Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 10

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 10: Iblis[edit]

Beberapa perubahan bermunculan. Yang pertama adalah perolehan Status yang tidak normal. Tentu saja dia senang naik 2 level sekaligus mengingat dia level 18 sebelumnya.

Tapi, melihat bahwa HP-nya melewati angka 200 dengan cepat tentu saja sangat aneh, bahkan walaupun dia sudah naik 2 level. Sama halnya dengan MP dan status lainnya, yang kebanyakan masih dalam batasan 2 digit angka.

‘Tentu saja aku senang, tapi..’

Sambil berpikir, dia mengalihkan pandangannya ke tab Title. dia melihat tulisan ≪Awakened One≫ di sana. dia menyadari kalau dia mendapat Title ≪Ripper≫ hasil dari mengalahkan duo Gendut dan Kurus. Tapi dia tidak mengerti bagaimana caranya ada title ≪Awakened One≫ di sana. dia memencet tulisan itu untuk melihat penjelasannya.

≪Awakened One≫

Peningkatan untuk World Traveller. Tambahan status yang besar ketika mencapai level 20. Kenaikan level akan memberikan sedikit bonus mulai sekarang.

Tanpa sengaja Hiiro menunjukkan wajah terkejut dengan adanya title itu. Menjadi World Traveller ternyata bisa menguntungkan seperti ini. dia benar-benar senang terhadap hal ini meskipun dia tidak menjadi Pahlawan. Hal selanjutnya yang menarik perhatiannya adalah Air Writing Unlocked.

Air Writing

MP cost : 100

Mampu untuk menulis kata-kata di udara dengan kekuatan sihir. Aktif dengan bersentuhan langsung dengan target. Menembakkan hal yang sudah ditulis dan membiarkannya aktif juga memungkinkan, walaupun itu hanya akan terbang seperti panah.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Karena dia tidak benar-benar memahaminya, Hiiro mencoba skill itu. dia mengkonsentrasikan kekuatan sihir di ujung jarinya dan menulis di udara sambil membayangkan cara dia menulis di tanah seperti biasanya. Setelah itu, kata-kata berwarna pucat bermunculan. Tertulis『浮|Float』.

Ketika dia menggerakkan jarinya, kata-kata itu mengikuti pergerakan jarinya dan ketika dia membayangkan kata-kata itu menembak sebuah vas dalam kamarnya layaknya dia menekan pelatuk pistol, kata-kata itu langsung terbang menuju vas.

Ketika kata-kata itu berhasil mengenai vas, kata-kata itu menempel pada vas. Setelah diaktivasi, vas itu tiba-tiba melayang.

“Wow, benar-benar membantu.”

Hal ini memungkinkan untuk menyerang musuh dengan langsung menembakannya tanpa harus memasang jebakan di tanah.

Hiiro heran dengan kekuatannya yang semakin tidak wajar, tapi sebenarnya dia juga merasa senang. Secara tiba-tiba, vas yang melayang itu jatuh setelah satu menit.


Keesokan harinya, Kepala Desa menunggu di depan pintu penginapan untuk mengucapkan terimakasih pada Hiiro lagi, tapi penjaga penginapan terburu-buru keluar.

“He-Hey, ada apa?”

“Ya-Yah, kau tahu…”

Hiiro menghilang. Kamarnya benar-benar kosong tanpa ada tanda-tanda kehadirannya.

“Apa katamu!?”

Sebenarnya, dia sudah meninggalkan desa itu pagi-pagi sekali, bahkan sebelum matahari muncul di langit. dia mengira kepala desa akan berkunjung lagi, jadi dia segera pergi. Akan menjadi sangat merepotkan kalau prajurit datang dan mengetahui keberadaannya.

“Ya ampun, kita masih belum merasa cukup berterima kasih…”

“Itu benar-benar kebiasaannya…”

Nies tersenyum saat mengatakannya dan Panis mengangguk untuk menyetujui.

“Mungkinkah kita akan bertemu Pahlawan lagi?”

Kepala Desa menepuk-nepuk kepala Nies dan menjawab.

“Tentu saja. dia adalah penyelamat kita.”

Semua orang mengangguk setuju terhadap perkataan Kepala Desa.

“Acchoo!”

Hiiro melanjutkan perjalanannya menuju Surge, sebuah kota yang dekat dengan perbatasan negara. Status nya sudah meningkat drastis, jadi dia mengalahkan musuh semudah memotong rumput.

Ia mencoba『Shitou・Tsuranuki』barunya juga dan ternyata sangat mudah digunakan, karena benda yang memiliki kekuatan serang tinggi itu membunuh dua musuh dalam sekali tebasan.

“Oke, aku harus melewati Pegunungan Torch, kemudian Jalan Marintone yang mengarah ke Surge.”

Ia menandai rute perjalanannya dalam peta.

“Perjalanan ini masih panjang.”

Ia memandang Pegunungan Torch di kejauhan sambil menahan silaunya matahari di matanya.

Di tengah perjalanan, dia mempelajari beberapa kemungkinan dari skill Word Magic. dia mencoba beberapa hal kemudian mengetahui kalau Word Magic memiliki beberapa kata yang efeknya bertahan permanen dan sementara.

Contohnya, kata『浮|Float』hanya bertahan selama satu menit, kemudian menghilang, sementara kata『伸|Extend』akan memperpanjang pedangnya seperti itu terus sampai terkena sesuatu.

Demikian juga terhadap kata『硬|Hard』dan『柔|Soft』yang memiliki efek permanen sedangkan『炎|Burn』atau『熱|Heat』berhenti setelah satu menit.

‘Mungkin seperti ini? Mengubah sifat atau bentuk target berefek permanen dan hal-hal lainnya hanya bertahan 1 menit?’

Perkiraan itu membutuhkan tes praktek. Akan menjadi sebuah kesalahan gawat apabila dia mendapat Rebound ketika dia menggunakannya tanpa alasan. Kekuatannya benar-benar luar biasa. dia bisa melihat dirinya sendiri mendapat banyak kerusakan dari Rebound kalau dia tidak bisa mengendalikannya.

Jadi Hiiro memutuskan untuk menghindari menggunakan kata-kata yang langsung berhubungan dengan hidup atau mati makhluk hidup. Rebound dari hal itu tentu saja mematikan.

Sihir artinya imajinasi. Tanpa gambaran yang jelas, sihir tidak akan aktif dan walaupun itu aktif sekalipun, Rebound akan muncul apabila tidak ada kontrol yang baik.

Hiiro benar-benar paham sekarang mengapa wanita tua di ibukota itu mengatakan bahwa pengetahuan itu penting.

Selama perjalanan dia mencoba macam-macam Word Magic. dia membawa banyak pil pemulihan MP, jadi dia bisa menuruti kata hatinya, menemukan beberapa keuntungan dan kekurangan dari skillnya.

‘Aku penasaran apa yang dilakukan para Pahlawan sekarang.’

Ia mulai melupakan wajah mereka, tapi samar-samar dia mengingat wajah Taishi dan lainnya.


“OK! Sekarang kita semua ranking E dalam Guild.”

Sambil memegang Guild Card dengan pinggiran berwarna violet, Aoyama Taishi membuat pose kemenangan. Tiga Pahlawan lainnya memegang kartu yang sama.

“Seperti yang diduga dari para Pahlawan. Aku kagum dengan kecepatan kalian menaikkan Ranking.”

Instruktur mereka, Vale Kimble, menunjukkan kegembiraan dari wajahnya.

“Yah! Kita juga mencapai level 15! Ini berjalan dengan baik!”

Suzumiya Chika memberikan dua jempol dengan semangat.

“Tapi ini belum cukup kuat untuk melawan Evila, kan?”

“Benar. Evila melampaui Humas dalam kekuatan fisik dan kemampuan sihir dari lahir.”

“Haah~ karakteristik ras itu benar-benar bukan sesuatu yang bisa disepelekan.”

“Yeah, bahkan dalam games, manusia bisa melakukan apa saja, tapi tidak punya sifat atau ciri spesial.”

“Jadi kita hanya bisa bergantung pada taktik dan senjata?”

“Tidak, itu hanya berlaku bagi Humas biasa.”

Vale membantah ucapan Takashi.

“Apa maksudmu?”

“Kalian datang dari dunia lain. Para Pahlawan memiliki bermacam-macam sifat. Kekuatan fisik dan kemampuan sihir yang meningkat, juga sihir cahaya yang termasuk kelemahan Evila. Itu akan menjadi sebuah keuntungan besar.”

“Ah, benar juga. Kurasa kita pernah mendengar itu sebelumnya.”

“Yap. Tapi ada juga hal yang hanya Evila yang bisa menggunakannya.”

“Apa yang kau maksud itu sihir kegelapan?”

Orang yang menjawabnya adalah Minamoto Shuri. Vale menghembuskan nafas sambil memasang wajah susah.

“Ya. Sihir kegelapan cukup kuat juga. Banyak Humas yang mati karenanya.”

“Dan sihir Cahaya kami menandingi hal itu~”

Akamori Shinobu berbicara sambil tersenyum ringan.

“Benar. Tapi, walaupun sihir cahaya itu kuat, sihir itu membutuhkan banyak sekali MP. Kalau kalian salah menggunakannya …”

“Itulah kenapa kita bekerjasama dalam tim.”

“Dua penyerang dan dua support. Itu memberikan perbedaan yang jelas mengapa kami bisa menggunakan sihir cahaya.”

“Yah~ Berbeda dengan game, kita tidak punya sistem pergantian disini. Kita tidak punya banyak waktu untuk berpikir selama pertempuran, kau tahu~”

Shinobu mengeluarkan point yang jelas. Beberapa tim biasanya akan mengorbankan nyawa seseorang selama pertempuran. Dengan merencanakan setiap serangan secara detail ketika bertempur bisa membuat seseorang tertinggal dan yang terburuk, orang itu akan meregang nyawa.

Karena alasan itu, mereka membentuk satu tim dengan sistem support satu sama lain. Dengan begitu setidaknya 3 orang dari tim bisa memberikan waktu bagi salah satu dari tim untuk menganalisa situasi pertempuran.

Dan dengan cara itu juga mereka bisa memutuskan kapan menggunakan sihir cahaya dengan tepat. Tapi, kerjasama yang sangat bagus diperlukan untuk menjalankannya.

“Dengarkan, ada banyak sekali jenis Evila. Kalian bisa mengalahkan Evila lemah sendirian, tapi aku berpesan pada kalian untuk menahan diri melawan Evila Kelas Tinggi sendirian.”

“Apa mereka memang benar-benar begitu berbahaya?”

Shuri bertanya dengan nada khawatir.

“Lumayan. Terutama regu pengawal Cruel yang dikontrol langsung oleh Maou. Jangan pernah melawan salah satu dari mereka dengan jumlah kurang dari 2 orang. Mereka adalah Evila Kelas-Utama, bahkan di atas Evila Kelas-Tinggi.”

“Bukankah Cruel adalah pasukan yang menjaga dan mengawal Maou? Kukira mereka hanya berjumlah 6 personel.”

“Ya dan dari mereka, Evila bernama Aquinas ada di atas mereka semua.”

Muka Vale memucat ketika dia mengatakannya.

“A-Apa dia sangat kuat?”

Takashi bertanya sambil menahan napas.

“Te-Tentu. Ketika aku masih menjaga batas negara, aku pernah melawannya sekali. Aquinas sangat mengerikan hingga dia dijuluki Jelmaan Iblis.”

ED Note: dia emang iblis kan?

Dulu, Aquinas pernah mendekati batas negara secara kebetulan. Namun karena dia mengeluarkan aura jahat yang besar, tentara-tentara penjaga perbatasan mengeluarkan serangan mereka padanya. Tak perlu dikatakan lagi, serangan mereka tidak bisa menyakitinya, walaupun itu mengenainya sekalipun. Tapi, itu tidak menarik perhatian Aquinas.

Kemudian dia melayang di udara, berhenti sebentar dan menatap para prajurit yang tadi menyerangnya dengan mata merahnya yang tajam. Ketika itu, semua penjaga berpikir mereka akan mati dalam sekejap.

Beberapa penjaga bahkan berpikir cara Aquinas membuat mereka mati tanpa rasa sakit. Hanya dengan dilihat secara tajam seperti itu, mereka menyadari keberadaan Aquinas yang tidak seperti Evila normal dan mereka akan segera mati.

Beberapa saat kemudian, semua senjata mereka menjadi abu dan tak ada yang tahu dia menggunakan sihir untuk itu atau tidak. Namun setelah itu dia pergi begitu saja dengan rambut merahnya yang berkibar.

Kecuali beberapa orang, semua penjaga yang mengalami kejadian itu pingsan seketika.

“Kau yakin itu bukan Maou?”

Takashi berpendapat dari cerita menegangkan itu, namun Vale menggeleng.

“Tapi aku kagum kau masih mau berperang setelah mendapat pengalaman seperti itu.”

“Yeah, karena tidak ada bedanya.”

“Tidak ada bedanya?”

“Ya. Walaupun aku tidak pergi berperang, Humas akan dihancurkan cepat atau lambat. Sebagai tentara, aku lebih memilih mati dalam pertarungan.”

“Ohh~ Sungguh mengesankan~”

“Tidak juga. Aku hanya sudah putus harapan terhadap hal lain.”

Dari nada bicaranya,dia tidak berpikir kalau mereka memiliki kesempatan untuk menang.

“Namun ada kalian, para Pahlawan yang dipanggil kemari. Penyelamat, yang melindungi kami para Humas dengan kekuatan mereka yang besar di masa lalu. Kami menemukan harapan terakhir kami.”

Vale memandang keempat orang di hadapannya senang. Yang ditatap tersenyum malu-malu.

“Aku paham. Namun, kalau mereka memang begitu kuat, mereka bisa menyerang kita kapan saja kan?”

“Ya, bahkan Raja sendiri tidak mengetahui alasan mereka tidak menyerang kita walaupun mereka sekuat sekarang.”

“Mhm~ oleh karena itulah kami dipanggil~”

“Ya. Bagaimanapun juga, kita tidak boleh lengah. Kita harus siap kapan saja untuk menerima serangan langsung dari mereka!”

“Yeah, kita harus menjadi semakin kuat!”

“Biarkan kami menanganinya!”

“Kami akan bekerja keras!”

“Yah, kami akan melakukannya dengan segenap hati~”

Vale merespon dengan senyuman lebar terhadap kata-kata yang menenangkan dari 4 orang di depannya.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>