Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 165

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 165 : Hiiro Pergi dari Passion.

“Tapi untuk benar-benar termotivasi oleh makanan itu selalu mengejutkan, walaupun aku sudah mendengar hal itu dari Arnold, tapi....” (Leoward)

Leoward memang diberitahu Arnold jika Hiiro memang mudah tergoda oleh makanan dan buku, tapi tertarik dengan umpan seperti yang dikatakan Arnold, baginya itu sedikit mengecewakan.

“Pada dasanya itulah daya tarik Hiiro ... Itulah yang dikatakan para idiot itu.” (Rarashik)

Rarashik mengatakan itu seraya mengangkat bahunya.

“Tapi tetap saja, apakah itu tak masalah? Untuk meninggalkan Mimir-sama bersamanya....” (Barid)

Kecemasan Barid memang masuk akal. Hiiro... terus terang saja merupakan eksistensi yang tak diketahui. Itu wajar untuk berpikir jika akan terjadi sesuatu yang buruk.

“Aku melakukannya demi Mimir. Bukankah dia juga senang dengan itu, eh?” (Leoward)

“T-Tapi.” (Barid)

Rarashik berbicara sambil tersenyum.

“Tenanglah Barid. Sama seperti yang aku katakan sebelumnya, dia bukan orang yang akan rela menempatkan dirinya dalam situasi yang merepotkan. Dan dia tak akan melakukan sesuatu yang akan membuatnya kehilangan semua makanannya. Nah, ini semua yang aku dengar dari Arnold dan Muir.” (Rarashik)

“Saya tak mungkin percaya!” (Barid)

“Jadi pergilah dan perhatikan dengan mata dan telingamu sendiri.” (Rarashik)

“Itulah yang akan saya lakukan.” (Barid)

Mengatakan itu, Barid meninggalkan [Throne Room].

Tch, dia masihlah bocah keras kepala seperti biasanya.” (Rarashik)

“Gahaha! Melihat kebenaran melalui matanya sendiri. Bukankah itu hal bagus, Rara?” (Leoward)

“Yah, aku tidak bisa membantahnya untuk itu.” (Rarashik)

Melihat Leoward tertawa senang, Rarashik tampak memikirkan sesuatu dan kemudian bertanya.

“Leo-sama, apa alasanmu menghentikan bocah itu hanya demi Mimir?” (Rarashik)

“Nh? Itu yang aku katakan, kan?” (Leoward)

“.... Apa saya boleh berpikir jika tak hanya itu saja, Yang Mulia?” (Rarashik)

“Apa yang kau coba katakan?” (Leoward)

“Ada banyak kemungkinan, mungkin saja Anda berpikir tentang menarik bocah itu ke pihak kita atau sesuatu semacamnya?” (Rarashik)

“….”(Leoward)

“Atau membuatnya kesulitan bertarung setelah membiarkannya merasakan semua sifat baik negeri ini. Yah, saya pikir itu hanya salah satu bagian dari sebuah strategi.” (Rarashik)

Setelah itu, pipi Leoward mengendur.

“Tidak, awalnya aku memang memiliki niat seperti itu.” (Leoward)

“.… Jadi saya salah?” (Rarashik)

“Setelah berbicara dengan bocah itu, sepertinya mustahil untuk melakukannya.” (Leoward)

“….”(Rarashik)

“Dia sangat terus terang, kurang lebih. Arnold juga mengatakan itu sebelumnya. ” (Leowald)

“Aku mengerti itu.” (Rarashik)

“Aku sekarang mengerti. Dia akan terus maju sesuai keinginannya. Tak peduli rintangan apa yang menghalangi jalannya.” (Leowald)

“….”(Rarashik)

“Saat ini untuk beberapa alasan yang tak kita tahu, bocah itu membantu [Evila]. Kemungkinan besar mustahil untuk mengubahnya fakta sederhana itu. Dia sendiri tak seperti mencoba untuk menjilat ludahnya sendiri.” (Leoward)

“Aku mengerti.” (Rarashik)

“Bahkan jika itu karena dia mudah ditarik dengan makanan atau buku, dia tak akan mengubah jalan pikirannya. Dia adalah orang yang tak akan mengubah sesuatu yang sangat penting hanya untuk beberapa alasan lain.” (Leoward)

“Hohou, jadi Leo-sama mengerti dirinya sejauh ini....” (Rarashik)

Untuk membuat seorang raja berceloteh tentang seseorang, umumnya mustahil bagi siapa pun.

“Dan apa kau tahu, Rara? Alasan terbesar adalah hal ini juga demi Mimir.” (Leoward)

“…. Kau memang orang tua yang bodoh.” (Rarashik)

“Gahaha! Itu pujian terbaik untukku! Gahahahahaha!” (Leoward)

“Mengenal Anda, Yang Mulia, saya pikir Anda mungkin berpikir untuk menyeretnya sebagai suami Mimir-sama.” (Rarashik)

“Apa yang kau katakan, Rara?” (Leoward)

Rarashik memperkirakan perkataannya terlalu jauh setelah melihat Leoward menatapnya dengan keheranan.

“Bukankah itu wajar! Mimir sangat menyukainya! Dan dia juga adalah penyelamatnya! Tidak, tunggu.... Kukuria juga bilang kalau dia juga ingin bertemu dengannya....” (Leoward)

Mendengar kalimat yang dilontarkan Leowald, pikiran Rarashik benar-benar kosong, “Apa??”

“Jika Kukuria juga menyukainya, maka dia akan menjadi suami dari kedua putriku! Yeah, let’s do that! Gahahahaha!” (Leowald)

Sepertinya perkataan Rarashik sama sekali tidak terlalu jauh tetapi sangatlah sempit. Rarashik kembali memikirkannya sambil menatapnya dengan tatapan sinis.

‘Mulai sekarang, ini akan merepotkan untuk bocah itu.... benar-benar merepotkan.’ (Rarashik)

Berpikir tentang masa depan Hiiro, dia berdoa untuknya di dalam hatinya.

.

.

.

Mimir membawa Hiiro ke tempat yang sudah dikenalnya. Itu adalah taman tempat Mimir dan Hiiro pertama kali bertemu.

Tak ada perubahan di tempat itu dengan setengah tahun lalu, walaupun begitu, langit biru masih bisa dilihat dari sini, jadi ini sama sekali bukanlah tempat yang buruk.

Mimir berpindah menuju pusat taman dengan ekspresi senang dan tiba-tiba mulai berputar. Dia memegang Hiiro dan membawanya ke hadapannya dan kemudian secara perlahan menundukkan kepalanya.

Hiiro memberikan tingkah seperti sedang menolak hal yang seperti itu, kenapa dia melakukan hal seperti itu? tapi kata-kata berikutnya membersihkan keraguannya.

“Aku akan mengatakannya sekali lagi. Aku sangat ingin berterima kasih padamu karena sudah mengembalikan suaraku saat itu.” (Mimir)

Air mata mengalir dari wajahnya saat dia mengatakannya.

“Ah, aku minta maaf. Aku terlalu senang untuk mengucapkan terima kasih padamu….” (Mimir)

Dia menyeka air matanya dan menunjukkan senyuman yang dipaksakan. Hiiro menggaruk kepalanya karena malu dan perlahan berdiri di hadapannya.

*Ctuk*

Jari telunjuknya dengan lembut menyentil dahinya. Mimir yang memerah, menyentuh dahinya sebentar.

“Hi-Hiiro-sama……?”(Mimir)

“Aku sudah bilang sebelumnya, kan? Kalau kau berhutang budi padaku dan kau harus membayarnya kembali suatu hari nanti. Jadi, jangan lupa sampai saat itu tiba.” (Hiiro)

Seolah kata-kata ini memenangkan hatinya, dia menunjukkan senyum terbaiknya.

“Ya! Suatu hari aku akan menepatinya, pasti!” (Mimir)

.

.

.

Barid tak mempercayai kejadian yang terjadi di hadapannya. Itu karena Mimir menunjukkan ekspresi yang belum pernah ditunjukkan kepada siapa pun sebelumnya.

Mimir kembali tersenyum setelah Hiiro menyentil dahinya dan mengatakan sesuatu. Senyumnya itu bukanlah senyuman yang dibuat-buat, tapi itu adalah salah satu senyuman yang punya kekuatan untuk memesona siapa pun.

Sebenarnya, Barid juga terpesona pada senyumnya.

Dia berpikir, meskipun dia adalah penyelamat untuk Mimir, tapi Hiiro bukanlah orang yang layak dipercaya karena dia berada di pihak musuh.

Berkat Hiiro, perang yang bisa mereka menangkan pada akhirnya berakhir dengan kekalahan mereka. Dia tak bisa menaruh kepercayaannya pada Hiiro seperti Rarashik atau pun rajanya sendiri, Leoward.

Dia datang ke sini untuk melindungi Mimir jika sesuatu terjadi padanya bahkan jika itu berarti dia harus mempertaruhkan nyawanya, tapi dia terkejut melihat ekspresi gembira Mimir.

Saat ini, mereka berdua menikmati daging [Aqua Hound Meat]. Melihat sosok bocah itu memakannya dengan ekspresi senang, Mimir terus tersenyum.

Tidak peduli bagaimana orang melihatnya, itu adalah pemandangan yang begitu tenang.

‘Hanya saja, apa dia....mungkinkah?’ (Barid)

Barid semakin tak bisa memahami bocah bernama Hiiro itu. Tepat ketika dia mengetahui alasan apa dia datang ke pusat wilayah musuh, ternyata dia hanya ingin berbicara dengan Raja.

Dan setelah itu, dia dengan santainya makan hidangan di istana musuh.

Dia adalah orang yang melampaui akal sehat. Apa pun yang dia lakukan adalah sesuatu yang tak akan dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Untuk pertama kalinya Barid memikirkan untuk berusaha mengintip ke dalam pikiran orang lain.

‘Harusnya ada batasan untuk menjadi tak biasa’. Kepala Barid akan rusak, karena terlalu mustahil memahami keberadaan Hiiro.

Tapi anehnya, dia merasa tak perlu untuk memikirkan hal itu dengan melihatnya. Pikirannya mengatakan untuk tak menjatuhkan penjagaannya, tapi perasaannya mengatakan hal yang sebaliknya.

Itu mungkin karena dia melihat senyuman Mimir. Dan sebelum dia tahu itu, para prajurit yang mengawalnya sebagai pengawalnya juga ikut tersenyum sambil memakan makanannya.

Dia mendengarkan dengan saksama, sepertinya mereka berbicara tentang Arnold walaupun kebanyakan menjelek-jelekkannya dan menceritakan kisah pertualangan mereka.

“.... Apa yang kau pikirkan?” (Barid)

Ketika Barid bergumam seperti itu,

“…. Terlihat menyenangkan.” (Putis)

Dari belakang Barid, suara imut datang dari orang kecil yang mengenakan sebuah kostum kartun beruang.

Gadis itu adalah salah satu dari [Three Warriors], Putis.

“Apa itu...... menyenangkan?” (Barid)

Putis membalas dengan menganggukkan kepalanya menyetujuinya.

Sementara mereka berdua saling memandang, Hiiro menghabiskan makanannya dan meninggalkan tempat itu bersama Mimir. Kemungkinan besar, mereka akan kembali ke  [Throne Room]

“Aku akan mengikuti mereka. Aku meninggalkan pengawasan luar padamu.” (Barid)

Setelah meliriknya dan melihatnya mengangguk, Barid juga meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Melihat Hiiro yang datang kembali ke [Throne Room], Leoward menunjukkan senyuman masam.

“Bersiap pulang?” (Leoward)

“Ya, semua pekerjaanku selesai.” (Hiiro)

Melihat ekspresi suram Mimir, siapa pun akan mencoba untuk membantunya, bagaimanapun ada sebuah kebenaran kalau mereka tak bisa menahan Hiiro di sini selamanya.

Dia juga tahu itu. Tapi dia membawa perasaan yang tak bisa dimengerti. Dia tak tahu kapan lagi mereka akan bertemu setelah hari ini.

Ketika dia berpikir itu, entah mengapa itu membuat wajahnya menjadi suram. Bahkan Hiiro yang bebal memahami kenyataan kalau Mimir merasa kesepian.

Itu karena dia telah melihat jenis wajah seperti ini berkali-kali dalam perjalanannya. Tapi dia tak bisa tetap di sini. Ada sesuatu yang harus dia lakukan, tidak, tapi yang dia ingin lakukan.

“Chibi-Usagi, beri tahu mereka kalau aku menantikan bertemu mereka berdua.” (Hiiro)

“Tidak masalah, tapi jangan lupa sesuatu, kalau aku juga akan memasuki duel, ok?” (Rarashik)

“Ya, aku tahu itu.” (Hiiro)

Ini karena Aquinas cukup ketakutan tentang keikutsertaan Rarashik dalam duel, karena itulah dia meminta pada Hiiro untuk membantunya. Dengan hal itu juga menjelaskan kalau dia sangatlah kuat.

“Ah, dan aku sudah mendengar jika lelaki tua itu mengungkapkan banyak hal tentangku dari Mimir. Sepertinya dia membutuhkan sebuah hukuman, jadi jangan beri tahu dia tentang masalah ini atau dia akan kabur, oke?” (Hiiro)

“Y-Ya tentu saja.” (Rarashik)

Wajah Rarashik tampak kejang-kejang ketika melihat senyum jahat Hiiro dan berdoa untuk kehidupan Arnold yang akan segera berakhir.

Hiiro mendesah saat melihat Mimir yang tertekan.

*Ctuk*

Dahinya sekali lagi disentil.

“Eh……?” (Mimir)

“Lain kali, biarkan aku mendengar lagumu.” (Hiiro)

“…. Hiiro-sama?” (Mimir)

“Kau bilang itu adalah bakatmu, kan?  Atau apa kau tak percaya diri?” (Hiiro)

“T-Tidak! Aku akan terus berlatih! Sangat banyak latihan untuk Hiiro-sama!” (Mimir)

“.... Apakah boleh berharap akan hal itu?” (Hiiro)

“Y-Ya.” (Mimir)

Melihat balasannya dengan ekspresi senang, Hiiro mengubah pandangannya ke Leoward.

“Beast King.” (Hiiro)

“Ya.” (Leoward)

Setelah mereka saling menatap tajam untuk sementara waktu,

““Tempat kita bertemu selanjutnya ada di medan perang!”” (Hiiro & Leowald)

Keduanya mengucapkan kata-kata yang sama secara bersamaan seolah-olah mereka berdua saling memahami satu sama lain.

*Flash!*

Dan Hiiro, menggunakan karakter [全快] | [Transfer] dan langsung menghilang dari tempat itu.

“Tampaknya dia sudah pergi.” (Leoward)

Leoward mengatakan sambil menghadap Barid yang berdiri di sampingnya.

“Ya!” (Barid)

“Dan? Bagaimana pengamatanmu tentang dia?” (Leoward)

“.... Tak peduli apa pun dia saat ini, untuk saat ini dia adalah musuh kita.” (Barid)

“Pfft... untuk saat ini... eh?” (Leoward)

Leoward tertawa ketika mendengar Barid berbicara kata-kata lembut yang jarang sekali dia ucapkan.

'Dia bahkan bisa mengubah Barid, huh?' ketika dia berpikir akan keinginannya untuk mendapatkan Hiiro agar berada di pihak mereka dan keinginannya untuk menjadikannya menantunya pun semakin meningkat pesat.

‘Aku hanya mengatakannya sebagai sebuah lelucon pada awalnya, tapi sepertinya, sekarang aku perlu memikirkannya dengan serius.’ (Leoward)

Pipinya sedikit kendur, ketika dia merasakan kegembiraan di dalam hatinya. Dia juga sangat menginginkan bertarung dengan Hiiro.

‘Untuk membuatku merasa bersemangat. Menarik! Aku akan menjadikanmu sebagai menantuku dengan kekuatan yang kuat, Hiiro.’ (Leoward)

Pada akhirnya Beast King membuat keputusan dalam pikirannya 'Ini demi negara ini dan demi putriku!!'

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>