Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Clan dan Hercules[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 2 September

Bintang yang bersinar di dalam hitamnya galaksi nampak sebagai pantulan di mata Theia.

"Itu Clan..."

Itulah yang digumamkan Theia saat dia memandang ke layar di dalam anjungan Blue Knight.

Dia tidak berbicara dengan keras, tapi karena ada sedikit orang di anjungan, suaranya terdengar oleh semua orang.

Hanya empat orang yang ada di anjungan raksasa Blue Knight di saat itu.

Orang-orang itu adalah awak kapal Blue Knight: Theia dan Ruth, juga Koutarou, yang bekerjasama sebagai kerja paruh waktu, dan Sanae, yang ikut serta dengan Koutarou.

"Clan?"

"Siapa itu?"

Koutarou dan Sanae tidak tahu apa arti dari kata 'Clan'.

Dan saat keduanya mulai tampak bingung, Ruth akhirnya mulai menjelaskan.

"Clan adalah nama dari seseorang. Itu adalah nama panggilan dari Clariossa Daora Forthorthe. Yang Mulia Clariossa adalah tuan puteri kedua dari Kekaisaran Galaktik Forthorthe"

Sekitar sepuluh hari lalu, Blue Knight mendeteksi adanya celah ruang waktu di dekat kapal.

Hal itu disimpulkan sebagai kapal luar angkasa Forthorthe lainnya, tapi mereka tidak bisa menemukan kapal itu setelah selama ini.

Itulah saat dimana Theia menggumamkan nama Clan.

"Tapi, bagaimana kamu bisa tahu kalau itu dia, Tulip? Kamu nggak punya petunjuk sama sekali, kan?"

"Tidak punya petunjuk sendiri sudah menjadi sebuah petunjuk. Blue Knight adalah kapal perang kelas bangsawan, tidak banyak kapal luar angkasa yang tidak bisa dideteksi oleh kapal ini"

Sudah menjadi hal yang lazim bagi kapal tempur bangsawan untuk menjadi kapal pemimpin dimulai dari kapal Blue Knight milik Theia.

Dengan kapal tempur bangsawan yang menjadi kapal pemimpin, semangat juang para tentara pun akan meningkat.

Karena itulah kapal tempur bangsawan unggul dalam operasi pencarian dan perang informasi, akan sangat memalukan jika sebuah kapal pemimpin tidak sadar dengan keadaan disekelilingnya.

Hanya ada beberapa kapal saja yang mampu menghindari pencarian dari Blue Knight.

"Diantara mereka, aku hanya bisa memikirkan satu kapal saja yang akan berurusan denganku"

"Dan itu...si Clan ini?"

"Ya. Kapal pribadi Yang Mulia Clan, Hazy Moon, memiliki sistem kamuflase yang sangat canggih"

"Koutarou, kamuflase itu apa?"

"Gampangnya sih, bagus buat main petak umpet"

Koutarou juga tidak begitu mengerti tentang kamuflase, tapi dia sudah pernah melihatnya dalam film, jadi dia mencoba menjelaskannya kepada Sanae.

"Oh. Kalau begitu hampir sama denganku, dong"

"Ya. Teknologi kamuflase pada kapal Clan adalah sesuatu yang dibuatnya sendiri, jadi cukup merepotkan untuk berurusan dengannya"

"Dia bikin sendiri? Padahal dia tuan putri?"

Koutarou terbelalak kaget begitu mendengar hal itu.

"Itu benar, Satomi-sama. Yang Mulia Clan punya pengetahuan yang cukup dalam mengenai teknologi. Mengatur dan mengubah ulang kapalnya sendiri sudah seperti permainan baginya"

"Begitu...Memang banyak orang hebat ya, di dunia ini..."

Koutarou benar-benar terkesan dengan hal itu.

Karena kemampuan berpikirnya yang tidak seberapa, Koutarou tidak akan bisa mengatur ulang sebuah kapal ataupun membuat sebuah teknologi baru.

"...Dia tidak hebat"

Kata-kata Koutarou membuat Theia kesal dan Theia pun merengut.

"Yang bisa dilakukannya hanya berlari dan bersembunyi. Itu tidak cocok bagi kaum bangsawan!"

Theia mulai mengkritik Clan sambil tetap merengut.

"Kenapa kamu semarah itu, Tulip?"

"Aku tidak marah!"

"Nggak, kamu memang marah"

"Aku bilang aku tidak marah! Tahan bicaramu, primitif!"

Theia merasa tidak puas karena Koutarou memuji Clan, sementara dia sendiri tidak pernah dipuji.

Sayangnya, Koutarou tidak mengerti hal itu.

"Kau memang benar-benar tidak sopan"

"Apa?"

Koutarou hanya bisa memandang Theia dengan kebingungan.

Ruth memanggil Koutarou dengan suara pelan.

"...Satomi-sama, Satomi-sama"

"...Ya?"

Koutarou pun menjawab Ruth dengan suara pelan.

Ruth mendekat ke arah Koutarou dan berbisik.

Dia tidak ingin Theia mendengarnya.

"...Sebenarnya, ada banyak konflik diantata Theia-sama dan Clan-sama"

"Ah, jadi begitu rupanya..."

"Sementara Theia-sama adalah orang yang sangat aktif, Clan-sama adalah tipe orang yang lebih suka mempelajari hal-hal yang informatif, dan mereka berdua akan sering bertengkar"

Keluarga Mastir, keluarga asal Theia dan keluarga Schweiger, keluarga asal Clan, adalah keluarga yang sudah cukup lama dikenal bermusuhan.

Keluarga Mastir dikenal sebagai keluarga yang melahrikan banyak pemimpin yang luar biasa di momen-momen penting pada sejarah Forthorthe, dan keluarga Schweiger melahirkan pemimpin yang paling banyak diantara semua keluarga kekaisaran lainnya.

Karena itulah, kedua buah keluarga tersebut sangat bangga bisa menopang Forthorthe.

Theia dan Clan, yang memiliki kepribadian berbeda, hanya membuat api pertikaian kedua keluarga itu lebih besar.

Dan keduanya masih akan bersaing antara yang satu dengan yang lainnya.

"Jadi, Theia nggak bisa kalah dari dia ya..."

"Aku nggak pernah berpikir kalau ada tuan putri yang mau 'mengotori tangannya sendiri'"

"Dalam kasus milik Theia-sama, alasannya bukan hanya itu saja..."

Ruth tersenyum kecut sambil menunjukkan wajah murung.

Koutarou bisa mengerti sedikit perasaan Ruth setelah melihat itu.

Ada banyak hal dimana kau tidak bisa kalah kalau kau ingin melindungi ibumu...

Meskipun mereka adalah musuh yang telah ditakdirkan, Theia pasti ingin menghindari perkelahian yang tidak perlu.

Tapi, jika dia tidak membuktikan kalau dia adalah kandidat yang tepat untuk naik takhta, dia hanya akan menjadi penghalang dari kaisar saat ini, yakni ibunya.

Theia tidak mau menjadi tuan putri yang bisa dipergunakan oleh pihak militer, demi ibunya.

Setelah mendengar keadaan yang dijelaskan oleh Ruth di masa lalu, Koutarou benar-benar mengerti hal itu.

"Apa yang sedang kalian bertiga bisikkan?!"

"Yah..."

Koutarou tidak bisa mengatakan begitu saja kalau mereka sedang membicarakan hubungan Theia dan Clan, jadi dia memutuskan untuk mengganti topiknya.

"Aku ini cowok puber, kau tahu. Jelas saja aku penasaran kalau si Clan ini cantik apa nggak. Tapi Ruth-san nggak mau bilang"

"Eh?"

"S-Satomi-sama, a-apa yang kau!?"

Theia terperanjat dan Ruth mulai panik.

"Jadi, gimana, Tulip!? Apa si Clan ini imut? Apa dia seksi abis!?"

Theia kehabisan kesabaran dan berlari kearah Koutarou sambil berteriak setelah mendengar kata-kata Koutarou.

"S-Sialan kau, primitif!! AKan kuberi kau pelajaran! B-Beraninya kau menanyakan aku sesuatu seperti itu! Bagaimana bisa kau bertanya jika dia lebih imut dibandingkan denganku, yang dikenal sebagai bunga emas keluarga Mastir!?"

"Tapi kepribadiannya berkebalikan denganmu kan?"

Wajah Koutarou seperti mengharap akan sesuatu saat dia berhadapan dengan Theia.

Hal itu hanya membuat Theia berteriak lebih keras kearahnya.

"K-Kau tidak loyal, penghianat--"

"Kalau kamu lebih kalem sedikit, kamu bakal lebih imut juga loh, dan aku punya harapan gede buat seseorang yang sifatnya beda jauh!"

Tapi, kata-kata Koutarou selanjutnya menghilangkan semua amarah Theia.

"..."

Aku akan jadi imut kalau aku lebih kalem...?

Theia tidak bisa begitu saja menghiraukan kata-kata yang disebutkan Koutarou.

"..."

Si primitif pikir..aku...imut?

Jantung Theia mulai berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.

Deru nafas mengalir keluar dari mulutnya, bukan kata-kata.

Raut wajahnya yang tadinya terlihat marah berubah menjadi penuh harap saat dia melihat ke arah Koutarou.

"Jadi, gimana, Tulip? Apa si Clan ini imut?"

"Ah.."

Tapi, sesaat setelahnya, harapan itu berubah sekali lagi menjadi amarah.

Pada akhirnya, Koutarou lebih tertarik dengan Clan.

Theia sempat merasa bahagia karena disebut imut, tapi sekarang dia jauh lebih marah dari sebelumnya.

"Akan kubunuh kau! Diam di tempat, primitif! Akan kucincang habis dirimu sekarang juga!"

"Wow! Ini dia datang!"

Dengan Theia yang tiba-tiba menyerangnya, Koutarou pun mulai lari untuk menyelamatkan diri.

"Kurang ajar kau, beraninya kau memainkan perasaanku berulang kali! Berhenti berlari, primitif! Akan kucincang habis dirimu!"

"Buodoh! Siapa juga yang mau berhenti setelah dengar yang kayak gitu!?"

Koutarou membalik badannya dari hadapan Theia dan lari dengan sekuat tenaga, dengan Theia yang mengejar dibelakangnya.

"Haaah..."

"Yang Mulia! Tolong berhenti, Yang Mulia!"

Koutarou dan Theia berlari melewati Sanae yang keheranan dan Ruth yang sedang panik.

Ruangan tempat mereka berlari, yaitu anjungan kapal, memang cukup luas untuk mereka berlari kesana kemari.

"Kamu juga bodoh, Koutarou..Kalau kamu terus begitu, Theia bakal benar-benar membunuhmu nanti.."

Sanae mengerti kalau Koutarou mengubah topik pembicaraannya seperti itu karena Koutarou tidak ingin Theia tahu tentang apa yang dia dengar dari Ruth, jadi Sanae juga merasa kalau hal itu tidak bisa dielakkan lagi.

"Mereka berdua keras kepala sekali soal hal-hal aneh..."

Ruth juga merasakan hal yang sama dengan Sanae.

Tapi, bagi Ruth, dia tidak hanya mengerti apa yang dipikirkan Koutarou, tapi juga perasaan dan kepribadian Theia, dan entah kenapa Ruth merasa senang.

"...Terima kasih sudah menjaga Yang Mulia, Satomi-sama..."

Ruth mengawasi Koutarou dan Ruth yang masih berlari dengan wajah penuh kelembutan.


Part 2[edit]

Mereka berdua tidak berhenti berlari sampai beberapa saat kemudian.

Koutarou dan Theia terbaring di lantai kelelahan setelah berlari sekuat tenaga beberapa saat lalu.

"A-Akan kulepaskan kau..u-untuk hari ini..."

"N-Nggak usah...repot-repot.."

"Jangan...berkomentar...p-primitif..."

"Kamu...juga..."

Mereka berdua berbaring bersebelahan dan hanya bisa berdebat seperti itu karena kelelahan.

Tapi, melihat mereka yang berdebat seperti ini hanya memberi kesan kalau mereka terlihat sangat akur.

"Yang Mulia, Satomi-sama"

Ini membuat Ruth bahagia dan tersenyum senang.

"Kalian berdua benar-benar bodoh...Nggak perlu sampai segitunya kan...ampun deh.."

Sanae masih keheranan dan dia hanya bisa menghela nafas.

"Sanae, ada beberapa hal bagi pria dimana dia membiarkan dirinya kalah begitu saja"

"Itu benar. Kalah bukanlah pilihan bagi seorang tuan puteri"

"Bisa nggak kalian berdua pilih antara kalian itu akur apa nggak?"

Sanae mengeluh lagi saat mereka berdua membalas perkataannya secara serempak.

Ruth menggantikan Sanae dan mulai bicara.

"Ngomong-ngomong, Yang Mulia, ini sudah hari kesepuluh dari pencarian, jadi aku pikir sudah waktunya kita menyerah"

"Y-Ya. Itu benar..."

Theia mengangguk dan berdiri. Sementara Sanae, yang kuatir, menanyakan sesuatu.

"Nggak apa-apa nih, kalau kalian berhenti? Kalian masih belum tahu kan, si Clan ini datang untuk apa?"

"Tidak, aku tahu apa yang diincarnya. Dia pasti ingin mengganggu jalannya ujianku. Ujian miliknya perlu menunggu gerhana matahari. Jadi, dia pasti datang kesini untuk menggangguku selagi dia menunggu"

Agar Clan bisa mendapat hak untuk naik takhta, ujian bagi Clan adalah untuk menjalankan tiga upacara sebagai ujian kepercayaan.

Dia sudah menjalankan dua dari ketiga upacara itu, tapi upacara ketiga perlu menunggu datangnya gerhana matahari, jadi dia tidak punya pilihan lain selain menunggu.

Masih ada beberapa waktu sebelum gerhana matahari terjadi di planet asal Forthorthe.

Jadi, Theia menyimpulkan kalau Clan menggunakan waktu luangnya untuk mengganggunya.

"Jadi, kalau memang itu seperti yang kamu pikirkan, apa dia nggak pakai kapalnya buat menyerangmu?"

Koutarou bangun dan melihat ke arah Theia dengan pandangan serius.

Theia memutuskan untuk melupakan keributan yang sebelumnya dan menjawab pertanyaan Koutarou.

"Itu yang aku pikirkan sebelumnya, tapi 10 hari sudah berlalu. Kalau dia berencana menyerang, dia pasti sudah melakukannya sejak sebelumnya"

"Selain itu, Satomi-sama, akan ada bukti yang tertinggal jika ada dua kapal yang saling serang. Dengan mempertimbangkan itu, hanya ada resiko kecil yang muncul dari serangan kapal miliknya"

"Jadi, kalau dia memang idiot, dia pasti sudah menyerang sejak sebelumnya..."

"Itu benar. DIa pasti sedang bersembunyi entah dimana dan sedang merencanakan sesuatu"

Clan kuatir akan adanya bukti yang tertinggal jika dia menggunakan kapal perangnya, itulah kenapa dia tidak menyerang selama sepuluh hari ini.

Kalau dia memang seorang yang idiot, dia pasti sudah menyerang, dan karena dia tidak menyerang, tidak ada cara untuk menemukan kapal berkamuflase tingkat tinggi miliknya.

Itulah alasan Theia menghentikan pencariannya.

"Dan aku tidak bisa memikirkan alasan lain kenapa Clan tidak menggunakan kapal perangnya, Hazy Moon, untuk menyerang"

"Kenapa?"

"Itu karena Hazy Moon lemah"

"Maksudnya, lebih lemah daripada Blue Knight?"

Kapal Blue Knight lebih lemah dari kapal perang lain pada umumnya karena strukturnya yang rumit.

"Aku merasa sedikit tersinggung dengan caramu menyampaikan itu, tapi iya, itu benar"

"Satomi-sama, itu karena talenta Yang Mulia Clan. Karena dia memodifikasi kapalnya dengan perlengkapan yang dibuatnya sendiri, kemampuan dasar kapal miliknya jauh lebih rendah dibandingkan kapal yang lain"

Karena ada batas untuk daya yang digunakan, setiap perlengkapan yang ditambahkan Clan ke kapalnya hanya mengurangi kemampuan dasar kapal miliknya.

Seperti halnya kemampuan kapal Blue Knight berkurang karena bentuknya yang rumit, kemampuan Hazy Moon juga berkurang karena banyaknya perlengkapan tambahan.

"Jadi, itu artinya, kecuali si Clan ini benar-benar bodoh, dia nggak akan menyerang terang-terangan"

"Clan itu sangat licik, dia tidak suka bertarung langsung. Jadi, kemungkinannya kecil sekali hal itu terjadi"

"...Sangat licik..."

"Kenapa mukamu seperti itu, Primitif?"

Koutarou menunjukkan raut wajah kecewa.

"Yah, aku dengar dia itu kebalikan dirimu, jadinya aku berharap kalau dia lebih anggun"

"Apa!?"

"Dan sekarang aku barusan dengar kalau dia licik banget, kejutannya lebih besar dari yang kukira...."

"Kau masih menyinggung hal itu!? Dasar penghianat!!"

"Wow!?"

Amarah Theia bangkit kembali setelah reda sejenak.

Kedua tangannya meraih Koutarou dan mulai mencekiknya, seperti halnya Sanae.

"S-Sialan kamu!"

"Aku akan benar-benar mengajarkanmu siapa tuanmu hari ini!"

Koutarou dan Theia kembali bertengkar, tapi Ruth hanya memandang dengan tenang ke arah mereka.

Dia memandangnya seperti mereka sedang bermain-main.

"Karena itulah, pekerjaan paruh waktu yang kami tawarkan kepadamu berakhir hari ini, Satomi-sama"

"Oh? Udahan ya?"

Koutarou melihat ke arah Ruth sembari menahan Theia, dan Ruth pun mengangguk.

"Ya. Aku pikir sudah tidak ada alasan lagi bagimu untuk berjaga disini, Satomi-sama"

"Oh ya, aku jadi ingat, kenapa aku perlu ada disini?"

Koutarou telah berada di kapal Blue Knight bersama Theia dan Ruth dalam beberapa hari ini.

Itulah pekerjaan paruh waktu yang mereka tawarkan kepada Koutarou.

Tapi, Koutarou masih tidak tahu kenapa dia harus berada di kapal itu.

"L-Lepaskan aku, Primitif! Dan Ruth, jangan hanya berdiri disana dan tersenyum, lakukan sesuatu!"

Sementara Theia sedang meronta-ronta untuk melepaskan dirinya, Koutarou menegur Theia layaknya adiknya sendiri.

"Tunggu dulu, Tulip. Aku sedang bicara serius dengan Ruth-san sekarang. Aku akan bermain bersamamu nanti ya"

"Aku tidak mau bermain!!"

"Ah, kalau gitu, nanti main sama aku ya, Koutarou"

"Oke"

"Kau meremehkanku lagi! Bermainlah denganku!"

Ruth mulai menjelaskan sambil tersenyum sementara keributan itu terus berlanjut; dia sudah mulai terbiasa dengan hal ini.

"Kapal Blue Knight ini berbentuk seperti manusia, jadi akan lebih baik jika seseorang yang bagus dalam hal berkelahi seperti Satomi-sama yang mengendalikannya"

"Hmm...Yah, Koutarou memang cepat kalau urusan mulai berantem"

"Ya. Aku tidak bisa mengendalikannya, meskipun aku adalah seorang petugas keamanan"

"Oh, begitu rupanya"

Jawaban itu membuat Koutarou puas.

"Apa tidak masalah jika pembayarannya dilakukan dengan poin tatami daripada uang?"

"Ya, nggak apa-apa"

"Itu apa-apa buatku!!"

Dan Theia pun tetap penuh semangat pada hari ini juga.


Part 3[edit]

"Hehehe, aku dapet poin tatami 5 sentimeter tanpa melakukan apapun"

"...Kau tidak mengerti ya, Primitif?"

Koutarou dan Theia saat itu sedang duduk di depan TV.

Keduanya sedang memencet tombol-tombol kontroller game di tangan mereka.

Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk bermain sambil bertanding di dalam game.

"Apa maksudnya?"

"M-a-k-s-u-d-nya, adalah, wow, hampir saja. Bisa pelan sedikit? Aku baru memainkan ini untuk pertama kalinya"

"Aku mengerti...jadi, apa yang nggak aku mengerti?"

"Pada akhirnya, aku tidak hanya membutuhkan kamar ini, tapi juga loyalitasmu"

"Terus kenapa...wow!?"

"Hah, jangan lengah ya...Jadi, kehilangan beberapa poin karena dirimu tidak akan mempengaruhiku sedikitpun. Tidak ada gunanya mengumpulkan semua poin itu jika kau tidak mau bersumpah setia kepadaku, tapi jika aku bisa membuatmu bersumpah setia kepadaku, kau juga pasti akan menyerahkan semua poinmu kepadaku"

Agar Theia bisa mendapat hak untuk naik takhta, dia tidak hanya harus menginvasi kamar itu, tapi juga harus membujuk Koutarou, sang pemilik kamar, untuk bersumpah setia kepadanya.

Tidak ada gunanya mendapatkan kekuasaan atas kamar itu tanpa loyalitas Koutarou, tapi, membuat Koutarou bersumpah setia kepadanya akan memberikannya poin dalam jumlah besar.

Jadi, meskipun Koutarou dan Theia bertukar poin, mempunyai poin lebih sedikit tidak akan berpengaruh bagi Theia.

"Terus kenapa? Aku kerja tanpa dibayar!?"

Karakter yang sedang dikendalikan Koutarou meledak.

Karena terkejut, Koutarou kehilangan poin karena Theia.

"Itu tidak benar"

Theia tersenyum dengan bangga sambil menggoyangkan kontrollernya setelah memenangkan permainan itu.

"Sudah sewajarnya bagi seorang tuan untuk memberikan suatu wilayah bagi bawahannya setelah ia menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Tidak perlu dipikirkan sebagai kerja tanpa bayaran. Ini adalah sesuatu yang normal diantara kita, lagipula kita adalah tuan dan hamba. Kau seharusnya bangga dengan tindakanmu daripada menyesalinya. Banggalah, rakyatku, Satomi Koutarou"

"Yang bener aja! Itu lebih buruk daripada kerja gratisan!"

"Bagus sekali, akhirnya kau menyadari kalau kau adalah rakyatku"

"Aku nggak pernah ingat jadi rakyatmu!"

"Tidak usah malu. Kenyataan adalah kenyataan. Aku senang dengan kontribusimu dan kenyataan kalau kau menerima hadiahku"

"Nggak!"

Koutarou terkejut setelah melakukan tepat seperti apa yang Theia ingin dia lakukan.

"Aku ingin kau bekerja lebih giat lagi di masa depan bagi diriku dan bagi keluarga kekaisaran. Aku berharap padamu, Satomi Koutarou"

"Nggak mauuuuu!!"

Koutarou berteriak sekuat tenaganya.

"...Satomi-san, Satomi-san"

Seseorang menarik lengan baju Koutarou.

"Oh?"

"Satomi-san, aku mau ngomongin sesuatu nih"

Yurikalah yang tadi menarik lengan baju Koutarou.

Dia bergantung kepada lengan baju itu dengan wajah memohon maaf.

Setelah melihat itu, Koutarou menjadi lebih tenang sedikit.

"Ada apa, Yurika, kami akhirnya sedang memperat hubungan antara tuan dan hamba..."

"Enak aja!!"

Theia yang tadinya sedang bersemangat menjadi murung sedikit.

Kebalikannya, Koutarou merasa lega saat dia berbalik menghadap Yurika.

"Jadi, ada apa Yurika?"

"Em...Sebenarnya ada temanku yang minta tolong buat jagain hewan piaraannya sementara mereka lagi pindahan, aku udah terima hewannya...tapi, nggak apa-apa kan?"

"Hewan piaraan?"

Biasanya, Koutarou akan berteriak ke arah Yurika dan mengatakan kalau dia tidak boleh membawa hewan, tapi dia berhutang kepada Yurika karena sudah menyela Theia, jadi dia memutuskan untuk mendengar detailnya.

"Hewan macam apa? Kalau reptil kecil yang ngga bikin ribut, Ibu Kos-san nggak akan ngelarang"

"Nggak usah kuatir soal suara"

"Piaraan!? Jenisnya apa, Yurika!? Tunjukin! Tunjukin dong! Imut nggak!?"

Mata Sanae berbinar-binar setelah mendengar kata "hewan piaraan".

Dia melepaskan dirinya dari punggung Koutarou dan mendekati Yurika.

"Apa, ada apa?"

Theia melempar kontrollernya dan mendekati meja teh.

"Yurika, coba tunjukkan ke kami"

"Em...Sebenarnya...Ini..."

Yurika dengan malu-malu mengeluarkan sebuah kotak plastik.

Kotak itu ternyata kurungan transparan seukuran 30 sentimeter dengan penutup berwarna hijau.

"I-Ini-!?"

"Yurika, kamu!?"

Meskipun tadinya situasi itu bisa diterima, Koutarou dan Sanae hanya bisa melongo melihat apa yang ada di dalam kotak itu.

"Auuuuu, maafkan aku!!"

Dan seperti sudah menduga reaksi itu, Yurika sudah hampir menangis.

"Apa nama dari makhluk yang kekar dan berani ini?"

Hanya Theia si alien yang terlihat kebingungan saat dia melihat ke dalam kotak itu.

"K-Kamu buodoh, Yurika!! Kamu ngerti kan apa yang terjadi kalau kamu bawa makhluk itu ke kamar ini sekarang ini!?"

"Aku ngerti! Aku beneran ngerti! Tapi semua anggota klub cosplay udah bawa masing-masing satu! Aku nggak bisa bilang kalau aku nggak mau!"

Temannya yang sedang pindahan ternyata adalah si ketua klub cosplay.

Karena ayahnya akhirnya membeli rumah, dan karena mereka sedang pindahan dari apartemen ke rumah mereka yang baru, dia mempercayakan peliharaannya kepada anggota-anggota klub yang dipercayainya.

"Yurika, kenapa kamu pilih ini!? Pasti ada piaraan lain yang bisa kamu pilih kan!?"

"Aku juga mau ikan mas atau hamster! Tapi setelah aku selesai dari pelajaran tambahan, tinggal itu yang tersisa!"

Yurika melontarkan alasannya sambil menangis selagi Koutarou dan Sanae membentaknya.

Sementara itu, Yurika masih memandan ke arah kotak itu.

"Apakah makhluk ini berbahaya? Memang, dia memiliki badan yang mirip dengan metal dan tanduk yang kelihatannya kuat, tapi.."

Namun, Koutarou dan Sanae tidak mendengarkan Theia, mereka masih sibuk memarahi Yurika.

"Sebenarnya, Theia-dono"

Tapi, Kiriha yang berada di dekat mereka dan sedang meminum tehnya, menjawab pertanyaan Theia.

"Ini adalah kumbang"

Mendengar nama itu, Theia kehilangan ketenangannya dalam sekejap.


Part 4[edit]

Kumbang Herkules, dengan nama ilmiahnya Dynastes hercules, adalah kumbang yang paling besar diantara kumbang tanduk yang lain.

Kedua tanduknya yang besar dapat menghancurkan musuh semacam apapun, dan cangkangnya yang kuat melindungi badannya dari segala macam bahaya.

Raja serangga ini adalah incaran dari semua anak laki-laki di Jepang.

Rokujouma V4 031.jpg

"Ini adalah kumbang!? T-Tidak mungkin! Yurika! Kau tahu apa artinya ini bukan!?"

"Aku tahu! Aku tahu betul apa artinya! Tapi, aku nggak punya pilihan lain! Karena anggota klub cosplay yang lain meninggalkan piaraan yang paling gampang buat diurus buatku, aku nggak bisa nolak!"

Dibandingkan ikan tropis yang membutuhkan suhu yang sesuai dan hal-hal sejenisnya, kumbang di musim panas lebih mudah untuk diurus.

Kebaikan para anggota klub cosplay bagi Yurika justru berdampak sebaliknya bagi Yurika.

"Apa yang harus kita lakukan, primitif!? Sesuatu yang buruk akan terjadi jika Ruth melihat kumbang ini!"

Si raja serangga adalah makhluk paling lemah di kamar 106.

Hanya dengan berada di kamar itu saja sudah membuat keberadaannya terancam, yang dikarenakan kebencian Ruthkania Nye Paromshiha terhadap kumbang.

"Mood Ruth-san udah kembali normal, tapi ini bakal bikin dia marah lagi!"

"Kalau saja Hercules-chan hanya sekedar mitos..."

"Nggak boleh! Ini piaraan punya adiknya wakil ketua!"

"Y-Yurika! Buang itu sekarang juga! Lepasin dia! Itu yang terbaik buat semuanya, buat kita dan juga serangga itu!"

"N-Nggak bisa! Nanti kalau si adik sedih, gimana!?"

"Kalau hanya perasaan saja yang penting baginya, buang sekarang juga! Nyawa kita dipertaruhkan disini!"

Kekacauan pun hadir di kamar 106.

Semenjak liburan di pemandian air panas, Ruth menjadi trauma dengan kumbang.

Alasan trauma itu muncul adalah karena igauan Koutarou.

Saat dia sedang bermimpi sedang menangkap kumbang, Koutarou memeluk Ruth.

Sejak saat itu, Ruth melampiaskan rasa frustasinya pada Koutarou dan memendam dendam yang sangat terhadap kumbang.

Untungnya, dia memaafkan Koutarou sebelum akhir liburan musim panas.

Tapi jika dia sampai melihat Hercules, trauma itu akan kembali. Tentu saja tidak ada yang mau hal itu terjadi.

Mereka semua tahu Ruth bisa menjadi semenyeramkan apa. Maka dari itulah semuanya yakin kalau Ruth dan Hercules sampai bertemu, itu hanya akan membawa malapetaka.

"Kumbang ya...Dulu aku juga pernah menangkap dan bermain dengan mereka saat aku dulu masih kecil...fufufu..."

Hanya Kiriha yang sedang menyeruput tehnya yang masih terlihat tenang.

"Tenanglah, Tulip! Kita nggak bisa ngapa-ngapain kalau terus panik!"

"K-Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, primitif!? Kau pikir kita bisa menyembunyikannya dari Ruth untuk seberapa lama!?"

"Ruth lagi ngapain sekarang?"

"Dia masih berada di kapal Blue Knight! Dia sedang menganalisa data hari ini di anjungan! Dia akan segera--"

"Satomi-san, dindingnya!"

Di saat itu, dinding ruangan yang paling dalam mulai bersinar. Itu adalah tanda bahwa sebuah gerbang antara kamar 106 dan kapal Blue Knight akan terbuka. Setelah sinar itu mulai stabil, Ruth akan muncul di kamar itu.

"G-Gawat! Tulip!"

Koutarou dengan buru-buru berdiri dan meraih Theia.

"Ya! Ambil ini!"

Theia mengambil sangkar Hercules dan dengan tangkas mengopernya ke Koutarou.

"Koutarou!"

Dan Sanae dengan cepatnya membuka pintu geser ke arah lemari.

"Semoga sempat!"

Koutarou langsung menuju ke lemari dan meletakkan sangkar itu ke dalam lemari. Lalu dia menyembunyikannya di bawah selimut Yurika dan membanting pintu geser itu sekuat tenaganya.

"Aku kembali!"

Koutarou membanting pintu itu tepat saat Ruth memasuki ruangan itu.

"Oh? Ada apa, semuanya?"

Ruth disambut dengan pemandangan yang aneh saat dia kembali ke kamar 106.

Yurika menatapnya dengan tatapan kosong, Theia berbaring tengkurap di atas meja teh dengan tangannya yang terjulur, dan Koutarou dan Sanae yang berdiri menghadap lemari. Satu-satunya yang normal disitu adalah Kiriha yang sedang menyeruput tehnya.

"T-Tidak, tidak ada apa-apa! Benar bukan, primitif!?"

"Ya! Bukan apa-apa kok, Ruth-san!"

Theia dan Koutarou hanya bisa tertawa dengan tertahan.

"Ya! Nggak ada apa-apa! Nggak ada ku--"

"Buodoh!"

Sanae mengayunkan tinjunya ke arah Yurika, yang hampir menyebutkan sesuatu yang tabu.

"Au, sakit tahu!"

"Bukan apa-apa kok!"

"B-Begitu kah?"

"Semuanya baik-baik saja, Ruth"

"Begitu.."

Ruth hanya bisa mengangguk mendengar kata-kata Kiriha, meskipun suasana ruangan itu masih aneh. Dia merasa tidak perlu untuk mencari tahu lebih dalam lagi.

"Kalau begitu, aku akan mulai memasak makan malam"

"S-Silahkan"

Ruth kembali tersenyum seperti biasanya dan melangkah ke arah dapur. Setelah ia pergi, Koutarou dan yang lainnya jatuh lemas dengan perlahan ke atas lantai dan mulai berbisik agar Ruth tidak mendengar mereka.

"H-Hampir aja..."

"Aku pikir jantungku akan berhenti..."

"M-Maaf semuanya...ini semua..."

"Aku mukul kamu terlalu keras, maaf, Yurika"

"Nggak, kamu menyelamatkanku, Sanae-chan.."

Saat itu mereka semua tersenyum, karena mereka berhasil menghindari suatu krisis lewat kerjasama. Mereka berempat pun merasakan rasa kesatuan yang sangat kuat.

"Semuanya, kalian ingin apa untuk sup misonya? Tahu atau-- Eh, apa yang sedang kalian lakukan?"

Ruth kembali dari dapur untuk menanyakan kepada mereka apa bahan yang akan ditambahkan ke sup miso. Di saat itu, gerakan dan raut wajah Koutarou dan yang lainnya terhenti.

"Halo?"[1]

Badan Theia menegang agar sesuai dengan raut wajah mereka saat itu, dan Ruth sekali lagi menatap mereka dengan kebingungan.

"Ruth, aku pilih tahu"

"Ah, ya. Apakah kalian semua setuju dengan itu?"

Namun, berkat kata-kata Kiriha, perhatian Ruth beralih kembali ke bahan-bahan sup miso.

"Y-Ya! Itu boleh!"

"Aku setuju dengan itu, Ruth-san"

"Selama itu enak, aku mau"

"Selama itu bisa dimakan, aku mau"

"Baiklah. Aku akan memasaknya, tolong tunggu sebentar"

Ruth kembali ke dapur dengan senyum saat semuanya setuju.

"Fiuh..."

"Ya ampun.."

"Hampir saja..."

"Maafin aku, maafin aku..."

"Hm? Teh ini enak. Aku harus beli ini lebih banyak lagi"

Berkat kerjasama Koutaoru dan yang lainnya, rahasia tentang kumbang itu terjaga dengan aman.


Part 5[edit]

Rolet di atas meja teh itu mengeluarkan suara yang keras. Rolet itu adalah bagian dari permaianan papan yang terkenal bernama 'Kemunduran Hidup'.

Itu adalah permainan sederhana dimana para pemain menjalankan pionnya sejauh kotak yang ditunjuk papan rolet. Setelah mencapai kotak tujuannya, pemain itu harus menjalankan apa yang tertulis di kotak itu. Meskipun sederhana, ternyata permainan itu memiliki makna yang dalam dan menjadi permainan yang paling laris.

Saat rolet itu berhenti, Sanae yang saat itu melayang di atasnya mengintip ke papan itu.

"Empat, Koutarou"

"Oke, tu, wa, ga, pat..."

Koutarou menjalankan pionnya sejauh empat kotak dan membaca apa yang ada di kotak itu.

"Mari kita lihat...'Kamu bertemu teman masa kecilmu dan tiba-tiba menikahinya. Pemain lain memberimu masing-masing 500 poin sebagai hadiah pernikahan'."

"Kamu orang kantoran dan kamu menikah sama teman masa kecilmu. Hidupmu biasa banget"

"Diem aja deh!"

Koutarou membalas sindiran Sanae sembari menerima 500 poin dari pemain lainnya. Selain Koutarou, ada enam orang lain yang ikut bermain: Sanae, Theia, Kiriha, Yurika, Ruth, dan Shizuka. Dengan itu, Koutarou memperoleh 3000 poin.

Ini adalah salah satu permainan yang mereka gunakan untuk menentukan kepemilikan kamar, tapi hanya menonton saja akan membosankan. Jadi, Ruth dan Shizuka pun ikut bermain.

"Ini, pengantinmu"

"Jangan dilempar dong"

Koutarou meletakkan pion merah muda yang dilemparkan Theia kepadanya ke pionnya sendiri. Pion-pion pada permainan ini memiliki bentuk seperti rumah, dan dengan keluarga si pemain yang semakin besar, jumlah orang di dalam rumah itu pun juga bertambah.

"Hidup bersama hanya dengan pasangannya saja di rumah yang kecil mungkin memang cocok buat Satomi-kun"

"Apa maksudnya, Ibu Kos-san?"

"Karena, sekarang, kamu tinggal bareng-bareng beberapa cewek di kamar yang kecil kan? Itu kan jauh berbeda"

"Yah, benar juga. Aku memang pengen hidup tenang..."

"Sanae-chan, Satomi-san kayak orang tua ya?"

"Ya. Kadang-kadang dia suka bertingkah kayak orang tua"

Yurika dan Sanae menatap Koutarou dengan senyum jahil.

"Diem aja deh!"[2]

Koutarou meneriaki mereka berdua dan menghadap Kiriha yang duduk disebelahnya.

"Oke, Kiriha-san, giliranmu"

"Baiklah, kalau begitu aku juga akan menjalani kehidupan yang biasa"

Kiriha mengangguk ke arah Koutarou dan meraih papan rolet.

"Kiriha-sama adalah wanita karir, jadi aku tidak percaya kalau hidupnya akan biasa saja"

Kiriha tersenyum sedih ke arah Ruth yang duduk disebelahnya saat dia memutar rolet itu. Di permainan itu, Kiriha membuka sebuah perusahaan dan sedang menjalani kehidupan wanita karir yang terampil. Ruth tertawa kecil saat Kiriha berkata itu biasa.

"Hidup seperti apapun bisa dibilang 'biasa' saat kau adalah pemimpin dari kerajaan bawah tanah yang berencana menginvasi permukaan"

"Itu benar, tapi..."

"Aku adalah artis yang sangat populer. Betul-betul hidup yang luar biasa. Bahkan dalam permainan sekalipun, pesonaku muncul dengan sendirinya"

"...Pekerjaan apapun pasti bakal luar biasa kalau kamu yang kerja, Tulip"

"Aku pikir juga gitu"

"Apa maksudmu dengan hal itu?"

"Kalau kamu jadi pekerja kantoran, perusahaannya bakal bangkrut. Kalau kamu jadi dokter, rumah sakitnya bakal nggak dipercaya. Kalau kamu jadi guru, insiden mengerikan bakal kejadian...betul-betul luar biasa"

"Yep"

"S-Sialan kau, primitif! Kenapa kau selalu meledekku!? Kenapa kau tidak bisa bilang 'Itu benar, Yang Mulia' begitu saja!?"

"Itu benar, Yang Mulia"

"Berhenti bercanda!!"

Saat Theia hendak berdiri, Yurika yang duduk disebelahnya mulai bergumam.

"Seandainya aku bisa kayak gitu...aku cuma jadi pengangguran. Gara-gara kado pernikahan buat Satomi-san, aku cuma punya 2000 poin. Kalau gini, aku nggak yakin bakal tahan di musim dingin..."

"H-Hidupmu juga luar biasa, dalam artian lain"

Berkat pengakuan Yurika yang menyedihkan, Theia kembali tenang dan duduk kembali.

"Nijino-san, gimana bisa kamu jadi begitu, padahal awalnya kamu kaya..."

"Kamu benar-benar nggak punya keberuntungan..hidupmu betul-betul kacau"

Di awal permainan, Yurika adalah anak perempuan seorang milyarder.

Tapi, sebelum ia sadar, bisnis milik orang tuanya bangkrut dan sisa tabungan mereka habis di pasar saham.

"Apa bedanya dengan hidupnya saat ini?"

"Y-Yang Mulia! Itu berlebihan...."

"Y-Ya...Nggak jauh beda..Hidupku nggak ada yang spesial, permainan maupun nyata..."

Saat ini, Yurika secara paksa menumpang tinggal di kamar 106. Meskipun dia mendapat kumbang Hercules sebagai teman sekamar, kehidupannya sebagai seorang gadis cukup merana.

"...Lima, enam, tujuh, delapan. Mari kita lihat...'Harga nilai yen menguat. Kau mendapat 20 poin untuk setiap saham yang kau punya'...Aku punya 100.000 saham jadi...Koutarou, bisa ambilkan aku 2.000.000 dari bank?"

"Ini dia"

"Keuntungan dari saham itu sendiri harganya 1000 kali lipat daripada semua milik Yurika..."

"Mereka yang punya duit selalu punya cara buat dapat lebih..."

Sanae dan Shizuka tertawa, tapi Yurika tidak bisa melakukan itu. Malahan, air mata mulia bercucuran melewati wajahnya.

"Nggak adil~ Memangnya gadis penyihir nggak perlu duit!? *hik hik*"

"..."

Setelah memandang Yurika selama beberapa saat, Kiriha memegang beberapa lembar uang dalam jumlah besar dan menyerahkannya kepada Koutarou.

"Kiriha-san, apa maksudnya?"

"...Aku mau berinvestasi ke dalam bagian kesejahteraan milik perusahaan, jadi tolong letakkan itu di dalam bank. Semua orang butuh bantuan untuk bisa bebas dari reses ekonomi"

"Kebaikan kayak gitu malah bikin tambah sakit..."

Yurika adalah orang selanjutnya yang memutar rolet, tapi dia melupakan hal itu. Air mata terus mengalir membasahi wajahnya.


Part 6[edit]

"Sanae, ambilin tutup kotaknya dong"

"Nih"

Sanae menuruti perintah Koutarou dan memberinya tutup kotak 'Kemunduran Hidup'.

"Makasih"

Setelah dia menerima tutupnya, Koutarou kembali mengecek isi kotak permainan itu sebelum menutupnya. Dengan itu, mereka telah beberes setelah selesai bermain. Mereka menggunakan permainan ini untuk memperebutkan poin tatami menggantikan permainan kartu yang biasanya.

Terkecuali Yurika yang menjadi pengangguran di bagian awal permainan, permainannya berlanjut hingga akhir. Theia menjadi artis populer yang memproduksi banyak sekali album yang laris, Kiriha sukses dalam berinvestasi di bidang manajemen dan kesejahteraan - yang berlanjut dengan baik, dan Sanae menjadi pemain baseball yang selalu mencetak home run. Pertarungan sengit mereka bertiga berlanjut hingga saat-saat terakhir.

Tapi, di saat terakhir, Ruth menemukan daerah pengeboran minyak dan membuat keadaan berbalik drastis dan meraih peringkat pertama. Di tempat kedua adalah Sanae, ketiga Kiriha, keempat Theia dan Koutarou mendapat peringkat kelima. Koutarou sempat berganti pekerjaan menjadi petualang untuk bisa menjadi lebih sukses, tapi dia pun gagal hanya untuk mencapai setingkat Theia.

Shizuka yang hidup dengan sederhana dan bahagia mendapat peringkat keenam, dan Yurika berada di peringkat terakhir setelah gagal memanfaatkan kesempatan terakhirnya. Hal terakhir yang dimiliki Yurika adalah hutang.

"Dengan mengecualikan diriku dan Shizuka-sama yang tidak mengambil bagian dalam permainan poin tatami, peringkatnya menjadi: Sanae-sama, Kiriha-sama, Yang Mulia, Satomi-sama, dan akhirnya Yurika-sama"

Setelah mengkonfirmasi peringkat semuanya, Ruth memperbaharui papan nilai yang menggantung di dinding. Karena ada lima yang bertanding, yang berada di peringkat ketiga tidak akan mengalami perubahan poin, lima poin berpindah dari peringkat keempat ke peringkat kedua, dan sepuluh poin berpindah dari peringkat terakhir ke peringkat satu.

Setelah papan nilai itu diperbaharui, perubahan peringkatnya bisa terlihat. Theia, yang berada di peringkat satu selama beberapa hari ini, akhirnya disalip oleh Kiriha.

"Akhirnya Kiriha-san kembali ke peringkat satu"

Rokujouma V4 047.jpg

"Uh, aku benar-benar tidak bisa meremehkanmu, Kiriha! Aku tidak habis pikir kalau kekaisaran Forthorthe akan tertinggal!"

"Kau dan aku bersaing cukup seimbang, Theia-dono. Tidak peduli siapa yang lebih baik, kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing"

"...Nyatanya, aku ingin sekali memiliki bawahan seperti dirimu"

Koutarou berada di peringkat ketiga, tepat dibawah mereka berdua. Poin yang didapatkannya pada festival olahraga membuatnya bisa mempertahankan peringkatnya. Sanae berada di tempat keempat dengan alasan yang sama, dengan poin yang lebih sedikit dibandingkan Koutarou.

"...Satomi-kun, kamu mulai kehilangan poin loh"

"Aku bakal membalasnya mulai sekarang kok, Ibu Kos-san"

"Lakukanlah yang terbaik, Satomi-sama"

"Ya! Nggak kayak Yurika, aku sama Koutarou masih bisa naik menuju puncak!"

Yurika berada di tempat paling bawah. Setelah berulang kali kalah, poin yang didapatkannya dari festival olahraga sudah lama hilang. Meskipun tadinya dia memiliki banyak poin, saat ini dia bahkan tidak punya setengah dari poin yang lain. Jika terus seperti ini, Yurika akan kehilangan poin miliknya sebelum liburan musim dingin.

"S-Sanae-chan, maksudnya 'nggak kayak Yurika' berarti aku nggak punya kesempatan lagi!?"

"Yep. Kalau aku jadi kamu, aku bakal cepat-cepat nyerah. Kamu bahkan nggak punya setengah dari poin kami"

"Itu nggak betul! Kamu masih bisa kembali!"

"Tidak mungkin, tidak ada cara lain"

"Tidak perlu sekejam itu, Sanae"

"Kiriha...?"

"Yurika punya caranya sendiri untuk bertarung. Dan dia punya alasannya sendiri untuk tidak menyerah"

"Kiriha-san! Aku tahu kamu orang baik dari pertama kita berjumpa!"

Air mata penuh terima kasih mengalir di wajah Yurika saat dia menjabat tangan Kiriha.

"Meskipun dia orang yang cukup normal, tidak seperti kita, sudah cukup hebat dia bisa bertanding dengan kita"

"K-Kiriha-san!?"

"Betul juga. Maaf, Yurika"

"Kiriha-san, kamu juga!? Uuh...ini kejam, ini sungguh terlalu!"

"Tidak peru menangis, Yurika. Meskipun musuh yang kamu bicarakan nantinya betul-betul muncul, kami akan baik-baik saja. Kami akan menangani mereka sebelum ada bahaya yang muncul. Kau bisa menyerahkan pertarungannya kepada kami dan pergi"

"Tidaaaaaak! Kalian nggak ada yang ngerti!"

"Yurika, kamu agak berlebihan..."

"Hueeeeee! Hercules-chan! Semuanya ngejek aku!"

Air mata kebahagiaan Yurika berubah menjadi air mata kesedihan. Tapi, tidak ada seorangpun di kamar itu yang betul-betul mengerti alasan dibalik semua itu.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. 'Everybody?', tapi karena kalau diterjemahkan ke 'Semuanya?' atau 'Hadirin?' dirasa kurang cocok...
  2. Sama dengan 'Diem aja deh!' beberapa kalimat sebelumnya, karena kata-kata yang dipakai juga persis sama: 'Shut it, leave me be!'


Kembali ke Ilustasi Jilid 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2