Infinite Stratos (Indonesia):Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1: Semua Teman Sekelasku Adalah Perempuan[edit]

"Semuanya sudah disini 'kan? Kalau begitu marilah kita mulai Pertemuan Siswa di Homeroom atau PSH --"

Wakil ketua dari guru homeroom, Yamada Maya-sensei, yang sebelumnya sudah memperkenalkan dirinya, berdiri di depan papan tulis sambli memberikan senyum bersungguh-sungguhnya kepada semua orang.

Dia memiliki tubuh yang kecil, dan terlihat tidak terlalu berbeda dengan siswa-siswa lainnya. Namun, ia mengenakan baju yang sangat tidak cocok dengan tubuhnya sehingga dia terlihat lebih kecil. Dan dia terlihat semakin aneh karena mata hijau zaitunnya yang besar dibelakang kacamatanya.

Bagaimana ya caraku menjelaskannya? Aku tidak bilang bahwa hal itu hampir sama seperti ketidakcocokan dari 'seorang anak kecil yang memakai baju orang dewasa'… dia lebih mirip seperti seorang anak kecil yang dipaksa untuk memakai baju orang dewasa dan sepertinya bukan cuma aku yang berpikir seperti itu disini.

"Kalau begitu maka semuanya, mari kita baik-baik satu sama lain sampai tahun depan~"

"......"

Namun, seluruh kelas sepertinya berada dalam keadaan yang canggung, dan tidak ada yang menjawabnya.

"Sekarang, ayo kita beralih ke perkenalan diri. Mmm, kita akan mulai sesuai urutan kursi."

Meskipun wakil ketua guru homeroom ini sedikit manis ketika dia sedang panik, itu tidak membuatku berpikir 'Aku harus melakukan sesuatu !' , karena sayangnya, Aku tidak punya waktu untuk itu.

Kalau kau mau tau kenapa,

Alasannya cukup sederhana: dengan pengecualian diriku sendiri, semua orang di kelas ini adalah perempuan.

Hari ini adalah upacara masuk sekolah tinggi, dan di hari pertama ini, sebuah jendela dunia yang baru pun terbuka lebar. Itu saja sebenarnya sudah sangat bagus, sesuatu yang patut untuk dibanggakan.

Tapi, masalah utamanya yaitu aku adalah satu-satunya laki-laki disini.

(Ini… sebenarnya ini lebih serius dari yang kukira…)

Ini bukan karena aku yang terlalu percaya diri, tapi faktanya, aku benar-benar bisa merasakan tatapan dari semua cewek di kelas ini.

Lagipula, tempat dudukku sangatlah tidak menyenangkan. Kenapa aku harus ditempatkan di depan baris tengah dari kelas ini? Tubuh bagian atasku yang tak mungkin tak terlihat itu pasti akan tetap terlihat walaupun aku tak mau.

Mataku beralih kearah jendela.

"..."

Walaupun aku sudah memberikan tatapan memohon, hal yang menyedihkannya adalah, Shinonono Houki tetap saja memalingkan kepalanya kearah lain dengan jengkel, berpura-pura melihat ke luar. Benar-benar reaksi yang dingin. Memangnya ini sikap yang seharusnya diberikan oleh seorang teman masa kecil yang telah terpisahkan selama 6 tahun? Bukan… Apakah dia benar-benar membenciku sekarang?

"...san, Orimura Ichika-San."

"I-Iya!?"

Karena namaku tiba-tiba dipanggil, aku menjawab dengan setengah tidak sadar. Seperti yang sudah kuperkirakan, ada beberapa orang yang cekikikan, dan sangat sulit untuk tetap tenang.

Walaupun bukan berarti aku payah dalam menangani cewek, tetapi tetap saja ada batasannya. Hal ini cukup mirip dengan walaupun aku suka dengan ramen dan memakannya terus-terusan, aku pasti akan sakit setelah hari ke-3. Huh, aku tak tau. Lagipula, aku tak pernah suka dengan ramen sampai sejauh itu…eh, aku seharusnya tak berpikir tentang hal itu.

Bagaimanapun juga, aku adalah satu-satunya siswa laki-laki di kelas ini, ada 29 orang siswa perempuan, dan asisten dari guru homeroom pun juga perempuan. Kalau soal guru homeroom… aku juga belum tau, tapi dia juga pasti seorang perempuan juga. Sepertinya dia belum datang juga. Apa yang sedang dia lakukan?

"W-Well, maaf karena aku memanggilmu dengan keras-keras. Apakah aku mengagetkanmu? Maaf-maaf! Tapi, soal perkenalan dirinya… kita sudah mulai dari 'あ' (a) , dan sekarang kita sudah sampai ke 'お (o)' yaitu Orimura-san sekarang. Jadi, to-tolong yah, Bisakah kamu memperkenalkan diri? Bi-bisa 'kan?"

Wakil ketua dari guru homeroom, Yamada Maya-sensei, membungkuk dengan sopan. Namun, bungkukannya tadi itu menyebabkan kacamatanya sedikit bergeser. Dan udara 'apa saja boleh kok' darinya itu membuat ku sangat khawatir. Omong-omong, benarkah dia lebih tua dariku? Kalau dibilang bahwa dia sama tuanya denganku, itu masih bisa dipercaya.

"Tidak, tak usah minta maaf begitu… lagipula, ini 'kan hanya perkenalan diri, jadi tenang saja ya, sensei."

"Be-benarkah? Benarkah? Benarkah? Ka-karena kau sudah bilang, jadi lakukan dengan benar, oke?!"

Yamada-sensei tiba-tiba melihat ke atas dan memegang tanganku, dan dia memegangnya dengan sangat erat… baiklah, sepertinya aku menarik perhatian lagi.

Namun, karena aku sudah bilang begitu, dan aku adalah seorang pria, maka aku tak bisa lari dari itu. Dan yang lebih penting lagi, karena aku sudah memcahkan suasananya, aku harus menghadapi suasana canggung ini lagi (baca: interaksi antar manusia).

Aku berdiri dan berbalik untuk menghadap ke arah kelas.

Uu...

Pertamanya, aku hanya merasakan mereka melihatku dari belakang, tapi sekarang aku bisa merasakan tatapan mereka menusuk tepat dari depan. Bahkan, Houki, yang dari tadi tidak mempedulikanku lagi, melihat ke arahku juga. Seperti yang diharapkan, bahkan aku, yang mengaku bisa menghadapi cewek, penuh dengan ketakutan. Bahkan jika aku sangat menyukai kari— ups, stop, aku harus tetap fokus.

"Hm-... Baiklah, aku Orimura Ichika. Baik-baiklah denganku."

Setelah aku membungkuk dengan sopan—tunggu sebentar? Ekspresi dari teman sekelasku mulai menjadi aneh, bagaikan mereka berpikir, 'bilang lebih banyak lagi dong' dan 'enggak cuma segitu, 'kan?'.

Tidak mungkin bagiku untuk mengoceh tentang diriku sendiri. Bukannya aku tidak tertarik, tapi aku tidak ingin semua orang untuk mendengarnya. Lagipula, bukannya aneh untuk membicarakan apa yang kita suka dari sejak pertama? Aku akan menakuti mereka dengan berbicara tentang 'menanam dan mencangkok kaktus', 'kan? Sebagai catatan, aku tidak suka dengan menanam dan mencangkok kaktus. Aku cuma bilang itu dengan maksud agar dimengerti saja.

"..."

Aku bisa merasakan keringat mengalir di punggungku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kukatakan?

Ngomong-ngomong, kenapa aku bisa berada disini?

--

"Uu—dingin banget..."

Di pertengahan Februari, aku, sebagai anak kelas tiga, sedang berjalan menuju pusat ujian.

"Padahal 'kan aku cuma mau masuk sekolah tinggi di dekat rumahku, kenapa aku harus pergi ke tempat yang jauhnya 4 kali terminal kereta dari sini…dan hari ini dingin banget..."

Karena ada kasus pencontekan tahun kemarin, pemerintah hanya akan memberitahukan lokasi ujian dari setiap sekolah 2 hari sebelum ujiannya itu sendiri. Walaupun aku berpikir bahwa itu sangatlah berlebihan, seperti yang kau pikirkan. Aku 'kan cuma seorang anak kelas tiga pada saat itu. Namun, apa lagi sih yang bisa kukatakan? Sekarang, Aku hanya bisa menahan kekesalanku selagi aku berjalan dengan enggan ke pusat ujian.

Sekolah pilihanku adalah Aoetsu Private School yang bertempat sangat dekat dengan rumahku, suatu sekolah yang rata-rata dalam pelajarannya, dan sekolah itu juga mengadakan festival sekolah.

Kalau ada lagi keuntungannya yang perlu kukatakan, yaitu adalah biayanya sangatlah murah. Sangat murah.

Kenapa? Sangat sederhana. Karena 90% dari orang yang lulus dari sekolah ini dipekerjakan di dalam perkerjaan yang berhubungan dengan perusahaan sekolah ini.

Walaupun lapangan kerjanya jadi itu-itu saja, sebenarnya itu cukup menyenangkan karena kau akan diurus langsung setelah kau lulus.

Dan disana banyak sekali pekerjaan yang bagus, dan lagipula, mereka semua bersifat lokal. Tidak perlu pusing-pusing tentang pergi ke daerah pedesaan yang berbeda setiap hari. Sangat indah.

"Dan akhirnya, aku tetap ingin untuk pergi dari penjagaan Chifuyu-nee..."

Kalau soal rumahku, beberapa hal telah terjadi. Orang tuaku sudah tidak ada lagi, dan walaupun kakakku, yang jauh lebih tua daripadaku, telah menjagaku untuk waktu yang cukup lama, Aku selalu merasa iri kepada orang lain karena tidak memiliki orang tua.

Walaupun, meskipun kita tidak menjadi miskin karena penghasilan dari Chifuyu-nee cukup baik, aku akan tetap merasa tidak enak karena telah menjadi beban untuknya.

Awalnya, aku berpikir tentang langsung bekerja setelah lulus sekolah menengah, tapi karena kekuatan kakak perempuanku yang sangat kuat -—- atau bisa kita bilang bujukan yang "lembut" --— aku tidak bisa mengalahkannya, jadi sampai saat itu, aku masih mengikuti ujian.

Namun, masuk ke Aoetsu Private School hampir sama seperti mendapatkan pekerjaan. Dalam waktu yang sama, aku bisa mengurangi beban dari pundak Chifuyu-nee. Tapi, sebenarnya bukannya aku mau mengurangi beban darinya,… itu semua karena aku mau saja.

"…Kita anggap saja aku sudah menerima apa saja yang terjadi."

Berkat dari belajar dengan giat selama 1 tahun, aku ditandai sebagai siswa tingkat A. Seperti biasanya, aku pergi untuk mengikuti ujian, dan seperti biasanya lagi, aku diterima seperti siswa normal, jadi aku tidak gugup saat berjalan ke tempat ujian. Walaupun aku tahu nama tempat fasilitas ujiannya, aku tidak tahu dengan pasti tempatnya, dan tempat umum seperti itu memiliki fungsi yang cukup banyak. Walaupun sangat jarang untuk sebuah perusahaan pribadi untuk meminjam dari sektor publik, mereka semua tetaplah perusahaan regional, dan banyak yang tetap mematuhi permintaan pemerintah.

"Hm... Aneh, sekarang gimana caranya naik ke lantai 2?"

Payah, aku tersesat. Ngomong-ngomong, Kenapa bangunan ini harus dibangun dalam bentuk yang sangat memusingkan? Sepertinya bangunan ini dirancang oleh seorang designer dengan latar belakang yang cukup bagus. Dan, orang itu juga pasti lahir dari industri setempat.


"Kenapa dengan perasaan 'Aku terlalu bagus untuk mendesain tempat ini dengan logis' tentang tempat ini ... dan, mana sih tangganya?… " Serius, jika ada orang yang bilang tempat ini adalah labirin maka itu dapat dimengerti. Dan cukup sulit untuk dimengerti bahwa kenapa tak ada peta sama sekali di tembok-tembok. Ubin dari kaca di tembok-tembok di koridor seharusnya membuat air conditioner menjadi tidak efisien, 'kan? Dan bukannya berbahaya untuk menaruh ubin di tembok jika ada gempa bumi dan hal itu menjadi tidak berguna? Bukankah lampu-lampu yang ditaruh terlalu berdekatan antara satu dan lainnya itu terlalu boros listrik? Lalu, bukankah saat mengganti lampu-lampu itu maka akan menjadi sangat susah? Mengapa atapnya sangat tinggi padahal tak ada gunanya? Hm...

"..."

Sudah kelas tiga tapi tetap saja tersesat—Tidak, ini terlalu memalukan.

"Sudahlah, aku akan membuka pintu pertama yang kulihat. Mungkin itu pintu yang benar."

Ah, sangat melegakan untuk akhirnya bertemu dengan sebuah pintu. Haruskah aku membukanya?

"Ah—kau peserta ujian, kan? Baiklah, pergi ke seberang dan ganti bajumu. Kita sedang buru-buru disini. Kita hanya bisa meminjam tempat ini sampai jam 4, dan kita tidak dapat meminta perpanjangan waktu lagi. Sungguh, aku tidak tahu apa yang pemerintah sedang pikirkan sekarang..."

Saat aku berjalan masuk, seseorang yang berumur 30-berapalah tahun, guru perempuan yang terlihat sedikit gila mulai mengoceh. Namun, dia terlihat sangat sibuk, atau mugkin dia sibuk karena kurang kerjaan —atau dua-duanya—, lalu dia memberiku instruksi sebelum akhirnya dia berjalan pergi.

(Ganti baju? Hm, apakah sekarang kita harus berganti baju hanya untuk ulangan? Ahh, ini pasti cara untuk menghindari penyontekan, sekolah apa pun itu.)

Saat aku menarik tirai itu ke samping, aku menemukan sesuatu yang misterius di belakangnya.

Bagaiman caraku menjelaskannya? Itu seperti 'baju zirah’ masa pertengahan yang ditaruh di dalam sebuah kastil'. Dan juga, dia sedang berlutut di satu kaki, bagaikan dia sedang bersumpah atas loyalitas kepada tuannya.

Sangat berbeda dengan baju zirah masa pertengahan, hanya sedikit bagian yang terlindungi, dan pasti tidak ada orang yang menerima perlindungan seperti itu. Bagimanapun, dengan menaruh benda itu disan akan membuat semua orang berpikir 'ada apaan sih'.

Benda itu memiliki bentuk yang mirip manusia, hampir seperti dia sedang menunggu penggunanya untuk datang.


—Aku tau apa benda ini, dia adalah sebuah 'IS'.


Nama aslinya adalah 'Infinite Stratos'. Hal itu seharusnya diciptakan sebagai power suit multifunction untuk operasi luar angkasa.

Namun , pengembangannya tidak berjalan sebagaimana penciptanya inginkan pada awalnya, tapi justru dimodifikasi oleh mekanik-mekanik spesialis yang lain yang terlibat, dan malah menjadi 'mesin perang' . Namun, negara-negara lain menamainya sebagai alat terbang 'sport' — maksudnya alat terbang berperforma tinggi .

Kesalahan fatal dari 'IS' adalah bahwa mesin ini hanya akan bereaksi terhadap perempuan.

Maka, sekarang, benda yang ada di depan ku ini seperti boneka di lemari berdebu. Dia tidak melakukan apa-apa, atau akan melakukan apa-apa. Dia hanya sebuah benda.

—Sambil berpikir tentang itu, aku menyentuhnya.

"Hm!?"

Ting! Suara besi dipukulkan bergema dalam pikiranku.

Lalu, segala jenis informasi muncul didalam kesadaranku. Dalam beberapa detik, semua hal yang orang mau tahu tapi belum tahu muncul di depanku. Gerakan dasar dari 'IS', metode pengoperasian, kemampuan, karakteristik, peralatan yang sudah ada, batas waktu aktif, jarak pergerakan, sensitifitas, pencarian melalui radar, residu armor, pengukur output, dan masih banyak lagi...

Bagaikan aku sudah menggunakannya selama bertahun-tahun, bagaikan itu adalah teknik yang selalu kulatih, aku mengerti tentang semua itu, dan menguasainya.

Pengelihatanku juga terhubung ke sensor, angka-angkanya muncul tepat di pikiranku. Aku juga bisa merasakan informasi di sekelilingku melalui angka-angka.

"Apa, apa yang sudah terjadi...?"

Benda itu bergerak. 'IS' itu. Seperti tangan dan kakiku sendiri.

Aku merasakan sesuatu memanjang dari kulitku — mucosal armor diperpanjang… selesai.

Badanku tiba-tiba terasa sangat ringan, dan aku merasakan bagaikan aku sedang mengambang - operasi jet normal… dikonfirmasi.

Saat tangan kananku terasa bertambah beratnya, sebuah senjata terbentuk dari cahaya — pisau bertarung jarak-dekat… dikeluarkan.

Aku merasa sedikit aneh dengan bertambahnya pengetahuanku tentang dunia ini secara tiba-tiba — komponen ultra-aware sudah di tempat yang tepat... selesai.

Aku mengerti tentang apa saja yang benda itu lakukan. Walaupun aku belum pernah mengetahuinya, walaupun aku belum pernah belajar tentang hal itu, aku mengerti.


Dan dunia yang kulihat melalui data dari 'IS' itu seperti—

--

"..."

—Hm~

Mari kita tegaskan kembali situasinya. Hari ini adalah hari pertamaku di Sekolah Tinggi, dan sekarang aku sedang melakukan perkenalan diri. di depanku terdapat 29 cewek, dan dibelakangku, sepertinya Yamada-sensei sudah hampir menangis… oh yeah, nama Yamada-sensei sangatlah mudah untuk diingat. Dari depan ke belakang, namanya bisa dibaca sebagai 'Ya Ma Da Ma Ya' (ヤマダマヤ). Hm, nama yang bagus, sangat mudah untuk diingat. Bagaimanapun, cukup sudah obrolan singkatnya.

Dan tetap, perkenalan diriku belum selesai. Para cewek ini memberikan tatapan 'beritahu lebih banyak tentangmu!'.

Hey, Houki, mengapa kau tidak membantuku sebagai teman masa kecilmu?—Ah, dia menghiraukanku lagi? Dasar tak punya hati. Bagaimana kalau kita mengulang reuni yang sangat menyentuh tadi itu? Walaupun itu tidak pernah terjadi.

(Tak baik. Ini sangat tak baik. Kalau aku diam saja seperti ini, aku akan dikenal sebagai 'orang penuh dosa'.)

Aku menahan napas sebelum menghirup sedalam-salamnya, sambil terlihat sangat bertekad saat mengatakannya,

"Segitu saja."

DANG~! Beberapa orang perempuan terjatuh ke lantai. Apa sih yang mereka harapkan dariku? Hentikan menggosipkan hal yang tak jelas.

"Itu, itu..."

Dibelakangku, aku bisa mendengar suara orang yang berbicara sambil menangis. Eh? Jadi ini saja belum cukup?

PANG! Aku pun dipukul di belakang kepalaku.

"OW—!?"

Itu menyakitkan, tapi kalau dibandingkan dengan rasa sakitnya, sesuatu yang lebih penting berkelebat melalui pikiranku.

Cara pemukulannya — dengan tenaga yang sangat cukup, sudut yang tepat, kecepatan yang dapat diterima — walaupun cara pemukulannya sangat mirip dengan cara pemukulannya orang yang sangat familiar dengan ku, tapi...

"..."

Aku pun berputar pelan-pelan. Rok hitam yang sangat ketat, tinggi dan langsing, postur tubuh seseorang yang tidak terlihat berotot meskipun latihan yang terus-menerus. Tangannya terlipat di depan dadanya, mata phoenix[1]-nya yang tajam dan ramping itu pasti akan mengingatkan kita dengan serigala.

"Eh, Guan Yu[2]!?"

PANG! Itulah pukulan berikutnya. Benturannya cukup keras, dan oh, lihat, sekarang semua cewek-cewek pun melihat kearahku.

Rok hitam yang sangat ketat, tinggi dan langsing, postur tubuh seseorang yang tidak terlihat berotot meskipun latihan yang terus-menerus.

"Hah?? Kenapa aku jadi seorang pahlawan dari novel Romance of the Three Kingdoms? Mengapa kau jadi idiot?"

Suara yang berat. Walaupun aku mendengar efek suara dari gong, tapi, eh, kenapa?

—Tidak, tunggu, tunggu dulu tunggu dulu. Kenapa bisa ada Chifuyu-nee disini? Saudara perempuanku yang bahkan pekerjaannya saja aku tidak tahu, saudaraku yang hampir tidak pernah pulang ke rumah lebih dari satu atau dua kali sebulan.

"Ah, Orimura-sensei, apakah rapatnya sudah selesai?"

—Argumen kecil ini hanya akan selesai dengan buruk. Dan akhirnya pun, hubungan kami sebagai saudara pun akan terungkapkan.

"Ah, Yamada-sensei. Pasti sulit bagimu, untuk memaksa mereka untuk memperkenalkan diri sendiri."

Oh, aku belum pernah mendengar suara lembut itu darinya sebelum ini. Kemana Guan Yun Chang pergi? Apakah dia naik Kuda Red Hare dan pergi untuk menyerang Liu Bei?

"Tidak, tak apa-apa. Sebagai asisten guru homeroom, kalau bahkan itu saja aku tak bisa maka..."

Tangisannya tadi pun menghilang, saat wakil ketua guru homeroom Yamada-sensei menjawab Chifuyu-nee dengan suara yang bertenaga dan tatapan yang sangat perhatian. Ah, sebenarnya sih dia sedang malu.

"Semuanya, namaku adalah Orimura Chifuyu, dan merupakan tugasku selama satu tahun ini, untuk melatih kalian dalam pengoperasian dan pengendalian dari IS. Setiap yang kuajarkan, kalian harus ingat, dan harus dimengerti. Untuk kalian yang tak bisa mengerti, akan kuajari sampai mengerti. Tugasku yaitu adalah untuk mengajari kalian sepenuhnya selama tahun pertama kalian ini, dari umur 15 sampai umur 16. Kalian boleh membenci sikapku, tapi kalian tetap harus melakukan apa yang kusuruh. Dapat dimengerti?"

Ada apa dengan pernyataan perang ini? Tak salah lagi… dia pasti adalah kakakku, Orimura Chifuyu.

Tapi tidak terdengar teriakan yang canggung, yang terdengar malahan jeritan,

"KYAAA—! Dia Chifuyu-sama, dia benar-benar Chifuyu-sama!"

"Aku selalu menjadi fans mu~!"

"Aku datang ke sekolah ini jauh-jauh dari Kyuushuu Utara karena aku mengagumimu, onee-sama!"

"Aku juga datang dari Hokkaido Selatan!"

"Aku sangat senang karena diajar oleh Chifuyu-sama!"

"Aku akan berkorban apapun demi Chifuyu-sama!"

Chifuyu-nee menatap kearah cewek-cewek yang sedang mengoceh itu dengan ekspresi tak bersemangat.

"…sungguh, adalah sebuah pemandangan untuk melihat idiot-idiot ini berkumpul setiap tahun. Benar-benar kejutan! Atau apakah ada alasan yang lain? Apakah orang-orang bodoh ini hanya berada disini untuk mendatangi kelasku saja?"

Dia tidak berpura-pura, Chifuyu-nee benar-benar kecewa. Chifuyu-nee, popularitas itu tak bisa dibeli tau? Kenapa kau tidak bersikap sedikit halus?

Aku terlalu naif dalam memikirkan ini, jadi kalau naif itu diukur dengan manis maka aku semanis anggur manis dari Kuil Misaka (itu 'kan cuma air bergula), semanis labu dari kantinnya Gotanda. Mungkin tidak semanis kastanye manis dari Tianjin — manis tapi tidak semanis sampai benar-benar manis sekali sampai aku tidak bisa menjelaskannya disini, atau mungkin semacamnya.

"KYAAAHH! ONEE-SAMA! MARAHI KAMI LAGI DONG! AYO MARAHI KAMI LAGI!!"

"TAPI LAMA-LAMA TAMBAH LEMBUT, YA!!"

"DAN TERAKHIRNYA JADILAH SANGAT ANGGUN~!"

Setidaknya teman sekelasku sangat bagus kalau disuruh menjadi penuh semangat.

Namun, aku masih kaget karena guru homeroomku ternyata Chifuyu-nee -- seharusnya sih aku masih kaget, tapi aku berhasil menenangkan diri karena teriakan dari para cewek. Tentunya, kalau ada kekacauan didekatmu, seseorang pasti akan menjadi tenang, atau semacamnya. Aku sudah pernah merasakan seperti itu sebelumnya.

"Oi, bahkan kau tidak bisa hanya sekedar memberikan salam?"

Sangat sarkastik, sangat sarkastik — apakah ini yang dimaksud olehnya ketat? Kakak perempuanku yang selalu menjagaku, dia benar-benar orang yang seperti ini.

"Tidak, Chifuyu-nee, aku—"

PANG! Itu yang ketiga kalinya hal ini sudah terjadi, apakah kau mengerti, Chifuyu-nee? 5000 sel otak mati setiap kali aku dipukul.

"Panggil aku Orimura-sensei."

"…Siap, Orimura-sensei."

"Eh...? Kalau begitu, artinya Orimura-kun itu adiknya Chifuyu-sama...?"

"Mungkin hal itu berhubungan dengan dia yang merupakan satu-satunya laki-laki di dunia ini yang bisa menggunakan IS?"

"Ah~ Bagus. Aku ingin bertukar nomor telepon dengannya~."

Aku akan mengabaikan kata-kata itu sekarang. Mari kita lanjutkan.

Aku datang ke Akademi IS umum sebagai satu-satunya laki-laki yang bisa menggunakan 'IS'.

Akademi IS adalah, seperti yang sudah disebutkan di namanya, sebuah perusahaan edukasi yang bertujuan untuk mendidik pengguna IS. Pemerintah Jepang menganggap bahwa membiayainya dan menjalankannya sebagai tugas yang penting. Namun, hasil dari penelitian IS akhirnya terungkap ke seluruh dunia karena kesepakatan bersama, dan pada saat yang sama, Jepang tidak punya hak untuk diam dan menyembunyikan tentang Akademi IS ini. Apapun yang terjadi disini, Pemerintah Jepang hanya boleh ikut campur dengan adil, dan juga memiliki kewajiban untuk menyelesaikan masalah dibawah persetujuan dari negara lain yang ikut dalam perjanjian. Dan juga, sekolah ini harus membuka pintunya untuk siswa dari luar negeri tanpa persyaratan apapun, dan pemerintah harus memberikan perlindungan — kalau menurut isi dari perjanjian IS tentang lembaga pilot IS.

Ini adalah kode disiplin dari sekolah ini.

Sederhananya, kita bisa bilang itu seperti ini 'sialan kau Jepang, menciptakan IS dan menyebabkan kekacauan di dunia ini, setidaknya kau harus membangun sebuah sekolah untuk melatih orang-orang dalam bidang IS ini. Serahkan peneltian dan teknologi kalian. Ah, dan kalian harus menanggung semua biayanya'. Negara X ini sepertinya sangat menyebalkan.

(Kenapa aku harus berada di sekolah ini? …Yah, karena aku mengaktifkan sebuah IS untuk tes di tempat ujian IS, tapi ngomong-ngomong, bagaimana caranya aku bisa sampai di tempat itu?…)

—Apakah Aoetsu Gakuen dan Akademi IS itu satu dan sama? Bagaimanapun juga, sepertinya itulah yang terjadi.

"..."

Tiba-tiba, di kelas yang sangat heboh ini, aku merasakan sebuah tatapan.

Ketika aku menatapnya kembali, Houki, yang dari tadi hanya menatap keluar kelas, berbalik ke belakang untuk menatapku.

(Hm—, walau dia tidak terlihat sedang marah… apakah aku melakukan sesuatu?)

Sudahlah, aku tanya saja dia nanti.

Ketika aku sedang berpikir tentang itu, bel pun berdering.

"Oh, selesai sudah PSH-nya. Semuanya, aku akan memintamu untuk menghapalkan dasar-dasar dari IS selama 6 bulan ke depan. Setelah itu, sangat sederhana, kau harus biarkan gerakan-gerakan dasar itu menyatu sebagai bagian dari insting tubuhmu. Oke? Jika kalian mengerti, jawab aku. Mau diterima atau tidak, jawab dengan apapun pertanyaan yang kuajukan."

Oh, pelatih setan dari neraka. Sekarang, Chifuyu-nee mungkin adalah setan dalam kulit manusia. Enggak, aku masih bisa menanganinya jika dia cuma setan, karena mereka bukan manusia. Tapi orang di depanku ini sepertinya hanya mengetahui setengah dari fungsi-fungsi manusia, dasar tidak peka.

Bagaimanpun, Orimura Chifuyu ini adalah pilot dari IS generasi pertama yang mewakili Jepang, dan tidak pernah terkalahkan dalam pertarungan sebenarnya. Namun, suatu hari, dia memberitahukan tentang pengunduran dirinya dan diapun menghilang… yang berarti dia kesini hanya untuk mengajar… dia setidaknya memberitahuku sebagai anggota keluarganya… Betapa idiotnya aku karena telah mencemaskannya.

"DUDUK KAU, DASAR BODOH!!"

Ya, ya ... aku memang idiot.



"Aahh-..."

Aku tidak bisa menanggunya. Ini terlalu berat. Aku tak bisa. Aku putus asa.

".................."

Kelas teori pertama dari IS pun akhirnya selesai, dan sekarang sudah istirahat. Tapi, aku tidak tahu caranya bereaksi dengan aura yang abnormal di sekitar kelas ini.

Ternyata, sementara institut IS ini adalah bisnis yang produktif dalam bidang keuangan, ternyata ada juga pelajaran tentang IS, yang menjadi makanan sehari-hari. Struktur dari sekolah ini? Kau bisa melihatnya sendiri di petanya.

(Tapi, aku tetap tidak bisa menyatukan satu hal dengan hal lainnya...)

Selain dari aku, semua orang disini adalah perempuan. Tak cuma di kelasku saja, tapi semua orang di sekolah ini.

Ternyata, berita tentang 'Aku satu-satunya laki-laki yang bisa mengendalikan IS' ternyata sudah menyebar ke seluruh dunia, semua orang tahu tentangku, dari orang-orang di sekolah sampai ke semua siswa.

Dan itulah kenapa, di tengah-tengah koridor banyak cewek dari kelas-kelas lain, begitu pula dengan sempai-sempai kelas 2 dan 3. Walaupun aku sering melihat cewek, tapi dalam kasus ini, tak ada yang mendekatiku untuk ngobrol. Sepertinya bahwa, dari ekspresi mereka, cewek-cewek yang sama tingkatannya akan selalu berpikir 'kemarilah mengobrol denganku'. Udaranya penuh dengan 'Hey, apakah kau kabur dari masalahmu hah', sepertinya udara yang penuh dengan ketegangan.

Ngomong-ngomong, walaupun Akademi IS adalah satu-satunya sekolah di dunia yang mengkhususkan dalam IS, sudah banyak juga sekolah yang ingin mendorong siswanya, memasukkannya ke dalam program pembelajaran IS, jadi mereka bisa belajar lebih lanjut.

Dan sekolah-sekolah seperti ini juga 100% perempuan. Namun, akhirnya, cewek-cewek dari sekolah seperti itu tidak punya ketahanan terhadap cowok, dan untuk cowok-cowok dalam masyarakat yang normal, ada dilema karena statusnya.

Senjata-senjata yang sekarang ini ada cuma sebuah rongsokan di depan IS, itulah kenapa keseimbangan militer di seluruh dunia pun menjadi kacau. Dan karena IS diciptakan oleh orang Jepang, Jepang pun memonopoli teknologi IS ini. Negara-negara lain yang mulai sadar tentang bahayanya pun akhirnya menandatangani Protokol Aplikasi IS — biasanya disebut dengan 'Perjanjian Alaska', yang memberikan kewenangan dalam pengungkapan dari teknologi IS dan pembagian informasi, menciptakan fondasi dari institusi penelitian dunia, dan yang paling penting, melarang penggunaanya dalam militer.

Itulah kenapa, jumlah dari pilot IS di suatu negara mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan tenaga militernya (karena kekuatan pertahanan yang dapat dipercaya). Hanya perempuan yang bisa menjadi pilot, jadi semua negara yang terlibat menciptakan program perlindungan perempuan yang lebih tinggi prioritasnya.

Itulah kenapa, karena ideologi 'perempuan = hebat' sangat diterima, dalam sepuluh tahun terakhir ini perempuan dianggap lebih unggul daripada laki-laki.

Ketika datanglah 'pria' yang setara dengan perempuan, sangatlah jelas kalau rasa keingintahuan itu datang.

(Setelah itu, kita kembali lagi ke keadaan sulit ini.)

Kebetulan aku melihat kearah cewek di meja sebelahku, dan walau dia sedang melihat kearahku sebelumnya, dia langsung memalingkan muka kearah lain. Itu pasti menciptakan perasaan gelisah bahwa kita 'sedang didekati'.

Dan juga, karena menjadi objek pengaguman dari cewek dari seluruh negara ini, dan juga dikenal sebagai adiknya Orimura Chifuyu sepertinya menjadikan hal-hal menjadi sedikit rumit.

(Siapa yang bisa membantuku dalam situasi seperti ini...)

Tiba-tiba, aku teringat dengan teman lamaku Gotanda Dan. Dia selalu bilang kalau dia sangat iri padaku, nah dimana dia sekarang? Masih belum terlambat untuk bertukar tempat denganku.

"…mmm, permisi sebentar."

"Eh?"

Tiba-tiba, seseorang berbicara denganku. Sepertinya sudah ada pemenang dari para cewek-cewek yang dari tadi berebutan? …Tidak, dari pembicaraan yang hampir tak terdengar yang terbawa keluar dan masuk kelas, hanya ada satu cewek yang bisa melakukannya.

"…Permisi."

"..."

Di depan mataku berdiri seorang teman masa kecil yang terakhir kutemui enam tahun yang lalu.

Di depan mataku berdiri seorang teman masa kecil yang terakhir kutemui enam tahun yang lalu.

Shinonono Houki. Kami belajar kendo bersama di dojo yang sama. Gaya rambutnya masih rambut ekor kuda yang sama seperti yang kuingat. Rambutnya yang lebih panjang bahu itu diikat dengan seutas pita yang berwarna putih (Dojo milik Shinonono itu setengahnya adalah kuil.)

Walaupun tingginya rata-rata untuk cewek yang seumuran dengannya, merupakan efek dari latihan kendo bertahun-tahunlah dia mempunyai tubuh yang ramping. Menurutnya, dia terlahir dengan tatapan yang muram itu. ... tidak, bahkan kemungkinan kalau aku dibenci olehnya tidak nol. Bahkan, ketika dia memanggil namaku, bukan hanya imajinasiku saja kalau dia sedang marah.

Kesanku terhadap Houki, adalah seseorang yang akan mengingatkanmu pada katana, yang sepertinya dalam enam tahun ini telah bertambah tajam saja.

"Apakah akan baik-baik saja kalau kita mengobrol di koridor?"

Pasti susah untuk mengobrol di kelas. Ah, lupakan saja, kalau hal ini bisa menarikku keluar dari rasa tak enak ini, apa saja boleh kok. Ternyata benar, teman masa kecillah yang membantuku. Tidak plin-plan. Mungkin dia ingin minta maaf tentang apa yang sudah dia katakan sebelumnya. Ah, dasar aku ini.

"Cepat."

"A-Aku tau."

Houki terburu-buru menuju koridor, dan cewek-cewek yang berkumpul disana menjauh dalam sekejap. Seperti Musa yang membelah lautan.

Walaupun aku keluar ke koridor, Houki dan aku tetap saja dikerumuni orang-orang berdiameter 4 meter. Juga, aku punya perasaan kalo semuanya pasti menguping. Kelasnya juga menjadi sepi.

"Ngomong-ngomong..."

"Apa?"

Aku baru saja kepikiran, jadi aku yang memulai obrolan. Katakanlah Houki, kau yang meminta aku untuk kemari tapi kau tidak bicara apa-apa, apa enggak terlalu lambat?

"Tahun lalu, kau menang kejuaraan kendo dunia, 'kan? Selamat ya."

"..."

Setelah Houki mendengarkanku, mulutnya tiba-tiba berubah menjadi seperti bentuk 'へ', dan pipinya menjadi merah. ...Huh? Kenapa dia marah lagi? Jelas-jelas aku sedang menyelamatinya.

"Kenapa kau tahu?"

"Kenapa, ya karena aku membacanya di koran..."

"Kenapa, kenapa kau melihat yang seperti itu di koran."

Kau ini kenapa, Houki? Aku enggak mengerti. 'Kan sudah jelas orang ingin membaca koran, ketika mereka sedang mau. Dan juga, walaupun aku jarang mendengarmu berbicara, kau tidak berubah sedikitpun, masih saja berbicara seperti seorang pria, seperti seorang pejuang.

"Ah--dan ada lagi."

"A-Apa?"

"..."

"Ah, tidak jadi..."

Setelah akhirnya dia merasakan sikap bermusuhan, Houki menjadi tidak tenang, dan sekarang dia tak terbayangkan lagi senangnya. Cewek yang luar biasa.

"Sudah lama nih, kita tak bertemu. Walaupun sudah enam tahun, aku tetap langsung mengenalimu."

"Eh..."

"Kau lihat, gaya rambut yang masih sama." Aku menunjuk ke arah rambutku sendiri, dan Houki tiba-tiba memainkan rambut ekor kudanya.

"Se-setidaknya kau masih ingat."

"Yah, masa aku lupa, karena kita 'kan teman masa kecil. "

"..."

Tiba-tiba cahaya yang panas pun berkelebat. Aku masih tetap ditatap olehnya. Huh-, kenapa?

Ding--Dong--Dang--Dong.

Aye, waktu pun sudah berlalu. Bell mengumumkan bahwa sekarang sudah masuk ke periode kedua, dan orang-orang yang melingkariku dan Houki dari tadi akhirnya bubar karenanya. Mereka menyebar seperti kebakaran. Hmm... pantas mereka menjadi pilot IS, gerakan mereka sangatlah cepat.

"Ayo kembali ke kelas."

"A-aku tau."

Houki langsung menunjukkan wajah tak senangnya, and kembali secara terburu-buru seperti saat dia datang. Sepertinya dia tidak ingin untuk menungguku. Hanya enam tahun dan dia sudah sejahat ini? -Tidak, tidak begitu. Houki memang seperti ini dari awal.

Tegas dalam mengikuti apa yang dia putuskan, meningkatkan kemampuan dirinya hari demi hari, berlatih tiap hari, keras kepala dan tak mau mengalah. Shinonono Houki adalah seorang cewek yang lebih cocok dengan sifat-sifat ini daripada cowok-cowok normalnya. Dan dia tak pernah berubah sejak sekolah dasar.

"..."

Dia masih menatapku dengan tajam. Ini tidak bagus, apakah dia bisa membaca pikiranku lagi? Houki memiliki, sejak kecil, selalu menjadi perasa ketika ada yang berbicara buruk tentangnya. -Tidak, aku tidak berbicara buruk tentangmu. Itu tadi 'kan cuma permohonanku saja.

Bang!

"Kenapa kau belum duduk juga, Orimura."

"Aku sangat berterima kasih karena berada dibawah bimbinganmu, Orimura-sensei."

Masih pagi, dan dua puluh ribu sel otakku pun sudah mati.



"…Jadi, pengoperasian dasar dari IS harus dibimbing oleh negara ini. Kalau kita tidak di berikan izin, maka kita harus bertanggung jawab untuk mengejar kriminal…"

Yamada-sensei melanjutkan pelajarannya dengan sangat fasih. Namun, aku tidak mengerti sama sekali.

"..."

Lima buah buku yang sangat berat sedang duduk di mejaku. Cukup dengan hanya membuka halaman pertamanya saja, aku bisa melihat berkolom-kolom kata-kata tak jelas.

(Er, apakah cuma aku? Apakah cuma aku yang tidak mengerti apa yang sedang diajarkan? Apakah mereka semua mengerti? Tentang offset aktif apalah itu yang area nya sangat luas dan sesuatu, apa sih artinya? Apakah artinya aku harus mengingat semuanya...?)

Aku mengintip cewek di meja sebelahku, dan hanya bisa melihat dia mendengarkan kata-kata Yamada-sensei, mengangguk-angguk dan menuliskan catatan dari waktu ke waktu.

(Ku... jangan bilang padaku kalau rumor bahwa siswa IS yang belajar sebelum mereka mendaftar ternyata benar...)

Para pilot IS memiliki hubungan langsung dengan kekuatan pertahanan negara kami, jadi rasanya, sekolah ini ada untuk melatih para elite. Dan juga, ada beberapa sarjana yang berhasil menyelesaikan ujian yang beberapa kali lebih sulit daripada ujian masuk.

(Walaupun aku tidak berminat untuk menjadi elit… hm-, aku tak bisa biarkan ini berlanjut. Baiklah, aku harus belajar.)

Karena merasa cukup payah, aku merendahkan kepalaku, dan tanpa kusadari, aku mengintip lagi kearah cewek yang daritadi hanya menuliskan catatan.

"Apakah-, apakah ada yang salah?"

Seperti yang kukira, setelah cewek itu menyadari aku melihatnya, dia mengekspresikan kekagetan dan kegelisahan, sambil menampilkan senyum terpaksa yang menyatakan suatu harapan.

"Ah, enggak, tak ada apa-apa. Maaf~."

"Apakah-, apakah begitu?"

Setelah mendengar itu, dia menampilkan tampang lega dan kecewa, sebelum dia kembali ke buku tulisnya…hm~ apakah aku membuatnya kesal?

"Apakah ada yang kau tidak mengerti, Orimura-kun?"

Yamada-sensei memperhatikanku yang berbicara dengan cewek disebelahku, dan karenanya langsung menanyakannya secara khusus.

"Ah, soal itu..."

Aku melihat lagi kearah bukuku — mmm, aku tidak mengerti sama sekali.

"Kalau kau punya pertanyaan, tanyakan saja kepadaku. Aku 'kan seorang guru juga."

Yamada-sensei membusungkan dadanya dan menjawab dengan percaya diri. Oh, mungkin dia dapat diandalkan. Baiklah, akan kucoba.

"Yamada-sensei!"

"Ya, Orimura-kun?"

Jawaban yang penuh dengan entusiasme. Sepertinya ini tidak apa-apa, seperti yang kau harapkan dari seorang guru.

"Aku tidak mengerti sama-sekali."

Aku menjelaskan kelemahanku dengan jujur. Ketika aku begini, biasanya, orang-orang akan berempati kepada ku.

"Erm…sa, sama-sekali…?"

Yamada-sensei terlihat sangat terganggu sambil menggunakan ekspresi yang kaku…aneh? Kemana guru yang bisa diandalkan itu tadi?

"Ka-kalau begitu…selain Orimura-san, ada lagikah yang tidak mengerti pelajarannya sampai disini?"

Yamada-sensei mengangkat tangannya untuk mendorong orang yang tidak mengerti untuk mengikutinya.

Hening...

Aneh, aneh sekali. Tak ada yang mengangkat tangannya. Kalau sekarang baru mengerti setengah saja, mereka pasti akan menyesalinya nanti. Apakah itu tidak apa-apa, apakah itu benar-benar tidak apa-apa dengan semua orang?

"...Orimura, apakah kau membaca buku referensi sebelum masuk sekolah?"

Setelah menunggu kesempatan untuk berbicara dari pojok ruangan, Chifuyu-nee ppun bertanya. Baiklah, aku memilih untuk menjawab dengan jujur.

"Kukira itu buku telepon tua dan aku pun membuangnya."

PANG!

"Bukankah sudah kutulis 'penting untuk dibaca' di depannya, kau bodoh?"

5,000 sel dari otakku mati lagi. Sialan, akan lebih murah untuk memanggil koroner untuk memeriksakan diriku sekarang.

"Akan kuberikan satu salinan lagi, tapi kau harus hapalkan selama seminggu, mengerti?"

"Mmm, tidak, ketebalan buku itu sepertinya..."

"Kau tetap harus melakukan yang kuperintahkan."

"…Baiklah, akan kulakukan."

Setelah melewati kekejaman sersan para setan, Chifuyu-nee pun membelalak kearahku. Seorang setan, dia benar-benar seorang setan dalam baju manusia. Meskipun dia manusia, tapi dia sangat tidak pengertian, bagaimana bisa dia tidak mengetahui batasan-batasan dari manusia?

"Mau dalam kecepatan gerakan, kekuatan tembak atau kemampuannya untuk menekan musuh, IS ini sudah jauh melampaui kekuatan senjata-senjata tua. Jika kau tidak mengerti senjata ini 'sepenuhnya' dulu sebelum mengoperasikannya, maka mungkin akan terjadi kecelakaan. Kami mengajarkanmu pengetahuan mendasar dan melatihmu untuk mencegah agar kecelakaan itu tidak terjadi. Walaupun kau tetap tidak mengerti, cukup diingat saja, lalu tetaplah kuat dan mantap. Itulah aturan-aturannya."

Ya, benar sekali.

Biarkan aku jelaskan sesuatu, aku tidak ingin berada disini.

Suatu hari, sekelompok orang berbaju hitam datang kepadaku, dan berkata sesuatu tentang 'kami akan melindungimu' dan meninggalkan surat pemberitahuan tentang pendaftaran di Akademi IS. Aku sungguh tak mengerti, apakah dalam 'perlindungan' ini termasuk juga tentang melemparkan seorang cowok ke taman penuh dengan perempuan dan meninggalkannya disitu? Sekarang, aku benar-benar butuh perlindungan, dan alasannya adalah karena Chifuyu-nee.

"…Dasar kau anak nakal, kau pasti sedang berpikir bahwa kalau kesini bukan pilihanmu, benar?"

Aku terkejut. Mengapa dia berpikir bahwa mengungkapkan isi pikiranku dengan sangat berani merupakan sesuatu yang baik-baik saja?

"Tak peduli apakah kau menginginkannya atau tidak, manusia tidak akan bisa pergi dari kehidupan interaktif. Jika kau ingin meninggalkannya, tinggalkan dulu identitasmu sebagai manusia."

Sangat tepat, sudah seharusnya aku menghadapi kenyataan. Chifuyu-nee merupakan orang yang sangat realistis sejak awal, dan aku tahu kenapa.

"..."

Ho— sepertinya aku harus bekerja keras.

Baiklah, mungkin aku tidak akan pernah mencapai level dimana Chifuyu-nee tidak malu sama sekali kepadaku, tapi setidaknya aku tidak ingin melihatnya dipermalukan dalam dunia professionalnya.

Aku tidak akan meninggalkan keluargaku, tidak seperti orangtuaku yang tak pernah kulihat mukanya sama sekali.

"Ka-kalau begitu, Orimura-kun, aku akan mengajarimu semua hal yang tak kau mengerti, jadi kau harus bekerja keras? Oke? Oke?"

Yamada-sensei merapatkan kedua tangannya dan mendekat. Karena dia lebih pendek daripadaku, biasanya dia akan berpaling dengan malu.

"Baik. Maka, akan kuserahkan ini kepadamu setelah sekolah."

Setelah mengatakan hal itu, aku kembali duduk. Chifuyu-nee juga kembali ke sisi kelas.

"Setelah-, setelah sekolah selesai… seorang guru berduaan dengan muridnya, dua orang berduaan setelah sekolah… Ah! Tidak, tidak, Orimura-kun. Sensei-mu ini aka menjadi lemah kalau dipaksa.. dan ini juga pertama kalinya aku dengan seorang laki-laki..."

Dia pun tiba-tiba tersipu-sipu dan berkata yang aneh-aneh. Yamada-sensei, apakah kau baik-baik saja? Pilot IS benar-benar tidak punya ketahanan terhadap laki-laki. Ngomong-ngomong, seluruh tatapan yang diarahkan kepadaku sepertinya berubah menjadi tidak nyaman. Kalau tatapan-tatapan itu bisa menghasilkan gaya, aku pasti akan menjadi bantal gepeng.

"Ta-tapi, karena bersama adiknya Orimura-sensei, maka…"

"Ah — uhuk uhuk! Yamada-sensei, lanjutkan pelajaran."

"Ba-baik!"

Chifuyu-nee terbatuk dua kali, menyebabkan Yamada-sensei untuk kembali dari dunia fantasinya.

Yamada-sensei kembali ke dekat papan tulis dengan kacau — dan terjatuh.

"Uu — sakit…"

(…Apakah dia baik-baik saja? Guru ini benar-benar...)

Hanya pada saat itu aku sadar betapa banyak bencana yang akan terjadi denganku.

--

"Ahh, boleh aku minta waktu?"

"Huh?"

Saat waktu istirahat dari periode kedua, lagi-lagi aku ditanyai orang dengan perasaan yang gelisah. Tiba-tiba diajak bicara membuatku mengeluarkan balasan yang aneh-aneh.

Cewek yang menanyaiku itu berambut pirang. Dia menatap kearahku, dan mata birunya yang khusus keturunan dari para kulit putih itu menampakkan rasa ketidaksenangan.

Rambutnya sedikit digulung ke atas, memberikan kesan bangsawan. Sikapnya sama dengan sikap yang biasanya para perempuan berikan kepada laki-laki di masyarakat sekarang ini.

Dalam masyarakat sekarang-sekarang ini, karena IS, perempuan diberikan status yang lebih tinggi. Dan itu bukan hanya hak istimewa, bahkan pemikiran 'perempuan = hebat' sudah benar-benar terjadi. Dan pada waktu yang sama, laki-laki direndahkan menjadi seperti budak, pekerja kasar. Bahkan sekarang di kota-kota, tidak jarang jika kita melihat laki-laki diganggu oleh perempuan yang tak pernah mereka temui sebelumnya.

Bagaimanapun juga, dalam pikiran para perempuan akhir-akhir ini, laki-laki benar-benar hanya dianggap sebagai pelayan. Kalau boleh jujur, itu sebenarnya bukan tugas yang terlalu buruk.

Sebagai catatan, karena Akademi IS ini diharuskan untuk menerima banyak sekali siswa, tidak jarang untuk melihat siswa asing mendaftar di sekolah ini. Bahkan di kelasku, hanya setengah dari para cewek-cewek ini yang orang Jepang.

"Apakah kau mendengarkanku? Halo?"

"Ah-, ah, ya, aku mendengarkanmu… apakah ada sesuatu yang kau inginkan?"

Setelah mendengarkan jawabanku, cewek di depanku ini mengeraskan suaranya dengan sengaja.

"Tunggu sebentar! Apa kau bilang? Bahkan hanya dengan aku mau berbicara denganmu saja seharusnya sudah membuatmu merasa terhormat? Bukankah kau seharusnya memiliki sikap yang lebih baik kepadaku?"

"..."

Jujur, orang seperti inilah yang paling buruk untuk dihadapi.

Jika seseorang bisa menggunakan IS maka orang itu akan menjadi bagian dari kemiliteran negaranya. Maka dari itu, para pilot IS sangatlah dihormati, dan saat ini, hanya perempuanlah yang bisa menjadi pilot IS.

Tapi, perbedaan diantara sangat dihormati dan menyombongkan diri karenanya adalah, kalau 'hormat' didapatkan melalui kekerasan, yang terjadi adalah kekerasan pula.

"Maaf. Tapi aku benar-benar tidak tahu siapa kamu."

Itu benar. Walaupun memperhatikan seluruh perkenalan diri dan semua basa-basinya, aku tetap tidak akan bisa mengingat apa yang dikatakan sebelumnya, dan untuk pembelaanku, bahkan Chifuyu-nee yang menjadi guru homeroom-ku saja sudah merupakan penngalaman yang mengejutkan.

Namun, jawaban ku tadi itu sepertinya tidak dianggap baik oleh cewek di depanku ini (pasti akan lebih baik kalau dia akan memberitahukan namanya). Dia menyipitkan matanya dan berkata dalam nada yang sangat menunjukkan ketidak hormatannya terhadap laki-laki.

"Kau tidak mengenalku? Kau tidak tahu siapa itu Cecilia Alcott? Kau tidak pernah dengar tentangku? Sang siswa kandidat untuk perwakilan dari Inggris dan pencetak nilai tertinggi di ujian masuk sekolah?"

Ah, jadi namanya Cecilia. Oh—

"Baiklah, bolehkah aku bertanya?"

"Humph, merupakan tugas para bangsawan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang yang dari kelas yang lebih rendah, jadi kau boleh bertanya."

"Apa itu siswa kandidat perwakilan?"

KA—THUNK! Beberapa cewek yang menguping pembicaraan kami pun terjatuh ke lantai.

"A, a, a..."

"Ahh?"

"Apakah, apakah kau serius?"

Dia benar-benar terlihat marah sekarang. Kalau ini merupakan manga, dia pasti memiliki urat-urat yang bersilangan menonjol dari dahinya.

"Ah. Tapi aku benar-benar tak tahu."

Jika aku tak tahu tentang sesuatu, aku harus benar-benar mengakuinya. Pasti aku akan menyesal kalau aku melakukan sebaliknya hanya untuk mempertahankan gengsi.

"..."

Setelah menjadi marah selama beberapa lama, Cecilia pun menjadi tenang. Dia menekankan jempolnya ke pelipisnya, menyatakan betapa pusingnya dia sambil mengeluh...

"Benar-benar tak dapat dipercaya, ini benar-benar tak dapat dipercaya. Walaupun aku sedang berada di Timur Jauh, ini 'kan bukan negara yang terbelakang. Ini 'kan pengetahuan umum, pengetahuan umum. Jangan bilang kalau kau tak punya televisi..."

Dasar tak sopan, aku punya televisi, hanya saja aku jarang menontonnya.

"Apa itu kandidat perwakilan?"

"Pilot IS yang akan mewakili suatu negara ditentukan dari sejumlah kandidat perwakilan, yang berarti para elitnya…kau, seharusnya kau mengerti apa maksudnya 'kan?"

"Karena kau sudah jelaskan, sepertinya itu menjadi masuk akal."

Sepertinya benar bahwa kita lebih mudah melupakan hal-hal yang sederhana.

"Benar sekali, kami adalah para elit."

Oh, dia sudah menjadi baik lagi. Seperti yang kau harapkan dari kandidat perwakilan.

Dia menunjukkan jarinya ke arahku, ujungnya hampir menyentuh ujung hidungku.

"Merupakan suatu keajaibanlah kau bisa sekelas dengan orang-orang yang terpilih… kau seharusnya merasa beruntung. Sekarang kau sadar, sedang di situasi apakah kau ini?"

"Benarkah itu? Wah, beruntung sekali aku."

"…Apakah kau mempermainkanku?"

Bukannya kau sendiri yang bilang kalau aku sangat beruntung?

"Sejak pertama, kau benar-benar tidak tahu apa-apa tentang IS, tapi kau berhasil masuk sekolah ini. Ketika aku pertama kali mendengar bahwa kau adalah laki-laki pertama di dunia yang bisa mengendalikan IS, aku sudah mengharapkan yang lebih darimu."

"Membuat asumsi yang banyak tentang diriku, hanya akan membuatku tidak nyaman."

"Humph. Karena aku elit, aku akan berbaik hati kepada orang sepertimu."

Oh, sikap yang sangat ramah. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan sesuatu yang seperti ini dalam 15 tahun kehidupanku.

"Karena kau tidak mengerti apapun tentang IS. Hm... jika kau menangis dan memohon padaku, aku mungkin akan mau mengajarimu. Lagipula, aku 'kan yang elit dari para elit, 'satu-satunya' orang yang mengalahkan seorang instruktur pada saat ujian masuk."

Sepertinya dia sengaja menekankan pada kata 'satu-satunya' - eh, hm?

"Kau membicarakan tentang ujian masuk, 'kan? Apakah kau membicarakan tentang tes memulai IS?"

"Apa lagi memangnya?"

"Oh, itu? Baiklah, aku juga mengalahkan seorang instruktur kok."

"Huh...?"

Memang itu yang terjadi. Meskipun bukan mengalahkannya, aku cuma menghindari seorang instruktur yang tiba-tiba menyerangku. Dia pun menabrak tembok dan tak bergerak lagi. Hanya itu.

Mungkin kata-kataku membuatnya sedikit terkejut, karena Cecilia membelalakkan matanya dalam ketidakpercayaan.

"Ta-tapi, tapi kudengar bahwa aku satu-satunya?"

"Mungkin karena aku bukan perempuan?"

*Crack*. Ah, itu bukanlah suara yang bagus. Suara itu terdengar seperti ketika kita sedang berjalan di atas es yang retak.

"Ma-, maksudmu, aku bukan satu-satunya?"

"Yah, aku tidak tahu."

"Kau! Kau bilang kau mengalahkan seorang instruktur juga, 'kan?"

"Mm, ya. Begitulah."

"Begitulah? Apa maksudmu?"

"Erm, tenang, oke?"

"Bagaimana-? Bagaimana aku bisa tenang setelah mendengar itu—?!"

DING—DONG—DANG—DONG.

Bel untuk periode ketiga pun berdering, memotong pembicaraan kami. Namun itu berasa seperti berkah yang menyelamatkanku.

"... Aku pasti kembali! Jangan kabur! Oke?"

Aduh, bagaimana ini? Jawaban seperti itu hanya akan membuatnya marah.

"Selama sisa waktu ini, kita akan membahas tentang segala macam perlengkapan yang bisa digunakan di pertarungan sebenarnya, dan ciri-cirinya."

Chifuyu-nee menggantikan Yamada-sensei, yang mengajar kami pada periode pertama dan kedua, lalu dia pun berdiri di depan. Sepertinya hal ini sangat penting, karena bahkan Yamada-sensei pun mengeluarkan buku tulisnya.

"Ah, tapi sebelumnya, kita harus memutuskan siapa yang akan menjadi perwakilan kelas yang akan ikut serta dalam turnamen antar kelas."

Aku pun tiba-tiba kepikiran tentang hal itu, Chifuyu-nee sepertinya pernah mengatakan sesuatu tentang itu sebelumya. Hm? Turnamen Antar Kelas? Perwakilan?

"Perwakilan kelas adalah sama seperti apa yang namanya sudah jelaskan. Perwakilan kelas tidak hanya akan bertarung di turnamen itu, tapi juga akan mendatangi rapat OSIS dan rapat komite juga. Jadi, kau bisa menganggapnya sebagai ketua kelas. Sebagai catatan, pertarungan antar kelas bertujuan untuk mengukur kemampuan masing-masing kelas. Walaupun sekarang kalian belum terlihat perbedaannya, kompetisi ini akan memotivasi kalian untuk peningkatan lebih lanjut."

Kelasnya pun menjadi bertambah ramai. Tanpa mengetahui apa yang terjadi, aku bahkan tidak tahu makna dari apa yang terjadi itu. Hm, bagaimanapun, yang kutebak sepertinya sekarang kita sedang menentukan perwakilan kelas kita sekarang. Sepertinya hal itu akan sangat mengganggu, dan orang yang akan melakukannya pasti akan memiliki waktu-waktu yang sulit.

"Sensei, aku menyarankan Orimura-kun!"

—Hm? Ternyata ada orang lain yang dipanggil Orimura juga di kelas ini? Kebetulan sekali.

"Kurasa itu ide yang sangat bagus!"

Hm. Begitu pula menurutku. Siapa saja juga boleh, yang penting bukan aku.

"Kalau begitu kandidatnya adalah Orimura Ichika... apa ada yang lain? Kau bisa memilih dirimu sendiri atau memilih orang lain, dua-duanya diperbolehkan."

Hoho, tunggu, 'kan cuma ada satu Orimura Ichika di kelas ini… —EHH, kok bisa begini!

"A-Aku?"

Aku pun langsung berdiri, dan aku pun langsung diserang oleh serangan tatapan. Bahkan tanpa menoleh ke belakangku pun, aku tahu kalau tatapan itu memilki harapan yang tak bertanggungjawab tentang 'kalau dia, dia pasti bisa'.

"Duduk, Orimura, kau menghalangi pemandangan. Kalau begitu, apa tak ada orang yang lain? Jika begitu, Orimura akan terpilih tanpa harus memberi suara."

"Tu-tunggu sebentar! Ini tak boleh terjadi—!"

"Aku sudah bilang apakah kau memilih dirimu sendiri atau orang 'lain' memilihmu, orang yang terpilih tidak berhak untuk menolak. Yang terpilih itu harus bersiap-siap."

"Ta-tapi 'kan aku tak mau—"

Persis ketika aku ingin memprotes, aku pun disela oleh suara yang terlalu bersemangat.

"Tunggu sebentar! Aku tidak terima!"

*PAM!* Cecilia memukulkan tangannya ke meja sambil dia berdiri, sosoknya menjadi bertambah mengintimidasi. Oh, jadi begitu ya kalau kau memaksa diri sendiri. Aku harus tampil baik baginya.

"Hasil pemilihan ini benar-benar tidak bisa diterima! Lagipula, menjadikan seorang laki-laki sebagai perwakilan kelas kita sangatlah memalukan! Apakah kau menginginkan aku, Cecilia Alcott untuk dipermalukan selama setahun penuh?"

Benar sekali, lanjut, lanjutkan... hm?

"Dalam hal kemampuan, sudah jelas bahwa aku seharusnya yang jadi perwakilan kelas. Bukankah akan menyulitkan kalau seekor monyet dari timur-jauh dipilih cuma karena dia keturunan langka! Aku ke negara pulau ini untuk meningkatkan kemampuan IS-ku, dan aku tidak bermaksud untuk mengikuti sirkus!"

Aneh, kenapa aku jadi bukan manusia? Kenapa? Ngomong-ngomong, Inggris itu sendiri merupakan pulau, 'kan? Kalau begitu maka Inggris dan Jepang tidak terlalu berbeda.

"Benar 'kan!? Hanya yang paling berbakatlah yang menjadi perwakilan, dan akulah yang paling cocok!"

Dia tidak bisa lagi menahan kesenangannya — ngomong-ngomong, semakin lama Cecilia berceloteh tentang kepayahanku, pilihan kata-katanya pun semakin bertambah kasar, semakin terdorong oleh kemarahannya. Walaupun aku tidak ingin menjadi perwakilan kelas, bahkan orang bodoh sekalipun akan sedikit kesal kalau diledek sampai segitunya.

"Sejak awal, tinggal di suatu negara dengan tingkat budaya terbelakang ini sudah sangat menyiksa diriku—"

Wala.

"Meskipun Inggris itu negara yang kuat, kau terlalu arogan tentang negara mu, bukan? Sudah berapa tahunkah sejak negaramu memenangkan penghargaan Makanan Paling Tidak Enak Di Dunia?"

—Ah.

"Wha...!?"

Akhirnya, aku berkata seperti itu. Hanya dengan seperti itu, kata-kata tersebut terpeleset keluar dari mulutku.

Aku pun berpaling untuk menatap mukanya dengan hati-hati. Tepat saat ini, Cecilia hanya bisa dijelaskan bahwa dia sedang berapi-api, mukanya yang merah sepenuhnya itu menunjukkan kemarahannya.

Wah... aku mengacaukannya...

"K...k..k..kau! Apakah kau sedang meledek negaraku?"

Ah—. Benar, tidak ada lagi cara untuk menghentikan hal ini. Sekarang, kita sudah melewati titik tanpa putar balik.

"Ayo duel!!"

*PAM!* Cecilia membanting tangannya ke meja. Berikutnya, dia pasti akan melemparkan perhiasannya ke arah ku, kalau dia punya. Jadi maksudnya, ini pertarungan harga diri?

"Oh, baiklah, aku tidak takut. Lagipula duel lebih baik daripada debat."

"Kau banyak omong. Karena kau sendiri yang meminta kekalahanmu, aku akan menerima mu sebagai pelayan —tidak, seorang budak!"

"Jangan meremehkanku. Ini pertarungan yang serius, jangan melakukannya setengah-setengah."

"Benarkah? Tepat sekali, ini akan menjadi kesempatan untukku, kandidat dari Inggris, Cecilia Alcott untuk menampilkan kemampuannya."

Kalau menjadi sebuah duel, seorang cowok seharusnya tidak bertarung secara serius melawan seorang cewek, 'kan? Apa yang harus kulakukan?

"Kau mau dilemahkan seberapa banyak?"

"Oh, kau sudah meminta bantuan secepat itu?"

"Tidak, aku bertanya padamu, kau mau aku dilemahkan seberapa banyak."

Pada saat itu, seluruh kelas pun meletus dalam gelak tawa.

"O-Orimura-kun, kau serius?"

"Bukankah laki-laki lebih kuat daripada perempuan itu cuma cerita masa lalu?"

"Orimura-kun. Mungkin kau bisa menggunakan IS. Tapi itu terlalu berlebihan."

Ketika semua orang sedang tertawa — sialan, sepertinya dia benar.

Tentu saja, laki-laki jauh lebih lemah. Mereka tak punya kekuatan. Mungkin benar bahwa sebagian dari laki-laki bisa menggunakan IS, tapi semua perempuan adalah pilot IS yang berpotensial. Malahan, laki-laki secara logika tidak bisa menggunakan IS sama sekali. Kalau terjadi perang antara perempuan dan laki-laki karena perbedaan pendapat, pihak laki-laki mungkin tidak akan bertahan selama 3 hari. Kalau ada yang selamat, pasti akan tetap ditekan setelah 3 jam. Ini karena sebgai senjata super, sebuah IS jauh melebihi pesawat tempur, kapal perang, dan tank dari masa lalu.

"…Kalau begitu aku tidak akan melemahkan diriku."

"Tentu saja, memang seharusnya begitu. Lebih tepatnya, justru akulah yang terganggu kalau tidak melemahkan diriku. Hum hum, masih berkata juga bahwa laki-laki lebih kuat daripada perempuan, pria Jepang memiliki rasa humor yang tinggi."

Kesenangannya tadi itu sudah selesai. Tapi, Cecilia tetap saja memberikan ekspresi menghina.

"Hey, Orimura-kun, sekarang belum terlalu lambat, tau? Kau masih bisa meminta Cecilia-san untuk dilemahkan?"

Cewek yang duduk dibelakangku secara diagonal pun memberikan saran dengan sungguh-sunggu. Tetapi, ekspresi rumit dari dia — tawa dan seringainya yang dia tahan namun sengaja diperlihatkan membuatku semakin kesal.

"Seorang laki-laki tidak pernah mengingkari janjinya. Aku tidak butuh kau untuk melemahkan dirimu."

"Nah —seorang kandidat perwakilan sedang diremehkan. Atau mungkin kau belum tau bagaimanakah pertarungan IS itu?"

"..."

Sejujurnya, aku memang belum pernah melihat pertarungan IS sebelumnya. Palingan, aku pernah menonton video Chifuyu-nee dengan diam-diam saat dia sedang dalam dinas militernya (karena Chifuyu-nee tidak ingin aku terlibat dalam IS).

"Kalau begitu, kita punya kesepahaman. Pertarungannya akan dilakukan di hari Senin depan di arena ke 3. Orimura dan Alcott, bersiap-siaplah Sekarang, ayo kembali ke pelajaran."

Chifuyu-nee menepukkan tangannya untuk menghentikan pembicaraan. Aku memendam perasaan tidak enak selagi aku duduk, terdiam.

(Aku akan menguasai dasar-dasarnya dalam seminggu. Seharusnya sih tidak terlalu susah. Lagipula, aku berhasil menyalakan sebuah IS saat ujian masuk. Sudahlah, aku akan memikirkan sesuatu nanti.)

Tetapi, setelah aku melewati pertarungan itu, Aku akan menjadi perwakilan kelas. Walaupun itu pasti mengganggu, aku tidak bisa kembali lagi. Dan aku tidak akan memiliki kesempatan kedua lagi.

(Baiklah, saatnya untuk memperhatikan pelajaran.)

Aku pun langsung membuka buku pelajaran di meja.



"Ugh..."

Setelah selesai sekolah, aku mengerang sambil terkapar di meja.

"Enggak, aku enggak mengerti sama sekali… kenapa harus sebegitu rumit...?"

Bagaimanapun, aku sangat hebat dalam istilah-istilah, dan aku biasa menyelidiki bermacam-macam kosa kata. Tapi, sepertinya IS tidak memiliki istilah-istilah tertentu, yang berarti aku belum melakukan hal yang berguna hari ini.

Walaupun sekarang sudah pulang sekolah, situasinya tidak berubah sama sekali. Seperti biasa, siswa-siswa lain dari kelas dan tingkatan yang berbeda tidak ada yang mendekatiku, dan malahan bergumam-gumam tak jelas dengan temannya.

(Huh… kurangilah penderitaanku ini…)

Ini sama saja seperti saat istirahat sore hari, dan bisa dibilang aku sedang berada di neraka. Aku pergi ke kantin, dan cewek-cewek mengikuti dibelakangku, dan bukannya mereka adalah pengawal setiaku. Dan kalau aku pergi ke kafetaria, keadaannya sama seperti ketika Musa membelah lautan, dan aku pun jadi terdiam. Memangnya aku ini hewan mistis yang beru pertama kali berada di Jepang? Ngomong-ngomong, sepertinya ada satu spesies dari Salamander Meksiko yang baru-baru ini dibicarakan (axolotl amfibi). Karena diberikan namanya saja jadi aku tidak tahu hewan macam apakah dia ini.

"Ah, Orimura-kun, kau masih di kelas? Baguslah."

"Ada perlu apa?"

Karena dipanggil, aku mengangkat kepalaku. Dia adalah wakil ketua guru homeroom-ku, Yamada-sensei, sedang berdiri di depanku sambil memegang buku.

Dia adalah seorang guru bagaimanapun juga dia kelihatannya, dan seperti yang sudah kukira, kesan pertamaku tentangnya yaitu dia pendek, walaupun dia sebenarnya sama tingginya dengan tinggi perempuan biasa.

"Baiklah, ruangan asramamu sudah siap."

Yamada-sensei berkata itu selagi dia menyodorkan sebuah kertas berisikan nomor ruanganku dan sebuah kunci.

Benar sekali, Akademi IS merupakan boarding school, dan sekolahnya mengharuskan para murid agar tinggal di asramanya. Sepertinya, semua ini bermaksud untuk melindungi pilot-pilot IS yang memiliki potensial tak terbatas. Karena, orang-orang ini sangat diperlukan untuk pertahanan negara ini di masa depan. Sejak sekolah ini dimulai, sudah ada beberapa negara yang mencoba membujuk mereka, dan ini sudah biasa. — Ngomong-ngomong, setiap negara sudah mencoba untuk membujuk pilot-pilot elit.

"Bukankah ruanganku masih belum diputuskan? Kudengar keputusannya akan selesai minggu depan."

"Sebenarnya begitu, tapi keadaan spesial membutuhkan solusi spesial; sepertinya kau harus dipaksa untuk berganti ruangan dulu… Orimura-kun, kau sudah dengar sesuatu dari pemerintah?"

Kata-kata terakhir di katakan dengan sangat pelan, sehingga hanya aku yang dengar.

Sebagai catatan, pemerintah yang dia maksud adalah pemerintah Jepang. Tanpa pengecualian, belum pernah ada pilot IS 'laki-laki' sebelumnya, jadi bahkan negaralah yang bertindak untuk menjagaku dan mengawasiku.

Sejak berita tentang diriku sebagai pilot IS tersebar, baik media massa, duta dari negara lain, atau bahkan peneliti DNA manusia yang dikirim ke sini, mereka bilang bahwa 'kami harus mengambil sampel secara langsung bagaimanapun juga'. Siapapun yang mau melakukannya pasti seorang idiot.

"Karena keadaannya yang seperti ini, pemerintah memberikan perintah spesial. Jadi, kau akan tinggal di asrama sampai ruanganmu siap dalam waktu sebulan. Jadi sampai saat itu, tetaplah bertahan, dan baik-baiklah dengan orang lain."

"…Baiklah, Yamada-sensei, napasmu membuat telingaku jadi geli."

Ngomong-ngomong, akan seberapa lamakah dia terus menggigit telingaku? Semua orang di kelas sepertinya sangat menikmati hal ini.

"Ah, tidak, ini karena… aku tidak sengaja..."

"Tidak perlu minta maaf, aku tahu… karena sudah ada ruangan untukku, aku akan mengambil barang-barangku. Jadi bolehkah aku pulang dulu ke rumah?"

"Ah, tidak perlu. Kalau soal barang—"

"Aku sudah menyiapkan segalanya. Kau harus berterimakasih karena ini."

Oh tidak, suara ini pasti berasal dari Chifuyu-nee. Tiba-tiba, lagu dari Darth Vader terdengar di dalam kepalaku tanpa ragu-ragu. Sebagai catatan, ada lagu lain yang berputar di pikiranku. Lagunya adalah Terminator.

"A-Aku sangat berterimakasih karenanya..."

"Yah, mereka hanya terdiri dari kebutuhan sehari-hari. Beberapa baju ganti dan sebuah charger handphone pasti cukup, menurutku."

Seperti yang kukira dari orang yang jahat dan tidak pedulian. Sebenarnya, dia cukup benar, tapi menurutku, kurasa kebutuhan kenyamanan lainnya untuk sehari-hari juga penting, nee-san.

"Kalau begitu gunakan waktu yang tersisa ini untuk pergi ke asrama. Tentang makan malam, pergilah ke kafetaria asrama tahun pertama dari jam 6 sampai jam 7 malam. Sebagai catatan, setiap ruangan memiliki kamar mandi, dan juga ada tempat pemandian umum. Waktu penggunaannya berbeda berdasarkan tingkatanmu…hm, well, sekarang, Orimura-kun belum boleh menggunakan tempat pemandian umum."

"Eh, kenapa?"

Aku suka mandi di tempat pemandian umum.

"Apakah kau ini idiot? Kau mau mandi bersama perempuan yang seumuran denganmu?"

"Ah—..."

Oh iya. Selain aku, semua orang disini perempuan.

"Ya, Orimura-kun, kau mau mandi dengan perempuan!? Tidak, kami melarangmu."

"Tidak, tidak begitu. Aku tidak mau mandi bersama mereka."

Aku tidak tahu kalau aku ini tidak beruntung atau apa. Ngomong-ngomong, itu 'kan diluar sekolah juga dilarang. Ini adalah masalah etika.

"Wha? Kau tidak tertarik dengan perempuan!? Itu, kalau itu sih bisa jadi masalah..."

Apalagi sih sekarang. Dia benar-benar tak mengerti yang kukatakan.

Persis ketika kata-kata itu keluar dari mulut Yamada-sensei, hal itu pasti akan menyebabkan tersebarnya rumor seperti telepon yang rusak. Obrolan cewek-cewek di koridor mulai bertambah banyak.

"Jangan bilang Orimura-kun hanya tertarik pada laki-laki..."

"Tapi… itu nggak terlalu buruk."

"Kita harus memeriksa sejarahnya sejak sekolah menengah! Cepat selesaikan! Hasilnya harus ada disini setelah 2 hari."

Mereka terus saja berbicara tentang ini dan itu.

"Kalau begitu, ada rapat yang harus kudatangi, jadi selamat tinggal. Orimura-kun, tolong pergilah ke ruanganmu, dan jangan berkeliaran tak jelas."

Mengingat bahwa jarak dari sekolah ke asrama hanya 50m, apakah aku benar-benar harus langsung kesana? Jaraknya 'kan sangat dekat?

Sekolah ini mempunyai banyak sekali fasilitas, segala jenis ruang klub, arena IS, ruang pemeliharaan IS, dan ruang pengembangan IS. Tapi hari ini, aku tidak bisa kesana, tapi bukan berarti aku tidak bisa kesana lain kali. Karenanya, aku ingin istirahat saja dulu hari ini. Akhirnya, aku bisa kabur dari mata mengintainya para cewek.

"Ho—..."

Sambil melihat Chifuyu-nee and Yamada-sensei saat mereka keluar dari ruang kelas, aku berdiri sambil menghembuskan napas dengan kuat. Aku masih bisa mendengar celotehan dari dalam dan luar kelas, tapi hari ini, aku tidak akan memedulikannya lagi. Akan lebih baik kalau aku di asrama daripada disini.


"Hm~?, disini, 'kan? Kamar 1025."

Aku memastikan nomor kamarnya dan hendak memasukkan kunci. Eh, aneh? Pintunya tak terkunci.

*Kacha*.

Aku pun memasuki ruangan, lalu aku melihat 2 kasur besar, ditaruh bersisian. Aku berani bertaruh bahwa bahkan kasur hotel komersial pun tak akan mengalahkannya. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuatku merasa halus dan empuk. Ini pasti karena kami sangat penting bagi negara. Hidup negaraku.

Sambil melemparkan barang bawaanku ke lantai di sebelah kasur, aku langsung melompat ke kasur itu…ohhh, lembut sekali. Ini pasti kasur dan selimut yang mahal.

"Ada orang disana?"

Tiba-tiba, ada suara datang dari dalam. Mungkin karena ada pintu yang menghalanginya, suaranya jadi terdengar sedikit berat. Ngomong-ngomong, setiap kamar pasti memiliki kamar mandi, 'kan? –Hm?

"Ahh, kau teman sekamarku, 'kan? Baik-baiklah denganku setahun ini."

—Aku punya perasaan yang buruk tentang ini, perasaan tidak enak ini menetes sampai ke kakiku.

"Aku habis mandi, jadi maaf ya karena terlihat seperti ini. Namaku Shinonono—"

"—Houki...?"

Orang yang keluar dari kamar mandi adalah teman masa kecilku, yang tadi sudah melakukan reuni denganku.

Dia baru saja selesai mandi, dan sekarang sedang berjalan keluar dari kamar mandi. Sepertinya kamar mandinya terdiri dari shower dan ruang ganti. Jadi tanpa memastikan bahwa teman sekamarnya itu laki-laki, Houki berjalan keluar dengan hanya handuk menutupi tubuhnya. Ah, jadi itu bukan rambut ekor kudanya.

Daerah yang tidak ditutupi handuk itu bisa bermaksud beberapa hal. Dibawah pinggiran handuk adalah pahanya yang terbuka dan lembut; dan karena menunjukkan bahwa dia sehabis mandi, tetesan airnya… menetes menuruni kakinya. Kulit putih yang sehat benar-benar akan membuatmu membuka mata.

Diatasnya adalah tumbuhnya yang ramping yang telah dia latih dengan ketat, dan aku tetap bisa melihatnya meskipun tertutup handuk. Benar-benar membuat jantungku berdetak cepat, karena aku sangat lemah terhadap perempuan dengan lekuk tubuh yang unik.

Karena dia menekankan tangannya ke dadanya, payudaranya yang besar yang dibelakang handuk itu pun terangkat. Bagaimanapun juga, terakhir kalinya kau melihat tubuhnya adalah saat pelajaran berenang di kelas 4, dan saat itu dia tidak meninggalkan kesan sedikitpun. Berpikir bahwa Houki akan memilih pakaian yang tipis — pemikiran selama 0,3 detik itu pun berakhir tiba-tiba.

"..."

Houki sangatlah terkejut. Aku juga. Turnamen orang paling terkejut seluruh Jepang telah dimulai.

"I-I-Ichika..."

"Oh-, mm..."

Aku menjawab dengan tidak jelas, dan muka Houki menjadi sangat merah. Pada dasarnya, ini pasti terjadi kalau dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda berhadapan satu sama lain setelah mandi, bukan? Bahkan aku pun akan kesulitan kalau disuruh bereaksi dan menangani situasi seperti ini.

"...? Ja-jangan lihat!"

"Ma-maaf!"

Aku memalingkan kepalaku ke samping dengan ketakutan dan melihat kearah lain. Dari apa yang kulihat dari sudut mataku, Houki mengikat handuknya dengan kencang mengeliligi tubuhnya, bagaikan dia ingin menyembunyikan badannya (atau melindunginya) atau …untuk menyembunyikan belahan dadanya, itu sudah pasti kalau dilihat dari gerakan tangannya. Ini membuat jantungku berdetak lebih cepat.

"Ke-ke-kenaapa, kau, ada, disini...?"

Houki bertanya dengan kaku, dan bunyinya seperti roda gigi yang berderak satu sama lain.

"Well, aku juga tinggal disin—"

Dari sudut mataku, dia pun bergerak. Sangat cepat, seperti yang kau harapkan dari seorang juara dari kompetisi Kendo Nasional. Houki memegang bokken di sebelah tembok, memutarkannya ke sekitar dan menusukkannya ke depan. Dia merendahkan tubuhnya dan langsung mengurangi jarak diantara kami berdua –aku akan mati!

"Uootsuge!"

Aku melompat dari kasur dan mundur ke pintu.

*Pada!*

Aku berhasil kabur keluar kamar tepat pada waktunya. Kelembaman dari engsel pintunya mendorongku ke depan.

"Selamat—"

*Chi Dong!* Suara pintu terbelah dapat terdengar.

Bokken menembus pintu tepat disebelah kepalaku, ujungnya hanya salah sasaran kurang lebih 2 mm. Hey, ini 'kan pintu kayu. Bisa menembus pintu kayu hanya dengan sebuah bokken, kemampuan macam apa ini?

*Ci* *ci* *ci*…pedang itu kembali masuk ke dalam pintu. Ho, jadi dia membiarkanku?

*Ci Dong!* Suara pintu kayu yang meledak terdengar lagi.

"Apakah kau berusaha untuk membunuhku? Aku pasti akan mati kalau aku tidak menghindari yang tadi!"

Serentetan serangan yang tiba-tiba pun menusuk tempat dimana disana ada kepalaku beberapa detik yang lalu.

"…Ada apa? Ada apa?"

"Ah, itu Orimura-kun!"

"Huh—, jadi Orimura-kun tinggal disini? Informasi yang bagus~~!"

Karena semua keributan itu, para cewek mulai keluar dari ruangannya."

Juga, yang menggangguku yaitu mereka semua memakai gaun tidur yang sederhana, benar-benar tidak sadar sedang dilihat oleh seorang cowok. Beberapa dari mereka bahkan lebih parah lagi, hanya memakai kemeja, dan tidak memakai celana atau rok. Malahan, yang kulihat adalah segitiga putih terbalik. Dan juga, beberapa dari mereka memakai blus, dan aku bisa melihat dada yang berwarna kulit …cewek-cewek, kenapa kalian memperlihatkan baju dalam kalian begitu saja? Semua ini, apakah benar-benar baik-baik saja?

"...Houki, Houki-san, tolong biarkan aku masuk. Semuanya akan bertambah buruk. Aku akan minta maaf, jadi tolonglah, aku memohon padamu seperti ini."

Aku menepukkan tanganku dan mengangkatnya ke atas kepalaku. Aku harus menunjukkan permohonanku.

"..."

Jawaban yang kudappatkan dari dalam hanya diam. Tapi, bokken-nya ditarik kembali. Aku benar-benar berharap tidak ada lagi serangan yang ketiga.

Hening...

Setelah itu, terjadi keheningan selama 2, 3 menit, tapi untukku, itu berasa seperti sejam.

*Ka cha*.

"…Masuk."

"Woah, oh."

Pintunya terbuka, dan Houki mengenakan pakaian kendo. Sepertinya ini adalah satu-sastunya baju yang bisa dia pakai secara cepat. Sebenarnya, karena dia terburu-buru ketika memasangnya, dia tidak memasang sabuknya dengan benar.

Bagaimanapun juga, aku diberikan izin untuk masuk, dan aku pun memasuki ruanganku… eh? Sepertinya ada yang aneh tentang itu, 'kan?

"Sekarang apa?"

Tatapan yang panas. Aku pun dipelototi. Maaf, aku tidak melakukan kesalahan apapun.

Houki duduk di kasur. Ah, oh tidak, dia ingin menghabisiku di dalam.

"..."

Terlihat sedang marah, Houki mengikat kembali rambutnya yang masih basah menjadi ekor kuda lagi dengan cepat. Hm, dia adalah Houki yang kukenal, setidaknya itulah dia kalau kau lihat dari penampilannya.

"Jadi, kau bilang kau ini teman sekamarku?"

"Oh, yeah, sepertinya begitu."

Aku masih dipelototi. Cewek ini, matanya setajam bambu. Benar-benar waspada dan menusuk.

"Apa-, apa maksudmu?"

"Huh?"

"Aku bertanya apa yang kau pikirkan? Cowok dan cewek tidak boleh tidur di kasur yang sama setelah umur 7 tahun, itu 'kan pengetahuan umum!"

Itu dari jaman kapan? Walaupun bukan di kasur yang sama, untuk laki-laki dan perempuan 15 tahun untuk tinggal bersama… err... tinggal bersama sepertinya sangat bermasalah.

"A, A, A...!"

"A?"

"A-Apakah kau yang minta…? Untuk berada di kamarku..."

"Itu bodoh."

Untuk apa aku sengaja mempertaruhkan nyawaku untuk memilih hal seperti ini? Lagipula, aku tidak memilihnya.

—Namun, spertinya aku memberikan jawaban yang salah, karena kalau tidak, bokken itu tidak akan terbang ke arahku.

"I-Itu-!, itu nyaris sekali!"

Nyaris sekali. Aku benar-benar berada pada situasi yang nyaris sekali saat aku menahan bokken-nya, dan pasti sangat fatal kalau aku terkena pukulannya. Menurutku, sekarang ini adalah situasi pertarungan tangan kosong melawan katana. Walaupun itu hanya sebuah bokken, telapak tanganku tetap saja sakit. Karena tidak mungkin serangan seperti tadi itu untuk dibatalkan.

"Bodoh... kau bilang itu bodoh? Oh jadi begitu sekarang, begitu huh..."

Ah, ekspresinya benar-benar menyeramkan. Sangat menyeramkan. Walaupun dia sudah bilang bahwa dia itu teman masa kecilku, tapi pasti dia adalah anggota dari organisasi rahasia, seorang pembunuh yang memiliki nama sandi, dan memiliki tugas untuk membunuh seseorang.

Walaupun pedang kayunya sudah ditahan olehku, Houki masih tetap menekan pedangnya. Tidak baik, ini akan menjadi lebih rumit. Benda itu bukanlah pedang sebenarnya, jadi dia tidak bisa mencincangku sampai mati, tapi kalau benda seberat ini menghantam kepalaku, aku akan pingsan. Skenario terburuknya mungkin adalah kepalaku terbelah menjadi dua. Tidak, aku tidak boleh berakhir seperti ini.

"..."

Tidak-tidak, aku tarik lagi ucapanku. Houki yang berdiri di depanku ini memang seorang malaikat pencabut nyawa, jadi walau dia menggunakan pedang kayu tetap saja bisa membuatku terbelah menjadi dua. Dan juga, kalau kau menambahkan fakta bahwa daritadi dia menggunakan beratnya sendiri untuk menekanku ke bawah, berarti sekarang situasinya terlihat seperti Houki sedang mendorongku ke bawah ——

"Waaah... Shinonono-san, berani sekali.."

"Kau seharusnya tidak memimpin terlebih dahulu."

"Cara Orimura-kun melakukannya juga tidak buruk..."

Hey, apa pula maksud komentar terakhir itu. Juga, lima muka sedang mengintip kami dari pintu depan yang terbuka, dan mungkin lima kalinya di koridor, juga sedang menonton apa yang sedang terjadi di dalam.

"Wh-wh-wha...?

Houki, sangat terkejut, langsung berdiri dari tubuhku. Aku selamat. Hidupuku terselamatkan.

"Ah, sudah selesai?"

"Tidak terlalu buruk, kok—"

Hey. Apakah cewek-cewek sekolah tinggi sekarang ini berkata 'tidak terlalu buruk kok' ketika mereka menonton adegan pembunuhan? Ingat ini. Dalam beberapa menit lagi kalian akan melihatku mengirimkan alamat e-mail kalian ke Gotanda.

".........!"

Houki pun mengejar cewek-cewek itu, dan menutup pintu itu sepenuh hati. Bagaikan sedang memasuki adegan pembunuhan. Sepertinya menghayalkan latar fiksional sangat penting bagiku. Walaupun begitu, bagaimana alasan dia tentang kematianku? Tidak, tunggu sebentar, pasti aku tidak kepikiran, mungkin dia punya alasan cadangan, dan dia akan tetap terlindungi. Jadi? Dengan begitu maka korbannya akan menghilang tanpa diketahui. Benar-benar dunia yang sangat menyeramkan.

"...Ichika..."

"Ya, ada apa?"

Aku sedang menghadapi kematian, tanpa harapan. Ah, tidak ada yang menghambat manusia mencapai titik ini.

"Ada apa dengan mukamu..."

"?"

Bukankah memang sudah seperti ini sejak aku lahir?

"Ah, bukan apa-apa, maksudku, bagaimana keadaannya sekarang?"

Ah, maksudmu bagaimana caraku akan dibunuh. Kau tahu, Houki, masalah dalam pembunuhan bukan sebelum pembunuhannya, tapi setelahnya. Tubuh manusia terdiri dari lebih dari 50kg lipid (lemak) dan protein.Termasuk juga sekitar lebih dari 10L darah. Setelah itu kau juga harus mengurus tulang-tulang tersisa. Faktanya, penghancuran alami bagian atas dari kerangka manusia itu lebih cepat. Berbeda bukan dari yang biasa kalian pikirkan? Itulah mengapa sebagian orang pusing karenanya. Untuk menganalisa kerangka manusia kita membutuhkan banyak pengalaman, dan kalau kau menganalisanya satu-satu, akan banyak waktu yang terbuang. Itulah kegunaan freezer. Freezer berguna untuk...

"Apakah kau mendengarkan, Ichika?"

"Uh-, uh!? Apa!? Tidak!?"

"Memangnya akan ada yang bilang kau sedang mendengarkan, dasar bodoh..."

Dia mendesah, seperti orang yang mau pensiun, sepertinya dia terkejut. Hmm, sepertinya aku membuat kesalahan. Aku merasakan sedikit perasaan bersalah. Jadi aku merasa tidak nyaman. Tapi kalau aku menghindar dari kesalahan maka aku bukanlah seorang pria. Jadi lebih baik mengaku saja.

"Ma-maaf, bisakah kau mengatakannya lagi..."

Orang yang mengakui kesalahannya harus menundukkan kepalanya. Itu memang norma yang umum dimanapun di dunia ini.

——Walaupun aku tidak terlalu merasa bersalah, tapi di depan orang yang sedang marah, kau harusnya mengakui kesalahanmu dulu. Dengan begitu maka dunia ini akan tumbuh dalam keharmonisan.

"Ku-, kubilang lagi yah. Karena kau ditempatkan di kamar ini... ya-, jadi begitu. Artinya kita harus menarik garis pemisah dalam kehidupan sehari-hari..."

Suaranya cukup tidak jelas awalnya, tapi dia mengatakan sisanya dengan terpaksa. Jelaskanlah, kenapa Houki terlihat sangat tidak nyaman? Mungkin karena fisiknya, kulihat pipinya memerah... dia demam?

"Pertama jadwal mandi. Aku mandi dari jam tujuh sampai delapan. Ichika dari jam delapan sampai sembilan."

"Uhm, bukankah labih baik aku duluan..."

"Apakah kau mau aku menunggu sambil badanku penuh dengan keringat setelah aktivitas klub!?"

"Aktivitas klub, apakah klub kendo?"

"Ye-yeah."

"Aneh. Bukankah di ruang klub ada kamar mandi?"

"Aku-, Aku tidak akan merasa enak kalau tidak di ruangan sendiri!"

Uh, kalau kau bilang begitu maka aku tidak akan mempertanyakannya. Aku juga berpikir kalau kamar mandi di rumah lebih enak daripada yang di sekolah.

"Oh? Ngomong-ngomong, tidak ada toilet di kamar kita 'kan?"

"Ya, cuma ada dua di ujung setiap lantai."

"Artinya, tidak ada toilet laki-laki?"

Aku kepikiran hal ini hanya kebetulan. Ini semua memang seperti ini, sejak awal di Akademi IS yang ada selalu hanya perempuan, jadi tidak ada gunanya membuat toilet laki-laki.

"......"

"Eh, kalau begitu, gimana dong?"

"Mana ku tau! Kenapa tak tanyakan pada guru saja?"

Meskipun dia bilang begitu, kalau sudah kebelet sekali——

"Kalau sudah kebelet sekali 'kan, cuma toilet perempuan saja yang bisa dipakai...?"

Tiba-tiba aku merasakan niat membunuh, aku pun berputar. Aku pun melihat, Houki lagi-lagi memegan pedangnya. Dia menunjukku dengan bokken-nya, menunjukkan aura seorang pencabut nyawa.

"Kau, kau, kita sudah tak bertemu untuk waktu yang lama, dan kau sudah memiliki minat yang mesum-mesum!! Aku salah menilaimu!"

"Hey!? Kenapa aku jadi seperti itu, Houki!"

"Bukankah sudah jelas! Mau masuk ke toilet perempuan, kalau bukan mesum apa lagi kau ini!? Hum, akan ku eksekusi kau sekarang juga!"

"Tak akan kubiarkan!"

Selama dia berbicara aku sudah menemukan sebuah shinai di ujung barang-barangnya. Benda itu dekat dengan barang-barang pribadinya Houki, ditumpuk disebelah kopernya.

(Aku harus menggunakan shinai-nya dengan baik... hm, dari dulu aku memang tidak suka diomeli olehmu...)

Kalau bokken dan shinai bertemu, shinai-nya bisa patah. Bagaimanapun juga aku akan menahannya dengan shinai ini sampai Houki tenang lagi. Setelah memikirkan itu aku pun menarik pedang ini.

(Hmm? Sepertinya ada yang menghalang shinai dan menahannya dari tertarik keluar...)

*Shaa*.

"Aaaaaahhhhh!?"

Akhirnya aku berhasil menarik shinai itu, dan menghadapi Houki sambil tetap menjaga jarak dengannya.

"?"

Di depan shinai itu, Houki membuka dan menutup mulutnya seperti ikan mas. Dia terlihat panik dan ketakutan.

"Hmm? Itu, apa itu...?

Tiba-tiba aku menyadari sesuatu yang aneh tersangkut di shinai itu. Kesimpulanku, benda itu memiliki bentuk 2 segitiga sama sisi yang saling menempel, dan benda itu adalah——

"Ke-ke-kembalikan kepadaku!”

Dia langsung menarik benda itu dengan cepat, bokken-nya ditinggalkan di kasur.

Dengan kecepatan yang luar biasa dia mengambil benda yang tersangkut di shinai itu, dan dia menutupinya dengan kedua tangannya.

"........."

Aneh? Kenapa dia melihatku sambil tersipu-sipu? Apakah dia benar-benar demam?


——Ah.


Tiba-tiba, aku menyadari hubungan satu hal dan hal lainnya. Aku tahu benda yang menyangkut tadi itu. Aku pun akhirnya mengerti.

"Houki."

"A-Apa?"

Bagaikan dia sedang menyembunyikan sesuatu, Houki berubah dari menyerang menjadi bertahan. Sekarang dia menjaga jarak antaraku dan dia dengan waspada.

Aku melihat ke celah di tangannya, dan melihat dengan jelas sesuatu berwarna pink terang, kain berwarna biru terang. Ah, aku yakin sekarang.

"Kulihat kau sudah mulai menggunakan bra."

"~~~~~~!!!"

Dong! Suara ledakan terdengar di kepalaku.

Catatan Penerjemah[edit]

  1. Mata Phoenix adalah mata orang-orang Cina, sipit yang sangat terkenal karena keindahannya.
  2. Pahlawan dari novel “Romance of The Three Kingdoms”, termasuk pejuang yang sangat hebat, kuat, dan loyal.
Mundur ke Ilustrasi Novel Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 2