itulah sebabnya Maya tidak mau menjalin relasi terlalu lama dengannya, karena dia tidak mau terlibat kalau sampai Tayuma tumbang.

"Jadi, siapa yang perlu kubunuh?"

Maya dengan wajah serius meminta agar Tayuma melanjutkan bicaranya. Tidak masalah jika Maya harus menjalin hubungan kerjasama dengan Tayuma saat ini, tidak peduli apapun tujuan asli Maya. Dia menyembunyikan hal itu dan lalu kembali menanggapi kedua orang di hadapannya seramah yang dia bisa.

"Anak ini. Dia adalah puteri tunggal keluarga Kurano, dan dia sudah berada di atas permukaan karena suatu alasan. Dia pasti sedang lengah, dan akan mudah untuk dibunuh", ujar Tayuma sambil mengambil sebuah foto dari mejanya dan menyerahkannya pada Maya. Pada foto itu, terdapat gambar seorang gadis yang baru menginjak umur enam tahun. Dialah puteri dari Kurano Daiha, pemimpin faksi konservatif sekaligus pemimpin Rakyat Bumi.

"Puteri pemimpin faksi konservatif, ya?...Apa tujuan kalian adalah untuk membuat faksi konservatif mengangkat senjata terhadap orang-orang permukaan setelah kalian membunuh anaknya?"

"Benar, prajurit nila. Itu benar."

"Kalau tujuan kalian adalah unuk menghancurkan faksi konservatif, akan lebih baik kalau itu tidak terlihat seperti sebuah kecelakaan, benar? Apa kalian punya saran bagaimana cara untuk membunuhnya?"

"Untuk masalah itu, aku serahkan semuanya padamu. Karena kau sudah mengerti rencana kami, silahkan lakukan dengan cara yang menurutmu paling mudah."

Tayuma menunjukkan senyuman kejinya begitu mendengar perkataan Maya, yang menunjukkan bahwa Maya mengerti dengan apa yang dilakukan olehnya dan sudah membuatnya yakin dengan keberhasilan rencananya. Karena itulah, senyumnya tampak begitu kejam.

Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh faksi konservatif, namun cara yang paling cepat adalah dengan membuat seorang anggota faksi konservatif terbunuh oleh orang-orang permukaan, terlebih lagi jika korbannya adalah seorang gadis kecil. Itulah sebabnya Tayuma ingin agar gadis itu tidak menjadi korban sebuah kecelakaan, tapi menunjukkan dengan jelas bahwa ada orang yang ingin membunuhnya.

SItuasinya akan menjadi lebih panas jika orang-orang pemerintahan di permukaan, tahu bahwa gadis itu berasal dari bawah tanah, menyiksa dan membunuhnya untuk mendapatkan informasi. Akan sulit untuk membuat situasi ideal seperti itu, tapi kalau ada sesuatu yang mirip dengan itu sampai terjadi, hal itu akan membuat pendirian faksi konservatif menjadi goyah. Saat ini, sebagian besar Rakyat Bumi mendukung faksi konservatif, dan rencana untuk membuat sebuah markas di permukaan dengan damai kelihatannya akan menjadi kenyataan. Namun, kalau sampai puteri sang pemimpin sampai dibunuh, faksi konservatif akan kehilangan momentum mereka, dan membuat faksi radikal memperoleh dukungan. Rencana pembunuhan ini adalah gerakan yang dibuat Tayuma untuk membalikkan keadaan yang ada.

"Baik, kalau begitu akan kulakukan dengan cara yang paling mudah menurutku."

Maya lalu mulai memikirkan bagaimana caranya membunuh anak itu.

Hmm...mungkin sebaiknya aku pakai anak ini sebagai korban ritual...selama aku bisa membuatnya terlihat seperti polisi atau SDF[2]...dan kalau ternyata terlalu sulit, mungkin aku bisa kambinghitamkan sebuah aliran sesat?

Maya sendiri tidak begitu suka dengan tindakan membunuh. Jadi, kalau dia harus membunuh seseorang, dia ingin agar kematian orang itu bisa menguntungkan baginya. Dia punya ide untuk menggunakan anak itu sebagai katalis untuk sihir, atau bisa dikatakan sebagai korban ritual. Dalam kata lain, hal yang sama yang telah dilakukannya kepada anak Kanae.

Anak perempuan Kanae masih hidup karena Nana menyelamatkannya sebelum ritualnya selesai, tapi biasanya, karena kekuatan kehidupan seseorang dikuras saat ritual berjalan, saat ritual itu berakhir, hasilnya adalah sebuah mayat yang tidak terluka. Setelahnya, Maya hanya perlu membuatnya agar korbannya telah dibunuh. Dia bisa menyalahkan pihak pemerintah atau aliran sesat yang berada di sekitar wilayah itu. Mereka akan membuat Rakyat Bumi mempertanyakan keamanan dari wilayah itu.

Setelah memikirkan semua itu, Maya merasa puas dan beralih ke topik selanjutnya.

"Lalu, apa kau menerima permintaanku?"

Topik selanjutnya adalah hadiah yang akan diperoleh oleh Maya.

"Tentu saja. Aku akan menyiapkan apa yang kau minta. Silahkan ambil satu kapasitor energi spiritual sebagai pembayaran awal. aku akan menyiapkan salinan dokumen-dokumen tuanya, jadi nanti silahkan kau ambil setelah tugasmu selesai. Aku akan memberimu satu lagi alat energi spiritual pada saat itu tiba."

Maya meminta beberapa buah benda hasil dari teknologi energi spiritual dan salinan dokumen-dokumen tua sebagai hadiah atas tugasnya itu. Karena Tayuma mendukung adanya agresi militer, dia menjadi orang yang berpengaruh dalam bagian penelitian senjata energi spiritual. Dia juga bisa menjual suku cadang-suku cadang yang berlebih secara ilegal. Situasinya mirip dengan dokumen-dokumen tua itu. Karena Tayuma menghargai hubungannya dengan kaum legendaris dimana Maya berasal, dia tidak merasa ragu untuk menawarkan hal-hal itu.

"Bagus sekali. Kalau begitu, aku akan segera mengerjakannya."

"Silahkan. Aku akan menunggu kabar baiknya."

Dengan begitu, mereka pun mencapai sebuah kesepakatan. Tujuan mereka berbeda, dan hal yang sama pun berlaku dengan apa yang mereka pikirkan mengenai lawan bicara mereka dan tujuan akhirnya. Walau begitu, senyuman mereka berdua pada saat itu menyiratkan kekelaman yang sama didalamnya.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Ilmu memanggil dan berkomunikasi dengan orang mati, lebih dikenal dengan sebutan 'necromancy'.
  2. Japan Self-Defense Force. Angkatan bersenjata Jepang yang fungsinya untuk mempertahankan Jepang dari ancaman negara lain. Contohnya bisa dilihat di LN sebelah(GATE)