Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Matsudaira Kenji sedang Kesulitan[edit]

Part 1[edit]

Kamis, 10 September

Matsudaira Kenji sedang kesulitan. Dan itu bukan karena sahabatnya yang kurang cerdas. Dia kuatir akan festival budaya yang akan diadakan 2 bulan dari sekarang.

"Oke, aku rasa aku taruh sekitar sini aja..."

Drama klub yang diikutinya mempunyai tradisi untuk mengadakan drama saat festival budaya berlangsung. Tentunya, mereka akan melakukan hal yang sama tahun ini, tapi mereka belum menentukan apa yang akan dipentaskan. Itu karena sang manajer panggung belum menemukan skenario yang mereka suka.

"Kalau aja si ketua mau kasih keringanan sedikit.."

Si ketua klub adalah orang yang menjadi manajer panggung. Tapi, ketua klub saat itu dan si manajer panggung kurang puas dengan cerita-cerita setingkat murid SMA. Itulah kenapa si ketua sudah menolak semua skenario yang sudah ada, dan itulah kenapa sekarang klub drama sedang menyebarkan poster untuk meminta bantuan.

Karena keberadaannya yang berada di bagian bawah kepengurusan, Kenji menggunakan waktu istirahat makannya untuk menempelkan poster di sekeliling sekolah.

"Memangnya ada orang yang bisa nulis cerita bagus di sekolah ini? Kalaupun ada..memangnya mereka mau daftar?"

Saat Kenji dengan lesu menempel poster, sesosok orang yang dikenalnya lewat didekatnya.

"Oh? Kamu ngapain, Mackenzie?"

"Kou"

Orang itu tidak lain adalah Koutarou, yang sedang memegang roti dan jus di tangannya. Dia baru saja kembali dari membeli makan siangnya di kantin.

"Aku lagi begini"

"Apa ini? 'Dicari skenario'?"

"Yep. Klub drama masih nggak bisa memilih mereka mau mementaskan apa. Jadi, mereka mencoba mencari skenario dari luar klub"

"Begitu...Tapi, kalau kamu lagi bermasalah, tinggal bilang aja, Mackenzie. Nggak usah malu-malu"

"Nggak mungkin kamu bisa menolong. Memangnya kamu kenal seseorang yang jago nulis skenario?"

Kenji sudah menyingkirkan Koutarou dari daftar kemungkinan yang ada, dengan segera.

"Kamu baru saja mengatakan sesuatu yang nggak seharusnya, Mackenzie-kun. Tahun-tahun sebelumnya memang iya, tapi tahun ini beda. Kamu pikir kamu bisa lolos setelah bilang begitu?"

"Bisa dong. Memang disebelah mananya dirimu aku bisa menemukan sesuatu seperti 'penulis'?"

Pada akhirnya, Kenji tidak bisa mempercayai Koutarou.

"Kau bodoh, Mackenzie. Tahun ini, aku mempunyai rekan yang luar biasa hebat bernama Sakuraba Harumi"

"B-Benar juga! Ada Sakuraba-senpai!"

Tepat saat nama Sakuraba Harumi disebut, raut wajah Kenji berubah.

Kenji tahu kalau Harumi suka membaca buku. Kalau dia bertanya kepada Harumi, mungkin dia bisa mendapat naskah yang bagus. Meskipun tadinya dia meledek Koutarou, ada ide bagus yang muncul dari itu.

"Nanti aku tanya kalau dia punya ide"

"Tolong ya! Saat ini kita perlu meningkatkan kemungkinan mendapatkan naskah yang sebagus mungkin"

"...Tetep aja, kamu jahat loh"

Perubahan sikap Kenji yang begitu cepat, itulah yang membuat Koutaoru heran.

"Ah, nggak usah dipikirin. Salahmu sendiri kamu bertingkah kayak biasanya. Aku bergantung padamu, Kou!"

Melihat Kenji yang hanya menertawakan komplainnya, Koutaoru mulai merasa jengkel.

"Ya, ya, baiklah"

Sialan kau Mackenzie, awas ya...

Koutarou mengangguk kepada Kenji sambil merencanakan sesuatu di dalam pikirannya.


Part 2[edit]

Pada malam harinya, Koutarou berbicara kepada para penghuni kamar 106 setelah selesai menikmati makan malam.

"Semuanya, bolehkah aku, Satomi Koutarou, meminta sedikit waktu kalian?"

Koutarou, yang berbicara dengan nada formal, membuat semuanya terkejut.

"A-Apa ada yang salah, primitif!? Apakah kau memakan sesuatu yang aneh!? Haruskah kita membawamu ke peralatan medis di kapal Ksatria Biru?"

"Yang Mulia, itu berlebihan!"

"Satomi-san, kamu nggak boleh makan makanan yang kamu pungut dari tanah!"

"Karama, Korama, ambilkan obat perut"

"Mengerti Ho~!"

"Koutarou, tolong tunggu sebentar Ho~!"

Satu-satunya yang tidak merasa kalau itu aneh adalah Sanae.

"Bukan begitu, semuanya"

Sanae menghela nafas dan mulai menjelaskan menggantikan Koutarou. Karena dia selalu berada disebelahnya, dia mendengar seluruh percakapan Koutarou dan Kenji.

"Begini, temannya Koutarou, si Kacamata-kun...Mackenzie ya? Yah, klub drama yang diikutinya lagi mencari naskah"

"Ah, jadi itu sebabnya Satomi-san jadi dramatis"

"Itu benar, semuanya! Aku, Satomi Koutarou, ingin menolong teman baikku, Matsudaira Kenji, disaat dia membutuhkannya!"

Koutarou melanjutkan bicaranya dengan nada yang terlewat dramatis dan gerakan badan yang berlebihan.

"Jadi, Sanae, apa yang ingin disampaikan oleh aktor murahan ini?"

Kiriha bisa mengetahui kalau Koutarou sebenarnya mengincar hal lain. Sanae melemaskan pundaknya dan hanya tersenyum pahit.

"Dia kesal gara-gara dibilang dia dan akting nggak akan bisa nyambung dan kalau dia itu nggak guna"

"Begitu, akhirnya aku mengerti"

Kiriha mengangguk dan menyeruput sedikit tehnya.

"Jadi, semuanya! Tolong pinjamkan kekuatan kalian kepadaku, Satomi Koutarou! Mari kita selamatkan klub drama dari krisis yang mereka hadapi bersama-sama!"

"Dia benar-benar idiot...."

"Satomi-san memang benar-benar keras kepala, ya..."

"Jadi, apa yang kau inginkan dari kami, Koutarou?"

"Aku ingin kalian menulis sebuah naskah bersama denganku! Kalau kita menulis satu naskah per orang, kemungkinan salah satu dari kita terpilih akan meningkat secara drastis!"

Koutarou membujuk mereka dengan suara yang terdengar gagah dan membentangkan poster yang didapatnya dari Kenji di atas meja.

"...Naskah dibatasi satu per orang"

"Dan batas waktunya adalah akhir bulan ini..."

"Menyelesaikan skenario di akhir bulan ini mungkin akan cukup susah"

"Itu nggak mungkin buatku~"

"Kenapa? Bukannya fantasi adalah spesialisasimu?"

"Bukan! Lagian, waktunya nggak cukup!"

Tapi, tidak seperti yang Koutarou harapkan, tidak ada yang tertarik. Batas waktunya cukup singkat, dan peralatan yang tidak mereka kenal menghalangi usaha mereka. Tentu saja, Koutarou tidak berharap kalau para penghuni kamar 106 akan setuju begitu saja.

Dia sudah menyiapkan hadiah yang setimpal.

"Tentu saja, aku mengerti situasi yang dihadapi semuanya. Itulah kenapa aku tidak akan meminta bantuan kalian tanpa memberi imbalan apapun. Pertama-tama, kalau kalian memutuskan untuk berpartisipasi, kalian akan menerima 5 poin tatami milikku. Dan bukan itu saja, jika naskah kalian terpilih, aku akan menghadiahi kalian dengan tambahan 20 poin"

"Aku mau! Aku mau ikutan!"

Yurika langsung menerima tawaran itu.

Hanya dengan berpartisipasi akan memberikannya 5 poin, dan memenangkan kontes itu akan memberikannya tambahan 20 poin. Ini bisa menjadi kesempatan yang dicari Yurika untuk membalikkan keadaan.

"Dalam keadaan terburuk, kau akan kehilangan 20 poin jika kami berempat akan berpartisipasi, dan tambahan 20 poin jika salah satu dari kami menang. Kau bisa kehilangan 40 poin secara langsung. Itu taruhan yang cukup besar, Koutarou"

Kiriha menurunkan cangkir tehnya dan tersenyum. Sulit untuk ditebak apakah dia tersenyum karena keheranan, ataukah karena dia sedang senang.

"Aku hanya perlu menjadi pemenangnya, dan hanya kehilangan 20 poin saja"

"Kau benar-benar idiot...Apakah memang sepadan menggunakan poin sebanyak itu hanya untuk sesuatu seperti itu?"

Dibandingkan dengan Kiriha, raut wajah Theia lebih mudah dibaca. Dia kelihatan keheranan dan menghela nafas panjang. Tapi, bahkan dia sendiri pun tidak menyadari kekuatirannya.

"Tuan Puteri Theiamillis, ada beberapa hal dimana seorang pria tidak bisa mundur begitu saja"

"Y-Ya..."

Theia terdiam sesaat karena Koutarou yang menyebut namanya.

T-Tuan Puteri Theiamillis...

Itu adalah pertama kalinya Theia mendengar Koutarou memanggilnya Theiamillis. Bukannya dia tidak menyukainya, tapi ada sesuatu yang berbeda dengan itu. Theia merasa bingung dengan perasaannya saat itu.

"Koutarou ingin pamer ke Kacamata-kun menggunakan jaringannya sendiri, daripada menggunakan Sakuraba Harumi"

Raut wajah Theia berubah ketika nama Harumi disebut.

"Sakuraba Harumi...Begitu, jadi kalau kita tidak melakukannya.."

Dirinya yang sempat ragu-ragu langsung dipenuhi tekad yang kuat.

"Jadi, tolonglah, semuanya, pinjamkanlah kekuatan kalian kepada Satomi Koutarou ini! Dengan bantuan semuanya, kita bisa melancarkan serangan yang mematikan kepada musuh kita, Mackenzie!"

Pada akhirnya, Koutarou lebih terdengar seperti politisi dibandingkan seorang aktor. Dan tentu saja, Yurika adalah orang pertama yang menjawab panggilan itu.

"Aku mau! Aku mau bantu! Aku bakal dapet 25 poin kalau kepilih! 25! Kalaupun enggak, tetep dapet 5! Aku bakal melakukan apapun kalau bisa dapet poin lagi!"

Dalam kasus Yurika, poin adalah segalanya. Jika semuanya berjalan lancar, dia akan mendapat 25 poin, dan seburuk-buruknya dia masih akan mendapat lima. Itu saja sudah cukup bagi Yurika.

Dia berencana mendapatkan cukup poin untuk merencanakan serangan balasannya.

"B-Baiklah, primitif. Aku berhutang padamu karena kau sudah bekerja padaku selama beberapa hari belakangan ini. Sudah sewajarnya kalau aku akan membantumu. Aku tidak ingin kau berpikir kalau Forthorthe akan melupakan hutangnya"

Theia pun setuju. Tapi, alasannya berbeda dengan Yurika. Poin bukanlah masalah baginya. Seperti halnya Koutarou sudah bekerja di kapal Ksatria Biru, pertukaran poin antara Koutarou dan Theia tidak berarti apa-apa baginya. Namun, adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan bagi Theia jika hambanya sendiri sampai lari ke Harumi untuk meminta bantuan.

Si primitif adalah hambaku. Tidak akan kubiarkan Sakuraba Harumi bertindak sesukanya!

Apa yang mendorong Theia saat ini bukanlah hubungan antara tuan dan hambanya.

Berenang dengan memakai baju renang yang dibelikan Koutarou di pantai, berlari bersama di festival olahraga dan bermain bersama di kamar 106.

Hari-hari luar biasa yang dihabiskannya dengan Koutarou - hal itulah yang diinginkan Theia. Sayangnya, dia belum menyadari hal itu.

"Hmm, jadi Yurika dan Theia ikutan ya?"

"Jadi, apakah kau akan berpartisipasi juga, Sanae?"

"Yep. Aku dan Koutarou lagi mengadakan gencatan senjata, jadi itu bisa jadi pilihan terbaik. Lagian, aku juga mau bantuin Koutarou"

Sanae mengangguk dan tersenyum cerah sembari bermain-main dengan jimat yang menggantung di lehernya. Tidak seperti Theia, dia lebih jujur dengan perasaannya sendiri. Dia mengikuti perasaannya dan berencana membantu Koutarou.

"Kalau begitu, aku tidak bisa tidak ikut berpartisipasi"

Akhirnya, Kiriha adalah orang terakhir yang setuju.

"Kiriha, kamu ikutan juga?"

"Ya"

Dia tersenyum sambil meletakkan cangkirnya ke atas meja.

"Kalau aku tidak berpartisipasi, Theia-dono secara otomatis akan mendapat tempat pertama. Aku tidak cukup baik untuk membiarkan hal itu terjadi"

Saat ini, Kiriha adalah pemimpin dalam hal jumlah poin tatami. Namun, karena ada perbedaan sejumlah tiga poin antara dirinya dengan Theia, jika ia tidak berpartisipasi dia akan kehilangan posisinya sebagai pemimpin.

"Pilihan yang bijak"

"Tapi, sejujurnya, berpartisipasi dalam hal ini kedengarannya menyenangkan"

"Itu mungkin benar bagimu"

Seperti biasanya, Kiriha terlihat menikmati situasi ini"

"Aku berterima kasih atas bantuan kalian. Aku benar-benar senang kalian memberikan aku, Satomi Koutarou, sebuah kesempatan"

Koutarou sedang bersemangat setelah semua penjajah memutuskan untuk berpartisipasi. Biasanya, dia tegas dengan mereka, tapi kali ini dia memberikan senyuman yang hangat untuk mereka.

"Kukuku, tunggu saja, Mackenzie, akan kubalas kau!"

Koutarou menunjukkan seringainya saat dia menyebut nama Kenji.

"Berarti, musim gugur ini menjadi kompetisi literatur"

Ruth telah menyaksikan bagaimana situasi itu berkembang. Karena dia tidak suka bertarung, dia sangat senang saat semuanya bekerja meraih tujuan yang sama.

"Fufufu, berjuang keraslah, semuanya"

Ruth tersenyum saat dia menuang teh ke cangkir-cangkir yang kosong di atas meja.


Part 3[edit]

Saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, semua penjajah sudah kembali ke markas mereka masing-masing. Biasanya mereka akan berdiam di kamar 106 sedikit lebih lama lagi, tapi dari saat itu mereka akan mulai menulis naskah mereka mulai jam 9. Karena itulah, yang ada di kamar 106 tinggal Koutarou, Sanae, dan Yurika. Karena Yurika sudah masuk ke dalam lemari, hanya Koutarou dan Sanae yang masih ada di kamar itu.

"Kamu mau nulis apa, Koutarou?"

"Lagi kupikir nih. Kayaknya sih tentang klub yang penuh semangat"

Koutarou sudah menyilangkan tangannya selama beberapa saat sambil memikirkan tentang apa yang akan ditulisnya. Dia masih belum punya ide yang bagus. Karena itulah, kertas didepannya masih berwarna putih bersih.

"Hmm, memang kamu banget ya"

"Jadi, kamu mau nulis apa?"

Koutarou bertanya kepada Sanae untuk beristirahat sebentar.

"Aku? Aku mau nulis cerita papa mamaku yang kawin lari dan gimana itu bisa kejadian"

Sanae sudah tahu apa yang akan ditulisnya. Dan tidak seperti Koutarou, wajahnya terlihat senang.

"Hmmm, non fiksi ya...Eh tunggu, ortumu kawin lari!?"

"Yep"

Sanae dengan santainya menyebutkan sesuatu yang sangat mengejutkan.

"Sebenarnya, mamaku adalah anak tunggal keluarga yang kaya banget, dan sebelum dia jadi alat dalam politik, dia kabur sama papa, teman kecilnya"

"Begitu..Jadi itu kenapa kamu begitu terobsesi sama kamar ini"

"Yap. Mama papa pasti bingung kalau aku nggak ada disini pas mereka balik"

"...Begitu..."

Ini adalah pertama kalinya Sanae menjelaskan situasinya kepada Koutarou. Alasan dia mau membicarakan itu kepada Koutarou adalah karena jimat yang menggantung di lehernya.

Jadi Sanae punya keadaan kayak begitu..Kalau begitu, mungkin aku bisa membiarkannya tinggal selama yang dia mau..

Koutarou menerima kata-kata Sanae sebagai kebenaran, meskipun setengah tahun lalu dia tidak mau mendengar Sanae. Alasan untuk itu sama seperti Sanae - seperti yang Harumi katakan saat libur musim panas.

"Koutarou, kalau kamu masih belum dapet ide, boleh aku mulai nulis duluan?"

"Hm? Maksudnya?"

Sanae adalah hantu, tapi dia punya kekuatan untuk menggerakkan pena. Itulah kenapa Koutarou tidak mengerti kenapa Sanae meminta izin kepadanya.

"Aku bisa gerakkin pena kayak gini, tapi..."

Sanae membuat pena itu melayang ke udara. Pena itu melayang di depan Koutarou dan mulai berputar.

"Poltergeist ya?"

"Yap. Tapi susah buat bikin gerakan yang sulit kayak gini. Tulisannya bakal jelek dan bikin aku cepet capek"

Sanae menghentikan pergerakan pena itu untuk sementara dan mulai menulis di udara. Gerakan pena yang dihasilkannya terlihat kikuk. Seperti yang dikatakan Sanae, kemampuannya masih terlalu kasar. Itu sudah sewajarnya, karena biasanya hantu selalu membuat kekacauan.

"Jadi, aku pikir bakal lebih gampang kalau aku merasuki kamu"

"Ah, begitu, kayaknya pernah denger deh. Penulis bayangan[1], ya kan?"

"Yap. Aku juga pikir sesuatu kayak itu"

Sanae sedang membicarakan automatic writing, yang juga dikenal sebagai psychography[2], bukan penulis bayangan. Tapi, hanya ada Koutarou dan Sanae di kamar 106 saat itu, jadi tidak ada orang yang bisa membetulkan mereka.

"Yah, boleh aja sih, kalau cuma itu"

"Beneran? Kalau gitu, habis aku udahan, aku pijat pundakmu yang kaku ya!"

"Oke, janji ya, Sanae"

"Yap!"

Sanae melompat ke punggung Koutarou dengan riangnya.

"Oh?"

"Hehehe"

Sanae melingkarkan tangannya disekitar leher Koutarou dan meletakkan kepalanya di pundak kanan Koutarou. Raut wajahnya terlihat lebih cerah dibanding sebelumnya. Koutarou menjadi ragu kalau ini sudah cukup menyenangkan bagi Sanae, atau kesenangannya justru akan datang.

"W-Wow, tanganku gerak sendiri!?"

"Inilah kekuatan penulis bayangan!"

Koutarou tidak melakukan apapun, tapi tangannya mulai bergerak. Tangan kanannya mengambil pena yang tergeletak di meja teh dan mulai menulis di atas kertas didepannya.

"...Rasanya aneh juga tangan kananmu gerak sendiri"

"Fufu, keren kan?"

Rokujouma V4 069.jpg

Huruf-huruf mulai mengisi kertas sementara Koutarou masih kebingungan.

"Keren sih, tapi huruf-hurufnya lebih bagus daripada biasanya, jadi agak aneh"

"Kalau gitu, gimana kalau kamu ingat cara tanganmu gerak sekarang?"

"Boleh juga"

Saat Koutarou mengangguk, tangan kanannya berhenti bergerak, dan Sanae hanya melihat ke arah Koutarou tanpa melakukan apapun.

Apa?

Dengan kebingungan, Koutarou melihat ke kertas dihadapannya, yang sudah mempunyai sebuah kalimat di atasnya.

"Aku ngerti kok, ampun deh..."

Setelah membacanya, Koutarou menghela pendek dan meletakkan tangan kirinya ke atas kepala Sanae.

"Bagus banget"

Dia mulai mengelus kepala Sanae dengan tangan kirinya.

"Ehehehe~"

Kalimat yang tertulis sangat sederhana.

Puji aku lebih lagi, dasar sialan!

Karena Sanae sedang merasuki Koutarou, dia tidak yakin apakah dia sedang mengelusnya, atau Sanae sedang mengelus dirinya sendiri.

"Koutarou, nggak apa-apa loh kalau kamu lebih halus lagi"

Tapi, di saat itu Koutarou sudah tidak peduli lagi.

Tepat di saat itu pintu geser dibelakang Koutarou terbuka.

"S-Satomi-san!"

Saat Koutaoru dan Sanae berbalik, mereka melihat Yurika melompat keluar dari dalam lemari. Untuk suatu hal, air mata menghiasi wajahnya dan di tangannya terdapat sangkar serangga.

"Fueeeeeeh! Tolong aku, Satomi-san!"

Dan saat dia mendarat di lantai, dia langsung menangis.

"A-Ada apa, Yurika?"

"Kenapa kamu nangis?"

Setelah saling melihat, Sanae dan Koutarou menanyakan Yurika apa yang salah. Saat mereka melakukannya, Yurika merangkak mendekati Koutarou sambil memeluk sangkar itu.

"S-Sebenernya, aku mau tidur, tapi Hercules-chan nggak mau berhenti berisik!"

"Siapa yang peduli!?"

"...Kamu bener-bener kuatir sama hal-hal yang nggak penting ya..."

Koutarou marah terhadap Yurika sementara Sanae keheranan karena mereka berdua sempat yakin bahwa hal yang dihadapi Yurika saat itu serius. Tapi, Yurika masih terus memohon.

"I-Ini penting! Kalau Hercules-chan bergerak sedikit aja, suara gerakannya sama kayak suara kecoa yang masuk ke lemari!"

Meskipun Koutarou dan Sanae tidak peduli, itu adalah hal yang penting bagi Yurika. Dia tidak bisa tidur karena suara yang dibuat Hercules semenjak insiden yang mengerikan dengan seekor kecoa.

"Aku takut tidur sama Hercules-chan!"

"Kalau gitu, taruh aja kotaknya diluar"

"Tapi kalau sampai ketemu sama Ruth-san, selesai sudah!"

"Kayaknya dia bakal hancur sama Koutarou pas lagi tidur sebelum ketemu sama Ruth"

"Sanae, aku udah izinin kamu pakai aku buat jadi penulis bayangan, jadi, bisa nggak kamu percaya sama aku sedikit?"

"Ahh..kalau gitu, lebih baik Ruth yang nemuin"

"Dua-duanya nggak boleh!"

Yurika mendekati Koutarou dan Sanae, dan saat dia mendekati mereka dengan wajahnya yang masih menangis, mereka berdua secara langsung merasa gemetaran.

"Tolong lakukan sesuatu, Satomi-san!"

"Walau kamu bilang begitu..."

"Menyerah saja, lepasin Hercules-chan"

"Nggak bisa! Adiknya si wakil ketua bakal nangis!"

Mungkin karena merasakan bahaya dari Yurika, si kumbang Hercules menggoyangkan tanduk besarnya. Dan saat tanduknya bergesekan dengan serpihan kayu di dalam sangkarnya, suaranya mirip dengan suara kecoa.

"Tolong aku, Satomi-san!"

"Oke, oke. Tenang dulu, oke?"

"Beneran? Kamu nggak akan ngeledek aku kayak biasanya?"

"Nggak akan"

Koutarou benar-benar akan membantu Yurika. Dia tidak mau mengambil resiko Ruth yang meledak amarahnya karena melakukan sesuatu setengah-setengah. Itu karena dia tahu Ruth bisa menjadi semenyeramkan apa semenjak insiden kumbang pada liburan musim panas.

"Tapi, kamu mau ngapain, Koutarou? Kalau Yurika dan Hercules-chan ngga bisa sekamar, ngga ada tempat lagi"

"Hmm..."

"Tolong, aku bergantung padamu, Satomi-san!"

"Berhentilah menangis dan ikutlah berpikir, Yurika!"

"Fueeeeh! Satomi-san marah! Selesai sudah! Jangan apa-apain Hercules-chan! Kenapa kamu kejam banget, Satomi-san!"

Yurika menghadap sangkar serangga yang ada di atas meja teh selagi air mata mengalir membasahi pipinya.

"Ini kejam banget, sungguh terlalu! Aku tahu kamu orangnya jahat, tapi aku nggak bayangin kalau kamu segini kejamnya!"

"Tenanglah, Yurika!"

"Semuanya tamaaaat!! Hercules-chan!!"

"Aaaaaaahh, ya ampuun!"

"K-Kalau sudah begini, aku nggak punya pilihan lain selain pergi dari kamar ini! T-Tapi kalau aku pergi, aku nggak bisa ngelindungin kamar ini! Ahh...Hercules-chan, aku harus apa!?"

Sebuah ide muncul di kepala Koutarou saat dia mendengarkan keluhan Yurika.

"Pergi dari kamar...? Itu dia! Hey, Yurika!"

"Uuuuuhhh...a-ada apa? Apa rencanamu buat ngeledek aku lagi?"

Saat Koutarou menggoyang bahu Yurika, dia berbalik untuk melihat ke arah Koutarou. Air mata masih saja mengalir keluar dari matanya.

"Bukan gitu. Aku tahu gimana caranya ngelindungin Hercules"

"Eh!? Beneran!?"

Tapi saat dia mendengar kalau Koutarou mempunyai ide bagus, air matanya berhenti mengalir dan dia tersenyum.

"Satomi-san, aku tahu kamu memang orang baik!"

"Aku dari tadi mikir, keegoisan dan cepatnya kamu ganti emosi, Yurika, kamu hebat juga..."

Meskipun Sanae sedang terkagum-kagum, Yurika memandangi Koutarou dengan mata penuh harap. Kalau saja dia tidak sedang membawa sangkar itu, dia mungkin sudah menjabat tangan Koutarou.

Yurika...kamu nggak apa-apa hidupmu seperti itu..?

Koutarou dan Sanae punya pendapat yang sama, tapi mereka menahannya dan melanjutkan bicara.

"Untuk awalnya, kita taruh Hercules di lemari"

"Oke, lalu aku ngapain?"

"Kamu pergi tanpa pikir panjang lagi"

"Tidaaaaaaaak! Itu bercanda kan!?"

"Jangan bikin ini tambah parah, Sanae"

"T-Tapi, Koutarou..."

"Aku tahu apa yang kamu rasain kok"

Koutarou juga ingin mengusir Yurika pergi, tapi dia adalah teman baik Harumi, jadi Koutarou tidak bisa melakukan itu. Dia juga punya satu alasan lagi untuk tidak mengusir Yurika pergi.

"Buat sekarang, tahan dulu ya, Sanae"

"O-Oke..."

Sanae menahan dirinya saat Koutarou memintanya, karena dia juga tidak mau membuat Koutarou kerepotan.

"Bagus, Sanae"

"Ah.."

Koutarou tersenyum padanya dan mengelus kepalanya.

Koutarou...

Sesaat kemudian Koutarou berbalik dari Sanae, tapi Sanae tetap tidak bergerak. Malahan, dia menaruh tangannya ke kepalanya baru saja dielus dan melihat ke arah punggung Koutarou.

Ehehehe, bagus sekali...

Saat itu Sanae dipenuhi oleh perasaan yang hangat dan nyaman. Rasa itu sama saat Koutaoru datang menyelamatkannya saat dia ditangkap oleh para pemburu hantu. Dia lalu menggunakan tangannya yang lain untuk menggenggam jimatnya, sambil memandangi Koutarou dengan senyum.

"Yurika, taruh Hercules di dalam lemari, dan setelahnya kamu tinggal di kamar ini buat sementara waktu"

"...Eh?"

Setelah Yurika mendengar kata-kata itu, dia terdiam membisu dan dengan gugup melihat ke arah Koutarou.

"I-Itu nggak apa-apa?"

"Yah, nggak apa-apa sih. Meskipun jumlah poinmu setengah dari yang lainnya, kamu masih punya hak buat sebagian kamar ini"

"M-Makasih bangeeeeeeeet!!"

Yurika menunduk dan berterima kasih kepada Koutarou sebelum berbalik ke arah sangkar serangga.

"Syukurlah, Hercules-chan! Kita nggak perlu pergi!"

Dia kemudian berbicara dengan riangnya kepada Hercules yang ada di dalam kotak itu.

Koutarou punya satu alasan lagi kenapa dia tidak mengusir Yurika, dan itu adalah karena kumbang Hercules itu.

"Sekarang kamu bisa kembali ke adiknya wakil ketua dengan selamat, Hercules-chan!"

Gadis penyihir cinta dan keberanian ya...Pas kayak waktu Sanae ketangkep, kayaknya dia nggak punya cinta ataupun keberanian...

Karena Hercules, dan karena bocah laki-laki pemilik asli Hercules. Koutarou ingin menolong Yurika karena dia tidak menyerah memperjuangkan si kumbang yang lemah.

Dan setelah keributan kecil itu, waktu berjalan hingga tenggat waktu di akhir bulan tanpa masalah yang cukup berarti. Koutarou, Sanae dan Yurika menulis naskah mereka di kamar 106, sementara Theia menulisnya di kapal Ksatria Biru, dan Kiriha menulis naskahnya di markas rahasia bawah tanahnya.

Naskah-naskah itu kemudian diserahkan ke klub drama melalui Kenji. Karena Sanae adalah hantu, Shizuka menuliskan namanya di naskah milik Sanae. Di saat itu, Yurika yang ahli dalam fantasi dan Kiriha yang mampu melakukan segalanya dengan baik adalah kandidat favorit yang naskahnya terpilih diantara penghuni kamar 106.

Tapi, naskah yang terpilih ditulis oleh seseorang yang tidak pernah diharapkan oleh siapapun untuk menang.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]


Kembali ke Bab 1 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 3