Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Yang Ada di dalam Kalung[edit]

Part 1[edit]

Setelah melesat keluar dari bangunan kosong itu, Koutarou melihat lurus ke arah tempat kecelakaan dimana ibunya mati. Dia tidak melihat ke sekitarnya, mengabaikan lampu lalu lintas dan menubruk orang-orang, terus mengabaikan semua itu dan terus maju. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ingatan Koutarou berkata bahwa kecelakaan itu terjadi sesaat setelah jam 7. Karena dia tidak yakin dengan waktu kejadian sebenarnya, Koutarou tidak yakin apakah dia akan tiba lebih dulu atau tidak. Itulah sebabnya Koutarou bertaruh pada peluang kecil itu dimana ibunya masih hidup.

Belokan itu, deket belokan itu!!

Koutarou sudah dekat dengan tempat kecelakaan itu. Jantungnya berdetak cepat, dia hampir kehabisan nafas dan larinya melambat karena kakinya mulai lelah. Suara detak jantungnya begitu berisik sampai-sampai dia tidak bisa mendengar hal-hal lain. Namun, Koutarou mengabaikan semua itu dan terus maju. Tepat di dekat belokan itu, ibunya akan mati dalam sebuah kecelakaan. Koutarou tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan kekhawatirannya sendiri.

Oke, sekarang tinggal belok disini!!

Koutarou melambat sedikit untuk berbelok, dan tepat saat dia melakukan itu, dia bisa mendengar ada suara sirine yang meraung-raung cukup keras dari belakangnya dan sebuah mobil van putih yang mendekat. Mobil van itu berbelok di saat yang sama dengan Koutarou dan mendahuluinya.

'Rumah Sakit Kota Harukaze'

Itulah yang tertulis di sisi mobil van itu. Lampu peringatan merah menyala di atas van itu diiringi dengan sirine yang terus meraung-raung dengan nyaringnya. Sudah jelas, bahwa itu adalah mobil ambulans.

Ada kerumunan orang-orang yang berkumpul di arah kemana ambulans itu menuju. Orang-orang itu tampak mengeliingi sesuatu. Di tengah-tengah kerumunan itu, terdapat sebuah mobil yang menabrak pembatas jalan. Tepat di sebelahnya, terdapat seorang anak laki-laki, yang sedang memeluk sebuah sweater yang hampir selesai dan terduduk di jalan. Di dekatnya, ada keranjang yang terbuat dari bambu dan alat-alat merajut di dalamnya tercecer di luar. Seorang wanita terbujur kaku di depan anak itu. Wanita itu tampak mengambang karena posisinya yang berada di tengah-tengah genangan berwarna merah.

"Ah..."

Tepat saat Koutarou melihatnya, dia berhenti. Badannya menjadi lemas dan terdiam kaku. Koutarou hanya terdiam dan melihat perkembangan situasinya. Petugas medis melewati anak itu dan bergegas menuju wanita yang terbaring itu. Orang-orang yang berkerumun pun semakin banyak dan Koutarou tidak lagi bisa melihat baik anak itu, wanita di dekatnya dan para petugas medis.

"Veltlion..."

Seorang wanita muncul di sisi Koutarou, memakai kacamata dan gaun panjang.

"Aku betul-betul minta maaf....saat aku sampai ke sini, semuanya sudah..."

Clan tampak begitu menyesal, sesuai dengan apa yang dikatakannya.

Setelah Clan menuntun Koutarou ke bangunan kosong itu, dia mengikuti arahan Koutarou untuk mencari lokasi kecelakaan itu. Namun, Clan kesulitan menemukannya dengan arahan singkat yang didapatnya, dan pada saat dia berhasil menemukannya, kecelakaan itu sudah terjadi.

Koutarou terduduk lemas di tempat dia sebelumnya berdiri, setelah mendengar permintaan maaf dari Clan. Wajahnya saat itu terlihat sama dengan anak yang memeluk sweater yang hampir jadi itu.

"Onii-chan! Onee-chan!"

Tepat pada saat itulah Kii sampai. Koutarou meninggalkan Kii yang ditemani oleh alat pengintai Clan dan pergi lebih dahulu. Itulah sebabnya Kii baru sampai pada saat ini.

"Apa yang terjadi dengan ibumu!?"

Kii masih tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia sudah merasakan adanya sesuatu yang buruk saat dia melihat Koutarou yang terduduk. Namun, dia tidak ingin percaya dengan hal itu.

"...Kita tidak berhasil...", jawab Clan pada Kii dengan nada sedih sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak!! Berarti, ibu Onii-chan mati!?" jerit Kii yang tampak mulai menangis. Dia tidak mau percaya bahwa ibu Koutarou sudah mati.

Aku gagal....ibu mati...lagi...

Teriakan Kii mengukir realita itu ke dalam hati Koutarou yang telah membeku, dan sesaat kemudian, kenangan hari-hari setelah ibunya mati pun mulai muncul kembali dengan derasnya ke dalam kepalanya.

Ibu Koutarou mati meninggalkan sweater yang hampir jadi. Seperti halnya Kii, Koutarou mencari ibunya sementara ayahnya minum-minum untuk menghilangkan kesedihannya. Hubungan Koutarou dengan ayahnya pun memburuk, dan butuh waktu lama untuk bisa memperbaiki hubungan itu. Saat ini mereka sudah membaik, namun Koutarou harus menjadi lebih dewasa sebelum semua itu bisa terjadi.

Bisa dikatakan, masa kecil Koutarou begitu kesepian. Saat dia pulang, dia akan sendirian di dalamnya. Sulit baginya untuk sendirian di dalam rumah yang penuh dengan kenangan akan ibunya, sementara ayahnya baru akan pulang malam nanti. Baik Koutarou dan ayahnya kesulitan menerima kenyataan bahwa mereka telah kehilangan sosok seorang ibu dan seorang istri. Sebagai hasilnya, butuh waktu lama sampai mereka berdua bisa saling memaafkan. Sebelum waktu dan teman-temannya bisa menyembuhkan hatinya, Koutarou menghabiskan banyak waktu sendirian. Ini juga salah satu alasan mengapa dia fokus bermain baseball.

Semua kenangan masa kecilnya yang kembali muncul di dalam Koutarou membuatnya merasa begitu kesepian dan kehilangan. Koutarou kehilangan ibunya sekali lagi.

"Bangsat, aku nggak bisa nyelametin dia! Aku nggak bisa nyelametin ibu!!" teriak Koutarou sambil menghantamkan tangannya ke trotoar, membuat kulitnya sobek dan mengucurkan darah. Mungkin saja, darah yang mengalir itu adalah ganti dari air matanya.

"Padahal tinggal sedikit lagi!!"

Koutarou terus memukul trotoar itu berulang kali, tidak mempedulikan tangannya yang sudah berdarah-darah. Dia merasa kalau dia tidak melakukan itu, hatinya akan hancur berkeping-keping. Hanya dengan melakukan hal itulah Koutarou bisa tetap waras.

"Biar aku disebut-sebut sebagai ksatria, aku nggak bisa nyelametin siapapun!! Sejarah masih aja sama!! BANGSAAAT!!" teriak Koutarou.

Pemandangan ibunya yang kembali mati di hadapannya ternyata lebih menyakitkan dari yang dibayangkannya. Koutarou tidak bisa menyelamatkan siapapun, tidak bisa menolong siapapun. Semuanya terjadi seakan-akan sesuai dengan naskah atau sejarah. Koutarou tidak bisa melakukan apapun. Setelah dipenuhi dengan semua rasa putus asa, tidak berdaya, kesepian dan kehilangan, Koutarou merasa dirinya akan hancur berkeping-keping jika sampai ada yang menyentuhnya.

"Maafkan aku! Maafkan aku, Onii-chan!!"

Namun, ada seseorang yang melindungi Koutarou saat dirinya akan jatuh dan hancur, yakni si gadis kecil Kii, yang berusaha mengejar Koutarou. Kii memeluk tangan Koutarou di dadanya sekuat-kuatnya, tidak mempedulikan bajunya yang menjadi bersimbah darah, seakan-akan menerima semua perasaan yang dicurahkan oleh tangan itu.

"Semua, semua salah Kii!! Kalau Kii tidak lari dari rumah, ibu Onii-chan...!! Ibu Onii-chan pasti masih...!!"

Kii pun tidak bisa menahan dirinya karena jiwanya yang turut menjerit. Dia merasa bertanggung jawab, merasa bahwa semua itu adalah salahnya dirinya sampai tertangkap Maya yang menyebabkan ibu Koutarou mati. Dan kalau dia melihat kembali, Kii tertangkap karena dia lari dari rumah. Tindakan Kii yang egois telah begitu menyakiti Koutarou, dan sebuah kegagalan besar bagi Kii.

Kii mengerti perasaan Koutarou lebih dari siapapun, karena perasaan itu sama dengan apa yang dirasakan oleh Kii sebelum Kii menemukan bintang ibunya. Kii sudah merasakan keputusasaan dan kesepian itu juga.

Namun, lebih dari semua itu, Kii mencintai Koutarou. Memang, itu adalah cinta pertama yang masih muda dari gadis itu. Perasaannya yang begitu murni berteriak padanya bahwa dia tidak bisa meninggalkan Koutarou sendiri. Ada sesuatu di dalam dirinya yang berteriak padanya untuk menyelamatkan Koutarou.

"Aku janji, Onii-chan!! Kii tidak akan membiarkanmu sendirian!! Kii akan selalu berada di sisimu!! Jadi, jadi...!"

Seperti halnya Koutarou yang sudah menyembuhkan hati Kii, Kii merasa bahwa sekaranglah gilirannya untuk menyembuhkan hati Koutarou. Karena dia mencintai Koutarou lebih dari siapapun, dia menerima peran itu. Kii akan selalu berada di sisi Koutarou agar Koutarou tidak merasa kesepian. Kii akan belajar memasak, bersih-bersih, mencuci dan melakukan segala hal yang akan dilakukan oleh seorang ibu. Dia ingin memberikan kehangatan itu kepada Koutarou, karena dia percaya, bersama-sama mereka berdua bisa saling menyelamatkan diri mereka dari rasa kesepian.

"Jadi, jangan menangis!! Kamu tidak sendiri, Kii ada disini!! Kii akan selalu melindungimu, Onii-chan!!" jerit Kii yang terus meneteskan air mata. Perasaan yang begitu tulus, hangat dan penuh kasih itu masuk ke dalam hati Koutarou, dan menyelimuti hatinya yang sudah membeku dan retak.

"Kii-chan..."

Kii terus berusaha menjaga agar hati Koutarou tidak hancur. Berkat itu, Koutarou bisa lebih tenang sedikit. Memang, kesedihan karena kehilangan ibunya tidak menghilang, tapi Koutarou berhasil pulih dari guncangan karena harus kehilangan ibunya dua kali.

Pakaian Kii menjadi merah karena darahnya, dan air mata terus mengalir membasahi pipinya. Badan Kii bergetar dan suaranya pun juga gemetaran.

Semua itu membuat Koutarou tahu bahwa dia tidak sendirian. DI saat yang sama, hal itu berubah menjadi kekuatan yang dibutuhkannya untuk bisa bangkit kemabli.

"...Makasih ya, Kii-chan. Aku ngerasa lebih baik....berkat kamu", ujar Koutarou yang entah bagaimana bisa tersenyum pada Kii.

"Onii-chan..."

Setelah bersedih seperti itu, Kii selalu menunjukkan senyuman.

"A-aku senang....maafkan aku, maafkan aku, Onii-chan....aku, betul-betul, betul-betul, minta maaf..."

Kii mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Koutarou, menghapus air matanya dengan perlahan. Kii sendiri pun menangis lega setelah melihat Koutarou yang bisa bersikap seperti itu, dan Koutarou sendiri juga turut menghapus air mata Kii.

"Kamu nggak perlu minta maaf. Kamu nggak berbuat salah sama sekali."

"Tapi, tapi!!"

"Nggak apa-apa. Makasih ya, Kii-chan."

"Onii-chan!! Uwaaa, aaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Karena begitu tersentuh, Kii melompat ke arah Koutarou dan memeluknya.

Dia udah nangis buat aku....

Koutarou memeluk badan Kii yang gemetaran, sambil membelai pelan punggungnya dan merasa bersyukur bahwa Kii sudah menangis untuknya.

Karena KIi yang sudah menangis lebih dahulu, entah bagaimana, Koutarou berhasil menahan dirinya untuk menangis.


Part 2[edit]

Setelah Kii selesai menangis, dia tertidur karena kelelahan dan dari rasa lega yang begitu besar sambil terus memeluk Koutarou. Koutarou pun menggendongnya saat dia berjalan kembali ke Cradle.

"Dia benar-benar masih anak-anak. Lihat betapa pulas tidurnya."

"Dia memang harusnya punya sisi anak-anak kayak begini. Dia kelewat baik jadi anak-anak."

"Benar juga. Kalau dia masih bangun, aku tidak akan punya giliran untuk menghiburmu."

"Kamu rewel juga ya, buat hal-hal aneh begitu."

"Diamlah!"

Saat ini, Koutarou sudah kembali ke sikapnya yang biasa. Rasa sedihnya belum menghilang, namun dia berhasil menahan dirinya berkat pertolongan Kii dan Clan.

Aku bener-bener bersyukur, Clan. Aku bersyukur kita bisa bersama-sama...

Saat Koutarou memikirkan kalau dirinya berada di sana sendirian, dia menjadi merasa begitu bersyukur kepada Clan. Alasan mengapa Koutarou tidak mengatakan hal itu langsung pada Clan adalah karena jarak di antara mereka. Koutarou sedikit malu untuk mengatakan pada Clan perasaannya yang sejujurnya.

Dan juga, mungkin ini yang terbaik buat Clan...

Kalau Koutarou berhasil menyelamatkan ibunya, Clan akan kehilangan tempat untuk kembali. Kenyataan itu juga membantu Koutarou meredakan kesedihannya, karena Clan sudah menjadi teman yang berharga baginya. Meskipun dia masih berkabung untuk ibunya, Koutarou merasa kalau dia juga harus merasa senang karena temannya baik-baik saja.

"Ngomong-ngomong, Clan, sekarang kita ngapain?"

"Aku sudah menyelesaikan perhitunganku, tapi tunggulah sebentar lagi untuk keberangkatannya."

"Kenapa?"

"Anak ini sudah menemukan lokasi Cradle, benar? Setelah kita memulangkannya, aku akan memindahkannya."

"Oke, kalau gitu kamu yang urus itu ya. Aku mau latihan akting, jadi nggak usah buru-buru."

"Oh ya, ada hal itu juga."

Sementara Koutarou dan Clan membahas apa yang akan mereka lakukan nanti, mereka memasuki area gunung dimana Cradle dikuburkan. Karena mereka akan mendaki jalan yang sudah diberi lintasan untuk sementara waktu, jalan yang akan mereka tempuh tidak akan sulit untuk dilalui. Kii tidak bangun saat mereka mulai mendaki.

Saat Koutarou dan Clan sudah di tengah jalan ke atas gunung, gelang di tangan kanan Clan membunyikan suara peringatan.

"Peringatan. Ada kelompok tidak teridentifikasi mendekat dari arah jam sepuluh. Empat orang, ancaman senjata rendah, reaksi energi rendah. Memasuki level ancaman satu."

"Veltlion, ada orang yang akan datang."

"Kelihatannya begitu."

Meskipun sedikit terlambat, Koutarou juga menyadari hal itu.

Mereka kelihatannya nggak berbahaya, tapi...

Kemampuan Koutarou untuk melihat energi spiritual mulai melemah, tapi dia masih bisa merasakan keberadaan empat orang yang mendekat.

"Ada baiknya kita bangunkan anak ini."

"Ya."

Ada kelompok misterius yang muncul dari kiri. Tidak ada jalan yang berasal dari arah itu, hanya semak-semak dan pepohonan. Sulit untuk membayangkan ada orang yang mengumpulkan jamur dan tanaman selarut ini, jadi Koutarou dan yang lainnya memutuskan untuk waspada.

"Kii-chan, bangun Kii-chan."

"Mm, mmmm~"

Koutarou menggoyang pelan badan Kii sambil memanggilnya, dan Kii pun mulai bergerak. Dia menggerakkan tangannya yang memeluk leher Koutarou lalu menggosok-gosok matanya.

"Selamat pagi, Onii-chan? Ada apa?"

"Ada orang-orang aneh yang mau datang. Kayaknya sih bukan musuh, tapi kami rasa ada baiknya kami bangunin kamu."

"Baik."

Kii merasa puas dengan penjelasan itu dan turun dari Koutarou seraya mengangguk. Sambil menggosok-gosok matanya yang masih berat, Kii melihat ke sebelah kirinya. Semak-semak di depannya bergoyang dan ada empat orang yang muncul.

Ada seorang tua di depan dengan tiga orang di belakangnya, dan mereka semua memakai pakaian bermerek yang mahal. Berdasarkan gerakan orang tua itu dan ketiga orang yang mengikutinya, kelihatannya tiga orang itu adalah pengawal si orang tua.

"Paman!?"

"Nona!!"

Saat orang-orang itu menginjak jalan beraspal, Kii dan orang tua itu saling berteriak di saat yang bersamaan. Orang tua itu pun panik dan berlari ke arah Koutarou dan yang lain.

"Akhirnya saya berhasil menemukan anda, nona!!"

Saat melihat Kii, orang tua itu tersenyum senang dan berlari sekencang-kencangnya. Dia kelihatannya tidak mempedulikan siapa Koutarou dan Clan sama sekali.

"Kouma-sama, tolong tunggu! Kita tidak tahu siapa dua orang itu!"

"Aku tidak peduli!! Nonaaa!!"

Ketiga orang di belakangnya terlihat waspada akan siapa Koutarou dan Clan, jadi mereka berusaha untuk menghentikan orang tua itu. Namun, orang tua itu betul-betul mengabaikan mereka. Keitga orang itu hanya bisa saling melempar pandangan dan dengan enggan mengejar orang tua itu.

"Kii-chan, kamu kenal mereka?"

Berdasarkan sikap Kii dan orang tua itu, Koutarou kurang lebih mengerti bahwa mereka berempat bukanlah musuh. Namun, karena nyawa Kii sempat diincar, Koutarou tetap waspada.

"Iya, dia paman Kouma yang bekerja di rumahku."

"Sudah kuduga, dia kelihatannya memang anak dari keluarga hebat."

Di saat yang bersamaan dengan Koutarou yang mengetahui identitas orang-orang itu, orang tua yang bernama Kouma sampai pada Kii. Dia lalu berjongkok di depannya dan saling bertatap muka.

Mereka kayaknya aman...

Koutarou memutuskan bahwa Kouma bukanlah orang yang berbahaya setelah melihatnya berjongkok dan bertatap muka dengan Kii, dan ketegangannya pun mereda.

"Anda kemana saja selama tiga hari ini!? Saya begitu khawatir dan mencari anda kemana-mana!!"

"Maaf, paman...", ujar Kii yang meminta maaf kepada Kouma yang mulai menangis. Baru pada saat itulah Kii mengerti apa yang sudah diakibatkan oleh keegoisannya.

"Tentu saja, tuan juga khawatir dengan anda. Saya sudah berusaha menghentikannya saat dia berkata akan mencari anda sendirian, dan itu sebabnya saya yang pergi mencari."

"Ayah...?"

"Tuan tahu kalau ada seseorang yang mengincar nyawa anda, dan dia harus menggunakan segala yang dia punya untuk menjaga agar musuh itu tidak sampai mendekat. Dia tidak mungkin tidak khawatir terhadap anda."

Ayah KIi tahu kalau lawan politiknya akan menggunakan fakta bahwa Kii lari dari rumah untuk menggeser opini publik. Ayah Kii belum tahu kalau Tayuma adalah dalangnya dan yang juga menggunakan Maya untuk membunuh Kii, namun ayah Kii sudah mengusahakan segala yang ia bisa untuk menangani para lawan politiknya. Karena itulah, tidak ada yang bisa mengambil langkah kecuali Tayuma dan Maya.

Sebagai ganti atas ayah Kii yang tidak bisa bergerak untuk menangani para lawannya, dia mengutus Kouma, hambanya yang paling dipercaya, untuk mencari Kii. Ini adalah usaha terbaik ayah Kii untuk melindunginya.

"Em, soal itu."

Koutarou yang sedari tadi mengawasi mereka berdua mulai angkat bicara. Dia punya sesuatu yang harus dia beritahukan kepada Kouma.

"Anak ini, Kii-chan, tadi diserang sama orang aneh. Jadi, tolong bawa dia ke tempat yang aman secepat mungkin."

"Onii-chan!?"

Kii kaget mendengar perkataan Koutarou. Namun, reaksi Kouma justru lebih dari yang dibayangkan.

"A-apa itu benar!? Kita tidak bisa diam disini!! Kalian, amankan area ini, dan hubungi tuan!!"

"Baik!"

Kouma langsung memberi perintah dan orang-orang yang mengikutinya langsung mengambil tindakan. Satu dari mereka menggunakan semacam alat untuk memeriksa area di sekitarnya dan mengeluarkan pistol kecil. Yang satu lagi menggunakan alat komunikasi untuk menghubungi seseorang. Mereka bersiap menghadapi sergapan dan di saat yang sama berencana untuk mundur.

"Entah bagaimana, aku berhasil melindunginya, tapi orang itu mungkin akan kembali...jadi tolong disegerakan."

Koutarou dan Clan tidak tahu siapa Maya. Yang bisa mereka bayangkan adalah bahwa dia adalah pembunuh yang diutus oleh musuh politik ayah Kii. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di balik layar atau apakah mereka masih dikejar. Ada batasan seberapa bisa Koutarou dan Clan melindungi Kii, jadi mereka ingin bergegas membawa Kii ke tempat yang aman.

"Begitu rupanya...biasanya, saya akan memberi ucapan terima kasih secara formal, tapi karena hal ini adalah urusan yang penting, kami harus segera pergi. Tolong maafkan ketidaksopanan saya", jelas Kouma sambil membungkuk hormat pada Koutarou. Koutarou pun balas mengangguk.

"Aku rasa memang itu yang terbaik, jadi jangan kuatir."

Koutarou bisa mengerti bagaimana situasi mereka saat itu, jadi dia mengerti dengan tindakan yang diambil Kouma. Mereka harus membawa Kii ke tempat yang aman secepat mungkin.

"Terima kasih banyak."

Kouma pun kembali membungkuk setelah mendengar jawaban Koutarou. Inilah rasa terima kasih terbesar yang bisa diberikannya untuk saat ini.

"Nona, mari kita pergi."

"Tidak!! Aku tidak mau pulang!!"

Meskipun Koutarou dan Kouma sudah saling mengerti, Kii sendiri entah mengapa menggelengkan kepalanya dengan keras. Hal ini mengejutkan mereka berdua.

"Kenapa, Kii-chan? Bukannya kamu bilang kalau kamu bakal pulang?"

"N-nona, kenapa!?"

Koutarou memiringkan kepalanya dan Kouma menggenggam pundak Kii dengan mata yang terbelalak karena mereka berdua sama-sama begitu kaget terlebih Koutarou, yang sudah mendengar bahwa Kii akan pulang beberapa saat yang lalu. Dia tidak mengerti mengapa Kii tiba-tiba mengubah pikirannya.

"Itu karena aku sudah berjanji dengan Onii-chan!! Kalau aku akan bersamanya!! Kii akan melindungi dia agar dia tidak kesepian!!"

"Kii-chan..."

Kii mengubah pikirannya karena Koutarou. Beberapa saat lalu, saat Koutarou kehilangan ibunya, Kii menghiburnya dengan berkata bahwa dia akan berada bersamanya. Karena Kii tidak mau hal itu menjadi sebuah kebohongan, dia berusaha untuk tetap berada di sisi Koutarou.

"...Nggak apa-apa kok, Kii-chan", ujar Koutarou yang berjongkok di sebelah Kii dan meletakkan tangannya di bahu Kii. Melihat itu, Kouma memutuskan untuk membiarkan Koutarou membujuk Kii dan menjaga jarak dari mereka.

"Tidak tidak apa-apa!! Onii-chan sudah berbuat banyak untuk Kii, jadi sekarang giliran Kii!!"

Bahkan setelah Koutarou berbicara padanya, Kii terus menggelengkan kepalanya dan mulai menangis.

"Kii berjanji akan melindungi Onii-chan!! Kii tidak mau pulang!!"

"Kii-chan, kamu udah cukup ngelindungin aku. Apa kamu masih belum ngerti? Aku bisa ngomong dengan tenang begini karena kamu."

Koutarou sudah dua kali kehilangan ibunya, dan orang yang bisa meredakan penderitaan karena hal itu adalah Kii. Karena Kii sudah kehilangan ibunya sendiri, perasaan Kii sampai kepada Koutarou. Itulah sebabnya Koutarou tidak bisa jujur mengatakan bahwa Kii sudah melindunginya lebih dari cukup, dan air mata yang sudah dikeluarkan Kii pada waktu itu masih berada bersamanya dan melindunginya.

"Itu sebabnya aku bilang nggak apa-apa. Makasih, Kii-chan. Aku betul-betul bersyukur."

"Onii-chan....", balas Kii dengan suara pelan.

Karena Kii pintar dan peka terhadap perasaan orang lain, dia mengerti apa yang dirasakan oleh Koutarou. Itulah sebabnya dia mengerti bahwa saat ini Koutarou tidak berbohong. Dia tidak mengada-ada untuk bisa membuat Kii pulang.

Karena itulah, argumen Kii kehilangan momentumnya. Kii mengerti bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk berpisah.

"Aku nggak akan lupa kalau kamu sudah nangis buat aku, dan selama aku ingat itu, aku nggak akan kesepian. Benar kan?"

"Iya...."

Kii akan kembali pulang, dan Koutarou juga. Namun, ikatan yang sudah mereka berdua bangun tidak akan menghilang. Selama mereka tidak melupakan waktu yang sudah mereka habiskan bersama, baik Koutarou maupun Kii tidak akan merasa kesepian. Mereka pun akan bisa melangkah di jalan mereka masing-masing, tahu bahwa ada seseorang yang mengerti akan diri mereka di luar sana.

Biarpun orang lain itu cewek umur enam tahun yang kayak aku...

Meskipun masih keheranan karena dirinya dihibur oleh gadis berumur enam tahun, Koutarou bersyukur bahwa dia bertemu Kii dan di saat yang sama dia juga sedih karena mereka akan berpisah. Setidaknya, yang bisa dilakukan Koutarou adalah berdoa agar masa depan Kii menjadi cerah.

"Hati-hati ya, Kii-chan."

"...Iya. Kamu juga, Onii-chan."

"Ya. Aku bakal baik-baik aja."

"Bohong. Kii tahu kalau kamu lemah, Onii-chan."

"Selama kamu tahu itu, aku bakal baik-baik aja."

"Aha, ini rasanya seperti pengakuan."

"Memang mirip. Aku memang nunjukkin kelemahanku, kan?"

"Benar."

Kii akhirnya kembali tersenyum, karena bisa menerima bahwa sekarang sudah waktunya untuk berpisah. Kouma, yang merasakan hal itu saat mengawasi dari jauh, mulai angkat bicara.

"Nona, sudah waktunya..."

"Aku tahu. Tapi tolong tunggu sebentar."

Waktu untuk berpisah sudah dekat. Kii pun tahu itu. Dia tidak punya niat untuk kembali egois, tapi dia masih punya satu hal untuk dilakukan.

"Onii-chan, terima ini."

Kii menarik sedikit baju di dekat dadanya dan mengeluarkan sebuah kalung. Kalung itu mempunyai permata-permata dan taring-taring yang sudah dipoles dan diikat oleh tali yang berwarna-warni. Kalung itu begitu unik dan indah, berbeda dari perhiasan zaman sekarang. Memang sederhana, tapi ada keindahan yang begitu kuat di dalamnya, dan cocok bagi Kii.

"Aku mau kamu menyimpan ini, Onii-chan."

Kii melepasnya dari lehernya dan menyodorkannya pada Koutarou.

Rokujouma V10 271.jpg

"Nona, itu..."

Kouma secara insting mencoba menghentikan Kii. Dia tahu betul apa makna tindakan itu bagi Kii.

"Aku tahu, itulah sebabnya."

"....Kalau anda benar-benar menyadarinya, maka saya tidak akan menentangnya."

"Terima kasih, paman", ujar Kii sambil tersenyum dan mengangguk pada Kouma, lalu menyerahkan kalung itu pada Koutarou.

"Ini, Onii-chan. Anggaplah ini sebagai Kii dan jagalah baik-baik."

"Apa kamu yakin? Bukannya ini sesuatu yang berharga buat kamu?"

Berdasarkan penampilan kalung itu dan apa sikap Kouma, Koutarou tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berharga. Dan kalau memang itu benar adanya, kalau Koutarou tahu seberapa berharganya itu, dia pasti akan berusaha memberikannya kembali pada Kii.

"Iya, ini sebagai tanda terima kasih untuk kartunya! Mulai hari ini, kalung ini yang akan melindungi Onii-chan sebagai ganti Kii! Dan...Kii akan senang kalau Onii-chan melihat kalung itu sewaktu-waktu dan memikirkan Kii."

Di tempat asal Kii, terdapat sebuah adat dimana dua orang yang sudah bersumpah akan menikahi satu sama lain akan saling bertukar barang yang selalu mereka gunakan sebagai tanda pernikahan mereka.

Kii sudah mendapat sebuah kartu dari Koutarou, dan Kii memutuskan untuk memberikan pada Koutarou kenang-kenangan milik ibunya. Kii sudah berhasil menemukan bintang dan bertemu ibunya kembali. Dia tidak perlu mencari ibunya dalam kalung itu. Kii percaya bahwa akan lebih baik kalau dia memberikan kalung itu pada Koutarou dan membuat ibunya melindungi Koutarou. Itulah kedua makna yang ada di dalam pemberian ini.

Namun, Kii tidak berniat untuk mengatakan pada Koutarou hal-hal itu. Karena Koutarou tinggal di tempat lain, Koutarou tidak mengerti apa makna dibalik tindakan ini, dan mereka tidak akan bertemu kembali untuk sementara waktu. itulah sebabnya Kii tidak ingin untuk memberikan perasaannya kepada Koutarou. Dia sudah belajar apa yang bisa ditimbulkan dari tindakan egois.

Itulah sebabnya Kii akan mengatakan semuanya pada Koutarou saat mereka bertemu kembali, dan dia berharap bahwa Koutarou akan mengingatnya dan menerima perasaannya. Sampai saat itu tiba, itu akan menjadi janji untuk Kii sendiri. Koutarou hanya perlu menganggap kalung itu sebagai jimat.

"Aku mengerti. Makasih, Kii-chan."

"Sama-sama! Rawat baik-baik ya!"

Kii sudah melakukan segala yang ingin dilakukannya, dan karena puas akan hal itu, Kii pun tersenyum. Senyuman yang dibuatnya tampak begitu dewasa hingga sulit dipercaya untuk menganggapnya sebagai anak berumur enam tahun. Selama tiga hari ini, dia sudah betumbuh dengan pesat. Masa kecil Kii sudah akan mencapai akhirnya.

"Baik, kalau begitu aku akan pergi sekarang."

Kii terus tersenyum dan melambaikan tangannya. Senyuman itu nampak sedikit kesepian, namun tidak ada kesedihan di dalamnya.

"Ya. Sampai jumpa."

"Hati-hati, gadis kecil."

Koutarou dan Clan berpisah dengan Kii dengan sebuah senyuman. Kouma membungkuk pada Koutarou dan Clan sekali lagi, diikuti oleh ketiga orang yang mengikuti Kouma. Waktu untuk berpisah pun akhirnya tiba.

"Sampai jumpa, Onii-chan! Onee-chan!"

Kii dituntun oleh Kouma dan melangkah pergi. Mereka pergi di arah yang sama dimana Kouma dan ketiga orang itu muncul. Kii terus melambai ke arah Koutarou dan Clan sampai dia tidak bisa melihat mereka berdua.

"Sampai jumpa! Semoga kita ketemu lagi!"

Tidak ada jaminan bahwa mereka bisa bertemu Kii kembali. Malah, kemungkinan hal itu terjadi justru sangat kecil karena mereka berdua akan kembali ke masa depan. Dan meskipun mereka bertemu, Kii mungkin tidak akan mengenali Koutarou. Namun mereka berdua tidak perlu mengatakan hal itu.

"Tunggu aku ya! Saat Kii sudah dewasa, Kii pasti akan kembali untukmu, Onii-chan! Jadi, tunggu Kii ya, Onii-chan! Aku cinta kamu!"

Namun, saat Koutarou melihat wajah Kii, dia mulai berpikir bahwa mereka mungkin akan bertemu kembali suatu hari nanti.


Senyuman Kii begitu cerah, sampai-sampai meluap-luap dengan keinginannya untuk bertemu kembali dengan Koutarou.


Kembali ke Bab 6 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 8