Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 9 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Hari Tanpa Ruth[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 10 Februari

Pada hari itu, saat Koutarou bangun, aroma sarapan yang sedang dimasak sudah memenuhi kamar 106. Aroma itu berasal dari sup miso dan ikan panggang yang biasanya, seperti pagi-pagi yang lain.

"Koutarou, bangun Ho-!"

"Dia jadi lebih gampang bangun belakangan ini Ho-!"

"....Pagi, Karama, Korama."

Namun, ada sesuatu yang sedikit berbeda dari biasanya hari itu. Beberapa bulan belakangan ini, sudah menjadi tugas Theia dan Ruth untuk membangunkan Koutarou. Biasanya, Ruth yang akan membangunkannya, tapi sesekali Theia akan menginjaknya.

Namun, hari ini Koutarou dibangunkan oleh Karama dan Korama.

Aku penasaran, ada apa ya?

Karena baru bangun, kepala Koutarou masih setengah tertidur dan dia hanya melihat-lihat ke seluruh penjuru kamar dengan tatapan kosong. Bagi Koutarou, sudah menjadi hal yang biasa baginya untuk dibangunkan oleh Theia dan Ruth sampai membuatnya mencari mereka berdua ke seluruh penjuru kamar.

Cuma ada Kiriha-san disini...?

Yang Koutarou temukan hanyalah kedua haniwa di hadapannya dan Kiriha yang sedang membuat sarapan di dapur, juga Sanae yang tidur di dalam badannya. Dia tidak melihat adanya Theia yang biasanya akan minum teh dengan anggun, ataupun Ruth yang membantu Kiriha di dapur. Mereka tidak hanya tidak membangunkannya, tapi juga tidak ada di tempat itu.

"...Dimana Theia sama Ruth-san?" tanya Koutarou pada kedua haniwa sambil mengucek matanya. Kedua haniwa itu melompat naik dan turun di atas futon sambil mengangkat kedua tangan mereka.

"Theia-chan dan Ruth-chan ada di Blue Knight Ho-!"

"Kelihatannya tunangan Ruth-san datang Ho-!"

"Oh iya, kalau aku inget-inget lagi, mereka sempet bilang begitu, ya...."

Sudah dua hari berlalu sejak Ruth menerima pesan dari keluarganya.

Biasanya, butuh beberapa hari untuk menempuh perjalan dari Forthorthe ke Bumi menggunakan kapal luar angkasa, karena jaraknya tidak bisa ditempuh hanya dalam waktu dua hari. Namun, si tunangan yang sudah tidak sabar menunggu sudah berangkat dari Forthorthe sebelum orangtua Ruth mengirimkan pesan video mereka.

Rasanya sepi juga, nggak bisa ngelihat wajah-wajah yang biasanya pagi ini...

Saat itu Kiriha sedang menyiapkan sarapan sendirian. Tidak ada suara lain yang terdengar di dalam kamar itu kecuali suara pisau yang sedang memotong bahan-bahan. Baik suara bunyi langkah kaki Theia maupun Ruth yang menyiapkan teh tidak terdengar sama sekali di hari itu, membuat pagi itu menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Koutarou merasa sedih hanya dari berkurangnya dua orang di kamar itu.

"Kau sudah bangun rupanya, Koutarou", ujar Kiriha yang menyadari kalau Koutarou sudah bangun setelah menengok dari arah dapur.

"Ruth tidak datang ke sini pagi ini, jadi tolong tunggu sedikit lebih lama lagi sampai sarapannya matang", lanjut Kiriha sambil tersenyum kecut dan kembali melanjutkan memasak. Koutarou tidak hanya mengada-ada saat dia mengira bahwa Kiriha kelihatan kesepian, karena Kiriha sendiri juga punya banyak kekuatiran mengenai situasi yang dihadapi Ruth.

Kalau Ruth-san jadi nikah, setiap hari bakal jadi begini ya....

Koutarou pun teringat saat dia merasakan ada sesuatu yang mirip saat masalah yang berkaitan dengan Kiriha muncul. Hari ini adalah kebalikan dari saat itu.

Kalau Ruth menghilang dari kamar itu, maka Theia juga akan menghilang karena tidak ada orang yang akan menyiapkan teh. Theia juga akan menjadi jarang muncul di kamar itu, dan hal itu akan membuat semua orang yang mempunyai hubungan dengan kamar 106 menjadi sedih.

Bener juga....karena mereka semualah aku bisa nikmatin hari demi hari...

Koutarou pun mulai membayangkan bagaimana rasanya sendirian di kamar 106.

Hantu yang menghantui kamar ini tidak ada, tidak ada orang yang menumpang tinggal di dalam lemari, tidak ada jalur bawah tanah di bawah salah satu tatami dan tidak ada tembok yang bersinar yang mengarah ke sebuah kapal luar angkasa.

Kamar kosnya akan menjadi sebuah kamar kos biasa, tepat seperti saat dia pertama kali pindah ke kamar itu. Koutarou hanya bisa berpikir betapa kesepiannya dirinya jika begitu. Tepat pada hari dia pindah ke kamar itu, para gadis penjajah muncul satu persatu dan saat dia menghabiskan hari-harinya mencoba untuk mengusir mereka, dia mulai menikmati keberadaan mereka sebelum dia menyadarinya.

Kalau gitu...seenggaknya aku bisa nyampaiin satu hal buat Ruth...

Saat Ruth meminta pendapat dari Koutarou, dia hanya diam saja karena dia yakin bahwa itulah yang terbaik bagi Ruth. Namun, setelah melihat kamar yang kekuarangan orang-orang yang penting di dalamnya, Koutarou mulai merasa bahwa dia terlalu diam saat itu.

"Mmm~...Koutarou, udah pagi ya?"

Tepat pada saat itulah Sanae menyembulkan kepalanya dari dada Koutarou dan menggosok matanya. Kelihatannya dia baru saja bangun.

Rokujouma V9 129.jpg

"Iya, tapi sarapannya masih belum mateng. Kamu masih bisa tidur lagi kok."

"Oke", balas Sanae sambil menutup matanya lagi.

"Koutarou, rasanya jadi agak dingin nih. Semangat dikit dong, biar agak anget."

"....Iya, aku usahaiin ya."

"Mmm~, makasih ya..."

Setelah menutup matanya, Sanae kembali tidur dengan cepat. Koutarou tersenyum melihat Sanae yang menggunakan badannya sebagai kantong tidur.

"Gitu ya...jadi hatiku juga lebih dingin dari biasanya, ya..."

Kelihatannya Koutarou merasa lebih sedih dari yang dipikirkannya karena tidak adanya Ruth dan Theia.

Sementara itu, Ruth dan Theia berada di dek landasan Blue Knight, bersiap untuk menyambut kedatangan tunangan Ruth. Karena Blue Knight berukuran jauh lebih besar, kapal luar angkasa tunangan Ruth akan mendarat di dalamnya.

"Jadi, dialah penerus DKI", ujar Theia yang menyipitkan matanya seakan menilai tunangan Ruth.

Seorang pemuda yang terlihat berumur dua puluhan muncul dari sebuah kapal luar angkasa kecil. Dialah pemimpin muda dari korporasi raksasa, Dragon Knight Industries. Dragon Knight Industries sendiri, atau bisa disingkat DKI, adalah perusahaan yang dibangun oleh seseorang dari keturunan Melcemheim. Karena sang pendiri perusahaan memiliki sisik naga tetua sebagai warisan keluarga, orang bilang dia dianugerahi gelar Ksatria Naga.

Awalnya, perusahaan itu berfokus pada usaha perdagangan, tapi seiring dengan bergantinya generasi, perusahaan itu mulai meluaskan bidang usahanya. Dan saat ini, perusahaan itu tidak hanya menjadi penjual saja, tapi juga memproduksi barang dagangan mereka sendiri. Dengan begitu, perusahaan itu mendapatkan keuntungan besar dan berkembang dengan pesat. Sebagai hasilnya, perusahaan itu sekarang menjadi perusahaan terkenal dan penting di Forthorthe yang menjual berbagai macam barang.

"Benar, Yang Mulia. Dia adalah Elexis Borannam-sama."

"Dia kelihatannya ringkih....tapi kelihatannya masih ada hal lain yang dimilikinya."

Orang yang memimpin DKI adalah Elexis Borannam, dan dialah tunangan Ruth.

Setahun setelah menyelesaikan pendidikannya, Elexis mengambil alih kepemimpinan DKI menggantikan ayahnya. Pada saat itu, perkembangan DKI sudah mulai menurun, tapi setelah Elexis menjadi pemimpin perusahaan, perusahaan itu menjadi hidup kembali. Hanya dalam beberapa tahun saja, DKI menyebar ke seluruh tata surya yang berada di bawah pimpinan Forthorthe. Karena hal inilah Elexis menjadi terkenal sebagai direktur perusahaan yang masih muda dan hebat.

Elexis tidak hanya terkenal sebagai pengusaha saja, tapi juga dermawan. Setiap tahunnya, dia mendonasikan banyak sekali uang secara pribadi. Selain itu, Elexis hidup dengan filosofi bahwa keuntungan besar lahir dari masyarakat yang sehat, dan dia juga membuat DKI membuat kontribusi secara besar-besaran kepada masyarakat. Dengan melakukan itu, dia mendapat banyak sekali protes dari pemegang saham, tapi berkat pencapaian dan popularitas yang didapatnya, para pemegang saham itu hanya bisa diam.

Karena alasan-alasan itulah Elexis dianggap pantas menjadi tunangan bagi anak perempuan kesayangan keluarga Pardomshiha. Alasan lainnya adalah meskipun dia bukan bangsawan, dia masih mempunyai darah keluarga Melcemheim di dalam dirinya. Elexis sudah menjadi calon tunangan yang menjanjikan bagi banyak bangsawan.

"Senang bisa bertemu dengan anda. Nama saya adalah Elexis Borannam. Suatu kehormatan bisa bertemu anda, tuan puteri."

Saat dia tiba di Blue Knight, Elexis menyapa Theia lebih dulu. Meskipun dia adalah tunangan Ruth, dia memulai dengan menyapa tuan puteri lebih dulu.

Dari dekat, Elexis tampak sebagai orang yang anggun. Badannya tinggi, dan baik pakaian, sepatu dan aksesoris yang dikenakannya, bahkan rambut emasnya, tampak begitu terawat dan indah, memberinya kesan seorang terhormat. Sikapnya yang memberi kesan adanya kekuatan dan kecermatan turut mendukung gambaran itu. Wajahnya yang kurus dan matanya yang agak sipit memberi kesan orang yang begitu cerdas. Orang akan bisa merasakan hawa seseorang yang berdiri jauh di atas yang lain dari Elexis.

"Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini. Silahkan mendekat, kita tidak akan bisa berbicara dari jarak sejauh ini."

Theia melihat sekilas penampilan Elexis dan mengundangnya untuk mendekat. Perjodohan tidak akan terlaksana kalau dia tetap berada beberapa meter jauhnya.

Orang ini kebalikan dari Koutarou...

Itulah kesan pertama Theia tentang Elexis. Satu-satunya hal yang mirip antara Elexis dan Koutarou adalah tinggi mereka.

"Kata-kata anda terlalu baik bagi saya."

Setelah membungkuk memberi hormat pada Theia, Elexis menoleh ke belakangnya, dimana ada lima orang pengawal berbaju hitam.

"....Kalian bisa tinggal di sana. Tidak usah melindungiku disini."

"Baik pak."

"Kalau mau, kalian bisa kembali ke kapal."

"Anda terlalu baik, pak. Ini sudah tugas kami."

"Hahaha, kau akan cepat lelah kalau terlalu serius, kau tahu", ujar Elexis sambil tertawa pada pengawalnya lalu mulai mendekati Ruth dan Theia dengan langkah pelan tapi pasti. Saat dia sudah berada cukup dekat, Ruth angkat bicara.

"Elexis-sama, saya Ruthkania Nye Pardomshiha."

"Senang bisa bertemu dengan anda, Ruthkania-sama."

"Anda bisa memanggil saya Ruth."

"Kalau begitu, anda bisa memanggil saya El, Ruth-sama", balas Elexis sambil tersenyum dan lalu berlutut di depan Ruth. Karena keluarga Elexis tidak memiliki status seorang bangsawan, mereka berdua mempunyai posisi yang sangat berbeda.

"Silahkan berdiri, El-sama. Anda pasti lelah sudah jauh-jauh datang ke tempat ini."

"Terima kasih banyak, Ruth-sama."

Elexis menengadah melihat Ruth dan tersenyum sebelum bangkit perlahan. Karena tinggi badannya, saat dia berada sedekat ini rasanya seperti berhadapan dengan orang yang sangat kuat. Setelah mundur beberapa langkah, Ruth menengadah melihat wajahnya.

Jadi orang inilah, tunanganku...

Tepat pada saat inilah Ruth sadar bahwa dia tidak mempunyai perasaan apapun pada Elexis. Meskipun hal itu sudah jelas akan terjadi karena ini adalah hari pertama mereka bertemu, tapi alasan lainnya adalah karena Ruth sudah begitu memikirkan seseorang yang lain beberapa hari ini.

"Saya sudah melihat foto-foto anda sebelumnya, tapi saat saya melihat anda langsung anda tampak jauh lebih anggun dan cantik. Tidak sia-sia saya cepat-cepat datang kemari."

Elexis justru terlihat puas dengan penampilan Ruth. Dia sudah tertarik dengan Ruth saat dia melihatnya lewat foro, dan bergegas datang ke sana hanya untuk menemuinya. Dengan begitu, ada perbedaan rasa yang begitu besar antara mereka berdua.

Gawat, dia sudah jauh-jauh datang ke sini untuk menemuiku, aku tidak boleh bertingkah tidak sopan padanya....

Memang, situasi ini datang begitu mendadak bagi Ruth, dan kedatangan Elexis sendiri pun juga tidak kalah mendadaknya, tapi karena dia adalah tunangan yang membuat orang tua Ruth bahagia, Ruth tidak bisa bersikap tidak sopan kepadanya. TIdak peduli apakah Ruth akan tetap menjalankan perjodohannya atau tidak, dia harus tetap berhadapan dengan Elexis. Dan dengan begitu, Ruth menguatkan hatinya dan kembali menghadapi Elexis.

"Terima kasih banyak, El-sama. Silahkan masuk ke sebelah sini."

"Saya merasa kalau hal ini mungkin terlalu cepat, tapi pengalaman saya saat bekerja mengatakan bahwa jika saya membiarkan sebuah kesempatan baik begitu saja, maka kesempatan itu akan hilang. Karena itulah saya menunda pekerjaan saya dan datang kemari."

Ruth bisa mengerti dari penampilan Elexis bahwa dia merasa begitu yakin dengan perjodohan ini. Bertindak dengan cepat menangani kesempatan yang baik memang pantas dengan dirinya yang berstatus sebagai pemimpin perusahaan.

Dia kelihatannya suka padaku, dan dia kelihatannya baik, tapi...

Elexis nampak mempunyai sifat ambisius dalam dirinya, tapi itu bukan hal yang buruk. Ditambah, dia juga nampak bersahabat dengan para pengawalnya. Ruth bisa merasa kalau dia adalah orang yang baik, persis seperti yang dikatakan kabar angin. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Ruth.

"Ruth, ada baiknya kita masuk ke dalam. Mengapa kau tidak membawa Elexis-dono ke kamarnya?"

Ada kamar-kamar untuk tamu di dalam Blue Knight, yang berfungsi sebagai tempat yang lebih baik untuk berbicara dengan tenang dan damai daripada di dek landasan.

"Yang Mulia....anda benar."

Saat sadar akan maksud Theia, Ruth dengan cepat menyetujui saran itu dan menunjukkan arah keluar dek landasan pada Elexis.

"El-sama, silahkan lewat sini. Saya akan mengantar anda ke kamar anda."

"Tidak, izinkan aku mengantar kalian."

"Yang Mulia!?"

"Tidak apa-apa, tidak usah khawatir."

Tepat saat Ruth yang akan memimpin jalannya, Theia justru mengambil alih posisi itu. Ruth merasa tidak enak membuat tuannya yang mengantar mereka.

"....Aku yakin kau punya banyak hal untuk dipertimbangkan."

"Yang Mulia..."

Namun, ucapan yang dibisikkan Theia pada Ruth membuatnya menurut. Theia melakukan hal itu bukan karena hubungan mereka sebagai tuan dan pelayan, tapi karena mereka adalah teman sedari kecil.

"Tuan Puteri Theiamillis, saya merasa terhormat atas pertimbangan anda."

"Tidak usah sungkan. Tamu Ruth adalah tamuku juga. Lagipula, aku hanya pemeran pendukung hari ini."

Theia lalu mulai berjalan di depan, dan Ruth dan Elexis mengikutinya di belakang sambil berjalan beriringan. Saat dia melihat Theia di hadapannya dengan Elexis di sisinya, Ruth mulai berpikir dalam-dalam.

Aku yakin bahwa El-sama adalah orang yang baik, tapi....ada yang....salah dengan pemandangan ini...

Theia berjalan di depan dengan Ruth dan Elexis mengikutinya dari belakang. Kalau Ruth dan Elexis menikah, maka hal ini akan menjadi hal yang biasa. Namun, ada sesuatu yang tidak sesuai bagi Ruth. Inilah hal yang mengganjal di hatinya.

Satomi-sama akan...lebih....

Ruth lalu membayangkan apa jadinya jika dia, Theia dan Koutarou yang berjalan di dek landasan itu.

Theia dan Koutarou akan memimpin jalannya sementara Ruth mengikuti mereka berdua dari belakang. Mereka berdua akan berdebat, dan terkadang berkelahi. Namun, mereka akan selalu terlihat menikmati hal itu dan tersenyum ceria karenanya. Hal itu sudah cukup untuk membuat Ruth bahagia. Dan tidak peduli seberapa ributnya mereka berdua, mereka tidak akan melupakan Ruth, karena mereka sekali-sekali akan menoleh ke belakang dan berbicara dengannya mengenai sesuatu.

Itulah keseharian Ruth, tapi itu juga sesuatu yang dia harap bisa berlanjut di masa yang akan datang. Saat ini, tidak ada hal yang bisa Ruth bayangkan dengan indahnya selain masa depan bersama Koutarou, dan masa depan itu bertumpang tindih dengan kepekaan Ruth.

Apakah karena waktu yang kami jalani bersama, atau karena sifat alami Satomi-sama....

Ruth tidak bisa membayangkan masa depannya bersama Elexis sejelas itu, dan saat dia akhirnya bisa membayangkan masa depan itu, hal itu tidak sesuai dengan keinginannya.

Tepat pada saat itulah hak sepatu Ruth menyangkut di sambungan lantai.

"Kyaa!?"

Karena dia sedang berpikir dalam-dalam, Ruth kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke lantai.

"Saya menangkap anda."

Namun, Ruth tidak membentur lantai. Elexis sudah menahannya sebelum hal itu sampai terjadi.

Meskipun Ruth sudah bertambah kuat karena latihan rutinnya, karena sebenarnya dia tidak suka berlatih, Ruth terkadang jatuh seperti ini. Dan saat dia melakukan hal itu, seseorang di dekatnya akan selalu menahan badannya. Ruth lalu akan tersenyum dan berterimakasih pada orang itu.

"Terima kasih banyak, Sa--"

Namun, Ruth berhenti di tengah ucapannya, karena orang yang menyelamatkannya kali ini adalah orang yang berbeda dari biasanya.

"Apa anda baik-baik saja, Ruth-sama?"

"Ah..."

Rasa tangan yang memeluk seluruh tubuhnya dan wajah di hadapan Ruth berbeda dari biasanya, dan saat Ruth menyadari hal itu, dia menjadi penuh dengan rasa sangat tidak nyaman, rasa bersalah, dan penolakan.

"T-Tidak!"

Ruth hampir mendorong Elexis menjauh saat dia berusaha melepaskan dirinya dari Elexis. Ruth tahu Elexis menyelamatkannya dengan niatan baik, tapi ada bagian di dalam hati Ruth yang menolak hal itu.

Rasa dari tangan yang memeluk badannya berbeda dari itu, biasanya akan terasa lebih kasar dan kuat. Wajah di hadapannya pun berbeda, karena biasanya wajah itu tampak lebih polos. Hal itu biasanya akan membuat Ruth lebih aman, tapi saat ini dia justru merasa bersalah.

Semua hal yang bercampur menjadi satu itu menjadi alasan mengapa Ruth mendorong Elexis menjauh.

"Wah wah, ternyata saya sudah tidak sopan. Saya sudah kurang ajar sudah bersikap seperti ini kepada seorang wanita."

Namun, Elexis nampak tidak terganggu oleh hal itu dan tersenyum sambil menjaga jaraknya dengan Ruth.

"T-Tidak, terima kasih banyak sudah menyelamatkanku", balas Ruth yang mulai merasa bersalah pada Elexis.

El-sama hanya punya niat baik untuk menyelamatkanku...

Setelah secara refleks mendorong Elexis menjauh darinya setelah menyelamatkan dirinya, Ruth menjadi sadar bahwa dia sebenarnya sedang tidak melihat orang di hadapannya. Hal itu tampak begitu kurang ajar kepada seseorang yang sudah datang jauh-jauh untuk bertemu dengannya.

Gawat....aku mungkin akan menikahi orang ini...

Ruth pun memutuskan untuk mengubah pikirannya. Sekarang bukanlah saatnya untuk memikirkan hal lain, dan dia harus fokus hanya pada Elexis. Dia perlu berbicara dengannya dan memutuskan apakah dirinya harus menikah atau tidak.


Part 2[edit]

Yang terpenting bagi Ruth adalah apakah dampak yang muncul dari pernikahannya dengan Elexis.

Kalau Ruth dan Elexis menikah, Ruth akan mendapatkan dukungan finansial dan pengaruh politik dari Elexis, sementara Elexis akan mendapatkan marga Pardomshiha dan status sosial. Hal itu bisa dianggap sebagai memberi dan menerima.

Namun, bukan hanya itu saja yang akan terjadi. Ada tiga masalah lain yang mengganggu pikiran Ruth.

Pertama, apakah Elexis bisa dipercaya atau tidak. Setelah berbicara secara langsung dengannya, Ruth merasa bahwa dia bisa dipercaya. Selain itu, divisi intelijen keluarga Pardomshiha sudah menyelidiki kehidupan pribadi Elexis. SIngkatnya, tidak ada masalah apapun. Tapi, bagaimana untuk masa yang akan datang? Dia bukanlah ksatria, melainkan pedagang. Bukankah alasan dibalik kebangkitan DKI adalah karena dia selalu berpihak kepada seseorang yang akan memberikan keuntungan padanya? Saat ini mungkin dia berada di pihak Theia, tapi apakah dia akan tetap berada di pihaknya di masa yang akan datang? Apakah Elexis masih bisa dipercaya jika pengaruh politik Theia menjadi melemah entah karena alasan apapun? Dalam kata lain, Ruth merasa resah karena Elexis bukanlah seorang ksatria.

Kedua, sifat alami Elexis. Hal ini mirip dengan masalah pertama, tapi disini sisi personalnya yang dipertanyakan. Kalau Ruth menikah dengannya, Elexis pasti akan menjadi sering muncul di sisi Theia. Kalau Theia sampai menjadi menderita karena hal itu, maka hal itu akan menjadi masalah. Apakah Elexis adalah seseorang yang Theia inginkan untuk berada dekat dengannya? Penting bagi Ruth untuk mempertimbangkan karakter, opini dan hobi Elexis. Seperti halnya masalah pertama, hal ini pun menjadi masalah kecil untuk dipertimbangkan.

Masalah yang terakhir, dan merupakan masalah yang paling penting, tapi juga menyangkut hal yang ingin dilakukan oleh Ruth mengenai perjodohan itu.

Ruth tahu betul seberapa pentingnya pernikahan ini. Dengan meningkatkan pengaruh politih Ruth, dia bisa menjadi pertolongan bagi Theia secara tidak langsung. Ditambah lagi, Elexis memberikan kean yang baik. Meskipun dia punya sifat ambisius, dia terlihat baik dan meyakinkan. Kalau mereka berdua sampai menikah, Elexis pasti akan membuat Ruth bahagia. Ruth mempunyai dua keraguan kecil, tapi dia merasa bahwa dia tidak perlu kuatir mengenai karakter Elexis. Ruth mungkin tidak akan pernah mempunyai tunangan yang betul-betul penuh berkah seperti dia.

Namun, ada sesuatu di dalam diri Ruth yang bertanya jika hal itu baik untuknya. Ruth merasa bahwa dirinya mengkhianati sesuatu. Itulah sebabnya Ruth belum bisa memutuskan untuk menikah meskipun kondisinya menguntungkan baginya.

Akan baik bagiku jika aku menikah dengan El-sama...hal itu sudah jelas bagi semua orang...aku mungkin gugup karena semuanya terjadi tiba-tiba....seiring berjalannya waktu, mungkin hal itu akan selesai dengan sendirinya...

Tidak ada alasan untuk menolak dan semuanya pasti akan berjalan dengan baik.

Ruth berulangkali mengatakan hal itu pada drinya sendiri seraya berdoa agar hal itu bisa dipercayainya menjadi sebuah kenyataan.


Part 3[edit]

Ruth dan Theia tiba di SMA Kisshouharukaze tepat saat jam istirahat siang hampir selesai. Mereka lalu duduk di kursi mereka masing-masing dan tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun. Nampaknya, mereka berdua sedang berpikir dalam-dalam.

Koutarou hanya bisa melihat mereka berdua dengan rasa kuatir.

Jelas aja mereka kuatir...pernikahan memang bukan masalah sepele...

Hal ini adalah sebuah peristiwa besar yang akan menentukan masa depan Ruth, dan bagi Theia, kehidupan teman masa kecilnya akan dihadapkan pada sebuah pilihan, yang tentunya tidak begitu simpel. Bahkan Koutarou sendiri mengerti mereka menjadi sulit tersenyum karenanya. Saat keluarga Koutarou kehilangan sosok seorang ibu, ada saat dimana ayah Koutarou memikirkan untuk kembali menikah. Saat Koutarou memikirkan hal itu, dia percaya kalau dirinya bisa membayangkan apa yang sedang mereka berdua rasakan.

Oke, nanti habis pulang sekolah aja deh, aku tanya.

Ada hal yang ingin dibicarakan oleh Koutarou kepada Ruth, namun karena jam istirahat siang sudah hampir selesai, dia sudah tidak punya cukup waktu untuk membicarakan hal itu. Koutarou lalu memutuskan untuk menanyakan hal itu sepulang sekolah.

Saat lonceng sekolah berbunyi, Ruth melihat ke arah jam yang berada di atas papan tulis. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore dan sekolah sudah selesai. Namun, Ruth sama sekali tidak memperhatikan waktu yang ditunjukkan jam itu maupun bunyi lonceng sekolah. Bahkan isi jam pelajaran yang baru saja selesai pun tidak ada dalam pikirannya, karena saat itu kepalanya sedang penuh dengan kekhawatiran.

Ah iya, aku harus bergegas pulang...

Butuh waktu sampai sepuluh detik setelah lonceng sekolah berbunyi sebelum Ruth sadar bahwa sekolah sudah selesai. Setelah teringat bahwa dia mempunyai seorang tamu, Ruth bergegas bangkit dari tempat duduknya, dan di saat yang sama, Theia menghampirinya.

"Ruth, aku akan pulang lebih dulu. Elexis-dono mungkin sudah bangun. Kau bisa pergi mempersiapkan makan malam."

Ruth dan Theia datang ke sekolah karena Elexis memerlukan istirahat setelah mengalami time lag[1], dan persiapan membuat makan malam harus dilakukan sebelum dia bangun. Jadi, Ruth dan Theia membagi tugas untuk menyiapkan makan malam.

"Terima kasih banyak, Yang Mulia. Saya serahkan sisanya pada anda."

"Ya. Tetaplah semangat, karena dia adalah tamumu", balas Theia sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan kelas. Dia tidak sebingung Ruth dan sudah selesai bersiap-siap untuk pulang.

"Gawat, aku harus tetap fokus....", ujar Ruth pada dirinya sendiri karena sudah tidak begitu fokus. Dia seharusnya meninggalkan kelas bersama Theia, tapi dia tidak bisa melakukan itu karena dia masih betul-betul tidak fokus. Itu bukan pertanda baik baginya.

Setelah bangkit berdiri, Ruth menaruh tasnya di atas meja dan mulai membereskan buku dan alat tulisnya.

"Ruth-san."

Tepat pada saat itulah Koutarou memanggilnya.


Part 4[edit]

Saat mereka berjalan melewati gerbang sekolah, tidak ada percakapan sama sekali yang terjadi antara Koutarou dan Ruth.

Koutarou ingin berbicara dengan Ruth, tapi karena hal yang ingin dibicarakannya adalah masalah pribadi, dia tidak bisa langsung berbicara dengan masih banyaknya orang di sekitar mereka. Karena itulah Koutarou tetap diam. Ruth sendiri juga mempunyai perasaan yang rumit terhadap Koutarou.

Saat Ruth menanyakan hal ini pada Koutarou dua hari yang lalu, Koutarou sudah mengatakan sesuatu yang bisa dianggap Ruth sebagai rasa tidak peduli. Tapi setelah berbicara dengan Theia, Ruth sekarang mengerti apa maksud Koutarou. Namun, kata-kata itu masih membuatnya sedih. Sisi feminimnya ingin Koutarou mengatakan sesuatu yang lebih.

Satu hal lagi, Ruth takut bersikap secara normal di sekitar Koutarou, karena Ruth yakin dia tidak akan bisa membuat keputusan mengenai perjodohannya. Dia ingin menghindari Koutarou karena dia rasa dia akan membuat keputusan dengan gegabah.

Itulah sebabnya mengapa Koutarou dan Ruth tetap diam. Mereka berdua berjalan menuju Rumah Corona tanpa berbicara sama sekali. Baru kali inilah ada ketegangan yang begitu besar di antara mereka berdua.

Kesunyian itu berlanjut hingga beberapa saat, tapi setelah lima menit setelah melewati gerbang sekolah, Ruth memecah kesunyian. Orang-orang di sekitar mereka sudah berkurang dan Ruth tidak bisa terus-terusan diam dan merasa tegang seperti ini.

"....Satomi-sama, apa yang ingin anda bicarakan?" tanya Ruth dengan suara yang dingin, hampir tanpa emosi sama sekali seakan sedang berbicara dengan musuhnya. Hanya itulah tipuan terbaik yang bisa dilakukannya.

"Aku mau minta maaf soal sesuatu."

Namun lain halnya dengan Koutarou, yang tetap bersikap sama seperti biasanya. Dia membawa tasnya dengan wajah ceria dan berjalan dengan irama yang sama seperti biasanya. Hanya melihat hal itu saja sudah cukup untuk membuat Ruth terdiam karena malu.

"Meminta maaf?"

Saat mendengar hal itu, Ruth menunjukkan raut wajah yang galak.

Apakah dia tidak mau menjadi pengikut Yang Mulia...?

Ada banyak hal yang Ruth pikirkan yang mana Koutarou ingin meminta maaf. Hal pertama yang muncul dalam pikirannya adalah mengenai saat dia meminta Koutarou untuk mengabdi pada Theia. Karena hal itu adalah yang paling penting, raut wajahnya tentu saja langsung berubah menjadi serius.

"Ya", angguk Koutarou sambil mulai membicarakan hal yang mengganjal di hatinya sejak pagi ini.

"Aku mau ngomong soal perjodohan yang kamu tanyain ke aku dua hari lalu."

"Eh..."

Koutarou mulai membicarakan hal yang tidak disangka oleh Ruth.

Ini soal waktu itu...?

Karena Ruth sudah begitu yakin bahwa Koutarou akan membicarakan sesuatu yang lain, dia menjadi begitu kaget sampai raut wajah galaknya menghilang.

"Waktu itu...aku nggak mikir kalau ada sesuatu yang harusnya aku bilang ke kamu, tapi setelahnya aku sadar kalau ada sesuatu yang harus aku bilang ke kamu."

"Satomi-sama....ah..."

Ruth sadar kalau raut wajahnya berubah dan langsung berusaha mengembalikannya menjadi raut wajahnya yang serius.

"Jadi, pertama-tama aku mau minta maaf. Maafkan aku, Ruth-san. Aku nggak bener-bener mikir waktu itu", kata Koutarou meminta maaf sambil menoleh ke arah mata Ruth.

"Y-Ya...."

Ruth hanya bisa mengangguk sambil merasa kebingungan. Koutarou lalu tersenyum sedih melihat hal itu.

Harusnya aku mikirin soal kita lebih baik dulu. Maafin aku, Ruth-san.

Koutarou sadar betapa tidak dewasanya dirinya saat pemandangan Ruth yang sedang resah dua hari lalu dan Ruth yang saat ini kebingungan menjadi bertumpang tindih.

"Ini....tolong jangan bilang ke siapa-siapa ya."

Koutarou memulai dengan mengatakan hal itu dan memalingkan pandangannya dari Ruth, lalu ia menatap langit musim dingin.

"Aku kehilangan ibuku pas aku masih kecil, jadi setelahnya aku cuma tinggal sama bapakku. Setahun lalu, bapakku pindah kerja....pas aku keterima di sekolah ini, dan aku jadinya tinggal sendirian."

Di langit musim dingin yang luas itu terdapat sebuah awan kecil, dan seperti awan kecil itulah Koutarou harus tinggal sendirian di kota yang besar ini.

"Tapi, itu nggak terjadi. Tepat pas aku selesai pindah, kalian semua dateng nyerang."

Empat orang gadis muncul untuk merebut kamar 106 dari Rumah Corona yang kecil. Tapi, dilihat dari perilaku Koutarou saat menceritakan hal itu, Ruth tahu kalau hal itu penting baginya, jadi Ruth tetap diam dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan Koutarou sebelum dirinya sendiri bertanya.

"Udah sepuluh bulan berlalu sejak kejadian itu", lanjut Koutarou sambil menghitung bulan dengna jarinya dan tersenyum pada Ruth.

"Selama itu, udah banyak kejadian yang terjadi, ya kan?"

"Benar..."

Ada banyak hal yang sudah terjadi. Segala hal yang diingat Ruth pun terlintas di pikirannya saat mendengar kata itu.

Sanae diculik. Theia diserang oleh Clan. Orang-orang bawah tanah yang tidak mau mematuhi Kiriha datang menyerang. Mereka semua juga turut memainkan drama, dan pesta Natal dan perjalanan main ski pun begitu menyenangkan.

Ruth bisa mengingat hal-hal itu hanya dengan mengingatnya sedikit. Ada banyak hal yang bisa dikenangnya, termasuk hal-hal yang sepele sekalipun.

"Dan....aku baru nyadar sekarang. Karena Ruth-san dan kalian semualah aku bisa ngerasa bahagia selama sepuluh bulan ini."

Selama sepuluh bulan ini, Koutarou sudah mengalami berbagai macam masalah, tapi tidak sampai saat itulah dia sadar bahwa hanya pada awal mulanya sajalah yang menjadi maslalah baginya. Saat dia sudah mengetahui situasi tiap-tiap gadis, tidak ada lagi hal yang menyakitkan baginya. Sekarang, Koutarou bisa berkata dengan yakin bahwa berkat para gadis itulah dirinya bisa merasa bahagia selama sepuluh bulan ini.

Dia tidak bisa mengatakannya pada Yurika atau Sanae karena hal itu pasti akan membuat mereka sombong. Dan karena itulah kenyataanya, Koutarou kembali dari Forthorthe zaman dahulu - untuk memenuhi keinginan para gadis dan melindungi hal ini hari demi hari.

"S-Sato..."

Kata-kata Koutarou masuk dalam lubuk hati Ruth dan membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Pikirannya sudah menjadi kacau dan membuatnya tidak bisa berpikir apa-apa lagi, dan sebuah retakan muncul di tembok di sekitar hatinya.

Gawat, kalau aku terus mendengarkan ini, aku....

Akal sehat Ruth memperingatkan dirinya. Namun, dia tidak bisa mendengar itu karena jantungnya berdetak semakin cepat.

"Ruth-san, aku nggak tahu gimana perasaanmu setelah sepuluh bulan ini, tapi kalau kamu kuatir soal pernikahanmu, aku mau kamu milih yang mana yang kamu pikir bakal bikin kamu paling bahagia."

Koutarou begitu bersyukur dengan adanya para gadis penjajah itu, dan tentu saja Ruth juga merasakan hal yang sama. Koutarou ingin setiap hari yang dijalani Ruth menjadi hari-hari yang sama bahagianya seperti hari-hari yang sudah dijalaninya. Entah dia menikah atau tidak, Koutarou ingin Ruth memilih apa yang membuatnya bisa merasa paling bahagia.

"Aku nggak masalah kamu pilih yang mana, tapi sebagai gantinya, aku bakal dukung kamu entah yang mana yang kamu pilih."

Itulah keputusan Koutarou, untuk alasan sesederhana membalas budi apa yang sudah dilakukan terhadap dirinya.

"Pilihlah masa depan yang bakal bikin kamu bahagia, yang nggak bakal bikin kamu nyesel. Itu jawabanku buat pertanyaanmu--nggak, itu harapanku."

Kalau Ruth merasa kuatir dengan pernikahannya, maka dia harus memikirkan suatu cara untuk meredakan kekuatiran itu. Kalau dia ingin menghentikan pernikahan itu, maka tidak apa-apa baginya. Kalau hal itu terjadi, maka Koutarou akan melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk melindungi Theia dan Ruth. Dia mungkin bisa menjadi pengikut Theia seperti yang sudah diminta oleh Ruth, atau dia bisa membahas hal itu bersama para gadis yang ada di kamar dan mendapatkan solusi yang lebih baik lagi.

Karena Koutarou tidak begitu mengerti dengan situasi yang ada di Forthorthe saat ini, dia tidak mau mengatakan hal apapun yang bisa mempengaruhi keputusan Ruth. Namun, dia ingin Ruth untuk memilih apapun yang membuat Ruth merasa bahagia, dan dia akan menghargai keputusan yang sudah diambil Ruth dan mendukungnya. Itulah jawaban Koutarou.

Koutarou juga merasa bahwa hal itu sudah menjadi tugasnya sebagai orang yang memegang Signaltin dan lencana dari Charl. Apa yang ingin dilindungi oleh Alaia bukanlah Signaltin, melainkan kebahagiaan orang-orang di dunianya. Dan pemimpin kebahagiaan orang-orang itu, Charl, sudah memberikan Koutarou sebuah lencana gelar buatan tangan. Dengan begitu, Koutarou juga harus melindungi kebahagiaan Ruth dan Theia. Bahkan, hingga saat ini Koutarou masih terus membawa harapan Alaia dan Charl.

"Saya..."

Kalau saja kekuatiran Ruth hanya soal pernikahannya saja, dia mungkin akan membatalkan hal itu saat itu juga. Jawaban Koutarou sudah melebih apa yang diharapkan oleh Ruth beberapa hari sebelumnya.

"Terlebih lagi, dia harus menguatkan dirinya untuk meninggalkan tanah airnya. Dia harus menguatkan dirinya bahwa dia tidak akan bisa membuat sebuah keluarga baru."

Namun, Ruth teringat akan kata-kata Theia.

Kalau aku ingin bisa hidup bersama Satomi-sama, dia pasti akan membuat hal itu terjadi...tapi hal itu tidak akan membuat Satomi-sama bahagia...dan aku tidak bisa membuat hal itu terjadi!!

Ruth juga ingin Koutarou hidup dengan senyuman yang menghiasi bibirnya, hampir sama seperti apa yang dia harapkan juga bagi Theia. Dan hal itu cukup untuk membuatnya hampir membatalkan pernikahan.

"...Apa itu saja?"

Ruth berusaha keras untuk menjaga perasaannya agar tidak muncul dan lalu bertanya dengan suara yang tenang. Agar dia tidak tersenyum, Ruth menggertakkan giginya.

"Ya."

Koutarou merasa tidaklah aneh bagi Ruth untuk terlihat serius seperti itu, karena dia percaya bahwa apa yang telah dikatakannya dua hari lalu telah menyakiti Ruth.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Saya harus menyiapkan makan malam untuk tamu saya setelah ini."

Ruth membungkukkan kepalanya sambil terus terlihat serius dan bergegas undur diri dari hadapan Koutarou. Dia merasa bahwa jika dirinya terus berada di sisi Koutarou lebih lama lagi, dia tidak akan bisa menahan semua perasaannya.

Yang Mulia...Yang Mulia, pasti inilah yang anda rasakan...

Ruth akhirnya bisa mengerti perasaan yang dipendam oleh tuannya yang mungil.

"Sampai jumpa."

Ruth berlari setelah mengucapkan perpisahan singkat.

Semuanya baik-baik saja...aku bisa melakukannya...

Ruth merasa begitu lega karena dia bisa menjaga perasaannya dan dia bisa membuat Koutarou tetap merasa bahagia. Karena rasa lega itulah Ruth tidak memperhatikan kemana ia melangkah.

Ujung sepatunya membentur bagian trotoar yang sedikit lebih tinggi.

"Kyaa!?"

Karena dia sudah mulai berlari, badannya mulai jatuh dengan kecepatan yang lumayan cepat. Kalau dia sampai membentur trotoar seperti itu, luka yang dideritanya pasti akan cukup serius.

Namun, hal itu tidak terjadi. Sebelum dia terjatuh, seseorang menahan badannya. Dengan tangan besar yang menahannya, dan dari cara menahan serta kehangatannya Ruth langsung tahu siapa yang menolongnya.

Rokujouma V9 159.jpg

"Satomi-sama...."

"Kamu nggak apa-apa kan, Ruth-san?"

Yang menolongnya tentu saja Koutarou, dan di saat yang sama, Ruth menjadi mengerti akan sesuatu.

Memang orang ini...seperti yang sudah aku kira, hanya orang inilah yang sesuai bagiku...

Tepat di hadapan wajah Ruth nampak Koutarou yang tersenyum lega, namun pemandangan itu dengan cepat menjadi buram oleh karena air mata. Saat dia sadar bahwa dirinya sedang dipeluk oleh Koutarou, Ruth tidak bisa berbuat apa-apa sama sekali. Dia merasa ingin bisa terus seperti ini selamanya.

Kekuatan yang bisa dirasakannya dari tangan yang memeluknya, rasa hangat yang nyaman dari badannya dan rasa aman yang bisa dirasakan Ruth dari keberadaan Koutarou membuat intuisi Ruth berteriak:

Disinilah tempat kami berada....kalau aku tetap berada disini, aku akan bahagia...Yang Mulia juga pasti merasa demikian...kami pasti akan bahagia disini...

Intuisi itu menghancurkan apapun yang membuat Ruth tetap bisa menjaga perasaannya.

TIdak....aku tidak mau orang lain selain orang ini....bukannya aku benci dengan El-sama, aku hanya tidak bisa hidup tanpa orang ini....!

Meski begitu, Ruth mencoba melepaskan dirinya dari Koutarou. Dia melakukan sebisanya untuk mengerahkan tenaganya ke tangannya dan mendorong Koutarou menjauh.

"L-lepaskan aku!! Tolonglah, Satomi-sama!! Kalau terus begini, aku...aku akan!!"

"R-Ruth-san?"

Koutarou melonggarkan pelukannya pada Ruth yang mulai meronta. Karena dia tidak mengerti mengapa Ruth menangis, Koutarou berhenti bergerak.

"Kenapa kau membuatku bermimpi!? Kenapa!? Meskipun aku tahu aku tidak bisa terus begini!! Meskipun aku sudah memutuskan untuk menyerah!!"

Setelah berhasil lepas dari pelukan Koutarou, Ruth berlari dengan kecepatan penuh tanpa menoleh ke belakang. Kalau tidak, dia akan membuat keputusan yang salah. Tembok yang mengurung hatinya sudah hancur dan perasaan yang sudah ditahannya lepas sebagai air mata yang mengalir, yang jatuh seiring dengan tiap langkah yang diambilnya.

Satomi-sama, Satomi-sama!! Aku...!!

Badan Ruth sudah terlepas dari Koutarou, namun perasaannya tetap berada di sisinya.


Part 5[edit]

Ruth kabur ke kamar pribadi Theia di Blue Knight. Selain kamar 106, tidak banyak tempat bagi Ruth untuk bisa tinggal sebagai alien. Pada akhirnya, Ruth bergantung pada teman masa kecilnya.

"Y-Yang Mulia....U-Uh, Uwaaaaaaaaaaaa!!"

"Ruth!? Apa, yang terjadi denganmu?"

Saat melihat Ruth menerobos masuk ke kamarnya dan meringkuk di lantai sambil menangis, Theia meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan lari ke sisi Ruth.

"Maafkan aku, Yang Mulia, maafkan aku!"

Sambil duduk di lantai, Ruth melemaskan pundaknya dan menunduk melihat karpet sambil terus menangis. Hal itu membuatnya seperti sedang membungkuk memohon ampun.

"Kenapa kamu meminta maaf? Aku tidak bisa mengerti kalau kau hanya menangis, jelaskanlah!"

Theia lalu berjongkok di dekat Ruth, yang mendorong badannya dari atas karpet dan lalu melihat ke arah Theia dengan wajah yang penuh kesedihan dan air mata. Sudah tidak ada lagi sisa-sisa raut wajahnya yang baik dan tenang.

"Aku sudah tahu! Kalau aku memikirkan masa depan, akan baik bagiku jika aku menikah dengan El-sama! Dan Satomi-sama akan bahagia jika kita meninggalkannya di Bumi!"

Ruth mencurahkan segala perasaannya pada Theia. Dia tidak perlu segan-segan melakukan hal itu karena mereka berdua sudah hidup seperti itu hingga saat ini.

"T-Tapi aku mengerti sekarang! Hanya dia yang baik bagiku! Tidak ada orang yang lain!"

"Ruth...."

Saat mendengar kata-kata Ruth, Theia tersenyum dengan tulus. Dia begitu mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Ruth, karena Theia sendiri juga memiliki perasaan yang sama seperti halnya Ruth.

"Kalau aku menerima pernikahan ini, pasti hal ini akan sangat membantu anda! Kalau kita justru membawa orang itu ke Forthorthe, dia pasti tidak akan bahagia! Tapi aku, aku!!"

Air mata Ruth jatuh ke atas karpet dan membuat titik-titik, yang lalu ditutupinya dengan tangannya yang mencengkeram karpet itu.

"....Aku mulai merindukan kehangatan dan kebaikan hati dari orang itu, Satomi-sama!!"

Jika dia mengandalkan logika saja, pilihan yang terbaik adalah untuk menikahi Elexis dan meninggalkan Koutarou di Bumi, yang merupakan pilihan yang tepat. Namun, hati Ruth menolak pilihan yang logis itu. Alasan dan emosi bertempur dan mengoyakkan hatinya, menghasilkan rasa sakit yang membuatnya menjerit dan menangis.

"Tidak peduli apa yang mungkin akan aku katakan, aku tidak bisa berpura-pura aku tidak mencintainya..."

Theia melepaskan jari Ruth dari karpet, satu demi satu, lalu menggenggam tangannya. Dia lalu menggenggam tangan itu dengan kedua tangannya dan memeluknya.

"Yang Mulia, a-aku betul-betul minta...maaf...."

"Tidak apa-apa. Aku betul-betul mengerti perasaan itu..."

Theia tersenyum tulus sambil terus memeluk tangan Ruth, seperti halnya Ruth selalu melakukan itu kapanpun Theia merasa sedih. Theia meneruskan hal itu sampai Ruth berhenti menangis.

"Tapi....aku agak iri denganmu."

"Eh?"

Ruth langsung menengadahkan wajahnya saat mendengar hal itu, membuat mata mereka berdua saling memandang. Ruth nampak terkejut, sementara Theia masih tersenyum. Posisi mereka sekarang sudah tertukar.

"Kau selalu memiliki jawabannya, benar? Sekarang yang kau lakukan hanyalah menjalaninya, tapi....aku tidak bisa mengambil langkah yang berani itu sendirian. Jadi....aku agak iri denganmu..."

Ruth lahir dari keluarga ksatria yang terkenal dengan sejarah tradisi yang sangat panjang, dan melanjutkan silsilah keluarga itu akan menjadi sesuatu yang bermakna. Namun, hal yang sama berlaku juga bagi Theia, tapi dalam kasusnya hal itu jauh lebih penting. Jika ia memilih Koutarou, maka hal itu akan sama baginya dengan menghancurkan salah satu keluarga kekaisaran, karena keluarga Mastir sudah ada sejak sebelum sang Puteri Perak, Alaia, lahir dan merupakan keluarga tertua di Forthorthe. Dengan begitu, membuat silsilah keluarga Mastir seperti itu akan sama saja halnya dengan membuang sejarah itu jauh-jauh. Itulah yang membuat Theia tidak bisa mengambil keputusan.

"Tapi itu semua hanyalah soal sudut pandang. Kalau kau memilih untuk hidup bersama Koutarou, hal itu bukanlah masa depan yang buruk bagiku..."

"Yang Mulia..."

Saat lahir, Theia sudah dipasangi rantai bernama Forthorthe, dan meskipun rantai itu bersinar keemasan dengan indahnya, rantai yang begitu besar dan berat itu membuat dirinya terkekang.


Part 6[edit]

Meskipun dia sudah selesai menangis, Ruth tidak kembali juga ke kamar 106, karena akan menyakitkan baginya jika dia sampai berhadapan dengan Koutarou. Makan malamnya dengan Elexis pun juga harus ditunda hingga besok, karena dia tidak sempat mempersiapkan segala sesuatunya.

Pada akhirnya, dengan adanya waktu senggang, Ruth pergi menuju hangar Blue Knight. Dia bernia melakukan perbaikan zirah milik Koutarou yang ditinggal di sana.

Ruth sendiri sudah mengambil keputusan tentang perjodohannya nanti, namun dia belum memiliki keberanian untuk mengambil langkah selanjutnya. Walau begitu, tidak mudah baginya untuk langsung menolak. Dia masih harus bertemu dengan orang tua Elexis dan meminta maaf secara langsung, karena hal itu bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dengan cara sederhana seperti mengirim pesan kepada orang tuanya sendiri. Dengan begitu, Ruth harus kembali sesaat ke Forthorthe.

Disana, akan timbul masalah mengenai siapa yang akan menjaga Theia. Pekerjaan Ruth tidak hanya untuk melayani Theia saja, tapi juga untuk melindunginya. Jadi, meskipun hanya sebentar, saat Ruth sedang pergi, tidak akan ada orang yang akan melindungi Theia. Karena dia tidak mau hal itu sampai terjadi, Ruth ingin menyelesaikan perbaikan zirah itu dan meminta tolong pada Koutarou. Pada akhirnya, hanya kepada dialah Ruth bisa mempercayakan Theia.

Sebuah zirah berwarna biru disimpan dalam posisi berdiri tegap di bagian perbaikan di dalam hangar. Sikap berdiri zirah itu sudah diperhitungkan oleh komputer yang terpasang dalam zirah dengan menggunakan data operasi saat ini dan membuatnya mirip dengan Koutarou jika dia memakai zirah itu.

Zirah Ksatria Biru ya....kalau saja Satomi-sama adalah Ksatria Biru yang asli...pikir Ruth sambil melihat zirah itu dan mendesah.

Bagi Ruth dan Theia, Koutarou adalah seseorang yang lebih dari sang Ksatria Biru. Sang pahlawan legendaris, Ksatria Biru, mungkin akan melindungi nyawa Theia, tapi Koutarou tidak hanya akan melindungi nyawa Theia, tapi juga perasaannya. Sang Ksatria Biru yang belum pernah mereka jumpai tidak akan bisa mereka percayai seperti itu, karena mereka berdua percaya bahwa Koutarou jauh lebih hebat dari sang Ksatria Biru sampai-sampai ukiran di lempengan dada zirah itu tertulis sebagai 'Ksatria Biru Theiamillis'.

Namun, hal itu hanya berlaku bagi Theia dan Ruth. Bagi orang-orang Forthorthe, Koutarou hanyalah alien. Karena dia berasal dari planet dengan peradaban yang tingkat peradabannya berada di bawah mereka, Koutarou akan diperlakukan layaknya manusia purba, persis seperti perlakuan Theia kepadanya dulu. Walau begitu, jika Koutarou menjadi pengikut Theia, tidak akan ada masalah bagi keluarga Pardomshiha untuk mengangkat Koutarou sebagai anak angkat mereka. Tapi lain halnya jika Koutarou dan Theia sampai menikah. Seluruh Forthorthe pasti akan terguncang jika mendengar Theia sampai menikahi seorang manusia purba dari planet terbelakang, yang nantinya akan memunculkan protes demi protes dari seluruh penjuru negeri.

Koutarou tidak harus menjadi sang Ksatria Biru, tapi kalau saja Koutarou terlahir setidaknya dari keluarga ksatria, maka semuanya akan menjadi jauh lebih simpel.

"Tidak...Kalau begitu, Yang Mulia tidak akan jatuh cinta dengan Satomi-sama...", ujar Ruth sambil menggelengkan kepalanya saat mencapai kesimpulan itu.

"Tidak ada gunanya aku terus menggerutu....aku harus terus bekerja..."

Ruth lalu mengesampingkan pikirannya dan mengoperasikan panel dekat zirah untuk memulai perbaikan zirah itu.

Perbaikan pada perangkat keras zirah itu sudah dilakukan sebelumnya. Setelah dia mengetahui bagian-bagian zirah yang rusak, Ruth sudah memerintahkan alat perbaikan untuk memperbaiki bagian-bagian itu.

Dengan begitu, maka pekerjaannya pada hari itu adalah perbaikan program. Ruth akan melakukan perbaikan pada data operasi dan pada bagian-bagian zirah yang baru untuk mencegah adanya masalah saat Koutarou mengenakan zirah itu di waktu yang akan datang.

"Sekarang kalau kulihat-lihat lagi....ada banyak parameter yang tidak biasa...."

Saat memeriksa zirah itu, Ruth merasa ada yang janggal. Bagian zirah yang sudah diganti menunjukkan nilai awal, tapi banyak bagian yang belum diganti yang menunjukkan nilai-nilai yang aneh.

Contoh yang sederhana adalah mesin penggerak tangan, yang sudah diatur untuk bisa menggunakan kekuatan maksimalnya dalam waktu yang singkat, jadi tidak akan bisa digunakan secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama. Dalam pengaturan ini, mesin itu akan kepanasan setelah 30 menit.

Dan pengaturan yang aneh seperti itu bisa ditemukan di bagian-bagian lain dari zirah itu.

"Apa yang harus anda lawan sampai membuat zirahnya rusak seperti ini dan butuh pengaturan seperti ini..."

Ada banyak hal yang aneh yang ditemukan Ruth mengenai zirah itu. Ada bagian-bagian dari zirah itu yang sudah nampak aus, dan entah bagaimana, pelindung tangan Kiriha sudah terintegrasi pada lengan kirinya. Kerusakan dari pertarungan dan panas muncul pada detil kerusakan pada seluruh bagian zirah, dan program zirah itu pun mempunyai banyak pengaturan yang aneh.

Apa dia berulang kali bertarung melawan sesuatu yang besar dan lincah dalam kurun waktu yang lama?

Ruth menarik kesimpulan itu setelah memeriksa zirah itu. Dengan kerusakan seperti ini, sulit dipercaya kalau Koutarou hanya bertarung melawan Clan. Kelihatannya, keausan itu menumpuk setelah beberapa bulan bertarung di medan perang, dan kerusakannya berasal dari sesuatu yang besar dan lincah. Dengan menambah asumsi dari parameter-parameter aneh yang ditujukan untuk melawan hal semacam itu, hanya kesimpulan itulah yang masuk akal.

Kalau rekaman hal yang terjadi masih tersimpan dalam zirah itu, maka misterinya akann langsung terpecahkan, tapi rekaman itu sudah dihapus. Hal itu membuat Ruth semakin resah.

"Satomi-sama dan Clan-sama pasti menyembunyikan sesuatu..."

Hubungan antara Koutarou dan Clan sendiri menjadi pertimbangan Ruth. Kalau Koutarou direkrut oleh Clan, maka masa depan Theia akan menjadi suram. Untuk bisa mencegah hal itu, Ruth ingin menyelidiki apa yang disembunyikan oleh Koutarou dan Clan.

"Oh? Ini..."

Tepat pada saat itulah mata Ruth berhenti di hadapan sebuah pengaturan, yakni program untuk alat penerjemah pada zirah itu.

"Aneh....proses terjemahan untuk Forthorthe lama ada di urutan paling atas...dan Forthorthe kuno diatur sebagai prioritas keempat...kenapa bahasa yang unik ini...?"

Alat penerjemah pada zirah itu dan gelang milik Ruth bisa menerjemahkan bahasa Jepang dan Forthorthe. Kalau Ruth berbicara menggunakan bahasa Forthorthe, alat itu akan menerjemahkan kalimatnya menjadi bahasa Jepang dengan menjaga suara asli Ruth, dan alat itu juga melakukan hal yang sebaliknya. Berkat alat itulah Ruth dan Theia bisa hidup di Bumi tanpa hambatan.

Dengan cukup waktu, alat itu bisa menerjemahkan bahasa apapun, tapi bahasa yang sudah diketahui sudah terpasang dalam alat itu dan tidak perlu dilakukan pengumpulan data lagi, yang mencakup bahasa Forthorthe sehari-hari dan bahasa yang digunakan oleh tata surya terdekat. Di antara bahasa-bahasa itu terdapat juga Forthorthe lama dan Forthorthe kuno.

Namun, Forthorthe lama yang digunakan lebih dari 1000 tahun lalu dan Forthorthe kuno yang hanya digunakan saat upacara dan ritual tertentu di zaman dahulu adalah bahasa yang jarang sekali digunakan. Wajar jika kedua bahasa itu berada pada prioritas bawah saat alat itu mencoba menerka bahasa apa yang sedang digunakan oleh seseorang. Walau begitu, kedua bahasa itu berada pada daftar prioritas yang berada di atas. Ini adalah bukti bahwa kedua bahasa itu digunakan secara rutin dan komputer zirah itu menaikkan prioritas kedua bahasa itu untuk meningkatkan efisiensinya.

"Biasanya, bahasa Forthorthe sehari-hari yang ada di atas...tapi Forthorthe lama yang berada di atas....kenapa Satomi-sama memakai bahasa itu...?"

Koutarou dan Clan menghilang, dan untuk bisa kembali mereka harus bekerjasama. Kalau begitu, bahasa Forthorthe sehari-hari yang digunakan oleh Clan seharusnya tetap berada di atas sebagai bahasa prioritas. Walau begitu, bahasa Forthorthe lamalah yang sekarang menjadi prioritas. Hal ini tidak masuk akal menurut Ruth.

"Satu-satunya alasan yang bisa kupikirkan...."

Koutarou tidak menggunakan bahasa Forthorthe sehari-hari, tapi Forthorthe lama.

Dan untuk menyembunyikan hal itu, dia meminta Clan untuk menghapus data pada zirah.

Ruth berpikir keras untuk mendapatkan alasan logis untuk hal itu.

"Begitu rupanya, jangan-jangan, Satomi-sama dan Clan-sama....!!"

Hanya ada satu jawaban yang sesuai dengan situasi yang misterius ini.

Memang sulit untuk dipercaya, tapi Ruth percaya dengan apa yang dikatakan oleh intuisiya. Awalnya, sesuatu yang menakjubkan telah terjadi, tapi setelahnya semua hal menjadi masuk akal.

"Aku tidak punya banyak waktu!"

Ruth bergegas menampilkan sejarah komunikasi zirah itu. Setelah berhasil mendapat kebenarannya, dia harus berbicara dengan seseorang mengenai hal itu.


Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5
  1. Kondisi yang mirip dengan jetlag, dimana tubuh menjadi terasa lelah karena perbedaan waktu di tempat tujuan setelah melakukan perjalanan jauh