Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 164

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 164 : Kasih Sayang Beast King

Jika Hiiro dapat mengingat dengan benar, ketika dia sebelumnya datang ke [Beast King: Passion] setengah tahun yang lalu, dia sudah pernah datang ke [King’s Tree], dimana Beast King tinggal, meskipun terjadi beberapa hal tak terduga. Saat itu, dia bertemu seseorang sendirian, gadis muda yang sudah ada dimana dia berada.

Dengan rambut mencapai pinggang, dan pita biru, itu sudah cukup untuk membuatnya dipanggil ‘pemilik’, yang sedang mengistirahatkan kepalanya. Meskipun dia tak terlihat amat cantik, tingkah lakunya, pupil mata yang berbentuk almond, dan kulit putih mendekati transparan memberikan perasaan jika suatu saat akan tumbuh menjadi wanita cantik di masa depan.

Dia berkomunikasi dengan Hiiro melalui tulisan yang ditulis di papan. Itu terlihat jika dia kehilangan suaranya sejak dia menjadi bisu yang idap sejak kecil.

Walaupun sebenarnya tidak hubungannya dengan Hiiro, dia tahu itu, entah bagaimana, ekspresinya itu membuat Hiiro kesal. Dia hidup demi orang lain. Dan itu adalah sesuatu yang biasanya dikatakan luar biasa.

Jika dia sendiri yang memilih jalan hidup seperti itu, Hiiro tak akan memikirkan apa pun tentang hal itu. Namun, jauh di dalam matanya, Hiiro mengetahui jejak kelelahan dan kepahitan yang disembunyikan.

Dan sekarang, ketika dia mengalihkan senyum pada Hiiro, Hiiro sangat mengetahui senyum itu hanya dibuat-buat, dan itu menjengkelkan. Walaupun ini adalah keinginan yang sederhana, tanpa memikirkan hal lain, Hiiro mengembalikan suara miliknya menggunakan [Word Magic].

Dia merasa jika itu sesuatu yang harus dilakukan, tetapi pada saat yang sama, dia juga berkeinginan untuk melihat senyum yang sebenarnya.

Setelah menyembuhkannya, dia menyadari pentingnya tindakan itu, setalah itu, Hiiro melarang dia untuk memberitahukan orang lain tentang ini, dan segera meninggalkan negara itu. Seandainya dia tetap di sana, pasti itu akan menjadi merepotkan baginya.

Tentu saja, dia tak ada keinginan bertemu dengannya lagi. Sebaliknya, dia benar – benar lupa tentang hal itu sampai dia kembali muncul di depannya saat ini.

Dia mengenakan pita biru yang sama seperti yang ia lihat sebelumnya.

“Hi-Hiiro-sama.... Hiiro-samaaaaaaaaaaaaa!” (Mimir)

Dia berlari ke arah Hiiro dengan sangat cepat, tak mengibaratkan layaknya seorang tuan putri. Hiiro berniat untuk menghindari larian gadis itu, karena Hiiro merasa akan menerima dorongan yang besar, tetapi-

“....Hm?” (Hiiro)

Dia mengetahui jika bajunya sudah dicengkeram seseorang.

“C-Chibi Usagi!” (Hiiro)

Itu adalah Rarashik. Bibirnya membentuk suatu senyuman geli :3 dan berkata-

“Ini adalah pekerjaan dari seorang laki-laki untuk diam dan menerima pelukan gadis, bukan?” (Rarashik)

“Apa – apaan!... gufu!” (Hiiro)

Dia dapat saja menghindari pelukan dahsyat itu jika saja bajunya tak dicengkeram, tetapi saat ini dia tak bisa melakukannya, “pelukan” dari gadis berpita biru, MImir. Rasa pelukan itu sama sekali tak bisa dikatakan “pelukan”.

Tentu saja, gadis itu sama sekali tak berniat menyerang Hiiro. Hanya saja, mungkin karena saking bahagianya, dia terlihat seperti ingin memeluknya saja.

“Hiiro-sammaaaaaa!” (Mimir)

Dia mengusap kepala kecilnya ke dada HIiro dengan wajah tersenyum. Melihat kejadian yang baru saja terjadi, semua orang menjadi tercengang, kecuali Leowald dan Rarashik yang malah tersenyum.

“Mi-Mimir-sama! Cepatlah pergi dari orang itu! Dia adalah musuh!” (Barid)

Walaupun Barid sudah memberikan peringatan, itu terlihat tak dipahami oleh Mimir, dia malah mengangkat kepalanya dan menatap Hiiro.

“Akhirnya.. Aku bertemu denganmu, Hiiro-sama.” (Mimir)

“Ugh.. Aku mengerti, aku benar-benar mengerti, jadi cepatlah menyingkirlah dari atasku!” (Hiiro)

Saat Hiiro mengatakan itu, Mimir malah mempererat pelukannya.

“Tidak mau! Kau akan pergi lagikan?” (Mimir)

“Hah? Apa maksudmu...” (Hiiro)

“Gahahah! Hiiro, tak peduli apa pun yang kau katakan pada Mimir itu sudah tak berguna! Anak itu juga anakku bagaimanapun juga!” (Leowald)

Melihat sesuatu yang langka, Leowald mengeluarkan tawa renyah. Bahkan jika Mimir tak menyukai kata-kata dari ayahnya, Mimir menatap masam dan dengan keras kepala tetap memegang erat Hiiro, menunjukkan jika dia ingin terus memegangnya.

Menatap Mirip yang demikian, Hiiro mengeluarkan helaan nafas dan perlahan menulis karakter [Untouchable].

Srrut!

Dengan tiba-tiba, Mimir yang dengan erat memegang Hiiro telah melewati begitu saja.

“E... Eeeeh?!” (Mimir)

Tidak hanya Mimir yang terkejut, tetapi hampir seluruh orang di sana juga ikut terkejut.

Hiiro membalik badan mengarah ke Leowald seperti tidak ada yang terjadi. Mimir saat ini memberikan tatapan kosong dan mulai menggeleng-gelengkan kepala, dan sekali lagi mencoba menyentuh Hiiro, tetapi-

Srrut!

Seperti yang diduganya, ia tak mampu menyentuh Hiiro. Walaupun Hiiro saat ini persisi di depannya, itu bagaikan hologram yang tak dapat dia sentuh.

“Sayang sekali, Blue Ribbon.” (Hiiro)

“Uuuu~ Hiiro-sama!” (Mimir)

Mimir yang sedang menggembungkan pipinya dengan putus asa, mencobanya terus menerus tanpa ada jeda untuk menyerah. Bagaimanapun juga hal itu bagaikan ia mencoba menyentuh udara yang sama sekali tak padat.

“Hohou, jadi itu sihirmu, Hiiro.” (Leowald)

“Apakah itu menjadi referensi yang bagus, Beast King?” (Hiiro)

Keduanya saling pandang dengan senyum kecil di antara keduanya.

“Fufu, tetap saja, aku tak mampu menghilangkan keterkejutanku mengetahui Mimir juga bisa melakukan hal seperti itu.” (Leowald)

“.....Ah!... U-Uhm.... Maafkan atas kelancanganku, Otou-sama!” (Mimir)

Setelah khilaf atas kesalahannya, Mimir mulai merapikan pakaiannya dan menundukkan kepala karena rasa malunya.  

“Tak masalah, itu juga menunjukkan bagaimana kau juga tertarik dengan Hiiro, bukan?” (Leowald)

Wajah Mimir dengan cepat menyala merah dan terlihat sesuatu menguap di atas kepalanya.

“Untukmu, orang yang tampak lebih dewasa dibandingkan seumurmu, dengan jelas kehilangan ketenangan sampai sejauh ini... kau benar-benar sangat menarik, Hiiro.” (Leowald)

“Aku tak terlalu mengerti, tapi tampaknya seperti itu....” (Hiiro)

Hiiro segera menatap wajah Mimir. Sedangkan yang ditatap, hatinya mulai berdebar dengan keras sekaligus dengan wajah yang lebih memerah.

 “Tampaknya senyumanmu jauh lebih baik dari sebelumnya.” (Hiiro)

Setelah mendengar kata-kata Hiiro, matanya mulai menutup dan tersenyum lebar dan-

“Ha’i!” (Mimir)

-Jawaban yang penuh semangat. Tampaknya, ia sudah cukup lama untuk tak berbohong kepada dirinya sendiri. Hiiro sekali lagi mengatakan pada dirinya jika untuk cukup berguna untuk menyembuhkannya.

“Namun, Mimir, bagaimana kau bisa tahu Hiiro datang ke sini? Saat ini kami tak berusaha untuk menyebarkan hal itu, tetapi....” (Leowald)

Atas pertanyaan Leowald, Mimir berkata, “Kau tentu mengetahuinya...” dengan menatap ke arah Rarashik. Dan mengikuti tatapannya, sudah ada sesuatu yang muncul di atas kepala Rarashik tanpa seorang pun menyadarinya.

Hiiro pernah melihat sosok itu sebelumnya. Menurut Rarashik, sesuatu yang berwarna putih itu merupakan [Spirit]. Hiiro memahami jika itu dipanggil “Yuki-chan” oleh Rarashik. Sosoknya seperti kelinci kecil berwarna putih yang ada di musim salju.

“.... Chibi Usagi, jangan kau katakan....” (Hiiro)

“Hahahah! Tepat! Sejak kita datang kemari, aku mengirim Yuki-chan untuk pergi ke Mimir-sama. Dan tentu saja, untuk memberitahukannya akan kedatanganmu, anak muda.” (Rarashik)

“Benar begitu, Mimir?” (Leowald)

Ketika Leowald menanyakan hal itu, Mimir dengna cepat mengangguk mengonfirmasi.

“Ya. Walaupun Yuki-chan tak dapat bicara, aku melihatnya menuliskan sesuatu dengan menggunakan es.” (Mimir)

‘Aku mengerti. Jadi, dia mengetahui kedatanganku karena Yuki memberitahukannya. Itu berarti dia datang dengan kecepatan seperti itu dan memelukku, yah.. itu pasti... itulah tujuan Rarashik sejak awal.’ (Hiiro)

“Kau sudah puas sekarang, oi...?” (Hiiro)

“Nahaha, balas dendamku tersampaikan, nyahaha.” (Rarashik)

Seperti yang ia pikirkan, ini semua bermula karena balas dendam karena kekalahannya di rumahnya sendiri. Daripada membiarkan rasa marahnya meluap karena sesuatu yang tak berguna, Hiiro memilih untuk mendesah pendek.

“O-omong-omong, Otou-sama, mengapa Hiiro-sama ada di sini? Dari cerita Muir-chan, Hiiro-sama seharusnya, umm... ada di pihak [Evila], kan?” (Mimir)

Wajahnya tampak mulai gelisah.

“Dia ada di sini untuk membicarakan suatu hal.” (Leowald)

“Pembicaraan ... bersama Otou-sama?” (Mimir)

“Ya. Mimir, tak masalah jika kau tetap di sini, tetapi jangan sampai membuat gara-gara, paham?” (Leowald)

“Y-ya! Terima kasih banyak, Otou-sama!” (Mimir)

Setelah mengatakan itu, dia tampak tertunduk sesaat. Kemudian, walaupun Leowald berpikir bahwa dia akan menjauh dari posisinya saat ini, untuk hal yang tak diketahui, dia tetap diposisinya yaitu di samping Hiiro.

“Mimir?” (Leowald)

“Ada apa, Otou-sama?” (Mimir)

“I-iya, mengapa kau tak berpindah ke sini?” (Leowald)

“Aku tak dapat melakukan hal seperti itu.” (Mimir)

“Me-mengapa?” (Leowald)

“Malas gerak.” (Mimir)

Dia mengatakan itu dengan senyuman kecil penuh kemenangan.

“Otou-sama mengatakan jika tak masalah aku tetap di sini.” (Mimir)

“U-umu....” (Leowald)

Semua orang sepakat mendengar hal semacam itu.

“Itulah mengapa Mimir masih di sini, di samping Hiiro-sama.” (Mimir)

Mendengar Mimir mengatakan itu dengan sangat jelas, Leowald paham jika dia berkata lebih lanjut maka dengan keras kepada Mimir tak mungkin mendengarkannya. Karenanya, dia tak melanjutkan masalah ini lebih lanjut.

“.... Seharusnya ini tak menjadi masalah. Kebetulan Hiiro, apa kau ada rencana setelah ini?” (Leowald)

“Hah?” (Hiiro)

“Setelah bicara denganku.” (Leowald)

“Aku hanya berpikiran seseorang akan mengantarkanku pergi untuk mengecek tempat pertarungan, ah, tunggu sebentar, apakah aku mendapat izinmu untuk itu?” (Hiiro)

“Tak pernah kupikirkan hal itu, tetapi bukannya jika kami tak mengantarmu ke sana, seharusnya itu bukan masalah bagimu, kan?” (Leowald)

“Aku rasa memang begitu. Aku memiliki alasan untuk mengatakan baik-baik saja. Baiklah, jadi, setelah pembicaraan ini, aku tak mempunyai kepentingan untuk tetap di sini...” (Hiiro)

“.... Dengan kata lain, kau akan berencana untuk kembali?” (Leowald)

“Yeah.” (Hiiro)

Di saat seperti, raut Mimir berubah sedih. Walaupun dia akhirnya bertemu dengannya... itu agak berat untuk kembali terpisah dengannya.

“Kau tak berencana bertemu dengan Arnold dan Muir?” (Leowald)

“Yeah, menurut Chibi Usagi, akan lebih baik jika aku tak melakukannya saat ini. Aku akan menunda reuni bahagia kami sekarang.” (Hiiro)

“.... Aku mengerti.” (Leowald)

Leowald melipat tangannya dan sedikit mengerang seolah sedang berpikir keras. Sayangnya Hiiro mengabaikan hal itu dan mulai fokus pada sihir di ujung jarinya. Orang-orang yang di sekelilingnya cukup yakin dia akan meninggalkan tempat itu.

“Aku cukup menikmatinya.” (Hiiro)

Dan, tepat saat ia selesai menuliskan karakter yang dia buat,

“Tunggu dulu.” (Leowald)

Interupsi Leowald, membuat Hiiro berkedut dan berhenti bergerak.

“.... Apa lagi?” (Hiiro)

“Bukannya tak perlu tergesa-gesa seperti itu. Nikmati saja waktumu di sini.” (Leowald)

Mimir yang sejak tadi menunjukkan ekspresi resah, tiba-tiba tampak bercahaya kembali dengan menatap Leowald.

“Tidak, terima kasih. Tak ada alasan lagi aku tetap di sini.” (Hiiro)

Tepat setelah Hiiro berkata seperti itu, Mimir dengan cepat kembali depresi.

“Hou, aku mengerti. Bahkan jika kamu sudah menyiapkan beberapa sajian untuk menyambutmu?” (Leowald)

Hiiro berkedut setelah mendengarkan hal itu.

“.... Sajian katamu?” (Hiiro)

“Yeah.” (Leowald)

“.... Ini pertanyaan terkahir. Apa saja yang ada di dalamnya?” (Hiiro)

Merasa telah mendapatkan perhatian Hiiro, wajah Leowald tampak mulai santai.

“Sebenarnya, kemarin kami mendapat beberapa [Aqua Hound Meat]....” (Leowald)

“Aku akan beristirahat sebentar di sini.” (HIiro)

Hiiro tak mungkin lupa nama dari [Aqua Hound Meat]. Alasannya, setelah datang ke dunia ini, itu adalah hidangan daging yang paling berkesan baginya.

Jujur saja, dia merasa ingin memakan itu terus menerus. Daging itu mengandung kelezatan yang membuat lidahmu meleleh kenikmatan.

“Ohh, baiklah, baiklah!” (Leowald)

Leowald melakukan pompa tangan kecil dengan mengedipkan matanya ke Mimir, dia dengan sengaja membuat Hiiro tetap di sini demi Mimir. Dia memang sosok orang tua penyayang.

Mimir tersenyum seperti bunga yang mekar dan dengan menyorot perhatiannya ke wajah Hiiro.

“Hiiro-sama, hingga makanan itu disajikan, bisakah kita berbincang-bincang?” (Mimir)

“Itu merepotkan.” (Hiiro)

“Hauuu~!” (Mimir)

Menatap Mimir yang menjatuhkan bahunya seakan-akan menerima kejutan besar, Leowald berkata-

“Maafkan aku Hiiro, tapi lakukan saja permintaan Mimir. Sebagai ganti dari persiapan kami menyajikan hidangan itu.” (Leowald)

“.... Ahh, baiklah.” (Hiiro)

Hiiro melepaskan efek dari karakter [Untouchable]

“Pimpin jalannya, Blue Ribbon.” (Hiiro)

“Hiiro-sama... baiklah! Ke sini jalannya!” (Mimir)

Setelah dia berkata seperti itu, keduanya meninggalkan ruangan.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>