Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 2 Chapter 10

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 10[edit]

Hari musyawarah dengan segera tiba.

Setengah penghuni sekolah berkerumun di aula.

"Mengejutkannya begitu banyak murid berkumpul hari ini."

"Aku tidak tahu bagaimana untuk menjelaskannya."

"Ada banyak murid yang bermalas-malasan di sekitar sekolah... Kayaknya kita harus membuat petisi pada sekolah untuk kurikulum pelajaran tambahan."

"Ichihara, hentikan candaan tidak bermutu itu..."

Urutan pembicaraan adalah Miyuki, Tatsuya, Suzune kemudian Mari.

Mereka menatap pada bagian aula dari kedua belah sisi panggung.

Hattori dan dua orang lainnya berdiri di dekat Mayumi.

Di sisi berlawanan, terdapat empat murid kelas tiga yang sedang dijaga oleh Komite Keamanan.

Tidak ada tanda dari Sayaka.

"Jadi anggota inti sekongkolan mereka berada di tempat lain...?"

Mari bergumam seolah bergumam pada dirinya.

Namun, itu hanya "seolah", dan dia pastinya tidak berbicara sendiri.

"Saya setuju."

Kebetulan, Tatsuya memikirkan hal yang sama, jadi balasannya berasal dari pemahaman tersebut.

Ia membuat penempuhan alasan-alasan sepintas.

Perbandingan Jalur 1 dan 2 adalah sekitar lima puluh sama. Mengabaikan sindiran tajam Suzune sejenak, ada mengejutkannya sejumlah besar murid, entah Jalur 1 atau 2, yang sangat risau tentang masalah ini.

Di antara mereka, sekitar sepuluh murid anggota Alliance dapat dikenali.

Tidak ada satupun yang muncul dari orang-orang yang menyerbu Ruang Pengumuman Publik.

"Meski kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan... ini bukan seperti kita bisa melakukan sesuatu pada mereka juga."

Itu jelas bahkan tanpa mengatakannya dengan keras.

Biasanya, merekalah yang bertindak dulu, sementara kami hanya bisa bereaksi setelah mengetahui tujuan mereka.

"Hanya fokus pada pertahanan mungkin terdengar seperti mundur..."

"Ketua Watanabe, tolong jangan menganggap ini akan berakhir dengan kekerasan... Ini dimulai."

Dengan marah, Mari nampak seperti hendak membalas, tapi langsung mengarahkan tatapannya menuju panggung pada kata-kata Suzune.

Karena ini sebuah diskusi bermusyawarah, normal saja kalau mereka mulai dengan sebab musyawarah.

"Ketua, saya punya pertanyaan mengenai jatah anggaran musim ini untuk aktifitas klub. Mengenai pada data kita, klub-klub yang ikut serta dalam kompetisi sihir dan mempunyai persentasi lebih tinggi dari murid Jalur 1 menerima anggaran lebih besar dari klub-klub yang ditujukan kepada kompetisi non-sihir yang mendapat persentasi lebih tinggi dari murid Jalur 2. Ini bukti dari murid Jalur 1 yang menerima tindakan pilih kasih dalam aktifitas ekstrakurikuler juga pelajaran secara terang-terangan! Jika Ketua benar-benar mau untuk persamaan di antara murid Jalur 1 dan 2, saya harap dia bisa menyebut ini ketidakseimbangan."

"Jatah anggaran untuk aktifitas klub didasari pada jumlah anggota klub yang terdaftar juga prestasi grup, yang diputuskan dalam pertemuan seluruh ketua klub. Jatah banyak untuk klub yang terlibat dalam kompetisi sihir mencerminkan hasil positif pada kompetisi di dalam sekolah. Saya yakin semua yang ada di sini juga menyadari kalau klub yang terlibat dalam kompetisi non-sihir bertanding dengan perbedaan pada tingkat nasional, seperti sepak bola dan klub lain, menerima jatah yang serupa. Gagasan klub-klub dengan lebih murid Jalur 1 yang disukai adalah hanya sebuah kesalahpahaman."

Dihadapkan dengan pertanyaan yang bertambah oleh Alliance, Mayumi mewakili bantahan OSIS, dan hal berjalan dengan cara seperti ini.

Dengan mengatakan itu, Alliance tidak membuat suatu dasar tuntutan. Satu-satunya hal yang mereka desak adalah jatah anggaran sederajat, tapi mereka tidak bertindak menawarkan klub-klub tertentu dengan kebutuhan jatah tambahan.

Awalnya, tujuan mereka adalah untuk membujuk dan menghasut Tatsuya bergabung dengan mereka.

"Pada setiap tingkat, murid Jalur 2 diperlakukan lebih buruk dari murid Jalur 1. OSIS mencoba menyembunyikan ini!"

"Sedangkan kecaman ini sering kali dilontarkan di tempat ini, berbicara secara realistik, apa kamu punya contoh untuk mendukung ini? Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, menggunakan fasilitas dan jatah materil telah dengan merata dibagikan melalui Kelas A sampai H."

Meskipun slogan satu pihak berarti untuk mengubah khalayak menjadi hiruk pikuk, di atas panggung kata-kata mereka tidak lebih dari teori yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Ketika dihadapkan dengan serangan balik Mayumi, pendapat mereka tidak lebih dari perkataan kosong dan data yang belum diverifikasi, slogan tidak mendasar ini dengan cepat menggelepar.

Musyawarah dengan cepat berlarut menuju panggung di mana Mayumi mengantarkan pembicaraannya.

"...Saya tidak bisa menyangkal kalau gagasan perlakuan pembeda yang Alliance lakukan ada di antara murid-murid kita. Namun, itu hanya perasaan membeku dari keunggulan dan kerendahan. Ini pada dasarnya berbeda dari situasi di mana hak istimewa, ketakutan kehilangan hak khusus, tindakan dalam mempertahankan hak mereka dengan mendirikan pemisahan sistem. Julukan Bloom dan Weed dilarang oleh sekolah, OSIS dan Komite Keamanan, tapi sayangnya, masih banyak murid yang menggunakannya sehari-hari. Namun, permasalahan tidak hanya berada pada murid-murid Jalur 1 yang memanggil diri mereka Bloom dan menghina murid-murid Jalur 2 sebagai Weed. Masalahnya juga dipersulit ketika murid Jalur 2 merujuk pada diri mereka sendiri sebagai Weed, melanjutkan lingkaran kejam penurunan diri dan meletakkan diri mereka pada gagasan kalau ini tidak dapat dihindari. Ini sungguh kebiasaan yang disayangkan ada di sini."

Dengan ini, beberapa suara berdesis muncul, tapi tidak ada seorangpun yang bisa benar-benar mengakui kata-kata itu.

Dengan senyum mempesona nan jahat, Mayumi melenyapkan desisan sebelum mengangkat ekspresi lebih serius sambil dia dengan betul-betul mempertahankan posisinya.

Di depannya, perlawanan Alliance dengan cepat dihancurkan.

"Dinding kesadaran ini adalah masalah sebenarnya. Sedangkan perbedaan antar murid Jalur 1 dan 2 tertulis dalam sistem sekolah, ini hanya mencerminkan kurangnya pengajar di tingkat nasional, dan dengan begitu ada sebuah solusi sementara dengan latar belakang ini. Perlukah semuanya menerima pembelajaran di bawah standar, atau haruskah setengah murid menerima pendidikan penuh? Sekolah ini mengadaptasi metode akhir. Itu benar kalau ada perbedaan dalam perlakuan di sini. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari apapun yang kita lakukan. Ini juga sebuah perintah yang dipaksakan pada murid-murid jika mereka memilih belajar di sini. Tapi lain dari ini, tidak ada perbedaan dalam sistem. Mungkin ini muncul sebagai kejutan bagi beberapa orang, tapi murid Jalur 1 dan 2 menjalani kurikulum yang sama. Sementara ada perbedaan dalam langkah, pengajaran dan latihan praktek adalah seluruhnya sama."

Bukan hanya Tatsuya, tapi Miyuki pun benar-benar terkagum oleh pidato ini.

Tatsuya dengan tanpa sengaja melepaskan suara "Eh...", sedang Miyuki diam-diam memberikan persetujuannya.

Melihat ini, mulut Suzune berubah menjadi senyum.

"Untuk kegiatan ekstrakurikuler, baik Grup Direksi Klub dan OSIS berusaha menempatkan hak dan akses pada fasilitas secara merata. Tidak bisa disangkal kalau ada perhatian lebih tinggi yang ditempatkan pada klub dengan keanggotaan lebih besar. Dan juga, ketika mempertimbangkan kalau semuanya harus memiliki kesempatan yang sama, kami tidak bisa mengabaikan fakta bahwa tidak semua klub berada pada pijakan sama. Inilah apa yang kami pikirkan. Ini pastinya bukan masalah di mana kegiatan ekstra kurikuler berhubungan pada kompetisi sihir yang menerima prioritas lebih tinggi. Baru saja, anggota Alliance menuduh kalau klub kompetisi sihir menerima sebagian anggaran. Hasilnya pasti begitu, kecuali kalau jatah ini dimasukkan kedalam rekening yang sudah disimpan dengan kegiatan tersebut, seperti yang semua lihat di layar. Lain dari masalah dengan guru, alasan di belakang terpisahnya murid Jalur 1 dan 2 bisa dijelaskan. Saya pikir semuanya bisa memahami situasi dengan pondasi yang dengan kuat berakar dalam logika. Walaupun ada alasan lain, seperti yang kita semua tahu, itu semua disebabkan oleh dinding kesadaran yang meningkat di antara murid Jalur 1 dan 2 setelah terpisah."

Desisan dimulai kembali.

Kali ini, muncul dalam dua jenis. Pada desisan pendukung Alliance, bisa dirasakan aura "Anggota Alliance, diam!" yang mengalir di dekat tempat di mana murid Jalur 2 berdiri, tanda jelas pasang surut berubah.

"Sebagai Ketua OSIS sekolah ini, saya benar-benar tidak puas dengan situasi ini. Pada dinding ini yang terkadang mendorong murid kita menuju konflik, saya harap menemukan cara untuk menghilangkannya. Namun, ini tidak termasuk satu-satunya solusi yang berada dengan mengubah sistem saat ini. Meski murid Jalur 2 menerima perlakuan berbeda, menerapkan kondisi yang sama pada murid Jalur 1 tidak akan menyelesaikan apapun. Tidak peduli mau kalian murid Jalur 1 atau 2, kalian masih murid sekolah ini. Untuk murid-murid sekolah ini, tiga tahun yang dihabiskan di sini pastinya tak tergantikan bagi mereka."

Kata-kata tersebut disambut tepuk tangan. Tidak ada cukup orang menggunakan istilah "gemuruh tepukan" untuk mendeskripsikan sambutan hangat, tapi bukan berarti seolah tepukan tangan bersebaran. Di antara murid-murid yang bertepuk tangan, tidak ada perbedaan antar murid Jalur 1 dan 2.

Sembari tepukan mereda, ketenangan kembali menuju aula. Walau mereka murid Jalur 1 atau 2, ataupun mereka bertepuk tangan ataupun tidak, semuanya dengan terengah-engah menantikan kata-kata Mayumi berikutnya seolah-olah dia berada di atas menara pada panggung itu.

Perwakilan Alliance yang menginjak panggung bersama Mayumi hanya bisa melihat dengan gelisah dan cemburu.

"Demi menyingkirkan perbedaan dalam sistem, tanpa menyebabkan perbedaan itu untuk bertindak dengan benar, mungkin kita semua bisa menerima dua poin di atas. Ini adalah kesempatan yang baik dan saya mau kalian semua untuk mendengar apa yang hendak saya sampaikan. Sebetulnya, perlakuan berbeda antara murid Jalur 1 dan 2 juga melekat dalam OSIS. Saya menunjuk nominasi anggota OSIS lain selain Ketua OSIS. Di bawah sistem saat ini, terlepas dari Ketua, hanya murid Jalur 1 yang boleh bergabung ke dalam OSIS. Aturan ini hanya dapat berubah selama pemilihan Ketua OSIS tahunan, ketika Pengawas Murid diadakan. Saya akan menghapus aturan ini ketika saya secara resmi mengundurkan diri sebagai Ketua selama pertemuan. Ini merupakan jasa terakhir yang bisa saya sumbangkan sebagai Ketua."

Ini seolah seluruh hadirin menghela napas. Murid-murid benar-benar melupakan desisan dan sibuk berbisik pada satu sama lain. Mayumi dengan diam menunggu untuk pembicaraan berakhir dengan sendirinya.

"... Hanya setengah pidato saya berakhir. Meski saya mau membuat ini sebuah janji resmi, hati dan pikiran kita tidak bisa berkumpul bersama dengan kekuatan, atau mungkin lebih tepat menyebutnya tenaga luar yang tidak punya hak mengubahnya sejak awal... Jadi, satu-satunya hal yang saya harap lakukan adalah mencoba dan memperbaiki situasi, meski hanya sedikit."

Aula meledak menjadi tepukan tangan.

Pada beberapa tingkat, suasana mendekati sambutan hangat yang hanya berlaku pada orang-orang berpengaruh. Entah mereka adalah murid Jalur 1 atau 2, mereka dengan jelas mendukung Mayumi, dan bukan Alliance.

Apa yang Mayumi kemukakan adalah berada pada pra-anggapan.

Kegiatan Alliance sebenarnya bergerak dalam arah menghapus ketidaksamaan di sekolah. Namun, reformasi ini berjalan dalam cara yang sangat berbeda dari perkiraan mereka.

Revolusioner, secara garis besar, tidak puas dengan hanya mencapai tujuan mereka.

Mereka menuntut untuk memperoleh hasrat batin mereka dengan kedua tangan mereka sendiri.

Kesimpulan ini, dibandingkan hanya menjadi tidak memuaskan bagi anggota Alliance, akan lebih menyusahkan untuk orang-orang yang mendalangi situasi dari bayangan.

—Selain itu, orang yang menghasut grup Sayaka dari balik layar tidak pernah berencana untuk berhenti di sini.


◊ ◊ ◊


Tiba-tiba, sebuah ledakan keras menggetarkan jendela aula, yang mengguncangkan murid-murid yang bertepuk tangan dari lamunan mereka.

Anggota Komite Keamanan yang dikerahkan maju bertindak.

Normalnya, mereka tidak pernah menduga latihan mereka akan membuahkan hasil. Atas perintah dari Ketua, mereka dengan cepat menahan anggota Alliance yang bergerak lebih dulu.

Jendela yang pecah sebagai benda berbentuk kumparan tajam meluncur masuk.

Segera granat menyentuh tanah, benda itu mulai memuntahkan asap putih. Sebelum asap putih dapat menyebar dengan menyeluruh, granat tersebut dengan cepat berputar-putar seperti seseorang sedang menekan tombol mundur pada pemutar kaset video, dan lalu menghilang kembali keluar jendela.

Tatsuya menatap tajam, sementara Hattori menyentakan kepalanya dengan tidak senang.

Melihat ini, Mayumi mulai tertawa kecil pada satu pihak.

Mari menunjuk satu orang pada arah pintu masuk.

Beberapa penyusup yang mengenakan topeng gas berkumpul, tapi karena perbedaan dalam level, mereka dengan cepat ditundukkan.

Serangan kejutan yang diantisipasi berjalan sesuai rencana, meski tidak ada yang memperkirakan mereka menggunakan sesuatu seperti senjata peledak dan bahan kimia tingkat atas.

Sehingga, situasi benar-benar berada di bawah kendali tanpa membuat aula menjadi panik.

"Aku akan melihat ke Gedung Praktek."

"Onii-sama, aku ikut juga!"

"Berhati-hatilah!"

Setelah Mari selesai berbicara, kedua bersaudara pergi menuju tempat di mana suara ledakan berasal.


◊ ◊ ◊


Karena keperluan untuk pengawasan sihir terus menerus, sekolah sihir biasanya memiliki guru sihir di setiap waktu.

SMA Satu, yang berwenang dalam sekolah sihir, membanggakan pengajar yang terdiri dari Penyihir tingkat pertama.

Sekolah sendiri mempunyai kekuatan untuk menolak tenaga militer dari negara kecil.

Tentu saja, meski ada sebuah kemungkinan jika terdapat penyerang, ini masih di luar harapan mereka.

Kurangnya bahaya secara menyeluruh adalah perkara nyata dibalik kendurnya penjagaan.

Tempat yang terserang oleh penyerbu adalah Gedung Praktek, seperti yang bisa dilihat dari dinding yang hangus dan jendela pecah. Tatsuya juga bisa mendengar ledakan lebih lanjut, seperti suara ledakan kecil yang sedang ditanam. Menghadapi cairan yang rentan akan api yang masih terbakar selagi melekat dengan kuat pada dinding-dinding, dua orang guru sedang memadamkan kebakaran.

"Apa yang terjadi?"

Laki-laki yang bertanggung jawab untuk melindungi guru-guru itu berteriak sambil dilihat oleh Tatsuya.

Jari Miyuki mulai menari dengan cara menawan.

Dia mengendalikan dengan satu tangan CAD yang berbentuk seperti sambungan portable.

Seketika itu juga, Psion Information Aide menyebar, menyelesaikan pola, dan diaktifkan.

Kilatan itu adalah cahaya sihir yang hanya bisa dilihat oleh "magister" seperti Penyihir dan Teknisi Sihir.

Tiga pria mengepung Leo yang dengan langsung terpukul mundur. Mereka mengenakan seragam teknisi listrik dan pastinya bukan murid ataupun guru.

Ini seolah mereka melangkah di atas ranjau darat, tapi Leo yang tengah berada di pusat menyisakan tanpa cedera.

Kemampuan memilah dengan tepat ini adalah salah satu keuntungan terbesar dari sihir.

"Teroris menyerbu sekolah."

Sementara Miyuki yang berbicara dengan para guru tentang situasi. Tatsuya dengan langsung memotong dan menyatakan rincian yang menyangkut pada Leo.

"Itu sangat serius, huh."

Leo menyetujui pada situasi hanya seperti itu — persetujuannya adalah karena dia mengerti kalau ini adalah kesempatan untuk bergabung dengan penaklukan.

Saat ini, masalah paling penting adalah keberadaan musuh yang telah disingkirkan.

"Leo, Houki-mu! ... Mungkin, bala bantuan bakal tiba."

Pada waktu itu, Erika muncul di sisi lain, dari arah kantor. Mengenali sosok Tatsuya dan kawannya, dia berhenti tergesa-gesa.

"Santai saja. Kau kesini dengan masih ada waktu."

"Ada cukup yang dikhawatirkan. Seperti tidak terbunuh dan mati."

"Apa! ... Tidak, sekarang bukan waktunya untuk itu. Berikan CAD-ku. Sial, jangan melemparnya dong!"

CAD adalah tipe peralatan presisi, tapi akan menyimpan kegunaan bahkan di tengah situasi rumit seperti itu.

Tidak akan ada masalah meski jatuh di atas permukaan lembut seperti lapangan tenis. Erika melempar CAD dengan hal ini dalam pikirannya, jadi dia normalnya mengabaikan keberatan Leo. —Meskipun terdapat semacam kerusakan, kemungkinan bahwa Erika akan mengabaikan itu juga.

"Apa Tatsuya yang melakukan ini? Atau Miyuki?"

Erika berbicara dengan ringkas sambil tatapan tak kenal ampunnya meringkus penyusup yang mengerang dan merangkak mundur perlahan.

"Itu Miyuki. Aku tidak bisa melakukan itu dengan baik."

"Aku. Tidak perlu untuk Onii-sama merepotkan dirinya dengan ikan teri seperti itu."

Tatsuya dan Miyuki di sampingnya berbicara pada waktu yang sama.

"OK, OK, sungguh hubungan saudara yang dengki... Apa tak masalah untuk mengirim mereka terbang tanpa peringatan dulu?"

"Tidak perlu menahan jika mereka bukan murid."

Tatsuya dengan tenang membalas dengan sebuah tanggapan yang tajam mengubah arah pembicaraan. Mendengar ini, Erika tertawa.

"Aha, dan aku pikir SMA akan jadi tempat yang membosankan."

"Menakutkan. Jadi ini ya wanita ganas."

"Diam."

Erika mengangkat tangan kanannya setengah, tapi dengan sadar sendiri mundur dari memukul ke arah depan dengan tongkat polisi khusus.

"Omong-omong, apa yang kalian berdua lakukan di Gedung Praktek di jam segini?"

Kecuali kalau mereka menetap sepulang sekolah untuk latihan tambahan, murid-murid biasanya tidak akan kembali ke Gedung Praktek seusai pelajaran.

Ini bukan sebuah godaan pembalasan, tetapi pertanyaan tidak bersalah.

"Eh? Tidak, itu, bagaimana ya?"

"Eh, uh, yah, itu, apa lagi?"

Dengan mengatakan itu, bagi mereka berdua sampai sebimbang ini adalah benar-benar mengejutkan.

"... Apa yang kalian berdua lakukan bersama?"

Pertanyaan serius.

Namun, tidak ada yang mengetahui Tatsuya yang bersungguh-sungguh juga Miyuki. Segera Miyuki melihat ekspresi kakaknya yang secara hati-hati memasang topeng senyum jahat, dia dengan cepat menyadarinya.

"Kami berdua sendiri?"

Suara Erika tidak bisa menyembunyikan keheranannya.

"Itu salah paham!"

Itu tidak akan jadi sebuah pernyataan berlebih untuk menjelaskan balasan Leo yang selagi menderu.

"Aku barusan datang untuk latihan tambahan dalam praktek skill! Wanita ini datang setelah itu!"

"Ketika aku datang untuk latihan, si kurang ajar ini sudah di sana."

"Apa maksudmu dengan kurang ajar!"

"Ah, aku mengerti. Aku mengerti. Aku tidak akan menganggapnya salah."

Sampai sejauh ini, tidak ada lagi keuntungan dalam masalah ini, tapi Tatsuya sepenuhnya lega dengan reaksi yang datang dari mereka berdua.

Tatsuya dengan cepat mengurangi pemikiran itu.

"Apa kau menemukan pelaku lainnya?"

"Guru-guru menjaga sisi lain. Tidak heran karena mereka adalah guru, karena semua penyusup sudah ditangkap."

Tatsuya dengan sungguh-sungguh menyaksikan Erika sambil ia mengatakan ini. Erika berpura-pura seolah gangguan sebelumnya tidak terjadi sambil membalas balik dengan berat yang tidak serius maupun bercanda.

Leo bisa berganti tingkah secara wajar dengan cepat juga.

"Aku tahu berasal dariku ini sedikit sederhana, tapi mereka hanya Penyihir tingkat tiga yang terbaik. Aku hanya tidak pernah berlatih dalam sihir 3 lawan 1."

Leo mencoba untuk meremehkan apa yang terjadi, tetapi mengatasi tiga lawan pada waktu yang sama bukan berarti prestasi.

Kemampuan teman sebaya Tatsuya melampaui harapan awalnya.

"Erika, ada masalah dekat Gedung Kantor?"

Pada pertanyaan Miyuki, Erika mengangguk.

"Mereka terlihat seperti bersiap untuk waktu yang lama. Ketika aku kesana, guru-guru sudah menahan penyerang. Mungkin karena semua peralatan mahal berada di sana juga."

Sebagian barang-barang berharga menetap di kantor untuk penyimpanan yang aman, jadi itu hampir jelas diketahui mengapa akan jadi target utama.

Sehingga, Gedung Praktek hanya memuat CAD yang kadaluarsa.

Jika ada sesuatu penting yang harus ditunjukan demi argumentasi, itu akan jadi sangat bertentangan, ketahanan gempa bumi dan gedung penahan petir hanya hangus sedikit setelah menerima ledakan langsung dari granat. Meski gedung rusak, itu hanya akan menghasilkan penundaan kelas sampai sekitar sebulan.

Dengan kata lain, untuk benar-benar menyabotage sekolah dan menghalangi fasilitas dari beroperasi, tindakan logis akan melumpuhkan peralatan penting yang sulit digantikan dalam waktu singkat, juga contoh dan data penelitian...

"...Lab dan perpus!"

"Jadi, serangan di sini adalah pengalihan? Tapi skala itu jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Kecuali jika pertemuan rahasia untuk mengatur protes selama musyawarah sendiri merupakan sebuah pengalihan."

Mengenai pertanyaan Miyuki, Tatsuya menganggukan kepalanya.

"Tidak, aku pikir mereka sungguh-sungguh. Seseorang mungkin menggunakan Alliance demi kepentingan mereka sendiri."

Menyedihkannya, Tatsuya memikirkan itu dalam hati. Jika mereka menyebabkan ini tanpa diberikan kesempatan untuk mempertahankan diri, mungkin akan jadi penghinaan penting pada orang-orang yang ingin mengubah sistem agar lebih baik.

"Ayo selesaikan ini untuk sekarang. Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Ada tiga pilihan.

Pilihan pertama akan jadi membagi pasukan mereka.

Secara berurutan, mereka semua akan pergi menuju Gedung IPA.

Atau, ke perpustakan.

"Target mereka adalah perpus."

Informasi yang baru saja didapatkan ini memutuskan strategi mereka.

"Ono-sensei?"

Dia memakai sepatu bot setinggi tumit dengan sepasang celana jin panjang, dan kemeja terang terselip di dalam jaketnya.

Pakaian hari ini, yang menekankan kelincahan, benar-benar berbeda dari yang dia kenakan beberapa hari lalu.

Pancaran yang tersusun adalah kemungkinan sebuah serat yang diperkuat dengan kualitas tahan peluru dan anti benda tajam.

Ekspresinya kaku dan gugup, melepaskan suasana seolah dia tidak sepenuhnya sendiri.

"Pasukan utama musuh sudah membobol perpus. Mibu-san juga berada di sana."

Tatapan ketiganya terfokus pada Tatsuya.

Namun, mata Tatsuya tertuju pada Haruka.

Kurang dari sedetik lewat sebelum ia berbicara.

"Saya akan menjelaskan semuanya setelah semua ini berakhir, apa itu bisa diterima?"

"Ditolak. Meskipun aku mengatakan itu, karena aku tahu kau pergi di sana juga, boleh aku meminta suatu hal?"

"Apa itu?"

Meski Haruka memiliki ekspresi keraguan, dia tidak berbicara gagap, maupun melakukan sesuatu lain yang menghabiskan waktu berharganya.

"Aku mau membuat permintaan sebagai penasihat Ono Haruka. Tolong berikan Mibu-san kesempatan. dia telah dibebani oleh ketidaksesuaian yang datang dari statusnya sebagai seorang atlit kendo berharga melawan nilai-nilai yang diangkat pada murid-murid Jalur 2. Meskipun dia mengunjungiku beberapa kali... Aku tidak mampu mendukungnya. Pada akhirnya, itu membuat kesempatan untuk mereka mendapatkannya."

"Jangan memanjakannya."

Permintaan Haruka mungkin berasal dari perasaan kewajiban profesionalnya.

Namun, Tatsuya dengan tanpa belas kasih menolak permintaan ini.

"Ayo, Miyuki."

"Ya."

"Tunggu, Tatsuya."

Mengikuti itu, kepada teman-temannya yang tidak memiliki hati untuk menolaknya, Tatsuya menawarkan peringatan jujur ini.

"Menjadi terlalu sentimentil hanya akan menyakiti dirimu sendiri."

Waktu merupakan hal utama, jadi ia tidak bisa menjelaskannya.

Tatsuya membawa peringatan tak menyenangkan ini sambil berjalan maju, dari punggungnya pada kawan-kawannya.


◊ ◊ ◊


Di depan perpustakaan, kumpulan kecil orang-orang masih bertarung.

Selain CAD, penyerang juga membawa pisau dan persenjataan proyektil lain. Sementara terdapat sekelompok kecil murid-murid yang tercampur di dalam, sebagian adalah berasal dari luar — dengan kata lain, penyerbu.

Murid-murid kelas 3 yang menjangkarkan garis pertahanan tidak memiliki CAD, tapi membawa keuntungan melimpah dengan Kekuatan Sihir.

Tanpa CAD pun, mereka masih bisa menggunakan sihir dan memakai senjata untuk menyangkal musuh. Dengan kemampuan setingkat ini, tidak heran mereka adalah burung muda yang mengarahkan menjadi Penyihir. (Itu mungkin lebih tepat memanggil mereka harimau muda daripada burung.)

Melihat ini, Leo pertama yang menyerang.

"Panzer!"

Dengan raungan, dia meloncat menuju perkelahian.

Ada alasan di belakang raungan itu.

"Aku kira itu mengambil contoh yang jarang untuk membedakan antar suara..."

"Onii-sama, tadi itu, pola sihir dan penyebarannya terjadi secara bersamaan?"

"Hm, itu menyebar sedikit demi sedikit dengan berurutan. Itu adalah teknik yang populer 10 tahun lalu."

"Laki-laki itu, sihirnya pun sekolah lama..."

Erika menggeram dengan diam, mengabaikan fakta kalau Engravement Magic-nya juga merupakan tipe sihir umum lama. Beruntungnya, Leo tidak mendengar perkataan itu sementara terkunci dalam pertarungan.

Menggunakan sebuah benda besar dan kuat, CAD berbentuk pergelangan tangan yang dikenakan di luar lengan bawahnya, dia menghadang tongkat yang datang dan membalas dengan serangannya sendiri.

Awalnya, CAD tipe pertahanan tidak perlu untuk membuka suatu bagian atau sensor yang dapat digerakkan di luar, oleh karena itu sistem pengenalan suara.

Dengan mengatakan itu...

"Mempertimbangkan bagaimana dia menggunakannya, ini ajaib kalau itu masih sinkron!"

"CAD sendiri harus telah ditingkatkan oleh Sihir Pertahanan. Sihir Pertahanan menstabilkan koordinasi molekul secara relatip dalam lingkup terbatas. Tidak peduli seberapa kuat tenaga, selama koordinasi relatifnya tepat dan kulit luarnya tidak rusak, tidak mungkin CAD akan rusak."

"Sesuatu yang bisa dipegang bersama tidak peduli seberapa bengisnya kau. Tipe sihir itu sesuai dengannya secara sempurna."

Benar-benar mengabaikan Erika dan temannya yang berdiri ke samping juga tanggapan atau hinaan mereka, Leo dengan tak karuan menyerbu dalam pertarungan seolah melepaskan semua rasa frustasinya.

Kedua tangannya, yang terbungkus dengan sepasang sarung hitam, batu yang dihancurkan, puing-puing serta mirip es, sedang logam tempa yang remuk dan damar yang berasal dari karbon menggumpal di depannya.

Adakalanya, hubungan dengan tongkat stun tersembunyi akan memancarkan hujan percikan kecil.

Pisau yang tidak dapat dihindari dan anak panah yang ditembakkan dari mekanisme pegas dengan terampil dikenakan dengan kedua lengan baju yang mementalkan seragam sekolah putih dan hijau Leo.

"Jadi dia mengeraskan setiap inci seragamnya. Ini seolah dia maju dengan setelan armor utuh."

Ini bukan pernyataan untuk sihir yang seseorang kuasai.

Sihir Pertahanan Leo secara bersamaan menjalankan Rangkaian Aktifasi juga pola dan tingkat perapalan Rangkaian Sihir dan menyebar dengan bergantian sementara menjaga tingkat perulangan sihir dengan terus menerus.

Bahkan dengan persenjataan, ini sangat tidak mungkin kalau teroris-teroris itu, yang baru melangkah di atas jalan pemula dalam bidang skill, akan memiliki suatu cara untuk menembus armor tersebut.

Di atas semua itu, pukulan yang akan dengan normal dibatasi oleh batas tubuh manusia sebaliknya diperkuat oleh Kecepatan dan Pergerakan Sihir, membuat kekuatan kehancuran tipis yang sangat mengerikan.

Dia akan dengan mudah diterima sebagai kekuatan bertarung yang efektif, di garis depan militer pun, jika ini untuk jenis pertempuran jarak dekat di mana pemakaian senjata api dibatasi.

"Leo, kami pergi!"

"Oke!"

Tatsuya mempercayakan tempat ini pada Leo dan pergi.


◊ ◊ ◊


Keheningan menyambut mereka di dalam kesunyian.

Jika Haruka benar, ini bukan karena para penyerang mundur, tetapi karena penjaga berkurang.

Terlepas dari pegawai biasa, ada juga penjaga yang ditempatkan di perpustakaan, tapi mereka semua mungkin telah disisihkan sekarang.

Berdasar pada ini sendiri, tingkat kemampuan pasukan utama harusnya telah pada hakekatnya lebih tinggi.

Tatsuya dengan sementara menyembunyikan diri di ruang depan, mencapai dengan jarak pencarian dan mengamati tanda-tanda hidup.

Sihir modern mampu bertentangan dengan fenomena alami dan mendampingi sinyal, yang termasuk keberadaan fenomena dan eidos.

Semua pengguna sihir modern bisa mengakses ukuran informasi — seluruh informasi sedang, jembatan yang menghubungkan semua eidos, seperti yang didefinisikan dalam konsep "informasi" filosofis Yunani — demi mengenali eidos lain.

Dengan mengatakan itu, setiap beberapa orang bisa dengan jelas mengidentifikasi dan membedakan mereka.

Apa yang secara radikal memisahkan Tatsuya dari pengguna sihir biasa adalah kecerdasan luar biasa dalam kemampuan sensor, pada poin kalau ia bisa mengidentifikasi masing-masing dan setiap eidos yang dilingkupi dalam ukuran informasi.

"Ada empat di Ruang Membaca Khusus di lantai kedua, dia di dasar tangga, dan dua di atas..."

"Bagus. Dengan Tatsuya-kun di sini, semua penyerang menjadi tak berarti. Dalam pertarungan langsung, ini pastinya sebuah keuntungan yang luar biasa."

"Apa yang mereka lakukan di Ruang Membaca Khusus?"

"Ini cukup banyak untuk tujuan mereka dihancurkan. Mereka mungkin mencoba mencuri bahan penelitian rahasia yang dipegang oleh Universitas Sihir. Jika mereka berada di Ruang Membaca Khusus, mereka bisa dengan mudah mengakses bahan yang belum dipublikasi dan tidak dapat dimasuki dalam lingkup membaca biasa."

Mendengar penjelasan Tatsuya pada pertanyaan Miyuki, ekspresi Erika menjadi suram.

"Erika, ekspresimu mengatakan kalau ini bukan apa yang diperkirakan."

Mendengar pertanyaan Miyuki, Erika mengangkat kedua bahunya dengan cara berlebihan.

"Itu karena~, ini adalah revolusi SMA, revolusi masa muda yang terjamin. Tapi sekarang kau memberitahuku kalau kebenaran dari masalah itu adalah sesuatu yang membosankan seperti mencuri data penelitian... Jangan menghancurkan mimpi cantikku dengan kebenaran tak menyenangkan seperti itu! Itulah bagaimana yang aku rasakan. Bagaimana?"

"Jangan tanya. Omong-omong, mimpimu menyimpang sejak awal."

"Kenapa gak dijawab aja sih?"

Ugh, Tatsuya tidak bisa menyangkal itu. Miyuki dengan buru-buru menyela.

"Ayo, cepat ke Ruang Membaca Khusus. Aku yang akan mengatasi penyerang."

"Tidak, serahkan misi itu pada~ku."

Erika berkata kalau dia akan mengatasinya, kemudian maju sebelum siapapun bisa membalas.

Dengan tenang, dia meluncuri dasar tangga.

Tongkat polisi yang dapat ditarik masuk dengan sebuah CAD yang terpasang sudah dengan utuh memanjang.

Penyerang menjadi berbalik diserang.

Kedua tongkat polisi yang memukul musuh, Erika sudah melewati mereka.

Dia menaklukan dua lawan dengan sekejap.

Dalam perbandingan secara menyeluruh pada pendekatan kasar Leo untuk pertarungan, dia petarung yang cerdik.

Suara kawan mereka yang menghantam lantai akhirnya memperingati penjaga di atas tangga kalau mereka sedang diserang.

Salah satu dari mereka menyerbu turun, sedang yang lain memulai Rangkaian Aktifasi.

Namun, hanya seperti Psion mulai bersinar, Rangkaian Aktifasi dihancurkan.

Penyihir itu menganga sembari sihirnya diniadakan.

Kekakuan dalam tubuhnya sangat tidak normal, dan setelah sedetik menonton, dia kehilangan keseimbangannya dan terguling dari tangga.

"Ah..."

"Jangan khawatir."

Mendengar suara manis adiknya, Tatsuya membalas sambil mengembalikan CAD berbentuk pistol pada pemiliknya.

Manusia sering membuat penyesuaian pada pusat keseimbangan mereka untuk berdiri lurus.

Semuanya berada dalam alasan sampai sejauh ini. Miyuki mungkin melengahkan penjagaan oleh orang yang terguling ke bawah tangga.

Yah, nampak seperti tulang belakangnya tidak patah, jadi semua yang dia dapatkan dari itu mungkin gegar otak dan beberapa tulang rusuk yang patah. Itulah apa yang dimaksud dengan "jangan khawatir".

Di sisi lain, penyerang yang dilengkapi dengan pedang pendek asli ketimbang dari sebuah pisau sambil dia menyerang kearah Erika.

Ini tampak tidak asing.

Ini hanya seperti lawan Sayaka selama demontrasi klub kendo. Pita hijau dan putih yang terikat pada pergelangan tangan kanan yang merenggang ke depan untuk menyangkal Erika. Itu muncul kalau klub kendo-lah yang pertama dihasut.

"Tch. Tatsuya-kun, kita harus menahan melawan murid, 'kan?"

Suaranya bergoncang sedikit karena dia bertanya sambil bertarung dengan sengit.

Diberikan perbedaan dalam hal ketinggian dan kekuatan tangan, ini bisa dengan berat mempengaruhi situasi yang mendesak.

"Tidak perlu memaksakan dirimu berbaik hati."

Di saat yang sama dia mengatakan ini, Tatsuya melangkah ke depan,

"Ha! Aku tidak perlu bantuanmu!"

Erika menghentikannya.

"Aku bisa kok mengatasi lawan semacam ini ketika serius."

Dia dengan sementara meningkatkan tekanan, lalu dengan cepat meluncur ke satu sisi.

Berganti tempat dengan lawannya yang kehilangan keseimbangan, Erika dengan bergegas menyuruh Tatsuya maju.

"Serahkan tempat ini padaku!"

"Baiklah!"

Laki-laki itu yang berhati-hati diserang dari dua arah, hingga dia roboh setengah meringkuk.

Namun, dalam kedua mata Tatsuya dan Miyuki, siswa ini sudah berhenti hidup.

Tatsuya dengan sekuat tenaga melompat dari dasar.

Miyuki perlahan melangkah keluar lantai.

Tatsuya melompat menuju dinding,

Sementara Miyuki melambung ke udara.

Mereka berdua dengan cepat mendarat di lantai kedua.

"Whew~"

Erika berbunyi dengan kekaguman dan murid Alliance menganga dengan terkejut sambil Tatsuya dan Miyuki maju ke arah Ruang Membaca Khusus.


◊ ◊ ◊


Pikiran Sayaka buram selagi dia menyaksikan apa yang terjadi di depannya.

Di depan satu-satunya terminal yang bisa mengakses penelitian tingkat tertinggi — penelitian terlarang — dalam negara ini, rekannya — anggota "Blance" — saat ini membajak ke dalam sistem.

Setengah tahun lalu, mereka diperkenalkan oleh Tsukasa, ace dari tim kendo laki-laki. Untuk suatu alasan, Tsukasa tidak membawa Sayaka ke Egalite, yang mana dia bergabung, namun sebaliknya ke Blanche.

Awalnya, Sayaka tidak punya perhatian membawa-bawa aktifitas mereka keluar sekolah, ataupun dia memiliki harapan untuk ikut dalam suatu kegiatan melanggar hukum. Satu-satunya alasan dia melihat mereka adalah dari pertimbangan untuk Tsukasa, yang sering menjaganya. Kakak laki-laki Tsukasa, yang adalah kepala cabang Jepang Blanche, memberitahunya banyak hal, seperti bagaimana perbedaan di sekolah yang disebabkan oleh bakat sihir yang tidak bisa dirubah. Meskipun mengetahui ini, yang masih paling mengkhawatirkan Sayaka adalah bagaimana murid-murid Jalur 2 diperlakukan secara berbeda di sekolah.

Sebenarnya, Sayaka benar-benar ingin hadir di diskusi. Tidak hanya dia ingin hadir, tapi juga bermimpi mengekspresikan pendapatnya. Ini hanya karena dia akrab dengan rincian misi ini, kalau dia sebaliknya memperbolehkan Tsukasa untuk membujuknya.

Apa yang dia lakukan? -- pikir Sayaka. Mengambil kunci tanpa ijin, menjadi kaki tangan untuk merusak dari dalam... Apakah ini benar-benar harus dia lakukan?

Pemikirannya melaju dalam arah yang tidak tenang. Menyadari ini, Sayaka dengan segera mengumpulkan dirinya kembali pada misi di depannya.

Namun, tujuan kita adalah untuk menghapus perbedaan perlakuan yang dihasilkan oleh sihir, jadi mengapa kita perlu penelitian sihir yang paling mutakhir?

Kakak Tsukasa mengatakan kalau menerbitkan hasil penelitian adalah langkah pertama untuk penghapusan.

(Sehingga, tidak akan berguna untuk menerbitkan teori sihir pada orang yang tidak bisa menggunakan sihir...?)

Pertanyaan yang memburu tiap hal lain dalam pikirannya sekali lagi muncul di hadapannya.

Bagi orang-orang yang tidak bisa menggunakan sihir, teori sihir tidaklah penting juga.

Pada beberapa level, teori sihir mengandaskan dalam teori ilmiah, sehingga memisahkannya dari disiplin berdasar pikiran lain seperti ilmu agama.

Jika orang-orang yang menginginkan sebagian data penelitian sungguh ada, bukankah merekalah yang satu-satunya dapat menggunakan sihir...?

(Tidak, data penelitian yang bisa menguntungkan orang-orang yang tidak bisa menggunakan sihir harusnya ada, dan itu tersembunyi di sini...)

Ini adalah alasan yang dia harus ikuti. Alasan ini mengijinkannya untuk melanjutkan di jalan dia berada.

Namun, tidak peduli berapa banyak dia mengulangi di dalam hatinya, dia masih tidak bisa dengan penuh menerima kata-kata tersebut.

"... Oke, terbuka."

Seseorang berbicara dengan pelan.

Dia buru-buru mengeluarkan Solid Cube yang digunakan untuk penyimpanan.

Rekan-rekannya — Sayaka yang mendeteksi "keinginan" kuat yang tertanam pada wajah mereka, menyebabkannya mengalihkan tatapannya.

Menuju pintu.

Jadi, dialah orang pertama yang menyadari.

"Pintunya!"

Mendengar bunyi itu, anggota lain berbalik untuk melihat.

Di depan tiap pasang mata, pintu persegi itu terlepas dan jatuh menuju ruangan.

"Tidak mungkin!"

Kecemasan yang mereka lepaskan, didasari pada situasi yang mendekat, sebenarnya begitu konservatif.

Benda-benda yang telah diperkuat memiliki eidos yang jauh lebih keras untuk dimanipulasi. Bahkan pintu yang diperkuat dua rangkap yang bisa menahan sebuah proyektil dapat dihancurkan oleh sihir.

Namun, untuk melakukan itu biasanya memerlukan Rangkaian Sihir rumit yang menggunakan Sihir Massa dan Getaran untuk mendobrak pintu. Tidak ada siapapun yang bisa menerima kalau pintu baja yang diperkuat dua rangkap bisa dihancurkan dengan tenang seperti ini.

Laki-laki itu membeku pada pemandangan ini yang sampai dengan sepenuhnya meragukan pemahaman dunia umum mereka. Pada saat ini, mengenai Solid Cube yang dihancurkan dalam genggaman mereka.

Dengan langsung setelah itu, terminal pembajak dihancurkan seolah tertangkap dalam lengkungan waktu yang dengan cepat mengembalikan ke dalam bagian-bagian komponennya.

Mengikuti itu, sinyal dari Perangkat juga terhenti, membuat Ruang Membaca menjadi tidak aktif.

"Mungkin lebih tepat untuk menunjuk kalian sebagai mata-mata? Rencana kalian berakhir di sini."

Sosok yang akrab dengan tenang menyatakan ini sambil ia melangkah ke depan dengan CAD Khusus berbentuk pistol di tangan kanannya yang berlapiskan perak dengan setiap langkah.

Di belakangnya, siluet ramping yang anggun mengikutinya dengan CAD berbentuk terminal yang dipengang dalam satu tangan.

Baik saudara kandung yang memperbolehkan jejak kehebohan untuk menyemarakkan kemunculan mereka, menyebabkan mereka untuk lupa jika sedang berada di tempat kejadian.

"Shiba-kun..."

Sayaka dengan lembut berbisik sambil seseorang mengangkat tangan kanannya.

Itu bukan sikap menyerah. Seorang laki-laki mengarahkan senapan pada kouhai-nya[1].

Lelaki ini bukan murid dari SMA Satu.

Dia bukan murid sama sekali.

Dia orang yang datang bersama atas kepentingan pemimpin mereka yakni kakak Tsukasa.

Rekan ini yang telah secara rinci direkomendasikan oleh pemimpin mereka yang dengan jelas bermaksud untuk membunuh.

Sayaka melepaskan teriakan ngeri yang tidak berbunyi.

Dia ingin menghentikan ini, tapi tidak bisa berteriak. Kedua tangannya membeku.

Dia akan menjadi kaki tangan pada pembunuh; Sayaka sangat ketakutan sampai-sampai dia mengabaikannya.

Namun, peluru-peluru yang bisa dengan mudah mengambil hidup tidak keluar dari laras.

Tangan kanannya dengan erat menggenggam pistol, tidak, pistol menyangkut ke tangannya.

Tangan kanan laki-laki itu tertutup dalam warna keunguan.

"Tolong berhenti bertindak tidak berguna lagi. Untukku berbaik hati kepada mereka yang hendak melukai Onii-sama, aku tidak berpikir bisa melakukannya."

Suaranya dengan mengerikan tenang, dan sama serius.

Ini seperti dia benar-benar orang yang berbeda.

Dia memberikan aura keberanian, seakan suatu tindakan untuk menentangnya akan tidak berhasil.

Hanya mendengar suaranya menyebabkan daya tahannya ambruk.

Kali ini, perkataan kejam yang merasuk kedalam telinga Sayaka yang takut.

"Ini adalah kenyataan. Mibu-senpai."

"Eh...?"

"Dunia di mana semua orang diperlakukan secara sama adalah sudah sifatnya tidak mungkin. Jika benar-benar ada dunia sederajat yang mengabaikan bakat dan penyesuaian, lalu semuanya harus menerima resepsi dingin yang sama dari dunia. Kebenarannya, Mibu-senpai sudah tahu ini, benar? Tidak ada yang sanggup memperlakukan setiap orang secara sama. Yang ada yaitu berhati-hati mengarang kebohongan demi menjerumuskan orang lain."

Sayaka yang mula-mula kehilangan harapan.

Dalam mata kosong kouhai-nya yang berdiri di depannya, dia bisa merasakan sebuah jejak kecil dari--

"Mibu-senpai, kaulah yang satu-satunya digunakan jadi mereka dapat mencuri data penelitian yang belum diterbitkan oleh universitas sihir. Inilah kebenaran dibalik idealis tinggimu."

--rasa kasihan?

"Kenapa? Kenapa harus menjadi seperti ini?"

Sesaat dia menyadari ini, emosi rumit di dalam Sayaka meledak.

"Salahkah untuk menyisihkan perbedaan? Apa salah memimpikan persamaan? Perbedaan benar-benar ada di sini! Mana mungkin cuma kesalahpahamanku. Aku benar-benar dihina. Aku diketahui di depan tatapan penuh hina mereka. Dan aku mendengar semua nama bodoh mereka. Untuk melenyapkan semua itu, apa ada yang salah dengan hal itu? Bukankah kau sama? Mereka membandingkanmu dengan bakat tinggi adikmu juga. Kau juga mengalami keburukan itu. Kau juga telah dinamai seorang idiot!"

Jeritan Sayaka nampak membuka terus dari dalam.

Dari dalam dinding jiwanya.

Belum lagi, tidak ada teriakan memilukan tersebut yang mencapai Tatsuya. Hatinya tidak tergerak akan kata-kata itu. Itu karena bagi Tatsuya, "hal itu" hanya berupa aspek kenyataan yang bisa diterima.

Jadi Tatsuya cuma mengerti "arti" harfiah di belakang kata-katanya juga "perwujudan" yang dia teriakan. Di sini seorang nona muda dalam keputusasaan. Itulah satu-satunya hal yang ia buang.

Rasa kasihan yang Sayaka pikirkan dan lihat dalam matanya, hanyalah delusi yang dibawa padanya oleh keadaan sangat menyedihkannya.

Teriakan Sayaka tidak mencapai hati pemuda itu — tapi lewat kedalam hati gadis yang berdiri di sebelahnya.

"Aku tidak akan pernah memandang rendah Onii-sama."

Dia dengan tenang berkata.

Namun, suara ini mengandung cukup emosi untuk memadamkan teriakan Sayaka — emosi amarah murni, yang tersembunyi di bawah lapisan ketenangan.

"Meski setiap orang menghina, mengumpat dan memandang rendah kakakku, cinta dan rasa hormat yang aku pikul untuk Onii-sama tidak akan pernah berubah."

"...Kau..."

Sayaka tidak bisa berbicara.

Di depan pernyataan bangga Miyuki, Sayaka tidak hanya menemukannya terdiam, tapi menjadi tidak bisa berbicara juga.

"Cinta dan hormat yang aku pikul tidak berasal dari kekuatan satu sihir. Di mata dunia, sihirku jauh lebih besar dari Onii-sama. Meski begitu, hal itu tidak mempengaruhi cinta dan hormat yang aku pikul pada Onii-sama sedikitpun. Di depan perasaanku pada Onii-sama, semua hal itu menjadi sepele dan tidak berarti. Itu karena aku tahu kalau ini hanya merupakan bagian kecil dari Onii-sama."

"..."

"Siapapun bisa menghina Onii-sama? Bagiku, ini adalah kelancangan yang memuakkan. Ini benar kalau ada orang dungu yang menjelekkan Onii-sama. Tapi di waktu yang sama, ketika membandingkan dengan jumlah sampah seperti itu, ada sebanyak, tidak, banyak lebih orang yang mengakui bakat hebat Onii-sama. Mibu-senpai, kau benar-benar orang yang memprihatinkan."

"Apa katamu?"


Volume suaranya meningkat dengan sedikit.

Tapi ini adalah suara tak bernyawa. Suara yang kehilangan baik perasaan dan pemikiran.

MKnR v02 15.jpg

"Bukankah ada orang yang mengakuimu? Apa sihir hanya satu-satunya cara orang melihatmu? Tidak, tidak mungkin. Aku tahu setidaknya satu orang yang tidak melakukan ini. Apa kau tahu siapa itu?"

"..."

"Onii-sama mengakuimu. Keahlian berpedangmu, kecantikanmu."

"...Itu hanya penampilan."

"Memang, itu hanya penampilan. Tapi, bukankah ini bagian senpai juga, karisma dan rasa kepribadian senpai?"

"..."

"Tentu saja, penampilan adalah wajar. Termasuk dua pertemuan di kafe dan saat di depan Ruang Pengumuman Publik, ini adalah kali keempat kau berbicara dengan Onii-sama. Kau hanya menemuinya empat kali, berapa banyak kau kira memahaminya?"

"Itu..."

"Pada akhirnya, lebih dari siapapun yang lain, kaulah yang melihat dirimu diperlakukan secara berbeda. Lebih dari siapapun yang lain, kau jugalah yang memandang dirimu sebagai murid rendahan dan dengan hina menggunakan istilah 'Weed' pada dirimu sendiri."

Kata-katanya tak dapat dipungkiri.

Tidak ada keinginan untuk tidak mengakui perbedaan pendapat yang muncul ini.

Teguran ini menghantam Sayaka layaknya pukulan mengerikan, menyebabkan pikirannya menjadi kosong,

Kulit tanpa jiwa ini memberikan seruan lembut iblis untuk masuk.

Tidak, dalam hal ini, lebih seperti bisikan jelas pengendali boneka.

"Mibu, gunakan gelang!"

Itu berasal dari laki-laki pengecut yang gemetar dengan tak tahu malu di belakang gadis berusia 16 tahun.

Laki-laki ini tiba-tiba berteriak.

Menemani teriakan ini, pergelangan tangannya juga mengayun ke bawah.

Cetusan kecil menyala, bersama dengan asap tebal putih.

Pada saat yang sama, ada beberapa suara menusuk yang tidak dapat didengar.

Itu bunyi latar dari Psion.

Mereka mencoba untuk menghentikan sihir dari dipanggil dengan menggunakan Cast Jamming - Sorcery Disruptor.

Di dalam asap, kumpulan tiga langkah kaki terpisah bisa terdengar.

Tatsuya mencapai dua kali.

Dan memukul dua kali dengan telapak tangannya menuju asap.

Dengan kedua matanya benar-benar tertutup.

Terdapat dua suara berisi, bersama dengan suara dua tubuh menubruk lantai.

"Miyuki, berhenti!"

Ketika Tatsuya memberikan perintah ini.

Rangkaian Sihir Miyuki yang dirancang dengan cepat berubah menjadi benda lain.

Mengumpulkan asap putih bersama seperti tornado.

Awan debu memadat menjadi ukuran bola-bola ping pong, kemudian jatuh ke tanah terkunci di dalam balok es yang muncul entah dari mana.

Sekarang jika penglihatan tidak lagi terhalang, ruangan menampakkan tiga laki-laki terbaring di atas lantai.

Salah satu dari mereka berguling di atas lantai, mencoba untuk melawan balik rasa beku mematikan.

Dua orang lainnya menerima luka memar pada wajah mereka dan berbaring di sana tak sadar.

"Onii-sama, apa baik-baik saja melepaskan Mibu-senpai?"

Miyuki bersuara heran.

Dia tidak punya keraguan mengenai apakah Tatsuya mempunyai suatu motif tersembunyi.

Dalam pikiran Miyuki, ada sedikit kesempatan untuk Tatsuya mengembangkan suatu hubungan dengan wanita itu yang melampaui sendaugurau saudara kandung.

Miyuki juga dengan jelas mengerti kalau Tatsuya bukan jenis orang yang mencampurkan perasaan pribadi.

"Aku tidak meragukan kemampuanmu, tapi selalu ada kemungkinan kecelakaan ketika pandangan terhalang. Aku tidak ingin kau mengambil resiko itu, jadi biarkan Erika yang menangani Mibu-senpai."

Jalan keluar tercepat dari sini akan pasti memimpin secara langsung pada Erika di lantai pertama. Dengan keadaan Sayaka saat ini, dia tidak berada dalam kondisi untuk mencari rute lain.

"Aku tidak berpikir Erika punya ketertarikan dengan ini..."

"Mungkin, jika lawannya adalah siapapun yang lain dari Mibu-senpai."

Miyuki tidak benar-benar memahami apa itu berarti untuk memandang pada lawanmu.

Baginya, pertarungan merupakan sesuatu yang patut dihindari pada awalnya, tapi jika ditekan, kemenangan mengesampingkan segala urusan lain.

Itu tidak masalah siapa lawannya.

Untuk identitas lawannya, sebutan "musuh" adalah cukup, apapun yang lain menjadi tak berarti.

Dengan mengatakan itu, dari pandangan intelektual semata, dia mengakui kalau ada orang di luar sana yang menempatkan arti spesial pada siapa lawan mereka.

"Begitukah? Jika ini Erika, lalu harusnya tidak ada masalah."

Jadi mari tinggalkan Sayaka pada Erika, Miyuki berpikir sambil dia bergerak ke depan untuk membantu kakaknya mengikat perampok dengan cara sikap hati-hatinya pada teroris.


◊ ◊ ◊


Sayaka sekarang dengan utuh bergantung pada hati kecilnya untuk bergerak.

Gelang Antinite adalah kartu andalannya ketika datang waktunya untuk melarikan diri.

Mengalami pembelajaran untuk "Magister" (?), dia mengetahui sifat dan batas Cast Jamming.

Tidak, dalam hubungan untuk mengetahui gelang ini, Sayaka lebih tahu dari Penyihir rata-rata.

Gelang ini tidak memiliki kekuatan untuk mengalahkan Penyihir lain.

Itu hanya mempunyai kekuatan untuk mengganggu dengan sihir melalui Cast Jamming. Di samping dari memberikan metode menghindari serangan-serangan sihir, tidak ada tujuan lain.

Kau tidak bisa mengalahkan murid kelas 1 itu.

Di waktu itu, aku menyaksikan kemampuan mengagumkan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Ketika pemimpin mereka memberikannya gelang ini, laki-laki itu dengan berulang memperingatinya akan hal tersebut.

Gelang ini digunakan dengan semata-mata untuk kabur.

Pemandangan yang sangat dalam tertanam di dalam otaknya dan gema perkataan kuat itu berkumandang di kedua telinganya, mendorong bagian tubuhnya untuk tetap bergerak.

Tidak ada langkah kaki di belakangnya.

Tidak ada yang mengikutinya.

Dalam hatinya, ia mengerti kalau rekan-rekannya telah dikalahkan.

Namun, pikiran melumpuhkannya tidak akan mengijinkannya membuat keputusan secara sadar untuk kembali dan menolong mereka.

Pikirannya penuh dengan kegagalan rencana mereka dan keinginan berikutnya untuk melarikan diri dari sekolah menuju markas sementara mereka, Sayaka lari melewati koridor dan pergi menyusuri tangga.

Di saat itu, kakinya terhenti di jalan buntu.

"Senpai, senang bertemu denganmu!"

Seorang gadis — kemungkinan murid kelas 1, memangginya "senpai" — tersenyum di depannya dengan kedua tangan menggenggam di belakangnya.

"... Siapa kau?"

Kewaspadaannya memaksa untuk bersuara.

Namun, ekspresi riang kelas satu tersebut tidak suram sedikitpun.

"Kelas 1E, Chiba Erika. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Mibu-senpai, yang mendapat perak di Kejuaraan Kendo Wanita Se-SMP, benar?"

Kata-kata itu menyerang Sayaka layaknya pukulan tak terlihat.

Ujung-ujung paling gelap kesadarannya dan rasa sakit hatinya yang terdalam seakan dilukai dengan shinai.

"... Memangnya kenapa?"

Menekan rasa sakit tiba-tiba, Sayaka membalas balik.

"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya ingin memastikan."

Erika memegang tangannya satu sama lain di belakangnya.

Namun, tidak ada titik lemah pada tubuhnya.

Siluet rampingnya tidak mampu menghadang koridor seluruhnya, tapi tak dapat ditemukan "celah" di manapun untuk orang lewat.

Dan selain itu... Apa tangan yang disembunyikan di belakangnya kosong?

Apa dia benar-benar tidak memegang apapun?

"... Tiba-tiba muncul di sini. Kau tidak mau membiarkanku lewat."

Tidak ada tanda pengejaran di belakangnya.

Bagaimanapun juga, yang disebutkan laki-laki itu, merahasiakan keberadaannya adalah mungkin mudah.

Sayaka mengekang emosi gelisahnya dan berusaha untuk berbicara dengan baik.

Ia tahu kalau kesempatannya lolos dengan tidak terluka adalah nol dari awal.

"Ke mana kamu pergi?"

"Itu bukan urusanmu."

"Kamu tidak ingin menjawab... ya?"

"Ya."

"Negosiasi gagal."

Erika dengan senang menyatakan.

Meski kata-katanya nampak sedikit sulit untuk percaya, tapi Sayaka tahu sangat baik kalau dia sejak awal tidak pernah akan melepaskannya.

Sayaka dengan cepat melirik kiri dan kanannya.

Sayangnya, dia tidak memegang senjata.

Sedang dilengkapi dengan sebuah CAD, dia akan harus menyetel Cast Jamming-nya demi menggunakan sihir.

Tongkat keabu-abuan muncul di sudut penglihatannya.

Tongkat stun milik salah satu rekan Sayaka.

Tongkat itu sedikit lebih pendek dari apa yang ia biasa gunakan, tapi itu akan cocok sebagai pengganti untuk senjata biasanya.

Sayaka perlahan menurunkan pusat gravitasinya.

Ia memusatkan segenap kekuatannya menuju kakinya.

Dan dengan langsung meloncat.

Setelah memegang tongkat stun di atas tanah, Sayaka melompat turun untuk menyambut gadis itu.

Di sisi lain, Erika hanya berdiri di sana memandang heran pada kejenakaan Sayaka.

"Tidak perlu buru-buru seperti itu, aku akan memberikanmu waktu untuk menemukan senjata..."

Sayaka bergejolak.

Ini bukan pertunjukan tunggal! Demi untuk menyembunyikan kecanggungan dan rasa malu yang dibawa oleh tindakannya, Sayaka menatap pada Erika dan berteriak,

"Menjauhlah dari sana! Atau kau akan terluka!"

"Pertahanan diri siap! Yah, aku tidak pernah bermaksud menggunakan alasan itu juga,"

Erika mengatakan dengan nada yang sangat gembira sambil dia mengeluarkan kedua tangannya dari belakang ke depan.

Tangan kanannya memegang tongkat polisi, sedang kirinya membawa pedang pendek asli.

Mengikuti itu, dia dengan biasa melempar senjata di tangan kirinya ke samping.

"Bisa kita mulai, senpai?"

Erika mengangkat tangan kanannya.

Sayaka juga mengambil jarak bertarung. Senjatanya diarahkan langsung pada lawannya, tangan kanannya ditempatkan di atas kirinya.

Di satu sisi, Sayaka dengan gaya dua tangan pusat. Di sisi lain, Erika dengan sikap berbelok setengah dengan satu tangan.

Pertandingan dimulai dalam sekejap.

Silangan di antara dua senjata, tapi ayunan mereka tidak memancarkan suara.

Dengan langsung ia melihat pergerakan, Erika mengayunkan tongkatnya pada leher Sayaka.

Sayaka dengan geram mengangkat tangannya.

Dia dengan cepat mundur, secara refleks mengambil sikap bertahan sambil dia hampir bisa menerima serangan ini. Pada waktu yang sama, lawannya sudah berada di belakangnya.

Untuk mengelak serangan berikutnya, Sayaka dengan insting mengangkat tongkatnya.

Getaran dari gema serangan di bawah tongkat stun itu merambati tangannya. Sayaka lebih dari cukup untuk menutup menuju jarak perkelahian tapi lawannya sudah lepas dari jangkauan.

"Personal Speed Magic...?"

Sayaka dengan lembut bergumam.

Erika tidak membalas.

"...Seperti Watanabe-senpai?"

Namun, kata-kata berikutnya membekukan Erika.

Meskipun itu cuma keraguan sementara, itu cukup untuk merubah momentum.

Erika, yang sekali lagi maju, dipaksa untuk berhenti oleh bunyi menusuk yang memenuhi koridor.

Ini adalah bunyi Psion, bunyi yang telinga biasa tidak bisa dengar.

Melihat wajah Erika yang berubah dengan gelisah, Sayaka dengan langsung menyerbu.

Ia tidak akan membiarkan lawannya bernapas.

Depan, depan, lengan bawah, perut, tebasan diagonal, pukulan atas, depan, tebasan diagonal arah sebaliknya...

Rentetan serangan pedang ini dengan jelasnya tidak dikembangkan hanya untuk latihan kendo, termasuk beberapa teknik dari gaya kendo lama.

Serangannya melaju seperti api.

Seperti pepatah yang didikte oleh Fūrinkazan, serangannya sesengit bara api.

Pada titik tertentu, bunyi Psion menghilang.

Alasan di belakang ini jelas.

Demi mengaktifkan Cast Jamming, gelombang Psion yang terus-menerus menjadi Antinite dibutuhkan.

Jika gelombang Psion berhenti, maka bunyi juga akan berhenti.

Bunyi yang awalnya memenuhi ruangan secara bertahap lenyap.

Karena Sayaka mengalihkan segenap kekuatannya menuju serangannya, memepertahankan Cast Jamming sejujurnya mustahil.

Selama seseorang mampu menggunakan sihir, tidak peduli seberapa hebat atau kuat serangannya, tidak ada yang bisa menandingi kecepatan sihir.

Karena dia dengan jelas mengetahui ini, Erika tidak berencana menggunakan sihir.

Dia mungkin tidak punya waktu untuk membentuk Rangkaian Sihir.

Erika adalah murid Jalur 2 yang tidak mampu mengatasi kemampuan teknis.

Meski begitu, CAD Erika merupakan model khusus yang diperkuat untuk pertarungan berkecepatan tinggi dan memiliki bentuk yang Erika kenal baik.

Selain itu, Engravement Magic-nya adalah tipe yang masih bisa menyalurkan Psion bahkan di bawah pengaruh Cast Jamming.

Jika dia bisa membuat pemisahan cukup, lalu dia akan dapat menggunakan serangan sihir.

Namun, Erika tidak mencoba untuk berhenti, maupun melangkah maju.

Dalam arah berlawanan pada pujian terang-terangannya, serangan Sayaka hanya bisa dijelaskan sebagai cukup ceroboh.

Di sisi lain, Erika menggunakan pergerakan tetap dan berubah-ubah untuk meredakan tiap serangan lawannya.

Kedua matanya memperlihatkan tanpa jejak pergolakan.

Napasnya pun masih tidak terengah-engah.

Yang pertama mulai bernapas dengan tidak teratur sebenarnya Sayaka, yang mengeluarkan seluruh tenaganya pada serangan itu.

Momentum berbalik dalam sekejap.

Peran penyerang dan penahan bertukar.

Erika mengelakkan serangan pamungkas lawannya, lalu dengan langsung membalas pada tongkat di mana Sayaka tidak bergerak.

Tongkat itu, yang berbentuk lebih rapuh dari pedang kayu atau tongkat, mendadak menghantam pada pangkalnya.

"..."

Sayaka menatap dengan lemah pada tongkat polisi yang diarahkan padanya.

Matanya masih terbakar dengan semangat bertarung.

"Ambillah."

Erika mengatakan tanpa menggerakkan senjatanya.

"..."

Tidak bisa untuk memahami perkataannya, Sayaka tidak membalas.

"Ambil pedang di lantai itu tunjukkan padaku kekuatanmu yang sebenarnya. Aku akan menghancurkan ilusi kecantikan yang membutakanmu."

Sayaka mengabaikan tongkat polisi di depan matanya dan menekuk kedua lututnya.

Ia mengambil pedang yang Erika buang itu, kemudian sekali lagi kehilangan pendirian.

Setelah itu, Sayaka mengingat sesuatu, menghentikan pendiriannya dan meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya.

Ia melepaskan gelang perunggu pada tangan kanannya.

Dan melemparkannya ke lantai.

"Aku tidak perlu bergantung pada itu. Aku akan menggunakan kekuatanku sendiri untuk mematahkan teknikmu."

Sayaka melepaskan jaket seragamnya.

Di SMA Satu, dua orang siswi yang mengenakan pakaian tak berlengan di bawah jaket seragam mereka.

Kedua lengan Sayaka yang nampak dari bagian bawah pundaknya, yang menjamin kebebasan bergerak menyeluruhnya.

Sayaka membalik bilah mata pedang menuju atas.

Menikam dengan belakang pisau adalah metode yang benar-benar mengabaikan sifat senjata, dan hanya meningkatkan resiko pedang patah.

Bahkan dengan keadaan merugikan ini, Sayaka enggan untuk mengijinkan keraguannya kearah membunuh yang menumpulkan kecepatan mata pedang, oleh karena itu dia memposisikan ini.

"Aku mengerti."

Mereka berdiri dengan posisi siap menghadapi satu sama lain.

"Kemampuanmu sepertinya berasal dari teknik yang sama seperti Watanabe-senpai."

"Jangan menyebut kemampuan berpedangku sama dengan wanita itu. Kami benar-benar berada di tingkat yang berbeda."

Masing-masing pihak menukarkan satu kalimat, yang menggemborkan awal tiang lisan.

Sesudah itu, keheningan menguasai suasana.

Keheningan berubah menjadi kegelisahan, dan kegelisahan berubah menjadi keadaan mendesak.

Layaknya kedesakan yang semakin keras, sosok Erika menghilang.

Pertukaran berakhir dalam sekejap.

Suara singkat logam berselisih.

Ini nyatanya mustahil untuk mata telanjang membedakan, tapi Sayaka benar-benar berhasil bertahan melawan salah satu serangan-serangan magis akselerasi Erika.

Ia berhasil menangkis serangan pertama "pedang panjang".

Pedang pendek yang meluncur dari kedua tangan teguh Sayaka.

Setelah itu, Sayaka menekan lengan kanannya dan jatuh pada satu lutut.

"Maaf, senpai. Itu mungkin patah."

"...Retak tulang. Bukan masalah. Aku tidak berpikir kau menahan."

"Ya, senpai, kau bisa mengangkat kepalamu tinggi. Itu karena kau memaksa wanita keluarga Chiba untuk serius."

"Begitu... Jadi, kau anggota keluarga Chiba."

"Itulah kebenarannya. Ngomong-ngomong, Watanabe Mari adalah murid keluarga kami juga. Akulah orang yang mengatur sertifikasinya. Dalam ilmu berpedang sungguhan, aku lebih unggul."

Mendengar ini, Sayaka akhirnya tersenyum.

Singkat, senyum yang riang.

MKnR v02 16.jpg

"Begitu ya...? Aku mengatakan, meski yang kalah tidak punya hak untuk meminta keuntungan, bisa kau memanggil bantuan untukku? Aku merasa, kesadaranku, memudar, ah..."

Sayaka merebah ke lantai.

Erika dengan hati-hati mengangkutnya.

Dia dengan lembut berbisik ke dalam kedua telinga Sayaka yang tidak sadar.

"Jangan khawatir, senpai. Karena kouhai baikmu ini akan mengeluarkanmu dari sini."


◊ ◊ ◊


"Jadi, kau ingin aku membawa Mibu-senpai keluar dari sini?"

Mengenai pertanyaan wajar Tatsuya, Erika menganggukkan kepalanya seolah dia tidak bisa sembrono.

"Tentu, dia tidak seberat itu."

"Tidak, itu bukan masalahnya."

"Sekarang kau bisa dengan sah memeluk gadis cantik sendiri, jadi mengapa kau tidak senang saja toh?"

"Aku tidak tertarik dengan masalah sepele seperti itu... Tidak, itu masih bukan masalahnya."

"...Nah, aku hanya punya prasangka tentang ini. Apa Tatsuya-kun tidak tertarik dengan wanita? Seperti, apa kau berbelok ke arah itu?"

"Apa maksudmu dengan arah itu?"

"Gay!"

"Yang benar saja! Itulah kenapa aku mengatakan ini bukan masalahnya. Kita bisa langsung memanggil bantuan, jadi kenapa aku yang harus membawanya?"

Miyuki tertawa dengan riang pada pemandangan ini.

Tatsuya dengan bersamaan dihadapkan dengan kelelahan yang meningkat sambil mencoba untuk menguraikan logika Erika di waktu yang sama. Sampai sejauh ini, ia sudah setengah menyerah di dalam.

"Pastinya itu akan membuat Mibu-senpai sangat senang!"

Pada titik tertentu, Tatsuya berhenti membalas.

Sementara ia masih merasa kalau proposal itu tidak logis, ia juga menghentikan fakta kalau menggunakan logika untuk meyakinkan Erika akan menjadi pekerjaan yang sangat menantang.

Boleh dikatakan, pembicaraan mencapai kesimpulan.

"Bukankah ini bagus, Onii-sama? Meskipun lukanya tidak parah, itu benar kalau sebelumnya dia bisa dirawat lebih baik. Aku pikir, cara yang paling tepat mungkin untuk Onii-sama membawanya. Kalau begitu, tidak berguna menjelaskannya lebih lanjut. Soalnya lawanmu adalah Erika."

"Tunggu, Miyuki, apa maksudnya itu?"

"Yah, itu benar. Oh, benar."

"Tunggu, Tatsuya-kun, apa ini, menyerang orang ketika mereka sedang lelah? Bukankah kalau dua lawan satu itu sedikit curang?"

"Ara, aku jelasnya kawan Erika di sini!"

"Bohong! Ketahuan bohongnya!"

Ketika dihadapkan dengan teriakan Erika, Miyuki hanya tersenyum dengan senang. Dengan pembicaraan ini sebagai BGM, Tatsuya dengan hati-hati mengangkat Sayaka.

Tindakan ini tidaklah tiba-tiba, ataupun ia ragu ketika melakukannya.

Lebih seperti ia tidak tahu di mana menempatkan tenaganya untuk melakukan ini.

"Hm, seperti yang diharapkan, Tatsuya-kun benar-benar bisa diandalkan."

Untuk beberapa alasan, Erika mengungkapkan pendapat ini sambil mengangguk beberapa kali. Karena membalas pada kata-katanya hanya akan membuang banyak waktu, Tatsuya memutuskan untuk mulai berjalan.

Wajah tak sadar Sayaka tampak seperti dia tertidur dengan lelap.


◊ ◊ ◊


Setelah mendengar penangkapan mata-mata perpustakaan lewat layar terminal portable-nya, Tsukasa dari Divisi Kendo Laki-laki mengetahui kalau ia bersekonggol dengan kakak laki-lakinya, pimpinan cabang Jepang Blanche saat ini, dan mencari perintah lebih lanjut. Ini telah diselesaikan dalam kurun waktu yang sesingkat mungkin.

Sedang secara teknis kakaknya, dia satu-satunya kakak angkat dari pernikahan kedua ayahnya di tempo hari. Namun, Tsukasa selalu mempercayai kakaknya seakan mereka terhubung dengan darah. Pada awalnya tidak ada perasaan canggung di antara keduanya setelah pernikahan itu, jadi bagaimana mereka bisa sampai sejauh ini? Ia hanya tidak bisa mengingat bagaimana.

Kapanpun ia memikirkan misteri ini, hal itu dengan langsung terkubur dibalik pemikiran lain. Sesaat Tsukasa memikirkan ini, ia menggelengkan kepalanya, karena sekarang bukan waktunya untuk memikirkan. Ini terlalu berbahaya menggunakan jaringan internet untuk menghubungi. Ia tidak khawatir sampai didengar; ia hanya tidak ingin menggunakan cara komunikasi normal seperti itu, tapi ini adalah situasi kritis. Suatu pesan masuk, apakah dengan jaringan kabel atau tidak, akan beresiko ditangkap, sehingga memikirkan seperti ini hanyalah wajar.

Tsukasa tidak memperkirakan adanya masalah dengan meninggalkan sekolah. Meski ini adalah situasi kritis, ini bukan waktunya perang di sekolah. Meski orang-orang yang tidak berafiliasi dengan klub yang menjalani pemeriksaan ketat, ini pada umumnya tidak mempengaruhi murid-murid.

Tsukasa memutuskan berdasar pada anggapan ini, tetapi sayangnya takdir berkata lain.

"Bukannya ini Tsukasa dari klub kendo. Apa mau pulang?"

Tsukasa yang hendak keluar gerbang utama, seseorang memanggilnya dari belakang.

Ini bukan seorang teman. Ia tidak kenal suara itu.

Ketika ia berbalik, apa yang berdiri di depannya adalah sosok berkulit hitam yang bertinggi sedang dan cukup dideskripsikan sebagai kasar. Seperti Tsukasa, dia besar, murid kelas tiga yang sehat dan kuat. Dia mengenakan lambang Komite Keamanan di pergelangan tangannya.

"Tatsumi... Uh, bukankah aktifitas klub dibatalkan karena kerusuhan? Itulah kenapa aku memutuskan untuk pulang!"

Bimbang karena tindakan canggung akan menyusahkan. Dengan sadar menyuruh tubuhnya untuk bekerja sama, Tsukasa membalas balik dalam sebuah suara.

"Begitu ya? Yah, tidak masalah sih. Semua aktifitas klub mungkin dibatalkan."

"Ah, itu. Jadi—"

Selamat tinggal. Kata tersebut berada di ujung lidahnya, tapi Tsukasa tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengatakannya.

"Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang aku ingin tanyakan."

Hatinya berdegup.

"Tanyakan?"

Hampir berhasil menahan keragu-raguannya, Tsukasa sudah memalsukan ekspresi heran.

"Yah, aku perlu menanyakanmu secara pribadi, Tsukasa."

Suara Tatsumi nampak untuk mengipasi bara api emosi Tsukasa. Tsukasa meraka seolah suara itu mengetahui semua yang dia lakukan.

"Atasanku memiliki kemampuan khusus yang hebat."

Tiba-tiba, pembicaraan berubah seluruhnya — setidaknya itulah apa yang terdengar — tetapi perasaan kewaspadaan yang sama dari awal tidak berkurang sedikitpun.

"Dengan memanipulasi situasi saat ini dan menambahkan beberapa peningkatan, kita bisa membuat serum asli tanpa menggunakan obat-obatan terlarang."

Teriakan akan paksaan keluar dari tenggorokannya, tapi Tsukasa menahannya.

Namun, ialah yang menghabiskan waktunya.

"Kau tidak harus memalsukan ambivalensi[2], Tsukasa. Mengerti apa yang aku bicarakan, 'kan? Kami sudah punya bukti, kalau kau memesannya untuk melakukan hal itu."

Tsukasa tidak membalas.

Sementara ia adalah murid Jalur 2 yang lemah dalam kemampuan teknik, berkat latihan ekstensifnya di kendo ia memiliki cukup kepercayaan tinggi dengan Kecepatan Sihirnya sendiri. Keduanya yang terlihat wajar berkulit hitam dan Tatsumi adalah salah satu dari beberapa murid kelas 3 yang sanggup menggunakan kecepatan, tapi Tsukasa yakin ia tersudut dalam jejak kaki yang bersih.

Semua ini berada dalam perhitungan Tsukasa, tapi rencanannya hancur sebelum terlaksana.

"Tsukasa-senpai! Ikutlah dengan kami sebentar!"

Muram tetapi suara kuat menderang. Lebih tepat, suara pemiliknya berdiri dengan langsung di jalannya.

"Sawaki... Kenapa kalian berdua di sini?"

Tsukasa dengan kasar berteriak. Ketika kerusuhan terjadi, keduanya harusnya ada di perpustakaan. Kenapa dua anggota divisi tempur aktif ditempatkan jauh-jauh di sini? Itu hanya normal untuk Tsukasa ingin tahu.

"Kau masih belum menyadari? Pekerjaan kami semata-mata untuk memantauimu hari ini, dengan beberapa bantuan dari personil Sensory System jarak jauh. Kami akan membuang waktu jika kau tidak terperangkap pada akhirnya, tapi kami akhirnya menyadari rute kaburmu."

Sambil Tatsumi dengan senang menjelaskan di belakangnya, Tsukasa menyadari keputusan untuk menerobos lewat sini.

Menerobos akan terjadi dalam arah Sawaki. Dalam situasi ini, kembali ke sekolah adalah bunuh diri.

Dengan begitu, meski Sawaki yang merupakan murid kelas 2, dia menguasai dalam bentuk pertarungan sihir langsung yang disebut Magic Martial Art. Tanpa persenjataan, Tsukasa tidak punya pilihan — dengan langsung bertarung, itu saja.

Tsukasa melepaskan kain yang terikat di sekitar lengan kanannya.

Di dalamnya, terdapat sebuah gelang berwarna perunggu. Gelang Antinite.

Ia mengaktifkan Cast Jamming.

Tsukasa tahu kalau dengan menyebarkan gelombang Cast Jamming, ia memperingati kawan mereka untuk lokasinya. Namun, ini bukan waktunya khawatir tentang itu. Hal yang paling penting adalah lepas dari jebakan saat ini dan menghubungi kakaknya — pemikiran kuat ini mendominasi tindakan Tsukasa.

Tsukasa menyerbu menuju Sawaki, yang mengerutkan kedua alisnya. Di masanya, Seni Bela diri Sihir adalah kemampuan yang menggunakan sihir untuk menguatkan tubuh fisik, yang memungkinkan pemakaian kemampuan tempur kuat. Dalam skenario di mana tidak ada sihir yang digunakan, meski dia tidak bersenjata, tanpa bantuan sihir. Dengan ini dalam pikirannya, Tsukasa menyongsong kearah Sawaki.

Sawaki dengan mudah menghindari pukulannya.

Panggulnya menerima serangan kuat. Siku Sawaki mendorong menuju perut Tsukasa.

"Tsukasa, bodoh, kayaknya kau tidak mengerti."

Sambil Tsukasa jatuh ke tanah, Tatsumi mengatakan ini dalam cara bicara yang simpatik.

"Sawaki adalah lawan yang sulit bahkan tanpa sihir. Ada banyak orang yang salah paham tentangnya, meski mereka tidak mampu melakukan apapun tanpa sihir, dan tidak bisa bergerak dengan bebas tanpa hal yang tidak ada gunanya seperti sihir."

Mengerang dengan rasa sakit, Tsukasa tidak bisa membalas. Sawaki dengan tenang mengikat Tsukasa dengan aman.


◊ ◊ ◊


Di dalam Ruang Kesehatan, mereka mendengar pada cerita pihak Sayaka.

Tangan kanannya membutuhkan perawatan, jadi ini terbaik tidak untuk mengganggunya terlalu banyak. Sementara dokter sekolah melarang ini, saat ini Sayaka yang ingin memberitahu ceritanya.

Mayumi, Mari dan Katsuto semuanya berkumpul untuk mendengarkan ini. Sang dalang Tsukasa Kinoe telah ditangkap, dan kerusuhan ditekan sampai rata, tapi rincian pasti di belakang serangan masih belum diketahui. Penyerang luar sekolah yang tertangkap sudah diserahkan pada polisi oleh fakultas, dan berkat usaha OSIS, Grup Ekstra Kurikuler dan Komite Keamanan, tidak ada murid yang terpengaruh.

Saat ini, Tsukasa tidak berada dalam kondisi diintrogasi. Mempertimbangkan baik-baik, pengakuan Sayaka menjadi satu-satunya sumber informasi, jadi itu tidak aneh untuk Mayumi dan lainnya hadir.

Cerita dimulai ketika Sayaka pertama diperkenalkan pada rekan lainnya.

Tahun lalu, singkatnya setelah Sayaka memasuki sekolah, dia mulai berbicara dengan Tsukasa. Di waktu itu, ada banyak simpatisan di klub kendo. Itu tidak hanya klub kendo, tapi murid-murid juga membentuk klub-klub latihan sihir dengan filsafat serupa. Hal itu datang sebagai sebuah kejutan besar untuk menemukan kalau waktu dan skala operasi jauh melewati harapan Mayumi dan teman-temannya. Seseorang yang menerimanya paling sulit kemungkinan Mari. Mayumi, Mari dan Katsuto semuanya berbeda pendapat dengan pernyataan ini dari awal.

"Maaf, aku tidak pernah membayangkan ini bisa terjadi, tapi..."

Erika menatap dengan maksud pada kedipan Mari.

Namun, Mari tidak punya waktu untuk peduli tentang tatapan ini.

"Mibu, apa yang kau katakan itu benar?"

Mendengar pertanyaan terputus-putus Mari, Sayaka menurunkan kepalanya untuk kurang dari sedetik.

Mengangkat kepalanya, Sayaka mengangguk dengan tenang, dan membalas dengan cara tenang yang sama.

"Sekarang kalau diingat-ingat, aku mungkin telah sangat bangga dipanggil 'gadis kendo' sewaktu SMP. Oleh karena itu, setelah aku datang ke sekolah, aku melihat kemampuan berpedang luar biasa Watanabe-senpai selama pekan penerimaan klub. Aku mengajukan surat permohonan untuk pelajaran pribadi darimu, tetapi dengan dingin ditolak, dan itu salah satu yang membuat... aku tidak bisa jadi lawanmu mungkin karena aku murid Jalur 2. Sekali aku memikirkan ini, aku kehilangan semua motivasiku."

"Tunggu... Tunggu sebentar. Pekan penerimaan tahun lalu, ketika aku sedang berpergian selama pelajaran kenjutsu? Aku ingat insiden itu. Aku tidak melupakan permohonanmu menjadi lawanku. Tapi, aku tidak ingat dengan kasar menolakmu?"

"Ini biasa untuk orang-orang sulit mengerti perasaan ditolak."

Erika mengomeli Mari dengan nada ironis, yang berdiri di sana dengan ekspresi serius dan kepala turun.

"Erika, diamlah sedikit."

Tapi dia dihentikan oleh Tatsuya.

"Apa? Apa Tatsuya-kun ada di pihak Watanabe-senpai juga?"

"Aku hanya ingin kau selesai mendengar padanya. Kau bisa memarahi orang atau berdebat tentang ini setelah mendengar semuanya."

Mendengar ceramah ini, Erika mengungkapkan ekspresi tak senang, tapi dengan tenang tanpa menghiraukan.

Setelah keheningan singkat, Sayaka dengan penuh rasa sakit melanjutkan.

"Senpai, kamu mengatakan kalau aku tidak bisa jadi lawanmu, jadi aku tidak perlu menghabiskan waktuku dan pergi mencari orang yang bisa bertanding melawanku... Mendengar ini dari senpai terhormatku baru setelah datang ke sekolah..."

"Tunggu... Tidak, tunggu sebentar. Itu salah paham, Mibu."

"Eh?"

"Benar kalau aku mengatakan itu. — Aku minta maaf, tapi kemampuan berpedangku tidak bisa bersaing melawanmu, jadi ini menghabiskan waktumu. Jadi itulah kenapa kau harus pergi mencari lawan yang berharga untuk dirimu — Begitulah. Bukankah itu bagaimana?"

"Eh, itu... Lalu, jika begitu..."

"Dengan kata lain, inilah mengapa aku mengatakan 'tidak bisa jadi lawanmu'. Ini karena kau jauh lebih kuat dariku dalam teknik berpedang."

Sayaka mengenakan ekspresi lemah sambil Mayumi berbalik untuk bertanya.

"Tunggu, Mari. Maksudmu kalau kau menolak permintaan Mibu karena dia jauh lebih kuat darimu, apa aku benar?"

"Ya pastinya. Sedangkan itu benar kalau aku punya keunggulan setelah menambahkan sihir ke dalamnya... Kemampuan yang aku pelajari semua adalah berarti digunakan bersama dengan sihir. Aku menjalani latihan fisik dan senjata untuk bisa lebih baik bagaimana menggunakan sihirku lebih efektif. Tidak mungkin aku bisa berhadapan pada Mibu dalam teknik berpedang murni."

"Jadi... Ini kesalahpahamanku... selama ini...?"

Kehenyakan canggung membanjiri Ruang Kesehatan.

"Aku merasa seperti idiot... aku dengan egois menyalahpahami perhatian senpai... menempatkan diriku murung..."

Hanya rengekan Sayaka yang mendorong kesunyian.

"Aku tidak berpikir ini percuma."

Sampai Tatsuya memecahkan dengan kata-katanya.

"... Shiba-kun?"

Sayaka mengangkat kepalanya dan menatap langsung pada Tatsuya, yang berlanjut berbicara dengan suara samar-samar.

"Itulah apa yang Erika katakan setelah melihat kemampuan senpai. Menjadi paling dipahami oleh Erika, kamu sangat lebih kuat dari 'gadis kendo' yang mendapat perak di kompetisi SMP. Itu mungkin sedih kalau kekuatan barumu berasal dari dendam dan kebencian. Tapi, tanpa ditanyakan bahwa kemampuan berpedang Mibu-senpai meningkat melalui dedikasi dan ketekunanmu sendiri. Kamu tidak dikonsumsi oleh kebencian, maupun dilampaui oleh keputus-asaan sambil menghabiskan melatih dirimu tahun lalu untuk tahap berikutnya. Jadi aku tidak berpikir ini percuma."

"..."

"Ada banyak titik waktu dalam pertumbuhan lebih kuat. Terdapat banyak alasan dibalik kerja keras. Kamu hanya benar-benar menghabiskan waktumu jika menyangkal berjam-jam, kerja keras dan hasil yang berasal dari apa yang kamu lakukan, bukankah begitu?"

"Shiba-kun..."

Air mata mengalir dari kedua matanya sambil Sayaka menengadah pada Tatsuya.

Namun, kali ini, dia tersenyum.

"Shiba-kun, aku punya permintaan."

"Apa itu?"

"Bisa kau sedikit mendekat?"

"Apa ini cukup?"

"Sedikit lagi."

"Ha."

Atmosfir berubah; suasana tegang segera menjadi tidak tetap.

Namun,

"Lalu, kumohon."

Dengan cepat,

"Berdiri di sana saja dan jangan bergerak."

Berbalik menjadi suasana gugup.

Sayaka dengan erat menggenggam seragam Tatsuya, dan membenamkan wajahnya menuju dada Tatsuya.

"Wa, wah..."

Keseduhan dengan langsung berubah menjadi ledakan yang penuh tangisan.

Menekan pada dada Tatsuya, Sayaka berlinangan air mata.

Semuanya melihat satu sama lain dengan kekagetan sambil Tatsuya dengan tanpa kata-kata menahan bahu rampingnya. Melihat ini, Miyuki menurunkan kepalanya.


Setelah akhirnya tenang, Sayaka mulai menjelaskan apa yang dia ketahui tentang Blanche, organisasi yang membelakangi aliansi.

"Seperti yang kamu perkirakan, Onii-sama."

"Ini begitu akurat sampai jadi membosankan."

"Itulah bagaimana kenyataannya, Ketua. Namun, masalah sesungguhnya datang selanjutnya."

Tatsuya berbicara seolah ia sudah merencanakan arah tindakan berikutnya.

"... Tatsuya-kun, apa kau akan melawan mereka?"

"Itu cara yang kurang tepat untuk menjelaskannya. Aku tidak akan melawan mereka, aku akan membasmi mereka."

Mendengar keragu-raguan bercampur takut Mayumi, Tatsuya dengan terus terang membalas balik dengan metode pendorong sebisa mungkin.

"Itu berbahaya! Kau sudah berada di luar kewajiban murid."

Orang pertama yang keberatan adalah Mari.

Bahkan di dalam batas sekolah, Mari adalah orang yang secara terus menerus melakukan pertarungan, jadi perasaan bahayanya terutama tajam, yang wajarnya hanya diberikan keadaan.

"Aku menentangnya juga. Kamu harus menyerahkan kasus luar sekolah pada polisi."

Mayumi dengan serius menggelengkan kepalanya.

Namun,

"Apa ini sebelum atau sesudah kita melepaskan rincian yang melingkupi usaha pencurian Mibu-senpai dan menyerahkannya pada pengadilan?"

Pada perkataan Tatsuya, Mayumi membeku dan tidak bisa mengucapkan kata-kata lain.

"Begitu. Jadi kau tidak ingin polisi ikut campur. Dan itulah kenapa ini sesuatu yang kau tidak bisa abaikan. Demi mencegah pengulangan di masa depan terjadi. Apa itu benar, Shiba?"

Mata terbakar Katsuto melihat pada kedua mata Tatsuya.

"Lawanmu adalah teroris. Jika kau melengahkan penjagaanmu, kau akan mati. Itu tidak masalah jika ini aku, Mayumi atau Watanabe, kami tidak akan membiarkan murid-murid dari sekolah ini ikut terlibat."

"Tentu."

Meskipun begitu, Tatsuya tidak gemetar di depan tatapan itu, dan dengan langsung membalas.

"Dari awal, aku tidak pernah berencana meminta bantuan dari Komite Keamanan atau Grup Ekstra Kurikuler."

"... Kau mau pergi sendiri?"

"Itulah rencananya."

"Aku pergi denganmu."

Mendengar jawaban segera adiknya, Tatsuya menyatakan senyum pahit.

"Aku juga."

"Dan aku."

Erika dan Leo keduanya melangkah ke depan, mengungkapkan maksud mereka untuk ikut bergabung.

"Shiba-kun, jika kau melakukan ini karena aku, aku mohon pertimbangkanlah. Seperti yang Ketua katakan, serahkan saja ini pada polisi. Aku akan baik-baik saja. Aku hanya akan dihukum untuk apa yang aku lakukan. Dibandingkan pada itu, jika Shiba-kun tersakiti karena aku, aku tidak akan bisa menerimanya."

Sayaka dengan cepat mencoba menghentikannya, tapi ekspresi Tatsuya tidak sangat menyambut.

"Ini bukan untuk Mibu-senpai."

Kata-kata dingin tersebut menghentikan Sayaka sejenak, menyebabkannya merendahkan kepalanya.

"Sebagai orang yang kehidupan pribadinya telah dibahayakan oleh teroris, aku juga harus membantu dalam hal ini. Aku akan memusnakan segala sumber kejahatan yang diarahkan pada Miyuki dan diriku. Ini adalah prioritas tertinggi bagiku."

Apa ia dengan sengaja mengemban semua tanggung jawab demi meringankan rasa berdosa Sayaka? — Itu tidak terlihat begitu, diberikan ekspresi saat ininya. Kurangnya pengertian Miyuki pada pemikiran kakaknya, Leo, Erika, Mayumi dan Mari menyimpulkan kalau Tatsuya berbicara dengan sungguh-sungguh dari lubuk hatinya.

Tatapan menusuk dan dinginnya sendiri cukup untuk meyakinkan mereka hal itu.

Tidak ada kemarahan, maupun getaran semangat bertarung, hanya dengan tenang menyatakan keinginannya untuk menghancurkan teroris. Di depan kepercayaan Tatsuya — atau mungkin ketetapan hati — Katsuto pun tidak bisa mengatakan lebih.

"Namun, Onii-sama, bagaimana kita benar-benar mengalahkan akar dan cabang Blanche? Mereka harusnya sudah dievakuasi dari markas sementara yang Mibu-senpai bicarakan, jadi aku tidak akan berpikir akan ada banyak petunjuk tersisa."

Hanya Miyuki yang dapat bertentangan dengan kakaknya secara normal.

"Itu benar, Tsukasa-senpai akan sepertinya mengatakan hal yang sama. Lebih dari menyebut tidak ada petunjuk tersisa, itu akan lebih tepat mengatakan kalau kita tidak pernah punya petunjuk sejak awal."

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

Meski tidak ada suatu petunjuk, Miyuki melanjutkan untuk menanyakan kakaknya tanpa jejak kecemasan pada penampilannya.

"Untuk memahami yang tidak diketahui, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah menanyakan orang yang akrab dengan subjek."

"... Orang yang akrab dengan subjek?"

"Apa kau punya ide, Tatsuya?"

Tatsuya tidak membalas pada pertanyaan Erika dan Leo. Ia hanya membuka pintu yang menuju jalan keluar.

"Ono-sensei?"

Mayumi tersenyum dengan cara kagum pada pandangan Haruka dalam pantsuit[3].

"... Aku ternyata cukup naif untuk mencoba dan menyembunyikan keberadaanku melawan murid kesayangan Yakumo-sensei..."

Dia memaksakan senyum sembari mengatakan ini dengan suara mengabaikan. Targetnya dengan jelas Tatsuya.

Tatsuya yang tidak peduli membalas dengan suara agak terkejut.

"Kau tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan keberadaanmu sejak awal. Berkat semua ketidakbenaran yang kau bicarakan, aku tidak bisa memberitahu apakah kau memberitahu kebenaran lagi."

"Aku akan mengingat itu."

Tatsuya membuat gerakan menyambut untuk mengantarnya masuk, sementara Haruka perlahan melangkah menuju sisi tempat tidur.

Dia membungkuk dan bertemu tatapan dengan Sayaka, yang duduk di atas tempat tidur.

"Sepertinya kamu baik-baik saja..."

"Ono-sensei..."

"Aku minta maaf tidak bisa menawarkan suatu bantuan."

Sayaka menggelengkan kepalanya sambil Ono-sensei menempatkan tangan pada bahunya dan melihat ke dalam matanya. Setelah sejenak, dia mengarahkan tatapannya pada sisi tempat tidur.

"Haruka-chan, apa kamu tahu di mana lokasi Blanche saat ini?"

Siapa yang kau bicarakan? -- Ono-sensei memutuskan untuk tidak melakukan akting biasanya.

"Haruka-chan?"

"Ah? Tatsuya, apa kau tidak tahu?"

Pertanyaannya sendiri jelas, tapi sekarang kalau ia berada di ujung penerimaan, Tatsuya ragu pada bagaimana untuk menjawabnya.

"Teman sekelas kita memanggil pada sensei seperti itu. Haruka-chan juga mengatakan tidak peduli."

"Itu bukan semuanya sih, hanya laki-laki saja. Tatsuya-kun, kau tertipu."

"Ah..."

Drama tak diperkirakan ini dengan cepat meredakan suasana tegang di ruangan.

Dengan begitu, lebih dari menyalahgunakan situasi dan menyebabkan ketegangan meningkat, ini mungkin pilihan yang lebih baik, Tatsuya memikirkan pada dirinya. Kalau begini, ini adalah penjelasan yang ia bisa sedikit terima.

"—Lalu, Ono-sensei."

"Kamu bisa memanggilku Haruka-chan kalau mau."

Ia tidak bisa percaya berada dalam keadaan sulit seperti itu karena akting wanita ini. Satu-satunya hal yang Tatsuya bisa lakukan adalah mengendalikan gangguannya.

"—Ono-sensei, mengingat situasinya, anda bisa berhenti berpura-pura."

"Gak ramah banget deh."

"..."

"... Ehem."

Tatapan buram yang diarahkan pada Tatsuya benar-benar janggal tidak peduli bagaimana kau membaginya, tapi setelah dehaman itu — suara dehaman melebih-lebihkan itu — Haruka merubah keperawakannya.

"Seseorang dapatkan peta. Lebih cepat seperti ini."

Tatsuya dengan tenang mengeluarkan terminal informasi.

Ia membuka layar dan menyiapkannya pada mode peta.

Haruka juga mengeluarkan sebuah terminal — lebih anggun dan halus dari gerakan Tatsuya — dan menyiapkannya untuk transmisi terarah.

Setelah menerima sinyal, sinar kilat muncul di atas peta.

"...Itu tepat di bawah kita!"

"...Apa meraka bercanda?"

Alasan di belakang penghinaan Leo dan Erika dalam kenyataannya kalau sarang musuh bisa dicapai dengan kaki dalam sejam.

Gambaran yang diperbesar sebelum berganti menjadi susunan yang lebih rinci.

Lokasinya adalah bukit-bukit di luar kota sebagaimana mestinya, dekat pabrik-pabrik untuk industri bahan kimia yang mati.

"... telah dikonfirmasi kalau pabrik itu adalah persembunyian Eco-teroris, yang ditinggalkan ketika lenyap."

Tatsuya membaca catatan tambahan.

"Mereka kembali ke lokasi ini tanpa dideteksi oleh pelaksana hukum resmi."

"Jadi mereka adalah grup yang sama?"

Walau diutarakan sebagai sebuah pertanyaan, diberikan penglihatan pada wajah Mari dan Mayumi, pemikiran dalam mereka adalah yang susah dirahasiakan.

"Apa ada bahan beracun yang diangkut ke lokasi ini selama waktu ini?"

"Hm, mengenai pada penyelidikan kami, tidak ada persenjataan BC (Biochemical)[4] di tempat."

Mendengar tanggapan Katsuto, Haruka mengangguk.

"Kita harusnya tidak punya masalah dengan transportasi."

"Apa mereka mendeteksi sihir kita?"

"Meski mereka mendeteksi kita, mereka tidak akan mengubah rencana mereka juga. Mereka mungkin bersembunyi dan menunggu untuk kita muncul."

Tatsuya menunjuk pada dirinya sebagai "orang yang terlibat" bukan karena semua korban itu adalah pelajar yang bergabung dengan SMA Satu. Teroris mengarahkan untuk merampas penelitian dan teknik sihir yang belum dipublikasikan. Dengan pemikiran itu, kemampuan pribadinya mungkin juga ditargetkan oleh teroris. Tatsuya menduga kalau Tsukasa Kinoe menyergapnya sejak awal untuk menegaskan sebagaimana berhasil tekniknya.

"Serangan penuh dari depan?"

"Itu mungkin akan jadi taktik harapan terkecil musuh."

Tatsuya tidak perlu mengatakan apapun. Sesaat Miyuki mengumumkan deklarasi perang seperti itu, mereka berdua sudah merencanakan strategi mereka.

Katsuto setuju pada poin ini.

"Ya, itu taktik yang bisa diterima. Biarkan aku menyiapkan mobil."

"Eh? Juumonji-kun pergi juga?"

Pertanyaan Mayumi mungkin tercermin dalam pikiran Tatsuya.

Katsuto pastinya tidak terlihat seperti tipe yang akan menghalangi bawahannya dari bertarung, hanya menyerbu ke garis depan dengan sendirinya.

"Ini adalah kewajiban keluarga Juumonji yang mengemban nama Ten Master Clans. Tapi sebelum itu, aku masih murid SMA Satu, jadi tidak mungkin aku bisa melewatkan ini dengan tanpa mengangkat satu jari pun. Aku tidak bisa menyerahkan ini di tangan adik kelas sendiri."

"... Lalu aku juga."

"Saegusa, kau tidak bisa pergi."

"Mayumi, situasi akan jadi merepotkan jika Ketua OSIS tidak ada."

"... Aku mengerti."

Itu membuat keduanya hampir saja membujuk Mayumi agar enggan menerima usulan mereka.

"Kemudian, jika begitu, Mari kau tidak bisa pergi juga. Ada mungkin beberapa yang masih mengintai di sekolah. Sebagai Ketua Komite Keamanan, meninggalkan post-mu pada situasi genting ini juga akan menyebabkan kesulitan."

Sekarang ini giliran Mari untuk dengan enggan menerima kondisi itu.

Benar-benar mengabaikan dua wanita yang menatap (?) pada satu sama lain, Katsuto mengalihkan tatapannya pada Tatsuya.

"Shiba, apa kau pergi dengan langsung? Jika kita menunggu lebih lama, kita mungkin dipaksa untuk bertarung dalam gelap."

"Ini tidak akan mengambil banyak waktu. Pertempuran akan berakhir menjelang malam."

"Begitukah?"

Katsuto mungkin melihat sesuatu di dalam sikap tidak mau menyerah Tatsuya.

Sehingga, dia tidak mengatakan apapun yang lebih. Dia meninggalkan Ruang Kesehatan setelah menyebut kalau dia mendapatkan mobil.

"Ketua dan Pemimpin Grup Ekstra Kurikuler keduanya adalah anggota dari Ten Master Clan, ini aku tahu... Jadi apa latar belakang Haruka-chan?"

"Kita bisa berbicara tentang itu nanti. Ayo pergi."

Pertanyaan yang sangat tidak sabar Leo dengan begitu saja membisiki Tatsuya.

Dengan segera mengikuti Tatsuya dan Miyuki, Leo dan Erika meninggalkan Ruang Kesehatan.


Kendaraan medan besar di parkir di luar asrama sekolah.

Seorang anggota tambahan menempati kursi penumpang di baris depan.

"Yo, Shiba."

"Kirihara-senpai."

"Kau tidak nampak begitu terkejut."

"... Tidak, aku sebenarnya benar-benar terkejut."

Sumber keterkejutan utamanya berasal dari sambutannya, meski itu harusnya memperlihatkan kalau kata-kata yang terucap dari bibirnya membantu.

"Hei kawan, aku datang juga."

"Terserah kau saja."

Tatsuya benar-benar tidak bisa memahami keadaan pikiran yang diperlukan bagi Kirihara untuk menggumamkan kata-kata tersebut.

Tanpa menghiraukan, siang hari yang membakar.

Dan jadi, Tatsuya masuk ke dalam kendaraan medan, dengan adiknya dan teman dekatnya di belakang.




Referensi[edit]

  1. kouhai (adik kelas)
  2. perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap situasi yang sama atau terhadap seseorang pada waktu yang sama
  3. https://en.wikipedia.org/wiki/Pantsuit
  4. yang berhubungan dengan biokimia
Balik ke Chapter 9 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 11