Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Chapter4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Kumpulan Baja yang Menutupi Langit. Cruel_Troopers.[edit]

Part 1[edit]

Kamijou dan Itsuwa berlari-lari di jalanan Avignon.

Para perusuh yang menakutkan sudah tidak ada lagi.

Kebanyakannya sudah dimusnahkan.

Beberapa bagian jalan mencuat dan gedung-gedung dan dindingnya runtuh, jadi jalan itu sulit untuk dilalui. Ada banyak mobil yang diparkir. Sementara Kamijou berlari ke arah Istana Paus, udaranya penuh bau asap dan mesiu dan kadang dia harus mendaki puing-puing atau merunduk melalui lubang-lubang di dinding.

Ada banyak powered suit di berbagai tempat di seluruh kota.

Beberapa di jalan, beberapa di atap-atap bangunan.

(Kalau aku bisa menemukan sebanyak ini hanya dengan berlari saja, pasti ada ratusan atau ribuan powered suit di Avignon. Apa-apaan yang terjadi...?)

Kamijou menggertakkan giginya selagi berlari melewati sebuah jalan yang terendam karena pipa air yang rusak dan melompati sebuah lampu jalan yang tumbang.

(Yang memulai perang ini adalah Gereja Katolik Roma. Academy City harusnya bergerak masuk untuk berusaha menghentikannya. Jadi kenapa ini terjadi!?)

Ada satu hal yang jelas-jelas kurang di medan perang ini.

Bau darah.

Karena revolver shotgun anti-pelindung milik powered suit menggunakan jenis-jenis selongsong yang berbeda, manusia darah dan daging hanya ditembak dengan peluru hampa. Tapi tembakannya yang tercipta dari bahan peledak dalam jumlah besar berubah menjadi gelombang kejut. Selongsong udara ini tanpa ampun menyapu para perusuh di Avignon.

Tumpukan-tumpukan perusuh yang tak sadarkan diri tersebar di seluruh kota. Dan di samping salah satunya, ada beberapa powered suit yang sedang menggembungkan balon raksasa dengan serat anti-peluru yang dijahit ke dalamnya.

(Apa itu untuk pengintaian...?)

Kamijou pernah melihat benda seperti itu di sebuah drama TV Academy City.

Balon itu dilengkapi dengan sebuah kamera kecil dan bergerak menggunakan udara panas, persis seperti balon udara[1]. Kelemahan utamanya adalah baterai untuk tungku api elektrik yang memanaskan udara cepat melemah, tapi balon itu bergerak dengan suara lebih kecil dibandingkan balon dengan baling-baling, dan juga murah dan portabel.

Balon yang digembungkan oleh powered suit-powered suit ini beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan balon yang dilihatnya di dalam drama dan terdapat keranjang yang juga terbuat dari serat anti-peluru yang sama di bawah balonnya.

Kemungkinan besar, balon itu akan digunakan mirip dengan balon udara. Mereka akan memindahkan orang-orang yang tak sadarkan diri ke dalamnya dan secara otomatis dibawa keluar area operasi.

Ketika Kamijou melirik lagi, dia melihat sejumlah besar balon warna hitam yang mengambang di udara seperti biji-biji dandelion yang terbang.

Sebanyak itulah jumlah orang yang telah dilumpuhkan oleh para powered suit itu.

“...”

Mereka mungkin memiliki pikiran yang sama dengan Tsuchimikado.

Para perusuh yang berjalan di jalanan sempit Avignon akan menjadi penghalang bagi misi mereka. Dan musuh yang menggunakan Dokumen-C bisa menyatu ke dalam para perusuh. Jadi strategi terbaik adalah membungkan para perusuh terlebih dahulu.

Tapi...

“Tsuchimikado tidak akan melakukannya dengan cara seperti ini...”

“Eh?” Itsuwa menolehkan kepalanya ke arah Kamijou, tapi Kamijou tidak menjawab.

Sambil berlari, Kamijou melihat mobil-mobil yang meledak dan mengepalkan tinjunya dengan erat.

(Hanya karena aksi-aksimu didahulukan, itu bukan alasan menggunakan kekerasan untuk membuat kota tunduk padamu!!)

Kamijou akhirnya mengerti apa persisnya yang Oyafune Monaka, salah satu anggota Dewan Direktur, ingin hentikan. Bukannya dia membenci Gereja Katolik Roma. Dan bukan pula dia ingin mengalahkan musuh Academy City. Dia ingin menghentikan situasi seperti ini, yang berubah menjadi sebuah konflik di mana semuanya hancur.

(Aku harus menghentikan ini.)

Kamijou menggertakkan giginya dan berlari melalui kota yang sekarang adalah sebuah medan perang.

(Aku tidak bisa mengabaikan spiral kehancuran ini begitu saja. Kalau ada seseorang yang mencoba memberikan alasan logis untuk situasi ini, aku akan menghancurkan ilusi mereka hingga keping terakhirnya!!)

“K-kita sampai. Itu dia...!!”

Dan begitulah, Kamijou dan Itsuwa telah tiba di Istana Paus.

Nama bangunan itu membuat Kamijou membayangkan sebuah gereja yang kudus atau tempat yang mewah, tapi bangunan sebenarnya lebih mirip benteng abad pertengahan dibandingkan sebuah benteng. Bangunan raksasa itu adalah kumpulan batu dari tambang batu dan memberikan rasa penolakan bagi yang melihatnya.

Dinding luar yang menjulangi Kamijou memiliki tinggi lebih dari 10 meter, tapi dia terlihat terkejut ketika melihat tempat itu.

“Lubang...” gumam Itsuwa sambil membawa tombaknya di satu tangan.

Pintu masuk utama berupa pintu ganda raksasa dihempaskan ke arah dalam dan dinding di sekitar beberapa jendela di lantai yang lebih tinggi telah hancur. Seseorang pasti telah berada di dalam karena ada suara tembakan dan ledakan yang bersahut-sahutan yang datang dari dalam.

“Sudah mulai. Ayo, Itsuwa!!”

“O-oke!!”

Memasuki sebuah bangunan dengan suara tembakan dari dalamnya bukanlah ide yang bagus, tapi mereka tidak punya pilihan lain.



Part 2[edit]

Tsuchimikado Motoharu bermandikan darah.

Bukan karena dia telah ditembak oleh para powered suit. Ini adalah efek samping sihir origami yang telah dia gunakan untuk mengalihkan perhatian mereka ke tempat lain.

Dia telah menggunakan kesempatan kecil dari sihir itu untuk berlari melalui sebuah jalan sempit. Dia terlihat seperti akan jatuh ketika bersembunyi di belakang sebuah mobil yang diparkirkan.

Sejumlah suara tembakan terdengar ke arahnya.

Meskipun tembakan-tembakan ini menggunakan peluru kosong, hempasan udaranya efektif dalam menghentikan para perusuh. Dengan satu tembakan saja, jendela mobil pecah dan pintu metal bengkok.

(Sialan mereka...)

Tsuchimikado mendecakkan lidahnya sementara dia bersandar di sisi mobil.

Dia tidak akan mati jika terkena tembakannya, tapi dia akan pingsan. Dan ketika dia bersembunyi di balik tamengnya, dia mendengar suara dentum yang berbeda.

Dia melihat ke arah suara itu dengan terkejut dan melihat salah satu powered suit telah menggunakan tenaga melompatnya yang mengagumkan untuk menutup jarak 10 meter lewat udara dan sedang mendekati dari arah tepat di atas Tsuchimikado.

“Sial!!”

Tsuchimikado segera melompat ke belakang dan, hampir di saat yang sama, powered suit raksasa itu mendarat di atas mobil itu. Mobil itu hancur di bawah beban yang berat dan meledak. Ledakannya mendorong Tsuchimikado lebih jauh dari yang bisa dibawa oleh tenaga lompatan miliknya sendiri.

Sementara dia berguling di tanah, powered suit yang masih dikelilingi api itu tanpa suara mengarahkan shotgun anti-pelindungnya ke arahnya.

Area tempat dia berada hanya memiliki sebuah garis bangunan-bangunan seperti tebing di kedua sisi jalan. Tsuchimikado berusaha pergi ke balik bangunan di sudut jalan, tapi powered suit itu lebih cepat. Hempasan udara yang datang bersamaan dengan tembakannya mengenai kaki Tsuchimikado.

Dia terjatuh seolah-olah disandung oleh seseorang.

Dia entah bagaimana berhasil pergi ke balik sudut jalan dengan merangkak.

(Gh...Ahhh!?)

Ketika dia melihat pergelangan kakinya, tempat itu memiliki memar parah. Entah bagaimana, tulangnya tidak patah, tapi tetap saja gerakannya terhambat.

(Kelihatannya ada empat belas powered suit. Armor mereka terlihat tipis, tapi mereka harusnya bisa menerima serangan misil anti-tank secara langsung. Belum lagi...)

Selagi mendengar mesin-mesin yang bergerak dari balik sudut jalan, Tsuchimikado mengeluarkan perban pertolongan pertama dari kantungnya dan menggunakannya untuk membalut pergelanagan kakinya.

(Mereka menggunakan alat koreksi drive yang baru. Driver yang mempelajari kondisi medan tempur dan secara otomatis mengatur semuanya untuk mengeluarkan performa tertinggi.)

Ketika menggunakan senjata yang sama di sebuah hutan hujan tropis atau Antartika, performanya bisa berubah tergantung lingkungan. Di gurun pasir, kau harus memastikan pasir tidak masuk ke dalam senjata dan di tanah basah kau harus memastikan lumpur tidak masuk.

Cara paling mudah untuk menjaga agar senjata tetap bekerja, dan karakteristik senjata yang digunakan berbeda-beda tergantung daerahnya. Tapi powered suit-powered suit ini berbeda. Mereka memindai lingkungan di sekitarnya dan secara otomatis melakukan koreksi yang diperlukan, jadi mereka bisa digunakan dalam pengaturan standarnya di mana saja di dunia.

(Aku cukup yakin informasi koreksi otomatisnya dipancarkan ke seluruh powered suit dalam satu misi. Ha ha. Mungkin merekalah yang mengetahui cara terbaik untuk berjalan melalui Avignon sekarang.)

Untuk senjata dengan kaki, keseimbangan adalah masalah terbesar, tapi kelemahan itu tidak ada pada powered suit. Mereka bisa berjalan di atas tanah yang runtuh, bahkan lebih baik dari yang bisa dilakukan manusia asli.

(Sialan. Bagaimana aku bisa menyerang...?)

Tsuchimikado Motoharu memeriksa pergelangan kakinya yang diperban.

Dan saat itu, mereka semakin mendekat.



Part 3[edit]

Bagian dalam Istana Paus sangat luas.

Tapi Kamijou merasa keluasannya itu memberikan bangunan itu perasaan terisolasi yang kesepian. Paling tidak, tidak ada apapun di dalam. Dindingnya bahkan tidak dilapisi wallpaper; hanya batu saja. Selain pilar-pilar yang ditempatkan dengan interval yang sama, tidak ada benda lain di sana. Seperti sebuah piramid setelah seluruh harta karun di dalamnya diambil.

(Kelihatannya Gereja Katolik Roma benar-benar tidak punya pasukan yang besar di sini. Beberapa orang tertentu ingin menggunakan Dokumen-C tanpa diketahui anggota gereja lainnya. Atau mungkin Terra beraksi sendirian dengan menggunakan skuad pribadi.)

“Kelihatannya tidak ada orang di sini...” kata Itsuwa sambil memegang tombaknya siaga.

Situs itu dibuka untuk para pelancong pada hari kerja, tapi tidak ada yang berjalan-jalan pada waktu seperti ini. Sebelumnya, Avignon dibuat takut oleh para perusuh dan sekarang para powered suit mengacau di daerah itu.

Tembakan dan ledakan terus berlanjut.

Jika tembakan dan ledakan berlanjut, artinya ada pertarungan yang berlangsung, bukannya penindasan satu pihak.

Terra bukanlah satu-satunya penyihir di kota itu karena harus ada penyihir yang mengoperasikan Dokumen-C. Powered suit itu mengagumkan, tapi para penyihir Katolik Roma itu pastilah hebat untuk melawan para powered suit itu secara langsung seperti itu.

Karena dia tidak ingin menarik perhatian kedua sisi, Kamijou sedang berjalan tanpa suara.

“...Dari mana tepatnya powered suit itu datang?”

“Eh?” Itsuwa melihat ke arah Kamijou.

“Apa ada orang Academy City yang memilotinya? Atau powered suit-powered suit itu dipinjamkan ke sebuah organisasi yang bekerja sama dengan Academy City? Dan mereka tidak bisa begitu saja menyembunyikan apa yang mereka lakukan di sini. Apa yang Academy City pikirkan...?”

Ponsel Kamijou memiliki fungsi televisi.

Membuat suara yang tidak perlu itu berbahaya, tapi dia membutuhkan informasi.

Kamijou memeriksa sekitarnya untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya, mengeluarkan ponselnya, lalu mencoba menghidupkan fungsi televisi ponselnya. Tetapi, tidak ada yang muncul. Mungkin fungsi televisi itu tidak bekerja dengan stasiun luar negeri. Dia berpikir sejenak, lalu memunculkan nomor yang tersimpan di ponselnya. Dia menelepon salah satunya.

“Misaka!!”

“A-apa?”

Dia menelepon Misaka Mikoto.

“Apa kau sedang sibuk? Ada yang ingin kutanyakan padamu.”

“O-oh, begitu. Apa harus aku? Apa kau tidak bisa menanyakan orang lain? Seperti ibuku mungkin.”

“Hm? ...Oh, kurasa kau benar. Aku bisa menanyakan pada Misuzu-san atau orang lain saja...”

“Non non non non!! Kupikir kau meneleponku karena ada yang ingin kautanyakan padaku!”

“??? Yah, kurasa orang di Academy City akan lebih berguna dibandingkan Misuzu-san.”

Kamijou memiringkan kepalanya bingung dan mengatakan alasan dia menelepon.

“Misaka, apa kau bisa memeriksa berita? Dari internet juga bisa. Bisakah kaulihat apakah berita luar negeri mengatakan sesuatu terjadi di kota Avignon?”

“Hah?” respon Misaka.

Mungkin pertanyaan Kamijou terlalu tiba-tiba.

...Atau begitulah yang dia pikirkan. Tampaknya keadaannya bukan begitu.

“Apa yang kaubicarakan? Kalau kau hidupkan TV manapun, kau akan melihat laporan berita khusus. Avignon itu kota di Prancis, ‘kan? Kelihatannya ada grup religius yang melanggar hukum internasional dengan menggunakan semacam senjata penghancur khusus di sana, dan sebuah operasi untuk membersihkan mereka sudah dimulai. Ada keributan besar tentang ini.”

“...Apa?”

Kamijou benar-benar syok, lalu Mikoto melanjutkan.

“Mereka bilang, biasanya pemerintah Prancis yang menangani ini, tapi mereka memerlukan ahli dengan akses ke teknologi khusus, jadi Academy City terlibat ke dalamnya. ...Memangnya kau di mana? Sangat sulit mencari tempat yang belum memiliki informasi ini.”

“Y-yah...” Kamijou berpikir tentang cara menjelaskan keadaan ini, tapi sesuatu mengalihkan perhatiannya.

Dia tidak bisa mendengar suara lain lagi.

Suara tembakan dan suara-suara lain dari pertarungan di dekat mereka telah berhenti entah sejak kapan. Ini adalah keadaan natural di Istana Paus, tapi keheningan ini nyaris melukai telinganya.

(...)

Mikoto mengatakan sesuatu di ujung lain ponselnya, tapi Kamijou tidak merespon.

Dia berhenti bernapas dan memfokuskan perhatiannya, tapi masih tidak bisa mendengar apapun.

Dia bertukar pandang dengan Itsuwa yang berdiri di sampingnya dan dengan perlahan bergerak maju.

(Apa yang terjadi di sini...?)

Dia merasa seperti ada ketegangan misterius yang merembes keluar dari kedalaman lorong, dari retakan di dinding, dan dari sisi lain pintu-pintu. Rasanya seluruh atmosfer di daerah itu telah diubah.

Kamijou tidak bisa mengerti apa yang menyebabkannya.

Karena jawabannya menunjukkan dirinya sebelum dia bisa mengerti.

Dengan suara keras, dinding tebal di samping Kamijou meledak terbuka.

Sebuah powered suit menembus dinding.

Powered suit itu menghantam Kamijou dan menjatuhkannya ke lantai. Ponsel di tangannya jatuh ke lantai dan layar LCD-nya pecah.

“!?”

Itsuwa segera menusukkan ujung tombaknya ke powered suit itu, tapi menghentikan tusukannya di tengah jalan.

Ini karena tangan dan kaki powered suit itu tergantung lemah, menunjukkan bahwa powered suit itu telah kehilangan semua fungsionalitasnya. Benda itu pasti telah dilemparkan ke sana oleh seseorang.

Sejumlah benda berbentuk silinder berserakan di sekitar powered suit itu. Silinder-silinder berukuran kaleng minuman 350 mililiter adalah selongsong untuk shotgun anti-pelindung yang digunakan powered suit. Revolver shotgun raksasa itu terletak di lantai dekatnya.

“Kh...” Menggelengkan kepalanya, Kamijou berdiri dan mendengar suara langkah kaki.

Dia mengangkat kepalnya.

Itsuwa memegang tombak miliknya untuk melindungi Kamijou.

Dan di depannya...

Di balik dinding yang hancur, seorang penyihir yang memegang pedang putih raksasa berdiri.

Terra dari Kiri.

Lelaki yang telah menghancurkan powered suit itu tanpa mengeluarkan setetes keringat pun dengan menggunakan sihir “presedensi” miliknya.

“Mereka benar-benar sudah melakukannya...” katanya perlahan dengan tanda-tanda jengkel yang sengaja dimasukkan. “Aku tidak menyangka mereka akan mendiamkan kekacauan dari kerusuhan dengan menciptakan kekacauan yang lebih besar lagi hingga aku bisa terjebak di dalamnya. Ini menunjukkan seberapa seriusnya Academy City. Mereka merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu tentang ini meskipun mendatangkan kritik internasional.”

Di tangan kirinya, tangan yang tidak memegang guillotine putih, dia memegeng sepotong perkamen yang digulung. Gulungan itu kecil. Panjangnya hanya sekitar 15 cm dan diameter gulungannya 3 cm. Perkamen yang disegel dengan lilin itu adalah...

“Dokumen-C...” gumam Itsuwa benar-benar terkejut.

Itu adalah benda spiritual yang membuat kata-kata seseorang dipikirkan sebagai “sepenuhnya benar” bagi Gereja Katolik Roma. Dan jika Terra yang memegangnya dan bukan penyihir-penyihir yang tadinya menggunakannya...

“Ini benar-benar menyusahkan. Aku bisa dengan mudah mengalahkan mereka sendirian, tapi mereka memusatkan serangan mereka pada para penyihir yang menggunakan ini. Dan itu pastinya akan berefek pada mantranya. Benar-benar, kadang tidak bisa menggunakan mantra untuk manusia bisa menjadi masalah. Sekarang kemenanganku sudah diambil dari genggamanku karena penyihir-penyihir biasa itu. Kelihatannya berhenti di sini dan pergi ke tempat lain akan menjadi rencana terbaik sekarang.”

“Apa kau benar-benar berpikir kami akan membiarkanmu pergi?” kata Kamijou sambil dengan perlahan mengangkat tangan kanannya. “Kalian bisa menggunakan Dokumen-C ketika kembali ke Vatikan. Apa kau benar-benar berpikir kami akan membiarkanmu pergi setelah mengetahui ini?”

“Tapi apa yang bisa kaulakukan? Bahkan unit Academy City yang menyerang Avignon itu tidak bisa menghentikanku. Atau kaupikir kau lebih kuat dari seluruh powered suit itu dengan tangan kananmu itu? Apa kau punya buktinya?”

“...”

Karena tidak ada lagi tembakan dari mana pun di dalam Istana Paus, lebih baik diasumsikan bahwa seluruh powered suit sudah dikalahkan oleh Terra.

Dengan kekuatan sebanyak itu di tangannya, Terra tersenyum mengejek ke arah Kamijou dan Itsuwa.

“Tapi, kurasa akan sulit meyakinkan kalian kalau aku tidak melakukan apapun.” Dia meletakkan Dokumen-C ke kantungnya dengan tangan kirinya dan mengangkat guilotin putih dengan tangan kanannya. “Tantang aku sampai kalian puas lalu menyerahlah sesuka kalian. Aku merasa ini akan lebih menyenangkan kalau begitu.”



Part 4[edit]

Kota Avignon semakin hancur.

Para perusuh dibuat tak sadarkan diri oleh peluru hampa yang mirip gelombang kejut, diseret menjadi tumpukan-tumpukan oleh para powered suit, lalu dibawa pergi oleh balon-balon yang dijahit dengan serat anti-peluru.

Dan di tengah semua itu, Tsuchimikado Motoharu sedang berlari.

Dia bergerak dari bersembunyi di balik puing-puing ke bersembunyi di balik mobil, hanya berada di tempat terbuka dengan waktu sesingkat mungkin. Dia sedang kabur dari powered suit yang mengejarnya. Meskipun dia besembunyi di balik perlindungan sebanyak mungkin, tembakan-tembakan terus berlanjut. Dia menghindari tanah datar sebanyak yang dia bisa dan berjalan di jalan-jalan dengan lampu jalan yang tumbang dan jalan-jalan yang sudah hancur.

Tetapi...

(Tch. Jadi mereka benar-benar tidak bisa jatuh hanya dengan itu. Alat koreksi drive mereka bekerja...!!)

Meskipun powered suit berjalan dengan dua kaki yang sulit untuk diseimbangkan dan powered suit itu cukup berat, mereka bergerak tanpa menunjukkan tanda-tanda goyah sedikit pun. Mereka tidak berjalan selangkah demi selangkah seperti di tanah datar; mereka bergerak dengan mulus seperti kecoa.

Powered suit-powered suit itu memindai lingkungan dan secara otomatis membuat koreksi paling optimal untuk situasinya. Mereka mengejar Tsuchimikado secepat mobil dan menempuh medan lebih mulus dari yang bisa dilakukan seorang manusia.

Hanya masalah waktu sampai skakmat.

Tsuchimikado berhenti di tengah jalan. Bangunan-bangunan tinggi di kiri dan kanannya hancur dan menghalangi jalan seperti pada longsor. Tidak terlalu banyak untuk didaki, tapi powered suit itu tidak akan memberinya waktu yang cukup untuk mendakinya. Ini hanya akan berakhir dengan ditembaknya dia di punggung ketika merapat ke dinding.

Dia mendengar suara metalik dari belakangnya.

Seperti sebuah gerigi yang berputar.

Dia merasa menggigil di tulang belakangnya. Itu adalah sebuah suara yang belum pernah dia dengar, yang menandakan bahwa ada sesuatu yang telah berubah.

Dia punya tebakan bagus tentang apa yang berubah.

(...Shotgun anti-pelindung.)

Itu adalah suara dari peluru hampa yang digunakan untuk menekan para perusuh diganti dengan amunisi hidup yang dimaksudkan untuk membuka gerbang bunker nuklir.

(Datang!!)

Tsuchimikado melompat ke samping dengan seluruh tenaganya tanpa perlu berbalik untuk melihat. Segera setelahnya, suara ledakan mengenainya seperti sebuah pukulan fisik. Gunungan reruntuhan yang tadi menghalangi jalannya diledakkan menjadi kekosongan. Dalam satu tembakan, sebuah lubang dengan diameter beberapa meter tercipta.

“...!!”

Menutupi telinganya, Tsuchimikado melihat ke belakang.

Powered suit itu mengarahkan barel senjata yang cukup untuk dimasuki sebuah kepalan tangan ke arah Tsuchimikado dan meletakkan jarinya di atas pelatuk.

Jalanan Avignon sempit.

Dia tidak bisa melompat ke samping untuk menghindarinya kali ini.

“!? Hei, tongkat kayu. Sekali ini bergunalah dan jadilah tameng!! (Gunakan jimat kayu biru dan lindungilah tubuhku!!)”[2]

Tsuchimikado meneriakkan ini sambil mengeluarkan sepotong origami, sementara tembakan-tembakan eksplosif datang tepat dari depannya.

Beberapa lusin peluru anti-materiel yang ditembakkan bergerak seolah-olah terpantulkan oleh sebuah tameng yang berada sedikit di depan Tsuchimikado dan menghancurkan dinding yang terkena pantulannya.

Darah mengalir dari antara bibir Tsuchimikado.

Ini adalah efek samping dari penggunaan sihirnya.

Meskipun begitu, dia mengeluarkan sepotong origami lain, kali ini warna hitam.

“Ayolah, bangunlah berengsek. Hancurkan benda-benda dan tertawalah terbahak-bahak!! (Warna hitam adalah simbol air. Bukalah jalan yang mirip dengan kekerasan!!)”

Sebuah bola dari air dengan diameter satu meter tiba-tiba muncul entah dari mana dan terbang ke arah powered suit, menghempaskannya ke belakang.

Tapi hanya itu yang dilakukan air itu.

Karena dia telah menggunakan sihirnya dua kali berurutan dengan cepat, darah mengalir dari bagian samping badan Tsuchimikado. Dia mencoba menyandarkan dirinya ke dinding yang kuno, tapi salah satu kakinya menyerah sebelum tangannya meraih dinding.

“Sialan...”

Dia melihat sekelilingnya dan melihat sejumlah powered suit. Dan bahkan ada beberapa lagi di atap-atap bangunan yang mengincarnya.

(...)

Sambil memeriksa lokasi para suit itu, Tsuchimikado mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya.

Lalu dia menggerakkan bibirnya dan bicara.

“Aku menyerah. ...Lakukan apapun yang kalian suka padaku.”

“Tapi,” lanjutnya. “Itu hanya jika kalian bisa melakukannya.”

Tepat ketika dia mengatakan kata-kata itu, sesuatu pada powered suit-powered suit yang membidiknya berubah.

Powered suit-powered suit yang bisa bergerak lebih mulus dibandingkan manusia dari darah dan daging tiba-tiba menjadi kaku. Sementara para pilotnya segera memeriksa tingkah laku suit-suit mereka, suara gerigi yang tersangkut bisa terdengar. Tampaknya jari-jarinya bahkan tidak bisa bergerak, karena tidak ada lagi suara tembakan.

“Aku yakin kalian ingin tahu apa yang terjadi.”

Selagi mendekat dengan perlahan, Tsuchimikado bisa merasakan suasana terkejut yang datang dari dalam suit-suit itu. Senjata-senjata kuat ini masih tetap dipiloti oleh manusia biasa.

Suit-suit itu dilengkapi dengan alat koreksi drive baru. Entah di gurun pasir atau di Antartika, mesinnya akan secara otomatis memeriksa lingkungan dan melakukan pengaturan.

“Tapi,” kata Tsuchimikado, “dalam situasi tertentu, itu bisa menjadi penghalang. Contohnya, jika kondisi-kondisi khusus tertentu dipenuhi dengan urutan tertentu, ini akan membuat galat dalam alatnya. Sederhananya, ada lubang keamanan yang memperlambat kemampuan pengambilan keputusan yang dimiliki sistem powered suit ketika menerima sejumlah kondisi yang kontradiktif seperti ‘belok ke kiri’ dan belok ke kanan’. Apa kalian lupa bahwa HsPS-15 adalah sebuah prototipe yang baru saja sampai ke titik di mana bisa ditunjukkan dalam ekshibisi?”

Sebagai tambahan lagi, versi powered suit yang digunakan di Avignon dibuat untuk membagi data lingkungannya dengan suit lainnya. Ini berarti sebuah galat pada satu unit bisa mempengaruhi semuanya.

Tsuchimikado berjalan ke samping salah satu powered suit yang membeku dan dengan paksa mengambil shotgun anti-pelindung dari genggamannya.

“...Galat dalam alat koreksi drive dikirimkan ke suit lainnya. Sekarang, kalian harus secara manual mengganti pengaturan pada escape equipment[3] bahkan hanya untuk keluar dari dalamnya. Ada banya pekerjaan menyebalkan yang harus dilakukan untuk menghidupkan suit-suit ini dan paling tidak ini akan memakan 10 menit,” katanya sambil membawa shotgun besar yang terlihat seperti meriam utama sebuah tank yang dipendekkan di atas pundaknya.

Kelihatannya pilot-pilot di dalam powered suit benar-benar tercengang karena hal yang dikatakan Tsuchimikado. Mereka pasti sedang bertanya-tanya bagaimana laki-laki di depan mereka mengetahui masalah pada suit-suit>/i> yang bahkan mereka sendiri tidak ketahui.

Sementara itu, Tsuchimikado mengetuk armor dari suit di sampingnya dan berbicara dengan nada bosan.

“Kalau kalian akan keluar, kalian harus cepat-cepat. Ketika mereka mengetahui bahwa kalian tidak bisa bergerak, para perusuh itu akan mulai menyerang.”

Setelah itu, sebuah suara klik datang dari para powered suit itu. Kelihatannya mereka buru-buru ingin keluar. Tsuchimikado berpikir sambil memperhatikan ini.

(Sekarang...)

Dia telah berhasil merampok fungsionalitas dari para suit untuk sementara, tapi prajurit di dalamnya sendiri masih hidup.

(Di sinilah pertarungan yang sesungguhnya dimulai.)

Paling tidak mereka terkurung di dalam sampai mereka bisa memperbaiki escape equipment mereka. Karena mereka tidak bisa melawan, mungkin dia bisa bicara dengan mereka.

(Pertama, aku perlu menjelaskan bahwa aku bertindak sebagai seorang agen Academy City. Tidak, kurasa kali ini aku sedang bertindak melawan keinginan para atasanku. Kuharap aku bisa melakukan percakapan ini tanpa membuat semuanya lebih buruk.)

Tsuchimikado sedang merencanakan bagaimana dia akan “bernegosiasi”, tapi pikirannya dipotong dan dia tiba-tiba melihat ke atas.

Dia bisa mendengar raungan keras.

Dia melihat sebuah pesawat jet bomber warna hitam terbang melalui langit biru yang damai.

Dan bomber kelas 100 meter itu tidak sendirian. Lebih dari 10 bomber sedang berputar-putar dalam lingkaran raksasa di atas Avignon.

Tsuchimikado menggertakkan giginya karena melihat siluet yang karakteristik itu.

(Itu Bomber Siluman Supersonik HsB-02 milik Academy City!)

Bomber-bomber itu diciptakan menggunakan teknologi yang sama dengan pesawat penumpang supersonik yang ditumpangi dirinya dan Kamijou ke Avignon dan bisa terbang lebih dari 7000 kmh. Katanya pesawat-pesawat itu bisa lepas dari bidikan misil cukup dengan terbang lurus saja.

Setelah pikirannya menenang, sebuah pertanyaan muncul di pikirannya.

Dari mana jumlah besar powered suit itu datang?

Ini adalah jawabannya.

Powered suit-powered suit itu dimuat ke dalam bomber-bomber ini dan dibawa ke Prancis dalam waktu sekitar satu jam. Lalu mereka terjun dengan parasut ke Avignon. Ini adalah prestasi yang cukup hebat, tapi teknologi rumit dari Academy City telah membuatnya menjadi kenyataan.

Tentu saja, HsB-02 itu memiliki lebih dari suit-suit yang dimuat di dalamnya. Pesawat-pesawat itu pasti memiliki perlengkapan yang diperlukan untuk pengeboman juga.

(Sialan...) pikir Tsuchimikado sambil memelototi langit. (Mereka menjatuhkan powered suit-powered suit ini lebih dulu untuk memastikan bahwa Dokumen-C ada di sini. Setelah itu dikonfirmasikan, mereka cuma berencana untuk menggunakan bomber-bomber ini untuk meledakkan Istana Paus, ya ‘kan!?)

Itu adalah rencana kasar dan mudah dimengerti, tapi sulit untuk dibayangkan rencana ini akan berhasil mengingat mantra khusus yang dimiliki Terra dari Kiri.

Tsuchimikado menggedor-gedor armor powered suit di sampingnya.

“Hei! Apa orang-orang Avignon sudah dievakuasi!? Kapan pengeboman ini akan terjadi!? Itu adalah HsB-02 yang baru. Mereka tidak sedang berencana menggunakan itu di sini, ya kan!?”

Selagi berteriak, dia bisa merasakan pikirannya tercampur aduk ketika dia berpikir dengan panik.

(Apa yang sedang kaupikirkan, Aleister? Aku bisa mengerti kalau ini pekerjaan yang lainnya, tapi kau tahu tentang dunia sihir. Kalau semuanya bisa diselesaikan dengan aksi militer biasa, organisasi seperti Necessarius tidak akan ada. Apa kau tidak tahu kalau ini tidak cukup untuk menghancurkan Dokumen-C?)

Tsuchimikado memikirkan hal lain.

(Atau kau masih punya hal lain yang kausembunyikan di balik lengan bajumu?)



Part 5[edit]

Sembilan ribu meter di atas Avignon, seorang Level 5 yang memakai tongkat sedang berada di atas salah satu dari sebelas Bomber Siluman Supersonik HsB-02. Hanya si Level 5 dan beberapa kru pemeliharan yang berada di dalam ruang besar yang biasanya dipenuhi bom itu.

Alarm bernada tinggi berdering dari pengeras suara di dalam bomber dan sebuah transmisi dengan bising statik mengikutinya. Salah satu kru pemeliharaan berbalik ke arah si Level 5 setelah mendengar transmisi itu.

“Bagian A selesai! Sekarang kita bisa bergerak ke Bagian B. Dinding di sana akan terbuka ketika Bagian C dimulai. Kau perlu memakai parasutmu!!”

“Aku tidak perlu parasut,” jawab si Level 5 dengan suara jengkel.

Si Level 5 dengan tenang memegang tongkatnya dan memandangi monitor berpanel datar di dinding.

(Tuhan, ini benar-benar menyusahkan. Aku cukup sibuk dan mereka menendangku keluar Academy City. Aku harus menyelesaikan ini dan kembali ke masalah utama.)

Dilihat dari atas, Avignon adalah sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh dinding batu yang kuno. Mungkin karena area itu dibatasi oleh dinding, bagian dalamnya terlihat seperti dipadati oleh gedung-gedung tinggi.

Melihat itu, si Level 5 tertawa.

“Ha ha. Seperti miniatur Academy City.”

“Hah?”

“Tidak ada apa-apa. Tapi dunia ini benar-benar nyaman. Kita bisa pergi dari Academy City ke Prancis dalam waktu sekitar satu jam.”

“Heh. Kurasa memang bisa nyaman.” Anggota kru pemeliharaan memilih kata-katanya dengan hati-hati ketika berbicara dengan si Level 5. “Ketika terbang dengan kecepatan supersonik, tahanan udara meningkatkan temperatur permukaan rangka pesawat secara signifikan. Dalam kecepatan penuh, temperaturnya mendekati 1000 derajat, jadi ada pipa-pipa untuk pendingin cair di seluruh pesawat ini.”

“Oksigen cair dan hidrogen cair?”

“Benar. Pipa-pipa yang dipenuhi cairan pendingin dengan titik beku yang rendah melewati tangki-tangki ini untuk menambah efek pendinginannya. Oksigen cair dan hidrogen cair juga digunakan sebagai propelan untuk pesawat luar angkasa dan juga merupakan bagian dari bahan bakar yang digunakan pesawat ini. Tapi itu berarti efek pendinginannya mulai hilang sementara kita menggunakan bahan bakar.”

“Jadi kita benar-benar akan pergi ke London dan bukannya berbalik dan kembali. Aku tidak percaya mereka setuju untuk memberikan kita suplai untuk bomber-bomber ini. Jepang bahkan belum meberikan kita izin untuk memiliki bomber.”

Sementara si Level 5 berbicara dengan kekaguman, alarm berdering lagi dari pengeras suara.

Setelah mendengar pengumumannya, anggota kru pemeliharaan meninggikan suaranya.

“Bagian B dimulai!!”

Ketika dia mengumumkannya, empat bomber yang terbang di dekat mereka mengubah jalurnya.

Keempat pesawat itu berputar dan bergerak menjauh 15 km seperti melebarkan radius sebuah lingkaran.

Lalu hidung pesawatnya dibelokkan dan menjauh dengan cepat.

Bomber-bomber itu memiliki satu bagian di bawah rangkanya, yang tidak dimiliki oleh bomber yang dinaiki oleh si Level 5.

Sebuah pedang warna hitam pekat hampir setengah panjang pesawat bomber itu sendiri.

Pedang itu dipanjangkan seperti sebuah baton dan permukaannya dibuat agar bisa memendek secara elektrik. Dalam keteletian 1/100 milimeter, kecekungan/kecembungan dan polanya bisa dikendalikan.

Pedang yang panjang namun sensitif itu memotong udara ketika pesawat bomber supersonik itu terbang dengan kecepatan 7000 kph.

Hanya dari itu saja, arus angin yang tercipta oleh pedang itu memiliki kekuatan destruktif yang mengerikan.

Tapi apa yang akan terjadi jika sejumlah kecil pasir besi dimasukkan ke dalam gerakan itu?

Jawaban pertanyaan itu akan segera diperlihatkan.

Keempat bomber itu menyebabkan tanah diiris bentuk persegi dengan Avignon terjebak di dalamnya.

Hanya beberapa gram pasir besi yang dikeluarkan dari sisi pedang itu.

Karena serbuk metal itu mencapai kecepatan mengerikan yang lebih tinggi dari 10.000 kph, sebuah kilatan warna oranye memotong ke dalam tanah meskipun kilatan itu dimulai dari beberapa ribu meter di udara.

Bomber yang dinaiki oleh si Level 5 bergetar.

Udara terganggu oleh lewatnya sebuah pesawat bomber rekan.

“...”

Si Level 5 meletakkan satu tangannya tanpa mengalihkan matanya dari monitor.

Tembakan pertama telah menghasilkan sebuah parit selebar 20 meter dan sedalam 10 meter.

Segera setelahnya, parit itu meleleh menjadi warna oranye dan runtuh. Tanah sendiri sedang dimasak hingga menjadi seperti magma. Dan hanya begitu saja, kota tua Avignon terjebak di dalam sungai lava. Saluran listrik dan air, dan bahkan Sungai Rhone yang mengalir di dekat kota terpotong. Bagian luar kota sudah mulai direndam banjir.

Sekarang semua orang di dalam kota tua Avignon sudah terjebak sepenuhnya.

Memang ada bagian kota yang berada di luar dinding kota, dan warga di area yang akan menjadi sungai lava itu sudah dipaksa mengungsi oleh para powered suit, tapi tak satu pun dari warga di sana akan merasa berterima kasih.

(Ha. Jadi ini “Earth Blade”[4]. Hanya dengan 3 kg pasir besi dan waktu satu jam, dia bisa memotong seluruh benua Eurasia menjadi dua. Academy City memang membuat benda-benda yang menarik.)

Biasanya, bomber dilindungi oleh beberapa pesawat tempur.

Tidak seperti pesawat tempur yang berukuran kecil, bomber yang besar tidak bisa berbelok dengan tajam. Jika melakukannya, bomber akan segera stall dan bahkan mungkin dihancurkan oleh inersia dan pecah berkeping-keping di udara. Dengan kata lain, jika musuh berhasil mengunci, bomber tidak punya jalan untuk menghindari misil yang ditembakkan. Chaff atau flare bisa membantu sampai tingkat tertentu, tapi ini bukanlah metode yang sempurna. Karenanya, pesawat tempur ditempatkan di sekeliling sebuah bomber untuk membantu mencegah musuh berhasil mengunci bomber.

Tapi bomber supersonik HsB-02 berbeda.

Karena bomber ini hanya bisa terbang lurus, pesawat ini dibuat agar bisa lepas dari kejaran misil hanya dengan terbang lurus saja.

Kecepatan mengagumkan lebih dari 7.000 kph membuat hal itu menjadi nyata. Dengan misil udara-ke-udara yang ditembakkan oleh pesawat tempur dan bahkan misil darat-ke-udara yang menunggu di titik-titik pengeboman, ide dasarnya adalah untuk melakukan pengeboman dan pergi ke luar jarak tembak segera setelah musuh berhasil mengunci.

Bomber supersonik itu mengubah aturan pertempuran udara tradisional melalui kekuatan murni .

Dan ketika fungsionalitas-siluman tenaga tinggi milik Academy City ditambahkan, hampir mustahil bertahan melawan serangan HsB-02.

“Area objektif dikonfirmasikan terisolasi!!” kata anggota kru pemeliharaan dengan suara keras.

Bomber-bomber yang telah menembakkan Earth Blade terbang sejauh 20 km dan mulai melambatkan kecepatannya. Bomber-bomber itu pasti telah mengubah “pola” dari permukaan pedang di bawahnya karena aliran angin sudah berhenti.

“Sekarang kita akan berpindah ke pengeboman aerial pada seluruh area misi!!”

Earth Blade memberikan kesan sebagai serangan yang sangat tidak memiliki presisi, tapi, dengan mengontrol “pola” permukaannya secara elektronik, dia bisa menyerang dalam bentuk melengkung atau di satu titik sebagai ganti garis lurus. Earth Blade bisa menyebabkan kehancuran dengan cukup tepat hingga bisa memotong sebuah potongan puzzle jigsaw. Tampaknya, sebuah bomber bisa membuat beberapa garis serangan dalam waktu yang sama jika diperlukan.

“Bomber ini akan mengubah jalur terbang untuk memastikan jalur dari delapan bomber yang akan digunakan dalam pengeboman selanjutnya. Hati-hati dengan hempasan yang tak terduga!”

Target selanjutnya adalah area di dalam kota tua Avignon.

Mereka tidak hanya membidik Istana Paus; mereka membidik seluruh kota tua. Unit powered suit masih berada di bawah sana, tapi pilot-pilotnya dilengkapi dengan sejenis pemancar yang dideteksi bomber-bomber itu dan membakar kota Avignon menjadi lautan lava sambil menghindari titik-titik dari pemancar itu.

Rencananya adalah membuang powered suit itu dan dilelehkan oleh Earth Blade. Pilot-pilotnya akan berpura-pura menjadi warga lokal dan pergi ke pesisir Laut Mediterania di mana mereka akan meninggalkan Prancis dengan kapal selam yang sudah menunggu. Melakukan perjalanan jarak jauh dalam powered suit akan terlalu mencolok, jadi peralatan yang tidak bisa diambil ulang itu akan dilelehkan saja.

Tapi untuk kesuksesan rencana itu, unit yang ada di darat harus menyebrangi lautan lava dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka pasti memiliki perlengkapan untuk membantu mereka melakukan itu. Dengan kota yang sudah menjadi lava, akan ada banyak arus udara ke atas, jadi mungkin mereka memiliki perlengkapan yang membuat mereka bisa mengambang di udara dan menyeberangi lautan lava itu seperti biji-biji dandelion.

“...”

Menurut monitor, masih ada banyak orang yang belum keluar dari kota tua Avignon. Mereka yang cukup beruntung berada di dekat pilot-pilot powered suit akan selamat, tapi kebanyakan dari mereka akan terbunuh oleh pedang 8000 derajat itu.

“Rencana berubah.”

“Hah?”

“Sasaran kita adalah Istana Paus, ‘kan? Pertama, fokuskan serangan kalian ke sana. Kalau itu tidak berhasil, aku sendiri yang akan turun. Kalau kalian tidak mendengar kabar dariku setelah itu, maka kalian boleh menyerang seluruh kota tua seperti yang sudah direncanakan.”

“Tapi...kau harusnya hanya turun di Bagian C. Perhitungan yang sudah dilakukan mengatakan bahwa kita harusnya bisa memusnahkan pasukan musuh hanya dengan Bagian B saja.”

“Rencana berubah,” ulang si Level 5.

Punggung si anggota kru pemeliharaan menegang. Dia ingat kenapa si Level 5 ada di dalam bomber itu.

Dia adalah sebuah bom.

Sama seperti bom atom atau bom hidrogen, dia adalah sebuah bom yang dimuat ke atas bomber, akan dijatuhkan sebagai bagian dari misi.

Anggota kru pemeliharaan memegang radionya dan mulai melakukan transmisi. Tampaknya dia sedang bernegosiasi dengan atasannya yang memegang kendali operasi ini dan dia mengulangi permintaannya berkali-kali. Setelahnya, dia meletakkan radionya dan melihat ke arah si Level 5 tanpa suara.

“...P-permintaanmu diterima. Rencana untuk Bagian B telah diubah. Kita akan memusatkan serangan ke Istana Paus."

Dia pasti bertanya-tanya kenapa atasannya yang keras kepala itu menyetujui permintaan ini, karena wajahnya kelihatan penasaraan.

Sementara itu, bibir si Level 5 merekah menjadi sebuah senyuman.

“Bagus.”

“T-tapi kenapa...?”

Si Level 5 mendecakkan lidahnya, jengkel karena pertanyaan itu.

Kota Avignon yang terisolasi dan orang-orang kecil yang sedang kabur yang terlihat seperti bulir-bulir nasi terpampang di monitor.

“Mungkin bagimu semuanya kelihatan sama, tapi ada jenis dan tingkat-tingkat berbeda dari kejahatan.”

Sebuah suara elektronik bergema di seluruh bomber, suara yang pasti adalah persiapan untuk membuka pintu bom.

Mendengar itu, si Level 5 berbalik ke arah si anggota kru pemeliharaan dan bicara.

“Seorang penjahat kelas satu tidak mengincar nyawa orang biasa.”



Part 6[edit]

Raungan keras yang terdengar seperti suara air dingin yang dipercikkan ke atas plat besi yang panas, dibesarkan ratusan kali, bergema di seluruh Istana Paus.

Pasti ada sesuatu yang terjadi di luar bangunan itu, tapi Kamijou, Itsuwa, dan Terra tidak melihat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Kamijou mengangkat tangan kanannya dan memelototi Terra.

Jarak mereka sekitar 7 meter.

Dia berada di dalam jarak guillotine milik Terra. Ditambah lagi Terra memiliki kemampuan “presedensi”.

Kondisi lantai buruk. Potongan-potongan dinding batu yang telah dihancurkan Terra berserakan dan sejumlah selongsong berbentuk silinder milik powered suit yang telah jatuh juga berserakan.

“Aku ingin meminta sekali lagi, tapi aku benar-benar ragu kau akan menyerahkan Dokumen-C itu.”

“Tidak. Jadi terima sajalah kekalahanmu.”

Kamijou menerjang maju setelah mendengar itu.

Terra merespon dengan mengayunkan pedang tepung di tangan kanannya.

Kamijou mengayunkan tangan kanannya ke depan sebagai cara bertahan selagi dia berlari.

Tapi...

“Presedensi: Udara – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Guillotine dari tepung itu tiba-tiba membesar dengan suara raungan.

Guillotine itu bertindak seperti sebuah kipas raksasa selebar 3 meter dan terbang ke arah Kamijou, membawa bersamanya udara dengan jumlah yang sangat besar.

“!?”

Kamijou tidak bisa merespon.

Itsuwa telah berlari ke arah Terra bersama Kamijou, dan dia memegang lengan Kamijou dengan kuat. Itsuwa menghindar ke samping, menyeret Kamijou bersamanya, sementara udara yang harusnya tidak memiliki berat atau ketajaman menghantam lantai dan dinding Istana. Sejumlah selongsong yang berserakan di lantai meledak seperti kembang api. Suara seperti gelombang kejut yang dihasilkannya nyaris membuat Kamijou tercekik.

Itsuwa melepaskan lengan Kamijou dengan lembut.

Dan kemudian dengan kecepatan yang tidak bisa dibayangkan orang setelah melihat kelembutannya yang sebelumnya, dia mengangkat tombaknya lagi dan menusukkannya ke arah tenggorokan Terra dengan ganas.

Suara udara yang sedang dipotong bergema.

“Presedensi: Bilah – Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Dengan kata-katanya, serangan Itsuwa dipentalkan oleh kulit Terra.

Dentang metalik bergema di seluruh Istana Paus.

Itsuwa merasakan sakit di tangannya, seperti dia baru saja menyerang batu raksasa dengan tombaknya.

Tapi dia tidak berhenti bergerak.

Dia menjaga postur menyerangnya, dan menendang kerikil-kerikil di kakinya ke arah mata Terra.

Terra tidak menggerakkan kepalanya untuk menghindar. Dia bahkan tidak menutup matanya.

Dia dengan santai mengayunkan tangan kanannya.

Sebuah serangan horizontal terbang ke arah kerikil-kerikil itu, dan Itsuwa dan bahkan Kamijou dihempaskan ke belakang karena serangan Terra dari sudut yang baru itu.

Suara pukulan benda tumpul terdengar ketika Kamijou dan Itsuwa dihempaskan ke lantai.

“Ow...!?”

Itsuwa berusaha bangkit, tapi dia meringis kesakitan.

Ketika tumbang, dia terjatuh ke atas puing-puing dari dinding batu yang telah dihancurkan Terra. Jatuh ke atas batu itu telah menyebabkan luka pada pergelangan kakinya.

Dan Terra dari Kiri tidak membiarkan fakta ini begitu saja.

“Presedensi: Daging Manusia – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Guillotine itu terbang.

Itsuwa tidak bisa bergerak dengan kakinya yang luka, jadi dia dengan cepat mengangkat tombak miliknya.

Kamijou pergi ke antara mereka berdua dari arah samping.

Dia mengulurkan tangan kanannya dan meledakkan serangan Terra berkeping-keping.

Terdengar raungan keras.

Terra mengayunkan tangan kanannya lagi dan Itsuwa mendorong Kamijou ke samping sambil melompat ke arah berlawanan dengan kakinya yang terluka.

Guillotine milik Terra terbang di antara mereka berdua.

“Oh, betapa beraninya,” Terra tersenyum kecil sambil melihati Itsuwa yang menahan rasa sakit. “Tapi kau sudah sampai ke batasmu. Sekarang ini, kau hanya menghalangi bocah itu.”

Kamijou baru saja akan mengamuk marah karena kata-kata Terra, tapi...

“...Itu benar,” kata Itsuwa pelan.

Tapi ada senyuman di bibirnya.

“Tapi akhirnya kau telah menunjukkan kelemahanmu. Kelemahan yang fatal.”

“Dan apakah kelemahanku itu?”

“Yang dibicaran oleh Tsuchimikado-san. Kelemahan mantra presedensimu, ‘Eksekusi Cahaya’. Aku telah menemukan keanehan yang jelas terlihat dalam gerakan-gerakanmu...”

“Oh?” kata Terra tertarik.

Itsuwa dengan perlahan mengarahkan ujung tombaknya ke arah Terra dan mulai bicara.

“Gereja Amakusa tidak menggunakan rapalan dan lingkaran sihir untuk mantra kami; kami mengumpulkan benda-benda sehari-hari dan kebiasaan-kebiasaan yang memiliki arti magis di dalamnya untuk membuat mantra kami. Dan karena ini, kami cukup hebat dalam mencari arti-arti magis itu.”

“Begitu. Itu memang sebuah masalah.” Terra bicara tanpa emosi dalam suaranya. “Tapi apa kau punya waktu untuk melakukan apapun dengan pengetahuan yang kau mengerti dari kekuatanku ini?”

Sambil bicara, Terra mengangkat tangan kanannya ke atas kepalanya.

Guillotine miliknya meruncing seperti sekrup dan menusuk langit-langit yang tinggi.

“Presedensi: Langit-langit – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Ketika Terra menggerakkan tangannya seperti menarik tali untuk menghidupkan lampu fluoresen, langit-langit itu turun.

Persis seperti jebakan dalam kastil tua, langit-langit di lantai tempat mereka berada turun.

Pilar-pilar yang menyokong langit-langit itu tenggelam tidak natural ke dalam lantai.

“!!”

Itsuwa segera memegang tombaknya vertikal.

Dia mengganjalkan tombaknya antara langit-langit yang jatuh dan lantai dan nyaris saja mati tertimpa.

Tapi dengan melakukan itu, dia kehilangan senjatanya.

Terra lalu menyerang dengan guillotine miliknya tanpa ampun.

Terdengar suara raungan keras.

Guillotine yang terbang secara horizontal menghantam tubuh Itsuwa yang tanpa pertahanan secara langsung. Dia terbungkuk bersamaan dengan suara pukulan benda tumpul dan hantamannya menerbangkan tubuh kecilnya ke udara. Tubuhnya terguling beberapa meter dan terpental-pental dua tiga kali sebelum akhirnya kehilangan momentum dan berhenti.

Dia terbaring lemas dan tidak bangkit.

Tangan dan kakinya terkulai, tapi dadanya perlahan naik dan turun, jadi dia belum tewas. Tetapi, kelihatannya dia tidak akan kembali sadar dalam waktu dekat.

(Sialan...)

Kamijou menggertakkan giginya.

“Itsuwa!!”

“Yah, ini sudah sepantasnya. Seorang penyihir biasa tidak mungkin bisa mengimbangi seorang anggota Kursi Kanan Tuhan.”

Selagi Terra bicara, langit-langit yang tadi jatuh kembali ke ketinggiannya semula. Pilar-pilar yang memendek juga kembali ke panjang normalnya.

Tombak Itsuwa yang telah mencegah diremukkannya tubuhnya jatuh ke lantai.

“Dasar berengsek...”

Kamijou dengan perlahan, dengan sangat perlahan memusatkan lebih banyak tenaga ke tinju kanannya.

Tapi Terra tidak terlihat khawatir sedikit pun oleh ekspresi di wajah Kamijou.

“Ah, ah. Marah hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah. Ini sebuah pertarungan. Kau tidak sedang berpikir aku akan membiarkanmu meninjuku berkali-kali tanpa menyerang balik, ya ‘kan?”

“...”

“Sebenarnya, akulah yang kecewa di sini. Kupikir melawan Imagine Breaker akan menjadi pertarungan yang sulit, tapi aku tidak menyangka Imagine Breaker begitu belum sempurnanya seperti ini. Kalau fungsionalitas aslinya kembali, kau harusnya bisa melindungi penyihir itu dari serangan tadi.”

“Apa?” Kamijou terlihat bingung.

(Fungsionalitas asli...Imagine Breaker?)

Kamijou memandangi tangan kanannya tanpa bermaksud melakukannya, dan senyuman tipis muncul di bibir Terra.

“Oh. Apa kau tidak tahu?”

“...”

“Heh heh. Tapi itu tidak mungkin. Kau harusnya tahu. Tidak mengetahuinya berarti... Hm? Apa mungkin kau tidak ingat beberapa hal yang harusnya kau ketahui?”

“Kau...!!”

“Oh, tepat? Kelihatannya aku sudah menemukan bahan riset yang menarik!!”

“...!”

Mungkin tidak masuk akal, marah hanya karena itu.

Tapi pembicaraan “tidak ingat” menusuk ke dalam hati Kamijou karena dia telah kehilangan ingatannya.

“Ha ha!!” Terra tertawa terbahak-bahak sambil melihat Kamijou yang entah bagaimana berhasil berdiri goyah. “Begitu! Jadi begitu! Aku tidak ingat pernah mendengar laporan tentang ini... Apa kau menyembunyikannya? Untuk apa? Apa kau sudah memberitahukan ini pada penyihir yang tergeletak di sana? Mencari tahu bagaimana kau kehilangan ingatanmu dan apa yang kaulakukan tentang hal ini mungkin akan sedikit menarik.”

(Sialan!!)

Kamijou mengendalikan amarahnya.

Dia telah menetapkan bahwa dia tidak akan membiarkan siapapun tahu bahwa dia telah kehilangan ingatannya. Semua demi gadis putih yang ditemuinya tepat setelah kehilangan ingatannya. Itu adalah aturan miliknya. Dia harus mengikutinya. Dihancurkannya aturan itu seperti ini nyaris menjadikannya gila.

“Kau bisa memberitahuku.” Terra dari Kiri mengucapkan kata-kata tak masuk akal itu sambil tersenyum. “Kau akan mati di sini, jadi kau tidak perlu khawatir tentang apapun. Aku tidak tahu kenapa kau begitu marah, tapi aku akan menyelesaikan masalah itu untukmu.”

Selagi Terra dengan perlahan mengangkat guillotine tepungnya, Kamijou menggertakkan giginya begitu kerasnya hingga rasanya rahangnya akan patah.

(...Kekuatan bilah guillotine itu sendiri tidaklah fatal.) Kamijou berpikir sambil memelototi serbuk putih yang berputar-putar di sekeliling Terra. (Masalah utamanya adalah “presedensi” itu. Kalau saja aku bisa menemukan kelemahan dalam kekuatan yang dia gunakan untuk penyerangan dan juga pertahanan itu, aku bisa mengalahkannya!! Tentu saja, kalau memang ada kelemahannya.)

Tsuchimikado dan Itsuwa telah memastikan bahwa ada kelemahan di kekuatan Terra.

Atau mungkin saja itu hanyalah gertakan dalam percakapan mereka dengan Terra.

(Ada sesuatu di kekuatannya.)

Kamijou memperkirakan jarak antara dirinya dan Terra.

(Setelah dipikir-pikir, ada yang aneh pada serangan-serangan Terra. Ada kesalahan-kesalahan yang menguntungkan kami, yang tidak begitu kupikirkan dan aku hiraukan begitu saja. Oh, benar. Ada...)

“Oh, kau tidak datang untuk menyerangku?” kata Terra sambil mengayunkan pelan guillotine tepungnya. “Yah, aku tidak suka menunggu, jadi akulah yang mendatangimu!!”

Sambil mengatakan itu, dia menyerang dengan bilah guillotine putihnya.

Dan ketika Kamijou Touma melihat itu, dia...



Part 7[edit]

Bilah guillotine dari tepung yang meraung ke arah Kamijou tidak mengenai tangan kanannya.

Dia menghindari serangan yang mengincar wajahnya dengan menggerakkan kepalanya keluar dari jalur serangan itu.

Sambil melakukan itu, dia dengan sengaja menjatuhkan diri ke lantai dan mengambil satu potongan dinding yang telah hancur seukuran kotak bento dari lantai.

Selagi berdiri lagi, Kamijou melemparkan batu itu ke arah Terra sebagai serangan balik.

“Presedensi: Batu – Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi,” kata Terra nyaris seperti sedang bersenandung.

Batu itu mengenai Terra tepat di dahi, tapi ekspresinya tidak berubah sedikit pun.

Mencocokkan waktu dengan kenanya batu itu, Kamijou memasukkan tangannya ke dalam kantung. Terra memandangi Kamijou dengan bengis, tapi Kamijou mengabaikannya, membidik mata Terra, lalu melempar benda yang berada di dalam kantungnya.

Guillotine tepungnya meraung.

Tapi ketika melihat benda yang terkoyak-koyak oleh guillotinenya, Terra terlihat bingung.

Hanya sebuah dompet biasa.

Kamijou telah melempar potongan kulit sintetis yang tidak memiliki efek apapun sebagai senjata dan memperhatikan reaksi Terra.

“Sekarang, kenapa kau melakukan itu?” Kamijou mengatakan kata-kata yang menusuk ini. “Kau dengan mudah mementalkan tombak Itsuwa dan sihir Tsuchimikado. Jadi kenapa kau tidak menggunakan ‘presedensi’ milikmu pada sebuah dompet biasa?”

“...!?”

Terra mengayunkan guillotine tepungnya seolah-olah menjaga agar Kamijou tidak bicara lagi.

Kamijou terus bicara sambil menghancurkan guillotine itu dengan tangan kanannya.

“Kalau kau memikirkannya, ada beberapa hal yang tidak masuk akal.”

Kamijou melangkah maju, seolah-olah untuk membelah serbuk sisa-sisa dari guillotine.

“Contohnya, Itsuwa dan aku terkena serangan langsung dari pedang putih itu, tapi kami masih hidup. Kau tidak punya alasan untuk menahan diri dan kau jelas-jelas tidak terlihat seperti tipe yang membiarkan orang yang kalah darimu pergi. Jawabannya sederhana. Ketika serangan bilah itu mengenai kami, bukannya kau tidak merasa perlu membunuh kami. Kau tidak bisa membunuh kami walaupun kau ingin melakukannya.

Bilah tepung itu tidak memiliki kekuatan destruktif pada dirinya sendiri yang cukup untuk membunuh manusia. Kekuatannya harus diamplifikasikan menggunakan mantra presedensi.

Yang berarti...

“‘Presedensi’ milikmu tidak begitu mudah beradaptasi. Kekuatan pedang itu selalu berkurang pada serangan pertama setelah kau menghentikan salah satu serangan kami. Dengan kata lain, ‘presedensi’ milikmu tidak bisa digunakan pada beberapa target di waktu yang sama. Ketika kau pindah dari presedensi yang satu ke yang lainnya, kau harus me-reset tiap-tiap presedensi itu. Pasti kekuatanmu semacam ini.”

“Heh,” Terra tertawa.

Dia sekali lagi mengangkat bilah raksasanya sementara ekspresinya merileks.

“...Jadi itu kelemahan dalam ‘Eksekusi Cahaya’ yang dibicarakan teman-temanmu.”

Suaranya dipenuhi kelegaan karena misteri yang sudah terpecahkan itu.

“Kau tahu, ini belum disesuaikan. Sebenarnya aku cukup penasaran tentang apa yang mereka maksud.”

Pendeta itu tersenyum.

“Tapi,” suara Terra kembali menjadi penuh cemooh, “sekarang aku tahu kalau mereka berdua tidak perlu dikhawatirkan. Terra dari Kiri tidak segitu naif hingga kalah karena hal seperti itu!!”

Pedang putihnya terbang dengan suara udara yang dipotong.

Kamijou meledakkannya dengan tangan kanannya dan mengejar Terra yang telah melangkah mundur.

“Terra!!”

Dia berteriak, tapi Terra lebih cepat darinya. Terra mengayunkan guillotine tepungnya lagi dan mengatakan mantranya ketika serangannya mengayun lurus ke bawah.

“Presedensi: Lantai – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Lantai batu yang tebal itu meledak dan potongan-potongan kecil darinya terbang ke arah Kamijou. Anak laki-laki itu melompat ke samping untuk menghindari batu-batu itu dan berteriak.

“Kenapa kau melakukannya sampai sejauh ini!? Bukan kita saja! Kau membuat semua orang di kota Avignon terjebak di dalamnya! Apa ini benar-benar pantas harganya!?”

“Ha. Hampir seluruh kekacauan disebabkan oleh pihak kalian, Academy City!”

Terra mundur dengan lompatan-lompatan kecil dan mengumpulkan tepung ke tangannya.

“Ini demi Kerajaan Suci, tujuan akhir dari keseluruhan Gereja Kristen.”

“Apa?”

“Oh? Lebih banyak orang dalam budaya Kristen yang tahu tentang ini dibandingkan orang yang tahu tentang arti lampu lalu lintas. Tapi kurasa seseorang dari negara pulau non-religius di Timur Jauh tidak bisa diharapkan untuk tahu.” Terra bicara dengan sedikit rasa bosan dan kekecewaan. “Itu adalah kerajaan yang akan diciptakan oleh Tuhan sendiri setelah Penghakiman Akhir. Hanya mereka yang telah membaktikan diri mereka pada keimanan yang kuat yang dibolehkan masuk ke sana. Tempat keselamatan abadi. Bukankah ini terdengar sangat indah? Itulah tujuanku dan aku ingin membantu orang lain yang juga ingin mencapai tempat itu.”

Terra mengayunkan guillotine tepungnya dan Kamijou meledakkannya dengan tangan kanannya.

Beberapa selongsong silindris di lantai diterbangkan oleh tekanan angin yang dihasilkan.

Terra berbicara sambil memandangi senjatanya yang telah diubah menjadi serbuk.

“Tapi aku memiliki pemikiran.”

Tidak ada angin yang berhembus, tapi serbuk tepung itu kembali ke tangan Terra dengan presisi yang nyaris mengerikan.

“Bukankah orang-orang akan menghasilkan konflik di dalam Kerajaan Suci itu? Meskipun Tuhan menciptakan sebuah kerajaan sempurna dan hanya mereka yang memiliki iman yang nyata yang dikumpulkan di sana, akankah berbagai ‘grup’ yang diciptakan orang-orang benar-benar sesuai dengan ekspektasi-Nya?”

Kamijou berlari maju sambil mendengarkan.

Terra menembakkan guillotinenya untuk menghentikan Kamijou.

“Tuhan akan membimbing mereka yang menjaga keimanan mereka pada Gereja Kristen ke dalam Kerajaan Suci. Tapi, bahkan organisasi seperti Gereja Katolik Roma terpisah-pisah menjadi faksi-faksi yang tak terhitung. Meskipun Tuhan hanya memberikan keselamatan pada penganut Katolik Roma yang taat, masalah-masalah yang muncul dari faksi-faksi berbeda di dalam Gereja Katolik Roma hanya akan dipindahkan ke Kerajaan Suci.”

Terra menggerakkan tangan kanannya dan tepung menggeliat dan membentuh sebuah bilah raksasa.

Guillotine putih itu menghantam tinju Kamijou.

“...Tak peduli sesempurna apa kerajaan yang diciptakan Tuhan, itu tidak ada artinya selama ada pembagian-pembagian faksi yang buruk di antara orang-orang di dalamnya. Kalau konflik yang kita hadapi sekarang akan dibawa ke kerajaan yang harusnya sempurna itu, semuanya tidak ada artinya. Aku tidak akan menyebut itu ‘keselamatan abadi’.”

Sementara guillotine tepung itu ditiadakan oleh tangan kanannya, Kamijou mendengarkan.

Terra pasti telah memutuskan bahwa mundur lebih jauh itu tidak ada artinya, karena dia mulai bergerak maju.

“Aku menginginkan keselamatan. Dan aku ingin membawa keselamatan pada orang lain. Meskipun rencana Tuhan itu sempurna, kita manusia bisa menghancurkannya kalau kita tidak memenuhi ekspektasi-Nya! Itulah kenapa aku harus tahu apakah umat manusia akan tetap memiliki konflik yang ada sekarang di Kerajaan Suci!! Dan kalau konflik itu tetap ada, aku hanya perlu membimbing semua orang ke jalan yang benar sebelum Penghakiman Akhir!!

“Itulah tujuan dari Kursi Kanan Tuhan!” Terra meraung.

Tidak seperti satu anggota lain, Vento dari Kanan, dia memilih jalan ini demi Gereja Katolik Roma.

Dia mungkin melakukan sejauh ini karena dia benar-benar ingin melindungi mereka yang percaya pada Gereja Katolik Roma.

Tapi...

“...Apakah keselamatan benar-benar seperti itu?” kata Kamijou sambil menggertakkan giginya.

Wajah wanita yang menerima peluru untuk membuat dirinya bergerak, Oyafune Monaka, muncul ke pikiran Kamijou.

Dia memikirkan Tsuchimikado dan Itsuwa yang telah bertempur di sampingnya.

“Tidak mungkin Gereja Katolik Roma yang salah di sini. Aku tidak bisa membayangkan ajaran dari gereja yang membesarkan Orsola dan Agnese bisa segila itu. Masalahmu lebih dasar dari itu. Kau tidak tahu apa arti kata ‘keselamatan’!”

Para perusuh mengamuk di seluruh kota Avignon.

Dan powered suit-powered suit, yang telah datang untuk menekan kerusuhan-kerusuhan, yang telah dihancurkan Terra.

“Tidak mungkin tuhanmu ini menyebarkan keselamatan untuk menciptakan konflik seperti ini! Persetan dengan ini. Kalau kau mau menciptakan definisi keselamatan milikmu sendiri dan puas dengan definisi itu...”

Dia memelototi pria di depannya.

Itu adalah musuhnya.

“Maka aku akan menghancurkan ilusi gila itu di sini sekarang juga!!”

Kamijou melompat ke arah Terra sambil berteriak.

Terra mundur dan mengangkat guillotinenya dengan tangan kanannya. Kalau begini terus, Kamijou tidak akan pernah bisa menyusulnya.

Tapi walaupun begitu, dia terus maju.

Telapak kakinya mendarat di atas salah satu selongsong di lantai, tapi dia mengabaikannya dan melangkah lebih keras lagi.

Dan dia menendang sesuatu di kakinya ke depan sekeras yang dia bisa.

Tombak Friuli yang dijatuhkan Itsuwa.

Tombak tidak begitu mudah untuk ditendang ke atas, jadi tombak itu hanya meluncur di lantai. Tombak itu mengenai shotgun anti-pelindung yang telah dijatuhkan powered suit dan menuju pergelangan kaki Terra dengan jalur yang sedikit terubah.

“!!”

Terra mengayunkan guillotinenya ke bawah dan menghempaskan tombak Itsuwa ke lantai.

Dia bersusah-susah menggunakan guillotinenya untuk menangkis serangan yang bisa dengan mudah dihindari dengan mengangkat kakinya.

(Aku benar.)

Kamijou mengambil kesempatan itu untuk semakin mendekati Terra.

Dia sampai tepat ke samping Terra, tempat yang tidak bisa dia raih sebelumnya.

(Kalau Terra sendiri punya kekuatan besar sejak awal, dia tidak memerlukan sihir yang menggantikan urutan presedensi. Orang-orang yang berkuasa di atas tidak perlu mengubah apapun. Kekuatan intrinsiknya tidak spesial sama sekali.)

Kamijou mengumpulkan seluruh tenaganya ke tinju kanannya.

(Dengan kata lain,) dia menyimpulkan, (Terra dari Kiri tidaklah sekuat itu. Orang yang terlihat kuat sambil bersembunyi di tempat aman tidak mungkin bisa lebih kuat dibandingkan orang-orang seperti aku atau Itsuwa yang benar-benar melangkah ke dalam medan perang!!)

Setelah Terra menghempaskan tombak Itsuwa ke tanah, dia menggumamkan “presedensi” dan menembakkan guillotine tepung sebagai balasan, tapi Kamijou menghancurkan serangan itu dengan tinju kanannya.

“Lambat!!”

Tinjunya terus maju dan menghantam wajah Terra.

Suara keras terdengar.

Kamijou merasakan umpan balik dari pukulannya merambat dari tinjunya yang terkepal erat menuju ke pergelangan tangannya.

Karena dia telah meletakkan seluruh berat tubuhnya ke dalam pukulan itu, tubuhnya ikut maju ke depan.

(Dia kalah!!)

Dia yakin tentang ini.

Tapi Terra tidak tumbang.

“Dasar kera kafiiiiiiiiir!!”

Kekuatan kembali ke anggota Kursi Kanan Tuhan bersamaan dengan amarahnya.

Bagian bawah sepatunya terseret di lantai. Terra nyaris jatuh ketika kakinya menabrak powered suit yang tumbang. Dia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terbengkok ke arah belakang, tapi semangat bertarungnya belum hancur. Terra mengayunkan tangan kanannya sambil masih berada dalam postur yang tidak seimbang itu dan guillotine tepung itu terbang dengan ganas ke arah perut Kamijou.

“Presedensi: Tubuh Manusia – Lebih Renadah, Tepung – Lebih Tinggi!!”

Pedang itu dibuat untuk membelah manusia.

Dan Kamijou baru saja melemparkan pukulannya ke wajah Terra.

Itu adalah posisi yang sulit untuk menyentuh guillotine dengan tangannya. Hal yang sama untuk menghindari serangan itu.

(...!!)

Index v14 274.jpg

Kamijou dengan cepat menginjak benda-benda di dekat kakinya.

Yang ada di sana hanyakah shotgun anti-pelindung yang tebal milik powered suit yang telah dikalahkan Terra.

Shotgun itu terletak miring karena puing-puing di lantai, jadi shotgun itu bergerak seperti jungkat-jungkit ketika Kamijou menginjaknya. Kumpulan metal itu berdiri di depan Kamijou.

“Kau terlalu naif!!”

Tapi ekspresi Terra tidak berubah.

Shotgun anti-pelindung itu berat, jadi Kamijou tidak bisa mengangkatnya dengan mudah. Dan bahkan meskipun dia bisa mengambil senjata raksasa itu, butuh beberapa detik sebelum dia bisa membidik Terra dan menarik pelatuknya. Rencana terakhirnya tidak akan berhasil. Selagi Kamijou berusaha mati-matian mengambil shotgun itu, senjata itu dihantamkan dengan tenaga kuat ke perutnya oleh guillotine milik Terra.

Suara menggelegar bergema di Istana Paus.

Darah merah terbang ke udara.

Cairan itu menetes dari mulut Kamijou sementara dia membungkuk. Dia tidak bisa menangkis serangan itu dengan tangan kanannya. Dia tidak sempat menghindar dari jalur serangan. Dia dihantam oleh serangan yang menuju langsung ke perutnya dan seluruh tenaga hilang dari tubuhnya.

“Ap-...?” terdengar suara terkejut.

Tapi itu adalah suara milik Terra dari Kiri, bukan Kamijou.

Tapi kau tidak bisa menyalahkan dia.

Dia telah mengamplifikasi kekuatan destruktif dari guillotinenya dengan sihir presedensi, namun tubuh Kamijou tidak terbelah menjadi dua.

“...”

Kamijou menyeringai dan menggunakan tangan kanannya untuk memegang guillotine yang telah menghantam perutnya.

Dan dengan itu, pedang tepung itu hancur.

Terra dari Kiri mulai mundur, tapi Kamijou bergerak maju sebelum dia sempat melakukannya.

Sekarang dia berada di dalam jarak tinju Kamijou.

“Hasil macam apa itu? Imagine Breaker harusnya cuma ada di tangan kananmu. Apa yang terjadi? Jangan bilang seekor kera kafir sepertimu telah mendapatkan kekuatan itu!!”

“Bukan itu.”

Kamijou mengepalkan tinju kanannya erat-erat.

“Itu tidak ada hubungannya dengan Imagine Breaker.”

“Kalau begitu ap-...!?”

Kamijou bergerak sebelum Terra selesai berteriak.

Dia langsung mengincar wajah Terra dari Kiri yang sekarang penuh warna keterkejutan.

“Apa kau benar-benar pikir aku akan menjawab pertanyaanmu?”

Suara keras bergema.

Kali ini, tubuh Terra terlempar ke lantai.



Part 8[edit]

“Gh...”

Kamijou memegangi perutnya yang berdenyut kesakitan, mengumpulkan tenaga ke kakinya yang goyah, dan nyaris tidak bisa tetap berdiri.

Perutnya tidak terbelah di tempat yang terkena serangan guillotine, tapi memar warna gelap tetap terbentuk.

(Kelihatannya...aku berhasil.)

Dia melihat shotgun anti-pelindung yang bengkok karena hantaman serangan guillotine dan tombak Itsuwa, dan akhirnya menghela napas lega.

Ketika menembakkan guillotinenya untuk terakhir kali, Terra mengincar Kamijou, jadi dia menggunakan sihirnya untuk memberikan guillotine miliknya presedensi lebih tinggi dibanding tubuh Kamijou. Jika guillotine itu langsung mengenai Kamijou, serangan itu akan membelah tubuh Kamijou.

Dia masih tetap hidup karena shotgun anti-pelindung milik powered suit yang ditendangnya berdiri sebelum serangan itu mengenainya.

“Presedensi” milik Terra memang kuat, tapi sihir itu hanya bisa mengubah satu presedensi dalam satu waktu. Untuk mengganti presedensi dari yang satu ke yang lainnya, setting sebelumnya harus di-reset setiap kali.

Dengan kata lain, ketika memiliki presedensi di atas tubuh Kamijou, guillotine itu tidak memiliki presedensi lebih tinggi dari benda lain. Jadi guillotine itu bisa dihentikan dengan meletakkan benda lain antara dirinya dan guillotine. Benda-benda yang memang lemah seperti udara atau dompet tidak akan berhasil melakukannya, tapi shotgun terbuat dari metal.

Kekuatan intrinsik guillotine itu tidak cukup untuk menghancurkan organ dalam. Jika benda yang cukup kuat digunakan sebagai tameng, tidaklah sulit bertahan melawan serangan guillotine itu.

Satu masalah adalah apa persisnya yang dihitung sebagai “tubuh Kamijou”. Baju dan barang-barang yang dibawanya termasuk daerah abu-abu, tapi sesuatu yang bukan miliknya, seperti shotgun itu, tidak akan dihitung sebagai bagian tubuh Kamijou.

Tombak Itsuwa yang ditendang Kamijou sebelumnya adalh benda milik orang lain, sama seperti shotgun itu. Itulah kenapa Terra tidak bisa membelah Kamijou menjadi dua bersama dengan tombak itu. Jika tombak itu adalah benda yang biasa dibawa oleh Kamijou, Terra mungkin bisa membelah Kamijou.

Kamijou menyadari kelemahan Terra karena tombak itu. Tanpanya, dia mungkin sekarang sudah menjadi dua bagian.

“...”

Kamijou melihat Terra yang tergeletak di lantai.

Jumlah besar tepung itu tidak membentuk bilah dan sekarang tersebar di sekelilingnya.

(Kelihatannya sudah selesai... Apa Itsuwa baik-baik saja? Tsuchimikado... Yah, dia mungkin masih bertarung melawan para powered suit...)

Kamijou melihat tepung yang telah kehilangan efek magis dan sedang ditiup angin.

Dia kesakitan, tapi masih menghela napas lega.

Dia melihat ke wajah Terra lagi.

Sesuatu berbentuk silinder telah jatuh dari kantung Terra. Gulungan perkamen tua itu adalah benda spiritual kuat yang dikenal sebagai Dokumen Constantine atau singkatnya Dokumen-C.

Kamijou membungkuk dan menggenggamnya dengan tangan kanannya.

Sebenarnya, dokumen itu hancur sebelum dia sempat menggenggamnya.

Tepat ketika ujung jemarinya menyentuh Dokumen-C, perkamen itu pecah berkeping-keping seperti ujung rokok yang diketukkan di atas asbak. Dokumen itu kehilangan bentuknya, menjadi debu dan diterbangkan lembut oleh angin.

Ini terjadi begitu cepat.

Membuat semua kerusuhan yang terjadi nyaris terlihat tidak berarti.

Kamijou mengalihkan perhatiannya dari Dokumen-C yang sudah hancur dan berpikir tentang musuh yang dihadapinya.

(...Terra.)

Dia melihat ke bawah ke arah pria yang tak sadarkan diri itu.

Ini bukan Academy City. Sekarang ketika pertarungan ini selesai, dia tidak bisa membiarkan semuanya diurus oleh Anti-Skill begitu saja. Dia tidak bisa santai sampai dia mengikat Terra dan membawanya ke tempat yang tepat.

(Kupikir-pikir, apa Tsuchimikado baik-baik saja? Kurasa aku perlu mengontaknya dan berdiskusi dengan Gereja Anglikan tentang apa yang harus dilakukan. Aku punya firasat kalau pengaruh Academy City di sini cukup lemah...)

Powered suit-powered suit yang telah menyerang Avignon berasal dari Academy City, tapi anehnya Kamijou tidak pernah berpikir untuk berkonsultasi dengan mereka tentang ini. Mungkin kesan pertamanya pada mereka terlalu buruk.

Kamijou melihat sekeliling area itu.

Itsuwa tergeletak sedikit jauh.

Kamijou mendekati Itsuwa, memegang pundaknya yang langsing, dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Hanya ada suara napas teratur yang datang dari bibirnya ketika dadanya sedikit naik dan turun.

“Oh, iya. Tombaknya...”

Kamijou pergi untuk mengambil tombak yang telah ditendangnya dan kembali ke samping Itsuwa.

Dia meletakkan senjata berbahaya itu di samping Itsuwa.

“Terima kasih, Itsuwa. Kalau kau tidak ada di sini, mungkin aku tidak bisa menang,” kata Kamijou lembut sambil melihat mata terpejam gadis itu.

Karena pingsan, Itsuwa tidak mungkin mendengar diskusi antara Kamijou dan Terra tentang hilangnya ingatan Kamijou. Tapi Kamijou tidak bisa mengatakan kalau dia “lega” karena ini. Bagaimanapun juga, Itsuwa telah bertarung di sisinya tanpa mengetahui tentang ini.

“...”

Tidak ada yang lain selain hal pahit di dadanya.

Tapi dia menyingkirkan hal-hal pahit itu dan berpikir.

(Aku perlu bicara dengan Tsuchimikado...)

Dia baru saja akan menelepon Tsuchimikado dengan ponselnya, tapi ponselnya tidak ada di dalam kantungnya. Dia melihat sekeliling dan menemukan benda yang terlihat seperti ponselnya di lantai yang sedikit jauh.

Tapi ketika dia mengambil ponselnya, layar LCD-nya telah pecah jadi dia tidak bisa melihat isinya dan ada bagian yang tersangkut jadi layar ponselnya tidak bisa ditutup.[5]

“Sialan,” umpatnya, lalu dia mendengar suara dari belakangnya.

“!!”

Kamijou segera berbalik, tapi Terra masih terbaring di lantai seperti sebelumnya. Hanya posisi lengannya yang sedikit berubah. Dia pasti telah berusaha bangkit tapi tidak bisa mengumpulkan tenaga yang cukup.

“Ha ha. Aku mengerti. Imagine Breaker memang sulit untuk kami tangani. Imagine Breaker meniadakan semua sampai hal-hal kecil, dan bahkan rasanya seperti meniadakan usaha yang kami lakukan juga.”

Bibir gemetar Terra bergerak perlahan, sementara dia tergeletak di lantai, memelototi Kamijou jengkel.

“...Apa kau tidak akan bertanya?”

“Tentang apa?”

“Tentang Imagine Breaker.”

Kamijou berhenti bergerak ketika mendengar jawaban yang tidak disangkanya itu.

Imagine Breaker.

Dia hanya menggunakan kekuatan itu seolah-olah ini adalah biasa dan tidak pernah benar-benar mempertanyakan kekuatan itu. Dan tampaknya Terra mengetahui sesuatu tentangnya. Itu berarti kekuatan itu pasti adalah sesuatu dari sisi Sihir dan bukan sisi Sains. Tapi Index tampaknya tidak mengetahui tentang Imagine Breaker meskipun memiliki hapalan 103.000 grimoir.

Kamijou berpikir sejenak.

“Apa kau tahu apa Imagine Breaker ini?”

“Heh heh.” Terra dari Kiri tertawa kejam karena kata-kata Kamijou. “Kalau kau perlu menanyakannya, kurasa kau benar-benar telah kehilangan ingatanmu.”

“...”

“Heh heh. Kau perlu memikirkan kenapa Imagine Breaker memiliki hubungan dengan ‘tangan kanan’-mu. Ada jawaban besar yang tersembunyi di sana. Ada juga arti di balik fakta bahwa Imagine Breaker bisa meniadakan semua sihir...”

Terra tersenyum menikmati sambil memperhatikan Kamijou.

“Cukup sederhana,” katanya.

Suara pelan pernapasan Terra terdengar berkali-kali lipat lebih besar di telinga Kamijou.

Terra dengan perlahan menggerakkan bibirnya.

“Identitas sebenarnya dari Imagine Breaker adalah-...”

Kamijou tidak bisa mendengar sisa kalimat itu.

Ini karena ada suara menggelegar dan tubuh Terra dari Kiri tiba-tiba meledak.

Tidak, secara teknis Kamijou tidak melihat persis saat Terra meledak.

Sebuah kilatan oranye turun melalui langit-langit tepat di atas Terra. Pilar cahaya itu sekitar 3 meter lebarnya, dan tepat ketika mengenai lantai, ledakan mengerikan meraung di ruangan dalam Istana Paus itu. Kaki Kamijou terlepas dari lantai dalam sekejap dan dia terbang beberapa meter ke belakang seperti gumpalan debu. Itsuwa dan powered suit yang ada di sana juga terkena hempasan itu dan terbang ke belakang bersama Kamijou.

“Gwaaaaaaaaahhhh!?” Kamijou berteriak ketika mengenai lantai.

Rasa sakitnya tidak begitu tajam, karena hanya ada rasa sakit yang membakar di lengannya. Rasanya seperti terbakar matahari satu hari sebelumnya. Ketika dia melihatnya, kulitnya sedikit merah. Dia telah terbakar.

(A- apa yang baru...?) Dia menggoyang-goyangkan kepalanya yang pusing dan melihat area yang telah meledak itu.

Ketika dia melakukan ini, tubuhnya menegang.

Area tempat Terra tadi tergeletak telah menjadi pusaran lava. Beberapa meter lantai dari batu telah berubah menjadi kolam oranye yang menyala-nyala, dan yang terlihat seperti benda yang sama menetes-netes dari lubang di langit-langit. Kamijou mendengar suara air yang menguap. Ketika dia mencoba mendekat, sebuah dinding panas yang tak terlihat mengenai kulitnya.

Dia bisa melihat sesuatu dari jendela.

Benda-benda yang terlihat seperti diciptakan dari noda-noda hitam yang sedang berputar-putar di langit biru itu adalah...bomber.

Di tempat bomber biasanya memiliki pintu untuk menjatuhkan bom, bomber-bomber ini memiliki pedang metal warna hitam pekat.

Dia tidak tahu apa yang baru terjadi, tapi itu jelas adalah semacam serangan.

“Terra...”

Karena dia tidak bisa mendekat karena panas, Kamijou memanggil nama musuhnya.

Sayap-sayap baja yang terbang di udara datang kembali ke arahnya.

Bomber-bomber itu telah mengambil jarak yang cukup dan sedang berakselerasi hingga kecepatan yang mengerikan.

“Terraaaaaaaaaaaaaaaa!!”

Teriakannya terhapuskan.

Beberapa pilar cahaya mengoyak langit-langit dan mengenai tepat di titik Terra tadinya berada. Dengan akurasi seperti itu, rasanya lebih mirip sniping dibandingkan pengeboman. Cahaya oranye itu menghilangkan penglihatan Kamijou. Tubuhnya dihempaskan ke lantai berkali-kali oleh semacam efek setelah serangan.

Dia pingsan.

Tapi meskipun dia tidak pingsan, dia tetap tidak akan bisa menemukan Terra.

Langit-langit dan lantai menghilang di daerah di depan Kamijou karena semuanya berubah menjadi lautan lava. Sepertiga Istana Paus juga menghilang dengan cara yang sama.

Dan Terra menghilang tanpa meninggalkan mayat.

Catatan[edit]

  1. Yang untuk transportasi/iklan, bukan yang mainan anak-anak
  2. Mantra-mantra Tsuchimikado selalu ditulis dengan frase deskriptif yang berada di dalam kurung di terjemahan ini dan frase kasar yang ditulis dalam furigana (di novel asli), frase yang dia katakan.
  3. Peralatan yang biasanya digunakan untuk mengeluarkan pilot ketika dalam bahaya
  4. lit:Pedang Bumi
  5. TN: Ponselnya harusnya tipe clam shell, jadi ditutup ini maksudnya...ditutup.


Previous Chapter 3 Return to Main Page Forward to Epilog