Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 46

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 46: Keputusan Hiiro![edit]

“Kau baik-baik saja, Muir?” (Arnold)

“Nn… Eh? E-Eh!?” (Muir)

Muir tidak tahu alasan mengapa ia berbaring di sana dan membuatnya kebingungan. Namun, nafasnya secara mengejutkan terengah dan ingat bahwa ia seharusnya ada di tes bersama Rarashik.

“Um… Aku…” (Muir)

“Apa kau sudah ingat sekarang?” (Arnold)

“Y-as… U-Um, pertandingannya…” (Muir)

Muir menatap lurus Rarashik dengan wajah yang tak tenang. Melihat kejadian itu, Arnold dengan lembut mengelus kepalanya.

“Kau menang...” (Arnold)

“…Eh? Su-sungguh?” (Muir)

Mata Muir dengan slow-motion melebar atas perkataan dari Arnold. Arnold mengangguk setelah perkataan ragu Muir.

“Yeah, kau melakukannya dengan baik.” (Arnold)

Mendengar kalimat lembut itu, kemenangan yang tak ia sangka, membuatnya menjatuhkan air matanya.

“Uu… Uuu… A-aku sangat bahagia.” (Muir)

Pastinya dia merasa sangat bahagia. Menyadari bahwa selama ini ia adalah beban dari party-nya, dan ketakutan ketidakmampuannya untuk menyanggupi persyaratan dari Rarashik yang diajukan kepada Arnold.

Namun, dia berhasil menang dari pertarungan itu dan sekaligus memahami pembelajaran pertama dari Rarashik. Dia mulai menangis bahagia karena berpikir bahwa dia sekarang dapat lebih berguna untuk Arnold dan Hiiro.

“Hey, chibi. Benar saja bahwa kau sekarang sudah menang, tetapi ini barulah awal.” (Hiiro)

Arnold memicingkan mata ke Hiiro, mengungkapkan bahwa hal itu tak perlu dikatakan sekarang. Tak menyetujui perkataan Arnold, Rarashik mengangguk menyetujui perkataan Hiiro.

“Well, Aku kalah dan sesuai janji aku akan melatih chibi-chan, tetapi jika ia tak mampu mengikutinya akan aku pastikan untuk menendangnya keluar.” (Rarashik)

“Tidak mungkin! S-Shishou! Latih dia sampai latihan itu selesai!” (Arnold)

“Jangan berbicara yang tak masuk akal! Aku pasti melatihnya, tetapi aku juga tak mampu membuang-buang waktuku untuk seseorang yang tak bisa belajar dari bagaimanapun aku mengajarnya!” (Rarashik)

“Ugh… Tapi…” (Arnold)

“Semua akan baik-baik saja, oji-san.” (Muir)

“M-Muir?” (Arnold)

“Seperti yang dikatakan Hiiro-san dan Rarashik-san. Aku tak bisa bermanja-manja lagi sekarang.” (Muir)

“…” (Arnold)

“Aku sudah bertekad untuk lebih kuat. Jadi, akan aku pastikan untuk meraihnya! Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi lebih kuat! Dan aku akan lebih berguna untuk oji-san dan Hiiro-san!” (Muir)

Tidak ada getar keraguan dari perkataan Muir. Dan sebaliknya, Arnold merasakan tekad yang bulat dari perkataannya itu. Dengan kata lain dia sudah serius akan hal ini.

‘…Gin. Anak ini sama sepertimu… ‘ (Arnold)

Menghadap wajah gadis imut itu, wajah seorang kenalan lama terbayang oleh Arnold. Khususnya mata yang penuh tekad setelah memutuskan sesuatu. Sepasang mata itu persis dengan orang tersebut.

“…Shishou, tolong bantu dia.” (Arnold)

Arnold sedikit membungkukkan badan saat mengatakan itu. Muir dengan sedikit terhuyung berdiri dan membungkuk dalam-dalam.

“Mohon bantuannya!” (Muir)

Menatap keduanya, Rarashik sedikit tertawa kecil.

“Kau tahu, latihanku sangat ketat. Arnold-boya yang di sana pasti menjamin hal itu. Jika kau masih ingin dilatih di bawah bimbinganku, mulai sekarang panggil aku ‘Shishou’.” (Rarashik)

“Ba-baik! Shishou-sama!” (Muir)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Muir menjawabnya dengan penuh semangat. Rarashik mengangguk singkat melihat kelakuannya barusan. Arnold akhirnya bernafas dengan lega, bagaikan sudah menyelesaikan pekerjaan yang berat.

“Omong-omong, Arnold, apa yang ingin dirimu lakukan sekarang?” (Rarashik)

“Y-ya?” (Arnold)

“Kau ingin ikut berlatih bersama gadis ini?” (Rarashik)

“Um… Apakah itu… buruk?” (Arnold)

Arnold juga ingin mendapatkan kesempatan dilatih olehnya. Arnold juga berencana untuk menjadi lebih kuat setelah dia kembali. Rarashik dengan tajam memandangnya, kemudian mendesah dan mengangkat bahu.

“Yeah, satu, atau dua orang, tidak ada bedanya. Sedikit bernostalgia ketika aku masih menjadi pelatih aktif, murid-muridku mengatakan hal-hal yang lebih bodoh.” (Rarashik)

“Oh, seperti itu juga ada?” (Hiiro)

Hiiro membuka matanya sedikit. Arnold menjawab dari pertanyaan yang diberikan Hiiro.

“Aku sudah mengatakannya, bukan? Dialah yang menciptakan teknik dari [Binding]. Semua orang berbondong-bondong untuk menjadi muridnya. Terlebih, hampir semua orang yang memimpin kerajaan ini adalah murid Shishou.” (Arnold)

Selaras dengan perkataan Arnold, [Three Beast Warrior] dan terlebih Raja mereka merupakan muridnya. Mendengar hal itu, Hiiro begitu memahami bahwa wanita yang dipanggil Rarashik adalah sosok yang luar biasa.

“Lupakan hal itu, aku sekarang terkejut karena paman mesum sepertimu bisa menjadi murid darinya.” (Hiiro)

“Jangan memanggilku mesum, bocah! Bisakah kita lupakan itu saja, kau sialan!” (Arnold)

Namun, Hiiro tampaknya sangat serius saat bertanya. Tidak aneh untuk bingung bagaimana Arnold, yang bukan bangsawan, tetapi hanya seorang petualang dan seorang juru masak, dapat menjadi murid dari seseorang yang begitu luar biasa.

“Ye-yah, aku sedikit paham mengapa kau bertanya. Aku hanyalah seseorang yang beruntung kala itu….” (Arnold)

“Beruntung?” (Hiiro)

“Jujur saja, aku dipaksa seseorang.” (Rarashik)

“S-Shishou!” (Arnold)

Mendengar hal baru ini, Hiiro mengerutkan dahinya dan secara bergantian menatap Arnold dan Rarashik. Muir dengan pandangan kosong menatap mereka berdua.

“Itu adalah permintaan dari seorang pemabuk. Arnold-boya dibawa oleh orang itu dan bertanya apakah aku mau melatihnya atau tidak...” (Rarashik)

“Hmmm” (Hiiro)

“Tidak, tidak, seharusnya bukan ‘hmmm’? Dan, bukannya seharusnya kau bertanya siapa orang itu!?” (Arnold)

“Huh?” (Hiiro)

“Orang itu adalah Judom-san” (Arnold)

“Judom? Jika aku benar, seharusnya dia adalah guild master, kan?” (Hiiro)

“Yeah, itu benar.” (Arnold)

“Aku mengerti. Kau berkata jika kau mengenalnya, walaupun kalian memiliki hubungan yang baik” (Hiiro)

“Kurang lebih. Aku dikenalkan kepada shishou oleh orang itu, dan begitulah aku dilatih oleh Shishou.” (Arnold)

“Aku tetap menolaknya. Dan terus dipaksa oleh orang itu.” (Rarashik)

Arnold meneteskan air matanya mendengar hal itu. Memang itulah kenyataan pahit yang tak bisa ia tolak dan sekarang ia tak mampu berkata-kata lagi selain menjadi lebih suram.

“Tapi, itu memang cerita yang menostalgiakan. Ketika Arnold masih muda ia sangat imut, tidak seperti ossan yang seperti sekarang.” (Rarashik)

Rarashik tersenyum kecil ketika mengingat kejadian itu.

“Ber-berhenti, shishou!” (Arnold)

Semakin memalukan, Arnold mengangkat kepalanya begitu pula suaranya.

“Ah, omong-omong, apa yang ingin kau lakukan sekarang, boya?” (Rarashik)

“Ha?” (Hiiro)

Hiiro secara naluriah menjawab setelah ditanya tiba-tiba.

“Bukan apa-apa, aku akan melatih mereka berdua, tetapi kau… ada apa Arnold?” (Rarashik)

“Eh? Um…” (Arnold)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Arnold mencium-cium bau masalah dan menggaruk-garuk kepalanya. Alasannya mudah, ini hanya karena Hiiro bukanlah Gabranth. Pelatihan ini pasti untuk Gabranth untuk memahami penggunaan [Binding]. Namun, bagi Human seperti Hiiro, latihan ini akan sangat tak berguna.

‘Hiiro bahkan tak mampu menggunakan [Binding]… Hiiro berpikirlah dengan jernih…!’ (Arnold)

Tak tahu apa yang harus dilakukan, Arnold menghadap luruh ke Hiiro. Lalu, Hiiro menjawab dengan ketus.

“Terima kasih. Aku tak membutuhkannya.” (Hiiro)

‘Aku bukanlah penggemar olah raga. Sungguh persetan aku berlatih seperti Gabranth.’ (Hiiro)

Dibandingkan hal itu, Hiiro ingin berlatih intensif dengan [Word Magic]-nya. Dia memutuskan bahwa dia akan berlatih dengan ketat, dia tidak akan punya waktu lagi untuk bermain-main.

“Hmm, padahal aku juga tertarik denganmu boya.” (Rarashik)

Rarashik mengatakan itu dengan nada sedih.

‘Kau bercanda. Dia sudah melihatku menggunakan [Word Magic]. Jika dia terlalu ingin tahu, dia dengan mudahnya membuatku menjadi kelinci percobaannya.’ (Hiiro)

Hiiro merinding saat ia memikirkan itu. Di dalam pikirannya, mungkin Rarashik akan bertanya tentang sihirnya sampai dia puas dan bereksperimen dengan tubuhnya. Hiiro memutuskan untuk tidak akan pernah menjadi muridnya.

"Berapa lama pelatihan itu berlangsung?" (Hiiro)

Hiiro bertanya pada Rarashik, yang berbalik menghadap Muir.

"Hmm... Jou-chan ini sendiri sepertinya... Nah, mungkin untuk setingkat dengan seorang petualang, itu akan memakan waktu setidaknya enam bulan. Untungnya levelnya sudah cukup baik, jadi, hanya perlu latihan dasar, [Binding], dan pengalaman praktik. Dengan semua itu, sekiranya butuh waktu selama itu.” (Rarashik)

Mendengar bahwa itu akan memakan waktu enam bulan, Hiiro sudah mengambil keputusan bulat dengan singkat. Dia berbalik menghadap Arnold dan Muir.

“Begitu. Jadi, ini adalah selamat tinggal.” (Hiiro)

Muir tersentak dan tampak sedih, sementara Arnold mengangkat bahu seolah-olah mengatakan "Mau bagaimana lagi."

“Saya pikir juga begitu. Yah, menunggu selama itu pasti merepotkan.” (Arnold)

Arnold sudah menyerah, tetapi Muir belum dan mulai berbicara.

"K-Kenapa? Bahkan jika kau tidak ikut berlatih, mengapa kau tidak tinggal di tempat ini terlebih dahulu?" (Muir)

"Maaf, tapi aku juga punya kepentinganku sendiri." (Hiiro)

"Ke-kepentingan?" (Muir)

“Ya, untuk melihat dunia ini dengan kedua mataku. Aku tidak mungkin bisa duduk diam selama enam bulan." (Hiiro)

Muir tampak sedih mendengar kata-kata Hiiro. Itu adalah pembicaraan yang singkat, tetapi melihat ke dalam mata Hiiro, dia mengerti bahwa Hiiro bukan tipe orang yang berubah pikiran hanya karena ocehan orang lain.

Dia mengerti bahwa saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat hal itu, Arnold mengeluarkan senyum pahit di wajahnya. Dia tahu jika Hiiro adalah orang yang seperti itu sehingga dia tidak terkejut lagi, tetapi bagi Muir, Hiiro adalah sosok yang berpetualang bersama mereka, dan dia akan semakin sedih saat Hiiro pergi.

Melihat mereka dari dekat, mereka mungkin tampak seperti keluarga, tetapi mereka berasal dari ras yang berbeda, dan Hiiro pasti tidak menganggap mereka sebagai keluarga. Tapi Muir menyukai Hiiro. Jika dia mengatakannya dengan jujur, dia tidak ingin orang tampak seperti kakak laki-lakinya pergi.

Namun, mereka tahu bahwa Hiiro tidak akan pernah berubah pikiran begitu saja setelah dia memutuskan sesuatu.

‘Aku tidak berpikir kami bisa menahannya selama enam bulan dengan makanan…’ (Arnold)

Arnold memang berpikir demikian, menyadari bahwa Hiiro menunjukkan ketertarikan yang tidak normal terhadap makanan, tetapi ia langsung berkata jika itu tak mungkin dan menggelengkan kepalanya.

"... Hei, Hiiro. Apa yang akan kau lakukan mulai sekarang?” (Arnold)

“Pertanyaan yang bagus. Setelah beberapa saat aku di sini untuk mengumpulkan informasi, aku akan mencoba menikmati benua ini, dan setelah itu..." (Hiiro)

Hiiro masih berbicara, tetapi ketika ia melihat Rarashik sedang melihatnya dengan wajah penasaran, Hiiro memutuskan berhenti.

"... Bukan urusan kalian." (Hiiro)

"... Haa, aku pikir memang begitu." (Arnold)

Arnold mengatakan itu, tetapi dia juga memperhatikan Rarashik yang sedang memperhatikan mereka dan tidak berkomentar lebih jauh.

‘Dia mungkin pergi ke benua Evila. Dia mengatakan hal itu sebelumnya.’ (Arnold)

Jika Rarashik mendengar itu, dia mungkin bertanya tentang bagaimana dia akan melakukannya, bagaimana Gabranth akan sampai di sana, dan itu akan menyusahkan. Karena kedua ras baru saja berperang satu sama lain.

Karena itu, Hiiro dan Arnold memutuskan untuk menyimpannya di pikiran mereka sendiri. Benar saja, Rarashik mengerutkan kening seolah tidak puas.

Berjalan lebih dekat ke Muir, Hiiro menatapnya seolah memandang rendah dirinya.

"Hei, chibi" (Hiiro)

Mata Muir berkedut, lalu perlahan-lahan mendongak. Mata mereka saling bertemu.

"Dalam enam bulan, jika aku mendapati kebosan, akan aku pastikan untuk kembali. Sampai saat itu tiba, pastikan kau menjadi berguna." (Hiiro)

Hiiro tidak berencana untuk mengucapkan kata-kata ini. Anehnya, melihat dia sedang depresi, Hiiro menjadi lebih kesal. Dia tidak tahu apakah dia kesal terhadap gadis kecil itu, atau kepada dirinya sendiri.

Namun, mendengarkan perkataan Hiiro, Muir mengulum senyum, dan dia merasa suasana hati yang tegang sedari tadi mulai sedikit bersantai.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>