Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ikatan[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 24 April

Kerja sama Crimson dan Green hanya kacau selama kurang lebih 30 detik. Sebelumnya, kerja sama mereka begitu sempurna sampai membuat Theia dan yang lainnya terpojok. Namun, selama 30 detik itu, pergerakan mereka terlihat menjadi buruk.

“Kenapa, Green!? Ramalanmu salah!?”

”Maaf, Crimson! Beberapa saat lalu, ada entitas tingkat tinggi yang turun ke bumi dan membuat ramalanku menjadi kacau!!”

“Dari dunia mana dia datang…sialan, di saat-saat sibuk begini!...Apa jangan-jangan setan yang dikontrak oleh Maki!?”

”Aku rasa begitu…tapi kalau ternyata itu Maya-san, mungkin situasinya lebih rumit lagi…”

Suara Green terdengar kurang jelas. Jika entitas tingkat tinggi itu tidak dipanggil oleh Maki, maka ada kemungkinan bahwa Maya berada dalam bahaya.

“Tunggu, apa maksudmu Yurika yang mungkin memanggilnya!?”

Dengan sebagian besar tubuhnya sudah digantikan oleh mesin, Maya tidak bisa menggunakan sihir pemanggilan skala besar. Itulah sebabnya, jika bukan Maki yang memanggil rekannya yang terikat kontrak, maka Yurikalah yang kemungkinan besar menjadi penyebab terpanggilnya entitas tingkat tinggi itu.

”Kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan itu. Itu sebabnya kita harus bergegas dan menyelesaikan ini!”

“Oke!”

Green dan Crimson ingin segera menyelesaikan tugas mereka di kamar 106 secepat mungkin dan pergi untuk menolong Maya atau Maki. Kerja sama mereka yang kacau sudah kembli pulih, jadi seharusnya tugas itu tidak begitu menyulitkan.

”Setelah si gadis berambut pirang itu menyerang dengan peluru energi, dia akan melewati mulut lubang got di depan itu.”

“Explosion – Modifier – Time Trigger!”

“Force Field – Modifier – Area Effect!”

Crimson, yang mengikuti ramalan Green, meletakkan mantra yang sudah diatur waktunya sementara Green melancarkan mantra pertahanan.

“Blue Knight! Tembakkan Meriam Partikel dengan kecepatan penuh!”

“Baiklah, tuan puteri.”

Seperti yang diramal oleh Green, Theia maju menyerang. Meriam yang dipanggilnya dari Blue Knight pun menembak, namun karena mereka sudah menyiapkan medan pertahanan sebelum Theia menembak, tembakan Theia berhasil dihadang.

“Cih!!”

Theia, yang sadar bahwa serangannya berhasil dihadang, maju untuk melancarkan serangan selanjutnya. Namun setelah dia sampai di mulut lubang got, sebuah ledakan terjadi di sekitarnya.

“Yang Mulia!?” seru Ruth. Ledakan itu rupanya berasal dari mantra serangan yang sudah disiapkan Crimson sebelumnya.

“A-Aku tidak apa-apa! Jangan kuatir!”

“Peringatan, beban medan distorsi bertambah. Berbahaya jika terus mengambil tindakan bertempur.”

Namun, untungnya Theia muncul dari balik kobaran api tanpa terluka sedikitpun, dan lalu kembali ke Kiriha dan yang lainnya. Walau begitu, gaunnya menjadi terbakar dan kotor karena ledakan. Setelah menerima beberapa serangan dari musuh, medan penghadang Theia sudah hampir hancur.

“Kiriha, serangan kita mulai tidak kena lagi!” lapor Theia sambil menyapu kotoran dari wajah dan gaunnya.

“Kelihatannya mereka ngebaca gerakanmu, Theia-chan”, ujar Shizuka sambil menggertakkan giginya karena kesal musuh mereka tidak membiarkannya mendekat. Karena musuh mereka sudah bisa kembali melihat masa depan, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Shizuka.

“Ramalannya sudah kembali, ya…”

Kelihatannya mereka bisa kembali meramal setelah terjadi gempa gravitasi kedua.”

Kiriha lalu menganalisa situasinya menggunakan data yang dikumpulkan oleh Ruth.

“…Gempa gravitasi kedua, ramalan mereka kembali…dan kenapa…”

Raut wajah Kiriha tampak tidak setenang saat dia membereskan baju-baju Koutarou. Malah, saat ini dia terlihat seperti seorang jendral dalam perang.

“Gimana ini, Kiriha!? Kalau terus begini, kita yang bakal mati!!”

Sanae tahu betul bagaimana kondisi pertempurannya berkembang lebih daripada yang lain. Dia tahu kondisi kekuatan, energi dan semangat bertarung semua orang hanya dengan melihat aura mereka. Saat ini, kondisi para gadis penyihir berada di atas mereka, dan jika terus begini, maka kekalahan tidak akan terhindarkan bagi mereka.

“…Kita akan menyerang.”

“Apa kamu udah berhasil dapet sesuatu!?”

“Ya. Hanya gambaran kasar, tapi…keberuntungan benar-benar ada di pihak kita”, balas Kiriha dengan senyum penuh percaya diri. Namun, karena Sanae tidak mengerti apa maksud Kiriha, dia mendekati Kiriha dan meminta penjelasan.

“Aku nggak ngerti kalau kamu cuma bilang itu aja! Jelasin dong!”

“Baik. Aku ingin kalian bergerak tepat seperti yang aku katakan mulai dari saat ini. Sebagai permulaan…”

Kiriha lalu menjelaskan rencananya pada Theia dan yang lainnya.

“…Apa hal seperti itu akan berhasil?”

“Ya. Kalau kita pikirkan dari bagaimana situasinya sudah berkembang sejauh ini, seharusnya tidak akan ada masalah.”

Shizuka dan yang lainnya sama sekali tidak menduga hal seperti ini, namun Kiriha masih nampak tersenyum dengan yakin.


Part 2[edit]

Crimson dan Green mulai merasa ada yang aneh saat mereka mulai mendapat serangan balasan kecil-kecilan. Ramalan Green masih akurat dan serangan kuat Crimson masih terus melukai musuh mereka, namun mereka terkadang berhasil dikepung oleh musuh mereka dan menerima serangan balasan meski hanya sebentar.

“Cih, lagi!?” keluh Crimson yang membalikkan jubahnya, dan di saat yang bersamaan, para haniwa menembakkan listrik dan api. Crimson mendapat luka bakar kecil dan sedikit rasa kebas di tangannya.

“Green! Ada yang salah!”

”Maaf! Aku tidak benar-benar—Kyaaaaaa!!”

“Green!?”

Satu hal aneh lainnya, ialah Green menerima serangan besar pertamanya dalam pertarungan ini – semuanya serangan yang tidak bisa diramalnya. Karena dia bergantung pada ramalannya untuk bertarung, serangan ini tidak bisa dihindari oleh Green.

”A-Aku baik-baik saja! Entah bagaimana!”

“Ada apa ini sebenarnya!?”

Crimson dan Green mulai panik. Ramalannya masih akurat, namun mereka menerima serangan kecil-kecilan dan terkadang serangan yang tidak ada dalam ramalan akan muncul. Green dan Crimson sama sekali tidak menduga akan adanya situasi seperti ini.

“…Jadi ini namanya Telur Columbus[1]…”, ujar Theia yang mengatakan sebuah ungkapan yang baru dipelajarinya di kelas sambil mengagumi serangannya yang mengenai sasarannya, membuat perjuangan mereka hingga saat ini terasa tampak seperti mimpi.

“Apa yang kalian lakukan!?”

Crimson, yang langsung menjaga jarak, bertanya pada Theia dan yang lainnya. Meskipun mereka berdua memiliki ramalan yang sempurna, musuh mereka berhasil melewati hal itu. Crimson begitu keheranan sampai membuatnya meminta jawaban kepada musuhnya.

“Tidak ada. Kalau aku harus katakan, kami hanya mengerti hukum alam di dunia ini lebih baik dari kalian”, jawab Kiriha sambil mengawasi Crimson dan Green. Dia bukannya sombong, karena dia tahu meskipun dia mengatakan yang sebenarnya, ramalan Green tidak akan langsung bekerja lagi.

“Itu tidak mungkin!! Ramalan Green harusnya sempurna!!”

“Memang, ramalan kalian memang sempurna”, jawab Kiriha membenarkan perkataan Crimson. Walaupun ramalan Crimson tetap benar, Kiriha dan yang lainnya masih punya peluang untuk menang.

“Namun, hal itu ada batasnya. Karena ketidakpastian yang ada di dalam dunia ini, hanya ada sejumlah besar hal yang bisa kalian lihat. Tindakan kalian sendiri tidak dipertimbangkan dalam ramalan, atau itu akan membuat ramalannya mengulang selamanya.”

Karena masa depan adalah sesuatu yang tidak pasti, ramalan akan memperlihatkan beberapa masa depan. Green memberikan arahan pada Crimson berdasarkan masa depan yang paling mungkin terjadi, dan dengan alasan yang sama, mereka berdua hanya bisa melihat sedikit lebih jauh di masa depan.

Kapanpun mereka menyerang, ramalannya akan mempengaruhi tindakan mereka dan akan mengurangi keakuratan ramalan itu. Bertarung dengan menggunakan serangan balasan adalah cara paling tepat untuk mengatasi ramalan.

“Ditambah lagi, ada batasan seberapa sering kalian bisa menggunakan sihir untuk melihat ramalan-ramalan, dan juga, dia harus menyampaikan semua yang sudah dilihatnya padamu.”

Karena sihir digunakan untuk melihat masa depan, penggunaannya pun terbatas. Ditambah lagi batasan informasi yang bisa disampaikan bahkan dengan menggunakan hubungan mental. Mereka berdua tidak punya energi yang tidak terbatas, komunikasi sempurna dan pemikiran instan.

“Kalian seharusnya menyelesaikan pertarungan ini sebelum kami menyadari hal itu.”

Masalah terbesarnya adalah memberikan waktu yang cukup bagi Kiriha untuk mengenali sifat ramalannya. Dia sekarang mengerti sifat ramalan itu lebihbaik daripada para gadis penyihir, dan dengan menggunakan pengertian itu sebagai dasarnya, Kiriha membangun sebuah strategi. Itulah sebabnya serangan para gadis penjajah mulai efektif.

“Tidak mungkin! Bagaimana bisa itu terjadi!?”

“Pada akhirnya, ramalan hanyalah informasi. Jika penggunananya ditaklukkan oleh ramalannya sendiri, dia akan kehilangan kemenangan yang seharusnya bisa diraihnya.”

Rencana Kiriha ternyata sungguh sederhana.

Pertama, gunakan serangan skala besar untuk menjaga agar para gadis penyihir tidak bisa bergerak. Dengan begitu, gerakan menghindar para gadis penyihir akan mempengaruhi masa depan dan mengurangi keakuratan ramalannya.

Para gadis penjajah akan dibagi menjadi siapa yang menyerang lebih dulu dan siapa yang menunggu hingga Crimson menyerang. Itu akan membuat ramalan yang tidak bekerja di masa depan yang begitu dekat akan menjadi semakin tidak akurat dan membuat Crimson kesulitan untuk menghindar.

Dalam kata lain, karena Kiriha mengerti bagaimana cara ramalan itu bekerja, semakin akurat ramalan itu, maka Crimson dan Green akan semakin terpengaruh olehnya. Jika para gadis penyihir hanya bergantung sedikit pada ramalan-ramalan itu, hal ini tidak akan terjadi. Inilah krisis yang disebabkan oleh keangkuhan para gadis penyihir.

“Kalian seharusnya tidak hanya fokus pada sihir saja, tapi juga belajar sedikit tentang dunia ini. Inilah batasan bagi para gadis yang diam di dalam kamar saja.”

“Itu menyakitkan, Kiriha”, timpal Theia yang tertawa. Saat dia dulu datang ke kamar 106 untuk yang pertama kalinya, Theia juga tidak tahu banyak tentang dunia luar. Memang, dia sudah keluar dari tempurung kura-kuranya, namun Theia masih merasa sedikit malu karena merasa sedang bercermin menghadap dirinya yang dulu.

“Yang Mulia, saya sudah selesai mengubah pengaturannya.”

“Baik! Blue Knight! Serang! Aku serahkan sisanya padamu!”

“Baiklah, tuan puteri.”

Theia dan Ruth bertugas melancarkan serangan pamungkas.

“Apa yang kalian lakukan!?”

“Siapa yang tahu? Karena akupun tidak tahu.”

”Menghindar sekarang, Crimson! Aku bisa melihat ratusan serangan berbeda dan aku tidak tahu yang mana yang akan muncul!”

“Apa!?”

Ruth, yang mengikuti arahan dari Kiriha, merubah pengaturan pada Blue Knight. Biasanya, kecerdasan buatan pada Blue Knight akan memilih senjata yang sesuai dengan perintah Theia atau Ruth. Karena itulah Blue Knight hanya akan membuat serangan yang logis, dan sebagai akibatnya, menjadi mudah untuk mendapatkan ramalan dari pola serangan itu.

Namun, Ruth sudah mengubah pengaturan pemilihan senjatanya menjadi acak. Akibatnya, kemungkinan setiap serangan untuk muncul menjadi sama, bahkan untuk senjata yang dipergunakan di luar angkasa. Theia sendiri tidak tahu senjata apa yang akan dipilih, termasuk jarak serangan dan sasarannya yang juga menjadi acak. Ramalan Green menjadi tidak berguna karena situasi yang tidak rasional ini.

Ringkasnya, bisa dikatakan bahwa ramalan masa depan adalah cara paling ampuh dari membaca kebiasaan musuh. Itulah sebabnya, jika pihak musuh ‘melempar dadu’ untuk memilih cara menyerang, maka ramalan tidak akan bekerja. Yang lebih buruk lagi, dadu itu punya ratusan sisi. Sebuah ramalan yang akurat sudah tidak akan bisa dihasilkan.

Yang bisa dilakukan Crimson dan Green hanyalah mundur secepat mungkin, namun hal itulah yang diinginkan oleh Kiriha. Theia sebenarnya tidak perlu menyerang, karena tujuan sesungguhnya adalah untuk membuat sebuah masa depan yang tidak bisa diramal dan membuat Crimson dan Green mundur.

“Majuuu! Shizukaaaaaaaa!!”

“…Sampai bisa bikin seorang peramal jadi terpojok hanya dari pikiranmu aja…Kiriha-san, otak kayak apa sih, yang kamu punya…?”

Shizuka, yang dibantu oleh Sanae, mengejar Green dan Crimson. Dengan kemampuan fisik yang ditingkatkan oleh Sanae, mudah bagi Shizuka untuk mengejar mereka.

“Mind Bla—“

“Telat!”

Sasaran Shizuka adalah si peramal, Green. Setelah berada pada jarak serang, Shizuka mengayunkan tinju tangan kanannya ke arah Green, yang berusaha menyerangnya. Tinjuan Shizuka mengenai rahang Green sebelum dia bisa menyelesaikan rapalan mantranya.

“Guah!?”

Dan sementara Green terpukul melayang karena serangan itu, Shizuka menyerangnya berkali-kali. Dia melancarkan kombinasi serangan yang terdiri dari beberapa pukulan, serangan siku lalu tendangan berputar dengan total tujuh serangan beruntun, membuat Green terjatuh lemas.

“Green!”

“Akhirnya kamu datang juga!”

Shizuka melompat mundur, dan sesaat selanjutnya Crimson mengayunkan tongkatnya ke tempat dimana Shizuka tadinya berada,membuat tongkatnya menghantam aspal dan membuat aspalnya retak.

“Aaaaaahhhhh!? Tempat parkirnya!!” jerit Shizuka.

Rokujouma V12 Illustration 8.jpg

Pertarungan antara Shizuka dan yang lainnya melawan para gadis penyihir bertempat di tempat parkir di belakang Rumah Corona. Tentu saja, karena tempat itu adalah warisan dari orang tuanya, Shizuka begitu sayang dengan tempat itu. Saat dia melihat aspalnya retak dan hancur, tentu saja dia menjadi sangat terkejut.

“Sudah kubilang….kalau kalian merusak sesuatu….akan kubuat kalian menyesal sudah hidup…”

“Iya kok, iya! Kamu udah bilang, Shizuka!”

“…Apa kamu pernah mendengar penyiksaan menghancurkan tulang…? Kelihatannya kita mulai dari tangan dan kaki, lalu menghancurkan tulang-tulang dari yang kecil ke besar…ufu, ufufufufu, ufufufufu!”

“Lebih baik kamu segera lari, Crimson! Kalau dia sudah seperti ini, kamu tidak akan bisa melawannya!”

“Ini yang aku tunggu-tunggu!”

Bagi Crimson yang hanya mencari kekuatan, melawan seorang ahli bela diri sudah menjadi sesuatu yang diinginkannya. Dia juga harus menyelamatkan Green, jadi tidak akan ada yang menentangnya karena itu. Crimson memegang tongkatnya dengan kedua tangannya lalu maju menyerang Shizuka.

Tongkat Crimson mulai berubah sampai ujungnya menjadi mirip tombak dan sebuah bilah kapak. Kedua hal itu terbuat dari sihir serangan dan tidak punya wujud fisik. Tongkatnya tetap mempunyai berat yang sama, namun kekuatannya sudah menjadi seperti sebuah kapak besar.

Crimson menggunakan kekuatan fisiknya yang besar untuk memutarn tongkatya seperti kincir dan mengayunkannya pada Shizuka.

“Makan ini!!”

Dengan membelah udara, kapak itu mengarah pada Shizuka dengan kecepatan yang luar biasa.

“Hmph!”

Namun, karena dia melihat tempat parkirnya dirusak, gerakan Shizuka menjadi lebih cepat sampai-sampai kecepatannya tidak bisa ditangani oleh Crimson tanpa menggunakan ramalan.

“Haaaaaaaa!!”

Shizuka melesat di bawah kapak dan mengayunkan tangannya ke depan sambil berteriak, mengerahkan semua beban dan momentumnya ke dalam serangan itu dan menghancurkan mantra pertahanan yang dipakai oleh Crimson tanpa masalah.

“Belum selesai!”

Namun itu belum cukup untuk mengalahkan Crimson. Dia tidak ragu untuk melepaskan kapaknya dan mengeluarkan sebuah pisau dari belakang pinggangnya dan menggunakannya untuk menyerang Shizuka. Pisau itu bergerak lebih cepat daripada kapaknya dan ampuh untuk digunakan dalam pertarungan jarak dekat. Bilahnya yang keperakan berpendar saat Crimson berusaha menyerang Shizuka dengan itu.

“Kalau kamu ingin mengalahkanku sendirian—“

“Uwah!?”

Namun, Shizuka menggenggam tangan Crimson tanpa kesulitan dan lalu melemparnya. Crimson bahkan tidak diberi waktu untuk jatuh begitu saja.

“—kamu seharusnya menjadi prajurit saja, atau penyihir saja.”

“Tidak mungkin!!”

Dengan diiringi suara benturan, tubuh Crimson membentur tanah tepat di sebelah Green.

“Guah!?”

Setelah membentur aspal, Crimson jatuh pingsan dan diam tak bergerak. Setelah mereka kehilangan keunggulan mereka dengan ramalan dan serangan sihir jarak jauh, perbedaan kemampuan di antara mereka pun sudah tampak jelas. Para gadis penjajah menang setelah mereka menunjukkan kehebatan mereka masing-masing.

“Nah, sekarang akan kita apakan para gadis ini…”

Meskipun sudah mengalahkan mereka, Shizuka masih merasa marah dan melotot ke arah kedua gadis penyihir yang sudah tumbang.

“Aku penasaran, apa mereka bisa ngebenerin aspalnya pakai sihir. Ah, kalau nggak bisa, tinggal pakai tangan aja…”

Rumah Corona dan fasilitas-fasilitas penunjangnya merupakan harta milik keluarga Shizuka, yang juga menjadi tempat untuk kembali bagi keluarga barunya. Karena para gadis penyihir sudah merusak hal itu, Shizuka tidak mau memaafkan mereka hanya dengan memukul pingsan mereka beruda.

“Quick Cast – Mystic Mist!!”

Sesaat berikutnya, sebuah kabut tebal menyelimuti kedua gadis yang tumbang itu.

“Crimson, bertahanlah!”

“Ah!? Mereka kabur!?”

Kabut itu adalah kabut sihir yang digunakan Green sebagai pengalihan. Baik Shizuka dan Sanae tidak bisa melihat menembus kabut itu, dan Green pun menggunakan kesempatan ini untuk membawa Crimson kabur.

“Blue Knight! Serang!”

“Baiklah, tuan puteri.”

Theia bisa melacak mereka berdua dengan menggunakan sensor panas dan radar milik Blue Knight, namun dia hanya bisa melancarkan serangan sporadis. Serangan laser dan sinar akan sangat tidak efektif untuk digunakan di dalam kabut, dan dia tidak bisa menggunakan senjata balistik terhadap lingkungan sekitarnya. Sementara semua itu sedang terjadi, Green menjalankan mantra baru dan menyembunyikan keberadaan mereka berdua seutuhnya.

“Ahh, sialan! Mereka kabur sebelum mereka ngebenerin tempat parkirnya!”

“Jadi dia hanya pura-pura, atau dia bangun tepat pada saat itu…kelihatannya aku masih harus banyak belajar.”

“Kita lempar jaring aja ke mereka kalau mereka pingsan lagi.”

“Hmm, kedengarannya bagus…aku yakin Blue Knight punya beberapa.”

“Benar. Ada pistol jaring untuk penanganan kerusuhan. Akan saya siapkan.”

Para gadis penjajah merasa kesal karena membiarkan para gadis penyihir kabur, namun tidak ada yang mengatakan bahwa mereka seharusnya menghabisi Green yang tadinya tidak sadarkan diri. Mereka semua merasa bahwa baik tempat ini maupun mereka sendiri sampai harus bersimbah darah.

“Shizuka-chan, biar kami yang urus Ho-!”

“Benar Ho-! Kami bisa mengurus konstruksi seperti ini Ho-!”

“Beneran!? Kalau begitu tolong ya!!”

Pada akhirnya kabut itu pun menghilang, dan seperti yang sudah mereka perkirakan, tidak ada orang di balik kabut itu. Para gadis penjajah sudah membiarkan kedua gadis penyihir itu kabur.

“Begitu juga…mereka berdua bisa kabur dengan mudah…”, ujar Theia yang tampak keheranan sambil terus mencari. Intuisinya berkata bahwa para gadis penyihir seharusnya bisa menggunakan perlindungan kabut untuk melancarkan beberapa serangan.

“Itu mungkin karena ramalan mereka”, jawab Kiriha yang menghilangkan keraguan Theia.

“Ramalan? Di saat sepert ini?”

“Benar. Karena sifat ramalan masa depan yang sedemikian rupa, hal itu akan lebih efektif untuk digunakan pada masa depan makro, seperti untuk strategi atau ekonomi, dan bukannya untuk masa depan mikro dalam pertempuran. Secara strategis, mundur dari pertempuran di sini sudah menjadi langkah yang tepat.”

“Strategi…yang berarti, mereka mungkin mengumpulkan rekan-rekan mereka dan mengincar Yurika atau Koutarou?”

“Itu benar. Kita harus bergegas menemui mereka juga.”

Karena tujuan para gadis penyihir masih tidak jelas, sulit untuk menebak apa yang sebenarnya mereka incar. Namun, tidak peduli apapun tujuan musuh mereka, melindungi Koutarou dan Yurika tidak akan menjadi kerugian bagi para gadis penjajah.

“Ruth, Shizuka, apa kalian bisa tinggal di sini? Untuk berjaga-jaga?”

“Baik, Kiriha-sama.”

“Siap. Hati-hati ya, kalian bertiga.”

“Sip! Kita bakal pulang sama Koutarou sama Yurika!”

“Kalau begitu, mari kita berangkat, semuanya!”

Dengan begitu, Kiriha, Theia dan Sanae meninggalkan Rumah Corona untuk menyelamatkan Koutarou dan Yurika.


Part 3[edit]

Sebuah pedang dan tongkat besi yang mirip dengan senter muncul setelah Koutarou menyampaikan perintahnya.

“Clan, ini apa?”

“Ini untuk menguji memakai senjata bersamaan! Kita coba dengan menggunakan Signaltin dan pedang sinar!”

“Oke!”

“Karena senjata di tangan kirimu itu pedang sinar yang tidak punya wujud fisik, kau tidak perlu kuatir soal gaya inersia! Ditambah lagi, karena bilah pedangnya bisa dimatikan, kau tidak perlu kuatir kedua pedang itu sampai bertubrukan!”

“Kamu memang jenius, Clan!!”

Ada masalah besar menggunakan pedang yang tidak punya wujud fisik, yakni terlalu mudah untuk diayunkan dan bisa membuat penggunanya melukai dirinya sendiri, meskipun pedang itu panjangnya sama dengan pedang sungguhan.

Sebenarnya, kecelakaan seperti itu sering terjadi saat jenis senjata seperti ini pertama kali muncul. Akibatnya, jumlah penggunanya pun sedikit, biarpun senjata itu begitu efektif, dan hanya digunakan hanya dalam keadaan darurat selama berpuluh-puluh tahun. Pedang sinar itu akhirnya digunakan secara umum sekitar sepuluh tahun setelah alat pengaman yang bisa menahan penggunaan pedang itu dibuat dan reputasi buruk senjata itu diperbaiki.

Alat pengaman pada pedang sinar bekerja terus menerus dengan terus mengawasi bilah pedangnya dan lalu mematikannya jika bilah pedang itu akan mengenai penggunanya. Pedang itu tetap akan bekerja seperti biasa jika digunakan untuk menyerang musuh. Setelah alat pengaman ini sudah dibuat dan dipasang ke dalam pedangnya, pedang sinar menjadi lebih aman dan lebih praktis, membuat banyak orang menggunakan pedang di masing-masing tangan mereka. Berkat alat pengaman itu juga, tidak perlu ada pelatihan spesial untuk menggunakan pedang itu.

Saat Clan meneliti bagaimana cara menggunakan dua pedang, dia mendapat ide untuk menggunakan satu pedang sinar. Jika hanya satu pedang saja yang digunakan, Koutarou seharusnya bisa mengendalikannya dengan satu tangan. Itulah sebabnya, jika pedang yang satu lagi adalah pedang sinar, maka tidak akan ada masalah bagi Koutarou.

Untuk bisa menggunakan pedang biasa seperti pedang sinar, inersia dan massa pedangnya harus dikontrol, dan lubang ruang waktu juga diperlukan untuk mengontrol panjangnya. Namun langkah yang lebih penting sebelum itu adalah untuk bisa menggunakan pedang biasa secara bersamaan dengan pedang sinar.

Tepat saat Clan ingin menguji teorinya di situasi nyata, dia mendapat info bahwa lawannya saat ini adalah Maya. Untuk bisa melawan Maya, sebuah pedang sinar diperlukan, jadi kombinasi ini secara teknis tidak bisa dihindari.

“Algoritma untuk mengendalikan kedua pedangnya masih belum selesai, jadi aku rasa kau akan mengalami beberapa masalah! Jadi, jangan terlalu bergantung pada kontrol otomatis untuk pedang sinarnya! Cobalah pakai kontrol manual untuk saat-saat penting!”

“Oke!”

Koutarou menggenggam gagang Signaltin dengan tangan kanannya dan gagang pedang sinar dengan tangan kirinya. Saat dia melakukan hal itu, Koutarou mendengar sebuah kalimat yang dikenalnya yang dikatakan oleh kecerdasan buatan kapal Clan.

"Yang Mulia, Ksatria Biru, kapal ini, Cradle, akan berdoa untuk keselamatan dan kejayaan anda atas nama bangsa Forthorthe.”

“…Terima kasih.”

Saat Koutarou menggenggam gagang Signaltin, sejumlah besar kekuatan sihir yang putih bersih mulai mengalir keluar, namun jumlah yang mengalir saat itu hanya sebagian kecil dari jumlah yang biasanya.

Jumlahya lebih sedikit dari yang biasanya…apa ini karena kontrak sama Aika-san? Apa yang mulia nyelametin orang lain?

Kekuatan sihir Signaltin melemah, namun Koutarou tetap mengambil ancang-ancang tanpa begitu memikirkannya. Mengesampingkan situasi khusus yang dialami Koutarou saat ini, dia hanya berniat menggunakan dua pedang biasa, karena kedua pedang itulah yang sudah menyimpan sumpahnya. Itulah sebabnya tidak masalah baginya jikalau kekuatan sihirnya melemah atau tidak.

Ada beberapa misteri mengenai Signaltin yang Koutarou sendiri tidak mengerti, namun karena dia percaya pada pedang yang mengandung sumpah dan perasaan Alaia ini, dia tidak terlalu terganggu dengan sedikit melemahnya kekuatan sihir pedang itu. Koutarou merasa bahwa kekuatan itu pasti diperlukan untuk suatu hal lain.

“Aku pernah melihat cahaya putih itu sebelumnya….tapi cahaya itu jauh lebih kuat dari yang dulu…begitu rupanya, jadi ini wujud aslinya?”

“Bener sekali.”

Biarpun kekuatan sihirnya sedikit melemah, Signaltin tetap jauh lebih kuat dari senjata biasa. Dari sudut pandang realistis, Koutarou sebenarnya tidak perlu menggunakan senjata lain.

“Tapi, aku tidak akan membiarkanmu lepas seperti sebelas tahun lalu! Akan kubunuh kau, kali ini pasti akan kubunuh!” seru Maya yang melotot pada Koutarou dengan garangnya. Dia tidak akan membiarkan Koutarou hidup karena sudah menolaknya dan justru memilih Yurika dibandingkan dirinya. Maya merasa begitu cemburu dan murka karena harga dirinya disakiti.

“Aku nggak pernah liat kamu kayak begini sebelumnya…”

Koutarou mengambil ancang-ancang dengan pedang di tangan kanannya dan membetulkan pegangannya pada pedang di tangan kirinya sambil melihat tubuh Maya.

Seberapa sedikit dari tubuh aslinya yang masih ada di dia?

Koutarou, yang mencoba mencari tahu bagian tubuh mana yang bisa diserangnya, menggunakan kemampuannya untuk melihat energi spiritual yang didapatnya dari Sanae dan melihat sesuatu yang mengejutkan.

Bagian tubuh Maya yang asli hanya terdiri dari isi kepalanya dan daerah sekitar pusat tubuhnya. Koutarou bisa melihat energi spiritual yang mengalir di antara keduanya. Yang aneh adalah mesin-mesin di tubuh itu juga mempunyai saluran energi spiritual. Koutarou mendapat firasat buruk saat melihat hal itu.

Jangan-jangan, tubuh ini….

Sejumlah energi spiritual bisa mengalir melalui tangan dan kaki palsu, namun jumlahnya tidak biasa. Meskipun jumlahnya tidak sama dengan jumlah yang mengalir pada tubuh biasa, alirannya tampak seperti yang ada pada tubuh biasa.

Aku rasa aku harus cari tahu sendiri…gumam Koutarou sambil membetulkan pegangannya pada pedangnya. Jika situasinya mengarah menjadi seperti yang dia duga, itu berarti Maya punya kekuatan yang jumlahnya mustahil.

“Ukirlah kemolekan tubuh ini dalam matamu sampai kau mati!”

“Tidak, terima kasih!”

Mereka berdua bergerak di saat yang bersamaan. Sesaat kemudian, Maya menembakkan pistol di tangan kirinya dan peluru-pelurunya mendekati Koutarou dengan cepat.

“Tolong ya, Signaltin!” seru Koutarou yang ingin Signaltin menggunakan mantra pertahanan.

Peluru-peluru yang melesat diperlambat momentumnya oleh medan pelindung zirah Koutarou sebelum dipentalkan oleh mantra pertahanan Signaltin. Signaltin memang melemah, tapi yang perlu dilakukannya hanyalah menghentikan peluru-peluru yang berhasil melewati medan pelindung zirah, jadi tidak ada masalah.

“Kau selalu saja menyulitkan!”

“Sama-sama!”

Maya, yang menyadari bahwa serangan senjatanya tidak efektif, mengganti pistol di tangan kirinya. Pistol yang terpasang di tangan kirinya masuk kembali ke tubuhnya dan sebuah pedang muncul sebagai gantinya, sama seperti yang ada di tangan kanannya. Maya maju mendekat dengan harapan bisa memberikan serangan yang lebih besar dari dekat.

“Tiny Memory Flash – Modifier – Touch Trigger!”

Pedang di kedua tangan Maya menjadi diselimuti oleh cahaya nila. Sesaat kemudian, ada suara gadis yang terdengar oleh telinga Koutarou, yang sampai bukan dengan gelombang suara, tapi dengan sihir.

”Satomi-kun!”

”Aika-san!” balas Koutarou dengan cara yang sama. Suara itu rupanya milik Aika Maki, yang sudah membuat hubungan mental antara dirinya dengan Koutarou sebelumnya.

”Cahaya di tangan Maya-sama itu mantra yang membuatmu hilang ingatan! Kalau kamu sampai kena sentuh, kamu bakal kehilangan beberapa detik ingatanmu! Itu kemampuan khususku dan Maya-sama!”

”Jadi, hilang ingatan ya, yang bikin aku ngerasa ngelompatin waktu!“

”Hati-hati! Kalau kamu sampai kena, kamu bakal kena serangan terus-terusan!”

”Oke! Tapi, Aika-san…”

Koutarou tertawa kecil saat dia menyalakan pedang sinar.

”…Kamu nggak perlu sampai segitu kuatirnya.”

Tidak hanya kata-kata Maki saja yang sampai pada Koutarou, tapi juga rasa kekuatirannya yang begitu kuat dan dalam terhadap keselamatan Koutarou.

”Dasar, kamu nggak tahu bagaimana perasaanku!”

“Apa yang kau tertawakan!?”

Suara Maki dan Maya terdengar bertumpuk, membuat Maya berpikir bahwa tawa Koutarou ditujukan padanya dan membuatnya menjadi semakin marah.

“Sayangku lagi marah! Aku cuma ngerasa kalau itu lucu!”

”Dasar jahat! Kamu nggak perlu berkata begitu juga kan!”

“Kau meremehkanku!? Akan kubuat kau menyesal!”

Pedang sinar Koutarou dan pedang di tangan kiri Maya pun beradu. Namun, karena pedang sinarnya tidak punya wujud fisik, mantra yang ada di pedang milik Maya tidak berjalan. Walau begitu, Maya tidak berhenti sampai di situ saja. Dengan pedang yang ada di tangan kanannya, dia mencoba menusuk Koutarou.

“Terima ini!”

Maya menusukkan pedangnya tepat di belakang pedang sinar Koutarou. Dengan begitu, Koutarou tidak bisa menggunakan pedang di tangan kanannya karena pedang sinarnya akan mengganggu jalannya. Itulah sebabnya Maya yakin serangannya akan berhasil dan membuat wajahnya tersenyum jahat.

“Hebat! Tapi--!”

Namun Koutarou tetap mengayunkan pedangnya, dan di saat yang sama, bilah pedang sinarnya menghilang. Akibatnya, arah pedangnya pun tetap lurus.

“Cih!”

Maya, yang terkejut dengan hal itu, dengan paksa mengubah arah laju tangan kanannya. Kali ini, senjata yang ada di tangan kanan mereka masing-masing yang beradu. Signaltin punya wujud fisik, tapi dia juga memiliki kemampuan untuk menghapus sihir, jadi kali ini pun mantra Maya tidak berjalan.

“Jadi ini maksudnya ya…kamu bener-bener nyelametin aku, Clan.”

“Senjata itu betul-betul curang!”

Maya lalu menendang Koutarou dan mencoba memberi jarak antara mereka. Koutarou membalas dengan mengayunkan pedang sinarnya, namun Maya bersalto di udara dan menghindarinya, membuatnya berhasil lepas dari jangkauan pedang sinarnya.

Sial, dia jadi lebih cepet sekarang…gumam Koutarou sambil mengawasi Maya. Dengan tubuh palsunya saat ini, Maya menjadi lebih cepat dari yang dulu. Koutarou memang menggunakan energi spiritual untuk meningkatkan kekuatan fisiknya dan juga menggunakan kekuatan Sanae untuk melihat niatan serangan musuhnya, namun tetap saja, gerakan Maya terlalu cepat baginya. Koutarou sudah berada pada posisi yang buruk, dan sekarang, dia mendapatkan kabar yang lebih buruk.

“Veltilon, aku sudah mendapat sebagian informasi mengenai musuhmu. Kapanpun dia bergerak, dia memancarkan pola energi yang cocok dengan data yang aku punya.”

“…Polanya cocok sama data yang mana?”

“Robot-robot yang selalu ada bersama Kii.”

Sebutan Kii tentunya mengarah pada Kiriha, dan robot-robot yang dimaksud adalah kedua haniwa yang dimiliki oleh Kiriha. Dalam kata lain---

“Kamu sendiri juga curang…tubuhmu dibuat sama orang-orang bawah tanah, ya kan?”

“Kau memang hebat, bocah…tidak kusangka kau tahu juga soal mereka…”

Maya menyipitkan matanya saat mendengar kata-kata Koutarou, dan amarah di dalam matanya pun melemah. Setelah menyadari betapa berbahayanya Koutarou, Maya menjadi kembali tenang.

“Tapi, karena sekarang kau sudah tahu hal itu, kau harus mati”, lanjut Maya yang tersenyum dingin. Senyumannya tampak indah, namun senyuman yang sama itu membuat Koutarou menjadi menggigil ketakutan.

“Gawat…situasinya mungkin lebih rumit daripada yang kita kira…”

Hingga saat ini, Koutarou hanya harus berurusan dengan musuh-musuhnya secara pribadi. Namun karena tubuh Maya dibuat dengan mesin energi spiritual, dan Maya sendiri adalah gadis penyihir jahaat, itu berarti musuh Kiriha dan Yurika sedang bekerja sama, yang juga berarti bahwa mereka nantinya akan menyerang bersama-sama. Membayangkan hal itu membuat Koutarou merasa lebih tertekan dibandingkan oleh karena Maya.


Part 4[edit]

Melihat Koutarou dan Maya bertarung, Yurika sadar bahwa dia mungkin bisa menyelamatkan Kanae saat ini juga. Saat ini, Kanae masih terbaring di atas lantai dengan penuh luka yang harus disembuhkan oleh Yurika. Dia juga masih memegang Encyclopedia, jadi meskipun kekuatan sihir Yurika habis, dia masih bisa menyembuhkan Kanae. Dengan Encyclopedia, Yurika masih bisa membantu Koutarou walau hanya sedikit.

“Sakuraba-senpai, tolong tunggu disini ya.”

“Kamu mau menolong Kanae-san, benar?”

“Iya.”

“Kalau begitu, aku juga ingin ikut.”

“Kalau kita sampai terlalu mencolok, Maya bakal nyadar sama keberadaan kita, dan aku juga nggak bisa nglindungin Sakuraba-senpai lagi saat ini, jadi tolong tunggu disini ya.”

“…Tapi…tidak, aku mengerti. Hati-hati ya, Nijino-san.”

Harumi ingin pergi bersama Yurika, karena yakin bahwa dia seharusnya hidup dan mati di sisi Yurika. Namun, dia sadar bahwa dia hanya akan mengganggu Yurika dan akan membuat mereka menjadi penarik perhatian jika mereka berdua pergi. Itulah sebabnya Harumi dengan enggan mematuhi Yurika.

“Aku bakal kembali.”

“Hati-hati, Nijino-san.”

“Iya.”

Kalau Nijino-san gagal, maka aku selanjutnya…untuk sekarang, aku harus percaya padanya…gumam Harumi sambil melihat Yurika pergi, menyelinap dari satu penghalang ke penghalang lain dan terus maju dengan hati-hati.

“Aku akan tetap ada di sini…”

Harumi melihat kembali ke arah pertarungan antara Koutarou dan Maya untuk memperingatkan Yurika jika Maya sampai menyadari keberadaannya.

Satomi-kun ternyata kuat…dia seperti Ksatria Biru yang asli…

Saat Harumi menyaksikan pertarungan itu, pemikiran itu tiba-tiba muncul dalam dirinya. Harumi memiliki sebagian ingatan Yurika, dan dalam beberapa ingatan itu, Koutarou juga terlihat sedang bertarung. Namun, Koutarou yang sekarang sudah lebih kuat daripada versi dirinya yang ada dalam ingatan-ingatan itu. Harumi menjadi penasaran dengan zirah biru yang dipakai Koutarou, juga pedang yang ada di tangan kanannya.

Kenapa aku penasaran dengan kedua benda itu? Lambang yang terukir di dadanya…kelihatannya tertulis ‘Ksatria Biru Theiamillis’…itu maksudnya teman Satomi-kun, Theiamillis-san, benar…?

Harumi menjadi semakin resah melihat Koutarou yang memakai zirah biru dan memegang pedang itu. Perasaannya pada Koutarou meluap dari dalam hatinya dan bertanya apakah Harumi seharusnya duduk diam disini saja. Walau begitu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Karena bingung dan resah, Harumi terus menyaksikan Koutarou dan Maya dengan begitu fokus. Karena itulah, dia tidak sadar bahwa kata-kata yang terukir pada lempeng dada Koutarou terdiri dari huruf-huruf yang seharusnya tidak bisa dia baca.

Sang Ksatria Biru…Ksatria Biru Theiamillis….Satomi-san…Koutarou-sama…Apa ini, rasanya aku seperti tahu sesuatu…apa yang sebenarnya aku…pedang itu…apa itu Signaltin…?

Harumi masih melamun saat sebuah lambang yang menyerupai pedang mulai muncul di dahinya, membuatnya bisa mengingat berbagai macam hal.

Sebuah kuil tua…pedang berkarat…Satomi-kun dan aku…aku membangkitkan pedang itu, dan memberikannya kepada Koutarou-sama…apa ini adegan dari drama? Bukan, tempat ini tidak ada di dalam drama…kalau begitu, apa? Apa ini dari mimpiku? Apa ini salah satu ingatan Nijino-san? Atau benar-benar ingatanku?

Setiap ingatan yang bisa diingatnya membuat Harumi menjadi semakin bingung, merasa bahwa ingatan itu mungkin berasal dari drama, namun di saat yang sama mungkin bukan. Namun, ingatan itu tidak bisa disebut sebagai realita. Kebingungan Harumi nampaknya tidak akan mereda, karena dia tidak bisa membedakan antara drama dan realita.

Tepat pada saat itulah hal itu terjadi.

“Oh, sial!?”

“Kena kau!!”

Pedang sinar di tangan kiri Koutarou tidak bekerja dengan semestinya dan membuatnya terbuka untuk menerima serangan dari Maya, yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan menusukkan pedangnya ke arah Koutarou.

“Satomi-kun! Satomi-kuuuun!”

Harumi menjerit, namun jeritan itu tidak akan menghentikan Maya. Yang Harumi butuhkan saat ini adalah kekuatan sejati, yang cukup kuat untuk menyelamatkan Koutarou. Jika dia tidak mendapatkan hal itu, Harumi tidak akan bisa mengajari Koutarou cara merajut sweater.

Namun, Harumi tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya melihat Koutarou yang akan ditusuk oleh pedang Maya. Memang, momen itu hanya akan berjalan sekejap saja, namun bagi Harumi, momen itu berjalan begitu lama. Sesakit itulah momen itu terasa baginya.

“Tidaaaaaaaaaaaaaaak!! Koutarou-samaaaaaaaaaaaaaa!!”

Harumi, yang tidak bisa menahan rasa sakit itu, kembali mengeluarkan jeritan.

”Harumi.”

Beriringan dengan munculnya suara seseorang, dunia Harumi pun terhenti. Baik Koutarou, Maya, Yurika maupun Kanae bergerak. Tidak ada orang lain yang bisa bergerak kecuali Harumi, dan itupun hanya pikirannya saja.

”Siapa itu?”

Karena tidak bisa melirik untuk melihat, Harumi memanggil sumber suara itu. Namun karena dia tidak bisa berkata-kata, dia hanya bisa berteriak di dalam pikirannya saja.

”Aku adalah engkau….dan engkau adalah aku…”

I am thou, Thou art I...

Tepat pada saat itulah ada seorang gadis yang muncul di hadapan Harumi. Harumi merasa seperti melihat cermin, karena gadis itu tampak persis seperti dirinya. Namun, warna rambut gadis itu dan pakaian yang dikenakannya berbeda. Gadis itu punya rambut keperakan dan dia memakai gaun yang putih cemerlang, yang mirip dengan yang dikenakan Harumi saat pementasan drama.

”A-Apa maksudmu?”

”Maafkan aku, aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya…”, jawab Harumi berambut putih sambil menggelengkan kepalanya sebagai permintaan maaf.

”Harumi…apa engkau mencintai Koutarou-sama?” tanya Harumi berambut putih yang lalu menoleh melihat Koutarou yang masih tidak bergerak.

”Ya! Itu sebabnya aku harus segera berbuat sesuatu! Kalau terus begini, Satomi-kun akan mati!” seru Harumi.

Dalam dunia yang terhenti itu, Koutarou nampak seperti akan ditusuk oleh Maya sesaat lagi.

”Aku mengerti….jadi, apa engkau ingin menyelamatkannya?”

”Ya! Apa kamu tidak mau menyelamatkannya!? Bukankah kamu adalah aku juga!?”

”Benar…aku juga ingin menyelamatkannya….aku mencintainya sebagaimana engkau mencintainya…”

”Kalau begitu, tolong aku! Dua orang lebih baik daripada sendirian! Sebelum Satomi-kun mati!”

”…Memang, aku memiliki kekuatan untuk menyelamatkannya. Namun, aku sendiri tidak bisa melakukannya. Yang bisa aku lakukan adalah mempercayakan kekuatan dan ingatanku kepada seseorang dan membuat mereka melanjutkan tugasku”, ujar Harumi berambut perak dengan wajah yang nampak sedih, karena dia merasa bahwa itu adalah sebuah dosa baginya.

”Kalau begitu, biar aku yang melakukannya, kalau itu bisa menyelamatkan Satomi-kun!”

”Kalau engkau melanjutkan tugasku, engkau tidak akan bisa lagi menjalani kehidupanmu yang dulu. Walau begitu, apakah engkau masih mau melakukannya?”

Harumi berambut putih merasa bahwa tidak ada orang yang mau membuang kehidupan normal mereka dan masuk ke dalam sebuah pertempuran. Untuk bisa menemukan kebahagiaan di dalam hal itu, orang itu memerlukan perasaan dan sumpah yang kuat, atau orang itu akan hidup dalam kesengsaraan.

”Biar begitu, aku akan ada bersama Satomi-kun, benar?”

”Benar. Biarpun engkau sampai terpisah oleh waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung---”

”Kalau begitu, aku tidak peduli apa yang terjadi padaku, selama aku bisa melangkah bersama Satomi-kun!”

Harumi memiliki perasaan dan sumpah yang kuat. Dia ingin melindungi orang yang begitu dicintainya. Dia ingin mengajari orang itu cara merajut sweater. Demi hal itu, Harumi siap untuk melepaskan segalanya.

Harumi…engkau juga….

Harumi berambut perak tahu betul seberapa berat hal yang dirasakan Harumi saat itu, seakan-akan sedang melihat dirinya yang dulu. Itulah sebabnya dia bisa mengambil keputusan.

”…Aku mengerti. Harumi, aku akan mempercayakan segalanya kepadamu.”

Harumi berambut perak pun mengangguk dan tersenyum, merasa bahwa dia bisa percaya dan yakin pada Harumi. Tubuh Harumi berambut perak pun terbungkus oleh cahaya putih cemerlang, dan di dalam cahaya itu, tubuhnya mulai memudar bersamaan dengan menyatunya dirinya ke dalam cahaya itu.

”Walau begitu…janganlah lupa. Hidupmu tetaplah milikmu. Janganlah terpengaruh oleh ingatanku. Anggaplah ingatanku…ya, anggaplah ingatanku sebagai pengaruh dari dirimu yang masuk ke dalam tokoh yang kau perankan dalam drama.”

”Peran? Drama? Tunggu, apa kamu---”

”Aku adalah engkau. Aku adalah dirimu sebelum dirimu, dan seperti halnya engkau, aku mencintai orang yang sama.”

Sesaat kemudian, tubuh Harumi berambut putih betul-betul menghilang dan berubah menjadi cahaya putih cemerlang.

”Apa kamu…sang Puteri---”

Cahaya itu pun mengalir masuk ke dalam tubuh Harumi.

”Selamat tinggal, Harumi…kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Jalanilah hidupmu sendiri…dan jika bisa, tetaplah bersamanya hingga akhir nanti, untuk kali ini…”

Setelah dia menjadi satu dengan cahaya itu, Harumi merasakan rasa cinta sedalam cintanya sendiri terhadap Koutarou.


Part 5[edit]

Pertarungan antara Koutarou dan Maya menjadi semakin panas seiring berjalannya waktu. Koutarou menutupi kekurangannya dalam kecepatan dengan kemampuan dan pengalaman bertarungnya. Dengan ditambah zirah dan kekuatan senjatanya, mereka berdua menjadi imbang.

“Gawat, Veltlion! Aku tidak bisa terus mengatasi error-error yang dihasilkan algoritmanya! Jaga jarak dengannya dan kita atur ulang algoritmanya!”

“Dia bukan tipe musuh yang bakal ngasih aku waktu buat itu!” balas Koutarou pada Clan, lalu memanggil Maki lewat pikirannya.

”Aika-san, mantra yang kamu pasang ke aku bakal tahan berapa lama!?”

”Efek mantranya sudah mau habis! Milik Maya-sama masih punya waktu yang lama, jadi kalau kamu terus bertarung setelah efeknya habis, kamu tidak akan bisa menahan serangannya!”

“Cih, kayaknya aku harus terus ngelawan kayak begini, kalau gitu!” gerutu Koutarou dengan kesal sambil mengayunkan Signaltin ke arah Maya. Namun, Maya dengan cepat menghindari dari arah ayunan pedang itu.

“Kenapa, bocah!? Gerakanmu mulai melambat!”

“Belon!”

Pedangnya nggak akan sempet buat nyampe! Mending aku terusin kayak gini!

Koutarou, yang masih menggenggam pedang sinar di tangan kirinya, mengayunkan tangannya ke arah Maya.

Karena serangan kejutan itu, Maya terkena tinjuan Koutarou, namun dia tidak membiarkan dirinya tertinju begitu saja. Saat dia terjatuh, Maya mengayunkan pedangnya dan meninggalkan goresan yang besar pada zirah Koutarou.

“Bagaimana kau akan membetulkan ini, bocah? Kau sudah membuat bagian dekat dadaku jadi bengkok.”

“Peringatan. Kerusakan zirah di bagian dada sudah melebihi 78%. Serangan selanjutnya pada bagian yang sama mempunyai kemungkinan sebesar 90% untuk membuat pemakai zirah ini terluka parah.”

Keluhan dari Maya dan zirah Koutarou terdengar oleh Koutarou di saat yang bersamaan.

Baik Koutarou maupun Maya bisa saling mengalahkan satu sama lain jika serangan mereka mengenai lawannya. Maya memiliki kekuatan sihir yang lebih sedikit dari sebelumnya, menyebabkan pertahanan sihirnya melemah dan membuatnya tidak mempunyai perlindungan terhadap Signaltin. Di saat yang sama, walaupun Maki sudah memasang mantra perlindungan pada zirah Koutarou, zirah itu tidak bisa menahan serangan Maya yang sudah disisipi dengan energi spiritual. Kecepatan dan teknik pun terus beradu di saat kedua belah pihak berada pada satu langkah menuju kekalahan.

“…Emang apa buruknya? Sekarang kamu punya alasan buat bikin dada yang lebih gede.”

“Hmm, aku sempat kuatir kalau kau tidak bisa melanjutkan kencan ini, karena sudah terengah-engah begitu, tapi kalau kau bisa bicara seperti itu, berarti aku bisa terus menikmati kencannya sedikit lebih lama.”

Namun, situasi ini lebih merugikan Koutarou. Tidak seperti Maya yang hampir seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi mesih, tubuh Koutarou yang berada di balik zirahnya masih terdiri dari tulang dan daging. Karena itulah gerakannya lebih terbatas dan tubuhnya menjadi kelelahan seiring bertambah lamanya pertarungan itu berlangsung. Jika pertarungan yang imbang itu terus berlanjut lebih lama lagi, Koutarou pasti akan kalah, dan karena Maya tahu akan hal itu, dia menunjukkan senyumnya yang penuh percaya diri.

Sial…apa aku selesaiin sekarang aja?

Sistem yang mengendalikan kedua pedangnya terus mengeluarkan peringatan, begitu pula zirahnya. Ditambah lagi, Koutarou sudah kelelahan dan terengah-engah. Dia tidak akan bisa maju sekuat tenaga untuk waktu yang lama.

Tapi…gimana caranya aku nangkep dia? Aku udah dikuatin begini dan aku masih nggak bisa nandingin dia.

Dengan tubuhnya yang terbuat dari mesin, gerakan Maya melampaui batasan yang dimiliki oleh manusia. Karena Koutarou tidak bisa lepas dari batasan yang ada di tubuhnya, dia terjebak pada batasan itu. Jadi, agar dia bisa menandingi Maya, Koutarou harus punya ide yang bagus. Namun, tentu saja Maya tidak akan memberinya waktu untuk berpikir.

“Masih ada banyak waktu! Ayo kita bersenang-senang lebih banyak lagi, wahai bocah!”

“Yang bener aja! Aku baru aja kabur dari kencan sama muridmu!”

Pedang Maya tampak berpendar merah saat dia melesat maju sambil tersenyum.

”Satomi-kun, dia memasang mantra serangan pada kedua bilah pedangnya! Jangan dengarkan dia, dia akan menghabisimu"

”Jadi ini saatnya! Kalau begitu---!”

Koutarou mengubah gaya bertarungnya mengikuti saran dari Maki. Karena Maki memahami Maya dan ilmu sihir, dia sudah menyelamatkan Koutarou beberapa kali, dan sekarang sarannya memberikan Koutarou kesempatan terakhirnya untuk menang.

Kalau dia mau ngabisin aku, dia pasti bakal ngincar zirah bagian dada yang udah rusak!! Selama aku tahu kemana dia bakal nyerang…!!

“Ooooooo!!”

Koutarou mengayunkan Signaltin sekuat tenaganya. Pedang itu terayun dan mengarah tepat menuju Maya.

“Uups! Hampir saja♪”

Namun, Maya membungkukkan badannya sedikit dan menghindari serangan itu. Tapi, itulah yang Koutarou incar. Tujuan Koutarou rupanya adalah untuk membatasi gerakan Maya dengan mengayunkan Signaltin, dan jika Maya memang mengincar dadanya, maka dia tidak akan punya banyak pilihan jalan.

“Sekarang giliranku!”

Maya mengarah ke jalan yang sudah diduga Koutarou, yang kemudian menggerakkan tangan kirinya dan membuat pedang sinarnya menghalangi jalan Maya. Selama pedang sinar itu dinyalakan, maka kejadian setelahnya akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Koutarou.

Walau begitu.

Diiringi dengan suara berisik, zirahnya melaporkan adanya kesalahan pada pedang sinar. Karena Koutarou terlalu sering menggunakan sistem malfungsi, pedang sinar itu tidak berfungsi di saat yang paling buruk.

“Sial!”

“Kena kau!!”

Karena pedang sinarnya gagal menyala, Koutarou tidak punya perlindungan terhadap Maya yang terus maju menyerang. Pedang di tangan kanan Maya tampak berpendar merah dengan seramnya, mengincar dada Koutarou, tepat di titik dimana zirahnya rusak.

“Selamat tinggal, bocah. Aku suka denganmu”, kata Maya sambil mengayunkan tangannya ke depan.

Koutarou pun bersiap menghadapi itu. Dia akan mati tepat saat Maya menusukkan pedangnya menembus zirahnya. Hal itu sudah tidak bisa dibantah lagi.

”Tidaaaaaaaaaaaaak! Satomi-kun, Satomi-kuuun!!”

Koutarou bisa mendengar Maki menjerit dalam pikirannya. Di saat yang sama, tangan Maya terus mendorong maju dan mendekati dirinya. Maya tersenyum menyeringai dengan rasa gembira yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Tidaaaaaaaaaaaaaak!!”

Tepat pada saat itulah Signaltin mulai bersinar terang, sekuat jeritan si gadis yang memenuhi tempat itu.

“Kyaa!?”

Tubuh Maya terhempas dengan kuat dan membuatnya terlempar, seakan-akan dipentalkan oleh sinar dan suara itu.

“Apa!?”

Namun, hal itu tidak berpengaruh pada Koutarou sama sekali. Dia tetap berdiri di sana, terbungkus sinar itu. Koutarou menyadari bahwa sinar itu memiliki semacam detak. Saat dia merasakan bahwa detak itu mirip dengan detak jantung seseorang, nama seorang gadis pun muncul di benak Koutarou.

“…Ini…Yang Mulia…? Yang Mulia, Alaia….?”

Koutarou bisa merasakan kehangatan yang dulu pernah dirasakannya saat Alaia mengendalikan langsung Signaltin. Hal yang sama sedang dirasakannya saat ini, namun hal itu seharusnya tidak mungkin terjadi. Alaia berada di waktu dan jarak yang tak terhitung jauhnya dari dirinya. Tidak mungkin dia bisa berada di sini. Namun, pedang Alaia saat itu sedang bersinar, menunjukkan sumpah dan harapannya yang juga masih bersinar.

“Yang Mulia!!”

Koutarou pun membalikkan badannya dituntun oleh sinar itu. Disana, dia bisa melihat seorang gadis yang tengah berdiri, dengan rambut yang panjang dan lambang pedang di dahinya. Sepintas, rambutnya tampak seperti berwarna perak.

“Alaia—bukan! Itu…!?”

Namun Koutarou dengan cepat menyadari kesalahannya. Rambut gadis itu berwarna hitam. Yang berdiri di sana bukanlah orang yang sedang dicarinya.

“…Sakuraba-sen…pai?”

Biarpun sempat kecewa karena ternyata bukan Alaia yang ada di sana, Koutarou langsung kembali terkejut.

Kenapa Sakuraba-senpai ngendaliin Signaltin!? Dan lambang di jidatnya sama kayak punya yang mulia…apa maksudnya ini!?

Sementara Koutarou masih kebingungan sampai tidak bisa berkata-kata, Harumi sendiri mulai menitikkan air mata sambil berusaha berbicara.

“….Syukurlah…dia masih hidup….Satomi-kun masih hidup…”

Harumi menangis sementara lambang di dahinya masih terus bersinar. Harumi terus menangis lega karena Koutarou yang hampir mati ternyata masih tetap hidup.

“….Syukurlah…aku betul-betul bersyukur…”

“Sakuraba-senpai, apa maksudnya ini? Bagaimana bisa kamu ngendaliin Signaltin!?”

“…Aku tidak tahu…aku tidak tahu apa yang terjadi…”, jawab Harumi dengan menggelengkan kepalanya pada Koutarou, karena dia sendiri juga kebingungan.

Harumi melihat bahwa Koutarou hampir mati dan merasa bahwa dia harus menyelamatkan Koutarou. Dia berdoa untuk hal itu, dan dengan melakukan hal itu, tiba-tiba cahaya mulai keluar dari tubuhnya dan membuat pedang Koutarou bersinar dan membuat musuhnya terhempas. Hal ini pun membuat Harumi terkejut, karena dia masih terus menangis sampai saat ini.

“…Tapi…Satomi-kun…ada satu hal…yang aku tahu…”, ujar Harumi sambil menatap ke arah Koutarou dengan air mata yang terus mengalir.

“…Bahwa mulai saat ini, aku akan melindungimu---“

Sebuah tekad dan cinta yang kuat bisa terlihat dalam matanya.

Dengan didorong oleh perasaan yang begitu kuat itu, Harumi pun melanjutkan bicaranya.

“---dan selalu berada di sisimu…”

Tepat pada saat itu, lambang di dahi Harumi mulai bersinar semakin terang, dan di saat yang sama, Signaltin menjadi semakin kuat.

”Ada apa ini!? Ini bukan Yang Mulia, tapi Sakuraba-senpai…biar begitu, dia bisa ngendaliin Signaltin sehebat Yang Mulia….nggak, malah lebih hebat!?”

Signaltin saat itu memancarkan cahaya, yang terangnya jauh melebihi apapun yang pernah Koutarou lihat.

“…Jadi, menanglah, Satomi-kun! Aku akan melindungimu, dari musuh dan kesulitan apapun!”

Saat kata-kata itu terucap dari mulut Harumi, semua kebingungan dan keraguan pun lenyap dari benak Koutarou.

”Aku nggak perlu tanya soal siapa dan kenapa! Kalau rongsokan karatan ini masih bisa bersinar kayak begini, kalau sumpah dan perasaan yang ada di pedang ini masih ada---!!”

“---Kalau begitu, aku akan menggunakan hidupku dan kekuatan kami semua untuk ngelindungin masa depan kita!! Sakuraba-senpai!!”

Setelah terpihsakan oleh waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung, hubungan antara tuan dan hamba telah berubah menjadi senior dan junior, yang menghubungkan kembali sumpah dan perasaan itu.


Part 6[edit]

Setelah berhasil menyeimbangkan tubuhnya, Maya tanpa gentar menghadapi Koutarou, biarpun berhadapan dengan Signaltin yang terus semakin kuat.

“Tidak peduli seberapa banyak kekuatan sihir yang kau punya, tidak ada gunanya kalau seranganmu tidak kena!”

Maya lalu menyerang Koutarou, melesat maju dengan kcecepatan paling cepat yang bisa dilakukannya. Mekanisme di tubuhnya berbunyi nyaring dan sistem di tubuhnya memberi banyak peringatan, namun Maya mengayunkan pedangnya dengan ayunan besar seakan-akan menepis semua gangguan itu dari padanya.

Signaltin sudah menjadi lebih kuat, tapi karena tadinya pedang itu lemah, kondisi saat ini pun tidak jauh berbeda dengan apa yang dilaporkan oleh Maki sebelumnya. Ditambah lagi, Maya yakin bahwa dirinya tidak akan terkena serangan apapun. Maya, yang sudah melampaui batas seorang manusia, tidak takut terhadap lawannya.

“…Kamu salah.”

“Apa!?”

Signaltin dengan mudah menghadang pedang Maya. Tentu saja, Maya bergerak terlalu cepat untuk ditangkis oleh pedang itu sendiri, namun serangan Maya dihentikan oleh medan pelindung yang dipancarkan oleh Signaltin.

Kenapa!? Ini tidak sekuat yang dilaporkan Maki, jadi kenapa aku tiak bisa menghancurkan medan pelindung ini!? pikir Maya yang keheranan.

Senjata energi spiritual yang digunakan Maya seharusnya bisa menembus pertahanan sihir dengan efektif. Menurut laporan Maki mengenai kemampuan Signaltin, senjata-senjata itu cukup kuat untuk menembus pertahanan apapun yang dikeluarkan oleh Signaltin. Jadi, biarpun Signaltin menjadi sedikit lebih kuat, senjata Maya seharusnya masih bisa menghancurkan medan pelindung itu. Walau begitu, pedangnya tidak bisa melakukan hal itu. Situasi yang dihadapinya saat itu berada di luar dugaannya.

“Ini bukan tipe pedang kayak begitu.”

“Begitu ya, gadis itu yang berbuat sesuatu, benar!?”

Maya mengalihkan pandangannya ke arah Harumi yang berada di belakang Koutarou. Harumi saat itu menutup matanya dan menyatukan tangannya seakan sedang berdoa. Maya bisa melihat aliran kekuatan sihir mengalir dari Harumi menuju Signaltin. Maya juga sudah menerima laporan mengenai Harumi dari saat terakhir Maki melawan Koutarou. Itu sebabnya dia tahu bahwa Harumi bisa mengendalikan semacam bentuk sihir yang tidak diketahui, membuat Harumi menjadi sesuatu yang tidak mungkin tidak berhubungan dengan semua ini.

“…Itu bener.”

Koutarou, yang sadar bahwa tidak ada gunanya menyembunyikan hal itu dari Maya, menjawab pertanyaan Maya.

“Pedang ini dibuat buat digunain sama dua orang. Pedang ini nggak bisa ngelakuin hal itu dari tadi, baru saat ini. Itu sebabnya kamu cuma tahu wujud pedang yang nggak lengkap. Kamu salah paham, Maya.”

Koutarou menggunakan pedang itu sementara seorang yang lain mengendalikan kekuatan sihirnya. Mereka lalu mengendalikan sihirnya dan menggunakannya untuk menyerang atau bertahan, atau mengubah kegunaannya tergantung serangan dan pertahanan lawan. Mereka juga bisa menggunakan kekuatan sihir yang berlebih untuk menggunakan sihir dan membantu si pengguna pedang.

Mereka berdua bekerja sebagai satu kesatuan.

Itulah wujud asli Signaltin. Kekuatan yang diberikan oleh Alaia pada Koutarou untuk melindunginya.

“Tidak mungkin!”

”Maju, Satomi-kun! Silahkan lakukan apapun! Aku akan terus membantumu!”

“Itu sebabnya kalau kamu cuma mikir kalau kekuatan pedangnya tambah gede, habis ini---“

Suara Harumi tersampaikan pada Koutarou melalui pedang itu saat Koutarou dengan santainya mengayunkan pedang itu ke arah Maya. Saat dia melakukan hal itu, kekuatan sihir yang digunakan untuk melindunginya berubah bentuk dan membuat jangkauan serangannya bertambah, mengikuti bagaimana Maya akan bergerak dan membuatnya sulit untuk menghindar. Kekuatan sihir itu juga mempunyai sifat listrik, yang menyebabkan kerusakan paling besar pada Maya.

“Kyaaaaaaaaaa!?”

Serangan itu menghancurkan medan pelindung sihir yang digunakan Maya dan membuatnya tersengat listrik. Serangannya begitu besar sampai membuatnya terhempas ke tanah saat dia masih tersengat listrik.

“---itu yang bakal terjadi.”

Koutarou berhenti menyerang sampai di situ, namun tidak bagi Harumi. Dia mulai merapal sesuatu dalam bahasa Forthorthe kuno.

”Berkumpullah, wahai roh-roh angin, jadilah tanganku dan hancurkanlah musuhku!! Meraunglah!! Palu Udara!!”[2]

Hasilnya, kekuatan sihir berlebih Signaltin berubah menjadi palu dari udara yang jatuh ke arah Maya yang masih terbaring.

“B-Bagaimana mungkin!? Ini jauh berbeda dari yang sebelumnya!!”

Maya berusaha keras menggerakkan tubuhnya untuk bisa menghindari serangan Harumi. Dia berhasil menghindar saat serangan itu hampir mengenainya, dan itu bisa dilakukannya berkat kecepatan supernya. Jika tidak, dia pasti sudah kalah.

”Maaf Satomi-kun! Aku terlalu lambat!”

“Nggak apa-apa, itu hebat kok, Sakuraba-senpai!” balas Koutarou yang kembali bersiap dengan pedangnya sambil tersenyum. Dia sebenarnya tahu alasan mengapa serangan Harumi meleset. Biarpun tubuh Maya sebagian besar terdiri dari mesin, Harumi ragu untuk menyerang orang lain. Itulah sebabnya Maya berhasil menghindarinya, namun Koutarou merasa tidak apa-apa dengan hal itu. Bertarung memang bukan hal yang cocok bagi Harumi, hal yang sama yang Koutarou juga rasakan terhadap Yurika.

“Aku bakal nyerang sekarang! Tolong fokus bantu aku ya, senpai!”

“Baik, aku mengerti!”

Koutarou melesat maju mengejar Maya. Saat Maya bangun, dia mengganti pedang di tangannya menjadi pistol dan membidik Harumi.

“Kalau begitu ini yang akan aku lakukan! Gadis itulah kelemahanmu!”

Tidak seperti halnya Harumi, Maya tidak ragu untuk menyerang. Dia menembakkan sejumlah besar peluru ke arah Harumi yang berada dalam posisi berdoa.

“Protection From Soul Energy!! Dan kumohon, Encyclopedia!!”

Namun, dua medan pelindung menghalangi peluru-peluru itu. Yurika rupanya memasang medan pelindung untuk melindungi Harumi dari energi spiritual, dan dia juga menggunakan tongkat di tangannya untuk menggunakan mantra untuk berlindung dari serangan fisik. Berkat dua mantra pertahanan itu, peluru-peluru Maya berhasil dihadang.

“Kamu nggak apa-apa kan, Sakuraba-senpai!?”

“Terima kasih, Nijino-san!!”

“Satomi-san, aku bakal ngelindungin Sakuraba-senpai! Jangan kuatir!”

Yurika sudah tidak punya kekuatan sihir yang cukup untuk melawan Maya, namun dia masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menggunakan beberapa mantra pertahanan dan juga Encyclopedia dari Kanae. Itulah sebabnya dia akan bisa melindungi Harumi selama beberapa saat.

“Yurika, tolong kamu urus itu ya!”

“Baik!”

Yurika akan melakukan hal yang diperlukan saat dia harus melakukannya. Orang seperti itulah Yurika menurut Koutarou.

“Sialan kau, Yurikaaaaaa!!”

Karena serangannya dihentikan oleh Yurika dan melihat rasa percaya Koutarou terhadapnya, Maya menjadi begitu marah dan iri. Adalah hal yang begitu memalukan baginya saat dianggap sebagai seseorang yang berada di bawah Yurika.

“Akan kubunuh kalian, kubunuh kalian! Kalian semuaa!!”

Murka dan iri hati berubah menjadi kebencian dan mendorong Maya untuk menyerang. Dia tidak lagi terlihat seperti penyihir pengendali pikiran, Dark Navy.

”Maya-sama…”

Maki, yang ikut menyaksikan pertarungan itu, merasa perasaannya menjadi bercampur aduk.

Aku yakin dulu aku juga pernah seperti itu…

Maki merasa sedih melihat kondisi Maya yang seperti sekarang ini, dan juga karena dia berpikir bahwa dulu dirinya pernah berada dalam posisi itu. Itulah sebabnya Maki mengucapkan sebuah harapan.

”Satomi-kun, tolong jangan bunuh Maya-sama…”

”Jangan kuatir, aku ngerti kok. Dia masih gurumu, ya kan?”

Maya menjadi begitu emosional dan begitu lengah, juga begitu sendirian.

Di sisi lain, Koutarou tampak tenang dan bertarung bersama teman-temannya.

Akhir dari pertarungan ini sudah nampak jelas.

”Terima kasih, Satomi-kun…”

”Nggak, itu malah ngebantu. Aku cuma prajurit setengah mateng yang nggak bisa ngebunuh orang sendirian.”

Agar bisa menyelesaikan pertarungan itu, Koutarou mengangkat Signaltin di atas kepalanya. Di saat yang sama, dia berkonsentrasi pada pelindung tangan Kiriha di tangan kirinya dan membuat bola api. Dia menggunakan kekuatan Sanae untuk melihat gerakan Maya, dan dia dilindungi oleh zirah Ruth, Theia dan Clan beserta sihir dari Yurika dan Maki. Saat ini pun, Shizuka juga melindungi tempat dimana dia akan kembali pulang.

Sepuluh lawan satu…Sanae bilang pahlawan kebenaran bisa ngeroyok musuh mereka, tapi….ini kayaknya berlebihan deh…

Koutarou mengayunkan pedangnya ke arah Maya, mengincar lengannya.

Signaltin memotong pedang Maya dan juga tangan kanannya.

“Ahk!?”

Saat dia berhenti sesaat, bola api yang dibuat oleh pelindung tangan kiri Koutarou pun menyerangnya. Bola api itu meledak di tengah badannya dan membuatnya terlempar.

“Ugh, s-sialan…tidak kukira aku akan terpojok oleh orang lain selain Nana!”

Setelah terhempas ke tanah, Maya menggunakan tangan kirinya yang tersisa untuk menopang badannya bangkit, meskipun lempengan zirah yang menutupi dadanya telah hancur dan menampakkan mesin-mesin di dalamnya. Maya sudah terluka parah, dan tidak bisa bergerak dengan benar.

“Skak mat”, ujar Koutarou sambil menurunkan pedangnya dan menghadapi Maya.

“Menyerahlah dan pulanglah.”

“…Bunuh aku. Kalau tidak, aku akan terus memburumu, lagi dan lagi.”

Tubuh Maya betul-betul rusak parah, namun kebencian di matanya masih tidak padam juga. Maya mengarahkan niat membunuhnya yang kuat ke arah Koutarou, seakan-akan Koutarou adalah kekasihnya yang sudah menghianati dirinya.

“Pasti kamu bakal ngelakuin itu…”

Koutarou sadar akan resikonya, namun dia tidak bisa membunuh Maya. Dengan begitu, dia pun menyarungkan pedangnya.

Maya menganggap hal ini sebagai ejekan dan kebenciannya menjadi semakin besar.

“Kau akan menyesalinya!!”

“Yah, aku udah biasa soal nyesel. Itulah hidup yang aku jalanin. Udah biasa”, balas Koutarou sambil tersenyum pahit, lalu mengalihkan pandangannya ke arah sebuah pilar di dekatnya.

“Terus, apa kalian berdua yang lagi ngumpet di sana mau ngelawan aku juga?” tanya Koutarou ke arah pilar itu, dan dari belakangnya, dua orang gadis penyihir, Crimson dan Green, muncul. Namun, mereka berdua nampak tidak berniat bertarung.

“Yang bener aja? Kalau aku mau ngelawan monster sepertimu, aku harus bersiap-siap dulu.”

“…Kami hanya mau menyelamatkan Maya-san.”

“Gitu toh. Kalau gitu, segera bawa dia pergi.”

Koutarou tidak merasakan adanya niatan menyerang baik dari kata-kata maupun aura mereka. Itulah sebabnya dia mengambil beberapa langkah mundur dan memberi mereka ruang. Kedua gadis itu pun berlari ke dekat Maya dengan mata yang penuh rasa benci terhadap Koutarou.

“Apa kau tidak apa-apa, Maya-san?”

“Sini, bersandar di pundakku.”

“…Ya…”

Maya masih bisa berdiri dengan bantuan kedua gadis itu, namun begitu, perhatiannya tetap tertuju pada Koutarou dan bukan terhadap rekan-rekannya, tidak bisa mengakui bahwa itulah alasan kekalahannya.

“…Bocah, siapa namamu?”

“Koutarou.”

“…Koutarou…saat kita bertemu lagi nanti…aku pasti akan membunuhmu, dengan tanganku sendiri…”

“Kalau itu yang kamu mau, lain kali jangan datang sendiri.”

“Hmph.”

Maya memalingkan wajahnya dari Koutarou dan pergi dengan bantuan kedua gadis penyihir itu. Pada akhirnya, mereka menghilang di dalam kegelapan di sisi terjauh gedung itu.

“…Veltlion, apa kamu tidak apa-apa membiarkan dia pergi?” tanya Clan yang tampak cemas dari balik alat komunikasi.

“Clan, apa orang yang mau kamu jadiin pengikut itu orang yang mau ngebantai lawannya?”

“Jelas tidak! Aku kuatir dengan keselamatanmu! Itu sebabnya aku penasaran kalau kau tidak apa-apa untuk tidak menahannya!”

“…Percayalah kalau lain kali aku juga bakal menang. Itu yang udah aku putuskan.”

Masa depan kami pasti akan cerah.

Itulah yang Koutarou katakan pada Maki, dan juga hal yang dia putuskan untuk percaya.

“…Hhhh…kau betul-betul tidak mengerti perasaan wanita.”

“Yah, memang sih.”

Saat Koutarou tertawa, sebuah lubang ruang waktu muncul di depannya.

“Clan?”

“Aku akan menerima kembali Signaltin. Theiamillis-san dan yang lainnya sedang menuju ke tempatmu saat ini.”

“Sayang sekali.”

Koutarou tahu apa maksud Clan dan lalu mendorong Signaltin masuk ke dalam lubang itu. Lubang itu lalu membawa Signaltin masuk ke dalamnya dan lalu menghilang.

“Sekarang lakukan apa yang harus kau lakukan sebelum Theiamillis-san datang.”

“Maaf ya, aku selalu bikin kamu ngebantu aku.”

“Mau bagaimana lagi. Sejak kapan aku dapat peran ini…”, ujar Clan yang bentuk hologramnya tampak cemberut. Melihat hal itu, Koutarou tertawa kecil dan berkata sejujurnya tentang apa yang dia pikirkan.

“Yah, itu pas kamu betul-betul jadi tuan puteri beneran.”

“D-Dasar!”

Wajah Clan menjadi merah saat dia membalas Koutarou sebelum langsung mematikan alat komunikasinya.

“Aku bikin dia marah lagi…padahal niatku muji dia…”, gumam Koutarou sambil tersenyum pahit melihat alat komunikasi yang tidak menampilkan apa-apa lagi. Setelah Koutarou mematikan alat komunikasinya, dia memutuskan untuk menuruti saran Clan dan melakukan apa yang harus dia lakukan.

“…Nah…aku ngomongnya mulai dari mana ya…waktunya juga nggak cukup…”

Sebelum Theia muncul, Koutarou harus menjelaskan beberapa hal pada beberapa orang yang sedang memandanginya.


Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 7
  1. Ungkapan dimana sesuatu yang terdengar hebat ternyata sederhana setelah sudah dipraktekkan. Berasal dari tantangan terhadap Christoper Columbus
  2. Di novel aslinya, nama tekniknya ditulis menggunakan kanji, bukan bahasa Inggris seperti mantra sihir yang dipakai Yurika. Aslinya, nama tekniknya ditulis “大気の大槌”, dimana “大気”(taiki) berarti atmosfir atau udara, dan ”大槌”(ootsuchi) berarti palu (raksasa)