Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kencan Orang Dewasa[edit]

Part 1[edit]

Saat Kii bangun pada hari ini, dia langsung pergi menuju dapur dan mulai bercerita pada Koutarou tentang apa yang terjadi semalam sementara Koutarou sedang membuat sarapan.

"Kenapa Onii-chan tidur saat ibu datang...huuh"

"Maaf, aku agak capek belakangan ini."

"Ibu bilang kalau dia mau ketemu sama kamu saat aku cerita soal kamu."

"Sayang banget aku lagi tidur. Nanti aku sapa deh, kalau dia dateng lagi."

"Ibu tidak bisa sering datang, tapi ibu bilang kalau dia akan datang lagi. Aku yakin Onii-chan pasti nanti ketemu sama ibu."

"Aku susah dibangunin, jadi nanti tolong bangunin aku pas ibumu datang ya, oke?"

"Oke! Pasti!"

Kii yakin bahwa apa yang dialaminya kemarin adalah sebuah kenyataan, dan bukan mimpi. Tentu saja, Koutarou tidak mengatakan hal itu. Kii pasti nantinya akan mengerti dengan sendirinya saat dia sudah besar nanti.

Rasanya kayak ngasih tahu kalau Santa Claus itu beneran...

Ada saatnya dimana lebih baik berkata kalau sesuatu itu nyata adanya, entah sesuatu itu benar-benar ada atau tidak, yang mana ibu Kii adalah salah satunya. Itulah yang dirasakan oleh Koutarou, dan dia terus melanjutkan membuat sarapan sambil terus mendengarkan cerita Kii dan menganggapnya sebagai kenyataan.

"Jadi, kamu bilang apa ke ibumu soal aku?"

"Aku bilang kalau Onii-chan pintar masak."

"Aku nggak sehebat itu loh."

"Kamu hebat kok. Kii tahu. Fufufu."

Kii bercerita dengan ceria semenjak dia datang ke dapur. Dia begitu bahagia karena bisa bertemu dengan ibunya dan bisa menceritakan hal itu kepada seseorang, yakni Koutarou, yang juga sudah membuatnya bahagia. Namun, dia juga merasa sedih karena tidak bisa menceritakan hal itu kepada ayahnya. Perasaannya yang rumit terhadap ayahnya pun mulai mereda setelah Kii bertemu dengan ibunya.

"Saat aku cerita kepada ibu lebih banyak lagi soal Onii-chan, ibu bilang kalau aku harus kasih kamu itu."

"Apa 'itu'?"

"Ehehehe....rahasia ♪ "

"Rahasia lagi ya? Kamu punya banyak rahasia."

"Mungkin, tapi nanti aku kasih tahu semuanya. Fufufufu."

"Aku tunggu ya."

Kii lalu duduk di kursi di dapur, menaruh kedua tangannya di atas meja dan memandangi Koutarou yang sedang memasak. Raut wajah Kii tampak begitu penuh dengan keceriaan. Kejadian kemarin rupanya sudah mengembalikan sifat alaminya.

Anak-anak sikapnya memang seharusnya kayak begini...

Meskipun dia tidak bisa melihatnya secara langsung, suaranya dan suara kakinya yang berayun membuat Koutarou tahu bagaimana perasaan Kii saat itu. Berkat itu, Koutarou juga merasa senang.


Part 2[edit]

Beberapa saat setelahnya, Koutarou selesai memasak dan saat ini sedang menyajikan sarapan di atas meja. Kii, yang masih mengayun-ayunkan kakinya, memanggil Koutarou.

"Ngomong-ngomong, Onii-chan?"

"Ya?"

Koutarou berhenti melakukan apa yang sedang dilakukannya dan melihat ke arah Kii, dan menyadari bahwa suasananya sedikit berbeda dari biasanya. Pipi Kii tampak bersemu merah dan senyumnya tampak tertahan.

"Um, um, jadi..."

"Ngomong aja, nggak apa-apa kok."

Kii nampak ragu untuk berbicara, membuat Koutarou tersenyum simpul dan mendorongnya untuk mengatakannya.

"J-jadi, kalau Onii-chan tidak sibuk....um, apa Onii-chan mau pergi kencan dengan Kii?"

"Kencan?"

"I-iya...", ujar Kii yang semakin tersipu malu, dan menggangguk pelan.

Oh, jadi dia mau ngomongin itu toh...

Koutarou sadar mengapa Kii tampak malu-malu. Kata 'kencan' terlalu memalukan bagi Kii, tapi karena dia merasa kagum dengan kata itu, dia ingin mengatakannya. Bisa dikatakan bahwa Kii tetaplah seorang gadis, meskipun dia masih muda.

"J-jadi, aku sudah janji sama ibu! Aku janji kalau aku pergi nonton Kabutonga, lalu aku cerita ke ibu soal filmnya! J-jadi, um...."

Kii dengan cepat menjelaskan situasinya, dan Koutarou merasa sikapnya yang berbeda dari biasanya begitu menyentuh.

"Tapi...kalau Onii-chan sibuk, tidak apa-apa..."

Namun saat Kii selesai berbicara, dia kehilangan semangatnya. Di saat yang sama, dia melihat ke arah Koutarou dengan penuh harap. Saat itulah Koutarou sadar bahwa Kii juga mengkhawatirkan sesuatu hal yang lain.

Gitu ya...bukan cuma malu gara-gara pakai kata 'kencan', dia juga kuatir sama urusanku...

Kemarin, pikiran Kii dipenuhi dengan pertengkarannya dengan ayahnya dan perasaannya terhadap ibunya sampai-sampai dia tidak memikirkan bahwa dirinya mungkin sudah merepotkan Koutarou. Namun, setelah malam berlalu, Kii sudah bertemu dengan ibunya dan itu membuatnya menjadi lebih tenang. Karena itulah, dia mulai memikirkan apa pengaruh keberadaannya bagi Koutarou. Dia tidak ingin membuat Koutarou kerepotan. Itulah sebabnya dia berkata seperti itu. Koutarou lalu mengangguk pada Kii setelah mengerti hal itu.

"Oke, ayo kita pergi kencan."

"Benarkah!? Sungguh!?"

Saat mendengar jawaban Koutarou, raut wajah Kii langsung dipenuhi dengan senyuman yang tampak antusias dan ceria.

Bagus, cewek baik kayak kamu memang seharusnya bertingkah kayak anak kecil, Kii-chan...

Karena Koutarou sudah berjanji akan mengajak Kii nonton film, dia tidak punya alasan untuk menolak ajakan Kii. Dia juga merasa ingin memenuhi apapun permintaan Kii saat itu, sebuah reaksi yang normal bagi orang-orang untuk mendengarkan seorang anak yang begitu perhatian, bukannya reaksi yang berlebihan.

"Iya. Tapi, aku harus ngelakuin sesuatu hari ini, jadi aku harap besok nggak apa-apa buat kamu."

Koutarou harus menggadaikan platina yang didapatnya dari Clan membeli makanan dan barang-barang kebutuhan lainnya. Karena Clan tidak bisa meninggalkan laboratoriumnya, tugas itu menjadi tanggung jawab Koutarou.

"Kalau begitu, aku bantu!"

Kii pun menawarkan bantuan, dengan pikiran jika Koutarou akan mengajaknya pergi kencan pada esok hari, maka dia jelas harus bekerja hari ini.

"Makasih ya, Kii-chan."

Kenyataannya, tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh Kii, tapi karena Koutarou merasa bahwa kemauan Kii untuk membantu itu penting, dia berterimakasih padanya sambil mengelus kepalanya.

"Fufufu, asyik! Besok kencan!"

"Kamu bilang begitu juga, aku nggak punya pengalaman pergi jalan-jalan sama cewek, jadi jangan berharap banyak ya."

"Ehehehe, tidak harus kencan orang dewasa kok. Itu karena Onii-chan tidak akan melakukan apa yang aku suka lakukan saat kencan orang dewasa."

Tidak seperti sahabatnya, Kenji, Koutarou sama sekali tidak punya pengalaman berkencan dengan gadis. Itulah sebabnya dia merasa bahwa kencannya nanti tidak akan seperti yang diharapkan oleh Kii.

Namun, Kii tidak mengharapkan sesuatu seperti kencan orang dewasa. Meskipun dia ingin menggunakan kata kencan, tidak apa-apa baginya dengan pergi bermain di taman, atau memakan es krim.

"Kalau sesuatu yang kekanak-kanakan, aku sih bisa."

"Aku dan Onii-chan bisa bersenang-senang saja kok."

"...Idemu dewasa banget."

Koutarou kembali mengelus kepala Kii lagi, dan Kii pun tersenyum sebagai balasnya.

"Jadi, apa besok itu kencan orang dewasa?"

"Itu hanya soal sikap mental."

Mereka berdua pun tertawa bersama, dan dengan begitu, Koutarou dan Kii sudah berjanji akan pergi bermain bersama.


Part 3[edit]

Setelah menggadaikan platina untuk mendapatkan uang di pegadaian, Koutarou dan Kii pergi berbelanja. Ada banyak barang-barang yang harus dibelinya, seperti makanan. Setelah pembekuan waktu berikutnya, Koutarou akan meninggalkan Cradle, tapi Clan akan tetap tinggal. Karena Clan tidak bisa bergerak sendiri, Koutarou harus membuat persiapan untuknya. Dia juga percaya ada baiknya bersiap-siap menghadapi sesuatu yang di luar dugaan. Setelah mendapat banyak pengalaman dari medan pertempuran di Forthorthe, Koutarou menjadi lebih berhati-hati.

Karena itulah, Koutarou dan Kii pergi mengelilingi supermarket besar dan toserba. Pada akhirnya, barang-barang yang dibelinya ada sebanyak tiga kardus sampai memerlukan troli untuk membawanya. Saat mereka selesai berbelanja, baik Koutarou dan Kii menjadi sama-sama kelelahan.

"Kerja bagus."

"Fuueeee~~ kita beli banyak~~"

Mereka berdua duduk di bangku taman dan beristirahat sejenak. Setelah ini, mereka masih harus mendorong troli itu sampai Cradle. Akan sulit membawa belanjaan itu karena letak Cradle yang berada di tengah gunung. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melakukan itu.

"Nih, Kii-chan. Kamu boleh makan ini."

"Sungguh!?"

Koutarou mengeluarkan sebuah permen dari dalam troli. Setelah menerimanya, Kii tersenyum gembira. Koutarou melirik sejenak ke arah senyuman itu lalu mengeluarkan dua buah botol minum plastik untuk diminum bersama.

"Aku harap aku dapat yang bagus..."

Dengan perlahan, Kii membuka bungkus permen itu, yang merupakan snack dari serial Kabutonga favoritnya yang berisi kartu mainan bergambar salah satu karakternya. Koutarou tahu kalau Kii sempat memandangi permen itu sewaktu berbelanja, dan lalu membelikannya untuknya.

"Yaah, ternyata King Scarab..."

Setelah meliha apa bonusnya, Kii terlihat kecewa. Kartu yang didapatnya ternyata bergambar tokoh penjahatnya, dan warna latarnya terlihat kejam. Kii ingin mendapatkan Kabutonga, atau setidaknya kartu bergambar pahlawan lainnya. Karena tadinya dia sudah begitu bersemangat, rasa kecewanya jauh lebih besar daripada yang ia rasakan.

"Nanti ayo kita beli lagi pas jalan pulang."

Koutarou turut bersimpati pada Kii yang terlihat kecewa. Dia memanggil Kii lalu memberikan sebuah botol jus padanya.

Koutarou masih memiliki banyak uang dari hasil menggadaikan platina. Karena uangnya masih banyak untuk membeli permen, dia menyarankan agar mereka berhenti sejenak ke sebuah supermarket di jalan pulang untuk membeli permen lagi.

"Tidak apa-apa, aku tidak bisa makan permen lain sebelum aku habiskan yang ini."

Kii pun kembali tersenyum sambil mulai menikmati permennya. Dia suka dengan rasa permennya, tapi walau begitu, dia tidak akan bisa menghabiskan dua atau tiga permen. Kii memang sedih karena tidak mendapat kartu yang diinginkannya, tapi dia memutuskan untuk bersabar soal itu.

Dia harusnya bisa lebih manja soal hal-hal begitu...

Kii tidak pernah begitu egois, dan itu membuat Koutarou ingin melakukan sesuatu baginya. Lebih simpelnya, dia ingin melihat Kii tersenyum.

Huh? Kalau kupikir-pikir lagi, kartu ini...

Saat melihat kartu itu bersama-sama Kii, Koutarou sadar bahwa dia pernah melihat desain kartu itu sebelumnya. Meskipun warnanya berbeda, dia pernah melihat gaya gambar bingkainya dan desain huruf penunjuk rasanya sebelumnya.

"Oh iya!"

"Ada apa, Onii-chan?"

"Tunggu bentar, Kii-chan, aku punya sesuatu yang bagus buat kamu", ujar Koutarou sambil tersenyum pada Kii lalu mulai merogoh sakunya.

"Apa?"

"Nih, lihat."

Koutarou mengeluarkan apa yang ada di sakunya dan menunjukkannya pada Kii.

"Kabutonga!"

Mata Kii langsung terbelalak selebar mungkin. Benda yang dilihatnya adalah sebauh kartu mainan, yang bergambar Kabutonga yang disukainya, dan yang lebih hebatnya lagi, itu adalah kartu langka yang punya kilap seperti besi.

"Wow, bagaimana Onii-chan bisa dapat ini!?"

"Dulu."

Itu adalah kartu yang Koutarou gunakan sebagai penanda halaman saat pementasan drama, yang dicetak ulang di masa kini sebagai promosi penayangan kembali film Kabutonga. Karena itulah, desainnya sama dengan kartu yang ada pada zaman itu.

"Ini buat kamu, Kii-chan."

"Benarkah!? Itu kartu yang mengkilap loh!?"

"Iya, kamu mau yang kayak ini kan?"

Koutaruo berencana memberikan kartu itu kepada Kii. Sebenarnya sulit baginya untuk memberikannya karena cara mendapatkan kartu itu, namun memberikannya kepada seseorang yang membutuhkan kartu itu adalah jalan yang terbaik.

"Iya!! Terima kasih, Onii-chan!!"

Kii menerima kartu itu dari Koutarou dan mengangkatnya dengan kedua tangannya, seakan mencoba melihat matahari menembus kartu itu, tapi tentu saja, dia tidak bisa melihat apa-apa karena kartunya terlalu tebal. Sikap itu hanya sebagai ungkapan rasa senangnya.

"Asyik!! Kartu Kabutonga mengkilap!!"

"Jaga baik-baik ya."

"Iya, tentu!!"

Sebenarnya, kartu itu adalah bonus yang didapat Koutarou saat membeli pamflet, dan semua orang yang membeli pamflet itu akan mendapat kartu yang sama. Namun, hal itu tidak perlu diberitahukan kepada Kii. Seperti halnya kebalikan dari kisah Santa Klaus, ada baiknya tidak mengungkapkan keberadaan dari sesuatu.

Bener juga, kalau kita pergi ke taman hiburan, kita mungkin bisa nonton film Kabutonga...

Berkat kartu itu, Koutarou ingat dengan bioskop yang ada di taman hiburan. Dia sudah berencana mengajak Kii ke taman hiburan pada esok hari, jadi kalau semuanya berjalan dengan lancar, mereka mungkin bisa menonton film di saat yang sama.

"Ufufu, nanti aku akan tulis namaku di kartu ini nanti!"

Kii sedang berfantasi sambil melihat kartu itu. Koutarou merasa terus ingin melihat sifat Kii yang kekanak-kanakan itu lebih banyak lagi saat dia melihatnya.

Nanti aku lihat ah, pas kita pergi ke taman hiburan besok...

Itulah sebabnya dia memutuskan dalam diam saat dia melihat Kii yang masih terlihat bersemangat.


Part 4[edit]

Sampai sekarang, Koutarou hanya punya satu pengalaman, yang mirip dengan, kencan. Dia pun sudah memutuskan apa yang akan dilakukannya hari ini berdasarkan referensi dari pengalaman itu. Pada pagi hari, mereka akan berjalan-jalan di taman. Lalu, setelah menikmati makan siang di restoran di dekat stasiun, mereka akan naik kereta menuju kebun binatang dan taman hiburan.

Seperti yang diharapkan Koutarou, film Kabutonga ditayangkan di bioskop taman hiburan. Meskipun kapasitas pengunjung bioskop itu terbatas, karena letaknya yang berada di dalam taman hiburan, promosi yang dilakukannya cukup besar dimana pernak-pernik dijual dan hadiah diberikan kepada para penonton - penuh dengan barang-barang yang pastinya disukai oleh Kii.

"Wow....hebat...."

Kii lari keluar masuk bisokop dengan penuh rasa takjub terhadap pemandangan yang dilihatnya. ada banyak hal yang tidak ingin dilewatkannya, seperti penanda berukuran besar untuk film, info mengenai hadiah, dan banyak hal lainnya.

"Maaf udah bikin kamu nunggu, Kii-chan. Ini, ada pamflet."

"Terima kasih, Onii-chan!"

Namun, rasa penasarannya berganti ke arah tiket dan pamflet yang sudah dibeli oleh Koutarou. Pamflet ini juga hanya bisa diperoleh dari taman hiburan ini, dan edisi spesialnya mempunyai sebuah bonus figurin kecil yang terdapat di dalamnya.

"Asyik!"

Setelah menerima pamflet dari Koutarou, Kii mulai membaca isinya dengan penuh kekaguman.

"Lebih baik kamu nggak baca sampai habis."

"Eh? Kenapa?"

Kii berhenti membuka halaman pamflet saat mendengar peringatan dari Koutarou, yang kemudian tersenyum padanya lalu menunjuk ke pemflet itu.

"Nanti kamu jadi tahu ceritanya duluan. Kalau kamu udah baca ceritanya duluan, nanti filmnya jadi nggak seru."

"Oh, begitu ya! Kalau begitu, aku baca nanti!" balas Kii yang menutup pamflet itu tanpa ragu lagi sambil tersenyum ceria.

"Ehehehe~"

Dan saat Koutarou mengelus kepalanya, Kii dengan senang hati menutup matanya. Lalu, dia mulai memandangi figurin yang baru didapatnya.

"Kamu seneng kan, udah dateng?"

"Iya!"

Kii betul-betul merasa senang hari ini. Dia sudah melihat banyak sekali hal-hal untuk pertama kalinya semenjak pagi, dan film yang sudah tidak sabar ingin disaksikannya pun akan segera dimulai. Namun, apa yang membuatnya paling bahagia adalah adanya seseorang yang menghabiskan sepanjang waktu itu bersama dirinya. Orang itu mengerti perasaannya dan menghargai dirinya, membuat kebahagiaannya meningkat berlipat-lipat.

Semuanya seharusnya datang ke sini dan berteman dengan orang-orang ini, seperti aku dan Onii-chan...

Belakangan ini, orang-orang di sekitar Kii membicarakan hal-hal yang rumit, berdebat soal apakah mereka harus mengakrabkan diri mereka dengan masyarakat kota Harukaze atau tidak. Mungkin itu topik yang rumit bagi anak berumur enam tahun, tapi saat ini anak itu sudah mengerti akan satu hal: berteman dengan Koutarou terasa menyenangkan baginya. Karena itulah, dia merasa bahwa perdebatan para orang dewasa itu sebagai hal yang aneh.

Kaabutonga juga berkata begitu. Keberanian berasal dari orang-orang yang saling mendukung. Saat aku sudah besar nanti, aku akan mendukung Onii-chan!

Perasaan itu mulai tumbuh dalam dadanya yang kecil, sesuatu yang sudah dipikirkannya sejak kemarin.

Koutarou sudah memperlakukan dengan baik seorang yang asing seperti dirinya. Namun, apakah dia hanya bisa bergantung saja pada Koutarou? Seperti yang dikatakan Kabutonga, Kii ingin melakukan sesuatu bagi Koutarou. Itulah ide yang mulai dipikirkannya.

Di sisi lain, Kii mulai memahami ketidakdewasaannya. Dia masih anak-anak dan tidak punya kekuatan untuk membantu. Itulah sebabnya Kii berdoa agar dia bisa menjadi orang dewasa yang baik yang bisa membantu Koutarou.

Dalam kata lain, meskipun masih muda, Kii sudah jatuh cinta. Karena usianya, dia masih belum sadar akan hal itu, tapi inilah cinta pertamanya.


Part 5[edit]

Setelah filmnya selesai, mereka berdua mulai menikmati wahana-wahana yang ada di taman hiburan itu. Karena hari sudah mulai malam, Koutarou mengkhawatirkan stamina Kii, tapi Kii sendiri masih bersemangat hingga saat ini. Kii menjadi begitu semangat saat dia menonton film, dan terus seperti itu hingga saat ini.

"Uwaaaa..."

Dari jarak dekat, kincir ria itu tampak begitu besar. Dari sudut pandang seorang anak berumur enam tahun, meskipun wahana itu tidak menyentuh langit, tetap saja wahana itu tampak besar. Kii menganga saat dia memandangi kincir ria itu.

"Kii-chan."

Koutarou memanggil Kii karena sekarang giliran mereka untuk naik. Petugas yang berjaga membuka pintu kincir ria dan menunggu Koutarou dan Kii masuk. Karena mereka tidak bisa mulai sebelum Kii masuk, Koutarou dan si petugas hanya bisa tersenyum kecut.

"Maaf, aku segera kesana!"

Kii mulai berlari ke arah Koutarou setelah kembali sadar setelah dipanggil. Saat dia sampai ke arah Koutarou, Kii menggenggam erat tangannya.

"Eii!"

Meskipun dia berhasil mengejar Koutarou, dia tidak memperlambat larinya. Sambil terus menggenggam tangannya, Kii melompat masuk ke dalam gondola.

"Itu bahaya."

"Ehehe, maaf."

Koutarou, yang sekilas seperti ditarik oleh Kii, turut masuk ke dalam gondola dan menegurnya. Meskipun dia sudah meminta maaf, Kii tersenyum dan tidak terlihat menyesali perbuatannya. Sementara itu, si petugas kincir menutup pintu gondola dan membuat gondola itu naik tanpa menimbulkan suara.

"Kalau kamu ngelakuin itu lagi, nanti aku hukum loh."

"Ehehe, tidak apa-apa. Kalau kita ketemu lagi, Kii pasti sudah jadi lebih dewasa."

"Eh?"

"Aku sudah ketemu ibu, dan aku sudah nonton filmnya. Karena aku sudah janji, sudah hampir waktunya aku pulang ke rumah..."

"Oh iya, bener juga..."

Koutarou sudah hampir lupa, tapi Kii masih di tengah pelariannya dari rumah. Dia sudah berjanji akan pulang setelah bertemu dengan ibunya dan menonton film.

"Tapi, aku rasa semuanya akan marah denganku. Jadi...aku rasa aku tidak akan bisa ketemu dengan Onii-chan buat sementara waktu..."

Kii tahu bahwa dirinya sudah menimbulkan masalah bagi banyak orang. Akan sulit baginya untuk kembali ke permukaan untuk sementara waktu, dan itulah sebabnya dia ingin begitu menikmati hari ini.

"Bagus. Aku seneng kamu mau ngelakuin itu."

Koutarou, yang mengerti apa perasaan Kii, berhenti menegurnya karena dia sudah mengerti.

"Aku lihat di TV, kalau orang berkelana sendirian, mereka bakal jadi lebih dewasa."

"Haha, tapi kamu nggak sendirian."

"Iya. Aku cuma berkelana sendirian sebentar saja. Hehehe."

Beberapa jam setelah kabur dari rumah, Kii bertemu dengan Koutarou, dan hari ini sudah menjadi hari ketiga sejak saat itu. Meskipun hal itu hanya terjadi selama beberapa hari saja, Kii sudah menjadi sedikit lebih dewasa dan sudah merasakan cinta pertamanya. Tiga hari yang sudah dijalaninya ini sudah menjadi sesuatu yang berharga baginya.

"Oke! Karena masalah itu sudah mau selesai, sekarang kita nikmatin hari ini sebisa mungkin!"

"Iya!"

Kii akan pulang ke rumah dan Koutarou akan tidur selama sepuluh tahun. Meskipun hal itu menyedihkan, mereka mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Dengan pemikiran itu, Koutarou merasa yakin bahwa jika itu yang terjadi, mereka tidak akan mendapat masalah apapun karena sudah bersenang-senang di saat-saat terakhir mereka bisa bersama-sama.

"Kii-chan, selanjutnya kamu mau naik apa?"

"Um...."

Gondola yang mereka naiki sudah hampir mencapai puncaknya. Sinar matahari senja menyinari wajah Kii yang melihat ke luar jendela gondola, dan membuat senyuman cerianya nampak begitu indah.

Ah....

Saat melihat penampilan Kii, Koutarou melihat wajah seseorang yang lain dari ingatannya yang bertumpang tindih dengan wajah Kii.

"Aku tahu! Onii-chan, ayo kita naik itu selanjutnya!"

Namun, saat Kii dengan cerianya menunjuk ke arah sesuatu, wajah orang yang dilihat Koutarou itu pun menghilang tanpa bekas. Koutarou pun menjadi tidak tahu wajah siapa yang baru saja dilihatnya.

"Yang berputar-putar dan geraknya cepat itu!"

"Roller coaster ya? Boleh juga, ayo naik itu habis ini."

Namun, Koutarou tidak membiarkan hal itu mengganggunya. Saat ini, daripada memikirkan Kii mirip dengan siapa, dia seharusnya menikmati waktunya bersama Kii.

Setelah turun dari kincir ria, mereka berdua berjalan ke arah roller coaster berdampingan. Matahari senja menyinari mereka berdua dan menghasilkan bayangan yang besar, hal-hal di sekitar mereka juga turut disinari sinar kemerahan yang terlihat seperti membara.

"Hei, Onii-chan."

Kii meraih tangan Koutarou, dan Koutarou, yang sadar akan hal itu, turut meraih tangan Kii.

"Hehehe."

Kii menggapai tangan Koutarou dan mereka pun saling bergandengan tangan, dan terus berjalan seperti itu menuju roller coaster.

"Onii-chan."

Saat Kii mulai bicara, dia menggenggam erat tangan Koutarou. Karena itulah, meskipun terdengar samar-samar, Koutarou tahu bahwa dia akan mengatakan sesuatu yang penting.

"Saat aku pulang nanti, aku mau minta maaf sama ayah."

"Kenapa?"

Kii kabur dari rumah karena baik Kii maupun ayahnya sama-sama saling tidak mengerti akan satu dengan yang lain. Koutarou ingin tahu apa yang membuat Kii berubah pikiran.

"Seharusnya aku tidak lari dari rumah....seharusnya aku menggandeng tangan ayah."

"Hmm..."

Bukannya menjawab, Koutarou justru menggenggam tangan Kii sedikit lebih erat lagi. Dia merasa bahwa itulah cara yang terbaik untuk menyampaikan perasaannya.

"Aku juga merasa kalau aku seharusnya tidak membuat ayah kuatir. Itu sebabnya aku mau minta maaf sama ayah."

"Bagus. Aku yakin dia bakal marah, tapi kamu harus baikan sama ayahmu."

"Iya", balas Kii sambil mengangguk lalu tersenyum. Dia senang karena Koutarou mengerti.

"Tapi, aku rasa ada baiknya juga aku kabur dari rumah."

"Itu nggak baik loh."

"Iya, itu tidak baik, tapi, bagaiamana aku mengatakannya ya..."

Kii tersenyum kecut dan lalu menyentuh pipinya seraya berpikir. Namun, dia dengan cepat kembali tersenyum dan memanggil Koutarou.

"Oh iya. Aku berteman dengan Onii-chan, benar? Itu baik bukan?"

"Yah, kita mungkin nggak akan pernah ketemu kalau kamu nggak kabur dari rumah", balas Koutarou sambil tersenyum pasrah.

Saat dia pertama kali bertemu dengan Kii, Koutarou khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi pada akhirnya semua berjalan dengan lancar. Koutarou berteman dengan Kii, tidak ada polisi yang terlibat, dan Kii akhirnya mau kembali pulang.

Seperti yang dikatakan oleh Kii, ini bukanlah akhir yang buruk.

"Benar bukan?"

"Yah, rasanya masih nggak seimbang sih."

"Dasar pelit."

"Namanya juga orang dewasa."

"Aku rasa Onii-chan juga masih anak kecil."

"Oke, oke, aku rasa memang ada baiknya kamu kabur dari rumah."

"Ahahaha."

Mereka pun tiba di pintu masuk wahana roller coaster selagi tertawa bersama. Pada saat itulah, sebuah roller coaster melewati mereka berdua. Puncak jalur roller coaster itu 70 meter, dan dari ketinggian itu, roller coaster dibuat menukik sejauh 65 meter. Pada masa itu, roller coaster itulah yang paling besar di Jepang, dan kecepatannya betul-betul mencengangkan.

"Hebat...."

Kii terbelalak melihat roller coaster yang baru saja melewatinya dengan kecepatan luar biasa. Kesannya terhadap roller coaster itu menjadi berbeda dari saat dia melihatnya dari kincir ria.

"Kamu takut?"

"Tidak. Aku mau naik!"

Namun, Kii terbelalak bukan karena dia takut, tapi karena dia terkejut dengan kecepatan roller coaster itu. Rasa penasarannya pun menjadi semakin besar setelah merasakan sendiri kecepatan roller coaster itu dari dekat.

"Ayo naik!"

Kii terlihat bersemangat saat dia menggenggam tangan Koutarou dan berjalan melewati pintu masuk wahana. Roller coaster ini baru saja diresmikan baru-baru ini, dan karena ini adalah roller coaster terbesar senegeri, wahana ini mempunyai antrian yang panjang saat akhir pekan tiba. Namun, karena hari ini adalah hari kerja biasa, antriannya tidak panjang dan mereka tidak harus menunggu lama.

"Maaf, boleh saya minta waktunya sebentar?"

Sebelum mereka berdua masuk ke dalam wahana, mereka dihentikan oleh seorang petugas.

"Ya, ada apa?"

"Maaf, tapi anak ini tidak bisa naik wahana ini", kata si petugas kepada Koutarou.

"Eeee~~h!? Kenapa~~!?"

Kii menjadi kesal sewaktu mendengar secara tiba-tiba bahwa dirinya tidak bisa menikmati wahana ini. Dia lalu protes kepada si petugas sambil membuat gerakan-gerakan besar.

"Kii tidak akan melakukan hal yang berbahaya!! Kii akan duduk diam di dalamnya, ya!?"

"B-bukannya kamu salah...."

Si petugas yang tertekan dengan protes dari Kii lalu menunjuk ke sebuah papan penanda di dekatnya.

"Roller coaster ini tidak punya alat pengaman untuk orang setinggi adik. Kalau adik naik roller coaster ini, adik mungkin bisa terlempar keluar roller coasternya."

Papan penanda yang ditunjuk oleh si petugas mempunyai tulisan ini:

'Tinggi anda minimal 140 sentimeter untuk menaiki wahana ini'

Kii baru saja tumbuh setinggi 110 sentimeter, membuatnya kurang 30 sentimeter lagi dari apa yang ditunjukkan oleh papan itu.

Rokujouma V10 137.jpg

Biasanya, roller coaster punya alat pengaman yang diturunkan dari bagian atas pengunjung wahana dan mengamankan badan mereka. Karena adanya perbedaan tinggi badan dari tinggi yang dianjurkan, ada kemungkinan bahwa badan Kii akan terlempar roller coaster saat berbelok atau menukik turun. Tentu saja, si petugas tidak bisa membolehkan Kii naik wahana ini.

"Mohon maaf, tapi apa adik bisa untuk tidak naik wahana ini dulu?"

"T-tapi...."

Kii pun tertunduk lemas karena kecewa. Dia mengerti alasannya dan tidak protes lagi, namun karena sebelumnya dia sudah begitu bersemangat, rasa kecewanya membuatnya hampir menangis.

"Aku tidak bisa tumbuh dewasa cepat-cepat!"

"Sayang sekali."

"Aauuu~~"

"Mohon maaf ya adik, silahkan datang kesini lain waktu."

Mereka berdua pun pergi menjauh dari si petugas dan kembali ke jalan dari mana mereka datang. Selama itu, mereka berpapasan dengan orang-orang yang akan menaiki roller coaster. Kii memandangi orang-orang itu dengan rasa iri sementara mereka terus berjalan.

Gimana ya, rasanya kayak...

Koutarou merasa kasihan melihat Kii yang sedang sedih, tapi di saat yang sama, hal itu membuatnya tersentuh - emosi yang sulit untuk diungkapkan. Koutarou merasa kasihan karena Kii tidak bisa naik roller coaster, tapi saat dia melihat Kii sekarang, Koutarou merasa adanya nostalgia.

"...Tidak adil, cuma orang dewasa yang bisa bersenang-senang...huu-uuh...."

Rasa 'kenapa hanya orang dewasa saja' adalah sesuatu yang juga dimengerti oleh Koutarou. Saat dia masih kecil, dia juga merasakan hal yang sama pada saat-saat tertentu. Saat dia melihat Kii, rasanya seperti melihat kembali pada dirinya sendiri saat masih kanak-kanak dahulu, dan itu membuatnya tersentuh. Karena itulah, meskipun dia merasa kasihan, Koutarou justru membuat senyuman.

"Nanti kamu juga bakal tumbuh dewasa kok."

"Tapi aku mau naik itu hari ini", kata Kii sambil menggenggam tangan Koutarou lebih erat.

"...Bersama-sama Onii-chan..."

Kii masih melihat ke arah roller coaster yang penuh dengan antrian orang-orang yang ingin naik. Dia menginginkan sebuah kenangan dimana dirinya dan Koutarou menikmati wahana itu bersama-sama, karena dia tahu akan sulit baginya untuk bisa kembali kesini bersama Koutarou.

Memang...kamu betul-betul anak baik...

Saat Koutarou mengerti sedikit apa yang dipikirkan oleh Kii, dia merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya, dan dia lalu mulai berpikir kalau dia ingin melihat Kii kembali tersenyum.

"Kalau gitu, ayo kita naik wahana yang cuma bisa kita naikin hari ini."

Untungnya, Koutarou berhasil menemukan sesuatu yang bisa membuat Kii kembali senang.

Mereka berada di taman hiburan, dan ada banyak wahana seperti itu disini.

"Hanya hari ini?"

"Yap. Yang itu, misalnya", kata Koutarou sambil menunjuk ke suatu arah sementara Kii menengadahkan kepalanya karena tadi hampir menangis. Di arah yang ditunjuk Koutarou terdapat wahana komidi putar.

"Kenapa?"

Saat Kii melihat komidi putar itu, dia mengucek matanya dan memiringkan kepalanya karena bingung, karena wahana itu bukanlah wahana yang hanya bisa dinaiki hari ini baginya.

"Kalau aku nggak naik wahana itu sama anak kecil kayak kamu, bakal malu-maluin buat cowok kayak aku."

"Ah!"

Kii kelihatannya mengerti apa maksudnya. Komidi putar itu penuh dengan anak-anak dan orang tua mereka. Ada juga pasangan muda-mudi yang menikmati wahana itu, tapi para prianya terlihat tidak begitu menikmatinya. Pada akhirnya, sulit untuk naik wahana itu tanpa membawa anak-anak sebagai alasan.

"Onii-chan, kamu mau naik wahana seperti itu?"

Sebuah senyum kecil muncul di bibir Kii. Melihat itu, Koutarou mengangguk sebagai balasnya dan tersenyum jahil.

"Iya. Nggak boleh ya?"

"Tidak, tidak apa-apa!"

Setelah menggeleng sekali, Kii tersenyum lebar dan raut wajahnya kembali ceria.

"...Apa Onii-chan menahan malu demi Kii?"

"Nggak. Aku sendiri mau naik itu kok. Kuda yang itu kelihatan keren kan?"

"Hmm. Baiklah kalau begitu."

Kii mengerti apa yang dipikirkan oleh Koutarou. Dia memang anak yang pintar.

"Biar tampangku begini, aku bisa nunggangin kuda."

"Oh ya? Kalau begitu, ayo kita naik sama-sama!"

Dengan begitu, Kii tidak mempermasalahkan dirinya yang akan menikmati wahana komidi putar, karena apa yang diinginkannya bukanlah sekedar naik roller coaster.


Part 6[edit]

Setelah bermain hingga matahari terbenam, Koutarou dan Kii berjalan pulang. Mereka naik kereta ke arah kota dan berjalan kaki ke arah gunung dimana Cradle berada. Hanya perlu waktu 30 menit dari stasiun hingga sampai ke Cradle.

"Kita kembali..."

Sambil bergandengan tangan dengan Koutarou, Kii memandangi gunung yang menjadi semakin besar di hadapannya tiap kali dia melangkah. Koutarou sudah menepati semua yang sudah dijanjikannya, dan sekarang tibalah giliran Kii untuk melakukan hal yang sama: menepati janjinya dengan pulang ke rumah.

"Aku tidak pernah berencana kembali ke rumah..."

"Mau bagaimana lagi. Biasanya, kabur dari rumah itu nggak akan lama. Setelah kamu jadi lebih dewasa sedikit, pasti kamu bakal pulang."

Dengan pengecualian untuk kasus-kasus tertentu seperti pelecehan terhadap anak-anak, alasan seseorang kabur dari rumah biasanya adalah karena ketidakdewasaan orang itu. Dalam kata lain, orang yang kabur itu akan pulang setelah menjadi lebih dewasa.

Kii pun sudah menjadi lebih dewasa. Dia kabur dari rumah karena bertengkar dengan ayahnya setelah kematian ibunya. Namun, setelah menenangkan dirinya, Kii menyadari ketidakdewasaannya dan memaafkan ayahnya. Dia sadar bahwa bukan hanya dia saja yang merasa sedih, tapi ayahnya juga. Sebagai hasilnya, dia sudah menjadi sedikit lebih dewasa.

"Maaf sudah membuat kamu repot selama beberapa hari ini, Onii-chan..."

"Nggak apa-apa. Aku rasa ada bagusnya kok, aku ketemu sama kamu."

Koutarou yakin bahwa pertemuan mereka berdua adalah hal yang baik. Kii adalah anak yang baik. Meskipun kelihatannya Koutarou sempat kewalahan dibuatnya, dia merasa bahwa mereka berdua sekarang sudah menjadi teman. Ditambah, jika Kii tidak bertemu dengan Koutarou, apa yang akan terjadi dengannya? Apa dia akan menjelajah kota sendirian? Lalu seterusnya? Setelah berpikir seperti itu, Koutarou yakin bahwa pertemuannya dengan Kii adalah hal yang baik.

Mau gimana lagi...aku jadi ngerasa aneh setelah ketemu dia....

Koutarou merasakan adanya deja vu beberapa kali setelah bertemu Kii. Ada wajah seseorang yang dikenalnya yang terkadang akan bertumpang tindih dengan wajah Kii. Meskipun Koutarou sempat mengalami hal serupa saat di Forthorthe, kali ini kejadian itu tampak lebih jelas.

"Oh, dan terima kasih untuk kartunya", ujar Kii sambil mengeluarkan kartu metalik itu dan menunjukkannya pada Koutarou.

"Aku sudah menulis namaku agar di kartunya tidak hilang. Lihat!"

Ada huruf-huruf yang ditulis pada kartu itu menggunakan spidol permanen, yang seharusnya menunjukkan nama Kii. Namun karena dia masih berumur enam tahun, huruf-huruf itu hanya terlihat seperti coret-coretan.

"Ah..."

Deja vu.

Nggak mungkin!? Aku pernah lihat kartu itu!?

Koutarou pernah melihat tampilan kartu itu sebelumnya. Dulu, dia pernah melihat kartu dengan coretan seperti itu, namun kartu yang dilihatnya saat itu sudah kehilangan kilau metaliknya, seakan habis dimakan waktu.

Kalau gitu, anak ini....nggak, tunggu dulu, apa kebetulan kayak gini bisa terjadi!? Bukannya cuma coretannya aja yang mirip!?

Koutarou menjadi bingung. Kalau dia mempercayai intuisinya, dia harus menerima sebuah kebetulan yang begitu sulit untuk dipercaya. Dibandingkan dengan itu, akan lebih mudah baginya untuk menerima bahwa coretan pada kartu itu saja yang terlihat mirip.

"Kii-chan...apa namamu..."

Koutarou hanya perlu menanyakan namanya. Semuanya akan menjadi jelas setelah itu. Kalau Kii hanyalah nama panggilannya saja, dan nama aslinya adalah sesuatu yang lain, maka....

"Apa namamu, Kiri--"

Namun, tepat saat Koutarou akan menanyakan nama Kii, sebuah papan video iklan yang ada di luar sebuah gedung menarik perhatiannya.

"Waktu saat ini menunjukkan pukul 6:06 sore. Sekarang, laporan cuaca untuk hari ini, 16 April 1999. Langit akan cerah untuk seluruh penjuru kota Harukaze---"

Tepat saat dia melihat papan iklan itu, tanggal yang ditampilkan disana langsung memenuhi pikirannya. Apa yang dipikirkan Koutarou sebelumnya langsung hilang tak berbekas.

"N-nggak mungkin. Sekarang tanggal 16 April 1999!?"

"Ada apa, Onii-chan?"

Kii, yang menyadari bahwa suasana di sekitar Koutarou berubah, melihat ke arahnya dengan tatapan khawatir. Karena wajah Koutarou menjadi pucat pasi, Kii menggenggam tangan Koutarou lebih erat.

"Berarti kecelakaannya hari ini!? Kurang satu jam lagi!!"

"Onii-chan, apa yang kamu bicarakan!?"

Kii merasa ada sesuatu yang serius yang akan terjadi saat melihat sikap Koutarou, membuat raut wajahnya menjadi lebih serius.

"Ibuku bakal mati!!"

Pada tanggal 16 April 1999, ibu Koutarou meninggal dalam sebuah kecelakaan. Itu terjadi, ralat, itu akan terjadi pada pukul 7 malam ini. Sebuah peristiwa yang akan mengubah hidup Koutarou selamanya akan terjadi kurang dari satu jam lagi.


Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5