Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 29

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 29: Pengalaman Satu Malam[edit]

Menggunakan [Pry] untuk melihat statusnya, Hiiro langsung mengetahui jika suatu kebohongan tak akan lagi berfungsi padanya. Kekuatan ini lebih dari sekadar melihat isi manusia itu sendiri, dan itu benar-benar kekuatan yang sangat kuat, dan juga efeknya akan terus menerus bertambah seiring dengan memikirkan itu.

“Kau percaya padaku sekarang?”

“... Sedikit.”

“Sangat disayangkan.”

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Wanita itu itu menyayangkan tidak mendapat kepercayaan penuh dari Hiiro tetapi saat memikirkan itu, wanita itu cukup senang saat Hiiro memasukkan satu per satu [Vanyar] ke dalam mulutnya. Rasa dari [Vanyar] lebih enak dari yang ia bayangkan, dia memikirkan hal itu saat ia memakannya. Teksturnya seperti gummy, tetapi entah bagaimana membuatnya ingin lagi dan lagi. 

‘Ini seperti. Sekali kau mencoba, kau ingin lagi dan lagi… Atau seperti itulah.’

Di Jepang, dia sering kali menemukan permen yang rasanya hampir sama. Sekali mencoba, kau akan ketagihan, dan beberapa saat kemudian menyadari jika kau tak mampu untuk berhenti lagi. Rasanya cukup bervariasi, jadi rasanya tak mungkin terasa bosan. 

“Silakan untuk menikmati [Melnym]-nya juga.”  

Hiiro menatap ke sesuatu yang putih, di dalam gelas itu ia melihat sesuatu yang berwarna putih susu. Baunya seperti persik.

‘Aku mengerti. Manis, jus yang menyegarkan. Tetapi, rasanya di lidah lebih mirip apel daripada persik.’

Dia cukup yakin sesuatu yang putih itu adalah suatu jus. Dia tak punya ide bahan apa yang digunakan untuk membuatnya, tapi lebih dari itu, minuman itu terasa sangat nikmat diminum ketika ia telah berendam air panas.

“Apa kau menyukainya?”

“Well, tidak buruk.”

“Fufu. Bagus.”

Dia menggenggam kedua tangannya dengan senyum ceria keluar dari wajahnya yang tampak bagaikan seorang gadis kecil. Penampilannya memang terlihat seperti wanita berumur 20 tahunan, tetapi ketika dia tersenyum, dia mengeluarkan aura muda. 

“Bagaimanapun, sepertinya aku terlalu lama mengabaikan [Humas]. Dengan mereka dapat menggunakan sihir pemanggil, itu cukup luar biasa.”

“Huh, dengan alasan pemanggilan pahlawan, mereka membuat putri kerajaan mereka sendiri menjadi korban. Apapun itu, yang aku lihat hanyalah konsep yang idiot.”

Itu adalah salah satu alasan ia segera meninggalkan negara itu secepat mungkin. Apapun alasannya, ia tak akan melayani raya yang membunuh putrinya sendiri.

“... Mengapa kau bicara bagaikan seorang yang bukan mereka panggil?”

“Ah? Tentu saja, intinya aku tak ingin. Mengapa aku harus membuang keinginanku dan mendengarkan keinginan orang lain?”

“...”

Hiiro sepertinya berkata tepat sasaran.   

“Apapun yang aku mengerti, aku tak akan bekerja sama dengan seseorang yang tak kusuka. Karena itu pasti tak menyenangkan.”

“Fufufu, aku mengerti. Jadi, orang yang bersamamu sekarang adalah teman-temanmu?”

“Tidak, kebetulan kami satu tujuan, jadi aku sekarang bersama mereka sekarang.”

“Fufufu. Benarkah? Jadi, kesimpulannya adalah kau tak bertarung demi ras [Humas]-?”

“Dan aku bertanya-tanya, mengapa aku harus membohongi diriku dan kembali ke negara itu. Tak bisakah mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri?”

Niño memicingkan matanya dan menatap wajah Hiiro. 

“Lalu, apa yang kau lakukan jika pihakmu sedang dilukai seperti kalah perang atau semacamnya?”

“Bukannya aku sudah mengatakannya padamu? Aku hanya mau bekerja sama dengan mereka yang memiliki satu tujuan.”

“Aku… mengerti.”

“... Well, bukannya aku membenci mereka sekarang. Hanya saja jika mereka diberlakukan dengan tidak adil, aku akan mengambil langkah yang sesuai bagiku. Namun, jika mereka sama sekali tak bermanfaat bagiku, tak ada alasanku untuk tinggal lebih lama.”

“... Kau orang aneh. Mungkin kau akan dipanggil seorang yang ceroboh? Atau mungkin sebagai… orang jujur?”

“Lalu, sebagian orang hanya akan peduli dengan mereka sendiri, bukankah begitu? Nyatanya mereka begitu peduli tentang opini publik, jadi mereka berusaha tampak peduli dengan orang lain. Menginginkan untuk menjadi orang kuat agar diperhatikan orang lain. Hanya karena kau tak ingin orang-orang yang memperhatikanmu mati dan meninggalkanmu sendiri. Karena dari sudut pandangku orang yang seperti itu hanya akan menjadi kuat untuk dirinya sendiri.” 

“A-aku pikir itu pemikiran yang salah.”

Tentu saja, dia hanya mengatakan apa adanya, Hiiro tak pernah berpikir mengatakan itu adalah hal yang salah. 

“Aku memutuskan untuk melakukan hal yang kusukai untuk diriku sendiri. Jika seseorang berusaha menginterupsinya, maka aku tak dapat memaafkan mereka. Dan lagi, jika mereka tak melibatkanku maka aku tak akan mengganggu mereka. Pada dasarnya, aku cukup persetan dengan orang lain.”

“... Aku mengerti. Aku menyadari bahwa kau orang yang menarik.”

Dia menaruh tangannya ke ujung mulutnya dan tertawa.

“Omong-omong, mengapa orang lain tak dapat melihat [Pheom]-? Si merah mengatakan jika seharusnya seperti itu.”

“Hmm? Bukankah karena mereka tak tertarik melakukannya?”

“... Huh?”

Khawatir jika karakternya terlalu out of character, Niño sekali lagi menyipitkan matanya dan kembali menatap Hiiro. 

“Fufu, aku sedikit menggodamu. Aku meminta maaf. Tentang hal itu, untuk bisa melihat keberadaan kami, persyaratannya ialah seseorang harus memiliki kekuatan sihir yang tinggi. Tapi tak hanya itu. Itu juga berdasarkan kedekatan mereka dengan alam.”

“Alam?”

“Ya, orang yang cukup dekat dengan bangsa [Spirits] dan [Fairies] contohnya.”

“Tunggu sebentar, Aku manusia, dan tak memiliki sayap.”

“Bukan itu maksudku.”

Ah, bagus. Hiiro khawatir jika ia tiba-tiba memiliki sayap. 

“Kami adalah keberadaan yang hidup di dunia batin dibandingkan dunia raga.”

“Dunia batin?”

“Ya, kami adalah ras yang terhubung dengan sihir. Kami memang memiliki tubuh, tetapi tubuh itu sebatas kami gunakan untuk rumah sihir kami.” 

“Aku paham. Karena itulah [Fairies] memiliki bentuk tubuh yang sama?”

Hanya ada perbedaan dari warna rambutnya, dan yang lain memiliki bentuk tubuh yang sama. Jika rambut mereka memiliki warna yang sama, Hiiro merasa dia tak mampu membedakan mereka. Itu menandakan mereka bagaikan kembar siam.

“Ya, untuk mengatakan tubuh kami adalah kostum sama sekali tak salah, tetapi bagi [Pheom], tidak ada kepentingan untuk memiliki bentuk tubuh yang berbeda. Khususnya para [Fairies] yang sangat mirip.”

“Dan? Karena kalian adalah eksistensi yang terbuat dari sihir, membuat manusia tak mampu melihat kalian? Lalu, mengapa hanya [Humas] saja? Bagaimana dengan [Gabranth] khususnya, yang tak memiliki sihir?”

“Hal itu karena para [Gabranth] adalah eksistensi yang dekat dengan kami sejak awal. Mereka mencintai alam, hidup bersama kelompoknya, dan mati sesuai takdirnya. Lingkungan yang seperti itu membuat mereka mengembangkan sifat yang mampu memahami kami.”

Itu adalah jawaban yang membuat Hiiro puas. Itulah yang tampak dari memperhatikan perbedaan antara Benua [Humas] dan Benua [Gabranth]. Para beastman sangatlah menghargai alam. Dia mengonfirmasi itu dengan mata kepalanya sendiri. Sedangkan [Humas] selalu menggunakan alam sesuai kebijaksanaan mereka. Mereka menggunakan alam untuk membuat pekerjaan mereka semakin mudah. Dan karena hal demikian membuat mereka tanpa sadar dapat melihat [Phoem]. 

“Tetapi kenapa aku dapat melihat kalian?”

“Karena kau memiliki kemampuan sihir yang tinggi serta karena jiwamu mirip kami.”

“Hmm.. Bagaimanapun, aku dapat memahami ini adalah suatu kelebihan, bukan?”

“Um.. Mungkin?”

“Maksudku, aku dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan manusia lain. Huh, bakat adalah sesuatu yang tak adil sejak awal.”

“... Fufufu.”

“Mengapa kau tertawa?”

“Tidak, aku tak menyangka akan menemukan orang sepertimu di antara manusia-manusia lain. Aku tahu kenapa Orun tertarik denganmu.”

“Aku tak terlalu peduli, tetapi…”

“Ya?”

“Satu lagi…” 

Mengatakan itu, Hiiro menunjukkan piringnya. Entah bagaimana, bukit dari [Vanyar] yang seharusnya ada di sana sudah menghilang.

“Fufufu, kau makan cukup banyak.”

.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

.

Untuk sesaat mereka bertukar pembicaraan dan pertanyaan. Dan hingga terakhir, Hiiro mengatakan jika sudah saatnya untuk ia kembali. Niño membuat gerbang seperti sebelumnya, menghubungkan dia kembali ke bukit ia berasal. 

“Ah, tunggu sebentar! Tunggu sebentar!” 

Dan tiba-tiba, Orun datang ke arahnya dengan cepat. Ketiga yang lain bersamanya.

“Kau akan kembali kan? Kan? Kan?

“Y-ya.”

Kebiasaannya untuk mengulang beberapa kali ucapan itu terasa menyebalkan. 

“Aku memberikanmu ini, memberikanmu ini!”

Sesuatu yang ia pegang seperti sebuah cincin.

“Apa ini?”

“Fufu. Itu adalah [Faerie Ring]. Itu tanda kalau kau mendapatkan kepercayaan para [Fairies]. Orun sepertinya sangat senang karena ia pertama kalinya berbicara dengan manusia. Jika kau berkenan, terimalah.”

“Well, aku selalu menerima sesuatu yang diberikan padaku.”

‘Apa ini bisa dijual?’

Dia berpikir semacam itu dibenaknya. Dan tak ada rencana untuk mengatakannya.

“Dan ini dariku...”

Niño menghasilkan cahaya sihir di tangannya, Hiiro pernah melihat itu saat ia bertemu dengan peramal tua, dan dia mendorongnya ke dada Hiiro.

“O-oi, apa ini?”

Dia sedikit gemetar saat mengatakannya.

“Itu adalah item yang menghubungkanmu dengan tempat ini. Aku kira kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.”

“Tu-tunggu sebentar! Aku tak berencana un-”

“Pembicaraan tadi cukup menarik, Hiiro.”

“Bye bye! Bye bye!”

“A-aku tak akan kembali lagi!”

“Ah, jika suatu saat kau bertemu dengan [Spirit King], pastikan untuk mengatakan salamku.”

“Sp-spirit King? Apa yang sedang kau katak-”

Dan Hiiro merasakan ia sedang diputar, dan kemudian dia diselimuti oleh kegelapan. Pada saat ia membuka matanya kembali, ia sadar berada di puncak bukit itu lagi. Dan…

“Ini… sudah pagi.”

Wajahnya terlihat cukup kelelahan karena begadang semalaman. Wajahnya meringis ketika mata kepalanya mulai melihat matahari terbit saat dia sedang berdiri termenung. 

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>