Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 166

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 166 : Kenyataan Victorias

Saat ini kegemparan terjadi di Istana Kerajaan [Victorias], seorang gadis muda tengah tersiksa oleh pikirannya sendiri.

Tampaknya, selama konferensi perdamaian, negosiasi dengan [Evila] berakhir dengan sebuah kegagalan. Pada saat yang sama, dia juga mendengar kabar bahwa para petinggi militer dan ayahnya, Rudolf dinyatakan hilang.

Ya, gadis muda itu adalah putri pertama kerajaan, Lilith. Dia belum diberi semua detail mengenai kejadian di konferensi itu.

Dia mendengar para pahlawan yang akrab dengannya juga ikut berada dalam misi pengawalan untuk konferensi. Itulah alasan kenapa mereka tak berada di istana saat ini.

Berita diplomasi yang gagal telah dilaporkan. Dengan demikian, satu per satu bangsawan mulai panik dan datang ke istana untuk mengadakan sebuah konferensi. Wajah para prajurit juga dipenuhi ketegangan dan rasa frustrasi yang tampak jelas terlihat pada raut wajah mereka.

Lalu, saat itulah Lilith bertemu dengan Vale Kimble : Letnan 2 tentara [Humas], pelatih para pahlawan, dan orang yang telah ditugaskan untuk mempertahankan dinding istana. Lalu Vale segera mendekatinya.

“Ah, Lilith-sama!” (Vale)

“Vale-san! Um, apa itu benar? Itu... kalau ayah dan kapten lainnya menghilang...?” (Lilith)

“Ah, persoalan itu benar adanya....” (Vale)

Tak ada kabar yang baik yang dapat disampaikan, Vale terlihat mulai khawatir.

Setelah melihat Vale yang seperti itu, Lilith merasa ada sesuatu yang aneh, dia memiringkan kepalanya lalu bertanya,

“A-Apa ada masalah yang terjadi?” (Lilith)

Dia bertanya-tanya apakah ada masalah yang lebih serius dibandingkan dengan menghilangnya sang Raja.

“Ah, tidak... itu....” (Vale)

Karena itu adalah hal yang sulit untuk dikatakan, Vale tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.

“Tolong katakan padaku!” (Lilith)

Meskipun dia takut, Lilith menguatkan dirinya dan sedikit menaikkan suaranya. Setelah melihat tekad Lilith, Vale menelan dengan gugup.

“…. Sa-saya mengerti. Sejujurnya....” (Vale)

Para prajurit yang kembali dari perang memberi tahu Vale tentang peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa di konferensi maupun di [Demon Capital : Xaos], dia sendiri bahkan tidak bisa mempercayai kata-katanya sendiri ketika dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Lilith.

“Ha-hal semacam itu... itu tak mungkin, kan....?” (Lilith)

Lilith bergumam sambil gemetar mendengar apa yang terjadi.

“…. Saya tahu apa yang Anda rasakan. Bagaimanapun juga, hingga saat ini belum ada kabar dari Raja atau dari para pahlawan, jadi Anda tak perlu memercayainya, dan bisa saja.…-” (Vale)

“A-aku tak akan percaya hal itu!” (Lilith)

“Lilith-sama….” (Vale)

“Maksudku! Se-seperti ayah yang berubah menjadi seekor monster dan para pahlawan yang sekarat... Aku tak percaya Taishi-sama akan dikalahkan oleh musuh!” (Lilith)

Lilith berusaha keras menahan air matanya agar tak menetes sedangkan Vale dengan raut wajah menyakitkan berkata,

“.... Ini adalah penyesalan terdalam saya karena memberi tahu Anda tentang hal ini....” (Vale)

Wajah Lilith menjadi semakin pucat dan kemudian....

“Lilith-sama!?” (Vale)

Vale berhasil menangkap Lilith yang pingsan. Tampaknya dia tak bisa menahan lagi rasa keterkejutannya dan akhirnya jatuh pingsan.

Perlu dicatat dari semua orang yang ada di negeri ini, Lilith adalah orang yang paling khawatir tentang keadaan sang Raja dan para pahlawan. Mengetahui situasi mereka saat ini merupakan sebuah kejutan besar untuknya.

Vale memahami bagaimana perasaannya, rasa cemas muncul ketika dia menatap wajahnya.

“Siapa saja! Ada orang di sana?!” (Vale)

Mendengar teriakannya, dua orang pelayan yang agak jauh bergegas berlari mendekatinya. Vale meminta mereka berdua untuk membawa Lilith ke kamarnya.

Vale lalu berjalan lurus menuju ruangan yang berbeda.

Ini adalah kamar tidur sang Raja. Kebetulan, itu juga milik sang Ratu. Di dalam, ada sang Ratu sedang beristirahat di tempat tidur, setelah roboh karena alasan yang sama seperti Lilith.

Vale meminta pelayan di samping pintu untuk memintakan izin masuk. Pelayan itu masuk ke dalam dan keluar setelah beberapa saat. Pelayan itu lalu membukakan pintu.

Meskipun dia diberi izin untuk berbicara sedikit dengannya, Vale masih merasa tegang saat dia melangkah masuk.

Di dalam ruangan besar ada sebuah tempat tidur besar, dan dihiasi seperti yang diharapkan. Dia bisa merasakan aura kelelahan yang datang dari Maris yang terbaring di atasnya.

“Kau adalah... orang yang melatih para pahlawan, kan?” (Maris)

Yang bergerak hanya sudut matanya, suara gemetar datang dari tenggorokannya yang ramping.

“Ha’i! Saya letnan 2 pasukan, Vale Kimble. Saya sangat berterima kasih kepada Anda karena mengizinkan saya walaupun situasinya seperti saat ini.” (Vale)

“.... Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah kita sepenuhnya mengerti situasinya?” (Maris)

Dia berkata tanpa ada kekuatan apa pun dalam suaranya.

“Ha’i! Karena kelancangan saya, Lilith-sama juga jatuh pingsan.” (Vale)

“.... Jadi,... begitu. Anak itu juga sudah mengetahui hal itu juga ya....” (Maris)

“Saya sangat-sangat memohon maaf, tidak ada kepentingan untuk mengatakan hal itu! Dan perihal hukuman saya.…” (Vale)

“Tidak, tak perlu melakukan hal itu.” (Maris)

“….?” (Vale)

Vale percaya kalau dia adalah penyebab pingsannya Lilith. Namun, dia terkejut ketika Maris memaafkannya, walaupun dia mengharapkan sebuah hukuman atas tindakannya.

“Anak itu adalah anak perempuannya. Dia juga berhak tahu. Meskipun hasil dari keingintahuannya itu meninggalkan rasa sakit di hatinya, kau tak melakukan kesalahan apa pun. Jadi tolong berhentilah mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.” (Maris)

“Ja-jadi....” (Vale)

“Ini tanggung jawab anak itu untuk mengatasi kesulitan ini sendirian. Tak apa-apa. Dia lebih kuat dariku. Dia pasti akan mengerti hal itu.” (Maris)

“Ha-ha’i.…” (Vale)

“Lebih penting lagi, kita harus mendiskusikan ke depannya. Negara ini sudah tak stabil. Kita membutuhkan seseorang untuk bangkit dan segera kembali mengelola negara. Kita tak tahu kapan negara lain akan menyerang.” (Maris)

Itu sudah jelas. Tentu bisa dikatakan bahwa negara itu saat ini sedang dalam kekacauan besar. Sang Raja yang merupakan pilar utama di negaranya telah menghilang. Para pahlawan yang menjadi harapan rakyat juga gagal kembali. Selebihnya, mayoritas komandan tentara juga ikut menghilang.

Sekarang, kekuatan perang negara ini sudah dipastikan mengecil. Ada berbagai macam rumor di antara kecemasan para warga. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, negara lain mungkin akan mengambil kesempatan ini dan menyerang negara ini.

Itulah kenapa ada kebutuhan untuk seseorang yang akan naik ke atas takhta dan menenangkan semua orang. Biasanya, itu adalah Sang Ratu Maris atau Putri Pertama Lilith yang akan menyatukan semua orang. Namun, keadaan mereka saat ini tak memungkinkan untuk melakukan hal itu.

Selain itu, Vale sendiri tak memiliki kemampuan untuk mengatur semua orang.

“Sungguh mengecewakan”, pikir Vale. Dia sama sekali tak memiliki kharisma yang cukup untuk menyatukan orang-orang. Dia sendiri mengetahui akan fakta itu.

Ketika Vale mengkhawatirkan apa yang harus dilakukan,

“Apa tak masalah jika aku mempercayakan padamu? Aku pikir kau yang seharusnya sudah dikenal baik di antara para prajurit, akan lebih baik untuk melakukannya daripada diriku.” (Maris)

Saat Maris bertanya kepadanya tentang hal itu, dia membuat ekspresi meminta maaf.

“Ma-maafkan saya... saya tak sanggup melakukan hal itu....” (Vale)

“Begitukah? Lilith juga membuat wajah yang sama.…” (Maris)

Ketika dia tersenyum pahit, Vale merasa bahwa Maris tak ingin semuanya menderita akibat dari tidak stabilnya negara meskipun dia adalah seorang Ratu. Dia berpikir bahwa orang inilah yang seharusnya menggantikan sang Raja, bahkan untuk memegang takhta dengan singkat dan memerintah negara, tak peduli seberapa keras keadaannya.

Selain itu, Lilith adalah Lilith. Meskipun dia bisa mengerti posisinya, dia merasa hatinya masih terlalu lemah. Dengan situasi saat ini, dia berpikir kalau Lilith akan menunjukkan lebih banyak keputusan.

“Bagaimanapun juga, itu seperti yang kuduga, jika Ratu yang akan memimpin negara ini adalah seseorang seperti Lilith, ataupun seseorang yang lebih hebat dariku, rakyat pastinya akan lebih tenang.…” (Maris)

“…. Saya harap-“ (Vale)

Pada saat itu, Maris kembali menatap wajah Vale yang tampak menyadari sesuatu.

“Ada apa?” (Maris)

“T-Tidak... hanya saja, saya menyadari seseorang yang pastinya mampu memimpin kita dalam situasi saat ini.” (Vale)

“Kau tahu... orang itu?” (Maris)

“Ya.” (Vale)

“.... Apakah orang itu bisa dipercaya?” (Maris)

“Dia adalah seseorang yang pastinya telah Anda kenal.” (Vale)

Mendengar kata-kata Vale, mata Maris melebar ketika dia mulai menyadari siapa yang dibicarakannya.

“Ta-Tapi orang itu seharusnya belum kembali, kan?” (Maris)

“Tidak untuk saat ini, tapi orang hebat itu pasti bisa. Orang itu tak bisa diam saja jika hal ini berurusan dengan negara ini. Ini hanya firasat, tapi pastinya .…” (Vale)

Saat itu, datang salah satu pelayan mendekat ke Maris dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Kemudian, dengan obat yang ada di genggamannya dan ia tersenyum seraya berkata,

“Berbicara tentang orang itu, dia akhirnya telah muncul.” (Maris)

“Mu-mungkin, kah, Ratuku?” (Vale)

“Ya, orang itu tepat berada di luar ruangan ini. Dia sudah mendapatkan izinku untuk masuk.” (Maris)

Mendengar kata-katanya, pelayan itu kembali berjalan menuju pintu. Kemudian keduanya menatap ke orang tersebut.

Dan dengan munculnya orang itu, wajah keduanya menunjukkan ekspresi lega.

“Maafkan atas gangguan saya. Hm? Apa Vale juga di sini?” (???)

Orang itu adalah Guild Master, Judom Lankars.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>