Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Chapter3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3: Sesuatu yang Jauh dari Penyihir. Power_Instigation.[edit]

Part 1[edit]

Distrik 23 Academy City adalah sebuah zona industri yang berspesialisasi di bidang penerbangan dan luar angkasa. Semua bandara besar Academy City dipusatkan di Distrik 23.

Distrik itu dipenuhi oleh landas pacu dan situs peluncuran roket, jadi tidak ada gedung-gedung tinggi seperti bagian lain kota. Sejauh mata memandang, yang ada hanya aspal datar dengan beberapa menara kontrol dan laboratorium yang kadang-kadang mencuat.

“Seperti lapangan dari batu dan besi...”

Kamijou mengatakan ini ketika keluar dari kereta dan melihat lansekap yang luas di depannya.

Ini adalah tempat dia bertarung dengan Oriana Thomson saat Daihaseisai, tapi dia mendapat impresi bahwa keamaanannya bahkan menjadi lebih ketat lagi.

Dia meletakkan kantung belanjaan yang dia bawa di dalam sebuah loker koin[1] di stasiun. Karena ada banyak periset di kota ini, loker koin yang ada kedap udara dan kau memiliki pilihan untuk mendinginkan isi lokernya.

Tapi...

“...Ini mahal. Apa benda-benda ini biasanya harga per jamnya semahal ini!?”

“Nyah. Kelihatannya akan lebih murah kalau kau membuang kantung itu dan membeli isinya lagi di supermarket murah ketika kita kembali.”

Tsuchimikado benar, tapi Kamijou tidak suka membuang-buang makanan. Dia memasukkan kantung belanjaannya ke dalam loker, merekam sidik jarinya, mengunci lokernya, lalu mengaktifkan pilihan refrigerasi.

“Karena kita ada di Distrik 23, kuasumsikan kita akan naik pesawat?”

“Yah, kita akan ke luar negeri.”

“Serius!? ...Tunggu, ada yang membawa pasporku?”

“Tidak.”

Kamijou terdiam karena jawaban satu kata dari Tsuchimikado.

Tsuchimikado terdengar bosan sambil terus bicara.

“Kita juga bukan pergi untuk jalan-jalan ke luar negeri. Aktivitas kita sepenuhnya tidak resmi. Dan jika kita ketahuan, kita akan berada dalam masalah internasional yang jauh melebihi sekadar tidak memiliki satu dua stempel di paspormu.”

“A-aku mengerti.”

Ada banyak hal yang ingin dikatakan Kamijou, tapi cara bicara Tsuchimikado yang mengatakannya seperti semuanya sudah pasti membuatnya bertanya-tanya apakah jalan ini memang lebih baik.

Setelah keluar dari stasiun, mereka berada di sebuah terminal bus skala besar. Di Distrik 23, orang-orang pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan bus, bukan dengan berjalan.

Tsuchimikado menemukan bus yang menuju bandara internasional dan menaikinya; Kamijou juga melakukan hal yang sama.

Karena distrik itu memiliki banyak landas pacu dan kurang gedung, jalannya selurus anak panah. Batas kecepatan juga cukup tinggi; tanda-tanda yang dipasang menunjukkan 100 kph.

Dengan dataran dari aspal yang terlihat dari jendela, bahkan horizon warna abu-abu itu adalah buatan manusia.

Awan putih besar dari uap air bisa terlihat membumbung dari horizon.

Gemuruh bernada rendah menggoyangkan kaca, menyebabkan getaran pada kaca.

“Oh, roket. Sepertinya roket itu meluncur dengan baik.”

Tsuchimikado menghela napasnya ketika mengatakan itu.

Kamijou mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan fungsi televisi di dalamnya. Berita sedang menunjukkan berbagai sudut dari sebuah roket yang meninggalkan tanah.

“Katanya itu satelit keempat Academy City. Aku penasaran apakah ini benar atau tidak.”

“Kalau mereka meluncurkan roket sekarang, salah satu alasannya adalah untuk membuat orang-orang berspekulasi tentangnya. Orang-orang akan mengatakan semua hal, mulai dari sebuah satelit militer hingga tes peluncuran ICBM. Semakin banyak kemungkinan, semakin efektif dia dalam menahan yang lainnya agar tidak bergerak.”

(Jadi ini yang disebut dengan peperangan informasi...)

Kamijou tiba-tiba membatu.

“...Tunggu. Bagaimana dengan Index?”

Dia tidak ingin membawa Index ke tempat yang berbahaya, tapi dia juga tidak bisa meninggalkannya sendirian tanpa makanan begitu saja.

“Jangan khawatir. Maika akan pergi ke kamarmu, Kami-yan. Dia mungkin cuma lapar sepertiga dari biasanya setelah Maika selesai dengannya.”

Kamijou lega mendengarnya, tapi kemudian menyadari bahwa satu-satunya tujuan dirinya di mata Index adalah untuk membuatkan makanan untuknya.

Tidak lama, bus itu tiba di bandara internasional.

Kamijou turun dari bus dan memeriksa jam di ponselnya.

“Tsuchimikado. Memangnya ke mana kita akan pergi?”

“Prancis.”

Tsuchimikado menjawab dengan santai.

“Ugeh!? Eropa! Itu jauh... Tunggu, berapa lama kita akan pergi? Dan bukankah penerbangan ke Eropa itu lamanya sekitar 10 jam?”

“Tidak, kita akan sampai di sana hanya dalam waktu di bawah satu jam.”

“Hah?”

Kamijou menjawab dalam kebingungan.

Tsuchimikado terlihat jengkel jika harus menjelaskan, jadi dia hanya menunjuk ke landas pacu yang sedikit jauh dari gedung terminal.

Ada sejumlah pesawat penumpang ukuran besar yang berjejer, masing-masingnya memiliki panjang lusinan meter.

“Kita akan naik salah satunya.”

“...Tolong bilang kau sedang bercanda.”

Kamijou nyaris tidak bisa berkata apa-apa ketika menanyakan kepastian dari Tsuchimikado.

Dia pernah naik pesawat seperti itu sebelumnya.

“Kalau ingatanku benar, itu tipe pesawat yang membawaku dari Venesia ke Jepang.”

“Yeah, kudengar begitu, Kami-yan. Aku tidak begitu banyak terlibat dalam insiden ‘Ratu Adriatik’, jadi aku tidak tahu detailnya.”

“Jadi pesawat-pesawat itu benar-benar pesawat yang terbang dengan kecepatan 7000 kph?”

“Hahaha,” Tsuchimikado tertawa. “Lebih cepat lebih baik, ‘kan?”

“Itu terlalu cepat!! Ketika aku naik benda itu, rasanya seperti ada lempengan metal tebal yang dengan perlahan menghancurkan tubuhku! Index akhirnya mulai membuka hatinya ke sisi sains dan benda itu membuat hatinya tertutup ketat!!”

Ada juga bagian di mana Index memesan makanan dalam penerbangan dan makanan itu terbang ke belakangnya dengan spektakuler.

“Oh, ayolah, Kami-yan. Kita pergi dalam misi tidak resmi ke luar negeri. Apa kau benar-benar berpikir kita akan ke Prancis sambil makan di pesawat dan menonton film dengan santai?”

“Y-yah, tidak. Aku mengharapkan sedikit lebih tegang lagi, tapi... Tunggu. Kita benar-benar akan naik benda itu? A-aku benar-benar tidak bisa merekomendasikan pengalaman menaikinya!!”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Setelah melewati Mach 3, seorang amatir tidak akan merasakan perbedaannya.”

“Bagaimana itu bisa membuatku lebih tidak khawatir!?”

Kamijou terus mengeluh, tapi Tsuchimikado berhenti mendengarkannya dan mulai menjelaskan apa yang akan mereka lakukan setelah mereka naik ke pesawat. Sepertinya tidak ada pesawat lain, jadi mereka benar-benar tidak punya pilihan lain. Tsuchimikado membawa Kamijou melewati sebuah pintu “khusus staff” dan melalui koridor yang membawa mereka ke pesawat penumpang supersonik, tidak melewati gate untuk umum.



Part 2[edit]

“Dokumen-C. Itulah nama benda spiritual di tengah semua ini.”

Suara Tsuchimikado bergema di pesawat yang luas itu.

Pesawat penumpang supersonik itu lebih besar dari pesawat penumpang biasanya, tapi selain kru pesawat, hanya mereka berdua yang ada di atasnya, membuat pesawat itu terasa kosong.

Karena hanya mereka berdualah penumpang yang ada, Kamijou dan Tsuchimikado duduk tepat di tengah area dengan kursi kelas satu yang paling nyaman. Tidak seperti kursi ekonomi yang sempit, kursi-kursi ini memiliki ruang yang cukup untuk menyelonjorkan kaki mereka.

Tsuchimikado sedang melihat kursi di sampingnya, tempat Kamijou duduk.

“Nama resminya adalah Dokumen Constantine.[2] Gereja Kristen pada awalnya melalui penyiksaaan oleh Kekaisaran Romawi hingga akhirnya Kaisar Constantine mengakuinya sebagai sebuah agama resmi. Dokumen-C adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh Constantine untuk Gereja Katolik Roma.”

Kata-kata itu bukanlah kata-kata teman sekelas yang dikenal Kamijou. Tsuchimikado Motoharu sekarang berada dalam mode penyihir penuh.

“Dokumen-C menyatakan bahwa Paus Roma adalah pemimpin Gereja Kristen dan bahwa tanah di Eropa yang dikuasai Constantine adalah milik sang Paus. Karena Constantine memiliki mayoritas tanah Eropa, ini sama saja artinya dengan Paus memiliki Eropa dan seluruh orang yang tinggal di sana harus mematuhi Gereja Katolik Roma. Dari sudut pandang mereka, ini adalah sebuah sertifikat yang memberikan Gereja Katolik Roma hal-hal yang kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.”

Tsuchimikado terus berbicara sambil mengulik LCD layar sentuh di samping kursinya.

“Sebagai sebuah benda spiritual, kekuatan Dokumen-C... yah, kau bisa mengatakan kekuatannya mirip dengan kompas. Untuk tanah yang dikuasai Constantine lebih dari 1700 tahun yang lalu, kau bahkan bisa menggunakan Dokumen-C bahkan hingga hari ini untuk membuat simbol-simbol yang mengindikasikan bahwa tanah itu diwarisi dari sang kaisar muncul. Karena warisan sang kaisar terdiri dari hal-hal yang diberikan pada Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik Roma diberikan tanah dan benda-benda yang sesuai dengan Dokumen-C untuk digunakan atau dikembangkan sesuai yang diperlukan.”

Tsuchimikado berhenti bicara dan memandangi wajah Kamijou.

“Kami-yan, apa kau mendengarkanku?”

“Ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ughh-ughhh-ughhhh!!”

Kamijou tidak bisa merespon.

7000 kph. Gaya-G kuat yang dihasilkan kecepatan seperti itu sedang meremukkan organ dalam Kamijou Touma, membuatnya tidak bisa menjawab dengan baik. Rasanya seperti ada sebuah bola basket yang ditekan ke perutnya dan ada orang yang menginjak bola itu sekuat yang dia bisa.

Dengan baik-baik saja dalam keadaan seperti itu, Tsuchimikado lah yang aneh.

“Yah, terserah. Cukup dengarkan aku.”

“Ugh-gh!!”

Tsuchimikado tidak yakin apa itu adalah jawaban atau erangan.

“Seperti yang sudah kukatakan, Dokumen-C terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan bagi Gereja Katolik Roma. Bahkan, seorang akademisi abad 15 menyatakan bahwa dokumen itu palsu, dan dia benar. Kekuatan dan efek Dokumen-C sebagai sebuah benda spiritual sedikit berbeda.”

“Ggh-gh-ghh-gh!!”

“Kekuatan Dokumen-C yang sebenarnya bertindak pada skala yang jauh lebih besar. Kekuatannya membelokkan apa yang dikatakan oleh Paus Roma menjadi ‘informasi akurat’.”

Tsuchimikado dengan mulus menggerakkan bibirnya ketika berbicara dengan pelan.

“Contohnya, jika Paus mendeklarasikan bahwa anggota kepercayaan tertentu adalah musuh kemanusiaan yang mengganggu ketertiban umum, itu akan menjadi sebuah fakta sejak saat dia mengatakannya. Jika dia mendeklarasikan bahwa ‘tanganmu tidak akan terbakar jika kau menyentuh lempengan metal yang panas selama kau berdoa ketika melakukannya’, itu juga akan dipercayai tanpa bukti sedikit pun.”

“Ohh-gh-gh-gh!”

“Ayolah, Kami-yan! Paling tidak lihat ke arahku!”

Tubuh bagian atas Kamijou sedang bergetar parah tapi dia masih berhasil bicara.

“Jadi... jika dia menggunakan Dokumen-C itu... semua yang dikatakan sang Paus... adalah benar...?”

Sepertinya dia bisa mengikuti pembicaraan itu dengan cukup baik hingga bisa menangkap sampai situ. Kamijou sedang berusaha melihat apakah berbicara, bukannya mendengarkan, akan meringankan rasa sakit yang dialaminya. Itu adalah usaha terakhirnya.

“Jadi... dia bisa membuat apa pun yang dia inginkan menjadi nyata? ...Mirip Ars Magna dalam alkimia? ...Oghh!!”

“Tidak, bukan seperti itu.”

Tsuchimikado terlihat begitu santai hingga dia nyaris terlihat seperti akan bersenandung.

“Dokumen-C hanya bisa membuat orang-orang ‘percaya’ bahwa hal-hal yang dikatakannya benar. Tak peduli sekonyol apapun, dokumen itu membuat orang-orang berpikir bahwa itu pasti benar karena sang Paus mengatakan bahwa itu benar. Dokumen itu sebenarnya tidak mengubah hukum-hukum fisika.”

Tsuchimikado melakukan sesuatu ke layar sentuh yang terpasang pada sandaran tangan kursi.

“Dan juga, dokumen itu hanya membuat orang-orang percaya jika mereka memedulikan apa yang dikatakan Gereja Katolik Roma. Sebaliknya, orang-orang yang tidak peduli apakah yang dikatakan oleh Gereja Katolik Roma itu benar atau tidak, tidak terpengaruh olehnya. Entah lebih baik atau lebih buruk, benda spiritual ini hanya untuk digunakan oleh Gereja Katolik Roma saja.”

“J-j-jadi... itu adalah benda spiritual yang membuat orang-orang berpikir bahwa apa yang kaukatakan tu benar? T-tapi itu... Ugh.”

“Haha. Kurasa itu mungkin terdengar curang. Tapi ada banyak trik yang digunakan untuk menjaga keagungan seseorang jauh ketika hal-hal yang dikatakan orang yang kuat dianggap sebagai hukum absolut. Bagaimanapun juga, keagungan orang-orang yang memiliki kekuatan tu ditentukan dari apakah orang-orang memercayai hukum-hukum absolut mereka atau tidak. Dan jika kepercayaan itu goyah, seluruh negara bisa berada dalam bahaya. Bahkan di zaman Edo di Jepang ada praktek membelah seseorang jadi dua jika mereka mengatakan hal buruk tentang samurai. Apa ada cara lain yang lebih mudah untuk mengatur apa yang dipikirkan orang-orang?”

“J-j-j-j-jadi...mereka membuat Dokumen-C karena...”

“Ya, karena mereka takut. Mereka takut kehilangan kontrol dunia yang mereka ciptakan. Gereja Katolik Roma telah menghadapi berbagai krisis sepanjang sejarah. Tapi Gereja Kristen dan Tuhan harusnya absolut. Tuhan harusnya adalah entitas yang akan menyelamatkan manusia dari krisis apapun. Dan meskipun begitu, populasi Eropa jatuh begitu rendah ketika Wabah Hitam, banyak kegagalan selama Perang Salib, dan tidak ada yang tahu kapan Turki Usmani akan menyerbu Eropa.”

Tsuchimikado mengatakan semua ini dengan nada tidak berperasaan, tapi ada kilatan lembut di matanya.

“Pemikiran bahwa ‘Tuhan itu absolut’ ditantang berkali-kali. Dan Gereja Katolik Roma perlu menjaga agar pemikiran itu tetap ada. Itulah kenapa mereka memerlukan Dokumen-C. Dengannya, mereka bisa memastikan bahwa hati orang-orang akan tetap bersama mereka bahkan dalam krisis paling parah.”

Kau mungkin bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah benda spiritual yang mengisi celah antara kenyataan dan yang ideal.

Itu adalah alat yang melindungi harapan orang-orang dengan memaksa mereka untuk “percaya”.

Mungkin terlihat sedikit kejam, tapi di saat yang sama terdapat kebaikan dalam niat di baliknya.

(J-j-jadi Gereja Katolik Roma sedang menggunakan Dokumen-C itu...)

Kamijou mengambil napas dalam ketika berpikir.

(Mereka membuat orang memercayai bahwa informasi orang-orang Academy City lah yang jahat itu “benar”. Dan karena mereka memaksakan informasi itu pada orang-orang, kekuatannya muncul dalam bentuk gila berupa demonstrasi-demonstrasi ini.)

Kamijou lalu menggerakkan bibirnya yang sudah menjadi pucat karena efek gaya-G.

“T-t-t-t-tapi...jika mereka punya benda spiritual yang semengerikan itu...kenapa mereka belum menggunakannya...?”

“Karena efek Dokumen-C itu besar sekali. Sekali satu hal dinyatakan sebagai ‘benar’, sulit mengembalikannya bahkan dengan menggunakan Dokumen-C lagi. Karenanya, mereka tidak bisa menyatakan setiap hal kecil sebagai ‘benar’.”

Tsuchimikado menjawab pertanyaannya dengan mulus.

“Dan juga, Dokumen-C itu sebenarnya tidak semudah itu digunakan. Seperti yang sudah kukatakan, benda itu membuat orang-orang berpikir bahwa yang dikatakan Popa Roma itu ‘benar’. Tidak bisa digunakan siapa saja dan tidak bisa digunakan di mana saja. Dokumen itu awalnya dibuat agar hanya bisa digunakan ketika berada di pusat Vatikan. Perintah yang dikatakan menyebar ke seluruh dunia di saat yang sama dari sana melalui gari-garis ley.”

“Eh?Ghh... T-tapi bukankah kita...pergi untuk mencegah mereka menggunakannya?”

“Memang.”

“J-jadi kenapa Prancis? Kau barusan bilang...Dokumen-C hanya bisa...digunakan di Vatikan...”

“Hm? Oh, benar. Tentang itu.”

“D-dan...kau bilang...setelah mereka menggunakannya...mereka tidak bisa menghapus perintah itu, ‘kan? Tapi itu berarti...kita tidak bisa melakukan apa-apa...padanya.”

“Mari kita lihat. Pertanyaan mana yang harus kujawab lebih dulu?”

Ketika Tsuchimikado berbicara, sebuah nada elektronik halus terdengar dari pengeras suara di pesawat.

Lalu sebuah suara wanita yang terdengar sintetis membuat pengumuman. Pengumuman itu dalam bahasa asing, tapi Kamijou rasa bukan bahasa Inggris. Setelah mendengar pengumuman itu, wajah Tsuchimikado menjadi suram.

“...Yah, kelihatannya kita kehabisan waktu. Kami-yan, apa kau baik-baik saja? Kalau kau merasa tidak terlalu enak, coba ambil napas dalam dalam. Ayo, tarik napas.”

“Huhh.”

“Keluarkan.”

“Hoo.”

“Tarik napas lagi.”

“Huhh.”

“Dan keluarkan lagi.”

“Hoo.”

Setelah melakukan itu, Kamijou memang merasa lebih baik...atau paling tidak dia pikir dia merasa lebih baik.

Tapi wajah Tsuchimikado terlihat lebih suram lagi.

“Tidak terlihat begitu bagus. Mungkin kau akan merasa lebih baik kalau kau muntah? Yah, ayo, Kami-yan. Lepaskan sabuk pengamanmu dan ikuti aku. Ayo, tidak ada pramugari, jadi kau tidak perlu khawatir terlibat dalam masalah, Kami-yan.”

Tsuchimikado berdiri dari kursinya dengan tenang dan Kamijou dengan perlahan mengikuti. Kamijou tidak merasa seperti bergerak karena kehendak bebasnya sendiri; dia merasa seperti dilepaskan dari situasi yang ada dan tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Tsuchimikado berjalan melalui lorong antara kursi, membuka sebuah pintu, berjalan masuk ke lorong yang bahkan lebih kecil lagi, melangkah melalui sebuah lubang palka yang begitu pendek hingga kelihatannya kepalanya akan terantuk, dan berjalan ke dalam sebuah area yang hanya terdiri dari logam di mana suara deru bisa didengar dari segala arah.

(Kita di mana?)

Kamijou berada dalam kebingungan dan mengambil benda seperti ransel yang diberikan Tsuchimikado padanya.

“Ini. Pasang.”

“??? Tsuchimikado? Yang tadi apa, merasa lebih baik kalau aku muntah?”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Aku akan segera membukanya, jadi cepat pasang itu.”

Tsuchimikado sudah memasang sabuk yang ada di ransel itu ke tubuhnya. Semuanya cukup berlebihan. Sabuk yang menghubungkan ransel itu padanya tidak hanya berada di kedua pundak, tapi mengelilingi perut dan dadanya juga.

Kamijou tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia memasang sabuknya dengan cara sama seperti yang dilihatnya dilakukan Tsuchimikado.

“Oke, Kami-yan. Sepertinya kau sudah siap.”

Tsuchimikado menggunakan telapak tangannya untuk menekan sebuah tombol besar di dinding yang terlihat seperti tutup kaleng timah.

“Oke, sekarang kau bisa muntah sebanyak yang kauinginkan!!”

Kamijou mendengar suara keras yang aneh.

Tepat setelah Kamijou menyadari bahwa itu adalah suara pompa besar, bagian besar dari dinding itu tiba-tiba membuka, memperlihatkan hanya langit biru saja.

“Apa?”

Kamijou terkejut.

Dan sebelum dia sempat berpikir hal lain, angin keras muncul di dalam pesawat dan mulai menghisap semuanya ke luar.

“Ts-Ts-Ts-Ts-Tsuchimikadoooooooo!?”

Kamijou dengan panik menggenggam sebuah tonjolan di dinding, tap dia ragu dia bisa bertahan untuk waktu lama.

Di tengah angin yang bergemuruh, terdapat seringai besar di wajah Tsuchimikado.

“Ayo, Kami-yan. Kau sudah siap, jadi silakan muntah sebanyak yang kau mau.”

“Diam kau!! K-kenapa kau membuka pintu palka bagasi!?”

“Karena kalau kita mendarat di bandara Prancis seperti kumpulan idiot, para berengsek Katolik Roma itu akan tahu. Pesawat ini menuju London. Kita turun di tengah jalan di Prancis.”

“Apa kau bodoh!? Pikirkan seberapa cepat pesawat ini bergerak! Membuka pintu palka di kecepatan lebih dari 7000 kph akan mengoyak-ngoyak pesawat ini berkeping-keping!!”

“Maaf, tapi sudah terbuka.”

“Kita akan mati!!”

“Kaulah yang bodoh, Kami-yan. Kalau aku benar-benar melakukan itu, kita tidak akan bisa berbicara seperti ini.”

Pesawat itu pasti sudah menurunkan kecepatannya untuk menurunkan mereka. Dan memang benar bahwa Kamijou merasa lebih baik karena dia tidak terpengaruh oleh gaya G sebanyak sebelumnya...

“H-hei. Kalau begitu untuk apa kau menyuruhku mengambil napas dalam-dalam!? Tidak ada artinya, ‘kan!?”

“Ayolah, Kami-yan. Berhenti berusaha sia-sia dan lepaskan saja dindingnya.”

“Aku berterima kasih. Aku benar-benar berterima kasih kau mengkhawatirkanku!! Dan meskipun begitu kau baru saja menjadi seorang berengsek!!”

“Diam saja dan pergi.”

Tsuchimikado menendang tangan Kamijou dari tonjolan di dinding dan anak laki-laki berambut spiky itu kehilangan pegangan terakhirnya.

Angin keras yang bertiup ke luar pesawat mengangkatnya dan dia terbang keluar dari pintu palka bagasi menuju ke langit kosong.

Saat itu adalah tengah hari waktu lokal.

Di bawah langit biru yang menyegarkan, seorang siswa SMA sedang berteriak dari paru-parunya yang paling dalam.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh!!”

Index v14 131.jpg

Hanya ada langit biru 360 derajat di sekelilingnya.

Mungkin karena dia mengayun-ayunkan tangan dan kakinya dan juga karena tahanan udara menggerakkan angin dengan cara yang aneh, tapi tubuhnya jatuh berbelok-belok dalam arah yang membingungkan.

(A-apa yang terjadi? Baru saja beberapa jam yang lalu aku bermain kompetisi forkball dengan Fukiyose. Jadi kenapa aku dijatuhkan ke langit di atas Prancis!?)

Ketika dia jatuh, dia berhasil melihat Tsuchimikado melompat dari pesawat, tersenyum seperti seseorang yang sangat berminat pada olahraga udara.

(Aku akan membunuhnya... Ketika kita sampai ke tanah, aku akan membuat si berengsek itu babak belur!!)

(...Sebenarnya, bagaimana kita akan mendarat dengan aman?)

Wajah Kamijou memucat.

Tapi kemudian ransel yang dipakainya meledak.

Sebuah parasut besar membuka dari dalamn ya. Pasti benda itu diatur agar aktif secara otomatis pada ketinggian tertentu.

Tapi itu benar-benar mengejutkan Kamijou.

“Ghhh!? Leherku! T-talinya tersangkut di-...!”

Dia tidak sempat menyelesaikan keluhannya.

Tangan dan kakinya menggantung lemas sementara dia melayang turun dalam postur yang sangat natural.

Dia tidak mungkin tahu bahwa parasutnya tertiup angin dan meleset dari area tempat dia seharusnya mendarat dan bahwa dia mendarat di Sungai Rhone yang dikenal memiliki lebar lebih dari 100 meter.



Part 3[edit]

Kamijou mendengar suara air.

Yang membuatnya bingung adalah suara itu datang dari mulutnya sendiri.

Parasutnya tertiup angin dan dia berakhir di tengah sungai. Dia tidak bisa menyentuh dasar sungai di bawah kakinya. Dia tidak begitu hebat dalam berenang, tapi juga tidak terlalu buruk. Tetapi, dengan bajunya yang basah dan parasut raksasa yang melilitnya, dia tidak terapung dengan baik.

Tidak ada tanda-tanda Tsuchimikado mendarat di dektanya. Tapi karena dia sedang tenggelam, terpisah dari Tsuchimikado adalah hal terkecil yang dikhawatirkannya.

Dia tidak tahu seberapa dalam air sungai itu.

Mungkin saja tidak terlalu dalam, tapi itu pasti cukup untuk menenggelamkan Kamijou karena betapa bingungnya dia. Air itu tidak melakukan apapun selain membuatnya panik.

Dia mulai mendayung dengan tangannya pada laju 2 atau 3 kali lebih lambat dari pikirannya yang berlomba.

Lengannya gemetar hebat.

Gemetarannya karena ototnya yang lemah, air yang merampok panas tubuhnya, dan ketakutan bahwa dia tidak akan pernah bisa mengeluarkan kepalanya dari dalam air. Semua ini membuatnya merasa seperti ada yang menahan gerakannya.

(Sial.)

Udara yang disimpannya di mulutnya bocor keluar.

Dia bisa melihat sinar matahari yang menyinari permukaan air di atas kepalanya.

Sinar yang bergoyang-goyang itu menghilangkan sense jaraknya.

(Dipikir-pikir, ini pernah terjadi padaku ketika aku dilemparkan dari kapal es di Chioggia...)

Ketika Kamijou memandangi permukaan air, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti lentera aneh yang berputar-putar turun ke arahnya.

Permukaan air terbuka dengan sejumlah besar gelembung udara.

(...!!)

Sebelum Kamijou sempat terkejut, sebuah tangan langsing terulur dari balik tirai putih gelembung udara.

Baru saja dia sadar bahwa pasti ada seseorang yang terjun ke dalam air, tangan putih itu menggenggam pinggangnya.

Dia lalu ditarik ke atas oleh sebuah tenaga besar.

Anehnya tubuh Kamijou lemas ketika dia ditarik seperti oleh sebuah tali ke permukaan air.

Tidak sampai 10 detik bagi wajahnya untuk menembus permukaan air dan bertemu udara.

Dia mendengar suara percikan air yang besar.

Otot-otot yang menggerakkan tenggorokan dan paru-parunya tidak bekerja dengan baik.

“A-apa kau baik-baik saja!?”

Dia mendengar suara seorang gadis di dekatnya.

Parasutnya terus menjadi beban yang menarik tubuh Kamijou ke bawah. Gadis itu meninggikan suaranya sementara dia menyokong berat badan keduanya.

“Aku akan menuju tepi sungai. Jangan lemas begitu!!”

Ketika merka sampai ke dekat sisi sungai...atau lebih tepatnya bagian yang lebih dangkal dari sungai itu, Kamijou berhasil duduk. Karena baju dan parasutnya menyerap begitu banyak air, dia merasa sangat berat. Dan tali parasutnya terbelit-belit ketika dia berusaha di dalam air membuat parasutnya tidak lebih dari sebuah beban saja.

“A-apa begini caranya?”

Gadis itu mengulurkan tangan langsingnya.

Kamijou mendengar sebuah suara klik besar dan mendapati dirinya akhirnya terbebas dari parasut itu.

Dia melihat ke atas dan melihat matahari yang tinggi di langit, jadi saat itu pasti baru saja lewat tengah hari. Tapi tidak ada orang lain di sekitar, selain Kamijou dan gadis itu. Mungkin orang-orang tetap berada di dalam gedung karena ketakutan pada demonstrasi dan kerusuhan.

Dia melihat sekelilingnya.

Ada sebuah jembatan batu berbentuk melengkung di dekatnya, tapi jembatan itu hancur setengah dan hanya memanjang hingga ke tengah sungai

Gadis itu mungkin melompat ke dalam air dari sana.

Kamijou lalu berbalik ke arah gadis yang menyelamatkannya.

Dia harusnya berada di Prancis, tapi gadis itu adalah orang Jepang.

Dia terlihat seumuran dengan Kamijou.

Dia berambut hitam sebahu dan berkelopak mata ganda. Dia memakai tank top warna pink dan celana putih setinggi lutut. Siluet keseluruhannya langsing.

“Apa ada air yang tertelan...?”

Gadis yang melihatnya dengan khawatir terlihat familier.

Dia cukup yakin bahwa gadis itu adalah...

“Uhuk. Itsuwa dari Amakusa?”

“Ah, iya. Senang bertemu kau lagi.”

Itsuwa menundukkan kepalanya dengan manis.

Tapi dia seharusnya tinggal di London bersama anggota Amakusa yang lain. Dia tidak akan berada di Prancis tanpa alasan.

(Kenapa Itsuwa ada di sini? ...Sebenarnya, cuma ada satu alasan kenapa dia ada di sini.)

“Hei, Itsuwa. Apa kau dipanggil ke sini oleh Tsuchimikado?”

“Um... Siapa Tsuchimikado-san?”

Tidak seperti harapan Kamijou, Itsuwa memiringkan kepalanya ke samping kebingungan.

“Uhuk. Hah, bukan itu?” Kamijou jelas tidak menyangka hal itu. “Maksudku, kau pasti ada di sini karena Gereja Katolik Roma menggunakan Dokumen-C untuk menyebabkan demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia, ‘kan?”

“B-bagaimana kau bisa tahu tentang itu!?”

Itsuwa mengangkat tangannya ke mulutnya terkejut.

“M-memang benar kami sedang menginvestigasi Dokumen-C, tapi bagaimana kau tahu tentang petunjuk yang kami dapatkan setelah begitu lama mencari!? Kurasa inilah yang diharapkan dari orang yang mengalahkan Priestess[3] dalam satu pukulan saja!!”

Matanya entah kenapa bersinar-sinar, tapi Kamijou tidak mengingat hal semacam itu karena ingatannya yang hilang. Sebenarnya hal ini sedikit membuatnya takut.

(Hal macam apa yang kulakukan pada Kanzaki?)

“Um, yah, uh... Kenapa kau tiba-tiba melayang turun dengan parasut? Apa sekolahmu di Jepang baik-baik saja?”

Kamijou dihadapi oleh pertanyaan yang lebih dasar lagi.

Dia menggaruk rambutnya yang basah oleh air sungai yang kotor ketika menjawab.

“Aku datang ke sini dengan Tsuchimikado untuk menghentikan Dokumen-C. Apa Gereja Anglikan tidak memberitahumu tentang tindakan Tsuchimikado?”

“Kami sedang menginvestigasi garis-garis ley dan sifat-sifat sihir lain dari tanah di Prancis karena permintaan dari Gereja Anglikan.”

“Aku mengerti.”

Kamijou tidak begitu memperhatikan. Tapi kemudian dia mengerjap.

“Kami?”

“Iya,” kata Itsuwa mengangguk kecil. “Ke-52 anggota siap tempur Gereja gaya-Amakusa . Kami semua berkeliling di kota-kota besar Prancis. Aku bertanggung jawab untuk Avignon, tapi kemudian kau jatuh dari langit...”

“...Begitu. Jadi ini Avignon.

Dia diseret dan dijatuhkan dari pesawat oleh Tsuchimikado, jadi dia tidak tahu sama sekali di mana dia berada. Ketika dia memikirkannya, dia sangat beruntung bertemu dengan seorang Jepang yang dia kenal.

Dan karena Tsuchimikado membawanya ke Avignon, kemungkinannya tinggi bahwa Gereja Katolik Roma menyimpan Dokumen-C di sini.

Ini berarti tempat ini adalah markas musuh.

Dan Kamijou jatuh tepat ke tengahnya.

“Hei, Itsuwa. Tsuchimikado bilang Dokumen-C hanya bisa digunakan di Vatikan.”

“I-itu benar.”

“Jadi kenapa kalian menginvestigasi Prancis dan bukan Itali? Aku menanyakan ini padanya, tapi aku dilempar keluar dari pesawat sebelum dia sempat menjawab.”

Itsuwa pasti berpikir bahwa bagian terakhir itu adalah semacam lelucon yang tidak dimengertinya, karena dia kelihatan tersenyum terpaksa.

Lalu Itsuwa mengingat sesuatu.

“U-um... Bisakah aku mengambil tasku sebelum menjawabnya?”

“Tasmu?”

“Aku meninggalkannya di atas jembatan. A-aku sedikit khawatir kalau tasku dicuri.”

Dia pasti mengacu pada jembatan melengkung setengah-hancur yang ada di dekat mereka.

Sepertinya, dia benar-benar melompat dari jembatan itu.

“Aku mengerti. Oh, dan terima kasih. Aku benar-benar akan berada dalam masalah jika kau tidak menyelamatkanku.”

“T-tidak, tidak! Itu bukan apa-apa, benar!!”

Itsuwa menggelengkan kepalanya dengan kecepatan mengagumkan dan melambai-lambaikan kedua tangannya di depan wajahnya ketika mengatakan itu. Tetesan kecil air terbang dari ujung jemarinya.

Melihat itu, Kamijou menanyakan satu pertanyaan padanya.

“Oh, satu lagi, Itsuwa. Apa kau punya baju ganti di tasmu?”

“Eh? Y-ya, Gereja gaya-Amakusa memang menspesialisikan diri pada kerahasiaan.”

Dia kebingungan karena pertanyaan Kamijou yang tiba-tiba, tapi sedikit rasa bangga bisa terlihat di ekspresinya ketika memberikan penjelasan itu.

“Hampir semua barang bawaanku ada di hotel, tapi aku punya sepasang baju ganti untuk menguntit seseorang atau untuk kabur. Walaupun aku belum menggunakannya sampai sekarang.”

“Begitu. Bagus.”

“?”

Itsuwa masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Kamijou.

Tapi Kamijou merasa ragu untuk memberitahunya secara langsung.

Jadi dia mengalihkan pandangannya dari Itsuwa ke arah langit biru dan menunjuk ke apa yang sedang dibicarakannya.

“...”

Itsuwa mengikuti jari Kamijou dengan matanya dan melihat apa yang sedang ditunjuknya.

Dadanya.

Lebih spesifik lagi, ke tank top warna pink yang sudah bisa dilihat tembus dan melekat pada tubuhnya karena basah dan karenanya menyebabkan siluet penuh tubuhnya terlihat.



Part 4[edit]

Jadi, Itsuwa adalah seorang gadis dengan kepribadian yang jujur dan damai.

Meskipun Kamijou sedang menunjuk langsung ke masalahnya, dia tidak melakukan tindakan eksentrik seperti menampar Kamijou, menggigit kepalanya, memanggangnya dengan listrik satu milyar volt, atau hal lain. Wajahnya hanya menjadi merah padam dan tertawa getir. Dia hanya mengatakan, “Ah. Ah ha ha. Maaf sudah menunjukkannya padamu. Ah ha ha ha ha,” dan menyilangkan tangannya untuk menyembunyikan dadanya dan berlari kecil ke arah jembatan batu tempat tas berisi baju gantinya berada.

Dia tersenyum, tapi ada sedikit tanda air mata di matanya. Terasa seperti reaksi yang dewasa dan bijaksana.

“Hmm...”

Entah kenapa, Kamijou merasa sangat canggung tentang semua ini.

Dia memandang ke kejauhan, berharap Itsuwa paling tidak berteriak atau semacamnya.

Sepuluh menit kemudian, Itsuwa kembali dengan memakai baju yang berbeda, membuat Kamijou bertanya-tanya di mana dia mengganti bajunya. Sekarang dia kering, tapi dia pasti masih berbau air sungai, karena Kamijou tahu bahwa dia memakai parfum.

“M-maaf membuatmu menunggu.”

Itsuwa membawa tas besar di bahunya.

Dia memakai blus hijau pucat seperti-es krim dan celana coklat tua yang cukup pendek untuk membuat pahanya terlihat. Blusnya terbuat dari bahan yang sangat tipis hingga nyaris membuatmu berpikir bahwa kau bisa melihat tembus jika matahari bersinar di atasnya. Pakaiannya tidak tertutup oleh kancing, tapi sekadar diikat tepat di atas pusar.

Hanya pakaian itu yang dipakainya di tubuh bagian atasnya.

“...I-Itsuwa-san?”

“A-aku tidak punya pilihan lain! Aku cuma punya baju ini untuk dipakai di atas tank top-ku agar membuatnya terlihat seperti pakaian lain! Jadi tolong jangan katakan apa-apa!!”

Sepertinya dia mengatakan yang sebenarnya, karena setelah diperiksa lebih jauh, blus itu bahkan tidak memilik kancing. Mengikat bagian depannya adalah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap tertutup.

Dia pasti tahu bahwa dia sedang menantang batas dengan pakaian itu, karena dia sedikit meringkuk untuk menghindari pandangan diam Kamijou.

Tapi dia terjebak dalam situasi ini karena dia lompat ke sungai untuk menyelamatkan Kamijou.

Kamijou menggunakan seluruh sumber daya yang terbatas dari otaknya untuk berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan.

“Yah, dengan cara berpakaian Kanzaki, ini tidak apa-apa, ‘kan?”

“Priestess tidak berpakaian seperti pelacur seperti ini!!”

Itsuwa langsung menyangkal bahwa Kanzaki berpakaian tidak sopan, tapi kemudian kembali sadar bahwa dia sendiri sedang berpakaian “seperti pelacur” dan seluruh wajahnya memerah.

(Yah, dengan bagaimana Kanzaki bertindak seperti bisa berpesta sepanjang malam, pakaiannya bekerja. Dengan Itsuwa yang malu, berusaha menyembunyikan dirinya sendiri, dan menggeliat-geliat, pakaian ini membuatnya lebih mencolok lagi.)

“Aku tidak begitu tahu siapa Tsuchimikado-san itu, tapi, kalau kau di sini untuk mengambil Dokumen-C, mungkin kita bisa bekerja bersama sampai kau bertemu dengannya.”

Itsuwa mungkin ingin memindahkan topik pembicaraan dengan cepat dari pakaiannya, karena dia sedikit memaksakan topiknya ke arah tugas mereka.

Karena Kamijou tidak tahu bahasa Prancis sedikit pun dan tidak membawa paspor, dia tidak bisa kembali ke Jepang sendiri begitu saja, jadi dia berharap semuanya akan berhasil jika dia mengikuti saran Itsuwa.

“Y-yah, akan sangat membantuku jika kita bisa melakukan itu.”

“Oke, pertama, mari cari tempat untuk duduk. Kita bisa mendiskusikan beberapa hal.”

Kamijou baru saja akan menyetujui, tapi kemudian dia melihat ke bawah dan melihat seperti apa dia terlihat.

“Aku basah kuyup... Paling tidak aku ingin membersihkan lumpur ini.”

Punggung Itsuwa tiba-tiba menegak setelah mendengar komentar kasual Kamijou.

Dia dengan segera mengobok-obok tasnya.

“Y-y-yah...A-aku punya handuk basah yang bisa kau...”

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah handuk menutupi kepala Kamijou.

Kamijou berbalik terkejut dan melihat seorang pria kulit putih yang berjalan dengan seekor anjing besar. Pria itu bahkan tidak berbalik dan melambaikan sebelah tangannya sambil mengatakan sesuatu dengan nada jengkel yang pasti berarti sesuatu di sekitar “Kau bisa menyimpannya”.

“...Ah. Ada orang baik di sini. Kenapa orang Prancis punya cara keren untuk melakukan segalanya? ...Hm? Itsuwa, kenapa kau menegang seperti itu?”

“T-tidak ada apa-apa...”

Pundak Itsuwa melorot. Kamijou memiringkan kepalanya bingung sambil menyapu lumpur dari wajah dan pakaiannya dengan handuk itu.

“Oh, iya. Mereka mengadakan demonstrasi dan kerusuhan itu di sini, ‘kan? Apa ada pemeriksaan? Kau tahu, aku tidak membawa pasporku denganku.”

“Ada cukup banyak pemeriksaan, tapi paling jauh mereka hanya memeriksa barang bawaanmu. Aku rasa mereka tidak akan menanyakan paspormu. Dan aku bisa menipu pemeriksanya dengan menggunakan sihir.”

Itsuwa mengatur kembali tali tas di bahunya sambil menggumamkan sesuatu tentang handuk hangat bekerja lebih baik dibanding handuk biasa.


Avignon.

Kota tua di Prancis bagian Selatan itu dikelilingi dinding kastil sekitar 4 kilometer. Ada sejumlah besar bangunan yang dipadatkan ke dalam ruang terbatas itu. Di zaman keemasannya, kota itu memiliik pengaruh besar pada seluruh budaya Eropa. Sebagiannya karena ini, kota itu masih menjadi salah satu tempat turistik terdepan di Prancis.

“...Hmm. Jadi kau sedang menginvestigasi Avignon untuk Dokumen-C? Aku mengerti sejauh itu, tapi...” Kamijou meminta penjelasan dari Itsuwa selagi mereka berjalan melewati gerbang kastil yang melengkung menuju ke dalam dinding besar dari batu dan ke dalam kota tua Avignon yang dikelilingi dinding.

Mereka memasuki sebuah area seperti plaza dan Kamijou melihat tempat yang terlihat seperti kafe yang buka. Di tanda kafe itu yang ada di sisi jalan tertulis sesuatu dalam bahasa Prancis (paling tidak Kamijou rasa begitu. Dia tidak yakin.) dan dalam bahasa Inggris. Pasti itu adalah sebuah kafe untuk turis karena kafe itu memiliki banyak hal untuk membantu akomodasi orang-orang yang datang ke sini untuk pertama kalinya.

Itsuwa membawa Kamijou menjauh dari plaza itu dan ke dalam sebuah lorong kecil. Kamijou mengasumsikan bahwa pasti ada tempat tersembunyi yang diketahui Itsuwa.

“Aku tahu kau bilang kita akan pergi ke tempat di mana kita bisa duduk, tapi...”

“Y-ya?”

“Kenapa Drory Coffee? Maksudku, aku tahu kalau itu perusahaan asing, jadi tidak mengejutkan kalau ada di Prancis, tapi ini tidak persis dengan rantai toko yang ada di Jepang. Tidak bisakah kita pergi ke toko yang lebih...kau tahu, jenis tempat yang tidak terlalu terkenal yang didirikan oleh pasangan tua atau semacamnya?”

“Y-yah, ada tempat-tempat seperti itu, tapi...”

Itsuwa terdengar seperti meminta maaf.

“Um... Tempat-tempat seperti itu biasanya banyak dikunjungi penduduk lokal, jadi orang Jepang seperti kita akan lebih mencolok. Akan jauh lebih aman berada di sebuah rantai toko yang banyak dikunjungi turis Jepang...”

“Nnn...” Kamijou mendesah.

Dia sedikit setuju dengan Itsuwa, tapi kemudian dia menyadari sesuatu yang lain.

“...Tunggu sebentar, Itsuwa. Aku masih cukup kotor.”

Dia telah diberikan handuk di sungai tadi, tapi dia tidak bisa membersihkan semuanya dengan itu. Dia hampir sepenuhnya kering sekarang, tapi lumpurnya tidak akan pergi ke mana-mana.

“Kalau aku masuk ke toko seperti ini, bukankah aku akan ditendang keluar ketika mereka melihatku?”

“Kau akan baik-baik saja.” Itsuwa menjawab dengan biasa. “Dengan keadaan sekarang, kau baik-baik saja.”

Kamijou mengerti apa yang dimaksudnya segera setelah dia masuk ke dalam toko.

Tata ruang toko itu persis sama dengan toko-toko rantai yang sama di Jepang.

Dinding yang menghadap jalan ditutupi kaca dan di depan kaca itu terdapat meja panjang dengan kursi yang berjejer di depannya. Bagian tengah ruangan memiliki meja restoran untuk empat orang dan konter tempat memesan berada jauh di belakang. Kamijou tidak bisa membaca bahasa Prancis, tapi dari tanda “dilarang merokok” di atas plakat-plakat yang ditempatkan di sekitar toko, seluruh toko itu pasti merupakan area “tanpa rokok”.

Satu-satunya perbedaan dari toko di Jepang adalah orang-orang di dalamnya.

Tentu saja, orang-orang itu adalah orang Prancis dan bukan orang Jepang.

Tidak ada orang di sekitar tempat dia mendarat dengan parasut, tapi toko itu penuh. Mereka mungkin takut pada demonstrasi dan kerusuhan, tapi mereka masih harus keluar untuk bekerja. Orang-orang hanya pergi ke tempat ke mana mereka harus pergi yang menyebabkan arus manusia terkonstentrasi ke area-area spesifik.

Dan ada satu perbedaan lagi.

Mayoritas pengunjung berambut dan berpakaian acak-acakan, dipenuhi lumpur, dan perban-perban membalut anggota tubuh mereka. Semuanya, dari orang dewasa yang terkuat hingga anak yang paling kecil, paling tidak memiliki memar di wajahnya. Kau akan sangat kesulitan mencari seseorang yang tidak terluka.

“Jadi ini hasil dari demonstrasi dan protes-protes itu...”

Kamijou menghela napasnya ketika bicara.

Sejauh ini, Academy City dan Gereja Katolik Roma telah menunjukkan oposisi satu sama lain, tapi belum ada aksi militer penuh yang dilakukan. Tapi meskipun begitu, ini telah menyebabkan perunahan yang memiliki efek nyata pada dunia. Meskipun tidak ada seorang pun yang menginginkan perubahan mengerikan ini.

“Kita harus melakukan sesuatu tentang ini secepat mungkin,” kata Itsuwa dengan suara pelan.

“...Aku tahu. Dan kita di sini untuk mencari tahu cara melakukannya,” jawab Kamijou.

Ini bukan waktunya untuk makan dengan santai, tapi Itsuwa mengatakan bahwa mereka akan terlihat mencolok jika mereka duduk tanpa memesan apa-apa. Kamijou setuju karena dia pasti akan merasa canggung berdiskusi sambil dipelototi oleh para pegawai, dan dia pergi menuju konter.

Tentu saja, wanita muda yang berdiri di balik meja kasir adalah orang Prancis.

(Sekarang...)

“I-Itsuwa-san. Karena aku ada di Prancis, apa aku harus bicara bahasa Prancis?”

“Apa?”

“Aku sedang berpikir apakah ada kemungkinan orang Prancis mengerti bahasa Inggris.”

“Yah, kurasa kebanyakan orang di UE mengerti bahasa Inggris. Tidak seperti negara pulau seperti Jepang, rasa nasionalitas di sini sedikit lebih lemah. Lihat, pengunjung di sana orang Jerman. Oh, dan yang itu orang Itali. Karena mereka harus bicara dengan orang-orang dari banyak negara berbeda, kebanyakan pegawai yang menangani pengunjung di toko berantai harus tahu bahasa lain selain bahasa Prancis.”

“A-aku mengerti!” Kamijou tiba-tiba dipenuhi motivasi.

Waktunya telah tiba untuk menunjukkan hasil kerja kerasnya dengan aplikasi “English Training Made Easy” di ponselnya.

Dia sebenarnya sedikit jatuh semangat karena dia terjebak di latihan tingkat 4, tapi ini bukan waktunya mengkhawatirkan itu. Dia berjalan dengan penuh tujuan dan bicara sebelum pegawai itu sempat menanyakan pesanannya.

“Coffee and sandwich, please!!”

Pengucapannya sedikit buruk, tapi kasir wanita itu mengangguk.

(D-dia mengerti aku!!)

Tapi tepat ketika Kamijou merayakan kemampuan bahasa Inggrisnya, wanita itu mengatakan sesuatu dalam bahasa asing yang pasti berarti “Semuanya 7 euro”.

Kamijou panik.

Mereka tidak menerima yen.

“A-apa yang harus kulakukan...!!”

Ekspresi Kamijou membuatnya terlihat seperti baru saja disambar petir, tapi Itsuwa memberikannya selembar uang Euro.

(Oke, aku harus membayarnya balik. ...Tunggu, satu Euro itu berapa yen?)

Ketika Kamijou bertanya-tanya tentang itu, Itsuwa berkata pada pegawai itu.

“U-um, aku ingin satu espresso, satu sandwich babi hitam, dan stik sayuran yang menyehatkan.”

Pegawai Prancis itu mengangguk lagi, menunjukkan dia mengerti dan Kamijou teriak syok.

“Ehh, bahasa Jepang!? Aku tadi bisa memakai bahasa Jepang!?”

Ketika dia melihat lebih dekat pada para pegawai, dia menyadari bahwa mereka memiliki sejumlah badge berbentuk bendera di bahunya. Badge-badge itu kemungkinan besar menunjukkan bahasa-bahaa yang mereka mengerti.

Ini membuat Kamijou benar-benar meragukan kemampuan bahasa Inggrisnya. Mungkin saja wanita itu mengerti pengucapan Kamijou hanya karena dia tahu bahasa Jepang.

Kamijou cukup sedih ketika dia mengambil bakinya dan pergi lebih dulu untuk mencari meja. Itsuwa datang beberapa saat kemudian.

Pertama Itsuwa meletakkan bakinya ke atas meja, lalu meletakkan tas yang tergantung dari punggungnya ke dekat kakinya.

Kamijou bisa mendengar suara dentang metalik berat dari dalam tasnya.

“...?”

Dia melihat ke arah tas itu.

Ketika dia melakukan itu, wajah Itsuwa memerah dan dia menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahnya.

“J-jangan khawatir tentang itu.”

“Yeah, tapi...”

Dia baru saja akan melanjutkan ketika Itsuwa bicara nyaris tanpa menggerakkan bibirnya.

“(...Um, aku punya senjata di dalamnya.)”

“Hah?”

“(...Gagangnya dipisahkan jadi lima bagian. Ketika aku perlu menggunakannya, aku bisa menyambungkan bagian-bagiannya untuk membuat sebuah tombak. Aku tahu kalau menambah sendi membuat tombaknya sedikit lebih lemah, tapi dengan begini aku bisa membawanya bersamaku.)”

(Setelah kupikir-pikir, aku memang melihatnya mengayun-ayunkan tombak besar di Chioggia.)

“Omong-omong, apa kau sudah bisa menghubungi orang bernama Tsuchimikado itu?”

“Belum.”

Kamijou mengeluarkan ponselnya dari kantungnya.

“...Kami terpisah ketika turun dan aku tidak bisa menghubunginya. Aku bisa membuat panggilan keluar, tapi sepertinya ponselnya mati atau dia berada di luar jaringan. ...Yah, kalau dia, dia pasti tidak apa-apa tak peduli apa yang terjadi.”

Dia mencoba meneleponnya sekali lagi, tapi tidak ada tanda-tanda panggilan itu terhubung dengan ponsel Tsuchimikado.

(Ini ponsel yang tangguh. Aku jatuh ke dalam sungai itu dan ponsel ini masih baik-baik saja.)

Kamijou memasukkan ponselnya kembali ke kantungnya.

Kamijou bermaksud melakukan diskusi strategi dengan Itsuwa sambil memakan sandwich-nya, tapi kemudian dia menyadari tidak ada tisu di bakinya.

“Ah, sekarang bagaimana? Aku ingin mengelap tanganku sebelum makan...”

Entah kenapa, mata Itsuwa bersinar-sinar setelah mendengar komplainnya.

“K-k-k-k-kalau begitu, aku bisa...”

Wajahnya merah padam dan dia mulai mengaduk-ngaduk tas di dekat kakinya, tapi kemudian seorang pegawai wanita yang sedang mendekati mereka mengatakan sesuatu dalam bahasa Prancis yang terdengar seperti permintaan maaf dan meletakkan setumpuk tisu.

Itsuwa membeku dalam syok sambil entah kenapa mengulurkan sebuah handuk basah milik pribadi.

Setelah mengelap tangannya dengan tisu, Kamijou memutuskan untuk masuk ke masalah utama.

“Jadi, sebelumnya kau bilang bahwa kau ada di sini untuk menginvestigasi sekitar Avignon...Hah? Ada apa, Itsuwa?”

“T-tidak ada apa-apa...”

Dia terlihat kehilangan seluruh tenaganya seperti tanaman rumah yang ditinggalkan terlalu lama di samping jendela selama musim panas.

Kamijou mulai bicara lagi.

“Jadi kau sedang mencari-cari di sekitar Avignon, ‘kan? Jadi kenapa kau mencari di Prancis dan bukan Vatikan? Apa kau menemukan hal yang mencurigakan?”

“I-iya,” Itsuwa mengangguk. “Sebenarnya aku berencana untuk mengumpulkan sedikit informasi lagi, lalu menghubungi anggota Amakusa lain yang tersebar di Prancis.”

“Jadi kau menemukan apa yang kau cari?” Kamijou menanyakan untuk konfirmasi dan Itsuwa tidak menyangkalnya.

“Apa kau tahu gedung yang disebut Istana Paus?”

“?”

“Itu adalah fasilitas Katolik Roma terbesar di Avignon. Atau lebih tepatnya, kota Avignon dibangun mengelilinginya.”

“Paus...” gumam Kamijou.

(Dengan “paus”, apa maksudnya paus “Sang Paus” yang itu?)

“Hm? Tapi bukankah harusnya Istana Paus ada di Vatikan? Namanya membuatnya terdengar sangat penting.”

“Yah...” Itsuwa memulai bicaranya.

Kelihatannya dia kesulitan mencari tahu apa yang harus dikatakan.

“Ada keadaan rumit yang menyelimuti kota Avignon.”

“Keadaan rumit?”

“Di akhir abad ke-13, ada perselisihan antara Paus Katolik Roma dan raja Prancis. Dan pemenang perselisihan itu adalah raja Prancis. Dia mendapatkan hak untuk memerintah Sang Paus pada saat itu. Salah satu perintahnya adalah agar Sang Paus meninggalkan markasnya untuk datang dan tinggal di Prancis.

“Ini memulai apa yang dikenal sebagai Kepausan Avignon,” tambah Itsuwa.

“Dan markas Sang Paus saat itu adalah Vatikan?”

“T-tidak. Saat itu dikenal sebagai Negara Kepausan.

“Tampaknya, Prancis ingin mengontrol Sang Paus untuk menggunakan berbagai keistimewaan dan keuntungan yang dimiliki Gereja Katolik Roma. Avignon dipilih sebagai tempat untuk memenjarakan Sang Paus. Dan istana tempat dipenjarakannya Sang Paus dinamakan Istana Paus.”

“Dipenjarakan, huh?”

“Selama 68 tahun Kepausan Avignon, ada beberapa Paus dan mereka semua terpaksa bertindak sebagai Paus dari sini.”

Itsuwa mengunyak sebuah stik sayuran.

“Tapi ada banyak hal yang harus dilakukan Sang Paus yang hanya bisa dilakukan di Negara Kepausan. Hal-hal seperti pentahbisan para Kardinal dan berbagai rapat dewan ekumenis bisa dilakukan oleh seorang wakil. Tapi hal-hal yang harus dilakukan di dalam Negara Kepausan, di gedung-gedung di dalam Negara Kepausan, atau dengan benda-benda spiritual tertentu di dalam Negara Kepausan tidak bisa dilakukan dari Avignon dengan cara yang sama.

“Melakukannya akan sama dengan menciptakan Negara Kepausan yang benar-benar baru,” jelas Itsuwa. “Jadi Gereja Katolik Roma perlu menyiapkan sebuah trik.”

“Trik?”

“Mereka tidak bisa menciptakan alat-alat di Avignon yang sama dengan yang mereka miliki di Negara Paus , tapi dengan membuat saluran magis ke Avignon, mereka bisa mengontrol alat-alat di Negara Kepausan dari jarak jauh.”

“...Jadi mirip dengan menghubungkan sebuah komputer agar bisa mengakses server besar?”

“Ketika Sang Paus pindah kembali dari Prancis di akhir Kepausan Avignon, saluran itu harusnya sudah diputuskan, tapi dari pola detak magis di area ini, pasti ada sebuah fasilitas yang masih tersambung di mana mereka bisa menggunakan Dokumen-C atau mereka mungkin menyambungkan kembali saluran yang putus itu.”

“Hm...” Kamijou mengangguk.

Dia berpikir tentang apa yang baru saja diberitahukan padanya, lalu bicara.

“...Apa kau sudah memeriksa ke dalam Istana Paus?”

“B-belum.”

Itsuwa mengerut di kursinya dan menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya disuruh menginvestigasi... Setelah aku punya cukup informasi, aku harusnya menghubungi Paus Pengganti[4] agar sebuah tim besar bisa dikumpulkan dan menerobos masuk bersama-sama.”

Tampaknya, Tatemiya Saiji, si Paus Pengganti, memiliki sebuah “benda spiritual spesial” yang diturunkan oleh anggota Amakusa, tapi kelihatannya Itsuwa berpikir bahwa bertindak sendirian bukanlah ide yang bagus ketika berhubungan dengan sebuah benda yang memengaruhi seluruh dunia.

(...Setelah dipikir-pikir, ini membuat aksiku dan Tsuchimikado cukup tidak biasa, ya ‘kan?)

“Karena Tsuchimikado datang ke sini, dia pasti telah memastikan bahwa Avignon kelihatan mencurigakan dari sumber informasi lain. Yang berarti kemungkinan kau benar tentang Gereja Katolik Roma menggunakan Dokumen-C di dalam Istana Paus itu tinggi.”

Tapi kemudian Kamijou memikirkan hal lain.

“Dokumen-C itu milik Gereja Katolik Roma, ‘kan?”

“I-iya.”

“Jadi kenapa dokumen itu harus digunakan di dalam Negara Kepausan?...atau sekarang Vatikan, kurasa. Aku tidak bisa memikirkan alasan apa pun kenapa mereka tidak bisa mengeluarkannya dari markas mereka. Dan hanya karena mereka bisa mengontrol alat-alat di Vatikan dari Avignon tidak berarti ada sihir yang hanya bisa diaktifkan di dalam Avignon, ‘kan?”

“Yah, ada beberapa teori tentang itu...”

Itsuwa berpikir sejenak kemudian melanjutkan.

“Mungkin butuh waktu yang lama untuk mendapatkan persetujuan untuk menggunakan Dokumen-C. Seluruh 141 Kardinal di tingkat teratas Gereja Katolik Roma harus menyetujuinya. Sang Paus memiliki kekuatan besar di dalam gereja, tapi dia tidak bisa menggunakan Dokumen-C hanya berdasarkan keputusannya sendiri saja. Kurasa itulah kenapa dokumen itu jarang digunakan sampai sekarang.

“Ada konflik antara faksi-faksi di dalam Gereja Katolik Roma dan peraturan itu mencegah Dokumen-C digunakan selama konflik-konflik tersebut

“Menurut informasi yang kudengar, mereka tidak memerlukan persetujuan seluruh Kardinal untuk mengendalikan dengan dokumen melalui Avignon karena metodenya begitu tidak biasa. Tapi di saat yang sama, karena mereka tidak mengaktifkannya di Vatikan secara langsung, persiapan yang harus dilakukan di Avignon menyebabkan pengaktifan dokumen itu tidak secara instan seperti biasanya. Dan itu berarti jika kita menghentikan Dokumen-C sekarang, kita mungkin bisa menghentikan sepenuhnya kekacauan yang menyebar ke seluruh dunia.”

“Tapi bagaimanapun juga, kau harus menginvestigasi Istana Paus, hm...”

“A-aku hanya perlu sedikit informasi lagi agar cukup untuk membuat yang lainnya bergerak. Kurasa kami akan siap untuk menyelinap masuk ke dalam Istana dalam beberapa hari.”

Ini adalah perang antara Sains dan Sihir, tapi Itsuwa dan anggota Amakusa lainnya sepertinya bertarung untuk menghentikan Gereja Katolik Roma.

Anglikan sepertinya tidak menyukai fakta bahwa Gereja Katolik Roma sedang memegang tali kekang sisi Sihir. Di sisi lain, mereka juga tidak ingin membuat masalah langsung ke mereka sendiri. Dia mengatakan “Amakusa”, bukan “Gereja Anglikan”. Dengan kata lain, Gereja Anglikan menggunakan anggota Amakusa untuk menghentikan Dokumen-C, dan jika Amakusa gagal, mereka akan mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah faksi kecil yang bertindak di luar kendali mereka.

“...”

Kamijou terpisah dari Tsuchimikado.

Dia merasa bekerja sama dengan Itsuwa dalam rencananya menyusup ke dalam Istana Paus adalah rencana yang lebih baik dibandingkan menuju ke sana sendirian sekarang.

Itu berarti dia harus membantu Itsuwa mengumpulkan informasi yang dia perlukan.

“Itsuwa, apa ada yang bisa kubantu?”

“Eh?”

“Kau bilang kalian tidak akan menyusup ke dalam Istana sampai beberapa hari ke depan, tapi kita perlu menyelesaikan ini secepat mungkin.”

“I-itu benar. Kalau begitu...”

Itsuwa terlihat kebingungan bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Kamijou.

Tapi dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjawabnya.

Terdengar suara pecah yang keras ketika seluruh jendela yang menghadap jalan pecah bersamaan.

Bukan karena lemparan batu. Bukan juga karena dipukul dengan pipa logam atau pemukul baseball.

Karena tangan manusia.

Ratusan tangan mendorong kaca jendela itu bersamaan dan tekanan yang dihasilkannya memecahkan kaca itu. Banyak teriakan dari dalam toko dan segerombolan orang membanjiri toko itu. Seperti adegan dalam film zombie.

Kamijou dengan cepat menyadari apa yang menyebabkan kejadian yang jelas tidak biasa ini.

“Kerusuhan!?”

“K-ke sini!!”

Itsuwa mengambil tasnya dari lantai, menarik lengan Kamijou dengan tangan satunya, dan mulai berlari. Dia tidak menuju pintu keluar utama; dia menuju pintu keluar darurat. Sepanjang waktu itu, ratusan orang menyerbu ke dalam dan toko itu tiba-tiba menjadi terlalu penuh untuk bergerak, seperti di kereta yang penuh sesak.

“Mereka orang Jepang!”

“Apa mereka dari Academy City!?”

“Hancurkan mereka. Jangan ragu. Mereka musuh!!”

Kamijou tidak mengerti bahasa Prancis, tapi dia mengerti inti yang dikatakan mereka dari nuansa yang diberikan emosi mereka pada suaranya. Banyak tangan berusaha meraih punggungnya, tapi sebelum mereka berhasil menyentuhnya, dia berhasil keluar melalui pintu metal darurat yang terbuka dalam gerakan yang nyaris seperti berguling.

Dia berbalik untuk melihat ke belakang.

Dia mendengar banyak teriakan dari dalam gedung yang datang dari beberapa wanita dan anak kecil di dalam. Tapi sebelum dia sempat kembali ke dalam untuk membantu mereka, Itsuwa menutup pintu darurat itu dengan menendangnya.

“Itsuwa!!”

“Aksi mereka tidak cukup untuk membunuh seseorang. Mereka terlalu banyak. Jumlah perusuh yang banyak tidak lebih dari menghalangi gerakan mereka sendiri. Selama mereka tidak berjatuhan seperti domino, harusnya bahkan tidak ada luka parah.”

“Itu bukan masalahnya!! Kita paling tidak harus membantu anak-anak agar-!!”

“Hal yang sama...!!” teriak Itsuwa memotong Kamijou. “Hal yang sama dengan ini sedang terjadi di seluruh dunia. Kalau kita kembali ke gelombang manusia itu, apa yang bisa kita lakukan? Kita di sini untuk menghancurkan sumber semua ini secepat yang kita bisa, ‘kan?”

“...Sialan.”

“Kalau kita bisa menghentikan Dokumen-C, kerusuhan ini akan berhenti. Kalau kita terjebak di dalam kerusuhan ini, kita tidak melakukan hal lain selain membatasi pergerakan kita sendiri. Dan kalau begitu, tidak ada lagi orang yang menghentikannya.”

(Gereja Katolik Roma menyebabkan kerusuhan-kerusuhan ini dan Academy City tidak melakukan apapun untuk menghentikannya.)

“...Berengsek!!” Kamijou mengumpat, lalu menggertakkan giginya.

(Dan satu-satunya yang menderita adalah orang-orang yang terjebak di tengah semuanya! Aku sama sekali tidak bisa mengabaikan ini. Aku akan menghentikannya di sini. Aku harus menghentikan kekacauan ini secepat yang aku bisa!!)

Kamijou dan Itsuwa berlari melalui lorong yang ditutupi oleh dinding yang tinggi di kedua sisinya.

Kamijou bisa mendengar suara teriakan seorang pria serak. Suara kaca yang pecah bergema di telinganya. Dia bisa mendengar tangisan bernada tinggi. Dan bahkan dia bisa mendengar ledakan dari gas atau bensin yang dibakar.

Dia sama sekali tidak tahu apa yang ditarget oleh kerusuhan itu.

Mungkin menarget rantai perusahaan yang dimiliki orang Jepang atau mungkin menyerang hotel-hotel yang sering menjadi tempat menginap pelancong Jepang. Apapun targetnya, mereka telah kehilangan tujuan awal mereka dan sekarang membanjiri jalanan, menyebabkan kekacauan parah.

“Itsuwa, sejauh apa kita akan berlari!?”

“Untuk sekarang, aku ingin mencari area di mana kita tidak akan ditelan kerumunan, tapi...”

Dia memutuskan kalimatnya.

Mereka bisa melihat grup perusuh lain di jalan.

(Sial, timing mereka bagus...)

Kemudian pundak Kamijou bergetar ketika dia memikirkan sesuatu yang mengganggunya.

“Hei, Itsuwa. Kau sudah menginvestigasi di sini untuk beberapa waktu, ‘kan? Apa kau pernah terjebak dalam kerusuhan seperti ini ketika itu?”

“Eh? T-tidak. Gereja Amakusa berspesialisasi dalam menyatu dengan lingkungan. Biasanya, aku akan pergi segera setelah aku menemukan tanda datangnya kerusuhan...”

“...Jadi aku benar.”

Kata-kata Itsuwa mengonfirmasikan apa yang dipikirkannya.

Timing mereka terlalu bagus.”

“Apa maksudmu...?”

“Kalau musuh yang mengendalikan Dokumen-C berada di Avignın bersama kita, mereka mungkin melihatku yang turun dengan parasut. Dan meskipun mereka tidak melihatku secara langsung, mereka mungkin mendeteksi sebuah pesawat penumpang supersonik Academy City menjatuhkan sesuatu di atas kota. Reaksi ini masuk akal jika orang-orang yang menggunakan Dokumen-C sedang berjaga-jaga.”

“Jangan bilang...”

“Kerusuhan ini adalah metode mereka untuk mencegat kita!!”

Ketika Kamijou berteriak, kumpulan orang yang menutupi jalan semakin mendekat.

Istana Paus berada di dalam kota tua Avignon yang merupakan sebuah kota kecil yang dikelilingi dinding kastil yang tua. Karena mereka terus membangun lebih banyak gedung ke ruang yang terbatas itu, jalanan menjadi begitu kecil hingga sebuah mobil pun sulit melaluinya. Dan karena jalan-jalan itu dikelilingi oleh gedung-gedung dengan tinggi lebih dari 10 meter, semacam perasaan claustrofobia tercipta.

Dan jalan-jalan kecil ini ditutup oleh gelombang manusia di berbagai titik.

Orang-orang yang terlibat dalam kerusuahan itu bahkan terlihat melukai diri mereka sendiri.

Kamijou berpikir sejenak dan menyerahkan dirinya pada apa yang harus dilakukan.

Kecuali mereka memaksa menembus gunungan manusia di depan yang berjalan ke arah yang berlawanan, mereka tidak akan pernah bisa sampai ke Istana Paus. Dan mengambil jalan lain tidak akan memecahkan masalah itu. Semakin lama mereka menundanya, semakin banyak orang yang akan luka.

“Ayo pergi, Itsuwa.”

Index v14 165.jpg

“Eh...?”

“Kita tidak punya waktu untuk menunggu kesempatan menghubungi Tsuchimikado. Dan anggota Amakusa tidak bisa ke sini segera, ‘kan? Jadi kita tidak punya pilihan selain menembus orang-orang ini dan menuju Istana Paus. Kalau musuh tahu kita ada di sini, mereka mungkin tidak akan tetap di sini untuk waktu lama. Bahkan kalau mereka kabur kembali ke Vatikan, mereka bisa terus menggunakan Dokumen-C. Membiarkan mereka membawa Dokumen-C kembali ke markas mereka cuma berarti hal buruk. Aku benar-benar amatir dalam hal seperti ini dan bahkan aku pun bisa mengerti sampai situ. Kita harus menghancurkannya di sini juga dan sekarang juga!!”

Itsuwa sedikit ragu, tapi akhirnya mengangguk ke arah Kamijou.

Dia memutuskan bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk menunggu para anggota Amakusa yang tersebar di seluruh Prancis untuk berkumpul di sini.

Sementara mereka berbicara, ratusan perusuh mendekat di jalan yang kecil itu.

Dinding padat yang terbuat dari manusia seperti bagian dalam kereta yang penuh.

“...Tetap merunduk ketika kita melalui kerumunan ini,” kata Itsuwa pelan sambil melihat ke arah para perusuh. “Kalau kepala kita muncul di atas kerumunan, kita dengan mudah bisa menjadi target. Kita akan lebih susah ditemukan kalau kita bersembunyi di belakang orang-orang ini. Meskipun kerusuhan ini adalah cara musuh untuk menghentikan kita, mereka tidak punya kendali utuh.”

“Mengerti,” kata Kamijou yang anehnya merasa gugup. “Ayo.”

Ketika mengatakan itu, Kamijou dan Itsuwa berlari langsung ke arah para perusuh.

Perusuh-perusuh itu sepadat dinding, tapi mereka berhasil masuk ke tengah-tengahnya. Ada terlalu banyak orang bagi mereka untuk berlari. Mereka nyaris tidak bisa jalan dan awalnya mereka hanya berhasil berjalan sejauh beberapa meter.

Seseorang berteriak dan memukul kepala Kamijou.

Dia berhasil maju, tapi jemari gemuk menarik pakaiannya.

Dia terus maju serampangan. Dia menggigit tangan yang menariknya, membenturkan bahunya ke dinding manusia, dan maju dengan orang-orang yang masih bergelayutan padanya. Dia merasakan kuku menembus sisi tubuhnya dan darah mengalir. Dia bisa mencium bau tubuh para pria yang sekarang sudah mengamuk. Teriakan yang meledak di telinganya dan tekanan dari orang-orang yang mendorongnya dari segala arah sedikit demi sedikit memakan kesadarannya.

(Sialan...)

Kaki Kamijou mulai melemah.

Dia kehilangan tenaga untuk maju.

(Sialan...!!)

Tepat ketika dia merasa bahwa dia akan ditelan oleh kumpulan kejijikan, dinding manusia itu tiba-tiba menipis.

Sekarang karena udara tidak terdiri dari buangan napas orang lain, dia menghirup oksigen segar dalam-dalam.

“A-apa kau baik-baik saja!?” tanya Itsuwa dari dekatnya.

Ada setetes darah yang mengalir dari pelipisnya. Tampaknya, dia juga tidak bisa melewati kumpulan manusia tanpa tergores. Dia memang memiliki tombak di dalam tasnya, tapi dia pasti tidak ingin mengayun-ayunkannya di sini.

Kamijou mulai berlari keluar dari kerumunan orang sambil bernapas berat. Kakinya gemetar dan dia merasa sedikit pusing. Dia harus berhati-hati agar tidak menabrak dinding batu di sisi jalan keci itu.

“...I-Itsuwa. Di mana Istana Paus?”

“Di depan. Yang bisa kau lihat di sana itu atapnya. ...Selanjutnya kita harus melewati itu.”

Kamijou dengan perlahan melihat ke arah yang ditunjuk Itsuwa.

Yang dilihatnya di sana adalah sebuah kerusuhan besar yang membuat kerusuhan yang baru saja mereka lewati terlihat seperti bukan apa-apa.



Part 5[edit]

Jalan menuju Istana Paus tidak dapat dilewati.

Kamijou dan Itsuwa berada di kota tua Avignon yang kecil, yang hanya dikelilingi oleh dinding kastil sepanjang 4 km, tapi mereka tetap saja tidak bisa menuju ke satu titik. Jalanan di kota tua itu kecil. Hanya selebar 3 meter dan dikelilingi oleh kompleks perumahan dari batu setinggi 15 meter di kedua sisinya, menyulitkan mereka mengambil jalan memutar. Dan untuk maju, mereka harus menembus dinding padat dari ratusan jika bukan ribuan perusuh. Seperti berusaha pindah dari ujung gerbong kereta yang padat ke gerbong padat lainnya.

Jika terus begini, mereka tidak akan pernah bisa sampai ke Istana Paus.

Mereka akan tumbang di sini sebelum punya kesempatan untuk menghancurkan Dokumen-C.

“Tidak lagi...” kata Itsuwa, napasnya tercekat dan dia memerhatikan grup perusuh baru di depan mereka.

Beberapa dari pria perusuh itu menunjuk dan meneriaki mereka dengan mata merah. Kamijou tidak mengerti bahasa Prancis, tapi mereka mungkin berteriak, “Mereka orang Jepang!”, atau “Mereka dari Academy City!”, atau yang mirip dengan itu.

Sebelum grup perusuh itu sempat bergerak, Itsuwa menarik lengan Kamijou dan mulai berlari.

“Ini tidak akan berhasil. Ayolah. Ini hanya akan berakhir dengan remis!”

“Hei, jadi bagaimana dengan Istana Paus!?” teriak Kamijou sementara Itsuwa menuntunnya kembali ke arah mereka datang.

Kelihatannya pria-pria yang tadi memelototi Kamijou dan Itsuwa mulai mengikuti mereka, tapi pria-pria itu ditelan lagi oleh massa perusuh yang besar.

Itsuwa sama tidak sukanya dengan situasi ini seperti Kamijou.

“...Grup perusuh itu jelas-jelas yang paling besar sampai sekarang. Kita tidak akan bisa melaluinya hanya dengan berlari!”

“Jadi kau akan mencari rute lain? Tapi...”

Kamijou mulai bicara, tapi dia melihat beberapa pemuda yang ikut dalam kerusuhan lainnya di depan. Jalan kecil itu tertutup sepenuhnya oleh dinding manusia.

Ini tidak terlalu mengejutkan, Kamijou dan Itsuwa baru saja melewati grup perusuh yang itu.

“Di sini juga!?”

Suara Itsuwa entah kenapa terdengar jengkel dan dia menarik tangan Kamijou sambil berlari ke arah kompleks perumahan yang menjadi dinding jalan. Mereka melompat ke dalam sebuah gedung dari batu yang nyaris terlihat seperti terbuat dari tebing.

Mereke menutup pintu kayu tebal dengan punggung mereka.

Suara dan hantaman dari para perusuh yang ada di sisi lain menggedor pintu itu. Tapi bukan karena ada yang mencoba menghancurkan pintunya; itu hanya dari bahu dan lengan para perusuh yang padat di jalan dan menggesek pintunya.

Kamijou merosot ke lantai sambil tetap menahan pintu dengan punggungnya.

“...Apa yang akan kita lakukan tentang ini? Kalau begini terus, kita tidak akan bisa sampai ke Istana Paus.”

“Maju melalui kerusuhan-kerusuhan ini sulit...” kata Itsuwa dengan suara pelan.

Dia menurunkan tasnya ke lantai dan mengeluarkan beberapa tongkat sepanjang 70 cm. Tongkat-tongkat itu menyatu menjadi satu tongkat ketika dia menyambungkannya menggunakan persendian yang terlihat seperti katup pipa gas. Terakhir, Itsuwa menyambungkan sebuah bilah baja ke ujungnya.

Itu adalah tombak salib ala Barat.

Kamijou pikir namanya adalah Tombak Friuli.[5]

(Haah... Yah, aku sudah berpikir banyak tentang hal yang disebut misi rahasia ini, tapi...)

Ketika berpikir, dia melihat sesuatu ynag membuatnya tersedak.

Dia melihat belahan dada Itsuwa yang kelihatan karena bagian depan blusnya yang diikat seadanya. Kamijou merasa ada banyak masalah pada cara berpakaian Itsuwa, tapi Itsuwa sendiri tampaknya tidak menyadarinya.

“Apa yang kita lakukan sekarang? Aku bertindak agar menghindari kerusuhan, jadi aku tidak benar-benar tidak punya rencana atau mantra yang bisa digunakan jika aku terjebak di dalamnya.”

“Y-yeah...Kita perlu ke Istana Paus untuk menghentikan kerusuhan ini dan kita harus menghentikan kerusuhan ini untuk pergi ke Istana Paus...Sialan. Ini cuma bergerak melingkar saja.”

Dan ditambah lagi, jika musuh merasakan bahaya bahwa mereka akan mengambil Dokumen-C, musuh akan kembali ke Vatikan sementara Kamijou dan Itsuwa terjebak di sini. Jika Dokumen-C digunakan di sana, akan lebih sulit lagi untuk mengambilnya. Dan kalau begitu, kerusuhan-kerusuhan ini bisa tidak pernah berakhir.

Mereka harus bertindak sekarang, tapi mereka sedang terjebak. Ini adalah dilema berat.

Tiap detik yang terbuang terasa seperti puluhan jika bukan ratusan kali lebih panjang.

Tapi kemudian...

Kamijou mendengar ponselnya berdering di dalam kantungnya.

Dari Tsuchimikado.

“Kami-yan, kau baik-baik saja!?”

“Kau di mana!? Apa kau terjebak dalam kerusuhan juga? Apa kau terluka!?”

“Aku sedang menuju bangunan yang dikenal sebagai Istana Paus. Kalau Dokumen-C benar-benar digunakan di Prancis, dokumen itu pasti ada di sana.”

“Istana Paus...? Jadi kau sedang menuju ke sana juga?”

“?”

Kamijou melanjutkan sebelum Tsuchimikado sempat merespon.

“Jadi parasutku tidak meleset jauh dari target. Sasaran kita benar-benar Avignon.”

“Yah, benar... Kami-yan, bagaimana kau bisa tahu tentang Istana Paus? Kupikir kita lompat dari pesawat sebelum aku menjelaskan tentang itu.”

“Aku bertemu dengan Itsuwa dari Amakusa di sini dan dia menjelaskannya padaku. Tapi kerusuhannya begitu parah hingga kami tidak bisa sampai ke Istana. Kau bagaimana?”

“Sama juga di sini. Yah, banyak hal yang sudah terjadi. Gelombang manusia ini bekerja terlalu baik dalam menutup jalanan kecil di Avignon. Tidak mungkin kita bisa lewat kalau seperti ini.”

Dan dengan itu, keduanya mengerti situasi satu sama lain.

Tsuchimikado pasti terjebak dalam kerusuhan dan sekarang sedang bersembunyi entah di mana.

“Hei, Tsuchimikado. Aku ingin agar kita bertemu. Apa kau tahu tempat yang bagus?”

“Kerusuhan ini sedang terjadi di seluruh kota. Aku tidak ingin menetap di satu tempat untuk waktu yang lama.”

“Jadi apa yang akan kita lakukan? Menunggu kerusuhan ini mereda?”

“Itu akan menjadi rencana yang bagus kalau kerusuhan ini terjadi secara natural, tapi kerusuhan-kerusuhan ini disebabkan oleh Dokumen-C. Gereja Katolik Roma bisa membuat kerusuhan ini berlangsung selama yang mereka perlukan, jadi semua tidak akan membaik seiring waktu.”

“Tapi memangnya ada hal lain yang bisa kita lakukan!?”

“Ada,” Tsuchimikado menjawab dengan sigap. “Kita harus mengubah cara berpikir kita tentang hal ini. Kalau kita tidak bisa ke Istana Paus, kita hanya perlu memecahkan masalahnya dengan cara yang tidak mengharuskan kita pergi ke sana.”

“...?”

“Karena kau sudah diberi penjelasan oleh orang Amakusa itu, aku yakin kau tahu kenapa kita fokus pada Istana Paus di Avignon, ‘kan?”

Kamijou memikirkannya sejenak.

“Yah, mereka bisa mengoperasikan peralatan di Vatikan dari sana, ‘kan? Itulah kenapa mereka bisa menggunakan Dokumen-C di sini.”

“Benar. Jadi kita hanya perlu memutuskan saluran magis yang menghubungkan Avignon dan Negara Kepausan yang sekarang adalah Vatikan. Kalau kita melakukan itu, mereka harusnya tidak bisa menggunakan Dokumen-C lagi. Mungkin terlalu sulit untuk pergi ke Istana, tapi kita harusnya bisa sampai ke saluran sihir itu.”

“Oh,” respon Kamijou.

(Setelah kupikir-pikir, itu benar...)

“Tapi pastinya orang-orang yang menggunakan Dokumen-C di dalam Istana akan sadar kalau mereka tidak bisa menggunakannya lagi. Ketika itu terjadi, mereka akan kabur.”

“Cukup benar. Aku tidak bisa menyangkalnya. Itulah kenapa jadwal kita menjadi penting. Ini semua akan tergantung pada apakah kita bisa sampai ke Istana setelah memutuskan salurannya.”

Kamijou berpikir bahwa rencana Tsuchimikado masuk akal.

Dia pasti telah mengumpulkan informasi sebaik ini sebelum mereka naik ke atas pesawat. Dan dia pasti terus menginvestigasi sambil dikejar-kejar oleh para perusuh setelah mereka terpisah.

Tapi Kamijou, seorang amatir, menemukan satu masalah dalam rencana itu.

“Meskipun kita tahu Dokumen-C itu ada di dalam Istana Paus, kita tidak tahu siapa yang menggunakannya. Bukankah mereka bisa sembunyi begitu saja di antara kerumunan perusuh? Kalau begitu kita tidak akan pernah menemukan mereka.”

“...”

Tsuchimikado diam sejenak sebelum mulai bicara.

“Yah, kita akan menyeberangi jembatan itu ketika sampai di sana[6] Yang harus dilakukan lebih dulu adalah menghentikan Dokumen-C.”

Kamijou memiliki firasat buruk tentang kata-kata Tsuchimikado.

(Dia tidak berencana menggunakan sihir untuk mencari lokasi musuh lagi, ‘kan?)

Tsuchimikado Motoharu memiliki kelemahan besar berupa dia melukai dirinya sendiri ketika dia menggunakan sihir.

Tapi Kamijou tahu dia akan mengabaikan kelemahannya dan menggunakan sihir jika dia harus. Dia telah melacak Oriana Thomson ketika Daihaseisai bahkan ketika dia dipenuhi darah.

Entah sadar tentang ketidaknyamanan yang dirasakan Kamijou atau tidak, Tsuchimikado melanjutkan.

“Sekarang akhirnya kita tahu persis apa yang harus dilakukan, Kami-yan.”



Part 6[edit]

Kamijou dan Itsuwa melalui kompleks perumahan itu dan keluar melalui pintu belakang.

“Itsuwa, apa anggota Amakusa yang lain belum bisa datang?”

“M-maaf. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Aku sudah menghubungi mereka, tapi mereka akan tiba di sini paling cepat besok pagi. Kalau saja kita berada di Jepang di mana kami bisa menggunakan ‘pusaran’ dari mantra transportasi ‘Ziarah Miniatur’...”

Jalan tempat mereka berada kosong dari perusuh dan nyaris terlihat seperti mereka bisa sampai ke Istana Paus tanpa insiden.

Tapi mereka tidak tahu kapan kerumunan perusuh akan menutup jalan mereka dan lebih baik tidak berjalan melalui jarak yang jauh. Sepertinya Tsuchimikado benar tentang mengganti target mereka ke saluran magis yang lebih dekat.

“K-ke sini.”

Itsuwa menunjukkan jalan pada Kamijou sambil memegang tombaknya.

Kamijou rasa “dinding” di kedua sisi jalan bahkan lebih tinggi dari yang biasanya, dan setelah diperiksa lebih lanjut, ada bangunan dari batu yang dibangun di atas bangunan-bangunan biasa di sini. Karena bangunan-bangunan ini terlihat mirip sekali dengan benteng pertahanan dan dindingnya penuh noda hitam yang membuatnya terlihat seperti semacam dinding benteng, sulit untuk mengetahui bangunan apa itu hanya dengan melihat sekilas. Rumah-rumah, toko, dan gereja-gereja, semuanya terlihat seperti benteng dari luar.

“Um, aku tahu tempat yang dikatakan Tsuchimikado-san...tapi apakah saluran yang terhubung ke Vatikan benar-benar ada di sana?”

“Jangan tanya aku...” gumam Kamijou sambil melihat ke ponselnya.

Suara Tsuchimikado terdengar riang.

“Yah, metode membaca garis-garis ley berbeda di tiap kebudayaan, tapi aku cukup yakin tentang ini.”

Tampaknya, titik yang mereka tuju ada di dekat Kamijou dan Itsuwa. Karena tempat itu cukup jauh dari Tsuchimikado, dia menyerahkan pemutusan saluran magis itu pada mereka.

“Hei, saluran ini bentuknya seperti apa? Tidak muncul di atas tanah atau semacamnya, ‘kan?”

“Garis ley adalah arus kekuatan yang mengalir di bumi. Meskipun tipe kekuatan dan arah alirannya bisa sedikit berbeda. Bukan tidak biasa sebuah kekuatan yang krusial bagi sekte tertentu tidak ada artinya sama sekali bagi sekte lain. Itulah kenapa metode membacanya begitu berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.”

Kamijou memiringkan kepalanya kebingungan karena suara yang datang dari speaker dan Itsuwa menjelaskan kalau itu seperti penggunaan bahan-bahan dalam hidangan budaya-budaya yang berbeda.

Daging babi hitam yang digunakan dalam masakan Barat tidak dihiraukan dalam masakan Jepang (tidak termasuk inovasi-inovasi baru). Dengan cara yang mirip, merasakan dan menarik tipe kekuatan yang diperlukan dari berbagai tipe yang ada adalah kunci menggunakan garis ley.

Ketika Itsuwa menjelaskan ini semua dengan mulus, Kamijou menduga bahwa dia mungkin berspesialisasi dalam mantra-mantra garis ley tipe Amakusa.

“Kau tahu, Kami-yan. Tidak ada bagian tertentu di bumi yang lebih baik dari bagian yang lainnya. Kita manusialah yang memasang nilai seperti itu padanya.”

“Jadi seorang amatir sepertiku tidak akan bisa tahu kalau garis ley itu ada di sana, hah.”

“Bagaimanapun juga, sebuah garis ley yang penting bagi Gereja Katolik Roma menghubungkan Avignon dan Vatikan. Tapi itu adalah sebuah garis tidak lurus yang tercipta oleh orang yang menghancurkan dan membangun kembali bentuk tanah yang ada,” jelas Tsuchimikado. “Garis-garis ley cukup mudah untuk digerakkan. Bahkan, itulah ide di balik feng shui.”

“Haah. Aku tidak terlalu mengerti garis ley ini, tapi apakah ini adalah sebuah garis yang langsung terpahat dalam bumi?”

“Seperti yang sudah kukatakan, dengan menghancurkan bentuk tanah, kau bisa mengubah garis ley. Trik untuk mengetahui antara tanah yang baik dan yang buruk dalam feng shui didasari di mana ada gunung, ke arah mana sungai mengalir, dan hal-hal seperti itu. Dan sekarang ini, menimbun sungai dan menghancurkan gunung tidak begitu jarang terjadi.”

“Penyihir yang menggunakan bumi harus berusaha untuk memastikan agar titik-titik magis yang penting tidak dihancurkan seperti itu,” tambah Itsuwa.

(...Kedengarannya sangat menyulitkan.)

“Tapi kau juga bisa mengubah bentuh tanah dalam cara yang sudah diperhitungkan. Mirip seperti memiliki garis ley tipe mana yang ingin kau perkuat dari berbagai jenis garis ley yang ada di area itu. Tapi kalau kau gagal, keseimbangan akan hilang dan ini bisa menjadi bencana. Karena itu, ini hanya bisa dilakukan sebagai proyek besar dalam tingkat nasional.”

“Jadi begitulah saluran milik Gereja Katolik Roma dibuat...”

“Seperti yang sudah kukatakan, ada banyak tipe kekuatan yang mengalir melalui tanah dalam berbagai arah. Itulah kenapa sulit untuk menemukan satu garis yang spesifik kalau kau tidak punya petunjuk.” Tsuchimikado berbicara dengan mulus. “Tapi kalau aku tahu aku sedang mencari sebuah garis yang menghubungkan Istana Paus dengan Vatikan, aku punya beberapa kriteria untuk mencarinya. Mirip dengan sebuah sistem navigasi mobil yang mengarahkanmu ke sana. Bagaimanapun juga, kalau kau bisa menghancurkan saluran itu saja, ini akan menjadi bantuan besar. Um, Itsuwa, benar?”

“I-iya!!”

“Untuk memastikan saja. Kau tahu metode dan mantra untuk menghancurkan saluran itu, ‘kan?”

“U-um... Aku mengikuti gaya-Amakusa, jadi aku tahu semua mantra standar Shinto, Buddha, dan Kristen...”

“Itu cukup. Kau selesaikan segera setelah kau lihat salurannya.”

Kamijou hanya kebingungan oleh percakapan mereka.

“Tunggu. Tidak bisakah aku menghancurkan garis ley atau saluran atau entah apalah itu dengan tangan tangan kananku?”

Dia memiliki sebuah kekuatan yang dikenal sebagai Imagine Breaker.

Dia bisa menghancurkan kekuatan supernatural apapun baik sihir maupun psikis.

Tapi Tsuchimikado tidak setuju dengan pandangan Kamijou.

“Aku tidak yakin Imagine Breaker-mu bisa meniadakan garis ley, Kami-yan.”

“Eh?” Kamijou terlihat syok. “Tapi garis ley itu...um...bersifat sihir...’kan? Jadi...”

“Iya, tapi...” Tsuchimikado memotongnya. “Aku tidak bisa mengerti apa sebenarnya tangan kananmu itu. Kau bilang tanganmu bisa meniadakan kekuatan sihir atau psikis apapun. Tapi coba lihat satu kekuatan occult seperti ‘tenaga kehidupan’ sebagai contoh. Kau tidak bisa membunuh orang hanya dengan bersalaman dengannya, ‘kan?”

“Yah, tidak...”

“Aku punya firasat ada beberapa ‘pengecualian’ yang aneh. Dan garis ley kemungkinan besar adalah salah satu pengecualian itu. Aku sangat meragukan kau bisa menghancurkan seluruh bumi hanya dengan menyentuh tanah.”

Tapi di saat yang sama, Misha Kreutzev menghindari sentuhan tangan kanan Kamijou dan Kazakiri Hyouka tanpa sadar takut pada tangannya.

“...”

Kamijou menatap tangan kanannya tanpa suara.

(Pengecualian...? Bagaimana cara kerjanya?)

Ketika memikirkannya dengan tenang, Kamijou menyadari bahwa dia tidak tahu detail apapun tentang cara kerja kekuatannya. Mungkin karena dia kehilangan ingatannya, tapi mungkin juga dia juga tidak tahu sebelum kehilangan ingatannya. Paling tidak, tidak ada satu pun dari “pengetahuan” yang tersisa setelah dia kehilangan ingatannya memiliki petunjuk apapun untuk menemukan jawabannya.

Tapi sekarang yang harus didahulukan adalah memutuskan saluran itu.

Dia mempersiapkan dirinya dan melihat ke depan.



Part 7[edit]

Kamijou dan Itsuwa sampai ke sebuah museum kecil di Avignon.

Itu bukanlah sebuah bangunan besar yang hanya digunakan sebagai museum. Sama seperti kompleks perumahan dan toko-toko, museum itu menggunakan satu bagian dari bangunan-bangunan mirip benteng yang menjulang di kedua sisi jalan. Tidak ada cukup ruang di kota tua Avignon yang dikelilingi oleh dinding kastil dan mereka mungkin ingin menjaga rasa keseragaman di pemandangannya.

Ada tanda dalam bahasa Prancis di pintu masuk utama, tapi pintu kayunya ditutupi oleh shutter metal di depannya. Plat yang tergantung di gagang pintunya kemungkinan besar mengatakan “tutup”.

Ini adalah tengah hari di hari kerja.

“Mereka pasti tutup lebih cepat karena takut pada kerusuhan ini,” kata Itsuwa sambil melihat ke atas ke gedung itu.

Kamijou memperhatikan shutter yang kelihatan kokoh itu dan bicara.

“Tapi Tsuchimikado bilang saluran yang tak kelihatan itu melewati museum ini, ‘kan? Kita harus masuk entah bagaimana caranya. Apa ada mantra pembuka kunci ala Amakusa atau-...”

“Eyah!”

Kamijou dipotong oleh sebuah teriakan yang imut.

Ujung tombak Itsuwa menancap ke celah antara shutter dan tanah dan dia menggerakkan tombaknya sesuai prinsip tuas. Gerigi yang menggerakkan shutter itu sendiri hancur dengan suara berderak.

Itsuwa mengabaikan alarm keamanan yang mulai berdering dan mengangkat shutter-nya lebih tinggi lagi. Lalu dia menghancurkan pintu kayu dengan menggunakan prinsip tuas juga.

Dia memasuki gedung itu dengan ekspresi manis di wajahnya.

“Ayo, cepat.”

“Um...Itsuwa-san?”

Kamijou memandangi wajah gadis pendek itu dengan terkejut.

Mata Kamijou kelihatan seperti berkata “Dan kupikir kau cuma seorang gadis biasa...”, tapi ekspresi Itsuwa tidak berubah. Itsuwa pasti sudah siap untuk melumpuhkan pegawai museum yang datang untuk memeriksa apa yang terjadi.

Sementara alarm keamanan terus berdering, Kamijou juga masuk ke dalam gedung itu.

Pencahayaannya cukup remang-remang. Bahkan, di dalamnya nyaris gelap sepenuhnya. Semua jendela ditutup agar barang-barang yang dipertunjukkan tidak menerima sinar matahari secara langsung. Jika dengan lampu fluoresen biasa, tidak akan menjadi masalah, tapi Kamijou sedikit tidak yakin pada pijakannya hanya dengan cahaya remang dari tanda pintu keluar darurat.

“Tsuchimikado bilang tempatnya...”

“Aku bisa tahu di mana tempatnya sekarang karena kita sudah sedekat ini. Di arah sini.”

Itsuwa terus berjalan lebih ke dalam museum itu sambil memegang tombaknya dengan satu tangan.

Kamijou mengikutinya dan tidak menemukan apapun selain lantai biasa. Tapi melihat pengaturan letak lemari kaca untuk barang museum, pola yang biasanya tidak diikuti, yang membuatnya kelihatan kosong.

Itsuwa dengan perlahan berjalan mengitari lantai yang anehnya kosong itu. Dia melihat sekelilingnya sejenak, lalu mengangguk puas.

“Benar, di sini. Aku bisa merasakan satu kekuatan yang dibuat oleh Gereja Katolik Roma. Rasanya seperti sejenis kekuatan yang dimurnikan yang digunakan dalam mantra-mantra sekte lain. Ini adalah karakteristik garis ley milik komunitas gereja Barat. Mereka melakukan pekerjaan sempurna dalam menyembunyikannya; sulit untuk dirasakan sampai kau nyaris berada tepat di sampingnya.” Dia berbicara sambil melihat ke arah Kamijou. “...Tsuchimikado-san belum sampai ke sini, tapi aku perlu menyelesaikan ini sebelum musuh sadar. Aku akan memutuskan salurannya, jadi tolong mundur.”

“Aku tidak melihat apapun di sini,” kata Kamijou sambil memandangi lantai di samping Itsuwa. “...Dan apakah memutuskan saluran magis begitu mudah dilakukan?”

“Yah, sepenuhnya memutuskan sebuah garis ley memerlukan banyak orang.

“Ah ha ha.” Itsuwa tertawa. “Tapi kalau kita hanya perlu membuat garis yang menghubungkan Istana Paus dan Vatikan tidak bisa digunakan, aku bisa melakukannya. Intinya, aku akan memberinya kerusakan yang akan membuat arahnya sedikit berpindah.”

“Aku mengerti...” Kamijou mengangguk meskipun dia tidak benar-benar mengerti.

Dia tidak ingin mengacaukannya dengan Imagine Breaker, jadi dia menjauh dari Itsuwa.

Gadis Amakusa itu meletakkan tasnya dan mengaduk-aduk isinya. Sepertinya dia sedang memilih benda-benda sehari-hari yang diperlukan untuk mantra ini.

Kamijou menanyakan sebuah pertanyaan sambil memerhatikan Itsuwa.

“Jadi Gereja Amakusa menggunakan benda- benda seperti itu untuk membuat mantra?”

Index v14 185.jpg

“I-iya. Untuk mantra ini aku perlu kamera, sendal, pamflet, air mineral, dan celana dalam warna putih...”

Ketika dia mengeluarkannya, Itsuwa berteriak dan buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tasnya. Kemungkinan besar celana dalam itu adalah celana dalam yang dipakainya sebelum ganti baju tadi.

Wajahnya memerah dan dia berhenti bergerak.

“A-ada apa, Itsuwa?”

“...mantra ini.”

Itsuwa bicara sambil masih tidak bergerak.

“Aku memerlukannya untuk menyelesaikan mantra ini...”

Semua harapan musnah dari wajahnya dan dia dengan perlahan mengeluarkan kembali celana dalam itu dari tasnya. Itsuwa terlihat seperti akan menangis, dan Kamijou berpikir untuk berbalik, tapi dia tidak bisa menggerakkan dirinya setelah Itsuwa memberitahunya bahwa dia tidak perlu khawatir tentang ini.

Itsuwa menjejerkan benda-benda yang dikeluarkannya dari dalam tasnya di atas lantai. Bagi Kamijou, itu hanya kelihatan seperti sebuah lingkaran biasa, tapi pasti ada aturan-aturan halus untuk melakukannya yang diikuti Itsuwa.

Ketika dia selesai menyusun benda-benda itu, dia mengayunkan tombaknya di tangannya sehingga ujungnya mengarah ke bawah.

“Ayo lakukan ini,” kata Itsuwa sambil menusukkan tombaknya ke lantai.

Tombaknya mengenai tepat di pusat lingkaran.

Tidak ada suara bilah tombak yang mengenai lantai batu.

Ujung tombak itu menghilang ke dalam lantai seperti tenggelam ke dalam lumpur.

(Setelah Itsuwa memutuskan salurannya, Dokumen-C akan berhenti bekerja. Dengan kata lain, kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di sini harusnya sedikit menenang.)

Gadis Amakusa itu menggumamkan sesuatu selagi tombaknya tertancap di dalam lantai.

Tombak itu dengan perlahan-lahan tenggelam lebih dalam ke lantai.

(Tapi orang-orang yang menggunakan Dokumen-C di Istana Paus akan sadar bahwa mereka telah gagal. Ketika mereka telah memastikan bahwa situasinya tidak lagi menguntungkan mereka, mereka mungkin kabur ke Vatikan bersama dengan Dokumen-C.)

Itsuwa mengetuk lantai dengan tumitnya.

Dia juga mengetuk pelan tapi berirama gagang tombaknya dengan jari telunjuk tangan yang memegang tombak.

(Jadi ini adalah lomba melawan waktu. Kami harus segera ke Istana Paus setelah kerusuhan mereda. Kami akan bergabung dengan Tsuchimikado dan menghentikan mereka sebelum mereka bisa pergi.)

Sekarang tombak itu sudah lebih dari setengah jalan ke dalam lantai dan ujung gagangnya hanya setinggi dada Itsuwa.

Dia melepaskan tombaknya dan mengatur pegangan tangannya.

Seolah-olah dia sedang memutar sebuah kunci raksasa.

Kemudian, terdengar suara.

Tetapi...

Suara itu tidak disebabkan oleh tombak Itsuwa.

Dengan suara keras, dinding luar museum itu tiba-tiba pecah terbuka karena semacam serangan. Serangan itu disasarkan pada Itsuwa dan tombaknya yang tenggelam ke dalam lantai.

Serangan itu terlihat seperti sebuah pedang raksasa yang diayunkan.

Putih.

Terbang dalam garis lurus menuju Itsuwa.

Ketika Itsuwa menyadarinya, dia mengubah posisinya tanpa menggerakkan tombaknya agar dia berada di baliknya. Serangan itu lewat persis di samping Itsuwa, tapi sepotong dinding yang hancur...atau lebih tepatnya, sepotong batu yang terlalu besar untuk dilingkari oleh tangan, mengenai tepat di tombaknya.

“Itsuwa!!”

Tombak itu patah dengan rapi menjadi dua di tempatnya kena.

Itsuwa terhempas cukup jauh sambil memegang tombaknya yang patah.

Setelah menyebabkan kehancuran ini, seranga putih itu berfluktuasi dan menghilang seperti asap.

“Sialan...!!”

Itsuwa memegang kedua belahan tombaknya yang patah. Dia melepaskan potongan yang patah dari susunan tombaknya dan membuangnya. Dia lalu menendang tasnya ke atas dari lantai dan mengambil sebuah tongkat pengganti dari tasnya yang masih melayang. Dia menggunakan potongan itu untuk membuat ulang tombaknya.

Serangan kedua datang segera setelahnya.

“Pedang putih” itu datang dan menembus dinding luar lagi.

Gerakan “pedang putih” yang bergerak dari satu dinding ke dinding lain itu kasar seperti seorang anak yang mengayunkan-ayunkan ranting pohon. Tapi ini memiliki kekuatan destruktif yang mengerikan. Lantai dan dinding batu rubuh, lemari kaca untuk barang museum pecah, dan pecahan-pecahannya menyebar ke segala arah.

Suara kehancuran terdengar bersambung-sambungan.

Kamijou menunduk dan melihat serbuk halus yang jatuh dari langit-langit.

(Ini buruk... Gedung ini tidak akan bertahan!!)

“Itsuwa!!” Kamijou berteriak dan menggerakkan tangannya untuk memberitahu Itsuwa agar lari ke pintu keluar.

Sementara itu, “pedang putih” itu terus berterbangan menghancurkan dinding seperti seekor predator yang mengejar mangsanya.

Dengan tiap serangan, pedang itu terlihat semakin dekat dan semakin dekat ke sasarannya.

Siapapun yang mengendalikannya mungkin sudah mendapatkan feeling bagaimana Kamijou dan Itsuwa menghindarinya.

Atau mungkin si penyerang sedang menyerang dari jarak jauh dan dia dengan perlahan mulai semakin dekat.

Kamijou nyaris tidak bisa menghindari ketika pedang itu jatuh seperti sebuah guilotin. Dia melompat dari jalur pedang itu dan keluar dari museum dengan gerakan yang nyaris seperti berguling.

Dan kemudian...

“Ah, ah. Tampaknya ketika menyerang dari jarak jauh, ketepatanku berkurang.”

Suara itu datang dari dekatnya.

Cukup dekat. Hanya lusinan centimeter dari wajahnya.

Kamijou terkejut karena pria itu pasti telah menunggunya di sana.

Pria di depan mata Kamijou mengayunkan tangan kanannya tanpa menunggu Kamijou merespon.

Sesuatu warna putih muncul di belakang lengannya yang bergerak.

Tidak seperti gerakan tangan pria itu yang lambat, benda putih itu menuju ke leher Kamijou dengan kecepatan sebuah guilotin yang jatuh.

Terdengar suara menggelegar ketika benda itu terbang melalui udara.

“Ohhhhhhh!?”

Kamijou segera mengangkat tangan kanannya dan “pedang putih” itu mengenainya.

“Pedang putih” itu pecah berkeping-keping tepat ketika mengenai tangannya. Secara harfiah. Serbuk putih memang benar-benar tersebar di area itu.

Tirai dari serbuk yang seperti kabut itu berfluktuasi dan kembali berkumpul ketika si penyerang menggerakkan jarinya.

“Mundur!!” teriak Itsuwa dari belakang Kamijou dan Kamijou segera mengambil jarak antara dirinya dan si penyerang.

Kamijou akhirnya bisa fokus pada seluruh tubuh si penyerang.

Dia adalah seorang pria yang memakai baju seremonial warna hijau.

Dia memakai warna hijau dari kepala sampai ujung kaki.

Dia cukup pendek untuk ukuran kulit putih karena tingginya sekitar Kamijou atau mungkin lebih pendek lagi. Di sisi lain, dia terlihat sekitar dua kali umur Kamijou. Dia cukup kurus, jadi baju seremonialnya sangat longgar. Pipinya yang berlesung memberinya rasa vitalitas yang aneh.

Kamijou mengulurkan tangan kanannya dan menanyakan sebuah pertanyaan pada si penyerang berbaju seremonial.

“...Apa kau dari Gereja Katolik Roma?”

“Benar, tapi aku lebih suka kalau kau mengatakan bahwa aku dari Kursi Kanan Tuhan.”

Kamijou kehilangan kata-kata karena betapa santainya jawaban pria itu.

Kursi Kanan Tuhan.

Seorang anggota lain grup itu, Vento dari Depan, telah nyaris melumpuhkan Academy-City sepenuhnya pada 30 September.

Jika pria ini berada pada level yang sama dengannya...

“Namaku Terra dari Kiri.”

Serbuk putih yang terkumpul di tangannya mengambil bentuk.

Seperti sebelumnya, bentuknya adalah guilotin.

Bilah berbentuk papan yang terlihat seperti sebuah persegi berukuran 70 cm yang bagian bawahnya dipotong diagonal. Pria itu memegangnya di cincin yang biasanya memiliki ikatan tali yang digunakan untuk mengangkatnya.

“Kelihatannya giliranku akhirnya tiba. Karena kami dari Kursi Kanan Tuhan tidak bisa menggunakan sihir biasa, aku harus menyerahkan pengoperasian Dokumen-C pada penyihir lain.”

Terra tersenyum sambil membiarkan bilah eksekusi itu tergantung begitu saja di sisinya.

“Dan karenanya aku berharap kalian bisa membantuku menghabiskan waktu. Kalianlah orang pertama yang tertangkap oleh pemeriksa mantra-anti -garis-ley-ku, jadi kuharap kalian akan bagus untuk hiburanku.”



Part 8[edit]

Kamijou, Itsuwa, dan Terra berdiri di depan dinding luar museum yang hancur itu. Debu yang berterbangan mengurangi penglihatan, jadi mereka berusaha mengipas-ngipaskannya.

Lalu Terra dari Kiri mengayunkan tangan kanannya.

Dia mengayunkannya dari kiri ke kanan.

Sesuai gerakan itu, guillotine putih itu bergerak. Bukan seperti dia memegangnya, tapi lebih seperti melayang di udara sambil terhubung dengan tangannya. Bentuk guillotine yang sedetik yang lalu panjangnya satu meter hancur. Berubah menjadi sebuah tsunami putih yang ditembakkan dalam garis horizontal.

Tsunami itu meraung melewati udara.

“Ohhhh!?”

Kamijou mengangkat tangan kanannya.

Kehancuran yang berputar-putar mengikuti guillotine itu. Jalanan di kota tua Avignon kecil. Serangan itu memahat gedung-gedung seperti tebing yang ada di sisi jalan, menerbangkan mobil-mobil yang diparkirkan, dan membengkokkan seluruh gedung.

Sekarang ada perbedaan yang jelas antara jalan tua yang masih tidak tersentuh di kanan Kamijou dan tumpukan puing-puing di kirinya.

Guillotine putih itu sangat destruktif dan bisa membelah menembus seseorang, tapi...

(Aku bisa menanganinya dengna tangan kananku!!)

“Itsuwa!” teriak Kamijou, tapi dia berlari ke arah Terra tanpa menunggu jawaban dari Itsuwa.

Dia akan mengalihkan perhatian serangan Terra dan Itsuwa akan mendekat untuk menyerangnya. Itulah pola serangan terbaik untuk situasi ini.

Dan Terra kelihatan terfokus pada tangan kanan Kamijou.

Matanya yang terlihat seperti orang sakit memicing dan dia bicara dengan nada yang menunjukkan kekaguman.

“Kau harusnya sudah terbunuh oleh serangan itu. Aku mengerti. Jadi inilah Imagine Breaker. ...Aku sudah dengar bahwa kau mengalahkan Vento dari Depan.”

Terra mengayunkan guillotinenya sambil menyeringai.

Dia mengayunkannya dari belakang ke depan.

Sesuai dengan gerakan itu, pedang putih itu meruncing seperti sekrup dan terbang dengan serangan runcing yang langsung ke dada Kamijou.

“...!!”

Kamijou entah bagaimana berhasil menggerakkan tangan kanannya untuk mengenai serangan itu, tapi dia terlalu fokus pada pertahanan hingga dia kesulitan menggerakkan kakinya dengan kecepatan yang diperlukan.

Wuush.

Itsuwa berlari melewati sisi Kamijou sambil memegang tombaknya dengan sedikit merunduk.

“Hmph.”

Guillotine Terra menuju ke arahnya.

Suara keras memasuki telinga Kamijou. Itsuwa telah menunduk di bawah pedang putih yang terbang dalam garis lurus. Tapi dia tidak berhenti di sana. Dia menghindari pedang itu untuk kedua dan ketiga kalinya, mengangkat Tombak Friuli-nya, lalu melompat menerjang dada Terra.

Dia menarik tombaknya ke belakang, lalu menusukkannya ke depan lagi dengan kuat

Terra menangkis serangan tombak itu dengan ayunan guillotine horizontal.

Dia lalu mengayunkan guillotine-nya secara horizontal lagi ke arah berlawanan. Kali ini dia mengincar Itsuwa.

Ini seperti gerakan untuk membalas pedang besar itu.

“!!”

Itsuwa tidak berusaha menghentikan pedang itu; dia melompat diagonal ke arah depan dan terus maju untuk menghindarinya. Sambil melakukan ini, dia menarik tombaknya lagi untuk mengumpulkan kekuatan, lalu menyerang ke depan.

Mungkin ini karena dia harus menghindari serangan pedang itu, tapi dia kehilangan keseimbangannya dan ada sedikit jeda pada serangannya.

Terra menggunakan waktu itu untuk mengayunkan guillotine-nya lagi.

Tampaknya pedang putih milik Terra akan mencapai Itsuwa sebelum tombak miliknya mencapai Terra.

Tapi ada kilapan cahaya kecil di depan wajah Terra.

Terra menyadari garis-garis cahaya yang bersilangan di depan matanya dan beberapa garis cahaya yang lurus tersebar di sekelilingnya seperti jaring laba-laba.

“Maaf tentang ini...” Itsuwa mengatakan kata-kata ini, sementara suara seperti ada yang ditegangkan bisa terdengar.

Suara sesuatu yang ditegangkan sampai batasnya muncul dari...

“Tujuh Pedang Tujuh Ajaran!!”

Kawat.

Dengan suara udara yang teriris, kawat-kawat itu menyerbu ke arah Terra dengan kecepatan mengagumkan. Pedang super-tipis itu menyerang bersamaan dari 7 arah yang berbeda dan diatur untuk menebas Terra di beberapa tempat, dari pergelangan kakinya hingga jantungnya.

Terra tidak memiliki waktu untuk menghindari kawat-kawat itu.

Kamijou rasa kawat-kawat itu mungkin bergerak lebih cepat dari peluru.

Tetapi...

“Pendahuluan.”

Ekspresi Terra tidak berubah.

Dia hanya sekadar menggumamkan satu kata itu saja. Ketujuh kawat yang mengarah ke tubuhnya tidak memotongnya berkeping-keping; kawat-kawat itu hanya melilitnya tanpa melukai kulitnya seolah-olah kawat itu tidak lebih dari benang pancing.

Ekspresi Itsuwa berubah menjadi ekspresi syok.

Terra dengan ringan mengayunkan tangan kanannya dan ketujuh kawat yang melilit kulitnya terputus-putus seolah-olah kawat itu hanyalah jaring laba-laba.

“!!”

Itsuwa mengeluarkan napas pendek dan menusuk ke depan dengan tombaknya yang sudah ditarik ke belakang lebih dulu.

Ujung tajam itu ditusukkan ke arah pundak Terra dengan kecepatan kilat.

“Presedensi: Dinding Luar –Lebih Rendah, Tubuh Manusia – Lebih Tinggi.”

Tapi kemudian Terra menggumamkan kata-kata itu.

Dia menghilang ke dinding di belakangnya seolah-olah dia memasuki sebuah pintu yang tidak kelihatan.

“!?”

Tombak Itsuwa mengenai dinding dan suara nyaring terdengar.

Itsuwa meringis, efek tabrakan tombaknya ke dinding merambat di tangannya.

Lalu...

“Presedensi: Dinding Luar – Lebih Rendah, Pergerakan Bilah – Lebih Tinggi.”

Guillotine putih itu menghancurkan dinding dan menyerang ke arah torso Itsuwa secara horizontal.

Itsuwa membuang pikiran untuk menangkisnya dan praktis jatuh ke tanah, menghindari serangan horizontal itu.

Beberapa helai rambutnya melayang di udara.

Sementara itu, Terra lompat melalui lubang yang baru tercipta di dinding.

Dia menemukan Itsuwa segera setelah tindakan menghindarnya dan dengan santai mengayunkan guillotine miliknya lagi.

Karena perut Itsuwa menyentuh di tanah, dia tidak bisa menghindari serangan itu kali ini.

Jadi Kamijou melompat, berusaha mengambil posisi antara Itsuwa dan Terra.

“Ooooaaahh!?”

Dia nyaris tidak berhasil menghancurkan bilah guillotine raksasa yang mengayun ke arah leher Itsuwa itu dengan tangan kanannya.

Guillotine itu meledak dan serbuk putih tersebar di daerah itu.

Ekspresi Terra tidak berubah.

Dia tidak kelihatan khawatir sedikit pun.

“Presedensi: Dinding Luar – Lebih Rendah, Pergerakan Bilah – Lebih Tinggi.”

Terra mengatakan kata-kata yang sama lagi dan dia dengan santai menusukkan pedang putih yang kini sudah terbentuk kembali ke arah dinding bagian samping.

Guillotine itu mengayun sepanjang dinding luar seperti tangan yang menjatuhkan barang-barang dari atas rak.

Dinding luar runtuh dan lusinan batu seukuran melon berterbangan di udara.

“!!”

Sementara Itsuwa berusaha berdiri, Kamijou menggenggam lengannya dan menariknya ke belakang. Bahan-bahan bangunan menghancurkan tempat mereka berada sesaat yang lalu.

Terra berjalan dengan santai melangkahi puing-puing ke arah mereka, tidak mengejar dengan buru-buru.

“Aku pernah dengar tentang Imagine Breaker sebelumnya, jadi aku cukup menunggu sesuatu.” Terra tersenyum, sementara bilah warna putih dengan sifat yang tidak diketahui tergantung dari tangan kanannya. “Tapi kelihatannya, kau bukan apa-apa. Sejujurnya, aku sedikit kecewa, seandainya aku tidak melihat ini. Tampaknya kau memenangkan pertarunganmu dengan Vento, tapi itu hanyalah disebabkan oleh dihancurkannya ‘Hukuman Langit’-nya olehmu dan Academy City menggunakan ‘malaikat yang jatuh’ yang punya ‘tekanan dari alam’ untuk menahan gerakannya. Kalau dia berada dalam kekuatan penuh, dia tidak akan kesulitan sedikit pun melawanmu.”

(Ini...)

Kamijou merasa menggigil yang merayap di tulakng belakangnya ketika dia menyadari sesuatu.

Seorang pria yang berada pada level yang sama dengan Vento tidak akan menyerang dengan sebuah pedang saja.

(Dia anggota dari Kursi Tangan Tuhan...!!)

Kamijou tanpa sadar menggertakkan giginya, tapi dia ragu Terra akan menunggunya sampai tenang.

“Ah ah, ada apa?” Terra tersenyum dan mengangkat guillotine yang menyeramkan itu. “Tentunya kau tidak sedang berpikir kalau kau bisa mengalahkanku dengan menjaga jarak. Paling tidak biarkan aku lebih menikmatinya sedikit lagi. Kalau cuma ini saja yang kau punya, aku bahkan tidak perlu melakukan ‘penyesuaian’.”

“Kh!!”

Kamijou dan Itsuwa menyeret maju tubuh mereka yang berat dan menyerang Terra secara bersamaan.

Terra mengarahkan guillotine di tangan kanannya ke depan dan berkata.

“Presedensi: Pergerakan Tombak – Lebih Rendah, Udara – Lebih Tinggi.”

Dan dengan kata-kata itu, gerakan Itsuwa tiba-tiba berhenti.

Ujung bilah tombaknya yang mengarah ke tenggorokan Terra berhenti seperti dihalangi oleh dinding udara.

Sambil melihat kejadian ini dari samping, Kamijou mengepalkan tinju kanannya dan mengayunkannya ke dada Terra.

Terra lebih cepat.

Dia dengan santai mengayunkan tangannya secara horizontal dan bilah warna putih itu mengikutinya. Pedang raksasa itu menghindari tangan kanan Kamijou dan mengayun ke tubuhnya.

(Sia-!?)

Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan kalimat di pikirannya.

Ketebalan bilah itu lebih tebal dari jempol Kamijou. Dia merasakan bilah itu menekan kulitnya dan masuk ke dagingnya. Rasa sakit meledak di dalam tubuhnya.

Tubuh Kamijou terguling karena tenaga guillotine dan diterbangkan ke dinding bagian samping.

Segera setelah dia mendengar suara tabrakan yang keras, dia mendengar suara retak yang menyakitkan dari tubuhnya.

(...!?)

Dia tidak bisa bicara. Tenaga yang menekan perut dan punggungnya membuatnya tidak bisa bernapas.

“Gha...!?”

Tetapi, lukanya hanya sampai begitu saja. Kamijou tidak terbelah menjadi dua seperti dinding luar.

Dia memukul guillotine yang menekannya ke dinding dengan tinju yang gemetar. Bilah raksasa itu meledak menjadi serbuk dan Kamijou terduduk ke tanah, berusaha mengendalikan napasnya yang terengah-engah.

“...”

Terra memandang guillotinenya yang hancur dengan ketertarikan tinggi. Dia mundur selangkah dan sedikit menggerakkan jemarinya, memanggil serbuk bilah itu kembali padanya.

(Aku masih... hidup...?) pikir Kamijou sambil mengusap perutnya yang perih oleh rasa sakit. (Serangan itu mengenaiku, tapi aku masih hidup...?)

Serangan kejut pertama dari Terra dengan mudah menghancurkan dinding luar museum. Kamijou juga telah terkena serangan yang sama, jadi tubuhnya harusnya gepeng atau pecah.

Yang berarti...

(Serangan ini dan yang sebelumnya tipenya berbeda...?)

Kamijou memindahkan pandangannya dari perutnya ke arah Terra.

Terra yang berdiri di depan museum yang hancur itu masih terlihat tidak tertarik.

(Apa ada yang membesarkan kekuatan destruktifnya? Apa ada trik tertentu pada pedang itu?)

Ada satu hal yang mencolok dan mencurigakan

Kamijou memperhatikan Terra, sementara Terra memastikan guillotine-nya berada dalam kondisi bekerja setelah ditiadakan oleh Kamijou.

“Presedensi...” gumam Itsuwa sambil mengambil posisi untuk melindungi Kamijou, menarik tombaknya yang tidak mau menyentuh Terra.

Dia lalu memperhatikan serbuk yang melekat di ujung tombaknya.

“...Tepung?”

Dia berpikir sejenak, dan tubuhnya menegang sementara keterkejutan muncul di wajahnya.

“Apa senjata itu berfungsi dengan menggunakan ‘Daging Tuhan’...?”

“Oh, jadi seorang Asia juga bisa mengetahuinya.”

Itsuwa nyaris terdiam seribu bahasa ketika Terra mencoba memprovokasi dirinya.

“Selama misa, anggur diperlakukan sebagai ‘Darah Tuhan’ dan roti sebagai ‘Daging Tuhan’. Dan aku yakin aku tidak perlu memberitahumu bahwa misa dilakukan mencontoh eksekusi ‘Putra Tuhan’ di salib.”

Itsuwa menggigit bibirnya ketika mendengar kata-kata Terra.

Kamijou tidak mungkin tahu, tapi kata-kata itu cukup destruktif bagi seseorang yang mengetahui sihir.

“Kalau kau memikirkan fakta bahwa ‘Putra Tuhan’ disalib di atas salib dengan tenang, kau akan menyadari bahwa seorang manusia biasa harusnya tidak bisa membunuh ‘Putra Tuhan’. Itu adalah tugas yang sulit, bahkan untukku. Pada beberapa waktu di dalam alkitab, ‘urutan presedensi’ diubah. Contohnya, agar ‘Putra Tuhan’ bisa mengambil ‘dosa awal’ seluruh kemanusiaan, presedensi alami harus diubah agar dia bisa dibunuh oleh seorang manusia biasa.”

Guillotine itu mulai hancur.

Meskipun Kamijou meningkatkan kewaspadaannya, Terra kelihatan makin menikmati keadaan ini.

“Salah satu ritual rahasia yang diperlukan untuk menyelesaikan cerita ‘Putra Tuhan’ adalah pengubahan urutan presedensi. Dan itulah mantra yang kugunakan. Mantra ini disebut ‘Eksekusi Cahaya’. Kemampuan untuk mengubah bentuk tepung yang digunakan sebagai medium dengan bebas menjadi benda tajam itu semacam efek samping mantra ini. Apa kau mengerti sekarang?”

Pada dasarnya, ini berarti bahwa jika “tubuh Terra” diberikan presedensi lebih tinggi dari “kawat”, tubuhnya tidak akan terluka. Jika “pedang dari tepung” diberikan presedensi lebih tinggi dari “dinding luar”, pedang itu bisa dengan mudah menghancurkan dinding. Jika “udara” diberikan presedensi lebih tinggi dari “tombak”, serangan Itsuwa akan terhenti di udara.

“Kekuatan dan kelemahan tidak ada artinya bagiku. Bagaimanapun juga, aku bisa mengubah urutan keduanya begitu saja.”

Ini adalah kekuatan Kursi Kanan Tuhan.

Vento dari Depan memiliki kekuatan yang berhubungan dengan Tuhan, “Hukuman Langit”, dan telah menggunakannya untuk melumpuhkan Academy City.

Kali ini adalah eksekusi Putra Tuhan.

Semua penyihir berhubungan dengan teori dan hukum-hukum yang tidak diketahui Kamijou sedikit pun, tapi dia memiliki firasat bahwa teori-teori yang dipakai Kursi Kanan Tuhan adalah sesuatu yang spesial.

“Hm, tapi apa yang harus kulakukan sekarang? Aku mungkin telah menunjukkan trikku, tapi itu tidak berarti ini sudah selesai. Jangan bilang kalian pikir ini selesai ketika kalian memecahkan misterinya.”

Kamijou mengepalkan tinju kanannya erat-erat karena kata-kata Terra.

Terra benar.

Mereka tahu bagaimana cara kerjanya, tapi mereka tidak tahu cara mengalahkannya.

Itulah kenapa Terra bisa menunjukkan rahasianya pada mereka sambil tetap percaya diri.

“Mungkin aku akan memberikan kalian sedikit waktu,” kata Terra dengan nada menggoda. “Memperlama pertarungan ini tidak akan merugikanku sedikit pun. Aku beri kalian waktu 10 detik. Dalam waktu itu, kalian bisa menemukan rencana untuk mengalahkanku atau rencana untuk kabur. ...Tapi jangan salah sangka. Aku tidak bilang rencana seperti itu benar-benar ada, oke?”

Terra kelihatan semakin menikmati ini ketika bicara.

“Berengsek,” umpat Kamijou.

Tidak ada jarak yang besar antara mereka dan Terra dari Kiri.

Kamijou menggertakkan giginya dan Terra kelihatan menikmati tiap-tiap reaksi dari Kamijou.

Tapi kemudian...

“Oh, betapa dermawannya. Aku bisa menemukan tiga rencana yang berbeda jika diberikan 10 detik.”

Kamijou tiba-tiba mendengar suara lelaki yang dia kenal baik datang dari luar jangkauan penglihatannya.

Sebelum dia sempat melihat arah suara itu, sebuah peluru warna merah melesat di udara. Sebuah origami oranye yang terbakar. Kertas yang dilipat itu terbang ke arah wajah Terra dengan tenaga yang cukup untuk meretakkan beton.

Terra hanya sekadar mengikutinya dengan matanya.

“Presedensi: Sihir –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Serangan itu mengenainya. Tapi tepat ketika menyentuh kulit Terra, origami itu tiba-tiba berubah arah dan menghantam dinding tepat di samping Itsuwa. Seperti peluru yang terpental dari dinding metal.

Kamijou akhirnya berbalik untuk melihat si pengganggu.

Seorang anak laki-laki dengan sunglassess warna biru sedang berdiri di sana.

Karena dia memaksakan dirinya untuk menggunakan sihir, ada aliran darah dari bibirnya.

“Tsuchimikado...!?”

Tsuchimikado mengangguk sedikit sebagai respon.

Pandangannya tidak pernah pindah dari Terra.

“Jangan bilang,” Terra sedikit tersenyum, guillotine-nya tergantung dari tangan kanannya. “itu adalah satu dari rencanamu.”

“Sayang sekali...” Tsuchimikado juga tersenyum. Serangannya sepertinya gagal, tapi dia tidak terlihat khawatir sedikit pun. “Aku sudah menyudutkanmu.”

“...?”

“Dan setelah ini adalah skakmat. Aku sudah membuktikan kebenaran teoriku.”

Yang dia keluarkan ketika mengatakan itu bukanlah sebuah benda magis.

Sebuah pistol hitam mengkilap.

Pistol yang sama dengan yang dia gunakan untuk menembak Oyafune Monaka.

“Apa kau benar-benar pikir kau bisa mengalahkanku dengan mainan seperti itu?”

Tsuchimikado tidak memberikan respon apapun.

Dia mengumpulkan tenaga pada jari di atas pelatuk.

Terra tidak berusaha mencari perlindungan; dia hanya berdiri di sana dan berkata dengan perlahan.

“Presedensi: Peluru –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

“Presedensi: Peluru –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Tsuchimikado berbicara bersamaan dengan Terra.

Suara sejumlah tembakan terdengar.

Tapi peluru timah itu memantul dari wajah dan dada Tsuchimikado.

Itu adalah hasil yang sangat berat sebelah.

Tapi meskipun begitu, sebuah senyuman tetap muncul di bibir Tsuchimikado.

“Sudah kubilang, Terra dari Kiri.”

Tsuchimikado memegang pistolnya di satu tangan dan memasukkan tangan satunya ke dalam kantungnya.

Dia mengeluarkan sepotong origami warna hitam.

“Sudah kubilang kali ini adalah skakmat.”

“...”

Terra dari Kiri terdiam setelah mendengar kata-kata Tsuchimikado.

Dia lalu dengan perlahan menghadap Tsuchimikado dan menyiapkan guillotine-nya.

Jalanan harusnya penuh oleh para perusuh, tapi area itu anehnya hening.

(Bergeraklah...) pikir Kamijou.

Entah lebih baik atau lebih buruk, sebuah perubahan besar akan terjadi dalam pertarungannya.

Kamijou begitu terserap dalam konfrontasi antara Tsuchimikado dan Terra, jadi dia tidak menyadari Itsuwa yang mendekat. Itsuwa berbisik di telinganya.

“(Um, kita harus memanfaatkan gerakan Tsuchimikado selanjutnya dan lari.)”

“Eh?”

“(...Dia menyuruh kita dalam instruksinya. Dia bilang menghentikan Dokumen-C di Istana Paus lebih penting dibandingkan mengalahkan musuh di sini.)”

Itsuwa sedang memegang sepotong origami.

Instruksi Tsuchimikado pasti tertulis di dalamnya. Kamijou tidak tahu persis kapan, tapi Tsuchimikado pasti telah melemparnya ke Itsuwa ketika bicara dengan Terra.

Tsuchimikado dan Terra melangkah mendekati satu sama lain dengan perlahan.

Dan tepat ketika Kamijou merasa mereka akan menyerang, suara yang begitu kuat hingga dia pikir gendang telinganya akan meledak terdengar.

(...!?)

Ini bukan suara sihir.

Ini adalah suara lansekap kota Avignon yang dihancurkan oleh peledak.

Tentu saja, bukan Tsuchimikado dan bukan juga Terra penyebabnya.

Ada pihak ketiga yang ikut campur.

Buktinya bisa dilihat dari keduanya dengan jengkel mendecakkan lidah mereka dan keduanya mundur untuk mengambil jarak antara satu dengan lainnya.

Kamijou dikejutkan oleh kejadian tiba-tiba ini dan memperhatikan kompleks-kompleks perumahan yang menjulang di kedua sisi jalan mulai rubuh. Ini menghasilkan debu warna abu-abu yang menghalangi pandangan Kamijou.

Index v14 210-211.jpg

Dia bisa melihat siluet-siluet dari penyebab ledakan di sisi lain.

Tapi siluet-siluet itu bukanlah siluet manusia.

“...Apa yang terjadi? Apa-apaan yang sedang terjadi!?” gumamnya.

Siluet aneh di sisi lain tirai abu-abu itu mulai bergerak.



Part 9[edit]

Unit lapis baja tidak resmi milik Academy City mulai menginvasi kota tua Avignon dari luar dindingnya.

Peralatan utama mereka adalah HsPS-15, dikenal juga sebagai “Large Weapon”. Itu adalah sebuah powered suit yang dikembangkan dengan menggunakan semua teknologi terbaik Academy City.

Powered suit itu adalah senjata baru Academy City yang menutup tubuh dengan armor yang terlihat seperti baju zirah ala Barat. Sendi-sendinya digerakkan dengan tenaga listrik dan manusia di dalamnya diberikan mobilitas mulai dari dua kali biasanya hingga lusinan kali lipat.

Powered suit memiliki berbagai ukuran standar dan daya tempur, tapi yang ada di sini adalah kumpulan metal raksasa setinggi 2.5 meter.

Suit ini memiliki kamuflase biru-abu-abu dan “armor” seperti robot itu memiliik dua lengan dan kaki dan tangannya masing-masing memiliki lima jari. Tapi, jika kau menanyakan seseorang apakah powered suit itu “mirip manusia”, jawabannya adalah “tidak”. Bagian “kepala”nya benar-benar besar. Mungkin karena armor dadanya sangat tebal, tapi ini terlihat seperti ada satu dari robot keamanan berbentuk drum yang dipasang di atas kepala suit . Tidak ada leher. “Kepala”nya tersambung langsung dengan dadanya, tapi kepalanya masih bisa berputar.

Ada suara nyaring dari sesuatu yang keras dihancurkan.

Itu adalah suara dari kaki-kaki ber-armor yang menginjak puing-puing selagi mereka maju.

Paving dari batu dan puing-puing dari batu bata telah bertahan selama ratusan tahun, tapi sekarang keduanya dengan mudahnya hancur.

Tangan powered suit-powered suit itu memegang senjata khusus dengan barel yang begitu lebar hingga senjata itu terlihat aneh.

Senjata-senjata itu terlihat seperti senapan besar yang dibuat dengan memendekkan barel meriam utama sebuah tank secara paksa. Senjata itu adalah revolver shotgun[7] anti-pelindung.

Selongsong yang digunakan di senjata itu khusus. Di dalam satu selongsong terdapat beberapa lusin peluru yang biasanya diklasifikasikan sebagai anti-material. Tiap tembakan bisa menembus sebuah tank dan pada jarak dekat, beberapa tembakan bisa mendobrak pintu bunker nuklir. Biasanya, barel senjata tidak bisa menahan tenaga eksplosif dari mesiu, tapi, dengan mengontrol tipe dan peletakan mesiu dengan teliti, arah dari tenaga eksplosif bisa dikendalikan agar sesedikit mungkin kerusakan terjadi pada barel dan kekuatan destruktif paling besar dikeluarkan.

Beberapa lusin powered suit menuju ke dinding kastil yang mengelilingi Avignon sambil memegang senjata besar yang dikembangkan untuk tujuan menembus dinding bunker tebal yang mungkin menjadi tempat bersembunyi musuh ini.

“Mulai invasi.”

Hanya dua kata saja.

Ketika suara itu terdengar, shotgun-shotgun anti-pelindung ditembakkan. Setiap kali pegangan yang mirip aksi-pompa ditarik, silinder revolvernya berputar.

Dalam sesaat, dinding batu yang telah menghalangi masuk dan keluarnya orang dari kota itu selama ratusan tahun diterbangkan seolah-olah terbuat dari kertas.

Para powered suit itu melangkahi puing-puingnya dan memasuki kota tua Avignon.

Kaki-kaki buatan itu bergerak lebih mulus dari kaki seorang manusia asli.

Mereka menemukan pemuda-pemudi Avignon yang baru saja merusuh sebelumnya.

Pemuda-pemudi itu tidak diselimuti ketakutan atau kemarahan murni. Ini terjadi begitu tiba-tiba hingga mereka tidak bisa mengatur perasaan mereka. Ini membuat mereka gemetar di dalam pusaran emosi yang bercampuran.

Di sisi lain, respon para powered suit benar-benar seragam.

Mereka menggerakkan barel lebar dari shotgun anti-pelindung yang telah meledakkan dinding kastil dalam satu tembakan milik mereka dan membidikkannya secara langsung ke arah manusia yang terdiridari darah dan daging di depan mereka.

Sebuah suara memberikan laporan pendek pada rekannya melalui radio.

“Pasukan musuh ditemukan.”

Part 10[edit]

Kamijou tercengang ketika melihat jumlah besar powered suits yang meledakkan dinding sementara berjalan melalui Avignon tanpa menghiraukan susunan jalan-jalan kecil yang rumit. Salah satu bangunan seperti tebing yang menjulang ke atas hancur, dan dia bisa melihat “mereka” di sisi lain puing-puingnya.

Benda-benda itu harusnya tidak ada di dunia biasa.

Harusnya idak ada institusi selain Academy City yang bisa mengembangkan powered suits dengan tingkat seperti itu.

Mereka memiliki revolver shotgun anti-pelindung di tangan.

Mereka meledakkan bangunan dan mobil-mobil yang menghalangi jalan mereka dan tanpa ampun mengarahkan senjata mereka ke para perusuh yang sembrono berusaha melawan balik.

Shotgun-shotgun itu menembakkan selongsong dari barel senjata yang dengan mudah bisa muat untuk sebuah tinju.

Orang-orang dengan mudah ditumbangkan ketika shotgun-shotgun itu ditembakkan.

Tapi kemungkinan besar ini tidak dilakukan dengan amunisi hidup. Kamijou tidak tahu cara kerjanya, tapi kelihatannya revolver shotgun anti-pelindung itu bisa menggunakan berbagai jenis selongsong yang berbeda. Mungkin jenis selongsongnya terbagi antara ruang genap dan ganjil di dalam silinder revolver yang berputar, dan revolver itu berputar dua ruang sekaligus. Dengan begitu, senjata itu bisa diganti dalam mode genap dan mode ganjil.

Mereka menembakkan peluru kosong.

Tapi gelombang kejut dari ledakan besar yang disebabkannya cukup untuk menguras oksigen dari paru-paru seseorang dan menumbangkan mereka ke tanah. Ketika baris pertama dari para perusuh yang sok kuat dibungkam, baris kedua dan ketiga dari perusuh yang mendekat menjadi pucat dan mulai berlarian panik.

Para powered suit itu tidak membiarkan mereka pergi.

Para suit itu berjalan melewati warga kota yang meringkuk gemetar di sudut jalan dan jika mereka menunjukkan tanda-tanda akan melawan, para suit itu tanpa ampun akan menembakkan peluru kosong ke arah mereka, menerbangkan mereka tanpa ampun dengan hulu ledak suara. Sementara para perusuh itu menjadi tidak efektif karena ini, para powered suit itu akan menghubungkan shotgun-shotgun ke bagian mirip ransel metal di punggung mereka untuk mengisi ulang peluru secara otomatis.

(...Apa yang sedang terjadi?)

Situasi itu begitu gila hingga Kamijou tidak bisa melakukan apapun selain melihatnya.

(Bukankah Tsuchimikado bilang Academy City tidak akan bertindak? Dan sekarang ketika mereka sudah bergerak...Kenapa harus terjadi seperti ini!?)

Oyafune Monaka telah berkata bahwa para pemimpin Academy City tidak ingin menangani masalah di Avignon dan akan membiarkan kekacauan ini memburuk.

Tampaknya waktu untuk bergerak telah tiba.

Sekarang saat kekacauan ini telah menyebabkan jumlah kerusakan yang diperlukan, mereka mengakhiri semuanya seolah-olah dengan menekan saklar.

Kamijou menggigit bibirnya.

Para pemimpin Academy City.

Dewan Direktur.

Dan orang yang mengendalikan mereka, yang benar-benar berada di puncak sisi Sains.

“Begitu. Jadi akhirnya begini,” kata Terra terdengar senang.

Dan dengan kata-kata itu, atmosfer yang diwarnai keterkejutan kembali fokus kepada Terra.

Tsuchimikado mengangkat pistolnya sementara asap masih keluar dari ujungnya, dan ada begitu banyak rasa permusuhan yang keluar dari dirinya hingga rasanya permusuhan itu saja bisa menusuk menembus Terra.

“Yah, orang-orang yang memanipulasi Dokumen-C di Istana Paus cuma penyihir biasa, jadi ini benar-benar bisa berakhir dengan buruk. Padahal aku bisa mendapat lebih banyak data medan tempur untuk mantra presedensiku ‘Eksekusi Cahaya’. Ya sudahlah.”

Selagi bicara, Terra tidak melihat ke arah Kamijou atau yang lainnya dan berjalan seperti tanpa tujuan melalui salah satu dari lubang-lubang besar yang dibuka oleh powered suit di salah satu kompleks perumahan.

“Tunggu!!” teriak Tsuchimikado, tapi dia segera melompat ke samping setelahnya.

Sebelum Kamijou sempat mengerti alasannya, sebuah ledakan besar yang kemungkinan datang dari serangan salah satu powered suit yang muncul dari dalam kompleks perumahan itu.

Tubuh kecil Kamijou diterbangkan ke belakang oleh ledakan itu.

Lubang yang tadi dimasuki Terra dipenuhi api.

“Ow...!?”

“A-apa kau baik-baik saja!?”

Itsuwa dengan panik memegang tangan Kamijou.

Kamijou memegang tangan Itsuwa untuk membantunya bangkit, dan Tsuchimikado berteriak padanya.

“Apa kau bisa bergerak, Kami-yan? Kita harus ke Istana Paus!!”

Powered suit-powered suit itu dari Academy City, ‘kan!? Kupikir mereka tidak akan bergerak! Ini benar-benar sudah menjadi rumit! Apa kita bisa pergi begitu saja tanpa menghentikan mereka!?”

“Mengejar Terra adalah prioritas kita!! Dan mereka juga mengincar Dokumen-C. Semua kekacauan ini mungkin mereda ketika benda spiritual itu hancur!!”

“Sialan. Apa mereka benar-benar berencana menghentikan kekacauan ini?” gumam Kamijou jengkel.

Di Avignon ada para perusuh yang dipengaruhi Dokumen-C dan para powered suits. Sisi mana yang sebenarnya dibencinya?

“Ayolah, Kami-yan. Anggota Kursi Kanan Tuhan itu mungkin masih meremehkan kita, tapi dengan keadaan sekarang ini, mereka benar-benar akan kabur. Ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk menghancurkan Dokumen-C!!”

“Berengsek,” umpat Kamijou.

Pada saat itu, sejumlah powered suit melangkah ke jalan sempit dari lubang yang dilewati Terra yang sekarang sudah dipenuhi api.

Seharusnya yang berada di dalam powered suit itu adalah sesama orang Academy City, tapi barel senjata mereka tepat mengarah ke arah Kamijou dan Tsuchimikado.

Tampaknya, mereka tidak membuang waktu untuk memeriksa di sisi mana orang-orang berpihak. Mereka menyerang semua orang di kota Avignon begitu saja.

“...Kami-yan, kita berpisah di sini. Itsuwa, ya ‘kan? Kau dan Kami-yan pergi ke Istana bersama.”

“Tsuchimikado?”

“Kelihatannya ada dua masalah di Avignon ini. Aku tadi berpikir kita bisa membiarkan para powered suit itu untuk sekarang, tapi pilihan itu sudah hilang. Kami-yan, kalian kejar Terra dan lakukan sesuatu tentang Dokumen-C. Aku akan menghentikan idiot-idiot Academy City ini.”

“Tapi tidak...”

Kamijou akan menyelesaikan kalimat itu dengan “mungkin kau bisa melakukan itu”, tapi Tsuchimikado memotongnya.

“Mereka bukan musuh seutuhnya. Memang, aku harus bertarung sebentar, tapi aku akan mencari kesempatan untuk bicara dengan mereka. Dan aku lebih baik dalam taktik jenis ini dibandingkan kau.”

“...Sialan.”

“Pergi, Kami-yan!!”

“Sialan!!”

Kamijou berlari bersama Itsuwa melalui jalan yang sempit ketika berteriak. Dİ belakangnya, dia mendengar suara powered suit beroperasi dan (Tsuchimikado pasti telah melakukan sesuatu) suara berulang dari es yang pecah. Kamijou menggertakkan giginya, mengetahui bahwa Tsuchimikado akan bermandikan darah meskipun dia hanya menggunakan sihir sekali saja, tapi dia tidak bisa melakukan apapun tentang itu sekarang.

Dia berlari melalui jalanan sempit kota tua Avignon.

Bau mesiu dan asap memenuhi hidungnya.

Dia melihat orang-orang yang berlarian dan powered suit-powered suit yang mengejar mereka.

(Apa-apaan yang sedang terjadi!?)

Ini membuat demonstrasi dan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi kelihatan seperti bukan apa-apa. Ketika melihat aksi militer yang kejamnya berlebihan ini, Kamijou rasa pembuluh darah di kepalanya akan meledak.

Itsuwa tahu lokasi Istana Paus dari investigasinya tentang Avignon sebelumnya. Kamijou melihat ke arah yang ditunjuk Itsuwa dan melihat sebuah siluet yang dia rasa pasti adalah Istana itu di kejauhan.



Di antara baris 3[edit]

Stiyl Magnus keluar dari Menara London.

Cuaca di London cukup bagus, tapi jarang ada pelancong yang kelihatan. Tidak seperti negara-negara lain, tidak ada kerusuhan skala besar yang terjadi di Inggris, tapi masih ada ketegangan yang menyebar ke seluruh kota.

“Kursi Kanan Tuhan, hah...?” gumam Stiyl sambil meletakkan rokok baru di antara bibirnya.

Menurut Lidvia Lorenzetti, hanya ada empat anggota dan masing-masing memegang atribut satu dari empat malaikat agung.

“Bagaimana menurutmu, tentang apa yang dia katakan?” kata Agnese Sanctis karena bosan sambil keluar dari bangunan itu di samping Stiyl. “Apa ada sedikit pun yang benar? Aku tidak pernah dengar hal seperti itu ketika aku masih berada dengan Gereja Katolik Roma. Bisa saja itu cuma kebohongan untuk mengganggu kita.”

“Aku tidak bisa menyangkal kemungkinan itu, tapi semua yang dikatakan di ruang interogasi direkam secara magis. Itulah yang kautuliskan di perkamen. Kalau kita menganalisa ulang perkamen itu, kita harusnya bisa mengetahui seberapa akurat yang dikatakannya.

“Tentu saja, kita tidak bisa yakin seratus persen,” tambah Stiyl.

Stiyl berpikir sambil bicara.

Jika Lidvia berbicara jujur, “Kursi Kanan Tuhan” adalah nama sebuah grup di kedalaman Gereja Katolik Roma, dan di saat yang sama, juga nama tujuan akhir mereka.

(...Kursi di sisi kanan. Nyaris seperti sebuah petunjuk, tapi aku tidak yakin. Aku masih belum bisa menyempitkan semua kemungkinan. Kurasa aku harus bicara lebih banyak dengan mereka.)

Stiyl melihat ke wajah Agnese.

“Kurasa kita perlu istirahat sejenak.”

“Tidak, aku ingin menyelesaikan ini segera.”

“Begitu,” respon Stiyl pendek.

Kemudian mereka kembali ke dalam Menara London yang gelap.



Catatan[edit]

  1. Loker untuk umum; masukin koin dan lokernya bisa dipakai.
  2. Constantine biasa diindonesiakan menjadi Konstantinus, tapi karena singkatannya Dokumen-C, jadi...
  3. Pendeta wanita, mengacu pada Kanzaki Kaori, pendeta tertinggi Amakusa
  4. Bukan Paus Gereja Katolik Roma, tapi Paus dari Gereja Campuran gaya-Amakusa
  5. Memang ada btw. http://www.artic.edu/aic/collections/citi/images/standard/WebLarge/WebImg_000055/98729_510837.jpg
  6. Idiom yang berarti tidak mengkhawatirkan tentang satu masalah yang mungkin akan muncul sekarang, tapi akan menghadapinya ketika masalah itu muncul.
  7. Shotgun dengan sistem peluru seperti pistol revolver


Previous Chapter 2 Return to Main Page Forward to Chapter 4