Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Teman Sekelas[edit]

Beberapa pertanyaan muncul di benak Hiiro tentang apa yang terjadi. Tapi untuk sekarang, dia sadar kalau levelnya masih level satu. Jika ini adalah dunia RPG, wajar saja kalau dia masih level satu, karena dia belum pernah bertarung semenjak dia datang ke dunia ini.

Tapi, kenapa MP miliknya sangat tinggi? Mungkin ini adalah salah satu efek dari World Traveller yang membuatnya memiliki kekuatan sihir yang tinggi; seperti yang dijelaskan oleh raja tadi.

Ngomong-ngomong, point HP menunjukkan ketahanan, MP menunjukkan kekuatan sihir, EXP adalah experience dan NEXT menunjukkan point experience yang dibutuhkan untuk bisa naik level. ATK, DEF, AGI, HIT dan INT secara berurutan menunjukkan kekuatan, pertahanan, kelincahan, hit chance, dan kepandaian. Itu semua sama seperti istilah-istilah yang sering digunakan dalam game RPG.

Hiiro terkejut melihat point AGI yang dimilikinya tinggi, tapi dia lebih terkejut tentang title yang dimilikinya, Innocent Bystander. Title ini jelas-jelas menunjukkan kalau dia itu hanya terbawa oleh empat pahlawan yang lain. Dengan kata lain, dirinya sendiri bukanlah Pahlawan, tapi hanya orang biasa.

Meskipun dia ingin lebih tahu tentang sihirnya itu, tapi dia pikir lebih baik untuknya tidak menanyakan tentang itu disini.

Saat dia sibuk memikirkan penjelasan tentang situasinya saat ini, Rudolf bertanya pada mereka.

“Jadi bagaimana? Saat kau melihat ke bagian tittle, seharusnya itu menunjukkan Pahlawan.”

Taishi yang pertama menjawab.

“Y-Ya, ada! Ada tulisan Pahlawan di sini! Uwaa~ hebat, aku memang Pahlawan.”

Ucapnya gembira.

“Hey, bagaimana denganmu Chika?”

Orang yang menjawab pertanyaan Taishi adalah Suzumiya Chika. dia merupakan seseorang yang banyak berbicara dan gadis yang populer di kelas. Sifatnya yang terang-terangan dan terbuka saat berinteraksi dengan orang lain memberinya nilai positif.

Rambut pendeknya diwarnai lebih pucat daripada milik Taishi. Dadanya memang kurang menarik, tapi tubuhnya rampingnya membuatnya menarik perhatian banyak laki-laki.

“Ya, aku juga sama, Taishi.”

“Bagus. Kalau kalian, Shuri, Shinobu?”

Taishi memanggil 2 gadis lainnya. Minamoto Shuri, rambutnya panjang dan berwarna hitam berkilau. Tidak seperti Chika, dia punya bentuk tubuh indah yang sangat menarik perhatian laki-laki. dia adalah anggota klub teh jadi banyak laki-laki yang datang ke klubnya hanya untuk melihat dia mengenakan kimono. Hal lainnya yang membuatnya menarik adalah mata sipitnya dan juga tahi lalat di bawah matanya.

Gadis satunya lagi, Akamori Shinobu adalah seseorang yang hidupnya penuh dengan rasa keingintahuan. Aktif di klub koran sekolah, dia juga berencana mencari pekerjaan di bidang yang sama. dia seseorang yang banyak bicara juga sama seperti Chika dan salah satu murid terpintar di sekolah, jadi semua orang sering mengajaknya belajar bersama jelang ujian.

Rambut hitamnya sedikit bergelombang dan memiliki panjang sebahu. Dari matanya yang tajam, bisa dilihat kalau dia tidak akan pernah melepaskan mangsanya. Apalagi dia adalah orang Kansai.

Dan satu-satunya persamaan dari mereka bertiga adalah: mereka sangatlah cantik. Dan karena mereka adalah anggota harem Taishi, mereka bertiga selalu terlihat bersama dengan Taishi.

“Ya, aku ada juga.”

Ucap Shuri.

“Aku juga sama.”

Kata Shinobu.

Setelah konfirmasi dari Shinobu, tatapan semua orang tertuju pada Hiiro.

“Bagaimana denganmu?”

Taishi bertanya pada Hiiro.

“… tidak ada.”

Jawab Hiiro dengan singkat.

“Jadi, apa kau bisa memberi tau title apa yang kau punya?”

Hiiro merasa terganggu, tapi dia tetap menjawab.

“Innocent Bystander”

Ekspresi muka keempat teman sekelasnya berubah, mereka memasang ekspresi tidak percaya tentang apa yang dikatakan Hiiro.

“Innocent Bystander? Lilith, apa kau tahu apa maksudnya?”

“Ehh, umm… ya. Sepertinya…”

Lilith menjawab sambil menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hiiro yang mengetahui itu pun ikut menghela nafas, lalu berkata.

“Aku hanya orang biasa. Aku hanya kebetulan ada di kelas waktu itu bersama orang-orang itu. Benar?”

“Uh-Uhmm….”

“Hey! Okaura! Apa-apaan dengan nadamu itu?!”

Ujar Chika sambil menunjuk pada Hiiro, tapi Hiiro hanya mengabaikannya dan meneruskan kalimatnya.

“Sebenarnya, hanya ada empat orang yang seharusnya dipanggil kesini. Dan keempat orang itu ada disana. Aku hanya terbawa ke sini saja. Apa yang mau kau lakukan dengan itu?”

Hiiro mengatakannya tanpa rasa kebencian. Lilith, orang yang memanggil mereka ke dunia ini, mukanya berubah pucat mendengar itu.

“Ya… ini bukan hanya aku, tapi orang-orang itu juga terbawa kesini karena masalahmu. Aku yakin keluarga mereka khawatir.”

Ekspresi Lilith semakin dan semakin terlihat sedih.

“Kau benar. Aku hanya bisa meminta maaf tentang masalah ini.”

Raja meminta maaf tentang itu. Hiiro pikir itu bisa dijadikan alasan, tapi sepertinya raja mengetahuinya.

“Aku pikir ini adalah jalan terakhir. Kalau kami tidak memanggil kalian ke dunia ini, maka ras manusia akan punah.”

“Tidak, kalau boleh jujur, aku tidak peduli dengan masalahmu.”

“Hah?”

Waktu seakan berhenti dengan kata-kata Hiiro.

“Lagipula aku tidak memiliki hubungan dengan orang-orang itu.”

“Hei, Okaura! Bukannya kita teman sekelas?!”

Tanya Taishi dengan amarah.

“Ya, kita memang teman sekelas. Tapi faktanya kita hanya belajar bersama dalam satu ruangan atas pilihan sekolah.”

“Itu sudah keterlaluan...”

“Ya, akhirnya kita sudah bisa bersama~”

Shuri dan Shinobu mengeluarkan pendapat mereka.

“Mungkin menurutmu begitu, tetapi faktanya aku belum pernah berbicara sekalipun dengan kalian dalam empat bulan ini semenjak kita satu kelas.”

Itu adalah fakta. Hiiro dasarnya lebih suka sendiri, jadi dia membuat jarak antara dia dengan yang lain, tidak hanya dengan mereka berempat.

Taishi dan yang lainnya hanya diam mendengar kata-kata Hiiro. Hiiro benar, mereka belum pernah berbicara dengan Hiiro, padahal mereka satu kelas. Dan juga, mereka tidak pernah mencoba untuk berbicara dengan Hiiro.

“Oke, sesuai dengan yang aku katakan, aku tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka berempat. Kalian ingin 4 Pahlawan kan? Jadi aku tidak berguna kan?”

“Mh-Mhm…”

Ekspresi Rudolf terlihat kesulitan.

“Karena mereka Pahlawan, mereka pasti bisa bertarung dengan Evila mau bagaimanapun caranya kan? Tapi aku hanya seorang karakter tanpa nama. Kau tidak akan mengirimku ke tempat berbahaya seperti itu kan?”

“Jadi aku bertanya, apa yang mau kau lakukan sekarang?”

“Pulang.”

“Dokumen mengatakan hanya Maou yang tahu sihir yang bisa membuatmu pulang.”

Jawab Rudolf yang terlihat meyakinkan, Lilith memasang ekspresi suram di wajahnya. Melihat itu, Hiiro hanya diam walaupun dia tahu kalau raja berbohong.

“Jadi, kita hanya harus ngalahin Maou secepatnya!”

(Dasar bodoh, walaupun Maou tahu sihir semacam itu, bagaimana caramu mengalahkan Maou hah?)

Hiiro bergumam dalam hati mendengar ucapan Taishi.

“Ya, selain itu, kerajaan ini sangat indah, kalian pasti akan menyukainya.”

Ucap Rudolf yang mencoba membujuk Hiiro. Hiiro hanya mengangkat pundaknya mendengar itu.

“Ah.. kalau aku boleh menambahkan, aku khawatir dengan keluargaku.”

Ujar Chika. Namun yang lain pun pasti khawatir tentang keluarganya, tidak hanya Chika saja.

“Itu tidak perlu kalian khawatirkan, karena kalian sudah dilupakan di dunia sana.”

“Di-Dilupakan!?”

Semuanya terkejut mendengar itu.

“Ah, tenang saja, kalau kalian kembali ke dunia itu, itu tidak akan berubah...”

Ucap raja ragu-ragu

‘Aahh… itu pasti bohong juga’

Tebak Hiiro dengan melihat sang raja.

‘Semua yang dikatakan mereka itu bohong. Itu alasan untuk membuat kita mau bertarung. Sihir untuk kembali… itu tidak ada. Setidaknya untuk sekarang.’

Gumam Hiiro

Hiiro melihat ke arah empat orang yang lain, tapi sepertinya hanya dia yang sadar. Taishi dan Chika sepertinya tidak menyadarinya. Shuri dan Shinobu hanya cemberut mendengar cerita itu.

‘Aku tidak peduli tentang mereka. Kalau hanya aku sendiri... aku bisa mengatasinya.’

Okamura Hiiro Tumbuh besar di panti asuhan. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan saat dia masih kecil. Di panti asuhan, Hiiro memiliki beberapa teman, tapi Hiiro yang sangat menyukai buku, menghabiskan waktunya seharian dengan membaca buku. Baginya, buku adalah temannya yang paling dekat daripada orang disekitarnya.

Lilith yang tahu bahwa tidak ada jalan lain untuk kembali, hanya memasang ekspresi murung di wajahnya semenjak tadi. dia mungkin merasa bersalah karena telah berbohong. Taishi dan gadis yang lain mulai berbincang tentang apa yang akan mereka lakukan dari sekarang. Mereka sadar kalau tidak ada jalan untuk pulang setelah mendengar penjelasan dari Rudolf.

“Seperti yang Okumura katakan, kau memanggil kami ke sini dengan seenaknya.”

Dikatakan seperti itu oleh Taishi, Rudolf terlihat sedih.

“Tapi...”

Taishi melihat ke arah 3 gadis yang lain, mereka semua tersenyum dan melihat ke arah raja lagi.

“Kita akan melakukannya!”

“Benarkah, kalian mau?”

Tanya Rudolf.

“Ya, kami sangat ingin menjelajahi dunia, apalagi ini dunia fantasi yang asing.”

“Iya! Kita juga sering bermain game online bersama!”

Seperti yang dikatakan Chika, mereka berempat bermain game online bergenre RPG di dunia asalnya. Mereka sering berkumpul dan mendiskusikan akan pergi ke mana setelah pulang sekolah.

Dan tepat sebelum mereka dipanggil ke sini, mereka sedang berbicara tentang keinginan mereka untuk berpetualang di dunia seperti ini

“Jadi, kalian akan menerimanya?”

“Ya, tapi masalahnya…”

Kali ini Shinobu yang menjawab pertanyaan raja.

“Dari yang aku lihat di Status, kita masih level 1, dengan kata lain, pemula.”

“Kita tidak bisa melawan Maou kalau seperti ini. Jadi aku ingin kau mengajari kami cara bertarung.”

“Jangan khawatir. Untuk masalah itu...”

Saat itu, muncullah seseorang dengan baju zirah.

“Aku yang akan mengambil alih di sini.”

Dia pun berlutut sambil merendahkan kepalanya saat mengatakan itu.

“Namaku Vale Kimble. Aku diberi kepercayaan oleh raja untuk mengajari kalian bertarung.”

“Dia adalah kapten divisi kedua pasukan kerajaan.”

Ucap Raja.

Vale bisa dibilang pria tampan dengan wajah bangsawan. hanya dari melihat bentuk tubuhnya saja, semua orang tahu betapa keras usahanya. Rambutnya pendeknya berwarna hijau, dengan mata yang memberi perasaan orang yang menatapnya kalau orang ini memiliki kekuatan hebat.

Tentu saja, semua gadis yang ada disana memberi tatapan penasaran dengannya. Hanya Chika yang melihat ke arahnya dengan tatapan datar, seperti dia tidak punya ketertarikan sama sekali.

“Dengan kata lain, dia yang akan mengajari kita?”

“Ya, kebetulan sekarang sedang tidak ada masalah di perbatasan kerajaan. Aku mau kalian semua tumbuh kuat sebelum ada masalah lagi.”

Diskusi berlangsung dan Taishi dan yang lainnya memutuskan akan bertarung. Saat itu, Hiiro mengangkat tangannya.

“Maaf, tapi aku akan bertindak sendiri dari sini.”

Waktu seakan berhenti kembali saat yang lain mendengar perkataan Hiiro.

“Aku tidak seperti mereka berempat. Ya... semenjak aku sudah disini, aku mau melakukan apa yang mau aku lakukan. Ini tidak akan menjadi masalah kan?”

Rudolf terlihat cemas. Hiiro memang bukan Pahlawan, tapi hanya manusia biasa. Lagipula dia tidak terlihat kuat. Rambut hitam, pupil berwarna hitam, tinggi sekitar 1,8 meter, tidak terlihat berotot juga.

Dengan penampilan seperti itu, sudah pasti dia tidak akan terlalu berguna dalam pertarungan. Tapi tetaplah fakta kalau mereka adalah yang memanggil Hiiro kesini. Tak ada alasan baginya untuk menendang Hiiro keluar.

“Mh-hmm… aku minta maaf untuk kasusmu. Apa ada yang bisa aku lakukan untuk menebus…”

“Tidak ada.”

“Tidak  ada katamu?”

“Ya, ini bukan berarti aku membencimu. Tapi bagaimana ya… dunia ini pasti punya buku novel yang unik, jadi itu membuatku tertarik.”

Hiiro juga lelaki. dia pasti menginginkan petualangan. Tidak perlu petualangan hebat seperti protagonis di buku, tapi dia tetap ingin menjelajahi dunia ini.

“Aku sudah tidak punya urusan lagi di sini. Selamat tinggal, semua.”

Ucap Hiiro. Tapi saat dia membalikkan badannya untuk pergi, Taishi memegang tangannya.

“Hey, bertindak tidak bertanggung jawab. Apa kau masih menganggap dirimu sendiri lelaki hah?!”

“Haahh?”

Jawab Hiiro karena merasa terganggu.

“Mereka merendahkan kepalanya disana! Apa kau tidak memiliki perasaan? Apa kau tidak merasa ingin sedikit membantu mereka, hah?”

“Tidak.”

“KENAPA?!”

“Karena aku bukan Pahlawan. Atau kau mau menggunakanku sebagai tameng hidup?”

“Apa... tameng hidup?”

Taishi melepas tangannya.

“Lupakan laki-laki itu, Taishi.”

Ucap Chika dengan tatapan tajam.

“Bukannya kalian berdua juga setuju denganku?”

“Ehm… Aku…”

Shuri hanya menundukkan kepalanya kebingungan. Shinobu menatap Hiiro tajam seperti Shuri, dan berbicara.

“Ahahaha, ya, mengapa tidak? Maksudku, ini memang seperti game, tapi ini tetap kenyataan. Dengan kata lain, kita mempertaruhkan nyawa kita disini. Kita adalah Pahlawan, jadi kita akan menjadi kuat. Tetapi Okamura-cchi berbeda. dia hanya laki-laki biasa. Jadi dia tidak ada gunanya disini.”

Perkataan Shinobu membuat Taishi, Shuri, dan Chika dia m. Perkataan Chika benar, ini tetaplah kenyataan, mau semirip apapun dengan game RPG, orang-orang mati untuk bisa memanggil mereka ke dunia ini. Mereka berempat harus serius mengenai masalah ini.

“I-Iya. Kita hanya harus melakukan ini dengan kita sendiri saja.”

Taishi setuju dengan Chika. Hiiro yang tak tertarik, melambaikan tangannya dan beranjak pergi.

“Uh-Uhm…!”

Pemilik suara itu adalah Lilith. Hiiro berhenti dan melihat kebelakang.

“Uhm… saya, saya minta maaf!”

Lilith mengatakannya dengan ekspresi cemas. Hiiro lalu membalasnya.

“Tidak usah pedulikan itu.”

Dengan perkataannya, Hiiro pun meninggalkan istana saat itu.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>