Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Roller Coaster di Sore Hari[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 14 Februari

14 Februari, hari Minggu dan juga Hari Valentine. Ditambah lagi, ada acara yang digelar sebagai perayaan Hari Valentine. Meskipun cuaca masih dingin, ada banyak orang-orang di taman hiburan, jadi ada banyak sekali keluarga dan pasangan kekasih mengelilingi Koutarou dan Kiriha. Mereka semua sedang tersenyum dan menikmati liburan.

"Kiriha-san, kita mau kemana hari ini? Kamu bilang kamu dapet petunjuk."

"Tenanglah, Satomi Koutarou. Ada prosedur yang seharusnya untuk hal-hal seperti ini."

Koutarou diajak ke taman hiburan oleh Kiriha saat Kiriha meminta Koutarou untuk membantunya mencari seseorang. Karena Koutarou sudah membantunya mencari berkali-kali, Koutarou pun setuju. Koutarou menganggap Kiriha sebagai teman yang berharga, itulah sebabnya dia tidak menolak. Selain itu, Kiriha mencari cinta pertamanya. Itu membuat Koutarou merasa harus membantunya. Karena Kiriha mengatakan kalau dia sudah menemukan petunjuk, Koutarou begitu antusias untuk pergi mencari.

Saat mereka memasuki taman hiburan, Kiriha mulai melangkah untuk memimpin jalannya. Mereka berjalan menuju wahana di dalam taman hiburan itu, namun Kiriha tidak mengatakan rencananya kepada Koutarou entah mengapa. Koutarou yang kebingungan pun bertanya padanya, namun Kiriha mengelak dengan memberikan senyuman. Itulah posisi mereka saat ini.

Tapi...aku ngerasa ada yang aneh soal ini...

Koutarou mengejar Kiriha sambil merasakan adanya keanehan. Karena mereka berangkat dari Rumah Corona di siang hari, matahari sudah mulai terbenam. Matahari senja yang berwarna jingga membuat bayangan-bayangan memanjang. Suasana itu memancing kenangan Koutarou, dan membuatnya merasa kalau dia pernah melihat hal ini sebelumnya.

Yah, aku udah pernah kesini beberapa kali sebelumnya, jadi...

Ini bukanlah pertama kalinya Koutarou datang ke sini bersama Kiriha. Sebenarnya, dia sudah pernah ke sini bersama Kiriha beberapa kali. Satu kali dengan alasan kencan, dan beberapa kali untuk mencari seseorang. Kencan itu cukup berkesan, jadi sudah jelas Koutarou akan mengingatnya. Namun, saat mereka berdua terus berjalan, dia mengingat beberapa kenangan lain, selain dari saat dia sedang bersama Kiriha. Kenangan itu berasal dari hari-hari yang dulu yang betul-betul serius, yang betul-betul mengubah pemikiran Koutarou. Sambil terus mengingat-ingat, Koutarou mengejar Kiriha.

"Ini dia."

Kiriha berhenti di depan sebuah wahana. Dia lalu berbalik menghadap Koutarou sambil tersenyum ceria, yang begitu polos dan indah. Senyuman itu begitu berbeda dari yang biasa ditunjukkannya, dan tampak seperti senyuman seorang anak yang sedang mengantri untuk menikmati wahana itu.

"Ini..."

Wahana yang mereka kunjungi adalah roller coaster. Saat Koutarou melihat ke atas, dia bisa melihat orang-orang yang melintas dan berputar-putar di dalam roller coaster. Inilah wahana paling populer di taman hiburan.

"Aku berpikir kalau kita harus menaiki wahana ini hari ini."

"Tunggu, bukannya kamu bilang kalau kamu mau naik ini sama cinta pertamamu? Apa kamu udah nyerah?"

Kiriha berencana menaiki roller coaster itu, namun Koutarou menolak. Dulu, mereka memutuskan bahwa Kiriha akan menaiki wahana ini bersama cinta pertamanya. Kalau Kiriha sudah menyerah untuk mencari orang itu, atau jika cinta pertamanya menolaknya, barulah dia akan menaiki wahana itu bersama Koutarou. Karena itulah Koutarou tidak setuju.

"Kau salah. Aku mungkin sudah menemukannya. Onii-chanku, yang selalu kupikirkan..."

Onii-chanku.

Saat Kiriha mengatakan kata itu, ada seorang berbeda yang muncul sekilas menggantikannya.

"Aku tahu! Onii-chan, ayo kita naik itu selanjutnya!"

"Yang berputar-putar dan geraknya cepat itu!"

Orang itu adalah gadis kecil yang baru saja berumur enam tahun. Seorang gadis yang bertemu dengan Koutarou sekitar setengah bulan lalu yang menghabiskan beberapa hari bersamanya. Gadis itu pun menghilang dan Kiriha kembali, namun Koutarou jelas melihat seklias gadis itu.

Apa mungkin....nggak, nggak mungkin....apa kebetulan kayak gitu bisa ada....?

Koutarou begitu keheranan. Ada sebuah pemikiran yang terlintas di kepalanya, tapi dia segera membantahnya. Bukan berarti Koutarou tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Koutarou pernah mempertimbangkan kemungkinan itu, namun itu adalah sesuatu dengan kemungkinan yang sangat kecil untuk terjadi, yang dianggapnya hanya sebagai angan-angan semata. Bahkan Koutarou mengerti bahwa sebuah sebab yang muncul setelah akibat adalah hal yang tidak mungkin.

Itulah sebabnya dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, dan dia hanya bisa terdiam karena kebingungan.

Sementara Koutarou terdiam, Kiriha tersenyum dan mulai berbicara.

"Semenjak aku datang ke atas ini, aku udah mencarinya menggunakan cara yang salah. Itulah sebabnya aku tidak menemukannya."

Kiriha mulai berbicara berbeda dari biasanya. Gaya bicaranya masih sopan, tapi tidak formal. Dia berbicara seperti halnya gadis biasa, namun Koutarou tidak merasa bahwa itu aneh. Ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa bahwa itu normal. Dan kalau dilihat dari umur Kiriha, cara bicara seperti ini justru lebih sesuai. Dia biasanya terlalu dewasa.

"Orang yang aku temui sepuluh tahun lalu berumur sama denganku saat ini. Itulah sebabnya aku berasumsi, untuk usia ibunya yang mungkin di masa paling mudanya akan berusia sekitar tiga puluh tahun, tapi kemungkinan sudah berumur empat puluh tahun saat ini. Dengan menggunakan itu sebagai petunjuk, aku mencari data rekam wanita yang mengalam kecelakaan lalu lintas, tapi aku tidak menemukannya."

Kiriha sudah mencoba mencari cinta pertamanya melalui data kecelakaan lalu lintas. Dengan menggunakan asumsi bahwa cinta pertamanya berusia 15 tahun, wajar bagi Kiriha untuk menambahkan setidaknya 15 tahun untuk umur ibu orang itu. Itulah sebabnya dia menyelidiki semua wanita yang mati karena kecelakaan lalu lintas pada usia 30 tahun ke atas. Sebagai hasilnya, dia menemukan beberapa yang cocok dengan deskripsinya, tapi dia masih tidak bisa menemukan cinta pertamanya.

"Aku juga menggunakan cara lain, tapi aku tidak bisa menemukannya seberapa keras aku mencoba. Aku mulai berpikir kalau dia mungkin tidak pernah ada, mungkin dia hanya mimpi..."

Kiriha juga mencari data yang lainnya juga, tapi hasilnya sama. Dia tetap tidak bisa menemukan cinta pertamanya. Hal itu membuatnya kesal, dan Kiriha mulai ragu apakah ingatannya yang berharga itu nyata.

"Tapi....tapi kau tahu? Dua hari lalu, aku menemukan ini..."

Mata Kiriha mulai berkaca-kaca saat dia merogoh tas yang dibawanya, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.

"Berkat ini, aku akhirnya mengerti kenapa aku tidak bisa menemukannya...kenapa ibunya tidak ada di dalam data..."

Kiriha menunjukkan sebuah kalung antik dengan permata-permata dan taring yang dipoles.

"...I-Itu..."

Tepat saat dia melihat itu, Koutarou terhenyak. Kalung yang dipegang Kiriha adalah kenang-kenangan yang disembunyikan Koutarou di dalam lemarinya. Alasan mengapa Kiriha mengeluarkan itu dan mengapa Kiriha mengatakan bahwa dia sudah memecahkan misterinya membuktikan bahwa imajinasi Koutarou ternyata benar.

"Tidak mungkin aku bisa menemukannya. Itu karena orang itu masih berumur 16 tahun..."

Asumsi pertama Kiriha salah. Kalau anak itu berumur enam tahun, Kiriha seharusnya menambahkan wanita-wanita berumur dua puluhan tahun ke dalam pencariannya, tapi dia tidak melakukan itu karena alasan yang jelas. Meskipun orang itu mungkin berumur enam tahun di dalam data, orang itu berumur 16 tahun saat Kiriha bertemu dengannya. Siapa yang bisa membayangkan adanya situasi yang irasional seperti itu?

"Aku memberikan kalung ini pada orang itu saat kita berpisah."

Kalau Kiriha berasumsi bahwa orang itu berumur enam tahun pada saat kecelakaan terjadi, hanya ada satu orang yang cocok dengan hasil pencariannya. Kiriha sudah memastikan hal itu, dan dia sudah menemukan kalung itu sebagai bukti. Yang perlu dilakukannya adalah untuk memastikan satu hal lagi.

"Aku memberikan kalung itu padanya sebagai ganti atas kartu ini", ujar Kiriha sambil mengeluarkan kartu dari dalam tasnya. Kartu itu adalah kartu mainan metalik, namun kartu itu sudah kehilangan kilapnya seiring berjalannya waktu. Kartu itu menampilkan seorang tokoh pahlawan yang digambar berdasarkan kumbang.

Koutarou pernah melihat kartu itu dan huruf-huruf yang tercoret pada kartu itu, yang terlihat sama dengan kartu yang dimiliki oleh seorang gadis berumur enam tahun yang dijumpainya setengah bulan yang lalu.

"Kalung ini adalah kenang-kenangan dari ibuku. Aku memberikan ini kepadanya, berharap agar ibuku menjaganya agar dia tidak merasa kesepian dan menangis sendirian."

Kiriha mulai menangis. Dia tidak pernah menunjukkan emosi yang begitu kuat sebelumnya di tempat umum, tapi sekarang dia sedang menangis tanpa mempedulikan sekelilingnya. Wajahnya terlihat bahagia, sekaligus sedih. Berbagai macam perasaan terlihat berada di dalam raut wajahnya itu, dan emosi yang begitu kuat itu berubah menjadi air mata yang mengalir di pipinya, berkilau diterpa matahari senja.

"Aku selalu khawatir selama sepuluh tahun ini. Apakah dia bahagia? Dia tidak merasa kesepian, benar?"

Kiriha tampak tidak bisa mengendalikan perasaannya. Badan dan lututnya gemetaran, kekuatannya hanya cukup untuk menopang badannya berdiri. Kiriha nampak akan rubuh jika seseorang menyentuhnya hanya sedikit saja.

"Jadi, tolong katakan padaku, Koutarou! Apakah pemilik kalung ini saat ini bahagia? Dia tidak merasa kesepian...benar?"

Itulah alasan mengapa Kiriha mencari cinta pertamanya. Sebelum dia menyatakan perasaannya sendiri, Kiriha ingin tahu apakah orang itu bahagia.

Kiriha masih mencintainya, tapi dia tidak meminta orang itu untuk melakukan hal yang sama. Orang itu punya kehidupannya sendiri, dia mungkin sudah mempunyai kekasihnya sendiri, atau bahkan sudah berkeluarga. Kiriha tidak berniat untuk memaksa dirinya untuk masuk ke dalam kehidupan orang itu. Bisa menyatakan perasaannya saja sudah cukup baginya.

Namun, Kiriha ingin tahu apakah orang itu bahagia, dan memastikan bahwa orang itu tidak merasa kesepian, apapun yang terjadi. Itulah perasaan dibalik alasannya memberikan kalung itu, dan juga apa yang diharapkannya saat dia melihat ke kartu di tangannya. Sebelum dia bisa memastikan hal itu, Kiriha tidak bisa melangkah maju. Dia tidak bisa mengejar kebahagiaannya sendiri.

"...Bisa kamu berdiri disana sebentar?"

Koutarou tidak menjawab pertanyaan Kiriha yang begitu sangat. Dia justru tersenyum dan menunjuk ke sesuatu di belakang Kiriha. Dengan wajah dan suara yang tetap tenang, Koutarou sudah kembali normal.

"Eh...? O-Oke..."

Sementara Koutarou sudah kembali tenang, pikiran Kiriha masih nampak kacau. Dia ingin mendengar jawaban Koutarou, dan peristiwa yang tidak diduganya ini membuat Kiriha bingung.

"Begini?"

Sementara perasaannya masih kacau, Kiriha tetap menuruti permintaan Koutarou. Koutarou menunjuk ke sebuah papan penunjuk di depan roller coaster, dan Kiriha bergerak maju ke depannya.

"Yap, begitu."

Saat Kiriha berdiri di sana dan menunggu, Koutarou mendekatinya.

"Ah..."

Saat Koutarou mendekat, badan Kiriha menegang dan di saat yang sama dia menggenggam erat-erat kalung dan kartu di tangannya. Bukannya Kiriha tidak merasa gugup, hanya saja, meskipun dia mempunyai bukti, Kiriha sendiri masih merasa tidak yakin. Itulah sebabnya dia terus memperhatikan apa yang dilakukan Koutarou.

"Hmm..."

Meskipun Kiriha masih gugup, Koutarou tersenyum dan mengangguk. Namun, dia tidak melihat ke arah Kiriha tapi pada sesuatu di belakangnya. Karena penasaran, Kiriha berbalik dan melihat apa yang sedang dilihat oleh Koutarou.

'Tinggi anda minimal 140 sentimeter untuk menaiki wahana ini'

Itulah yang tertulis di papan di belakangnya. Batas tinggi badan ditulis dengan huruf-huruf besar di sisi papan dan di sebelahnya terdapat gambar yang menunjukkan tinggi 140 sentimeter.

Koutarou melihat ke arah papan itu dan lalu dengan riangnya meletakkan tangannya di atas kepala Kiriha.

"...Kamu udah dewasa ya, Kii-chan", ujar Koutarou sambil melihat ke arah Kiriha, dan di saat yang sama dia membelai kepala Kiriha beberapa kali.

"Ah...."

Pada saat itulah Kiriha sadar bahwa imajinasinya ternyata benar. Di saat yang sama, seluruh perasaannya meledak dan membuatnya terbata-bata untuk berbicara. Kiriha berusaha mengatakan sesuatu, namun bibirnya hanya bisa menganga tanpa ada satu patah katapun yang keluar.

"Kalau kamu udah setinggi ini, kita bakal bisa naik ini kali ini."

Gambar pada papan itu hanya setinggi bahu Kiriha saja.

Kalau begini, petugasnya nggak akan ngehentiin kita kayak waktu itu...

Koutarou ingat saat dimana mereka dihentikan dan lalu berkata demikian.

"Aku nggak tahu kalau itu ternyata kamu, bener."

"O-Onii-cha...kamu betul-betul Onii-chan, benar?"

Air mata mulai keluar dari mata Kiriha lagi, dan badannya kembali gemetaran.

"Ya, bener kok", balas Koutarou dengan tegas. Dia sendiri juga kaget dengan kejadian ini, tapi dia tidak seterkejut Kiriha karena peristiwa itu baru terjadi setengah bulan yang lalu baginya. Dan Kii, Kiriha yang menangis di hadapannya sudah bertumbuh dewasa. Koutarou tahu kalau Kiriha menangis baginya, dan itu sebabnya kapanpun Kiriha menangis di depannya, Koutaoru merasa kalau dia harus tetap tegar. Karena itulah Koutarou bisa dengan tenang mengawasi Kiriha.

"Ah..."

Kiriha menjadi lemas dan kehilangan keseimbangan. Karena dia diayun-ayunkan oleh perasaannya yang begitu berkecamuk, Kiriha tidak bisa menyeimbangkan badannya dan terlihat mulai jatuh. "Hei, hei."

Namun, sebelum dia sempat jatuh, Koutarou menopang badannya.

Rokujouma V10 289.jpg

Kamu masih aja ringan, biarpun udah segede ini, Kii-chan...

Koutarou menjadi senang karena bisa menopang gadis yang telah menopang dirinya. Sementara Koutarou masih merasa senang, Kiriha melingkarkan tangannya ke badan Koutarou dan memeluknya.

"....Ternyata Onii-chan...kamu memang benar-benar Onii-chan..."

Kiriha betul-betul menyerahkan dirinya pada Koutarou layaknya seorang anak ingin dimanja oleh orang tuanya. Koutarou pun membetulkan topangannya pada Kiriha untuk bisa betul-betul menahannya.

"...Dulu kamu lebih tomboy loh, nggak kayak begini", ujar Koutarou yang menopang Kiriha sambil tersenyum kecut. Saat ini, Kiriha tampak lebih kekanakan dibanding Kii.

Nggak nyangka kalau dia bener-bener Kii-chan....

Kii yang selama ini bersembunyi di dalam Kiriha sekarang sudah melesat keluar. Hingga saat ini, Kii sudah seringkali muncul beberapa kali, dan Koutarou tahu seperti apa Kii bertingkah, jadi hal itu dianggap Koutarou sebagai hal yang wajar. Tentu saja, Koutarou merasa kaget, dan tetap merasa begitu hingga sekarang, tapi dia juga merasa puas. Karena itulah, Kiriha dan Kii mulai menyatu menyatu.

"Dasar...meskipun bagimu hanya setengah bulan, bagiku itu sudah berjalan selama sepuluh tahun, Onii-chan. Tak bisakah kau membiarkanku seperti ini sedikit lebih lama lagi..."

Tangan Kiriha memeluk Koutarou dengan begitu eratnya, sambil mencurahkan segenap perasaannya yang tersimpan selama sepuluh tahun dia tidak bertemu dengannya, yang juga menjadi sumpah Kiriha yang baru.

Kiriha akan melindungi Koutarou dari kesendirian, dan akan selalu menjaga hatinya agar tetap hangat.

Seperti halnya Koutarou sudah menjadi penopang bagi Kiriha dan Kii, mereka pun akan juga menopangnya. Karena sahabat dan cinta pertamanya sudah menjadi orang yang sama, keinginan mereka berdua pun menjadi satu, dan menjadi sebuah sumpah yang bahkan lebih kuat lagi.

"Maaf ya. Aku bakal nurutin apapun yang kamu minta hari ini, jadi tolong maafin aku ya."

"Apapun?" tanya Kiriha yang tersenyum pada Koutarou sambil memiringkan kepalanya.

"Iya."

"Aku mungkin akan mengatakan sesuatu yang luar biasa."

"Nggak bakal. Kamu bukan cewek semacam itu."

"...Fufu."

Kiriha tampak begitu bahagia saat dia tertawa dan kembali memeluk Koutarou, lalu berbisik pelan di telinga Koutarou.

"Onii-chan, kamu masih belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Jadi, aku ingin kamu betul-betul menjawabnya."

Apakah Koutarou bahagia atau tidak.

Kiriha sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu, karena saat dia bertemu dengan Koutarou sepuluh tahun lalu, Koutarou berkata bahwa dirinya sedang berusaha untuk pulang. Mempunyai tempat untuk kembali pulang adalah tanda dari kebahagiaan.

Namun, Kiriha ingin mendengar Koutarou mengatakan sendiri hal itu. Apakah Kiriha sudah berhasil melindunginya selama sepuluh bulan mereka bersama, dan apakah Kii sudah berhasil menghangatkan hatinya dua minggu setelah mereka bertemu? Apakah Kiriha dan Kii sudah berhasil menopang dirinya? Kiriha ingin Koutarou menjawabnya dengan kata-katanya sendiri.

"Sekarang kalau dipikir-pikir, memang belum kujawab ya?" balas Koutarou sambil tersenyum kecut dan mulai berpikir sambil menengadah melihat langit. Apakah sepuluh bulan ini semenjak pertemuannya dengan Kiriha dan dua minggu semenjak kembalinya dirinya ke tempat ini mempunyai sebuah makna baginya? Itu adalah sebuah pertanyaan yang begitu sulit untuk dijawab oleh Koutarou.

"...Pemilik kalung ini orangnya agak bodoh loh. Dia bahkan nggak kenal sama siapa cewek di depannya sendiri. Gara-gara itu, dia sering berantem sama orang-orang di deketnya."

Koutarou tersenyum sambil mulai berbicara pada Kiriha. Senyuman dan kata-katanya betul-betul berbeda dari apa yang ditunjukkannya pada Kiriha hingga saat ini, seakan-akan Koutarou sedang berbicara dengan seorang anak kecil.

"Tapi...pas dia terdampar ke tempat yang jauh, jauh banget, entah kenapa dia kangen sama orang-orang itu, dan dia pun berusaha keras buat bisa pulang ke rumah. Jadi, aku rasa....dia bahagia. Seenggaknya, aku rasa dia nggak kesepian."

Koutarou berbicara seolah-olah dia sedang membicarakan orang lain, karena dia merasa agak malu untuk membicarakan dirinya sendiri, terlebih lagi karena alasannya untuk kembali pulang berada tepat di hadapannya.

"...Ah...syukurlah..."

Namun, Kiriha nampak tidak peduli bagaimana perasaan Koutarou. Tepat saat Koutarou berkata bahwa dia bahagia, perasaan Kiriha meluap-luap dan tercurah tanpa bisa berhenti. Kiriha tidak tahu harus berbuat apa, dan yang hanya bisa dilakukannya hanyalah menangis dan memeluk Koutarou.

Namun, ada satu hal yang Kiriha tahu.

Dia tidak perlu khawatir apakah cinta pertamanya merasa bahagia atau tidak, dan bahwa dia akan bisa terus menolong Koutarou mulai dari saat ini. Dia akan bisa terus melihat senyuman Koutarou dari dekat, dan dia hanya perlu menjaga agar senyuman itu tidak pernah pudar.

Hal itu membuat Kiriha meneteskan lebih banyak air mata bahagia dan memeluk Koutarou lebih erat lagi.

"Tapi, bener deh, nggak nyangka kalau kamu Kii-chan..."

"...Dasar lamban....hhhh....kenapa kamu tidak sadar dari setengah bulan yang lalu..."

"Maaf."

Dengan begitu, Kiriha terus menangis sambil terus dipeluk oleh Koutarou. Karena perasaan yang dipendamnya begitu besar, dia terus melakukan hal itu untuk waktu yang cukup lama. Namun, Koutarou dengan tenang terus memeluknya sampai dia berhenti.


Part 2[edit]

Setelah beberapa saat berselang, Kiriha sudah menjadi lebih tenang. Dia menjauh sedikit dari Koutarou sambil menengadah untuk memandangnya.

"...Hei, Onii-chan", bisik Kiriha sambil tersenyum.

"Hm?"

"Aku sebenarnya sedikit kebingungan."

Sambil berkata begitu, Kiriha memasang kalung yang sedari tadi dipegangnya ke leher Koutarou. Baginya, itulah tempat yang tepat untuk kalung itu.

Setelahnya, setelah Kiriha memainkan kartu itu beberapa kali dan menunjukkannya pada Koutarou, dia menahan kartu itu di dadanya dengan kedua tangannya. Itulah tempat yang tepat bagi kartu itu.

"Kenapa?"

Kiriha terus menangis saat dia mulai berbicara, dan air mata yang mengalir di pipinya dan jatuh dari dagunya membasahi tangannya dan kalung Koutarou. Koutarou, yang menyadari hal itu, mengulurkan tangannya ke pipi Kiriha dan menyeka air mata itu. Hal itu membuat Kiriha bahagia, dan tersenyum sambil meneteskan air mata terakhirnya.

"Kiriha dan Kii sedang bertengkar di dalam diriku. Kiriha ingin mengganggumu lebih banyak lagi, sementara Kii ingin tetap seperti ini."

"Ah, kalau gitu kamu nggak usah bingung", balas Koutarou sambil menghela nafas lega dan melemaskan pundaknya.

"Kenapa?" tanya Kiriha sambil memiringkan kepalanya seperti halnya Kii dahulu. Wajahnya tampak sama seperti biasanya, namun saat itu dia tampak seperti anak kecil.

"...Rasanya sakit juga dipelototin sama orang-orang. Mereka pasti ngira kalau aku yang udah bikin kamu nangis."

Karena Kiriha bergantung padanya seperti halnya Kii, Koutarou menjadi merasa kewalahan. Pada akhirnya, semua tetap berakhir sama, entah itu Kiriha maupun Kii yang melakukannya.

"Kamu MEMANG membuatku menangis, dasar..."

Setelah memberikan senyuman jahil khas Kiriha pada Koutarou, Kiriha memeluknya kembali seperti bagaimana Kii memeluknya. Kedua gadis itu melebur menjadi satu dan mencurahkan perasaan mereka pada Koutarou.

"Kalau gitu, ayo kita pergi", bisik Koutarou sambil tersenyum pahit. Anehnya, dia tetap terlihat tenang meskipun Kiriha sedang memeluknya. Karena perasaannya terhadap Kii dan Kiriha menjadi satu, Koutarou merasa bahwa hal ini adalah hal yang sewajarnya. Dia merasakan sesuatu yang mirip dengan perasaannya terhadap Sanae.

"Kemana?"

Kiriha menutup matanya dan membalas berbisik pada Koutarou sambil terus memeluknya.

"Udah jelas, kita bakal naik roller coaster. Kita narik banyak perhatian disini..."

Orang-orang di sekitar mereka yang terus memandangi mereka berdua membuat Koutarou merasa tidak nyaman dibandingkan Kiriha yang memeluknya.

"Mencoba membuat seorang gadis menjadi tertarik dengan mengajaknya naik wahana....bukankah itu terlalu sederhana menurutmu?" tanya Kiriha sambil menengadahkan kepalanya dan tersenyum. Dia lalu melepaskan Koutarou dan menggenggam tangannya. Meskipun dia berkomentar bahwa hal itu sederhana, Kiriha tampak begitu menantikan saat-saat itu. Memang sudah sewajarnya, karena Kiriha sudah menunggu momen ini selama lebih dari sepuluh tahun.

"Nggak kok. Aku udah pernah bilang kan? Aku sebenernya tertarik sama roller coaster...aku sendiri juga ingin naik itu."

Koutarou mulai berjalan, ditemani Kiriha yang dengan perlahan menyandarkan kepalanya di pundak Koutarou. Mereka berdua berjalan pintu masuk wahana itu seperti halnya sepasang kekasih.

"Ngomong-ngomong, Onii-chan, kalimat itu untuk siapa? Untuk Kiriha, atau untuk Kii?"

"Aku lupa. Apa itu penting?"

"Fufufu, ya sudah kalau begitu. Koutarou dan Onii-chan sama-sama pemalu."

"Diamlah.."

Dinginnya musim dingin sudah mulai menetap pada hari-hari di bulan Februari ini. Matahari mulai terbenam dan senja mulai menjadikan udara semakin dingin. Di dalam taman bermain yang diwarnai jingga matahari senja, roller coaster itu melaju dengan kecepatan penuh.

Tidak ada hal spesial yang terjadi pada hari ini. Seorang pemuda dengan kalung antik dan gadis dengan kartu antik baru saja menaiki wahana roller coaster itu bersama-sama.


Sebuah peristiwa yang begitu normal dalam liburan.


Namun, itu juga merupakan peristiwa yang begitu mengubah hubungan mereka berdua.


Part 3[edit]

Tengah malam di hari di tengah bulan Maret. Sebuah mobil berhenti di gang yang begitu redup di dekat stasiun. Seorang pria gemuk berada di mobil itu sendirian, terduduk di kursi penumpang dan tertidur lelap. Kursi pengemudinya kosong, dan pria itu menunggu orang yang duduk di kursi pengemudi itu untuk kembali.

"Zzzz...Zzzz....Zzz..."

Pria itu telah tertidur seperti itu sekitar satu jam lamanya.

Dan tiba-tiba, pintu di sisi pengemudi terbuka dan seorang pria yang kurus masuk ke dalamnya.

"Bangun, Hachi! Ada keadaan darurat!"

Meskipun pria kurus itu berteriak, si pria gemuk bernama Hachi tidak bangun juga. Dia terus tertidur sambil meneteskan air liurnya. Karena panik, si pria kurus menggenggam tubuh Hachi dan menggoyang-goyangkannya dengan kencang.

"Sudah kubilang, bangun!! Apa kamu nggak bisa bangun, kalau aku lagi serius!!"

"Hwah!? K-kakak...?"

"Betul! Bangun! Ada keadaan darurat!"

"Aniki....ada apa?" tanya Hachi pada pria kurus itu tentang apa yang terjadi sambil menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk.

Mereka berdua sudah melakukan pengintaian selama beberapa bulan, tapi hingga saat ini, tidak ada hal yang terjadi dan si pria kurus tidak pernah sepanik itu sebelumya.

"Kondisi cewek itu berubah!! Dia dalam kondisi kritis!!"

"I-itu gawat!!"

Tepat saat dia mendengar kata-kata kondisi kritis, Hachi menjadi betul-betul terbangun. Dia akhirnya mengerti seberapa gawatnya situasi itu.

"Itu sebabnya aku bilang ini keadaan darurat!! Hachi, kamu hubungi Nee-san sekarang juga!!"

"Aku telepon sekarang!! Kamu sendiri bagaimana, Kakak!?"

"Aku akan kembali ke rumah sakit!! Aku akan meletakkan penyeimbang energi spiritual ini padanya yang aku dapat dari Nee-san agar dia jangan sampai mati!! Aku harap aku masih sempat!!"

Mereka berdua adalah pemburu hantu yang pernah dilawan oleh Koutarou dan yang lainnya. Namun, mereka sudah tidak berburu hantu lagi dan sudah mendapat pekerjaan yang berbeda. Pekerjaan mereka saat ini adalah untuk memberikan laporan berkala kondisi seorang gadis yang sedang dirawat di rumah sakit. Memang pekerjaan pengintaian itu membosankan, tapi bayarannya bagus. Itulah sebabnya mereka berdua bekerja tanpa mengeluh.

"Nee-san! Kiriha-Nee-san! Ini aku! Hachi!" teriak Hachi yang menggunakan handphonenya untuk menelepon Kiriha.

"Gawat! Cewek itu, Sanae-chan, sekarat!"

Mereka berdua telah mengawasi seorang gadis yang dirawat cukup lama atas nama Higashihongan Sanae.


Kembali ke Bab 7 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup