Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 159

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 159 : Identitas Si Jubah Merah ~Balas Dendam Arnold~

Terus terang saja, Muir tampak terkejut. Tak pernah terpikirkan jika berita orang itu akan terdengar di tempat seperti ini.

Orang itu... lebih dari setengah tahun berlalu sejak mereka berpisah dengan Hiiro Okamura. Setengah tahun yang lalu, Hiiro mengatakan dia akan segera kembali setelah senggang.

Itu sebabnya Muir percaya pada kalimat Hiiro dan berlatih keras sehingga ketika saatnya tiba, dia tak akan membebani Hiiro lagi. Dan untuk itu, dia berlatih keras bersama ayah angkatnya, Arnold.

Sambil memikirkan itu, 6 bulan sejak perpisahan mereka, ia masih semangat menunggu kembalinya Hiiro. Namun, setelah 6 bulan yang dijanjikan sudah berlalu, tidak ada informasi dari Hiiro.

Mengenai pelatihan mereka, itu telah berakhir dengan baik menyisakan bagaimana mereka berlatih sendiri. Sempat berpikir jika akan lebih baik mereka menemui Hiiro sendiri jika Hiiro tak kembali dengan sendirinya, Muir mendiskusikan ide itu kepada Arnold.

Namun, Arnold mengatakan kepadanya, bahkan jika mereka tahu tujuan Hiiro, akan terlalu berbahaya bagi mereka untuk menemuinya, pastinya. Jika tujuannya adalah seperti yang dia katakan pada mereka sebelumnya, itu mungkin adalah [Demon Continent].

Itu bukan tempat di mana Beastmen seperti Muir dan Arnold bisa dengan mudahnya pergi ke sana. Jika saja mereka seperti Hiiro dan bisa menggunakan sihir perubahan, maka kemungkinan besar mereka akan baik-baik saja, tapi sayangnya, mereka tak memiliki sihir yang menakjubkan seperti itu.

Arnold juga mengatakan kalau mereka hanya perlu tetap menunggu pria yang tak berperikemanusiaan itu sendiri. Bagaimanapun juga, Muir tahu walaupun Arnold mengatakan hal seperti itu, sebenarnya dia juga ingin menemui Hiiro juga.

Alasan Muir tahu hal itu karena saat dia berkata akan menemuinya langsung, Arnold sempat membuat  raut wajah bahagia. Namun dalam kenyataannya, mereka tak memiliki cara untuk melakukannya. Itulah mengapa mereka tak punya pilihan selain terus tinggal bersama master mereka, Rarashik, dan melatih diri mereka untuk lebih kuat.

Beberapa saat kemudian, seorang pengunjung yang tak terduga muncul. Muir tak bisa memperkirakan  pengunjung itu adalah salah satu dari [Three Warriors] prajurit tertinggi dari [Beastman Captial : Passion], Barid. Bukan hanya itu, tapi mereka juga mendengar cerita yang mengejutkan dari Barid.

Saat ini, mereka sedang berperang. Semua orang di negeri ini sudah mengetahuinya. Seiring dengan kenyataan kalau mereka telah membuat aliansi dengan Humas untuk itu. Namun, dalam perang itu, para Beastmen dipaksa mundur oleh Evila.

Penyebabnya diakibatkan oleh ulah seseorang. Seorang [Humas] yang dianggap sebagai pahlawan oleh para Evila. Tak hanya itu, wajah orang itu begitu mirip dengan orang yang Muir tahu dengan sangat baik.

Tidak, hanya saja, Hiiro adalah satu-satunya orang yang bisa dia pikirkan, terlebih orang itu telah melakukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Arnold juga sepertinya memikirkan hal yang sama, karena dia menunjukkan ekspresi terkejut. Wajahnya yang jelas-jelas mengerukut kemudian dikonfirmasi oleh Muir.

Lalu, hingga akhir pembicaraan itu selesai, Rarashik berakhir dengan pikiran yang sama. Meskipun awalnya dia menolak ajakan Barid untuk ikut perang, dia tiba-tiba berubah pikiran dan menerima undangannya dan pergi bersama Barid untuk mendengarkan cerita Raja.

Jadi, saat ini, mereka bertiga telah mengikuti Barid ke istana [Passion], dan telah tiba di [King’s Tree], [Throne Room].

“Senang melihatmu kembali, Rara.” (Leowald)

Orang yang sedang duduk di singgasana adalah Raja negeri ini, Raja Leowald. Ini bukan pertama kalinya Muir bertemu Leowald.

Setelah rangkaian kejadian tak terduga, dia menjadi teman Putri Kedua, Mimir. Sesekali, dia diundang oleh Mimir untuk bermain di istana.

Kala itu, dia dan Arnold sudah bertemu Leowald dalam berbagai macam kesempatan. Akan tetapi, bahkan jika ini bukan pertemuan pertama mereka, melihatnya di sini dalam kunjungan resmi, seperti yang diduganya, itu membuatnya gugup.

Tampaknya Arnold, yang berlutut di sampingnya, juga memiliki pikiran yang sama, ketika kegugupan muncul di wajahnya.

Namun, Rarashik sendiri tetap bersikap seperti biasanya ketika dia berdiri tepat di hadapan sang Raja.

“Sudah lama ya, Leo-sama.” (Rarashik)

“Bagus sekali Rara, kau terlihat bersemangat seperti biasanya. Dan juga, maaf karena tiba-tiba memanggilmu ke sini.” (Leowald)

Muir menyadari mereka berdua memiliki hubungan yang cukup akrab. Ketika Rarashik masih bekerja sebagai instruktur seni bela diri, dialah yang telah melatih Leowald.

“Tidak, sebenarnya aku tidak memiliki niat untuk datang. Hanya saja aku telah mendengar sesuatu yang menarik.” (Rarashik)

“…… Tentang si jubah merah?” (Leowald)

Mata Leowald berkilat.

“Yep, itu benar. Lagi pula, tampaknya Leo-sama menunjukkan ketertarikan pada orang itu.” (Rarashik)

“Gahaha! Itu benar! Dia benar-benar anak muda yang menyenangkan!” (Leowald)

“Sepertinya Anda telah bersenang-senang, Leo-sama.” (Rarashik)

“Ya, untuk beberapa saat darahku mendidih untuk pertama kalinya. Aku sempat melakukan pertarungan kecil dengannya. Tidak diragukan lagi, dia memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi sainganku.” (Leowald)

Setelah melihat senyuman bahagia Leowald, Rarashik mengangkat bahunya.

“Aku mengerti, sepertinya orang itu disukai oleh orang yang merepotkan.” (Rarashik)

Saat dia mengatakan itu, alis Leowald berkedut. Barid, yang berdiri di samping para prajurit di ruangan itu membeku, karena dia telah lengah atas pernyataan Rarashik.

“…… Rara, apa kau tahu? Siapa sebenarnya si jubah merah itu?” (Leowald)

“Ya, tapi untuk jaga-jaga, setidaknya aku akan bertanya siapa namanya. Karena bisa saja itu hanya kesalahpahaman di antara kita.” (Rarashik)

Meskipun dia menanyakan hal itu, cukup dilihat dari ekspresinya, Rarashik terlihat yakin dengan jawabannya. Muir juga yakin dengan jawabannya, tapi dia harus mendengarkan dengan saksama untuk mengonfirmasi jawabannya.

“Aku tak tahu apakah itu nama aslinya atau bukan, tapi dia dipanggil ‘Hiiro’ oleh Maou.” (Leowald)

Saat dia mengatakan itu, kedua ujung bibir Rarashik naik menjadi seringai lebar. Melihat ekspresinya, Leowald langsung mengerti.

“Sepertinya kau mengenalnya.” (Leowald)

“Ya, jika ini tentang anak muda itu, maka seharusnya kedua orang ini memiliki lebih banyak informasi tentangnya. Mereka adalah mantan teman perjalanan anak muda itu.” (Rarashik)

“Apa!?” (Leowald)

Mata semua orang di ruangan itu melebar.

“Apa itu benar, Arnold, Muir?” (Leowald)

Ketika mereka memperkenalkan diri ketika mereka bertemu sebelumnya, Leowald sudah mengenal mereka berdua.

““Ya!”” (Arnold & Muir)

Mereka berdua mengangkat suara dalam penegasan pada saat yang bersamaan.

“Aku mengerti! Ini benar-benar kebetulan! Ceritakan beberapa hal tentang anak itu!” (Leowald)

Arnold menjawab permintaan Leowald. Dia berbicara tentang kejadian di mana mereka bertemu dan petualangan yang mereka jalani bersama. Namun, untuk saat ini, dia berusaha menghindari pembicaraan tentang sihir Hiiro.

Yah, walaupun Hiiro tampaknya bertingkah seperti tidak punya niatan untuk menyembunyikan sihirnya, seharusnya akan baik-baik saja untuk membicarakan sihirnya. Namun, selama dia tak punya izin dari orang itu sendiri, Arnold merasa canggung untuk menjelaskan detail sihir Hiiro pada orang lain.

Meski begitu, itu tak berarti Arnold tahu banyak tentang sihir Hiiro. Jadi yang dia katakan adalah itu adalah sihir yang sangat mahakuasa.

Leowald tampak menikmati cerita dari Arnold.

“Hohou, jadi kau datang ke negara ini bersama orang ini, si Hiiro. Sangat disayangkan. Jika saja kami bisa merekrutnya pada saat itu, maka saat ini, mungkin kami akan kembali dengan sebuah kemenangan.” (Leowald)

Sepertinya penilaiannya tentang Hiiro hanya setinggi itu.

“Bagaimanapun juga, Arnold, setelah mendengar ceritamu dan melihat tindakan Hiiro sendiri, kemungkinan dia adalah pengguna Sihir Unik. Bukan hanya itu, tapi dia seorang manusia. Aku terkejut kalau dia akan mudah percaya dengan Beastman seperti dirimu.” (Leowald)

Kata-katanya itu sangat wajar. Walaupun pada dasarnya, perselisihan antara Gabranth dan Humas jauh lebih besar dibandingkan dengan perselisihan antara Gabranth dan Evila. Sebab di masa lalu, Gabranth telah diperlakukan seperti ternak dan budak oleh para Humas.

“Itu benar. Tentu saja, ada banyak hal yang dia bicarakan tentang itu, hanya saja, saya sendiri sama sekali tak bisa memahaminya. Yang saya tahu, saya tak dapat menilai baik atau buruknya orang itu, tapi orang itu adalah orang yang jujur.​​” (Arnold)

“Hou, orang yang jujur, katamu?” (Leowald)

“Ya. Dia adalah seorang pria yang terus melangkah sesuai apa yang dia inginkan. Itu seperti, dia tak percaya pada harga diri dan rumor orang lain. Dia adalah seorang manusia yang mendapatkan jawaban hanya berdasarkan apa yang dia lihat langsung dengan matanya sendiri, terdengar dengan telinganya sendiri, dan dirasakan dengan kulitnya sendiri.” (Arnold)

“Fumu.” (Leowald)

“Ketika dia mengetahui kalau aku, tidak, tapi ketika mengetahui kami adalah seorang Beastmen, apakah Anda tahu apa yang dia katakan?” (Arnold)

“Kedengarannya menarik, apa yang dia katakan?” (Leowald)

“Kalau..... dia tidak peduli dengan itu.” (Arnold)

“…………” (Leowald)

’Ras tak ada hubungannya dengan itu. Dari awal, bahkan jika ras kalian berbeda, itu tak mengubah kenyataan kalau kalian semua hidup, kan? Jujur saja, aku tak peduli. Apanya yang begitu menyenangkan saat kalian mempermasalahkannya?’ ...... Hal itu benar-benar menarik seluruh semangat bertarung dalam diri saya.” (Arnold)

Mendengar kata-kata Arnold, Muir tersenyum sementara wajah Leowald sekali lagi tersenyum.

“Hohou, itu luar biasa.” (Leowald)

“Heh?” (Arnold)

“Luar biasa.... Itu bagus sekali. Hiiro Ini benar-benar membuatku ingin mendapatkannya dengan segala cara.” (Leowald)

Ketika Muir tampak tercengang, Rarashik bergumam, “Ah, cepatlah~” saat dia menyadari apa yang dipikirkan Leowald.

“Tampaknya anak itu benar-benar telah ditargetkan. Oleh seorang penggila pertarungan.” (Rarashik)

“O-Ojisan……?” (Muir)

Ketika Muir melihat ke arah Arnold dengan raut cemas, dia sekarang menyadari, Arnold telah menyatukan tangannya untuk memanjatkan doa, dan berkata,

“Kau menerima belasungkawa dariku, Hiiro.” (Arnold)

“Tunggu, Ojisan!” (Muir)

“Tidak apa-apa, Muir. Itu akan menjadi obat yang bagus untuk si bodoh itu. Ini adalah balas dendam dariku karena meninggalkan kita tanpa mengatakan apa pun dan melanggar janjinya.”  (Arnold)

Setelah melihat ekspresi jahat yang dibuat Arnold, Muir menjatuhkan bahunya seolah-olah dia pasrah. Sementara dia mengerti bagaimana perasaannya, dia juga merasa kalau Arnold terlalu berlebihan.

“Hiiro…….?” (???)

Saat dia melakukannya, dia mendengar suara seseorang.

“Ooh, apa itu, putriku, Mimir? Kau tahu, teman-temanmu sudah datang?” (Leowald)

“Ayah, um, baru saja.... aku pikir aku baru saja mendengar nama Hiiro-sama....” (Mimir)

“Mu? Hiiro? Kenapa kau tahu nama Hiiro?” (Leowald)

“Ah, eh …itu……” (Mimir)

Begitu melihatnya, mata Arnold berkilat. Wajah Muir menegang, saat dia berpikir—

‘O-Ojisan, jangan bilang.....’ (Muir)

Meskipun dia memikirkan itu dan akan menghentikannya, tapi dia sudah terlambat.

“Leowald-sama, sebenarnya, ada satu hal lagi yang saya rasa harus Anda dengar.” (Arnold)

Setelah melihat Arnold tiba-tiba membuat wajah yang senang sambil bersikap dengan hormat, mata Rarashik berkedip saat dia diam membeku.

“Ap-apa itu?” (Leowald)

“Anda masih ingat? Kejadian setengah tahun yang lalu ketika suara Mimir-sama tiba-tiba kembali?” (Arnold)

Menyadari kalau Arnold berencana membeberkan semuanya seperti yang dipikirkannya sebelumnya, mulut Muir mengepak-ngepak karena terkejut. 

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>