Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 154

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 154 : Perbincangan dalam Tahanan.

“Aku mengerti, jadi pihak lawan menyetujuinya… terdengar bagus. Untuk sekarang, kita bisa cukup tenang.” (Eveam)

Eveam melegakan diri setelah mendengar jawaban yang diterima dari para Beastman. Karena, bisa saja setelah ini tak akan ada kematian di antara kedua belah pihak. Tentu saja, di penawaran tersebut tak diceritakan apa yang terjadi kepada [Evila] jika mereka kalah.

Untuk jaga-jaga, mereka akan menggunakan [Contract Roll] untuk penawaran tersebut dan menulis perjanjian tak akan ada pembunuhan kepada pihak yang kalah atau mendiskriminasi pihak kalah. Walaupun demikian, ada kemungkinan mereka dapat hidup berdampingan, tidak seperti mereka sekarang.

“Pihak yang kalah akan menaati pihak yang menang.” Dengan kata lain, pihak yang kalah akan menjadi bawahan dari pihak yang menang. Namun, perjanjian tersebut belum sempurna. Ada kemungkinan pihak lawan akan melakukan kejahatan dan mengkhianati yang menang.

Namun, kegelisahan itu segera disingkirkan oleh Aquinas.

“Mereka tak akan mundur jika mereka telah memutuskan. Aku percaya akan kebanggaan para [Gabranth]. Itulah mengapa, sampai sekarang, tidak ada situasi dimana mereka mengkhianati seseorang. Pada akhirnya, jika Beast King saat ini menerima penawaran kita, mereka akan mengikutinya bahkan untuk alasan sentimental. Dan jika kita menang, Maou-sama tidak ada keinginan untuk menekan mereka, kan?” (Aquinas)

“Tentu saja.” (Eveam)

“Lalu, mereka tidak ada alasan untuk tidak puas. Ini tinggal masalah waktu untuk berkomunikasi dengan mereka dan membuat mereka mengerti tujuan kita sebenarnya, benar?” (Aquinas)

“Aku mengerti… yeah, itu benar.” (Eveam)

“Tetapi, untuk mencapai hal itu, kita harus menang apapun yang terjadi.” (Aquinas)

“Yeah, kau tepat sekali. Ayo kalahkan mereka dengan adil dan tanpa ada rasa balas dendam.” (Eveam)

Melihat Eveam yang mengangkat kepalan tangannya, Aquinas menghembuskan napasnya dengan wajah tenang.

“Tetapi, berpikir kita memilih metode seperti ini. Rahang Marione bahkan sempat terjatuh, dan itu tak pernah terjadi sebelumnya, kau tahu?” (Aquinas)

“Hahaha, sebenarnya metode ini adalah pemikiran dari ….. Hiiro.” (Eveam)

“Hiiro?” (Aquinas)

“Y-yeah.” (Eveam)

Isi dari penawaran yang diberikan kepada [Gabranth] saat ini, adalah rencana yang dipikirkan Hiiro. Ketika Eveam berbicara kepada Hiiro, dia bicara tanpa pikir panjang tentang bagaimana ia dapat mengakhiri perang damai-damai.

Waktu itu, Hiiro malah tertawa dan menggodanya, yang menceritakan kepadanya jika dia begitu naif. Alaminya, Eveam akan mengerti maksud dari perkataan Hiiro. Namun, dia tak setuju dengan perkataan Hiiro dan marah.

Setelah Eveam cemberut untuk beberapa saat, Hiiro berkata kembali kepadanya.

“Di dunia ini tidak ada perang yang tidak menyakiti siapa pun. Jika kau ingin memastikan semua orang tidak terluka, lalu, kau harus memastikan lagi tak ada alasan lagi untuk memulai perang.” (Hiiro)

Itu benar-benar logis. Respons selanjutnya, dia kembali memerhatikan Hiiro dan menanyakan bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk itu.

“Sekali perang dimulai, tidak jaminan perang dapat berhenti tanpa ada dendam. Namun, kerusakan dapat dikurangi bergantung dengan lawannya. Aku punya ide. Ya, mungkin aku menyebutnya sebagai fantasi orang naif, dan rencana bodoh macam ini mungkin dapat ditemukan oleh gadis pirang dalam manga petualangan atau sesuatu seperti itu, tetapi ya…“ (Hiiro)

Setelah dia mengatakan itu, dia mulai menceritakan pemikirannya.

“Hou~, jadi rencana menggelikan ini dari Hiiro, huh?” (Aquinas)

Setelah dia mengatakan itu, Aquinas mengeluarkan senyum puas.

“Tetap saja, aku terkejut kau akan tetap memilih metode seperti in.” (Aquinas)

“Tak masalah, kan? Jika situasi seperti ini terus berlanjut, salah satu ras di antara kitalah yang akan musnah. Dan itu sama-sekali tak ada yang bagus. Oleh karena itu, jika kita mengalahkan mereka dengan rasa hormat, mereka mungkin akan mendengarkan kita.” (Eveam)

“Aku mengerti, jadi rencana ini hanya bisa dilakukan karena musuh kita adalah para [Gabranth], huh?” (Aquinas)

“Yah, dan juga walaupun rencana ini dapat memberikan sedikit luka, pada akhirnya, kita sama-sama menerima serangan yang minim. Juga, tidak seperti musuh, penawaran kita sebenarnya amat merugikan kita. Jika kita mengalahkan mereka pada saat seperti itu, musuh kita sama-sekali tak akan protes soal itu.” (Eveam)

“Fu… kau terlihat seperti sangat yakin… apa ini juga karena Hiiro?” (Aquinas)

“U-Umu. Yah… ya, mungkin seperti itulah.” (Eveam)

Dia melihat ke arah lain dengan wajah tersipu.

“Yeah, sementara ketika mereka memiliki banyak keuntungan, hingga jika mereka kalah dalam posisi seperti itu, bahkan para [Gabranth] akan mengakui hal itu. Kekalahan mereka, tepatnya.” (Aquinas)

“Ah, Hiiro juga mengatakan hal semacam itu!” (Eveam)

Aquinas menatap ke arah Eveam, dia melakukannya dengan senyum yang ceria. Menyadari tatapan itu, Eveam mengalihkan perhatiannya lagi dengan wajah yang memulai merah.

“…..Fuu…” (Aquinas)

Eveam melihat Aquinas, yang sedang tersenyum dan sepertinya memiliki banyak maksud di antara senyum tersebut.

“Oi, apa yang sebenarnya mau kau katakan!?” (Eveam)

“Tidak ada, tetaplah seperti itu dan ubahlah dirimu secara perlahan-lahan.” (Aquinas)

Ekspresi yang Aquinas berikan seperti orang tua yang melihat anaknya tumbuh.

“Eh.. Apa yang ka-..?“ (Eveam)

Saat Eveam akan bicara, Aquinas berbalik melangkahkan pergi entah mau kemana.

“Kemana kau mau pergi, Aquinas?” (Eveam)

“…. Aku hanya ingin cari angin.” (Aquinas)

Eveam hanya melihat punggung Aquinas yang melenggang pergi.

“…Apa-apaan dia ini…?” (Eveam)

Dia mengucapkan itu dengan wajah miring yang kebingungan.

.

.

“Funya~, badanku sakit semua~” (Crouch)

Seseorang yang sedang bergelinding ditumpukan jerami itu adalah [Three Warriors], Crouch.

Setelah kalah dari Hiiro, dia menjadi tahanan perang dan dimasukkan ke dalam penjara.

“Uhh~ seperti yang kuduga badanku menjadi putih nya~” (Crouch)

Menatap tangannya, dia mendecih, ketika melihat bulunya, yang seharusnya berwarna hitam, berubah menjadi putih seperti salju.

“Jadi, inilah [Rebound] setelah mengeluarkan banyak makhluk dalam sekali langkah, nya~ Mungkin aku akan selemah ini hingga malam selanjutnya.” (Crouch)

Selanjutnya, tidak hanya bulunya yang menjadi putih, tingginya juga ikut berubah. Ketika dia berbulu hitam, badannya tegap dan tinggi, tetapi sekarang, dia tak lebih tinggi dari seorang anak kecil. Dadanya juga sedikit menggembung. Tubuhnya berubah menjadi gadis kecil.

Crouch bergelinding lagi dan tiba-tiba berhenti. Dia kembali mengingat seseorang.

“……Hiiro, huh?” (Crouch)

Setelah bertarung melawannya, Crouch menyebut nama seseorang yang telah mengalahkannya dengan kekuatan yang dahsyat.

“Tudung merah… Kaca mata… dan juga baunya.” (Crouch)

Ketika mereka bertarung, bau HIiro masuk ke dalam hidungnya dan merasa familiar dengan bau ini.

“Mengapa baunya begitu mirip dengan bau Tarou-nya~?” (Crouch)

Sayangnya, di sana tak ada seseorang yang menjawab “Karena kedua orang itu memang sama.” Ketika dia bertemu pertama kali dengan Hiiro, Hiiro kala itu adalah seorang beastman dan menolak memberikan nama aslinya, dan mengaku sebagai Tanaka Tarou. Namun, dari tudung merahnya, kaca matanya, dan baunya adalah terasa sama.

Itulah mengapa dia merasa sedikit kebingungan. Jika dia tahu Hiiro dapat mengubah penampilannya, dia mungkin tahu alasannya segera, sayangnya, Crouch tak mengerti apa-apa.

“………..Aah! Lupakan! Lupakan!” (Crouch)

Dia bergelinding lagi.

“Siapa yang peduli dengan itu nya~! Yang terpenting, aku ingin melawannya sekali lagi nya~! Aku ingin bertemu dengan Hiiro lagi nya~!” (Crouch)

Suara melengkingnya sampai keluar dari sel penjaranya. Beastman yang lain, yang juga tertangkap dan ditahan, berkata, “Ah, dia berisik lagi.” Dan mengeluarkan keluhan yang dapat didengar dari seluruh tempat.

Setelah beberapa saat, petugas sipir datang dengan mengangkat bahu. Bagaimanapun, ini seperti sudah berkali-kali Crouch diperingati.

“Oi, bisakah kau lebih tenang?” (Sipir)

Suara petugas sipir itu cukup lemah lembut, mungkin hal ini karena Crouch saat ini berpenampilan layaknya anak kecil. Ketika dia memang seorang musuh, ini akan terasa aneh ketika mereka menawannya selayaknya seorang anak kecil.

“Uu~ Panggil Hiiro kemari nya~” (Crouch)

“Sudah kukatakan padamu itu tidak mungkin, kan? Orang itu penyelamat negeri ini, dan sepantasnya ia memang dipanggil seorang pahlawan. Tidak mungkin ia datang ke tempat seperti ini.” (Sipir)

“Nya? Apa Hiiro begitu terkenal nya?” (Crouch)

“Ya, kupikir memang begitu. Semua orang yang melihat pertempurannya langsung, yang mengatakannya. Terlebih, orang itu menghancurkan jembatan seorang diri, kau tahu? Untuk melakukan banyak hal kepada kita [Evila], jika kita tak memanggilnya pahlawan, lantas panggilan apa yang pantas kami berikan?” (Sipir)

Mata sipir itu bercahaya, Crouch menatapnya dengan rasa iri.

“Jembatan!? Seorang diri!? Menakjubkan, nya~….” (Crouch)

Crouch tahu di sana telah ada pasukan yang bertugas menjaga jembatan itu. Untuk mengalahkan para penjaga sendirian, mata Crouch bercahaya ketika memikirkan Hiiro yang menghancurkan jembatan tersebut sendirian.

Crouch tidaklah curiga atas perkataan sipir tersebut. Dia sudah cukup percaya berdasarkan ekspresi sipir itu yang serius.

“Yang menjadi hal yang mengejutkan dia adalah [Humas], kau tahu?” (Sipir)

“…. Heh? Apa maksudmu dengan dia yang seorang [Humas], nya?” (Crouch)

Crouch menampilkan wajah serius ketika mendapat informasi tersebut. Sipir itu yang tak menyadari perubahan ekspresi itu, kembali melanjutkan perkataannya.

“Tidak. Lebih tepatnya, dia tampak ikut terpanggil bersamaan dengan para pahlawan yang dipanggil [Humas].” (Sipir)

“……” (Crouch)

“Nah, dia tidak seperti mengaku sebagai pahlawan yang dipanggil. Mereka mengatakan jika dia terseret, lalu dia datang ke dunia ini… Oi, kau dengar, kan?” (Sipir)

Mengetahui Crouch tak menjawab, dia mengamati sel tersebut dengan rasa heran. Tidak seperti sebelumnya, Crouch berbaring di atas jerami. Tatapannya yang sekarang, seperti mendapat kembali kenyataan dan ketenangan atas informasi dari sipir tersebut.

“Sial, apa tak masalah menceritakan hal itu padanya?” (Sipir)

Mengingat kembali tujuan awalnya dan membocorkan informasi kepada musuh, sipir itu menjadi tak tenang. Namun, melihat Crouch tak bergerak, dia yakin jika Crouch telah tertidur. Menengadahkan tangannya seolah berdoa, dengan setulus hatinya berharap agar Crouch melupakan segala yang ia katakan. Setelah itu, ia kembali bekerja.

“Transformation….. Aku mengerti, nya…. Jadi mereka memang orang yang sama, nya~!” (Crouch)

Dia merasa kegembiraan muncul dari hatinya. Hasilnya, ia ingin segera bertemu kembali dengannya yang menjadi lebih kuat.

Belum lagi, dia mendengar cerita yang menarik.

‘Tidak hanya itu, tetapi dia seseorang yang dari dunia berbeda… Begitu menarik-nya! Hiiro benar-benar menarik nya!’ (Crouch)

Crouch sedikit tersenyum, rona merah muncul di pipinya.

“Nyahaha…… Nyahaha……. Nyahaha……….” (Crouch)

Untuk sesaat, hanya tawanya yang dapat didengar dalam penjara itu. Kebetulan, sipir yang mendengar tawa mengerikan itu kembali menenangkannya.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>