Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Akhir Pekan Semua Orang[edit]

Part 1[edit]

Jumat, 23 April

Keluarga Higashihongan sudah melindungi kuil Higashihongan sebagai kepala pendeta dari generasi ke generasi. Kuil cabangnya, yakni kuil Higashihongan, sudah mempunyai sejarah yang lama yang telah ada selama 500 tahun, dan kuil utamanya, yakni kuil Hongan, sudah berada lebih lama dari rekam sejarah yang mencatat adanya kuil itu.

Karena sejarah yang cukup lama itu, keluarga Higashihongan memiliki tanah yang luas dan aset yang begitu melimpah, dan juga salah satu keluarga yang terkenal di Kota Harukaze. Berkat itu, mereka bisa memiliki tanah sebesar stadion baseball dengan rumah besar bergaya Jepang yang mewah dilengkapi dengan taman yang sudah dirancang untuk bisa dinikmati dari musim ke musim.

"A-aku udah dateng ke tempat yang hebat...."

Yurika hanya bisa mencuri pandang terus-menerus setelah dibawa masuk ke ruang tamu. Karena dia sudah terbiasa hidup di dalam lemari pada kamar seluas enam tatami, jadi bagi Yurika tempat ini menjadi dunia yang lain baginya. Meskipun dia sudah duduk di dalam kamar yang luas, Yurika tidak bisa tenang, dan justru semakin merasa gugup.

Aahh! Tolong aku, Satomi-san!' 'seru Yurika mengikuti intuisinya dan memanggil teman sekamarnya dari dalam pikirannya.

Ruangan tempat Yurika berada saat itu terasa cukup mewah. Meskipun tidak terlihat dilapisi oleh emas sebagai unjuk kekayaan, saat Yurika duduk sendirian di dalam kamar yang dikelilingi oleh pilar-pilar yang dibangun dengan megah, furnitur yang dipernis, dan gambar-gambar yang indah yang tertempel di dinding, dia merasa bahwa dirinya sedang dipandang rendah oleh orang-orang kaya, seakan-akan ruangan itu berkata kepadanya bahwa tempat ini bukanlah tempat untuk gadis miskin sepertinya dan bahwa dirinya harus segera pergi dari sana dan kembali ke tempat yang pantas baginya. Tentu saja, semua itu hanya berada dalam benak Yurika saja, karena sebenarnya, para penghuni rumah ini sudah menyambutnya dengan begitu baik dan tidak memandang rendah dirinya sama sekali.

"Maaf sudah memintamu datang, Yurika-chan."

Sebagai buktinya, salah satu penghuni rumah ini memasuki ruang tamu itu sambil tersenyum. Dialah Higashihongan Kanae, istri dari Higashihongan Soutarou, kepala keluarga Higashihongan saat ini, dan juga ibu dari teman Yurika, Sanae.

"Aku ingin berbicara denganmu dalam suasana yang tenang. Tentang Nana-chan, misalnya."

Rupanya, Yurika dan Kanae mempunyai kenalan yang sama.


Part 2[edit]

Pada hari Jumat sepulang sekolah, Yurika mengunjungi keluarga Higashihongan sendirian. Dia melakukan itu karena saat mengunjungi tempat itu sebelumnya bersama Theia dan yang lainnya, Kanae sudah memintanya untuk datang berkunjung di lain waktu agar mereka berdua bisa berbicara berdua. Itulah sebabnya Yurika meluangkan waktunya, meskipun dia tidak punya cukup waktu untuk diluangkan, untuk mengunjungi keluarga Higashihongan.

"Yurika-chan, bisakah kamu berdiri dan berputar agar aku bisa melihat keseluruhan kostumnya?"

"Ah, iya!....Begini?"

Yurika melakukan permintaan Kanae dan berdiri sebelum memutar badannya secara perlahan. Kanae tampak mengenang sesuatu saat melihat Yurika melakukan itu.

"Terima kasih, Yurika-chan. Meskipun ada sedikit yang berubah, yang kamu pakai ternyata dulunya memang punya Nana-chan."

"Iya...ini kostumnya Nana-san yang aku sesuaiin ukurannya sama ukuranku. Aku...sedikit lebih tinggi daripada Nana-san...jadi aku nggak bisa pakai kostumnya begitu aja..."

"Benar juga. Badan Nana-chan memang agak kecil...terima kasih, Yurika-chan", ujar Kanae sambil tersenyum tulus kepada Yurika yang kelihatannya sedikit merasa malu dengan kostum yang dia sesuaikan dengan badannya. Karena badan Nana lebih kecil dan ramping dari dirinya, Yurika tidak bisa langsung memakai kostum milik Nana kecuali dia membuat bagian pinggang dan pantat kostum itu sedikit lebih besar. Satu-satunya penyesuaian yang bisa dibanggakan Yurika adalah bagian dadanya.

"Jadi...apa Nana-chan baik-baik saja?"

Kanae menunggu Yurika kembali duduk sebelum kembali berbicara. Saat dia menanyakan pertanyaan itu, ada rasa gugup yang bisa terdengar di dalamnya. Kanae mengundang Yurika ke rumahnya karena dia ingin menanyakan pertanyaan in.

"Iya, tapi saat musim semi tahun lalu, dia terluka parah dan nggak bisa pakai sihir lagi...itu sebabnya aku, muridnya, gantiin dia."

"Jadi begitu ya..."

Ketegangan di wajah Kanae memudar setelah mendengar bahwa Nana baik-baik saja. Melihat hal itu, Yurika bisa merasakan betapa eratnya hubungan antara Kanae dan Nana.

"Kanae-san, dulu kamu kerja sama sama Nana-san, ya kan?"

Seorang rekanan adalah orang Jepang yang membantu seorang penyihir dari Folsaria yang sedang bertugas di Jepang. Karena para penyihir berasal dari Folsaria, sebuah dunia yang berbeda, secara teknis mereka bisa disebut sebagai alien ilegal dan itulah sebabnya mereka tidak terdaftar di negara manapun di Bumi. Jadi, agar mereka bisa bertugas di Jepang, mereka perlu seseorang untuk bekerja sama atau menjadi rekan mereka.

"Benar....sampai beberapa saat setelah kami mengalahkan Maya, Dark Navy."

Maya adalah guru Maki dan Dark Navy sebelumnya. Nana sudah mengalahkan Maya dengan bantuan Kanae. Karena itulah Maya pensiun dan membuat Maki menjadi penerusnya sebagai Dark Navy. Itulah peristiwa yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu.

"Setelah itu, Nana-chan pergi tanpa mengatakan apapun....itu yang membuatku kuatir. Aku senang mendengar bahwa dia baik-baik saja, Yurika-chan."

"Kanae-san, Nana-san sebenernya, em...."

"Aku tahu. Nana-chan pergi agar kami tidak terkena ancaman bahaya."

"Iya."

"Karena aku juga masih harus mengurus masalah tubuh Sanae, aku yakin dia pergi agar tugasku sebagai rekanan segera selesai."

"Aku rasa juga begitu. Nana-san selalu ngomong ke aku agar jangan terus-terusan datang ke tempatnya karena bahaya..."

Sebelas tahun lalu, Nana tidak bisa menyembuhkan Sanae sepenuhnya. Dia hanya bisa melakukan penyatuan yang tidak sempurna antara jiwa dan tubuh Sanae, dan sudah menduga bahwa Sanae pasti akan meninggal. Itulah sebabnya agar Kanae bisa mendapat banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarganya, Nana pergi dengan diam-diam....setidaknya, itulah yang dipikirkan oleh Yurika dan Kanae.

"Tentang Sanae....apakah karena kalian, dia terlihat menjadi lebih ceria?"

Ada satu hal lagi yang berada di benak Kanae selain dari keadaan Nana, yakni alasan di balik sembuhnya putrinya secara tiba-tiba.

Kanae sudah diberi tahu oleh Nana bahwa Sanae tidak bisa hidup untuk waktu yang lama. Malah, seiring berjalannya waktu, Sanae akan menjadi semakin dan semakin lemah. Namun, saat Kanae sudah bersiap untuk menghadapi kematian putrinya, kondisi Sanae justru membaik, dan tidak lama setelahnya, Sanae membawa Yurika pulang sebagai seorang teman. Saat melihat apa yang dimiliki oleh Yurika, Kanae mendapat sebuah kesimpulan, yakni Yurika sudah menyembuhkan Sanae dengan sihir.

"Aku memang ngebantu, tapi sihir aja nggak cukup buat nyelametin Sanae...um, aku cuma ngebantu sekitar seperempatnya aja."

Karena kemampuan sihir Yurika masih kalah dibandingkan Nana, dia tidak bisa menyelamatkan Sanae sendirian. Nyatanya, Kirihalah yang sudah merawat sambil membantu Sanae, dan Yurika yakin bahwa alasan terbesar mengapa Sanae bisa selamat adalah karena ikatan yang dimilikinya dengan orang-orang di sekitarnya. Yurika menganggap bahwa tindakannya hanyalah setengah, atau malah seperempat, dari proses yang sudah terjadi,

"Seberapa besar peranmu bukan masalah. Terima kasih sudah menyelamatkan Sanae, Yurika-chan."

"E-em...."

Yurika tersipu malu setelah menerima ucapan terima kasih langsung dari Kanae.

B-belakangan ini rasanya aneh...

Belakangan ini, ada banyak situasi dimana Yurika mendapat terima kasih, menjadi dipercaya dan dibutuhkan. Karena hal-hal itu adalah sesuatu yang tidak dibayangkannya sama sekali hingga saat ini, Yurika menjadi malu karenanya. Ini terjadi karena dia tidak menyadari perkembangannya sendiri, jadi dia merasa yakin bahwa apa yang ada di sekitarnyalah yang sudah berubah.

Tapi...rasanya seneng juga...

Sementara dia masih merasa heran dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya, Yurika juga merasa senang dengan hal itu. Rasa bisa membantu orang lain itu membuat dirinya menjadi bisa bersikap lebih positif. Meskipun dia belum sebaik Nana, kalau Yurika melakukan apapun yang dia mampu lakukan, dia mungkin bisa menyelamatkan seseorang seperti halnya dengan Sanae. Itulah apa yang ingin dilakukan oleh Yurika, yang juga merupakan tujuan awalnya. Dalam kata lain, bisa dikatakan bahwa insiden yang terjadi pada Sanae mengubah Yurika menjadi seorang gadis penyihir sungguhan. Berkat pendewasaan yang sudah terjadi pada dirinya, kemmampuan Yurikapun juga berkembang. Meskipun dia masih tidak bisa dibandingkan dengan Nana yang dulu, mungkin nanti dia bisa menjadi setingkat dengan Nana. Saat ini, Yurika sudah tidak lagi menjadi seorang yang pesimis dan mulai percaya dengan masa depannya sendiri.

"Lagipula, saat dia sedang bersamamu, Sanae bertingkah seperti dulu lagi...sebagai orang tuanya, aku merasa begitu bahagia. Aku rasa aku juga harus berterima kasih untuk hal itu. Terima kasih, Yurika-chan."

Berkat kerja sama dari Yurika dan yang lainnya, kedua Sanae berhasil kembali menjadi satu, tapi berlebihan jika dikatakan bahwa mereka adalah orang yang sama.

Biasanya, kepribadian Sanae yang sopan dan kalem yang dibentuk oleh tubuh Sanaelah yang selalu tampak. Saat Sanae berjuang melawan penyakitnya, dia harus menahan dirinya agar penyakitnya tidak bertambah parah, dan menyebabkan kepribadiannya menjadi lebih sopan dan kalem.

Namun, saat dia sedang bersama Yurika, Koutarou dan yang lainnya, kepribadiannya sebagai hantu yang terukir di dalam jiwanyalah yang muncul. Kepribadian inilah yang dimilikinya sebelum jiwanya terpisah dari tubuhnya, dan menjadi lebih aktif daripada saat jiwanya bertumbuh secara alami di dalam tubuhnya. Ringkasnya, kepribadian ini jauh lebih kekanakan.

Meskipun keduanya sudah menyatu dengan selamat, kepribadian mereka masih belum menyatu dengan baik dan sebagai akibatnya, Sanae bisa langsung mengganti kepribadiannya. Saat dia sedang bersama Yurika dan yang lainnya, dia tampak semangat dan ceria, dan kalau sedang sendirian, Sanae menjadi lebih pendiam. Akibatnya, tingkahnya tampak seperti sedang berusaha memberanikan diri atau menderita kelainan kepribadian ganda. Namun, mereka masih saling berbagi ingatan dan sama-sama menyukai dan membenci hal yang sama, jadi masih bisa dikatakan bahwa mereka berdua merupakan satu kesatuan.

Selain itu, bagi Kanae dan keluarganya, Sanae bertingkah dan tampak seperti dirinya yang dulu, sebelum masalah itu terjadi, saat sedang bersama Yurika dan yang lainnya. Karena Kanae dan anggota keluarga yang lain resah dengan kepribadian Sanae yang menjadi lebih tenang semenjak dia dirawat, ini menjadi sebuah perubahan yang baik di mata mereka.

Menurut penjelasan Kiriha, nampaknya kedua kepribadian Sanae nantinya akan melebur menjadi satu. Setelah menyatu, kepribadian Sanae nantinya akan berada di garis tengah, antara Sanae yang pendiam dan Sanae yang aktif. Kiriha mengatakan bahwa kepribadiannya akan mengarah menjadi kepribadian yang akan dikembangkan oleh Sanae sendiri jika jiwanya tidak berpisah dengan badannya.

Perubahan itu sendiri sudah mulai tampak. Meskipun Sanae sedang tidak bersama Yurika, Koutarou dan yang lainnya, dia sudah menjadi sedikit lebih ceria.

"Tapi...itu semua bukan karena aku aja. Semuanya berjalan lancar karena Sanae-chan sayang sama semuanya dan semuanya sayang sama Sanae-chan", balas Yurika sambil menggelengkan kepalanya dan meletakkan tangannya di dadanya sebelum tersenyum.

"Jadi, Kanae-san, kalau bisa, aku mau anda bersyukur buat perasaan yang saling dibagi antara Sanae-chan sama yang lainnya. Soalnya, itu yang nyelametin Sanae-chan..."

"Yurika-chan..."

Mata Kanae terbelalak saat mendengar balasan dari Yurika, namun segera mengecil kembali saat dia tersenyum pada Yurika. Senyumannya kali ini tampak begitu bahagia, seakan sudah menemukan sesuatu yang ingin dikenangnya.

"....Kamu memang betul-betul murid Nana-chan."

"Eh?"

Kali ini, Yurikalah yang membelalakkan matanya karena terkejut.

"Hatimu yang begitu tulus ingin melakukan hal yang benar, tekadmu yang kuat dan tidak ingin kalah dari apapun dan juga cintamu yang menyelimuti semuanya....kamu memang persis Nana-chan."

Kalimat yang baru saja diucapkan Kanae sudah lebih dari cukup untuk membuat Yurika terkejut.

"Kanae-san..."

Bagi Yurika, yang berjuang untuk bisa menjadi seperti Nana, kata-kata itu adalah pujian terbaik yang bisa diperolehnya.

"Terima kasih banyak!"

"Fufufu...aku harap anakku bisa menjadi seperti kamu..."

"Aku nggak akan nyaranin itu. Nilaiku di sekolah jelek-jelek..."

"Wah wah, yang benar?"

"Sayangnya, iya..."

Dengan begitu, mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang diri mereka masing-masing dan teman mereka sambil tersenyum, yang tampak seperti kedua teman lama baru berjumpa kembali setelah sepuluh tahun. Suara percakapan yang terdengar ceria itu pun terdengar dari dalam kamar tamu hingga matahari terbenam.


Part 3[edit]

Saat sedang berbincang-bincang, Yurika menjelaskan secara singkat situasi para penghuni kamar 106 dan situasi Sanae kepada Kanae. Dia yakin bahwa Kanae akan menjaga rahasia itu, dan hal itu membuat Yurika membicarakannya dengan santai. Kanae melakukan hal yang sama saat dia mendengarkan Yurika dengan senang hati. Namun, saat Yurika sampai pada bagian dimana Kiriha menggunakan mesin yang memakai energi spiritual, Kanae mengernyitkan alisnya dan mengajak Yurika ke kota pada malam harinya.

"Ini tempatnya, Yurika-chan."

"Gelap juga..."

"Tunggu sebentar, aku nyalakan lampunya dulu."

"Continue All Light."

"Benar juga, Yurika-chan kan penyihir."

"Iya."

Kanae mengajak Yurika ke ruangan bawah tanah sebuah bangunan, yang sudah terbengkalai selama beberapa tahun. Saat Yurika menggunakan sihirnya, dia bisa melihat banyaknya tumpukan barang-barang elektronik dan mobil, beserta retakan-retakan di dinding dan langit-langit rubanah itu.

"Apa ada sesuatu di sini?"

Yurika bertanya seperti itu karena bangunan itu tampak sama saja dengan bangunan terbengkalai lainnya.

"Tunggu sebentar...aku rasa ada di sekitar sini..."

Dengan bantuan sihir dari Yurika untuk menerangi daerah sekitar mereka, Kanae mencari sesuatu di sekeliling mereka. Setelah beberapa menit berlalu dan Yurika mulai takut dengan kegelapan dari bangunan itu, Kane akhirnya menemukan apa yang dicarinya.

"Ketemu!"

"Kyaa!?"

"Ada apa, Yurika-chan?"

"Ng-nggak, nggak ada apa-apa..."

Karena dia adalah seorang gadis penyihir, Yurika tersipu malu karena tidak bisa mengatakan bahwa dia takut dengan gelap. Kanae, yang tidak tahu soal hal itu, memanggil Yurika mendekat.

"Yurika, bisa ke sini sebentar?"

"Oke.."

Yurika memiringkan kepalanya dan lalu mendekati Kanae, yang wajahnya tampak serius, berbeda dari beberapa saat yang lalu.

"Ini yang mau aku tunjukkan..."

"Ini..."

Yurika bisa melihat sisa-sisa dari sebuah mesin yang sudah hancur. Kelihatannya, mesin itu sudah dihancurkan oleh sebuah serangan yang hebat dan menyebabkan serpihan-serpihan mesin itu, besar maupun kecil, tersebar ke sana-sini. Jika diperhatikan lagi, korosi dan debu yang menempel pada serpihan mesin itu menunjukkan bahwa mesin itu sudah hancur bertahun-tahun yang lalu.

"Eh!? Bukannya ini...!?"

Yurika, yang tidak begitu mengerti mesin, menganggap bahwa yang dilihatnya hanyalah sebuah alat yang sudah menjadi rongsokan. Namun, setelah memandanginya selama beberapa saat, dia menyadari adanya desain dan segel yang dikenalnya.

"Bukannya ini alatnya Kiriha-chan!?"

Serpihan-serpihan mesin itu terlihat mirip dengan mesin milik Kiriha, dan memiliki keunikan yang serupa dengan Karama, Korama dan alat yang digunakan untuk merawat Sanae. Semua benda itu mempunyai atribut serupa yang bahkan bisa dikenali oleh Yurika sekalipun.

"Alat energi spiritual itu punya orang bawah tanah...jadi, kenapa alat itu bisa berada di sini?"

"Ini adalah alat yang dipakai oleh Dark Navy....em, Dark Navy yang sebelumnya, untuk lebih tepatnya. Yurika-chan, coba lihat ke bawah."

"Ah!?"

Yurika bisa melihat semacam pola yang tergambar di tanah di dekat kakinya. Gambar pola itu sudah kehilangan kekuatannya, tapi gambar itu merupakan lingkaran sihir yang digunakan untuk ritual. Karena dia sendiri adalah penyihir, Yurika langsung mengerti apa maksud semua itu.

"Kanae-san, apa Dark Navy yang sebelumnya makai sihir sama mesin punyanya orang bawah tanah !?"

"Kalau ini memang mesin milik orang bawah tanah, maka itu tidak perlu diragukan lagi. Nana-chan pernah berkata kalau Maya menggunakan mesin ini untuk menyimpan energi spiritual korbannya untuk bisa digunakan di dalam ritualnya."

Saat dia mendengar cerita Yurika mengenai Sanae, Kanae jadi teringat dengan tempat ini. Dia lalu memutuskan bahwa ada baiknya jika Yurika juga melihat tempat itu, dan lalu membawanya ke sana.

"...Itu berarti, seenggaknya Darkness Rainbow pernah ketemu sama orang bawah tanah sepuluh tahun lalu, terus kerja sama sama mereka...", ujar Yurika dengan wajah yang nampak tegang seraya merasa ketakutan.

A-Aku harus cepet-cepet kasih tahu Kiriha-san soal ini!

Kalau diingat-ingat lagi, saat mereka menggunakan sihir dan alat energi spiritual untuk menyelamatkan Sanae, sulit untuk membayangkan seberapa besar kekuatan yang bisa diperoleh dari menggunakan kedua hal itu. Ditambah lagi, kalau Darkness Rainbow sudah bertemu dengan orang-orang bawah tanah sepuluh tahun lalu dan orang-orang itu berasal dari faksi yang menjadi lawan Kiriha, bisa dibayangkan bahwa Darkness Rainbow bisa menggunakan energi spiritual untuk melawan Rainbow Heart, dan di saat yang sama, faksi radikal yang melawan Kiriha bisa menggunakan sihir.

Kalau begini, Rainbow Heart bakal kalah! Kiriha-san juga!

Tentu saja, pihak lawan tidak akan menunjukkan senjata pamungkas mereka saat melakukan serangan kecil-kecilan, tapi baru pada saat pertempuran besar.

Saat memikirkan hal itu, Yurika merasa bahwa Rainbow Heart maupun Kiriha pasti akan menjadi kewalahan.


Part 4[edit]

Hari ini, tidak ada kegiatan klub untuk komunitas merajut setelah pulang sekolah. Ketua komunitasnya, Harumi, sudah punya jadwal untuk diperiksa di rumah sakit pada besok harinya. Sudah menjadi kebiasaan bagi komunitas itu untuk meniadakan kegiatan sehari sebelum hari pemeriksaan itu agar Harumi bisa beristirahat.

Koutarou, yang pada hari itu menjadi mendapat waktu luang, memutuskan untuk mengunjungi Clan. Dia jarang berbicara dengan Clan belakangan ini, namun Clan sudah begitu membantu di saat-saat penting. Koutarou merasa bahwa ada baiknya dia mengunjungi Clan sekali-sekali tanpa membawa masalah apapun.

"Clan, kamu ngurung diri lagi ya?"

"Kalau tidak begitu, penelitianku tidak akan ada yang selesai."

Saat Koutarou memasuki Cradle, Clan sedang menatap layar komputer di dalam laboratoriumnya, dengan banyak sekali topik yang ingin ditelitinya, seperti Signaltin dan ruang waktu. Koutarou menjadi kuatir melihat Clan seperti itu. Karena Clan tidak terkena cahaya matahari dan jarang sekali bergerak, kondisi tubuhnya menjadi memburuk. Koutarou ingin membawa Clan keluar karena terus memikirkan hal itu.

"Ada benernya sih, tapi kamu kan masih tuan puteri. Kalau kamu terus ngurung diri kamu dan bikin kondisi tubuhmu memburuk, rakyatmu bakal kuatir loh."

"Wah, Veltlion, kau berbicara seperti seorang pengikut...apa kau sudah memutuskan untuk mengabdi padaku?"

"Aku nggak punya niat buat mengabdi seseorang yang penyakitan. Aku cuma kuatir sama masa depanmu."

"M-Masa depanku!?"

Wajah Clan langsung berubah merah dan dia mulai panik saat mendengar kata-kata itu.

"Aku tidak perlu mendengar hal itu. Saat aku menikah nanti, aku akan merawat badanku!"

"Hm? Nikah? Kamu ngomong apaan?"

Pada saat itu, Koutarou hanya berpikir kalau Clan tidak bisa beraktivitas seperti biasa kalau dia sampai sakit, namun Clan menanggapi hal itu ke arah yang berbeda.

"Kamu mau nikah sama siapa?"

"Kya kya kya! T-Tidak, aku tidak menikah! Mana mungkin aku menikahi seseorang!" balas Clan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat sampai kacamatanya hampir lepas dan merasa begitu malu sampai-sampai telinganya memerah.

"Hmm, jadi kamu nggak punya niat buat nikah ya. Sayang banget."

"...A-Aku bakal bunuh dia...akan kubunuh orang ini..."

Pundak Clan gemetaran sementara wajahnya yang masih merah menunduk. Dia ingin berkata pada Koutarou 'Kalau begitu, kenapa kau tidak menikah denganku.' Dulu, Clan sudah menolak orang-orang lain agar bisa fokus pada penelitiannya sendirian; seegois dan sesombong itulah Clan dulu. Tidak ada orang lain yang diizinkannya untuk berada begitu dekat dengannya selain Koutarou. Itulah sebabnya saat Clan memikirkan masa depannya, lebih tepatnya soal pernikahannya, tentu saja wajah yang pertama muncul di benaknya adalah wajah Koutarou. Namun, Clan tidak berani untuk mengatakan hal itu. Rupanya, Clan lebih polos dari yang orang duga.

"Yah, selain itu, Ruth-san si rakyat Forthorthe yang santun juga ada di sini, jadi jangan tunjukin sikapmu yang jelek begitu."

"S-Selain itu? ....Orang ini baru saja mengacuhkan perasaanku...akan kubunuh dia...akan benar-benar kubunuh dia..."

Wajah Clan masih memerah dan bahunya masih gemetaran karena kesal dan marah. Ruth yang berada di dekatnya berbisik agar hanya didengar oleh Clan.

"...Aku mengerti perasaan anda, Clan-sama", bisik Ruth dengan senyuman pahit.

Ruth datang dengan Koutarou untuk mengunjungi Clan. Saat Ruth mendengar bahwa Koutarou ingin mengunjungi Clan, dia mengatakan bahwa dia juga ingin ikut. Karena Ruth dan Clan sama-sama tahu tentang rahasia Koutarou, hubungan mereka berdua menjadi cukup baik.

"Aku kaget kau masih bisa tetap waras meskipun selalu mendengar hal ini."

"Aku sudah menyatakan perasaanku kepada Tuan..."

Clan dan Ruth mulai berbicara secara rahasia. Karena Koutarou sedang sibuk memandangi laboratorium dengan rasa kagum, dia tidak mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Jadi, apa yang terjadi?"

"Tidak ada, tapi setiap hari rasanya begitu bahagia."

"Rasanya bukan seperti sesuatu yang bisa aku lakukan. Aku punya harga diriku sendiri."

"Harga diri?"

"Suatu hari nanti, akan kubuat Veltlion menangis sambil memohon, 'Tolong biarkan aku ada di sisimu'", ujar Clan dengan wajah kecewa.

"Clan-sama..."

Mendengar hal itu, Ruth menahan suaranya dan mulai tertawa.

"Ada apa, Pardomshiha?"

"T-Tidak, tidak ada apa-apa...fufu, fufufufu."

Ruth tertawa karena makna dari perkataan Clan sebenarnya sama dengan niat Theia, namun karena hubungan antara Theia dan Clan masih belum begitu baik, Ruth tidak bisa mengatakan alasan mengapa dia tertawa.


Part 5[edit]

Koutarou mengajak Clan dan Ruth bersamanya keluar dari Cradle. Hal itu dilakukannya karena Koutarou ingin Clan mendapat sinar matahari dan juga satu alasan lain. Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan kepada Clan, dan itulah sebagian alasan mengapa Koutarou mengunjunginya.

"Aku mulai ya, Ruth-san."

"Baik. Apa aku harus melakukannya seperti sebelumnya?"

"Boleh. Tolong ya."

Koutarou dan Ruth sama-sama membawa senjata dan alat pelindung sambil menghadap satu sama lain. Koutarou memakai zirah berwarna biru yang berfungsi sebagai pengendali kapal luar angkasa, Blue Knight. Dia juga memegang pedang di masing-masing tangannya, namun bilah pedangnya sudah dibuat menjadi tumpul dan Ruth sendiri menggunakan medan pelindung, jadi tidak perlu kuatir akan adanya luka yang akan timbul nantinya.

Ruth juga memakai zirah yang dirancang untuk bertarung. Seperti halnya Koutarou, zirah itu juga digerakkan dengan tenaga listrik dan meningkatkan kekuatan Ruth. Ruth memegang sebuah pedang yang tipis di tangan kanannya, namun pedang itu sedikit lebih berat dan besar dari yang biasa digunakannya. Hal itu dilakukannya untuk mencocokkan kekuatannya yang sudah meningkat dan menyeimbangkan dirinya saat sedang memakai zirah. Tentu saja, pedang itu juga tumpul.

Koutarou dan Ruth sudah melakukan latihan tanding ini selama beberapa waktu lamanya, karena Koutarou ingin menunjukkan kepada Clan bagaimana dia dan Ruth bertarung.

"Oke."

Koutarou menjejakkan kakinya dan melesat maju. Kekuatannya yang ditingkatkan oleh zirahnya membuatnya bergerak dalam kecepatan yang menunjukkan bahwa zirahnya tidak membebani dirinya. Dengan tangan kanan yang siap mengayunkan pedang dan pedang di tangan kiri ada di hadapannya, Koutarou mendekati Ruth.

"Ini dia."

Ruth mengambil ancang-ancang dan bersiap menghadapi Koutarou yang mendekat dengan cepat. Kuda-kuda yang digunakannya bertujuan untuk bertahan; karena dia memiliki kepribadian yang suka dengan kedamaian, kuda-kudanya pun menjadi seperti itu. Gaya bertarung Ruth adalah untuk bertahan dan melancarkan serangan balasan, namun kali ini dia lebih memusatkan dirinya untuk bertahan karena Koutarou memintanya untuk melakukan pertahanan yang kuat.

"Fuuh..", desah Koutarou yang menghela nafasnya sebelum mengayunkan pedang di tangan kirinya.

Sebuah suara yang nyaring bisa terdengar, dan sebelum suara itu menghilang, pedang di tangan kanan Koutarou mengayun ke arah Ruth. Namun, Ruth bisa menghindari serangan ini dengan memutar badannya.

"Haa!"

Namun, tidak hanya itu saja yang dilakukan oleh Ruth. Dengan menggunakan mobilitas pedangnya yang tipis semaksimal mungkin, Ruth menyerang Koutarou. Ujung pedang Ruth menghasilkan suara ayunan yang kencang saat mengayun menebas udara dan mengarah pada Koutarou.

"Uwah!?"

Koutarou menjejakkan kakinya dan berhasil menghindari serangan Ruth.

"Sekarang!"

Namun, karena gerakan hindaran itu, Koutarou menciptakan sebuah celah yang besar untuk diserang. Ruth langsung melancarkan beberapa serangan ke arahnya. Karena Ruth benar-benar serius, rajin dan ingin menunjukkan kehebatannya pada Koutarou, dia sudah berlatih begitu keras. Serangan yang dilancarkannya berulang kali pun tampak elegan tanpa adanya gerakan yang percuma. Koutarou hanya bisa menggunakan pedangnya untuk melindungi dirinya.

"K-Kamu jadi lebih hebat ya, Ruth-san!"

"Itu karena guruku juga hebat!"

Pertandingan antara Koutarou dan Ruth berlanjut sedikit lebih lama lagi. Ruth menguasai sebagian besar pertandingan dengan menggunakan serangan gesitnya untuk memaksa Koutarou berlindung. Dilihat dari gerakan si gadis yang bertahan dengan terus menyerang, sudah jelas bahwa dia berhasil membuat Koutarou kewalahan.

"Ei."

Ruth dengan mudahnya menangkis pedang di tangan kanan Koutarou sambil tersenyum. Dia lalu mendekat dan mengayunkan tinjuan tangan kirinya, yang terbungkus dengan cahaya merah karena zirahnya membaca niatan Ruth dan mengisi tinjuan itu dengan energi serangan.

"Cih."

Aku bakal kalah kalau terus begini!

Koutarou memutuskan untuk melepaskan pedang di tangan kirinya dan mengayunkan tinjuan tangan kirinya. Karena terdesak oleh waktu, Koutarou tidak bisa menyerang dengan pedangnya. Tangan kirinya pun mulai dialiri listrik dan menghasilkan kilatan-kilatan cahaya. Hal ini terjadi berkat pelindung tangan dari Kiriha yang sudah disatukan dengan zirah Koutarou.

Kedua tinjuan mereka beradu dan saling menghentikan serangan mereka masing-masing. Berkat itu, pertandingan tidak langsung selesai, tapi mereka berdua sama-sama berhenti bergerak.

"Kamu bener-bener berkembang ya, Ruth-san."

"Fufufu, itu karena aku selalu memperhatikan apa yang Tuan katakan."

"Kalau gitu, aku lebih baik hati-hati biar nggak ngomong yang aneh-aneh."

"Aha, Tuan tidak perlu kuatir, karena aku pasti lupa dengan hal-hal yang tidak membuat Tuan merasa nyaman."

Mereka berdua saling tersenyum dan menurunkan senjata mereka. Meskipun pertarungan di antara mereka tidak bisa dikatakan selesai, apa yang mereka perlu lakukan telah terlaksana.

"....Jadi begitu, aku ngelakuinnya kayak begitu. Menurutmu gimana, Clan?" tanya Koutarou sambil menyarungkan pedang di tangan kanannya dan mengambil kembali pedang yang sudah dijatuhkannya. Sambil menyarungkan pedangnya yang satu lagi, Koutarou mendekati Clan.

"Sejujurnya, aku tidak menyarankan menggunakan dua pedang sekaligus dalam kondisi seperti ini", jawab Clan sambil menggelengkan kepalanya dan mengoperasikan gelangnya. Beberapa hologram lalu muncul dari gelangnya dan diproyeksikan di sekitarnya. Hologram-hologram itu menampilkan rekaman gambar dan suara dari pertarungan antara Koutarou dan Ruth beserta data pertarungan mereka.

"Aku sudah merekam pertarunganmu dimana kau menggunakan satu pedang, memegang dua pedang lalu menggunakan satu sekali waktu dan dua sekali waktu...tapi hanya dua yang pertama yang kelihatannya bisa dipakai. Dalam pertarungan jarak dekat, memegang dua pedang saja sudah cukup berbahaya."

"Sudah kuduga", balas Koutarou sambil menganggukkan kepalanya pada Clan tanda setuju.

Koutarou ingin meminta pendapat Clan tentang bagaimana sebaiknya dia menggunakan kedua pedangnya. Signaltin yang diperkuat dengan sihir dan Saguratin yang disisipi energi spiritual Sanae masing-masing memiliki fungsi unik yang membuat Koutarou memikirkan bagaimana caranya menggunakan kedua pedang itu.

Secara garis besar, Koutarou bisa memikirkan tiga cara pemakaian.

Satu - terus bertarung dengan satu pedang seperti dulu, lalu mengganti pedangnya mengikuti perkembangan situasi. Meskipun penggantian pedang itu memakan waktu, fakta bahwa dia tidak perlu mengganti gaya bertarungnya membuat cara ini menarik bagi Koutarou.

Dua - memegang tiap pedang di masing-masing tangan, tapi menggunakan satu sekali waktu seperti waktu melawan monster bersama Sanae beberapa minggu yang lalu. Pada waktu itu, cara itu menjadi semacam serangan terakhir, tapi ketidakharusan membuang waktu untuk mengganti pedang menjadi cara yang masuk akal.

Tiga - memegang tiap pedang di masing-masing tangan dan memakainya bersamaan. Meskipun kesulitannya meningkat, inilah cara yang paling mudah untuk menggunakan pedang-pedang itu. Dengan cara ini, Koutarou akan bisa menanggapi situasi yang ada dengan fleksibel.

Pemikiran ideal Koutarou tentu saja untuk menggunakannya bersamaan, tapi karena dia sudah sadar betapa sulitnya hal itu, dia datang untuk meminta saran pada Clan. "Pas aku pakai zirahnya, aku nggak bisa ngerasain berat pedangnya, tapi aku malah diayun sama pedangnya."

Tidak mungkin bagi Koutarou untuk menggunakan dua pedang sekaligus tanpa mengenakan zirah. Pedang ksatrianya terlalu besar untuk digunakan dengan satu tangan dan momentum ayunannya bisa mempengaruhi pergerakan penggunanya. Koutarou merasa bahwa dia akan baik-baik saja kalau dia memakai zirahnya, tapi hasilnya tidak memuaskan. Dia juga ingin tahu penyebab hal itu terjadi.

"Masalahnya bukan dengan berat pedang yang kau rasakan, tapi massanya. Zirahnya akan mengurangi beban itu, tapi hal itu tidak mengubah massa pedangnya, sehingga gaya sentrifugal dan inertianya tetap sama. Justru akan semakin gawat kalau kau mengayunkannya lebih cepat dengan tambahan kekuatan dari zirah."

"Clan-sama, apa itu berarti saat menyerang dengan menggunakan dua pedang, kita harus mengganti tekniknya?"

"Berdasarkan hasil yang kudapat dari data, sepertinya memang itu jawabannya. Kalau kau menggunakan dua pedang ksatria sekali jalan, artinya kau harus menciptakan teknik berpedang yang baru. Itu bukan saran yang realistis."

Menggunakan dua pedang panjang di saat yang bersamaan berarti pergerakan pedangnya akan saling menghalangi. Ditambah lagi, massa pedangnya akan mempengaruhi Koutarou, sehingga dia harus menggunakan teknik yang dibuat khusus untuk menggunakan dua pedang.

"Kalau kau hanya ingin berfokus pada kekuatan serangan, apa yang kalian lakukan di akhir tadi dan menggunakan senjata yang terpasang di tangan kirimu jauh lebih baik."

Tidak mungkin rasanya untuk menggunakan dua pedang sekaligus. Jika begitu, melepaskan pedang itu dan menggunakan senjata yang sudah terpasang di tangan kiri menjadi pilihan yang lebih tepat. Itulah kesimpulan yang didapat Clan berdasarkan data miliknya.

"Gitu ya. Kalau kamu bilang itu nggak mungkin, ya berarti memang nggak mungkin."

Apa yang disimpulkan oleh Clan sama dengan apa yang dirasakan oleh Koutarou, yang menerima hasil ini setelah membuktikan dan merasakannya sendiri.

"Aku bakal cari gimana caranya buat ngegunain dua pedang ini."

"....Aku merasa ragu."

Koutarou merasa puas, sementara Clan tidak merasa seperti itu. Matanya yang berada di balik kacamata antik tampak kesal saat dia cemberut. Clan tampak seperti seorang gadis yang ingin rewel.

"Kamu kenapa marah begitu?"

"Itu hal yang mungkin bagiku! Tarik kata-katamu!"

Clan tidak bisa memaafkan Koutarou yang menganggap bahwa ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Clan.

" Kalau kamu bilang itu nggak mungkin."

Bagi Clan, kata-kata itu berarti bahwa dirinya tidak bisa dipercaya.

"Tapi, kan tadi kamu bilang kalau itu nggak realistis...."

"Aku hanya menggeneralisasi saja!" seru Clan sambil mengarahkan tangannya pada Koutarou dan mulai menusuk-nusukkan jarinya dengan kesal pada dada Koutarou.

"Aku akan menjadi tuanmu! Mana mungkin aku membiarkan ada sesuatu yang tidak mungkin kulakukan!"

Clan mengakui bahwa Koutarou adalah sang Ksatria Biru legendaris, jadi agar bisa menjadi tuannya, Clan sudah siap untuk melampaui legenda itu dengan keahliannya di dalam bidang sains. Saat ini, Clan berniat menjadi tuan atas Koutarou baik secara tertulis maupun dalam kehidupan nyata.

"Jadi, kamu bisa ngelakuin itu?"

"Pertanyaan bodoh! Kau hanya perlu memohon kepadaku! Katakan, 'Oh, Tuan Puteri Clariossa, tolong pinjamkanlah kekuatanmu padaku!' Katakan yang benar!"

"Clan...."

Sambil menyilangkan tangannya, Koutarou menyadari kesalahannya sambil memandangi Clan yang sudah mendongakkan kepalanya.

Buat orang-orang yang udah akur, ini bisa berarti kita ngarepin hal-hal yang baik dari masa depan...

Jawaban dari masalah ini lebih sulit dari alat-alat yang Koutarou minta untuk dibuatkan oleh Clan sebagai alat latihan. Itulah sebabnya Koutarou tidak ingin meminta hal yang tidak mungkin.

Namun, tampaknya itu adalah sebuah kesalahan.

Berkat para gadis penjajah, Koutarou menyadari bahwa dia terkadang tidak mengharapkan sesuatu dari orang lain. Dalam kata lain, Koutarou hanya meminta sesuatu dari orang lain dalam lingkup yang lebih sempit daripada yang bisa dipenuhi oleh orang itu.

Kelihatannya itulah masalah kali ini. Koutarou seharusnya bisa mengharapkan Clan untuk menyelesaikan masalah ini.

"Maaf. Ternyata kamu benar."

"Kau boleh menyesali tindakanmu sepuas hatimu."

"Tapi, Clan."

"Apa?"

"Aku nggak mau minta ke Tuan Puteri Clariossa, tapi ke kamu sendiri, Clan. Apa kamu bisa ngelakuin itu, Clan?"

"Itu..."

Clan pun terdiam seketika itu juga.

Tuan Puteri Clariossa dan Clan sama-sama merujuk kepada orang yang sama, namun Koutarou sedang meminta tolong kepada Clan. Sang Ksatria Biru tidak meminta tolong kepada Tuan Puteri Clariossa. Permintaan itu berasal dari seorang rekan yang ada bersamanya saat melewati masalah demi masalah yang juga berharap untuk bisa terus menjadi rekannya di masa yang akan datang.

Clan betul-betul mengerti makna dari kata-kata itu, membuat raut wajahnya kembali normal dan tersenyum pada Koutarou.

"Itu sudah jelas. Kau pikir siapa aku ini?"

"Cewek yang agak licik, keras kepala, tapi selalu bisa dipercaya."

"Selama kau tahu akan hal itu, kau bisa menyerahkannya padaku, Koutarou."

"Ya, makasih ya, Clan."

"Kalau begitu, aku akan segera mengerjakannya...fufu, fufufufu..."

Koutarou sempat mengatakan bahwa Clan licik, tapi belakangan ini, tidak ada kelicikan yang timbul dari raut wajah Clan. Saat ini, Clan tersenyum begitu ceria seakan-akan ingin menari saat itu juga.


Part 6[edit]

Clan memiliki ide untuk menggunakan kendali inertia gravitasi dari zirah Koutarou untuk mengendalikan massa pedang sesuai yang dibutuhkan. Jika berhasil, Koutarou akan bisa menggunakan dua pedang dengan cara yang sama yang sudah dikembangkannya selama ini.

Namun, tentu saja akan ada beberapa kesulitan. Sistem pengendali massa untuk pedangnya harus mengambil data dari pergerakan Koutarou, dan masalah pedang yang akan saling menghambat satu sama lain juga harus dipertimbangkan. Orang lain mungkin bisa memecahkan tiap masalah itu secara terpisah, tapi hanya Clan yang bisa memecahkan masalah itu secara sekaligus.

Clan mengajak Koutarou dan Ruth kembali ke laboratoriumnya dan mencatat beberapa pengukuran dari Koutarou dan zirahnya. Dia juga mengambil data operasi dari zirah Ruth. Setelahnya, Clan akan memasukkan data-data itu ke dalam komputer dan menghitung parameter yang diperlukan.

"Tetap saja, ini masih tidak akan mungkin untuk hari ini ataupun besok."

"Aku tahu, aku nggak akan minta secepet itu."

"Aku juga harus melakukan beberapa pengaturan, jadi kembalilah nanti."

"Oke."

"Terima kasih banyak."

Namun, perlu banyak waktu untuk menghitung parameter-parameter yang diperlukan, jadi Koutarou dan Ruth memutuskan untuk menyerahkan sisanya kepada Clan dan kembali pulang.

"Kalau begitu, sampai ketemu nanti ya, Clan."

"Aku pamit dulu, Clan-sama."

Koutarou melambaikan tangannya sementara Ruth membungkuk hormat kepada Clan. Tepat pada saat itulah Clan menoleh ke arah Ruth dan bertanya.

"...Hei, Pardomshiha, apa kau tidak merasa curiga kalau aku akan melakukan sesuatu padamu, biarpun kau memberikanku akses ke Blue Knight?"

Zirah Koutarou sebenarnya merupakan bagian dari pengendali kapal luar angkasa Blue Knight. Itulah sebabnya Clan tidak bisa mengutak-atik zirah itu tanpa adanya Koutarou atau Ruth, pengguna yang sudah terdaftar pada sistem zirah itu, berada di dekatnya. Clan hanya bisa melakukan perbaikan pada zirah itu saat berada di masa lalu Forthorthe karena Koutarou ada di dekatnya dan memberikannya izin.

Namun sekarang Koutarou perlu mengurusi hidupnya, jadi dia tidak bisa berada di dekat Clan sepanjang waktu. Ruth lalu memutuskan untuk mendaftarkan Clan menjadi awak kapal Blue Knight agar Clan bisa mengutak-atik zirah itu.

Clan merasa ragu mengapa Ruth melakukan hal itu, seakan-akan Ruth tidak merasakan adanya bahaya dari tindakan itu.

"Apa itu artinya anda mau melakukan perbaikan pada keseluruhan Blue Knight?!?" tanya Ruth dengan pandangan berbinar-binar. Tidak ada tanda-tanda yang terlihat pada dirinya yang merasa bahwa Clan akan berbuat jahat.

"Bukan! Maksudku adalah aku akan membuat backdoor[1] ke dalam sistem atau memasang jebakan di dalam kapal!"

Clan bingung menghadapi sikap santai Ruth, karena dulunya, Clan adalah musuh Theia dan Ruth.

"Haaah....kenapa anda mau melakukan itu? Apa anda berniat membuat pesta kejutan atau semacamnya?"

Nampaknya, niatan Clan tidak dimengerti oleh Ruth, yang terlihat kebingungan sambil mengedipkan matanya berulang kali kepada Clan.

"Tentu saja tidak! Dasar! Aku bertanya jikalau kau kuatir kalau aku akan membunuh Theiamillis-san untuk mengamankan posisiku untuk mendapatkan takhta!"

Pada akhirnya Clan menjadi kesal dengan Ruth yang kurang kuatir dan membuatnya betul-betul mengutarakan apa yang sudah diucapkannya secara tersirat. Ruth pun akhirnya mengerti apa sebenarnya maksud Clan.

"Tidak, tidak juga", balas Ruth sambil menggelengkan kepalanya dan badannya, lalu merapikan rambutnya yang terurai.

"Kenapa tidak?"

"Karena saat ini, anda tidak berniat untuk menjadi kaisar dengan cara seperti itu, Clan-sama", jawab RUuth sambil meletakkan tangannya di dadanya dan tersenyum pada Clan.

"Pardomshiha..."

Setelah melihat seperti apa seorang Alaia dari dekat, Clan tahu apa artinya menjadi seorang tuan puteri dan seorang kaisar. Setidaknya, kalaupun dia bukan tuan puteri yang akan diterima oleh sang Ksatria Biru, Koutarou, maka dia tidak akan pantas menjadi seorang kaisar. Itulah sebabnya Clan berencana menang melawan melawan Theia secara jujur dan adil. Dia tidak akan mengganggu Theia, dan jika perlu, Clan akan menantang Theia secara terang-terangan. Kalau tidak, Clan tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yang melampaui Alaia.

Ruth sudah menyadari hal itu, karena dia sudah melihatnya dari sikap Clan dan hubungannya dengan Koutarou. Meskipun Ruth sempat salah membaca sikap Clan, dia tidak akan salah menilai hubungan antara Clan dan Koutarou. Ruth betul-betul yakin dengan pertimbangannya.

"Clan, kamu terlalu mikirin hal itu. Aku udah bilang ke kamu, ya kan?" ujar Koutarou yang juga tersenyum di sebelah Clan.

"Koutarou..."

Saat Koutarou melakukan itu, wajah Clan menjadi memerah karena tidak terbiasa menghadapi seorang laki-laki yang begitu dekat dengannya berbicara begitu ramah kepadanya.

"Kamu kan orangnya licik, jadi kamu nggak akan ngelakuin hal jahat yang bakal ninggalin barang bukti, ya kan? Kamu pasti bakal ngelakuin hal jahat dengan cara yang paling anggun sampai-sampai nggak ada orang yang tahu. Kamu bukan tipe orang yang bakal ngelakuin sesuatu sebagai awak kapal resmi. Percaya sama dirimu sendiri lebih lagi dong."

Namun, kata-kata Koutarou selanjutnya langsung mengubah perasaan Clan. Raut wajahnya langsung berubah menjadi marah dan semakin memerah saat dia berteriak ke arah Koutarou.

"Berhenti bercanda! Mana mungkin seseorang yang ingin menjadi kaisar Forthorthe menjebak orang lain! Hal seperti itu akan--"

"Betul, memang seperti yang kamu bilang."

Namun, Koutarou meletakkan tangannya di atas kepala Clan sebelum Clan menyelesaikan teriakannya. Dia pun mengelus pelan kepala Clan berulang kali seakan sedang memuji seorang anak kecil.

"Ah..."

"Tenang, nggak usah kuatir. Aku sama Ruth-san percaya sama kamu. Yang lain mungkin belum, tapi pasti nanti juga bakal percaya sama kamu. Termasuk Theia juga."

Koutarou dan Ruth pun tersenyum sambil memandangi wajah Clan.

"A-Auuu...."

Hal ini membuat wajah Clan semakin memerah dan membuat matanya berpaling seakan ingin kabur.

Clan menanyakan pertanyaan itu kepada Ruth karena dia kuatir apakah Ruth betul-betul percaya kepadanya, karena sebelumnya mereka berdua adalah musuh. Namun pada akhirnya, kelihatannya kekuatiran itu sia-sia. Koutarou memanggilnya dengan sebutan licik secara sengaja untuk membuatnya marah dan mengatakan hal yang sebenarnya. Setelah menyadari hal itu, Clan idak bisa mengangkat wajahnya dari rasa lega dan malu.

"Clan, percaya sama dirimu sendiri lebih lagi dong."

"...Aku tidak akan membunuhmu sekarang, Koutarou...", gumam Clan sambil meletakkan tangannya di dadanya, membuatnya bisa merasakan panas tubuhnya dan detak jantungnya yang semakin cepat.

Aku ingin mempertaruhkan hidupku pada perasaan ini...tapi tidak kusangka rasa seperti ini ada di dalam diriku...

Dulu, Clan hanya memikirkan orang-orang lain sebagai barang yang bisa dibuang setelah selesai dipakai. Namun, setelah keluar dari laboratoriumnya karena keinginan semata, dia menjadi mengerti pentingnya orang-orang lain itu. Clan sempat merasa aneh dengan hal itu, namun sekarang dia bisa mencintai orang lain dan juga dunia ini, dan Clan merasa senang dengan hal itu.

"Hmm? Kamu ngomong apa?"

"Bukan apa-apa", balas Clan sambil membalikkan badannya memunggungi Koutarou dan Clan lalu menuju ke sebuah rak.

"...Pardomshiha, aku akan memberikan sesuatu yang bagus kepadamu."

"Clan-sama?"

"Ini dia, terimalah."

Clan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam rak dan membawanya pada Ruth. Benda yang dipegang oleh Clan adalah dua tongkat metal. Ukurannya sama seperti tongkat yang digunakan dalam lari estafet.

"Ini....pedang sinar, benar?"

Pedang itu terbentuk dengan cara memancarkan sinar dari dalam tongkat itu; itulah sebabnya senjata itu disebut sebagai pedang sinar. Ruth tahu itu, tapi dia tidak mengerti mengapa dia diberikan kedua pedang itu sambil memandangi Clan dengan tatapan bingung.

"Benar. Sebagai tanda persahabatan kita, aku akan memberikanmu kedua pedang ini."

Saat Clan kembali mengangguk dan tersenyum, Koutarou menepuk pelan kepala Clan.

Rokujouma V12 Illustration 1.jpg

"Oh...kamu bisa baik begitu juga ya, Clan."

Koutarou tahu betul apa makna di balik hadiah itu.

"Auu..."

Wajah Clan kembali memerah dan dia memalingkannya dari hadapan Koutarou. Clan betul-betul tidak terbiasa menerima pujian dari orang yang dekat dengannya.

"Apa maksudnya, Tuan?" tanya Ruth bukan kepada Clan yang terdiam, namun pada Koutarou, karena masih tidak mengerti apa makna dari hadiah itu.

"Sebenernya, inilah pedang yang dipakai oleh Nona Flairhan. Kamu pasti tahu, pedang cahaya yang muncul di dalam legenda."

"Pedang ini!? Apa itu benar!?"

Tepat saat Ruth mendengar penjelasan Koutarou, matanya terbelalak saking kagetnya. Kedua pedang sinar yang berada di tangannya mengandung makna yang begitu besar bagi keluarga Pardomshiha, karena kedua pedang itu adalah senjata yang digunakan oleh salah satu tokoh yang muncul di dalam legenda Ksatria Biru, yakni Flairhan Pardomshiha, yang menggunakannya di pertempuran akhir saat kudeta.

"Ya. Aku jamin itu."

"Tidak kusangka kalau mereka benar-benar ada...", ujar Ruth sambil menggenggam erat kedua pedang itu dengan mata berkaca-kaca.

Kedua pedang sinar yang bisa memotong apapun, yang sempat dijelaskan sebagai pedang sihir sampai membuat para sejarawan ragu kalau senjata itu benar-benar ada. Namun sebenarnya pedang itu memang ada, dan sekarang berada di tangan Ruth. Ruth pun menangis terharu saat memegang senjata milik nenek moyangnya.

"Y-Yah, ini bukan sesuatu yang bisa diberitakan kepada khalayak ramai, dan tidak ada gunanya aku menyimpan benda-benda itu. Jadi, ambillah."

"Terima kasih banyak, Clan-sama! Aku akan menjaganya baik-baik!"

"R-Reaksimu cukup berlebihan, padahal itu hanya pedang sinar...."

Clan pun kembali ke mejanya untuk berusaha kabur dari Ruth yang sedang membungkukkan badannya dalam-dalam.

"...Hei, Clan, sini aku ajarin sesuatu", ujar Koutarou sambil tersenyum kecil saat melihat sikap Clan.

"...A-Apa?" tanya Clan yang hanya melirikkan pandangannya saja ke arah Koutarou, karena dia masih terlalu malu untuk menghadapi Koutarou.

"Jadi orang jahat udah nggak mungkin buat kamu. Gimana kalau kamu sadarin siapa kamu sekarang?"

"...I-Itu bukan urusanmu! Kau selalu menyebutku licik!"

"Kalau nggak begitu, aku harus selalu nganggap kamu tuan puteri."

"Kalau begitu lakukan itu!"

"Kamu serius?"

"Uuuh....Tidak juga...."

Clan pun menjadi malu, lalu membetulkan letak kacamatanya dan memegang ujung roknya.

"Aku rekanmu, dan teman seperjalanan, lalu juga...uhm..."

"Clan."

"A-Apa?"

"Makasih buat semuanya. Kamu betul-betul ngebantu."

Kata-kata Koutarou selanjutnya membuat Clan terbelalak.

"Aku harap kamu masih bisa ngebantu aku di masa yang akan datang nanti, ya."

"....Uh...Auu...."

Clan mencoba membalas, tapi dia tidak bisa memikirkan apa yang ingin dikatakannya. Sesaat setelahnya, Clan melirik Koutarou dari balik kacamatanya dengan lirikan penuh dendam, dan akhirnya berhasil mengucapkan beberapa patah kata.

"...Dasar...aku akan benar-benar membunuhmu..."

Sambil memandangi mata Clan, Koutarou berpikir di dalam dirinya....

"Silahkan. Coba bunuh aku kapanpun kamu mau. Gimana kalau pas giliran Ruth buat nyiapin cemilan?"

"Dasar idiot..."

...bahwa dia begitu bahagia bisa berdamai kembali dengan Clan.


Part 7[edit]

Awalnya, kamar tempat tinggal seorang gadis bernama Aika Maki begitu kosong.

Karena dia hanya akan tinggal di kota ini sampai misinya selesai dijalankan, dia tidak menyimpan barang-barang lain selain apa yang diperlukannya. Kamarnya mirip dengan kamar hotel seorang karyawan yang sedang dinas ke luar kota, dan tanpa adanya dekorasi apapun, kamar itu tidak terlihat sama sekali sebagai kamar seorang gadis di masa remajanya.

Namun, setelah tahun baru berlalu, kamar Maki mulai tampak semakin cerah.

Pakaian dengan berbagai warna yang mencolok menggantung di lemarinya, dan di dekat tempat tidurnya ada meja rias yang tidak ada di tahun sebelumnya. Di meja rias itu terdapat alat-alat make-up, meskipun jumlahnya masih sedikit. Ditambah lagi, mejanya yang dulu biasa-biasa saja sekarang sudah dilapisi dengan taplak meja bermotif kotak-kotak, dan di dekatnya ada dua bantal duduk yang besar. Dinding kamarnya pun sudah diwarnai pelapis dinding, dan ada juga beberapa perubahan kecil lainnya.

Kamar itu sudah bukan lagi kamar kosong yang dulu. Dalam beberapa bulan saja, kamar itu sudah berubah, dan meskipun masih tampak sederhana, kamar itu mulai berubah menjadi kamar yang pantas bagi seorang gadis.

"Yang mana yang harus aku coba nanti ya...kalau terlalu kebuka, nanti aku sendiri yang malu, jadi gimana kalau yang putih ini....tapi, apa nanti kelihatan kekanakan ya, karena ada rumbainya..."

Maki sedang berdiri sendirian di dalam kamarnya yang berwarna-warni sambil mengadakan pameran baju. Dia mencoba memakai baju-baju yang baru dibelinya bergantian dengan baju-baju favoritnya sambil memutuskan apa yang akan dipakainya pada akhir pekan nanti.

"Kalau aku cocokin sama pita putih ini, mungkin bakal jadi imut, biarpun agak kekanakan...tapi aku nanti bakal naik wahana, jadi kalau aku pakai baju yang banyak aksesorisnya, nanti bakal ganggu..."

Pakaian, dompet, make-up...Maki tidak punya begitu banyak dari tiap barang itu untuk dipilih, tapi kombinasi dari barang-barang itu begitu banyak dan dia ingin mendapatkan kombinasi yang tepat. Karena itulah dia sudah berusaha memikirkannya sejak dia pulang.

"Tapi...semua cewek di dekat Satomi-kun punya kesan yang kuat, jadi aku harus pilih sesuatu yang mencolok....nggak, nggak, aku nggak boleh maksain..."

Sebenarnya, Maki punya rencana untuk pergi bermain besok. Dia akan pergi bersama beberapa teman sekelasnya yang akrab dengannya ke taman hiburan. Alasan mengapa Maki mengadakan pameran baju itu adalah karena dia ingin menunjukkan sisi imutnya kepada teman-temannya. Dia ingin menarik perhatian orang itu, dan membuatnya memuji dirinya.

"Dalamanku...aku pakai yang biasa saja...dia nggak akan ngelihat itu besok...nggak, bisa jadi, tergantung wahananya....kalau begitu...aku harus pilih yang menarik...aah, masih terlalu cepet buat yang ini!"

Setelah membayangkan sesuatu yang memalukan, Maki mengambil bantal duduk terdekat dan memendam wajahnya ke dalamnya. Apa yang diinginkan Maki dari orang yang dicintainya sudah tampak begitu jelas, namun karena dia masih pemula dalam percintaan, Maki tidak tahu cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang diinginkannya. Itulah sebabnya dia terus memendam wajahnya ke dalam bantal itu, dengan kekuatiran yang begitu besar.

"....Apa yang aku lakukan ini...."

Setelah melakukan itu selama beberapa saat, Maki mendadak berhenti. Sambil memeluk bantal duduknya, dia menatap ke langit-langit.

"...Nggak kusangka, aku punya perasaan seperti ini di dalamku..."

Maki hanya bisa merasa kebingungan karenanya.

Sejak dia masih keci, Maki menjalani hidup yang begitu keras dan terlibat dalam pertempuran yang hebat. Pada masa itu, dia hanya memikirkan soal mengakali orang lain dan memperalat mereka. Itulah sebabnya dia tidak merasakan perasaan seperti cinta, hingga ke titik dimana dia merasa yakin bahwa dia tidak akan pernah bisa merasakan perasaan seperti itu.

Namun, pertemuannya dengan seorang laki-laki telah mengubah hidupnya.

Kalau dengan dia, aku yakin kita bisa saling mengisi kesepian kita. Kita bisa saling menyelamatkan...

Pertemuannya dengan si laki-laki telah membangkitkan perasaan itu di dalam diri Maki, dan saat Maki sudah menyadari perasaannya, apa yang berada di sekitarnya pun berubah. Hal-hal di sekitarnya mulai terlihat begitu indah dan semua yang dilakukannya tampak lucu. Hidup Maki menjadi lebih cerah setelah mendapat seseorang yang menopang dirinya dan dia pun menopang orang itu. Kemungkinan besar, itulah secercah harapan pertama dalam hidupnya.

"....Aku...mau mati demi Satomi-kun...dan aku dulu berpikir hanya orang bodohlah yang mau mati demi orang lain..."

Untuk pertama kalinya, Maki menemukan makna di dalam hidupnya, dan juga pertama kalinya dia berharap bahwa hari-hari seperti ini terus berlanjut untuk selamanya. Tentu saja, karena Maki sudah terlibat dengan pertempuran semenjak dia masih kecil, butuh waktu bagi Maki untuk mengakui perasaan itu. Dia juga berusaha untuk mengabaikannya dengan menggunakan berbagai alasan, seperti mengatakan bahwa itu penting bagi misinya. Namun saat ini, perasaannya sudah tumbuh hingga ke titik dimana Maki tidak bersembunyi dari hal itu.

Namun, hal itu berlawanan dengan tujuan dari Darkness Rainbow dimana dia menjadi anggota. Pedoman Darkness Rainbow adalah untuk memenuhi keinginanmu sendiri menggunakan kekuatan sihir, namun Maki tidak mau untuk memaksakan langkahnya lebih jauh lagi dengan menggunakan sihir. Dia hanya berharap untuk menjalani hari-hari ini, yang berarti bahwa bagian Dark Navy dalam dirinya telah kalah. Namun, Maki sendiri masih belum menyadari hal itu.

"Oke, ayo kita lakukan ini. Aku harus bisa menarik perhatian Satomi-kun, entah bagaimana caranya!"

Maki pun berdiri, melepaskan bantal duduk itu dan kembali menghadap pakaian-pakaiannya.

Dengan ini, Maki menjalani harinya seperti halnya seorang gadis biasa, tanpa mengetahui apa makna dari tindakannya itu.

"...Kelihatannya kau berbaur dengan baik, maki."

Namun, waktu dimana hari-hari seperti itu akan berakhir telah tiba, muncul dengan mendadak seperti halnya hari-hari itu dimulai. Orang yang memberitahukan kepada Maki berakhirnya masa-masa itu adalah orang yang suaranya betul-betul dikenal oleh Maki.

"Kau jadi lebih feminim sejak terakhir kali aku melihatmu."

Saat Maki berbalik menghadap asal suara itu, dia melihat seorang wanita berjubah nila yang mirip dengannya.

"Maya-sama!?"

Dialah Dark Navy sebelumnya dan juga guru Maki.


Part 8[edit]

Maya terluka dalam pertarungan melawan Nana beberapa tahun lalu dan mengizinkan muridnya untuk menggantikan dirinya sebagai Darkness Navy. Meskipun luka yang didapatnya tidak fatal, luka yang didapatnya masih cukup serius sampai harus membuatnya kehilangan beberapa anggota badannya. Sebagai hasilnya, Maya menjadi tidak bisa berjalan, apalagi bertarung. Tentu saja, dengan hilangnya beberapa anggota tubuhnya juga membuatnya kehilangan begitu banyak kekuatan sihir. Itulah sebabnya kehidupan Maya sebagai seorang prajurit berakhir.

"Maya-sama, apa tubuh anda baik-baik saja?"

"Ya. Aku sudah menemukan dokter yang hebat."

Maya yang sama saat ini berdiri di hadapan Maki di atas kedua kakinya sendiri. Dia sudah menyembunyikan hawa keberadaannya ke titik dimana dia bisa menyelinap tepat di sebelah Maki. Dalam kata lain, hidupnya sebagai seorang prajurit telah kembali. Itulah sebabnya Maki begitu terkejut.

"Walau begitu, aku belum betul-betul pulih, jadi sebagai bagian dari rehabilitasi, aku datang untuk memberimu semangat", kata Maya sambil mengepalkan tangan kanannya di hadapan Maki.

Hebat...tangan palsu itu terlihat hebat. Dari mana dia mendapatkan...? pikir Maki yang takjub dengan tangan kanan Maya.

Tangan kanan Maya yang asli sudah hancur saat bertarung melawan Nana, jadi seharusnya tangan kanannya yang terlihat sekarang pasti tangan palsu. Namun, tangan palsu itu dibuat dengan lihai sehingga sulit untuk disebut sebagai tangan palsu jika hanya dilihat sekilas. Tekstur tangan itu terlihat hampir sama dengan tubuh Maya, dan hanya ada beberapa tanda dan garis yang menunjukkan bahwa tangan itu tangan palsu. Namun, menyebut tanda dan garis itu sebagai tato sudah cukup untuk membuat orang percaya. Pergerakan tangan itu sendiri juga nampak natural dan terlihat seperti tangan sungguhan. Tangan itu juga punya gerakan yang percuma[2] , yang hanya ditemukan pada makhluk hidup, terpasang di dalamnya.

Tangan palsu secanggih ini tidak mungkin dibuat di Folsaria. Hal yang sama juga berlaku untuk sains modern di Jepang. Itulah sebabnya Maki sadar bahwa Maya pasti punya seorang rekan yang sangat spesial.

"Aku juga datang ke sini untuk memamerkan penampilan diriku yang sudah pulih kembali kepadamu."

"Maya-sama..."

Anggota-anggota tubuh palsu, yang dibuat dengan cara yang sama seperti tangan palsunya, terlihat menggantikan anggota-anggota tubuh Maya yang lain. Kulitnya yang sebagian besar terbakar sudah diganti dengan bahan buatan, membuatnya tampak sepuluh tahun lebih muda. Meskipun Maya berumur sepuluh tahun lebih tua dari Maki, saat ini mereka berdua bisa dikatakan terlihat sebagai saudara.

"Tapi kau tidak perlu kuatir. Aku tidak punya niatan untuk mengambil kembali gelar Dark Navy darimu. Sayangnya, kekuatan sihirku tetap tidak kembali."

Satu-satunya kelemahan dari anggota tubuh palsunya itu adalah ketidakmampuan untuk diisi dengan kekuatan sihir. Penyihir memusatkan kekuatan sihir dalam badannya ke dalam satu titik untuk merapal mantra. Meskipun melengkapi kembali anggota tubuhnya adalah hal yang memungkinkan, melengkapi kembali kekuatan sihirnya tidaklah mungkin. Karena itulah kekuatan sihir Maya saat ini berada di tingkatan yang sama dengan penyihir biasa. Dia tidak memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin teratas dari Darkness Rainbow.

"Tidak, aku tidak akan pernah kuatir...aku senang melihat anda baik-baik saja, Maya-sama."

Karena Maya adalah guru Maki, melihat gurunya sehat seperti itu tentu saja membuat Maki senang dan membuatnya tersenyum.

"....Kau sudah berubah, Maki. Kau yang dulu pasti lebih waspada....apa ini karena kau sudah menjadi lebih percaya diri karena lebih kuat?" tanya Maya sambil tersenyum senang melihat reaksi Maki. Namun, saat melihat raut wajah gurunya, Maki menjadi terdiam membisu.

Gawat, aku bertingkah seperti di dekat Satomi-kun...!

Semenjak dia menyadari perasaannya sendiri, Maki mulai menjalani hari-harinya dengan bahagia. DIa tidak lagi menyakiti atau meragukan orang lain, hari-harinya pun tidak dipenuhi dengan permusuhan, namun dengan pertemanan dan rasa sayang.

Namun, Dark Navy yang asli tidak seperti itu. Dia tidak hanya bermusuhan dengan para penyihir dari Rainbow Heart, tapi juga bermusuhan dengan para Darkness Rainbow juga. Hari-harinya dipenuhi dengan kebencian dan permusuhan, membuat hatinya tertutup setelah menghabiskan hari-harinya seperti itu. Maki yang dulu, si gadis penyihir Dark Navy, memiliki hati yang dingin dan tertutup seperti itu.

Aku harus hati-hati agar dia tidak curiga, atau Satomi-kun akan berada dalam bahaya!

Setelah menyadari perubahan dalam hatinya, Maki buru-buru mengumpulkan perasaan negatif di dalam dirinya. Dia tidak punya rasa kebencian yang begitu besar di dalam dirinya, tapi entah itu baik atau buruk, dia masih memiliki rasa waspada terhadap bahaya dan rasa gugup. Perasaan-perasaan itu pun memenuhi dadanya setelah dia membayangkan orang yang dicintainya berada dalam bahaya.

"...Sudah lama semenjak aku mulai menyebut diriku sebagai Dark Navy. Aku tidak bisa menjadi murid anda yang lemah selamanya."

Perasaan-perasaan buruk yang terkumpul itu hampir gagal menciptakan topeng Dark Navy.

"Benar juga. Maaf, Dark Navy."

Untungnya, Maya tidak mencurigai Maki.

Darkness Rainbow adalah perkumuplan orang-orang yang tidak saling memperhatikan satu sama lain, dan kalaupun ada perubahan kecil di antara mereka, pasti mereka akan menganggapnya sebagai bagian dari misi atau rencana. Maya memperhatikan perubahan kecil itu pada Maki, namun menganggapnya sebagai bagian dari tujuan Maki di tempat ini, atau sebagai bagian dari rencana Maki untuk menggunakan Maya. Apapun alasannya, Maya menganggapnya sebagai sesuatu hal yang biasa terjadi.

Dalam Darkness Rainbow, mereka saling menggunakan atau digunakan. Hubungan guru dengan murid pun juga tidak lebih dari itu.

"Tidak apa-apa, tidak usah meminta maaf...", balas Maki sambil tersenyum tanpa membocorkan apapun, namun sebenarnya, dia betul-betul terguncang.

....Dulu, aku seperti ini....

Maki bisa melihat sebagian masa lalunya di dalam Maya, seseorang yang tidak mencari hubungan dengan orang lain dan hanya berniat menggunakan orang lain tanpa membuat dirinya digunakan orang lain. Maki pun merasa takut membayangkan orang yang dicintainya akan diserang oleh Maya saat melihat hal itu. Bayang-bayang itulah yang membuatnya terguncang.

Aku harus melindunginya...aku harus melindungi Satomi-kun dari kegelapanku...

Kota ini sudah begitu mengubah Maki, namun kegelapan dan masa lalu yang dulu dibawanya telah mengubah penampilannya dan sekarang muncul di hadapan Maki sebagai Maya. Saat ini, orang yang dicintai Maki menjadi terancam karenanya. Keberadaan Maki sendiri mengancam keberadaan dia yang dicintainya, dan hal itu membuat Maki merasakan sakit yang tak tertahankan.


Part 9[edit]

Yang mengunjungi Maki dari Folsaria bukan hanya Maya saja. Setelah percakapan antara Maya dan Maki sebagai salam perjumpaan mereka telah selesai, dua orang lain muncul di kamar Maki yang juga memakai pakaian gadis penyihir yang mirip dengan milik Maki namun dengan warna berbeda: merah tua dan hijau tua. Merekalah rekan Maki yang bernama Dark Crimson dan Dark Green.

"Maki, kamu jadi lebih feminim sejak kita nggak ketemu", kata si gadis berpakaian merah, Dark Crimson, sambil tersenyum melihat ke pakaian-pakaian Maki yang tercecer di penjuru kamar.

Dark Crimson punya sifat aktif dan pantang menyerah.Dia hanya ingin menjadi lebih kuat dan melawan musuh yang lebih kuat lagi. Cara berpikirnya mirip dengan seorang atlit bela diri - berjuang untuk menjadi gadis penyihir terkuat dengan terus berlatih keras baik siang maupun malam. Dia juga ahli dalam sihir serangan tipe energi.

Karena sifatnya itu, Dark Crimson tidak begitu peduli untuk tampil feminim. Dia tidak memakai make-up dan rambutnya tidak terlihat rapi, yang ikut bergerak bagaikan api. Dia juga menghilangkan bagian pakaian yang membuatnya sulit bergerak, membuat desain pakaiannya jadi berbeda dengan yang lain. Tampil bersih namun tidak feminim - seperti itulah gadis bernama Dark Crimson.

Dark Crimson merasa dekat dengan Maki, yang juga tampil kurang feminim sama sepertinya. Maki benci berbohong akan siapa dirinya sesungguhnya, dan itu menjadi alasan mengapa dia tidak pernah memakai make-up atau pakaian-pakaian yang cantik. Namun sekarang Maki sudah berubah, dan bagi Dark Crimson, hal itu menjadi bahan ejekan yang bagus.

"Aku hanya melakukannya karena perlu", balas Maki yang cemberut. Karena dia membenci kebohongan, tindakannya itu tidak termasuk salah satunya. Bagi Maki yang sekarang, menjadi feminim adalah sesuatu yang diperlukannya.

"Yah sudah kalau begitu. Mana mungkin Maki mau melakukan ini kecuali dia sendiri yang mau...Tapi, lucu juga kalau aku pikir lagi."

Namun, Dark Crimson mengartikan hal itu berbeda dengan yang dimaksudkan oleh Maki. Dia tidak merasa bahwa Maki sendiri yang ingin menjadi feminim, tapi bahwa Maki melakukannya secara terpaksa karena hal itu penting bagi misinya.

"Kalau kamu mau ketawa, silahkan saja."

"K-Kalau begitu, maaf ya. Ahahahahahaha!"

Tentu saja, Maki tidak membetulkan kesalahpahaman itu. Tidak ada alasan baginya untuk memberitahukan hal yang sebenarnya dan membuat posisinya terancam. Ditambah, karena Maki tidak melakukannya secara terpaksa, dia tidak merasa tertekan.

Aku tahu bagaimana rasanya, Crimson....aku sendiri juga merasa itu lucu...

Sebenarnya, Maki senang bahwa Crimson salah paham. Sambil menjaga raut wajahnya agar tetap terlihat cemberut, Maki merasa lega bahwa Dark Crimson menyudahi topik yang berbahaya itu.

"Ngomong-ngomong, Green, apa yang membuat kalian berdua datang ke sini?"

Maki meninggalkan Dark Crimson yang masih tertawa dan beralih ke Dark Green yang berdiri di sebelah Dark Crimson.

Gadis yang memakai pakaian hijau tua itu adalah yang terpendek dari tujuh pemimpin utama Darkness Rainbow. Karena dia berdiri di sebelah Dark Crimson, yang tertinggi dari mereka bertujuh, perbedaan tinggi mereka berdua tampak jauh.

"...Kami berhasil menyelesaikan tugas kami tepat saat Maya-san sudah pulih, jadi kami ke sini untuk melihat-lihat perkembangan situasimu", jawab Dark Green dengan santun sambil membetulkan letak kacamatanya. Tidak hanya tinggi badannya saja yang berlawanan dengan Dark Crimson, tapi juga kepribadiannya. Keahlian Dark Green pun juga berlawanan dengan Dark Crimson, yakni peramalan dan ilusi - seorang penyihir yang ahli mengumpulkan informasi dan menghambat lawannya.

"Aku sudah bilang, aku baik-baik saja sendirian."

Kata-kata Dark Green membuat Maya gusar, karena sebagai orang yang punya harga diri dan percaya diri yang tinggi, Maya tidak senang disebut kalau dirinya harus dilindungi meskipun dirinya baru saja pulih.

"Aku juga percaya dengan kemampuan Maya-san, tapi aku tidak begitu percaya dengan tubuh barunya.

"Aku juga setuju dengan itu."

Selain Maya, mereka berdua juga slit untuk mempercayai teknologi yang digunakan untuk menggantikan anggota tubuh Maya. Maya pun merasa sama dengan mereka berdua dan tidak mengeluh lagi.

"...Jadi, kami bertiga sudah pergi lebih dulu. Kali ini, tujuan kami adalah untuk mengawasi keadaan di sekitar kekuatan sihir itu untuk serangan besar-besaran kami, dan kalau bisa, menguasainya."

Darkness Rainbow mengincar kekuatan sihir yang terkumpul di kamar 106. Mereka memprioritaskan merebut kekuatan sihir itu, tapi nyatanya, mereka hanya menginginkannya sebagai cara untuk menggapai tujuan utama mereka, yakni menghancurkan Rainbow Heart.

Agar tujuan itu bisa tercapai, Crimson dan Green sudah menjalani misi-misi yang berbeda, dan berkat rasa percaya diri mereka, Maya bisa kembali bertugas dengan tubuh baru tepat di saat mereka berdua sudah selesai menjalankan misinya. Itu sebabnya mereka datang ke kota Kisshouharukaze bersama-sama.

Pertarungan mereka yang sebenarnya, pertarungan pamungkas melawan Rainbow Heart, akan segera berlangsung. Kalau mereka bisa mendapatkan kekuatan sihir yang terpusat itu, mereka akan lebih unggul dalam pertempuran itu. Itulah alasan di balik bantuan dari Maki.

"Bagaimana dengan empat orang lainnya?"

"Purple-san sedang berusaha menahan Rainbow Heart. Yellow-san sedang membuat senjata untuk persiapan pertarungan. Blue-san masih sibuk melatih muridnya, dan Orange-san sedang membantu Blue-san."

"...Jadi sudah hampir saatnya..."

Satu tahun lalu, dalam pertempuran mereka melawan Rainbow Nana, lima dari tujuh pemimpin Darkness Rainbow mendapat luka serius. Akibatnya, Crimson, Orange dan Yellow memerlukan perawatan jangka panjang, sementara Blue dan Green harus mundur dari jabatannya dan menyerahkan gelar mereka kepada muridnya. Itulah sebabnya Green yang berdiri di hadapan Maki saat ini berbeda dari Green satu tahun lalu.

Namun, situasi mereka sudah berkembang selama setahun ini dan mereka sudah mulai mengambil tindakan lagi. Seperti yang dikatakan Maki, pertempuran pamungkas mereka melawan Rainbow Heart sudah semakin dekat, dan pertempuran pembukanya adalah saat mereka menguasai kekuatan sihir di kamar 106.

"Sudah jelas, siapapun yang bisa mengendalikan kekuatan sihir ini saat pertarungan puncak nanti akan jadi lebih unggul. Jadi, inilah awal semuanya...", gumam Maki dengan raut wajah yang tampak tertekan saat menyadari situasinya.

Aku harus menjaga Satomi-kun dari pertarungan ini...

Di dalam kamar 106 terdapat kekuatan sihir yang begitu besar jumlahnya, yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan artifak lainnya - benda berkekuatan sihir yang sudah dikumpulkan oleh Maki dan yang lainnya. Kekuatan sihir itu diduga berhubungan dengan Signaltin dan Encyclopedia, namun Maki merasa ada suatu hal lain yang membuatnya yakin akan hal itu. Ditambah lagi, di tengah-tengah semua itu terdapat orang yang dicintainya. Kalau Maki membiarkan situasi ini berjalan begitu saja, sudah jelas bahwa orang itu akan menjadi pusat dari pertempuran. Itulah sebabnya Maki memeras pikirannya untuk mencari cara menghindari hal itu.

"Jalan yang paling baik adalah kalau kita merebutnya saat ini juga, tapi kalau sampai ada suatu hal yang buruk yang terjadi, kita harus menyegelnya sebelum pertempuran pamungkas", kata Maya yang melanjutkan kalimat Maki.

Prioritas utama Darkness Rainbow adalah untuk memastikan bahwa Rainbow Heart tidak menggunakan kekuatan sihir ini. Merebut kekuatan sihir itu sendiri menjadi prioritas setelahnya.

"Kalau begitu kita ledakkan saja bangunan di sekitar tempat itu. Kalau kita bisa ngebersihin area sekitarnya, mereka juga nggak akan bisa bertindak", balas Crimson yang mengajukan rencana setelah mendengar kata-kata Maya. Rencananya adalah, dengan menghancurkan Rumah Corona, tidak akan ada pihak yang bisa menggunakan kekuatan sihir itu. Sudah menjadi hukum tidak tertulis bahwa para penyihir menyembunyikan sihir dari orang-orang yang ada selama mereka berada di Bumi. Dengan menyingkirkan bangunan itu, akan menjadi tidak mungkin bagi kedua pihak untuk melakukan sesuatu secara rahasia. Ide Crimson memang simpel dan kasar, namun efektif.

"Tidak bisa."

Namun, Maki langsung menolak rencana itu.

"Kenapa?" tanya Crimson yang tidak puas karena sudah yakin dengan rencananya itu. Maki lalu melanjutkan bicaranya untuk meyakinkan Crimson.

"Itu berarti kita juga tidak bisa menggunakan kekuatan sihir. Ditambah, masalah pembangunan kembali bangunan itu lagi. Kita bisa menghancurkan bangunan itu nanti."

Meskipun mereka bisa menghancurkan Rumah Corona, hal itu akan menjadi sia-sia kalau bangunan itu dibangun kembali sebelum pertempuran pamungkas mereka terjadi. Hal yang sama juga berlaku dengan penyegelan kekuatan sihir itu. Kalau mereka mau melakukannya, mereka harus melakukannya tepat sebelum pertarungan berlangsung. Saat ini mereka harus fokus menguasai kekuatan sihir itu.

"Lemahnya..."

Crimson pun cemberut saat mendengar jawaban Maki. Dia benci dengan masalah, namun karena dia mengerti apa yang dimaksud oleh Maki, Crimson tidak berkata apa-apa lagi.

"Green, gimana menurutmu?"

Crimson justru menanyakan pendapat Green, yang paling tenang dan pintar di antara mereka berempat di kamar itu. Itulah sebabnya Crimson berniat mengikuti pendapat Green.

"Hmm...agar kita tidak menyia-nyaiakan usaha Navy-san hingga saat ini, sebaiknya kita tidak meledakkan bangunan apapun kali ini", jawab Green sambil memiringkan kepalanya dan melirik ke arah pakaian-pakaian yang tercecer di kamar itu.

"Yah, baiklah", balas Crimson yang dengan cepat memilih untuk tidak berdebat setelah mendengar Green yang mendukung pendapat Maki. Crimson sendiri bukan ornag yang pintar berdebat dan nanti akan puas jika bisa bertarung melawan lawan yang kuat.

Terima kasih, Green...

Jika Rumah Corona sampai dihancurkan, para penghuninya pasti tidak akan bisa lolos tanpa terluka. Karena Maki ingin melindungi salah satu penghuninya, dia bersyukur saat Green sependapat dengannya.

"...Jadi, Maki, gimana soal si cowok itu?" tanya Crimson yang segera melanjutkan topik pembicaraan dengan cepat. Maki lalu menjawabnya dengan rasa lega.

"Hubungan kami berjalan baik. Aku yakin dia menganggapku sebagai teman baik."

"Hmm, buat seseorang yang benci membangun hubungan dengan orang lain, kerjamu keras juga."

"...Terima kasih."

"Maki, bisa kamu bawa laki-laki itu saja ke tempat lain?"

Tepat pada saat itulah Maya menyela. Dia sudah mendengar laporan tentang laki-laki yang menggunakan artifak yang kuat. Akan lebih baik jika laki-laki itu bergabung dengan mereka, tapi jika tidak, mereka perlu memisahkan laki-laki itu dari kekuatan sihir di kamar itu. Sudah menjadi hal yang lazim untuk menjauhkan seorang musuh yang paling kuat dari sebuah pertarungan.

Ditambah, jika dilihat dari semua yang sudah terjadi hingga saat ini, kelihatannya artifak yang digunakan laki-laki itu memakai kekuatan sihir di kamar 106. Dengan begitu, sudah tidak bisa dibantah lagi kalau laki-laki itu harus dijauhkan sampai Darkness rainbow bisa mengambil alih kekuatan itu.

"Bukan aku yang merencanakannya, tapi aku berencana pergi bersamanya besok."

"Kalau begitu coba tahan dia di luar selama yang kau bisa. Aku tertarik dengannya, jadi aku ingin bertemu dengannya, tapi aku punya urusan yang lebih penting untuk dilakukan", kata Maya yang tersenyum seakan menandakan sesuatu.

Maya-sama mengincar Yurika...

Maya berniat menghabisi penyihir besar Rainbow Heart, Yurika, sementara Maki membawa si laki-laki menjauh. Setelah menyadari niatan gurunya saat melihat senyumannya, Maki mengangguk mantap.

"Aku mengerti."

Maki tidak punya bantahan, karena situasinya berjalan ke arah yang ideal baginya.

Aku bisa melindungi Satomi-kun kalau semuanya terjadi besok...

Orang yang ingin Maki lindungi dan orang yang dianggap oleh Maya sebagai ancaman adalah orang yang sama. Maki tidak hanya ingin melindungi Koutarou dari ancaman fisik, tapi juga ingin menjauhkannya dari kejahatan.

Dia bukan orang yang terbiasa bertarung. Dia seharusnya nggak bertarung....

Laki-laki itu ahli bertarung, dan senjatanya pun kuat. Namun itu tidak berarti bahwa pertarungan cocok bagi laki-laki itu. Maki yakin bahwa laki-laki itu adalah laki-laki yang akan menyakiti dirinya sendiri setiap kali dia menyakiti orang lain, dan bahwa laki-laki itu nantinya tidak akan bisa menahan rasa sakit itu hingga mencapai akhir yang menyedihkan.

Itulah sebabnya Maki ingin membawa laki-laki itu menjauh dari pertempuran untuk melindunginya. Dia mencintai laki-laki itu apa adanya, yang bukan seorang prajurit maupun pahlawan, namun hanya laki-laki biasa yang sedikit aneh. Namun demikian, Maki mencintai laki-laki itu, yang menyimpan kesepian yang sama yang dimiliki oleh Maki. Maki mencintainya lebih dari apapun.

"Bukannya berbahaya kalau hanya Navy-san saja yang bersamanya? Artifak orang itu begitu kuat, bukan...", timpal Green sambil mengernyitkan alisnya. Maki belum menyerang sama sekali karena orang yang harus diserangnya amatlah kuat. Itulah sebabnya situasi dimana Maki menemani orang itu sendirian besok mempunyai resiko yang besar.

"Aku akan baik-baik saja, Green. Aku sudah bersiap untuk hal ini hingga hari ini." Maki tidak berniat bertarung melawan laki-laki itu dan dia juga tidak berpikir bahwa laki-laki itu akan menyerangnya. Maki tidak merasa akan adanya bahaya meskipun dia sendiri yang menemani laki-laki itu. Namun, mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja belum cukup untuk membuat Green puas.

"Tapi, kalau nanti situasinya berubah menjadi pertarungan, kau mungkin tidak akan bisa menahannya---Oh?"

Namun saat dia sedang berbicara, Green memperhatikan sesuatu dan membuat raut wajahnya terlihat terkejut. Setelah dia memandangi Maki selama sesaat, Green tersenyum.

"...Begitu rupanya, jadi itu sebabnya."

"Eh?"

Maki, yang tidak tahu apa maksud Green, hanya bisa terlihat kebingungan.

"Navy-san, kau sudah membuat kontrak dengan iblis atau semacamnya, benar? Itu sebabnya kau akan baik-baik saja sendirian...aku akhirnya mengerti", kata Green yang mengangguk dan terlihat puas, berbeda dengan Maki.

Seorang penyihir bisa melihat kekuatan sihir yang menyelimuti orang-orang. Green ahli dalam hal itu, karena dia mempunyai keahlian meramal dan mengumpulkan informasi. Karena itulah dia bisa melihat sihir yang tersembunyi yang tidak bisa dilihat oleh penyihir biasa.

Green mengamati sebuah kekuatan sihir yang spesial di dalam Maki, yakni jenis sihir yang mendorong dua buah makhluk berakal budi untuk saling menolong satu sama lain.

Bagi para penyihir, hal ini disebut sebagai kontrak atau perjanjian, dan ada dua alasan untuk menggunakan hal ini. Satu adalah untuk mengikat kontrak dengan iblis untuk menjadi pelayan seorang penyihir, yang bisa disebut sebagai familiar. Alasan lainnya adalah saat membuat perjanjian dengan makhluk yang memiliki tingkat keberadaan lebih tinggi daripada si penyihir, kontrak dibuat dimana mereka akan membantu si penyihir saat sebuah syarat tertentu dipenuhi.

Saat membuat kontrak dengan makhluk yang kuat, syarat yang lebih rumit akan lebih sering digunakan. Green melihat kontrak yang rumit itu di dalam Maki dan beranggapan bahwa Maki sudah membuat sebuah kontrak dengan iblis, yakni setan dengan tingkatan yang sangat tinggi.

"Apa...."

Maki terdiam setelah mendengar perkataan Green.

Kontrak? Itu tidak....kalaupun ada, dengan siapa? Kapan?

Maki tidak ingat membuat kontrak dengan seseorang, dan dia kebingungan dengan hal yang dikatakan oleh Green sampai membuatnya curiga bahwa Green sedang bercanda.

"Jadi, Green, kontraknya seperti apa?" tanya Crimson yang menyela masuk ke percakapan sementara Maki masih kebingungan.

Kalau Maki sudah membuat kontrak dengan seseorangn, itu berarti dia sudah mendapat tambahan kekuatan yang besar. Bagi Crimson yang sangat mengutamakan kekuatan dibanding segalanya, tentu saja itu menjadi topik yang menarik.

"Kontraknya sepadan dan kuat dengan hubungan mental yang kuat di antara mereka yang terikat...dan tidak ada batasan dalam bantuan timbal baliknya, seakan-akan mereka adalah satu orang atau makhluk yang sama. Kontrak yang cukup drastis...."

"Maki....apa kamu berniat menikahi iblis itu atau semacamnya?"

Setelah mendengar detil kontrak Maki, Crimson terlihat keheranan dan mulai tertawa. Kontrak itu ternyata jauh lebih kuat dan rumit dari yang dibayangkannya. Secara singkat, kontrak itu mengikat hati dari para pembuatnya dan membuat keberadaan mereka saling terbuka antara satu dengan yang lain, sampai maut memisahkan mereka, mereka akan terus melindungi satu sama lain. Kontrak yang rumit itu membuat Crimson tidak bisa menahan tawanya dan membandingkannya dengan pernikahan. Itu juga berarti Maki sudah membuat kontrak dengan seseorang atau sesuatu yang begitu kuat, saking rumitnya kontrak itu. Crimson bisa membayangkan betapa kuatnya Maki setelah membuat kontrak itu, dan karena itu, dia tidak bisa menahan tawanya.

Menikah...?

Saat Crimson menyebutkan kata itu, seorang laki-laki muncul di dalam benak Maki.

"Ah...."

Tepat pada saat itulah maki sadar bahwa ada satu orang yang cocok dengan deskripsi Green mengenai kontrak itu. Namun hal itu membuatnya terguncang.

Tapi...itu...tidak mungkin...

Kalau memang itu yang sebenarnya terjadi, semua yang sudah Maki percayai bisa jadi hanyalah ilusi.

"Dia makhluk macam apa? Kasih tahu dong, Maki."

Crimson pun mendesak topik itu lebih jauh lagi karena penasaran dengan Maki yang tertekan dengan topik itu. Crimson yakin bahwa Maki hanya mendapat kekuatan tambahan dan tidak ada makna lain di dalam tindakannya itu.

"I-Itu..."

"Sudahlah, Crimson. Meskipun kita adalah rekan, mencari tahu kemampuan yang lain itu melawan aturan."

Maki sudah tidak bisa menjawab dan menjadi pucat pasi. Tepat di saat itulah gurunya, Maya, membantunya. Sudah menjadi sebuah aturan bahwa anggota Darkness Rainbow tidak melaporkan setiap tindakan yang mereka ambil, jadi mendesak Maki untuk membeberkan kontrak itu adalah pelanggaran terhadap aturan.

"...Haah....padahal topiknya seru...", balas Crimson yang langsung mundur. Dia menghela nafas beberapa kali, tapi dia menyerah dengan mudah. Crimson hanya ingin melihat makhluk seperti apa yang dikontrak oleh Maki, tapi memang benar bahwa hal ini akan membuat Maki berada dalam posisi yang dirugikan. Jadi, Crimson menganggap bahwa kata-kata Maya benar.

"Green, kau juga."

"Ya, Maya-san. Maafkan aku, Navy-san..."

Green membungkukkan badannya dengan hormat sambil meminta maaf karena sudah membongkar kontrak Maki.

"...Tidak, tidak apa-apa...", balas Maki memaafkan Green, namun dengan pikiran yang memikirkan hal lain.

"S-Satomi-kun, aku...aku...."

Badannya gemetaran saat keresahan mulai keluar dari lubuk hatinya.

Beberapa saat yang lalu, Maki bergembira sambil memilih pakaian yang akan dipakainya besok dengan ceria.

Aku....apa....perasaan apa ini...

Namun, tidak ada keceriaan di dalam dirinya saat ini. Kesendirian dan keputusasaan yang telah sirna mulai kembali menghantuinya lagi.


Kembali ke Ilustrasi Jilid 12 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2
  1. Artian harafiahnya "Pintu belakang". Sebuah program yang dirancang untuk menyusup ke dalam sebuah sistem/jaringan sebagai akses ilegal bagi peretas pemilik program tersebut
  2. Maksud dari gerakan percuma adalah gerakan tambahan yang tidak efisien yang dilakukan saat melakukan satu pekerjaan, misalnya 'mencari mata obeng yang tepat lebih dulu untuk sebuah sekrup', bukannya langsung melakukan 'mengambil mata obeng yang tepat untuk sebuah sekrup'