Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kabur dari Penjara Bawah Tanah[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 3 Februari

Hipnosis yang digunakan Yurika pada Koutarou ternyata begitu kuat, namun tidak cukup kuat untuk menahan dua serangan yang begitu kuat. Karena itulah, Koutarou bangun saat dia terkena longsoran san salju.

"Uwaaaaaaaaaa!? Apa-apaan ini!?"

Koutarou tidak bisa mengingat apapun dari saat Yurika merapal mantra padanya. Ditambah, terbangun di tengah-tengah longsor salju tentu saja akan membuat siapa saja menjadi panik. Koutarou pun meluncur turun kira-kira sejauh 100 meter jauhnya karena disapu oleh salju. Karena mantra pertahanan dari Yurika masih aktif, Koutarou tidak terluka sama sekali maupun terkubur salju, membuatnya hanya tersapu salju saja.

"L-Longsurnya berhenti!?"

Koutarou lalu bangkit dengan bantuan topangan tangannya dan mulai berpikir.

Apa longsornya terjadi saat Yurika mau ngerapal mantranya?

Karena Koutarou tidak melihat peristiwa pentingnya, dia hanya bisa menduga situasinya terjadi seperti itu.

"Bener juga, dimana Yurika!?"

Kalau dia terbawa longsoran salju itu, maka berarti Yurika harusnya juga ikut terbawa longsoran salju juga. Koutarou lalu berdiri dan mencari Yurika di sekitar area itu. Baru pada saat itulah, dia akhirnya menyadari tempatnya berada saat itu, yakni di hutan di kaki bukit. Karena longsoran saljunya menabrak pepohonan, kecepatan longsoran saljunya pun berkurang dan menjadi reda.

"Disana!! Yurika!!"

Dari antara hutan dan salju, Koutarou melihat dua hal. Yang pertama adalah tongkat Yurika, Encyclopedia, yang sudah diberikannya kepada Yurika. Yang kedua adalah kepala seseorang yang juga terperangkap longsoran salju. Berdasarkan situasi yang ada, Koutarou beranggapan bahwa itu adalah Yurika.

"Tunggu bentar, aku tolongin kamu sekarang juga!"

Koutarou dengan cepat berlari, mengambil Encyclopedia sambil terus berlari ke arah kepala yang dianggapnya sebagai kepala Yurika.

"Untung tongkatnya ada disini!"

Koutarou lalu menggunakan tongkat itu sebagai sekop dan mulai menggali. Tongkat itu pun menjawab keinginan Koutarou dan mulai memfungsikan dirinya sebagai sekop. Berkat itulah, Koutarou bisa menggali si pemilik kepala dalam waktu singkat.

"Ternyata bukan Yurika!?"

Namun, orang yang digalinya ternyata bukan Yurika, melainkan orang yang selama ini mereka cari, yakni Aika Maki. Saat itu dia sedang pingsan, membuat Koutarou harus mengangkatnya.

"Aika-san!? Kenapa Aika-san bisa ada disini!? Nggak, yang lebih penting lagi, Aika-san! Aika-san!!" seru Koutarou sambil mengguncang-guncang badan Maki untuk membangunkannya.

"Uuuh!!"

Saat Koutarou melakukan itu, Maki mengerang kesakitan dan wajahnya terlihat menahan sakit. Koutarou langsung berhenti mengguncang Maki saat melihat itu.

"Kamu kenapa, Aika-san---Ah..."

Tepat pada saat itulah Koutarou sadar bahwa tangannya sudah penuh dengan darah, namun darah itu bukan miliknya, melainkan milik Maki.

"Aika-san, kamu luka parah..."

Kelihatannya Maki melukai dirinya sendiri saat dia tersapu oleh longsoran salju, terlihat dari luka yang cukup besar di sisi badannya. Banyak darah yang mengalir keluar dari luka itu, membuat sebuah genangan kemerahan di atas salju. Sudah jelas bahwa nyawanya berada dalam bahaya jika terus dibiarkan seperti itu.

"Oke, aku coba hubungin Theia sama yang lain, biar mereka bisa datang secepat mungkin."

Setelah mengutarakan apa yang ada di pikirannya, Koutarou memutuskan untuk menggunakan gelang yang didapatnya dari Clan untuk menghubungi Theia dan yang lainnya.

"Goooooooooooaaaaaaaaaaa!!"

"Apa itu!?"

Namun, tepat sebelum jari Koutarou menyentuh gelang itu, sebuah raungan layaknya raungan hewan buas menggema di sekitar area itu. Koutarou lalu menengadahkan kepalanya dan melihat ke asal raungan itu, dimana di puncak bukit di dekat mulut gua, dia bisa melihat sebuah iblis putih yang meraung dan juga Yurika yang terperangkap dalam pilar es.

"Bunu, Fadra bunu, keluaw!! Aku tau kauw mazi hidp!!"

"Apa itu!? Terus, itu Yurika kenapa!?"

Koutarou lalu mencoba memfokuskan pandangannya, membuatnya bisa melihat aura putih yang menyelimuti Yurika yang ada di dalam pilas es. Kalau Yurika sudah mati, aura itu tidak akan ada. Meskipun dia betul-betul membeku dan kelihatannya menderita luka parah, Yurika ternyata masih hidup.

"Apa monster itu yang ngelakuin itu ke Yurika!? Tapi, kalau aku cepet-cepet, dia masih bisa diselametin!!"

Koutarou pun akan mengambil sebuah tindakan untuk menyelamatkan Yurika.

"Uuuh"

Namun, erangan Maki membuat Koutarou berhenti.

S-Siapa yang aku selametin duluan!?

Koutarou menolehkan pandangannya bolak-balik ke arah Maki dan Yurika, karena sulit baginya untuk memutuskan siapa yang akan ditolongnya lebih dulu.

"Maaf, Yurika! Aku bakal selametin kamu secepetnya! Tunggu ya!"

Akhirnya, Koutarou memutuskan untuk menyelamatkan Maki lebih dulu, yang auranya bersinar semakin lemah lebih cepat daripada Yurika dan mengalami pendarahan. Kalau terus begini, Maki pasti akan mati, dan Koutarou tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja.


Gadis yang dikenal dengan nama Aika Maki lahir di bagian kumuh dari Folsaria. Namun, Maki tidak bisa mengingat nama kota itu, karena dia sudah dijual oleh orang tuanya sebagai budak bahkan sebelum dia bisa mengenali apa yang ada di sekitarnya.

Namun, kelihatannya orang-orang di kota itu beruntung karena Maki tidak bisa mengingat nama kota itu. Kalau saja dia ingat, kota itu pasti sudah hancur lebih dahulu saat dia menjadi penyihir hebat. Maki begitu mengutuk hari-hari dimana dia masih kecil dan begitu membenci orang-orang yang ada di kota itu.

Tidak ada perbedaan bagaiamana seorang budak diperlakukan oleh majikannya, baik itu di negeri sihir maupun negeri biasa, dimana kekejaman dan kebencian berkumpul menjadi satu. Kalau ada seseorang yang percaya dengan orang lain, orang itu akan dikhianati, dan hari-hari orang itu akan habis dengan menjadi alat bagi orang yang mengkhianati mereka. Maki begitu membenci kebohongan dan persekongkolan karena dia tumbuh di tempat seperti itu.

Karena itulah, Maki mengingat rasa dingin yang sedang dirasakannya saat ini. Badannya yang kelelahan tidak bisa bergerak, dan dia sudah tidak bisa merasakan kaki dan tangannya lagi. Satu-satunya hal yang bisa dirasakannya adalah rasa dingin yang membuat jantungnya mati rasa, karena badannya sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Setelah menerima pukulan-pukulan yang keras, dia akan dilempar ke dalam penjara bawah tanah di tengah-tengah musim dingin dalam keadaan sekarat. Pada hari itulah Maki berusaha untuk kabur namun dikhianati oleh teman baiknya sendiri. Rasa dingin yang dirasakan Maki saat ini begitu mirip dengan apa yang dirasakannya waktu itu di dalam penjara.

Jadi, pada akhirnya, aku akan mati dalam rasa dingin ini...pikir Maki sambil tersenyum kecut. Tentu saja, wajahnya tidak bisa menunjukkan itu karena senyuman itu hanya berada dalam pikirannya.

Alasan mengapa Maki tidak mati di dalam penjara adalah karena Dark Navy sebelumnya menyadari adanya kekuatan sihir pada Maki dan membeli dirinya. Meski begitu, Maki sekarang sedang sekarat dan merasakan rasa dingin yang sama seperti waktu dulu.

Tapi, semuanya jadi masuk akal. Karena waktu itu, aku hanya menginginkan kekuatan untuk membalas dendam pada orang-orang itu...

Berkat Dark Navy yang sebelumnya, keinginan Maki pun terwujud. Setelah tumbuh menjadi seorang penyihir, Maki membalas dendamnya pada majikan para buruh dan juga teman baiknya dulu, dan sekarang, dia kembali merasakan rasa dingin itu. Maki pun yakin, bahwa inilah takdirnya. Bahkan, dulu dia tidak pernah berharap untuk hidup. Sejak peristiwa itu, Maki sudah lelah dengan dunia yang penuh dengan kecurangan, penghianatan dan siksaan.

Eh....?

Namun, tepat pada saat itulah Maki merasakan ada sesuatu yang berbeda dari saat dia sekarat dahulu. Karena sekujur badannya sudah mati rasa, dia sempat merasa ragu dengan apa yang dirasakannya.

Apa...ini...?

Seiring berjalannya waktu, indra-indra perasanya pun kembali pulih, dan Maki menjadi mengerti bahwa apa yang dirasakannya adalah kehangatan. Di saat yang bersamaan dengan sadarnya Maki akan kehangatan itu, dia sadar bahwa ada seseorang di dekatnya.

Penjarah mayat? Atau ada hewan yang mau memakanku...?

Maki tahu kalau hanya hal-hal seperti itulah yang akan mendekatinya saat dia sekarat. Dia lalu mengabaikan keberadaan itu dan memusatkan perhatiannya pada kehangatan yang dirasakannya, karena dia betul-betul mati nantinya, Maki ingin merasakan kehangatan.

Ini...hal yang sama...

Namun, pada saat itulah Maki menyadari bahwa kehangatan itu berasal dari keberadaan sesuatu tersebut, dan dia akhirnya sadar bahwa itu bukanlah penjarah mayat maupun hewan buas. Ada sesuatu yang hangat yang berada di sisi Maki.

Apa kamu juga kesepian...? Seperti...ku...?"

Namun, di tengah-tengah keberadaan yang hangat itu terdapat bagian yang dingin. Maki tahu, karena dia juga pernah merasakan hal yang sama. Maki lalu menyentuh bagian yang sama dinginnya dari dalam dirinya ke bagian yang dingin itu.

Aku harap kita bisa tetap terus seperti ini...

Dan dengan saling menyentuhkan keduanya, Maki berharap kalau kedua bagian itu bisa menjadi hangat walau sedikit. Namun, Maki tahu kalau dia tidak punya waktu lagi untuk hal itu, dan dia menyesalinya.


Part 2[edit]

Saat Maki kembali sadar, hal pertama yang didengarnya adalah suara keras seorang pria.

"Bernafaslah, Aika-san! Jangan mati di depanku!"

Maki pun mencoba tersenyum saat mendengar suara itu.

Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja untuk sesaat lagi, jadi jangan kuatir...

Namun, Maki tidak tahu apakah wajahnya betul-betul menunjukkan senyuman atau tidak. Kalau dia tidak bernafas, maka Maki tidak akan bisa tersenyum dengan sepantasnya. Maki pun mulai bernafas karena kuatir.

"Uhuk, uhuk"

Namun, badan Maki yang terluka tidak dapat melakukan itu dan membuatnya batuk berulang kali.

"Aika-san! Sialan, apa sihir tongkat ini nggak cukup!?"

"Uhuk uhuk"

Setiap kali dia batuk, Maki merasa bahwa badannya semakin melemah. Maki pun terus berusaha sebisanya untuk bernafas, karena dia tahu bahwa suara batuknya akan membuat si pemilik suara keras itu akan menjadi sedih.

Entah mengapa...rasanya berbeda dari sebelumnya...

Dulu, Maki berusaha dengan susah payah untuk bernafas karena dia ingin membalas dendam. Tapi sekarang, Maki berusaha untuk bernafas karena alasan yang berbeda.

"Hah, hah, hah"

"Bagus, terus bernafas, Aika-san!!"

Ada sesuatu yang berada jauh di dalam pikiran Maki yang berusaha menopangnya, sesuatu yang kecil yang hanya bisa diingatnya karena pikirannya yang sekarat.

Aku tidak bisa mengkhianati, menipu atau berbohong terhadap ingatan ini. Kalau aku melakukan itu, aku dan orang ini akan sama-sama kesepian...

Berkat usaha Maki yang berusaha untuk tetap hidup, oksigen mulai mengalir ke dalam badannya. Pada akhirnya, pikirannya kembali jernih dan kepribadiannya yang normal pun kembali.

"D-Dimana aku....?"

Maki, yang merasa kalau dia baru saja bangun tiba-tiba dari mimpi, kebingungan dengan tempatnya berada saat itu.

Ingatan terakhir Maki adalah saat dia tersapu longsoran salju, tapi sekarang, dia sudah berada di dalam rumah pondok yang kotor dan remang-remang. Maki sendiri sedang terbaring di lantai dan memandang ke atas ke sebuah bola lampu yang menggantung di langit-langit pondok.

"Aika-san!? Kamu udah sadar!?"

Saat dia mengedipkan matanya beberapa kali, wajah seseorang muncul di hadapan Maki. Karena bola lampu yang dilihatnya begitu cerah, Maki tidak perlu banyak berkedip karena sinarnya dihadang oleh orang itu.

"Satomi, Koutarou...?"

Karena pikirannya sudah jernih, Maki bisa mengenali siapa yang berada di hadapannya.

"Betul, ini aku! Tetap sadarkan dirimu!"

Satomi Koutarou. Dia adalah seseorang yang bisa menggunakan pedang, sihir dan bahkan ilmu nujum, seorang musuh yang berulang kali menang atas Maki saat dahulu.

Ingatan Maki memperingatkannya berulang kali dan mantra-mantra yang sudah dirapalnya untuk berhadapan melawan Koutarou pun berjalan satu demi satu. Bagi Maki, Koutarou hanyalah seorang musuh.

"Gimana keadaanmu!? Kamu nggak apa-apa kan!?"

"...Tidak, kelihatannya aku terluka parah", balas Maki sambil tersenyum pada Koutarou yang berusaha memanggilnya. Bukannya bermaksud sarkas atau hanya sekedar akting saja, tapi memang hal itulah yang bisa dilakukan oleh Maki tanpa sadar.

Kenapa aku justru tersenyum pada orang ini...?

Kalau saja Maki bisa menggerakkan tangannya, dia mungkin akan menyentuh wajahnya sendiri karena dia tidak mengerti apa yang dilakukannya saat itu. Walau begitu, perasaan Maki tetap menerima hal itu. Perasaan kuat yang mengatakan bahwa inilah yang terbaik sudah memenuhi pikirannya.

"Aku tahu, dengan luka seperti ini, sudah tidak ada harapan lagi bagiku."

Saat Maki mengatakan hal itu, dia menggelengkan kepalanya, tanda bahwa dia mengerti betul akan luka yang dideritanya. Meskipun masih muda, Maki sudah menjadi pasukan veteran yang sudah bertahan hidup dari banyak pertempuran. Pengalamannya mengatakan bahwa luka yang dideritanya adalah luka yang fatal, dan sudah sebuah mukjizat baginya untuk bisa tetap sadar dengan kondisi itu.

Ah, mungkin itu sebabnya...

Maki yakin bahwa alasan mengapa dia tidak merasakan adanya hasrat untuk membunuh Koutarou adalah karena dirinya sendiri yang akan segera mati.

"Aika-san, jangan ngomong kayak begitu!"

Bagi Maki, Koutarou terlihat bersinar kehijauan.

Ah, dia betul-betul kuatir...

Badan Koutarou diselimuti oleh cahaya hijau yang stabil, tanda bahwa Koutarou tidak berbohong.

Tapi...orang ini tidak berbohong sama sekali...apa dia menipuku lagi dengan cara yang hebat...?

Mantra yang sudah dipersiapkan Maki untuk melawan Koutarou, yakni mantra untuk membuatnya bisa melihat kebohongan, sama sekali tidak bereaksi pada Koutarou bahkan sekalipun.

Atau mungkin aku sudah menjadi lemah...mungkin aku sudah menjadi lemah, karena aku sudah sekarat dengan memalukan seperti ini.

Tidak peduli apakah Koutarou tidak berbohong atau dia berhasil menipu Maki entah bagaimana, Maki justru menjadi resah dibuatnya. Baginya, hal itu lucu.

"Aika-san..."

Meskipun dia tahu bahwa dirinya akan mati, Maki tetap tersenyum. Kehidupannya yang keras hingga saat ini telah membuatnya menyerah, namun Koutarou tidak bisa tertawa atau menyerah melihat sikap Maki seperti itu.

Tongkat ini nggak cukup! pikir Koutarou sambil mengencangkan genggaman tangan yang menggenggam tongkat sihir. Beberapa saat lalu, dia berusaha menggunakan tongkat itu untuk menyembuhkan Maki, namun hasilnya tidak terlihat bagus. Sihir tongkat itu masih menyembuhkan Maki, tapi energi kehidupan Maki menghilang lebih cepat. Karena Koutarou bisa melihat energi spiritual, dia bisa tahu akan hal itu.

Bakal kelamaan kalau harus bawa dia ke Blue Knight!! Gimana caranya aku bisa nyelametin Aika-san!?

Di dalam kapal Theia, Blue Knight, ada alat-alat medis yang jauh lebih canggih dari yang ada di Bumi. Namun, alat-alat itu tentu saja tidak punya kekuatan untuk menghidupkan kembali seseorang yang terluka parah, yang juga tidak bisa disembuhkan bahkan oleh sihir.

"Tidak apa-apa, Satomi-kun. Aku percaya bahwa inilah takdirku", kata Maki yang sudah siap menerima ajalnya. Setelah melihat kembali bagaimana dia telah hidup selama ini, Maki merasa bahwa cara matinya sekarang ini tidaklah buruk. Meskipun hanya satu orang saja yang mengkhawatirkan dirinya, dia merasa bahwa ini adalah akhir yang baik.

Satu-satunya hal yang kusesali adalah apakah dia betul-betul mengkhawatirkanku atau tidak...

Dan Maki pun hanya tersenyum, menerima apa yang menjadi takdirnya.

"Takdir!? Aku nggak mau nerima takdir kayak gitu!!" teriak Koutarou yang membantah kata-kata Maki. Koutarou kenal akan seorang gadis yang sudah berjuang melawan penderitaan seperti itu, dan itulah yang membuat Koutarou tidak bisa menerima kematian Maki yang seperti ini. Dan karena Koutarou sendiri tidak mau Maki untuk menerimanya seperti itu, Koutarou pun berteriak lebih keras lagi.

"A, aku nggak terima takdir kayak gini!! Aku nggak bakal--"

Namun, di tengah-tengah ucapannya Koutarou menjadi teringat akan sesuatu.

"---Tunggu, takdir? Oh iya, aku masih punya itu!!"

Itulah cara terakhir yang ada bagi Koutarou, sebuah kesempatan kecil untuk bisa menyelamatkan nyawa Maki.

"Clan! Clan!"

Koutarou dengan cepat mengoperasikan gelangnya dan memanggil Clan.

"Ada apa, di saat seperti ini?"

Meskipun hari sudah malam, Clan menjawab panggilan itu. Kelihatannya dia masih belum tertidur. Saat dia mendengar jawaban dari Clan, wajah Koutarou menjadi penuh dengan harapan.

"Ada keadaan darurat! Aku butuh pedangnya!"

"Tolong tunggu sebentar. Dalam tiga menit lagi, aku akan menyelesaikan tahap pertama dari percobaanku. Lalu aku akan--"

"Aku nggak bisa nunggu tiga menit!! Udah kubilang, ini darurat!!"

"Tunggu tunggu, tunggu sebentar!! Jangan keterlaluan begitu!!"

Karena dia sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Koutarou dari nada suaranya, Clan menjadi panik. Namun, Koutarou mengabaikan larangan Clan dan memberi perintah pada gelang itu.

"Cradle! Berikan aku pedangku!"

"Baiklah, tuanku"

"Kyaaaaaaaaa!! Sudah aku katakan, tungguuuuu!!"

Kapal luar angkasa yang kecil milik Clan, Cradle, mulai bergerak dan mengabaikan kata-kata Clan. Saat itu, pedang milik Koutarou sedang berada dalam percobaan dalam laboratorium di dalam Cradle. Namun, saat menerima perintah dari Koutarou, Cradle dengan paksa menghentikan percobaan itu dan mulai mengantarkan pedang itu kepadanya.

"Sialan kau, Veltlion! Jangan lupakan ini!"

"Datanglaaaah!! Signaltiiiiin!!"

Koutarou, yang mengabaikan peringatan dari Clan, mengulurkan tangan kanannya ke depan bersamaan dengan munculnya lubang hitam beberapa sentimeter di depan tangan kanannya. Itulah lubang ruang-waktu yang dibuat oleh Cradle dan gelang Koutarou.

"Sa...Satomi-kun, apa yang kau...?"

Maki hanya bisa keheranan melihat peristiwa hebat yang sedang terjadi dihadapannya.

Karena Maki bisa menggunakan mantra untuk membengkokkan ruang, dia mengerti bahwa lubang hitam itu adalah lubang ruang-waktu yang terhubung entah kemana. Namun, dia tidak bisa merasakan adanya sihir dari lubang itu. Maki tidak berpikir bahwa membuat lubang ruang-waktu tanpa sihir adalah hal yang mungkin. Hal yang mengejutkan itu rupanya membuatnya lupa akan rasa sakitnya.

"Panggilan dikonfirmasi, titik koordinat terkunci. Memulai transfer Signaltin."

Tiba-tiba, sebuah pedang muncul dari dalam lubang itu. Saat pedang itu muncul, Koutarou merasa kalau dia bisa mendengar suara ledakan dan jeritan seorang wanita, tapi hal itu tidak membuatnya ragu untuk menggenggam pedangnya.

"Yang Mulia Ksatria Biru, kapal ini, Cradle, akan berdoa untuk keselamatan dan kejayaan anda atas nama bangsa Forthorthe."

"...Terima kasih."

Saat Koutarou menggenggam gagang pedangnya, pedang itu mulai bersinar putih dengan cerahnya. Di saat yang bersamaan, pedang itu juga mulai memancarkan kekuatan sihir yang luar biasa besarnya.

Sihir putih!! Kekuatan kamar 106, seperti waktu itu!? Tapi energi yang dikendalikannya kali ini jauh lebih besar!!

Meskipun dia sudah berurusan dengan sihir dalam kehidupan sehari-hai, Maki begitu terkejut dengan begitu besarnya kekuatan sihir yang ada sampai-sampai dia hanya bisa terpana dalam diam.

"Ayo kita lakukan, Signaltin!"

Koutarou menarik keluar pedang itu yang masih berada dalam sarungnya dari dalam lubang ruang-waktu. Dia lalu mulai berkonsentrasi sambil memegang gagang pedang di tangan kanannya dan sarung pedang di tangan kirinya.

Yang Mulia Alaia, saya minta maaf karena menggunakan pedang ini dengan alasan pribadi, tapi saya harus meminjam kekuatan pedang ini...

Setelah selesai berkonsentrasi, Koutaoru membuka matanya dan mulai menggerakkan tangannya. Dengan diiringi suara berdenging, mata pedang yang bersinar putih itu perlahan mulai muncul dari balik sarungnya. Sebagai akibatnya, kekuatan sihir putih yang memenuhi ruangan itu pun menjadi semakin dan semakin kuat. Sesudah Koutarou mengeluarkan pedang itu dari dalam sarungnya, dia perlahan berteriak:

"Signaltin, kalau kau betul-betul memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan, tolong, bukalah masa depan gadis ini!!"

Sesaat setelahnya, pedang itu mulai bersinar seakan ingin meledak, membuat sebuah kilatan cahaya yang memenuhi pondok kecil dimana Koutarou dan Maki berada. Kilatan cahaya itu mulai mengalir dari pedang dan menuju ke arah Maki.

Sebagian dari kekuatan sihir yang dipancarkan oleh Signaltin diubah menjadi cahaya dan memenuhi pondokan tempat Koutarou dan Maki berada saat itu. Saking kuatnya cahaya itu, mereka berdua hanya bisa melihat warna putih saja dibuatnya. Namun, cahaya itu tidak membutakan mereka, dan justru menyelimuti mereka dalam kehangatan layaknya kehangatan dari seseorang.

Apa...?

Dalam dunia yang putih itu, Koutarou menemukan sesuatu. Karena lingkungan sekitarnya semua dipenuhi oleh cahaya putih, bisa jadi dia tidak melihatnya dengan matanya sendiri. Namun, hal itu ada di dalam cahaya putih itu, dan hal itu terlihat jelas dalam pikiran Koutarou.

Gadis, kecil?

Yang dilihatnya adalah seorang gadis kecil yang penuh dengan luka, yang dilempar ke dalam penjara bawah tanah setelah dipukuli dan dibiarkan sekarat begitu saja.

Apa...yang aku lihat ini...?

Di saat yang sama, Maki juga bisa melihat sesuatu di dalam balutan cahaya itu, yakni seorang bocah laki-laki yang memeluk sweater rajutan yang belum selesai sambil menangis.

Koutarou pernah melihat gadis itu sebelumnya, dan Maki juga pernah melihat bocah itu sebelumnya. Mereka berdua pun berpikir di saat yang bersamaan:

"Tunggu, aku selametin kamu sekarang juga!"

"Tidak apa-apa, aku akan selalu bersamamu..."

Karena mereka berdua adalah orang yang berbeda, kata-kata yang mereka gunakan pun berbeda, namun apa yang ada dalam perasaan mereka adalah hal yang sama.


Part 3[edit]

Saat Koutarou kembali sadar, cahaya yang tadinya bersinar terang benderang ternyata sudah meredup, membuat rumah pondok yang kumuh itu kembali disinari oleh sebuah bola lampu. Pedang yang dipegangnya masih bersinar, tapi tidak cukup kuat untuk menyinari kamar itu.

Gimana keadaan Aika-san!?

Koutarou langsung teringat akan hal itu dan menoleh ke arah Maki, dimana hal yang bisa dilihatnya dari balik sobekan baju maki adalah kulitnya yang putih. Padahal, sesaat lalu ada luka yang besar di bagian itu yang mengeluarkan darah dengan cukup deras, namun luka itu sekarang sudah tidak ada lagi dan darah yang sudah mengalir keluar pun juga sudah menghilang. Hanya kulit putih milik Maki saja yang bisa dilihat oleh Koutarou.

"Berhasil ya....s-syukurlah...", ujar Koutarou sembari menghela nafas panjang dan kembali menyarungkan Signaltin. Karena tadinya Koutarou tidak begitu yakin apakah Maki bisa diselamatkan menggunakan pedang ini, pemandangan itu membuatnya sangat, sangat lega.

Di saat yang sama, Maki mulai kembali sadar, namun dia masih belum sadar sepenuhnya dan hanya menatap langit-langit rumah pondokan itu dengan tatapan kosong.

Aku merasa kalau sepertinya ada hal yang penting yang....?

Maki bisa merasa kalau adah hal penting yang baru saja terjadi, namun itu hanyalah sebuah sensasi yang tidak meninggalkan kenangan, dan setelah beberapa saat hal itu menghilang layaknya mimpi.

Maki kembali sadar setelah mendengar suara Koutarou yang sedang menyarungkan pedangnya.

"Ah...aku...?"

Pada saat itu, Maki kembali ingat akan semua yang sudah terjadi padanya. Pertemuannya dengan iblis yang membuatnya terluka parah, dan Koutarou yang berusaha keras menyembuhkannya. Kenangan-kenangan itu membuatnya mengerti akan mengapa dia sekarang terbaring di rumah pondok itu. Hal pertama yang dia lakukan setelah kembali sadar adalah memeriksa lukanya.

"Lukanya menghilang!?"

Maki begitu keheranan saat dia menyentuh sisi badannya, karena luka yang seharusnya berada di sana beserta darah yang sudah mengalir keluar dari badannya, telah menghilang tanpa bekas. Karena lukanya telah menghilang, rasa sakit yang dideritanya pun juga sudah menghilang. Maki juga sudah tidak merasakan lagi rasa dingin yang membuat sekujur badannya kaku, seakan-akan luka parah yang dideritanya hanya sebuah mimpi. Satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa hal itu bukanlah mimpi adalah pakaiannya yang sobek di sisi dimana luka itu seharusnya berada.

"Aku...hidup...?"

Maki lalu berdiri dan melihat ke arah sisi badannya yang seharusnya terluka, dan yang dilihatnya adalah kulitnya yang putih bersih yang menunjukkan bahwa lukanya telah menghilang.

"Kelihatannya begitu."

"S-Satomi-kun...?"

Saat Maki masih terkejut, Koutarou melepas jaket skinya dan menutupi badan Maki dengan jaket itu karena kuatir Maki akan kedinginan dengan kostum gadis penyihirnya. Baru pada saat itulah Maki teringat dengan adanya Koutarou, karena begitu terkejutnya dirinya dengan keadaan badannya sampai-sampai dia lupa.

"Yah, aku senang kamu nggak apa-apa."

"...Kamu menyelamatkanku, benar, Satomi-kun?" tanya Maki sambil melihat ke arah sesuatu yang terletak di sebelah Koutarou. Yang dilihat oleh Maki adalah tongkat baru Yurika, Encyclopedia, dan pedang milik Koutarou, Signaltin. Kedua benda sihir itulah yang menyelamatkan nyawa Maki, dan kemungkinan besar kedua benda itu jugalah yang membuat kekuatan sihir di kamar 106 menjadi bertambah besar.

Namun, masih ada banyak pertanyaan di dalam benak Maki. Bagaimana Koutarou bisa menyelamatkan dirinya menggunakan benda-benda itu? Bagaimana Koutarou bisa mendapatkan benda-benda itu? Sebagai seorang gadis penyihir Dark Navy dari Darkness Rainbow, benda-benda itu mengandung informasi yang ingin diketahui oleh Maki.

"Aku rasa sih begitu."

"Satomi-kun, apa kamu seorang penyihir...?"

Namun, Maki menanyakan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang ada di benaknya kepada Koutarou. Gadis bernama Aika Maki ingin tahu lebih banyak lagi mengenai si pemuda bernama Satomi Koutarou.

"Bukan", jawab Koutarou dengan tegas.

Tidak ada perubahan yang terjadi pada mantra yang digunakan Maki untuk mendeteksi kebohongan, yang berarti bahkan saat ini pun Koutarou tidak berbohong. Jadi, sebagai Dark Navy, Maki harus mengganti pertanyaannya dengan cara yang bertanya yang lebih logis dan tenang.

"Tidak mungkin! Mau dilihat bagaimana juga, apa yang kamu lakukan itu tidak normal!"

Namun, Maki tidak menyerah. Dirinya ingin mengerti seperti apa pribadi bernama Koutarou itu. Cara bertanyanya yang penuh dengan perasaan itu jauh dari cara bertanya Dark Navy yang biasanya, yang penuh dengan ketenangan dan rasionalitas.

"Beneran bukan kok. Benda-benda ini yang nggak normal. Aku cuma murid SMA yang biasa-biasa aja."

Koutarou sudah berniat untuk menjawab dengan jujur. Dia tahu betul, setelah menunjukkan pada Maki semua hal itu, tidak mungkin dia bisa menutup-nutupinya. Koutarou sudah mengambil keputusan itu semenjak dia memutuskan untuk menyelamatkan Maki.

"Apa maksudmu?"

"Beberapa waktu yang lalu, ada peristiwa besar yang terjadi. Kamu pasti tahu, peristiwanya pas kita ngadain pementasan drama."

Pada hari pementasan drama, Clan muncul di tempat pementasan itu dan mengincar nyawa Theia dan Koutarou. Itulah awal mula dari segalanya.

Jadi semuanya memang berawal dari drama itu...

Cerita Koutarou cocok dengan apa yang sudah diduga oleh Maki.

"Ada beberapa orang yang nolongin aku pasti peristiwa itu, dan diantara mereka ada orang-orang yang bisa pakai sihir. Aku dapat pedang dan tongkat ini dari orang-orang itu."

Sambil berkata demikian, Koutarou memberikan tongkat itu pada Maki sambil tersenyum kecut.

"Jadi, meskipun aku pikir itu memang sihir, aku nggak ngerti detilnya. Aku dikasih tahu gimana cara pakainya, tapi aku nggak tahu cara kerja tongkatnya."

"Begitu rupanya...", angguk Maki sambil memeriksa tongkat di tangannya.

Sudah kuduga, tipe sihir ini sudah cukup tua...kelihatannya tongkat ini menggunakan bahasa sihir kuno, yang juga mengendalikan sihir di kamar 106. Tapi, kelihatannya ini baru saja dibuat...yang berarti, ini dibuat oleh para penyihir yang tidak punya hubungan langsung dengan Folsaria...

Sihir di Folsaria digunakan dengan menggunakan bahasa yang sudah modern dan terstruktur. Namun, sihir pada tongkat itu menggunakan tata bahasa yang jauh lebih tua daripada itu, yang berarti tongkat itu dibuat oleh para penyihir yang pergi dari Folsaria dulu, dulu sekali.

Tongkat ini menjalankan sihir hampir secara keseluruhan dengan sendirinya, seperti yang dia bilang. Karena mekanisme seperti itu dan juga banyaknya mantra yang disimpan tongkat ini, tongkat ini menyia-nyiakan kekuatan sihir kelas artifak yang dimilikinya. Jadi, tongkat ini sendiri bukan ancaman besar...tapi kalau dipakai dengan cara yang dipakai oleh Yurika tadi, itu baru menjadi masalah...

Itulah yang menjadi kesimpulan Maki setelah memeriksa tongkat itu. Berkat itu, Maki bisa melihat gambaran utuh dibalik naiknya kekuatan Yurika. Kekuatan sihirnya tidak meningkat, tapi dia berubah ke arah yang membuatnya susah untuk dilawan.

Pedang ini juga sama seperti tongkatnya. Pedang ini sendiri juga sangat kuat...jadi, meskipun pedang ini begitu kuat, Koutarou sendiri hanya manusia biasa. Berarti, apa yang terjadi dulu pasti situasi seperti ini juga.

Gambaran Maki mengenai Koutarou akhirnya mulai diperbaiki. Karena itulah, Maki akhirnya menyadari kesalahpahamannya.

Dulu, Maki beranggapan bahwa Koutarou adalah penyihir yang hebat, dilihat dari fakta bahwa dia bisa menembus penghalang milik Maki sambil membawa Sanae dan bisa menggunakan pedang sihir yang kuat. Maki menduga bahwa Koutarou mempunyai kekuatan untuk memperkuat atau degenerasi dan necromancy.

Namun, dengan temuan informasi barunya, sebuah perkembangan situasi yang berbeda pun bisa dilihat oleh Maki. Pertama, karena Koutarou mempunyai pedang sihir yang kuat yang bisa menghalangi sihir lawannya, dia bisa masuk dengan mudah melewati penghadang yang dibuat Maki. Hantu yang mengikuti Koutarou pun mengikuti Koutarou atas kemauan si hantu sendiri. Maki sudah menyembunyikan kenyataan itu dengan sendirinya dengan mengabaikan peristiwa yang menurutnya paling tidak mungkin terjadi.

Dan aku sudah kuatir dengan kebohongan dan tipuan-tipuan yang bahkan tidak ada. Aku bahkan tidak pernah melihat orang di depanku ini...

Saat ini, Maki sudah tidak lagi takut terhadap Koutarou. Aneh rasanya, meskipun saat itu Maki berhadapan dengan seorang pemilik pedang yang hebat dan tahu bahwa dirinya tidak punya kemungkinan untuk menang, Maki sama sekali tidak merasa takut kepada Koutarou. Kemungkinan terburuknya, Maki akan merasa sakit hati kalau dirinya kalah.

Aku penasaran, apa yang kurasakan sekarang ini...kenapa aku merasa begitu lega? Meskipun dia adalah lawan yang tidak mungkin kukalahkan dengan keadaanku sekarang...

Maki begitu bingung, walau itu hanya sebatas apa yang ada di permukaan hatinya saja. Jauh di dalam hatinya, dia merasa tenang dan senang dengan situasi ini.

"Hasyuu"

Pada saat itulah Koutarou bersin. Karena suara itu memecah keseriusan Maki yang sedang berpikir dalam-dalam, Maki menjadi kaget dibuatnya. Namun, setelah melihat wajah Koutarou yang terlihat lucu saat bersin, Maki akhirnya mulai tertawa dengan keras.

"Fufufufu, ahahahaha"

"Jangan ketawa. Aku masih di tengah-tengah cerita yang penting loh", kata Koutarou dengan helaan nafas saat dia melihat Maki yang tertawa. Wajah Koutarou pun turut berubah menjadi kemerahan karena malu.

"M-maaf, kamu kedinginan kan? Apa kamu mau jaketmu kembali?"

Meskipun sudah meminta maaf, Maki masih tertawa dengan riangnya. Dia lalu menutupi mulutnya dengan tangannya untuk menahan tawanya sambil menyentuh jaket di pundaknya. Koutarou bersin karena dia sudah meminjamkan jaketnya kepada Maki.

"Nggak usah, nggak sedingin itu kok."

"Ah..."

Pada saat itulah, Maki bisa melihat cahaya hijau yang menyelimuti Koutarou bergetar. Mantra yang digunakan Maki untuk melihat kebohongan akhirnya bekerja pada Koutarou.

Satomi-kun berbohong padaku...

Maki lebih terkejut lagi dengan hal itu dibandingkan dengan bersin Koutarou sebelumnya. Maki membenci kebohongan dan tipuan lebih daripada apapun, dan juga muak dengan pengkhianatan dan persekongkolan. Karena itulah, saat Maki melihat Koutarou berbohong, jantungnya sampai melompat dibuatnya.

Dia berbohong...betul juga, tidak ada orang yang tidak berbohong...

Jantung Maki mulai berdetak dengan cepat dan dia merasa seakan ada sesuatu yang membara di dalam dirinya. Baru kali inilah Maki merasakan sesuatu seperti itu.

"Satomi-kun, kamu nggak pintar berbohong."

"Nggak bohong kok. Cowok nggak akan kalah lawan dingin."

"Bukannya kamu bersin karena kamu kalah?" tanya Maki sambil tersenyum dengan senyuman yang jauh lebih cerah dari sebelumnya.

Rokujouma V8 239.jpg

"Ugh."

"Sebenarnya, Satomi-kun, aku benci sama orang yang suka berbohong."

"Gitu ya? Kalau gitu kita bakal jadi temen yang pas."

"Itu betul. Fufufufu", balas Maki sambil memiringkan kepalanya dan tersenyum usil, senyuman yang tidak pernah ditunjukkannya pada siapapun.

"Fufufu, aku rasa orang yang menipu orang lain dengan kebohongan adalah orang yang paling buruk!"

Maki senang bahwa Koutarou sudah berbohong padanya, dan baru kali itulah Maki merasa begitu bahagia saat ada seseorang yang berbohong kepadanya.

Kebohongan orang ini sama sekali tidak menakutkan!!

Bahkan Maki sendiri tidak tahu mengapa dirinya merasa sesenang itu. Dia tidak tahu, tapi dia merasa bahwa hal ini baik baginya.

"Sudah jelas lah."

"Fufufufu, ahahahaha!"

Dan dengan itu, Maki menghapus mantra yang sudah dijalankannya.

"....Satomi-kun, dasar kamu pembohong! Aku benci kamu!"

"Hoh?"

Maki sudah tidak perlu lagi memastikan apakah Koutarou berbicara yang sejujurnya atau tidak.


Part 4[edit]

Koutarou hanya bisa melihat Maki yang masih terus tertawa selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk.

"Oke, kelihatannya kamu udah baikan."

Koutarou sudah selesai menjelaskan situasinya kepada Maki dan Maki kelihatannya sudah pulih. Koutarou pun memutuskan untuk melanjutkan urusan berikutnya.

"Aika-san, tolong tongkatnya dong", kata Koutarou sambil mengulurkan tangannya ke arah Maki.

"Satomi-kun?"

Saat Maki menoleh, Koutarou sudah bangkit berdiri dengan raut wajah yang terlihat serius. Maki pun bisa merasakan ada tekad yang kuat di dalam diri Koutarou.

"Tolong kembaliin tongkatnya, aku mau pergi nyelametin Yurika."

"Menyelamatkan Yurika-san...O-oh ya, iblis putih itu!"

Setelah mendengar bahwa Koutarou akan pergi menyelamatkan Yurika, Maki akhirnya teringat dengan situasi yang dihadapinya -- bahwa dia pergi mendaki gunung itu untuk mendapat sebuah pelayan, mendapat perlawanan dari iblis itu dan membuat Yurika membeku dalam jeratan iblis itu.

Maki masih berada di tengah-tengah pertarungan.

"Jadi kamu juga lihat makhluk itu ya, Aika-san. Kalau gitu, bakal gampang buat dijelasin. Aku harus ngalahin makhluk itu dan nyelametin Yurika", kata Koutarou sambil melihat ke luar melalui jendela pondokan itu, dimana badai salju masih bertiup kencang dan membuatnya tidak bisa melihat apapun. Namun, di arah dimana dia melihat, Yurika sedang terdiam membeku dan menunggu untuk diselamatkan.

Nggak nyangka ada monster kayak begitu di Bumi...pikir Koutarou sambil menggenggam erat-erat sarung pedang Signaltin. Ini bukanlah pertama kalinya Koutarou menemui monster aneh seperti itu, dan berdasarkan pengalamannya, Signaltin bisa mengalahkan makhluk seperti itu.

"Jadi, tolong balikin tongkatnya. Aku mungkin bakal perlu itu juga."

Signaltin milik Koutarou memang sangat kuat, namun karena dia baru saja menggunakannya untuk menyembuhkan Maki yang mempunyai luka fatal, kekuatan pedangnya menjadi melemah untuk sementara. Untuk menggantikan kekuatan yang berkurang itu, Encyclopedia menjadi alat yang tepat. Koutarou rupanya berniat bertarung menggunakan pedang dan sihir.

Kembalikan tongkatnya...?

Maki adalah seorang gadis penyihir anggota Darkness Rainbow, menaruh kutukan pada tongkat itu sebelum mengembalikannya pada Koutarou akan baik untuk dirinya, karena dia bisa menggunakan tongkat itu sebagai jebakan untuk Yurika. Namun...

"Satomi-kun."

Namun Maki tidak bisa mengembalikan tongkat itu.

"Karena aku sudah baikan, bagaimana kalau aku membantumu?"

Dan Maki pun tersenyum pada Koutarou, sambil memegan tongkat itu dengan kedua tangannya.

Saran Maki pun sederhana. Karena Koutarou masih pemula dalam menggunakan sihir, akan lebih baik jika dia fokus menggunakan pedang, sementara ada orang lain yang fokus menggunakan sihir. Saran yang begitu sempurna dan logis.

"--itu menurutku, bagaimana?"

"Gimana ya..."

Dari sudut pandang Koutarou, dia ingin berkata tidak. Koutarou tidak mau menyeret gadis normal seperti Maki ke dalam sebuah pertarungan, tapi dia mengerti apa yang disarankan oleh Maki. Dia tidak berpikir kalau dia bisa bertarung dengan lincah menggunakan pedang dan tongkat sihir di saat yang bersamaan. Ada benarnya kalau Koutarou ingin ada seseorang yang ahli dalam menggunakan sihir sementara dia sendiri fokus menggunakan pedang.

"Aku punya kabar bagus dan saran untukmu karena kamu kesulitan untuk membuat keputusan, Satomi-kun."

"Apa itu?"

"Nilai Penjaskesku A, sementara Yurika dapat E"

Koutarou akhirnya bisa memutuskan saat melihat Maki yang memamerkan kehaliannya.

"Oke, kalau begitu aku serahkan urusan sihir ke kamu ya, Aika-san."

"Benarkah!?" tanya Maki yang terlihat bersemangat.

Kelihatannya, Aika-san bakal jauh lebih kuat pakai tongkat itu daripada Yurika...

Maki jelas memiliki tubuh yang sudah terlatih lebih baik daripada Yurika, dan hanya berdasarkan kekuatan fisiknya saja, Koutarou merasa bahwa Maki lebih pantas daripada Yurika untuk menjadi seorang gadis penyihir.

"Sebagai gantinya, kamu harus kabur kalau nanti keadaannya jadi berbahaya. Kalau kamu ngelakuin itu, aku nanti juga bisa kabur tanpa harus kuatir juga."

Satu-satunya hal yang Koutarou kuatirkan adalah apakah Maki akan berusaha lebih keras daripada apa yang diharapkan Koutarou atau tidak. Karena Koutarou baru saja menyelamatkan Maki dari genggaman kematian, dia ingin agar Maki setidaknya bisa selamat jika situasinya menjadi semakin buruk.

"...pembohong."

"Eh?"

Namun, Maki tidak mengangguk tapi justru memelototi Koutarou dengan tatapan penuh keraguan.

"Satomi-kun, kamu tidak akan lari meskipun situasinya jadi berbahaya, iya kan?"

"Nggak kok. Aku pasti langsung kabur", jawab Koutarou dengan panik sambil menggelengkan kepalanya.

"Kamu bohong. Tidak mungkin kamu kabur tanpa menyelamatkan Yurika-san."

Maki sudah tidak menggunakan mantranya untuk mendeteksi kebohongan, namun dia tetap tahu kalau Koutarou tidak akan pernah meninggalkan Yurika untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

"Aika-san..."

Koutarou tidak bisa membalas sanggahan Maki, karena niatannya memang seperti yang dikatakan oleh Maki.

"Kalau begitu, kita akan senasib sepenanggungan", kata Maki sambil tetap memegang tongkat itu dengan kedua tangannya sambil menatap Koutarou dengan serius.

"Kuatkan dirimu, Satomi-san. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Sebagai gantinya---"

"Oke, aku ngerti. Aku lindungin kamu."

Pada akhirnya, Koutaroulah yang menyerah. Kemungkinan terbaik bagi Koutarou untuk menyelamatkan Yurika adalah jika dia dan Maki betul-betul bekerjasama. Itulah yang diyakini oleh Koutarou.

"...Kelihatannya kamu seperti melamarku. Fufufu", ujar Maki sambil mengeluarkan senyuman yang terlihat begitu senang. Koutarou tidak tahu apa maksudnya, tapi karena senyuman itu terlihat mirip dengan senyuman Yurika, sikap Koutarou pun langsung berubah mengikuti intuisinya terhadap Yurika.

"Dasar bodoh, yang serius dikit dong."

"Oke, Kapten!" balas Maki sambil tetap tersenyum dan memberi sikap hormat sebagai balas candaan.

Dan dengan begitu, sebuah tim aneh yang terdiri dari Koutarou dan Maki pun terbentuk.


Part 5[edit]

Rumah pondok tempat Koutarou kabur bersama Maki terletak tidak jauh dari gua yang dimaksud. Rumah pondok itu digunakan saat ada pembangunan jalur tegangan tinggi, itulah sebabnya mengapa rumah itu sekarang kosong.

Saat Koutarou dan Maki berjalan menuju gua itu, mereka tidak menemui orang lain sama sekali. Mereka berdua pun terus melangkah diiringi terpaan angin dan salju yang melanda dengan kencangnya.

"Ngomong-ngomong, kamu ngapain ke gunung, Aika-san? Yurika khawatir sama kamu loh."

"Ah, itu karena setan putih itu?"

Namun, mereka berdua kelihatannya tidak mencemaskan hal itu, berkat mantra yang sudah dijalankan oleh Maki. Mereka berdua dengan santainya terus melangkah dan mengacuhkan angin yang bertiup begitu kencang, lereng yang curam, gelapnya malam dan suhu yang terus menurun.

"Apa dia nangkep kamu?"

"Aah, emm, yah, begitulah."

"Gitu ya? Sayang sekali."

"...Lebih tepatnya, aku yang ingin menangkapnya."

"Apa kamu bilang?"

"Aku bilang, aku bakal berada dalam bahaya kalau Satomi-kun dan Yurika-san tidak datang. Kelihatannya iblis itu begitu kasar dan langsung menyerang orang yang dia lihat."

"Gitu ya, kalau gitu kita harus hati-hati."

"Sebaiknya begitu."

Mereka berdua menaiki lereng dengan hati-hati sambil mengawasi bagian puncaknya. Karena mereka tidak harus berjuang untuk bertahan melawan kerasnya serangan alam dari gunung berkat sihir, mereka bisa berkonsentrasi lebih untuk mengawasi iblis itu dan juga Yurika.

"Satomi-kun!"

"Wah!"

Setelah mendaki selama beberapa saat, Maki tiba-tiba menggenggam Koutarou dan membuatnya tiarap.

"A-apa!?"

"Sshhh!!...Kamu nggak lihat!? Sebelah sana!!" bisik Maki yang menutup mulut Koutarou dengan tangan kirinya dan menunjuk ke suatu tempat dengan tangan kanannya.

"Mhh--"

Iblis putih yang mereka cari berada di atas lereng di arah dimana Maki menunjuk. Di sebelahnya, terdapat Yurika yang masih membeku. Maki menyadari keberadaan iblis itu sebelum Koutarou tahu dan menghentikan Koutarou agar tidak terus melangkah agar si iblis tidak menyadari kedatangan mereka berdua.

"Aku lepas sekarang ya."

"Hm."

Maki menunggu sebelum Koutarou bisa menyadari keberadaan si iblis sebelum melepaskan tangannya.

"Haaah, makasih ya, Aika-san."

"Sama-sama."

"Yurika..."

Setelah lepas dari Maki, hal pertama yang dilakukan Koutarou adalah memeriksa kondisi Yurika. Untungnya, energi spiritual Yurika tidak begitu lemah dan membuatnya berada di ambang kematian. Koutarou langsung terlihat lega saat melihat hal itu.

"Fiuh, kelihatannya masih nggak apa-apa..."

Koutarou khawatir kalau-kalau Yurika mungkin sudah mati saat dia sedang menyembuhkan Maki atau si iblis menghancurkan Yurika bersama dengan pilar es itu, tapi setelah tahu bahwa Yurika masih aman, Koutarou merasa begitu lega. Semangat bertarungnya pun kembali membara saat dia tahu bahwa dirinya masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Yurika.

"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang, Satomi-kun?"

"Hm? Apa?"

"Bukannya berbahaya kalau kita langsung maju menyerang begitu saja?" kata Maki sambil menunjuk ke daerah sekitar mereka, yakni tempat dimana mereka tersapu oleh badai salju. Sebelumnya, ada banyak pohon yang bisa membantu mereka mendekati iblis itu dengan sembunyi-sembunyi, tapi sekarang sebagian pepohonan itu sudah tidak adan dan kalau mereka terus melangkah maju, posisi mereka akan langsung terlihat.

"...Makhluk itu pasti bakal ngelakuin sesuatu."

"Aku pikir dia akan membuat badai salju lagi."

"Aku nggak mau sampai kena itu lagi..."

Ada kemungkinan bahwa iblis putih itu akan memunculkan badai salju lagi kalau dia melihat Koutarou dan Maki yang sedang mendaki. Itulah sebagian alasan mengapa Maki menghentikan Koutarou.

"Apa kita memutar saja untuk mendaki?"

"Hmmm...."

Setelah mendengar usulan Maki, Koutarou menoleh ke arah kiri dan kanannya. Dari apa yang dilihatnya, ada lebih banyak pepohonan di sisi-sisi mereka. Kalau mereka mengambil jalan memutar, mereka akan lebih mudah untuk bersembunyi saat mendaki dari pengawasan si iblis putih.

"Jangan deh."

Namun, pada akhirnya Koutarou memutuskan untuk tidak mengambil jalan memutar. Kalau mereka melakukan itu, kemungkinan bahwa mereka akan terlihat oleh si iblis akan mengecil, tapi setelah mendaki sejenak, pepohonan yang ada pasti juga akan berkurang dan mereka akan terjebak dalam situasi yang sama lagi.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kalau kita hanya bisa duduk dan berpikir terus disini, kondisi Yurika-san akan semakin gawat."

"Bener sih, tapi apa kita nggak bisa mancing makhluk itu ke sini, gimana caranya?"

"Memancing?"

Maki terkejut saat mendengar sebuah ide yang cerdas dari Koutarou yang biasanya bertindak secara sederhana.

Satomi-kun yang biasanya simpel?

Maki pun menyingkirkan pemikiran itu dan mulai tertawa di dalam benaknya. Meskipun dia baru saja membetulkan kesalahpahamannya dan mengetahui Koutarou yang asli baru beberapa saat yang lalu, Maki sudah berpikir seakan-akan dia mengetahui segalanya dan merasa sebuah ide cerdas seperti itu tidak akan cocok diucapkan oleh Koutarou. Maki merasa bahwa perubahan yang cepat yang dirasakannya itu lucu.

"Ya, aku rasa itu bakal lebih baik."

Saat Koutarou berada di Forthorthe, dia sudah mengikuti berbagai pertempuran skala besar. Dalam pertempuran-pertempuran itu, taktik memancing musuh terbukti sangat efektif. Pengalaman-pengalaman itulah yang membekas bagi Koutarou.

Benar juga, kalau kita pancing dia kesini, kita bisa menyerang dia secara mendadak dan memisahkan dia dari Nijino Yurika. Kamu sudah memikirkan ini dalam-dalam ya, Satomi-kun.

Setelah menyadari maksud Koutarou, Maki menambahkan opininnya sendiri setelah berpikir sejenak.

"Jadi, kita pancing iblis itu ke sini agar kita bisa menyelamatkan Yurika-san lebih dulu, benar?"

"Eh?"

Kali ini, Koutaroulah yang kaget, karena apa yang dikatakan oleh Maki adalah hal yang ingin dibicarakan olehnya.

"Apa tidak?"

"A-ah, nggak...justru itu yang ingin aku lakuin, tapi aku ingin tanya dulu sama kamu kalau kita bisa ngelakuin itu."

Saat Koutarou menjelaskan apa yang dia pikirkan kepada Maki, Maki menepukkan kedua tangannya seakan mengerti sesuatu.

"Begitu ya, karena kamu tidak tahu seberapa lama kamu bisa mengulur waktunya, kamu tidak tahu apa kamu bisa menyelamatkan Yurika-san sebelum iblis itu kembali, benar?"

"I-iya."

Apa yang dikatakan oleh Maki rupanya adalah apa yang ingin dikatakan oleh Koutarou.

Ini...Aika-san, kamu bisa baca pikiranku ya?

Karena momen menjawab Maki yang begitu tepat, Koutarou mulai berpikir tentang hal yang mengherankan itu.

Sementara Koutarou masih keheranan, Maki mulai berpikir keras.

Bagaimana kalau kita tidak bisa menyelamatkannya?

Maki dengan cepat berpikir demikian dan akan mengatakannya pada Koutarou, tapi...

"Kalau kita nggak berhasil nyelametin dia, iblis itu bakal tahu kalau kita mau nyelametin Yurika dan mungkin justru balik ngincer dia."

Oh?

Kali ini, Koutarou yang mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh Maki. Karena Koutarou mengatakan dengan persis apa yang ingin dikatakan oleh Maki, mata Maki pun menjadi terbelalak saking kagetnya.

Apa jangan-jangan Satomi-kun bisa membaca pikiranku?

Maki juga keheranan dengan pemikirannya dan Koutarou yang saling melengkapi.

"Kalau begitu, memancingnya kesini dan mengalahkannya akan jauh lebih baik."

"Itu betul. Gimana menurutmu?"

"Fufufu, bagaimana menurutku? Aku baru saja bilang kalau mengalahkannya akan jauh lebih baik."

"Oh, iya ya, maaf."

Koutarou dan Maki sepakat untuk memancing iblis itu dan menyergapnya. Meskipu mereka bisa memancingnya dan berhasil menyelamatkan Yurika, ada kemungkinan bahwa mereka bertiga masih harus melawan iblis itu. Dengan itu, memancing iblis itu dan menyergapnya akan lebih baik. Itulah hal yang menurut Koutarou dan Maki sepakati.

"...Aku ngerasa kalau cara nyerang kayak gini lebih cocok buat tipe-tipe penjahat, dan aku nggak begitu suka ini."

"Aku juga."

"Betul, daripada pakai trik-trik murahan, kamu lebih suka kalau berhadapan langsung, iya kan?"

"Tapi, kalau makhluk itu tetap berada di depan Yurika-san seperti itu, kita tidak bisa melakukan apa-apa."

"Aku rasa kita harus ngelakuin sesuatu..."

"Kita memang hanya orang biasa."

"Betul sih...jangan sampai kita terlalu ambisius."

Mereka berdua sama-sama enggan untuk memakai cara penyergapan seperti itu, namun pada akhirnya mereka harus memprioritaskan keselamatan Yurika lebih dulu, dan dengan itu mereka berdua menguatkan tekad mereka.


Part 6[edit]

Keahlian Maki, yakni sihir manipulasi pikiran, mirip dengan sihir untuk membuat ilusi. Tentu saja, jika dinalar, Maki juga ahli dalam memakai sihir untuk membuat ilusi. Jadi, alih-alih memakai kekuatan sihir Encyclopedia, Maki menggunakan kekuatan sihirnya sendiri. Dengan begitu, mantranya akan menjadi lebih akurat dan kuat.

"Kamu pasti bisa!"

Maki telah membuat ilusi dengan wujud Koutarou. Ilusi itu begitu bagus dan Koutarou secara intuisi menyemangati ilusi yang sedang berjalan itu dari belakang. Ilusi itu pun menoleh dan melambaikan tangannya saat mendengar sorakan dari Koutarou.

"Uwah!? Dibales!? Serem!!"

Ilusi yang dibuat oleh Maki mempunyai sedikit kesadaran, seperti halnya robot yang bisa bergerak dengan sendirinya. Ilusi itu pun berjalan dengan sendirinya dan bertugas sebagai umpan.

"Serem...kamu selalu seperti itu kok, Satomi-kun."

"Aku jauh lebih laki dan nggak kelihatan selemah itu."

"Salah, kamu memang seperti itu."

Ilusi itu dibuat berdasarkan apa yang dipahami Maki tentang Koutarou. Karena itulah, beberapa bagian dari ilusi itu menjadi sedikit berbeda dari Koutarou yang asli. Dalam benak Maki, Koutarou digambarkan lebih langsing dan lebih tampan, itulah sebabnya ilusi itu melenceng dari gambaran ideal Koutarou tentang pria.

"Ah, masa sih..."

"Yang lebih penting lagi, mari kita bersiap-siap. Ada banyak persiapan yang harus kita lakukan sebelum Satomi-kun No. 2 memancing iblis itu ke sini."

Maki tidak ingin Koutarou menyinggung terlalu banyak soal ilusi ciptaannya, jadi Maki dengan cepat mencoba mengganti topik pembicaraan mereka. Kalau saja Koutarou mencermati ilusi itu, mungkin dia akan sadar kalau ilusi itu adalah gambaran ideal Maki mengenai dirinya.

"Maaf. Jadi, aku harus ngumpet dimana?"

"Karena No. 2 akan berlari lewat sini, di belakang pohon itu seharusnya aman."

"Oke."

Koutarou lalu menghunuskan pedangnya dari sarungnya dan mendekati pohon di jalur pendakian. Karena ilusi ciptaan Maki akan berlari melewati jalan itu, Koutarou akan menyerang iblis yang seharusnya berada di belakang ilusi itu.

"Aku akan memberimu mantra ya."

"Silahkan. Aku nggak pakai zirahku soalnya."

"Fufufu, kalau begitu, kamu bisa mengandalkan Maki si gadis penyihir ini", balas Maki dengan tawa penuh percaya diri sambil mengarahkan tongkatnya pada Koutarou.

"Magic Armor. Shield. Elemental Protection..."

Maki mengeluarkan mantra demi mantra, menggunakan kekuatan dari Encyclopedia jika mantra yang digunakannya menjadi lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan kekuatan sihirnya sendiri. Dengan begitu, Maki juga bisa menghemat kekuatan sihirnya sendiri.

Tongkat ini mungkin jauh lebih praktis dari yang aku duga...

Karena Maki sering bertarung sendiri, dia tidak bisa mengerti nilai sebenarnya tongkat itu sampai dia menggunakannya. Kalau seseorang harus bertarung bersama rekannya, tongkat itu akan menjadi sangat berguna. Tidak lama kemudian, Koutarou sudah menjadi lebih kuat dengan tambahan beberapa mantra.

"Aku akan memberi mantra berikutnya berdasarkan perkembangan situasinya."

"Oke. Aika-san, sebaiknya kamu sembunyi juga."

"Oke."

Setelah menyelesaikan memberi mantra, Maki pergi menuju semak-semak yang berada sedikit jauh dari Koutarou. Dari sanalah dia akan membantu Koutarou.

"Ah!? Satomi-san, kelihatannya No. 2 sudah ditemukan oleh si iblis. Dia sedang menuju ke sini sambil dihujani serangan", kata Maki yang memperingatkan Koutarou lalu bersembunyi di semak-semak.

"...Jadi kita perlu ngelawan dia ya..."

Koutarou hanya sempat melihat iblis itu meraung saat dia berdiri di dekat Yurika yang membeku. Berdasarkan bukti yang ada dan penjelasan dari Maki, Koutarou yakin kalau iblis itu buas dan dia harus melawannya. Tapi tetap saja, Koutarou hanya bisa merasa sedih karena sekarang dia betul-betul harus pergi bertarung.

"Baiklah..."

Tapi tidak peduli seberapa sedih dirinya, Koutarou tidak bisa meninggalkan Yurika begitu saja. Setelah menguatkan tekadnya, Koutarou mengintip dari balik pohon dan melihat ke arah jalur yang akan dilalui oleh si ilusi. Di sana, Koutarou bisa melihat ilusi dirinya yang diikuti oleh si iblis putih di belakangnya. Raut wajah Koutarou pun berubah setelah melihat itu.

"Aika-san, gawat! Dia ngejar No.2 dari atas!"

Iblis putih itu melayang di belakang Koutarou No.2 sambil menembakkan pecahan-pecahan es berulang kali ke arah No.2. No.2 menghindari serangan itu sambil terus berlari mengikuti rute yang sudah ditentukan, tapi ada satu masalah. Iblis itu terbang terlalu tinggi, membuat Koutarou tidak bisa menyerangnya dengan pedang.

"Hopping Carrot!"

Tanggapan dari Maki adalah mantra baru, membuat cahaya kuning menyelimuti kaki Koutarou. Rupanya itu adalah mantra untuk meningkatkan kekuatan melompatnya.

"Kamu seharusnya bisa mengenainya dengan itu!"

"Aku coba!"

Percakapan Koutarou dan Maki hanya berlangsung singkat. Karena iblis itu sudah semakin dekat, mereka tidak punya kesempatan untuk berbincang dengan santai. Sergapan mereka akan menjadi tidak ada artinya kalau mereka sampai ketahuan.

Beberapa saat setelahnya, No. 2 mendekati mereka berdua. Sambil menciptakan suara berlari di atas salju, No. 2 berlari melewati jalur pendakian di dekat tempat dimana Koutarou dan Maki bersembunyi.

"Gaaaaaaa, gruuuuuuaaaaaaaaa!!"

Iblis putih itu berada tepat di belakang si ilusi, tertipu mentah-mentah oleh ilusi yang betul-betul bagus itu dan mencoba dengan penuh kepanikan untuk membunuhnya.

"Mati, matii, Fadra, matiii!!"

Sambil meneriakkan sesuatu, iblis itu menembakkan pecahan es dari telapak tangannya. Beberapa pecahan es itu menembus ilusi.

"Tidk mempn! Sihr tidk mempn! Fadra betl-betl monser!"

Kalau iblis itu sedikit lebih cermat lagi, dia mungkin bisa menyadari kebenarannya. Namun, dia tidak bisa melakukan itu saking paniknya.

"Sekarang!!"

Dan itulah kesempatan yang tepat bagi Koutarou. Saat iblis itu terbang melewatinya, Koutarou melompat sekuat tenaga dan mengayunkan pedangnya pada si iblis yang sedang terbang.

"Gaaaaaa!?"

Serangan Koutarou mengenai tepat dimana dia mengarahkannya, yakni sayap di punggung si iblis. Serangan itu mengakibatkan si iblis kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

"Kurang dalam!?"

Namun, di saat yang sama dengan Koutarou mendecakkan lidahnya, si iblis mengepakkan sayapnya yang besar dan mendarat dengan halus. Pedang Koutarou sudah melukai sayap si iblis, tapi sayap itu masih bisa digunakan.

Rencananya sudah berjalan sempurna saat si iblis menampakkan punggungnya yang penuh celah pada Koutarou, namun serangan melompatlah yang menjadi masalah. Karena Koutarou sudah diperkuat dengan sihir yang tidak biasa digunakannya, Koutarou mengacaukan kekuatan yang digunakannya untuk melompat.

"Bisa kulakuin lagi nggak ya?"

Koutarou kembali mengambil ancang-ancang. Serangan pertamanya memang kurang dalam, namun si iblis mendarat dengan menunjukkan punggungnya kembali ke arah Koutarou. Kalau Koutarou bergerak dengan bagus saat mendarat, dia bisa mendapat posisi untuk melancarkan serangan kedua.

Aku nggak yakin soal pas enggaknya, tapi aku pasti bisa!!

Namun, si iblis tidak berdiam diri begitu saja. Dia sudah pulih dari guncangan karena sergapan itu dan mulai melindungi dirinya sambil mengelak untuk menghindari serangan yang akan datang. Keberhasilan serangan kedua pun kembali dipertanyakan.

"Force Field!"

Dua mantra datang ke arah Koutarou. Yang satu adalah mantra pertahanan untuk menghadang serangan, dan yang lainnya adalah mantra yang membuat Koutarou bisa mengendalikan kecepatan jatuhnya. Anehnya, mantra pertahanan itu tidak melindunginya secara langsung, tapi membuat semacam tembok di dekatnya.

"Satomi-kun, pakai itu--"

"Ini bakal ngebantu!"

Koutarou menendang tembok sihir itu dan mengubah sedikit arah jatuhnya.

"---sebagai pijakan!!"

Koutarou bertindak sebelum Maki bisa menyelesaikan bicaranya. Maki lalu mempercepat gerakan Koutarou setelah dia mengubah arah jatuhnya. Itulah mantra kedua yang dirapal Maki menggunakan tongkatnya, yakni mantra untuk mengendalikan kecepatan jatuh.

Rokujouma V8 263.jpg

"Haaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Iblis putih itu berada di arah dimana Koutarou melompat. Koutarou lalu mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Seakan merespon tekad Koutarou, pedang itu diselimuti oleh gelombang kejut. Gelombang itu lebih lemah dari pelindung yang dibuat oleh zirah milik Theia, tapi cukup untuk meningkatkan jarak serangan dan kekuatan pedang itu.

Pedang itu pun mengenai si iblis putih. Di saat yang sama , gelombang kejut yang menyelimuti pedang itu lepas dan menyerang si iblis.

"Guuuuuu, jadih di zana kauw, Fadra!"

Namun, si iblis putih tidak membiarkan itu terjadi begitu saja. Potongan es tebal yang dibuat oleh si iblis di depannya menjadi tameng baginya dan menghadang serangan Koutarou. Pedang Koutarou bisa menghancurkan itu, tapi itu tidak cukup untuk menyerang si iblis yang berada di baliknya.

Kekuatan Signaltin bener-bener jadi lemah!! Serangannya nggak sebesar yang aku kira!!

Kalau Signaltin berada dalam keadaan yang sebenarnya, saat pedang itu mengenai si iblis, pedang itu akan menghapus sihir di dalam iblis itu dan menyebabkan luka yang hebat. Itulah yang terjadi saat dia bertarung melawan iblis-iblis di Forthorthe. Namun, hal itu tidak terjadi saat ini. Meskipun sudah diserang dua kali, si iblis terlihat tidak terluka sama sekali.

"Aku tahuu!! Fadra, Signaltin jadi lemah, benr!?" kata si iblis yang mulai menyeringai dan menyerang Koutarou dengan tangannya yang besar.

"Vunuh! Ini kesempatnku ntuk vunuh!!"

Cakar si iblis mendekat ke arah Koutarou.

"Satomi-kun, terus seperti itu!!"

Meskipun serangannya sudah selesai, badan Koutarou melesat semakin cepat, seakan sebuah kekuatan mendorongnya untuk menghantam tanah.

"Aku ngerti!!"

Koutarou lalu melontarkan badannya seakan ingin berguling. Berkat Maki yang mempercepat jatuhnya badan Koutarou, serangan cakar si iblis pun meleset. Setelah berguling, Koutarou menjejakkan kakinya ke salju dan berdiri. Tepat di saat itu, Maki merapal mantra baru untuk Koutarou.

"Flame Weapon!"

Maki menggunakan kekuatan sihirnya sendiri untuk menyelimuti pedang Koutarou dengan api dan meningkatkan kekuatan serangannya. Dia juga menggunakan Encyclopedia secara bersamaan untuk merapal mantra agar Koutarou bisa melihat hawa panas dengan matanya.

Pedang Koutarou tiba-tiba terbakar dengan sendirinya, dan di saat yang bersamaan, segala benda yang memiliki suhu tertentu mulai bercahaya merah bagi Koutarou. Tentu saja, benda yang bersinar paling merah adalah pedang milik Koutarou.

Yang berarti, habis ini...

Koutarou tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, jadi Koutarou meneriakkan apa yang dia perlukan sebelum itu terjadi.

"Aika-san, nanti pakai apinya yang bagus ya!!"

"Quick Cast - Darkness!!"

Di saat yang sama, mantra Maki menyelimuti Koutarou, Maki sendiri dan iblis itu dalam kegelapan. Karena tiba-tiba kehilangan penglihatannya, si iblis hanya bisa terdiam. Namun, hal itu tidak menimbulkan masalah bagi Koutarou karena dia dapat melihat suhu badan si iblis dan menyerangnya dengan pedang apinya. Koutarou bisa melihat dengan jelas pedangnya dan posisi musuhnya, dan berkat pantulan panas dia juga bisa melihat tanah juga. Sudah tidak ada masalah lagi baginya.

Pedang Koutarou mengenai si iblis putih, tapi rasanya seperti mengenai sesuatu yang keras. Setelah si iblis tidak bisa melihat apapun, dia memilih untuk melindungi dirinya sendiri dan menutupi seluruh tubuhnya dengan tembok es.

Jadi dia bener-bener ngelakuin ini!

Pedang Koutarou menghancurkan tembok es itu, tapi pedangnya tidak sampai untuk menyerang si iblis. Luka yang didapat oleh si iblis hanyalah sebagian bulunya yang terbakar oleh api dari pedang.

"Guooooooo"

Kalau dia tetap berada di dalam kegelapan, dia pasti akan terus terkena serangan. Dengan pemikiran seperti itu yang membuatnya merasa takut, si iblis mengepakkan sayapnya yang terluka dan berusaha untuk terbang.

"Satomi-kun, apa cara pakai apinya seperti itu sudah cukup bagus?"

"Kayak apa? kayak apa?"

"Maksudku itu. Aku mencoba meniru Yurika."

Maki menunjuk ke arah kemana si iblis terbang.

"Apa itu?"

"Itu awan, tapi---"

Maki rupanya sudah membuat awan besar dari sihir. Karena awan itu melayang-layang tepat di atas area yang gelap, si iblis langsung melesat masuk ke awan itu sebelum sadar bahwa ada awan itu di sana.

"---itu awan khusus yang terbuat dari minyak yang mudah terbakar."

Sesaat setelahnya, bulu si iblis yang terbakar membakar awan itu dan membuat sebuah ledakan besar.

Saat melihat ke ledakan yang hebat itu, Koutarou merasa kaget.

Apa Aika-san bener-bener ngebaca pikiranku...?

Yang membuat Koutarou kaget bukanlah ledakan itu, melainkan semua tindakan Maki selama pertarungan berlangsung.

Maki sudah menduga apa yang akan dilakukan oleh Koutarou dan membuat jalan dari sihir untuk membuat hal itu terjadi. Saat dia ingin mengejar si iblis, Maki membuat pijakan kaki untuknya. Saat dia mau menghindar dari cakaran musuh, Maki mempercepat kecepatan jatuh badannya. Saat dia mengeluhkan pedangnya yang kehilangan kekuatan, Maki menambahkan kekuatan dengan menyihir api ke dalamnya. Dan yang terakhir, ledakan besar yang terjadi di atas mereka.

Semua ini berada pada tingkatan yang berbeda dari sekedar "hebat dalam menggunakan sihir", seakan-akan Maki tahu apa yang Koutarou butuhkan dan memberinya apa yang dia butuhkan. Berkat itu, Koutarou tidak terluka sama sekali karena serangan si iblis sampai saat ledakan itu terjadi.

Di sisi lain, Maki juga merasakan kekagetan yang sama seperti halnya Koutarou.

Apa Satomi-kun betul-betul bisa membaca pikiranku...?

Maki juga kaget dengan hal-hal yang sama seperti Koutarou, karena dia sudah melakukan semua hal yang ingin Maki sarankan sebelum Maki sempat menyarankannya.

Pada saat Maki menyadari bahwa muncul kemungkinan untuk mengejar si iblis yang sudah mendarat, Koutarou sudah mengambil ancang-ancang. Saat Maki pikir dia bisa menggunakan mantra untuk mengendalikan kecepatan jatuh untuk menghindari serangan cakar si iblis, Koutarou sudah menolakkan badannya maju sebelum Maki sempat menjelaskan. Dan yang terakhir, Koutarou sudah berkata pada Maki untuk menggunakan apinya dengan baik di akhir nanti. Sebagai hasilnya, Maki membuat awan minyak. Karena si iblis tidak suka menerima serangan saat dirinya lengah, iblis itu pun melompat masuk ke dalam awan itu atas dasar keinginannya sendiri.

Sebelum si iblis bisa memberi serangan balasan, dia sudah berada di dalam sebuah ledakan besar. Maki menengadah ke langit, tapi dia tidak merasakan apapun baik untuk si iblis maupun untuk ledakan itu. Malahan, Maki justru merasakan kebebasan yang begitu besar. Dia mungkin tidak akan merasa sebebas ini meskipun dia bisa terbang dengan bebas di angkasa. Rasa bisa melakukan apapun yang dia mau telah membebaskan pikirannya. Maki selalu ingin untuk tetap bisa seperti ini.

"Hei, Aika-san, apa kamu---"

"Satomi-kun, apa kamu---"

Koutarou dan Maki akan mengatakan hal yang sama, tapi mereka berdua berhenti berbicara di saat yang bersamaan.

Mimpi semacam itu tidak mungkin terjadi.

Dan mereka berdua pun memikirkan hal itu di saat yang bersamaan.


Part 7[edit]

Setelah ledakan itu mereda dan sisa-sisanya sudah tertiup jauh, si iblis putih masih bertahan. Namun, sekujur tubuhnya sudah habis terbakar dan berubah menjadi hitam. Si iblis terus mengepakkan sayapnya yang terluka untuk mendarat. Meskipun badannya sudah penuh dengan luka, pergerakannya masih terlihat kuat.

"Vunuh, jadi lemh tapi vunuh Fadra! Tidk vunuh, aku yang dvunuh! Aku bakl ancur!"

"...Satomi-kun, kelihatannya dia masih mau bertarung", kata Maki saat melihat itu dan menggenggam tongkatnya dengan kedua tangan.

Fadra lagi...apa yang begitu ditakuti iblis itu...?

Kata itu meresahkan Maki, tapi iblis itu tidak mungkin akan menjawab meskipun ia menanyakannya. Dengan itu, Maki menyingkirkan pertanyaan itu dari benaknya dan bersiap untuk bertarung.

"Bakal lebih gampang kalau dia lebih milih buat lari..."

Semangat si iblis untuk terus bertarung pun juga sampai kepada Koutarou. Dia lebih memilih kalau si iblis kabur, tapi kelihatannya iblis itu sudah bersikeras untuk membunuh Koutarou dan Maki. Koutarou dengan enggan mengambil ancang-ancang dengan Signaltin.

"Flame Weapon, Flame Protection, Elemental Shield."

"Aika-sam, kamu mikirin sesuatu yang jahat lagi, ya kan?"

"Fufu, tapi aku suka dengan Satomi-kun yang tetap saja melakukannya."

"Kalau gitu, aku bakal mencoba memenuhi harapanmu."

Pedang Koutarou kembali membara dan dua cahaya kuning melindungi dirinya. Melihat itu, si iblis menunjukkan taringnya dan mengancam Koutarou.

"Gooooooaaaaaaa!"

"Aku serang sekarang, Aika-san!"

"Quick Cast - Acceleration"

Koutarou mulai bergerak tepat saat Maki mulai merapal mantranya, dan si iblis pun juga mulai bergerak di saat yang sama. Saat melihat pedang Koutarou yang membara, si iblis memutuskan untuk bertarung dalam jarak dekat. Kalau dia mencoba terbang seperti tadi, mungkin hal yang sama akan kembali terjadi. Pelajaran menyakitkan itulah yang didapat oleh si iblis.

"Ini dia."

Saat Koutarou berkata demikian, sebuah mantra baru menyelimuti badannya, dan kecepatan larinya meningkat drastis. Maki rupanya merapal mantra yang meningkatkan kekuatan fisiknya.

"Matiiiiiiiii!!"

Si iblis pun juga tidak sekedar berlari saja. Dia membuat potongan-potongan es dan berulangkali menembakkannya pada Koutarou layaknya senapan mesin. Dari balik rentetan serangan itu, dia mengincar Koutarou dengan cakarnya.

"Hah!"

Koutarou meluncur dari bawah serangan es itu, dan saat dia melakukan itu, si iblis menyerangnya dengan cakaran dari kedua tangannya.

"Satomi-kun, lompat!"

Koutarou mengarahkan kekuatannya ke kaki-kakinya, dan di saat yang sama, salju di bawah kakinya melayang ke atas. Biasanya, mantra itu dipergunakan untuk mengganggu keseimbangan lawan, tapi Maki menggunakan itu sebagai ketapel untuk membuat Koutarou terbang, membuat Koutarou berada di atas si iblis dari posisi meluncur dalam sekejap. Berkat itu, serangan cakar si iblis meleset.

"Gugugugu, kena kauw!"

Namun, si iblis sudah menduga kalau Koutarou akan menghindar, dan terus maju ke arah Maki dan mengabaikan Koutarou. Rupanya, dia berniat membunuh Maki yang memberikan bantuan pada Koutarou dari belakang.

"Kauw mati prtama!"

Di saat itu, pikiran Koutarou dan Maki, perkataan dan raungan si iblis yang tengah menyerang saling bercampur satu sama lain.

"Aika-san--"

"Quick Cast - Force Field!"

"---pijakan! Dan--"

Sebuah mantra pertahanan muncul di hadapan Koutarou. Dia menendang mantra itu dan berubah haluan di tengah udara.

"Nggak apa-apa! Aku--"

"Matiiiiiiiiii!!"

Namun, si iblis sudah berada di dekat Maki, dan Koutarou tidak akan pernah bisa sampai tepat pada waktunya dari posisinya saat itu. Si iblis tersenyum menikmati pembantaian yang akan dilakukannya dan mengayunkan cakarnya ke arah Maki.

"---pakai itu!"

"---udah pake!"

Koutarou muncul tepat di antara Maki dan si iblis.

"Fadraa!?"

Si iblis dengan cepat mengubah incarannya dan mengayunkan cakarnya ke arah Koutarou. Hembusan angin yang kuat pun bertiup kencang saat ayunan lengan yang kuat itu melayang ke arah Koutarou.

"Apa!?"

Namun, saat cakaran itu mengenai Koutarou, cakar itu hanya melewatinya begitu saja, seakan-akan Koutarou hanyalah sebuah ilusi.

"Bagus, No. 2!"

Maki menggunakan kesempatan itu untuk menjaga jarak antara dirinya dan si iblis. Di saat yang sama, Koutarou yang berada di depan si iblis pun menghilang. Rupanya, itu adalah ilusi Koutarou yang lebih langsing dan tampan yang dibuat oleh maki. Kalau saja dia tidak sedang berada di tengah-tengah pertarungan, si iblis pasti sudah langsung mengerti. Namun, karena momen kemunculannya yang begitu tepat, akan sulit bagi si iblis untuk mengerti. Si iblis pun tertipu dan Maki bisa membuat jarak di antara mereka.

"Sialn!"

Si iblis yang masih belum mau menyerah menjejakkan kakinya kuat-kuat dan mengejar Maki. Namun, Maki sudah merapal mantra baru untuk mencegah hal itu.

"Quick Cast - Fire Wall!"

"Kauw bodoh!"

Sebuah tembok api muncul di hadapan si iblis dan menghalanginya untuk terus maju, namun si iblis membungkus badannya dengan lapisan es yang tebal dan terus berusaha maju. Api yang dibuat oleh Maki tidak cukup kuat untuk membakar habis es itu beserta si iblis. Sebagai hasilnya, hanya es yang melindungi iblis itu saja yang mencair dan si iblis berhasil melewati tembok api itu tanpa terluka sedikitpun.

"Guhahahaha! Kali ini kauw bakl mati!"

Si iblis begitu yakin bahwa Maki akan mati. Tidak mungkin badan Maki yang kecil dapat menahan serangan yang kuat dari si iblis, dan Koutarou berada di sisi lain tembok api itu. Sebagai hasilnya, Maki justru menghalangi bantuan bagi dirinya. Dengan ilusi ciptaannya yang sudah musnah, tidak ada lagi hal yang menghalangi si iblis. Kematian Maki pun sudah tidak terhindarkan lagi.

"Guaaa!?"

Namun...

"...Biar suhunya rendah, dan kamu udah ngasih mantra pelindung, apa hal yang wajar, kamu bikin rekanmu sendiri jalan ngelewatin api? Tambah, kamu sendiri malah jadi umpan..."

"Fufufu, seperti yang sudah kukatakan. Aku suka dengan Satomi-kun yang tetap saja melakukannya."

Sebelum cakar si iblis menyentuh Maki, pedang Koutarou menembus punggung si iblis.

Semuanya rupanya adalah bagian dari jebakan buatan Koutarou dan Maki.

Maki mengurangi suhu dari tembok api buatannya dan membiarkan si iblis menembusnya. Si iblis pasti akan berpikir kalau Maki sudah menghalangi bala bantuannya, melupakan Koutarou dan hanya memusatkan pikirannya pada Maki.

Namun, karena suhu tembok api itu rendah dan Koutarou sudah dilingungi dengan Flame Protection dan Elemental Shield, dia dengan mudah melewati tembok api itu dan memberikan serangan telak pada punggung si iblis yang begitu lengah.

Kalau si iblis justru melompat melewati tembok api dan menyerang dari atas, itulah yang berbahaya bagi Maki. Alasan mengapa pedang Koutarou diselimuti oleh api adalah untuk membuat si iblis berjaga-jaga akan jebakan dari atas.

Tanpa menggunakan satu pun mantra tingkat lanjut, kerja sama yang sempurna antara Koutarou dan Maki telah menghasilkan sebuah jebakan yang mematikan.

"T-tidk mungkn, bagimana kauw hidp!? Aku vunuh kauw! Aku sudh vunuh kauw!!"

Kekuatan sihir si iblis pun musnah dan badannya berubah menjadi debu setelah Signaltin menemus badannya.

"Sialn kauw Fadra! Fadraaa! Fadraaaaaaaaaa!!"

Meskipun pedang itu sudah melemah, iblis itu tidak bisa bertahan setelah pedang itu menembus bagian tengah badannya, dan hanya dalam beberapa detik saja, iblis itu sudah berubah menjadi debu. Seperti halnya si iblis itu, debu itu pun juga berwarna putih, dan angin gunung yang kuat meniup debu itu terbang.


Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 7