Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Yang Ada di Dalam Saku[edit]

Part 1[edit]

Kamis, 4 Februari

Keesokan harinya, Maki menghubungi rekan-rekannya, yakni anggota Darkness Rainbow, dari dalam kamarnya di hotel. Saat itu teman-teman sekamarnya sedang pergi bermain ski, jadi hanya Maki sendiri yang ada di kamar itu. Maki tidak menggunakan alat sihirnya yang kecil untuk berbicara dengan satu orang, tapi alat sihir untuk berbicara dengan beberapa orang sekaligus.

"Makhluk itu memang iblis yang kuat, tapi dia betul-betul ketakutan sejak awal kami bertemu dan membuatku tidak mungkin berkomunikasi dengannya. Saat aku mencoba berbicara dengannya, makhluk itu menyerangku dan aku harus memusnahkannya."

"Hmm, jarang sekali aku melihat kamu menyelesaikan masalah dengan kekuatan, Maki."

"Kalau sudah tidak ada cara untuk berbicara, maka harus diselesaikan dengan kekuatan."

"Itu betul."

Maki sedang melaporkan tentang iblis putih sambil menyembunyikan banyak informasi penting. Satu-satunya hal yang dilaporkannya adalah bahwa iblis itu ketakutan dan membuat Maki harus membunuhnya.

"Navy, kenapa iblis itu begitu ketakutan?"

"Aku tidak pernah tahu alasannya. Satu-satunya petunjuk kata yang terus disebutkan oleh iblis itu berkali-kali adalah 'Fadra'."

Pada akhirnya, Maki tidak pernah mengerti penyebab iblis itu begitu ketakutan. Karena dia tidak bisa berkomunikasi dengan lancar dengan si iblis, petunjuk yang didapatnya hanyalah dari kata-kata yang diucapkan si iblis itu sendiri. Yang diketahui Maki adalah bahwa Fadra adalah kata benda.

"Begitu rupanya...Fadra, ya....aku tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya", ujar gadis berpakaian ungu sambil menggelengkan kepalanya. Dialah yang memiliki pengetahuan paling banyak di Darkness Rainbow, tapi bahkan dia sekalipun tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya.

"Yah, pada akhirnya dia cuma satu iblis saja. Aku rasa lebih baik kalau kita ganti topiknya soal Rainbow", kata gadis berpakaian merah yang mengakhiri pembicaraan mengenai si iblis karena terlihat bosan. Baginya, hal yang paling penting adalah bertarung. Membicarakan sesuatu yang sudah terbunuh itu sia-sia baginya.

"Kamu benar juga", balas Maki yang setuju, karena dia juga ingin mengganti topik pembicaraan yang menyangkut iblis itu karena ada banyak hal yang ingin dirahasiakannya. Karena gadis-gadis yang lain tetap diam, Maki mengubah topik pembicaraannya.

"Mengenai kekuatan sihir di kamar 106, alasan dibalik meningkatnya kekuatan sihir kamar itu adalah karena Yurika dan Satomi Koutarou mendapat beberapa artifak."

"Artifak?" tanya si gadis merah dengan kagetnya, yang dibalas dengan sebuah anggukan oleh Maki.

"Ya. Yurika mendapat sebuah tongkat baru dan pedang Satomi Koutarou sudah diperkuat."

"Navy-chan, gimana tongkat barunya Yurika-chan? Imut nggak?"

Saat mendengar adanya tongkat baru, si gadis berpakaian jinggalah yang pertama kali bereaksi. Dia menunjukkan reaksi yang sama saat Maki mendapat tongkatnya.

"Desainnya tidak akan sesuai dengan harapanmu."

"Eeeeeeeh!? Tongkat tipe kuno dan serius lagi!?"

"Navy, apa kemampuan tongkat itu?"

"Kemampuannya aneh. Karena itulah, tongkat itu sendiri tidak menimbulkan masalah."

Maki lalu mulai menjelaskan perihal tongkat baru Yurika.

"Tongkat baru Yurika dibuat agar seseorang yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir sekalipun bisa menggunakannya. Karena itu, tongkat itu yang menangani seluruh eksekusi sihirnya. Mantra yang disimpan di dalam tongkat itu juga sangat banyak dan bervariasi."

"Kelihatannya unik sekali."

"Ya. Tapi, itu sebabnya kekuatan tiap mantranya lemah."

"Navy-chan, apa itu artinya amatir sekalipun bisa jadi penyihir biasa?"

"Ya. Jadi, meskipun kita menggunakan tongkat itu, tidak akan ada efeknya bagi kita. Kita tidak akan menjadi dua kali lebih kuat."

"Kalau begitu, apa artinya? Kita nggak berantem satu lawan satu, kan?"

"Memang tidak. Itu sebabnya aku tidak kuatir", balas Maki sambil tersenyum ke arah gadis berpakaian jingga. Kalau tongkat baru Yurika dibatasi untuk menyimpan beberapa mantra saja, mereka harus memikirkan ulang strategi mereka. Karena secara keseluruhan kekuatan sihir tongkat itu begitu besar, kalau saja kekuatan sihir itu dibatasi ke dalam beberapa mantra saja, setiap mantra yang dikeluarkan pasti akan menjadi sangat kuat. Namun, karena bukan itu kenyataannya, Maki bisa membicarakan hal itu dengan biasa saja.

"Jadi, Maki, bagaimana dengan Satomi Koutarou? Kekuatan senjatanya bertambah, benar?"

"Ya. Kemampuannya sama seperti sebelumnya, tapi performanya meningkat tajam, jauh berbeda dari sebelumnya. Aku rasa aku tidak bisa mengalahkannya sendirian."

Apa yang dilihat Maki sebelumnya adalah energi yang dibentuk menjadi pedang. Yang dilihatnya kali ini kelihatannya kemampuan yang hampir sama, tapi tingkatan kekuatannya jauh berbeda.

"Tapi kamu tidak kelihatan kuatir sama sekali", ujar gadis berpakaian merah yang memperhatikan bahwa nada bicara Maki tidak terlihat khawatir. Maki pun mengakui itu.

"Benar. Aku rasa tidak perlu menganggap Satomi Koutarou sebagai orang yang berbahaya."

"Apa maksudnya, Navy?"

Tidak hanya gadis berpakaian merah saja yang bingung, tapi gadis berpakaian ungu pun juga bertanya pada Maki.

"Aku baru mengerti hal ini setelah kembali berbicara dengannya kali ini, tapi...kelihatannya Yurika dan Satomi Koutarou tidak terlihat berada dalam hubungan kerja sama."

"Navy-chan, maksudnya tidak dalam hubungan kerja sama, apa itu artinya mereka bukan sekutu?"

"Ya", balas Maki sambil mengangguk dan melihat ke arah keenam gadis.

"Sebelumnya, tujuan mereka kebetulan saling sejalan, tapi kenyataannya, Yurika belum membongkar identitasnya kepada Satomi Koutarou. Karena Rainbow Hearts melarang penggunaan sihir untuk kepentingan pribadi, mereka mungkin tidak akan menjalani hubungan kerja sama."

"Yang berarti, Navy--"

Si gadis berpakaian ungu menyadari apa yang ingin dikatakan oleh Maki dan melihat ke arahnya.

"Benar sekali, Purple", balas Maki mengangguk.

"Kita mungkin tidak harus bertarung melawan Satomi Koutarou."

Sebagai Darkness Navy, dia akan bisa menghindari pertarungan melawan musuh yang kuat, dan sebagai Aika Maki, dia tidak harus bertarung melawan Satomi Koutarou. Maki begitu bahagia karena kedua sudut pandangnya saling melengkapi pada titik ini. Namun, si gadis berpakaian merah melihat ke arah Maki dan menunjukkan senyuman yang jahat.

"Hmm, sebelumnya kamu bersikeras ingin membunuhnya, tapi sekarang kamu dengan mudahnya menyerah. Kenapa begitu?"

Pada laporannya beberapa hari yang lalu, Maki sudah berkata berulangkali bahwa dia akan membunuh Koutarou. Namun, sekarang dia sudah menyerah untuk melawannya. Si gadis berpakaian merah begitu penasaran dengan alasannya, dan juga ingin mengejek Maki.

Gawat...

Dan itulah topik pembicaraan yang tidak ingin dibicarakan ole Maki, karena bahkan dirinya sendiri tidak begitu mengerti mengapa. Bukan karena alasan sesederhana nyawanya yang sudah diselamatkan, tapi karena bagian hatinya yang bimbang sudah menerima Koutarou. Itu adalah sesuatu yang sulit untuk dijelaskan kepada yang lain, dan topik yang Maki tidak ingin sampai diperbincangkan oleh yang lainnya.

"Aku tidak hidup untuk bertarung sepertimu."

Dengan itu, Maki dengan hati-hati memilih perkataannya dan memberi alasan sebagai Dark Navy, dan berhati-hati agar tidak memasukkan alasan dari Aika Maki.

"Kalau aku tidak harus bertarung melawan musuh yang aku tahu akan mengalahkanku, tidak ada salahnya untuk tidak bertarung. Aku merasa kalau pertarungan itu akan sia-sia kalau aku tahu aku akan kalah."

"Wah, tajamnya", balas si gadis berpakaian merah yang tersenyum kecut mendengar balasan seperti itu.

"Tapi, itu memang terdengar seperti Maki. Keinginan ingin membunuhmu yang kemarin tidak seperti dirimu yang biasanya."

Si gadis berpakaian merah tidak berpikir bahwa perasaan Maki terhadap Koutarou sudah berubah, jadi dia tidak menyinggung topik itu lebih jauh lagi. Dia percaya bahwa Maki masih membenci Koutarou, tapi ingin menghindari pertarungan.

Seperti diriku, ya...

Siapakah dirinya yang sebenarnya? Apakah Dark Navy yang bersama dengan rekan-rekannya, atau Aika Maki yang bersama dengan Koutarou? Maki merasa resah dengan hal itu saat dia mendengar perkataan si gadis berpakaian merah.

"Navy, apa ada kemungkinan untuk menjadikan dia sebagai rekan kita?"

Maki baru akan berpikir dalam-dalam saat si gadis berpakaian ungu mengusiknya, membuatnya menyingkirkan apa yang akan dipikirkannya dan mengarahkan perhatiannya pada gadis itu.

"Aku rasa..."

Dia lalu mulai berpikir mengenai Koutarou. Koutarou yang begitu lurus dengan pendiriannya, keras kepala dan juga kikuk. Dia jarang sekali berbohong, tapi dia tidak pernah mengkhianati kepercayaan seseorang. Dialah satu-satunya orang yang menghapus beban di hati Maki dan melepaskannya.

Saat dia menyatukan apa yang dipikirkannya, Maki berhati-hati agar tidak sampai mengeluarkan senyuman.

"Aku rasa tidak ada kemungkinan untuk menjadikan dia anggota kita."

Berdasarkan kepribadian Koutarou, Maki tidak bisa membayangkan kalau dia akan setuju dengan rencana Darkness Rainbow. Malah, dia pasti akan lebih memilih Rainbow Heart. Yang lebih penting lagi, Maki ingin agar Koutarou tetap berada diluar pertarungan antara Darkness Rainbow dan Rainbow Heart. Dia ingin agar Koutarou tetap berperan sebagai teman Aika Maki, bukan rekan Darkness Navy.

"Tapi, dia bukan orang yang akan memutuskan hubungan dengan rekan-rekannya. Meskipun kita tidak bisa menjadikan rekan kita seutuhnya, kita bisa menggunakan hal itu jika kita bertindak dengan tepat."

Setelah berpikir sejenak, kata-kata yang keluar dari mulut Maki akhirnya keluar berasal dari Dark Navy. Perkataan itu tidak sejalan dengan keinginan Maki, tapi itulah kenyataannya dan dia percaya bahwa dengan mengutarakan hal itu seperti itu adalah hal yang terbaik untuk meyakinkan rekan-rekannya.

Selama aku bisa menjaga agar Koutarou tidak berada di kamar itu saat pertarungan, dia pasti akan selamat...

Itulah tujuan utama Maki.

"Maki memang hebat. Pikiranmu betul-betul dalam dan kejam."

"Trik murahan seperti itu nggak cocok buatku, jadi kamu saja yang lakukan, Maki."

"Navy, bisa kita serahkan tugas itu padamu?"

Untungnya, Darkness Purple tidak curiga dengan laporan Maki, dan mereka berenam pun sepakat dengannya.

"Ya. Aku berhasil mendapat rasa percaya dari Satomi Koutarou saat kasus ini terjadi, jadi aku rasa lebih baik jika aku yang melakukannya."

"Kalau begitu, tolong ya, Navy."

"Aku akan melakukannya sejalan dengan mengumpulkan informasi."

"Navy, apa kamu punya hal lain untuk dilaporkan?"

"Tidak ada. Itu saja untuk saat ini."

"Kalau begitu, pertemuan kali ini cukup sampai disini. Navy, tolong laporkan perubahan perkembangan apapun yang terjadi nanti."

"Baik."

Dan dengan begitu, laporan Maki pun berkahir. Sebagai hasilnya, bertarung melawan Koutarou bisa dihindari jika mungkin , dan Maki akan bertugas untuk membuat hal itu terjadi. Karena dia ingin menghindari pertarungan melawan Koutarou, hal inilah yang diinginkannya.

"Sampai jumpa lagi, Navy-chan."

"Sampai ketemu nanti."

Gambar 3D dari para gadis yang mengelilingi Maki pun menghilang satu demi satu.

"Oh iya, Maki, kamu lagi jalan-jalan main ski, iya kan?"

"Ya."

"Bagus kalau begitu. Bagaimana kalau kamu santai sedikit?"

"Itu bukan urusanmu."

"Kamu tahu, kamu menyia-nyiakan hidupmu loh", ujar si gadis berpakaian merah, tapi pada akhirnya, dia pun menghilang dan meninggalkan Maki sendirian di kamar hotel itu.

"...Bagus, aku tidak harus bertarung melawan Satomi-kun..."

Saat dia tinggal sendiri di kamar itu, raut wajah serius di wajahnya pun menghilang, seakan dia sudah menjadi orang yang berbeda dari saat dia berbicara sebagai Dark Navy. Namun, Maki tidak menyadari hal itu dan tetap yakin bahwa dirinya masih seorang gadis penyihir yang dingin dan kejam, Dark Navy, hingga saat ini.

"Oke kalau begitu, waktunya bertemu dengan Satomi-kun, karena aku punya tugas ♪”

Namun, saat Maki membuka pintu kamar itu dan pergi, dia lebih terlihat sebagai gadis penyihir pemberi cinta dan kebahagiaan.

Part 2[edit]

Saat Yurika bangun, dia terbaring di sebuah tempat tidur di dalam hotel. Hal terakhir yang bisa diingatnya sebelum bangun adalah dirinya yang diserang oleh iblis putih di gunung.

"Aika-san, Aika-san, batu gunting kertas yuk."

"Eeeeh!? Satomi-kun, kamu mau aku yang beli!? Matsudaira-kun kan--"

"Aku bukan orang lemah kayak Mackenzie yang selalu lengah kalau sama cewek."

"Iiih, karena kamu seperti ini, makanya kamu nggak pernah dapat coklat."

"Diem. Ayo mulai, batu, gunting, kertas---"

"---kertas."

"Batu, gunting, kertas."

Namun, yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah pemandangan ceria di sofa dihadapannya: Koutarou dan Maki yang sedang bermain batu gunting kertas terlihat seperti sebuah hal yang absurd bagi Yurika.

"Aaaagh! Aku kalah!!"

"Jadi kamu betul-betul mengeluarkan gunting. Aku merasa kalau kamu akan melakukan itu kalau hasilnya seri."

"K-kalian berdua ngapain?"

Koutarou mengeluarkan gunting sementara Maki mengeluarkan batu. Karena kalah, Koutarou yang merasa hina hanya bisa memegang kepalanya sementara Maki, yang menang, tersenyum simpul. Pemandangan itu membuat Yurika begitu kaget.

M-mungkin aku dikutuk biar lagi ngelihat adu suit...?

Yurika tahu kalau Maki berencana membunuh Koutarou, jadi dia merasa kalau ada bahaya dibalik senyuman yang ditunjukkan Maki pada Koutarou. Dan untuk alasan yang sama, Yurika merasa bahwa adanya bahaya dengan adanya Maki di kamar itu.

"Oh, Yurika, udah bangun ya?"

"S-Satomi-san, apa yang terjadi?" tanya Yurika yang melihat bergantian ke arah Koutarou dan Maki sambil menanyakan alasan mengapa mereka berdua ada bersama seperti itu.

"Hm? Setelah kamu kalah, aku minta tolong Aika-san buat ngalahin monster aneh itu, habis itu aku nggendong kamu balik ke hotel."

Yurika sudah berencana bertarung melawan Maki setelah membuat Koutarou tertidur pulas, namun karena dia sendiri ternyata berubah menjadi patung es, pertarungan antara Yurika melawan Maki tidak pernah terjadi. Sebagai hasilnya, kejadian itu berakhir dengan Koutarou yang menyelamatkan teman sekelas yang tersesat sebelum menjadi masalah besar. Tapi, bukan itu yang ingin diketahui oleh Yurika.

"B-bukan itu maksudku. Kenapa Satomi-san sama Maki-chan jadi...akrab banget!?"

"Kenapa? Yah, karena kita temen sekelas", jawab Koutarou sambil memandangi Yurika. Bagi Koutarou, Maki adalah teman sekelas. Dia memang tidak banyak berinteraksi dengannya hingga saat ini, tapi itu bukan berarti Koutarou membencinya. Ditambah, kali ini Maki sudah banyak membantunya. Koutarou hanya memperlakukan Maki sebagaimana biasanya, jadi saat ditanya mengapa, Koutarou tidak bisa mengerti makna dibalik pertanyaan itu.

"Uhm, bukan gitu, Maki-chan itu, kamu tahu, dia itu...!?"

Yurika ingin menyampaikan situasi yang dihadapinya pada Koutarou, entah bagaimana caranya. Maki adalah seorang gadis penyihir jahat dan sudah menjadi musuh Yurika selama beberapa saat ini. Dan sekarang, Maki berniat untuk membunuh Koutarou. Yurika ingin menyampaikan hal itu pada Koutarou, tapi dia tidak bisa menyampaikan kata-kata yang akan membuat Koutarou percaya padanya. Sebelum Yurika bisa melakukan hal itu, Maki angkat bicara lebih dulu.

"Fufufu, Satomi-kun, karena Yurika-san baru saja bangun, bagaimana kalau kamu beri dia waktu sejenak agar perasaan dan pakaiannya jadi lebih baik dulu?"

"Ya, boleh juga", balas Koutarou sambil menggangguk setelah mendengar saran Maki. Koutarou yakin kalau itu yang seharusnya dia lakukan. Karena Yurika pasti begitu kebingungan saat kembali sadar setelah membeku, dia pasti butuh waktu untuk menenangkan pikirannya, dan karena Yurika adalah seorang gadis, dia juga butuh waktu untuk mengganti pakaiannya.

"Maki-chan...?"

Namun, hal itu membuat Yurika terkejut. Dia hanya bisa merasa resah dengan apa yang akan dilakukan oleh Maki.

"Oh iya, kamu juga yang akan pergi beli buatku, iya kan?"

"Bukan buat kamu, Aika-san. Hei Yurika, kamu belum makan apa-apa dari kemarin, jadi kamu pasti lapar kan? Aku beliin kamu sesuatu kalau begitu, kamu mau makan apa?"

"Ah, u-um..."

"Aku mau minum."

"Aku nggak mau beliin kamu sesuatu, Aika-san."

"Eeeeeeeh!?"

Sementara Yurika masih keheranan, Koutarou dan Maki terus melanjutkan percakapan akrab mereka.

A-apa yang terjadi...?

Percakapan antara Koutarou dan Maki terlihat lebih dari sekedar teman biasa. Hubungan mereka berdua mungkin bisa dikatakan mirip dengan hubungan antara Koutarou dan Yurika.

"Kenapa, Yurika?"

"Ah, eh...?"

"Kamu mau makan apa?"

"Ah, i-iya! Kalau ada roti atau apa, boleh deh!"

"Oke, tunggu sebentar ya."

Koutarou lalu bangkit dari sofa dan melangkah ke pintu ruangan itu tanpa memperhatikan Yurika yang masih kebingungan.

"Satomi-kun, jangan sampai tersesat ya."

"Ya kali! Bego!"

"S-Satomi-san!?"

Yurika hanya bisa pasrah saat memanggil Koutarou. Namun, Koutarou meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh sedikitpun, meninggalkan Yurika dan Maki sendirian di dalamnya.

Setelah Koutarou pergi, ruangan itu menjadi sunyi. Ada banyak hal yang ingin ditanyakan Yurika kepada Maki, tapi situasi dimana hanya dia saja yang berada di dalam ruangan itu dengan Maki terasa begitu menyeramkan, dan membuat Yurika kesulitan untuk berbicara.

Namun, saat waktu terus berjalan, Maki yang berada di sofa sambil tersenyum menjadi terlihat menyeramkan dan Yurika tidak bisa tetap diam. Jadi, akhirnya dia angkat bicara dan menanyakan apa yang ada dalam pikirannya. Dengan bicara, Yurika bisa menyingkirkan rasa takutnya.

"U-um, Maki-chan."

"Hm?"

Saat dipanggil, Maki menengadahkan kepalanya dan tanpa mengubah senyumnya, dia menatap lurus ke arah Yurika. Meskipun merasa sedikit tertekan, Yurika berusaha sebisanya untuk terus berbicara.

"Apa yang kamu rencanakan?"

"Apa maksudnya?"

"Aku bicara soal Satomi-san! Apa yang kamu rencanakan kepada Satomi-san!?"

Pertanyaan paling mendesak bagi Yurika adalah alasan mengapa Maki begitu akrab dengan Koutarou. Yurika tahu kalau Maki menganggap Koutarou sebagai musuh, jadi dia pasti mempunyai suatu alasan untuk menjadi akrab dengan Koutarou. Karena Maki juga mengerti hal itu, dia menjawab dengan jujur tanpa tersenyum sinis atau mengejek Yurika.

"Tidak usah takut, Yurika. Aku akrab dengan Satomi-kun karena aku tidak mau melakukan apapun."

"Nggak mau ngelakuin apapun!? A-ap, apa maksudnya itu!?" tanya Yurika yang begitu kebingungan. Dia tidak mengerti apa maksud kata-kata Maki. Menjadi akrab karena dia tidak mau melakukan apapun adalah kalimat yang tidak bisa langsung dipahami oleh Yurika, karena dia tahu kalau Maki menganggap Koutarou sebagai musuhnya.

Namun, apa yang membuat Yurika lebih bingung lagi adalah suasana di sekitar Maki, yang tidak tajam dan menekan seperti sebelumnya tapi tenang dan kalem. Yurika bahkan tidak merasa adanya hawa kekerasan yang mengarah padanya.

Apa ini? Dia nggak serem, tapi...aku rasa aku nggak bisa menang...

Yurika bisa merasa kalau hawa kekerasan Maki sudah berkurang banyak. Namun, sebagai gantinya dia merasa kalau dia tidak akan menang kalau mereka sampai bertarung lagi. Yurika percaya kalau dia punya kemungkinan menang lebih besar melawan Maki pada pertarungan kemarin, bukan hari ini.

Maki-chan jadi lebih kuat...apa yang terjadi antara kemarin sama hari ini...?

Bukan karena kekuatan sihir Maki meningkat atau Maki mendapat kemampuan baru, tapi karena stabilitas mental Maki memancarkan seluruh kekuatannya. Hal itu membuat Yurika merasakan adanya perbedaan yang besar di antara kemampuan mereka.

"Itu benar, Yurika. Mungkin sulit bagimu untuk mengerti setelah semua kejadian kemarin...tapi kami, Darkness Rainbow, sudah memutuskan untuk menghindari pertempuran langsung dengan Satomi-kun."

"Kamu nggak akan bertarung ngelawan Satomi-san!?" tanya Yurika yang kembali kaget.

"Tunggu, Maki-chan, apa maksudnya itu!?"

"Tenangnlah. Karena ini menyangkut dirimu juga, aku akan jelaskan."

Yurika mulai panik sementara Maki tetap tenang. Memang benar, kalau mereka berdua bertarung detik itu juga, Maki pasti akan menang dengan mudahnya.

"Aku menyadari hal ini saat berbicara dengan Satomi-kun kemarin dan hari ini, tapi...Yurika, kamu masih belum mengungkapkan identitasmu sebenarnya padanya, benar?"

"I-iya...kira-kira sih gitu..."

Awalnya Yurika ingin agar Koutarou percaya padanya, namun belakangan ini Yurika merasa kalau lebih baik jika keadaannya tetap seperti ini, dan dia membiarkan Koutarou tetap meyakini kesalahpahamannya.

"Itu sebabnya kalian tidak sedang bekerjasama, benar bukan?"

"...Eh!?"

Kalimat itu membuat Yurika tersentak. Dalam benaknya, Koutarou sudah menjadi rekannya. Namun, kata-kata Maki membuatnya sadar bahwa mungkin bukan hal itu yang terjadi.

"I-itu benar, tapi..."

"Itulah sebabnya. Secara tegas, Darkness Rainbow belum menjadi musuh Satomi Koutarou, jadi tidak perlu bagi kami untuk menambah jumlah musuh kami. Benar bukan?"

"Ah..."

Pada saat itulah Yurika sadar apa yang dipikirkan oleh Maki dan Darkness Rainbow. Karena Maki percaya bahwa Koutarou dan Yurika adalah rekan seperjuangan, mereka menganggap Koutarou sebagai musuh. Karena ternyata bukan itu yang sebenarnya terjadi, tidak ada gunanya Darkness Rainbow menyerang Koutarou. Malah, Maki lebih merasakan hal yang sebaliknya.

"J-jadi kamu temenan sama Satomi-kun!?"

"Benar, Yurika. Karena Satomi-kun kuat, aku lebih memilih tidak bertarung melawannya", jawab Maki sambil mengangguk.

"Dan kalau bisa, aku ingin menjadikannya sekutu kami. Meskipun itu gagal, karena Satomi-kun orangnya seperti itu, selama kami tidak mendekat dia tidak akan bertarung dengan serius. Jadi, aku ingin mendekatinya sebagai teman sebisa mungkin."

"Maki-chan!"

Maki akan menggunakan sifat baik Koutarou demi pertarungan yang akan datang, dan hal itu adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan oleh Yurika. Dan dengan itu, semangat kembali membara di dalam dirinya.

"Tapi Yurika, situasi ini juga berguna buatmu."

"Eh?"

"Seperti yang kamu tahu, Satomi-kun adalah orang yang baik. Dia mungkin akan bertarung, tapi dia tidak akan bertarung sampai mati", ujar Maki sambil tersenyum tipis, yang menyiratkan rasa percaya yang kuat terhadap Koutarou. Hal itu membuat Yurika bingung, karena senyuman itu bukanlah senyuman dari seseorang yang akan memanfaatkan sifat baik Koutarou.

"Niat Darkness Rainbow sudah kujelaskan tadi, tapi berdasarkan bagaimana kamu dan aku bertindak, kita mungkin bisa menjaga agar Satomi-kun tidak terlibat pertarungan antara kita."

"I-itu..."

Itu adalah sesuatu yang diinginkan Yurika, yang berharap agar Koutarou tetap menganggapnya sebagai teman kelas biasa. Dia juga ingin lulus bersama Koutarou sebagai teman sekelas saja, dan untuk melakukan hal itu, penting baginya untuk tidak melibatkan Koutarou dalam pertarungan mereka. Jadi, dengan menggunakan situasi ini untuk mencegah Koutarou agar tidak ikut dalam pertarungan apapun adalah sesuatu yang berguna bagi Yurika.

Maki-chan bilang "niat Darkness Rainbow"...

Ada satu hal lagi yang menarik perhatian Yurika. Cara Maki mengucapkan 'niat Darkness Rainbow' seakan menyiratkan kalau Maki sendiri punya niatan berbeda. Kalau begitu, apa niat Maki?

"...Apa alasan pribadimu soal nggak mau ngelibatin Satomi-san, Maki-chan?"

"Yurika..."

Yurika bertanya dengan penuh harap pada Maki, dan setelah Maki sudah kembali tenang setelah terkejut, dia tersenyum. Sambil terus tersenyum, Maki menatap ke arah pintu yang tadinya dilewati oleh Koutarou.

"Kemarin, setelah kamu membeku...aku diserang iblis itu dan hampir mati."

Sambil terus menatap pintu itu, Maki menyentuh sisi badannya dengan tangannya. Kemarin malam, ada luka yang parah di bagian itu, yang cukup serius untuk mengancam nyawanya.

"Dan Satomi-kun menyelamatkanku. Aku ingin membalas itu."

Namun, sudah tidak ada bekas luka itu lagi di badannya. Koutarou sudah menyembuhkannya menggunakan kekuatan dari Signaltin. Malah, ada banyak hal yang membekas di dalam hati Maki, yang mendorongnya untuk membalas kebaikan itu.

"Satomi-san nyelametin Maki-chan...jadi itu sebabnya..."

Hingga saat ini, Maki sudah mengambil banyak tindakan yang tidak masuk akal, tapi setelah mendengar alasan dibalik itu semua, itu sudah cukup untuk membuat Yurika percaya.

Darkness Rainbow tidak ingin bertarung melawan Koutarou. Ada banyak cara untuk melakukan itu, dan di antara cara-cara itu, Maki memilih cara yang paling aman bagi Koutarou untuk membalas budi.

"Jadi, mari kita bekerjasama, Yurika. Kamu dan aku harus menjaga agar orang itu tidak ikut bertarung!"

"M-Maki-chan!?"

Namun, meskipun sudah mengerti keseluruhan situasinya, ajakan Maki untuk bekerjasama kepada Yurika tetap saja mengejutkan.


Part 3[edit]

Koutarou kembali sesaat setelah percakapan Yurika dan Maki selesai. Karena itulah, Yurika masih belum sepenuhnya pulih dari keterkejutannya tadi dan masih duduk dengan mulut menganga di atas tempat tidur.

"Hai, Yurika. Aku beliin kamu roti. Tokoknya punya roti yakisoba favoritmu, jadi itu yang aku beliin."

"Hai Satomi-kun, kamu beliin aku roti apa?"

Karena itulah, hanya Maki yang menyambut Koutarou. Dia lalu bangkit dari sofa dan mendekati Koutarou.

"Nggak ada buat kamu. Kenapa juga mesti aku beliin?"

"Wah, kalau kamu mau mulai dapat poin buat jadi pacarku, lebih baik kamu mulai sekarang."

"Aku nggak mau cewek yang bisa dibeli pakai roti."

"Hhh, dasar pembohong."

Koutarou dan Maki lalu saling melempar candaan, tapi bagi Yurika yang menonton mereka berdua, hubungan mereka tidak terlihat seperti baru saja terjadi hanya dalam sehari. Hal itu seakan Koutarou sedang berinteraksi dengan teman masa kecilnya, Kenji.

Maki-chan bilang Satomi-san nyelametin hidupnya, tapi....apa cuma itu aja...?

Bagi Yurika, hubungan Koutarou dan Maki terlihat berbeda dari sekedar penyelamat dan yang diselamatkan. Pasti ada sesuatu yang lebih dramatis yang terjadi lebih daripada nyawa Maki yang diselamatkan, pikir Yurika. Namun, semakin dia memikirkan hal itu, semakin tidak mungkin hal itu kelihatannya terjadi. Yurika menjadi semakin bingung dibuatnya.

"Yah, karena kamu udah bantu banyak kemarin, paling nggak aku beliin kamu minum deh."

"Beneran?"

"Anggep aja sogokan biar kamu diem."

"Ahaha, baiklah. Jadi, kamu beli apa?"

"Sebentar, ada cola yang nggak sehat, cola yang nggak sehat lagi yang dibuat sama pabrik yang beda, sama susu stroberi super manis buat Yurika."

"Cola kalau begitu, aku suka cola."

"Kebetulan banget, aku juga suka itu."

Koutarou lalu mengeluarkan dua botol hitam dari dalam tas plastik dan meletakkan sisanya ke pangkuan Yurika, yakni susu stroberi dan roti yakisoba.

"Nih, minum ini."

"Aku mau yang satunya."

"Jangan pilih-pilih."

"Karena itu sogokan, rasanya boleh kalau aku yang pilih kan?"

"...Oke..."

Koutarou dengan enggan menyerahkan cola kesukaannya pada Maki, yang menerimanya dengan kedua tangannya sambil tersenyum.

"Sifatmu yang itu bisa dapat poin banyak loh."

"Buruan minum, sebelum aku ambil."

"Kamu tahu kalau kamu nggak akan ambil, hhh~"

Sementara Yurika terus menonton mereka berdua, mereka mulai minum cola sambil bercakap-cakap. Kadang mereka tersenyum dan hampir menyemburkan cola mereka dari waktu ke waktu.

Mereka...kok akrab banget...pikir Yurika yang merasa bahwa suasana di sekitar Koutarou dan Maki terasa begitu spesial.

"Habis deh."

"Mana sopan santunnya?"

"Terima kasih buat minumannya, Satomi-kun."

Setelah menghabiskan cola miliknya, Maki bangkit dari sofa. Dia lalu menepukkan kedua tangannya dan tersenyum pada Koutarou.

"Satomi-kun, apa kamu mau main ski habis ini?"

"Boleh aja. Yurika, kamu ikut juga kan?"

"Ah, em...."

"Oke kalau begitu. Aku siap-siap dulu ya!"

Sebelum Yurika bisa menjawab, Maki sudah langsung melangkah menuju pintu, seakan tidak mau mendengar kata tidak sebagai jawaban pertanyaannya.

"Nanti kita ketemu di lobi ya, habis siap-siap."

"Ya...Yurika, jangan bengong aja. Buruan makan atau kita tinggal."

"O-Oke! Aku makan, aku makan!"

Yurika masih merasa ragu, tapi meskipun dia harus menggerakkan badannya, dia tidak punya pilihan lain selain ikut bermain ski.

"Fufu."

Maki meninggalkan ruangan itu dengan tawa kecil, dan setelah memasuki lorong setelah menutup pintu ruangan itu, dia berhenti sejenak.

"Fiuh..."

Maki menghela nafas lega. Meskipun Maki sudah merasa nyaman dengan Koutarou, dia masih merasa gugup berada di dekat musuhnya, Yurika.

Oh iya...

Setelah menghela nafasnya, Maki menjadi ingat akan sesuatu yang ada di sakunya.

"...Mungkin...aku pakai itu...?" gumam Maki dengan suara kecil sambil merogoh saku roknya. Tangannya menyentuh sesuatu yang kecil dan keras, tapi Maki masih merasa ragu untuk mengeluarkan benda itu. Raut wajahnya pun berubah menjadi gugup.

"Tapi, bukannya ini...sama saja dengan menipunya...?"

Maki mulai menggenggam apa yang ada di dalam sakunya, tapi dia masih tidak mau mengeluarkan tangannya. Di saat yang sama, dia juga tidak mau melepaskan benda itu. Maki masih merasa ragu, tapi--

"Tidak, aku yakin ini tidak apa-apa...dia bukan tipe orang yang bakal terpengaruh dengan hal murahan seperti ini..."

Maki lalu mengumpulkan keberaniannya dan mengeluarkan tangannya dari dalam saku.

"Kalau begitu...kalau begitu tidak apa-apa kalau aku...membuat diriku lebih imut sedikit, iya kan...?"

Perlahan, Maki mulai membuka tangannya. Jantungnya mulai berdetak lebih kencang dan membuatnya hampir melamun sementara tangannya masih bergetar.

"Kalau dia senang hanya karena ini saja..."

Yang ada di dalam genggamannya adalah sesuatu yang selalu dibencinya...

"T-tidak! Bukan begitu, ini demi Darkness Rainbow!! Oh iya!! Kalau ini demi semuanya, aku bisa melakukan yang terbaik, bahkan dengan hal yang kubenci!!"

...yakni lipstik yang diberikan kepadanya yang sebelumnya langsung dibuang olehnya.


Kembali ke Bab 6 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup