Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 3 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Permainan dan Undian[edit]

Part 1[edit]

Jumat, 10 Juli

Memasuki bulan Juli, Koutarou dan penghuni kamar 106 yang lain bisa merasakan datangnya musim panas.

Suara jangkrik bisa terdengar dari luar saat sinar matahari yang kuat masuk ke dalam kamar dan meningkatkan suhunya.

Suhunya bahkan lebih tinggi dengan tujuh orang yang berkumpul di kamar kecil seluas enam tatami.

"Waaa! Ksatria Biru matiiii!!"

"Yah, kalau kamu terus berusaha menjelajah dungeon lebih dalam, itu bakal terjadi"

"Beritahu aku, Primitif! Bagaimana caranya aku bisa menyelamatkan Ksatria Biru!?"

"Buat regu penolong dan pergi ke tempat dia mati"

"Baik, akan aku coba itu! Tetaplah disini dan bantu aku, Primitif!"

"Oke, tenanglah. Itu cuma game"

"Mana mungkin aku bisa tenang! Ksatria Biru milikku mati, kau tahu!? Ahh, menjadi malas dan memanggil si penyihir Yurika berefek sebaliknya!"

"Jangan sembarangan nuduh!"

Suhu kamar itu bahkan lebih tinggi lagi karena konsol game lama yang terhubung ke TV.

Koutarou membujuk orang tuanya untuk membelikannya konsol game saat dia masih kecil agar dia bisa mengikuti perkembangan jaman dan dia menjadi terpikat dengan konsol itu sampai-sampai dia membawanya ke kamar 106.

Dan saat Ruth menemukan itu saat membersihkan lemari, hal itu mengarah ke situasi saat ini.

"Kamu butuh anggota yang pas buat misi pertolongan, jadi tinggalin yang levelnya kecil. Kamu juga ngga perlu pencuri"

"Lalu bagaimana dengan perlengkapannya!?"

"Wajar buat regu penolong buat kesasar, jadi pakai perlengkapan yang paling bagus"

"Begitu ya, kalau begitu ayo berangkat!"

Rokujouma V3 009.jpg

Theia tertarik dengan konsol itu karena dia berasal dari planet yang berbeda.

Dia terkejut saat pertama kali melihatnya, tapi sesudah dia memegang kontroller game, dia bertingkah layaknya seorang bocah bermain video game untuk pertama kalinya.

Sejak itu, Theia selalu meminta Koutarou menemaninya saat dia berpetualang dalam game.

"Buat Theia tertarik sama game setua ini tuh.."

Sanae kagum dengan kelakuan Theia.

Saat Sanae melihat Theia memegang kontroller, dia menatap Theia dengan dingin.

"Fufu. Tuan Puteri memang suka kompetisi. Sebenarnya, dia suka sebagain besar game, tapi untuk kali ini spesial"

"Apa maksudnya?"

Di sisi lain, Ruth dan Kiriha menonton Theia dengan hangat.

Keduanya sedang duduk di meja teh sambil meminum teh sembari menonton Koutarou dan Theia bermain game.

"Sebenarnya, saat tuan puteri masih di sekolah dulu, dia melakukan penelitian pada sejarah komputer. Itulah kenapa tuan puteri punya rasa suka yang khusus untuk game -game lama"

"Seumuran dia...melakukan penelitian?"

Shizuka tampak terkejut dengan itu.

Karena tidak sedang melakukan apa-apa, Shizuka bergabung dengan Ruth dan Kiriha untuk minum teh.

"Keluarga bangsawan Forthorthe selalu dianjurkan untuk belajar literatur dan seni militer. Jadi, sudah suatu tradisi untuk menyelesaikan proyek penelitian di universitas sebelum memulai ujian mereka"

"Jadi maksudmu, itu budaya Forthorthe...Selalu ada budaya yang keras kemanapun kamu pergi"

Kiriha menyeruput tehnya sambil tersenyum pahit.

Kiriha punya pendapatnya sendiri tentang budaya, tapi dia memilih untuk tidak menyampaikannya, dan Ruth tidak memperhatikan perubahan kecil pada ekspresi Kiriha.

"Jadi tuan puteri susah juga ya..."

Shizuka menyeruput tehnya sambil memandang kagum ke arah Theia.

Di ruangan yang hangat itu, teh yang dingin memuaskan rasa haus Shizuka.

"Di antara banyaknya sejarah mengenai komputer, yang mulia memilih untuk fokus ke video game"

Apa maksud dari menggunakan komputer untuk bermain?

Dengan titik awal itu dan mengikuti perkembangannya, Theia menganalisa situasi video game saat ini dan memprediksikan perkembangannya di masa depan.

Penelitian milik Theia dimulai dari menjelaskan sebuah game dan berakhir dengan mendiskusikan teori media.

Penelitiannnya yang begitu luas mendapat banyak sanjungan di universitas.

"Sejarah Forthorthe sudah lebih dari 2000 tahun, jadi game terlama yang masih ada akan lebih canggih dibandingkan game di bumi. Itulah kenapa game lama dari planet ini menjadi hampir seperti harta karun bagi yang mulia"

"Begitu, jadi Theia-dono tidak hanya menyukai game sebagai hobi, tapi juga karena penelitiannya"

"Tepat sekali"

"Haaah..Untung saja aku tidak lahir sebagai tuan puteri"

Saat Kiriha, Ruth dan Shizuka asyik mengobrol, petualangan Theia dan Koutaru berlanjut.

"Hei, Tulip. Yurika B mau mati tuh"

"Tidak masalah. Tinggalkan saja dia. Aku tidak punya potion untuknya"

"Oh, baiklah kalau begitu"

"Nggak baik!! Tolong sembuhkan dia!!"

"Aku menolak"

"Kenapaaaa!?"

Yurika telah bergabung dalam petualangan Theia dan Koutarou sebelum ada yang menyadarinya.

Ketiganya sedang meributkan apa yang sebaiknya mereka lakukan selagi memandang ke arah TV.

"Kamu juga, Koutarou, udah SMA, masih aja begini..."

Sanae melihat kagum ke arah mereka.

Tapi, Sanae tidak senang merasa ditinggalkan.

Namun dia belum cukup dewasa untuk jujur dan bergabung dengan mereka.

"Aku cukup suka melihat yang mulia dan Satomi-sama akur seperti itu"

"Mereka berdua masih bocah, haaah"

Sanae tidak bisa bergabung dengan mereka walaupun dia ingin, karena itulah Sanae sedari tadi melototi punggung Koutarou.

Sanae adalah yang paling kekanakan diantara mereka meskipun dia mengatakan hal itu.

"Seorang penyihir tanpa mana itu tidak berguna, seperti dirimu"

"Dia bakal berguna! Istirahatlah di penginapan dan isi lagi mananya,ya? Dan aku nggak nggak berguna! Aku beneran gadis penyihir!!"

"Gadis penyihir, ya.."

Yurika dengan putus asa memohon kepada Theia.

"A-Apa--:

"Kenapa kamu nggak menghadapi kenyataan?"

Koutarou menoleh dari TV ke arah Yurika.

Yurika kaget dan membantah saat Koutarou memandang dingin ke arahnya.

"Kenyataannya!? Aku beneran gadis penyihir!"

"Sudah bulan Juli dan musuh yang kamu bicarakan masih belum kelihatan"

"Mereka bakal datang! Mereka pasti bakal muncul!"

Merasakan ketulusan dari Yurika yang putus asa, Koutarou mengingat sesuatu.

"...Apa itu berkaitan dengan Comiha bulan depan?"

Jaringan Comic Heart, atau biasa disebut Comiha.

Itu adalah event yang berkaitan dengan manga yang akan digelar bulan depan, event terbesar bagi dunia cosplay.

Koutarou menyimpulkan kalau Yurika sedang putus asa karena Yurika dan teman-teman cosplaynya akan bertarung di event itu.

"Nggak ada hubungannya dengan itu! Kenapa selalu mengarah ke cosplay sih!?"

"Karena itu memang cosplay, dilihat dari arah manapun"

Sanae menyerobot masuk, sambil memandang penuh kasihan.

"J-Jangan melihatku dengan kasihan seperti itu dong!!"

"Itu karena aku memang kasihan denganmu"

"Yah, tunggu sebentar, Sanae"

"Koutarou?"

"Yurika, kamu nggak akan mau mengakuinya kalau kita melakukan ini seperti biasanya. Sudah waktunya kamu mengerti itu juga"

Saat dia mengatakan itu, Koutarou merogoh saku bajunya dan mulai mencari sesuatu.

"Apa? Apa yang terjadi?"

Karena tertarik, Theia membuang kontrollernya dan mendekati meja teh.

"Ah, ketemu..."

Koutarou menarik keluar dua foto dari kantong bajunya dan meletakkannya di atas meja.

Keenam orang lainnya - Yurika, Sanae, Ruth, Theia, Shizuka dan Kiriha langsung berusaha melihat ke foto itu.

"Ah, itu fotoku!"

"Dan gadis itu- siapa namanya?"

"Itu Sakuraba-sama, dia yang memenangkan festival olahraga"

"Festival olahraga...aku jadi ingat hal memalukan yang menyakitkan..."

"Foto ini diambil cukup bagus juga"

"Jadi, ada apa dengan kedua foto ini, Koutarou?"

Koutarou menunjukkan kepada mereka foto Yurika dan Harumi.

Dia menunjuk ke kedua foto itu dan mulai bicara.

"Mari kita andaikan dari kedua gadis ini, satu adalah gadis penyihir"

"Baik, lalu?"

"Aku bukan cuma 'andaikan'! Aku beneran gadis penyihir!"

"Tenanglah, coba buka pikiranmu sebentar"

"Yah, aku nggak bisa setuju, tapi..."

Yurika tidak bisa sependapat dengan Koutarou, tapi dia dengan enggan mundur.

Karena Yurika mundur, Koutarou melanjutkan bicaranya.

"Mari kita anggap dari kedua ini, satu adalah gadis penyihir dan satu lagi cewek normal. Dengan itu, aku punya pertanyaan buat kalian semua: siapa yang kalian pikir adalah gadis penyihir?"

Selain Yurika, kelima gadis itu menunujuk salah satu foto.

"Gadis inilah yang kau harapkan"

"Dari data pribadi, aku bisa bilang kalau mentalnya kuat"

"Tidak enak mengakuinya, tapi dari kedua orang ini, pasti inilah yang asli"

"Aku merasa kalau orang ini punya aura misterius di sekitarnya"

"Maafkan aku, Nijino-san..."

Kelimanya menunjuk ke foto Harumi tanpa ragu.

"Ugu"

Malahan, justru Yurika yang kelihatan ragu.

"I-ini nggak adil"

Kalau saja Harumi tidak ada dalam pilihan, Yurika akan langsung menunjuk dirinya sendiri.

Tapi, Yurika mengagumi Harumi.

Saat dia terlibat, Yurika tidak dapat memilih.

"Aku rasa d-dia juga adalah g-gadis penyihir..."

Jari Yurika yang gemetaran menunjuk ke foto Harumi.

Suaranya bergetar seperti jarinya.

Dan raut mukanya tidak enak dipandang.

Yurika juga berpikir kalau Harumi lebih cocok sebagai gadis penyihir.

Jadi, dia dengan sedih menunjuk ke Harumi daripada dirinya.

"Apa kamu mengerti sekarang, Yurika? Apakah kamu bisa memakai sihir atau nggak itu nggak penting"

"Aku tahu...Walau aku tahu aku nggak cocok buat pekerjaaan ini..Kalau saja musuhnya muncul...Kalau saja kamu bisa melihatku bertarung...Dengan itu kamu bakal percaya..Cepatlah menyerang, Darkness Rainbow..Cepatlah ganggu kedamaian dan tolong aku.."

Air mata mengalir di pipi Yurika.

"...Aku percaya dengan cinta dan keberanian~ Apa yang penting adalah ikatan yang kau buat!"

Yurika mulai menggumam sebuah lagu dan menghilang ke dalam lemari.

"...Aku tahu ini aneh tapi...Satomi-kun, bukannya sudah saatnya kamu percaya dengannya?"

Suara isak tangis dapat didengar dari dalam lemari.

Shizuka hanya bisa merasa kasihan pada Yurika.

"Kelihatannya buruk kalau dia sampai berharap musuhnya datang dan mengganggu kedamaian, iya kan?"

"Yah, dia sendiri memanggil dirinya gadis penyihir cinta dan keberanian.."

Harumi tidak akan pernah berharap musuhnya akan muncul.

Masalah aslinya berada pada kepribadian Yurika.

Dia tidak bertindak layaknya pahlawan kebenaran.

"Ngomong-ngomong, Koutarou"

"Hm?"

Koutarou berhenti bergerak mengambil foto dari meja saat dipanggil oleh Sanae.

"Dari mana kamu dapat foto itu?"

"M-Memangnya kenapa?!"

Koutarou dengan cepat menyimpan foto-foto itu di sakunya.

"Tentu saja kenapa-kenapa! Kamu dapat foto Yurika dari CosKlub, tapi dari mana kamu dapat foto Harumi!? Dasar mesum!"

"I-Itu bukan tujuanku!"

"Kalau begitu, katakan! Kapan kamu ambil foto itu!? Kamu nggak pernah mengambil fotoku!"

Sanae memegang leher Koutarou seperti biasanya karena kesal.

"K-Kalaupun aku memfoto dirimu, hasilnya bakal berubah jadi foto hantu!"

"Tetap saja nggak adil!! Ini memalukan!"

"B-Berhenti, Sanae"

"Foto aku, sialan!! Malahan, jujurlah dan bilang 'Kamu imut, Sanae, ayo kita coba pose yang lebih seksi'!!"

"Nggak usah kepedean!"

Untuk melawan Sanae, Koutarou membawa tinjunya ke arah muka Sanae.

Di tangannya ada jimat 'Pergilah roh jahat'.

"Hah, kayak aku bakal kena lagi!"

Tapi, Sanae mengerakkan kepalanya kesana kemari layaknya petinju, menghindari pukulan Koutarou.

"S-Sialan kau!:

Karena dia sedang dicekik, Koutarou bergerak lebih pelan dari biasanya.

Dan karena dia menggunakan jimat untuk memukul mundur Sanae beberapa kali sebelumnya, Sanae akhirnya paham.

"Wah, kalian akur sekali, Satomi-kun, Sanae-chan"

"Kalian kelihatan sepert saudara. Karena aku anak tunggal, aku jadi iri melihatnya"

Shizuka dan Ruth menonton mereka sambil tersenyum.

Meskipun Shizuka tegas soal bertengkar di dalam kamar, untuk kali ini dia membiarkan mereka.

Ini tidak dianggap sebagai bertarung menurut Shizuka.

"Hmph, mereka berdua masih berumur mental sama. Mereka berdua masih kekanak-kanakan"

Theia merasa tidak puas.

Saat dia mengatakan kata-kata itu, Theia mengambil kembali kontroller game, tapi raut wajahnya tidak segembira sebelumnya.

"..Begitu, kelihatannya ini cukup rumit"

Kiriha tersenyum sambil memperhatikan Theia dan Sanae bergantian.

Meninggalkan Koutarou di tengah mereka, hasrat dari Theia dan Sanae kelihatan bertabrakan.

Kiriha bisa merasakannya.

"Nyahahahaha! Menyakiti perasaan seorang gadis adalah sebuah dosa! Sebagai hukuman, akan kubuat kau pingsan!"

"E-Enak saja!"

Sebuah suara 'boom' yang besar terdengar.

"Gya!?"

Pada akhirnya, posisi Koutarou lebih unggul.

Koutarou tidak memegang jimatnya di tangan kanan, tapi di tangan kirinya.

Karena terlalu fokus dengan tangan kanan Koutarou, Sanae dengan mudahnya terpukul mundur.

'Keselamatan Keluarga'

Jimat yang membuat Sanae terpuku mundur disulam dengan benang emas.

"Hehe, jangan pikir aku akan selalu pakai cara yang sama, dasar bodoh"

"S-Sialan, pakai dua, nggak adil..ugh.."

Dengan asap yang muncul dari kepalanya, Sanae pingsan di atas tikar tatami.

"Terima kasih, nenek!"

Koutarou tidak memperhatikan Sanae dan malah memandang jimat di tangannya sambil berterima kasih kepada neneknya yang ada di desa.


Part 2[edit]

"Kalau begitu, sudah waktunya aku pergi belanja"

Sesudah Shizuka menonton Koutarou dan Sanae bermain, dia menyelesaikan meminum tehnya dan berdiri.

Karena ini adalah kejadian sehari-hari, Shizuka tidak merasa cemas soal Sanae.

"Ah, mari pergi bersama-sama"

Ruth juga berdiri, dan dengan cepat mengambil dompet Koutarou disebelah telepon.

Ruth adalah yang bertugas mengawasi keuangan di kamar 106.

Ini karena Koutarou mempercayai Ruth.

"Apa kalian mau pergi belanja, Ibu Kos-san, Ruth-san?"

"Ya, jam diskon supermarket di dekat stasiun sudah mau mulai"

"Aku akan melakukan yang terbaik agar tidak kalah dengan ibu-ibu sekitar"

Melihat Shizuka dan Ruth yang berdiri, Koutarou pun ikut berdiri.

"Aku bantu bawa belanjaannya. Aku juga nggak ada kegiatan sih"

"T-Tunggu sebentar, primitif! Kamu berencana meninggalkan tuanmu yang sedang berpetualang untuk pergi belanja!?"

Kebingungan, Theia menggoyangkan kontrollernya dan memberhentikan Koutarou.

Tapi, Koutarou dengan tenang menggelengkan kepalanya.

"Maaf Tulip. Kita lanjutkan setelah aku pulang. Kamu nggak bisa hidup cuma dari bermain game saja"

"....Uuuhh~"

Theia melihat Koutarou dengan rasa tidak puas.

Itu bukan tatapan tajamnya yang biasa, tapi saat ini artinya lain.

"Apa kamu yakin, Satomi-sama? Aku bisa membawanya sendiri..."

Ruth memperhatikan keadaan tuannya.

Dan dia mencoba membujuk Koutarou untuk tetap di dalam kamar.

"Nggak bisa. Kalau bapakku tahu aku menyerahkan semua pekerjaan rumah ke seorang cewek, aku bakal kena marah"

Tapi, Koutarou tidak mau memaksakan semua pekerjaan rumah kepada Ruth.

"..."

Mengetahui kalau Koutarou tidak akan merubah pendapatnya, Theia membalikkan badannya dari arah Koutarou.

"Bukan soal itu kok.."

"Koutarou, apa kamu mau pergi belanja?"

"Ya"

"Aku ikut! Aku mau makan takoyaki!"[1]

Ruth masih mencoba membujuk Koutarou, tapi menyerah setelah Sanae masuk dalam percakapan.

"Oke kalau gitu, ayo berangkat"

"...Oke"

"Takoyaki~ Takoyaki!"

"Yang ada di kepalamu cuma makanan ya, Sanae?"

"Nggak apa-apa, aku masih dalam masa pertumbuhan!"

"Nggak, kamu sudah mati"

Dengan Shizuka yang memimpin, Koutaoru dan Sanae meninggalkan kamar 106.

Ruth memanggil Theia yang masih bermain sendiri.

"Aku akan berangkat sekarang, Yang Mulia"

"...Ya..."

Theia menjawab pendek.

Ruth penasaran raut muka seperti apa yang ada di wajah Theia saat ini, tapi dia tidak bisa mengetahuinya dengan Theia yang membelakanginya.

Yang Mulia...

Ruth mundur dan pergi dari kamar 106.

Yang ada di kamar sekarang hanya Theia dan Kiriha.

Untuk sementara, suara yang berada di kamar berasal dari game yang dimainkan Theia.

10 menit setelah Koutarou dan yang lainnya pergi, Kiriha akhirnya berbicara.

"...Apakah tidak apa-apa kamu tidak pergi bersama mereka, Theia-dono?"

Tangan Theia berhenti bergerak setelah mendengar pertanyaan itu.

"Hmph, kenapa aku harus melakukan itu!? Aku sibuk bermain game!"

"Begitu. Kalau begitu..."

"Itu bukan urusanmu!!"

Theia berteriak ke arah Kiriha dan melanjutkan bermain game.

Dan seperti yang dia katakan, tangannya sibuk menggerakkan kontroller yang menggerakkan karakternya.

Tapi...

Tapi, Theia tidak terlihat seperti menikmati permainannya.

"Nggak nyangka Tulip suka video game"

"Dia cuma anak-anak"

"Ya, ya, Sanae-chan"

Koutarou dan yang lain sedang berjalan di pasar sembari berbicara tentang Theia.

Mereka sudah selesai berbelanja dan Koutarou membawa sebagian besar belanjaan.

Sekarang, mereka berniat menggunakan tiket undian yang mereka dapat dari kasir supermarket dan sedang menuju area luar pasar.

Pasar ini menghubungkan kota Kisshou dan kota Harukaze, dan lingkungan sekitarnya sudah mulai bangkit kembali karena jalanan yang baru selesai dibangun.

Untuk bisa mendapatkan pembeli, pasar itu sedang mengadakan undian berhadiah.

"Rasa suka yang mulia untuk video game sebagian besar berasal dari ibu yang mulia"

"Ibunya...Theia?"

"Ya, saat ibu yang mulia, yang sekarang masih menjadi kaisar, Elfaria-sama, masih menjadi mahasiswa, proyek penelitiannya adalah tentang arkeologi. Karena pengaruhnya, Theia-sama tertarik dengan komputer di masa lalu dan memulai studinya"

Dengan mempelajari tema penelitian milik ibunya dari awal, Theia menghabiskan banyak waktu saat kecil dengan bermain komputer, dan dengan alaminya tema penelitiannya berhubungan dengan sejarah komputer.

Teknologi komputer akan selalu disebut dari waktu ke waktu dalam proyek penelitian ibunya, dan Theia sendiri dapat menggunakan komputer dengan luwes.

"Tapi, memilih game sebagai temanya itu karena hobinya Theia-chan, kan?"

"Ya, itu betul"

"Yah, dia suka kompetisi..."

Dan diantara sekian banyaknya sejarah komputer, Theia tertarik dengan software game.

Karena dia adalah tipe orang yang cepat panas, ini alami untuknya.

Koutarou sendiri adalah orang yang sama, jadi dia mengerti perasaan Theia.

"Tapi, itu juga alasan untuk kegelisahannya. Theia-sama yang asli adalah orang yang pemalu tapi lemah lembut"

"...Eh?"

Kata-kata selanjutnya yang diucapkan oleh Ruth membuat Koutarou terkejut.

Dia pemalu tapi lemah lembut?

Bagi Koutarou, Theia terlihat seperti gadis yang arogan dan egois.

Tapi Ruth berkata sebaliknya.

"..Dengan sistem dari Forthorthe untuk memilih seorang penerus dengan cara ini, selalu ada konflik di dalam keluarga kekaisaran sejak jaman dahulu. Legenda Ksatria Biru juga adalah hasil dari konflik itu"

Ruth melanjutkan bicaranya dengan serius dan muka yang suram.

Koutarou percaya bahwa Ruth berkata yang sebenarnya saat melihat mukanya.

"Yang mulia adalah anak tunggal dari kaisar saat ini, tapi sebagai tuan puteri ketujuh, dia punya banyak musuh"


Menjadi anak kaisar bukan berarti mereka sudah pasti menjadi penerus takhta kekaisaran. Tapi, semua yang lahir dalam keluarga kekaisaran diberi kesempatan untuk menjadi kaisar.

Mereka hanya harus menyelesaikan ujian mereka sebelum yang lain selesai.

Karena itulah, keluarga kekaisaran punya rasa persaingan yang kuat antara yang satu dengan yang lain.

"Selain itu, karena tidak bisa berpihak dengan kaum konservatif dan tidak bisa berkompromi dengan pihak militer, selalu saja ada rumor yang beredar mengenai Yang Mulia Elfaria"

"Ibunya..."

"Inilah kenapa yang mulia selalu menyombongkan kemampuannya sejak dari kecil, untuk melindungi dirinya sendiri dan ibunya. Dia tidak bisa kalah, baik dalam game maupun bertarung"

Karena dia adalah satu-satunya orang yang menjaga Theia sambil bertarung setiap harinya, kata-kata Ruth terdengar berat

Kalau itu benar, Theia melindungi segala miliknya menggunakan kekuatan..."

Koutarou merasa dia bisa mengerti Theia sedikit setelah mendegar penjelasan dari Ruth.

"Yang Mulia mungkin menamai kapal perang pribadinya sebagai Ksatria Biru untuk alasan yang sama. Dia mungkin ingin melindungi ibunya, seperti Ksatria Biru dalam legenda"

"Ksatria Biru ya..."

Itu adalah nama yang selalu Theia katakan saat dia mengeluarkan senjatanya.

Dan itu adalah alasannya.

Aku penasaran, apa tadi lebih baik aku tetap di kamar dan menemaninya bermain daripada pergi belanja...

Pemikiran itu tiba-tiba muncul di kepala Koutarou.

Dia ingat kalau Theia memanggil pahlawan dalam game itu sebagai Ksatria Biru.

Tapi, sesaat setelahnya, dia menggelengkan kepalanya.

Tidak, tidak, apa yang aku pikirkan, merasa kasihan!? Aku harus mengusirnya keluar! Aku nggak peduli dengan perasaannya! Ngapain aku harus akur dengannya!?"

Saat Koutarou kebingungan dengan perasaannya sendiri, Ruth tersenyum kearahnya, dan saat matahari sore menyinari wajah Ruth, raut mukanya meninggalkan kesan yang hangat dan lemah lembut.

"Tapi yang mulia sudah mulai berubah sedikit sejak datang ke planet ini. Dan dari waktu ke waktu, dia bertingkah layaknya gadis seusianya. Ini semua berkat Satomi-sama"

"A-Aku?"

"Ya"

Koutarou terlihat bingung saat Ruth tersenyum dan mengangguk.

"Satomi-sama tidak tertarik dengan Forthorthe. Dengan itu, kamu tidak punya alasan untuk bertarung, jadi dia tidak perlu kuatir soal usaha pembunuhan. Satomi-sama adalah orang pertama yang Yang Mulia temui dan bisa dipercaya"

"Yah, aku tidak peduli dengan status maupun posisinya, tapi kalau sudah berhubungan dengan kamar 106, lain lagi ceritanya"

"...Koutarou, Theia mungkin mau punya seseorang yang bisa diajak bertengkar"

Sanae yang sedari tadi diam akhirnya bicara.

Tapi di saat yang sama, dia merasa kesal.

"Aku rasa itu seperti yang dikatakan Sanae-sama. Yang Mulia tidak pernah punya seseorang yang sejajar dengannya yang bisa diajak bertengkar"

"...Seseorang yang bisa diajak bertengkar, kalau itu aku bisa mengerti"

Dalam situasi bagi Koutarou, itu sama seperti dengan adanya Kenji di dalam hidupnya atau tidak.

Mempunyai seseorang yang bisa diajak bertengkar mengubah apa yang dia miliki dalam hidup.

"Itulah kenapa aku ingin Satomi-sama untuk terus melindungi kamar 106"

"Eh?"

"Kenapa!?"

Koutarou kaget dengan apa yang dikatakan Ruth sebelumnya, tapi kali ini dia sampai tidak bisa berbicara.

Kata-kata itu terdengar tidak cocok untuk seseorang yang semestinya berada di pihak Theia.

Ini tidak hanya mengejutkan Koutarou dan Sanae, tapi juga Shizuka.

"Kenapa, Ruth-san?"

Mulut Koutarou dan Sanae menganga lebar, jadi Shizuka yang menanyakan hal itu.

Ruth tersenyum kecil dan mulai menjelaskan maksudnya.

"Jika Yang Mulia berhasil mengambil alih kamar 106, itu berarti dia harus kembali ke Forthorthe. Dan dia harus kembali ke kehidupan dimana dia harus waspada setiap saat. Sebelum itu terjadi, aku ingin yang mulia untuk hidup sebagaimana gadis normal hidup untuk sedikit lebih lama"

Itu bukanlah kata-kata yang berasal dari seorang pengikut Theia, tapi dari teman masa kecilnya.

Itulah yang diharapkan Ruth dari lubuk hatinya.

Ruth ingin agar Theia bahagia lebih daripada dia menginginkan Theia menjadi kaisar.

"Hmmm, kamu punya tanggung jawab besar nih, Satomi-kun"

Shizuka tersenyum dan menepuk pundak Koutarou.

"Kalau kamu kalah, Theia bakal pulang, jadi tetaplah berjuang!"

"Aku juga nggak berniat kalah kok. Kamar itu punyaku"

Setelah mendengar situasi Theia dari Ruth, pemikiran untuk kalah sempat muncul di kepala Koutarou, tapi setelah mendengar maksud dari Ruth, dia merasakan hal yang sebaliknya.

Nggak apa-apa kalau terus begini! Kamar itu punyaku!

Seperti yang Ruth bilang, Koutarou yang masih berjuang untuk bertahan adalah yang terbaik untuk Theia, jadi dia tidak punya alasan untuk ragu.

Tidak apa-apa bagi mereka dengan situasi yang berjalan tetap seperti ini, dengan begitu hasil akhirnya akan membuat semuanya bahagia.

"Bagus sekali, Satomi-kun! Aku akan mendukungmu dari balik layar!"

"Fufufufufu, Nyahahahahaha! itu betul, ada yang salah denganku! Bahkan berpikir untuk kalah nggak cocok buatku!"

Saat Koutarou memutuskan apa yang akan dia lakukan, dia kembali mendapatkan motivasinya.

"..Tolong terus perlakukan Yang Mulia dengan normal, Satomi-sama"

Ruth dengan gemulai membungkuk ke arah Koutarou.

Dan saat dia mengangkat kepalanya, ada bekas air mata yang bisa terlihat di matanya.

Air mata itu bersinar kejinggaan, diwarnai matahari sore. Hal itu meninggalkan kesan mendalam bagi Koutarou.

Itu adalah lambang rasa terima kasihnya kepada Koutarou, dan perasaan lega mengetahui bahwa teman masa kecilnya masih bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama dalam kedamaian.

"Dia tetap kubantai habis-habisan loh"

"Ya, silahkan saja"

Dia benar-benar cantik..

Koutarou secara tidak sadar mengagumi Ruth.

Dan karena Ruth bisa tersenyum seperti ini, Koutarou merasa dia membuat pilihan yang benar.

"Koutarou...kamu..."

Sanae adalah yang satu-satunya yang memiliki raut muka yang suram diantara mereka.

Itu karena dia bisa merasakan perubahan yang terjadi pada Koutarou.

Sanae merasa itu adalah hal yang aneh untuk beberapa waktu ini.

Koutarou dan Theia tidak akan pernah bermain game bersama saat mereka pertama kali bertemu.

Tapi di akhir festival olahraga saat mereka kabur dari Shizuka dan Kenji, mereka berakhir seperti ini.

Dan melihat ke arah keduanya, Sanae hanya bisa merasa cemas.

"Kenapa denganku..ini..."

Hati Sanae pedih karenanya.

Awalnya, rasa sakit itu tidak terasa, tapi semakin hari, rasa sakit itu semakin menguat.

Dan saat dia merasakan perubahan yang terjadi pada Koutarou saat ini, rasa sakitnya menjadi seperti kalau jantungnya tertusuk pisau.

Dari hari dia mulai merasakan sakit itu, Sanae benci terkena pukul oleh jimat milik Koutarou.

Dia merasa ditolak saat dia terhempas.

Dan dia teringat kalau Koutarou hanya menganggapnya sebagai hantu yang menggentayangi kamar miliknya.

Bahkan Sanae tahu kalau itu kenyataannya.

"..Apa masalahnya kalau Koutarou pikir aku adalah hantu jahat? Aku sudah mengusir yang lain dengan cara yang sama sampai sekarang!"

Sanae berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tidak peduli seberapa banyak dia mengucapkan hal yang sama, dia tidak merasa semakin baik.


Part 3[edit]

"Itu dia. Sebelah sana, Ruth-san"

"Oke, Satomi-sama"

Saat Koutarou dan yang lainnya sampai ke tenda undian, mereka mendapati kalau tidak ada orang lain disana selain yang menjaga tenda.

Karena itulah tidak ada antrian untuk menarik undian.

"Hmmm, bukan yang jenis menarik, tapi yang jenis memutar ya"

"Ada hadiah dari urutan kesatu sampai kelima"

Undian di tenda itu menggunakan kotak kayu berbentuk roda yang diputar dan nantinya mengeluarkan kelereng.[2]

Lima jenis kelereng bisa keluar: emas, perak, perunggu, putih dan merah, dan mereka mewakili hadiahnya masing-masing.

Emas adalah hadiah pertama, tiket untuk pemandian air panas.

Perak adalah hadiah kedua, sebuah TV LCD.

Perunggu adalah hadiah ketiga, sebuah sepeda.

Putih adalah hadiah keempat, satu set buah kalengan.

Dan merah adalah hadiah tambahan, sekotak tisu ukuran kantong.

"Hadiahnya lumayan mewah juga buat undian di pasar..."

"Selamat datang! Apakah anda disini untuk menarik undian?"

Penjaga yang bertugas adalah orang yang terlihat ramah.

Happi[3] berwarna merah yang dipakainya terlihat mencolok dan memberi kesan yang tidak rapi.

"Ya, itu benar. Tapi bukan aku yang bakal narik..Silahkan, Ruth-san"

"Kya!?"

Koutarou mengenggam tangan Ruth saat dia melihat ke sekeliling tenda dan menariknya ke depan kotak undian.

"S-Satomi-sama?"

"Karena kita udah di sini, kenapa kamu nggak coba, Ruth-san? Kesempatanmu buat mencoba nggak sebanyak kami"

"...U-Uhm..."

Ruth kebingungan setelah diseret ke depan kotak undian secara mendadak, tapi dia lebih bingung lagi karena Koutarou menggenggam tangan kanannya.

Ruth masih terlalu sadar dengan keberadaan Koutarou dan tidak bisa berhenti tersipu malu sejak dia menangis didepan Koutarou.

"Apa cewek ini pacar anda? Saya iri anda punya pacar yang imut seperti ini"

"Benar sekali. Aku juga nggak akan nolak kalau dia pacarku"

"Kelihatannya nggak semudah itu ya"

"Nahahaha, tepat sekali!"

"Kenyataan memang keras ya? Wahahaha!"

Koutarou dan petugas itu tertawa keras, tapi Ruth sekarang berada tidak dalam keadaan dimana dia bisa tertawa.

Ruth terlahir dalam keluarga bangsawan dan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam sekolah kedinasan khusus wanita, jadi dia tidak terbiasa dalam berhadapan dengan pria.

Itu tentu saja pertama kalinya seorang pria menggenggam tangannya.

"...Aku..."

Ruth, yang wajahnya bersemu merah, menjadi tegang dan menatap ke arah Koutarou di depannya.

"Ruth-san, apa ada masalah?"

Koutarou menoleh kembali ke arah Ruth.

Karena itulah, mereka sekarang saling memandang dalam jarak dekat, dan Ruth merasa semakin terpojok.

Kalau aku maju sedikit lebih lagi..jadi lebih dekat..untuk..b-berciuman.."

Saat Ruth, yang kepalanya hampir meledak, mulai berpikiran yang aneh-aneh, Shizuka yang berada di dekat mereka melepaskan tangan Ruth dari genggaman Koutarou.

"Satomi-kun, kamu nggak lihat kalau Ruth lagi panik!?"

..Ah..

Karena itu, kepala Ruth mulai mendingin.

"Kamu nggak bisa seenaknya megang tangan cewek kayak gitu!"

"Ah, m-maaf. Aku jadi bertingkah seperti biasanya seperti dekat Mackenzie"

"U-Undian, ya, aku masih harus menarik undian!"

Setelah Ruth mulai tenang, dia hanya bisa mengingat apa saja pikiran memalukan yang baru saja dia bayangkan beberapa saat lalu.

Dan dia mulai kepanasan lagi.

"Hey nona, karena kamu punya tiga tiket, kamu bisa narik sebanyak tiga kali"

"Y-Ya!"

Ruth mulai memutar roda undian sekuat tenaga meski pikirannya masih belum jernih.

Umumnya, kelerengnya akan jatuh satu persatu, tapi karena rodanya bergerak terlalu cepat, tiga kelereng justru keluar bersamaan.

Warna kelereng yang keluar adalah emas, perak dan perunggu.

"Selamaaaaaaaat! Hadiah pertama, kedua, dan ketiga! Tripel menang!"

Suara pria itu dan lonceng yang dia pegang berbunyi ke seluruh pelosok pasar.

Ketiga kelereng itu benar-benar hadiah yang besar.

"H-Hebat! Apa ini yang orang bilang keberuntungan pemula!?"

"Sapu bersih tiga hadiah utama!?"

"Ruth, kamu benar-benar hebat!"

Karena situasi yang tidak terpikirkan ini, Koutarou, Shizuka dan Sanae langsung membanjiri Ruth dengan pujian dan tepuk tangan.

"L-Lagi! Aku menarik undiannya tiga kali!"

Tapi, Ruth tetap terus memutar rodanya, lupa kalau undiannya sudah selesai.

Setelah keramaian di tenda undian sudah mereda dan Koutarou dan yang lainnya sudah meninggalkan area pasar, petugas kasir di supermarket lari kesana untuk suatu alasan.

"Kakak, bagaimana hasilnya?"

Si petugas kasir banjir oleh keringat.

Petugas kasir yang gendut itu kehabisan nafas karena berlari dari supermarket.

"Hey Hachi! Gembiralah, semuanya berjalan sesuai rencana!"

Si petugas undian menyambut si petugas kasir dengan senyuman.

Saat si petugas kasir yang gendut berdiri di depan si petugas undian yang kurus, penampilan mereka kelihatan berlainan, membuat si petugas undian lebih kurus lagi.

"Jadi, tiketnya sudah sampai di tangan mereka ya?"

"Itu benar, sekarang yang kita lakukan hanya menunggu mereka masuk ke dalam jebakan kita!"

"Seperti yang diharapkan darimu, Kakak!"

Si petugas kasir dan si petugas undian ternyata sudah saling mengenal.

Dan mereka kelihatan gembira karena berhasil mencapai sesuatu.

"Tapi, mereka bisa mendapat TV LCD dan sepedanya itu salah perhitungan.."

"Eeeeeeh!? Mereka dapat itu juga!?"

"Sudah kubliang salah perhitungan. Cewek yang tadi narik undian terlalu beruntung"

"Aku nggak percaya..TV sama sepeda itu mestinya jadi milik kita setelah undian palsu ini.. Karena ini undian palsu, harusnya nggak apa-apa kalau kita mengisi kotaknya dengan kelereng merah aja dan satu kelereng emas..:

"Ini tentang realita! Kalau tidak ada hadiah yang ditampilkan di undian, tidak akan ada yang menanggapinya dengan serius!"

"Aku nggak bisa nonton TV memakai realita! Naik sepeda juga!"

"Siapa juga yang menyangka mereka juga dapat kelereng perak dan perunggu dari 100 kelereng..."

"Aku rasa memang ada orang-orang yang diberkahi oleh Tuhan..."

Keduanya saling memandangi satu sama lain dan sama-sama menundukkan kepala dan bahu mereka.

Tapi, si petugas undian dengan cepat menggelengkan kepalanya dan menyemangati dirinya.

Dia menepuk pundak si petugas kasir.

"Jangan sedih, Hachi! Ini bukan apa-apa!"

"Tapi kak! TVnya! Sepedanya!"

"Apa kamu lupa? Saat rencana 'Itu laut! Yahoo! Operasi menangkap hantu'nya berhasil, kita bisa beli TV dan sepeda sebanyak yang kita mau"

"I-Itu benar! Itu juga sebabnya kita membuat undian palsu ini!"

"Anggap saja itu sebagai pengorbanan buat hal yang lebih besar! Nasi sudah menjadi bubur!"

"Kakak benar! Ini bukan waktunya untuk sedih!"

Undian itu dibuat untuk menyerahkan tiket ke pemandian air panas kepada Koutarou dan yang lainnya. Undian itu sendiri palsu.

Setelah mengawasi pola kehidupan mereka, kedua orang itu mengambil pekerjaan sampingan di supermarket.

Lalu mereka akan menunggu Koutarou dan yang lainnya untuk berbelanja da menyerahkan tiket undian palsu kepada Koutarou.

Dan akhirnya, roda undian itu sendiri sudah diatur untuk memberi Koutarou hadiah utamanya.

Itu semua adalah rencana kedua orang itu agar Koutarou dan yang lainnya pergi ke pemandian air panas.

"Kukuku, dan kalau dia memang 'terikat' di rumah, dia pasti akan ditinggal di rumah sendirian. Dan kalaupun dia juga bisa berpergian, kita punya banyak jebakan di penginapan itu"

"Kamu jahat juga, Kakak"

Tujuan mereka adalah untuk menangkap Sanae.

Kalau Sanae mengikuti mereka ke pemandian air panas, mereka akan memasang jebakan untuk menangkap Sanae.

Dan kalau Sanae tidak ikut, mereka tinggal menangkapnya saat tidak ada orang di rumah.

Dengan cara manapun, kedua orang itu bisa mengatur tempat dan waktu untuk menangkap Sanae, memberikan mereka peluang lebih besar untuk menangkapnya daripada hanya mencoba menangkapnya tanpa rencana.

"Kita akan tangkap hantu yang padat dan stabil itu dan ucapkan 'Dadah' pada kemiskinan!"

"Kita akan lulus dari membasmi hantu kelas teri dan masuk kelas atas!"

Dan setelah menangkap Sanae, mereka akan menjualnya dengan harga yang tinggi.

"Hip hip, horeee"

Mereka adalah pemburu hantu, orang-orang profesional di bidang pembasmian hantu.

Part 4[edit]

"Maaf telah mengganggu kalian yang sedang merayakan sesuatu, tapi aku punya berita penting untuk disampaikan"

Saat Koutarou dan yang lainnya sedang merayakan hasil undian itu, Kiriha muncul di depan mereka dengan wajah serius.

"Kiriha-san"

"Yurika pingsan"

Saat mereka masuk ke kamar 106, Yurika sudah terbaring karena pingsan di tengah kamar.

"Waaaah, Yurikaaaa!"

Koutarou dengan tergesa-gesa masuk ke kamar setelah melihat Yurika.

"Dia masuk ke lemari dengan suhu kamar setinggi ini, dan kelihatannya itu berlebihan baginya"

Yurika pingsan karena dia mengurung dirinya di dalam lemari dalam cuaca yang sangat panas ini.

Meskipun saat itu masih awal Juli, sinar matahari yang kuat bersinar terus-menerus ke dalam kamar, mengubahnya menjadi sauna.

"Apa dia bodoh? Harusnya dia tahu apa yang akan terjadi kalau dia mau mikir sebentar saja"

"Aku penasaran kenapa Nijino-san nggak mau keluar meskipun kepanasan..."

Sanae keheranan dan Shizuka memiringkan kepalanya karena kebingungan.

Keduanya benar-benar lupa kalau Yurika mengurung dirinya karena depresi.

"Bertahanlah, Yurika!"

"S-Shatomi-shan...?"

Saat Koutarou menggoyangkan bahu Yurika, Yurika membuka matanya.

Yurika terlihat banjir oleh keringat, dan poninya menempel di wajahnya, menghalangi pandangannya.

Koutarou menjulurkan tangannya dan menyibak poni Yurika.

"M-Maaff..."

"Kenapa kamu selalu begini sih?!"

"Aku baik-baik sajah. Tinggalkhan akuh shendiri. Aku bakal shehat lagih kok"

"Mana bisa!"

Koutarou membaringkan Yurika dan mulai bersiap-siap merawatnya.

Koutarou mengeluarkan beberapa handuk dari lemari, mengisi baskom dengan air dan es danmengambil botol air minum dari kulkas.

Yurika memperhatikan semua gerak-gerik Koutarou.

"Yurika, apa kepalamu sakit? Atau ada yang lain yang sakit?"

Saat Koutarou menyeka wajah Yurika dengan handuk yang dingin dan basah dari baskom, dia melihat Yurika dengan penuh cemas.

"Nggak, akuh baik-baik sajah"

"Gimana kalau kamu minum dulu? Haus nggak?

"Nanti akuh minum.."

"Begitu..istirahat dulu, Yurika"

"Iyah..."

Yurika tidak bisa berbicara dengan benar, tapi dia jawabannya jelas.

Melihat itu, Koutarou menghela nafas lega.

Untuk shuatu alashan, Shatomi-shan bener-bener baik...

Pikiran itu muncul di kepala Yurika saat dia melihat Koutarou tersenyum.

Aku nggak bisah membuat dia percaya sama sihir kayak biasanyah, tapi rasanyah dia memperlakukanku lebih baik dari sebelumnyah...apa itu cuma khayalanku ajah?

Kenyatannya, itu bukanlah khayalan Yurika, tapi kenyataan.

Koutarou memang berusaha merawat Yurika.

"Jangan lakukan hal yang nggak-nggak dan bikin Sakuraba-senpai cemas"

"Yah...aku ngerti..."

Koutarou telah mengubah caranya berinteraksi dengan Yurika sejak festival olahraga.

Itu karena secara tidak disangka Yurika berteman dengan Harumi.

Kalau dia hanya cosplayer yang suka mencari keributan, Koutarou pasti akan membiarkannya begitu saja. Tapi karena Yurika adalah teman dari Harumi, Koutarou tidak bisa melakukan hal itu.

Itu karena jika ada sesuatu yang terjadi pada Yurika, Harumi pasti akan cemas.

Jadi, Koutarou mengesampingkan masalah gadis penyihir milik Yurika dan memperlakukannya sebagai teman Harumi.

Itulah kenapa Koutarou akan merawat Yurika jika dia sakit, dan kalau Yurika kelaparan, Koutarou akan memberinya makan.

Hal itu memang bukan sepenuhnya untuk Yurika sendiri, tapi sebagai hasilnya Koutarou memperlakukan Yurika lebih baik.

"Kamu meman benar-benar..."

Koutaoru mengambil kipas angin didekatnya dan mulai mengipasi Yurika.

"Maaf, kamu jadinyah membuang waktumuh buat akuh..."

Yurika tersenyum kecil saat angin semilir mengalir ke arahnya.

Melihat itu, Koutarou yakin kalau Yurika sudah membaik.

Ruth mendekati keduanya.

"Apa Yurika-sama baik-baik saja?"

Sebagai orang yang santun, Ruth kuatir dengan Yurika yang dapat dikatakan telah menghancurkan dirinya sendiri.

"Aku rasa dia baik-baik saja. Dia cukup tangguh kok"

"Maaf syudah membuatmu kuatir~"

"TIdak, aku senang kamu baik-baik saja. Kita tidak akan bisa merayakan menang undian kalau kamu sakit"

Ruth tersenyum saat dia mengeluarkan tiket dari kantongnya.

"Apa itu?"

Saat Ruth masuk ke dalam kamar, Theia melepaskan kontrollernya dan mengarah ke Yurika.

"Yang Mulia, saat kami pergi berbelanja, kami mendapat beberapa tiket undian dan memenangkan tiket pemandian air panas"

"Undian?"

Karena dia dibesarkan sebagai tuan puteri, Theia tidak tahu apa itu undian dan melihat ke arah Koutarou disampingnya.

"Itu promo buat menarik pembeli ke supermarket, dan para pembeli punya kesempatan buat memenangkan hadiah"

"Oh, begitu..."

Ruth menyerahkan tiket-tiket itu ke Theia dan Theia melihat ke tiket-tiket itu dengan serius.

"Oh ya, apakah kalian semua mau pergi bersama-sama ke pemandian air panas?"

Ruth tersenyum dan bertanya.

"Apa kamu nggak apa-apa kalau kita ikut, Ruth-san?"

Saat Shizuka menanyakan hal itu, Ruth langsung mengangguk.

"Tiketnya cukup untuk enam orang, aku dan Yang Mulia saja berarti hanya berdua. Lagipula, liburan akan lebih menyenangkan dengan banyak orang, dan kami masih belum terbiasa dengan kehidupan di Bumi"

"Kamu akan membawa mereka bersama kita!?"

Theia mengalihkan pandangannya dari tiket di tangannya dan memandang ke arah Ruth dengan heran.

"Ya. Aku pikir ada baiknya kita meninggalkan sejenak pertarungan kita dan berlibur sebentar"

Itulah jawaban Ruth.

Theia memandang ke arah Ruth untuk sementar waktu sebelum dia melihat ke arah orang-orang lain di kamar itu.

Ruth, Sanae, Shizuka, Yurika, Kiriha dan saat dia melihat ke arah Koutarou, dia tersipu dan mengalihkan wajahnya.

"...I-Itu tiket yang kamu menangkan. Silahkan kamu gunakan sesuka hatimu"

"Terima kasih, Yang Mulia"

Setelah berterima kasih kepada Theia, Ruth bertanya kepada Koutarou dan yang lainnya.

"Jadi, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian mau ikut dengan kami ke pemandian air panas?"

"Kalau begitu, aku dengan senang akan ikut♪ ”

"Ikut! Ikut! Aku mau loncat ke kolam air panasnya!"

"Aku tidak menolak. Sudah lama aku tidak liburan"

Shizuka, Sanae dan Kiriha langsung setuju.

"Apah enggak apa-apa kalau akuh ikut jugah~"

Masih terbaring, Yurika dengan kuatir mengangkat tangannya.

Yurika yang terasingkan setiap harinya, hanya bisa bertanya seperti itu.

"Nggak mungkin kan? Tiketnya kan cuma buat enam orang"

Saat Sanae mengatakan itu, dia mulai menghitung jumlah orang di dalam kamar.

Sanae, Koutarou, Ruth, Theia, Shizuka dan Kiriha berjumlah tepat enam orang.

Tidak ada tempat lagi untuk Yurika.

"Ituh.."

Mendengar jawaban Sanae, air mata mulai mengalir di wajahnya.

"Jadih maksudmuh gadish penyihir nggak bisah pergi ke pemandian air panash? Ugh..."

"Kalau begitu, semua beres kalau aku nggak ikut. Kalian para cewek saja yang liburan"

"S-Shatomi-shan, kamu serius!?"

Kaget dengan kata-kata Koutarou, Yurika melompat bangun.

"Akuh shelalu tahu kamu orang baik dari pertamah kitah ketemuh!!"

Mata Yurika berbinar-binar saat dia menggenggam tangan Koutarou dan menyalaminya.

"Kamu benar-benar egois.."

"Eeehh!? Kenapa kita nggak bisa ninggalin Yurika!?"

"Jelas nggak bisa. Perhatikan, disini disebutkan kalau kita cuma dapat satu kamar. Aku nggak mungkin tidur sekamar sama lima cewek"

"Dia benar. Satomi-kun, kamu pengertian juga.."

Di tiket itu ada tulisan kecil yang menyebutkan kalau keenam orang itu akan menempati kamar yang sama.

"...Baiklah, aku punya sesuatu untuk dikatakan"

Di saat itu, Kiriha yang sedari tadi berpikir mulai berbicara.

"Aku tidak melihat adanya masalah jika kita semua pergi"

"Tapi, Kiriha-san, tiketnya hanya cukup buat enam orang"

"Aku tahu. Itu sebabnya hanya kita berenam yang menjadi tamu penginapan. Aku, Koutarou, Theia-dono, Ruth, Shizuka dan Yurika. Jumlahnya tepat enam orang. Tidak masalah"

"T-Tunggu dulu! Aku gimana!?"

"...Aku rasa pihak penginapan tidak bisa menarik uang dari hantu"

Ada tujuh orang di kamar itu, tapi nyatanya hanya enam orang yang memerlukan tiket.

"Ahahahaha, b-benar juga, aku hantu. Aku benar-benar lupa"

"Bagus sekali, Satomi-sama. Sekarang kita semua bisa pergi"

Ruth tersenyum ke arah Koutarou, tapi Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Ruth-san, aku benar-benar nggak bisa ikut. Kalian semua itu cewek"

"Memangnya apa masalahnya? Tidak akan jauh berbeda dengan apa yang kita selalu lakukan"

"Pasti bermasalah"

Biasanya, hanya Koutaoru dan Yurika yang tidur di kamar 106.

Dan Yurika tidur di lemari, jadi secara teknisnya, mereka tidak berada di kamar yang sama.

"Tenang saja, Satomi-kun. Kita hanya berbagi kamar"

"Ibu Kos-san, kamu juga!?"

Dan saat kedua orang yang masih memiliki akal sehat malah mempunyai ide seperti itu, Koutarou mulai panik.

"Apakah kamu pikir kamu bisa melakukan hal yang tidak-tidak kepada kami dan terus hidup, Satomi-kun?"

"Ugh"

Jika Koutarou mencoba melakukan sesuatu kepada Kiriha, Theia, Ruth atau Shizuka, Koutarou mungkin tidak akan bertahan hidup.

Dan Sanae sudah pasti tidak mungkin.

Berarti, hanya tinggal si cosplayer Yurika, tapi Koutarou tidak ingin melakukan hal apapun kepadanya untuk beberapa alasan.

Dan meskipun dia melakukannya, kelima orang yang lain pasti akan menghajarnya habis-habisan.

"I-Itu benar, tapi..."

"Ya kan? Kalau begitu sudah diputuskan!"

Koutarou sadar dia tidak bisa berdebat dengan Shizuka lebih jauh lagi karena Shizuka dengan paksa mengakhiri diskusi itu.

"Ah, Ibu Kos-san, tunggu!"

"Ayo kita nikmati libur musim panas kita di pantai dan pemandian air panas! Untung saja aku baru beli pakaian renang baru beberapa hari lalu!"

Mata Shizuka berbinar-binar.

Ruth memiringkan kepalanya karena bingung.

Dan Kiriha mulai menjelaskan, karena saat itu Shizuka sedang berkhayal.

"Penginapan yang akan kita tempati nanti berlokasi di dekat pantai. Begitu keluar dari penginapan, kita akan mencapai pantai dalam kurang dari tiga menit. Itu adalah salah satu dari fasilitas mereka"

"Berenang di laut.."

Tiba-tiba raut wajah Ruth menjadi suram.

"Ada apa, Ruth-san?"

"Satomi-sama..ah, tidak. Bukan hal yang penting, aku hanya tidak punya pakaian renang"

"Nggak masalah! Aku punya beberapa potong yang nggak pernah dipakai, nanti aku pinjamkan!"

"Kalau begitu, masalahnya sudah selesai"

"Terima kasih banyak, Shizuka-sama"

Dengan masalahnya terselesaikan, Ruth menunduk ke arah Shizuka"

Tapi untuk beberapa alasan, raut wajah Ruth tidak terlihat berubah.

Koutarou biasanya tidak pernah memperhatikan hal semacam ini, tapi kali ini, dia menyadarinya.

Aku rasa Ruth-san menginginkan pakaian renangnya sendiri. Dia kan cewek..

Dan bahkan dengan tingkat kejadian yang lebih langka lagi, Koutarou ingin melakukan sesuatu tentang hal itu.

Dia ingin menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Ruth yang selalu menolongnya setiap hari.

Penjelasan mengenai situasi keluarga Forthorthe juga memainkan peran besar dalam keinginan Koutarou.

"Ruth-san, aku akan membelikanmu pakaian renang baru"

Dengan biaya kos yang murah seharga 5000 yen, Koutarou masih punya kesempatan untuk hidup mewah.

Membelikan pakaian renang untuk Ruth tidak berdampak begitu besar bagi keuangannya.

"Eh.."

Ruth menatap ke arah Koutarou dan mencoba memahami tujuan dibalik kata-katanya.

"Aku ingin melihat Ruth-san memakai pakaian renang yang seksi dan menatap badannya terus menerus"

"M-Menatap.."

Pipi Ruth langsung memerah.

Di saat yang sama, dia teringat khayalannya mencium Koutarou, dan rasa malunya bertambah besar.

"Kamu pikir kamu bisa lolos setelah mengatakan hal itu!?"

"Tentu saja! Itu sudah tugas seorang pria!"

Tapi, Ruth memperhatikan kalau mata Koutarou tidak menunjukkan keinginan apapun.

Satomi-sama..Apa kau mengatakan itu semua dengan sengaja demi diriku..?

Pada saat Ruth menyadari hal itu, rasa malunya menghilang dan berganti dengan perasaan bahagia.

"Aku merasa kamu akan mencuri poinku kalau aku melihat dirimu yang pakai pakaian renang, tapi Ruth berbeda! Aku akan menatap badannya dengan penuh hasrat sebagaimana pria muda pada umumnya!"

"E-Em...kalau kamu tidak apa-apa dengan badanku yang biasa.."

Ruth tersenyum setelah tertembus dengan perasaan yang menyenangkan.

Ini adalah hal yang tidak biasa untuk Ruth, tapi dia ingin bergantung kepada kebaikan Koutarou.

"Jadi..tolong belikan aku pakaian renang.."

"Ah, Eh, Ehh!?"

Koutarou berbicara seperti itu agar Ruth setuju tanpa harus merasa tidak enak dengan Koutarou, tapi Ruth tidak merasa jijik dengan yang dikatakan Koutarou dan langsung menyetujui tawarannya.

"Fufu. Mengejutkan sekali kamu punya sisi seperti itu, Koutarou"

"Sudah kuduga, Satomi-kun, kamu memang betul-betul pria Jepang!"

Kiriha, dengan kemampuan pengamatannya yang tajam dan Shizuka, yang ingat dengan pembicaraan mereka sebelum undian, mengerti tujuan Koutarou.

"Aku hanya--"

"TIdak apa-apa, kami tahu kamu malu! Ruth-san, ayo pergi belanja besok pagi!"

"Ah, ya"

Ya ampun..lain kali aku harus melakukannya dengan lebih lihai

Dengan tujuan aslinya terbongkar oleh Kiriha dan Shizuka, Koutarou hanya bisa menghela nafas.

Adalah hal yang lebih memalukan bagi Koutarou karena tujuan aslinya ketahuan.

"Ah, um..."

Di saat itu, Koutarou memperhatikan Theia yang bermain dengan jarinya sendiri dan menatap ke arahnya.

"Ada apa, Tulip?"

Saat Koutarou bertanya kepadanya, pipi Theia memerah dan dia hanya bisa berbisik kepada Koutarou.

"U-Um..Aku..tidak punya...pakaian renang..."

Ah, iya juga

Kalau Ruth tidak punya pakaian renang, tentu saja Theia juga tidak punya.

"Begitu. Sayang sekali"

Beberapa jam lalu, itulah yang pasti akan Koutarou katakan.

Tapi, bukan itu yang ia katakan sekarang.

Theia melihat kearah Koutarou dengan penuh malu.

Mengetahui Theia bertingkah seperti itu, Ruth melihat ke arah Koutarou sekan mengharapkan sesuatu.

Dan dari semua itu, melihat ke arah layar TV dibelakang Theia adalah kesalahan besar.

Apa yang terlihat di layar itu adalah menu status karakter.

Salah satu karakternya, 'Yurika B' punya satu baris nyawa.

Dia masih kehabisan mana.

Itu adalah menu status yang sama saat Koutarou dan yang lainnya pergi berbelanja.

Jadi Tulip nggak lanjut main sejak dari tadi..

Menyadari itu, Koutarou tidak bisa menolaknya begitu saja.

"...K-Kalau begitu, kalau kamu bisa menyelamatkan Ksatria Biru sebelum besok, nanti akan aku belikan juga"

Seperti gadis normal pada umumnya.

Kata-kata yang diucapkan Ruth saat mereka berbelanja menggema di dalam kepala Koutarou.

"K-Kenapa kamu hanya mendiskriminasi diriku saja!? Kamu tidak memberikan syarat kepada Ruth seperti itu!"

"Itu karena kamu selalu ingin semuanya sesuai keinginanmu sendiri! Atau kamu nggak yakin bisa menyelamatkan Ksatira Biru?"

Tapi, Koutarou menggoda Theia seperti itu adalah caranya menyembunyikan rasa malunya.

"Apa yang kau bicarakan!? Aku akan menyelamatkan Ksatria Biru sekarang juga dan akan aku buat kau menyesa telah menantangku!"

Tapi Theia tetap bertingkah sama.

Dia dengan semangat kembali menghadap layar TV dan mengambil kontrollernya.

Aneh..ada yang salah denganku..kenapa aku bilang kalau aku akan membelikan Tulip pakaian renang...?

Koutarou kebingungan dengan situasinya saat ini, tapi dia merasa harus melakukan ini sembari memandangi punggung Theia yang kecil.

Itu karena inilah pertama kalinga Koutarou melihat Theia sebagai gadis, tapi Koutarou sendiri tidak bisa menyadari hal itu dan akhirnya kebingungan.

"Satomi-sama...Yang Mulia..."

Melihat ke arah keduanya, Ruth merasa terharu.

Jika saja kedua orang itu bisa menjadi tuan dan pelayan.

Ruth yang sudah bersama Theia sejak lama hanya bisa merasa seperti itu.

"S-Sayang shekali..kalau aku tahu bakal beginih jadinyah, harusnyah aku bawah baju renang"

"...Aku nggak akan membeikanmu, apapun yang terjadi"

"Hauuuuu, i-itu nggak adil....."

"Primitif! Cepatlah datang kemari dan saksikan keberanian tuanmu dari dekat!"

"jujur saja dan bilanglah 'tolong'..ya ampun.."

TIdak sadar dengan perasaan Ruth, Kouraou dan Theia duduk di depan TV dan berdebat selagi melanjutlan game mereka.

"Pendiri Forthorthe, dewi dari sang fajar, tolong jagalah masa depan Yang Mulia.."

Ruth terendam oleh emosinya yang meluap-luap dan tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat ke arah punggung Koutarou dan Theia.

"..."

Dan ada satu orang lagi yang emosinya meluap-luap.

Orang itu adalah Sanae, tapi emosi yang dirasakannya berbeda dengan Ruth.

Koutarou benar-benar...

Koutarou, Theia dan Ruth; melihat ketiga orang itu Sanae merasakan rasa tidak enak yang amat besar.

Sanae merasa dia harus melakukan sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Apa yang terjadi denganku..?

Jadi, seperti Ruth, Sanae tidak bisa berbuat apa-apa selagi melihat ke arah Koutarou dan Theia.


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Snack berbentuk bola dari tepung dan gurita
  2. http://item.shopping.c.yimg.jp/i/l/ibepara_y297-13-clear500
  3. Semacam jubah,biasanya dipakai saat festival. http://www.jlifeinternational.com/apparel/happi/Images/matsuricoat.jpg


Kembali ke Ilustrasi Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2