Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Awal Mula yang Baru[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 24 April

Pada malam itu, sebelas orang berkumpul di kamar 106. Dengan orang sebanyak itu di dalam kamar yang penuh dengan perabotan, sudah jelas sulit untuk bergerak di dalamnya.

Di sebelah Koutarou ada Maki dan Clan yang tampak resah. Di sebelah mereka ada Harumi dan Yurika. Sementara berseberangan dengan mereka ada Theia, Ruth, Kiriha yang sedang minum teh, Shizuka, Sanae dan Kanae.

“Koutarou, apa aku memang harus ada di sini?”

“Benar, Satomi-kun. Baru beberapa saat yang lalu aku jadi musuh semuanya…”

“Udah, diam dan duduk.”

Koutarou ingin memperkenalkan Maki dan Clan dengan baik. Mereka berdua sudah menjadi rekan Koutarou, namun karena mereka berdua punya riwayat yang buruk terhadap para gadis kamar 106 yang lain, mereka berdua mencoba menjaga jarak. Namun, Koutarou menganggap bahwa itu hal yang buruk dan memutuskan bahwa inilah kesempatan untuk mengatasi masalah mengenai mereka berdua.

“Jadi…aku mulai dengan memperkenalkan mereka dulu. Ini Clan…”

Sambil berkata demikian, Koutarou menepuk kepala Clan beberapa kali dengan tangan kanannya. Karena situasi tidak nyaman yang sedang dihadapinya, Clan tidak bisa mengangkat wajahnya. Dia merasa enggan karena baru beberapa bulan yang lalu dia berusaha membunuh Theia dan Koutarou. Clan hanya bisa berdiam diri memandangi meja teh di depannya.

“…dan ini Aika Maki-san.”

Kali ini, Koutarou menepuk Maki dengan tangan kirinya. Maki kurang lebihnya berada di situasi yang sama dengan Clan dan tampak begitu tegang. Karena dia tahu dia sedang berada di hadapan Kanae dan Sanae, Maki tidak berani menghadapi mereka berdua. Karena keresahannya jugalah dia menggenggam erat lengan baju Koutarou dan tidak melepasnya.

“Clan sama aku menghilang pas pementasan drama, kalau kalian masih ingat. Saat itu, kami mau nggak mau harus kerja sama dan rasa permusuhan diantara kami pun mulai hilang. Sejak saat itu, dia udah ngebantu aku secara rahasia, kayak pas insidennya Sanae, buat contohnya…hei, jangan diem aja, bilang sesuatu lah, Clan.”

“Bilang sesuatu? M-Misalnya?”

Clan tidak tahu harus berkata apa, karena dia tahu dia tidak bisa berteman dengan yang lainnya setelah apa yang dia perbuat.

“Yah, misalnya namamu atau apalah.”

“…Aku Clariossa Daora Forthorthe.”

“Kamu bener-bener cuma ngasih tahu namamu doang.”

“K-Karena kau yang bilang begitu!”

Karena gugup, Clan hanya menyebutkan namanya. Namun interaksinya dengan Koutarou sudah menunjukkan pada yang lainnya di kamar itu hubungan seperti apa yang mereka berdua miliki.

“Yah, selain itu…soal Aika-san…seperti yang kalian tahu, Aika-san adalah teman sekelas kita…tapi yang kita nggak tahu, sampai hari ini tadi, dia adalah gadis penyihir jahat.”

“…”

Saat Koutarou membongkar identitasnya, Maki menahan nafasnya dan menggenggam lengan baju Koutarou lebih erat lagi. Dia tahu betul seberapa buruk posisinya saat ini.

“Aika-san jadi gadis penyihir jahat karena orang yang nyelametin dia adalah gadis penyihir jahat juga, tapi tetep aja, jadi jahat nggak cocok buat dia. Aika-san nyelametin aku. Dan, di dalam hatinya, dia cewek yang jujur dan baik. Dia nggak punya pilihan selain berbuat jahat karena dia nggak punya tempat buat tinggal, dan buat ngebalas kebaikan orang yang udah nolong dia.”

“…Satomi-kun, aku mau pulang. Aku nggak pantas berada di sini…”

Karena tidak tahan dengan ketegangan yang dialaminya, Maki menarik lengan baju Koutarou dan ingin meninggalkan kamar 106. Namun, Koutarou menggenggam lengan Maki dan menggelengkan kepalanya.

“Udah, duduk aja. Kalau kamu kabur sekarang, kamu mau pergi kemana?”

“E-Em….”

“Kamu harus mulai hidup yang baru. Kamu ngerti kan?”

“…Iya.”

Maki yang tadinya akan bangkit berdiri berhasil dibujuk oleh Koutarou dan kembali duduk. Dia telah memilih hidup sebagai Aika Maki dan meninggalkan Dark Navy, membuatnya tidak memiliki tempat lagi di dalam Darkness Rainbow. Agar Maki bisa hidup sebagai dirinya sendiri, dia harus menghadapi masa lalunya.

“Kita pura-pura kalau Aika-san ketangkep dan jadi sandera kita sampai situasinya kembali tenang. Kalau nggak begitu, mereka pasti ngeburu dia buat ngabisin si penghianat. Tapi sebenarnya, dia akan tetap jadi temen sekelas kita kayak dulu.”

Setelah mengucapkan hal itu, Koutarou melihat ke arah semua orang di kamar itu sebelum kembali melanjutkan bicaranya.

“Dan ini cuma permintaanku, dan….aku tahu ini pasti sulit buat kalian terima, tapi aku mau kalian akur sama mereka berdua. Aku mohon”, kata Koutarou sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja sambil membungkukkan kepalanya. Maki dan Clan yang berada di sebelahnya pun mengikuti Koutarou dan membungkukkan kepala mereka juga. Mereka berdua menegang saat waktu penghakiman bagi mereka akan tiba.

“Ada sesuatu yang ingin aku katakan”, jawab Theia sambil mengangkat tangannya. Melihat hal itu, wajah Clan menjadi pucat pasi.

“A-Aku juga!”

“Aku juga mau ngomong sesuatu.”

Selanjutnya, Sanae dan Yurika mengangkat tangannya. Kali ini, wajah Maki yang menjadi pucat pasi.

Orang-orang yang akan menghukum mereka berdua telah muncul. Meskipun mereka berdua takut akan hal itu, mereka sudah siap untuk menerima apapun yang akan dikeluarkan oleh orang-orang itu, karena mereka tahu bahwa inilah jalan yang harus mereka berdua tempuh.

“Silahkan.”

Setelah mengangkat kepalanya, Koutarou mempersilahkan ketiga orang yang sudah mengangkat tangannya untuk bicara. Para gadis itu pun menurunkan tangannya ke atas meja teh dan membungkuk maju sedikit saat mereka berbicara.

“Apa ini artinya Clan akan dimasukkan dalam jadwal bersih-bersih kamar!?”

“Hey, Maki!! Kamu juga gadis penyihir kan!? Ayo kita bikin kostum baru buat kamu biar cocok sama punya kita!!”

“Satomi-san, aku nggak bisa tinggal lagi di dalam lemari! Karena sekarang Maki-chan udah gabung sama kita, aku mau pindah dari lemari dan tinggal di sini juga!”

“”Eh?””

Namun, apa yang dikatakan ketiga gadis itu membuat Clan dan Maki menyuarakan keheranan mereka di saat yang sama. Mereka langsung mengangkat kepala mereka dan melihat ke arah orang-orang yang sudah bicara kepada mereka.

“Yah, kelihatannya bakal begitu.”

“Bagus! Sekarang aku hanya perlu bersih-bersih satu kali seminggu!”

“Wah, syukurlah, yang mulia!”

“Satomi-san, sekarang giliranku buat ngeluasin tempat tinggalku!”

“Nggak.”

“Kenapa!?”

“Mana bisa aku bikin Aika-san tinggal di dalem lemari.”

“Mama! Aku perlu kertas gambar!”

“Baik, baik. Maki-chan, karena itu yang akan kita lakukan, apa kamu punya waktu luang akhir pekan ini?”

Tidak ada yang ingin menghukum Clan atau Maki. Baik Theia, Yurika, Sanae atau Kanae, maupun para gadis yang lain. Malah, mereka justru menyambut kedatangan mereka berdua.

“Aika-san, kalau kamu belum punya tempat tinggal, gimana kalau tinggal sama aku? Kamarku di atas sini persis.”

“Syukurlah, Clan-sama. Sekarang aku tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk bertemu anda.”

“Ke…Kenapa…?”

“Kenapa tidak ada yang berkata sesuatu yang seharusnya…?”

Situasi ini membuat Maki dan Clan bingung. Biarpun mereka berdua adalah musuh, para penghuni kamar ini ternyata justru menyambut mereka dengan ramah. Karena mereka berdua tidak mengerti apa yang sedang terjadi, mereka hanya bisa terdiam kebingungan.

“…Itu karena dulunya kami semua juga bermusuhan.”

Kirihalah yang menjawab kebingungan mereka berdua, dengan sedikit menyipitkan matanya dan tersenyum tulus pada Clan dan Maki, terlebih pada Clan, yang sudah lebih dulu bertemu dengannya sebelas tahun lalu.

“Kalau kami menghukum kalian, itu artinya kami juga menyangkal situasi kami sendiri, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kami lakukan.”

Awalnya, mereka saling menyerang antara satu sama lain. Untuk bisa sampai ke masa ini, mereka semua sudah melewati hal itu. Itulah sebabnya tidak ada orang di kamar itu yang menghukum Clan dan Maki. Semuanya akan baik-baik saja selama mereka berdua mau berubah. Apa yang penting bagi mereka adalah apa yang terjadi di saat ini, bukan di masa lalu.

“Tapi, Kii, tetap saja---“

“Tentunya, alasannya bukan hanya itu saja.”

Raut wajah Kiriha tampak lebih ramah setelah dipanggil Kii oleh Clan.

“Satomi Koutarou memohon demi diri kalian. Jika sudah begitu, kami hanya perlu percaya padanya. Kami akan menerima apapun yang dia putuskan…bukankah hal yang sama juga berlaku bagi kalian?”

“Itu…”

“Ya, benar.”

Maki masih merasa ragu, namun raut wajah Clan sudah lebih tenang sedikit. Adanya seorang teman lama disini sangat membantu baginya.

“Theiamillis-san, aku secara resmi meminta maaf untuk segala tindakanku hingga saat ini”, kata Clan sambil membungkuk ke arah Theia, dan sebagai balasnya, Theia mengangguk tersenyum.

“Aku menerima permintaan maaf itu. Jangan kuatir lagi. Kita mungkin lawan, tapi kita meraih hal-hal yang lebih besar dengan bertanding dengan penuh hormat antara satu sama lain, dan bukan dengan kebencian.”

“Theiamillis-san…kau benar, aku tidak akan kalah!”

“Fufufu…bagus. Aku juga tidak akan kalah!”

Clan dan Theia akhirnya saling tertawa. Melihat hal itu, Maki melihat ke arah Yurika dan pasangan keluarga Higashihongan.

“Satomi-kun.”

“Ya.”

Saat menyadari hal itu, Koutarou dan Harumi membuat Yurika dan Maki saling berhadapan. Yurika hanya terlihat kebingungan, namun Maki tampak siap untuk lari dari sana. Namun, Koutarou menggenggam kedua tangan Maki dan menghentikannya. Setelahnya, Maki akhirnya menyerah dan dengan perlahan mulai bicara.

“Aku minta maaf, Nijino Yurika. Aku sudah melakukan banyak hal yang buruk padamu.”

“Nggak apa-apa, Maki-chan. Kalau kita saling tukeran orang yang nyelametin kita, mungkin sekarang aku yang lagi minta maaf…”, jawab Yurika yang juga menerima permintaan maaf Maki.

Dulu, Nanalah yang telah menyelamatkan Yurika, tapi itu karena kebetulan semata. Setelah melihat Maki dari dekat, Yurika tidak merasa adanya permusuhan kepadanya. Satu-satunya hal yang masih mengganggu Yurika adalah Maki masih merupakan anggota dari Darkness Rainbow, namun dia juga tahu Maki tidak bisa segera pergi dari organisasi itu dalam situasi seperti ini, jadi dia memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu.

“Dan kepada Kanae-san dan putrinya, kelihatannya guruku sudah berbuat jahat kepada kalian…”

“Itu bukan salahmu, Maki-chan?”

“Mama, memang dulu ada kejadian apa?”

“Ada sesuatu, tapi kejadian itu sudah selesai dan tidak ada hubungannya dengan Maki-chan.”

“Hmm. Ya sudah.”

“….Terima kasih banyak”, balas Maki sambil membungkuk sekali lagi.

Dengan begitu, Clan dan Maki diterima oleh para gadis kamar 106, dan mengambil langkah pertama menuju kehidupan baru mereka.


Part 2[edit]

Meskipun masalah Clan dan Maki sudah selesai, Koutarou masih punya satu masalah lagi. Masalah itu yakni apa yang harus dilakukannya terhadap Sakuraba Harumi yang terseret masuk dalam masalah mereka semua.

Beberapa saat yang lalu, Harumi mempelajari cara mengendalikan sihir dan kekuatan Signaltin, namun dia sendiri tidak tahu mengapa. Bagi Harumi, kelihatannya dia tiba-tiba menjadi bisa melakukan hal itu setelah bergabung dengan Yurika. Tanpa adanya alasan lain, Koutarou dan yang lainnya merasa bahwa perubahan pada Harumi adalah efek samping dari penggabungan itu. Yurika mengakui bahwa ada hal aneh yang terjadi saat mereka berdua bergabung, dan gempa ruang yang terjadi karena hal itu pun terpantau oleh Blue Knight, yang menjadikan teori itu semakin kuat.

Ini berarti Harumi menjadi penyihir ketiga setelah Yurika dan Maki. Harumi juga bisa mengendalikan Signaltin, meskipun hal itu hanya diketahui oleh orang-orang yang ada pada waktu itu saja. Itulah sebabnya Harumi menjadi semacam asisten yang unik bagi Koutarou dan yang lainnya. Harumi sendiri ingin menggunakan kekuatannya untuk menolong mereka.

Namun, ada seseorang yang menolak hal itu, dan orang itu tidak lain adalah Koutarou sendiri.

“…Aku nggak setuju. Tubuh Sakuraba-senpai lemah dan dia nggak atletis. Terlalu bahaya kalau dia selalu ada sama kita.”

Koutarou kuatir akan keselamatan Harumi. Sudah jelas bahwa sihir akan membuat tubuh Harumi semakin kelelahan, dan Koutarou sendiri tidak mau Harumi ikut bertarung.

“Itu sebabnya aku rasa sebaiknya dia ngebantu kita sesekali aja.”

Bagi Koutarou, solusi yang tepat adalah untuk menjaga Harumi untuk tetap berada di jarak yang sama seperti dulu agar dia tidak terlibat pertarungan apapun.

“Tapi…Satomi-kun, aku tidak bisa diam saja setelah tahu hal ini!”

Seperti halnya Koutarou yang mengkhawatirkan Harumi, Harumi juga khawatir akan keselamatan Koutarou, Yurika dan para gadis penjajah lainnya. Bagi Harumi, mereka semua adalah orang-orang spesial yang menunjukkan padanya dunia luar melalui kedua drama yang mereka pentaskan bersama-sama. Itulah sebabnya Harumi ingin membalas budi mereka dan melindungi keseharian mereka dengan melakukan apapun yang bisa dia lakukan.

“Satomi-kun dan kalian semua adalah teman-temanku yang berharga! Tolong jangan tinggalkan aku dari hal ini! Kumohon!”

Dan yang menjadi pendorong utama bagi Harumi adalah keinginannya yang begitu kuat untuk bisa melangkah bersama Koutarou dan yang lainnya. Dia ingin menolong orang-orang yang sudah menjadi temannya. Dia ingin berada bersama laki-laki yang dicintainya. Dia tahu lebih dari siapapun betapa kesepiannya hidup hanya dengan memandangi segala sesuatunya dari jauh.

“Sakuraba-senpai…”

Koutarou mulai ragu saat Harumi memohon seperti itu kepadanya.

Dia ingin menjauhkan Harumi karena kuatir akan keselamatannya, tapi di saat yang sama, Koutarou juga merasa bahwa sifatnya yang suka menjaga jarak dari orang lain mempengaruhi keputusannya itu. Koutarou menjadi tidak bisa memutuskan apa hal yang sebaiknya dia lakukan.

“…Satomi-kun, boleh aku ngomong sesuatu?”

Sementara Koutarou masih berpikir keras, Maki mengangkat tangannya dan minta izin untuk bicara.

“Ada apa, Aika-san?”

“Berdasarkan apa yang terjadi hari ini, kemungkinan besar Sakuraba-san akan jadi incaran Darkness Rainbow. Kalau begitu, menjaga dia dekat-dekat mungkin jadi hal yang paling aman.”

“Itu…”

Opini Maki memang logis. Menjaga jarak dengan Harumi akan membuat mereka lebih sulit untuk melindunginya. Jadi, dengan ancaman yang jelas seperti Darkness Rainbow mulai muncul, Koutarou dan yang lainnya perlu mengawasi Harumi.

“Nggak salah sih, tapi…”

Namun, Koutarou masih tidak bisa mengambil keputusan. Seperti halnya Yurika, bertarung bukan hal yang cocok bagi Harumi. Jika bisa, Koutarou ingin agar Harumi hidup dalam damai.

“Koutarou, apa kamu benci Harumi?” tanya Sanae pada Koutarou, yang dibalas dengan gelengan kepala.

“Jelas nggak, cuma, aku pingin dia ada di situasi seaman mungkin.”

Dengan wajah serius, Sanae menunjukke arah Koutarou dengan tangan kanannya lalu berkata:

“Kamu tahu, Koutarou, cara paling bagus buat ngelakuin itu adalah ngelindungin sendiri apa yang penting buat kamu. Ngejaga jarak sama hal-hal yang penting buat kamu itu kebiasaan burukmu.”

“Dia betul, Satomi-san! Kita cuma perlu bikin Sakuraba-senpai janji biar nggak berusaha terlalu keras, terus kita bisa ngelindungin dia bareng-bareng!”

Yurika setuju dengan Sanae, dan rupanya bukan hanya dia saja. Semua orang di ruangan itu pun setuju. Mereka berpikiran sama seperti Harumi. Itulah sebabnya mereka merasa dia tidak bisa dipisahkan hanya karena tubuhnya yang lemah.

“Satomi-kun, kumohon!” pinta Harumi dengan sangat pada Koutarou sambil menatap lurus ke matanya.

“Haaah….”

Dan dengan begitu, akhirnya Koutarou mengubah pikirannya.

“Aku ngerti. Sakuraba-senpai, kalau bisa, selalu deket-deket sama salah satu dari kita, ya.”

“Terima kasih, Satomi-kun!”

“Tapi! Kamu harus janji jangan maksain diri kalau sampai ada pertarungan!”

“Aku mengerti! Aku janji!”

Air mata bahagia pun mulai keluar dari mata Harumi yang tengah tersenyum bahagia.


Part 3[edit]

Dengan begitu, tiga penjajah lagi disambut di kamar 106, mencapai jumlah penghuni yang sebelunya tidak diduga. Ditambah dengan adanya Kanae, mereka semua bersyukur bahwa saat itu musim panas belum tiba.

Namun, jumlah orang sebanyak itu hanya bertahan hingga makan malam selesai. Setelah makan malam, satu persatu para penjajah meninggalkan kamar 106 untuk melakukan berbagai hal, termasuk bersiap untuk menjalani hidup baru atau mengurus hal yang menyangkut posisi mereka. Karena itulah mereka harus meninggalkan kamar 106 untuk saat ini, dan meninggalkan Koutarou dan Yurika di kamar itu.

“Sekarang pas semuanya udah pergi, rasanya kamarnya jadi lebih gede…”, gumam Koutarou yang duduk di dekat meja teh sambil memandang ke arah pintu depan kamar. Karena hanya ada dua orang di dalam kamar itu, gumaman Koutarou pun terdengar oleh Yurika.

“Biarpun aku nggak mikir kayak begitu pas yang lainnya ada disini…”

“Satomi-san…”

Punggung Koutarou nampak begitu kesepian bagi Yurika, dan dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menyemangati Koutarou. Yurika pun memutuskan untuk mendekatinya diam-diam dari belakang.

“Eii!”

Setelah berhasil berada di belakang Koutarou, Yurika berlutut dengan kedua kakinya dan menggunakan tangannya untuk menutupi mata Koutarou, membuatnya nampak seperti sedang memeluknya.

Rokujouma V12 Illustration 10.jpg

“Yurika?”

“Fufu…Satomi-san…”, bisik Yurika pada Koutarou. Mereka hanya berdua saja dan begitu berdekatan, membuat suara Yurika terdengar begitu halus.

“…Apa aku juga nggak ada di sini…?”

“Jelas nggak. Aku cuma nggak bisa ngeliat kamu.”

Koutarou hanya bisa mendengar suara Yurika, sedangkan tangannya sedang menutup matanya dan tubuhnya menempel di punggungnya. Meskipun Koutarou tidak bisa melihatnya, masih jelas bahwa Yurika berada di sana.

“Kalau gitu, aku rasa hal yang sama berlaku buat yang lainnya. Kamu cuma nggak bisa ngeliat mereka aja, tapi perasaan mereka masih ada disini.”

“…Yurika…”

Berkat Yurika yang menunjukkan hal itu, Koutarou pun mulai merasakan hal yang sama. Meskipun dia tidak bisa melihat mereka, Koutarou tidak sendiri. Hal itu terasa sangat menenangkan baginya.

“Fufufu.”

Koutarou hanya bisa mendengar tawa Yurika dan merasakan kehangatan darinya. Karena suara Yurika yang terdengar tenang dan nyaman, Koutarou menjadi merasa ingin melihat wajahnya, namun di saat yang sama, dia ingin tetap seperti ini. Koutarou merasakan sesuatu yang aneh yang belum pernah dirasakannya.

Jadi begini rupanya…Yurika yang asli…

Inilah sifat asli Yurika, yang biasanya tersembunyi oleh berbagai macam hal. Baru saat mereka sedang berdua sajalah Koutarou bisa melihat hal itu, membuatnya bisa menerima hal-hal yang sebelumnya tidak bisa diterimanya.

“Yurika.”

“Ya?”

“Kamu…bener-bener gadis penyihir, ya?”

Kenyataan bahwa Yurika adalah seorang gadis penyihir adalah sesuatu yang tidak pernah ingin Koutarou akui, tapi pada akhirnya, dia bisa menerima hal itu.

“Iya…maaf aku nggak pernah bilang…”

“Nggak apa-apa. Aku ngerti kok, kenapa.”

“Satomi-san…”

Koutarou ingin melindungi kesehariannya bersama Yurika, dan Yurika juga sudah ikut melakukan hal itu. Itulah sebabnya Koutarou tidak ingin membuat Yurika merasa bersalah, malah, dia merasakan hal yang sebaliknya.

“Makasih ya, Yurika.”

“Iya…”, jawab Yurika sambil mendekapkan tangannya di wajah Koutarou sedikit lebih erat, cukup untuk membuat Koutarou mengerti apa yang dirasakan Yurika. Yurika lalu berhenti menutupi mata Koutarou dan menghapus air matanya sendiri. Dia masih ingin terus melanjutkan hal itu, namun sulit baginya untuk melakukan hal itu sambil menangis.

Setelah selesai menghapus air matanya, Yurika meletakkan tangannya di pundak Koutarou, yang mulai berbicara seakan-akan menunggu hal itu terjadi.

“Tapi…biarpun itu emang bener, aku nggak mau ngakuin hal itu. Buatku, kamu temen sekelasku dan tukang numpang bodoh pecinta cosplay.”

Itulah harapan Koutarou. Dia ingin Yurika menjadi teman kelasnya, bukan gadis penyihir. Hal itu hanya bisa dikatakannya dalam suasana seperti ini dan saat mereka sedang tidak saling memandang.

“Satomi-san…”

Yurika pun kembali menangis sementara tangannya masih berada di pundak Koutarou, namun dia tidak berusaha untuk menyeka air matanya. Yurika tahu, bahwa air matanya adalah air mata bahagia, dan rasanya sia-sia untuk menghapus air mata itu.

“…Aku…juga lebih milih begitu…”

Yurika ingin bisa menggantikan Nana dan menjadi gadis penyihir yang hebat, namun di saat yang sama, dia ingin menjadi gadis biasa saat sedang bersama dengan Koutarou. Yurika ingin menghabiskan hari-harinya yang biasa-biasa saja bersama-sama dengannya, dan dengan melakukan itu, Yurika merasa dirinya memiliki keberanian untuk mengatasi segala hal.

Jika dilihat-lihat lagi, harapan Yurika cocok dengan harapan Koutarou.

“Itu sebabnya…aku bakal kerja keras buat mastiin kamu nggak perlu jadi gadis penyihir.”

Jika ada musuh yang muncul, Koutarou akan bekerja sama dengan Yurika untuk melawan mereka. Jika ada misi yang harus Yurika jalani, Koutarou akan membantunya dan menyelesaikannya secepat mungkin. Itu semua karena Koutarou ingin membatasi waktu yang Yurika gunakan sebagai gadis penyihir.

“Iya…”

Dengan perasaan yang meluap-luap, Yurika mengalungkan tangannya pada Koutarou dan memeluknya dengan erat. Saat ini, dia bisa mengerti apa yang Sanae rasakan. Meskipun mereka sudah sedekat ini, Yurika ingin menjadi lebih dekat lagi, sampai-sampai membuatnya ingin meninggalkan tubuhnya sendiri dan memasuki tubuh Koutarou. Namun karena dia tidak bisa melakukan hal itu, Yurika mengeratkan pelukannya, karena tidak tahu cara lain untuk menyampaikan perasaannya.

“…Jadi, tenang aja, dan silahkan bercosplay sesuka hatimu…”

“…Aku percaya sama kamu kok…Satomi-san…”

Pada akhirnya, Yurika adalah seorang cosplayer. Dia meninggalkan realtia dimana dia adalah seorang gadis penyihir untuk melanjutkan kegiatan cosplaynya dan menjadi teman sekelas Koutarou. Itulah apa yang diinginkan oleh Koutarou dan Yurika – masa depan yang mereka berdua harapkan.

Mereka berdua pun membiarkan waktu berlalu seperti itu, tidak memerlukan hal yang lainnya karena sudah saling mengerti akan perasaan satu sama lain.

Tunggu…kalau terus begini, aku bakal…

Namun, setelah beberapa waktu berselang, jantung Yurika mulai berdebar lebih cepat. Debaran itu mengatakan pada Yurika untuk meningkatkan hubungan mereka dari hanya saling membantu menjadi pasangan kekasih.

Bisa nyium…Satomi-kun…kalau aku lebih deket lagi…

Sudah jelas bahwa Yurika mencintai Koutarou, dan yakin bahwa Koutarou juga menghargai dirinya. Itulah sebabnya jika Yurika mengambil langkah itu, mereka berdua mungkin akan menjadi kekasih. Jantungnya berdebar keras seakan menjerit padanya untuk mengambil langkah itu.

“Yurika, udah waktunya…”

“I-Iyaaa….”

Itulah sebabnya Yurika merasa jantungnya berhenti berdetak saat Koutarou berbisik padanya. Dia merasa bahwa Koutarou juga merasakan hal yang sama, membuat Yurika hampir pingsan saking bahagianya.

…Biarpun aku mati sekarang, aku yakin aku nggak bakal nyesel…

Koutarou melepaskan tangan Yurika dan dengan paksa menariknya lebih dekat. Yurika tidak menolak dan justru mempercayakan dirinya pada Koutarou. Jantungnya berdebar sementara dirinya bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Yurika sudah berada di puncak kebahagiaannya saat ini.

“Ambil pulpenmu. Ayo kita mulai.”

“…Eh?”

Namun, situasinya tidak berjalan seperti yang Yurika harapkan.

Yurika dipaksa duduk di sebelah Koutarou sementara dia membuat Yurika menggenggam sebuah pulpen. Karena kaget, Yurika segera melihat ke arah Koutarou, yang ternyata sedang memegang sejumlah besar buku.

“T-Tunggu, Satomi-san, bukannya terlalu cepet buat itu!?” tanya Yurika yang mulai panik.

Perbedaan antara realita dan mimpi membuat Yurika ingin sekali menghentikan Koutarou.

“Ini malah udah telat banget! Kita bakal belajar gimana caranya ngitung volume malam ini! Kamu nggak punya waktu lagi!”

Namun, Koutarou memang keras. Dia sudah membuang suasana sejenak yang lalu. Koutarou yang menyeramkan dari pagi tadi rupanya telah kembali.

“Bukan itu maksudku!! Kenapa kita nggak ngambil waktu sedikit lagi buat ngebesarin hubungan sama cinta kita!? ’’Skinship’’ juga penting, tahu!?” balas Yurika yang merasa bahwa kali ini dirinyalah yang benar, bahwa sesuatu harus berjalan berdasarkan urutan yang semestinya.

“Kita bisa ngelakuin semua itu nanti! Tapi, kamu cuma bisa belajar sekaran! Kita udah ketinggalan jauh, Yurika! Apa kamu ngerti!?” balas Yurika yang menepis usulan Yurika.

“Kamu yang nggak ngerti!!”

Dengan begitu, malam pun menjadi semakin larut, namun Yurika tidak bisa menerima hal ini dan menangis sambil menghentakkan tangannya ke atas meja.

“Biasanya ini saat-saat dimana semuanya jadi romantis! Kita saling tatap-tatapan, pelukan terus ciuman! Ini nggak mungkin, ini nggak mungkiiin!!”

“Diem, langsung belajar sana! Kamu nggak punya hak apapun sampai nilai-nilaimu jadi lebih baik!”

“Nggaaaaaaaak, aku nggak mau beginiiiiiii!!”

Namun, saat Yurika dewasa nanti, dia mungkin akan mengingat hari ini dengan rindu sebagai hari dimana keseharian indah mereka dimulai.


Part 4[edit]

Sementara Yurika menghabiskan malamnya yang sedih dan pedih, Kiriha dan Theia saling bertukar pandang di dalam bagian perbaikan di hangar Blue Knight. Mereka berdua sedang bekerja sambil mengoperasikan mesin peralatan.

“Tidak salah lagi. Ini adalah teknologi energi spiritual…”

“Kau yakin?”

“Ya. Ditambah lagi, yang ini lebih canggih dibandingkan model yang sedang diproduksi saat ini. Ini bukan model yang ditiru entah dari mana.”

Mereka berdua sedang menganalisa tangan yang terpotong dari Maya, dan baru saja menerima hasilnya.

“Itu berarti ini adalah purwarupa yang dibuat oleh Rakyat Bumi?”

“Pasti. Semua suku cadangnya berkualitas tinggi, bahkan di bagian-bagian yang tidak terlalu diperlukan sekalipun. Ini model tes yang paling hebat.”

Tangan palsu Maya dibuat dengan menggunakan teknologi dari Rakyat Bumi. Ditambah lagi, tangan itu dibuat dengan suku-suku cadang dengan kualitas paling tinggi, melampaui milik Karama dan Korama. Fakta bahwa Maya memiliki hal ini berarti ada sesuatu yang terjadi.

“Berarti, para penyihir dan Rakyat Bumi sudah menjadi rekanan baik sampai-sampai para penyihir bisa mendapatkan purwarupa yang sangat berharga seperti ini…ini betul-betul masalah…”

“Karena Maya adalah dalang dibalik insiden sebelas tahun lalu, kelihatannya sudah jelas bahwa mereka sudah bekerja sama sejak saat itu.”

Kiriha tidak pernah melihat teknologi energi spiritual dalam wujud manusia, yang berarti bahwa teknologi tersebut dibuat secara rahasia oleh faksi yang menentangnya. Dalam kata lain, faksi radikal Rakyat Bumi dan Darkness Rainbow sedang bekerja sama.

Saat Kiriha yang masih kanak-kanak diculik oleh Maya, nampaknya Maya juga sudah menggunakan teknologi energi spiritual. Kiriha baru mendengar info ini dari Kanae beberapa saat yang lalu. Ini berarti bahwa Darkness Rainbow dan faksi radikal itu sudah bekerja sama setidaknya selama sebelas tahun.

“…Kiriha, bagaimana situasi ini menurutmu?

“Kalau kita pertimbangkan bahwa mereka sudah memberikan purwarupanya kepada para penyihir, itu berarti mereka sudah melewati tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk produksi massal. Tidak aneh jika ternyata mereka sudah punya model-model yang sudah diproduksi secara massal, dan jika mereka memberikan benda-benda itu pada para penyihir, maka mereka pasti sudah mendapatkan sesuatu yang begitu berharga sebagai gantinya.”

“Jika begitu, kau harus merancang ulang strategimu.”

“Benar. Aku harus segera melapor ke ketua…”, balas Kiriha sambil menggertakkan giginya.

Aku harap aku bisa menyampaikannya tepat waktu..

Jika faksi radikal sudah memperlengkapi Darkness Rainbow dengan teknologi mereka, sudah pasti Darkness Rainbow juga melakukan hal yang sama kepada faksi radikal. Faksi itu sudah mendapat kekuatan sihir tanpa pengetahuan Kiriha dan yang lainnya, dan ditambah lagi, kekuatan sihir itu pasti akan cukup kuat. Jika kekuatan baru itu digunakan melawan faksi konservatif yang tidak tahu mengenai kekuatan sihir, faksi konservatif itu tidak akan punya kesempatan menang. Kiriha dan rekan-rekannya di faksi konservatif harus membuat rencana lain sebelum faksi radikal beraksi.

Tepat pada saat itulah gelang Theia mulai bergetar. Dia lalu mengangkat tangannya sedikit dan membuka jendela hologram. Rupanya, dia mendapat pemberitahuan bahwa dia mendapat pesan dari Forthorthe.

“Ada apa?”

“Aku mendapat pesan dari tempat asalku”, balas Theia sambil mengoperasikan terminal komputer di dekatnya dan mengakses sistem komunikasi jarak jauh.

Jaringan komunikasi tersembunyi menggunakan gelombang gravitasi? Ditambah kekuatan enkripsi A…ada apa ini?

Karena merasa resah dengan pengamanan yang terdapat pada pesan itu, Theia perlahan membukanya. Sesaat setelahnya, dia langsung terkejut.

“A-Apa!?”

“Ada apa!?”

Kiriha, yang kuatir dengan reaksi Theia, langsung berlari ke arahnya. Theia lalu menjelaskan isi pesannya dengan sedikit terbata-bata.

“Ibuku, kelihatannya ibuku jatuh sakit!”

“Bagaimana bisa!”

Pesan dengan pengamanan seketat itu ternyata memang membawa kabar penting, karena isinya merupakan berita bahwa kaisar dari Kekaisaran Galaktik Suci Forthorthe saat ini, Elfaria, sedang jatuh sakit.


Kembali ke Bab 6 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup