Rokujouma no Shinryakusha!? Empat Musim (Indonesia): Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Musim Semi[edit]

Rokujouma Shunkashuutou Image 3.jpg

Sudah sepuluh hari berlalu semenjak kamar kos Koutarou diinvasi oleh para gadis. Selama sepuluh hari itu, mereka tinggal di sekitar kamar 106 dan mencoba merebut hak kepemilikan kamar tersebut dari Koutarou, dan juga menyingkirkan musuh mereka, yaitu para gadis yang lain. Hubungan mereka saat itu masih betul-betul buruk.

"Gueh!?"

"Kyaaa!?"

"A-apa!?"

"Maafkan aku, Satomi-sama! Aku tidak tahu kalau dirimu tertidur di tempat seperti ini!"

"...Rupanya kamu toh, Ruth-san. Posisi tidurku emang jelek kok, jadi nggak usah dipikirin"

"Terima kasih atas peringatannya, aku usahakan agar ini tidak terjadi lagi"

Tapi, sebagai pengecualian, hubungan antara Koutarou dan Ruth sudah cukup baik dari awal. Karena itulah, Koutarou tidak marah padanya saat Ruth tidak sengaja menginjak dirinya saat datang ke kamar 106 dari Blue Knight.

"Kau tidak perlu kuatir tentang menginjak makhluk purba tidak cerdas seperti itu"

"Apa!? Kamu berani ngomong kayak gitu lagi, Tulip!?"

"Aku akan mengatakannya sebanyak yang aku mau, bukan masalah besar jika seseorang menginjak sebuah makhluk purba!"

"Sialan, jadi gitu sikap tuan puteri, ya!?"

"Tunggu, kalian berdua! Jangan bertengkar! Tolong tenanglah!"

"Ruth, tapi dia-"

"Yang Mulia!! Anda pikir loyalitas yang sebenarnya akan anda dapatkan dengan cara saling berteriak!?"

"Uh, yah..."

"Satomi-sama, tolonglah! Kalau kita membuat kekacauan di akmar ini, kita akan mendatangkan kembali angkara murka dari Shizuka-sama!! Aku yakin kalau anda tidak mau itu terjadi!"

"I-itu bener sih..."

"Tolong, dengarkanlah permintaanku yang serakah ini dan buang amarah kalian jauh-jauh"

"..."

"..."

"Aku mengerti, Ruth, aku akan melakukan apa yang kau minta"

"Yang Mulia!"

"Kalau kamu sampai bertingkah begitu, aku juga nggak bisa ngapa-ngapain, Ruth-san"

"Terima kasih, Satomi-sama!"

"Tapi, aku nggak akan maafin kamu, Tulip"

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu!"

Berkat Ruth, hubungan Koutarou dan Theia masih bisa bertahan dari kehancuran total, karena hubungan mereka memang seburuk itu. Hanya dengan berbicara saja akan menimbulkan sebuah perdebatan yang biasanya diakhiri dengan adu pukul. Ditambah, karena mereka berdua keras kepala, pertengkaran mereka berdua akan langsung memburuk hanya dalam sekejap saja. Tapi, karena adanya Ruth yang mereka berdua sama-sama percaya, Koutarou dan Theia selalu bisa menghindari kehancuran hubungan diantara mereka. Ruth sudah seperti penjaga bagi mereka berdua.

"Tunggu, Koutarou, bukannya ini nggak adil!?"

Sanae merasa tidak puas setelah melihat Koutarou dan Theia yang menyudahi pertengkaran mereka. Saat itu, dia sedang melayang pelang didepan Koutarou dengan pipinya yang menggembung karena sedang kesal.

"Kalau aku yang ngebangunin, kamu selalu aja bilang kalau aku terlalu kasar atau semacemnya, tapi kamu nggak marah kalau Ruth nginjak kamu!?"

"Kalau kasusnya Ruth-san, itu cuma kecelakaan kecil, kan?"

"Jadi, maksudnya kamu nggak seneng sama aku? Sama Suara Malaikat Sanae si hantu cantik ini!?"

"Oi, dengerin dulu dong!"

Saat Sanae berusaha membangunkan Koutarou, dia terkadang melakukannya dengan kasar. Kekuatan spiritual Sanae terkadang kurang tepat dan Sanae sendiri tidak begitu memperhatikan bagaimana dia memperlakukan Koutarou saat membangunkannya.

"Hari ini gaduh sekali"

Kiriha saat itu sedang memasak di dapur, tapi dia kemudian melongok ke dalam kamar dari balik tirai pemisah dan melihat situasi yang sedang terjadi dengan kebingungan.

"Nggak ada hubungannya sama kamu"

"Begitu"

Kiriha memang diperlakukan dengan kasar oleh Sanae, tapi Kiriha sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu. Kiriha bisa menebak apa yang terjadi didalam ruangan itu hanya dengan melihatnya saja. Satu-satunya yang paling mengerti tentang permusuhan diantara mereka semua adalah Kiriha, yang paling dewasa diantara mereka semua.

"Satomi Koutarou, sebentar lagi sarapannya akan matang. Bisakah kamu membereskan futonmu dan menyiapkan mejanya?"

"Oke, aku beresin sekarang kalau gitu"

Setelah Kiriha muncul, perdebatan antara Koutarou dan Sanae berhenti dengan sendirinya. Hal itu memang bukanlah tujuan asli Kiriha, tapi karena Kiriha sendiri juga adalah salah satu faktor yang menjaga situasi kamar 106 agar tidak memanas lebih lanjut.

Saat itu, Kiriha dan Ruth sudah selesai menyiapkan sarapan untuk para penghuni kamar 106. Lebih tepatnya, karena Ruth baru saja tiba dari Forthorthe, dia hanya membantu Kiriha yang menangani sebagian besar bagian memasak. Masakan Kiriha berdasar pada masakan khas Jepang, dengan beberapa menu masakan yang populer dengan anak-anak ditambahkan ke dalamnya, seperti steak Hamburg dan kari. Masakan anak-anak itu berasal dari permintaan Sanae, dan untuk sarapan, terkadang permintaan Sanae seperti sosis berbentuk gurita dan hal-hal semacamnya sering dimasak.

"Koutarou, Koutarou, makan guritanya selanjutnya dong!"

"Nggak, habis ini sayur"

"Eeeeeehh!?"

"Nggak baik kalau cuma makan yang enak-enak doang"

"Tapi, aku kan hantu"

"Wujudmu masih anak-anak karena kamu masih sering ngomong begitu, kan?"

"Bleh, aku kan masih dalam masa pertumbuhan, jadi aku perlu makan sosis gurita itu!"

"Nggak, nggak sama sekali"

Sanae masih kekanak-kanakan tidak hanya dalam wujudnya saja, tapi juga kepribadiannya. Permintaannya untuk berbagi indra perasa dengan Koutarou hanya menguntungkan dirinya saja. Karena Koutarou merasa kalau Sanae perlu diajari beberapa hal, disaat-saat tertentu Koutarou akan mengabaikan permintaan Sanae dan memastikan bahwa dirinya sendiri makan dengan sehat.

"Yah, mau gimana lagi...kamu bakal makan guritanya terakhir, ya kan?"

"Iya, iya"

Sanae merasa tidak puas dengan hal itu, tapi kalau dia tetap egois, dia akan kehilangan kerja sama dari Koutarou. Itulah kenapa dia memutuskan untuk menerima situasi itu dan puas hanya dengan salad untuk saat ini.

Tepat setelah mereka menyelesaikan percakapan mereka, timer masakan di tangan Yurika berbunyi. Mata Yurika mulai berbinar saat dia mengalihkan pandangannya dari timer itu.

"Akhirnya mateng!"

Dengan riangnya, Yurika membuka penutup mangkuk mi instan didepannya. Sarapannya rupanya adalah mi instan itu. Di kamar 106, Yurikalah yang mempunyai kebiasaan makan palong buruk. Untuk makan, dia selalu memilih antara roti manis atau mi instan, dan permen sebagai cemilan. Tidak berlebihan kalau seseorang mengatakan bahwa badan Yurika terbuat dari makanan sampah.

"Mari makaa~~n!"

Dengan itu, Yurika mulai menyeruput mi instannya dengan nafsu yang besar, dan bau bumbu penyedap dari mi instan itu menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Aroma sedap sup miso dan acar yang tadinya berada di ruangan itu sudah tergantikan oleh bau bumbu mi instan dalam sekejap.

"....S-sialan kau, Yurika, kau menghancurkan sarapanku yang elegan..."

"Tenanglah, Yang Mulia"

"Ampun deh, ini sebabnya jiwamu baunya juga bau ramen!"

"Kita harus ngusir dia cepet-cepet"

Dengan itu, tekad Theia, Sanae, dan Koutarou untuk menyingkirkan Yurika pun semakin kuat"

"...Wah, wah...kalau begini, akan susah untuk menjaga keseimbangannya..."

Kiriha memandangi mereka sambil melanjutkan makannya diiringi dengan senyum kecut.

"...Hmm?"

Yurika sendiri tidak tahu kalau dirinya sedang berada dalam situasi yang berbahaya. Setelah memiringkan kepalanya karena kebingungan dengan situasi menegangkan di kamar itu, dia mulai menyeruput mi instannya lagi. Si gadis yang keberadaan spiritualnya beraroma bumbu penyedap betul-betul tidak mengerti situasinya saat itu, yang disebabkan oleh aroma makanannya yang memenuhi kamar dan suasana kamar setelahnya. Melihat kelakuannya yang tetap ceria seperti itu, Koutarou, Theia, dan Sanae kehilangan motivasi mereka dan melanjutkan sarapan mereka dengan pasrah.

"Mau gimana lagi..."

"Koutarou, ayo makan guritanya sekarang!"

"Oke oke"

karena kamar itu sudah dipenuhi aroma bumbu dari mi instan, mereka yang berada di meja makan ingin mengalihkan penciuman mereka dengan sesuatu yang beraroma lebih kuat. Jadi, mereka dengan alaminya meraih sosis berbentuk gurita yang ada di atas meja. Makanan bernutrisi andalan Kiriha memang baik untuk badan karena terbuat dari bahan-bahan alami dan aromanya yang kuat.

"Untung deh, masih ada satu la--aaaahhh!?"

"Hmm, lezat"

Tapi, sesaat sebelum Koutarou bisa memakannya, Theia sudah mengambilnya dengan sumpit dan memakannya lebih dulu.

"Sialan, kamu nyolong guritaku!"

"Itu punyaku!!"

Hal ini membuat Koutarou dan Sanae marah, dimana Koutarou marah karena Theia mengambilnya karena tahu Koutarou akan memakannya, dan Sanae marah karena dia tidak bisa memakan sosis itu.

"Itu adalah kesalahanmu sendiri. Kalau kau tidak mengambil hal semacam itu dengan cepat, tentu saja hal itu akan terjadi"

Theia tertawa meledek sambil memandang sinis ke arah Koutarou dan Sanae. Sosis-sosis itu telah disajikan di tengah-tengah meja dengan salad, itu sebabnya alasan Theia benar. Tapi justru karena alasan yang logis itulah, kemarahan Koutarou semakin menjadi-jadi.

"Sialan kamu Tulip...kayaknya aku harus selesaiin urusan ini cepet-cepet!"

"Yaaah, padahal aku mau banget makan guritanya!!"

"Ho ho ho ho, itulaha mengapa kau adalah makhluk purba dan rakyat jelata. Cepatlah akui kekalahan kalian dan menyeralah padaku, pemimpin kalian! Ho ho ho ho ho!"

"Y-Yang Mulia, anda sudah kelewatan!"

Ruth sudah mulai panik, tapi dia terlambat untuk menghentikan itu. Dengan begitu, permusuhan antara Koutarou dan Theia semakin membesar.

Agar bisa membalasnya, Koutarou mengawasi Theia layaknya burung elang yang sedang mencari mangsa, untuk mencari celah untuk menyerang Theia. Namun, karena Theia adalah orang yang cerdas dan pandai mengawasi keadaan di sekitarnya, Koutarou tidak dapat menemukan celah sedikitpun.

"Lalu...apa jawabanmu, Theiamillis-san?"

"Pertempuran Nagashino"

"Itu benar, meskipun kamu berasal dari luar negeri, rupanya kamu sudah mempelajari ini, ya?"

"Tapi, guru, kalau pasukan berkuda Takeda benar-benar bisa dihabisi dengan tiga kali serangan hujan tembakan, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Oh, itu pertanyaan yang bagus, Theiamillis-san. Sebenarnya, teori tentang itu..."

Theia telah memperhatikan Koutarou yang terus mengawasinya dan Theia tetap memamerkan kemampuannya, dimana ini adalah salah satu kesempatan untuk melakukan itu. Setelahnya, dia menghadapkan wajahnya ke arah Koutarou dan tersenyum sinis padanya sebelum kembali duduk di kursinya.

"Dia makin sombong gitu rupanya..."

Pada akhrinya, hal itu hanya bisa terlihat sebagai Theia yang menunjukkan superioritasnya kepada Koutarou, dan hal itu hanya membuat Koutarou semakin membencinya. Koutarou yang tidak bisa menemukan kelemahan pada Theia, dan Theia yang tidak bisa mendapat rasa hormat dari Koutarou. Hal itu mungkin terlihat seperti situasi yang tidak menguntungkan bagi Koutarou, tapi sebenarnya mereka berdua berada masih sangat jauh dari tujuan mereka. Jelas saja, kekanak-kanakan mereka berdualah yang membuat itu terjadi

"Yang Mulia...Satomi-sama..."

Ruth tahu betul akan hal itu, tapi dia sendiri juga mengerti kalau permasalahan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia selesaikan dengan mudah. Permasalahan itu membutuhkan waktu sebagai penyelesaiannya.

Sedikit lagi, kalau saja mereka bisa saling mengalah...

Koutarou dan Theia pada dasarnya sama-sama orang yang jujur dan baik, tapi tidak ada diantara mereka berdua yang mau mengalah, dan itulah yang terjadi. Bagi Ruth yang sudah mengerti sifat mereka berdua, menunggu permasalahan ini selesai mengesalkan baginya.

Dibandingkan dengan cara pendekatan Theia yang offensif, ketiga gadis yang lain memiliki cara yang lebih bisa diterima sebagai cara invasi mereka. Yang paling aktif memakai cara tampil bersahabat adalah Kiriha.

"Satomi-kun, maukah kamu makan siang denganku? Aku juga sudah membuatkanmu makanan"

Kiriha dengan sempurna menyembunyikan tujuan asli invasi miliknya dibalik senyuman dan perilaku seorang gadis SMA. Nada bicaranya saat itu bukanlah nada bicara sopan yang biasanya, tapi nada bicara seorang gadis SMA biasa yang sedang berbicara dengan temannya.

"Ah, yah--"

"Wow, seriusan nih Kurano-san!?"

"Dari semua cowok, si Satomi-kun!? Bukannya si Matsudaira-kun!?"

Dari cara bicara Kiriha yang natural seperti itu, Koutarou hampir saja menyetujui ajakannya. Tapi, setelah teman-teman sekelasnya mendadak ribut karena ajakan itu, Koutarou teringat kembali dengan siapa Kiriha sebenarnya.

Hati-hati, hati-hati, hampir aja kena sama kata-katanya lagi...

Koutarou bernafas lega di dalam benaknya dan kemudian menggelengkan kepalanya pada Kiriha.

"Aku seneng kamu mau ngajak aku, tapi aku udah ada janji hari ini"

Koutarou sebenarnya tidak mempunyai rencana atau janji apapun hari itu, tapi, sudah jelas baginya kalau Kiriha sedang berusaha masuk ke dalam hati Koutarou untuk bisa mendapat kamar 106. Karena Koutarou tidak ingin masuk ke dalam jebakan Kiriha, ia menolak ajakan itu.

"Begitu...sayang sekali..."

Kiriha tidak mendesak masalah itu lebih jauh lagi dan memutuskan untuk mundur. Koutarou berpikir kalau itu aneh, tapi dia bisa merasakan kalau Kiriha sedang menunjukkan kepintarannya disini.

Dengan kepalanya yang sedikit menunduk seakan menunjukkan rasa kecewa, Kiriha kembali ke tempat duduknya dan duduk terdiam. Lalu, sambil melihat ke arah dua kotak bekal yang ada di atas mejanya, Kiriha menghela nafas, yang memicu keributan berikutnya.

"Ih, kamu jahat banget, Satomi-kun! Dia udah susah-susah mau ngajak kamu loh!"

"Bener, Satomi! Nolak ajakan Kurano-san itu sia-sia banget loh!"

Akting Kiriha sebagai gadis yang sedih karena usahanya untuk berbicara kepada pria yang disukainya langsung ditolak begitu saja betul-betul sempurna, karena setelahnya semua orang mempunyai kesan yang buruk terhadap Koutarou.

"K-kalian, kalian nggak tahu siapa dia aslinya, jadi ja--"

"Aaahhh!? Jadi, maksudnya ini semua salah Kurano-san, gitu!?"

"Koutarou, si cewek mau kayak apa itu ngga masalah! Masa muda itu soal cewek-cewek cakep di depan kamu! Itu yang penting buat cowok, iya kan!?"

Saat itu, Koutarou dikepung oleh teman-teman sekelasnya dalam sekejap dan langsung menerima kritikan pedas dari mereka. Baru saat itulah, ia mengerti tujuan asli Kiriha.

Gitu toh, nggak masalah mau aku terima apa nggak! Itu sebabnya dia dateng ke sekolah!

Tidak masalah jika sebenarnya Koutarou menerima ajakan Kiriha, karena bisa membangun hubungan yang baik adalah hal yang baik juga. Meskipun Kiriha tidak bisa melakukan itu padanya, dia masih bisa memberikan kesan yang sama kepada para penjajah yang lain.

Namun, jika Koutarou menolak, Kiriha bisa mengarahkan teman-teman kelasnya seperti ini dan mengarahkan Koutarou dengan cara seperti ini. Kalau ini sampai terjadi beberapa kali, kejadian seperti ini akan menjadi serangan yang ampuh untuk Koutarou; membuatnya merasa tidak nyaman di sekolah dan mungkin sampai menyerahkan kamar itu, atau paling tidak, mulai makan bersama-sama dengan Kiriha.

Meskipun Koutarou menolak ajakan Kiriha, penolakan itu masih berada dalam rencana Kiriha. Ikut hadir dalam kegiatan sekolah SMA Kisshouharukaze sejak awal adalah untuk bisa melancarkan rencana yang hebat dan mengerikan ini.

Sanae terlihat kecewa saat ia melihat Koutarou dikepung oleh teman-teman sekelasnya. Dialah satu-satunya diantara para penjajah yang sedang mengadakan gencatan senjata dengan Koutarou. Baginya, Kiriha yang mulai menaklukkan Koutarou bukanlah perkembangan yang bagus.

"Dia memang orang yang paling harus diawasi"

"Siapa 'dia'?"

Itulah yang dikatakan Yurika yang saat itu sedang menyeruput mi, dan setelahnya menoleh ke arah Sanae yang saat itu sedang melayang di dekatnya.

"Jelas, Kiriha"

"Dia emang orang baik, iya kan?"

"Dasar blo'on...itu jebakan"

"Eh, yang bener!?"

Mi instan yang dipegang Yurika langsung berguncang keras karena kekagetan yang dialami Yurika.

"Dia pertama-tama akting dulu jadi orang baik, terus nanti dia bakal ngejalanin invasi ke atas permukaan ini. Jangan sampai ketipu, Yurika!"

"Wow...aku kira dia orang baik..."

"Aku juga harus bilangin itu ke Koutarou. Dia nggak boleh lengah"

Dari sudut pandang Sanae, Kiriha mengincar Koutarou sebagai target pertama agar hubungannya dengan Sanae terputus. Karena saat itu Koutarou dan Sanae sedang mengadakan gencatan senjata, tentu saja mereka akan bekerja sama, yang membuat mereka mempunyai keuntungan dalam hal jumlah dibandingkan ketiga penjajah yang lain. Untuk bisa menghilangkan keunggulan itu, Kiriha tentu saja akan memilihnya sebagai pilihan pertama.

"Serius deh, bakal jadi apa dia kalau aku nggak ada disini"

Sanae hanya bisa menggembungkan pipinya melihat teman-teman kelas Koutarou yang termakan jebakan Kiriha. Saat itu, rasa pertemanan dengan Koutarou sudah bercampur ke dalam pandangan Sanae, tapi Sanae sendiri masih belum menyadari hal itu. Sanae sendiri masih menyebut Koutarou musuh, dan gencatan senjata itu ada hanya karena dia ingin bisa merasakan makanan.

"Aaah...kalau terus begini, cuma aku yang bakal kalah...duh, gimana ya...ahhh, aku pusing!"

Yurika, yang akhirnya bisa merasakan kalau dia akan tamat, tidak bisa memikirkan rencana apapun dan menyerah begitu saja sambil menundukkan kepalanya ke atas tangannya. Sayangnya, Koutarou dan para penjajah yang lain tidak merasakan adanya bahaya dari Yurika.

"Aaaah!? Makan siangku!?"

Yurika berpikir kalau dia meninggalkan hal itu sendiri akan membuat hal itu hancur dengan sendirinya, dan pemikiran itu ternyata benar.


Koutarou, yang merasa tidak nyaman karena dikerumuni oleh teman-teman sekelasnya, memutuskan untuk pergi ke kantin. Tadinya, dia tetap tidak bergerak bahkan setelah para penjajah ikut muncul, tapi hujan kritikan dari teman-temannyalah yang membuatnya tidak nyaman.

"Wah, kelihatannya menarik, Kou"

"Diem aja deh"

"Yah, karena aku udah makan disini, silahkan pergi ke kantin sendiri"

"Ampun deh, kamu nggak kasihan sama temenmu ya, Mackenzie"

Koutarou tadinya berniat untuk pergi ke kantin bersama Kenji, tapi rupanya Kenji sudah mulai menikmati makan siangnya yang berupa bekal yang dibuatkan oleh pacarnya. Dengan begitu, Koutarou melangkah menuju keluar kelas, tapi seseorang mendekatinya dan menatapnya.

"Hohohoho, makhluk purba, kasihan sekali dirimu takluk oleh Kiriha dan hanya bisa menyelinap seperti ini..."

Rupanya itu adalah Theia, yang saat itu sedang memegang sebuah kipas yang menutup mulutnya. Sementara ia menunggu Ruth menyajikan bekal makan siang bagi dirinya, Theia memperhatikan situasi yang dialami Koutarou.

"Diem deh, tuan puteri nggak guna"

"Apapun yang kau katakan dalam situasi seperti ini, yang bisa kudengar hanyalah lolongan anjing yang telah kalah!"

"Sialan, nggak usah sombong gitu deh..."

Wajah Koutarou mulai berubah kesal dan dia berjalan melewati Theia.

"Hmmm...?"

Tapi, sesaat setelahnya, Koutarou melihat bekal makan siang Theia yang berada di atas meja Theia, yang berasal dari planet asalnya - Kekaisaran Suci Forthorthe. Ada daging burung sebagai lauk, roti yang berisikan buah, dan sebuah sup seafood. Makanan-makanan itu baru saja dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang bisa menjaga makanan itu tetap hangat dan menjaga rasanya.

Ini dia!

Dan saat itu, Koutarou menyadari sesuatu - inilah kesempatan sekali seumur hidupnya untuk bisa membalas Theia.

"Makasih ya!"

Koutarou dengan cepat mengulurkan tangannya dan mengambil sepotong daging burung dan langsung melahapnya.

"Aaaaaaah!?"

"Sa-Satomi-sama!?"

Karena saat itu Theia tidak sedang berada di dekat Koutarou, Theia menjadi lengah dan tidak bisa menghentikannya. Koutarou merasa kenyang dengan daging burung yang telah ditelannya, dan fakta kalau Theia sedang lengah.

"Ah, enak juga, makasih buat lauknya ya, Tulip"

"S-sialan kau, makhluk purba! Apa kau mengerti apa arti dari seorang manusia purba yang mencuri dari keluarga kekaisaran!?"

Theia langsung kehilangan kesabarannya dalam sekejap dan langsung menghujam Koutarou dengan kipasnya sementara giginya bergemeretak.

"Y-Yang Mulia, tolong tenanglah, kita sedang berada di sekolah saat ini!"

Ruth mulai merasa panik dengan Theia yang kehilangan kesabarannya, tidak memikirkan situasi di sekitarnya, dan mengumbar-umbar statusnya. Kalau hal ini terus berlanjut, status resmi Theia akan terbongkar, dan perjanjian antar galaksi sebenarnya melarang mereka yang berada di peradaban asing tanpa hubungan diplomatis.

"Nggak tahu deh...yang aku tahu sih, Ruth-san jago masak. Kamu hebat, Ruth-san, masakanmu enak banget"

"Terkutuk kau! Kelihatannya aku harus memberi pelajaran pada makhluk purba ini!"

"Coba aja! Tuan puteri nggak guna kayak kamu emang bisa apa!"

"Sudah kukatakan, bukan!? Akan kuajarkan padamu perbedaan status di antara kita!"

Situasi semakin memanas dengan hinaan yang saling mereka lontarkan. Wajah mereka saling mendekat dan setelahnya mereka langsung mengadu teriakan, layaknya anak kecil. Tapi, pertengkaran kekanakan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

"Yang Mulia, Satomi-sama, tolong, tenanglah! Kalau terus begini, tidak akan ada yang merasa senang!"

"Aku tidak akan mendengarmu dulu, Ruth! Kau perlu dihajar dengan keras, setidaknya sekali ini!"

"Coba aja, Tulip, kamu bakal kutanam di taman sekolah!"

Ruth sudah panik menghadapi mereka berdua, tapi mereka tetap tidak mau mendengarkannya dan semakin memanas-manasi yang lain. Kelihatannya, sebentar lagi mereka akan saling mencengkram baju yang lain dan mulai mengadu pukulan.

"Sudah terlambat, aku tidak akan mengampunimu bahkan jika kau meminta ampun sekalipun, makhluk purba!"

"Siapa juga yang mau minta ampun sama kamu!"

Keduanya akhirnya mulai mengayunkan pukulan mereka dan mengacuhkan peringatan dari Ruth.

Keduanya terpukul mundur setelah sama-sama terpukul di pipi dengan kuatnya oleh yang lain.

"Kalian berdua, jangan!"

Perkelahian di tengah-tengah ruang kelas di tengah jam makan siang akan menimbulkan kerusuhan yang besar. Ruth gagal menenangkan mereka berdua dan berniat melerai mereka sebelum mereka menimbulkan kerusakan di sekitar mereka. Tapi, sebelum Ruth bisa melakukan itu, ada orang lain yang sudah melerai mereka.

"Kalian berdua ngapain!? Kalian lupa, sama janji kalian denganku!?"

Rokujouma Shunkashuutou Image 4.jpg

Rupanya, Shizuka sudah memisahkan Koutarou dan Theia dan bergerak dengan cepat untuk menangkap tangan kanan mereka masing-masing, menghentikan pukulan mereka. Ia lalu memelototi mereka berdua dengan kemarahan dan niatan yang kuat untuk memukul habis mereka berdua.

"Shizuka, makhluk purba ini sudah mencuri makananku!"

"Kalau itu alesanmu, kamu udah nyuri sosis gurita punyaku duluan!"

"Diam!"

Shizuka, yang melihat mereka berdua masih tidak berhenti bertengkar, mengencangkan cengkramannya pada tangan mereka dan membuat tulang mereka berbunyi.

"Au au au"

"Uh!"

Rasa sakit itu akhirnya menghentikan mereka berdua.

"Aku nggak tahu kenapa kalian berantem, tapi yang penting, kalian bakal berhenti berantem sekarang, atau aku bikin kalian berhenti berantem, selamanya. Terserah kalian mau pilih yang mana"

Mata Shizuka mulai terlihat berbinar-binar, membuat Koutarou dan Theia mengerti maksud perkataannya dan membuat mereka gemetaran. Kalau mereka tidak berhenti bertengkar sekarang, mereka tidak akan bisa bertengkar lagi.

"Cih...makhluk purba, aku tidak kalah darimu!"

Theia mengerutkan bibirnya dengan kesal, melemaskan tinjunya, dan mengalihkan pandangannya.

"Sama!"

Koutarou pun melakukan hal yang sama, yang membuat Shizuka akhirnya melepaskan tangan mereka berdua.

"Dengar ya, kalian. Lain kali, aku nggak akan tanya"

"...Ya"

"...Aku ngerti"

Koutarou dan Theia masih mengalihkan pandangan mereka dari hadapan satu sama lain, tapi mereka menyetujui perkataan Shizuka. Bekas cengkraman Shizuka di tangan mereka rupanya membuat tangan mereka bengkak kemerahan dan menimbulkan rasa sakit. Dengan itu, Koutarou dan Theia paham dan mengukir dalam hati mereka masing-masing bahwa perkelahian fisik bukanlah sesuatu yang bisa mereka lakukan.

Dari insiden makan siang itu, Koutarou dan Theia sadar bahwa bertarung tanpa melibatkan semacam kontes tidak akan membantu mereka, dan tetap saja, jiwa kompetitif mereka masing-masing tetap tidak berubah. Semenjak insiden itu telah terselesaikan, Koutarou dan Theia sudah menunggu kesempatan untuk bisa berkelahi tanpa terganggu oleh Shizuka. Itu tentu saja terjadi dengan alami setiap malam, dalam permainan untuk menentukan pemilik kamar.

"Aku pikir kita bisa pakai game ini buat hari ini"

"Heart Pounding Land Development Fantasia? Apa itu?"

"Kelihatannya seperti permainan dimana kita membeli dan mengurus lahan untuk meningkatkan status kita"

"Meskipun sasarannya adalah anak-anak dengan desain fantasi seperti itu, aku dengar game ini lumayan suram"

"Semuanya belum pernah mainin ini, jadi paling nggak pola dimana aku yang selalu kalah bakal berubah"

"Ide yang cemerlang, Nijino Yurika"

"Tapi, Yurika-chan, hebat juga kamu punya ini, ho-"

"Aku ngambil dari tempat sampah"

"Itu memang Yurika banget, ho-!"

Permainan yang dibawa Yurika malam itu adalah papan permainan yang diselamatkan oleh Yurika dari tempat sampah. Permainan itu adalah permainan manajemen perusahaan dengan candaan yang cukup suram, yang berpusat pada sisi gelap manajemen perusahaan. Permainan itu juga belum pernah dimainkan oleh salah seorang dari para penghuni kamar, jadi tidak ada di antara mereka yang punya keunggulan atau tidak. Karena itulah, mereka semua setuju untuk memainkan permainan itu.

"Ha ha, gamenya pas banget"

"Kelihatannya kita saling setuju untuk sekali ini, makhluk purba. Akan kutunjukkan padamu perbedaan di antara kita!"

Koutarou dan Theia menyambut permainan yang membolehkan mereka mengadakan kontes secara terang-terangan. Keduanya setuju bahwa itu adalah cara terbaik untuk menyelesaikan insiden makan siang.

"Dengan tidak memandang poin, bagaimana jika salah seorang yang menang di antara kita berdua sujud di hadapan yang lain?"

"Boleh juga! Aku udah bisa liat kamu mulai bungkuk sujud nih!"

Dengan semangat kompetisi di antara Koutarou dan Theia mulai meningkat kembali, mereka berdua hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bisa mengalahkan yang lain, dan pertarungan perebutan hak kepemilikan kamar beserta keberadaan para penjajah yang lain hilang dari pikiran mereka berdua.

Permainan malam hari ini, Heart Pounding Land Development Fantasia, dimainkan dengan bantuan dadu, dimana para pemain membeli lahan dan mengembangkannya terus-menerus. Tidak ada kotak tujuan akhir pada permainan ini, karena jika pemain bergerak mengikuti arahan dadu, mereka akan kembali ke kotak awal. Kotak-kotak yang ada pada awalnya adalah kotak lahan yang tidak mempunyai pemilik sama sekali. Jika salah seorang pemain berada di kotak seperti itu, mereka bisa membelinya. Tapi, jika lahan tersebut sudah mempunyai pemilik, maka pemain yang berada di kotak tersebut tidak bisa membeli lahan tersebut dan harus membayar sewa kepada si pemilik lahan. Setelah membeli sekotak lahan, si pemain pemilik lahan bisa mengalokasikan dananya untuk mengembangkan lahan tersebut dan meningkatkan harga sewanya. Itulah aturan umum permainan tersebut.[1]

Untuk bisa menang pada permainan ini, pemain harus mengocok dadu dan mengincar kotak lahan tanpa pemilik, dan juga tidak berhenti di atas kotak lahan yang sudah dimiliki pemain lain. Lalu, jika seorang pemain tidak bisa membayar sewa dan dinyatakan bangkrut, peringkat pemain yang tersisa akan dinilai berdasarkan aset yang mereka miliki. Permainan ini membutuhkan perkiraan waktu dalam membeli dan mengembangkan lahan, menyiapkan dana untuk membayar sewa jika berhenti di atas kotak lahan pemain lain, keberuntungan mengocok dadu, dan kemampuan manajemen si pemain. Tampilan permainan yang fantastis itu menyembunyikan kompleksitasnya yang sesungguhnya.

"U-uuh, kalau aja aku tahu ternyata mainannya kayak gini, harusnya nggak usah aku ambil"

Dan setelah peraturannya selesai dibacakan, seperti yang semua orang duga, Yurika memang buruk dalam permainan seperti ini. Dengan sifatnya yang suka langsung melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, Yurika tentu saja tidak bisa membuat perencanaan dan pemikiran ke depan. Sifatnya sudah terlihat dari caranya bermain.

"Itu gara-gara kamu langsung beli tanpa mikir dulu"

"Tapi, kalau aku nggak beli pas lagi murah, nanti aku nggak bisa beli itu, iya kan?"

"...Ini bukan obral mi instan, tahu"

Di awal permainan, Yurika langsung menghamburkan uangnya untuk membeli apapun yang bisa dia beli. Karena uangnya habis, ia tidak bisa mengelola lahan yang dibelinya, dan pendapatannya pun sebagai akibatnya tidak meningkat juga. Ditambah, Yurika juga sering berhenti di atas kotak lahan milik orang lain, membuatnya harus menjual lahannya sedikit demi sedikit untuk membayar hutangnya. Dalam kata lain, siklus yang kejam.

"Jadi, itu sebabnya kamu bisa sukses, Sanae-chan?"

"Nih lihat, aku mengelola deretan toko aksesoris"

Sanae memusatkan dananya pada industri yang berhubungan dengan hobinya dan mendapatkan hasil yang setimpal dan membuat pasar untuk industri itu menjadi miliknya. Ada aturan bahwa jika seorang pemain mengelola deretan properti yang sejenis, pemain itu akan mendapat bonus yang berupa pemotongan biaya pengelolaan properti. Aturan itu membuat Sanae bisa menjaga keseimbangan antara pengembangan lahan dan propertinya dengan dana yang dimilikinya.

"Aku nggak tahu mau fokus ke aksesoris atau pakaian, susah pilihnya!"

"Kamu hebat juga, Sanae"

"Fufufu, bahkan kamu, Kiriha, nggak akan bisa ngejar aku malam hari ini, sang Sanae-chan!"

"Mungkin tidak...ngomong-ngomong, kalau kamu ingin mengarah ke industri pakaian, aku tidak keberatan menjual padamu kelebihan propertiku dalam harga sekian"

"Beneran!?"

Sanae saat itu sedang bermain dengan bagus. Baginya, bisa mendapat properti dari Kiriha adalah hal yang sangat bagus.

Dalam permainan ini, pemain diperbolehkan untuk melakukan suatu pertukaran dan negosiasi. Negosiasi yang dilakukan Kiriha merupakan salah satu kemampuan untuk bisa sukses dan menang.

"Ah, tapi kamu punya syarat yang aneh-aneh ya!?"

"Tidak...hanya saja, jika aku berhenti di atas mereka, kamu tidak akan menagih biaya sewa dariku. Membayar sewa properti yang tadinya merupakan milik kita rasanya aneh, bukan?"

"Hmm, yah, aku pikir nggak apa-apa sih. Aku beli deh, aku beli! Merek Sanae-chan berkembang!"

"Kalau begitu, negosiasi ini bisa dibilang sukses"

Kiriha lalu menyerahkan sebagian kartu miliknya pada Sanae dan mendapat uang sebagai gantinya, lalu menggunakan uang itu untuk mengelola properti miliknya sendiri. Kiriha memang tidak mempunyai keberuntungan dalam mengocok dadu seperti Sanae, tapi dia bisa mengelola properti miliknya dengan baik.

Dibandingkan dengan perkembangan yang stabil dari ketiga orang yang lain, Koutarou dan Theia justru berkembang dengan sangat tidak stabil.

"Tulip bakal nyampe sini bentar lagi...kalau aku kembangin ini, aku bisa kalahin dia"

"Makhluk purba, silahkan saja kau coba lakukan itu, kalau kau pikir itu cukup untuk menghentikanku, kau salah besar!"

Koutarou dan Theia rupanya terlalu fokus pada lawan mereka masing-masing, dengan mengelola properti milik mereka di dekat properti yang lain dan membeli properti di dekat properti milik yang lain agar bisa mengganggu jalannya pengembangan properti mereka. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya mengalahkan musuh yang ada di depan mereka. Karena itulah, pergerakan uang dan perkembangan properti mereka begitu liar dan mereka berdua kesusahan mengurus properti milik mereka masing-masing.

"Kukuku, jangan sampe kamu nangis nanti ya, Tulip!"

"Itu juga berlaku untukmu, aku akan segera membuatmu berlutut!"

Pertempuran sengit antara Koutarou dan Theia pun berlanjut, dengan rasa permusuhan di antara mereka berdua bertumbuh semakin besar.

Permainan pertama berakhir dengan Sanae membuat retail toko baju dan menang. Di peringkat kedua adalah Kiriha, Koutarou ketiga, Theia keempat, dan Yurika di peringkat terakhir. Tiga orang dengan peringkat terendah semuanya berhenti di salah satu kotak properti milik Sanae dan kehilangan banyak uang, membuat permainannya berakhir.

Permainan itu dimainkan sejumlah tiga kali lagi, dan peringkat dalam permainan itu dijumlahkan untuk menghitung peringkat untuk malam ini.

Peringkat pertama, Kiriha, berada di peringkat kedua untuk semua ronde permainan malam ini. Dengan kebijakan manajemen yang aman miliknya dan kemampuan negosiasinya, Kiriha meningkatkan jumlah kotak dimana ia bisa berhenti dengan aman, yang juga termasuk beberapa kotak milik lawannya. Dia menggunakan cara yang membuatnya mustahil untuk kalah dari awal hingga akhir permainan.

"Aku kalah gara-gara aku mau terima tawaranmu, Kiriha"

"Berkat itu, permainannya selesai tanpa dirimu yang bisa menarik biaya sewa dariku"

"Kamu aman di kotak punyamu sama kotakku"

"Itu benar"

"Kalau aja aku bisa narik sewa dari kamu, aku pasti menang"

Sanae berada di peringkat kedua. Dengan keberuntungannya yang besar dari awal hingga akhir permainan, di setiap permainan dia bisa membuat sebuah konglomerat. Namun, kebijakannya terlalu idealis dan dia kehilangan banyak keuntungan karena Kiriha. Itulah yang membuat pendapatannya tidak stabil, membuat dirinya mendapat peringkat kedua.

"Aku ngabisin banyak duit di tempatmu, Sanae-chan"

"Yah, itu memang keahilanmu, kan"

"Kayaknya aku beli semua produk dengan merek Sanae-chan "

"Sebenarnya, Yurika, kamu juga menggunakan uangmu pada propertiku juga"

"Kamu selalu buang-buang uang, ya?"

"Uuuu..."

Tentu saja, Yurika yang sedang berlingan air mata berada di peringkat terakhir. Kebijakannya yang terburu-buru dan keberuntungannya yang buruk bergabung dan membuatnya hanya kehilangan uang. Dia tidak menggunakan uangnya untuk mengembangkan lahan dan hanya mempunyai properti yang nilainya tidak seberapa. Akhirnya, pengembangan properti milik pemain lain membuat Yurika harus menjual lahan miliknya sendiri dan membuatnya bangkrut. Ini terjadi tiga kali sebelum akhirnya pada permainan keempat Yurika sadar dengan kebijakannya, tapi pada titik itu dia sudah terlambat, dan kekalahannya sudah jelas terlihat.

"Sialan, seri.."

"Dan aku kira aku bisa membuatmu bertekuk lutut hari ini...nngh"

Yang tidak disangka, rupanya Koutarou dan Theia memiliki jumlah poin yang sama dan sama-sama berada di peringkat ketiga. Di dalam keempat ronde permainan itu, mereka terus-menerus bertukar peringkat, jadi saat poin mereka dijumlahkan, mereka mempunyai jumlah poin yang sama. Dengan begitu, pembicaraan mengenai seseorang harus berlutut di hadapan yang lain pun tidak terpenuhi.

"Kalian berdua hanya saling memikirkan lawan kalian masing-masing, Koutarou, Theiamillis-dono"

"Kalian berdua lagi di dunia kalian sendiri ya? Serem ih"

"Tapi kalian masih ada di atasku..."

Para gadis yang lain cukup terkejut dengan hasil itu dan hanya bisa tersenyum pahit. Kalau Koutaoru dan Theia lebih memperhatikan keadaan pemain yang lain, mereka mungkin bisa mendapat poin lebih tinggi. Namun, pertarungan itu kembali berlanjut saat ini.

"Aku bakal kalahin kamu besok!"

"Kau harus menyiapkan dirimu, karena aku akan membuatmu menyesal telah menentang tuan puteri dari Forthorthe!"

Kedua mata mereka terbakar niat jahat ke arah yang lain. Saat mereka melakukan itu, pertarungan perebutan hak kepemilikan kamar 106 sudah mereka lupakan begitu saja, sambil terus mengarahkan seluruh emosi mereka kepada musuh mereka yang berada di depannya. Kelihatannya, pertarungan kekanakan ini akan berlanjut sedikit lebih lama.

Pada waktu sarapan keesokan harinya, muncullah sebuah konflik baru. Kali ini, yang bertengkar adalah Sanae dan Yurika, yang saling mengoper wortel jatah makan mereka masing-masing ke piring yang lainnya.

"Kamu kurang gizi, Yurika, nih aku kasih wortel"

"Ah!? Nggak adil, kamu cuma ngasih apa yang nggak kamu suka ke aku. Kamu juga nggak bakal tumbuh kalau makanmu nggak bener, iya kan!?"

"Yah, aku kan hantu. Aku nggak perlu makan"

"Nggak adil, kamu selalu ngomong gitu kalau lagi begini!"

Sanae dan Yurika sama-sama memindahkan wortel milik mereka ke iring yang lain. Dengan kekuatan Sanae yang kurang cocok untuk pekerjaan yang mendetail, dan Yurika yang ceroboh, membuat laju perpindahan wortel di antara mereka tetap sama, seakan tidak pernah berakhir.

"Ane-san[2], kami mau makan sesuatu, ho-!"

"Kami juga mau sesuatu selain kekuatan spiritual sekali-sekali, ho-!"

"Kalau begitu, kelihatannya ada makanan yang tidak diributkan di sebelah sana"

"Ho-! Ikannya enak, ho-!"

"Sarapan khas Jepang dengan lauk ikan kalau begitu, ho-!"

Para haniwa itu mulai memakan ikan milik Sanae dan Yurika yang tidak tersentuh sama sekali, dan mereka dengan canggungnya menggunakan sumpit untuk memakannya.

"Aaaaaaaah!? Ikanku!"

"Sialan, aku kelamaan ngurus Yurika!"

Karena Sanae dan Yurika terlalu fokus mengoper wortel, saat mereka sudah menyadari kelakuan para haniwa, ikan milik mereka masing-masing sudah dimakan cukup banyak.

"Ah, maaf, aku pikir kalian tidak akan memakannya"

"Gara-gara Yurika, sih, dia nggak mau makan wortelnya!"

"Kenapa jadi salahku!? Kamu nggak adil!"

"Yah...aku minta maaf, tapi masih ada tuna kalengan dan kue ikan. Kalian bisa makan itu"

"Ah, kalau gitu aku makan itu aja deh, kan nggak ada tulangnya"

"....Kamu rakus, tapi pilih-pilih juga ya"

Sebelum pertengkaran mereka bertambah parah, Sanae dan Yurika berhasil ditenangkan dengan tuna kaleng dan kue ikan. Mereka berdua bukanlah tipe orang yang menyimpan dendam terlalu lama, dan dengan adanya dua makanan baru itu, pertengkaran mereka pun selesai. Ditambah, para Haniwa yang memakan wortel pun ikut membantu meredam pertengkaran itu.

"Sial, kamu ngotot banget sih..."

"Jadi, kamu belum mau menyerah juga ya, makhluk purba..."

Di sisi lain, konflik antara Koutarou dan Theia masih berlanjut, bahkan hingga saat ini. Mereka saling menahan sumpit milik yang lain sambil saling melotot tepat di atas satu piring, yang mempunyai satu sosis berbentuk gurita di atasnya, karena sosis-sosis yang lain sudah dimakan. Rupanya, mereka berdua sama-sama mengincar sosis terakhir itu.

"Aku nggak bakal kalah dari kamu!"

"Makhluk purba, kau benar-benar tidak mengerti seberapa bodohnya dirimu untuk menentang seorang tuan puteri!"

Kalau musuh mereka adalah orang lain, baik Koutarou maupun Theia pasti akan bisa lebih tenang sedikit. Namun, karena musuhnya adalah orang yang selama ini mereka benci, mereka tidak bisa mundur begitu saja. Tapi, mereka masih takut akan kalau mereka sampai mengundang gangguan dari Shizuka, jadi mereka tidak bisa menggunakan kekuatan. Mereka hanya bisa terus saling melotot, tanpa bisa menyerang ataupun mundur.

Yang Mulia, Satomi-sama...

Ruth sudah berpikir sejak kemarin bahwa bukanlah hal yang baik kalau mereka berdua terus bertengkar seperti ini. Sebagai pelayan, Ruth tidak bisa membiarkan konflik itu begitu saja. Tapi, selagi dia menyaksikan pertengkaran itu, sebuah pemikiran yang berbeda muncul dari dalam dirinya - bahwa pertengkaran ini mungkin memang diperlukan untuk bisa membuat hubungan mereka berdua menjadi lebih baik.

Apa Yang Mulia pernah bertengkar sekuat ini dengan orang lain sebelumnya...?

Menjadikan Koutarou sebagai pengikutnya dan mengambil alih kamar 106 adalah ujian bagi Theia untuk bisa naik takhta. Kalau Ruth ingin hal itu terwujud hanya sebatas kata-kata saja, maka membuat mereka berdua berdamai dan membuat hubungan mereka seperti layaknya tuan dan pelayan lalu kembali ke Forthorthe akan sah-sah saja. Karena Theia dan Ruth tidak akan kembali ke Bumi lagi setelah ujian itu selesai, hal itu tidak akan menjadi masalah.

Tapi, agar Koutarou bisa menjadi pengikut Theia dalam artian yang sebenarnya, dan agar Theia bisa benar-benar mendapatkan haknya untuk naik takhta, hubungan di atas kertas seperti yang dipikirkan Ruth sebelumnya tidaklah bermakna. Dengan mengetahui sisi baik dan buruk masing-masing, dan juga saling melayani adalah artian sebenarnya dari hubungan antara seorang tuan dan pengikutnya, yang sebenarnya merupakan hubungan Ruth dan Theia selama ini.

Dibandingkan dengan seseorang yang hanya menyerukan pujian kosong dan hanya menjaga hubungan di atas kertas, seseorang seperti Koutarou yang betul-betul melampiaskan perasaannya yang sesungguhnya adalah orang yang lebih bisa dipercaya. Terlebih lagi, Koutarou adalah seseorang dari Bumi, yang tidak akan peduli dengan asal-usul Theia. Mungkin sulit untuk dinilai secara sepintas, tapi Koutarou mempunyai kualitas untuk bisa menjadi rekan terkuat Theia dan Ruth.

Dari sudut pandang itu, bisa dikatakan bahwa langkah pertama Koutarou dan Theia justru sebuah langkah ke belakang, tapi bisa dikatakan juga bahwa itu adalah langkah yang penting untuk bisa menyatakan perasaan mereka masing-masing. Pertengkaran yang terlalu hebat akan menjadi sebuah masalah, yang mungkin juga bisa merusak hubungan mereka.

"Jadi...eii!"

"Ah!?"

"Ruth!?"

"Fufufu, aku makan sebelum sosisnya menjadi dingin"

Ruth mulai berpikir bahwa sudah tugasnya untuk menghentikan mereka berdua sebelum hubungan mereka berdua hancur, yang sudah pasti nantinya akan memberikan hasil yang terbaik. Dengan itu, Ruth sudah kehilangan keraguannya.

"Yah, kalau Ruth-san, aku rasa sih nggak apa-apa. Huh"

"Akan kuabaikan kelakuanmu untuk hari ini. Huh"

Koutarou dan Theia saling mengalihkan pandangan mereka tanpa mengetahui maksud Ruth sesungguhnya. Hingga kemarin, hal itu membuat Ruth cemas, tapi kali ini, dia sudah tidak cemas lagi.

"Fufufu, aku mengerti sekarang, kenapa Sanae-sama menyukai mereka"

Meskipun sosis itu sudah agak dingin, bagi Ruth, makanan itu betul-betul enak.

Rokujouma Shunkashuutou Image 12.png



Kembali ke Prolog Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Musim Panas
  1. Dalam kata lain, Monopoli
  2. Cara memanggil kakak perempuan, bisa juga dengan Anego.