Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 6 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kenangan (Bagian 2)[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 20 Desember

Hari Minggu, tepat keesokan harinya. Koutarou dan Kiriha menaiki kereta yang sama dengan kemarin dengan tujuan mereka kali ini adalah taman bermain. Koutarou pun kali ini mengikuti Kiriha juga sama seperti kemarin.

"Dasar, Sun Rangers itu....kemaren bener-bener kacau..."

Wajah Koutarou begitu kesal saat mereka semakin mendekati kebun binatang. Meskipun masih jauh, saat semakin mendekati kebun binatang, Koutarou teringat dengan para Sun Rangers dari hari sebelumnya dan itu membuat dirinya semakin kesal.

"Aku minta maaf, Koutarou"

Dengan wajah yang terlihat memelas, Kiriha tersenyum kecut sambl meminta maaf kepada Koutarou.

Sebenarnya, mereka seharusnya mengunjungi taman bermain juga kemarin. Namun, karena ada masalah dengan para Sun Ranger, mereka kehabisan waktu. Itu sebabnya Kiriha meminta maaf.

"Kiriha-san, kamu nggak perlu minta maaf. Mereka yang salah"

"Itu mungkin benar. Tapi...aku minta maaf, Koutarou"

Rambut Kiriha berdesir saat ia memiringkan kepalanya, dan senyum di bibirnya pun berubah. Itu bukan senyuman sedih yang sebelumnya, tapi senyuman bahagia.

"....Bener-bener deh, kamu itu..."

Meski kata-kata yang diucapkan Kiriha tetap sama, tapi dengan senyumannya yang berubah dan posisi kepalanya yang seperti itu membuat perasaan negatif yang ada di dalam Koutarou lenyap. Koutarou pun akhirnya kembali tenang.

"Aku anggap itu sebagai pujian"

"Silahkan aja"

Kali ini, justru Koutarou yang tersenyum kecut.

Hal seperti ini sering terjadi dari waktu ke waktu - munculnya senyuman Kiriha yang menenangkan. Hingga saat ini, Koutarou mencoba mengabaikan senyuman itu, untuk berjaga-jaga agar dia tidak terjebak rayuannya. Namun, Koutarou tidak berpikir kalau saat ini Kiriha sedang mencoba merayunya. Dengan begitu, senyuan Kiriha saat itu tertanam di dalam lubuk hatinya.

Kamu bener-bener hebat, ya...

Dan di saat itulah, Koutarou mulai merasa ragu: kenapa Kiriha dengan sengaja melakukan sesuatu yang membuatnya meragukan Kiriha. Apa dia akan mengatakan tujuan aslinya? Kalau memang begitu, dan Kiriha akan tersenyum kepada Koutarou seperti itu lagi, Koutarou mungkin akan menurut begitu saja dengan Kiriha.

"Kamu juga seorang pria yang hebat"

"Itu pujian, ya?"

"Fufufu, menurutmu sendiri?"

"Bener-bener deh, kamu itu"

Sambil berayun karena ayunan gerbong kereta, Koutarou dan Kiriha tertawa ceria di dalam gerbong itu.

"Ketemu! Mereka baru aja ngelewatin pintu masuk!"

"Kerja bagus, Sanae! Ruth, segera ikuti mereka dengan pesawat tanpa awaknya"

"Siap, Yang Mulia"

"Aku juga nemuin mereka!"

Theia, Ruth, Sanae dan Yurika sedang mengikuti Koutarou dan Kiriha kembali hari ini. Mereka menunggu di sebuah gang dimana Koutarou dan Kiriha akan terlihat keluar dari stasiun.

"10:10, mereka mulai melangkah ke arah taman bermain"

Setelah memasukkan perintah ke pesawat tanpa awak, Ruth merekam pergerakan Koutarou dan Kiriha menggunakan gelang agar bisa menceritakannya kepada Shizuka yang saat itu sedang melakukan kerja sampingan. Shizuka ingin sekali mengetahui perkembangan keadaan antara Koutarou dan Kiriha, namun dia hanya sebatas penasaran, tidak seperti empat gadis yang lain, sebagaimana layaknya seorang gadis remaja.

"Tapi, ini aneh juga ya. Hari ini sama kemaren, Satomi-san sama Kiriha-san beda dari biasanya"

"Koutarou pasti termakan oleh rayuannya"

"Koutarou itu terlalu polos sama idiot!"

"Ada banyak ksatria yang keluar dari jalan yang semestinya karena masalah yang berhubungan dengan wanita. Satomi-sama masih kekurangan kesadaran diri!"

Saat itu Koutarou dan Kiriha sedang berjalan dengan cerianya ke arah taman bermain. Namun, keempat gadis yang mengawasi mereka secara diam-diam justru merasa gelisah.

Persis seperti kemarin, Koutarou dan Kiriha terlihat semakin dekat. Keempat gadis yang sedang mengawasi mereka mempunyai komentar tentang bagaimana hubungan Koutarou dengan wanita, itulah yang membuat mereka tidak bisa tenang saat mengawasi mereka berdua.

"Mari kita pergi, Yang Mulia"

"Ya, akan menjadi masalah jika kita sampai tidak bisa mengawasi mereka. Mari kita kejar mereka segera"

"Roger!"

"Oke"

Keempat gadis itu pun mengikut Koutarou dan Kiriha, seperti kemarin.


Part 2[edit]

Hal pertama yang dilakukan Kiriha setelah mereka memasuki taman bermain adalah membawa Koutarou ke sebuah bioskop kecil. Bioskop itu menayangkan berbagai film yang berhubungan dengan acara-acara yang ada, dan saat ini bioskop itu sedang digunakan untuk mempromosikan anime yang akan disiarkan.

"Ini boleh kan?"

"Ya, boleh kok"

Setelah Koutarou membeli tiket dan pamflet, Kiriha mengangguk dengan ceria saat menerima pamflet yang diberikan Koutarou dan lalu menyentuh halaman depannya. Dia terlihat seperti sedang membelai kepala seorang anak, dan Koutarou merasa kalau Kiriha saat itu sedang mengenang sesuatu.

Dia pasti kangen banget sama sesuatu...

Koutarou pun melihat ke pamflet yang dipegangnya sendiri: "The King of Beetles, Kabutonga - versi film" tertulis di halaman depan dengan huruf-huruf yang besar.

Film itu adalah versi bioskop dari anime yang sudah ditayangkan sepuluh tahun lalu, dan sekarang ditayangkan kembali sebagai bagian promosi dari anime baru yang akan ditayangkan: " The King of Beetles, Kabutonga - Second Impact". Acara lain yang mempromosikan anime ini juga sedang diadakan di tempat lain.

Kiriha tidak mengatakan banyak hal kepada Koutarou selama dua hari ini ia menghabiskan waktu dengan Koutarou. Tapi, Koutarou memperhatikan kalau saat Kiriha berbicara, dia terkadang akan mengatakan "dulu" dan "sepuluh tahun lalu". Hal itu membuat Koutarou mulai berpikir kalau semua tempat yang mereka kunjungi selama dua hari ini berhubungan dengan masa lalu Kiriha.

Kalau itu benar, maka berarti film ini pun juga mempunyai arti yang sama. Itulah alasan kenapa Koutarou percaya bahwa Kiriha sedang mengenang sesuatu.

"Koutarou, lihat"

Di saat itu, sebuah kartu berkilap metal yang betul-betul baru, diberikan oleh Kiriha kepada Koutarou.

Kabutonga No. 1 - Kumbang Badak Jepang.

Dibawah kata-kata itu terdapat gambar seorang superhero yang memakai kostum yang didesain menyerupai kumbang yang tertulis. Kartu itu adalah kartu permainan yang bisa didapat sebagai bonus dari membeli snack, dan kartu itu populer di kalangan anak-anak di saat itu. Kartu itu dicetak ulang dan ditambahkan sebagai bonus pamflet itu.

Ini...kartu punya...

Koutarou ingat pernah melihat kartu itu. Terakhir kali dia melihatnya, kartu itu tidak terlihat sebaru itu, kartu itu sudah usang, robek, dan sudah dicorat-coret.

"Kiriha-san, bukannya ini..."

"Fufufu"

Senyuman Kiriha terlihat ceria, polos, dan di saat yang sama, terlihat rindu dengan sesuatu. Itulah senyuman terbaik yang dilihat oleh Koutarou hari itu, dan setelah melihat senyuman itu, Koutarou menjadi yakin.

Jadi, memang itu ternyata maksudnya. Berarti...

Dalam benak Koutarou, kelakuan Kiriha selama delapa bulan ini dan kejadian-kejadian yang ada selama dua hari ini membentuk suatu pola dengan aturan tertentu. Persis seperti halnya kepingan puzzle, hal-hal itu mengarah ke arah suatu jawaban. Namun, itu semua belum cukup untuk menyingkirkan keraguan Koutarou. Untuk bisa menjawab semua pertanyaan di benaknya, dia masih membutuhkan satu jawaban lagi.

"Kamu betul-betul feminim, ya"

Itulah semua yang bisa dimengerti oleh Koutarou saat itu.

"Tidak kusangka, padahal aku sudah mencoba bersikap sebagai wanita selama ini..."

"Kamu sengaja ngelakuin ini, iya kan?"

Koutarou lalu menepuk pelan dahi Kiriha dengan kepalan tangannya.

"Itu sakit, Koutarou. Apa yang sudah kamu lakukan, menyakiti wajah seorang perempuan..."

Kiriha lalu meletakkan tangannya di dahinya dan melotot ke arah Koutarou dengan sikap yang dibuat-buat. Koutarou hanya bisa menghela nafas melihat itu.

"Bercandanya berhenti dulu deh, ayo kita masuk. Filmnya udah mau mulai"

"Itu akan jadi masalah"

Namun, perilaku mereka yang seperti itu hanya berlanjut sementara saja. Mereka berdua langsung kembali tersenyum dan masuk ke bioskop yang dipenuhi oleh anak-anak.

"Bioskop, ya..."

"Ini bahaya"

"Ya, ini bahaya. Betul-betul berbahaya"

Setelah melihat Koutarou dan Kiriha yang memasuki bioskop, Sanae dan Theia saling menatap satu sama lain dengan muka yang terlihat suram dan saling mengangguk. Mereka berdua rupanya sudah menyadari bahaya yang ada.

"Kenapa? J-jangan-jangan Satomi-san mau cari untung di bagian gelap-gelapan itu terus ngerayu Kiriha-san!?"

Yurika, yang tidak sadar dengan bahaya yang dimaksud, justru kuatir tentang sesuatu yang tidak berhubungan.

"Ya nggak lah! Ada banyak bocah di sekitar mereka!"

"Masalahnya bukan dengan mereka berdua"

"Kalau gitu, apa dong?"

Yurika terlihat kebingungan saat ia memandang ke arah Sanae dan Theia. Mereka berdua pun kembali memandang ke arah yang lain di saat yang sama.

"Satomi-sama dan Kiriha-sama telah memasuki bioskop. Pesawat tanpa awak diposisikan tepat di atasnya untuk berjaga-jaga"

Mereka berdua memadang ke arah Ruth yang sedang memberi perintah ke pesawat tanpa awak. Yurika, yang mengikuti arah pandangan mereka berdua, akhirnya menyadari kalau mereka sedang membicarakan Ruth.

"...Soal Ruth, ya?"

Namun, Yurika masih belum mengerti apa hubungan Koutarou dan Yurika pergi ke dalam bioskop dengan Ruth. Dia lalu berbisik kepada Theia dan Sanae agar Ruth tidak mendengarnya.

"...Betul sekali. Tepatnya, dia punya masalah dengan kemana mereka pergi"

"...Yurika, coba lihat baik-baik tanda yang ada di depan bioskop. Tapi, jangan teriak tidak peduli apa yang kamu lihat"

Theia dan Sanae pun membalas dengan cara berbisik. Keduanya kuatir kalau Ruth akan memperhatikan tanda itu dan dengan bersikap biasa mereka bergerak ke depan Ruth untuk menghalangi pandangannya.

"Tandanya?"

Yurika berkedip, tanda bahwa dia masih belum mengerti apa yang mereka maksud sebelum akhirnya melihat ke arah bioskop. Dia lalu menyadari apa yang tertulis di tanda itu.

"Hiii!?"

Yurika lalu menutup mulutnya sendiri untuk mencegah teriakannya agar tidak terdengar. Namun, itu mungkin tidak dibutuhkan karena saking terkejutnya Yurika, dia tidak bisa berteriak lagi lebih dari itu.

'Sebuah proyek spesial untuk merayakan penyiaran "The King of Beetles, Kabutonga - Second Impact", penayangan kembali karya terhebat "The King of Beetles, Kabutonga - versi bioskop"! Bagi para orang tua dan anak-anak, silahkan nikmati bersama-sama!"

"M-Mana mungkin orang bisa nikmatin!!!"

Karena film ini dibuat sepuluh tahun lalu, film ini dibuat dengan menggunakan animasi buatan tangan, tidak seperti industri anime modern saat ini yang lebih bergantung dengan CG[1]. Yurika hanya bisa merasakan kebencian yang berasal dari senyuman sang superhero. Bagi Yurika, dia terlihat seperti setan yang merangkak muncul dari neraka sambil memegang cangkang kumbang yang bersinar yang digunakannya untuk berubah di tanganya.

"Ah, bego, kamu kekencengan!"

"Shhh! Shhh!"

"Hmmp, mhhhmm, hmmmmhmmm!!"

Theia dan Sanae langsung menerkam Yurika yang mulai membuat suara. Ruth sedari tadi melihat lewat kamera pesawat tanpa awak, jadi dia tidak tahu apa yang tertulis di tanda itu. Namun, kalau keributan itu terus berlanjut, Ruth pasti akan memperhatikan tanda itu. Itulah yang membuat Theia dan Sanae resah.

"...Berhenti berisiknya!! Kamu ngerti situasinya nggak sih!?"

"...Hmm hmm hmm"

"...Kalau kau berisik lagi, kau tahu apa yang akan terjadi, benar?"

"...Hmm! Hmm! Hmm!"

Sanae dan Theia dengan diam-diam mengancam Yurika, dan Yurika dengan cepat menganggukkan kepalanya. Mereka berdua saat itu terlihat serius, dan kalaupun posisi mereka saat itu ditukar, Yurika juga merasa kalau dia pasti juga akan seserius itu, jadi dia mengerti posisi mereka saat itu.

"Apa ada yang salah?"

Ruth, yang memperhatikan keributan itu, berbalik ke arah mereka sambil terlihat bingung karena merasa terasingkan. Mereka bertiga lalu dengan cepat memisahkan diri dan menutup tanda di depan bioskop itu.

"B-bukan apa-apa, Ruth! Kelihatannya, sebuah kerikil terjebak ke bawah sepatu Yurika! Jadi, aku berniat untuk menyingkirkan itu!"

"Betul! Bener kan, Yurika?"

Theia berencana bertahan dari situasi ini dengan berpura-pura kalau Yurika mengalami masalah kecil. Sanae dengan cepat mengerti maksud Theia dan mengikutinya.

"Eh? Emang ya?"

Sayangnya, Yurika tidak mengerti maksud Theia dan melihat ke bawah sepatunya. Tentu saja, dia tidak melihat adanya kerikil yang tersangkut di sana.

"Aku nggak ngelihat ada--"

"...Diam!"

"...Ada kok. Di pola yang deket hak"

"B-beneran?"

Setelah menerima pukulan di kepalanya, Yurika, dengan air mata yang sudah mulai muncul di matanya, melihat ke arah Ruth yang sedang kebingungan. Namun, sebelum Ruth bisa mengatakan apapun, Theia berjalan ke arahnya, menggenggam tangannya dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah bioskop.

"Mari kita pergi, Ruth"

"Yang Mulia? Apa tidak apa-apa, kita meninggalkan Satomi-sama dan Kiriha-sama?"

Theia terus melanjutkan langkahnya sambil mencoba menjauhkan Ruth dari bioskop. Di saat yang sama, dia memberi jarak di antara mereka dan Yurika.

"Tidak masalah. Hanya, tinggalkan pesawat tanpa awak itu dalam mode penjagaan sampai Koutarou keluar. Film itu mungkin akan tayang selama satu jam, dan aku tidak berniat hanya duduk disini dan menunggu"

"Tapi, bagaimana kalau mereka melakukan--"

"Itu tidak akan terjadi. Apa kau lupa, kalau mereka dikelilingi oleh anak-ana?"

"Ada benarnya juga...."

"Koutarou mungkin terlihat tidak bisa dipercaya, tapi dia tidak akan melakukan apapun yang akan merusak mimpi anak-anak"

"Begitu rupanya, itu masuk akal"

Ruth merasa resah karena mereka akan pergi, tapi setelah mendengar pendapat Theia, dia merasa puas dan lalu melangkah disampingnya.

"...Yang bener aja deh"

"Maaf, bukan maksudku"

"Kalau kamu kayak gitu lagi, nanti aku rasukin terus aku tutup paksa mulutmu"

"Jangan!!"

Sanae dan Yurika lalu mengikuti Theia dan RUth. Meskipun alasan itu adalah alasan yang dibuat-buat oleh Theia, mereka tidak bisa duduk di depan bioskop selama satu jam begitu saja.

"Hei, semuanya, kenapa kita tidak pergi ke arah rumah hantu saja, selagi kita punya waktu? Aku dengar, tempat itu benar-benar menyeramkan"

"Tidak masalah"

"Kelihatannya asyik"

"Aku nggak mau! Aku selalu sama hantu, jadi kenapa aku mau pergi ke rumah hantu!?"

Setelah berpisah dari Koutarou dan Kiriha, mereka berempat berniat untuk menikmati wahana yang ada di taman bermain itu. Masih ada sekitar dua jam sampai filmnya selesai, dengan begitu mereka punya banyak waktu untuk dinikmati.

Namun, tidak ada dari mereka yang tahu.

Tidak ada diantara mereka yang tahu acara apa yang sedang diadakan di depan rumah hantu itu.

Itu adalah sebuah tragedi yang bisa dihindari jika mereka lebih memperhatikan tanda yang ada di depan bioskop, tapi karena mereka pergi dengan terburu-buru, mereka tidak punya waktu untuk melakukan itu.


Part 3[edit]

Sementara itu, Shizuka yang pergi sendirian untuk melakukan pekerjaan paruh waktunya sedang berdiri di atas panggung memakai kostum yang menutupi badannya.

Keatletisan Shizuka yang tampak pada pertunjukan superhero minggu lalu rupanya menarik minat seorang profesional dan Shizuka ditawarkan pekerjaan paruh waktu ini. Tentu saja, pekerjaan ini pun berhubungan dengan pertunjukan superhero.

"Bubuk racun tidak mempan bagiku! Apa kau lupa kalau badanku terbuat dari metal!? Menyerap kemampuan Madame Butterfly adalah sebuah kesalahan, Scarab King!"

Shizuka menggerakkan badannya mengikuti suara superhero yang keluar dari speaker.

Aktingnya harus berlebihan...

Meskipun Shizuka sudah disuruh untuk berakting berlebihan saat dia berlatih untuk drama Blue Knight pada bulan November, pertunjukan superhero ini membutuhkan akting yang lebih lagi. Karena helm yang menutupi wajahnya, dia harus membuat gerakan-gerakan yang lebih dramatis lagi agar mudah dimengerti.

Shizuka lalu menunjuk ke arah kostum kumbang besar yang ada di depannya. Kemudian, suara pria yang cukup berat keluar dari speaker, seakan sudah menunggu tanda dari Shizuka.

"Memangnya kenapa, Kabutonga No. 1!!! Kalaupun itu tidak mempan buatmu, bagaimana dengan orang-orang di sekitarmu!?"

Sementara suara itu masih terus keluar dari dalam speaker, si kumbang - Scarab King terus menggerakkan kaki dan tangannya. Menggerakkan badan sementara seseorang sedang berbicara adalah hal penting bagi baik para pahlawan maupun penjahat dalam pertunjukan itu.

"Gawat, jadi itu tujuanmu!?"

Dengan berakting seakan-akan dia betul-betul terkejut, pemain-pemain tambahan pun mulai mengelilingi Shizuka. Mereka adalah orang-orang yang sedang dipengaruhi oleh bubuk racun Scarab King.

"Sialan, dasar kau pengecut! Lawan aku dengan adil!"

"Tidak akan! Istilah 'adil' hanya alasan untuk membuatmu lebih unggul!! Itu, kalau bukan hal yang lain lagi, adalah pengecut yang sesungghnya, Kabutonga No. 1!!"

"Sialan kau, Scarab King! Kau hanya berbakat dalam strategi dan kata-kata!!"

Para pemain tambahan mulai mendekat dan memberi tekanan ke arah Kabutonga No. 1. Kabutonga No. 1 adalah pahlawan keadilan, maka dari itulah dia tidak bisa menyerang mereka yang sedang dalam pengaruh Scarab King.

"Jangan kuatir, No. 1!"

"Serahkan saja mereka kepada kami!"

Tepat saat itulah para Kabutonga baru muncul di atas panggung. Tanduk dan badan mereka lebih besar dari No. 1. Merekalah rekan seperjuangan No. 1, Kabutonga Hercules dan Kabutonga Atlas.

"Rupanya kalian datang, Hercules! Atlas!"

Kabutonga No. 1 yang diperankan oleh Shizuka mengambil motif kumbang Jepang sebagai desain kostumnya, itulah sebabnya badannya lebih kecil dibandingkan dengan Hercules dan Atlas, yang dalam kata lain membutuhkan aktor yang berbadan kecil. Shizuka terpilih karena badannya yang kecil dan aktingnya yang hebat di pertunjukan superhero sebelumnya.

"Stag-man membuat penangkal bubuk racunnya. Jadi, serahkan saja ini pada kami!"

"No. 1, kamu maju kalahkan Scarab King!"

"Maaf, mohon bantuannya! Hoooo!"

Shizuka lalu bergerak melewati pemain-pemain tambahan dan maju mendekati Scarab King mengikuti naskah. Sebelum ada Shizuka, pihak pertunjukan belum menemukan orang yang bisa melakukan gerakan segesit itu. Dengan begitu, Shizuka betul-betul mewujudkan impian sang manajer pertunjukan.

"Sialan kau, Stag-man! Si penghianat itu!?"

"Scarab King, ambisimu berakhir disini!"

Shizuka lalu meloncat menggunakan momentum berlarinya. Kenyataannya, ada trampolin yang disembunykan disana yang tidak bisa dilihat dari depan panggung. Shizuka lalu menggunakan trampolin itu untuk membuat lompatan besar dan melayang ke arah Scarab King, dan mendarat dengan kaki lebih dulu.

"Kabutonga Kiiiiiiick!!"

Sebelum tendangan itu betul-betul mendarat, kembang api dan asap menyala di panggung itu. Dengan menggunakan cahaya dan asap sebagai penghalang, Scarab King mengelak dari tendangan itu dan membuat Shizuka mendarat di matras yang berada di belakang Scarab King. Akan menjadi masalah bagi kedua aktor kalau Shizuka betul-betul mendaratkan tendangan itu.

Anak-anak yang menonton pun bersorak. Bagi mereka, Kabutonga Kick itu membuat Scarab King meledak.

"Kerja bagus, Shizuka-chan"

"Ahaha, terima kasih banyak!"

Scarab King lalu memanggil Shizuka sambil berusaha berdiri dengan cepat dan kembali ke posisinya. Dia lalu meletakkan tangannya di dadanya dan berjongkok, sementara Shizuka berpindah dan berdiri di depannya. Setelah beberapa detik, asap yang ada menghilang dan mereka berdua bisa terlihat lagi.

"S-sial, kau hebat, Kabutonga No. 1....tapi, kau tidak menang menggunakan kekuatanmu sendiri! Aku kalah dari Stag-man, tidak, aku kalah karena teknologi kita sendiri!"

"Itulah dimana kau salah, Scarab King!"

Shizuka lalu mengayunkan tangan kanannya dengan lebar dan lalu meletakkannya di dadanya.

"Kau kalah dari keadilan yang mulai tumbuh di dalam hati Stag-man!"

"Keadilan...aku tidak terima...aku tidak akan menerima ini...hal seperti itu..."

Scarab King dengan perlahan tumbang.

"Aku tidak akan kalah...."

Tangannya yang berusaha menggapai Kabutonga No. 1 jatuh ke lantai sebelum sampai. Itulah saat terakhir sebuah kejahatan besar yang sudah dikalahkan. Akting yang hebat seperti itu adalah akting yang hanya bisa dilakukan seorang veteran yang sudah memerankan seorang penjahat selama beberapa dekade.

"Aku akan kembali....tidak perduli berapa kali pun..Kabutonga, yang kau lakukan..semuanya sia-sia...wahahahahaha...haha...ha..."

Suara tawa Scarab King semakin mengecil, sampai akhirnya menghilang bersamaan dengan kematiannya. Orang-orang yang ada terselamatkan dengan penangkal racun, dan ceritanya berakhir dengan bahagia.

Namun, tepat di saat itulah sesuatu yang tidak terduga justru terjadi.

"Uwaaa!?"

"A-apa-apaan cewek ini!?"

Tiba-tiba, aktor yang memerankan Atlas dan Hercules berteriak. Karena ada pengisi suara yang bertugas mengisi suara bagi para aktor yang berada di atas panggung, mereka yang ada di atas panggung dilarang untuk berbicara atau bahkan berteriak. Saat Shizuka membalikkan badannya, dia melihat Kabutonga Atlas melayang di udara.

Aktor yang memerankan Atlas berbadan besar, dan kostum yang dipakainya pun tidak kalah besar dan berat. Saat dia terjatuh ke atas lantai, suara dentumannya ternyata cukup keras, sampai membuat anak-anak yang menonton pun khawatir. Atlas tidak bergerak sedikitpun setelahnya.

“Jadi disini kau rupanya...Hercules-cha~n...”

Kemudian, tampaklah seorang gadis yang membawa sebuah pemukul lalat raksasa, yang membuat Atlas melayang seperti tadi.

“Itu-!?”

“Aku jadi khawatir karena aku sudah lama tidak melihatmu...”

“R-Ruth-san!!”

Dialah Ruthkania Nye Pardomshiha, gadis yang akrab dengan Shizuka.

“...khawatir kalau kau mungkin berkembang biak entah dimana!!”

Mata Ruth terlihat sama seperti predator yang berbahaya. Dia sudah menangkap mangsanya dalam pandangannya dan menggenggam erat pemukul lalat raksasa miliknya dengan kedua tangannya. Mangsanya selanjutnya adalah Kabutonga Hercules. Rupanya, Ruth naik ke atas panggung untuk membuat dunia bersih dari para kumbang jahat(?).

“Sudah kuduga, jumlahmu bertambah, Hercules-chan!! Bahkan kau jadi sebesar ini!!”

“A-apa!?”

Kabutonga Hercules hanya bisa terdiam karena tidak bisa mencerna situasi yang ada. Dia mengira kalau Ruth adalah pemeran tambahan, sampai-sampai dia lupa dengan peran yang harus dilakukannya. Kabutonga Hercules lalu melihat ke arah manajer pertunjukan untuk mencari bantuan.

“Kesempatan!”

Ruth, yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung berlari mendekat.

“Betapa bodohnya!! Untuk menjadi lengah seperti itu!”

“Gawat!”

Shizuka dengan cepat ikut berlari ke arah Kabutonga Hercules untuk bisa menghentikan Ruth.

‘’Aku tahu ini bakal terjadi kalau aku sampai ngejelasin detail kerja paruh waktuku, jadi kenapa Ruth bisa ada disini!?’’

Saat berhadapan dengan kumbang, sifat kalem dan damai Ruth yang biasanya akan langsung berubah menjadi kejam. Itu karena dia memiliki kenangan buruk yang berhubungan dengan kumbang, kenangan yang meninggalkan luka dihatinya yang bisa membuat dirinya menjadi gila kapanpun dia berhadapan dengan kumbang.

Shizuka yang mengetahui hal itu merahasiakan detail pekerjaan paruh waktunya dari Koutarou dan yang lainnya. Kalau sampai Shizuka mengatakan kalau dia akan tampil dalam pertunjukan tentang kumbang, sudah jelas Ruth pasti akan pergi ke sana. Pilihan paling aman baginya adalah untuk tidak mengatakan hal itu pada Ruth.

Meskipun begitu, saat ini Ruth berada di tempat itu dan mengincar Hercules. Dengan situasi seperti sekarang ini, Shizuka harus melakukan sesuatu atau nyawa Hercules akan berada dalam bahaya.

“Minggir!”

“Woah!?”

Shizuka mendorong Hercules menjauh dan berhadapan dengan Ruth. Aktor Hercules tidak tahu betapa berbahayanya Ruth dalam keadaannya saat ini. Jika hal ini terus berlanjut, Hercules akan kehilangan kesadaran bahkan sebelum dia tahu apa yang terjadi padanya. Jadi, satu-satunya cara untuk melindunginya, bagi Shizuka, adalah untuk berhadapan dengan Ruth secara langsung.

“Fu, fufu, ada kumbang lagi yang muncul...fufufu, tidak kusangka kau mau maju dengan sendirinya...”

“Ruth-san, sadarlah! Ini aku, Shizuka!”

“Aku sadar. Aku hanya melakukan apa yang menjadi tradisi dan harga diri seorang Pardomshiha harus lakukan”

Ruth lalu mengayunkan pemukul lalatnya.

“Yaitu membasmi kalian para kumbang!”

Rokujouma V6 213.jpg

"Cepatnya!?"

Shizuka menangkap gagang pemukul lalat itu dengan tangan kirinya. Meskipun yang ditangkapnya bukan bagian ujung dari pemukul itu dan kostumnya yang tebal menyerap tenaga pemukul itu, serangan yang dilancarkan Ruth tetap menghasilkan dampak yang kuat.

"Ini gawat, No. 1! Kelihatannya penangkal racunnya tidak bekerja untuk gadis itu! Kau harus bisa membuatnya kehilangan kesadaran tanpa melukainya!"

Suara Hercules tiba-tiba muncul dari dalam speaker, yang menyatakan kalau penangkal racunnya tidak bekerja pada Ruth dan bahwa Ruth sedang mematuhi perintah Scarab King dengan menyerang para Kabutonga. Manajer pertunjukan rupanya memutuskan untuk melanjutkan pertunjukannya untuk bisa bertahan dari situasi ini, dan dia meminta pada Shizuka secara tidak langsung untuk menang.

"Memangnya gampang!?"

Shizuka hanya bisa mengeluh sambil terus menahan hujan serangan dari Ruth.

Dengan menggunakan pemukul lalat, siku, tendangan dan ayunan tangan, Ruth terus menyerang Shizuka dengan gerakan-gerakan yang tajam. Pikirannya yang sudah menjadi-jadi sudah mengambil alih kendali badannya sepenuhnya, membuat Ruth berubah menjadi mesin tempur yang tidak kenal ampun.

Yang bisa dilakukan Shizuka saat itu hanyalah menahan semua serangan Ruth. Dia hanya menyerang dengan cepat berdasarkan intuisi, ditambah saat itu Shizuka sedang memakai kostum Kabutonga yang membuatnya susah untuk bergerak maupun menyerang. Adalah sebuah mujizat baginya untuk bisa membuat Ruth pingsan tanpa terluka dalam situasi ini.

"Tolong berhenti bergerak, aku akan membuat ini semua cepat bagimu!"

"Kyaaaa!?"

Pemukul lalat Ruth mengayun tepat di bawah hidung Shizuka. Serangan itu hampir mengenainya, membuat Shizuka gemetar ketakutan.

"Nggak mungkin kalau terus begini! Aku bakal serius ya, Ruth-san! Tolong jangan benci aku!"

"Benci!? Tentu saja! Dadaku terbakar api kebencian untukmu!!"

Ruth terus melanjutkan serangan-serangannya yang cepat, sementara Shizuka menghindarinya dan mengubah kuda-kudanya, menjadi kuda-kuda miliknya sendiri dan bukan kuda-kuda Kabutonga.

"Berhenti bergerak!!"

"Satomi-kun, nanti kamu mesti beliin aku sesuatu yang bagus!"

Shizuka lalu menarik nafas dan mulai mendekat ke arah Ruth.

"Kau mau merayu Satomi-samaku sampai sejauh itu!?"

Ruth, yang mendengar kata-kata itu, kembali teringat dengan kenangan buruknya. Dia teringat bagaimana rasanya saat Koutarou memeluknya, dan saat Koutarou membisikkan nama kumbang itu. Ruth merasakan keputusasaan yang mendalam.

Aku tidak akan memperbolehkan Satomi-sama memilih kumbang daripada aku lagi! Aku betul-betul tidak akan membiarkan itu!

Ruth tidak bisa memikirkan keanehan dimana Kabutonga No. 1 bisa menyebutkan nama Koutarou. Dia hanya berusaha dengan susah payah untuk menjaga apa yang berharga baginya dicuri darinya.

"Tidaaaaaaaaaaaaaak!!"

Ruth berteriak sekuat tenaganya dan mengayunkan pemukul lalatnya. Pemukul lalat itu menebas udara dengan suara yang keras, dan memiliki segenap kekuatan Ruth dari semua serangan yang dilancarkannya hari ini.

"Ini!? Tapi!!"

Namun, Shizuka menangkis serangan itu ke kiri tepat di detik terakhir dan menggunakan momentum gerakannya untuk menyerang Ruth dengan bauh kanannya.

"Agh"

Serangan itu mengenai Ruth tepat di perutnya, mengeluarkan udara dari paru-parunya dan membuat badannya menjadi kaku.

"Sip!"

Shizuka, yang bisa merasakan kalau serangannya mengenai sasarannya dan yakin bahwa dia sudah menang, berhenti bergerak. Badan Ruth pun mulai miring.

"S-sialan kalian, para k-kumbang..."

Sesaat setelahnya, Ruth jatuh pingsan. Namun, rasa dendamnya untuk para kumbang masih bertahan hingga detik-detik terakhir. Setelah memastikan kalau Ruth sudah kehilangan kesadaran, Shizuka akhirnya bisa berisitirahat.

"Fiuh...kalau Satomi-kun nggak beliin aku satu, dua kue, itu nggak akan sebanding sama ini.."

Sambil mulai menggendong Ruth, Shizuka tersenyum kecut.


Part 4[edit]

Setelah selesai menikmati makan siang sehabis menonton film, Koutarou dan Kiriha mengunjungi wahana-wahana yang ada di taman bermain itu. Komidi putar, cangkir putar, rumah hantu dan rumah kaca, itulah wahana-wahana yang dikunjungi Koutarou dan Kiriha, yang ditujukan untuk anak-anak. Namun, karena dia sudah mulai mengerti, Koutarou tidak protes sedikitpun.

Daripada nganggap dia cewek yang seumuran, lebih pas kalau nganggap dia itu anak kecil...

Itulah yang ada di pikiran Koutarou mengenai Kiriha pada hari ini, dan dia tidak salah. Kiriha saat itu menunjukkan senyuman bagaikan anak kecil saat dia menikmati berbagai wahana yang ada. Kemarin, Koutarou sempat ragu karena senyuman itu, tapi sekarang dia sudah bisa tertawa ceria bersama Kiriha. Itu karena Koutarou sudah tahu kalau ada sesuatu yang berharga bagi Kiriha di balik senyumannya itu.

"Koutarou, ayo kita naik itu selanjutnya!"

"Kincir ria ya? Oke, ayo"

"Ya!"

Tepat saat Kiriha menunjuk ke arah kincir ria, Koutarou sudah berlari lebih dahulu, dan Kiriha pun dengan cepat mengikutinya. Hari ini, Koutarou pun juga bertingkah kekanakan seperti halnya Kiriha. Keduanya lalu berlomba menuju kincir ria dan tepat saat mereka sampai di pintu masuk wahana itu, antrian yang ada baru saja menjadi kosong.

"Koutarou"

"Ya"

Keduanya lalu saling mengangguk dan tersenyum kepada satu sama lain. Mereka lalu melewati gerbang masuk wahana dan masuk ke dalamnya.

Kincir ria di taman bermain ini begitu besar, dan juga yang paling besar di perfektur ini saat taman ini diresmikan sepuluh tahun lalu. Jadi, saat mereka berada di dekat bagian bawah kincir, hanya melihat ke atas kincir saja membuat mereka harus mendongakkan kepala mereka.

"Aku sudah bertambah tinggi..."

Kiriha terlihat mengenang sesuatu saat dia melihat ke arah kincir ria. Dulu, saat dia berdiri di sini, dia tidak bisa melihat puncak wahana itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Kiriha telah tumbuh dan bisa melakukan itu sekarang.

"Kiriha-san"

Kiriha lalu menurukan kepalanya setelah mendengar suara Koutarou, yang sudah berada di depan gondola kincir memanggilnya. Di belakangnya ada petugas yang telah membuka pintu gondola dan menunggu mereka.

"Ah, maaf"

Kiriha lalu berlari ke arah si petugas dan Koutarou sambil meminta maaf.

Sekarang kalau kuingat lagi, hal yang sama terjadi waktu itu.

Kiriha teringat dengan dirinya yang dulu: dia melihat ke puncak kincir ria dengan pandangan berbinar-binar, dan pria yang bersamanya memanggilnya.

"Kii-chan"

"Maaf, aku datang!"

Pria itu berumur sama dengannya saat ini. Karena waktu itu Kiriha masih sangat muda, dia tidak bisa mengingat wajah pria itu. Namun, dia bisa mengingat dengan jelas bahwa dia mencintai pria itu, hingga saat ini.

"Eii!"

Saat Kiriha mendekati pria itu, dia menarik tangan pria itu ke arahnya dan melompat ke arah gondola. Kiriha tersenyum jahil setelah mengingat itu sambil menatap ke arah Koutarou.

"Eii!"

"Ah, hei"

Karena kenangannya barusan, dia menggenggam tangan Koutarou dan melompat ke dalam gondola.

"Bahaya, tahu"

Tepat di saat itu, suara Koutarou dan pria dari dalam kenangannya saling menutupi. Koutarou dan pria itu menegurnya dengan cara yang sama.

Onii-chan...

Kenangan sepuluh tahun miliknya berubah menjadi air mata dan mengalir keluar.

"Fu, fufu, fu...maafkan aku..."

Petugas yang berada di luar lalu menutup pintu gondola dan menguncinya. Gondola yang dirawat dengan baik itu pun mulai naik tanpa membuat suara sedikitpun. Namun, Koutarou sedang kebingungan dengan sikap Kiriha dan tidak memperhatikan hal itu.

"Kiriha-san...?"

Sinar matahari yang bersinar melewati jendela gondola membuat air mata yang mengalir di pipi Kiriha terlihat berkilauan. Melihat itu, Koutarou hanya bisa terdiam di hadapan keindahan pemandangan di hadapannya.

"Koutarou..."

Kiriha menggenggam erat kedua tangannya di depan dadanya, sambil terus merasakan perasaan yang saat itu sedang mengalir deras dari dalam dirinya.

Aku masih betul-betul mencintai orang itu...

Kiriha, yang sudah menghabiskan waktunya kemarin dan hari ini ke tempat-tempat yang penuh dengan kenangan baginya, akhirnya mendapatkan suatu kesimpulan. Dia merasa bahwa dia perlu mengatakan kepada Koutarou tentang kesimpulan yang didapatnya.

"Koutarou, ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu"

Dengan masih meletakkan tangan kirinya di depan dadanya, Kiriha menghapus air matanya dengan tangan kanannya. Tapi, air mata masih saja mengalir membasahi pipinya. Kiriha akhirnya menyerah dan kemudian tersenyum ke arah Koutarou.

"Nggak apa-apa, kamu nggak harus bilang kok"

Kiriha ingin mengatakan kepada Koutarou tentang apa yang telah dipikirkannya selama seminggu ini. Namun, setelah menemani Kiriha pada hari ini dan kemarin, Koutarou merasa kalau dia tidak perlu mendengarkan apa yang harus dikatakan Kiriha. Selama dua hari itu, Koutarou menjadi yakin kalau Kiriha tidak akan melakukan suatu hal yang buruk.

"Dengan semua yang udah terjadi, aku rasa kamu nggak perlu ngomong"

Koutarou tersenyum, tanda bahwa dia sudah mengerti. Meskipun Kiriha mungkin akan menginvasi permukaan, Koutarou tahu Kiriha tidak akan melakukannya dengan cara yang kejam.

Alasannya adalah karena masa lalu Kiriha, yang kemungkinan berhubungan dengan tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi selama dua hari ini. Tapi, karena tempat-tempat itu begitu istimewa dan merupakan bagian dari kenangan yang penting, Koutarou tidak mau memaksakan Kiriha untuk membicarakan hal itu.

"Tidak, tolong dengarkan. Kau berhak untuk itu"

Namun, Kiriha menggelengkan kepalanya dan menatap lurus ke arah Koutarou.

"Terlebih lagi, aku ingin mau mendengarkan. Kaulah satu-satunya temanku disini di permukaan. Aku ingin kau tahu keinginanku"

Kata-kata Kiriha terdengar berat, yang mungkin mengandung sesuatu yang berhubungan dengan cahaya yang berada jauh di dalam matanya, yang menunjukkan kepercayaannya dan rasa persahabatannya untuk pertama kalinya. Hal itu betul-betul mengguncang perasaan Koutarou, membuat Kiriha mendapat tempat di dalam hatinya.

"Kalau kamu udah bilang aku temen, aku nggak punya pilihan lain kecuali ngedengerin"

"....Terima kasih, Koutarou..."

Delapan bulan sudah berlalu semenjak Koutarou pertama kali bertemu Kiriha...

...dan keduanya akhirnya menjadi teman.


Part 5[edit]

"Darimana aku harus mulai..."

Sembari mengatakan itu, Kiriha kembali menghapus air matanya. Sekarang, air matanya sudah berhenti dan jejak alirannya sudah terhapus dari pipinya.

"Dari manapun nggak masalah, iya kan? Kita juga nggak lagi buru-buru"

"Benar juga. Kalau begitu, mari kita mulai dari awal"

Sambil menatap lurus ke arah Koutarou, Kiriha mulai berbicara. Koutarou membetulkan sikap duduknya dan menghadap ke arah Kiriha.

Gondola yang mereka tumpangi dengan pelan terus bertambah tinggi dan sudah setengah jalan menuju puncak kincir ria. Di ketinggian ini mereka bisa melihat gedung-gedung, dan pemandangan yang berada di tempat yang jauh pun bisa terlihat. Karena hari itu sudah beranjak sore, pemandangan yang ada cukup meninggalkan kesan.

"Sepuluh tahun lalu, aku bertengkar dengan ayahku dan kabur ke permukaan"

"Kamu berantem? Nggak kebayang kamu bakal berantem"

Meskipun Kiriha mengatakan bahwa dia bertengkar dengan ayahnya, Koutarou tidak bisa membayangkan Kiriha akan menjadi emosional. Dia tidak pernah melihat itu terjadi selama delapan bulan ini.

"Sepuluh tahun lalu, aku masih anak-anak. Bukannya aku orang dewasa yang ada di dalam badan anak-anak"

"Oh iya, bener juga"

Meskipun saat ini dia terlihat dewasa, Kiriha juga dulunya merupakan seorang anak-anak. Koutarou justru menganggap aneh hal yang sudah jelas seperti itu, dan itu membuatnya tertawa. Kiriha pun tersenyum kecil melihat itu, dan membuat suasana serius di antara mereka menjadi sedikit lebih santai.

"Terlebih lagi, sepuluh tahun lalu adalah saat ibuku meninggal, dan itu merupakan saat yang sangat berpengaruh bagiku. Aku bertengkar dengan ayahku karena hal yang sepele dan kabur dari rumah"

"Aku ngerti kok, gimana rasanya"

"Benar juga...kamu juga kehilangan ibumu"

Baik Koutarou maupun Kiriha sudah kehilangan ibu mereka, dan mereka saling mengerti bagaimana yang merasakan hal itu. Terlebih lagi karena mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai teman, itu membuat rasa mengerti di antara mereka berdua semakin dalam.

"...Bagaimanapun juga, setelah kabur dari rumah, aku pergi ke tempat dimana aku dilarang untuk pergi: ke permukaan tanah"

Meskipun Kiriha saat itu menatap ke arah Koutarou, dia juga saat itu sedang melihat ke arah masa lalunya, sepuluh tahun lalu saat dia lari dari rumah.

"Dan di saat itulah aku bertemu dengan orang itu"

"Siapa?"

"Dia pria yang berumur sama dengan kita saat ini. Aku tidak ingat namanya, aku yakin dia sudah mengatakannya kepadaku, tapi yang bisa kuingat adalah aku memanggilnya dengan sebutan onii-chan"

Hal yang terpenting bagi Kiriha adalah pertemuannya dengan seorang pria di permukaan.

"Ahaha, jadi kamu dulu bisa imut begitu ya"

Koutarou tidak bisa membayangkan Kiriha yang menggunakan panggilan 'onii-chan' di saat sekarang ini. Dia menganggap itu hal yang lucu dan tertawa keras.

"Kamu mengatakan itu seperti menganggap aku tidak imut sekarang"

"Ya, itu yang aku pikir sampai kemarin"

"Bagaimana dengan hari ini?"

"Hebatnya, kamu masih punya sisi imut itu"

"Kamu tidak usah mengatakan hebat seperti itu"

Kiriha merajuk dan merasa tidak puas dengan itu. Karena rajukan itu justru membuatnya semakin imut, Koutarou mulai tertawa lagi.

"Bagaimanapun juga"

Kiriha menghela nafas sejenak dan kembali bersikap biasa.

"Orang itu cukup kekanakan, baik, humoris, dan dia bahkan mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh seorang anak-anak sepertiku"

"Hmm..."

Kiriha, yang merasa rindu dan bahagia, melanjutkan bicaranya. Dari caranya menggambarkan orang itu, kelihatannya Kiriha betul-betul mencintai pria itu. Koutarou hanya bisa merasa sedikit iri.

"Dia mirip denganmu, Koutarou"

"Wah, nggak nyangka bakal dipuji kayak gitu"

"Kalau tidak, aku mungkin tidak akan mengatakannya kepadamu"

"Jangan ngomong langsung gitu dong..."

Koutarou merasa malu dan pipinya langsung bersemu merah. Dia tidak bisa tenang saat seorang wanita memujinya langsung dihadapannya.

"Kalau tidak, kamu tidak akan merasa terganggu seperti itu, benar?"

"Jadi itu maksudnya"

"Fufu"

Koutarou tersenyum begitu dia mengerti maksudnya. Dia selalu dijahili oleh Kiriha seperti ini, tapi entah mengapa, dia tidak begitu memikirkan itu hari ini.

"...Dan lalu aku menghabiskan beberapa hari dengan orang itu. Karena aku masih anak-anak, aku begitu serakah, dan yang kulakukan hanyalah membuat masalah baginya"

"Kamu serakah sih masih nggak berubah dari dulu"

"Koutarou"

"Aku cuma bisa kasihan sama orang itu"

Koutarou, yang sudah sering dijahili oleh Kiriha, merasa aneh saat Kiriha mengatakan bahwa dirinya serakah saat dia masih anak-anak. Kalau sekarang ini dia tidak serakah, seberapa serakahnya dirinya saat masih anak-anak dulu?

"Aku merasa aneh...kenapa harus hari ini..."

Kiriha hanya bisa tersenyum kecut, mengingat biasanya dirinyalah yang akan bersenang-senang menjahili Koutarou, tapi hari ini yang terjadi justru sebaliknya. Biasanya Kiriha akan membuat Koutarou kewalahan, tapi kali ini Koutaroulah yang membuat Kiriha kewalahan.

Tapi aku tidak harus memikirkannya. Bukannya aku tidak merasa tidak nyaman...

Perubahan ini terjadi karena baik Koutarou maupun Kiriha telah saling menerima satu sama lain masuk ke dalam rongga hati mereka yang dalam, namun Kiriha masih belum menyadari hal itu. Tidak sadar, namun merasa nyaman, itulah yang membuat Kiriha tidak begitu memikirkan hal itu. Nyatanya, dia justru merasa bahagia.

"Aku pergi mengunjungi berbagai macam tempat bersama orang itu. Kami bermain di taman, atau berbelanja di kota. Dia bahkan membawaku pergi ke kebun binatang dan taman bermain"

Kiriha lalu melihat ke arah taman bermain dan kebun binatang melalui jendela gondola dan teringat dengan berbagai kejadian yang terjadi kemarin dan hari ini, membuat kenangannya dari sepuluh tahun lalu saling berpapasan dengan apa yang dilihatnya.

"Kebun binatang sama taman bermain ya, jadi kamu..."

"Benar, Koutarou. Aku membawamu menemaniku ke tempat-tempat kemana aku pergi bersama orang itu"

Kiriha mengangguk e arah Koutarou dan menarik keluar sebuah kartu dari dalam sakunya. Kartu yang sudah usang itu sudah tercoret dengan spidol permanen. Melihat itu, Koutarou juga menarik keluar kartu yang didapatnya dari pamflet. Kartu yang didapatnya sama dengan yang dimiliki Kiriha. Namun, tidak seperti milik Kiriha, kartu miliknya masih baru dan mengkilat.

"Aku mendapat kartu ini dari orang itu. Mendapat kartu ini membuatku begitu bahagia...jadi aku juga membuat dia membawaku ke bisokop juga..."

Kiriha menatap menembus kartu di tangannya dengan lembut, ke arah seseorang yang berada di sisi lain kartu itu.

Kartu itu sendiri adalah bonus membeli paket jajanan saat pemutaran perdana film Kabutonga sepuluh tahun yang lalu. Kiriha sudah menjaganya selama sepuluh tahun ini, karena dia terus menatap lembut orang yang berada di balik kartu itu.

"...Kamu cinta dia, iya kan?"

Koutarou teringat bahwa Kiriha mengatakan itu saat mereka menghabiskan liburan musim panas mereka di laut. Dia mengatakan bahwa dia mendapatkan kartu itu dari orang yang dicintainya saat dulu.

"Ya. Dia adalah cinta pertamaku"

Dengan pelan, Kiriha menelusur permukaan kartu itu dengan jarinya.

Tentu aja itu berharga, kalau dapetnya dari cinta pertama....

Koutarou, yang melihat Kiriha dengan pelan mengelus kartu itu, mengerti makna dibalik senyum lembutnya yang akan ditunjukkannya dari waktu ke waktu.

Dulu saat di laut, Koutarou masih belum mengerti makna dibalik cinta milik Kiriha. Namun, sekarang dia sudah mengerti bahwa itu adalah rasa cinta Kiriha terhadap orang yang betul-betul dikasihi olehnya.

"Tapi, hari-hari menyenangkan itu hanya sebentar saja"

Senyuman Kiriha pun menghilang dan dia menurunkan bahunya dengan sedih.

"Kenapa?"

"Mereka datang menjemputku. Karena aku sudah kabur dari rumah"

"Oh iya, kamu anak orang terhormat ya"

Dengan kaburnya Kiriha, yang merupakan anak perempuan dari kepala klan, tentu saja akan menyebabkan seluruh klan pergi untuk mencarinya. Sebagai hasilnya, Kiriha dibawa kembali menuju bawah tanah, terpisah dari cinta pertamanya.

"Itulah bagaimana aku terpisah dari orang itu. Sejak itu, aku tidak diperbolehkan untuk pergi ke permukaan, jadi aku tidak bisa bertemu dengannya lagi"

"Tapi kamu mau ketemu lagi, iya kan?"

"Tentu saja. Mungkin aku masih muda, tapi aku betul-betul serius ingin menikahinya"

Kiriha, meski masih terlihat sedih, tertawa sedikit.

Cinta pertama Kiriha yang terjadi saat dia lari dari rumah berakhir di saat yang sama ia dibawa kembali pulang. Sepuluh tahun lalu sudah berlalu semenjak hari-hari yang pendek itu, tapi Kiriha tidak pernah melupakannya, bahkan satu hari pun. Perasaannya pun tertuang ke dalam kartu yang dipegangnya saat itu.

"Itulah mengapa aku maju menjadi komandan saat diputuskan bahwa kami akan menginvasi permukaan"

"Apa!?"

Saat dia mendengarkan kata-kata Kiriha selanjutnya, Koutarou menjadi kaget. Setelah mendengar cerita Kiriha, bahkan Koutarou sekalipun mengerti alasan sebenarnya kenapa Kiriha datang ke permukaan, dan itu membuat Koutarou terdiam.

"Jadi, kamu menginvasi permukaan cuma biar kamu bisa ketemu sama cinta pertamamu!?"

"Itu benar"

Kiriha pun mengangguk, tanda bahwa tebakan Koutarou benar.

"Itulah mengapa invasi ini harus berjalan dengan damai. Aku tidak bisa menyalakan api peperangan di kota dimana orang itu hidup"

Kiriha menginvasi permukaan untuk menemukan cinta pertamanya, karena jika dia tidak punya tujuan invasi, dia tidak akan dibiarkan untuk pergi ke permukaan. Tentu saja, kalau Kiriha sampai membuat masalah dengan orang-orang di permukaan, pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya akan berakhir dengan tragis. Itulah mengapa Kiriha harus menjalankan invasinya dengan damai.

"Tunggu dulu. Pas kamu pertama muncul, bukannya kamu bilang buat nyerahin kamar 106 biar kamu bisa bikin senjata besar-besaran?"

Saat Koutarou pertama kali bertemu dengan Kiriha, dia mengatakan bahwa dia ingin membangun sebuah kuil di kamar 106 agar dia bisa membuat senjata energi spiritual dengan jumlah besar seperti Karama dan Korama. Itu tentu saja berlawanan dengan apa yang dikatakan Kiriha barusan.

"Kenyataannya, itu hanya semacam taruhan"

"Taruhan?"

"Kalau aku mengatakannya seperti itu, aku berharap kalau kamu akan menolak"

"Gitu toh, jadi itu sebabnya!"

Koutarou selalu merasa ragu kalau Kiriha sebenarnya ingin mencuri kamar 106 darinya atau tidak. Ternyata itulah kebenarannya, bukan sekedar kesalahpahaman belaka.

"Aku perlu penolakan darimu. Kalau kuilnya selesai dibangun dalam tahapan awal, faksi radikal akan langsung maju untuk menginvasi menggunakan kekuatan militer. Perang melawan orang-orang permukaan harus dihindari dengan cara apapun. Tidak akan ada hal baik yang akan kudapat dari mendapatkan kamar 106 di masa lalu"

Halangan terbesar bagi Kiriha, yang ingin menjalankan invasi secara damai, adalah faksi radikal yang ingin menjalankan invasi menggunakan kekuatan militer. Jika Kiriha mendapatkan kamar 106 pada masa-masa awal, ada kemungkinan kalau faksi radikal menjadi tidak bisa dikendalikan. Untuk bisa mencegah itu, Kiriha harus menciptakan sebuah situasi dimana mendapatkan kamar itu menjadi hal yang sulit baginya.

"Jadi itu sebabnya kamu terus bikin aku geregetan, tapi nggak ngelakuin apa-apa?"

"Maafkan aku, Koutarou. Aku tidak bisa menang atau kalah dalam pertempuran merebut kamar 106. Kalau aku menang, faksi radikal akan meproduksi senjata secara masal dan akan maju menuju permukaan. Kalau aku kalah, mereka masih akan merebut kamar 106 secara paksa. Yang manapun yang terjadi, perang dengan orang-orang permukaan akan terjadi"

"Dan kalau sampai perang, keinginanmu nggak bakal kesampaian, ya..."

Kiriha memang orang yang cinta damai, maka dari itulah dia tidak menginginkan invasi militer. Selain itu, dia ingin bertemu dengan cinta pertamanya sekali lagi.

Agar bisa memenuhi keinginannya dan bisa menjalankan invasi secara damai, Kiriha harus membuat kepemilikan kamar 106 tetap diperebutkan. Keraguan Koutarou muncul karena itu.

"Ampun deh, kalau kamu bilang sesuatu, pasti aku bantuin dari awal..."

Koutarou hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum kecut. Tujuan Kiriha memang masuk akal: dia tidak ingin memulai perang dan ingin bertemu dengan cinta pertamanya.

"Koutarou, itu memang seperti yang kamu katakan. Kalau kupikirkan lagi, seharusnya aku meminta bantuanmu dari awal. Tapi saat itu aku masih tidak bisa meminta bantuan, dan aku tidak bisa mempercayaimu sepenuhnya"

"Yah, mau gimana lagi, kita baru aja ketemu..."

Karena baru saja saling bertemu, mereka sama-sama tidak bisa saling mempercayai satu sama lain. Namun, setelah delapan bulan ini, mereka yakin kalau mereka bisa melakukan itu. Itulah mengapa Kiriha menceritakan segalanya kepada Koutarou, dan mengapa Koutarou percaya padanya.

"Aku betul-betul minta maaf, Koutarou"

"Eh?"

"Aku minta maaf karena sudah menipumu setelah selama ini. Aku ingin meminta maaf untuk itu"

Kiriha sudah menggunakan banyak cara untuk menjaga agar Koutarou tidak mempercayai dirinya, seperti berbohong atau bujukan, mencoba merayu atau mengomporinya, membuat Koutarou percaya padanya dan lalu membuatnya waspada. Meskipun hal itu perlu dilakukan, Kiriha masih merasa bersalah untuk itu.

"Nggak apa-apa kok, beneran. Tapi...sebagai seorang pemuda, aku jadi agak sedih..."

Setelah mendengar permintaan maaf Kiriha, Koutarou hanya bisa tersenyum kecut dan melemaskan bahunya. Dia memang terlihat sedih, seperti yang dikatakannya barusan.

Koutarou tidak marah kepada Kiriha atas segala hal yang sudah terjadi sampai detik ini. Jika semua yang dilakukannya adalah untuk mencegah sesuatu yang lebih besar terjadi, Koutarou bisa memaafkan Kiriha. Kiriha pun juga sudah membantunya dalam beberapa peristiwa, lebih dari sekali. Namun, masih ada sesuatu yang menurut Koutarou menyedihkan.

"Sedih?"

"Kalau kamu seriusan ngerayu aku, aku bakal ngerasa jadi lebih laki"

Koutarou tentu saja masih seorang remaja pria.

"Koutarou..."

Kiriha sempat tercengang saat mendengar kata-kata Koutarou, namun, sesaat setelahnya dia mulai tertawa.

"Fufufufu, ahahahaha!"

Matahari yang mulai terbenam menyinari penampilan Kiriha saat itu. Senyumnya yang cerah mampu menandingi cerahnya sinar sang matahari. Itu mungkin pertama kalinya Koutarou bisa melihat Kiriha yang tersenyum dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Nggak usah ketawa sampai segitunya dong. Kan aku masih muda, wajar lah"

Koutarou, yang kesal karena ditertawakan seperti itu, hanya bisa menyilangkan kedua tangannya. Namun, Kiriha bukan tertawa karena alasan yang dipikirkan Koutarou.

"Fufufufu, aku merasa bangga sebagai seorang wanita kalau kata-katamu itu benar"

Kiriha percaya padanya, bahwa Satomi Koutarou bukanlah seorang pria yang akan mudah termakan oleh trik murahan seperti itu.


Part 6[edit]

Setelah turun dari kincir ria, Koutarou dan Kiriha melangka menuju wahana lain. Ada satu tempat lagi yang ingin dikunjunginya.

"Ngomong-ngomong, Kiriha-san, gimana pencarian cinta pertamamu?"

"Belum, masih belum berhasil. Karena sudah sepuluh tahun lalu, petunjuk yang ada untuk mencarinya hanya ada sangat sedikit sekali"

Kiriha hanya bisa menggeleng sedih disamping Koutarou, dengan wajah bersemu merah diterpa mentari sore. Hari itu sudah menjelang malam, dan bayangan yang mengikuti mereka pun sudah menjadi cukup besar.

"Yah, kalau petunjuk yang kamu punya cuma kartu itu, ya jelas susah pastinya"

"Ada satu petunjuk lagi, tapi aku tidak tahu kalau dia masih memilikinya atau tidak"

Pertama kalinya Koutarou mendengar tentang cinta pertama Kiriha adalah saat mereka berlibur ke laut saat libura musim panas. Sudah beberapa bulan berlalu sejak liburan itu, tapi Kiriha masih belum menemukan petunjuk tentang keberadaan cinta pertamanya.

"Jejak yang ada terlalu sedikit. Tidak ada seorang pun yang mengingatnya, bahkan akupun tidak mengingat wajahnya. Meskipun aku bisa menemukannya, bagaimana aku bisa tahu kalau itu benar-benar dirinya?"

"Aku rasa kamu harus meriksa setiap cowok di kota ini yang udah mau tiga puluhan, ya?"

Kiriha bertemu dengan pria itu sepuluh tahun lalu. Saat itu dia terlihat seperti seorang murid SMA, jadi sekarang dia pasti sudah berumur hampir tiga puluh tahun. Namun, terlalu banyak pria yang cocok dengan syarat itu.

"Dia mungkin tidak berada di kota ini lagi. Meskipun dia masih ada di kota ini, apa dia akan ingat pernah bertemu denganku?"

"Gitu juga, kamu pasti masih mau nyari, kan..."

"...Ya..."

Kiriha mengangguk dan lalu melihat ke arah langit - langit kebiruan musim dingin yang cerah.

"Kamu segitu cintanya sama dia?"

"Ya. Setelah menghabiskan dua hari ini mengunjungi dua tempat yang penuh kenangan ini, aku sudah memastikan hal itu. Bahkan saat ini pun aku masih mencintai orang itu"

Perasaan Kiriha pun terlihat jelas, seperti halnya langit saat itu. Dia akan menemukannya, tidak peduli bagaimana caranya. Tekadnya yang kuat tidak tergoyahkan sekalipun selama sepuluh tahun ini.

"Itulah mengapa aku ingin bertemu dengannya. Aku tahu betul kalaupun kami bertemu sekalipun, dia mungkin tidak akan menerima perasaanku ini. Tapi, kalau kami tidak bertemu, aku tidak akan bisa melangkah maju"

Mereka mungkin hanya bersama-sama selama beberapa hari saja, tapi, Kiriha merasakan sesuatu yang spesial terhadap pria itu.

Pria itu sudah bertumbuh dewasa, dan bahkan mungkin sudah melupakan Kiriha. Bahkan, dia mungkin sudah menikah dan membangun keluarganya sendiri. Meskipun itu mungkin terjadi, Kiriha masih ingin menemuinya, tapi dia tidak ingin menghancurkan kehidupan pria itu saat ini. Kiriha hanya ingin menemuinya dan menyatakan perasaannya pada pria itu. Kiriha tidak mempermasalahkan jika pria itu tidak membalas perasaannya. Kalau Kiriha tidak melakukan itu, dia mungkin tidak akan pernah bisa melupakan pria itu dan jatuh cinta dengan orang lain. Dia harus menyatakan perasaannya pada pria itu jika dia ingin melangkah maju meneruskan kehidupannya.

"Aku ingin bertemu dengannya, dan mengatakan kepadanya tentang bagaimana perasaanku padanya dan mengakhiri ini semua. Tentu saja, kalau dia menerimaku, aku tidak bisa lebih bahagia lagi dari itu"

Kiriha tersenyum senang sembari mengatakan itu. Hingga saat ini, Kiriha tidak pernah menceritakan itu kepada orang lain, jadi senyuman itu adalah bukti bahwa dia betul-betul menganggap bahwa Koutarou adalah temannya.

"Jadi, kamu nggak bisa lanjut setengah-setengah, ya. Boleh juga"

Setelah mendengar apa yang ingin dikatakan oleh Kiriha, Koutarou pun tersenyum ceria.

Koutarou suka dengan topik semacam ini: Ingin menyelesaikan sesuatu, apapun hasilnya nanti. Itu karena cara hidup yang canggung seperti itu adalah sesuatu yang sudah dikenal oleh Koutarou. Itulah sebabnya Koutarou mengerti apa yang dirasakan oleh Kiriha, dan dia menjadi lebih dekat lagi dengan Kiriha.

"Koutarou?"

"Kiriha-san, aku bantuin deh, jadi ayo kita cari dia"

Itulah mengapa Koutarou ingin membantu Kiriha. Dia merasa seperti dia juga sedang mencari cinta pertamanya, itulah seberapa dekat yang dirasakan oleh Koutarou dengan Kiriha saat ini.

"Eh?"

Kiriha hanya bisa terkejut mendengar tawaran tidak terduga seperti itu dari Koutarou. Dia tidak pernah menyangka Koutarou akan menawarkan bantuan untuknya.

"Aku cuma pingin tahu, wajah cowok macem apa sih, yang bisa bikin cewek kayak kamu ngerasa kayak gitu"

"Koutarou..."

Kiriha tanpa sadar menggenggam erat tangannya di depan dadanya, dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Benar juga...memang pria seperti itulah dirimu...

Kiriha pun teringat mengapa ia menjadi percaya dengan Koutarou. Koutarou memang kikuk dan canggung, tapi tekun dan baik. Itulah mengapa Kiriha mengatakan segalanya pada Koutarou. Kiriha pun senang dengan perasaan Koutarou setelah mengingat itu semua.

"Lagian, aku kan udah denger banyak nih. Aku penasaran sama kelanjutannya"

"...Terima kasih, Koutarou..."

Kiriha tersenyum bahagia, dan membungkuk dalam-dalam dengan tangan yang masih berada di dekapan dadanya. Itulah cara terbaiknya untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.

"Udah, nggak usah kuatir. Kita temen, kan?"

"...Itu benar"

Dengan perlahan, Kiriha mendongakkan kepalanya, dan senyumnya pun kembali ke wajahnya.

"Gitu juga, ngeliat kisah cintanya orang lain jadi bikin iri dikit"

"Benar juga. Aku mengerti bagaimana maksudmu"

Setelah mengedipkan matanya beberapa kali, Kiriha mulai tertawa ceria dan tersenyum. Senyumannya saat itu adalah senyuman spesial tanda pertemanannya dengan Koutarou.

"Jadi, setelah masalahmu udah selesai, kenalin aku sama cewek-cewek bawah tanah yang imut-imut dong"

"Baiklah, akan kuusahakan"

"Oke, sepakat ya!"

Koutarou mengangguk dan mulai tertawa dan tersenyum mengikuti Kiriha. Senyumannya sama seperti saat dia tersenyum di hadapan Kenji, tanda bahwa Koutarou menganggap Kiriha sebagai temannya yang berharga.

"Dengan begitu, ayo kita buruan cari dia. Buat masa depanku juga"

"Benar juga, aku perlu membujuk seorang gadis keluarga terhormat kepadamu, agar aku bisa membuatmu menjadi pijakan invasi dengan segera"

"Hei hei"

"Fufufu ♪"

Kiriha pun tersenyum usil dan mulai berlari dari Koutarou, dengan rambut hitamnya yang panjang berkilau bermandikan sinar matahari.

Dia betul-betul kekanak-kanakan banget. Tapi, bener juga. Karena dia pemimpin orang-orang bawah tanah, dia nggak bisa nunjukin itu ke semua orang...

"Hei, tungguin!"

"Tidak mau!"

Kiriha berlari kecil menjauh, sambil mengacuhkan panggilan dari Koutarou. Koutarou, yang melihatnya dari belakang, tidak bisa melihat sikap tenang dan kalemnya yang biasa, dia betul-betul terlihat seperti anak kecil.

Kiriha lalu membuat sebuah lompatan terakhir dan mendarat dengan kedua kakinya, membuat rambutnya berkibar. Selagi rambutnya masih terus berkibar, ia memutar badannya tepat saat Koutarou mendekatinya sambil berlari.

"Kejar-kejarannya udahan?"

"Ya. Inilah tempat yang ingin aku kunjungi"

Kiriha pun mengangguk dan menunjukkan apa yang ada di belakangnya menggunakan salah satu tangannya.

"Sesuatu yang nggak kamu banget, lagi, rupanya"

"Benarkah?"

Kiriha pun tersenyum ceria.

Kiriha membawa Koutarou ke depan roller coaster. Seperti halnya kincir ria, roller coaster ini adalah yang terbesar yang dibangun di perfetur ini. Memang, roller coaster ini bukanlah yang paling hebat, tapi ukurannya masih terbilang besar. Dengan tingginya yang mencapai 70 meter dan turunan yang mencapai 65 meter, wahana itu tampak di hadapan Koutarou dan Kiriha.

"...Sebenarnya, kelihatannya emang kamu banget"

Selama dua hari ini, Koutarou mulai mengerti gadis seperti apa Kiriha itu. Dia biasanya terlihat tenang dan kalem, tapi dia menyembunyikan kekanak-kanakannya jauh di dalam. Dengan mempertimbangkan hal itu, wahana itu merupakan pilihan yang memang cocok dengan Kiriha.

"Kedengarannya kamu menyebutku sebagai gadis tomboi, dan aku tidak suka itu"

"Yap, emang itu maksudku"

"Kamu jahat, Koutarou"

Sambil tertawa, Kiriha melangkah mendekati pintu masuk wahana roller coaster.

"Oh iya, kamu punya kenangan apa sama roller coaster ini?"

Koutarou pun melangkah mengikuti Kiriha, sementara Kiriha akhirnya berhenti di depan tanda di dekat pintu masuk.

"Ya. Sepuluh tahun lalu, aku tidak bisa menikmati wahana ini"

Kiriha hanya bisa tersenyum kecut sembari membalikkan badannya dan mengatakan hal itu.

"Nggak bisa? Memangnya antriannya panjang?"

Di depan pintu masuk wahana itu, terdapat antrian yang tersusun rapi. Melihat itu, Koutarou berasumsi kalau Kiriha tidak bisa menaiki wahana itu karena antriannya yang panjang. Di saat itu, karena roller coaster itu adalah yang terbesar di perfektur itu, antrian untuk menaiki wahana itu cukup panjang.

"Tidak, bukan itu. Lihat kesini, Koutarou"

"Mari kita lihat...'Tinggi anda minimal 140 sentimeter untuk menaiki wahana ini'...?"

Di tanda itu terdapat gambar seorang anak kecil dan angka 140 yang tertulis di atasnya. Roller coaster ini rupanya memiliki ketentuan berupa pengunjung yang menaikinya harus memiliki tinggi 140 sentimeter untuk alasan keamanan.

"Gadis tomboi sepuluh tahun lalu masih pendek, kau tahu? Jadi, aku tidak bisa naik"

"Gitu, jadi ini juga penyesalanmu yang lain ya?"

Koutarou lalu membayangkan Kiriha kecil sepuluh tahun lalu dengan egoisnya mengatakan kalau dia ingin menaiki wahana ini, dengan si pria dan petugas yang ada mencoba menenangkannya.

"Kukuku, sayang banget..."

Koutarou, yang melihat kalau imajinasinya ternyata lucu, mulai tertawa.

"Aku tidak suka dengan caramu mengatakan itu, tapi ya, itu benar. Aku tidak bisa menaikinya"

"Kamu betul-betul ngotot, ya"

"Tentu saja. Aku adalah seorang wanita yang masih mencintai pria yang ditemuinya sepuluh tahun lalu, kau tahu?"

"Bener juga"

Koutarou dan Kiriha pun tertawa bersama, dan mulai berjalan menuju akhir antrian. Antrian yang ada tidak begitu panjang, jadi mereka mungkin bisa menaiki wahana itu jika mereka mengantri selama sepuluh menit.

"Roller coaster..."

Saat mereka mencapai ujung antrian, Kiriha menggumamkan kata-kata itu. Mendengar itu, Koutarou menoleh ke arahnya sementara Kiriha masih melihat ke sekeliling area itu sambil berpikir dalam-dalam. Bagi Koutarou, Kiriha terlihat seperti mengenang sesuatu.

Tapi, kenapa...

Namun, bagi Koutarou, raut wajah Kiriha terlihat kesepian, tidak seperti raut wajah seseorang yang akan mencapai tujuannya dan lepas dari penyesalannya.

Jangan-jangan, dia--

Sambil memandang ke arah Kiriha, Koutarou terlihat seakan mencapai sebuah kesimpulan.


Tepat saat itulah, tanah di sekitar mereka berguncang dengan hebatnya.



Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6
  1. Lebih tepatnya, CGI, Computer Generated Imagery(Gambar Buatan Komputer)