Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 11 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Jauh Sebelumnya[edit]

Part 1[edit]

Senin, 12 April

Sudah seminggu berlalu sejak Sanae masuk ke kelas 2A. Saat ini, Sanae sudah mulai membaur dengan para murid lainnya.

"Sanae-chan, orang tuamu kerja apa?"

"Um, kami keluarga penjaga kuil dari lama....jadi Papa adalah kepala pendetanya."

"Jadi kamu anak keluarga terkenal dong!?"

"....Tidak juga sih...kuilnya tidak terlalu terkenal..."

Saat dia pertama kali masuk ke kelas itu, Sanae hanya berbicara dengan Koutarou dan Maki saja, tapi seiring berjalannya waktu, dia mulai bisa berinteraksi dengan murid-murid yang lainnya. Hasilnya, orang-orang mulai berkerumun di dekat Sanae pada jam-jam istirahat. Wajahnya yang terlihat muda dan sifatnya yang polos membuat banyak orang merasa ingin melindunginya.

"Ternyata, Sanae-chan tetep nggak dapet ingatannya lagi...", gerutu Yurika sambil memandangi Sanae yang dikerumuni oleh sejumlah besar murid. Di sebelah Yurika, terdapat para penghuni kamar 106. Mereka berkumpul untuk saling berbincang selama jam istirahat, tapi karena tidak ada orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka berada di sekitar mereka, mereka mulai berbicara soal Sanae.

"Maaf, usaha kami kurang cukup."

Kiriha juga memandangi Sanae sambil mengernyitkan alisnya dan membuat wajahnya tampak sedih. Kiriha sudah menghabiskan banyak waktunya untuk berusaha keras menyembuhkan Sanae, tapi dia tidak bisa melindungi ingatan Sanae. Kalau dilihat secara objektif, tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan oleh Kiriha, tapi tetap saja, Kiriha merasa bertanggung jawab atas hal itu. Itulah sebabnya dialah yang kemungkinan paling besar berharap, lebih dari siapapun, bahwa Sanae akan mendapatkan ingatannya kembali.

"Jangan nyalahin dirimu sendiri, Kiriha-san. Kalau bukan karena kamu, Sanae nggak akan selamat", ujar Shizuka menghibur Kiriha yang mulai depresi, karena Kirihalah yang sudah menyelamatkan nyawa Sanae.

Sanae bisa hidup hari ini hanya karena Kiriha sudah mendapatkan informasi dari para pemburu hantu dan menemukan cara untuk menyembuhkan Sanae sambil merahasiakan informasi yang penting. Kalau sampai dia membuat satu saja keputusan yang salah, Sanae pasti sudah mati, atau justru membunuh Koutarou. Itulah sebabnya tidak ada yang menyalahkan Kiriha.

"Masih belum ada kepastian apakah ingatannya tidak akan kembali. Masih terlalu awal bagimu untuk merasa seperti itu."

"Saya juga merasa seperti itu. Sekarang baru tiga minggu."

Theia dan Ruth tampak tetap optimis, berbeda dengan yang lainnya. Mereka berdua tetap akan merasa sedih kalau Sanae tidak mendapatkan ingatannya kembali, tapi mereka berdua tetap yakin bahwa ingatan Sanae akan kembali. Mereka berdua bisa merasa sebegitu yakinnya karena kehidupan yang keras yang sudah mereka berdua jalani.

"Apa ingatan Sanae-chan bakal kembali?"

"Kalau kita sendiri tidak percaya dengan hal itu, siapa lagi yang akan percaya? Kalau kita membiarkan dia seperti ini, Sanae yang menangis pada saat itu tidak akan bisa beristirahat dengan tenang."

"Kau benar. Aku sudah melemah rupanya. Kau sudah membuka mataku, Theia-dono."

"Bagus sekali."

"Betul juga, kita harus bisa ngembaliin ingatan Sanae-chan apapun caranya!"

"Yurika-sama, tolong pinjamkan kami kekuatanmu."

"Baik! Nijino Yurika yang bukan siapa-siapa ini akan berjuang sekuat tenaga!"

Optimisme yang dimiliki Theia menyebar kepada para penghuni kamar lainnya dan mereka semua bisa tersenyum kembali. Bisa dikatakan bahwa sifat kepemimpinan Theia sudah mulai mekar.

"Tapi, tapi, apa yang harus aku lakukan?" tanya Yurika kebingungan. Dia tahu bahwa mereka ingin agar Yurika bisa membuat ingatan Sanae saat menjadi hantu bisa muncul kembali, tapi Yurika sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa bisa ya, kalau aku setrum dia atau suruh dia minum obat?"

"Yurika-chan, kamu kebanyakan baca manga", komentar Shizuka sambil tersenyum kecut mendengar ide gila Yurika.

"Kalau gitu, aku harus apa dong?"

"Um....kamu..."

Namun, Shizuka sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

"...Nggak ada yang harus kita lakukan."

Koutarou yang sedari tadi diam, berbicara menjawab pertanyaan Yurika.

"Apa maksudnya, Koutarou?" tanya Theia menggantika Yurika, yang dibalas Koutarou dengan senyum.

"Kita bisa bersikap seperti biasanya. Ngobrol sama dia, bercanda....hal-hal kayak gitu mungkin bakal bikin ingatannya kembali."

Untuk bisa mengembalikan ingatannya, mereka hanya perlu membuat suasana yang sama seperti sebelumnya, dan saat hal-hal serupa terjadi kembali, Sanae pasti akan menyadari bahwa dia pernah mengalami hal-hal itu sebelumnya.

"Biar begitu, sulit buat ngelakuin itu saat ini juga. Ada baiknya kita tunggu sampai situasi di sekitar dia reda dulu", kata Koutarou sambil menunjuk ke arah Sanae, yang saat itu sedang dikerumuni oleh teman-teman sekelasnya dan membuatnya tidak punya waktu untuk berinteraksi dengan Koutarou dan yang lainnya. Setelah waktu berlalu dan suasana kelas mulai mereda, Sanae pasti punya waktu untuk berinteraksi dengan Koutarou dan yang lainnya.

"Dan dia juga punya keinginan buat hidup kayak begitu. Nggak masalah apakah dia punya ingatannya atau enggak."

Keinginan Sanae adalah untuk menjalani hidupnya seperti biasanya. Kalau begitu, tidak akan masalah apakah ingatannya kembali atau tidak. Hal yang penting adalah Koutarou dan yang lainnya bisa melindungi janji itu.

"Satomi-kun, bisa kesini sebentar?"

Tepat saat Koutarou selesai berbicara, Maki, yang berada di dekat Sanae, memanggilnya.

"Ada apa?"

Koutarou langsung menghampirinya tanpa ragu-ragu.

"....Betul-betul orang yang hebat...", puji Theia pada Koutarou sambil memandangi dirinya yang pergi, masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang mengelilingi Sanae dan mulai berbicara dengan orang-orang di sana. Sesaat setelahnya, Koutarou, Maki dan Sanae tersenyum. Senyuman Sanae tampak begitu indah.

"Dia mengerti jalan yang harus dilaluinya dan dia melangkah mengikuti jalan itu tanpa merasa ragu. Kehidupannya sehari-hari semenjak kita datang mungkin sudah melatihnya untuk bersikap seperti itu. Namun--"

Theia mengerti akan keinginan Sanae dan juga Koutarou yang ingin mewujudkan keinginan itu, namun wajahnya tiba-tiba menjadi murung saat dia memandangi Koutarou dari belakang seakan-akan dia sedang menyaksikan sesuatu yang menyedihkan.

"Dia tidak mendambakan Sanae, ya...", ujar Kiriha yang melanjutkan perkataan Theia. Dia juga sedang melihat ke arah Koutarou dengan wajah yang murung, sama seperti Theia.

"Benar..."

Kiriha menebak dengan tepat apa yang dirasakan oleh Theia.

"Dia baik terhadap semua orang, cintanya dicurahkan secara merata kepada semua orang, bahkan lebih daripada Ksatria Biru di dalam legenda."

"Yang Mulia...", gumam Ruth yang tersenyum kecil saat mendengar perkataan Theia.

'Lebih daripada Ksatria Biru di dalam legenda.'

Bagi Ruth, perasaan yang ada di dalam kata-kata itu menyimpan perasaan yang tak terukur besarnya.

"Dia tidak pernah meminta apapun, dan hal itu mungkin tidak apa-apa bagi sebagian besar orang. Itulah arti dari sikap ksatria yang sebenarnya."

Kata-kata Theia seharusnya terdengar sebagai pujian, tapi entah mengapa, nada bicara dan raut wajah Theia justru menjadi semakin murung.

"Tapi...bagi dia untuk tidak meminta apapun dari mereka yang dekat dengannya, itu sungguh menyedihkan..."

Theia mengakhiri perkataannya di sana, tapi sebenarnya masih ada kelanjutan dari perkataan itu. Sambil memainkan rambut keemasannya, dia melanjutkan perkataan itu di dalam pikirannya.

Terlebih lagi bagi seorang wanita...

Theia ingin orang yang dicintainya untuk membutuhkan dirinya, mendambakan dirinya. Keinginan seperti itu berlaku di dunia manapun. Theia percaya bahwa itulah hal yang dirasakan oleh para gadis di dekat Koutarou. Namun, hal itu tidak penting untuk saat ini, jadi Theia mengesampingkan perasaannya sebelum melanjutkan bicaranya.

"Orang yang ada di sana seharusnya adalah Sanae kita, tapi, mengapa Koutarou tidak menginginkan dia menjadi Sanae kita? Bagiku...kelihatannya dia merasa tidak apa-apa dengan Sanae yang tetap seperti itu, selama Koutarou memenuhi janjinya."

Itulah yang terpenting. Bagi Theia, sikap Koutarou terlihat aneh. Koutarou berusaha begitu keras untuk memenuhi keinginan Sanae, tapi dia nampak tidak peduli jika Sanae memenuhi janjinya sendiri mengenai kembalinya ingatannya.

Karena itulah hubungan mereka nampak tidak setara, seakan-akan Koutarou tidak membutuhkan Sanae dan membuat Theia tidak bisa membiarkan hal itu. Dia tidak bisa membayangkan bahwa Koutarou akan menjadi sekejam itu.

"Kenapa dia bisa begitu mudahnya menerima perpisahannya dengan Sanae? Kenapa dia tidak mendambakan adanya orang lain dalam hidupnya? Kenapa dia tidak berkata 'Kembalilah'? Apa yang dia takutkan!?"

Pasti ada sebuah alasan di balik semua itu, tapi karena dia tidak mengetahui apa itu, Theia tersiksa dengan perasaan yang tidak bisa dilepaskannya, yang tertanam di dalam dirinya. Dia tidak bisa marah, memaafkan ataupun merasa bersimpati.

"Mungkin ada satu hal yang bisa kutebak."

Jawaban atas keraguan Theia berasal dari Kiriha.

"Benarkah?"

"Ya. Berdasarkan Koutarou yang aku kenal dari masa lalu dan dari sikapnya hingga saat ini."

Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah Kiriha bagikan kepada yang lain, tapi Kiriha percaya bahwa para gadis penghuni kamar 106 menyimpan perasaan yang sama dengannya. Itulah yang membuat Kiriha memutuskan untuk memberitahu mereka.

"Aku mengerti apa maksudmu, Theia-dono. Aku juga memikirkan hal yang sama untuk waktu yang lama, dan mengapa Yurika menjadi pengecualian."

"Eh? Aku?"

Yurika terkejut, karena tidak menyangka bahwa dirinya akan terlibat dalam sesuatu seserius ini.

"Koutarou tidak meminta apapun dari orang lain, kecuali Yurika. Mereka menulis naskah bersama, mengerjakan PR bersama, mencoba gerakan gulat bersama, dan lain sebagainya. Kalian pasti sadar dengan itu, bukan?"

"....Sekarang kalau aku pikir-pikir lagi....pasti selalu aku yang dapet hal-hal yang ngerepotin dan nyakitin...", ujar Yurika sambil menaruh tangannya di pangkuannya dan memikirkannya, karena hal itu memang terdengar seperti hal yang sudah biasa baginya. Kapanpun Koutarou akan melakukan sesuatu yang menyenangkan, dia pasti akan mengajak Yurika. Gerakan gulat beberapa minggu lalu menjadi salah satu contohnya.

"Tapi, bukannya itu gara-gara Satomi-san cuma mau nge-bully aku? Dia nggak ngehargain aku. Ah, dia juga meras aku pakai makanan!"

Yurika hanya menganggap hal-hal itu sebagai hukuman, karena dia bisa mengungkapkan beberapa alasan mengapa Koutarou marah padanya.

"Aku juga mengira itu pada awalnya, tapi...kapanpun aku memikirkan masa lalu Koutarou, aku merasa aku mengerti mengapa hanya Yurika yang spesial."

Saat apa yang diketahui Kiriha mengenai masa lalu Koutarou dan apa yang Kii ketahui tentang sikap Onii-channya digabungkan, ada alasan yang berbeda yang muncul. Itulah sebabnya Kiriha baru mengetahuinya belakangan ini.

"Masa lalu Satomi-kun!? Kalau aku pikir lagi, Satomi-kun jarang cerita soal dirinya sendiri."

Shizuka suka gosip, tapi dia tahu kapan untuk tidak bermain-main dengan suatu topik. Saat Sanae dan Koutarou yang menjadi topik pembicaraan, dia akan serius menanggapi hal itu, dan itu juga berlaku saat ini, karena Shizuka ikut dalam pembicaraan itu untuk mendapatkan solusi atas masalah sikap Koutarou.

"Bukannya dia tidak membicarakan hal itu, dia tidak mau membicarakannya. Karena...ibunya meninggal karena kecelakaan lalu lintas di hadapannya dan membuat keluarganya hancur."

"A...apa...."

Ruth hanya bisa terkejut mendengar hal itu, karena masa lalu Koutarou ternyata jauh lebih mengerikan dari yang dibayangkannya.

"Ibunya meninggal saat dia masih berumur enam tahun. Koutarou secara tidak sengaja melangkah ke jalan raya, dan saat dia hampir tertabrak, ibunya mendorongnya menjauh...Koutarou melihat ibunya mati di hadapannya karena kecerobohannya sendiri."

Informasi mendalam tentang kecelakaan itu adalah hasil dari penyelidikan Kiriha jauh sebelumnya.

Saat dia pertama kali datang ke kamar 106, Kiriha mengumpulkan informasi mengenai Koutarou untuk bisa mengubah pertarungan memperebutkan kamar 106 menjadi pertarungan jangka panjang, yang mana informasi yang didapatkannya termasuk informasi mengenai keluarga Koutarou..

Kiriha memutuskan untuk tidak menggunakan informasi itu karena informasi semacam itu lebih baik tidak digunakan sama sekali. Karena mereka berada pada usia yang sama, Kiriha memutuskan bahwa hal itu merupakan sebuah kebetulan, dimana hal yang sama terjadi pada cinta pertamanya. Namun karena dia sekarang sudah tahu bahwa orang itu dan Koutarou adalah orang yang sama, informasi itu menjelaskan arti dibalik sikap Koutarou.

"Dan karena dia kehilangan ibunya, hubungannya dengan ayahnya menjadi buruk. Itu sebabnya Koutarou sudah sendirian sejak kecil. Kelihatannya, Kenji dan baseball menjadi penolong yang membuatnya kembali pulih."

"Jadi itu sebabnya Satomi-kun akrab sama Mackenzie-kun dan suka baseball..."

Setelah mendengar tentang masa lalu Koutarou, Shizuka mulai mengerti hubungan aneh yang dimiliki oleh Koutarou dan Kenji.

Tidak peduli kejahilan sejahat apa yang saling mereka lakukan terhadap satu sama lain, mereka akan segera saling mengampuni pada keesokan harinya, dan mereka juga saling percaya akan satu sama lain. Meskipun sedikit berbeda dengan Yurika, Kenji juga pengecualian bagi Koutarou, dan alasan di balik hal itu berasal dari masa lalu Koutarou.

"Jadi itu sebabnya dia pintar berantem..."

Di zaman sekarang ini, anak-anak jarang bertarung secara fisik, dan tidak sulit untuk membayangkan seperti apa masa kecil Koutarou sampai dia bisa pandai bertarung seperti itu. Saat Yurika memikirkan hal itu, dia bisa merasa dadanya seperti ditekan.

"Ini hanya tebakanku saja, tapi....Koutarou mungkin takut kalau orang-orang yang dia sayangi, yang dia cintai, akan pergi begitu saja seperti ibunya. Itulah sebabnya dia tidak mendambakan siapapun, mengapa dia tidak mengambil langkah itu."

Mata Theia menjadi terbelalak karena sesuatu.

"Apa...tidak, kalau memang itu sebabnya, maka..."

"Itulah sebabnya mengapa dia selalu berhati-hati terhadap orang-orang di sekitarnya, agar kecerobohannya tidak menyebabkan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki."

Tebakan Kiriha terdengar begitu meyakinkan bagi Theia.

Koutarou menjadi bersikap seperti itu karena sudah mengalami sebuah kehilangan yang merenggut ibunya. Karena dia takut akan kehilangan orang-orang yang betul-betul berharga baginya, Koutarou tidak mencoba untuk terlalu dekat dengan siapapun, dan karena ibunya meninggal karena kecerobohannya, Koutarou memenuhi janjinya dengan tekad baja dan berharap agar orang-orang di sekitarnya akan mendapat akhir yang bahagia.

Sikap yang diambil Koutarou bukanlah berasal dari cinta atau kasih, melainkan dari sebuah kehilangan. Semuanya akan menjadi masuk akal jika mereka berpikir demikian.

"Jadi itu sebabnya Yurika hanya pengecualian!?"

"Benar sekali. Aku dari bawah tanah, anda adalah alien dan Sanae adalah hantu. Sudah jelas bahwa kita pasti nantinya akan berpisah, jadi Koutarou mengambil satu langkah mundur dari kita."

Thia dan Ruth nantinya akan kembali ke Forthorthe, Kiriha ke bawah tanah, dan Sanae juga pasti akan pergi ke alam baka suatu hari nanti.

Shizuka hanyalah salah satu pihak dalam kontrak jangka pendek, Harumi memiliki penyakit kronis dan akan segera lulus. Koutarou tidak membayangkan akan bertemu mereka lagi setelah dia sendiri lulus.

Dengan begitu, orang-orang yang ada di sekitar Koutarou adalah orang-orang yang pada akhirnya akan berpisah dengan dirinya.

"Tapi, Yurika berbeda. Bagi Koutarou, Yurika adalah orang biasa. Mereka bisa menghabiskan masa SMA mereka bersama-sama, lulus bersama, dan hubungan mereka masih bisa berlanjut setelahnya. Bagi Koutarou, Yurika adalah orang yang akan selalu berada dekat dengannya."

"Kalau kupikir-pikir lagi, Satomi-san---"

Saat dia mendengar penjelasan dari Kiriha, Yurika teringat dengan apa yang dulu dikatakan Koutarou.

"Egois kan? Mungkin aku cuma pengen kamu tetep jadi temen sekelas yang normal...yang punya hobi spesial"[1]

Hal itu diucapkan Koutarou saat Yurika dan Maki bertarung. Setelah dia tahu bahwa Yurika adalah gadis penyihir, itulah yang dikatakan oleh Koutarou. Berkat penjelasan dari Kiriha, Yurika akhirnya mengerti maksud asli dari kalimat itu. Sebelumnya, dia hanya mengerti kulitnya saja, tapi sekarang dia bisa mengerti lebih dalam lagi.

Bukannya Satomi-san nggak percaya kalau aku gadis penyihir! Dia ingin percaya kalau aku cuma cosplayer, karena dia pasti bisa jadi teman selamanya sama cosplayer!! Cosplayer nggak akan pergi!!

Tentu saja, awalnya Koutarou tidak begitu memikirkan hal itu. Namun, saat dia menjadi lebih akrab lagi dengan Yurika, Koutarou mulai merasa senang bahwa Yurika hanyalah seorang cosplayer.

Ibu Koutarou tiba-tiba menghilang. Para penjajah yang lain pada akhirnya pasti akan pergi. Namun,Yurika hanyalah seseorang yang menumpang tinggal yang punya hobi yang aneh. Dia mungkin agak malas, tapi keseharian ceria Koutaruo bersama Yurika akan tetap berlanjut selamanya, persis seperti dengan Kenji. Koutarou ingin agar hal itu terus berlanjut, dan itulah keinginan yang dirahasiakannya di dalam hatinya.

Yurika juga teringat akan satu hal lagi yang dikatakan Koutarou.

"Hal-hal ceria lebih cocok buat kamu."

Seperti kata-kata yang tadi, kata-kata itu adalah kata-kata yang diucapkan Koutarou kepada Yurika beberapa bulan lalu. Yurika selalu mengartikan hal itu sebagai Koutarou yang berkata bahwa Yurika tidak cocok untuk bertarung. Namun setelah mendengarkan penjelasan Kiriha, kata-kata itu menjadi memiliki arti yang lain.

K-kalau gitu, Satomi-san kasar sama aku dan nge-bully aku karena dia bener-bener sayang sama aku dan...dia nganggap aku sebagai sesuatu yang bisa bikin dia bahagia[2]...

Bagi Koutarou yang sudah menderita karena kehilangan ibunya, adik perempuan yang merepotkan seperti Yurika adalah sebuah keberadaan yang berarti baginya. Jika hal yang dikatakan Kiriha ternyata benar, maka Koutarou bukan sekedar merawat Yurika saja, tapi juga sebenarnya bergantung pada Yurika.

"Kalau gitu, uh, itu, em, beneran!?"

Yurika menjadi tidak bisa berpikir selama sesaat. Tubuhnya mulai memanas dan membuat wajahnya memerah. Dia melamun tanpa bisa memikirkan apapun. Tentu saja dia hanya bisa bersikap seperti itu, karena hingga saat ini, Yurika tidak pernah betul-betul dibutuhkan oleh seseorang. Nana, gurunya, mungkin hampir cocok untuk masuk dalam kategori itu, tapi Nana sekalipun tidak berniat untuk membuat Yurika berada di sisinya untuk selamanya. Nana selalu memperingatkan Yurika tentang bahaya yang ada dan mencoba untuk menjauhinya, tapi sekarang, Yurika mengetahui kalau Koutarou membutuhkan dirinya. Hal itu tidak dalam artian yang sepele, tapi dalam artian yang sebenarnya yang betul-betul dalam, seperti halnya Koutarou percaya pada kemampuan Yurika sebagai seorang gadis penyihir saat mereka menolong Sanae beberapa minggu yang lalu.

Dalam kata lain, meskipun Yurika tidak menyadarinya, Koutarou betul-betul mengakui kemampuan Yurika sebagai gadis penyihir tanpa mengetahui identitas Yurika sebenarnya, dan di saat yang sama, menganggap Yurika sebagai seseorang yang penting bagi dirinya.

Kemungkinan besar, kalau Koutarou tahu bahwa Yurika adalah gadis penyihir sejak awal, hal ini tidak akan terjadi. Hasil dari berbagai kebetulan dan perjumpaan membuat Yurika menjadi seseorang yang spesial bagi Koutarou.

Saat dia menyadari hal itu, Yurika menjadi tidak bisa memikirkan apapun. Setelah menyadari betapa beruntungnya dia berada dalam situasi itu, Yurika menjadi tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri.

"Jadi, Satomi-sama tidak berpikir bahwa dia akan selalu bersama dengan kita..."

Sementara Yurika menjadi kepanasan dan tidak bisa berbicara, Ruth bergumam dengan wajah murung.

Kalau dilihat dari hubungan Koutarou dan Yurika dari sudut pandang lain, itu berarti Koutarou percaya bahwa para penjajah lain pasti pada akhirnya akan pergi. Hal itu merupakan kenyataan yang begitu buruk dan sepi bagi Ruth.

"Itu benar. Itulah sebabnya mengapa Koutarou menerima Sanae yang kehilangan ingatannya terhadap kita semua. Lagipula, dia sudah lama siap untuk menghadapi hari dimana Sanae akhirnya pergi."

"Sanae-chan itu berharga buat kita, tapi Koutarou udah siap buat berpisah sama dia sejak awal. Itu sebabnya dia nggak kaget, biarpun Sanae-chan nggak punya ingatannya. Koutarou nggak akan mencari cara biar ingatan Sanae-chan kembali. Itu....sedih banget, Satomi-kun...."

Karena Shizuka juga tidak punya orang tua, dia mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Koutarou. Dia tahu, lebih daripada siapapun, seperti apa rasanya betul-betul sendirian. Bagi Shizuka, Koutarou dan para penjajah itu sudah membebaskannya dari kesendirian itu. Itulah sebabnya Shizuka sedih saat mendengar bahwa Koutarou sudah siap untuk berpisah dari Sanae sejak awal.

"Tapi, karena kita akhirnya sudah tahu hal itu, ada cara untuk mengatasinya."

Meskipun suasana di sekitar mereka semakin muram dan menyedihkan, mata Theia tidak kehilangan kilau semangatnya. Dia tidak akan berhenti dan berduka begitu saja setelah menemukan jalan yang akan dilaluinya.

"Kita hanya perlu membuat Koutarou percaya bahwa waktu untuk berpisah dengan kita tidak akan datang."

"Gimana caranya?"

Kalau hal itu mungkin, Shizuka ingin melakukan apa yang dikatakan oleh Theia. Seperti halnya dia sudah menikmati kesehariannya, Shizuka ingin Koutarou bisa melakukan hal yang sama. Namun, sulit untuk mencari caranya. Shizuka tadinya terus memandangi Koutarou sambil berpikir keras. Itulah sebabnya, jika Theia tahu jawabannya, Shizuka ingin tahu apa itu.

"Kiriha, akan kupersilahkan dirimu untuk menjelaskan. Kau pasti sudah tahu."

Tapi nyatanya, Theia juga tidak benar-benar tahu apa jawabnya. Yang dia tahu adalah bahwa Kiriha sudah mendapatkan jawabannya.

"Baik, biar aku yang menjawab", jawab Kiriha sambil mengangguk dan tersenyum kecil.

"....Kita tidak perlu melakukan apapun."

Kiriha menjawab dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan yang dikatakan Koutarou sebelumnya. Kiriha percaya bahwa jawaban Koutarou mengenai Sanae akan cocok bagi dirinya juga.

"Kita hanya perlu bersikap seperti biasanya. Berbicara dengan Koutarou, bersenang-senang seperti biasa. Dengan begitu, Koutarou pasti akan percaya bahwa kita akan selalu bersamanya."

Mereka hanya perlu menjalani keseharian mereka berulang-ulang sampai Koutarou percaya dengan hal itu. Setahun mungkin tidak akan cukup, tapi masih ada waktu bagi mereka. Mereka akan membuat Koutarou percaya bahwa mereka tidak akan pergi, dan kalaupun seseorang masih harus pergi karena sebuah alasan, mereka akan bekerjasama untuk mencegah hal itu sampai terjadi. Mereka akan membuat Koutarou menyadari bahwa dengan bekerjasama, mereka bisa melindungi hubungan mereka.

"Seperti Yurika-sama?" tanya Ruth sambil melihat ke arah Yurika yang masih melamun, karena Ruth menganggap bahwa jika mereka semua mengganggu Koutarou seperti halnya Yurika akan tampak sangat menarik.

"Tidak...tidak harus persis sama seperti cara Yurika. Kita menggunakan cara kita masing-masing untuk menjajah hati Koutarou."

Jawaban yang ada jumlahnya ada sebanyak orang-orang yang ada. Cara yang dipakai Yurika bukanlah satu-satunya cara.

"Tapi aku nggak berusaha menjajah loh."

Shizuka mengerti apa yang dimaksud oleh Kiriha, tapi dia merasa aneh karena sudah dianggap seperti salah satu penjajah. Namun, dia tidak membenci hal itu.

"Sanae-mau ngelakuin secara cuma-cuma, tapi kalau sama Aika-san mesti bayar..."

"Hei, Satomi-kun, kamu jahat banget ngartiinnya!"

"Kedengarannya aku seperti gadis murahan."

Koutarou, yang tidak menyadari rencana para gadis penjajah, terus asyik berbicara dengan Sanae dan yang lainnya. Theia tersenyum sinis sambil melihat ke arah Koutarou.

"Kukuku....teruslah tertawa seperti itu, Satomi Koutarou."

Theia menyilangkan kedua tangannya, mendongakkan kepalanya sambil tersenyum jahat dan melihat Koutarou dengan tatapan merendah. Senyumannya saat itu sama seperti saat Theia pertama kali datang ke Bumi.

"Kau membuat kesalahan besar kalau kau pikir invasi kami akan berakhir. Lihat saja, saat kau sudah menyadarinya, semuanya sudah terlambat....kukukukuku....."

Namun karena perasaannya sudah jelas terlihat bagi mereka semua yang melihat sikapnya itu, tidak seperti setahun lalu, tidak ada yang mencoba menghentikan dia.


Part 2[edit]

Pada saat itu, bukan hanya Koutarou dan yang lainnya saja yang memperhatikan masalah ingatan Sanae.

"Kelihatannya ingatannya betul-betul tidak kembali...ahahahah, ini kesempatanku, waktu yang sudah kutunggu-tunggu akhirnya tiba juga!"

Dialah si roh wanita jahat yang mengincar Sanae dan yang lainnya. Rupanya, dia sudah berada di dekat mereka secara rahasia selama ini untuk menunggu saat yang tepat untuk menyerang Sanae.

"Kalau aku punya tubuh yang bisa menghasilkan energi spiritual sebanyak itu, aku pasti bisa kembali ke dunia orang hidup! Kali ini, aku akan merasuki gadis itu dan mendapat tubuh dan energi spiritualnya!"

Roh jahat itu mengincar energi spiritual Sanae yang jumlahya begitu besar dan juga tubuhnya yang menghasilkan energi itu. Namun, tidak ada artinya mengincar kedua hal itu sementara Sanae masih terbagi menjadi dua.

Hantu Sanae tidak bisa disentuh sama sekali karena adanya perlindungan spiritual di sekitar kamar 106, dan karena dia tidak pernah sendirian di luar kamar 106, roh jahat itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Sanae.

Untuk tubuh asli Sanae, karena sebagian besar energi spiritualnya sudah berpisah dari tubuhnya, Sanae yang asli menjadi lemah dan tidak ada gunanya mengambil alih tubuh itu sebagai alat penghasil energi spiritual.

Namun, jika kedua Sanae itu disatukan, maka masalahnya akan selesai. Sanae meninggalkan kamar 106 dan perlindungan spiritual terhadapnya menjadi lemah. Sekarang, karena raga spiritualnya sudah kembali, tubuh Sanae menghasilkan energi spiritual yang sangat banyak. Inilah waktu yang tepat bagi roh jahat itu. Kalau sampai ingatan Sanae kembali, perlindungan spiritual Sanae mungkin akan kembali menguat, dan karena kedua Sanae sudah bersatu, raga spiritualnya belum betul-betul menyatu dengan stabil di dalam tubuh aslinya. Jadi, jika si roh jahat itu sampai berhasil masuk ke dalam tubuh Sanae, tidak akan sulit baginya untuk merebut tubuh Sanae. Inilah kesempatan terbaik dan terakhir bagi si roh jahat, yang tidak akan melewatkannya begitu saja.

"Tunggulah, kucing kecilku! Kali ini kita akan menjadi satu!"

Kebencian dan kecemburuan si roh jahat membara dan membakar energi spiritualnya yang tersisa.

Dia sudah tidak memikirkan masa depannya lagi.

Karena dia sendiri sudah semakin lemah, dia tidak akan mendapatkan kesempatan lain jika dia melewatkan yang satu ini. Itulah sebabnya dia akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk bisa mendapatkan Sanae.


Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 7
  1. Silahkan kembali ke sini
  2. Aslinya "sunshine and rainbows", tapi ini mengacu ke hal yang sama di sini