Infinite Stratos (Indonesia):Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2: Pertarungan Seleksi Wakil Kelas![edit]

"Hey..."

"..."

"Hey, mau sampai kapankah kau akan terus marah?"

"…Aku gak marah."

"Kau gak kelihatan bahagia."

"Aku emang selalu begini sejak kecil."

Dasar tidak pedulian.

Sebagai catatan, sekarang jam 8 AM pada hari kedua sekolah. Kami sedang berada di kafetaria tahun pertama, dan seperti sebelumnya, ada banyak gadis-gadis di sekeliling kami. Aku sedikit terkejut karena bahkan para staff pekerja disini juga wanita (walaupun masuk akal).

Aku, yang seharusnya mempunyai "ikatan-satu-ruangan", sedang memakan sarapan bersama Houki; tapi sejak tadi malam, kami tidak pernah berbicara dengan benar.

Sebagai catatan lainnya, aku sarapan dengan gaya tradisional Jepang, termasuk juga natto, sepotong ikan salmon, sup miso dan sedikit acar, enak sekali. Mungkin karena harga pajak yang terlalu tinggi. Hidup Nasionalisme.

Dan sebagai catatan lainnya lagi, Houki dan aku memesan makanan yang sama. Sebagai orang Jepang, aku memang merasa bahwa sarapan pagi dengan nasi itu yang paling enak. Walaupun aku suka roti juga, ikan salmon ini terlalu enak. Nasinya lembut dan hangat, indah sekali. Penanak nasi elektrik tidak bisa membuat rasa nasi seperti ini, mungkinkah nasinya dimasak diatas kompor?

"..."

Aku diabaikan. Seakan aku setuju untuk diabaikan, Houki pun mengambil sepotong salmon.

—Sudahlah, bukan apa-apa. Aku tumbuh bersama Chifuyu-nee, jadi aku tidak merasakan 'Aku tinggal bersama seorang gadis! Hatiku berdetak sangat keras! Aku gugup sekali!'. Lagipula, akulah yang mengurusi pakaian kotor Chifuyu-nee selama bertahun-tahun, jadi aku tidak akan panik hanya karena melihat sepotong pakaian dalam gadis.

Tapi, mungkin pengalamanku tidak ada hubungannya dengan teman masa kecilku Houki.

Dalam kata lain, Houki tidak senang karena sikapku saat melihat pakaian dalamnya…bukan? Hm? Bukan? Lalu kenapa Houki marah?

"Sudah kubilang, aku gak marah."

Walaupun orang didepanku ini berkata begitu, dia tetap tidak memalingkan mukanya kearahku, dan kalaupun mata kami tidak sengaja bertemu, dia akan melihat kearah lain dengan panik. Hm, kalau bukan karena ekspresi marahnya, aku yakin dunia ini penuh dengan kedamaian.

"Liat liat, dia si cowok terkenal ~~"

"Sepertinya dia juga adiknya Chifuyu-nee, tahu."

"Huh—, jadi mereka berdua pengguna IS? Apakah dia kuat?"

Hari ini sama seperti biasanya. Gadis-gadis itu tetap menjaga jarak, dan membentuk lingkaran disekelilingku, known as 'even though he's delicious, don't be greedy'. If it were far-sea fishing, it would be quite a catch...hm, that's just a meaningless example.

"Jadi, Houki—"

"Jangan panggil aku dengan namaku."

"...Shinonono-san."

"..."

Kalau dia melarangku memanggil dengan namanya, akan kupakai nama marganya saja. Kali ini, dia hanya bisa diam. Ternyata dia memang masih tidak ingin dipanggil dengan nama marganya, huh? Lagipula, nama itu punya sejarah yang cukup—

"O-Orimura-kun, bolehkah kami duduk disini, boleh ya?"

"Huh?"

Aku pun melihat tiga gadis sedang memegang baki sarapan sambil menunggu jawabanku dengan takut-takut.

"Yah, bukannya kalian gak bisa sih."

Para gadis yang berusaha untuk berbicara denganku pun menghembuskan napas lega. Dibelakang, kedua temannya diam-diam menyemangati dia. Tapi disekitarnya, ada sedikit kerusuhan.

"Ah~ Aku harusnya ngomong duluan..."

"Ba-baru hari kedua kok. Gausah panik!"

"Tapi, ngomong-ngomong, orang-orang yang kemaren berebutan masuk ke ruangannya juga ada disini!"

"APA KATAMU!?"

...Ah, mm, betul sekali. 8 orang tahun pertama, 15 orang tahun kedua dan 33 orang tahun ketiga datang ke kamarku untuk memperkenalkan diri mereka. Lumayan susah untuk menghapal nama mereka. Sebagai catatan, kalau ada orang yang datang dan bilang 'apakah kau ingat aku?', kemungkinan aku mengingatnya hanya 20%. Kejam sekali.

Hari masih pagi, dan aku bahkan tidak bisa mengingat tiga nama.

Sebagai catatan lainnya, mereka bertiga mungkin sudah merencanakan posisi duduk mereka, jadi mereka pun duduk dengan cepat. Meja untuk berenam. Houki dan aku duduk disisi yang dekat dengan jendela, dan mereka mengisi tiga kursi. Soal sisa kursi yang satu lagi, kuharap tak ada yang mau ikut-ikutan lagi.

"Wow, Orimura-kun, kau makan cukup banyak di pagi hari—"

"Dia, dia cowok, tahu."

"Aku makan sedikit sekali kalau malam-malam, jadi aku harus makan banyak pagi-pagi kalau mau selamat."

Sebagai catatan, ini benar. Setelah berpengalaman selama bertahun-tahun, sambil mencoba-coba metod-metode lainnya, cara ini masih entah bagaimana sangat membantu untuk menjaga bentuk tubuh dan kesehatanku. Aku mempelajarinya dari Chifuyu-nee.

"Emangnya gak apa-apa makan segitu saja?"

Trio gadis itu, walaupun mereka punya tiga menu yang berbeda, secara umum mereka cuma mengambil minum, sepotong roti dan sedikit lauk (tetap saja sangat sedikit).

"Ka-kami?"

"M, ya, emangnya gak apa-apa?"

Harga bensin 'kan sangat murah. Jangan-jangan hanya gadis yang bisa mengendalikan IS itu karena ini?

"Karena kita makan snack lumayan banyak—"

…Kalian bakalan gendut kalau kebanyakan makan cemilan. Lagipula, cemilan tidak baik untuk kesehatan, bukan? Memangnya tidak apa-apa? Sepuluh tahun muda mereka bakalan habis. Seorang manusia sepertinya bertambah tua sejak umur 22 tahun.

"...Orimura, aku duluan."

"Ah? Okay. Sampai jumpa."

Setelah Houki menyelesaikan sarapannya dengan bersih, dia pun meninggalkan kursinya. Walaupun sarapannya bergaya buffet, dia tetap memilih makanan tradisional. Seperti biasa, dia masih menjaga 'image' samurai miliknya. Dia sangat mirip dengan Yamato Nadeshiko dari Jepang. Ah, well, aku juga tidak tahu Yamato Nadeshiko itu harus seperti apa.

(Tapi karena yang sekamar denganku itu Houki, yah, setidaknya lebih baik daripada sekamar dengan orang yang tidak kukenal.)

Houki dan aku berteman sejak kecil. Saat aku kelas satu, Chifuyu-nee membawaku ke dojo milik Shinonono untuk berlatih, dan sampai kelas 4 kami selalu sekelas.

Untuk beberapa alasan, kami tidak memiliki orangtua, jadi Chifuyu-nee dan aku sering dibantu oleh orangtua Shinonono dan sering diajak makan malam. Sejujurnya, hal itu benar-benar membantu saat kami sedang miskin.

Tapi, hubungan kami bukan hanya tidak baik, hubungan kami sangat buruk. Walaupun kami berjalan di jalan yang sama—jalan seorang samurai, kami tetap berpisah (Aku cukup terganggu karenanya.)

(Aku gak bisa mengingat apapun dari waktu dulu...)

Sudahlah, tidak hanya aku, semua orang juga begitu. Masa lalu adalah masa lalu, sekarang adalah sekarang.

"Orimura-kun, apakah kau pernah kenal dengan Shinonono-san?"

"Walaupun kudengar kalian berdua tinggal dikamar yang sama..."

"Ah, begitulah. Kami berteman saat masih kecil."

Walaupun aku tidak tahu apa pengaruhnya jawabanku tadi itu, tetap saja ada keributan kecil disekeliling kami. Beberapa orang bahkan berteriak 'HAH?'

"Huh, itu—"

Gadis disebelahku—mm, Tanimoto-san? Persis ketika aku ingin bertanya, suara tepukan tangan yang sangat keras pun terdengar didalam kantin.

"Kalian mau makan berapa lama!? Makan itu harus cepat, harus efisien! Kalau lambat, kalian lari keliling lapangan sepuluh putaran!"

Suara Chifuyu-nee bergema diseluruh penjuru kantin, dan semua orang pun kembali makan sarapan dengan tergesa-gesa. Kalau kau mau tahu kenapa, karena satu putaran di lapangan Akademi IS itu 5km-tidak bohong. Aku pun menyelesaikan makananku dengan cepat.

Perlu diperhatikan, sepertinya Chifuyu-nee berperan sebagai pengawas asrama siswa tahun pertama. Seperti biasa, dia tidak dapat waktu istirahat sama sekali.

Walau karena sebagai saudaranya, aku sedikit khawatir, tapi pasti baik-baik saja. Sebenarnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Chifuyu-nee kalau soal tidak kenal lelah.

(Sudahlah, aku pun gak tau gimana caranya biar bisa fokus dalam belajar IS.)

Sejujurnya, aku masih ada jadwal pertandingan melawan Cecilia minggu depan. Tapi sebelum itu, aku harus belajar cara mengendalikan IS dulu.

(Mengendalikan IS, huh?)



—Pada akhirnya, tetap tidak ada kemajuan.

Sebelum periode kedua selesai, pikiranku bahkan sudah berputar-putar.

(Bahaya nih...)

Mau bagaimana lagi. Masih mungkin untuk mengerti beberapa hal dengan latihan yang cukup, tapi ada beberapa bagian yang bahkan tidak bisa dimengerti dari awal.

Seperti soal matematika yang tak bisa diselesaikan bagaimanapun juga. Yup, hal-hal seperti itu tidak bisa diselesaikan kecuali diberikan contoh.

"..."

Tapi, yang terjadi sekarang itu benar-benar tidak bisa dijelaskan. Saat aku pertama kali menyentuh IS, rasanya aku benar-benar sudah familiar dengannya, sudah berpengalaman bertahun-tahun. Seperti itulah.

Tapi aku benar-benar tidak mengerti hanya dengan membaca buku teks seperti ini, rasanya itu seperti 'memangnya aku benar-benar menyalakan IS sebelumnya?'.

(Hm~...)

Aku pun melipat tanganku didepan dan menatap buku teks di meja. Tentu saja, kami sedang dalam kelas sekarang. Yamada-sensei mungkin kadang-kadang suka terdiam sendiri, tapi dia terus mengajarkan para siswa tentang pengetahuan dasar IS.

"Dengan kata lain, IS memang sebenarnya diciptakan untuk pekerjaan di luar angkasa, jadi sang pilot ini ditutupi dengan pelindung spesial. Dan juga, pelindung ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan fungsi-fungsi tubuh dan menjaga sang pilot dalam keadaan stabil. Pelindung ini meningkatkan detak jangtung, denyut nadi, kapasitas paru-paru, jumlah keringat yang terbuang, endorfin (asam amino yang dilepaskan oleh otak saat keadaan sakit, olahraga, bahagia, atau hal-hal menyenangkan lainnya)—"

"Sensei, emangnya gak apa-apa? Serem juga kalau badan kita dimanipulasi kayak gitu."

Salah satu teman sekelasku pun bertanya dengan tampang tidak yakin. Memang benar, perasaan unik yang dihasilkan dari menjadi pilot IS bisa membuat orang merasa tidak nyaman.

"Tidak terlalu rumit, kok. Oh yeah, contohnya, semua orang memakai bra, 'kan? Kalau seseorang punya penopang yang hanya seperti itu, tidak akan ada hasil yang tidak diinginkan. Tapi, kalau kau menggunakan ukuran yang salah sampai bentuknya lain, maka—"

…Tanpa sengaja, mata kami pun bertemu, dan Yamada-sensei hanya bisa terdiam, membeku. Beberapa detik kemudian, pipinya pun memerah.

"Yah, soal itu, enggak, itu, Ori-Orimura-kun, kau tidak perlu tahu soal itu. Aku, entahlah. Contoh yang aneh ini. Ah, ah ha, ah hahaha..."

Yamada-sensei hanya bisa tertawa hampa, tanpa sadar telah menciptakan suasana aneh didalam kelas. Tidak sepertiku, beberapa gadis sepertinya mulai menyadari sesuatu seraya mereka melipat tangan didepan dada mereka, seperti ingin menutupinya.

Seperti obrolan dengan Houki kemarin, sampai sekarang, aku tidak mempunyai keinginan untuk melihat baju dalam para gadis. Tapi, aku disesaki dengan perasaan menggelikan seperti ini—ingin melihatnya tapi tidak ingin melihatnya juga—, dan aku tidak bisa menenangkan diri bagaimanapun juga.

Atmosfir abnormal ini terus berlanjut selama 10 atau 20 detik.

"Ahem, Yamada-sensei, tolong lanjutkan pelajaran."

"Ah, okay."

Pura-pura batuk untuk mengembalikan keadaan. Dibawah perintah Chifuyu-nee, Yamada-sensei pun kembali ke topik semula walaupun dia kelihatan seperti ingin mengubur dirinya sendiri kedalam buku itu.

"Kalau begitu, yah, akan kuberitahukan sesuatu yang penting. IS memiliki sesuatu yang mirip dengan kesadaran manusia yang bisa berkomunikasi dengan pemiliknya—jadi maksudnya, mengertilah satu sama lain dengan cara hidup bersama. Mm, semakin lama waktu pengoperasian, semakin mengertilah IS tersebut terhadap sifat pilotnya."

Jadi begitu. Dalam kata lain, artinya aku tidak boleh malas-malasan saat latihan.

"Semakin kalian mengerti satu sama lain, semakin bisa kalian menggunakan kemampuan terkuatnya. Kalian harus sadar kalau IS itu bukan alat, tapi teman."

Tiba-tiba, seorang gadis pun mengangkat tangannya.

"Sensei, apakah rasanya seperti punya pacar~?"

"Well, kalau soal itu, mm…seperti itulah. Aku belum pernah punya sebelumnya, jadi aku gak terlalu tahu..."

Pengalaman yang sedang disebut-sebut ini pasti tentang seorang lelaki dan seorang gadis dalam hubungan. Tanpa mengacuhkan Yamada-sensei, yang menundukan kepalanya sambil tersipu-sipu, para gadis dikelas pun mulai mengobrol tentang laki-laki dan gadis yang sedang berkencan.

Bagaimana cara menjelaskannya? Sekolah ini memang benar-benar 'sekolah gadis'. Udaranya penuh dengan aroma keimutan, bukan?

Sejujurnya, kelas ini—yah, tidak hanya disini, seluruh udara disekolah ini dipenuhi dengan aroma keimutan. Tidak hanya keimutan biasa, tapi, keimutan yang benar-benar imut<-- I'm really disgusted at this translation. Ada yang bisa bantu? xD -->. Aroma yang hanya para gadis miliki. Pokoknya, aroma keimutan ini ada dimana-mana. Sebenarnya, lebih seperti ini; aromanya memenuhi dadaku sampai aku muak karenanya.

"..."

"A-ada sesuatu, Orimura-kun?"

"Ah, enggak, gak ada apa-apa."

Setelah mendengar kata-kataku, Yamada-sensei pun sedikit mengayunkan tangannya. Rasanya seperti ada yang sedang menatapku…yah memang begitu sejak kemarin.

DING—DONG—DANG—DONG

"Ah, kalau begitu, selama waktu nanti sampai pulang, kita akan latihan pengereman dasar IS di udara."

Selain kemampuan praktis dan pelajaran-pelajaran unik lainnya, Akademi IS juga bertanggung jawab terhadap semua latihan dasar. Selama 15 menit waktu istirahat ini, pasti melelahkan bagi para guru yang harus kembali ke kantor terlebih dahulu.

"Dengerin aku, Orimura-kun."

"Sini~ sini~, mau nanya~ mau nanya~"

"Kau sibuk gak siang-siang? Ada waktu setelah pulang sekolah gak? Malem-malem luang gak?"

Jadi keadaan kemarin itu belum berakhir, huh? Saat Yamada-sensei dan Chifuyu-nee berada diluar kelas, setengah dari para gadis dikelas pun langsung mengelilingiku. Aku juga mendengar ada yang mengatakan 'Gak bisa nunggu-nunggu lagi!' dan sepertinya itu bukan salahku...

"Kalau gitu, tolong dengerin aku—"

Aku benar-benar terganggu, dan sambil aku berusaha menyelesaikan apa yang ingin kukatakan, aku pun melihat seorang gadis mengedarkan semacam kupon, dan dibayar untuk itu. Tolong jangan lakukan kegiatan komersil di sekolah, pokoknya jangan.

"..."

Teman masa kecilku Houki tidak terlalu jauh dari kerumunan yang mengelilingiku sambil dia memperhatikan. Sepertinya dia masih marah. Tolong jangan mengkritik dalam diam, manusia 'kan makhluk yang terus belajar.

(Tapi aku bener-bener kalah sekarang. Walaupun aku ingin minta tolong Houki untuk mengajariku tentang IS…kayaknya aku cuma bisa tanya nanti saja.)

Menurutku, walaupun hanya sebentar, tetap saja sulit untuk bertahan dari tatapan 'cepat jawab aku' yang dipasang oleh para gadis itu. Sekarang pertanyaan mana yang harus kujawab?

"Gimana Chifuyu-nee kalau lagi dirumah!?"

"Huh, sebenernya dia itu—"

*PAM!*

"Istirahat selesai. Bubar."

Ah, sejak kapan dia dibelakangku? Hanya dia yang akan memukulku pada saat-saat seperti ini. Dia ingin menghentikanku menyebarkan informasi tentangnya, 'kan? Ngomong-ngomong, Chifuyu-nee, asal memukul orang seperti itu bakal menjatuhkan pencitraanmu. Apakah tidak apa-apa?

"Oh ya, Orimura, IS-mu butuh beberapa waktu sebelum bisa disiapkan."

"Apa?"

"Belum ada suit yang tersedia. Jadi tunggu sebentar. Sepertinya sekolah sedang menciptakan suit personal untukmu."

"???"

Saat aku sedang bingung sendiri, seluruh kelas pun mulai berdengung.

"Suit personal? Buat anak tahun pertama, pas waktu kayak gini!?"

"Artinya pemerintah udah ngasih bantuan..."

"Ah~ enak banget…aku juga pengen punya suit personal."

Ada apa? Ada sesuatu yang perlu diirikan?

Aku memasang tampang tidak tahu apa-apa, sampai Chifuyu-nee pun tidak tahan melihatnya dan berkata,

"Halaman 6 buku teks. Baca keras-keras."

"Mn, mm... 'Hari ini, walaupun kita memiliki hubungan dengan banyak negara dan perusahaan yang menyediakan teknologi IS, seluruh informasi mengenai pembuatan inti IS tetap tidak pernah diketahui. 467 inti IS yang ada di masyarakat sekarang ini semuanya diciptakan oleh Professor Shinonono. Inti ini semuanya sudah diubah menjadi kotak hitam olehnya, dan tidak ada lagi yang mencapai kerberhasilan Professor Shinonono selain dirinya sendiri. Tetapi, sang Professor telah menolak untuk menghasilkan lebih banyak inti, sehingga semua negara, organisasi dan perusahaan hanya bisa memulai penilitian, pengembangan dan pelatihan dari inti-inti yang sudah mereka miliki. Perdagangan dari inti IS melanggar Pasal 7 dari Perjanjian Alaska, bahwa hal ini dilarang bagaimanapun juga'…"

"Itu dia. Kau mengerti?"

"Be, begitulah..."

Mm, biarkan aku mengulangnya.

1. Hanya ada 467 IS di seluruh dunia. 2. Hanya Professor Shinonono yang bisa menciptakan inti IS, dan sang Professor tidak mau membuat lagi. 3. Aku akan diberikan karena kasus khusu, tapi versi prototipe.

Itulah yang terjadi. Mm, aku sedikit mengerti. Perlu kuberitahu, Professor Shinonono itu—

"Erm, sensei. Apakah Shinonono-san itu, saudaranya Professor Shinonono...?"

Salah seorang gadis gemetaran saat dia bertanya pada Chifuyu-nee…mau bagaimana lagi, nama marga Shinonono pasti akan ketahuan.

—Shinonono Tabane, seorang genius yang mendesain IS seorang diri. Dia pernah menjadi teman sekelas Chifuyu-nee, dan adalah kakak perempuannya Houki. Berapa kali pun aku bertemu dengannya, impresiku atas dirinya selalu sama—'genius'.

"Betul, Shinonono adalah adiknya."

Hey, sensei, memangnya tidak apa-apa menyebarkan informasi orang lain seperti itu? Sebenarnya, Tabane-nee adalah seseorang yang diletakkan dibawah keamanan tersendiri yang melampaui Peraturan Nasional. Walaupun dia bukan kriminal, keberadaan orang yang mengetahui semua seluk beluk IS ini masih tidak diketahui. Hal ini membuat semua kerabatnya merasa tidak enak terhadap pemerintah dan organisasi lain.

(Tapi, dia sendiri seperti tidak peduli...)

Sambil mengingat pandangannya yang terlihat arogan, yah, penjelasan terbaiknya mungkin, dia itu 'kambing cerdik'. Sebagai catatan, Chifuyu-nee itu 'serigala jujur'. Hm, aku akan menyebutnya seperti itu. Cocok, bukan?

"APAAAAA—! Ke, keren! Kita punya saudara dari dua orang hebat disini!"

"Itu, Professor Shinonono orangnya gimana!? Dia genius, 'kan!?"

"Jadi Shinonono-san genius juga!? Ajari aku cara mengendalikan IS lain kali."

Kita seharusnya sedang belajar sekarang, tapi para gadis malah berkumpul mengelilingi Houki. Ah, kalau aku hanya melihatnya saja dari sini, ternyata pemandangannya bagus juga. Menurut pikiran orang sehat, aku tidak akan membantumu.

(Aneh? Ngomong-ngomong, memangnya Houki pernah memiloti IS sebelumnya...?)

Aku pun mencoba untuk mencarinya dalam ingatanku. Hm, pasti tidak. Lagipula, Tabane-nee dan Houki 'kan-

"AKU TIDAK PUNYA URUSAN DENGAN ORANG ITU!"

Suara tingginya yang tiba-tiba memotong alur pemikiranku bagaikan memotong bambu.

Setelah aku mengintip mereka lagi, para gadis yang mengelilingi Houki pun memperlihatkan ekspresi yang sama, tidak tahu apa yang terjadi.

"…Maaf telah berteriak. Tapi, aku bukan dia, aku tidak bisa bilang apa-apa."

Setelah mengatakannya, Houki pun memalingkan tatapannya keluar jendela. Sepertinya antusiasme para gadis menguap, semua orang terlihat bingung dan tidak senang saat mereka kembali ke kursi masing-masing.

(Apakah Houki benar-benar membenci Tabane-nee...?)

Aku mencari di ingatanku kembali, dan untuk suatu hal, aku tidak bisa menemukan ingatan tentang mereka bersama-sama. Ngomong-ngomong, Houki selalu mengelak jika diminta membicarakan Tabane-nee, saat seseorang menyebutnya, Houki akan langsung membelokan topik.

"Kalau begitu, kita lanjutkan pelajaran. Yamada-sensei, mulai."

"Y-Ya."

Yamada-sensei sepertinya memperhatikan Houki juga, dan sekarang, dia benar-benar terlihat seperti seorang guru profesional. Pelajaran pun akhirnya dimulai.

(Akan kutanaya Houki nanti...)

Seraya aku menyimpan pikiran tersebut, aku pun membuka buku.



"Sekarang aku tenang. Gak usah khawatir soal menggunakan simulator."

Ah, begitukah, Cecilia-san?

Saat istirahat, Cecilia datang ke mejaku dan mengatakan hal tersebut sambil meletakkan tangannya di pinggang. Bukan apa-apa, tapi kau benar-benar suka gaya itu, huh? Tetap tidak apa-apa sih.

"Oh gitu? Pemenangnya sudah ketahuan? Gak seru."

"? Kenapa begitu?"

"Oh kau, kau masih gak tau? Baiklah, biarkan aku memberitahumu, seorang rakyat biasa. Aku, sebagai perwakilan dari Inggris, Cecilia Alcott…dengan kata lain, punya mesin personal juga."

"Wha—"

"…Menurutmu aku bodoh?"

"Bukan, walau kupikir kau menakjubkan, aku tidak tahu menakjubkannya dari mana."

"Kalau gitu, bukannya sama saja seperti menurutmu aku ini bodoh?"

*BAM!* Dia pun menghantamkan kedua tangannya ke mejaku. Hey, lihat yang kau perbuat, buku tulisku jatuh, idiot.

"...Ahem, bukannya udah dijelaskan di pelajaran? Cuma ada 467 IS di seluruh dunia. Jadi, yang bisa mempunyai IS personal adalah yang elit dari para elit yang terpilih dari 6 miliar orang di dunia."

"Jadi, jadi gitu..."

"Betul sekali."

"Artinya sekarang penduduk dunia sudah lebih dari 6 miliar..."

"Bukan itu maksudku!"

*PAM!* Hey, idiot, sekarang buku teks-ku juga jatuh, dasar idiot.

"Sekali lagi! Apakah kau benar-benar menganggapku idiot!?"

"Enggak, gak pernah gitu kok."

"Kenapa kau membalas tadi...?"

Huh, kenapa ya?

"Kenapa ya, Houki?"

*DING!* Dengan suara, tatapan panasnya pun melayang kearahku. Baiklah, waktu yang dibutuhkannya hanya 0.8 detik. Houki menjawab dalam diam 'AKU TIDAK PEDULI!'.

"Ngomong-ngomong, kau adik dari Professor Shinonono, 'kan?"

Menghadapi Cecilia yang tiba-tiba mengarahkan pembicaraan padanya, Houki merespon dengan pandangan yang tajam.

"Aku cuma adiknya."

Hey, Houki, kau sedang menakut-nakuti orang? Menyeramkan. Lihat, bahkan aku mendengar "uu..." dari Cecilia. Anak nakal macam apa kau?

"Su-Sudahlah. Kalau soal siapa yang cocok untuk jadi perwakilan kelas, jangan lupakan aku, Cecilia Alcott."

Sambil menggoyangkan rambutnya dengan tangan kanan, dia pun berbalik dan pergi. Hm—, selalu berPOSE—. Semua model juga bisa.

"Houki."

"..."

"Shinonono-san, ayo makan."

Kebersamaan itu penting. Karena insiden tadi itu, sekarang ada jurang pemisah antaranya dengan teman sekelas lainnya; sebagai teman sekelas, aku tidak bisa meninggalkan segalanya begitu saja.

"Siapa yang mau ikut?"

Aku harus sedikit pura-pura.

"Aku aku aku!"

"Aku mau—tunggu bentar—"

"Aku bikin bento, tapi ikut!"

Oh, banyak yang mau ikut makan siang dengan kami. Punya hubungan yang baik dengan teman sekelas itu baik, bukan, Houki?

"…aku, gak ikut."

"Jangan gitu. Ayolah, berdiri, berdiri, ayo pergi."

"Hey, hey, kubilang aku gak mau ikut—jangan dorong-dorong."

Hahaha, aku tahu Houki akan menolak, jadi aku sudah berpersiapan. Memaksa orang ini memang selalu benar.

"Apa, kau gak mau di dorong? Kau mau di gendong?"

"Wha...!"

*Dong*, Houki pun tersipu-sipu. Demi apapun, dia bakalan ikut walaupun dia tidak mau.

"Le, lepasin!"

"Setelah kita sampai di kafetaria."

"Le, lepasin! Hei—"

Dengan sikunya, Houki pun memutar lenganku untuk kabur. Saat kupikir 'sakit!', pandanganku pun terputar dan aku terlempar ke lantai.

"..."

Ow, sakit. Rasa sakit yang terlambat itu dengan cepat merambat ke seluruh punggungku. Sebagai catatan, gadis-gadis di sekitarku pun menatap dengan kaget.

"Teknik mu berkembang."

"Hm, humph. Yang ada kau jadi lemah, 'kan? Ini cuma aplikasi tambahan dari kendo."

Pastinya, dari semua gadis di Jepang, hanya kau yang mau mempelajari 'aplikasi tambahan' di Bela Diri Kuno.

"Umm, soal tadi..."

"Kami masih punya..."

"Yah, lupakan..."

Ah—jarang sekali kita bisa berkumpul bersama, tapi para gadis itu malah kabur seperti hewan liar yang dilepaskan. Lihat apa yang kau perbuat, kau idiot, aku mengumpulkan mereka demi Houki.

"..."

Setelah berpamitan dengan tanah, aku membersihkan diri dari debu. Houki tidak hanya bilang "Bukan salahku", dia bahkan melipat tangannya di depan dadanya dan melihat kearah lain.

"Houki."

"Su, sudah kubilang jangan panggil dengan—"

"Ayo makan."

Aku lapar. Aku pun menggenggam tangan Houki dengan paksa.

"Hey, hey. Lebih lembut sedikit, kenapa—"

"Diam dan ikut aku."

"Uuu..."

Aku mengatakan kata-kata itu dengan dingin, dan barulah Houki ikut dengan patuh. Benar, aku seharusnya begini dari awal, ya?



Baiklah, kami sampai di kafetaria. Cukup ramai, tapi sepertinya kami bisa menemukan kursi untuk berdua.

"Houki, gak apa-apa, 'kan? Kau mau makan, bukan?"

"Jangan anggap aku kucing atau anjing peliharaanmu, aku juga punya selera sendiri."

"Hm—ah, Aku mau dua set 'Menu spesial hari ini'. Hari ini menu spesialnya makarel yang diasinkan."

"Kau gak denger aku sama sekali?"

"Iya kok. Kenapa menurutmu aku pura-pura lembut dan mengajak orang-orang untuk ikut makan, idiot. Kau malah mengacau saja. Gimana kalau kau gak punya teman? Kehidupan SMA-mu pasti gelap dan membosankan."

"Aku, aku gak inget…menyuruhmu begini!"

"Aku juga. Ah, bu, dua set 'Menu spesial hari ini'. Boleh aku tinggalkan kuponnya disini?"

Aku pun meletakkan kupon makanannya di loket pengambilan makanan. Aku hanya bisa menggunakan tangan kananku daritadi, yang benar-benar menyusahkan.

Tangan kiriku? Memegang Houki dengan erat. Sepertinya, kemampuan melepaskan diri orang ini setara dengan sebuah Cactuar (TL Note: Cactuar adalah musuh di Final Fantasy)

"Kau tahu? Aku gak bakal begini kalau disuruh orang lain. Cuma karena kau itu Houki aku begini."

"Wha, maksudmu..."

"Gak apa-apa. Aku cuma bilang halo ke ibu-ibu kafetaria dan bilang kalo kita itu teman masa kecil, gausah peduliin."

"..."

Tatapan Houki mengarah ke atap, merasakan depresi dalam diam. Orang ini, sejak aku sekamar dengannya, dia jadi lebih eksentrik. Tidak, sepertinya memang sudah begini sejak dulu. Kalau aku tidak hati-hati, dia akan memisah dari kelompok. Begitulah Houki.

"So-Soal itu…makasih—"

"Nih, dua set 'Menu spesial hari ini', maaf membuat kalian menunggu."

"Makasih, bu. Oh, enak banget keliatannya."

"Bukan cuma keliatannya, emang beneran enak."

Sambil mengatakan hal itu, ibu-ibu kantin yang cukup besar itu tersenyum sepenuh hati. Hm, orang yang baik.

"Houki, ada kursi kosong gak?"

"..."

"Houki?"

Karena dia tidak membalas, aku berbalik untuk melihatnya. Air mukanya terlihat jauh lebih buruk sekarang.

"…Ada sedikit kursi kosong disana."

Dia melepaskan tanganku, merenggut set makanannya dan pergi duluan. Huh, kenapa? Kenapa tiba-tiba dia marah?

Setelah itu, saat aku berhasil mengejar Houki, aku menemukan dua kursi kosong di depanku.

"Aku gak enak karena sudah meminta terlalu banyak padamu, tapi,"

"…Apa."

Karena kau membalasnya sambil masih mengulum sup miso di mulutmu, akan kujelaskan sambil aku memotong ikan panggang ini.

"Bisakah kau mengajariku semuanya tentang IS? Kalau begini terus, aku bakal kalah di pertandingan minggu depan tanpa ngapa-ngapain."

"Siapa suruh asal terima tantangan kayak gitu, idiot."

Apakah artinya aku sudah tidak ada harapan lagi?…Memang begitu dari awal.

"Pokoknya, tolong bantu aku soal ini."

Sambil memegang kedua sumpit makan dan menepukkan keduanya, aku pun meminta pada Houki. Ada perkataan yang bilang kalau seorang pria sudah pernah melakukannya sekali, dia tidak akan malu untuk yang kedua kalinya. 'Seorang pria itu tak berguna kalau tidak ingin menang', itulah alasanku melakukan ini.

"..."

Diam. Aku dihiraukan. Dia tidak hanya diam, dia tetap melanjutkan makan salad bayam. Benar-benar kejam.

"Dengarkan aku, Houki—"

"Hey, kau orang yang di sebut-sebut di rumor itu 'kan?"

Seorang gadis di sampingku tiba-tiba bertanya. Sepertinya tahun ketiga. Warna dari dasi tergantung tahun ajaran. Biru untuk siswa tahun pertama, kuning untuk tahun kedua, merah untuk tahun ketiga. Ujung dari rambutnya sedikit digulung keatas, dan gaya rambut yang digulung-gulung miliknya ini benar-benar unik. Dia terlihat mudah untuk didekati, seperti tupai. Oh, sangat berbeda dari teman masa kecilku ini yang menyipitkan matanya.

Seperti dari siswa tahun ketiga lainnya, tampang dan bahkan aura dirinya itu seperti seorang dewasa. Lihat, Houki? Bahasa sosial ini adalah sebuah keharusan di masyarakat.

"Ah, kemungkinan besar."

Saat aku memberikan jawabanku padanya, senpai itu pun dengan santai duduk di sebelahku. Dia melipat tangannya dan meletakkannya diatas meja, mukanya mendekat kearahku.

"Kudengar kau mau bertarung melawan si perwakilan negara itu, beneran?"

"Hm, begitulah."

Apa sekarang? Apakah rumornya sudah menyebar sebegitu cepat? Ternyata gadis-gadis memang ketagihan pada gosip dan rumor.

"Tapi kau masih pemula, 'kan? Udah berapa lama mengendalikan IS?"

"Berapa lama…sekitar 20 menit-an."

"Kau gak bakal menang kalau gitu. Inti dari IS itu waktu pengoperasian. Musuhmu perwakilan negara, 'kan? Pasti dia sudah lebih dari 3 jam."

Hm—aku tidak yakin kalau punya jam terbang yang lebih lama itu bagus, jadi aku tidak terlalu mengerti apa yang dia katakan. Tapi, dia benar soal aku pasti kalah melawan Cecilia.

"Hm, kau mau aku ajarin IS?"

Senpai (aku masih belum tahu namanya) berkata begitu sambil dia mengalungkan tangannya di tanganku.

Oh. Akrab sekali. Siapapun dia, dia sudah mengalahkan teman masa kecilku dengan telak. Ini pasti yang namanya hujan bantuan (Bagaikan truk sampah datang persis saat aku ingin membuang sekarung sampah yang berat).

"Okay, bantu—"

Sebelum aku bisa berkata 'bantu aku kalau begitu', seseorang menyela.

"Gausah. Aku yang bakal mengajarinya."

Houki, yang sedang makan, tiba-tiba berseru demikian. Huh? Houki mau mengajariku?

"Kau cuma siswa tahun pertama, 'kan? Maaf, tapi aku lebih cocok ngajarin dia."

"…Aku, aku adik Shinonono Tabane."

Kata Houki. Sepertinya dia tidak ingin mengatakan hal itu, tapi dengan enggan tetap melakukannya.

"Masa sih Shinono—huh~?"

Setelah dia menyebut namanya, senpai tadi pun terkejut. Pasti begitu, karena adik perempuan dari pembuat IS ada di depan batang hidungnya.

"Jadi, kau gak usah susah-susah."

"Gi, gitu. Kalau gitu, mau gimana lagi..."

Seperti apa yang kita harapkan dari adik perempuan seorang genius. Semua orang pasti takut kalau dia menggunakan nama itu. Sebenarnya, senpai baik hati tadi itu tiba-tiba merasa canggung dan meninggalkan kami. Ah, dia benar-benar baik.

"Apa."

"Maksudmu…yah, mau ajarin aku?"

"Aku udah bilang."

Semuanya bisa lebih cepat kalau kau bilang begini dari awal bukan?

Bagaimanapun juga, setidaknya aku punya guru sekarang. Saatnya latihan.

"Hari ini, setelah sekolah."

"Hm?"

"Datang ke arena kendo nanti. Aku mau lihat apakah kau sudah karatan atau belum."

"Enggak, yang aku mau itu latihan IS—"

"Jangan bantah."

"…Baiklah."

Kenapa ada banyak gadis keras kepala di sekitarku? Beginilah takdir. Mau bagaimana lagi.



"Apa-apaan itu?"

"Yah, walau kau tanya..."

Setelah sekolah, kami berada di dojo kendo. Walaupun banyak penonton, Houki tetap memarahiku tanpa peduli.

Baru mulai 10 menit, aku sudah kalah satu set, dan Houki mengamuk sambil melepaskan 'men'-nya.

"Kenapa kau jadi sangat lemah?"

"Karena ujian, kayaknya."

"…kau ikut klub apa saat SMP?"

"Baiklah, aku ikut klub pulang ke rumah, dan gak pernah bolos."

Lebih tepatnya, aku kerja paruh waktu untuk membantu keluargaku.

"—Harus latihan ulang."

"Apa?"

"Latihan ulang! Ini lebih parah daripada gak tau cara mengendalikan IS! Dari sekarang, aku akan melatihmu tiga jam, setiap hari, pulang sekolah."

"Apa? Itu kelamaan—lagipula, ini bukan latihan IS, tau."

"Makanya kubilang ini lebih serius!"

Wah, dia sedikit marah. Sepertinya dia tidak akan mendengarkanku.

"Menyedihkan. Bukan cuma IS, kau bahkan gak bisa mengalahkan cewe dalam kendo walaupun kau ini cowok…gak malu apa, Ichika?"

"Yah, hm... malu sih."

"MALU!? Kau malah peduli soal malumu di situasi kayak gini? Atau, jadi gini, kau senang karena dikelilingin banyak cewek!"

*Pata*. Ini dia. Dia marah. Bagaimanapun juga, alasan dia untuk menyalahkanku benar-benar kacau.

"Aku gak senang! Aku diperlakukan kayak peliharan disini! Lebih parahnya lagi, aku harus tinggal dengan cewek! Tragedi macam apa ini—"

"Jadi, kau sangat gak ingin sekamar denganku!?"

*Shua!* Tepat pada saat kritis, pedang bambu yang dia ayunkan terhalang oleh pedangku. Wah, tunggu, you idiot. Aku sudah melepas peralatanku! Kau mau membunuhku?

"Te-Tenang dikit, Houki. Aku gak mau mati, dan kau sudah cukup tua buat menyadari buruknya pembunuhan, 'kan?"

Ngomong-ngomong, tangan kananku menahan seluruh tenaga yang Houki berikan sendirian, sedangkan tangan kiriku sedang bergemetar dengan gila.

"Dengarkan aku, Houki? Ayolah, kutraktir kau lain kali, biarkan aku hidup!"

"...Humph, dasar lemah."

Akhirnya aku berhasil meredam serangannya, sambil Houki menatapku dengan tatapan kebencian dan bergerak menuju ruang ganti.

(Tapi...)

Houki menjadi lebih kuat sekarang. Dulu, aku bisa menang dengan mudah.

Tanganku yang tadi menahan serangannya sekarang jadi sakit. Ah, sepertinya bengkak...

"Orimura-kun itu, sepertinya..."

"Agak lemah?"

"Bisa gak dia menggunakan IS—"

Suara-suara keputusasaan terdengar dari kursi penonton. Ah sial, tidak ada yang lebih memalukan daripada seorang lelaki yang kalah dari seorang gadis.

Tak akan kumaafkan diriku ini, lebih dari orang lain.

Sekarang, kalau aku ingin mengalahkan semua orang—lupakan itu dulu, aku bahkan tidak bisa menjaga orang yang dekat dariku.

Aku pun terus bersungut, mengeluarkan seluruh perasaan dalam hatiku.

"…Jadi, mau mulai latihan lagi?"

Karena aku diletakkan di bagian bawah…karena aku terbawah, aku hanya bisa bekerja keras. Aku tak boleh lari lagi.

—Ya, harus kerja keras.

Karena aku tak boleh ragu disini.



(Mungkin aku terlalu kasar...)

Di dalam ruang ganti dojo kendo, Houki sedang mengganti bajunya. Sampai sekarang, dia terus memikirkan hal yang sama berulang kali.

Setelah enam tahun, dua teman masa kecil ini akhirnya bertemu kembali. Setelah dia menjadi sedikit kekanak-kanakan dan melihat bagian dari dia yang sudah bertumbuh, hatinya pun berdetak lebih cepat.

(Gak, gak, itu normal. Dia biasanya gak mau kerja keras, dan dia jelas belum pernah memegang pedang lagi setelah satu tahun, kalau gak pasti gak begini—)

Kalau sekarang itu dulu, dia tidak akan kalah dariku.

"..."

Ichika jadi lebih kuat daripada enam tahun lalu.

Dan dia lebih keren daripada siapapun.

(Lu-Lupakan. Itu, erm, gimana yah. Tampangnya…ermm, gak buruk.)

Tentu, dia lebih terlihat seperti orang dewasa daripada 6 tahun lalu. Ekspresi kerennya itu memberikan rasa kalau dia sudah menjadi seorang pria.

(Tapi dia nyerah gitu aja. Apa dia gak merasa malu setelah kalah padahal bertarung dengan serius? Dasar.)

Memikirkan itu lagi, dia kembali memanas, dan amarahnya tak bisa dihentikan.

(Apa-apaan dia. Dia selalu latihan dengan serius dulu, dan sekarang semuanya sia-sia. Benar-benar bukan pria!)

Sebenarnya, seseorang yang tidak latihan kendo selama tiga hari akan secara efektif kehilangan kemampuan dari latihan selama satu minggu. Itulah yang terjadi pada Ichika.

Bukannya dia kehilangan semua kemampuannya, tapi feelnya. Juga, mendapatkan kembali feel itu akan jauh lebih lama. Kemampuan indera atau feel di dapatkan dari akumulasi pengalaman. Susah mendapatkannya, mudah menghilangkannya.

(Walau begitu—)

Sambil melepaskan selendang dari rambutnya, rambut lembutnya pun terurai dan jatuh sampai ke pinggang.

(Dia tau segalanya tentangku...)

6 tahun lalu…sudah 6 tahun sejak mereka berumur 9 tahun. Walaupun mukanya dan semua bagian dari tubuhnya telah tumbuh, sepertinya mantan teman masa kecil itu tetap mengenalinya bahkan sebelum mendengar namanya.

"Hoho."

Hal ini membuatnya luar biasa senang.

Houki mengenali Ichika berdasarkan namanya. Sebelumnya, fotonya ditampilkan di berbagai berita. Kalau tidak, dia mungkin belum tahu kalau teman masa kecilnya itu sudah menjadi lebih dewasa. —Sejujurnya, dia bahkan merasa kalau Ichika punya 'tubuh yang lumayan'. Saat dia mendengar namanya, mangkuk yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai.

Ichika bilang dia membaca tentang dirinya yang memenangi perlombaan nasional. Tapi biasanya berita seperti itu tidak ada fotonya. Namun, Ichika bilang, 'Aku langsung tahu'. Dia bilang begitu padanya.

(Apakah artinya gak mengganti gaya rambutku ini berguna juga?)

Bagaikan menaruh harapan pada satu detail kecil, bagaikan dia berharap agar permintaanya dikabulkan; mungkin, itu adalah pemikiran kekanak-kanakan darinya. Lagipula, Houki adalah seorang gadis muda 15 tahun, jadi tidak aneh baginya untuk sadar tentang sedikit romansa.

"...Huh!?"

Tiba-tiba, dia melihat wajahnya di cermin dan tersadar. "Ho..." Dia pun menghembuskan nafas, merasa sedikit malu tentang ekspresi naif di mukanya sambil ia berhenti melakukannya.

"..."

Walaupun sepertinya tidak ada bedanya dengan aslinya, dia kembali menatap dirinya dalam pantulan cermin.

Tidak ada gunanya seperti ini—kalaupun ada, itu hanya dia mencoba menghilangkan perasaan memalukan itu— namun sepertinya inilah satu-satunya cara untuk Houki untuk menenangkan dirinya saat dia kembali mengangkat alisnya pada diri sendiri.

(Po, pokoknya, mulai besok, setiap hari sepulang sekolah ada latihan spesial. Bakal kacau kalau aku tidak mengembalikannya jadi normal.)

Akan jadi sekacau apa? Apa yang dimaksud dengan 'normal'? Walau dia belum menentukan hal-hal itu, Houki tetap melipat tangannya dan mengangguk pada diri sendiri.

(Lagipula--)

Artinya dia punya alasan untuk bersama Ichika besok.

"Gak! Bukan gitu!"

Ya, bukan begitu. Tidak ada yang tidak logis disitu, dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang aneh!

"Jadi, ada alasannya!"

Dalam ruangan ganti yang luas ini, Houki, yang sedang sendirian, mencengkeram tangannya sambil ia berteriak.



Minggu ke 2, Senin. Hari pertandingan melawan Cecilia.

"—Dengerin aku, Houki."

"Apa lagi, Ichika?"

Setelah tinggal bersama selama satu minggu, hubungan kami sudah kembali sampai ke tahap dimana kami saling memanggil dengan nama depan. Mungkin jurang pemisah akibat 6 tahun itu tidak sebesar yang kukira. Baguslah.

"Semoga aku salah ya."

"Ya. Kau memang salah."

Ya, masih ada masalah yang belum terselesaikan.

"Apakah tidak ada latihan IS?"

"..."

"Jangan, pura, pura, ngeliat, kearah, lain."

Selama enam hari itu, Houki mengajariku kendo dengan keras. Tapi, masalahnya adalah hanya itu yang dia lakukan.

"Ma, mau gimana lagi. Kau gak punya IS."

"Yeah, bener sih—eh enggak! Kau bisa ajarkan aku dasar-dasar yang ada di buku dan pengoperasian sederhana!"

"..."

"Jangan, pura, pura, ngeliat, kearah, lain."

Pokoknya, itulah yang terjadi sekarang. Sepertinya ada sedikit keributan mengenai IS personalku, sehingga, dia belum datang. Betul sekali, sampai hari ini, IS-ku belum datang juga.

"..."

"..."

Houki dan aku pun terdiam.

"O-Orimura-kun, Orimura-kun, Orimura-kun!"

Tidak perlu memanggil namaku tiga kali. Wakil guru homeroom yang sangat kukenal, Yamada-sensei berlari menuju area tempat duduk blok A dari arena ke-3 ini.

Dia terlihat seperti akan terpeleset kapanpun juga dan gerakan kakinya membuat semua orang cemas, seperti biasanya. Tetapi, dia sepertinya lebih terburu-buru daripada biasanya.

"Tenang, Yamada-sensei. Sini, ambil napas dalam-dalam."

"Okay, hirup~ hembuskan, hirup~ hembuskan."

"Okay, berhenti."

"Mm."

Rasanya seperti sedang memimpin pemanasan. Setelah berkata itu, Yamada-sensei benar-benar menahan napasnya. Setelah beberapa saat, mukanya mulai berubah menjadi merah karena kekurangan oksigen. Tidakkah dia tahu itu sebuah lelucon?

"..."

"...Huah! Ga, ga apa-apa 'kan?"

Hm, sepertinya dia benar-benar tidak tahu.

"Hormati orang tua, idiot."

*PANG!* Seperti biasa, ada bunyi retak dari hantaman itu. Aku akan cukup senang kalau rasa sakitnya hanya seperti rasa dari minuman berkarbonasi, tapi sayangnya, tenaganya seperti raksasa. Begitulah mantan perwakilan dari Jepang.

"Chifuyu-nee..."

*PANG!*

"Panggil aku Orimura-sensei. Ingat ini, atau mati."

Wah! Kau dengar itu? Sepertinya bukan itulah yang seharusnya dikatakan oleh seorang pengajar. Karena sifatmu itulah kau tidak punya pacar walaupun kau sangat cantik.

"Hmph. Kalau aku tidak perlu mengurusi adikku yang bodoh ini, jangankan pacaran, aku mungkin sudah menikah sekarang."

Oh, baca pikiran. Trik apapun tidak mempan pada Chifuyu-nee.

"I-itu, itu! Sudah datang! Personal IS-nya Orimura-kun!"

—Huh?

"Orimura, cepat siap-siap. Waktu pemakaian arena terbatas, jadi menangkan pertandingan ini."

—Apa?

"Cuma segini doang. Kalau kau seorang pria, lewati dengan mudah, Ichika."

—Ada apa?

"Huh? Huh? Wha..."

"""CEPETAN!!"""

Yamada-sensei, Chifuyu-nee dan Houki berteriak berbarengan.

Para wanita di sekitarku memang sejenis.

Kekosongan. Pintu kargo dasar arena pun terbuka, sedikit berdering. Pintu bercorak, miring dan anti api itu bersuara berat saat terbuka. Di sisi lain dari pintu, benda itu mulai tersibak di depanku.


—Sang 'putih' berdiri disana.

Putih. Putih salju. Tanpa dekorasi, tanpa warna tambahan. IS berselimutkan perisai putih murni itu sedang menunggu pilotnya.

"Ini..."

"Betul! Ini IS Personal milik Orimura-kun, [Byakushiki]!"[1]

Putih salju dan tidak organik, benda ini seperti sedang menungguku. Betul sekali, seperti sebelumnya; dia selalu menunggu. Untuk detik ini, hanya untuk waktu ini.

"Cepat bergerak dan naiki dia. Kita tidak punya banyak waktu, jadi format dan atur semua pengaturan saat pertandingan dengan ingatanmu saja. Kau akan kalah kalau tidak, mengerti?"

Setelah diminta, aku pun menyentuh IS itu.

"Aneh..."

Aku tidak merasakan perasaan tersetrum saat menyentuh IS seperti yang terjadi pada ujian sebelumnya, yang kurasa hanyalah pengetahuan umum dan pengertian darinya. Apa dia itu, mengapa dia ada— aku mengerti segalanya.

"Bersandar pada punggungmu. Ya, just like that. Kau akan merasa seperti sedang duduk. Berikutnya, sistem IS akan mengoptimisasi sendiri."

Seperti yang Chifuyu-nee bilang, aku membiarkan tubuhku di dalam IS dengan perisai yang terbuka—Byakushiki. Rasanya seperti ada yang menaikiku saat perisai itu terpasang dan menutup.

Suara udara tersedot keluar pun terdengar dan keseluruhan dari perisai itu terasa seperti bagian dari tubuhku. Rasanya seperti dia menyatu dengan tubuhku, seperti sesuai denganku. Dia memang diciptakan untukku, jadi Byakushiki dan aku memang 'terhubung'.

Penglihatanku menjadi lebih luas dan jelas, seperti resolusi tinggi. Lalu, perasaan itu menyebar ke seluruh tubuhku. Informasi-informasi mulai diterima oleh sensor-sensor di sekujur tubuhku, dan aku mengerti semuanya bagaikan sudah memperhatikannya setiap hari.

"Ah."

—Mendeteksi sebuah dalam mode standby, nama pilot Cecilia Alcott, nama IS 'Blue Tears', suit tipe jarak jauh, memiliki perisai yang unik—

"Sensor canggih IS berfungsi dengan baik, bukan? Ichika, kau tidak apa-apa?"

Chifuyu-nee terlihat seperti biasa, tapi aku bisa merasakan sedikit dari nada suaranya—ah, apakah dia cemas padaku?

"Tidak, Chifuyu-nee. Aku baik-baik saja."

"Baiklah."

Dia terdengar kembali tenang. Kalau bukan karena sensor hi-spec IS, aku tidak akan bisa merasakan perasaan tersembunyi itu.

(Tapi sejak dia memanggil namaku, aku seharusnya sudah merasakannya, bukan?)

Aku memfokuskan pikiranku pada Houki. Mataku tidak perlu menoleh dengan langsung, karena melalui IS, aku bisa 'melihat segalanya' 360 derajat di sekitarku.

"..."

Aku bisa melihat kalau dia berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi dia jelas-jelas tidak tahu mau berkata apa. Kalau tanpa IS, aku tidak akan tahu hal ini.

"Houki."

"A-Apa?"

"Aku akan pergi."

"Ah...mm, menang dan kembalilah!"

Aku mengangguk dan berjalan menuju gerbang dari ruang kontrol. Setelah sedikit menunduk, Byakushiki pun mengambang dengan ringan dan terbang ke depan.

*Clak* *clak* *clak* *clak* *clak*,

Di belakang kesadaranku yang jernih ini, Byakushiki sedang memproses jutaan data dan memformat pengaturan dasar sesuai dengan tubuhku. Bahkan pada detik ini, permukaan dari Byakushiki terus mengubah bentuknya. As the software and hardware were both updating, the values shown have reached an extent to such that I've never seen them before.

Walau begitu, sekarang bukan waktunya untuk menyadari hal sepele seperti itu. Masih ada 2,05718422 detik sebelum pintunya terbuka—dan sang 'musuh' sedang menunggu di sana.


"Oh kau, ternyata kau gak kabur."

Cecilia pun mendengus saat dia meletakkan tangannya di pinggang, bergaya seperti seorang putri lagi.

Tapi, aku tidak peduli dengannya. Sensor-sensorku tidak akan terpengaruh oleh hal seperti itu.

Mesin berwarna biru terang 'Blue Tears' memiliki karakteristik unik karena memiliki empat perisai berbentuk sirip di belakangnya, membuatnya terlihat megah bagaikan seorang ksatria.

Sang pilot, Cecilia, menggenggam sebuah senapan panjang 2m yang besar—sebuah pencarian mengatakan kalau senapan itu persis seperti sebuah senapan laser enam atau tujuh kaliber 'Starlight MkIII'. Karena IS memang sebenarnya diciptakan untuk kegiatan luar angkasa, pada dasarnya, dia akan mengambang di udara. Sehingga, tidak aneh baginya untuk menyandang sebuah senjata yang lebih tinggi daripada dia sendiri.

Diameter dari arena ini 200m, dan perkiraan waktu yang dicapai oleh sebuah peluru untuk mencapai targetnya adalah 0,4 detik. Bel yang menandai mulainya pertandingan sudah berbunyi, jadi tidak aneh bila sebuah serangan terjadi sekarang.

"Kuberi kau kesempatan terakhir."

Cecilia menggerakan tangannya yang ada di pinggang dan menunjukkan jari telunjuknya kearahku, moncong dari senapannya terkulai santai.

"Kesempatan?"

"Sudah jelas aku yang menang. Jadi, kalau kau gak mau berakhir jadi babak belur dan menyedihkan, aku mungkin akan memaafkanmu kalau kau minta maaf sekarang."

Setelah berkata seperti itu, dia menyipitkan matanya padaku—peringatan, mata kiri dari pilot IS musuh sedang berada di dalam mode menembak. Pengaman sudah dilepas.—

Aku menerima semua informasi yang diberitahu oleh IS dan mengatur diri sendiri. Kalau tidak, aku mungkin akan di habisi dalam sekejap—entah oleh Cecilia atau oleh Byakushiki itu sendiri.

"Akulah yang seharusnya memberi kesempatan, 'kan?"

"Serius? Sedih sekali. Kalau gitu—"

—Peringatan. IS musuh memasuki gerakan menembak. Pelatuk telah ditekan, tembakan energi pertama telah terisi.

"Kuucapkan selamat tinggal dengan ini!"

*Clank!* Dengan suara memekakkan telinga yang unik, sebersit cahaya pun tiba-tiba menusuk tubuhku.

"Oh?"

Sistem pertahanan otomatis Byakushiki sepertinya melindungi tubuhku. Walaupun aku berhasil menghindari serangan langsung, pecahan-pecahan mulai berjatuhan dari bahu kiriku yang belum terlalu terpasang sebelumnya. Setelah itu, sonic boom yang sedikit terlambat hampir merobek lengan kiriku, dan saraf-sarafku merespon seperti kejutan listrik.

Saat Byakushiki dengan cepat menarik kembali lenganku, aku berhasil selamat tanpa kehilangan darah sedikit pun. Walaupun ada anti-vertigo yang menjagaku dari kehilangan kesadaran, aku tetap merasakan kekuatan gravitasi yang menyakitkan.

—Perisai pertahanan terserang. Kerusakan: 46. Energi pelindung tersisa: 521. Kerusakan keseluruhan: Rendah.

(Sialan! Aku gak bisa mengikuti reaksi dari Byakushiki!)

Pada dasarnya, dalam sebuah pertarungan IS, seseorang akan menang apabila pelindung energi sang musuh menjadi 0. Tetapi, kalau itu terjadi, bila perisainya tetap terserang, akan ada kerusakan sebenarnya. Hal ini berbeda dari pertahanan berdasarkan angka sebelumnya, lokasi kerusakan, tak peduli seberapa besar atau kecil, akan mempengaruhi pertarungan.

Sebagai catatan, agar tidak membunuh pilotnya, IS memiliki sebuah kemampuan 'pertahanan absolut'. Dia bisa menahan serangan apapun, tapi akan mengurangi perisai dengan sangat drastis—itulah yang tertulis di buku teks, seharusnya benar, 'kan? Karena tadi aku terserang di pundak, IS-nya tidak menggunakan 'pertahanan absolut', mungkin dia berpikir 'tidak apa-apa kalau itu rusak'.

"Ayo, kita berdansa. Berdansa dengan lagu yang dimainkan oleh Cecilia Alcott dan Blue Tears ini!"

Sebuah tembakan, tembakan lagi, tembakan lagi, dan tembakan lagi. Serangannya terus menghujaniku, dan semuanya di tembakkan dengan akurat, sehingga aku tidak bisa menghindari mereka semua. Energi dari perisai terus menurun, dan Byakushiki terus meneriakkan sinyal peringatan.

"Senjata. Apa senjatanya!?"

Persis setelah aku bertanya, daftar senjata pun muncul—daftar?

"Cuma ada satu..."

Senjata itu pun muncul dengan sendirinya. Hanya ada sesuatu bernama 'pedang jarak dekat'. Huh, mungkin imajinasiku saja …huh.

"Yah, daripada gak ada apa-apa!"

Ini lebih baik daripada bertarung dengan tangan kosong! Aku pun menghunus pedang jarak dekat 'nama tidak diketahui' itu dan menggunakannya.

*Clang*...

Dengan suara nyaring berfrekuensi tinggi, muncul sebuah bola cahaya dari bahu kananku. Bola itu mengubah bentuknya, dan tanganku pun memegang bentuk akhirnya.

Pedang ini, 'pedang' panjang 1,6m inilah senjataku.

"Memakai senjata jarak dekat untuk melawanku dalam suit tipe jarak jauh…dasar lucu!"

Cecilia langsung meluncurkan serangannya. Walaupun aku bisa sedikit menghindar, jarak antaraku dan lawanku sejauh 27m. Bagiku, itu sama saja seperti beberapa kilometer. Tetapi—

"Pokoknya aku harus lanjut terus!"

Aku tidak boleh menyerah. Pertarungan sengit ini baru dimulai.



"—27 menit. Kau lumayan juga. Salut padamu."

"Makasih..."

Energi perisaiku anjlok sampai 67, dan kerusakan keseluruhan sedang. Walaupun aku jarang menggunakan senjataku, memang hanya bisa 'jarang'.

"Kau orang pertama yang bisa tahan selama itu melawan Blue Tears."

Setelah berkata seperti itu, Cecilia terlihat bagaikan sedang memuij seekor anjing yang berhasil mengejar Frisbee sambil dia mengelus keempat senjatanya yang bergerak independen yang mengambang di sekelilingnya.

Di masing-masing benda yang mengambang itu, ada moncong laser BT yang terpasang. Senjata itu sepertinya memiliki nama yang rumit, sehingga agar mudah dinamai 'Blue Tears'.

…Singkatnya, IS itu menjadi sebuah IS yang lengkap setelah armamen unik bernama 'Blue Tears' itu terpasang, dan karenanya, dia pun dinamai dengan itu. Selama 27 menit ini, Cecilia mengoceh terus-terusan tentang ini walaupun aku tidak bertanya. Sepertinya aku harus berterima kasih padanya.

"Tapi sampai disini saja!"

Cecilia tertawa sambil mengangkat tangan kanannya. Kemudian, dua Blue Tears yang menerima perintahnya—sedikit sulit untuk dijelaskan, tapi benda-benda yang berbentuk BIT itu terbang mendekatiku dari sudut yang berbeda-beda.

"Ku...!"

BIT-BIT yang datang mengerumuniku dari atas dan bawah mulai bersinar pada ujungnya dan menembakkan laser. Saat aku sedikit menahan serangan atau bahkan menghindarinya, Cecilia pasti menggunakan kesempatan itu untuk menggunakan senapannya. Sepertinya, daritadi selalu begini.

"Kuambil kaki kirimu!"

—Sialan! Bagian itu sudah kehilangan armor, jadi kalau di serang, 'pertahanan absolut' pasti terpaksa dinyalakan. Sehingga, energi perisai akan turun menjadi 0, dan aku kalah.

Kalau begitu, akan kucoba sesuatu—

"AHHH!!"

*CLANG!!* Suara keras pun terdengar, dan sekilas, bunga api berterbangan. Saat memaksa diriku sendiri untuk mempercepat laju, tubuhku menghantam senapan Cecilia, mendorongnya ke samping, dan setidaknya membuatku berhasil menghindari terkena serangannya, sekali ini saja.

"Apa…? Kau gak jelas! Tapi, pertahananmu gak guna!"

Cecilia menarik dirinya dariku dan mengayunkan tangan kirinya ke samping. Dengan aba-aba itu, 4 BIT yang dalam posisi standby itu menyerangku lagi.

—Baguslah, aku mengerti sekarang.

Menghindari laser-laser yang bisa menembus manusia, pedangku pun menyerang, dan aku merasakan sepotong besi keras yang terbelah menjadi dua.

Bunga-bunga api biru dan putih menari-nari di dekat BIT yang terbelah, dan meledak kemudian—satu hancur.

"�Kok bisa?"

Menghadapi Cecilia yang terkejut, pedangku pun terayun kebawah.

"Uuu..."

Cecilia menghindari serangan yang datang dari belakangnya dan lagi-lagi mengayunkan tangannya. BIT 2 dan 3 pun mulai menyerang.

"Senjata-senjata itu cuma bergerak kalau kau perintahkan! Dan juga—"

Setelah menginvestigasi rute terbangnya, aku menghancurkan booster belakang dari BIT2 dan menjatuhkannya.

"Pada saat itu, kau gak bisa menyerang, karena kau harus konsentrasi dengan mereka, 'kan?"

"...!"

Alis kanan Cecilia pun sedikit terusik. Heh, aku sangat tepat! Hanya ada dua BIT lagi, dan aku sudah tahu kemana mereka akan pergi. Mereka pasti akan menyerangku dari sudut dimana aku akan bereaksi paling lambat.

Jarak pandang dari IS itu sempurna. Tetapi, orang yang menggunakannya tidak bisa 'melihat' ke belakang, ke bawah dan ke atas secara bersamaan, jadi saat otak kita sedang sibuk memproses informasi yang datang, respons yang terjadi akan terlambat sekian detik. Cecilia pasti mengincar kesempatan ini untuk menyerang. Dengan pengertian lain, artinya 'aku bisa memancingnya untuk menyerangku di tempat yang ku inginkan'. Sederhana saja, aku hanya perlu membuat sedikit sisi terbuka dan membiarkan musuh menyerang di sana, lalu menunggu.

(--Pasti bisa! Aku cuma perlu sedikit konsentrasi.)

Aku pun menggenggam pedang di tangan kananku lagi. Latihan setelah sekolah yang kulakukan bersama Houki anehnya menjadi berguna. Dasar dari kendo adalah menyerang, dan aku belum kehilangan indra yang kudapatkan dari banyak pengalaman dulu, walaupun aku menjadi lebih lambat.

Dan apakah imajinasiku saja? IS-nya bergerak lebih lincah dari sebelumnya. Biasanya, semakin banyak kerusakan yang diterima suatu IS, fungsi yang bisa dia lakukan juga seharusnya berkurang, tapi untuk suatu alasan, aku merasa kalau responsnya sekarang lebih cepat daripada saat mulai.

(Pokoknya, kalau aku bisa mengurangi jarakku dengannya, aku akan lebih untung.)

Seperti yang sudah dijelaskan Cecilia, IS-nya tipe jarak jauh, dan pada jarak yang menguntungkan untuk pertarungan jarak dekat, senapan besar dan panjang itu benar-benar tidak berguna. Dan kalau kuperhatikan dari tadi, dia tidak mempunyai peralatan jarak dekat.

Walaupun peralatan seperti itu bisa jadi sedang dalam 'standby', tapi walau begitu, karena jarak antara kami berkurang dengan sangat drastis, dia seharusnya tidak bisa mengerluarkannya tepat waktu.

Seberkas cahaya harapan ini membuat hatiku berdegup lebih cepat.



"Ooh...Orimura-kun keren!"

Yamada Maya berseru saat menonton siaran langsung pada layar di dalam ruang kontrol. Sebenarnya, gaya Ichika bertarung tidak terlihat seperti orang yang baru saja menaiki IS untuk kedua kalinya.

Tetapi, kebalikan dari Yamada, Chifuyu terlihat sedikit kesal.

"Si idiot itu bahagia sekali."

"Ha? Kenapa bisa tahu?"

"Dia dari tadi selalu mengepalkan tangan kirinya, 'kan? Itu kebiasaan dia sejak kecil. Kalau dia begitu, dia akan membuat kesalahan-kesalahan sederhana.

"Wha…bahkan kau tahu hal seperti itu, kalian berdua memang saudara!"

Maya hanya menyebutkannya dengan santai, tapi Chifuyu pun terdiam.

"Ye-Yeah, gimana ya…walaupun dia begitu, dia masih saudaraku..."

"Ah—apakah kau malu? Kau malu?"

"..."

*CRRRAACCCKKK!!* Gerakan kuncian kepala pun ia lakukan.

"OOWWWWWW!!!"

"Satu hal yang aku paling benci adalah dicandakan."

"Iya, iya! Aku tahu, aku tahu! Lepasin—OWWWW!!!"

Houki benar-benar tidak menyadari keributan yang dibuat oleh Maya di belakangnya, dia hanya menatap penuh perhatian pada layar. Untuk berbagai alasan, ekspresi mukanya mulai terlihat menyeramkan.

"..."

Dia tidak melakukan gerakan berdoa; Houki bukan jenis orang yang melakukan hal-hal seperti itu.

Sehingga, karena hal itu, ekspresi muka menyeramkan miliknya ini mempunyai beragam perasaan tersirat di dalamnya.

(Ichika...)

Saat Houki perlahan menggigit bibirnya, situasi pertarungan mulai berubah kembali.



—Aku berhasil.

Memasuki jarak serang Cecilia, aku pun mengayunkan pedangku untuk menghancurkan BIT3, dan karena mekanisme tanpa gravitasi dari IS, aku bisa menendang BIT4 untuk menjauh.

Senapan itu tidak bisa membidikku dengan tepat waktu, jadi ini adalah kesempatan emas untuk menyerang dia.

"—Kau kena."

Aku melihat seringai Cecilia—sialan! Instingku mendeteksi bahaya dan memintaku untuk kabur, tapi semua sudah terlambat.


*PAM*—


Armor yang berbentuk seperti rok itu menyebar dari bagian dada Cecilia, dan bagian-bagian yang terangkat itu mulai bergerak.

"Maaf, tapi ada enam Blue Tears!"

Aku tidak bisa menghindarinya! Dan mereka bukan BIT penembak laser. Yang ini tipe 'pelacak-otomatis'.


*BAM*—!


Ledakannya yang menyelubungiku begitu merah sampai-sampai terlihat putih.



"ICHIKA...!"

Menonton siaran langsung, Houki tiba-tiba berteriak.

Chifuyu dan Maya, yang sedang ribut-ribut dari tadi, terlihat serius ketika mereka melihat gambar di layar-layar, yang sedang ditutupi asap hitam.

"—Humph."

Saat asap hitamnya mulai menipis, Chifuyu pun mendengus. Tetapi, dia terlihat seperti menyadari kalau Ichika baik-baik saja.

"Kau diselamatkan oleh mesin, dasar idiot."

Asap yang mengambang dengan tenang itu menipis bagaikan diremukkan.

Dan mesin berwarna putih murni berdiri tepat di tengahnya.

Betul sekali, penampilan sebenarnya—



—Pengaturan format dan optimisasi selesai, tolong tekan tombol untuk mengkonfirmasi.

(Apa, apa sekarang...?)

Informasi itu dikirim langsung ke dalam kepalaku. Pada saat yang sama, sebuah layar muncul di depanku, dengan sebuah tombol 'konfirmasi' tepat di tengahnya.

Tanpa mengetahui apapun, aku pun menekan tombol tersebut. Setelah itu, sejumlah informasi kembali merasuki diriku.

—Tunggu, informasinya seharusnya sudah di proses—

Aku bisa mengerti karena perasaan. Setelah itu, perubahan besar pun terjadi padaku.

*CLANG...!*

Suara berfrekuensi tinggi. Tetapi, aku merasakan kelembutan dibaliknya.

Pada saat itu, tubuhku di lapisi—tidak, bola cahaya yang muncul pada IS-ku tiba-tiba menghilang dan membentuk dirinya sendiri.

"Ini..."

IS yang baru terbentuk ini mengeluarkan cahaya redup. Cahaya ini mengembalikan semua kerusakan yang terjadi dan memperbaiki penampilan dari suit.

"Ja-Jangan bilang…itu Perubahan Pertama? Artinya, artinya kau dari tadi bertarung dengan pengaturan yang belum diubah!?"

Layar yang menampilkan 'format' dan 'pengaturan di optimisasi' sepertinya artinya itu.

Kalau begitu, ini lah suitku yang sebenarnya.

Aku memandang suitku. Lekukan konstruktif yang ada saat sebelumnya menghilang, menjadi satu dengan lekukan yang mulus dan ujung yang tajam, memberikan rasa armor zaman pertengahan.

Dan kemudian, yang paling berubah adalah senjataku.

—Pedang jarak dekat diperbaharui [Yukihira Nigata][2].

Pisau pedangnya sendiri sepertinya diambil dari dari pedang Jepang. Daripada pedang, benda itu lebih mirip ke arah pedang lenkung panjang. Ada lekukan dangkal pada pisaunya, yang berkilau dan sepertinya merespon sesuatu. Dari fungsi mekanis yang sangat detailnya saja, semua orang pasti tahu kalau pedang ini dibuat untuk IS.

Dan yang paling penting, namanya.

—Yukihira. Itu nama senjata yang pernah digunakan Chifuyu-nee. Pada saat itu, dia juga menggunakan senjata berbentuk pedang yang dinamai Yukihira.[3]

...Ahh, menyentuh sekali.

"Aku emang punya kakak terbaik sedunia…"

Entah itu tiga tahun yang lalu atau enam tahun yang lalu atau bahkan lima belas tahun yang lalu, dia selalu menjadi kakak perempuanku yang bisa diandalkan. Tetapi, sudah waktunya untuk menghentikan perlindungan satu-sisi ini. Mulai sekarang—

"Akulah yang bakalan melindungi keluargaku."

"...Ah? Ngomong apa kau—"

"Pokoknya, pertama-tama, akan kulindungi nama Chifuyu-nee!"

Aku adik laki-laki dari mantan perwakilan Jepang, jadi kalau adiknya ini lemah, pasti memalukan! Benar sekali, mana mungkin aku membiarkan Chifuyu-nee yang keren itu kehilangan mukanya? Kalaupun ini hanya sebuah candaan, tetap ada batasannya. Lagipula, ini tidak lucu sama sekali.

"Pasti aku bakal diledeki."

"Kau ngoceh apaan sih…ahh kau, kau menyebalkan!"

Kedua BIT lagi-lagi mengisi ulang diri mereka dengan misil kendali, dan dengan perintah Cecilia, mereka pun mulai berterbangan. Terbangnya dari beragam sudut lagi, dan mereka lebih cepat daripada BIT tipe menembak. Tetapi—

(Kelihatan...!)

Aku mengepalkan tanganku dengan erat. 'Yukihira' sepertinya merespon padaku saat dia memperdengarkan bunyi mekanik yang berat. Aku tahu cara menggunakannya, karena aku telah menonton beberapa pertarungan Chifuyu-nee tanpa diketahuinya, dan aku ingat bagaimana dia menggunakan 'Yukihira'.


*CLANG—!*


Pedang cahaya itu berkelebat, dan BIT-BIT yang terbelah menjadi dua pun bergerak ke depan dengan lemah karena momentumnya, melewatiku sebelum meledak.

Sebelum ledakannya mencapai punggungku, aku kembali menyerang Cecilia. Suit-nya dengan cepat berakselerasi, dan keefisiensian sensornya menjadi berbeda dari sebelumnya, sampai di titik di mana menjadi mudah menggunakannya.

"OOOOHHH!!"

Aku kembali menyerang Cecilia. Suit-nya dengan cepat berakselerasi.

Aku merasakan intensitas energi di tanganku meningkat dengan perlahan. Pada saat itu, pedang Yukihira berkilau, memberitahuku kalau dia memiliki tenaga yang luar biasa.

(Aku bisa menang...!)

Menerjang tepat ke arah Cecilia, aku melakukan gerakan kesagiri terbalik[4].

—Tapi, sebelum pedangku mencapainya, bunyi bel pun menandai akhir dari pertandingan.


"Pertandingan telah berakhir. Pemenang—Cecilia Alcott."

...Wha?

"Aneh...?"

Mukaku pasti tertuliskan dengan banyak 'kenapa'. Menghadapiku, Cecilia juga sama, saat mulutnya yang sedikit menganga itu menampilkan ekspresi yang sama.

Tidak hanya kami, semua penonton di arena ke-3, bahkan Houki dan Yamada-sensei, yang menonton pertandingan dari ruang kontrol dengan diam, juga sama. Semua orang hanya terkejut.

Hanya ada satu orang…hanya Chifuyu-nee lah yang menampilkan tampang 'tidak tahan lagi denganmu'.

Dengan keadaan yang tidak diketahui ini, pertandingannya pun berakhir. Hasilnya—aku kalah.



"Semua orang memujimu, dan inilah yang kita terima sebagai balasannya! Kau idiot sekali!"

Setelah pertandingan berakhir, aku meningkat dari seorang yang idiot menjadi seorang yang idiot sekali. Peningkatan ini tidak membuatku senang sama sekali. Gaya Chifuyu-nee biasanya tidak merendahkanku seperti ini.

"Karena kau tidak memperhatikan sifat-sifat khusus dari senjata sebelum menggunakannya. Sekarang kau sudah mengalaminya, 'kan? Mulai sekarang, kau harus kerja keras. Gunakan IS jika ada waktu, mengerti?"

"…Ya."

Aku pun mengangguk. Sepertinya hanya itulah yang bisa kulakukan…siapa juga yang suruh kalah setelah tampil begitu percaya diri.

"Yah, IS-nya sedang dalam mode standby sekarang, tapi kalau Orimura-kun memanggilnya, dia akan terlepas begitu saja. Tetapi, ada peraturan soal hal ini, jadi tolong dipelajari dengan cermat. Sini, ini dia."

Thud. Benda itu berbunyi 'thud'. Apakah benda di depanku ini? Walaupun isinya informasi tentang aktivasi IS, ini sebenarnya 'buku telepon', 'kan? Tidak hanya� tebal, per halamannya juga tipis…ada berapa banyakkah di dalamnya...

"Bagaimanapun juga, itu saja untuk hari ini. Kembali dan istirahatlah."

Perintah ini tidak memikirkan perasaan orang sama sekali. Aku berharap dia akan belajar lembut dari obat-obatan dan penghilang rasa sakit yang lemah lembut. Ngomong-ngomong, apakah aku benar-benar harus melindungi orang ini...?

"Yuk."

Oh, dia datang; orang lain yang kurang kelemah-lembutannya. Namanya Houki, dan dia teman masa kecilku.

Aku pun berdiri dengan lelah dan bersiap-siap untuk kembali ke asrama.

"..."

"A-Apa?"

Sambil berjalan bersama, Houki menatap ke arahku tanpa berkedip. Apakah dia menemukan harta karun? Harta karun 'aku'.

"Pecundang."

Huh? Apa-apaan dengan dia!? Dia seperti pendeta yang menghidupkan kembali seseorang yang telah mati dengan menyisakan 1HP sebelum mengirimnya kembali ke sebuah labirin, 'kan? Sebagai catatan, penghidupan kembali tersebut sebenarnya adalah sebuah perampokan terang-terangan atas kebebasan orang itu! Seperti kata orang: 'setan bersemayam di hati semua orang'. Aku tidak pernah mengharapkan untuk melihat penggambarannya secara langsung.

Pasti ini skenario baru: memasuki bab yang baru, dan alur ceritanya terpental kemana-mana, menciptakan situasi yang mengejutkan. Musuhnya muncul kembali sebagai teman, dan musuh yang ada di depan ternyata adalah asistennya yang telah mati. Takdir dunia ada di tanganmu—tunggu, jangan dekat-dekat denganku!

"JANGAN DEKET-DEKET DENGANKU!"

"Apa?"

"Enggak..."

Karena itulah inti dari cerita, aku mengulangnya, tapi karena Houki memelototiku, aku lebih baik berhenti saja. 'Hal yang paling penting adalah hal-hal yang tidak dapat diraih dan dilihat oleh mata'. Itu adalah kata-kata yang dikatakan oleh suatu penulis dengan santai sebelumnya, jadi 'karena hari ini aku dipelototi Houki, 9 April adalah hari peringatan Houki'—begitulah.

"Apakah kau lagi meledek aku dalam hati?"

"Kok kau berpikir begitu."

"Kenapa nadamu aneh?"

"Enggak aneh sama sekali. Ini normal, normal ngomong kayak gini di tengah Amerika Selatan."

"Ohh..."

Dia benar-benar menarik pedang kayunya dengan cepat. Apa, apakah kau akan mengayunkan pedangmu di sini? Benar-benar kawanku yang ketat. Tapi, Houki, melatih tubuh itu berbeda dari istirahat! Bukan istirahat namanya kalau aku harus beraktivitas.

*BAM—!*

"OOOOWWWW!!! SAKIT! KAU, KAU NGAPAIN!?"

"Karena ada orang idiot di sini, kupukul aja dia."

Apa-apaan dengan nada 'Aku pegang payung karena sedang hujan' itu? Memangnya tidak apa-apa untuk terus menggunakan kekerasan seperti itu? Apa yang terjadi pada keamanan Jepang!?

"Memangnya kau ini itu? Sang pencincang sayur, atau kau ini perwujudan dari kekerasan!?"

"Mau lagi?"

"…Maaf, aku diam deh."

Dengan 'mm', Houki menyarungkan kembali pedang kayunya. Dia lebih menyeramkan daripada Gunung Osore...huh, tapi Gunung Osore tidak begitu menyeramkan. (Arti literalnya Gunung Takut, merupakan sebuah gunung berapi di tengah-tengan daerah terpencil Shimokita Peninsula dari Prefektur Aomori, Jepang. Kuil Bodai dekat kawah danau di sana dianggap sebagai salah satu dari tiga daerah spiritual terkenal.)

"..."

"..."

Houki dan aku berjalan dalam diam. Bukannya kita tidak punya bahan pembicaraan, aku benar-benar terpengaruh oleh kekalahanku hari ini, sehingga aku tidak tahu ingin mengatakan apa pada Houki.

Pada saat ini, yang paling ingin kulakukan adalah mandi. Menurutku perasaan yang muncul dari bermalas-malasan di dalam bathtub tidak bisa ditemukan di aktivitas lain. Aku pernah mengatakan ini pada Gotanda sebelumnya, dan malahan diceramahi 'kau kayak orang tua'. Serius, dia tidak mengerti keindahan dari kesederhanaan.

(Hm? Ngomong-ngomong, bukankah ada orang seperti itu di sebelahku?)

Kalau Houki, mungkin dia bisa mengerti perasaan mandi tersebut. Lagipula, kalau aku bilang pada orang-orang kalau dia berasal dari zaman Edo, 60% dari orang asing akan mempercayaiku. Sumber: aku.

"Ichika."

"Hm, apa?"

Aneh, tak kupercaya dia berbicara padaku. Inikah yang dinamakan telepati? Enak sekali, lebih mudah untuk digunakan daripada handphone, dan aku tidak perlu bayar tagihan per bulan. Menarik.

"Itu, uh, gimana ya…apa kau gak kesel karena kalah?"

"Yah, jelas."

"Be, begitukah? Bagus..."

Sejak kapan kesal itu bagus? Atau maksudmu aku kalah itu bagus? Kau berlebihan!

"Ah, m-mulai besok…itu…ah, kau harus latihan IS."

Melanjutkan pembicaraan, untuk beragam alasan, tidakkah suaranya terdengar lebih sopan? Atau lebih marah...

"Jadi, intinya, Houki akan mengajariku cara mengendalikan IS, 'kan?"

"Aku, aku gak mau maksa! Bukannya lebih enak kalau Chifuyu-sensei yang mengajarimu?"

"Enggak, Chifuyu-nee pasti bakalan merasa terganggu, dan aku gak pengen orang-orang menganggap dia berpihak."

"Gimana, gimana kalau kau minta seorang senpai untuk mengajarimu? Kata orang, senior bisa ngajarin banyak hal, dan meningkatkan diri sendiri itu penting."

Daripada mencoba mengganti arah pembicaraan, Houki malah terlihat menghindari topik ini dan mengarahkannya ke arah yang aneh. Dan aku tidak tahu kalau mungkin perasaanku saja, tapi kenapa dari tadi dia menatap kearahku? Dia seperti menunggu sesuatu.

"Mm, karena Houki gak mau, aku bakal nyari seseorang—"

"AKU, AKU GAK BILANG GITU!"

Aku terkejut karenanya, berteriak tiada angin tiada hujan. Houki sepertinya sadar kalau dia terlalu kasar, saat dia mengembalikan ketenangannya.

"Itu, itu…ahem, I-Ichika, kau mau aku mengajarimu...?"

"Betul."

Setidaknya lebih mudah daripada harus meminta gadis lain untuk mengajariku, dan dia adik dari Tabane-san, jadi dia seharusnya cukup mengerti IS, bukan?

"Gi, gitu ya…hoho, baiklah. Sepertinya mau gimana lagi."

Kenapa dia tiba-tiba menjadi senang? Apakah sesuatu yang baik terjadi?

Sepertinya dia benar-benar senang hingga memainkan rambutnya, terus-menerus mengibaskan rambut ekor kudanya yang panjang dengan jari-jarinya.

"Baiklah, aku bakal mengajarimu. Ini pengecualian spesial!"

Untuk berbagai alasan, sepertinya dia sedikit menekankan kata 'pengecualian spesial'.

Tapi benar. Sejujurnya, aku sangat bersyukur karenanya. Kalau aku terus-menerus kalah pada gadis, kebanggaan priaku akan mati. Walaupun memang sudah setengah mati, kalau aku kalah lagi, kebanggaan ini pasti tewas.

"Mulai besok, sisain waktu setelah sekolah, okay?"

"Okay."

Karena aku tidak bisa mengikuti klub manapun (semuanya klub untuk gadis), ini sempurna.

Sederhananya, aku tidak tahan dengan mencoreng reputasi Chifuyu-nee seperti itu. Apapun yang terjadi, aku harus menjadi lebih kuat.

"Oh yeah, Houki."

"Hm, apa?"

Oh, dia masih dalam mood yang baik. Aku menanyakan padanya pertanyaan yang telah kupendam dari tadi.

"Dari tadi kau nahan ke kamar mandi bukan?"

*BAM—!* Suara pedang bambu pun menggema.



*Drip* *drip* *drip* *drip* *drip*...

Air panas terus mengalir melalui pancuran. Butiran-butirannya mendarat di kulitnya dan meluncur turun melewati lekukan tubuhnya. Tubuh proporsionalnya yang sudah jarang diantara para Kaukasian dan lekukannya yang indah, bagi Cecilia, adalah sesuatu yang ia banggakan. Kaki semampainya yang mengilap, lembut dan indah, tidak hanya setara dengan para idola di TV, tapi pasti bisa mengalahkan mereka.

Walaupun dadanya sedikit lebih kecil, dibandingkan dengan gadis kulit putih yang seumuran, hal itu malah membuat tubuhnya lebih menonjol. Karenanya, dia memiliki perasaan yang sedikit rumit pada dadanya itu. Tetapi, itu hanya bila dibandingkan dengan gadis kulit putih lainnya. Kalau dibandingkan dengan gadis Jepang, mereka sudah lebih dari cukup, bahkan cukup untuk dibilang besar.

Cecilia terus membiarkan butiran air meluncur menuruni dadanya sambil ia tenggelam dalam rantaian pikiran.

Cecilia terus membiarkan butiran air meluncur menuruni dadanya sambil ia tenggelam dalam rantaian pikiran.

(Pertandingan hari ini—)

Bahkan sekarang, dia tidak mengerti mengapa energi perisai Ichika menjadi 0. Tetapi, kalau dia berhasil menyerangnya dengan serangan terakhir itu, siapa tahu apa yang akan terjadi.

Bagi Cecilia, yang selalu berpikir kalau dia akan menang, dan selalu mencoba untuk berpikir kalau dia akan menang, kebingungan ini membuatnya tidak bisa tenang.

(Aku jelas-jelas menang...)

Tapi dia tidak puas sama sekali; sebaliknya, dia malah merasa tidak enak.

(—Orimura, Ichika—)

Dia masih mengingat lelaki bermata teguh itu.

Tampang tidak-akan-menyerah itu sering mengingatkan Cecilia pada ayahnya sendiri.

(Papa selalu ikut-ikutan kemauan Mama...)

Setelah menikah ke dalam keluarga yang kaya, ayahnya pasti merasa jauh lebih rendah daripada ibunya. Karena memiliki ayah seperti itu saat pertumbuhannya, Cecilia secara tidak sadar berpikir 'aku tidak ingin menikah dengan seseorang yang tidak berguna seperti itu'.

Dan setelah IS mulai beredar, perilaku ayahnya semakin menjadi-jadi. Ibunya pasti merasa kalau pria seperti itu benar-benar mengecewakan, jadi dia tidak ingin berbicara dengannya.

"..."

Ibunya memang adalah seseorang yang menakjubkan dari awal. Sebelum masyarakat berubah menjadi wanita-kuat-pria-lemah, dia sudah menangani sejumlah perusahaan, dan merupakan seseorang yang berhasil. Walaupun dia cukup ketat, Cecilia dulu selalu menghargainya.

Ya, 'dulu'. Orangtuanya sudah meninggal. Mereka meninggal pada suatu kecelakaan 3 tahun lalu.

Kenapa kedua orangtuanya, yang bekerja di tempat yang berbeda, malahan bersama pada hari terebut? Sampai sekarang, dia masih tidak mengetahui alasannya.

Meski pernah ada rumor mengenai terjadinya beberapa konspirasi, skenario dari kecelakaan menghilangkan kemungkinan tersebut. Kejadian naas tersebut adalah sebuah kecelakaan kereta lintas daerah dengan lebih dari ratusan korban.

Hanya begitu saja, orangtuanya pun berubah menjadi orang yang tak akan kembali.

Setelah itu, waktu terus berlalu.

Cecilia memiliki warisan yang begitu banyak, dan untuk melindungi uang tersebut dari mereka yang ingin merampoknya, dia belajar dengan keras untuk mengetahui segala sesuatu, dan pada sebuah tes kecocokan IS yang merupakan bagian dari kurikulum pelajarannya, dia mendapatkan nilai A+. Berharap dia tidak berpindah kewarganegaraan, pemerintah pun muncul dengan menyodorkan beragam kondisi yang baik hati; dan untuk melindungi warisan orangtuanya, dia langsung setuju. Cecilia dipilih untuk menjadi pilot percobaan pertama dari armamen generasi ke-3 'Blue Tears'. Untuk menerima informasi operasi dan pengalaman bertarung, dia datang ke Jepang, lalu—

Dia bertemu dengan Orimura Ichika; dia bertemu dengan pria ideal bermata teguh.

"Orimura, Ichika..."

Dia mencoba meneriakkan namanya. Tak disangka, dia bahkan merasakan dadanya memanas.

Jantungnya berdegup lepas kendali. Cecilia menyentuh bibirnya dengan lembut. Bibirnya yang cantik dan basah itu menghasilkan kesenangan yang menakjubkan bagaikan mereka memang meminta untuk disentuh.

"..."

Hangat dan manis, menyedihkan tapi membahagiakan.

—Perasaan apa ini?

Sebelum dia tahu, dadanya telah disesaki dengan perasaan ini.

—Aku ingin tahu.

Dia ingin tahu identitas sebenarnya, dia ingin tahu segala sesuatu di belakang perasaan ini.

—Aku ingin tahu. Aku ingin tahu, tentang Ichika.

"..."

Hanya suara air mengalirlah yang menggema ke seluruh penjuru kamar mandi.



Keesokan paginya, saat PSH, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

"Kalau begitu, perwakilan kelas dari 1-1 adalah Orimura Ichika-kun. Ah, memang enak kalau segala sesuatunya dimulai dengan '1'[5]!"

Yamada-sensei berkata dengan senang, dan para gadis di kelas merespon dengan baik. Hanya aku yang tidak tahu apa-apa…hanya aku saja.

"Sensei, aku mau nanya."

Aku mengangkat tanganku. Sederhananya, aku memang harus mengangkat tangan bila ingin bertanya.

"Katakan, Orimura-kun."

"Aku 'kan jelas-jelas kalah kemarin, jadi kenapa aku tetap jadi perwakilan kelas?"

"Itu karena—"

"Karena aku tidak mau!"

Cecilia berdiri dengan gertakan dan dengan cepat meletakkan tangannya di samping pinggangnya. Dia bergaya ojou-samalagi. Tidak, sebenarnya, aku tidak benar-benar berpikir soal itu—yang lebih penting—kenapa dia menyerahkan posisinya? Dan dia sepertinya cukup emosional…tunggu, dia selalu seperti itu…tetapi, bagaimana aku menjelaskannya? Dia tidak semarah kemarin. Dia terlihat lebih senang—tapi kenapa?

"Hm, walau kau kalah, emang udah pasti, karena musuhmu adalah Cecilia Alcott, jadi gak mungkin kau gak kalah!"

Uu…aku tidak bisa membantahnya, karena aku memang kalah.

"Lagipula, aku sudah kembali memikirkan perbuatanku saat aku gak bisa mengendalikan diri. Jadi..."

Jadi?

"Aku memutuskan untuk memberi posisi perwakilan kelas pada 'Ichika-san'. Untuk pengendalian IS, melakukan praktik pertarungan itu cara terbaik buat meningkatkan diri. Jadi, kalau kau yang jadi perwakilan kelas, kau bakal punya banyak pertarungan."

Ooh, terima kasih telah memberiku beban ini—hm? Aneh. Apakah dia baru saja memanggilku dengan namaku?

"Ooh, Cecilia profesional sekali!"

"Betul. Karena dia cowok satu-satunya dan kita sekelas, kita harus bantuin dia—"

"Kita bisa dapetin pengalaman berharga dan menjualnya informasi itu ke kelas lain. Keberadaan Orimura-kun di sini bisa menyelam sambil minum air!"

Bukankah sudah kubilang untuk tidak berbisnis di lingkungan sekolah? Jangan menjual teman sekelasmu seperti itu.

"Jadi—"

Setelah terbatuk beberapa kali untuk membersihkan kerongkongannya, Cecilia meletakkan tangannya di dagu. Beda dari yang biasanya dia lakukan; apakah ada arti yang spesial di belakangnya? Aku curiga ada sesuatu, tapi tidak tahu apa sesuatu itu.

"Juga kalau, kalau gadis menakjubkan, unik, elegan dan sempurna ini, mengajarimu gimana mengendalikan IS, kau pasti bakalan berkem—"

*BAM!* Bersamaan dengan suara meja yang digebrak, Houki pun berdiri.

"Maaf, tapi Ichika udah punya pengajar. Dia memintaku langsung!"

Wha, ada apa? Houki menekankan kata 'ku' saat dia melotot ke arah Cecilia dengan nafsu membunuh yang menggila.

(Bukankah sudah kubilang matamu itu bisa menakut-nakuti semua orang!?)

—Tapi untuk suatu alasan, Cecilia, yang juga takut padanya minggu lalu, bertingkah sangat berbeda. Dia menerima tatapan Houki dengan berani dan menatap balik, terlihat cukup puas.

"Oh tidak, Shinonono-san sang nilai IS C? Adakah sesuatu yang ingin kau bicarakan dengan sang nilai A ini?"

"Ini…, ini gak ada hubungannya sama level! Aku dimintai olehnya. I-Ichika memaksaku dengan sangat untuk ini!"

Aku tidak begitu.

"Huh, nilai Houki C...?"

"Su, sudah kubilang gak ada hubungannya sama level, 'kan!?"

Aku pun didamprat. Yah, sebagai catatan, sepertinya nilaiku B. Walau begitu, Chifuyu-nee pernah bilang kalau nilai itu hanyalah peringkat awal yang diambil dari suit latihan, jadi tidak terlalu signifikan—

"Duduk, kau duo idiot."

Chifuyu-nee dengan cepat berjalan menghampiri dan menghantam kepala Cecilia dan Houki sambil bergerak ke arah mereka.

Seperti apa yang akan kalian harapkan dari perwakilan Jepang di Mondo Grosso pertama, keganasannya benar-benar di tingkat yang berbeda. Mereka berdua hanya bisa duduk dengan murung. Ganas dan murung[6], menyenangkan juga menggabungkan kata-kata ini.

*BAM!*

"KALIAN KEBAWA-BAWA APAAN SIH!? BUBAR!"

Aku dipukul dengan buku absen. Chifuyu-nee, tahukah kau kalau sampul buku absen itu benar-benar keras? Tapi, hanya aku yang tahu itu.

"Level kalian itu macam sampah. Menurutku, kalian semua itu hanyalah seuntai bulu. Jangan membangga-banggakan sebelum kalian bisa keluar dari cangkang sendiri."

Mengenai kata-kata Chifuyu-nee, sepertinya bahkan Cecilia tidak bisa melawan. Walau sepertinya dia ingin berkata sesuatu, dia pun menelan kata-katanya dengan hikmat.

"Aku sudah menjelaskan sebelumnya kalau bahkan kandidat perwakilan juga harus ikut mempelajari segalanya, dari awal. Walaupun kalian mempunyai hak untuk meributkan hal-hal tidak penting macam itu, sedihnya bagi kalian, akulah bertanggung jawab atas kalian, jadi sebaiknya kalian lebih menghargai diri sendiri."

Hm—jadi Chifuyu-nee adalah orang yang begitu diandalkan dalam pekerjaannya? Benar-benar tidak disangka. Dia memang tidak terlihat seperti seseorang yang akan terus mengeluh karena makanannya hambar.

Ngomong-ngomong, karena aku tinggal di asrama sekarang, bagaimana cara Chifuyu-nee mengerjakan tugas-tugas rumah? Tidak akan ada orang di rumah, 'kan? Sepertinya aku harus pulang pada akhir pekan. Ngomong-ngomong, apakah Chifuyu-nee mencuci bajunya dengan benar? Dia selalu meminta bantuanku untuk mencuci baju kotornya saat aku sedang mencuci punyaku. Tetapi, akan lebih baik lagi kalau dia mau melempar pakaian-pakaian dalamnya ke tukang laundry. Kalau dia memintaku mencucinya berbarengan dan malah merusak bahannya, pasti dia yang akan marah. Kerjakanlah sendiri, dasar anggota masyarakat yang sudah 24 tahun.

*PAM!*

"…Kau memikirkan hal tidak sopan, 'kan?"

"Enggak…sama sekali."

"Begitukah?"

*PAM!* *PAM!*

"Aku minta maaf!"

"Baguslah kalau begitu."

Warga negara yang baik menyerah pada kekerasan? Tidak masuk akal!

"Yang akan menjadi perwakilan kelas adalah Orimura Ichika. Tidak ada yang keberatan, 'kan?"

"Tidak", balas semua orang (kecuali aku). Persatuan adalah hal yang baik.

Tetapi, akan lebih baik lagi kalau persatuan itu juga baik untukku. Menurutku.



Catatan Penerjemah[edit]

  1. 白式, "Ekspresi Putih"
  2. 雪片弐型 "Yukihira tipe 2"
  3. Pedang mereka berdua berbeda, Yukihira Nigata berarti Yukihira tipe 2.
  4. Kesagiri adalah serangan dari bawah-kiri ke atas-kanan, jadi di sini, kesagiri terbalik adalah dari bawah-kanan ke atas-kiri.
  5. Kanji pertama dari nama Ichika artinya "satu".
  6. Permainan kata-kata. Ganas (凄味, sugomi, dreadful) dan murung (すごすご, sugo sugo, dejected).
Mundur ke Bab 1 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 3