Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 6 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Maksud Dibalik Invasi[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 13 Desember

Cuaca Minggu pagi ini cerah, dan perayaan ulang tahun di taman kanak-kanak Harukaze pun telah dimulai.

Acara yang dijadwalkan pada hari itu antara lain kunjungan kelas dan perlombaan. Saat lomba, pihak acara akan mementaskan drama superhero sebagai hiburan. Maka dari itulah, Koutarou dan yang lainnya tidak muncul sampai siang nanti.

"Nah, semuanya, inilah waktu yang sudah kalian tunggu-tunggu, Harukaze-man!"

Suara Ruth terdengar dari speaker, tapi masih tidak ada orang yang muncul di atas panggung yang sudah didirikan oleh divisi pemuda selama semalam suntuk.

"Ayo kita panggil dia sama-sama! Haaaaruuuukaaaazeeeemaaaaan!"

" Haaaaruuuukaaaazeeeemaaaaan!"

Dengan ajakan dari Ruth, para anak-anak pun mulai memanggil Harukaze-man.

Sesaat setelahnya, ledakan kecil nampak di sisi-sisi panggung dan mengisi panggung dengan asap. Setelah asap itu menghilang, nampak tiga orang berdiri di atas panggung: Koutarou, Theia, dan Kiriha yang sudah memakai kostum mereka.

Koutarou memakai zirah berduri yang berwarna hitam legam, Theia memakai gaun hitam dengan sayap kelelawar di punggungnya, dan Kiriha memakai kimono yang mirip dengan kimono yang biasa dikenakannya, tapi dengan mawar hitam yang tampak menonjol dan juga hiasan rambutnya yang menyerupai duri-duri mawar. Kostum-kostum itu dibuat oleh klub cosplay sekolah, yang dirancang memang untuk penjahat.

Theia berdiri di tengah panggung, menyilangkan tangannya dan mendongakkan kepalanya dengan sombong, sementara Koutarou dan Kiriha berdiri di sampingnya.

Para anak-anak TK sudah tidak sabar menunggu datangnya pahlawan mereka, tapi yang muncul justru ketiga orang misterius itu. Anak-anak itu hanya bisa memandang kagum dengan mulut menganga.

Theia tersenyum sinis sambil melihat ke arah anak-anak itu dan mengayunkan tongkat yang dipegangnya sambil berteriak dengan lantang:

"Sayang sekali, anak-anak! Harukaze-man tercinta kalian tidak akan datang! Itu karena kami, Kerajaan Bumi, telah menculiknya!"

Setelah mendengar suara keras Theia, para anak-anak pun tersentak.

Pahlawan mereka telah kalah.

Bagi mereka, itu adalah hal yang tidak mungkin. Mereka ingin memperayai bahwa itu adalah kebohongan, tapi di tempat di mana seharusnya pahlawan mereka berdiri di hadapan mereka, berdirilah ketiga penjahat itu. Karena itulah, para anak-anak itu mulai panik, dan bahkan mulai menangis.

"Kamu bo'ong! Itu pasti bo'ong!"

Namun, seorang bocah laki-laki dengan berani berdiri. Dengan air mata yang masih terlihat mengalir, ia menunjuk ke arah Theia dan berteriak.

"Aku nggak akan kalah dari cebol kayak kamu!"

"Apa yang baru saja kau katakan, brengsek!!"

Cebol.

Mendengar kata itu, Theia langsung lepas kendali dan menjadi benar-benar marah. Karena dia sensitif dengan tinggi badannya dan daya tariknya, meskipun musuhnya hanyalah seorang anak TK, kata-kata itu merendahkan dirinya.

"Kau tahu, kepada siapa kamu berbicara seperti itu!?"

Theia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat dan mengancam si bocah dengan tatapan tajam. Si bocah, yang menjadi target Theia, hanya bisa terdiam di tempat dan menelan ludah.

"Gawat, Koutarou, itu bukang acting!"

"...Dia ngapain sih, itu kan cuma akan kecil..."

Setelah diperingatkan oleh Sanae, yang sudah mengingat dialog semuanya, Koutarou dengan pelan menarik gaun Theia sambil berbisik.

"...Theia, tenang dikit"

"Diam!"

Namun, Theia yang betul-betul sudah lepas kendali, mengabaikan Koutarou dan menepis tangannya. Perhatiannya sekarang tertuju pada bocah itu.

"Akan kutunjukkan pada bocah kurang ajar itu--"

"....Nanti pas kita pulang, aku bakal main game sama kamu selama yang kamu mau"

Untungnya, Theia bereaksi pada usaha kedua Koutarou, dan berhenti bergerak. Dia lalu berbalik perlahan ke arah Koutarou.

"....K-kau sebaiknya jangan berbohong, ya"

"Ya nggak dong"

Kamu seberapa malu sih, sebenarnya...

Melihat air mata yang mulai muncul di mata Theia, Koutarou merasa bahwa sebaiknya ia melakukan apa yang diinginkan oleh Theia.

"Aku mengerti. Sebaiknya kau tidak mengingkari janjimu"

Theia menahan amarahnya dan kembali normal. Kiriha, yang menyadari itu, langsung berimprovisasi agar drama tetap berjalan.

"Princess Devil, serahkan ini padaku, Black Rose, dan Baron Demon. Kami akan tunjukkan pada anak-anak ini bahwa tidak ada yang namanya pahlawan"

"Baiklah, akan kuserahkan padamu"

"Siap. Maju, Baron Demon! Buat anak-anak ini mengerti kalau Harukaze-man sudah kalah!"

"Serahkan padaku, Princess Devil, Black Rose-sama!"

Berkat akal Kiriha, pementasan yang hampir gagal kembali menjadi normal. Koutarou menghela nafas lega sambil melompat keluar panggung ke arah penonton sesuai dengan naskah, dan mendekati kursi yang diperuntukkan bagi para orang tua murid TK.

"Kamu, sini ikut aku!"

Dia lalu menggenggam tangan Harumi, yang sedang duduk di sana, dan menariknya dari kursinya.

"Kyaaaaaa!"

Harumi langsung berteriak keras, tapi pandangan matanya ke arah Koutarou justru terlihat gembira.

"Harumi-chan!? Lepasin pacarku, dasar sialan!!"

Saat Koutarou menarik Harumi menjauh, Kenji, yang duduk di sebelah Harumi, langsung melompat ke arah Koutarou. Pada saat yang tepat seperti yang sudah mereka latih berulang kali--

"Diam kamu!"

Koutarou melempar mantelnya yang besar, dan membuat Kenji terhempas lalu jatuh terduduk. Koordinasi antara mereka berdua sudah sebaik itu, dimana mereka berakting persis seperti yang mereka lakukan saat latihan.

"Kenji-kun!?"

"Wahahahaha, sayang sekali, mas! Cewek imut ini bakal jadi istriku!"

Meskipun dia tahu kalau dialog itu ada di dalam naskah, Harumi tetap merasa tersipu. Jantungnya berdetak kencang, menunjukkan rasa malu sekaligus bahagianya saat itu.

"Aseem, apa nggak ada keadilan di dunia ini!?"

"Sayang sekali, keadilan sudah mati bersama Harukaze-man!! Datanglah, jet Black King!!"

"*Hieeeehehehe*!"

Dari samping panggung, muncullah Yurika yang menirukan seekor kuda hitam sambil meringkik. Kuda inilah rekan Baron Demon, yaitu Jet Black King. Saking sempurnanya akting Yurika, di mata anak-anak dia sudah terlihat sebagai kuda yang asli.

"Mulai hari ini, zaman kejahatan akan dimulai! Harukaze-man sudah menjadi bagian dari masa lalu!"

"Tolong akuuu~, Kenji-kuuu~n!!"

"Harumi-chaaa~n!!"

"Jet Black King, ke altar pernikahan!"

"*Hiehehe*!"

"Betapa kejamnya! Ketidakadilan yang semena-mena ini! Apakah ini akan dibiarkan begitu saja!? Apakah keadilan, apakah Harukaze-man betul-betul sudah mati!?"

Suara Ruth menggema memenuhi penjuru taman kanak-kanak, membuat semua anak-anak yang menonton berkeringat dingin sambil menahan nafas mereka.

Setelah adegan ini, Harukaze-man yang seharusnya sudah mati akan muncul dan mengalahkan Koutarou dan yang lainnya. Itulah jalan cerita dari drama ini.

Namun, entah mengapa, pahlawan yang muncul justru bukan Harukaze-man.

"Lepaskan wanita itu, orang bawah tanah!"

Suara itu berasal dari belakang aula, suara yang keras yang didukung dengan otot-otot yang sudah terlatih. Suara itu melewati penonton dan sampai ke telinga Koutarou dan yang lainnya di atas panggung.

Ini dia, Harukaze-man dat--tunggu, apa?

Karena suara itu berasal dari tempat yang berbeda, Koutarou menjadi bingung karenanya.

"Koutarou, ada yang salah. Lihat tuh"

"Ah..."

Menurut naskah, Harukaze-man akan muncul bersamaan dengan menyalanya kembang api sementara Koutarou menculik Harumi.

"Seperti yang sudah diduga soal orang bawah tanah, pakaian kalian unik juga..."

"Apa kalian punya eksekutif-eksekutif yang tampan!?"

"Kayaknya ada satu yang masih muda, nee-chan"

"Apa ada yang enak-enak di sekitar sini?"

"Kenapa kamu nggak minta permen yang mereka kasih di sebelah sana?"

Apa ini? Ada lima orang...

Yang membuat Koutarou bingung lebih lagi adalah jumlah pahlawan yang seharusnya muncul. Menurut naskah, hanya ada dua yang akan melawan Koutarou di atas panggung: seorang pemuda dari divisi pemuda sebagai Harukaze-man, dan Shizuka sebagai Kisshou-lady. Harukaze-man yang seharusnya sudah mati meminjam kekuatan Kisshou-lady untuk bangkit kembali. Namun, orang yang muncul saat itu bukan dua, tapi lima. Terlebih lagi, yang mereka pakai bukanlah kostum pahlawan, tapi seragam yang mirip dengan seragam polisi.

"....Satomi-kun, mereka siapa?"

Harumi pun kebingungan dan membisikkan pertanyaannya pada Koutarou.

"Aku coba tanya deh"

Koutarou menjawab pertanyaan Harumi dan lalu berteriak.

"Siapa kalian!?"

Di naskah yang asli, adegan ini seharusnya adegan dimana Koutarou menanyakan identitas dua orang yang muncul.

"Kami tidak akan memberitahukan nama kami kepada orang macam kalian yang berani menyerang TK! Ayo maju, semuanya!"

"Ya!"

Namun, lima orang itu tidak mau menjawab dan mulai maju menyerang ke atas panggung.

"Meskipun ini pertarungan pertama kita, kita tidak perlu takut! Keadilan ada bersama kita!"

"Senpai, aku masih nggak ngerti, tapi kayaknya mereka pahlawan"

Berdasarkan perilaku mereka, Koutarou mengasumsikan kalau mereka berlima adalah pahlawan. Kalimat mereka dan tindakan mereka cocok dengan bagaimana seorang pahlawan bertindak.

"Aku penasaran, apa ini sebuah kejutan?"

"Atau, bisa jadi lagi ada masalah, dan mereka jadi penggantinya?"

Koutarou dan Harumi masih saling berpelukan dan saling menatap. Biasanya, mereka akan sama-sama merasa malu, tapi bahkan dalam situasi ini pun mereka tidak memikirkan itu.

"Ini tidak ada di dalam naskah"

"Hmmm..."

Saat Koutarou melihat ke atas panggung, dia melihat kalau Theia dan Kiriha pun sama bingungnya dengan dirinya. Lalu, Koutarou melihat ke arah Ruth, yang mungkin sudah diberitahu lebih dulu, tapi dia juga melihat ke arah Koutarou dan mengangkat bahunya.

Ruth-san juga nggak tahu. Yurika....jelas nggak mungkin tahu...yah, gimana kalau kita lanjutin aja?

Pada akhirnya, Koutarou memutuskan untuk tetap melanjutkan pementasan itu.

Dia tidak bisa membayangkan para pahlawan yang muncul dengan timing seperti ini tidak ada hubungannya dengan acara mereka, dan jika para pahlawan dan penjahat sudah bertemu, tidak akan ada masalah dengan melanjutkan pementasan itu. Entah itu kejutan ataupun masalah, membatalkan pementasan itu secara sepihak akan membuat anak-anak yang ada di sana kecewa.

"Oke, ayo kita lanjutkan, Sakuraba-senpai"

"Baiklah"

Koutarou lalu mengangguk ke arah Harumi dan mengedip ke arah Theia dan Kiriha yang berada di atas panggung. Mereka berdua pun mengangguk tanda mengerti tujuan Koutarou.

"Mackenzie"

"Aku tahu, tenang aja"

Koutarou akan memberi sinyal kepada Ruth dan Kenji, tapi rupanya mereka berdua sudah bertindak lebih dulu.

"Keadilan belum mati! Lihat semuanya, kejahatan tidak akan pernah berhasil!"

"Dengan tidak adanya Harukaze-man, grup misterius berjumlah lima orang ini telah muncul! Apakah mereka adalah pembawa keadilan, atau mereka hanya berakting saja!? Apapun itu, mari kita dukung mereka!!"

Kenji dan Ruth pun menyemangati anak-anak yang sedang menonton, dan membuat anak-anak yang tadinya sedih karena Harukaze-man sudah kalah menjadi menyemangati para pahlawan baru itu.

"Kalian pasti bisa!"

"Kalahin para penjahat itu!"

"Serahkan pada kami, keadilan selalu menang!"

Saat mereka berlima berlari melewati bagian tengah aula, kelima orang itu mendapat sorakan dan sambutan dari sekeliling mereka.

Setelah mereka cukup dekat, rupa mereka semakin mudah untuk dikenal.

"Aku sudah sangat siap!!'

Orang yang berlari di paling depan adalah seorang pria berambut cepak. Berdasarkan penampilannya, dia adalah tipe yang atletis, sama seperti Koutarou.

"Ayo kita mulai gamenya!!"

Di belakang pria itu adalah seorang bocah laki-laki. Dia mungkin lebih muda dari Koutarou dan yang lainnya. Wajahnya yang bulat dan kacamatanya yang besar memberi kesan bahwa dia memang seorang bocah laki-laki.

"Dimana para penjahat yang ganteng-ganteng itu!?"

Yang ketiga adalah satu-satunya wanita di kelompok itu. Dia memberi kesan seseorang yang punya tekad kuat dengan rambut hitamnya yang panjang dan alisnya yang tebal.

"Permennya ternyata nggak seenak yang aku kira"

Yang keempat adalah seorang pria gemuk. Rupanya, dia adalah seorang pria dengan nafsu makan yang besar. Bahkan saat itu pun dia sedang menggenggam sekantong permen, yang merupakan permen yang sama yang dibagikan kepada para anak-anak dalam acara ini.

"Jadi, ini yang namanya pertempuran!"

Yang terakhir adalah seorang pria berambut panjang dan berkacamata hitam. Namun, gaya rambutnya dan kacamatanya berasal dari zaman dahulu. Rupanya tampak seperti guru yang terlalu termotivasi yang ada di shoujo manga zaman dahulu.

"...Mereka semua kayaknya tipe-tipe karakter tua, tapi kayaknya memang pas buat acara ini"

"Tadi apa yang kamu katakan, Satomi-kun?"

"Nggak kok, senpai. Ayo naik ke panggung. Kamu juga, Yurika"

"Baiklah"

"*Hiehehe*"

Koutarou dan yang lain dengan cepat naik ke atas panggung. Kalau mereka tidak ada di atas sana sebelum grup lima orang itu tiba, dialog mereka nanti akan bermasalah.

"Hoo!"

Kelima orang itu naik ke atas panggung dengan cara yang unik. Koutarou lalu menggunakan Harumi sebagai perisai dan berteriak ke arah lima orang itu.

"Wahahahaha, tidak peduli ada seberapa banyak kalian! Kami tidak perlu takut lagi karena Harukaze-man sudah kalah!"

"Tidaaaaaaak, seseorang tolong aku!"

Harumi pun berteriak dengan waktu yang tepat. Sebenarnya, dia tidak ingin seseorang menolongnya, tapi saat itu keinginan pribadinya dan aktingnya di atas panggung berlawanan.

"Sialan kau, lepaskan wanita itu!"

"Baiklah. Aku juga tidak mau menggunakan istriku sebagai tameng"

Koutarou mengikuti naskah dan merantai kaki Harumi lalu mengikatnya di pilar terdekat. Harumi lalu menarik rantai itu berulang kali untuk menunjukkan bahwa dia tidak bisa kabur.

"Lebih penting lagi, aku tidak perlu sandera! Aku mengalahkan Harukaze-man dengan kemampuanku sendiri!"

Si musuh yang terlalu percaya diri melepaskan sanderanya dari pandangannya - itulah hal penting bagi para pahlawan untuk bisa membalikkan keadaan.

Aku serahkan sisanya sama kalian, pahlawan

Semua persiapan telah dilakukan. Yang tersisa hanyalah bagi para pahlawan untuk tampil memukau.

"Maju, Baron Demon! Hancurkan gerombolan tidak berguna itu!"

"Baron Demon, mari kita persembahkan kepala mereka kepada Princess Devil!"

"Ya, tuanku!"

Bertepatan dengan tanda yang diberikan Thiea dan Kiriha, Koutarou dan Kiriha maju sedangkan Theia tetap berada di belakang dan tersenyum sini. Pertarungan sengit pun akan segera dimulai.

"Oke, semuanya, ayo berubah!"

"Ya!"

Kelima orang itu pun sepertinya tahu apa yang akan terjadi dan mereka mulai melakuan perubahan wujud.

"Hmm..jadi mereka mau berubah disini..."

Komentar kagum Sanae pun sempat terdengar oleh Koutarou.

Tidak seperti di dalam acara TV, berubah secara langsung di atas panggung adalah hal yang sulit. Mereka harus menggunakan asap, atau dengan pandai menggunakan properti panggung yang ada agar si aktor atau aktris bisa berubah, dan juga koordinasi dari semua orang yang terlibat agar hal itu berhasil. Nyatanya(dalam hal ini, pertunjukan Harukaze-man ini), orang-orang yang ada tidak cukup untuk melakukan itu, dan Harukaze-man nantinya akan muncul di atas panggung dalam keadaan sudah berubah wujud. Tapi, kelima orang ini justru akan berubah di atas panggung - itulah yang membuat Sanae kagum.

"Mungkin yang membantu kita adalah aktor-aktor yang asli..."

"Bisa jadi"

Koutarou dan Kiriha yang sama-sama kagum pun turut menyaksikan kelima orang yang mulai mengangkat tangan mereka ke atas.

"Be-rubah!"

Mereka mengangkat tinggi tangan kanan mereka sambil menggunakan tangan kiri mereka untuk memencet tombol yang ada di ikat pinggang mereka. Lalu, mereka membuat sebuah lingkaran dengan tangan kanan mereka dan mengakhirinya dengan menunjuk ke arah kanan.

"Oh!?"

Kemampuan untuk berpose berubah itu pun membuat Koutarou takjub. Meskipun dirinya sendiri cukup menyukai pahlawan yang bisa berubah wujud, setelah melihat pose yang sempurna seperti itu Koutarou tidak bisa berkomentar apa-apa.

Kelima orang itu pun mulai terbungkus oleh asap putih. Di dalamnya, siluet yang mereka tampakkan bisa terlihat bergerak. Setelah asap itu menghilang, mereka berlima muncul dengan memakai helm. Kostum mereka pun berbeda dari yang sebelumnya, seakan bukan hanya sekedar berganti sedikit, tapi benar-benar berganti kostum secara keseluruhan. Perubahan wujud mereka betul-betul bagus untuk pentas pahlawan seperti itu.

Tapi, ada satu masalah dengan perubahan wujud mereka.

"Red Shine"

"Red Shine"

"Red Shine"

"Red Shine"

"Red Shine"

"Kami adalah Sun Squad, Sun Rangers!"

Entah mengapa, mereka berlima berpose dengan musik latar dan kembang api yang semuanya berwarna merah.

"DImana ada cinta, disanalah keadilan berada! Di dalam dunia ini--"

"Berhenti bercanda deh!!"

Tepat setelah dia melihat perubahan wujud mereka, Koutarou langsung mengabaikan pementasan itu dan melesat maju. Wajahnya memerah karena marah dan dia langsung memukul kepala Red Shine yang berdiri di tengah-tengah.

"A-apa yang kamu lakukan, Baron Demon-san!?"

"Aku nggak peduli! Gimana bisa kalian udah ngelakuin itu lancar banget dan hancur di akhir-akhir!?"

"T-tunggu sebentar, Baron-san, apa yang membuatmu marah!?"

"Aku nggak mau tahu!! Apa itu jangan-jangan!? Apa kalian sama kayak Yurika!?"

"Apa maksudnya sama kayak aku!?"

Koutarou saat itu marah besar dengan kostum grup itu. Sudah menjadi peraturan tidak tertulis, atau kebiasaan, untuk pertunjukan anak-anak, kostum pahlawan harus memiliki warna berbeda. Karena itulah, Koutarou tidak bisa menahan amarahnya saat kelima orang itu mengabaikan peraturan itu, yang bahkan lebih mengecewakan lagi karena pose yang mereka lakukan sudah sebegitu bagusnya.

"Kenapa kamu ngancurin semua usahamu kayak gitu!! Kalian amatiran ya!?"

"M-maaf, Baron-san, aku tidak mengerti kenapa kamu begitu marah, ini juga pertama kalinya bagi kami!!"

"Mana bisa aku maafin alasan begitu!"

"Wah, gawat! Kelima Sun Rangers semuanya memakai kostum berwarna merah!"

"Itu dia, Kenichi! Baron-san marah soal kostum kita!"

"Begitu!"

Setelah mendengar penjelasan dari Ruth, Red Shine yang feminim berbisik kepada Red Shine yang ada di tengah. Dia akhirnya mengerti kenapa Koutarou begitu marah. Para anak-anak yang menonton pun juga merasakan hal yang sama dengan Koutarou dan memandangi Sun Rangers dengan pandangan muak.

"Guru, kenapa Sun Rangers itu semuanya merah?"

"Yang itu siapa?"

"Mungkin cuma ada satu yang asli, sisanya palsu?"

"Memang jelek ya, kalau kita pakai baju yang sama sama orang lain"

Suara-suara keluhan pun mulai terdengar, dan Sun Rangers pun mulai kehilangan dukungan.

"Kita ngapain dong, Koutarou? Acaranya jadi kacau nih"

"Aku nggak tahu. Kalau mau komplain, bilang sama idiot-idiot itu!"

Kemarahan Koutarou pun berlanjut. Dia tidak bisa menerima mereka yang mengambil jalan pintas(?) seperti itu saat dirinya sendiri sudah tumbuh dengan menonton berbagai acara superhero di TV. Meskipun dia tahu kalau melakukan pertunjukan langsung seperti itu pasti akan mengambil beberapa jalan pintas, bagian inilah yang seharusnya tidak boleh diganggu sama sekali. Dia tidak bisa menerima Sun Rangers yang semuanya merah.

"...Kamu bilang begitu juga, rupanya kamu pilih-pilih juga ya, soal cosplay, Satomi-san..."

Yurika hanya melirik kesal ke arah Koutarou dari dalam kuda kardus itu, Jet Black King. Tapi, sesaat kemudian, dia mulai tersenyum.

"Tapi, tapi, kayaknya Satomi-san mau cosplay bareng-bareng sama kita kalau kita gelar pertunjukan superhero. Aku harus bilangin ke semua orang di cosclub ♪"

Hubungan Yurika dan klub cosplay belakangan ini semakin membaik. Agar dia bisa lulus SMA, Yurika harus menyembunyikan identitas aslinya sebagai gadis penyihir, dan setelah dia menjadi tenang dan memikirkan hal itu, Yurika merasa kalau dia tidak sepenuhnya membenci apa yang dilakukan oleh klub cosplay. Karena itulah, Yurika mulai mengubah pemikirannya mengenai cosplay.

"Kayaknya kita harus goda dia sama peran pahlawan kuno♪"

Meskipun semua orang di sekitarnya saat itu sedang kebingungan, Yurika justru sedang merasa senang.

"Pulang sana! Aku nggak mau bertarung sama orang-orang gagal kayak kalian!"

"Eeeeh!? K-kamu tidak mau melawan kami!?"

Kata-kata Koutarou yang kejam membuat para Sun Rangers gentar.

"Aku juga nggak mau ngomong sama kalian! Pergi sana!"

Koutarou, yang gemetar karena menahan amarahnya, membalikkan badannya setelah mengatakan itu. Setelahnya, Red Shine yang berada di tengah berusaha dengan kewalahan untuk menghentikan Koutarou.

'T-tunggu dulu, Baron-san! Kami baru terbentuk setahun lalu dan ini adalah pertempuran pertama kami! Kalau ada hal yang salah, kami akan berusaha memperbaikinya!"

"Kalau begitu, pulang dan betulin kostum kalian! Merah itu warna pemimpin! Kami punya harga diri sebagai penjahat. Kami nggak mau ngelawan pasukan gagal kayak kalian!"

"Tapi, kami tidak bisa membetulkan kostum kami sekarang!"

Di antara kebingungan di atas panggung, sebuah tawa kecil bisa terdengar. Tawa itu kemudian menyebar dan sesaat setelahnya semua penonton pun tertawa.

"Sun Rangers, buruan ganti baju! Baron Demon udah nggak sabaran mau nikah!"

Ruth, yang merasakan perubahan yang ada di bangku penonton, memutuskan untuk mengubah situasi itu menjadi situasi komedi. Dia lalu mengeluarkan kata-kata secepat mungkin dan mulai membuat penonton bersemangat.

"Semuanya! Ayo kita bersorak untuk Sun Rangers! Hanya masalah waktu saja seblum Baron Demon betul-betul marah besar!"

"Kalian pasti bisa, Sun Rangers!"

"Cepat ganti baju!"

"Aku nggak tahu yang mana oom tua yang pakai kacamata, tapi kamu bisa, oom!"

"Diam! Siapa yang kalian panggil oom tua!? Aku masih 20!"

Seorang Red Shine yang merupakan si laki-laki berambut panjang berkacamata hitam berteriak ke arah anak-anak. Sebagai hasilnya, anak-anak pun mulai menangis dengan kencang.

'Waaaaaaah, si Sun Ranger...si Sun Ranger...!!"

"Oh, kalian tidak boleh begitu, Sun Rangers. Kalian tidak boleh bertengkar dengan anak kecil!"

"Dasar buego!!"

Ayunan tinju Koutarou pun tiba di Red Shine tinggi yang membuat seorang anak kecil menangis.

"Kalian nggak ngerti apa-apa, ya!? Dasar kalian pahlawan kacangan tolol! Kalian ngapain bikin anak kecil nangis!? Kalian mau ngancurin impian mereka!? Kalian nggak pantas manggil diri kalian pahlawan!"

Koutarou akhirnya sampai pada batasnya. Dia teringat dengan masa kecilnya dan rasa kagumnya pada para pahlawan super, itulah yang membuatnya tidak bisa memaafkan para Sun Rangers yang tidak bisa bertindak sebagaimana mestinya sebagai pahlawan.

"Baron-san, tolong tunggu!!"

"Ampun deh, karena kamu, dia marah lagi, oom tua"

"Aku bukan oom tua, Kotarou"[1]

"...Hebat, Baron Demon-sama, hebat!!"

"Kayaknya penyakitnya Megu-chan udah mulai lagi, nih"

Melihat para Sun Rangers yang berusaha sekuat tenaga mereka, Yurika mulai merasa ada hal yang sama diantara mereka.

Aku penasaran, apa yang aku rasain ini...

Para Sun Rangers saat itu sudah tidak bisa lagi tampak sebagai pahlawan, setelah mereka dimarahi Koutarou karena membuat anak-anak menangis, dan aura negatif yang ada di sekitar mereka pun sampai kepada Yurika. Namun, karena belakangan ini Yurika mulai menjalani hidupnya dengan positif, Yurika tidak bisa memperhatikan aura pecundang itu.

"Wahai anak-anak sekalian, tolong jawab aku!! Apa ini, pahlawan yang kalian inginkan!? Ataukah pahlawan yang lain!?"

Jubah Koutarou pun berkibar saat dia berteriak ke arah anak-anak yang sedang menonton.

"Apa ini, yang bisa ditawarkan keadilan kepada kami!? Katakanlah, wahai anak-anak!! Siapa yang seharusnya bertarung melawanku!?"

Lalu, seorang anak kecil berdiri dan menjawab pertanyaan Koutarou.

"Harukaze-maaa~n!! Tolong kami, Harukazemaaa~n!!"

Meskipun badannya kecil, anak itu berteriak dengan berani dan membuat anak-anak di sekitarnya untuk ikut berteriak.

"Harukaze-man!!"

"Cepat selamatkan kakak itu, Harukaze-man!!"

"Sun Rangers jelek, Harukaze-man!!"

Teriakan anak-anak itu terdengar saling bersahut-sahutan dan memenuhi bangku penonton, dan tepat setelahnya, sesuatu terjadi.

Kembang api meledak di atas panggung, dan dari dalam asap, dua buah siluet muncul. Mereka bergaya di dalam asap itu dan mengenalkan diri mereka sendiri dengan lantangnya.

"Keberanian! Itulah kekuatan dari harapan dalam diri manusia!"

"Cinta! Itulah jiwa tak terkalahkan yang mendukung keberanian!"

"Kami adalah pejuang keberanian dan cinta!"

Lalu hembusan angin menerbangkan asap yang menyelubungi kedua siluet itu.

"Harukaze-man!"

"Kisshou-lady!"

"Kejahatan tidak akan pernah berhasil selama kami masih ada!!"

Dua pahlawan, seorang pria dan wanita, muncul mengenakan kostum yang sangat jelas terlihat merupakan buatan tangan. Kostum itu berasal dari divisi pemuda dan kualitasnya berada di bawah kostum para Sun Rangers.

"Harukaze-maaa~n!! Harukaze-maaa~n!"

Namun, anak-anak yang menonton menyoraki mereka dengan sekuat tenaga mereka. Sorakan mereka jauh lebih keras daripada saat Sun Rangers muncul. Bagi seorang pahlawan sejati, penampilan bukanlah masalah.

"Kelihatannya kamu sudah bertindak semaumu sendiri, Baron Demon!"

"Wahahahaha, apa kamu datang kesini untuk aku hancurkan lagi, Harukaze-man!?"

Dan dengan datangnya seorang pahlawan sejati, kejahatan pun bisa bersinar. Koutarou kembali memainkan perannya dan berbalik ke arah para pahlawan baru itu.

"Aku sudah kembali dari neraka untuk mengalahkanmu! Kali ini, engkaulah yang akan pergi ke sana!"

"Wahahahaha, menyuruh seorang setan untuk pergi ke neraka itu lucu sekali! Kelihatannya kamu bisa mengoceh seperti itu sesudah bangkit kembali, ya, Harukaze-man!"

Dengan munculnya Harukaze-man dan Kisshou-lady, pertunjukan pun kembali berjalan dengan normal. Tentu saja, pertunjukan itu berakhir dengan sukses.


Part 2[edit]

"Terima kasih, Harukaze-man, Kisshou-lady!"

Sambil digendong oleh orang tuanya, anak terakhir yang menonton pertunjukan itu melambaikan tangannya dan meninggalkan panggung. Aktor yang memainkan Harukaze-man, dan Shizuka yang memainkan Kisshou-lady pun juga melambai ke arah anak itu.

"Yah, ini semua berhasil berkat kalian, Kiriha-san, Koutarou-kun"

Setelah para anak-anak sudah pulang, organisasi masyarakat yang bertugas mengadakan acara itu pun memanggil Koutarou dan Kiriha. Koutarou dan yang lainnya sudah melepaskan kostum mereka dan menghapus make-upnya, tapi topik yang akan mereka bicarakan bukanlah topik yang bisa mereka bicarakan begitu saja di depan anak-anak yang menonton.

"Aku sempat nggak yakin pas Harukaze-man nggak bisa tampil, tapi kalian masih bisa ngelanjutin bagus banget. Itu ngebantu banget"

"Kenapa kamu butuh waktu lama buat muncul?"

"Alasannya malu-maluin sih, tapi, kayaknya kostumnya kena kutuk atau semacamnya. Pas kami mau tampil, kami baru sadar kalau kostumnya robek"

Pria yang memerankan Harukaze-man hanya bisa tertunduk lemas. Dia lalu mengambil potongan kostum bagian dada dan menunjukkan bagian belakangnya kepada Koutarou. Bagian itu rupanya sudah ditempel dengan selotip, sebagai upaya darurat untuk memperbaiki kostum itu. Tepat sebelum mereka akan muncul di atas panggung, mereka memperhatikan sobekan itu, dan membuat Harukaze-man dan Kisshou-lady tidak bisa tampil.

"Begitu rupanya"

Kiriha yang turut melihat sobekan itu bersama Koutarou hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tapi keberhasilan itu bukan karena kami, tapi berkat pengganti yang kalian kirim"

"Benar. Para Sun Rangers itu betul-betul ngebantu..."

Koutarou menyetujui kata-kata Kiriha, karena mereka bisa mengulur waktu hingga Harukaze-man muncul berkat para Sun Rangers. Intinya, Koutarou dan yang lainnya masih pemula, dan mereka tidak bisa mengulur waktu sebanyak itu dengan usaha mereka sendiri.

"Huh?"

Pria yang memerankan Harukaze-man pun terlihat kebingungan.

"Bukannya Sun Rangers itu kenalan kalian?"

"Eh?"

"Kami yakin kalau kalian minta tolong sama teman atau kenalan kalian buat ngebantu"

"Bukannya pihak ormas yang ngundang mereka?"

Rupanya, Koutarou dan pihak organisasi masyarakat punya pemikiran berbeda mengenai para Sun Rangers.

Koutarou dan yang lainnya berasumsi kalau pihak organisasi masyarakat sudah menyiapkan pengganti jika ada sesuatu yang terjadi. Sementara, pihak organisasi masyarakat berasumsi kalau Koutarou dan yang lainnya meminta teman-teman mereka untuk membantu mereka.

Mereka sama-sama yakin kalau pihak yang lainlah yang telah menyiapkan Sun Rangers.

"Apa arti dari ini semua?"

"Yang Mulia. bukankah seharusnya kita bertanya kepada mereka secara langsung?"

"Benar juga"

Koutarou dan yang lainnya lalu mencari Sun Rangers, tapi mereka tidak bisa menemukan kelima orang itu.

"Mackenzie, kamu tahu kemana mereka pergi?"

Setelah Harukaze-man muncul, peran yang dimainkan Kenji sudah tidak melakukan apa-apa lagi. Maka dari itulah, Koutarou bertanya kepada Kenji kalau dia melihat kemana para Sun Rangers itu telah pergi.

"Terakhir kali aku lihat sih, mereka pergi diam-diam dari panggung biar mereka nggak ganggu pertarungannya Harukaze-man sama Kisshou-lady. Aku nggak tahu kemana mereka pergi habis itu"

Namun, Kenji menggelengkan kepalanya. Setelah perannya selesai, dia menikmati pertunjukan itu bersama anak-anak yang ada.

"Kamu sendiri gimana, Sakuraba-senpai?"

"Aku sendiri juga tidak tahu, maaf"

Harumi menggelengkan kepalanya sambil tersipu malu, karena sedari tadi ia menyaksikan Koutarou yang bertarung. Itu sebabnya dia tidak tahu kalau para Sun Rangers telah meninggalkan tempat itu.

"Siapa ya, orang-orang itu?"

Semuanya hanya bisa menggaruk-garuk kepala mereka saat Kiriha menanyakan hal itu, karena mereka semua sama-sama kebingungan.

Sementara itu, Sun Rangers yang sedang dicari-cari ternyata sedang melakukan pertemuan evaluasi. Mereka sedang membahas masalah yang mereka alami saat penugasan mereka.

"Pertama-tama, aku yakin kegagalan paling besar kita kali ini adalah karena mempercayai anak TK"

Seorang pria tua berjanggut putih yang mengenakan jas lab menuliskan apa yang baru saja dikatakannya pada sebuah papan tulis putih. Papan tulis itu terlihat baru saja dipinjam entah dari mana dan diletakkan di kantor kecil itu, dimana di dalamnya terdapat orang tua itu dan kelima orang anggota Sun Rangers. Mereka duduk di depan meja mereka masing-masing dan memperhatikan papan tulis dan orang tua itu dengan wajah serius.

"Sebagai hasilnya, kita akhirnya justru mengganggu pertunjukan drama superhero yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan orang-orang bawah tanah"

Pria tua itu lalu melingkari kata-kata "drama superhero" dengan spidol merah.

Tepat sekali. Mungkin sulit untuk dipercaya, tapi para Sun Rangers ini adalah pahlawan yang sebenarnya, yang memiliki tujuan untuk bertarung melawan orang-orang bawah tanah.

Pasukan Matahari, Sun Rangers, telah dibentuk sebagai pencegahan ancaman yang tidak dikenal, dan dengan munculnya ancaman yang dikenal sebagai orang bawah tanah, mereka akhirnya bangkit dari bayang-bayang dan mulai beraksi.

Ngomong-ngomong, pria tua itu dikenal sebagai professor Roppongi. Meskipun Sun Rangers adalah pasukan bertarung rahasia, dia telah ditugaskan sebagai komandan mereka karena aturan mengenai kontrol dari penduduk.

"Tapi, profesor, detektornya nunjukin reaksi sama orang bawah tanah"

Yang paling pendek di antara mereka berlima menunjukkan sebuah alat yang mirip dengan konsol game kecil kepada profesor itu. Namanya adalah Kotarou, yang paling muda di antara mereka berlima.

"Mengenai itu, detektor ini tidak berfunsi untuk mendeteksi orang bawah tanah, tapi teknologi yang mereka pakai. Karena itulah, ada kemungkinan kecil bahwa itu mendeteksi sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka"

"Yang berarti, kepercayaan kita terhadap anak TK dan detektor itu pada akhirnya, sayang sekali, salah?"

Seorang lagi melanjutkan kata-kata Kotarou, namanya adalah Kenichi. Potongan rambutnya yang pendek dan pandangannya yang tajam memberi kesan seorang pemuda yang sehat. Dialah Red Shine pertama yang dipukul Koutarou.

"Tepat sekali. Kelihatannya kita harus mempertimbangkan kebenaran informasi yang kita dapat dan juga detektor ini"

Roppongi mengangguk ke arah Kenichi sambil menyentuh detektor itu.

"Tapi, soal detektor itu, kegunaannya sudah teruji di daerah lain. Meskipun ada kemungkinan kalau benda itu mendeteksi sesuatu yang salah, kita harus terus menggunakannya"

Sebenarnya, ada pasukan lain selain Sun Rangers yang juga dibentuk untuk menghadapi ancaman tidak dikenal. Sun Rangerslah yang bertugas mengawasi daerah ini, tapi ada beberapa pasukan lain yang ditempatkan di seluruh penjuru negeri.

Di daerah lain, detektor itu berfungsi dengan benar dan mereka bisa menahan serangan dari orang-orang bawah tanah. Namun, mereka tidak melaporkan adanya kesalahan dari detektor itu, dan satu-satunya yang terkena masalah itu hanyalah para Sun Rangers.

"Profesor, tidak bisakah kita mengatasi kedua masalah itu dengan metode yang sama?"

"Apa maksudnya, Hayato-kun?"

Pria yang dipanggil Roppongi, Hayato, adalah seorang pria tinggi dengan rambut panjang dan kacamata hitam. Seperti yang bisa ditebak oleh orang-orang berdasarkan fakta bahwa dia memakai kacamata hitam di ruangan yang remang-remang seperti itu, dia adalah seorang yang cukup narsis.

Dia alu tersenyum sekilas dan merentangkan tangannya sambil menjawab pertanyaan profesor Roppongi.

"...Daripada kita langsung percaya begitu saja dengan kata-kata anak kecil dan hasil detektor, kita pastikan identitas mereka dengan cara yang berbeda"

"Begitu, itu cukup masuk akal juga. Baiklah. Untuk kesempatan mendatang, mari kita cek dua, tiga kali hasil investigasi kita agar kita lebih yakin"

Mereka berlima mengangguk setuju dengan usulan profesor Roppongi. Setelahnya, profesor pun menghapus kata-kata yang ada di papan tulis, dan berencana membicarakan topik selanjutnya.

"Nah, untuk topik selanjutnya--"

"Baron Demon-sama!! Tentang Baron Demon-sama, ya kan!?"

Satu-satunya wanita di ruangan itu menyela Roppongi, namanya adalah Megumi. Dia adalah seorang remaja putri dengan rambut hitam panjang, alis tebal, dan memberi kesan mempunyai semangat yang kuat. Tapi, saat ini dai sama sekali tidak menunjukkan semangat yang kuat itu. Saat itu dia sedang memainkan jarinya setelah menepukkan tangannya sementara matanya terlihat berbinar-binar.

"I-Itu benar, tapi..."

"Ahh, aku mau ketemu dia lagi! Aku mau dia marahin aku!"

"M-Megumi-kun?"

Sementara Roppongi kebingungan dengan Megumi yang menatap kosong sambil terlihat tertarik dengan sesuatu, orang terakhir yang ada di grup itu yang sedari tadi diam akhirnya berbicara.

"Profesor, itu penyakit Megu-chan. Kelihatannya penjahat di pertunjukan superhero itu adalah tipenya..."

Setelah selesai menjelaskan, ia lalu memakan sekeping keripik rasa kare. Namanya adalah Daisaku, anggota Sun Rangers yang berbadan paling besar. Begitu juga, karena ia selalu memakan sesuatu, badannya bukan bertambah besar secara tinggi, tapi secara lebar.

"Kamu bilang gitu juga, meskipun Baron-sama itu keren, dia punya api yang membakar di dalam dirinya, dan meskipun dia penjahat, pikirannya masuk akal!"

Megumi teringat kembali pertemuannya dengan Baron Demon. Dia teringat kemarahan Baron Demon yang besar saat dia memukul Red Shine dan saat dia membentak Red Shine yang membuat seorang anak kecil menangis.

Ingatan itu tentu saja dipercantik, dan sebuah gambaran yang betul-betul berbeda dari Baron Demon yang asli membekas di dalam ingatan Megumi. Apa yang muncul dalam pikirannya adalah adegan dimana banyak mawar bermekaran di balik sang Baron, sementara dirinya tersenyum ke arah Megumi dengan giginya yang putih bersinar.

Rokujouma V6 121.jpg

"...Ampun deh, aku tidak bisa berbicara dengan normal dengan Megumi saat dia seperti ini"

"Sama. Untungnya, dia ukan satu-satunya wanita di planet ini"

"Benar juga. Syukurlah..."

Dengan pendapat yang sama, Kenichi dan Hayato hanya bisa memandangi Megumi dan saling mengangguk.

"Kita nggak bisa ninggalin nee-chan sama Daisaku-oniichan aja?"

Kotarou menunjuk ke arah Daisaku, yang sedang memberikan sapu tangannya pada Megumi.

"Aaa~h, aku harap aku yang diculik dan dipaksa nikah!!"

"Megu-chan, kamu mimisan"

"Makasih, Daisaku-kun"

Megumi lalu menerima sapu tangan dari Daisaku dan membersihkan hidungnya. Saking tergila-gilanya dirinya dengan Baron Demon, hidungnya sampai mimisan.

"Kamu suka sekali sama Baron-san ya, Megu-chan?"

"Tentu aja! Nggak banyak cowok baik-baik kayak begitu!"

Megumi lalu mulai menjelaskan semua hal-hal baik tentang Baron Demon sambil terus membersihkan hidungnya sementara Daisaku hanya tersenyum mendengarkannya dan tidak mengeluh sedikitpun.

"Daisaku memang bagus buat menjaga yang lain ya..."

"Dia tipe orang yang akan kalah karena terlalu baik"

Kenichi dan Hayato hanya bisa memandangi Daisaku dengan kasihan, sementara Daisaku masih terus mendengarkan Megumi dengan serius. Megumi, yang senang dengan sikap Daisaku, bertambah ceria dan melanjutkan bicaranya.

"Nggak kusangka, aku rasa mereka berdua saling cocok untuk satu sama lain"

"Kamu yakin...?"

Kotarou percaya kalau Megumi dan Daisuke akan menjadi pasangan yang cocok, tapi sayangnya, tidak ada yang setuju dengannya.

Topik selanjutnya yang ditulis Roppongi di papan tulis bukan tentang Baron Demon secara langsung. Sun Rangers dengan sedihnya sadar kalau dia hanyalah bagian dari pementasan drama, maka dari itu Roppongi mengangkat masalah yang ditunjukkan oleh Baron Demon.

"Memotong anggaran dan was-was menunggu kemunculan orang bawah tanah lalu mempercepat selesainya pembuatan kostum adalah suatu kesalahan"

Topik selanjutnya yang dibicarakan oleh Roppongi adalah masalah yang membuat Baron Demon begitu marah: warna kostum mereka.

Baju tempur Pasukan Matahari, Sun Rangers dibuat dengan mengumpulkan berbagai teknologi canggih yang ada. Hanya dengan memakai baju tempur itu, kekuatan pemakainya akan meningkat sebanyak lima kali lipat. Mereka akan bisa berlari secepat hewan buas, dan ketahannya sekuat baja. Inilah masa dimana munculnya perlengkapan pribadi yang lebih kuat dari segala macam rompi anti peluru.

Namun, karena kinejanyalah baju tempur itu butuh waktu dan uang yang cukup banyak untuk dibuat. Baju tempur itu pun baru diterima oleh Sun Rangers tepat sebelum penugasan pertama mereka. Karena itulah, mereka tidak punya waktu untuk mewarnainya, dan mereka harus bertugas sementara baju mereka semua berwarna merah.

Itulah situasi yang menyebabkan mereka berlima menjadi Red Shine. Saat Baron Demon menunjukkan hal itu, baru saat itulah mereka sadar.

"Kalau dipikir lagi, jika semuanya memakai baju yang sama, akan susah untuk membedakan siapa dengan siapa"

Setelah si profesor meletakkan spidolnya, Kenichi, yang sedari tadi serius memikirkan masalah itu, akhirnya menyuarakan pendapatnya. Hayato pun mengangguk, tanda bahwa ia setuju dengan Kenichi.


"Itu benar, kita semua terlihat sama. Kalau saja, misalkan, seseorang ada yang terkena masalah, akan susah untuk tahu siapa yang butuh pertolongan itu hanya dengan sekali lihat"

Karena kostum mereka merupakan perlengkapan dari pemerintah, kelima-limanya mempunyai desain yang sama. DItambah, karena fungsi dari kostum itu sendiri, mereka berlima harus memakai helm yang menutupi muka mereka. Karena itulah, mereka berlima susah untuk saling mengenali satu sama lain saat memakai kostum itu.

Satu-satunya yang bisa mereka kenal adalah Daisaku yang berbadan besar. Kenichi dan Hayato punya bentuk badan yang sama, jadi susah untuk membedakan mereka berdua. Kotarou dan Megumi sendiri memiliki tinggi badan yang hampir sama.

Dengan itu, ada kemungkinan besar mereka akan menjumpai masalah saat terjadi pertempuran besar kalau mereka tidak bisa saling mengenali.

"Kenapa kalian nggak merhatiin itu dari awal!?"

Megumi, yang baru saja selesai berkhayal, kembali ke sifatnya yang normal. Dia mengatakan itu sambil mengangkat alisnya dan suaranya.

"Kamu juga nggak merhatiin, nee-chan"

"Megu-chan, kamu bisa ketemu Baron-san karena kita semua pakai warna merah"

"Ah iya, bener juga ♪"

Berkat Daisaku, raut wajah Megumi berubah kembali.

"Aaa~hn, Baron-samaaa~..."

Kemarahannya pun menghilang dan Megumi kembali memasuki dunia khayalannya.

"...Yah, kita tinggalkan Megumi-kun dahulu. Apa ada yang menolak mewarnai kostum untuk bisa saling mengenali?"

"Tidak apa-apa. Baron-san dan anak-anak itu bilang kalau itu akan lebih baik dan kita lebih mudah untuk saling mengenali"

"Benar juga. Untuk waktu yang akan datang, akan lebih gampang kalau para anak-anak itu bersorak buat kita"

Negara-negara yang mempunyai anggota polisi yang kuat sedang mencoba meningkatkan penampilan petugas mereka. Kalau pekerjaan itu tetap berada di peringkat atas dari pekerjaan-pekerjaan yang ingin dilakukan oleh anak-anak suatu hari nanti, hal itu akan memudahkan mereka untuk menjalankan tugasnya - yang berarti bahwa keinginan mereka untuk melindungi akan dihargai oleh orang banyak. Meskipun mereka sendiri bukan polisi, hal yang sama berlaku untuk Sun Rangers.

"Tapi, profesor, kalau kita tidak bisa saling mengenali, hal yang sama juga berlaku buat orang-orang bawah tanah, iya kan? Bukannya bahaya, kalau kita berganti warna?"

"Begitu, itu juga suatu kemungkinan masalah. Kau cerdas juga, Kotarou"

"Hehe"

Kenichi kagum dengan pendapat Koutarou, yang sedang tertawa dengan bangganya.

Kalau setiap anggota mereka bisa dibedakan dengan warna, maka akan ada kemungkinan munculnya suatu bentuk penangkalan terhadap mereka. Bisa mengenali mereka hanya dengan warna bisa membuat musuh juga unggul dalam menyerang mereka.

"Bagaimana kalau begini: Kita berganti warna dari waktu ke waktu. Dengan begitu, rencana musuh tidak akan mempan entah seberapa banyak yang mereka buat"

Namun, Hayato dengan cepat menyelesaikan masalah itu. Dengan berganti warna seperlunya, mereka tidak perlu kuatir dengan musuh yang mengambil data tentang mereka. Sebuah strategi yang simpel namun efektif.

"Baiklah, mari kita lakukan itu saja, Hayato-kun. Itu cara yang bagus, dimana hanya ita saja yang unggul"

Dan dengan begitu, diputuskan bahwa tiap anggota Sun Rangers akan mendapat warna berbeda.

"Kalau begitu, yang tersisa hanyalah berdiskusi soal siapa mendapat warna apa"

Masalah yang tersisa hanyalah soal warna: siapa akan mendapat warna apa?

"Kalau aku tidak salah, Baron-san bilang kalau merah adalah warna pemimpin"

"Yang berarti aku yang pakai warna merah"

"Tunggu, Hayato, aku yang harusnya merah"

Kenichi dan Hayato pun mulai berdebat. Mereka berdua ingin menjadi pemimpin karena Kenichi adalah tipe yang bersemagat dan karena dirinya yang suka pemimpin, dan Hayato karena dia keren.

"Apa kamu bilang!? Penting untuk bisa tenang saat bertempur, Kenichi, dan itu tidak mungkin dari idiot yang gampang semangat macam kamu!"

"Memangnya kamu tenang!? Sekarang aku ingin tahu apa maksudmu!! Apa kamu lupa, kalau saat pertunjukan itu kamu membuat seorang anak menangis dan Baron-san marah!?"

Begitu juga, mereka berdua tidak punya sifat seorang pemimpin. Mereka pun terus berdebat dan tidak mendapat penyelesaiannya.

"Aku tidak lupa! Itulah kenapa aku tidak mau membuat kesalahan yang sama lagi! Akan kutunjukkan padamu kalau aku bisa menjadi pemimpin yang hebat yang bahkan Baron-san sekalipun tidak akan kenal!"

"Aku tidak akan membuat kesalahan semacam itu dari awal! Dasar narsis! Yang bisa kamu pikirkan cuma dirimu sendiri!"

"Haaah..."

Sementara Kenichi dan Hayato terus berdebat, Kotarou hanya bisa menghela nafas. Biasanya, Kenichi dan Hayato akur, tapi kalau mereka sudah tidak sependapat soal sesuatu, mereka tidak akan pernah akur soal itu. Dengan posisi pemimpin yang menjadi perebatan, Kotarou tidak bisa membayangkan kalau diantara mereka berdua akan ada yang mengalah. Jadi, Kotarou mencoba meminta tolong dari seseorang yang paling memiliki akal sehat: Megumi.

"Megumi-neechan, tolong hentiin mereka dong"

"Cinta terlarang antara pahlawan keadilan dan petinggi kejahatan! Hebat, sangat hebat! Dan akhirnya, karena kekuatan cinta, Baron-sama menjadi pahlawan keadilan!"

"Megu-chan, kamu ngiler tuh"

"Lalu, Baron-sama akan bilang: 'Megumi, kamu sangat imut'. Kyaaa~!"

Namun, tidak seperti yang dibayangkannya, Kotarou tidak mendapat bantuan apapun dari Megumi.

"Megu-chan, kamu itu kan perempuan. Setidaknya, pedulilah sedikit dengan penampilanmu"

"...Ini percuma"

"Diapain ya..."

Di saat itu, Kotarou dan Roppongi merasa kalau Daisaku pantas menjadi sang pemimpin.


Part 3[edit]

Setelah mereka selesai berbenah, Sanae dan Yurika berlari dengan riangnya dari TK itu.

"Ayo, Yurika, buruan, buruan! Kalau kita nggak buruan, kita bakal telat nonton Magical Girl Love Love Heart!"

"Kamu bilang gitu juga, aku nggak jago lari"

Kalau mereka berlari ke rumah dari saat itu, mereka akan bisa menonton anime yang akan ditayangkan pukul enam sore nanti. Namun, karena Yurika bukan seorang pelari yang cepat, mereka tidak yakin kalau mereka akan sampai tepat pada saat lagu pembuka animenya dimulai.

"Kalau kamu mau, aku bisa ngerasukin kamu biar larimu lebih cepet"

"N-Nggaaaaaak! Aku nggak mau!!"

"....Jadi kamu BISA lari lebih cepat kalau dimotivasi"

Namun, entah kenapa, kecepatan lari Yurika meningkat tajam dan sesaat setelahnya, Koutarou, yang mengantar mereka, sudah tertinggal jauh.

"Aku harap Yurika nggak ketabrak mobil di jalan nanti..."

Koutarou hanya bisa cemas melihat raut wajah Yurika yang terlihat panik saat dia berbelok.

"Koutarou"

"Satomi-sama, kerja bagus untuk hari ini"

"Ya, kalian juga kok"

Sesaat kemudian, Theia dan Ruth mendekatinya, sambil memperhatikan kalau Sanae dan Yurika telah pergi sambil melihat ke sekitar mereka.

"Satomi-sama, aku tidak bisa menemukan Sanae-sama dan Yurika-sama dimanapun juga"

"Mereka berdua udah pulang duluan. Mereka bilang mau nonton anime"

"..Begitu, jadi mereka berdua tidak ada disini"

Theia lalu melirik ke arah Rumah Korona sebelum berbalik ke arah Koutarou.

Koutarou sedang sendiri...

Belakangan ini, Sanae atau Yurika selalu berada di sisi Koutarou. Sanae memang sudah seperti itu sejak lama, tapi sekarang Yurika juga bertambah dekat dengan Koutarou. Perasaan Yurika terhadap Koutarou terlihat sudah berubah, dan Theia penasaran dengan perubahan itu.

Karena keadaan itulah, adalah sebuah kesempatan yang langka untuk melihat Koutarou yang sendirian.

"....Nanti pas kita pulang, aku bakal main game sama kamu selama yang kamu mau"

Theia teringat kembali dengan kata-kata Koutarou di tengah-tengah pertunjukan, dan membuatnya kehilangan ketenangannya.

K-kalau semuanya berjalan dengan lancar, Koutarou dan aku akan b-bermain game sendirian...

Theia rupanya sudah iri dengan Sanae dan Yurika yang sudah semakin dekat dengan Koutarou, jadi tentu saja dia tidak akan membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Dalam situasi tanpa Sanae atau Yurika seperti ini, dia akan berdua saja dengan Koutarou. Hanya memikirkan hal itu saja sudah membuat jantungnya berdetak begitu kencang.

T-tapi apa yang harus aku katakan dalam situasi seperti ini? Bagaimana bisa aku mengutarakan perasaanku tanpa membuat sebuah kesalahpahaman!?

Namun, Theia belum benar-benar mengerti sepenuhnya tentang perasaan sukanya terhadap Koutarou, dan merasa ragu dengan apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Theia hanya bisa membayangkan bagaimana caranya agar bisa akrab dengan Koutarou. Karena pikirannya masih terkait dengan ujian yang dilakukannya, Theia menjadi sama sekali tidak sadar dengan perasaannya. Dengan tujuannya yang masih samar-samar, cara yang ia dapatkan pun juga sama.

Yang Mulia...

Ruth, yang mengetahui kalau Theia sedang panik dan dengan kewalahan memikirkan apa yang harus ia lakukan, mengelurakan senyum tipis dan memutuskan untuk membantunya.

"Mungkin kau harus bermain game di dalam Blue Knight, Yang Mulia?"

"Eh?"

Theia, yang saat itu sedang berpikir keras, langsung kaget dan membelalakkan matanya. Saking kagetnya dengan suara yang datang tiba-tiba seperti itu, Theia akhirnya tidak menyimak apa yang sudah dikatakan Ruth. Melihat itu, senyuman Ruth semakin melebar.

"Karena Sanae-sama dan Yurika-sama sedang memakai TV, kau tidak akan bisa bermain game, tentunya. Jadi, kau bisa bermain di kamarmu di dalam Blue Knight"

Karena Sanae dan Yurika sedang mengambil alih TV di kamar 106, kalau Theia dan Koutarou ingin bermain video game, mereka tidak punya pilihan lain selain bermain di kamar Theia di dalam Blue Knight. Namun, Theia tidak mengerti kenapa Ruth mengatakan hal itu.

"B-baiklah..."

Meskipun awalnya ia ragu, berkat dorongan senyuman dari Ruth, Theia pun akhirnya mengangguk.

Ruth?

Ruth, yang memperhatikan pandangan Theia, membalas mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke arah Koutarou selama beberapa saat. Theia pun mengikuti Ruth dan melihat ke arah Koutarou.

"Oke. Kalau aku udah selesai beli makan, aku bakal datang"

Setelah mendengar pembicaraan mereka berdua, Koutarou berpikir sejenak sebelum berbicara. Kalau dia akan bermain game dengan Theia, dan dia berada di dalam Blue Knight, maka dia tidak punya pilihan selain pergi ke sana juga. Lagipula, setelah berlatih di kapal itu untuk pertunjukan tadi, Koutarou sudah berada di kapal itu selama beberapa kali, jadi dia tidak merasa canggung untuk pergi ke sana.

"Ah..."

Theia akhirnya menyadari maksud dari Ruth. Saat Theia berbalik menoleh ke arah Ruth, dia melihat Ruth yang tersenyum tulus padanya.

Seperti yang kuharapkan dari Satomi-sama. Dia selalu menepati janjinya...

Ruth hanya bisa mengucapkan terima kasih berulang kali kepada Koutarou di dalam lubuk hatinya. Kalau Ruth membuat situasi seperti itu, Koutarou pasti akan datang ke Blue Knight - itulah yang diharapkan oleh Ruth, dan yang membuatnya sangat senang adalah Koutarou yang memenuhi harapannya. Karena Ruth berasal dari keluarga ksatria yang terkenal, Pardomshiha, dia begitu menghargai janji dan sumpah di atas segalanya. Rasa sayangnya kepada tuan puteri yang begitu dia hargai pun memancar keluar melalui senyumannya.

Kalau ia menjadi akrab dengan Yang Mulia, aku yakin dia bisa melindunginya...

Kalau dia melihat Koutarou sebagai seorang ksatria, Koutarou masih menempuh jalan yang panjang karena dia belum selesai mempelajari semua tata krama dan aturan yang ada. Namun, saat berhubungan dengan janji dan sumpah, Koutarou menghargai hal-hal itu lebih daripada semua ksatria yang pernah dilihat oleh Ruth.

Meskipun pedang seorang ksatria hancur, hal itu tidak akan menjadi masalah selama sumpah yang ada dalam pedang itu tidak hancur. Itu adalah sebuah peribahasa dari Forthorthe. Ruth percaya bahwa peribahasa itu tidak hanya berlaku untuk sebuah pedang, tapi juga berlaku untuk semua orang. Meskipun seseorang itu tidak terlihat sebagai ksatria sedikitpun, itu tidak akan menjadi masalah selama sumpah atau janji yang orang itu pegang tetap ia jalankan. Seseorang bisa dilatih menjadi ksatria, tapi hal yang sama tidak berlaku bagi sumpah ataupun janji.

Satomi-sama, tolong terimalah Yang Mulia...

Keinginan Ruth tidak sebatas hanya demi Theia saja, tapi juga untuk dirinya sendiri.

"Kalau begitu, aku akan kembali sekarang"

"Theia, kamu bener-bener suka main game, ya"

"Bukan 'kamu'! Tapi, Tuan Puteri Theiamillis!"

"Baik, baik, wahai Tuan Puteri Theiamillis"

Sebuah gambaran dimana Koutarou dan Theia duduk bersama berdampingan sambil bermain video game muncul di benak Ruth. Sewaktu-waktu, mereka akan saling memaki, dan di saat yang lain akan saling mengganggu dengan cara mengganggu tangan mereka yang sedang memegang controller. Ruth berharap dia bisa mendapat suatu tempat di samping mereka.

Kiriha dan Harumi tiba di sebelah Koutarou beberapa saat setelah Theia dan Ruth kembali ke Blue Knight.

"Oh? Dimana Ibu Kos-san?"

Semenjak Koutarou berniat pulang bersama Kiriha dan Shizuka, dia pun melihat ke sekelilingnya untuk mencari Shizuka. Melihat Koutarou yang melakukan itu, Harumi menjelaskan keadaannya kepada Koutarou.

"Satomi-kun, kelihatannya Kasagi-san mendapat tawaran kerja paruh waktu yang baru"

"Kerja tambahan?"

Tepat di saat itulah, Koutarou menemukan Shizuka yang berada di ruang kantor TK. Dia sedang berbicara dengan seseorang dari divisi pemuda dan seorang pria yang belum pernah dilihat Koutarou. Pria itulah yang menawarkan Shizuka sebuah pekerjaan tambahan yang baru.

"Kelihatannya, ada seorang profesional yang menonton pertunjukan hari ini"

Kiriha menggantikan Harumi berbicara dan menjelaskan dengan lebih detail.

Pertunjukan hari ini sangat bagus, bahkan di mata seorang profesional. Yang membuatnya sangat terkesan adalah gerakan Shizuka sebagai Kisshou-lady. Shizuka, yang sudah mempelajari seni bela diri, melakukan gerakan-gerakan spektakuler meskipun badannya feminim. Karena itulah dia ditawarkan untuk mencoba sebuah pekerjaan paruh waktu yang juga berfungsi sebagai sebuah audisi.

"Hmmm, hebat juga, Ibu Kos-san..."

"Kalau semuanya berjalan lancar, dia bisa menjadi bintang laga"

Setelah mendengar keadaannya, Koutarou menjadi takjub. Harumi memukul Koutarou pelan dua kali sebelum tersenyum ke arahnya.

"Pertunjukan aksi kayaknya nggak mungkin buat kamu, senpai"

"Aku punya ksatria untuk melindungiku, jadi aku tidak perlu bertarung"

"Serahkan itu pada hamba, Tuan Puteri Alaia"

"Fufufu"

"Ngomong-ngomong, itulah kenapa Kasagi-san mengatakan pada kita untuk pulang lebih dulu tanpa dia"

"Begitu. Yah, mau bagaimana lagi"

Setelah tertawa bersama Harumi, Koutarou menoleh ke arah ruang kantor itu sekali lagi setelah mendengarkan Kiriha.

Koutarou tidak perlu membayangkan terlalu rumit untuk menebak kalau pembicaraan Shizuka mengenai pekerjaan paruh waktu itu akan butuh waktu yang lama. Tapi, karena Koutarou harus mampir ke mall saat pulang nanti, dia tidak bisa duduk diam dan menunggu begitu saja.

"Baiklah. Senpai, Kiriha-san, ayo kita pulang"

"Oke"

"Baiklah"

Koutarou dan mereka berdua pun meninggalkan TK itu dan melangkah pulang.

"Kalau begitu, Satomi-kun, Kiriha-san, kita berpisah disini dahulu"

Tepat sebelum tiba di mall, Harumi berpisah dari Koutarou dan Kiriha. Rumahnya terletak di arah yang berlainan, jadi sejauh inilah Harumi bisa mengikuti mereka berdua.

"Oke, sampai jumpa di sekolah, ya"

"Sampai jumpa, Sakuraba-senpai"

"Sampai jumpa, kalian berdua"

Harumi tersenyum ke arah mereka berdua dan mulai melangkah melewati jalan yang berbeda. Koutarou dan Kiriha melihatnya pergi, dan setelah Harumi melambai sekali lagi ke arah mereka sebelum berbelok, mereka berdua mulai berjalan kembali.

"Kiriha-san, kita beli apa aja hari ini?"

"Telur, nato yang sedang dalam promosi, kantong sampah plastik dan beberapa sayur"

Setelah mereka hanya berdua saja, Kiriha kembali bertingkah normal. Melihat itu, Koutarou pun menjadi lega. Menurutnya, ada yang aneh kalau Kiriha bertingkah sebagai orang lain dan berpura-pura sebagai murid teladan.

Kiriha biasanya terlihat lebih formal dan tegas. Saat dia berakting menjadi murid teladan, Kiriha menjadi lebih ramah. Tapi, Koutarou lebih menyukai Kiriha yang seperti ini, karena dia dapat merasakan kehangatan yang lebih darinya. Karena itulah, secara tidak sadar, Koutarou berbicara lebih banyak dengan Kiriha saat Kiriha sedang menjadi dirinya sendiri. Dan kali ini pun demikian - Koutarou menjadi lebih banyak bicara.

"Betul juga, sayur ya. Kulitnya Yurika belakangan ini jadi agak kasar, jadi ayo kita kasih dia sayur lebih banyak lagi"

"Itu karena dia makan banyak mi instan"

"Aku tahu. Dan kalau ada daging di atas meja, dia cuma makan itu"

"Fufufu, kalau begitu, ayo kita membuat trik agar dia mau makan sayur miliknya"

Hal yang sama juga berlaku untuk Kiriha. Setelah Harumi pergi, raut wajahnya menjadi lebih alami dan ekspresif. Hanya ada beberapa orang di atas permukaan yang bisa menjadi teman bicaranya tanpa harus menyembunyikan sifat aslinya, yakni para penghuni kamar 106. Dia tidak bisa menunjukan kelemahannya pada bawahannya, dan dia tidak bisa bersikap jujur dengan para penghuni permukaan. Anehnya, dia mungkin bisa menunjukkan dirinya yang asli kepada Koutarou dan yang lainnya karena mereka adalah "musuh".

"Onee-chan!"

Satu lagi yang bisa membuat Kiriha menunjukkan dirinya yang asli - anak-anak. Merekalah sebagian orang dimana Kiriha bisa menunjukkan dirinya yang asli, karena kepolosan mereka.

"Harukaze-man hari ini hebat banget!!"

"Terima kasih. Aku senang kamu senang melihatnya"

"Ya!"

Rokujouma V6 143.jpg

Kiriha lalu berjongkok dan mengelus kepala anak perempuan yang berlari ke arahnya. Anak itu rupanya anak tunggal dari pedagang sayur yang berada di mall. Ayahnya merupakan bagian dari divisi pemuda dan dia bertemu Kiriha lewat kerja bakti. Anak itu juga salah satu anak yang berada di TK dimana Koutarou dan yang lainnya melakukan pertunjukan hari itu.

"Aku ngejaga rahasia dari yang lain! Kalau Kiriha-oneechan itu bagian dari grup penjahat!"

"Fufufu, kalau kamu memberi tahu yang lain, aku akan makan kamu"

"Ahaha, oneechan lucu banget!"

Anak itu dan Kiriha berbicara dengan riangnya, membuat Koutarou semakin ragu akan suatu hal.

Dia itu ke atas sini sebenernya mau nge-jajah atau apa sih?

Namun, sesaat berikutnya, anak itu melihat ke arah Koutarou.

"Eh, eh, onee-chan, kakak yang itu siapa sih?"

Karena itulah, Koutarou berhenti berpikir dan ikut berjongkok di sebelah Kiriha lalu tersenyum ke arah anak itu.

"Nah, aku ini siapa ya?"

"Pacar onee-chan?"

"Emang ya?"

"Bukan!!"

Anak itu tersenyum sambil mengatakan hal itu, dan lalu mulai tertawa. Sementara, Kiriha menoleh ke arah Koutarou dan tersenyum usil.

"Tapi, dia benar-benar pacarku, loh"

Kiriha lalu menggenggam lengan Koutarou dan menyandarkan kepalanya di pundak Koutarou, membuat sebuah aroma bungamenggelitik hidung Koutarou. Aroma itu berasal dari pewangi yang dipakai Kiriha pada rambutnya.

"Beneran!?"

Gadis itu, walaupun masih kecil, tetaplah seorang gadis yang akan terbelalak saat mendengar kata "pacar". Koutarou, yang terperangkap oleh senyuman Kiriha, dengan tenang mengangguk ke arah anak itu.

"Bener kok. Hebat kan?"

"Iya! Onee-chan emang pengertian!"

"Pengertian!?"

Koutarou keheranan dengan perkataan itu, sementara anak itu mengangguk dan melanjutkan bicaranya.

"Onee-chan kan cantik banget, jadi kenapa onee-chan mau pengertian sama onii-chan yang jelek ini!? Apa ini kerja bakti onee-chan juga!?"

"Kamu pinter juga..."

Koutarou hanya bisa tersenyum pahit menerima penilaian buruk anak tersebut dan lalu mengelus kepalanya. Kiriha, yang saat itu terlihat senang, mengeluarkan suara berdeham.

"Fufu, onee-chan tidak sedang bekerja bakti ataupun pengertian. Setelah kamu dewasa, kamu akan mengerti"

"Onee-chan dewasa banget ya"

"Setidaknya, lebih daripada kamu:

Kiriha kembali mengelus anak itu sambil tersenyum dan lalu berdiri. Semenjak Kiriha masih memegang lengan Koutarou, Koutarou pun juga ikut berdiri.

"Baiklah, kalau begitu.."

"Onee-chan, mau belanja ya?"

Sambil menggaruk-garuk kepalanya, anak itu bertanya kepada Kiriha, yang kemudian mengangguk dan lalu menunjuk ke arah mall dengan tangannya yang lain.

"Ya. Kami mau membeli bahan-bahan untuk makan malam"

"Hmm..kalau gitu, datang ke tempat kami ya! Nanti kami kasih diskon!"

"Itu memang rencanaku"

"Oke! Kalau begitu, buruan ya! Diskon terbatas kami udah mau mulai!"

"Kamu pinter juga ya..."

Anak itu lalu menarik tangan Koutarou dan Kiriha, memimpin mereka masuk ke dalam mall.


Part 4[edit]

Belakangan ini, sudah menjadi tugas Kiriha dan Ruth untuk pergi berbelanja. Maka dari itulah, sudah lama sekali bagi Koutarou untuk pergi berbelanja bersama Kiriha.

"Oh, Kiriha-chan, kamu lagi jalan sama pacarmu kali ini!?"

"Kiriha-san, kami baru saja mendapat persediaan teh yang bagus. Kalau kamu mau sampel, silahkan ambil beberapa"

"Pertunjukan superhero hari ini sangat bagus!"

"Jangan lirik-lirik dia kayak gitu, sayang! Maaf ya, Kiriha-san"

"Betul juga! Tolong kasih tahu mereka yang datang sama-sama kamu buat kerja bakti ya! Aku mau kerja sama-sama mereka lagi!"

Saat Koutarou berjalan mengiringi Kiriha, beberapa orang terdengar memanggil Kiriha. Dulu, saat dia menemani Kiriha berbelanja, dia tidak pernah melihat situasi seperti ini.

"Terima kasih banyak"

Kiriha saat itu sedang menunduk dengan sopan kepada semua orang yang memanggilnya. Bagi Koutarou, kelihatannya Kiriha juga menikimati perubahan ini.

Hmm...

Dengan perasaan aneh yang mulai muncul di benaknya, Koutarou mengawasi Kiriha.

Orang-orang yang memanggilnya adalah bukti bahwa Kiriha sudah membaur dengan baik di atas permukaan. Berkat partisipasinya dalam berbagai kegiatan di lingkungan itu, Kiriha menjadi semakin dibutuhkan. Kalau semuanya terus berlanjut seperti ini, mungkin suatu hari nanti Kiriha akan memberi tahu segala sesuatunya pada orang-orang itu.

Kiriha menyebutnya sebagai caranya untuk melakukan invasi. Namun, Koutarou tidak melakukan apapun untuk menghentikannya. Tidak, yang lebih penting lagi, dia sendiri ragu kalau ini adalah suatu invasi atau bukan.

Apa dia memang bener-bener mau invasi permukaan?

Koutarou akhirnya kembali ragu.

Menurutnya, Kiriha sedang melakukan emigrasi[2] dengan damai ke atas permukaan. Untuk alasan itulah, Kiriha mendapatkan tempat tinggal secara sah, berinteraksi dengan orang-orang sekitar dan membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang itu.

Namun, saat mereka pertama kali bertemu, Kiriha tidak mau mengatakan itu dan justru menyinggung tentang invasi menggunakan kekuatan militer, dimana mereka akan membangun kuil mereka dan akan memproduksi senjata secara massal seperti haniwa miliknya. Itulah kenapa Koutarou menolaknya. Kalau Kiriha mengatakan padanya bahwa invasi seperti inilah yang direncanakannya sejak awal, mungkin Koutarou akan membantunya.

Sekarang aku juga nggak yakin kalau dia bener-bener mau ngebangun kuil itu apa nggak...

Keraguan terbesar yang ada di pikiran Koutarou adalah fakta bahwa Kiriha belum mengambil alih kamar 106.

Kiriha cukup pintar untuk bisa mengakali Koutarou, dan kemungkinan tidak ada gadis lain yang sepintar dia. Kalau Kiriha benar-benar berniat, dia bisa menyelesaikan seluruh pertarungan perebutan kamar 106 dalam sekejap. Mudah baginya untuk mengalahkan Koutarou, Sanae, dan Yurika. Karena Theia sendiri dapat ditangani secara simpel, ada banyak cara untuk memperalat Theia. Antara dia bertarung secara jujur ataupun menggunakan suatu rencana tertentu, Koutarou merasa bahwa hal itu adalah aneh karena hingga saat ini Kiriha belum menang.

Entah mengapa, Kiriha tidak menganggap invasi ini dengan serius. Bahkan, dia justru akan membantu Koutarou atau yang lainnya. Misalnya, saat Sanae diculik oleh para pemburu hantu, atau saat Theia diserang oleh Clan. Kiriha pernah mengatakan kalau dia tahu bagaimana betapa sakitnya saat sesuatu dicuri dari dirimu, tapi dia tidak hanya sekedar membantu musuhnya - yaitu para penghuni kamar 106 yang lain - dan malah menolong mereka disaat mereka butuh pertolongan.

"Aku baru mau membuang daganganku yang tidak laku. Silahkan kamu ambil saja"

"Terima kasih banyak"

"Daripada aku buang, aku lebih milih kalau gadis cantik sepertimu yang makan! Sampai jumpa lagi, nona!"

"Koutarou, aku mendapat beberapa takoyaki. Tapi, karena kita belum makan malam, maukah kamu makan sebagian dari ini?"

"Boleh, makasih ya, Kiriha-san"

Kiriha tersenyum dan lalu menyerahkan piring kertas yang berisi takoyaki yang baru didapatnya kepada Koutarou. Koutarou menerimanya sambil berkomentar di dalam hatinya.

Dia bener-bener nggak ada niat buat invasi ke atas sini...

Hal yang membuat Koutarou ragu lebih dari apapun adalah senyuman Kiriha. Dia tidak bisa membayangkan kalau senyuman yang ditunjukkan Kiriha kepada anak-anak dan oranh-orang yang bekerja di dalam mall itu adalah senyuman yang palsu. Karena itulah dia tidak bisa membayangkan Kiriha yang akan menyerang mereka dengan senjata.

"...Hei, Kiriha-san"

"Ya, Koutarou?"

Koutarou akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Kiriha. Kalau dia bertanya dengan serius, Kiriha pasti akan menjawabnya. Selama delapan bulan ini, kepercayaan Koutarou kepada Kiriha telah bertumbuh hingga akhirnya membuat Koutarou percaya bahwa Kiriha akan menjawabnya.

"Aku penasaran sama sesuatu nih, boleh aku tanya?"

Kiriha, yang berjalan berdampingan dengan Koutarou, sedang mengisi mulutnya dengan takoyaki. Ia lalu menoleh ke arah Koutarou, dan senyumnya menghilang sesaat.

"...Itu tergantung dengan apa yang akan kamu tanyakan, tapi aku akan menjawabnya sebisaku"

Karena Kiriha begitu sensitif dengan perasaan orang lain, dia tahu kalau Koutarou akan menanyakan sesuatu yang serius.

"Oke, kalau gitu aku mau tanya soal..."

Raut wajah Koutarou pun berubah serius.

"...Kamu nggak pernah punya niat dari awal buat invasi ke atas sini, iya kan?"

"Kou--"

Saking kagetnya, Kiriha sampai tidak bisa menyebutkan nama Koutarou. Matanya terbelalak untuk beberapasaat sebelum akhirnya Kiriha mulai tersenyum kembali.

"...Itu sesuatu yang betul-betul mengejutkan untuk dikatakan, Koutarou. Tentang aku, yang tidak mau menginvasi permukaan..."

Saat mengatakan hal itu, Kiriha merogoh saku kimononya dengan tangannya yang putih dan halus.

"Kamu nggak bener-bener mau, iya kan?"

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

Kiriha lalu menarik keluar tangannya dari dalam saku, sambil memegang sebuah kartu. Kartu itu, yang mempunyai kemilau metal dan sepertinya berasal dari hadiah sebuah permen, sudah terlihat usang dan robek.

Kalau nggak salah, itu kartu yang aku lihat di pantai...

Koutarou lalu menjawab pertanyaan Kiriha sambil menatap kartu yang Kiriha keluarkan.

"Kamu terlalu baik untuk bisa menginvasi kita"

Kiriha memang baik. Dia baik kepada semua orang. Dia akan menyembunyikannya dengan menggunakan kata-kata, tapi pada akhirnya, dia tidak akan menyakiti orang lain.

"...!?"

Kiriha betul-betul terkejut mendengar itu. Setelah menatap sejenak kartu yang ada di tangannya, dia kembali mengarahkan pandangannya kepada Koutarou.

"...Apa yang membuatmu berpikir kalau aku tidak berakting seperti itu untuk mendapat kepercayaanmu?"

Kiriha lalu tertawa setelah mengatakan itu. Namun, Koutarou bisa merasakan perasaan yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan yang berasal dari dalam mata Kiriha. Dia tidak bisa membayangkan perasaan apa yang berada di dalam mata itu, tapi Koutarou menjawab pertanyaan Kiriha tanpa ragu sedikitpun.

"Aku ngerasa kalau aku ditipu sama kata-kata itu beberapa kali sebelumnya. Kamu bakal ngomong kayak gitu buat nakut-nakutin aku. Karena aku bego, aku pasti kena tipu terus-terusan"

Koutarou hanya bisa tersenyum kecut.

"....Apa jangan-jangan justru gawat buatmu, kalau aku sampai percaya sama kamu?"

Koutarou tidak punya alasan apapun untuk percaya dengan apa yang baru saja ia sendiri katakan. Dia memang tidak sepintar itu. Tapi, kata-kata itu datang dari dalam intuisinya, intuisi yang berasal dari pengamatannya terhadap Kiriha selama delapan bulan ini. Koutarou percaya dengan intuisinya itu.

"..."

Ekspresi yang ada di wajah Kiriha menghilang dan ia tidak menjawab Koutarou. Sambil terdiam, ia menatap kartu yang ada di tangannya selama beberapa saat. Koutarou pun tidak memaksa Kiriha untuk segera menjawabnya. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka dalam kesunyian.

"Koutarou"

Setelah mereka melewati game center dan bintang-bintang mulai bermunculan di atas mereka, Kiriha akhirnya mulai angkat bicara.

"Ya?"

"Bisakah kamu menemaniku kalau kamu ada waktu?"

Bintang yang tak terhitung jumlahnya berkerlap-kerlip memenuhi langit musim dingin yang indah...

"...Ada satu tempat yang ingin aku tunjukkan kepadamu"

...menyinari senyuman Kiriha, yang juga turut bersinar dengan indahnya.



Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Bukan typo. Kotarou yang ini adalah salah satu Red Shine
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Emigrasi