Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog: Only One. ID_Not_Found.[edit]

Ketika Kamijou terbangun, dia sedang berada di dalam sebuah kamar rumah sakit yang gelap.

Mungkin karena bius, dia merasakan perasaan yang aneh di area bibirnya. Dia hanya menggerakkan matanya untuk melihat sekeliling. Dia berada di dalam kamar pribadi standar dan sepertinya saat itu adalah tengah malam. Hanya suara AC yang bisa terdengar di kamar rumah sakit yang hening itu. Dari fakta bahwa baju ganti atau buah-buahan dari pengunjung tidak ada di sekitarnya, sepertinya belum lama sejak dia dibawa ke rumah sakit itu. Satu-satunya hal lain di kamar itu adalah sebuah kursi di samping ranjang dan Misaka Imouto yang duduk di atas kursi itu.

“Apa!?”

Kamijou mencoba melompat tanpa berpikir, tapi tubuhnya yang dibius tidak bergerak.

Misaka Imouto dibalut perban di sejumlah tempat di tubuhnya. Kamijou juga mendengar eongan si kucing hitam. Kamijou tidak bisa melihatnya dari lokasinya sekarang, tapi kucing itu pasti sedang menggulung di bawah ranjang.

Dan juga, tangan Misaka Imouto menggenggam tangan Kamijou.

Sebenarnya tidak begitu masalah, tapi Misaka Imouto telah menarik tangannya sendiri ke dadanya, jadi tangan Kamijou dibawa ke batas hampir menyentuh sebuah tonjolan tertentu.

“M-M-M-M-M-Misaka-san? Tunggu, ini aneh. Kenapa kejadian gembira seperti ini terjadi? Aku tidak ingat mengaktifkan flag apa pun di arah ini!”

Teriakan Kamijou pasti telah membuat si kucing hitam di bawah ranjang terkejut karena dia mengeong takut.

“‘...Percakapanmu sama tidak jelasnya seperti biasa, tapi agar kau tahu saja, kaulah yang menggenggam tangan Misaka,’ kata Misaka menggunakan penggunaan huruf kana modern untuk membuat dirinya lebih mudah dipahami.”

“Tidak mungkin! Aku menolak memercayai bahwa aku begitu putus asanya hingga tanganku bergerak sendiri ke dada seorang gadis ketika aku sedang dalam bius umum!”

Kamijou tentu saja ingin berteriak dan memegang kepalanya dengan tangannya, tapi tubuhnya tidak bergerak.

Misaka Imouto memandang penuh pernyataan pada kelakuan gila Kamijou dengan mata tanpa ekspresinya.

“‘Yang kau lakukan hanyalah menggenggam tangan Misaka,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan. ‘Yang membawa tanganmu ke posisi ini adalah Misaka, jadi itu bukanlah salahmu,’ respon Misaka.”

“...Tuan Putri, kenapa kau melakukan hal seperti itu?”

“‘Misaka hanya sekedar mengukur gelombang otak dan denyut jantungmu dari aliran listrik tubuhmu,’ respon Misaka dengan cepat. ‘Tidak ada arti seksual di baliknya.’”

“Se-!?”

Kamijou pikir pernapasannya akan berhenti ketika tiba-tiba dia menyadari sesuatu.

(Hah? Apa itu berarti aku sedang menyentuhnya? Tanganku sedang menyentuhnya? Tapi aku tidak bisa merasakan apa pun karena biusnya! Ahh, sial! Aku bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari pun! Siaalaaaaaaaaannn!)

“S-sial...Sungguh sial...!!”

“‘Misaka tidak melihat ada yang tidak normal pada pusat bicaramu,’ kata Misaka mengekspresikan sebuah kekhawatiran.”

Misaka Imouto sama tanpa ekspresi seperti biasanya.

Si kucing hitam mengeong malas dari bawah ranjang.

Kamijou menyerah melakukan usahanya yang tak berguna itu dan melihat kembali ke wajah Misaka Imouto.

“Yah, paling tidak kita berdua berhasil pulang setelah kejadian itu.”

Kamijou mengatakan itu dengan ringan, tapi dia benar-benar serius. Dia pastilah serius, karena apakah artinya dia bertarung mempertaruhkan nyawanya jika hal sebaliknya terjadi?

“‘Tentang itu,’ balas Misaka.” Misaka Imouto sedang mengelus si kucing. “‘Misaka masih tidak bisa kembali ke dunia yang sama denganmu,’ kata Misaka dengan jujur.”

Tubuh Kamijou mulai bergetar. Apakah eksperimen itu masih berlanjut?

“‘Bukan, bukan itu. Eksperimen itu sepertinya sudah menuju akhirnya sejak kekalahan Accelerator,’ kata Misaka melaporkan dengan jelas.” Misaka Imouto terdiam sejenak. “‘Masalah bagi Misaka adalah tubuhnya sendiri,’ jelas Misaka.”

“Tubuhmu?”

“‘Benar. Tubuh Misaka adalah tubuh klon yang diciptakan dari sel-sel yang Onee-samaAsli dan ditumbuhkan dengan cepat menggunakan berbagai macam bahan kimia,’ jelas Misaka. ‘Sejak awal, klon seluler memang memiliki umur yang lebih pendek dan pertumbuhan cepat itu hanya membuatnya lebih pendek,’ kata Misaka berharap kau akan mengerti.”

“...”

Kamijou terdiam seribu bahasa.

Ini terlalu kejam. Mereka semua akhirnya bekerjasama untuk membebaskan Misaka Imouto dari neraka itu dan sekarang mereka tidak bisa bersama tak peduli apa pun yang mereka pilih karena umur pendek gadis itu.

Gadis itu telah bertarung tanpa mengeluh sekali pun, tapi pada akhirnya, dia tidak memiliki apa pun yang tersisa tak peduli seberapa keras dia berusaha.

“‘Jadi Misaka harus tinggal sementara di sebuah fasilitas riset untuk disesuaikan...Apa kau mendengarkanku?’ tanya Misaka sambil memelototimu.”

“Hah? Disesuaikan?”

“‘Ya. Dengan menyesuaikan keseimbangan hormon yang menyebabkan pertumbuhan terakselerasi dan dengan menyesuaikan laju pembelahan nukleus, umur Misaka bisa dikembalikan sampai taraf tertentu,’ balas Misaka. ‘...Halo? Apa mungkin kau baru saja mengasumsikan cerita ini sudah berakhir di sini?’ tanya Misaka.”

“Apa penyesuaian ini akan menyembuhkanmu?”

“‘...Kau seperti mengimplikasikan bahwa Misaka tidak akan disembuhkan,’ kata Misaka dalam nada tidak senang.”

Kucing di bawah ranjang mengeong.

“Misaka akan pergi.”

Misaka Imouto mengangkat kucing hitam yang sedikit ketakutan dan menuju pintu.

“Ah, tunggu. Kau sudah mau pergi?”

“Jangan khawatir.” Misaka Imouto tidak berbalik. “‘Kau akan segera menjumpai Misaka,’ kata Misaka mengumumkan.”

“Aku mengerti,” kata Kamijou sambil menutup matanya.

Itu cukup bagus. Jika mereka membuat janji spesial jenis apa pun, hal itu akan memberikannya firasat bahwa dia tidak akan melihat Misaka Imouto lagi. Sebagai gantinya, dia hanya akan menjumpainya segera dan dia benar-benar mempercayai itu. Perpisahan yang lebih biasa itu jauh lebih baik.

Cerita ini belum berakhir.

Masih ada yang akan datang hingga dia akan mengingat hari itu sebagai hari yang biasa saja.

Di dalam kegelapan matanya yang tertutup, dia mendengar suara pintu yang ditutup.

Dia lalu diserbu oleh rasa kantuk oleh obat.

Meskipun begitu, Kamijou tersenyum ketika memimpikan saat di mana dia akan melihatnya lagi.


Ketika dia membuka matanya lagi, hari sudah siang.

“Oh, kau sudah bangun?”

Misaka Mikoto telah mengatakan itu. Wajahnya diselimuti kelelahan, tapi dia tetap tersenyum.

“Ini, aku membawakanmu kue kering. Aku pilih kue-kue yang cukup mahal dari basement sebuah mal, jadi kue-kue ini mungkin enak. Beri tahu aku pendapatmu tentangnya nanti. Kalau tidak enak, aku tidak akan ke toko itu lagi.”

“Mh. Kalau kau memillih jalur kue, buatan rumah itu yang terbaik.”

“...Kau pikir aku ini karakter jenis apa!?”

“Bukan, bukan. Aku sedang bicara tentang seorang karakter ceroboh dengan ceroboh berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat kue, yang bentuknya hancur. Yah, kau mungkin tidak akan mengerti.”

“Sekali lagi: kau pikir aku ini karakter macam apa!?”

Waktu berjalan sementara Kamijou dan Mikoto berdebat. Kamijou senang bisa menghabiskan waktu seperti biasa dalam dunia seperti biasa itu.

“Oh, iya. Misaka Imouto datang ke sini kemarin malam.”

Kamijou memberi tahu Mikoto apa yang terjadi malam sebelumnya. Dia memberitahunya bahwa Misaka Imouto tinggal di institusi riset lain untuk menyembuhkan tubuhnya dan bahwa dia berjanji untuk menemui Kamijou suatu hari.

“Begitu.”

Hanya itulah yang Mikoto katakannya.

Matanya memicing seolah-olah sedang memperhatikan sesuatu yang berharga baginya, tapi ada bayangan yang mengambang di matanya.

Mikoto berhasil menghentikan eksperimen itu.

Dan dia telah berhasil menyelamatkan nyawa hampir 10.000 Sisters.

Tapi dia tidak berhasil menyelamatkan nyawa Sisters yang lain.

Karena peta DNA yang diberikannya dengan ceroboh, 20.000 Sisters dilahirkan hanya untuk dibunuh. Kenyataan itu akan membebani punggungnya sepanjang hidupnya. Bahkan jika tidak ada orang lain yang menyalahkannya dan semua orang di dunia memaafkannya, dia akan tetap membawa beban itu bersamanya seumur hidupnya.

“Tapi,” Kamijou bergumam dan Mikoto melihat ke arahnya dalam diam.

Mata Mikoto mirip dengan mata seorang anak kecil yang ditinggalkan sendirian di kota yang asing, tapi Kamijou tidak melihat mata itu.

“Kalau kau tidak memberikan peta DNA-mu, para Sisters tidak akan pernah terlahir. Mungkin ada banyak yang salah dengan eksperimen itu, tapi kurasa kelahiran para Sisters adalah satu hal yang harusnya kaubanggakan.”

Mikoto tetap diam untuk beberapa waktu.

Akhirnya, dia bicara dengan nada yang terdengar seperti seorang anak kecil yang akan menangis.

“...Walaupun lebih dari 10.000 Sisters terbunuh karenaku?”

“Walaupun begitu,” respon Kamijou.

Mengatakan bahwa hal yang menyakitkan itu menyakitkan dan bahwa hal-hal yang sulit itu sulit adalah suatu hal yang bisa dilakukan siapa saja, tapi mereka tidak bisa melakukan itu jika mereka tidak pernah dilahirkan.

“Aku yakin para Sisters tidak dendam padamu. Ada banyak bagian gila di eksperimen itu, tapi aku yakin mereka berterima kasih karena sudah dilahirkan.”

Napas Mikoto tercekat di tenggorokannya.

Melihat wajahnya, senyuman kecil muncul di wajah Kamijou yang dibius.

“Jadi kau boleh tersenyum. Para Sisters tidak ingin kau murung sendirian seperti ini. Para Sisters yang ingin kaulindungi itu tidak berpikiran sempit sampai mereka akan puas dengan memberikan rasa sakitnya untuk ditanggung orang lain, ‘kan?”


Ketika dia terbangun lagi, jam tiga sore. Saatnya untuk cemilan.

Tetapi Kamijou tidak mendapatkan kesempatan untuk memakan kue kering yang didapatnya dari Mikoto.

Ini dikarenakan Index sedang memandanginya dari atas ranjang dengan jarak yang sangat dekat.

“Touma, bukankah ada yang perlu kaukatakan?”

“............................................. ...Um, selamat pagi?”

Saat dia melempar lelucon itu, Index menggigit seluruh kepalanya. Badannya kejang-kejang di atas ranjang seperti baru saja diserang dengan penyengat listrik. Index berada penuh dalam mode pembunuh dan sebuah teriakan yang mirip dengan kucing yang diinjak ekornya lepas dari bibir Kamijou.

“Tunggu! Tunggu!! Lukaku kali ini bukan bahan lelucon! Dan tidakkah kau khawatir sedikit pun tentang tuan tanahmu!?”

“Aku khawatir!” teriak Index.

Napas Kamijou tercekat di tenggorokannya ketika dia mendengar Index berteriak seperti seorang anak yang keras kepala.

“...Aku khawatir,” kata Index sekali lagi.

Dia berhenti menggigiti kepala Kamijou dan mengalungkan lengannya ke sekeliling kepalanya seperti sebuah bantal.

Kamijou berpikir sejenak.

Bagaimana jika situasi mereka ditukar?

Bagaimana jika Indexlah yang melakukan hal-hal seabsurd itu tanpa diketahuinya dan Indexlah yang berada di rumah sakit? Seberapa banyak dia akan menyalahkan dirinya sendiri karena tetap damai tanpa dengan Index yang tidak membicarakan hal-hal itu sedikit pun dengannya?

“Maafkan aku,” kata Kamijou.

“Tidak apa-apa,” kata Index sambil melepaskan kepala Kamijou dan tersenyum.

Ada perbedaan jelas antara Kamijou dan Index.

Index adalah jenis orang yang sama sekali tidak akan marah. Dia juga bisa tersenyum.

“Dan Touma, sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, kau menyimpan seluruh masalah ini sendiri. Kalau kau tidak mendiskuskikan hal-hal ini denganku, aku akan menceramahimu panjang.”

“Ah ha ha,” Kamijou tertawa agar dia tidak perlu memberikan respon sebenarnya.

Dia harus menyembunyikan fakta bahwa dia telah kehilangan ingatannya.

“Hoo. Yah, mendiskusikan ini lebih jauh tidak akan berguna sedikit pun. Jadi, untuk apa kau bertarung kali ini, Touma?”

“Hm?” kata Kamijou untuk memastikan apa yang telah Index katakan sebelum menjawab. “Untuk diriku sendiri.


Dan begitulah, kesehariannya dimulai kembali hari itu.

Kamijou Touma menyusuri jalan yang biasa dilaluinya tanpa berbalik ke masa lalu.

Jika mimpi tentang masa depan yang melibatkan Misaka Imouto yang dimimpikannya itu benar-benar terjadi, itu bagus sekali. Dan jika tidak, tidak apa-apa.

Yang penting adalah masa depan itu begitu bahagianya bagi Misaka Imouto hingga membuatnya terkejut.


Previous Chapter 4 Return to Main Page Forward to Kata Penutup