Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 53

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 53: Identitas dari Ghost-san dan Party-nya[edit]

“Bagaimanapun juga, ini adalah berita yang menggembirakan! Entah itu karena ulah Spirit atau bukan, ayah dan yang lainnya pasti akan bersyukur!” (Kuclear)

Kuclear dan para prajurit yang di sana tampak sangat gembira saat penyakit itu disembuhkan. Karena peristiwa ini telah berubah menjadi kegemparan di sini, Arnold hanya mampu menghela nafas lega.

“Um, Kuu Onee-sama, siapa orang yang bersamamu di sana?” (Mimir)

“Ah, benar. Ayo aku perkenalkan dirimu kepada mereka. Kalian, bisakah kalian kemari?” (Kuclear)

Mendengar permintaan Kuclear, Arnold dan Muir segera bergerak maju ke arah Mimir.

“Mimir, orang ini adalah adik Raiev. Kemudian, gadis ini adalah putrinya.” (Kuclear)

“Namaku adalah Arnold Ocean, seorang chef dan petualang.” (Arnold)

“Na-namaku adalah Muir Castrea. Juga seorang petualang.” (Muir)

Mimir terseyum tipis sebelum ia membungkuk dan mengangkat rok yang ia kenakan dengan lembut.

“Aku adalah Putri Kedua dari [Gabranth Kingdom’s Captial: Passion], Mimir King. Adalah suatu kehormatan bertemu dengan kalian.” (Mimir)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Tiba-tiba mendapat perkenalan dengan sopan, Arnold dan Muir tanpa ragu menundukkan kepala mereka. Gadis di depan mereka, tanpa diragukan kembali, adalah seorang putri kerajaan. Mimir memang memiliki pembawaan wibawa yang luar biasa, dan hal itu bukan hal yang bisa dianggap remeh. Terutama Arnold yang memiliki hubungannya dengan putri itu melalui kakak perempuannya, Raiev, orang yang paling patut ia takuti dibandingkan apapun.

“… Wajahmu terlihat benar-benar mirip.” (Mimir)

Saat Mimir menatap wajah Arnold, Arnold hanya bisa tercengang, “Eh?”

“Kau pasti benar-benar adik dari Raiev. Kalian memiliki warna iris yang sama.” (Mimir)

Saat Mimir malah terkikik karena ulah Arnold, Arnold saat ini hanya bisa menahan rasa malunya.

“I-Itu benar. Sekarang karena penyakit Mimir telah sembuh, Aku akan segera menceritakan ini ke Ibu. Kalian tunggulah di sini bersama Mimir.” (Kuclear)

Kuclear pergi meninggalkan tempat itu tepat setelah mengatakan itu, senyum di wajahnya selalu tampak hingga punggung itu sudah tak bisa dilihat. Dia benar-benar sangat gembira tentang berita ini. Para prajurit mengikuti gadis itu dan kembali ke penjagaan mereka masing-masing, dan Mimir berbalik arah ke tempat ia sebelumnya.

“Jika kalian berdua mau, haruskah kita mengobrol di tempat yang teduh?” (Mimir)

Mendengar permintaan ini, Arnold menggandeng tangan Muir sebelum dia mendorong tubuh Muir ke depan. Arnold tahu bahwa Muir agak tegang melalui kontak matanya sekarang, hal ini dikarenakan ia bingung apa ia perlu selalu membungkuk kepada Mimir atau seperti itulah intinya.

Arnold ingin Muir dapat mengobrol empat mata dengan Mimir. Karena itu, ia memutuskan untuk bertahan di sini dan mengawasi mereka.

“Ah, Arnold-sama?” (Mimir)

“Ah, ye-yeah, Aku sedikit lelah saat ini, mungkin aku akan tetap di sini untuk sementara.” (Arnold)

“…haaaaaaah” (Muir)

Tak bisa berbicara banyak tentang apa yang pamannya katakan, Muir kembali diam. Normalnya, jika seseorang telah lelah, mereka akan segera mencari tempat duduk, tambahannya tempat yang teduh. Namun, karena dia terlalu gugup, Arnold membuat pernyataan dengan kebingungan.

Muir menatap lelaki tersebut dengan tatapan kosong, sebelum ia menghadap kembali ke Mimir dengan sebuah senyuman.

“Jikalau begitu, mari.” (Mimir)

“Y-ya!” (Muir)

Muir menjawabnya dengan kaku, menyebabkan Mimir sedikit tertawa.

“Fufu, jangan terlalu tegang. Walaupun aku adalah putri, aku berharap kita dapat mengobrol dengan baik. Terlebih mungkin kita bisa menjadi teman?” (Mimir)

Mimir menawarkan jabat tangan dengan Muir. Muir menunjuk ke dirinya sendiri dengan kebingungan. Mimir mengangguk pelan disertai dengan senyuman halus.

“Te-tentu itu akan menerimanya! A-aku sangat terhormat menerima hal itu!” (Muir)

“Fufu. Dalam hal ini, Muir-sama-” (Mimir)

“Tu-tunggu sebentar!” (Muir)

“Eh?” (Mimir)

“Ba-baiklah, dirimu tak perlu memberikan ‘-sama’ di akhir namaku.” (Muir)

“Lalu bagaimana aku harus memanggilmu?” (Mimir)

“Tidak perlu penyebutan yang aneh-aneh! Panggil saja dengan namaku!” (Muir)

“Fufu, benarkah? Lalu panggil namaku dengan, Mimir, sama sepertimu. Pastikan tanpa dengan ‘-sama’, nee?” (Mimir)

“E-eeeeeeeeeeh?!” (Muir)

Saat Muir dihadapkan dengan permintaan aneh, dia tak bisa berkata apapun selain terkejut dengan suara keras.

“Jika kau tidak melakukannya, maka aku akan tetap memanggilmu dengan ‘Muir-sama’.” (Mimir)

“Eh…a…Uu~” (Muir)

Muir terdiam dengan pikirannya yang kebingungan. Melihatnya dia kebingungan karena masalah kecil, Mimir hanya bisa tertawa pelan kembali.

“Fufu, dirimu adalah orang yang menarik. Sekali lagi, tolong panggil namaku seperti aku akan memanggilmu.” (Mimir)

“E-eh… yeah.. itu… marik kita coba… Mi-Mimir…chan” (Muir)

“Bagus, Muir-chan” (Mimir)

Muir merasakan bebannya di hatinya telah terangkat sang Putri memanggilnya dengan nama yang ia inginkan.

“Aaah, tapi aku mengatakanyaaaa! Aku memanggil tuan putri dengan ‘-chan’!!!” (Muir)

Muir merasa khawatir, bimbang, dan bingung ketika dia menyadari bahwa dia telah memanggil Putri dengan 'Mimir-chan'. Dia meletakkan kedua tangannya di kepalanya, tidak yakin apa yang harus dia lakukan atau harapkan sekarang. Melihat ekspresi Muir yang seperti itu, Mimir sekali lagi tertawa.

“Jangan khawatirkan hal itu. Dengan situasi yang seperti ini, kita harus memanggil nama secara langsung. Itulah langkah pertama menjadi teman.” (Mimir)

“………” (Muir)

Perkataannya membuat Muir merasa senang, bagaimanapun, Mimir adalah seorang tuan putri, Muir sekarang tak yakin dengan apa yang akan ia lakukan sekarang. Arnold, yang berpikir bahwa ini adalah situasi yang cocok, secara halus mendorong Muir untuk pergi bersama putri.

Tampaknya Mimir memiliki kepribadian yang hebat. Dia membawa aura wibawa bahkan dalam keadaan seperti ini. Seperti yang diharapkan dari adik perempuan Kuclear.

“…Aku mengerti …Itu benar, akan aku usahakan, Mimir-chan” (Muir) 

Muir menarik semua keberaniannya untuk mengucapkan kata-kata itu. Saat Mimir menjawabnya dengan ekspresi bahagia, Muir merasa lega.

Mimir memegang kedua tangan Muir dan mengatakan, “Hari ini, bagiku hari ini, sangatlah hari yang membahagiakan. Aku dapat bertemu dengan orang tersebut, dan bahkan bisa membuat hubungan teman denganmu.” (Mimir)

Ketika Mimir mengatakan  ‘orang itu’, bahu Muir berkedut sesaat setelah mendengarkannya.

“Um, sebelum itu…” (Muir)

“Nh? ada apa, Muir-chan?” (Mimir)

“Eh, aa, orang… ‘orang itu’ yang menemuimu beberapa waktu lalu, apakah dia adalah orang yang mengobatimu?” (Muir)

Telinga Mimir berkedut perlahan, namun, Muir tidak menyadarinya.

“Oh, itu benar. Bahkan jika itu terjadi di alam mimpi, orang itu sepertinya adalah orang yang susah dipahami. Walaupun, rasanya aku telah berhutang terlalu banyak secara sepihak, aku tetap berterima kasih atas apa yang ia lakukan.” (Mimir)

Rupanya, gadis itu sangat bersyukur dan berterima kasih kepada 'orang itu'.

“Ah, okay… Ah, tidak-tidak…Kau tahu… that, um, apakah [Spirit] itu menggunakan jubah merah?” (Muir)

Mimir membeku seketika. Setelah ini, dia menggenggam tangan Muir dengan kedua tangannya. Suasana di antara mereka benar-benar berubah.

“M-Muir-chan! Apakah kau berarti, apakah dirimu bisa menyadari mereka?! Bisakah dirimu melihat seorang [Ghost]!?” (Mimir)

Mimir tiba-tiba terlihat sangat jelas sedang bereuforia.

“U-um, yaaa..., haha…eh, apa?” (Muir)

Karena kesalahpahaman Mimir, Muir terlihat mulai panik.

“JIka kau mengenal dirinya bolehkah aku tahu siapa dia?” (Mimir)

Dia memohon dengan ekspresi muram.

(Apa? Dia tak bertemu dengan Hiiro? Ah, tetapi jubah itu… dia ingat tentang jubah itu… bisa disimpulkan, mereka bertemu, tetapi tak saling berbicara?) (Muir)

Muir menyadari jika Mimir sama sekali tak tahu menahu tentang Hiiro.

“Jubah merah… Ya, dia memakainya! Dan berkacamata!” (Mimir)

Muir dengan segera memahaminya. Bahkan jika Mimir tidak bertanya banyak, dia sudah mengenal siapa [Spirit] itu.

(Jadi, itu benar Hiro-san… tetapi… tentang [Ghost]? Apa yang sebenarnya terjadi?) (Muir)

Berpikir demikian, Muir merasa inilah waktu yang tepat untuk memverifikasi seluruh detail apa yang terjadi

“Neh, Mimir-chan, orang itu… dia sebenarnya bukan seorang [Ghost], kan?” (Muir)

“Apa?” (Mimir)

“Karena jika dia benar-benar seorang [Ghost], dia seharusnya tak mengenakan jubah merah maupun berkacamata, kan?” (Muir)

“Ah…” (Mimir)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Saat dia menyadari kesalahannya, Mimir menutup mulutnya. Pipinya bersinar merah karena malu. Dia menyesal telah gagal memenuhi janjinya.

Karena dia sangat bersemangat saat Muir mengatakan dapat melihat hantu tersebut, dia tanpa sadar mengatakan segalanya. Bagian dari dirinya masih kekanak kanakan berbeda dengan sikapnya yang dewasa.

"Ah, itu, um, itu..." (Mimir)

Meskipun dia bingung, dia mencoba mencari alasan. Merasa hal seperti itu pernah terjadi sebelumnya, Muir tertawa ketika Mimir mencoba berbicara.

“Itu tak masalah, Mimir-chan, jadi, jangan khawatir. Orang itu merupakan kenalan kami.” (Muir)

“Ja-jadi, itu berarti kau dapat melihatnya!” (Mimir)

“Hmm, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi, orang itu merupakan makhluk hidup, dia bernama Hiiro. Seorang huma-, tidak, Gabranth yang sangat baik.” (Muir)

Tadi itu hampir saja. Muir hampir saja ingin mengatakan jika Hiiro adalah seorang Humas.

“Eh, hidup?” (Mimir)

“Yeah? Meskipun, aku kali ini terbingung mengapa dirimu mengatakan jika dia adalah seorang hantu…” (Muir)

“I-itu…” (Mimir)

Sejujurnya, aura di sekitar lelaki itu sangat berbeda. Di saat dia bertemu dia memiliki aura seperti keberadaan ghost. Karena itulah dia menduga jika Hiiro adalah seorang hantu.

(Mari aku pikirkan sekali lagi, orang itu memang berkali-kali mengatakan jika dia bukanlah hantu…) (Mimir)

Dia percaya bahwa dia adalah hantu yang tidak menyadari kematiannya sendiri. Karena telah membuat kesalahan besar, dia merasa malu.

“A-apa yang sebenarnya telah aku pikirkan?” (Mimir)

Dia merasa sangat malu hingga ia hanya mampu menutup wajahnya sendiri.

“Ahahah, kau begitu imut, Mimir-chan” (Muir)

“Uu~, aku harus meminta maaf kepadanya.” (Mimir)

“Hiiro bukannya orang yang akan marah karena hal seperti itu, jadi, jangan khawatirkan hal itu.” (Muir)

Kenyataannya, Muir malah berpikir jika Hiiro tidak akan peduli akan hal itu karena hal  itu termasuk sesuatu yang tidak menarik minatnya.

(Karena ini bukan buku dan makanan, orang itu tidak akan mungkin peduli tentang hal-hal seperti itu.) (Muir)

“Ah, Muir-chan. Bisakah dirimu mengatakan sekali lagi siapa namanya?” (Mimir)

“Eh? Okay. Orang itu bernama Hiiro Okamura. Dia adalah teman perjalanan kami selama ini.” (Muir)

“A-aku mengerti, karena itulah mengapa!” (Mimir)

Hantu itu berkata dia jika dia ajak ke sini oleh teman perjalannya. Tampaknya orang-orang itu adalah Arnold dan Muir.

“Yeah. Kami sampai ke tempat ini bersamaan, tetapi kemudian Hiiro-san tiba-tiba saja menghilang. Dari ceritamu aku rasa dia datang ke sini.” (Muir)

“Ya. Kami bertemu di sini dan sedikit ‘berbincang-bincang’.” (Mimir)

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi setelahnya? Apakah dia menggunakan sihir atau melakukan sesuatu padamu?” (Muir)

Saat itu pula, mata Mimir terbuka dengan lebar dan mengangguk mengerti.

“Seperti yang aku duga, itu adalah sihir…bukannya begitu? Itu berarti, apa dia seorang Humas?” (Mimir)

“Eh….Eeeh!?” (Muir)

Muir tanpa terduga berteriak terkejut. Dia menjadi pucat saat menyadari bahwa Mimir baru saja mengatakan [Sihir].

“Eh, a, itu.. sangat salah. Itu karena dia seperti seorang pengguna [Binding] yang mirip dengan [Sihir].” (Muir)

Itu adalah penjelasan yang buruk, namun, Muir sendiri harus entah bagaimana meyakinkannya. Muir tahu bahwa mereka tidak akan mudah dibiarkan jika fakta bahwa mereka membawa seorang manusia ke tempat ini terungkap.

Namun, Mimir menyadari apa yang dipikirkan Muir dan hanya tertawa.

“Fufu, jangan khawatir akan hal itu. Aku juga tak berpikiran untuk melawan para Humas.” (Mimir)

“Eh? Benarkah?” (Muir)

“Ya, Ini bukanlah pertama kalinya aku bertemu dengan Humas. Walaupun itu pertama kali, tapi dia adalah seorang [Ghost].” (Mimir)

Ini sama sekali tak aneh bagi Mimiru melihat hantu tanpa memiliki telinga hewan sedang melayang di atas tanah.

“Huh…[Ghost]…” (Muir)

Muir menegukkan ludangnya saat mendengar tentang itu. Namun, setelah melihat Mimir dengan santai membicarakan mereka, Muir memutuskan untuk tetap diam tentang ketakutannya.

“Ketika aku pertama kali melihat lelaki itu, dia berambut hitam dan tak memiliki telinga binatang di atas kepalanya.” (Mimir)

“Tu-tunggu sebentar.” (Muir)

Mendengar sesuatu yang tidak dia duga, Muir mulai panik dengan dia berbicara dengan tergesa-gesa.

“Ra-rambut hitam!? Apa itu sungguhan!?” (Muir)

“Ya. Rambut hitam, berkaca mata, dan berjubah merah. Bukannya seperti itu ciri-ciri orang tersebut?” (Mimir)

(Eh? Bagaimana mungkin? Hiiro kembali ke wujud Humas?… tetapi mengapa?) (Muir)

Pertanyaan ini secara alami muncul di dalam benaknya, namun, ia tidak dapat menemukan jawaban apa pun. Tidak terduga bahwa Hiiro akan kembali ke bentuk manusianya, terutama di tempat keluarga kerajaan Gabranth tinggal.

Namun, Muir jelas ingat bentuk Humas miliki Hiiro. Dia mulai merenung karena dia tidak tahu apa artinya ini.

“Apakah ada sesuatu?” (Mimir)

Mimir khawatir tentang apa yang dipikirkan Muir jadi dia bertanya. Muir menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa.

“Tidak! Tidak apa-apa!” (Muir)

“Benarkah?” (Mimir)

“Un! Omong-omong, apa dia benar-benar berambut hitam?” (Muir)

“Ya. Memiliki rambut hitam seperti itu membuatku merasa iri.” (Mimir)

Melihat tawa kecilnya, Muir mulai mengembara dalam pikirannya mengapa hal seperti itu terjadi. Dia telah memahami bahwa Hiiro hanya akan melepas sihirnya ketika ia tak mampu menahannya kembali.

(Berdasarkan kata Ossan, aku mendengar ada spirit yang berbeda dan lebih tinggi tingkatannya, “Phoem” orang yang mampu melihat kenyataan yang sesungguhnya. Aku mendengar bahwa beberapa Gabranth memiliki kemampuan itu.) (Muir)

Makhluk yang dapat melihat kebenaran adalah “Phoem.” Jika seseorang memiliki kekuatan itu, mereka akan dapat melihat dengan mudah penyamaran Hiiro, dan melihat bahwa dia adalah seorang Humas. Ada beberapa orang yang diketahui memiliki kemampuan itu.

Muir tidak tahu apakah Mimir memiliki kemampuan itu. Namun, dia merasa bahwa untuk mencegah Hiiro ketahuan oleh orang lain, dia perlu mengatakan sesuatu.

“Apa itu mungkin, Muir-chan, apa kau tahu sihir yang ia gunakan?” (Mimir)

“Yeah, aku tahu. Bagaimana denganmu Mimir-chan?” (Muir)

“Ya. Kekuatan itu sangat aneh, terlebih menyembuhkan suaraku.” (Mimir)

“Ah, aku melupakan sesuatu, apa benar dia mengatakan itu?” (Muir)

“Eh?” (Mimir)

“ ‘Ini adalah hutang. Aku akan memintamu untuk melunasinya suatu saat kelak. Jangan pernah melupakan itu.’ “ (Muir)

“Eh…Ah, itu benar, dia mengatakan itu”

“Itu pasti hanya Hiiro yang akan mengatakannya. Hmm, itulah yang menyebabkan aku berpikiran jika [Ghost] itu adalah dia.”

Karena Arnold dan Muir telah hampir mengetahui sifatnya, entah bagaimana dia bisa mengetahui hal itu juga

“Permisi, tetapi… kira-kira dimana orang itu sekarang berada?” (Mimir)

“Hmmm, Aku tak yakin.” (Muir)

“Oh, sepertinya begitu.” (Mimir)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Bahu Mimir terjatuh diikuti wajahnya menjadi kecewa.

“Mungkin, hanya saja ia tak mau menimbulkan masalah, ada kemungkinan dia telah pergi mencari tempat bersembunyi. Mungkin dirimu sebenarnya diperintah agar tetap mengenai dirinya, kan?” (Muir)

“Y-ya, itu benar.” (Mimir)

“Seperti yang aku duga. Dia mungkin telah meninggalkan [King’s Tree] dan kembali ke kota. Dia adalah orang yang sangat tak suka mencolok.”

“Muir-chan, dirimu terlihat sangat mengenal dirinya, apa aku benar?” (Mimir)

“Hmm, aku sedikit ragu akan hal itu. Karena sejak di pertengahan perjalanan kami baru bertemu dengan dia, sejak kami bertemu dengannya, selalu ada kejutan yang tak terduga darinya.” (Muir)

Pada dasarnya, dia sendiri bingung ketika dihadapkan dengan tindakan Hiiro yang terkadang keterlaluan ataupun motif gelap yang sedikit aneh.

“… Aku iri denganmu” (Mimir)

“Mimir-chan?” (Muir)

“Aku bahkan tak sempat untuk sekadar berterima kasih. Dia menyembuhkan suaraku kemudian pergi begitu saja” (Mimir)

“Ahaha. Memang seperti itulah Hiiro itu.” (Muir)

“Apakah kita.. bisa bertemu lagi?” (Mimir)

“Hmm…bukan karena aku tidak mengerti perasaanmu... tapi aku pikir mencoba melakukannya benar-benar akan sulit.” (Muir)

“Be-benarkah? Tetapi dia teman seperjalananmu, kan?” (Mimir)

“Yeah, tetapi dia adalah orang yang sangat mencintai kebebasannya. Mungkin dia tak akan peduli tentang apa yang kita bicarakan. Haha” (Muir)

Dia tidak dapat mengatakan jika Ossan sebenarnya telah siap membuat semua makanan untuknya. Bahkan jika dia disuguhi makan yang enak, dia merasa bahwa Hiiro mungkin tidak akan pernah menginjakkan kaki di [King’s Tree] lagi. Jika dia ketahuan entah bagaimana, itu akan menyebabkan kegemparan.

Bukan hanya itu, tapi Hiiro adalah Humas. Jika Putri Gabranth Mimir dan Humas Hiiro bertemu, itu akan menyebabkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.

“Juga, sepertinya Hiiro akan segera meninggalkan negeri ini segera.” (Muir)

“Tunggu, a-apa?!” (Mimir)

Mimir menaikan nada bicaranya secara tak sadar. Suasana sekitar tiba-tiba menjadi lebih tenang dari biasanya. Setelah menyadari nada suaranya, Mimir segera duduk dengan cepat dan berbicara dengan suara yang lebih lembut.

“A-apa itu bisa dipercaya?” (Mimir)

“Yeah. Aku berusaha meyakinkan dia agar tak pergi, tapi tak berhasil.” (Muir)

Muir berkata dengan wajah sedih.

Melihat ekspresi Muir, Mimir menarik napas dalam-dalam.

(A-apakah ada kemungkinan… jika Muir tertarik dengan orang itu?)

Dalam hal itu, Mimir merasakan sesuatu berputar di dalam dirinya. Seolah-olah jarum kecil menusuk hatinya. Itu adalah sensasi yang terasa menyakitkan, gatal, dan geli sekaligus.

Namun, tidak peduli apa yang dia rasakan, dia tahu bahwa situasi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Mimir berbicara sambil memandang Muir dan memegang kedua tangannya.

“Muir-chan, aku takkan kalah!” (MImir)

“Eh…a, um, ya...?” (Muir)

Muir tidak memahami untuk apa Mimir mengatakan hal seperti itu.

“Maksudku adalah, ehem, bukannya seperti itu? Muir-chan menyukai lelaki itu?” (Mimir)

“Menyukai.. Eheeeeeeeeeeee!?” (Muir)

Wajah Muir segera memerah seperti sedang dipanaskan dalam tungu.

“Itu adalah reaksi yang mengejutkan. Seperti yang aku duga.” (Mimir)

Menggigit bibir bawahnya sedikit, Mimir menatap Muir.

“Tidak, Itu SALAAAAAAH! Hiiro bagaikan kakakku! Itulah mengapa...” (Muir)

Muir melambaikan tangan dan ekornya dengan putus asa sebagai bentuk penyangkalan darinya. Namun, Mimir masih memberikan tatapan curiga terhadapanya.

(I-itu tak mungkin! Mana mungkin aku berpikiran Hiiro-san akan……..) (Muir)

Ketika dia mulai serius mempertimbangkan ini, dia merasa wajahnya menjadi panas. Dia mati-matian menyingkirkan pikiran itu. Dia tidak menyadarinya, namun, ketika Mimir tiba-tiba mengatakan sesuatu tentang Hiiro, dia merasakan perasaan tidak jelas di dadanya.

Dia tidak sadar apakah ini cinta atau bukan. Dia juga tidak dapat menerima atau menyangkalnya. Karena kurangnya pengalaman, ketika Mimir menantangnya, dia sangat bingung sehingga dia tidak dapat memberikan tanggapan yang masuk akal.

“Aku takkan kalah, Muir-chan!” (Mimir)

“Se-seperti yang aku katakan, kau salah besar!” (Muir)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Ketika Arnold melihat pertikaian diantara keduanya, dia pertama kali berpikir itu menyenangkan. Namun, dia tiba-tiba merasa mual di dada dan perutnya.

(Aku tidak tahu kenapa, tapi aku benar-benar ingin meninju Hiiro sialan itu sekarang ....) (Arnold)

Apakah ini kekuatan Oya-Baka, ataukah Arnold telah bangkit sebagai seorang orang tua yang baik untuk sesaat... tidak ada yang bisa mengatakan itu dengan pasti.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>