Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab02"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (perbaikan link)
(telah disunting oleh obakasan)
Line 2: Line 2:
   
   
Dilihat dari hasilnya, ramalanku sudah menjadi kenyataan.
 
   
Setelah jam pelajaran, Haruhi tidak langsung menghilang dari ruangan kelas seperti biasanya. Kali ini, dia menarik tanganku dengan paksa dan menyeretku keluar ruangan, melalui koridor, naik sampai ke atas tangga, dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu yang menuju ke atap.
 
   
Pintu tersebut biasanya dikunci, dan tangga di atas lantai empat sepertinya sudah menjadi gudang untuk klub kesenian. Kanvas raksasa, pigura yang hampir patah, patung dewa-dewa perang dengan hidung yang hilang dan sebagainya ditumpuk di atas tangga kecil, membuat jalan yang harusnya sudah sempit menjadi semakin sempit.
 
   
  +
Dilihat dari hasilnya, ramalanku sudah jadi kenyataan.
Apa yang akan dilakukan kepadaku olehnya dengan membawaku ke sini?
 
  +
  +
Setelah pelajaran, Haruhi tidak langsung menghilang dari ruang kelas seperti biasanya. Kali ini, dia menarik paksa tanganku dan menyeretku keluar ruangan, melalui koridor, dan naik tangga, sebelum akhirnya berhenti di depan pintu yang menuju atap.
  +
  +
Pintu tersebut biasanya terkunci, dan tangga di atas lantai empat tampaknya sudah dijadikan gudang oleh Klub Seni. Kanvas raksasa, pigura hampir-rusak, patung-patung dewa perang kehilangan hidung dan semacamnya ditumpuk di atas tangga kecil ini, bikin tempat yang seharusnya sudah sempit jadi makin sempit.
  +
  +
Dia pengen ngapain sih bawa-bawa gue ke sini?
   
 
"Aku butuh bantuanmu."
 
"Aku butuh bantuanmu."
   
Haruhi berkata demikian dengan tetap memegang dasiku. Dengan tatapan tajam yang diarahkan ke bagian bawah kepalaku, aku dapat merasakan kalau dia sedang mengancamku.
+
Haruhi berkata demikian sambil tetap menarik dasiku. Dengan tatapan tajam terarah ke bagian bawah kepalaku, aku dapat perasaan dia sedang mengancamku.
  +
  +
"Bantu loe apaan?"
  +
  +
Aku berlagak cuek.
  +
  +
"Bantu aku bikin klub baru!"
   
  +
"OK, terus bilang ke gue, kenapa gue musti bantu elo nyelesain hal yang baru aja loe pikirin?"
"Membantumu soal apa?"
 
   
  +
"Karena aku harus mengamankan ruangan buat klubnya dan juga anggotanya, jadi kamu harus cari tau administrasi apa aja yang perlu diberesin buat sekolah."
Aku berpura-pura cuek.
 
   
  +
Dia bahkan ga ngedengerin. Kutampik tangan Haruhi.
"Bantu aku buat klub baru!"
 
   
  +
"Klub apa yang mau loe bikin?"
"OK, tapi jelaskan kepadaku, kenapa aku harus bantu kamu menyelesaikan hal yang baru saja kamu pikirkan?"
 
   
  +
"Itu ngga penting! Yang penting bikin klub dulu."
"Karena aku harus mengamankan ruangan untuk klub dan juga anggota, jadi kamu harus cari tahu apa saja yang urusan apa saja yang perlu diselesaikan untuk sekolah."
 
   
  +
Gue benar-benar ngga yakin deh sekolah bakal ngijinin klub yang kerjaannya ngga jelas.
Dia bahkan tidak mendengarkan. Aku menampik tangan Haruhi.
 
   
  +
"Sekarang dengerin! Abis sekolah beres, kamu pergi dan cari tahu apa aja yang perlu diselesaiin, dan aku pergi nyari ruangan buat klubnya, ngerti?"
"Klub apa yang mau kamu buat?"
 
   
  +
'NGGA!'
"Itu nggak penting! Yang penting adalah membuat klub dulu!"
 
   
  +
Jikalau aku balas seperti itu, aku yakin akan dibunuh. Saat aku ragu-ragu bagaimana menjawabnya, Haruhi sudah terlanjur berbalik dan menuruni tangga, meninggalkan murid laki-laki yang kebingungan berdiri sendirian di tangga penuh debu.
Aku benar-benar nggak yakin sekolah ini mengijinkan klub yang kerjaannya nggak jelas.
 
   
  +
"...Gue bahkan belum setuju bantuin..."
"Sekarang dengarkan! Setelah sekolah selesai, kamu pergi dan cari tahu apa saja yang perlu diselesaikan, dan aku pergi mencari ruangan untuk klub, mengerti?"
 
   
  +
Hah, mengatakan hal ini ke patung plaster itu tiada gunanya. Aku hanya bisa menyeret kaki beratku maju ke depan, memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semua hal ini kepada teman-teman sekelasku yang penasaran.
'NGGAK!'
 
   
Jikalau saat itu aku membalasnya seperti itu, Aku yakin, aku pasti bakal dibunuh. Saat aku ragu-ragu bagaimana menjawabnya, Haruhi sudah terlanjur berbalik dan menuruni tangga, meninggalkan cowok yang hilang arah yang berdiri sendirian di tangga penuh debu.
 
   
"...Aku bahkan belum menjawab setuju untuk membantunya..."
 
   
  +
Persyaratan untuk membuat "asosiasi":
Keluhku, mengatakan hal ini ke patung gips itu nggak ada gunanya. Aku hanya bisa menyeret kakiku yang berat, memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semua hal ini kepada teman-teman sekelasku yang penasaran.
 
   
  +
Lima orang anggota atau lebih. Seorang guru pendamping, nama klub, ketua klub dan aktivitas klub atau ringkasan tujuan itu diperlukan -- yang kemudian juga memerlukan persetujuan dari OSIS. Aktivitas klub harus sesuai dengan filosofi kreativitas dan semangat sekolah. Berdasarkan catatan aktivitas dan hasilnya, OSIS akan memperdebatkan apakah asosiasi tersebut akan dipromosikan menjadi "kelompok riset". Selebihnya, sebagai asosiasi, sekolah tidak akan memberikan dana apapun.
   
Persyaratan untuk membuat sebuah "asosiasi":
 
   
Lima orang anggota atau lebih. Seorang guru pendamping, nama klub, ketua klub dan aktivitas klub/ringkasan tujuan diperlukan - yang kemudian juga memerlukan persetujuan dari komite OSIS. Aktivitas klub harus sesuai dengan filosofi sekolah akan kreativitas dan kehidupannya. Berdasarkan dari catatan aktivitas dan hasilnya, OSIS akan memutuskan apakah asosiasi tersebut bisa ditingkatkan statusnya menjadi "kelompok belajar". Selebihnya, sebagai asosiasi, sekolah tidak akan memberikan dana apapun.
 
   
  +
Aku tak perlu susah payah mencari semua persyaratan karena semuanya tercatat di dalam buku pegangan siswa.
   
  +
Anggota sih gampang; kita bisa cari siapapun buat gabung, jadi itu bukan masalah. Guru pendamping lebih susah dicari, tapi kayaknya gue bisa ngatasinnya. Dan untuk nama, sesuatu yang ga ofensif bisa-bisa aja. Dan ketua klubnya, ga diragukan lagi, Haruhi sendiri.
Aku tidak harus mencari semua persyaratan dengan susah payah karena semuanya tercatat di dalam buku pegangan siswa.
 
   
  +
Gue berani bertaruh, tapinya, kalo aktivitas atau tujuan klub kita pasti ga bakalan sejalan sama "kreativitas dan semangat".
Anggota sih mudah; kita bisa mencari siapapun untuk mencapai jumlah anggota, jadi itu bukan masalah. Guru pendamping lebih susah dicari, tapi kupikir aku bisa mengatasinya. Dan untuk nama, sesuatu yang tidak menonjol sudah cukup. Dan ketua klubnya sudah pasti Haruhi sendiri.
 
   
  +
Itu jadi omongan aja, kayak Haruhi itu orang yang peduli sama peraturan aja.
Tapi, aku berani bertaruh, kalau aktivitas/tujuan klub pasti akan berbenturan dengan "kreativitas dan kehidupan".
 
   
Semuanya itu hanya omongan saja, seperti kalau Haruhi itu orang yang peduli dengan peraturan.
 
   
   
Saat bel berdering tanda kelas berakhir, Haruhi menunjukan keperkasaannya yang mengerikan dengan mencengkeram kerah jaketku dan menarik ku keluar kelas dengan kecepatan seperti penculik. Aku membutuhkan usaha keras agar tas sekolahku tidak tertinggal di kelas.
+
Saat bel berdering tanda sekolah berakhir, Haruhi menunjukan keperkasaannya yang mengerikan dengan mencengkeram lengan jaketku dan menarikku keluar kelas dengan kecepatan seperti penculik. Membutuhkan usaha keras agar aku tak meninggalkan tas sekolahku di kelas.
   
"Kemana kita pergi?"
+
"Kita pergi kemana?"
   
Aku bertanya karena, ya aku kan normal pada akhirnya.
+
Aku bertanya hal ini karena, yah, aku kan normal.
   
"Ke ruangan klub."
+
"Ke Ruang Klub."
   
Haruhi, sangat penuh dengan energi sampai dia bisa menendang orang-orang yang berjalan lambat di depan kita, hanya menjawab dengan singkat, lalu kembali diam. Tolonglah, setidaknya bisakah kamu melepaskan tanganku dulu?
+
Haruhi, begitu penuh dengan energi sampai-sampai dia bisa menendang minggir orang-orang yang berjalan lambat di depan kami, hanya menjawab dengan kalimat singkat dan lalu menutup rapat mulutnya. Tolong dong, seenggaknya bisa ga elo ngelepasin tangan gue dulu?
   
Setelah kami keluar dari lorong lantai satu, kami kembali masuk ke gedung lain dan naik tangga. Kami berjalan menuju lorong gelap dan di tengahnya, Haruhi berhenti. Tentu saja aku ikut berhenti.
+
Setelah kami keluar dari lorong lantai satu, kami kembali masuk ke gedung lain dan naik tangga. Kami berjalan menuju lorong gelap dan di tengahnya, Haruhi berhenti. Tentu saja, aku ikut berhenti.
   
 
Di depan kami ada pintu.
 
Di depan kami ada pintu.
   
''Klub literatur''.
+
''Klub Sastra''.
   
Papan nama yang melengkung tertempel di pintu.
+
Papan nama melengkung tertempel di pintu.
   
 
"Di sini."
 
"Di sini."
   
Tanpa dengan mengetuk pintu, Haruhi membuka pintu dan berjalan melewati ruang kelas tanpa pikir panjang. Tentu saja, aku mengikutinya ke dalam.
+
Bahkan tanpa mengetuk pintu, Haruhi membuka pintu dan berjalan memasuki ruang kelas tanpa pikir panjang. Tentu saja, aku mengikutinya ke dalam.
   
Ruangan ini teryata cukup luas, atau mungkin terlihat seperti itu karena hanya berisi meja persegi, kursi besi, dan rak buku. Beberapa retakan di atap dan dinding menunjukan betapa tuanya bangunan ini.
+
Ruangan itu herannya luas, atau mungkin tampak seperti itu karena hanya berisi meja persegi panjang, beberapa kursi logam, dan rak buku. Beberapa retakan di langit-langit dan dinding menunjukan betapa tuanya bangunan ini.
   
Pada saat ia baru masuk ke dalam ruangan, seorang gadis duduk sendirian di kursi, membaca buku yang sangat tebal.
+
Seolah-olah dia muncul bersama ruangan, seorang gadis duduk sendirian di kursi logam, membaca buku hardcover yang sangat tebal.
   
"Ruangan ini menjadi ruang klub kita mulai saat ini."
+
"Mulai sekarang ini akan jadi ruang klub kita."
   
Haruhi membuka kedua tangannya dan mengumumkan secara formal. Wajahnya bersinar dengan senyuman yang bertenaga.'kalau saja ia juga tersenyum seperti itu di kelas...' walau pikirku, aku tidak berani mengatakannya dengan keras.
+
Haruhi merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan mengumumkannya dengan resmi. Wajahnya bersinar dengan senyuman enerjik. 'Kalau aja dia nunjukin senyum itu di kelas...' -- walau pikirku begitu, aku tak berani mengatakannya keras-keras.
   
"Tunggu sebentar, tempat ini apa?"
+
"Tunggu bentar, ini tempat apa?"
   
"Gedung Kebudayaan dan Kesenian. Tempat ini memiliki ruang kesenian dan musik untuk klub kesenian dan klub orkestra. Klub dan asosiasi tanpa ruang tetap semuanya mengadakan aktivitasnya di sini, dikenal dengan sebutan komplek lama. Dan ruangan ini milik klub literatur."
+
"Gedung Kebudayaan dan Kesenian. Tempat ini punya ruang kesenian dan musik untuk Klub Seni dan Klub Orkestra. Klub dan asosiasi yang ga punya ruang tetap semuanya ngelakuin aktivitasnya di sini, dikenal dengan sebutan Komplek Lama. Dan ruangan ini milik Klub Sastra."
   
  +
"Terus Klub Sastranya gimana?"
"Lalu bagaimana dengan klub literatur?"
 
   
"Setelah semua murid kelas tiga lulus musim semi ini, klub ini punya nol anggota. Pada saat tidak ada anggota baru direkrut, klub ini akan ditutup. Sebelumnya, anak kelas satu ini adalah satu-satunya anggota baru."
+
"Setelah semua murid kelas tiga lulus musim semi ini, nih klub punya nol anggota. Karena ga ada anggota baru direkrut, klub ini mau ditutup. Ngomong-ngomong, dia anak kelas satu yang satu-satunya anggota baru."
   
"Kalau begitu klub ini belum ditutup donk!"
+
"Kalau gitu ini klub emang belum ditutup dong!"
   
"Nyaris! Klub dengan anggota hanya seorang sama saja dengan tidak ada."
+
"Nyaris! Klub yang anggotanya cuman satu sama aja dengan ga ada."
   
Dasar bodoh! Kamu mau mencoba mengambil alih ruang klub orang lain? Aku melirik ke arah anak klub literatur.
+
Idiot loe! Loe lagi nyoba ngambil alih ruang klub orang lain? Aku melirik ke cewek Klub Sastra.
   
Dia adalah seorang gadis berkacamata berambut pendek.
+
Dia adalah seorang gadis berkacamata dan berambut pendek.
   
Haruhi sudah seberisik ini. Gadis itu, akan tetapi, tidak mengangkat kepalanya sekalipun. Selain terkadang membalikan halaman dengan jarinya, ia terlihat diam, benar-benar cuek terhadap keberadaan kita. Sepertinya gadis ini juga aneh!
+
Haruhi sudah seberisik ini. Gadis itu, akan tetapi, bahkan tidak mengangkat kepalanya sekalipun. Selain terkadang membalikan halaman dengan jarinya, ia tampak tak bergerak, benar-benar mengabaikan keberadaan kita. Kayaknya gadis ini juga aneh!
   
Aku merendahkan suaraku dan bertanya kepada Haruhi.
+
Kurendahkan suaraku dan bertanya pada Haruhi.
   
  +
"Terus tuh cewek gimana?"
"Lalu gimana dengan gadis itu?"
 
   
"Dia bilang nggak masalah!"
+
"Dia bilang ngga masalah!"
   
 
"Beneran?"
 
"Beneran?"
   
"Aku sudah menanyakannya pada saat makan siang. Kubilang aku butuh dia agar meminjamkan ruangannya dan dia bilang 'silahkan', selama dia bisa membaca bukunya dengan tenang. Setelah kau menyinggung hal itu, kupikir dia itu cukup aneh."
+
"Aku udah nanya dia pas makan siang. Aku bilang aku butuh agar dia minjemin ruangannya dan dia bilang 'silahkan', selama dia bisa baca bukunya dengan damai. Sekarang baru kepikiran, dia itu lumayan aneh ya."
   
Dari semua orang, kamu yang bilang itu!
+
Dari semua orang elo yang bilang begitu!
   
Aku memperhatikan gadis klub literatur aneh dengan seksama kali ini.
+
Kuperhatikan cewek Klub Sastra aneh dengan seksama kali ini.
   
Dia memiliki kulit yang pucat dan wajah tanpa ekspresi. Jari-jarinya bergerak seirama seperti robot. Rambut pendeknya membuat orang untuk melepas kacamatanya untuk pandangan yang lebih jelas. Dia memberikan impresi seperti boneka yang tidak menonjol. Dalam kata lain, orang aneh yang misterius dan tanpa ekspresi.
+
Dia memiliki kulit pucat dan wajah tanpa ekspresi. Jari-jarinya bergerak seirama seperti robot. Hanya menutupi wajah cantiknya, rambut pendeknya membuat seseorang ingin melepas kacamatanya untuk pandangan yang lebih jelas. Dia memberikan kesan sebuah boneka yang tak menonjol. Dengan kata lain, orang aneh yang misterius dan tak berekspresi.
   
Mungkin menyadari pandanganku yang mengganggu, gadis itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mendorong kacamata keatas dengan jari.
+
Mungkin menyadari observasiku yang mengganggu, gadis itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mendorong jembatan kacamatanya keatas dengan jarinya.
   
Aku melihat matanya yang berwarna dalam menatapku dari balik lensa tersebut. Baik mata maupun bibirnya tidak menunjukan ekspresi apapun, sampai seperti topeng. Dia berbeda dengan Haruhi -wajahnya seperti jenis yang pada dasarnya tidak menunjukan emosi.
+
Aku melihat mata gelapnya menatapku dari balik lensa. Baik mata maupun bibirnya tak menunjukan ekspresi apapun, hampir seperti topeng. Dia berbeda dengan Haruhi -- wajahnya seperti jenis yang pada dasarnya tak menunjukan emosi.
   
 
"Nagato Yuki."
 
"Nagato Yuki."
   
Nada suaranya memberikan kesan kalau namanya akan segera dilupakan oleh kebanyakan orang dalam tiga detik semenjak mendengarnya.
+
Nada suaranya memberikan kesan kalau namanya akan segera dilupakan oleh kebanyakan orang dalam tiga detik mendengarnya.
   
 
Nagato Yuki sejenak menatapku; lalu seperti kehilangan minat, ia kembali mengarahkan perhatiannya ke buku.
 
Nagato Yuki sejenak menatapku; lalu seperti kehilangan minat, ia kembali mengarahkan perhatiannya ke buku.
   
"Eh, Nagato-san," Aku memanggilnya, "Cewek ini mau menggunakan ruangan klub kamu untuk klub-yang-belum-ada-namanya. Apakah ini baik-baik saja dengan mu?"
+
"Eh, Nagato-san," Panggilku, "Cewe ini mau ngegunain ruang klub kamu buat klub mau-dikasi-nama. Kamu ga papa?"
   
 
"Ya."
 
"Ya."
   
Pandangan Nagato tidak pernah lepas dari buku.
+
Pandangan Nagato tak pernah lepas dari buku sekalipun.
   
"Tapi mungkin bisa menyulitkan untuk mu."
+
"Tapi mungkin bisa ngerepotin kamu."
   
 
"Tidak masalah."
 
"Tidak masalah."
   
"Bahkan kamu bisa diusir?"
+
"Bahkan mungkin kamu bakalan diusir?"
   
"Silahkan merasa bebas."
+
"Silahkan bebas-bebas saja."
   
Walaupun ia segera siap menjawab, ia tidak menunjukan ekspresi apapun. Terlihat olehku sepertinya dia benar-benar tidak peduli soal ini.
+
Walaupun ia segera menjawab, ia tak menunjukan ekspresi. Tampak olehku sepertinya dia benar-benar tak peduli soal ini.
   
"Oke, kalau begitu sudah diputuskan," Haruhi tiba-tiba menyela.
+
"Oke, kalau gitu udah diputusin," sela Haruhi tiba-tiba.
   
Dia terdengar sangat bersemangat, memberikan perasaan buruk.
+
Dia terdengar hiper sekali, yang memberiku firasat buruk.
   
"Mulai sekarang, kita akan berkumpul di ruang ini selesai sekolah. Pastikan untuk datang! Atau kamu sama bagusnya dengan orang mati!"
+
"Mulai sekarang, kita kumpul di ruang ini seberes sekolah. Ntar datang ya! Atau kamu bener-bener mampus!"
   
Dia berkata dengan senyum yang terkembang seperti bunga sakura. Aku dengan enggan mengganggukkan kepalaku.
+
Katanya dengan senyum seperti mekar bunga sakura. Dengan enggan kuanggukkan kepalaku.
   
Tolong deh, Aku belum mau mati dulu!
+
Plis deh, gue belum mau mati dulu!
   
   
Jadi sekarang kita telah mendapatkan ruangan klub, tapi tentang masalah administratifnya benar-benar tidak ada kemajuam. Kita masih belum memutuskan nama maupun kegiatan klub yang akan dilakukan. Aku sudah menanyakan hal ini kepada Haruhi, tapi sepertinya dia punya pikiran lain.
 
   
  +
Jadi sekarang kita udah nemu ruangan klub, tapi samasekali ga ada kemajuan sama administrasinya. Kita masih belum mutusin nama maupun kegiatan klub yang pengen dilakuin. Sudah kutanyakan hal ini kepada Haruhi, tapi sepertinya dia punya pikiran lain.
"Kita bisa putuskan hal itu nanti!" Haruhi menyatakannya dengan keras. "Sekarang hal yang paling penting adalah menrekrut anggota. Kita masih butuh dua orang lagi."
 
   
  +
"Kita bisa putusin semua itu ntar!" Haruhi menyatakan dengan keras. "Sekarang yang paling penting ngerekrut anggota. Kita masih butuh paling sedikit dua orang lagi."
Jadi, kamu sudah menghitung gadis klub literatur juga? Kamu nggak mungkin memperlakukan Nagato Yuki sebagai aksesoris klub semata, ya kan?
 
   
  +
Jadi, loe udah masukin cewek Klub Sastra juga? Loe ga mungkin memperlakukan Nagato Yuki kayak aksesoris klub doang, kan?
"Nggak usah khawatir soal itu, Aku pasti bisa mengumpulkan orang-orang segera; Aku sudah punya seseorang di kepalaku."
 
   
  +
"Ngga usah khawatir soal itu. Aku pasti bisa ngumpulin orang-orang segera; aku udah punya seseorang di pikiranku."
Bagaimana mungkin aku nggak khawatir? Kekhawatiranku malah semakin menjadi!
 
   
  +
Gimana gue ngga khawatir? Keresahan gue malah makin gede!
   
Keesokan harinya setelah sekolah usai, setelah menolak tawaran Taniguchi dan Kunikida untuk pulang bareng, Aku dengan malas menyeret kakiku yang terasa berat dan melangkah ke ruangan klub.
 
   
Haruhi hanya berkata "Kamu pergi duluan!" dan terburu-buru keluar ruangan dengan kecepatan yang sangat dibutuhkan Klub Atletik. Dia sangatlah cepat sampai aku berpikir kalau dia menambah booster di sepatunya. Aku nggak tahu antara dia sangat terburu-buru mencari anggota baru, atau hanya sangat bersemangat kalau dia sudah melangkah maju untuk bertemu mahkluk luar angkasa?
 
   
  +
Besoknya sehabis sekolah, setelah menolak tawaran Taniguchi dan Kunikida untuk pulang bareng, dengan enggan kuseret kaki beratku menuju ruang klub.
Di lain pihak, Aku hanya bisa membawa tas ku, jadi aku bergerak pelan menuju ruang Klub Literatur.
 
   
  +
Haruhi hanya bilang "Kamu pergi duluan!" dan buru-buru keluar ruang kelas dengan kecepatan yang sangat dibutuhkan Klub Atletik. Dia begitu cepat sampai-sampai aku berpikir kalau dia menambah booster di sepatunya. Aku tak tahu antara dia buru-buru mencari anggota baru, atau hanya sangat bersemangat kalau dia sudah melangkah maju untuk bertemu mahkluk luar angkasa?
Memasuki ruang klub, Aku sudah menemukan Nagato Yuki di dalamnya, duduk di posisi yang sama ketika membaca bukunya. Aku mendekatinya dengan perlahan, tapi seperti kemarin kepalanya hanya terbenam di dalam buku, keberadaanku dihiraukan. Apakah dulu Klub Literatur hanya sebuah klub membaca saja? Kenapa dia hanya membaca saja setiap waktu?
 
   
  +
Di lain pihak, aku hanya bisa membawa tasku, jadi aku bergerak perlahan menuju ruang Klub Sastra.
Keheningan di ruangan.
 
   
"...Apa yang lagi kamu baca?"
 
   
Aku bertanya, tidak tahan lagi dengan keheningan. Nagato Yuki menjawabnya dengan mengangkat buku dan menunjukan kovernya. Mataku melihat sejumlah besar huruf asing yang berkilauan; sepertinya itu seperti novel fiksi ilmiah.
 
   
  +
Memasuki ruang klub, ternyata Nagato Yuki sudah di dalam dan duduk di posisi yang sama dari yang sebelumnya sambil membaca bukunya. Perlahan kudekati dia, tapi seperti kemarin kepalanya terbenam di dalam buku, keberadaanku diabaikan. Emang Klub Literatur itu cuman klub membaca aja? Kalo engga kenapa dia baca terus-terusan?
"Apakah itu menarik?"
 
   
  +
Hening di ruangan.
Nagato Yuki mendorong kacamatanya keatas tanpa susah payah sebelum menjawabnya datar.
 
  +
  +
"...Lagi baca apa?"
  +
  +
Tanyaku, tak tahan dengan keheningan lebih lama lagi. Nagato Yuki menjawabnya dengan mengangkat buku dan menunjukan sampulnya. Mataku melihat sejumlah besar huruf asing yang memusingkan; keliatannya kayak semacem novel fiksi ilmiah.
  +
  +
"Itu menarik ya?"
  +
  +
Nagato Yuki mendorong kacamatanya keatas tanpa tenaga sebelum menjawabnya dengan nada kosong.
   
 
"Unik."
 
"Unik."
   
Sepertinya dia menjawab semua pertanyaanku dengan itu.
+
Tampaknya dia sudah menjawab semua pertanyaanku.
   
"Di mananya?"
+
"Bagian mananya?"
   
 
"Semuanya."
 
"Semuanya."
   
"Jadi kamu suka membaca?"
+
"Jadi kamu suka baca?"
   
 
"Sangat."
 
"Sangat."
   
"Oh begitu..."
+
"Oh gitu..."
   
 
"..."
 
"..."
Line 205: Line 215:
 
Kembali hening.
 
Kembali hening.
   
Bisa aku pulang sekarang?
+
Gue bisa pulang sekarang?
   
Aku sedang memikirkan hal itu saat menaruh tas ku ke atas meja. Saat aku hendak duduk di kursi besi itu, tiba-tiba pintunya terbuka seperti ditendang.
+
Pikirku begitu sambil menaruh tasku ke atas meja. Tepat saat aku hendak duduk di kursi logam, tiba-tiba pintunya kebanting terbuka seperti baru ditendang.
   
"Hei, maaf aku telat! Aku butuh waktu supaya bisa menangkap cewek ini!"
+
"Hei, sori aku telat! Butuh waktu nih nangkap cewek ini!"
   
Haruhi akhirnya tiba, dengan melambaikan tangannya kepada kami. Tangannya yang lain sedang mencengkeram lengan orang lain -dia menculik orang lain lagi! Ketika dia memasuki ruangan, untuk suatu alasan tertentu, dia mengunci pintunya. Klik! Saat mendengar suara itu, gadis mungil itu gemetaran tidak nyaman.
+
Haruhi akhirnya tiba, melambaikan sebelah tangannya pada kami. Tangan yang lain sedang menggenggam pergelangan orang lain -- dia menculik orang lain lagi! Ketika Haruhi memasuki ruangan, untuk suatu alasan tertentu dia mengunci pintunya. Ceklek! Mendengar suara itu, gadis berukuran kecil itu gemetaran tak nyaman.
   
Wow, dia memang cantik.
+
Wow, dia emang cantik.
   
 
Dia pasti "calon terpilih"-nya Haruhi.
 
Dia pasti "calon terpilih"-nya Haruhi.
   
"A...apa yang akan kamu lakukan?"
+
"A...apa yang kau lakukan?"
   
Kata gadis tersebut, yang sudah hampir menangis.
+
Kata gadis tersebut, hampir menangis sekarang.
   
"D...dimana ini? Kenapa kamu membawaku ke sini? Dan, k...kenapa kamu mengunci pintunya? Apa yang kamu mau lakukan kepada ku?"
+
"Di-dimana ini? Kenapa kamu bawa saya ke sini? Dan, ke-kenapa kamu ngunci pintu? Kamu mau apa sama saya?"
   
 
"Diam!"
 
"Diam!"
   
Haruhi berteriak dengan keras sampai gadis itu diam terkejut.
+
Haruhi berteriak begitu keras sampai-sampai gadis itu hanya diam terpaku.
   
"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."
+
"Biar kukenalin: ini Asahina Mikuru-chan."
   
[[Image:Sh_v1_02.jpg|thumb|''"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."'']]
+
[[Image:Sh_v1_02.jpg|thumb|''"Biar kukenalin: ini Asahina Mikuru-chan."'']]
   
Setelah mengumumkan nama gadis tersebut, Haruhi berhenti bicara. Sepertinya itu sudah semuanya.
+
Setelah mengumumkan nama gadis tersebut, Haruhi berhenti bicara. Sepertinya perkenalannya sebegitu saja.
   
Keheningan sekali lagi menyelimuti ruang kelas. Haruhi terlihat puas seperti "pekerjaannya selesai dengan baik"; Nagato Yuki, seperti biasa, tetap membaca bukunya tanpa reaksi; dan gadis yang dipanggil Asahina Mikuru hanya ketakutan. Hei, kenapa nggak ada yang bicara? Jadi aku yang memulai percakapan.
+
Keheningan sekali lagi menelan ruangan. Haruhi terlihat puas dengan "kerjaan beres dengan baik"; Nagato Yuki, seperti biasa, tetap membaca bukunya tanpa reaksi; dan gadis yang dipanggil Asahina Mikuru hanya takut-takut tolol. Hei, kenapa ngga ada yang ngomong? Dan jadinya aku yang memulai percakapan.
   
"Darimana kamu menculik dia?"
+
"Loe culik dia darimana?"
   
"Ini bukan penculikan! Aku cuman memaksanya datang ke sini bersamaku."
+
"Bukan penculikan kok! Aku cuman maksa dia datang ke sini bareng aku."
   
 
Itu sama aja!
 
Itu sama aja!
   
"Aku menemukanya sedang termenung di ruang kelas dua, jadi aku menangkapnya dari sana. Aku menyelusuri sekolah selama istirahat, jadi aku sudah melihatnya beberapa kali."
+
"Aku nemu dia lagi ngelamun di ruang kelas dua, jadi kutangkap dia dari sana. Aku udah nelusurin sekolah pas istirahat, jadi aku udah ngeliatnya beberapa kali."
   
Jadi itu yang kamu lakukan selama istirahat saat kamu tidak terlihat di ruang kelas. Tidak, tunggu, ini bukan waktunya memikirkan hal ini.
+
Jadi itu toh yang loe lakuin pas istirahat waktu loe engga keliatan dimana-mana di ruang kelas. Engga, bentar, ini bukan waktunya mikirin beginian.
   
"Bagaimanapun dia adalah kakak kelas kita!"
+
"Gimanapun juga, dia sempai kita!"
   
 
"Terus?"
 
"Terus?"
   
Aku melihatnya dengan tidak percaya. Ya tuhan, cewek ini benar-benar tidak memikirkan apa yang dilakukannya!
+
Kulihat dia dalam ketakpercayaan. Ya tuhan, nih cewek benar-benar ga mikir dia itu udah ngapain!
   
"Ya sudah... beritahu aku, kenapa kamu butuh untuk mencari dia, erm, Asahina-sempai, bukan?"
+
"Ya udah... kasih tau aku, kenapa loe butuh nyari dia, emm, Asahina-san, kan?"
   
 
"Sini, lihat deh."
 
"Sini, lihat deh."
   
Haruhi tiba-tiba menunjuk ke arah hidung Asahina Mikuru, membuatnya langsung mundur terkejut.
+
Haruhi tiba-tiba menunjuk ke arah hidung Asahina Mikuru, membuatnya langsung mundur.
   
"Dia cantik, bukan?"
+
"Dia imut, kan?"
   
Itu hal yang hanya akan diucapkan penculik berbahaya! Bagaimanapun itu yang kupikir.
+
Cuman penculik berbahaya yang bakalan ngomong gitu! Itulah yang kupikir, omong-omong.
   
"Aku percaya kalau karakter [http://en.wikipedia.org/wiki/Moe_(slang) Moe] itu penting!" lanjutnya.
+
"Aku percaya kalo karakter Moe itu penting!" lanjutnya.
   
"...Maaf, apa yang kamu bilang?"
+
"...Maaf, loe bilang apa?"
   
"Aku bilang Moe! Faktor yang membuat orang tertarik! Pada dasarnya, kebanyakan cerita detektif punya karakter yang bisa membuat orang tertarik dan merasa kalau mereka menjadi dikasihani."
+
"Aku bilang Moe! Faktor yang bikin orang horny! Pada dasarnya, kebanyakan cerita detektif punya karakter yang bisa bikin orang horny dan ngebangkitin rasa kasihan."
   
Aku secara otomatis berbalik dan mengamati Asahina Mikuru: dia memiliki badan yang mungil dan wajah yang bisa disalah sangka sebagai murid SD. Rambut coklatnya sedikit berombak, tergantung dipunggungnya. Sepasang mata besar seperti anak anjing memberikan aura "tolong lindungi aku". Bibirnya yang setengah terbuka menunjukan sebaris gigi yang seputih gading, yang dipasangkan dengan wajahnya yang mungil, menciptakan kombinasi yang sempurna. Apabila dia diberikan tongkat sihir dengan permata yang berkilau, dia mungkin akan berubah jadi peri kecil! Aarghh~, apa yang aku sedang pikirkan!
+
Otomatis aku berputar dan mengamati Asahina Mikuru: dia memiliki badan kecil dan wajah yang bisa mudah disalahsangkakan sebagai anak SD. Rambut coklatnya sedikit berombak, tergantung dipunggungnya. Sepasang mata anak anjing besar memberikan aura "tolong lindungi aku". Bibir setengah terbukanya menunjukan sebaris gigi seputih gading yang, dipasangkan dengan wajah mungilnya, menciptakan kombinasi yang sempurna. Kalo dia dikasih tongkat sihir dengan permata yang berkilauan, dia mungkin bakalan berubah jadi peri kecil! Aarghh~, gue mikir apaan sihh!?
   
"Dan tidak hanya itu saja!"
+
"Dan ga cuman itu doang!"
   
Haruhi tersenyum penuh percaya diri, dan memeluk Asahina Mikuru dari belakang dengan kedua tangannya.
+
Haruhi tersenyum penuh percaya diri, dan memeluk Asahina Mikuru-san dari belakang dengan kedua tangannya.
   
 
"Kyaaaa!!!"
 
"Kyaaaa!!!"
   
Asahina langsung berteriak. Tapi Haruhi tetap tidak bergerak, memegang dadanya lewat seragam pelautnya.
+
Asahina-san langsung berteriak. Tapi Haruhi tetap tidak bergerak, meremas dadanya lewat seragam sailornya.
   
 
"Aaaaa!"
 
"Aaaaa!"
   
"Dia itu sangat mungil, tapi dadanya lebih besar dariku! Wajah yang cantik dan dada besar itu juga faktor penting yang bisa membuat orang tertarik!"
+
"Dia itu mungil banget, tapi susunya lebih gede dariku! Wajah imut plus susu gede itu juga faktor penting yang bisa bikin orang horny!"
   
Ya tuhan, aku hampir pingsan.
+
Oh Tuhan, gue mau pingsan.
   
"Wow, mereka benar-benar besar."
+
"Wow, bener-bener gede banget."
   
Haruhi memasukan tangannya kedalam seragam Asahina dan mulai meremas. Hentikan itu, dasar mesum.
+
Haruhi memasukan tangannya kedalam seragam Asahina-san dan mulai grepe-grepe. Brenti, dasar mesum!
   
"Wah, ini membuatku kesal! Wajahnya sangat cantik, tapi dadanya lebih besar dariku!"
+
"Wah, bikin kesal aja! Wajahnya imut banget, tapi susunya lebih gede dari aku!"
   
"T...tolong!!!"
+
"T-Tolong!!"
   
Asahina merona merah. Dia mencoba untuk membebaskan diri dengan tangan dan kakinya, tapi kekuatannya bukan tandingan pelecehnya. Saat Haruhi mulai menggerakan tangannya menuju rok Asahina, Aku tidak bisa menerimanya lagi dan menarik gadis mesum ini menjauh dari Asahina.
+
Asahina-san merona merah terang. Dia mencoba membebaskan diri dengan lengan dan kakinya, tapi kekuatannya bukan tandingan pelecehnya. Saat Haruhi mulai menggerakan tangannya menuju rok Asahina-san, aku tak bisa tahan lebih lama lagi dan menarik gadis mesum ini menjauh dari Asahina-san.
   
  +
"Loe pikir loe itu lagi ngapain sih!?"
"Apa yang kamu pikir yang kamu sedang lakukan!?"
 
   
"Tapi mereka benar-benar besar! Benar lho! Kenapa kamu tidak mencobanya juga?"
+
"Tapi benar-benar gede lho! Benaran! Kenapa ga kamu cobain juga?"
   
Asahina tersentak kaget.
+
Asahina-san mengerang lemah.
   
"Tidak, terima kasih."
+
"Tidak terima kasih."
   
Itu yang bisa aku ucapkan.
+
Hanya itu yang bisa kuucapkan.
   
Yang mengejutkan ku, selama kejadian ini, Nagato Yuki tetap membaca bukunya, tidak sekalipun menengok. Ada apa dengan gadis ini sebenarnya?
+
Yang mengejutkanku, selama kericuhan ini, Nagato Yuki tetap membaca bukunya, tak sekalipun mengangkat kepalanya. Nih cewek sebenarnya kenapa sih?
   
 
Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu.
 
Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu.
   
"Hei, kamu ngga mikir kalau... alasanmu satu-satunya membawa Asahina-sempai ke sini karena dia itu cantik dan punya dada besar?"
+
"Hei, loe ngga mikir kan kalo... alasan loe satu-satunya bawa Asahina-san ke sini karena dia itu imut dan punya susu gede?"
   
"Kenapa, tentu saja!"
+
"Kenapa, tentu aja!"
   
Ya tuhan, kamu ini benar-benar seorang idiot!
+
Ya Tuhan, loe ini benar-benar idiot!
   
"Karakter maskot seperti dia itu diperlukan!"
+
"Karakter maskot kayak dia itu perlu!"
   
Perlu 'PALA MU! Siapa juga yang ngomong begitu?
+
Perlu dari hongkong! Siapa sih yang ngomong gitu ngomong-ngomong?
   
Asahina merapikan seragamnya yang kusut dan mengangkat kepalanya melihat ke arah ku. Hei, jangan lihat aku seperti itu, kamu membuatku ke dalam situasi yang memalukan.
+
Asahina-san merapikan seragam kusutnya dan mengangkat kepalanya, melihatku. Hei, jangan liat aku kayak gitu, kamu masukin aku ke situasi memalukan aja.
   
"Mikuru-chan," tanya Haruhi, "Apa kamu ikut klub lain?"
+
"Mikuru-chan," tanya Haruhi, "Kamu ikutan klub lain?"
   
 
"I... Iya... Klub Kaligrafi..."
 
"I... Iya... Klub Kaligrafi..."
   
"Keluar dari situ! Itu cuman menghalangi aktivitas klubku."
+
"Keluar dari situ! Bakalan ngeganggu aktivitas klubku."
   
Haruhi! Apa kamu nggak terlalu egois!?
+
Haruhi! Bukannya kamu terlalu egois!?
   
Asahina memiliki ekspresi seperti korban dalam misteri pembunuhan tertentu, melihatku dengan mata yang mengharap untuk diselamatkan. Lalu saat itulah seperti tiba-tiba dia menyadari kehadiran Nagato Yuki. Mata terbelalak lebar dan menunjukan keraguan. Sejenak kemudian, dia mengeluh dan berbisik dalam suara rendah:
+
Asahina-san memiliki ekspresi korban dalam misteri pembunuhan tertentu, melihatku dengan mata yang berharap untuk diselamatkan. Lalu seolah-olah dia tiba-tiba menyadari kehadiran Nagato Yuki. Matanya membelalak lebar dan menunjukan keragu-raguan. Sejenak kemudian, dia mendesah dan berbisik dengan suara rendah:
   
"Oh begitu... Aku mengerti."
+
"Oh gitu... saya ngerti."
   
  +
Kamu ngerti apa?
Apa yang kamu mengerti?
 
   
"Aku akan berhenti dari klub kaligrafi, dan bergabung dengan klub mu..."
+
"Saya akan berhenti dari Klub Kaligrafi, dan bergabung dengan klubmu..."
   
Suaranya penuh kesedihan.
+
Suaranya begitu penuh dengan kesedihan.
   
"Tapi aku tidak tahu apa yang dilakukan klub literatur."
+
"Tapi saya ga tahu Klub Sastra itu ngapain aja."
   
"Kita bukan klub literatur," jelas Haruhi.
+
"Kita bukan Klub Sastra," Haruhi membetulkan.
   
Melihat Asahina kebingungan, aku segera memotong untuk menjelaskan.
+
Melihat Asahina-san kebingungan, aku segera memotong untuk menjelaskan.
   
"Kita hanya meminjam ruangan ini sementara untuk aktivitas klub kami. Klub yang akan kamu ikut bergabung sebenarnya asosiasi baru yang akan dibuat Suzumiya Haruhi sebentar lagi. Kami belum tahu apa aktivitas yang akan ada; Kami bahkan belum punya nama."
+
"Kita cuman minjem ruangan ini sementara buat aktivitas klub kita. Klub yang kamu gabungi sebenarnya asosiasi baru yang Suzumiya Haruhi bakalan bikin bentar lagi. Kami belum tahu apa aktivitasnya ntar; kita bahkan ga punya nama."
   
 
"... Apa?..."
 
"... Apa?..."
   
"Oh, dan yang sedang duduk di sana, dialah anggota klub literatur yang sebenarnya."
+
"Oh, dan yang lagi duduk di sana, dialah anggota Klub Sastra beneran."
   
 
"Oh..."
 
"Oh..."
   
Asahina tetap berdiri tanpa kata-kata, mulutnya yang mungil setengah terbuka. Reaksinya? Benar-benar normal.
+
Asahina-san berdiri kehabisan kata-kata, mulut imutnya setengah terbuka. Reaksinya? Benar-benar normal.
   
"Itu tidaklah menjadi masalah!"
+
"Itu takkan jadi masalah!"
   
Gembira sampai ke titik yang bagai tidak perlu bertanggung jawab pada apapun, Haruhi menepuk bahu Asahina dengan keras.
+
Gembira sampai ke titik yang tak bertanggungjawab pada apapun, Haruhi menepuk bahu Asahina-san keras-keras.
   
"Aku baru saja memikirkan sebuah nama!"
+
"Aku baru aja kepikiran satu nama!"
   
"... Oke, coba kita dengar," ucapku tanpa antusias.
+
"... Oke, coba kita dengerin," ucapku dengan nol antusiasme.
   
Apabila mungkin, aku benar-benar nggak pingin mendengarnya! Tapi karena aku terlanjur bertanya, Suzumiya Haruhi menggunakan suara beningnya untuk mengumumkan dengan keras nama yang baru saja dia pikirkan.
+
Kalau mungkin, aku benar-benar tak ingin mendengarnya! Tapi karena aku terlanjur bertanya, Suzumiya Haruhi menggunakan suara beningnya untuk mengumumkan keras-keras nama yang baru saja dia pikirkan.
   
  +
Seperti yang diketahui semua orang, itu semua berawal dari hasil visi Suzumiya Haruhi yang sederhana dan naif, dan tidak ada alasan lain. Dan akhirnya... nama klub baru kami sudah diputuskan:
 
  +
  +
  +
  +
Semua orang tahu, semuanya berawal dari hasil visi Suzumiya Haruhi yang sederhana dan naif, dan tak ada alasan lain. Dan jadinya... nama klub baru kami sudah diputuskan:
   
 
Brigade SOS!
 
Brigade SOS!
Line 371: Line 385:
 
'''S'''uzumiya Haruhi no Dan
 
'''S'''uzumiya Haruhi no Dan
   
The '''S'''preading Excitement All '''O'''ver the World with '''S'''uzumiya Haruhi Brigade, disingkat Brigade SOS.
+
Brigade '''S'''elamatkan Dunia dengan '''O'''perasi Sukaria '''S'''uzumiya Haruhi, disingkat Brigade SOS.
 
   
 
Kalian semua bisa tertawa sekarang.
 
Kalian semua bisa tertawa sekarang.
   
Tapi sebelum aku bisa melakukan itu, Aku berdiri tercegang.
+
Tapi sebelum aku bahkan bisa lakukan itu, aku berdiri tercengang.
  +
  +
Kenapa disebut "Brigade"? Bukannya seharusnya "''Asosiasi'' Selamatkan Dunia dengan Operasi Sukaria Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk jadi asosiasi dan tak seorang pun yang yakin klub ini tentang apa, Haruhi dengan simpelnnya menjawab "Kalo emang gitu, kita sebut brigade aja!" Dan dengan demikian nama klub sekarang telah dilahirkan dengan agung.
  +
  +
Mendengar nama tersebut, Asahina-san menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan jadinya, mosi untuk nama klub telah diterima, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS sekarang terbuka untuk bisnis! Sungguh kejadian yang begitu mengagumkan!
  +
  +
   
  +
Huh, terserah loe aja deh!
Kenapa itu disebut "Brigade"? Bukanya seharusnya "''Asosiasi'' Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menjadi asosiasi dan tidak seorang pun yang yakin suatu apapun tentang klub ini, Haruhi dengan mudahnya menjawab "Kalau begitu kasusnya, ya sudah kita sebut brigade saja!" Dan dengan demikian nama klub pun lahir dengan luar biasa.
 
   
Saat mendengar nama tersebut, Asahina menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan selanjutnya, keputusan untuk nama klub telah ditentukan, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS telah dibuka untuk bisnis! Sungguh kesempatan yang sangat menyenangkan!
 
   
Hmph, lakukanlah semaumu!
 
   
Setelah mengatakan "Pastikan untuk berkumpul di sini seusai sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahinya. Bahu Asahina melemas, figurnya yang tidak bernyawa berjalan menjauh menyusuri lorong semakin membuat terkesan sedih. Aku tidak tahan melihatnya, maka aku pun memanggilnya.
+
Setelah mengatakan "Pastiin ngumpul disini abis sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahi hari. Bahu Asahina-san terkulai, sosok tak bernyawanya berjalan menyusuri koridor memberikan kesan sedih yang lebih jauh. Aku tak tahan melihatnya, maka kupanggil dia.
   
"Asahina-sempai."
+
"Asahina-san."
   
 
"Ya?"
 
"Ya?"
   
Asahina melihatku dengan wajah tidak bersalahnya, yang bahkan terlihat tidak lebih tua dariku.
+
Asahina-san melihatku dengan wajah innocentnya, yang bahkan terlihat tak lebih tua dariku.
   
"Kamu tidak harus bergabung dengan klub aneh semacam ini jika kamu tidak mau! Kamu tidak usah perdulikan dia, Aku akan mencari cara untuk menjelaskan kepadanya."
+
"Kamu ga harus gabung sama klub aneh macam ini kalo kamu ga mau! Kamu ga usah peduliin dia, aku bakalan nyari cara buat ngejelasin ke dianya."
   
"Tidak."
+
"Engga."
   
Dia berhenti, mengedipkan matanya, dan tersenyum.
+
Dia berhenti, berkedip, dan tersenyum.
   
  +
"Ga papa. Saya emang pengen gabung."
"Tidak apa-apa. Aku memang ingin bergabung."
 
   
"Tapi, mungkin klub ini akan sangat membosankan!"
+
"Tapi, mungkin klub ini klub membosankan!"
   
"Tidak masalah; bukankah kamu juga bergabung?"
+
"Ga masalah; bukannya kamu juga udah gabung?"
   
Tidak! Masalah aku bergabung atau tidak bukan menjadi masalah di sini!
+
Engga! Gue mau gabung ato engga bukan masalahnya di sini!
   
"Mungkin, ini adalah hasil absolut di Temporal Plane ini..."
+
"Mungkin, ini hasil absolut di Lintasan Waktu ini..."
   
Dia mengatakan hal ini dengan mata bulatnya memandang ke arah kejauhan.
+
Katanya dengan mata bulatnya memandang ke kejauhan.
   
"Apa maksud dari hal itu?"
+
"Apa maksudnya itu?"
   
"Lagipula, aku tertarik dengan kehadiran Nagato-san..."
+
"Lagian, saya tertarik sama kehadiran Nagato-san..."
   
 
"Tertarik?"
 
"Tertarik?"
   
"Eh? Tidak, bukan apa-apa."
+
"Eh? Engga, bukan apa-apa."
   
Asahina menggelengkan kepalanya dengan panik, menggoyangkan rambut berombaknya.
+
Asahina-san menggelengkan kepalanya gentar, menggoncangkan rambut berombaknya.
   
Lalu Asahina tersenyum, terlihat malu, dan membungkuk dengan dalam kepada ku.
+
Lalu Asahina-san tersenyum, terlihat malu, dan memberiku bungkukan dalam.
   
"Aku mungkin akan menyulitkan, tapi tolong bertahanlah dengan ku mulai sekarang."
+
"Saya mungkin jadi ngerepotin, jadi mohon tahan dengan saya mulai sekarang ini."
   
"Kamu tidak harus melakukan hal itu... kamu menempatkanku di posisi yang sulit..."
+
"Kau ga harus begitu... kamu bikin aku jadi susah aja..."
   
"Tolong panggil aku Mikuru mulai sekarang."
+
"Tolong panggil saya Mikuru mulai sekarang."
   
 
Dia tersenyum.
 
Dia tersenyum.
   
Wah, dia sangat imut sampai membuatku pusing.
+
Wah, dia imut banget sampe-sampe bikin gue puyeng.
   
   
Selanjutnya adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.
 
   
  +
Yang di bawah ini adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.
"Kamu tahu apa yang kita butuhkan selanjutnya?"
 
   
  +
"Kamu tau kita butuh apa selanjutnya?"
"Mana kutahu!"
 
   
  +
"Menegetehe!"
"Aku berpikir untuk mendapatkan murid pindahan misterius."
 
   
"Tolong jelaskan kepadaku definisi dari murid pindahan 'misterius'."
+
"Aku berpikir nyari murid pindahan misterius."
   
  +
<!-- kata2nya dihaluskan penuh sarkasme-->
"Mereka yang pindah dua bulang setelah semester sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Bagaimana menurutmu?"
 
  +
"Mohon jelaskan kepada saya definisi dari murid pindahan 'misterius'."
   
  +
"Mereka yang pindah dua bulan setelah sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Gimana menurutmu?"
"Mungkin karena kedua orangtua mereka dipindah tugaskan dan kebetulan mereka harus ikut pindah."
 
   
  +
"Karena orangtuanya pindah dinas kali dan mereka harus ikut pindah."
"Nggak, itu terlalu dipaksakan dan tidak alami!"
 
   
  +
"Ngga, itu terlalu dipaksakan dan ga alami!"
"Lalu menurutmu alami itu apa? Aku benar-benar ingin tahu."
 
   
  +
"Terus menurut loe alami itu apa? Gue benar-benar pengen tau."
"Murid pindahan misterius... apakah mereka akan muncul?"
 
   
  +
"Murid pindahan misterius... mereka bakalan muncul ga ya?"
"Kamu benar-benar nggak pernah mendengarkan omonganku ya?"
 
   
  +
"Loe tuh ga pernah dengerin omongan gue, ya?"
   
Gosip pun mulai mengalir kalau Haruhi dan aku merencanakan sesuatu.
 
   
"Hei, apa saja yang kamu rencanakan bersama Haruhi?"
 
   
  +
Sassus mulai mengalir di sekolah kalau Haruhi dan aku sedang merencanakan sesuatu.
Taniguchi pasti menanyakan hal itu.
 
   
  +
"Yo, emang loe lagi ngapain bareng Haruhi?"
"Kamu tidak berpacaran dengannya, bukan?"
 
   
  +
Taniguchi akan menanyakan hal itu.
Tentu saja tidak! Sejujurnya, Aku sendiri, juga ingin tahu apa yang sebenarnya kulakukan!
 
   
  +
"Kalian lagi ga pacaran, kan?"
"Cobalah untuk tidak melakukan hal yang terlalu konyol, kamu sudah bukan murid SMP lagi! Jika mereka tahu kamu merusak lapangan sekolah atau sejenisnya, kamu mungkin bisa diskors!"
 
   
  +
Tentu aja engga! Jujur aja, gue sendiri juga pengen tau lagi ngapain!
Jika itu hanya Haruhi sendiri yang beraksi, aku bisa cuek saja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus kuurus -Aku nggak bisa mengambil resiko membuat mereka terlibat. Ketika aku menyadari betapa perhatiannya aku kepada mereka, Aku tiba-tiba merasa bangga.
 
   
  +
"Usahain jangan ngelakuin hal-hal yang terlalu konyol; loe tuh bukan anak SMP lagi! Kalo mereka tau loe ngerusak lapangan sekolah ato semacemnya, loe bisa diskors!"
Tapi masalahnya, nggak ada cara aku bisa menghentikan Haruhi gila itu!
 
   
  +
Kalo cuman Haruhi yang beraksi sendirian, gue tinggal cuekin dia aja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus diurus -- gue ga bisa ngeresikoin mereka buat terlibat. Ketika aku sadar betapa perhatiannya aku pada mereka, tiba-tiba aku merasa bangga pada diriku sendiri.
   
  +
Tapi masalahnya, ngga ada cara gue bisa nyetop si Haruhi gila itu!
"Jadi aku ingin sebuah komputer!"
 
   
Semenjak Brigade SOS didirikan, ruangan klub literatur mulai menjadi semakin banyak barang yang ada selain meja persegi, kursi besi dan rak buku.
 
   
Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, sebuah teko dan cangkir, sebuah poci teh, pemutar CD/MD dan radio, lemari kulkas, perekam suara, panci masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apakah dia merencanakan agar kita tinggal di sini?
 
   
  +
"Aku pengen banget komputer!"
Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia ambil entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah kerucut hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.
 
   
  +
Semenjak Brigade SOS didirikan, ruang Klub Sastra mulai punya banyak dan semakin banyak barang selain meja persegi panjang, kursi logam dan rak buku.
"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan tidak memiliki komputer. Ini ngga bisa!"
 
   
  +
Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, teko dan cangkir, poci teh, radio CD/MD, kulkas, perekam suara, pan masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apa dia ngerencanain buat kita tinggal disini?
Siapa yang bilang begitu?
 
   
  +
Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia colong entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah piramid segitiga hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.
Meskipun begitu, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku tebal [http://en.wikipedia.org/wiki/The_Fall_of_Hyperion tentang sebuah satelit kecil di Saturnus yang jatuh], atau sesuatu yang mirip seperti itu. Asahina, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap tiba dengan setia dan duduk di kursi besi, terlihat bingung.
 
   
  +
"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan ga punya komputer. Ini ngga bisa!"
Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arah ku dengan senyum licik.
 
   
  +
Siapa sih yang bilang begitu?
"Makanya aku akan mendapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.
 
   
  +
Ngomong-ngomong, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku hardcover tentang [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#The_Fall_of_Hyperion|satelit kecil Saturnus lagi jatuh]], atau semacam itu. Asahina-san, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap patuh datang dan duduk di kursi logam, melihat bingung.
"Dapat satu, maksudnya komputer? Dari mana? Kamu nggak berencana untung merampok toko elektronik kan?"
 
   
  +
Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arahku dengan senyum sinis.
"Tentu saja tidak! Aku akan ke tempat yang lebih dekat!"
 
   
  +
"Itulah kenapa aku akan dapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.
"Ikuti aku!" Asahina dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya sampai ke koridor dan pada akhirnya tiba di Kelompok Belajar Komputer dua ruangan jauhnya.
 
  +
  +
"Dapetin satu, maksudnya komputer? Darimana? Loe ngga ada rencana buat ngerampok toko elektronik, kan?"
  +
  +
"Ya engga lah! Bakalan ke tempat yang lebih dekat!"
  +
  +
"Ikut aku!" Asahina-san dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya di koridor, pada akhirnya tiba di Kelompok Riset Komputer dua ruangan jauhnya.
   
 
Rupanya begitu!
 
Rupanya begitu!
   
"Sini, ambil ini."
+
"Ini, ambil ini."
   
Haruhi menyerahkan ku sebuah kamera instan.
+
Haruhi menyerahkanku sebuah kamera instan.
   
"Sekarang dengarkan aku baik-baik! Aku akan bilangin rencananya, dan kamu harus mengikutinya bagaimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."
+
"Sekarang dengar baik-baik! Aku bakalan bilangin rencananya, dan kamu harus ngikutin gimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."
   
Haruhi menarik ku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.
+
Haruhi menarikku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.
   
"Apa!? Kamu nggak bisa begitu!"
+
"Apa!? Kamu ngga bisa gitu!"
   
"Peduli apa?"
+
"Emang masalah?"
   
Tentu saja itu nggak masalah buat kami, nona! Aku berbalik ke arah Asahina yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan mengedipkan mata ke arahnya.
+
Tentu aja itu ngga masalah buat elo, non! Aku berpaling ke arah Asahina-san yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan berkedip padanya.
   
 
Sebaiknya kamu lari sekarang juga!
 
Sebaiknya kamu lari sekarang juga!
   
Tapi Asahina terlihat terkejut dan mulai merona. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.
+
Tapi Asahina-san melihat padaku, terkejut, dan mulai tersipu. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.
   
Saat aku berniat menyelamatkan Asahina dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Belajar Komputer itu.
+
Saat aku mau menyelamatkan Asahina-san dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Riset Komputer.
   
"Halo semuanya! Aku datang untuk mengambil sebuah komputer dari kalian!"
+
"Halo semuanya! Aku datang mau ngambil satu komputer dari kalian!"
   
Susunan ruangan ini mirip, tapi dibandingankan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki sebuah komputer desktop di atasnya dengan efek suara dari CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.
+
Ruangnya mirip, tapi dibandingkan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki satu komputer desktop di atasnya dengan efek suara CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.
   
Empat orang anak laki-laki yang duduk di kursinya sambil mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.
+
Empat orang cowok yang sedang duduk di kursinya dan mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.
   
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?"
+
"Siapa yang ketuanya di sini?"
   
Haruhi tersenyum dengan sombongnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawabnya.
+
Haruhi tersenyum dengan angkuhnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawab.
   
 
"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"
 
"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"
   
"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: berikan aku sebuah komputer."
+
"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: kasih aku komputer."
   
Ketua Kelompok Belajar Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnya?!" dan menggelengkan kepalanya dengan keras.
+
Ketua Kelompok Riset Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnye?" dan menggelengkan kepalanya keras-keras.
   
"Itu nggak mungkin. Soalnya sekolah tidak cukup mendanai kami, semua komputer ini hasil keringat kami! Mana mungkin kami bisa memberikannya kepada mu dengan gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"
+
"Itu ngga mungkin. Soalnya sekolah ga cukup mendanai kami, semua komputer ini kami beli dengan uang hasil keringat kami! Kami ga bisa gitu aja ngasih kamu gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"
   
"Apa peduliku? Satu saja sudah cukup, kalian kan punya banyak!"
+
"Masalahnya apa sih? Satu aja udah cukup, kalian toh punya banyak!"
   
 
"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"
 
"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"
   
"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan dari Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."
+
"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."
   
Tunggu, siapa yang memutuskan kami jadi bawahanmu!?
+
Tunggu, siapa yang mutusin kami jadi bawahan elo!?
   
"Aku memerintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan buat alasan!"
+
"Aku perintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan pake alasan macam-macam!"
   
"Aku nggak tahu siapa kalian ini, tapi tentu saja tidak! Kamu bisa beli komputermu sendiri!"
+
"Aku ngga tahu siapa kalian ini, tapi tentu aja engga! Kamu beli aja komputermu sendiri!"
   
"Karena kamu sudah bilang begitu, kami punya cara sendiri."
+
"Karena kamu udah bilang begitu, kami punya cara sendiri."
   
Mata Haruhi menatap tanpa takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.
+
Mata Haruhi melotot tiada takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.
   
Haruhi mendorong Asahina, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina.
+
Haruhi mendorong Asahina-san, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah si ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina-san.
   
 
"Kyaaaa~~!!!"
 
"Kyaaaa~~!!!"
Line 561: Line 582:
 
Klik!
 
Klik!
   
Pada saat mereka berteriak, aku menekan tombol kamera.
+
Pada saat mereka berteriak, kutekan tombol kamera.
   
Haruhi memegang Asahina, mencegahnya kabur, saat tangannya yang lain menekan tangan ketua semakin keras ke dada Asahina.
+
Haruhi memegang Asahina-san, mencegahnya kabur, sambil tangannya yang lain menekan tangan si ketua semakin keras ke dada Asahina-san.
   
 
"Kyon, satu foto lagi!"
 
"Kyon, satu foto lagi!"
   
Aku menekan tombolnya sekali lagi dengan ragu-ragu. Asahina, dan ketua tanpa nama itu, tolong maafkan aku. Saat Haruhi bermaksud meletakan tangan ketua ke balik rok Asahina, ketua itu akhirnya bisa bebas.
+
Ragu-ragu kutekan tombolnya sekali lagi. Asahina-san, dan ketua tanpa nama, kalian dapat permintaan maaf paling tulusku. Saat Haruhi mau memasukan tangan ketua ke balik rok Asahina-san, si ketua akhirnya terbebas.
   
"KAMU PIKIR APA YANG SEBENARNYA KAMU LAKUKAN!?"
+
"LOE PIKIR LOE TUH LAGI NGAPAIN SIH!?"
   
Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang sangat merona.
+
Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang merona hebat.
   
"Uh uh uh! Sekarang kami punya bukti foto kalau kamu melakukan pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalau kalian tidak mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"
+
"Hu hu hu! Sekarang kami punya bukti foto kalo kamu ngelakuin pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalo kalian ga mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"
   
"Candaan macam apa ini sebenarnya!?"
+
"Candaan macam apa ini!?"
   
Ketua itu memprotes dengan marahnya. Aku paham perasaanmu, koq.
+
Ketua itu memprotes marah. Gue paham perasaan loe, men.
   
"Kamu yang menarik tangan ku dengan paksa! Aku nggak bersalah!"
+
"Elo yang maksa narik-narik tangan gue! Gue ga bersalah!"
   
"Oh ya? Kamu bisa coba menjelaskan, tapi siapa yang bakal percaya sama kamu?"
+
"Oh ya? Kamu bisa coba ngejelasin, tapi siapa yang bakal percaya?"
   
Aku berbalik dan melihat Asahina tergeletak di lantai. Dia pasti sangat terkejut sampai kehilangan semua tenaganya.
+
Aku berpaling dan melihat Asahina-san tergeletak di lantai terlumpuhkan. Dia pasti terkejut sekali sampai-sampai kehilangan semua tenaganya.
   
Di lain pihak, ketua itu tetap bertahan.
+
Di lain pihak, si ketua tetap bertahan.
   
"Anggotaku adalah saksi ketidak bersalahanku! Tadi bukan kemauan ku sendiri!"
+
"Anggota gue saksi gue ga bersalah! Tadi bukan kemauan gue sendiri!"
   
Ketiga anggota lainnya yang terbengong-bengong semuanya menganggukan kepalanya dengan kerasnya.
+
Ketiga anggota lainnya yang berdiri terbengong-bengong semuanya bersemangat menganggukan kepalanya.
   
"Itu benar!"
+
"Benar!"
   
"Ketua tidak bersalah!"
+
"Ketua ga bersalah!"
   
Kalau Haruhi bisa mendengar kalian semua, maka dia bukanlah Suzumiya Haruhi.
+
Kalau Haruhi bisa ngedenger kalian semua, maka dia bukan Suzumiya Haruhi.
   
"Ya sudah, kalau begitu aku tinggal bilang kalau kalian semua berusaha menyerang Asahina!"
+
"Ya udah, kalau gitu aku tinggal bilang kalo kalian semua nge-gangbang dia!"
   
Pada saat itu juga, wajah mereka menjadi pucat, termasuk aku dan Asahina. Ya tuhan, apakah ini harus sampai jadi begini?
+
Kalau sudah begini, wajah semuanya jadi pucat, termasuk aku dan Asahina-san. Ya tuhan, emangnya harus sampai jadi begini?
   
 
"S...Suzumiya-san...!"
 
"S...Suzumiya-san...!"
   
Asahina berusaha melingkarkan tangannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudahnya menepisnya. Lalu Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata dengan arogannya:
+
Asahina-san putus asa melingkarkan lengannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudah menendangnya. Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata angkuh:
   
"Jadi gimana? Mau kasih satu apa nggak?"
+
"Jadi gimana? Mau kasih satu apa ngga?"
   
Wajah ketua itu berubah dari merah ke putih, akhirnya menjadi gelap.
+
Wajah ketua berubah dari merah ke putih, akhirnya jadi gelap.
   
Pada akhirnya, dia pun menyerah.
+
Akhirnya, dia menyerah.
   
"Sana pilih satu dan keluar dari sini!"
+
"Pilih satu sana dan keluar!"
   
Setelah berkata seperti itu, ketua itu terduduk dengan muram. Semua anggotanya segera mengelilinginya.
+
Berkata seperti itu, si ketua terduduk muram. Semua anggotanya segera mendatanginya.
   
 
"Ketua!"
 
"Ketua!"
Line 619: Line 640:
 
"Bertahanlah!"
 
"Bertahanlah!"
   
"Kamu tidak apa-apa?"
+
"Kamu ga papa?"
   
Kepala ketua itu menunduk bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat figur yang hancur seperti itu, walau sebagai komplotan Haruhi, aku tidak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.
+
Kepala ketua itu terkulai bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat sosok begitu hancur, bahkan sebagai komplotan Haruhi, aku tak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.
   
"Mana model yang paling canggih?"
+
"Mana model yang paling baru?"
   
 
Dasar cewek berdarah dingin!
 
Dasar cewek berdarah dingin!
Line 629: Line 650:
 
"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"
 
"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"
   
Anggota yang marah itu tetap melanjutkan perlawanan yang sia-sia, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arah ku dan kamera ku.
+
Para anggota yang marah itu tetap melanjutkan sedikit perlawanan, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arahku dan kameraku.
   
 
"S...sialan! Yang itu!"
 
"S...sialan! Yang itu!"
   
Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri pada komputer. Lalu, dia mengambil selembar kertas dari kantung roknya.
+
Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri komputernya. Lalu, dia mengambil secarik kertas dari kantung roknya.
   
"Aku sudah pergi ke toko elektronik dan menanyakan semua daftar model terbaru. Ini sepertinya bukan salah satunya."
+
"Aku udah pergi ke toko elektronik dan nanya daftar semua model terbaru. Kayaknya ini ga termasuk deh."
   
Cewek ini sudah merencanakan semuanya dengan rapi sampai membuatku takut.
+
Cewek ini sudah merencanakan semuanya begitu teliti sampai-sampai jadi menakutkan.
   
 
Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.
 
Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.
   
"Aku ingin yang ini."
+
"Aku pengen yang ini."
   
 
"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"
 
"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"
Line 647: Line 668:
 
"Kamera."
 
"Kamera."
   
"...A...ambil sana, dasar maling!"
+
"...A-ambil sana, dasar maling!"
   
Seperti yang dikatakannya, kami benar-benar maling.
+
Seperti kata dia, kami memang benar-benar maling.
   
Keserakahan Haruhi tidak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruangan klub literatur tanpa peduli dengan yang lain. Dia bahkan membuat orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer untuk memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa agar mereka menghubungkan intranet untuk kami. Caranya yang tidak terpuji tidak berbeda dari perampok!
+
Keserakahan Haruhi tak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel-kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruang Klub Sastra tanpa pertimbangan. Dia lalu menyuruh anak-anak Kelompok Riset Komputer memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa mereka untuk menyeting intranet untuk kami. Cara hinanya tiada bedanya dengan perampok!
   
"Asahina-sempai."
+
"Asahina-san."
   
Tidak berguna pada saat itu, aku hanya bisa mengangkat dengan pelan Asahina yang kelelahan, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan menangis tanpa henti.
+
Tak berdaya sepanjang waktu, aku hanya bisa mengangkat perlahan Asahina-san yang hancur, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan terisak tanpa henti.
   
  +
"Balik yuk."
"Mari kita kembali."
 
   
 
"Hiks..."
 
"Hiks..."
   
Haruhi, dasar idiot, apa kamu nggak bisa pegang dada kamu sendiri!? Untuk orang yang menanggalkan pakaiannya di depan cowok tanpa berpikir ulang, ini sih tidak ada apa-apanya! Aku pun menghibur Asahina, sambil menggerutu mengapa Haruhi ingin komputer.
+
Haruhi, dasar idiot, bisa ga sih loe ngegrepe susu loe sendiri!? Buat orang yang buka baju di depan cowok tanpa pikir panjang, ini sih ga ada apa-apanya! Kuhibur Asahina-san, sambil menggerutu soal Haruhi ingin komputer itu buat apa.
   
Dengan segera, aku akan mengetahuinya.
+
Sebentar lagi, aku akan mengetahuinya.
   
Dan itu adalah untuk membuat situs Brigade SOS.
 
   
Baiklah, lalu muncul pertanyaan: Siapa yang akan membuat situs webnya?
 
   
  +
Dan itu adalah untuk membuat situs Brigade SOS!
"Tentu saja kamu!" Kata Haruhi.
 
   
  +
Baiklah, disini muncul pertanyaan: Siapa yang musti bikin situsnya?
"Karena kamu senggang, kamulah yang harus melakukannya! Aku sibuk mencari anggota lainnya!"
 
   
  +
"Kamu lah, tentu aja!" Kata Haruhi.
Komputer tersebut diletakkan di atas meja bersama kerucut "Komandan Brigade". Ketika sedang menjelajahi internet dengan mousenya, Haruhi menambahkan:
 
   
  +
"Karena kamu senggang banget, mendingan kamu aja yang bikin! Aku sibuk nyari anggota sisanya!"
"Selesaikan dalam satu atau dua hari. Kita nggak bisa melakukan apa-apa tanpa ada halaman web."
 
   
  +
Komputer tersebut diletakkan di atas meja berdampingan dengan piramid "Komandan Brigade". Haruhi menambahkan, sambil surfing internet dengan mousenya:
Tubuh Asahina tergeletak di meja, pundaknya gemetaran, disebelah Nagato Yuki duduk yang seperti biasanya hanya membaca buku, tidak peduli apapun. Sepertinya hanya aku yang mendengar perkataan Haruhi. Aku nggak punya pilihan lain selain mematuhinya. Paling tidak aku cukup yakin dengan yang dipikirkan Haruhi.
 
   
  +
"Selesaikan besok ato dua hari lagi. Kita ngga bisa apa-apa tanpa website."
"Aku nggak bisa melakukan apapun meskipun kamu bilang seperti itu."
 
   
  +
Tubuh Asahina-san tergeletak di meja, pundaknya gemetaran, disebelah Nagato Yuki duduk, yang seperti biasa hanya membaca bukunya, mengabaikan apapun. Sepertinya hanya aku yang mendengar omongan Haruhi. Aku tak punya pilihan lain selain mematuhinya. Paling tidak aku cukup yakin itulah yang dipikirkan Haruhi.
Itulah yang ingin kukatakan sejujurnya. Aku nggak biasa menerima perintah dari Haruhi! Alasan aku setuju karena itu adalah membuat halaman web. Aku nggak pernah melakukannya sebelumnya, tapi ini terdengar menarik.
 
   
  +
"Gue ngga bisa apa-apa kalaupun loe bilang begitu."
Jadi, Desainku yang dimulai pada hari kedua.
 
   
  +
Itulah yang ingin kukatakan, jujur saja. Aku tak biasa menerima perintah Haruhi! Alasan aku setuju semata-mata karena membuat halaman web. Aku tak pernah melakukannya sebelumnya, tapi memang kedengarannya menarik.
   
  +
Dan jadinya, perancangan halaman webku yang sukar dimulai di hari kedua.
Dengan mengatakan itu, ternyata lebih mudah dilakukan daripada yang kupikirkan. Karena orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer telah memasang semua software yang dibutuhkan, yang harus kulakukan hanyalah mengikuti program dan melakukan copy/paste, dan hanyalah itu.
 
   
Masalahnya, apa yang harus kutulis di situs web-nya?
 
   
Saat ini, aku masih tidak tahu tentang Brigade SOS, jadi aku nggak punya apa-apa untuk ditulis. Setelah menulikan "Selamat Datang di Home Page Brigade SOS!" di bagian atas, aku langsung berhenti. "Cepetan selesaikan, kamu dengar nggak?" Perkataan Haruhi seperti kutukan yang terdengar berulang-ulang di telingaku, jadi aku harus menggunakan waktu istirahat makan siang untuk melanjutkan desainku sambil makan.
 
   
  +
Setelah ngomong seperti itu, ternyata lebih gampang dari yang kubayangkan. Karena anak-anak Kelompok Riset Komputer telah menginstall semua software-software yang di butuhkan di hardisk, yang perlu kulakukan hanyalah ikuti programnya dan lakukan beberapa kopi dan paste, dan itu saja.
"Nagato-san, kamu punya ide untuk ditulis?" Aku bertanya kepada Nagato, yang sepertinya tetap datang ke sini saat istirahat.
 
  +
  +
Masalahnya, apa yang harus kutulis di websitenya?
  +
  +
Saat ini, aku masih tak tahu Brigade SOS itu apaan, jadi aku samasekali tak punya apa-apa untuk ditulis. Setelah mengetik "Selamat Datang di Halaman Brigade SOS!" di bagian atas, aku hanya berhenti. "Cepetan selesaiin, kamu dengerin?" Kata-kata Haruhi terdengar seperti kutukan berdering menembus telingaku, jadi aku harus memakai waktu istirahat makan siang untuk melanjutkan desainku sambil makan.
  +
  +
"Nagato-san, kamu punya ide mau nulis apa?" tanyaku, yang sepertinya dia tetap datang ke sini saat istirahat.
   
 
"Tidak juga."
 
"Tidak juga."
   
Dia tidak melihatku. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku penasaran apakah dia memperhatikan pelajaran selama di kelas.
+
Dia tidak menengadah. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku penasaran apa dia memperhatikan pelajaran selama di kelas.
   
Membalikkan mataku dari Nagato kembali ke monitor 17", aku kembali berpikir dalam-dalam.
+
Memutar mataku dari Nagato kembali ke monitor 17", aku kembali berpikir keras.
   
Aku tiba-tiba memikirkan sebuah masalah: apa yang terjadi bila pihak sekolah mengetahui kalau asosiasi yang-belum-tentu-diketahui menggunakan bandwidth mereka untuk menempatkan situs web kita.
+
Tiba-tiba aku memikirkan sebuah masalah: bakalan terjadi apa ya kalo sekolah tahu asosiasi belum-diakui make bandwidth mereka buat ngehosting website?
   
"Nggak masalah selama mereka nggak tahu!" Aku membayangkan jawaban Haruhi, "Kalau ketahuan, kita tinggal meninggalkan situs webnya. Soal beginian yang pertama datang yang dilayani, tahu?"
+
"Ngga masalah asal ga ketahuan!" aku membayangkan Haruhi menjawab, "Kalo ketahuan, tinggal kita buang aja websitenya. Soal beginian duluan datang, duluan dilayani, kau tau?"
   
Benar-benar, terkadang aku cukup iri dengan keoptimisan dan sikap selalu melihat ke depan nya Haruhi.
+
Benar-benar deh, dalam beberapa hal aku agak iri sama keoptimisan dan sikap melihat-ke-depan Haruhi.
   
Setelah membuat beberapa link situs web dan menulikan alamat email -ini agak terlalu cepat untuk membuat forum- Aku meng-upload situs webnya, yang hanya berisikan halaman muka tanpa detail di dalamnya.
+
Setelah membuat beberapa link website dan menuliskan alamat email -- terlalu dini untuk membuat forum -- kuunggah websitenya, yang hanya berisikan halaman muka tanpa ada detail padanya.
   
Ini sudah cukup! Setelah menyakini halamanya bisa dibuka, aku mematikan komputer. Saat aku mau meregangkan badanku, aku terkejut saat mengetahui Nagato sudah berdiri di belakangku.
+
Seharusnya bisa lah! Setelah memastikan halamannya bisa dibuka, kumatikan komputernya. Saat aku mau meregang, aku terkejut saat menemukan Nagato sedang berdiri di belakangku.
   
Anehnya, mengapa aku tidak mendengar suara langkah kakinya? Aku bahkan tidak tahu saat Nagato muncul di belakangku. Wajahnya seputih topeng. Dia menatap ke arahku bagai tabel tes mata dengan wajah pokernya.
+
Aneh, kok bisa gue ga denger langkahnya ya? Aku bahkan tak tahu kapan Nagato sudah ada di belakangku. Wajahnya seputih topeng. Dia menatapku dengan wajah pokernya, seolah-olah aku ini semacam bagan tes mata.
   
 
"Ambil ini."
 
"Ambil ini."
   
Dia memberikanku sebuah buku yang sangat tebal, yang kuterima tanpa sadar. Benar-benar berat! Dilihat dari kovernya, ini adalah novel fiksi ilmiah yang dibaca Nagato beberapa hari yang lalu.
+
Dia memberiku sebuah buku yang sangat tebal, yang reflek kuterima. Benar-benar berat! Dilihat dari sampulnya, ini adalah novel fiksi ilmiah yang dibaca Nagato beberapa hari yang lalu.
   
 
"Untukmu."
 
"Untukmu."
   
Setelah mengatakan itu, Nagato meninggalkan ruangan tanpa pernah membalikan badannya; aku bahkan tidak sempat mengatakan sesuatu. Kenapa kamu meminjamkan buku yang tebal ini kepada ku? Pada saat itu, bel pun berbunyi tanda istirahat berakhir. Sepertinya disini banyak orang yang tidak peduli pada opiniku.
+
Setelah mengatakan itu, Nagato keluar ruangan bahkan tanpa berbalik; aku bahkan tidak sempat mengatakan apapun. Kenapa kamu minjemin buku tebal begini ke aku? Pada saat ini, bel berbunyi tanda istirahat berakhir. Kayaknya ga banyak orang yang ngehormatin pendapat gue.
   
Setelah aku membawa buku itu kembali ke kelas dan duduk, aku merasakan seseorang menyentuh punggungku dengan pensil mekanik.
+
Setelah kubawa buku hardcover itu kembali ke kelas dan duduk, aku merasa seseorang menoel-noel punggungku dengan pensil mekanik.
   
"Jadi, situs webnya sudah selesai belum?
+
"Jadi, websitenya dah beres?
   
Haruhi memegang ujung meja dan menatapku dengan wajah kaku. Aku menyadari kalau buku notesnya penuh dengan coretan di sana-sini. Aku berusaha tidak mempedulikan pandangann teman-teman sekelasku dan menjawab:
+
Haruhi memegang ujung meja dan menatapku dengan wajah kaku. Kuperhatikan kalau buku notesnya penuh coretan di sana-sini. Aku berusaha tak mempedulikan tatapan teman-teman sekelasku dan menjawab:
   
"Sudah selesai sih, tapi benar-benar situs web yang sederhana."
+
"Udah beres sih, cuman simpel banget, website jelek."
   
"Itu bisa dipakai selama ada alamat emailnya."
+
"Bisa lah, yang penting ada emailnya."
   
Kenapa nggak kamu daftar alamat email gratis kamu sendiri!?
+
Kenapa loe ga daftar email gratis punya loe sendiri!?
   
"Itu nggak bisa! Gimana kalau banyak orang yang mengirim email mereka dan membanjiri kotak masuk ku?"
+
"Ya ga bisa lah! Gimana kalo banyak orang yang ngirim email dan menuhin inboxku?"
   
Aku nggak mengerti bagaimana mungkin alamat email yang baru didaftarkan bisa segera dibanjiri dengan surat dengan cepat.
+
Gue ngga ngerti gimana bisa alamat email baru didaftarin bisa cepet dipenuhin sama email.
   
 
"Itu rahasia!"
 
"Itu rahasia!"
   
Setelah mengatakan itu, dia memberikan senyuman licik yang misterius. Aku punya perasaan buruk soal ini.
+
Setelah mengatakan itu, dia memberikan senyuman licik yang misterius. Gue punya feeling ga enak nih.
  +
  +
"Kamu ntar tahu begitu beres sekolah hari ini, tapi sampe saat itu, ini rahasia top."
  +
  +
Kumohon, mendingan loe ga pernah kasih tahu gue apa itu!
  +
   
"Kamu akan tahu begitu sekolah usai hari ini, tapi sebelumnya, ini sangat rahasia."
 
   
  +
Di jam pelajaran keenam, Haruhi tak kelihatan sama sekali di kelas. Dia ngga mungkin udah pulang ke rumah, kan? Itu ga mungkin. Mungkin ini pertanda buruk lainnya.
Tolong deh, mendingan kamu tidak usah kasih tahu aku apa itu!
 
   
Pada jam pelajaran keenam, Haruhi tidak kelihatan sama sekali di kelas. Dia nggak mungkin sudah pulang ke rumah, kan? Itu nggak mungkin. Paling ini pertanda buruk lainnya.
 
   
   
Tak lama kemudian sekolahpun berakhir, dan aku secara otomatis berjalan ke ruang klub. Walau aku heran kenapa aku melakukannya, langkah kakiku tidak berhenti. Akhirnya aku tiba di ruang klub.
+
Tak lama kemudian sekolahpun berakhir, dan aku otomatis berjalan ke ruang klub. Walau aku heran kenapa aku melakukannya, langkah kakiku tak pernah berhenti. Akhirnya, aku tiba di ruang klub.
   
"Halo yang di sana!"
+
"Halo disana!"
   
Seperti yang kuduga, di sana duduk Nagato Yuki dan Asahina.
+
Sudah diduga, disana duduk Nagato Yuki dan Asahina-san.
   
Aku memang bukan yang pantas mengomentarinya, tapi kedua orang ini pasti punya banyak waktu luang!
+
Aku tahu aku tak pantas mengomentari, tapi dua orang ini sungguh punya banyak waktu luang!
   
Melihatku masuk, Asahina menyapaku dengan lega. Sepertinya menghabiskan waktu sendirian bersama Nagato bisa melelahkan.
+
Melihatku masuk, Asahina-san menyambutku dengan ekspresi lega. Tampaknya menghabiskan waktu sendirian bersama Nagato bisa melelahkan.
   
Tunggu sebentar, kamu kemarin baru saja menderita karena perbuatan jahat Haruhi, dan kamu masih datang hari ini
+
Tunggu bentar, kamu baru aja menderita cengkraman jahat Haruhi kemaren, tapi kamu masih datang hari ini?
   
"Di mana Suzumiya-san?"
+
"Suzumiya-san dimana?"
   
"Mana kutahu. Dia sudah nggak ada di kelas sejak jam pelajaran keenam. Paling dia pergi untuk nyolong peralatan dari suatu tempat."
+
"Tauk lah. Dia udah ngga ada di kelas dari jam pelajaran keenam. Paling dia pergi nyolong peralatan dari mana gitu."
   
"Apakah aku harus kembali melakukan apa yang telah dilakukan Suzumiya-san kemarin padaku...?"
+
"Apakah saya harus ngelakuin apa yang kemaren Suzumiya-san paksa lakukan padaku lagi...?"
   
Melihat betapa depresinya Asahina, aku berkata lembut:
+
Melihat betapa depresinya Asahina-san, aku berkata lembut:
   
"Jangan khawatir! Kalau dia berusaha melakukan hal aneh kepada mu, aku akan melakukan semua yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Dia bisa pakai badannya sendiri buat memeras! Kayak aku nggak bisa mengalahkannya dalam berkelahi!"
+
"Jangan kuatir! Kalo dia nyoba ngelakuin hal aneh-aneh ke kamu, kan kulakukan semuanya yang kubisa untuk menghentikan dia. Dia bisa pake badannya sendiri buat pemerasan! Kayak aku ngga bisa ngalahin dia aja pas datang baku hantam!"
   
 
"Terima kasih."
 
"Terima kasih."
   
Melihatnya membungkuk dengan imut kepada ku, aku merasa ingin memeluknya dengan erat. Tapi tentu saja tidak kulakukan.
+
Melihatnya membungkuk imut padaku, ingin rasanya kudekap erat dia. Tapi tentu saja tak kulakukan.
   
"Kalau begitu, ku serahkan kepadamu."
+
"Kalau gitu, kubergantung padamu."
   
"Nggak masalah sama sekali!"
+
"Ngga masalah sama sekali!"
   
Walaupun aku menyakinkannya berkali-kali, lima menit kemudian, semua keyakinan itu hilang dilempar keluar jendela, jatuh ke laut dan menguap bagaikan tetesan air di permukaan matahari. Oh, betapa naifnya aku!
+
Walaupun berulang-kali kuyakinkan dia, lima menit kemudian semuanya terlempar keluar jendela, jatuh ke laut dan menguap bagaikan tetesan air di permukaan matahari. Oh, betapa naifnya aku!
   
"Hiya!"
+
"Haiya!"
   
Haruhi menyapa kami dengan sepenuh tenaga dan memasuki ruangan, dengan membawa dua buah kantong kertas.
+
Haruhi menyapa kami bersemangat dan memasuki ruangan, dengan membawa dua kantong kertas.
   
"Maaf semuanya, aku terlambat."
+
"Sori guys, aku terlambat."
   
Alangkah sopannya kamu! Untuk seseorang yang terobsesi seperti Haruhi, untuk bisa perhatian dengan orang lain tentu yang terakhir di dalam pikirannya.
+
Alangkah sopannya anda! Untuk orang seperti Haruhi, perhatian sama orang lain mungkin hal terakhir di dalam pikirannya.
   
Meletakan kantong kertas di lantai, Haruhi berbalik dan mengunci pintu. Asahina refleks gemetar begitu mendengar suara pintu dikunci.
+
Menaruh kantong kertas di lantai, Haruhi berbalik dan mengunci pintu. Asahina-san refleks gemetar begitu mendengar suara pintu dikunci.
   
  +
<!-- lol, si Kyon manggil Suzumiya xD -->
"Suzumiya, apa yang kamu rencanakan hari ini? Aku nggak akan basa-basi, aku nggak akan melakukan hal-hal yang seperti menjarah atau memeras lagi!"
 
  +
"Suzumiya, loe mau ngapain hari ini? Gue bakal terus terang, gue ga bakalan ngelakuin hal-hal kayak menjarah ato memeras lagi!"
   
"Apa yang kamu katakan? Aku akan nggak pernah melakukan hal itu!"
+
"Kamu ngomong apa sih? Aku ga kan pernah ngelakuin hal itu!"
   
Masa? Lalu bagaimana kamu menjelaskan komputer yang ada di meja!?
+
Masa? Lalu gimana loe ngejelasin komputer yang ada di meja!?
   
"Tentu saja dengan cara yang damai! OK, Yang pertama lebih dulu, mari lihat ini."
+
"Dengan cara damai, tentu aja! OK, pertama-tama, coba lihat ini."
   
Dia mengambil beberapa kertas A4 dengan tulisan tangan di atasnya dari salah satu kantong kertas.
+
Dia mengeluarkan beberapa kertas A4 dengan tulisan tangan di atasnya dari salah satu kantong kertas.
   
"Ini adalah selebaran yang dibuat untuk memperkenalkan Brigade SOS ke semua orang. Aku menghabiskan banyak waktu untuk menyelinap ke ruang fotokopi dan mencetaknya sampai 200 lembar!"
+
"Ini selebaran yang dibuat untuk ngenalin Brigade SOS ke semua orang. Aku berusaha keras menyelinap ke ruang fotokopi dan ngefotokopi sampe 200 lembar!"
   
Haruhi menyerahkan selebaran itu kepada kami. Jadi karena itu kamu membolos, huh? Kamu harus bersyukur karena nggak ditangkap. Aku nggak tertarik dengan hal yang tertulis di selebaran ini, tapi karena aku sudah menerima satu, aku sekalian membaca apa yang ditulis di dalamnya.
+
Haruhi menyerahkan selebaran itu kepada kami. Jadi karena itu loe bolos, hah? Loe beruntung ga ketangkep. Aku tak tertarik dengan apa yang tertulis di selebaran, tapi karena aku sudah menerima satu, mendingan kubaca saja apa yang tertulis disana.
   
   
 
<div style="font-family: cursive; background: white; border: 1px solid #999; padding: 1em;">
 
<div style="font-family: cursive; background: white; border: 1px solid #999; padding: 1em;">
Dasar Pendirian Brigade SOS:
+
Prinsip Pendirian Brigade SOS:
   
Kami, Brigade SOS, mencari segala jenis kejadian paranormal di dunia. Kami menyambut siapa saja yang pernah mengalami, sedang mengalami atau merasa akan mengalami segala jenis kejadian supranatural atau misterius untuk datang berkonsultasi kepada kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan anda. Tolong dicatat, kami tidak mengurusi kejadian paranormal yang biasa saja; itu haruslah kejadian paranormal yang kami anggap sangat mengejutkan. Alamat email kami adalah...
+
Kami, Brigade SOS, mencari segala macam kejadian paranormal di dunia. Kami menyambut siapa saja yang pernah mengalami, sedang mengalami atau merasa akan mengalami segala macam kejadian supranatural atau misterius untuk datang berkonsultasi kepada kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan anda. Tolong dicatat, namun, kami tidak mengurus kejadian paranormal yang normal; haruslah kejadian paranormal yang kami anggap sangat mengejutkan. Alamat email kami adalah...
 
</div>
 
</div>
   
   
Aku mulai mendapat gambaran sekilas tentang apa itu Brigade SOS. Sepertinya, pada pokoknya, Haruhi ingin melibatkan dirinya sendiri di dunia fiksi ilmiah, misteri dan novel fantasi.
+
Aku mulai dapat gambaran sekilas tentang apa itu Brigade SOS sekarang. Sepertinya apapun yang terjadi, Haruhi ingin melibatkan dirinya di dunia fiksi ilmiah, misteri dan novel fantasi.
   
"Baiklah, saatnya menyebarkan selebaran ini."
+
"Oke, waktunya nyebarin selebaran ini."
   
"Di mana kami bisa melakukan itu?"
+
"Dimana aja kita lakukan itu?"
   
"Di pintu gerbang sekolah. Saat ini masih banyak murid yang belum kembali."
+
"Di gerbang sekolah. Saat ini masih banyak murid yang belum pulang."
   
Ya, ya, ya, apapun yang kamu bilang, nyonya. Saat aku mau mengambil kantong kertas berisikan selebaran itu, Haruhi menghentikanku.
+
Ya, ya, ya, terserah kata loe deh, nyonya. Saat aku mau mengambil kantong kertas berisi selebaran itu, Haruhi menyetopku.
   
"Kamu nggak usah ikut, aku dan Mikuru-chan saja sudah cukup."
+
"Kamu ngga usah ikut, aku dan Mikuru-chan aja udah cukup."
   
 
"Apa?"
 
"Apa?"
   
Asahina, yang sedang memegang selebaran di tangannya, membalikkan kepalanya kebingungan. Aku berbalik dan melihat Haruhi merogoh-rogoh kantung kertas lainnya, mengeluarkan sesuatu.
+
Asahina-san, yang sedang memegang selebaran di tangannya, menolehkan kepalanya kebingungan. Aku menoleh dan melihat Haruhi merogoh-rogoh kantung kertas lainnya, mengeluarkan sesuatu.
   
 
"Ta-da!"
 
"Ta-da!"
   
Tersenyum dengan senangnya seperti [http://en.wikipedia.org/wiki/Doraemon kucing robot], Haruhi mengeluarkan sebuah kain hitam. Tidak, ini nggak mungkin! Setelah Haruhi selesai mengeluarkan isi kantong kertas dari dimensi keempat, aku langsung tahu kenapa dia ingin Asahina yang menyebarkan selebarannya, dan aku berdoa untuk kebaikannya. Asahina, semoga arwahmu beristirahat dengan tenang.
+
Tersenyum sama senangnya seperti [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Doraemon|kucing robot]], Haruhi mengeluarkan sepotong kain hitam. Oh tidak, ini ngga mungkin! Ketika Haruhi selesai mengeluarkan isi kantong kertas dari dimensi keempat, aku langsung mengerti kenapa dia ingin Asahina-san yang menyebarkan selebarannya, dan aku berdoa untuk kesejahteraan orang yang terakhir. Asahina-san, semoga arwahmu beristirahat dengan tenang!
   
Sebuah leotard hitam, stoking jaring, telinga kelinci, dasi kupu-kupi, lengan putih, dan ekor kelinci.
+
Sebuah leotard hitam, net stoking, telinga kelinci, dasi kupu-kupu, manset putih, dan ekor kelinci.
   
Bukannya itu kostum gadis kelinci!?
+
Bukannya itu kostum bunny girl!?
   
"U...untuk apa itu semua?" Asahina bertanya malu-malu.
+
"U...untuk apa semua itu?" tanya Asahina-san malu-malu.
   
"Kamu pasti tahu. Untuk berpakaian sebagai gadis kelinci!" Haruhi berkata terus terang.
+
"Kamu pasti tahu. Buat berpakaian jadi bunny girl!" kata Haruhi terus terang.
   
"K...kamu nggak mungkin ingin aku pakai itu, k...kan?"
+
"K...kamu ngga pengen saya pakai itu, k...kan?"
   
"Tentu saja! Aku bahkan sudah menyediakan satu untuk mu!"
+
"Tentu aja! Aku bahkan udah nyediain satu buat kamu!"
   
"A...aku ngga mau pakai itu!"
+
"Sa...saya ngga mau pakai itu!"
   
"Jangan khawatir, ukurannya pas sama kamu."
+
"Jangan kawatir, ukurannya pas banget kok dengan kamu."
   
"M...masalahnya bukan itu! K...kamu nggak mungkin ingin aku pakai itu di depan gerbang sekolah, k...kan?"
+
"Bu...bukan itu masalahnya! K...kamu ngga pengen saya pake itu di gerbang sekolah, k...kan?"
   
  +
"Kenapa, ya tentu aja."
"Tentu saja."
 
   
"Tidak, aku tidak mau!"
+
"Engga, saya ga mau!"
   
"Berhenti mengeluh!"
+
"Berhenti ngeluh!"
   
Berakhirlah; dia sudah diincar. Haruhi meloncat ke Asahina, bagaikan ibu macan memangsa kijang yang tak ada harapan, dan mulai melepaskan pakaian seragam pelautnya.
+
Berakhirlah; dia sudah diincar. Haruhi meloncat ke Asahina-san, bagaikan ibu macan memangsa kijang yang tak berdaya, dan mulai mencabik-cabik baju sailornya.
   
 
"TIDAAAAK...."
 
"TIDAAAAK...."
   
"Sekarang jadilah gadis yang baik dan jangan bergerak!" Haruhi berkata dengan kasar sambil melepaskan bagian atas pakaian Asahina dengan lancar, lalu dia berpindah ke rok Asahina. Saat aku mau menghentikan kegilaan Haruhi, mataku bertemu dengan mata Asahina.
+
"Sekarang jadilah anak baik dan jangan bergerak!" Haruhi berkata kasar sambil mencopot lancar bagian atas pakaian Asahina-san, lalu dia pindah ke rok Asahina-san. Tepat saat aku mau menghentikan kegilaan Haruhi, mataku bertemu dengan mata Asahina-san.
   
"J...JANGAN LIHAT!!!"
+
"J...JANGAN LIAT!!!"
   
Mendengar teriakannya, aku segera berlari menuju pintu... Sialan! Pintunya terkunci! Aku membutuhkan beberapa saat sebelum aku bisa membuka kuncinya dan keluar dari ruangan.
+
Mendengar teriakannya, aku segera berlari menuju pintu... Sialan! Pintunya kekunci! Butuh beberapa saat sebelum aku bisa membuka kuncinya dan bergegas keluar ruangan.
   
Sebelum aku keluar, aku mengintip sekilas -Aku menemukan Nagato sedang membaca buku bagaikan tidak ada yang terjadi sama sekali. Apa dia tidak punya sesuatu untuk dikatakan tentang ini!?
+
Sebelum keluar, aku intip sekilas -- aku mendapati Nagato sedang membaca bukunya bagaikan tiada yang terjadi. Bukannya dia keberatan soal ini!?
   
Aku bersandar di belakang pintu, mendengar teriakan Asahina dari belakang.
+
Aku bersandar di pintu, mendengar teriakan Asahina-san dari belakangnya.
   
"Kyaaa~~!!!" "Tidaaak" "S...setidaknya biarkan aku yang melepasnya sediri... Hiks~~!"
+
"Kyaaa~~!!!" "Tidaaak!" "P...paling engga biarkan saya ngelepasin sendiri... Hiks~~!"
   
 
Itu tercampur dengan teriakan kemenangan Haruhi.
 
Itu tercampur dengan teriakan kemenangan Haruhi.
   
"Bagus!" "Lepaskan itu! Cepat!" "Kamu seharusnya mendengar perkataanku!"
+
"Hebat!" "Lepasin itu! Cepat!" "Kamu seharusnya dengerin omonganku!"
   
Sialan, jangan minta aku membayangkan apa yang terjadi di dalam!
+
Sialan, jangan minta gue ngebayangin apa yang terjadi di dalam!
   
Sejenak kemudian, suara Haruhi keluar melewati pintu.
+
Sejenak kemudian, suara Haruhi keluar menembus pintu.
   
 
"Kamu bisa masuk sekarang!"
 
"Kamu bisa masuk sekarang!"
   
Saat aku masuk sambil menghembuskan nafas, aku disapa dengan dua gadis kelinci yang cantik. Baik itu Haruhi atau Asahina, mereka cocok dengan kostumnya masing-masing.
+
Saat aku masuk sambil menghembuskan nafas, aku disambut oleh dua bunny girl cantik. Baik itu Haruhi atau Asahina-san, mereka berdua cocok dengan kostumnya.
   
Banyak bagian dari punggung dan belahan dada yang terlihat, stoking jaring membungkus kedua kaki dengan baik dan sepasang telinga kelinci bergoyang di atas kepala mereka...
+
Sebagian besar punggung dan belahan dada mereka terekspos, net stoking membungkus kedua kaki mereka dengan baik dan sepasang telinga kelinci bergoyang-goyang di kepala mereka...
   
Haruhi itu kurus, tapi punya proporsi yang bagus; Asahina itu mungil, tapi figurnya juga sempurna. Sejujurnya, mereka itu benar-benar santapan buat mata!
+
Haruhi itu kurus tapi proporsinya pas; Asahina-san itu mungil, tapi sosoknya juga sempurna. Jujur saja, mereka benar-benar santapan lezat untuk dipandang mata!
   
Saat aku masih menimbang untuk mengatakan "Kostumnay cocok denganmu," ke Asahina yang sedang menangis, Haruhi berkata:
+
Tepat saat aku menimbang-nimbang apakah mengatakan "Kostumnnya cocok sama kamu," ke Asahina-san yang menangis, Haruhi berkata:
   
  +
"Menurutmu gimana?"
"Bagaimana menurutmu?"
 
   
Dan kamu masih berani untuk menanyakan apa pendapatku. Apa otakmu sudah nggak waras!?
+
Dan elo masih berani nanya-nanya apa pendapat gue. Tengkorak loe retak parah!?
   
"Ini pasti akan menarik perhatian semua orang. Kalau tetap begini, pasti orang akan datang untuk mendapatkan selebarannya!" Kata Haruhi.
+
"Ini pasti bakalan narik perhatian semua orang. Kalau begini terus, orang-orang pasti bakalan datang buat ngambil selebarannya!" kata Haruhi.
   
"Kalau kamu memakai kostum aneh begini keluar, orang lain akan melihatmu aneh... Tunggu sebentar, mengapa Nagato-san tidak perlu memakai ini?"
+
"Kalau elo pake kostum aneh begini di luar, orang lain bakalan nganggep loe lucu... Tunggu bentar, kenapa Nagato-san ga perlu pake ini?"
   
"Aku hanya membeli dua set saja. Karena mereka datang dengan aksesoris, harganya mahal."
+
"Aku cuman beli dua set aja. Karena belinya dengan aksesoris, harganya mahal banget."
   
"Memangnya kamu beli ini di mana?"
+
"Emangnya loe beli ini dimana?"
   
 
"Di internet."
 
"Di internet."
   
"...Oh begitu."
+
"...Oh gitu."
   
Saat aku heran kapan Haruhi menjadi lebih tinggi dariku, aku menyadari dia sedang memakai sepatu hak tinggi juga.
+
Saat aku berpikir kapan Haruhi jadi lebih tinggi dariku, aku sadar dia sedang pakai sepatu hak tinggi juga.
   
Haruhi mengambil kantong kertas yang berisikan selebaran.
+
Haruhi mengambil kantong kertas yang berisi selebaran.
   
 
"Ayo pergi, Mikuru-chan."
 
"Ayo pergi, Mikuru-chan."
   
Asahina menyilangkan tangan di depan datanya dan melihatku dengan memohon. Aku hanya bisa menatap dia dengan kostum gadis kelincinya.
+
Asahina-san menyilangkan tangan di depan dadanya dan melihatku dengan memohon. Aku hanya bisa menatapnya yang berkostum bunny girl.
   
Maafkan aku, aku tidak bisa memberikan perlawanan apapun.
+
Maafin aku, aku bener-bener ga bisa ngasih perlawanan apapun.
   
Asahina berusaha memegangi meja dan bertahan, menangis seperti anak kecil, tapi dia bukan tandingan kekuatan Haruhi. Dia diseret keluar oleh Haruhi, dan kedua gadis kelinci menghilang dari ruangan. Saat aku akan duduk dengan sedih, merasa bersalah...
+
Asahina-san berusaha menyabet meja dan bertahan, menangis seperti anak kecil, tapi dia bukan tandingan tenaga Haruhi. Dia diseret keluar oleh Haruhi, dan kedua bunny girl menghilang dari ruangan. Tepat ketika aku gundah-gulana, merasa bersalah...
   
 
"Itu."
 
"Itu."
   
Nagato Yuki menunjuk ke lantai. Aku melihat dan menemukan dua seragam pelaut tersebar di situ... Erm, apakah yang baru kulihat itu bra?
+
Nagato Yuki menunjuk ke lantai. Kulihat dan kutemukan dua seragam sailor tergeletak di situ... Emm, itu BH yang gue liat?
   
Gadis yang berambut pendek dan berkacamata menunjuk ke lemari di sisi lain ruangan dan kemudian kembali membaca buku.
+
Gadis rambut-pendek, berkacamata menunjuk ke lemari di sisi lain ruangan dan kemudian kembali membaca bukunya.
   
Kamu nggak bisa mengambil pakaian itu sendiri!?
+
Bisa ga sih kamu ambil baju-baju itu sendiri!?
   
Aku mengeluh dan mengambil pakaian mereka, meletakannya ke kemari. Ah~!, kamu masih bisa merasakan panas badan mereka di pakaian ini. Pakaian ini masih hangat!
+
Aku mendesah dan mengambil pakaian mereka, meletakannya ke lemari. Ah~!, loe masih bisa ngerasain hangat badan mereka di bajunya. Baju-baju ini masih anget!
   
Setengah jam kemudian, Asahina yang kecapaian kembali. Wow, matanya semerah mata kelinci, sebaiknya aku tidak berkata apapun dulu. Aku segera memberikannya kursi, dan seperti yang sebelumnya, dia hanya terduduk dan menjatuhkan badannya ke meja, bahunya gemetaran. Sepertinya dia sudah tidak punya kekuatan untuk ganti baju. Tapi karena menghadap ke punggungnya yang terbuka, aku nggak tahu harus melihat ke mana, jadi aku melepas jaketku dan memakaikannya ke bahunya yang gemetaran. Kehadiran gadis yang sedang menangis dan kutu buku yang tidak pedulu apa yang sedang terjadi, bersama aku yang kebingungan harus melakukan apa, membuat atmosfir ruangan menjadi hening. Teriakan klub baseball bisa terdengar di kejauhan.
+
Setengah jam kemudian, Asahina-san yang kecapaian kembali. Wah, matanya semerah mata kelinci -- sebaiknya aku jangan bicara apapun dulu. Segera kuberikan dia kursi, dan seperti yang sebelumnya, dia hanya terduduk dan terkulai ke arah meja, bahunya gemetaran. Tampaknya dia sudah tak punya kekuatan lagi untuk ganti baju. Tapi berhadapan dengan punggungnya yang terbuka, aku tak tahu kemana lagi aku melihat, jadi kulepas jaketku dan menyampirkannya ke bahu gemetarannya. Keberadaan gadis menangis dan kutubuku yang tak peduli apa yang sedang terjadi, bersama denganku, yang bingung harus bagaimana, membuat suasana ruangan menjadi hening. Teriakan Klub Baseball bisa terdengar di kejauhan.
   
Saat aku akan berpikir tentang makan malam nanti, Haruhi kembali. Hal pertama yang dilakukannya adalah marah sambil cemberut.
+
Saat aku mau berpikir tentang makan malam nanti, Haruhi kembali. Hal pertama yang dilakukannya adalah bersungut dan marah berkata:
   
"Sialan mereka! Apaan tuh, guru-guru sialan itu! Mereka selalu menggangu!"
+
"Sialan mereka! Apa-apaan, guru-guru sial itu! Mereka selalu ngeganggu!"
   
Tidak yakin mengapa dia sangat marah, aku bertanya:
+
Tak yakin mengapa dia begitu marah, aku bertanya:
   
"Ada masalah apa?"
+
"Ada masalah?"
   
"Aku belum sempat membagikan setengah dari selebaran ini, tiba-tiba datang guru bodoh itu memintaku berhenti menyerahkan selebaran! Apa ada yang yang salah dengan orang itu?"
+
"Aku bahkan belum sempat ngebagiin setengah dari selebaran ini dan datanglah datang guru bego itu minta aku berhenti ngebagiin selebaran! Ada apa sih sama orang itu?"
   
Bodoh kamu. Kalau guru-guru membiarkan sesuatu seperti murid yang berpakaian seperti gadis kelinci dan membagikan selebaran di gerbang sekolah, maka itu abnormal!
+
Dasar tolol. Kalo guru-guru ngebiarin aja sesuatu kayak murid pake baju bunny girl dan ngebagiin selebaran di gerbang sekolah, maka itu abnormal!
   
"Mikuru-chan hampir menangis, dan aku dibawa menemui kepala sekolah, dan lalu Okabe dari klub bola tangan datang!"
+
"Mikuru-chan mau nangis, dan aku dibawa ke kepala sekolah, terus si Okabe dari Klub Handball datang!"
   
Kurasa baik kepala sekolah dan Okabe-sensei bingung harus menaruh matanya ke mana saat melihat kamu berpakaian seperti itu.
+
Kayaknya si kepala sekolah dan Okabe-sensei bingung kemana ngarahin mata mereka pas ngeliat elo berpakaian kayak gitu.
   
"Ampun deh, ini membuat ku kesal! Cukup untuk hari ini! Bubar!"
+
"Ampun deh, bikin aku kesal aja! Cukup buat hari ini! Bubar!"
   
Haruhi perlahan melepaskan telinga kelincinya dan kemudian melanjutkan untuk melepas kostum gadis kelincinya. Aku segera keluar dari ruangan.
+
Haruhi perlahan melepas telinga kelincinya dan kemudian lanjut melepaskan kostum bunny girlnya. Aku langsung buru-buru keluar ruangan.
   
"Sampai kapan kamu mau menangis seperti itu? Cepetan ganti!"
+
"Sampai kapan kamu mau nangis kayak gitu? Cepetan ganti!"
   
Aku bersandar di dinding koridor dan menunggu mereka berganti pakaian. Sepertinya Haruhi bukan seorang eksebisionis dari lahir, hanya saja dia tidak punya bayangan akan efek dia yang terlihat setengah telanjang kepada laki-laki. Alasan dia berpakaian sebagai gadis kelinci bukan untuk menunjukan badannya yang seksi, tapi untuk menarik perhatian orang.
+
Aku bersandar di dinding koridor dan menunggu mereka ganti baju. Kelihatannya Haruhi bukan seorang eksebisionis dari lahir, hanya saja dia tak punya bayangan apa efek pemandangan setengah telanjangnya kepada laki-laki. Alasan dia pakai kostum bunny girl bukan untuk memamerkan badannya yang seksi, tapi malah untuk menarik perhatian orang.
   
Kalau begini terus, nggak mungkin dia bisa merasakan hubungan romantis yang normal.
+
Kalau gini terus, ga mungkin dia bisa ngalamin hubungan romantis yang normal.
   
Kuharap dia bisa lebih perhatian dengan pikiran laki-laki. Setidaknya kepadaku! Sejujurnya, untuk berteman dengan orang gila semacam ini benar-benar melelahkan. Selain demi Asahina, aku punya keinginan seperti itu. Benar... Nagato-san, setidaknya beri tahu apa opinimu kepada kami!
+
Gue harap dia bisa lebih perhatian dengan gimana pikiran cowok itu. Paling engga perhatian dikit lah ke gue! Jujur aja, berteman dengan orang gila semacam ini benar-benar bikin capek. Lagian, demi Asahina-san aku harus ngarepin itu. Benar... Nagato-san, paling engga kasih tau kita dong apa pendapat kamu!
   
Sejenak kemudian, Asahina muncul dari ruangan, memberikan ekspresi sedih bagaikan orang yang baru saja gagal ujian. Dia harus memegangi dinding atau dia pasti jatuh. Tidak tahu apa yang harus kukatakan, aku hanya terdiam saja.
+
Sejenak kemudian, Asahina-san muncul dari ruangan, memberikan ekspresi sedih yang sama dengan orang yang baru saja gagal ujian. Dia harus menyangga dirinya ke dinding atau dia pasti akan jatuh. Tak tahu harus bilang apa, aku hanya berdiri terdiam saja.
   
 
"Kyon-kun..."
 
"Kyon-kun..."
   
Suaranya yang membuai terdengar bagaikan salah satu hantu dari kapal yang tenggelam.
+
Suara tak jelasnya terdengar seperti salah satu hantu dari kapal berhantu, yang tenggelam.
   
"Kalau ada sesuatu yang menyebabkanku tidak bisa menjadi pengantin, maukah kamu mengambilku...?"
+
"Kalau sesuatu terjadi hingga saya ga bisa jadi pengantin, maukah kau mengambilku...?"
   
Erm, apa yang harus kukatakan? Dan, kenapa kamu memanggilku Kyon juga!?
+
Emm, gue harus ngomong apa ya? Dan, kenapa kamu manggil aku Kyon juga!?
   
Asahina menyerahkan jaketku dengan seperti robot. Saat aku berpikir kalau dia akan jatuh ke dekapanku dan menangis, dia sudah pergi menjauh.
+
Asahina-san mengembalikan jaketku dengan seperti robot. Saat aku berpikir kalau dia akan jatuh ke dekapanku dan menangis, dia sudah berjalan jauh. <!-- ngarep! xD -->
   
   
Sial... benar-benar menyedihkan.
 
   
  +
Sial... sayang banget!
   
Keesokan harinya, Asahina tidak masuk.
 
   
Haruhi sudah cukup terkenal di sekolah, tapi semenjak kejadian gadis kelinci, nama dan keensentrikannya sudah menjadi salah satu legenda sekolah. Tidak seperti aku peduli, karena aku tidak bertanggung jawab akan tindakan Haruhi!
 
   
  +
Keesokan harinya, Asahina-san absen.
Yang aku pedulikan, tindakan Suzumiya Haruhi juga menyebabkan semua orang mulai mengosipkan Asahina Mikuru juga. Itu dan tatapan aneh yang kuterima dari semua orang di sekolah.
 
   
  +
Haruhi sudah cukup terkenal di sekolah, tapi semenjak insiden bunny girl, nama dan keensentrikannya sudah jadi bahan legenda sekolah. Bukan berarti aku benar-benar peduli, karena aku tak bertanggungjawab akan tindakan Haruhi!
"Hey, Kyon... sepertinya kamu bisa bersenang-senang dengan Suzumiya..."
 
   
  +
Yang memang kupedulikan adalah bagaimana tindakan Suzumiya Haruhi telah menyebabkan semua orang mulai mengosipkan Asahina Mikuru-san juga. Itu, dan tatapan aneh yang kuterima dari semua orang di sekolah.
Taniguchi berkata kepada ku dengan nada simpatik setelah sekolah. "Aku nggak pernah berpikiran kamu bisa berteman baik dengannya... sepertinya tidak ada yang mustahil di dunia ini!"
 
   
  +
"Hey, Kyon... tampaknya elo lagi senang-senang sama Suzumiya..."
Ah, diam kau!
 
   
  +
Kata Taniguchi kepadaku dengan nada simpatik setelah sekolah. "Gue ngga pernah nyangka elo bisa temanan baik sama dia... kayaknya ga ada yang mustahil di dunia ini!"
"Aku terkejut kemarin! Melihat gadis kelinci saat akan kembali ke rumah, kupikir aku sedang bermimpi!"
 
   
  +
Ah, diam loe!
Kunikida ikut dalam percakapan, membawa selebaran yang kukenal.
 
   
  +
"Gue kaget kemaren! Ngeliat bunny girl pas mau pulang ke rumah, tadinya gue pikir gue lagi bermimpi!"
"Apa itu Brigade SOS? Itu tentang apa?"
 
   
  +
Kunikida ikut mengobrol, membawa selebaran yang kukenal.
Sana tanya Haruhi. Aku nggak tahu, dan nggak mau tahu. Walau aku tahu, aku tidak merasa ingin memberitahu kamu!
 
   
  +
"Brigade SOS itu apa? Soal apaan sih?"
"Ini meminta kita untuk memberikan kejadian paranormal apa saja, tapi ini tidak mendefinisikan itu apa. Dan apa maksudnya tidak menangani kejadian paranormal yang normal?"
 
  +
  +
Sana tanya Haruhi. Gue ngga tahu, dan ngga mau tahu. Kalaupun gue tahu, aku ga pengen ngasih tau kalian!
  +
  +
"Ini minta kita ngasih kejadian paranormal apa aja, tapi ini ga nyebutin itu tuh apa. Dan, apa maksudnya ga ngurus kejadian paranormal yang normal?"
   
 
Bahkan Asakura Ryouko datang untuk berbicara denganku.
 
Bahkan Asakura Ryouko datang untuk berbicara denganku.
   
"Sepertinya kalian sedang melakukan hal yang menarik. Tapi kemarin itu sudak berlebihan, kusarankan kalian untuk segera menghentikannya. Sejujurnya, kalian itu kemarin sudah kelewatan."
+
"Kayaknya kalian lagi ngelakuin hal yang menarik. Tapi kalo hal itu sudah kelewatan, kusarankan kalian langsung berhenti. Jujur saja, kalian kemarin udah kelewatan banget."
   
Kalau saja aku tahu, aku juga mau bolos hari ini.
+
Kalau aja gue tau, gue juga mau bolos hari ini!
   
   
Haruhi masih marah. Di satu pihak, dia marah karena guru-guru menghentikannya membagikan selebaran; di lain pihak, dia marah karena kotak masuk Brigade SOS sama sekali kosong. Aku memperkirakan akan ada satu-dua email iseng di kotak masuk, tapi ternyata orang lain lebih rasional dari yang kupikirkan. Mungkin tidak ada yang mau berurusan dengan Haruhi dan mendapatkan masalah?
 
   
  +
Haruhi masih marah. Di satu pihak, dia marah karena guru-guru menghentikannya membagikan selebaran; di lain pihak, dia marah karena email inbox Brigade SOS sama sekali kosong. Kuperkirakan akan ada satu-dua email iseng di inbox, tapi ternyata orang lain lebih rasional dari yang kukira. Mungkin tak ada yang mau berurusan dengan Haruhi atau dapat masalah?
Haruhi cemberut ke kotak masuk yang kosong, mengoyangkan mouse optikal dengan kerasnya.
 
   
  +
Haruhi mengernyit pada inbox kosong, mengoyang-goyangkan mouse optikal dengan bersemangat.
"Mengapa tidak ada yang mengirimkan surat sama sekali?"
 
   
  +
"Kenapa ga ada orang yang ngirim email?"
"Baik kemarin maupun hari ini tidak ada. Mungkin semua orang ada pengalaman yang bisa dibicarakan, tapi mereka tidak bisa percaya kepada klub mencurigakan seperti kira?"
 
   
  +
"Kemarin ga ada hari ini juga ga ada. Mungkin semua orang emang punya sesuatu yang bisa dibilangin ke kita, tapi cuman ga bisa percaya aja ke klub mencurigakan kayak kita?"
Aku mencoba menjelaskan tanpa menyakinkan.
 
   
  +
Kucoba jelaskan tak meyakinkan.
Apakah kamu pernah mengalami kejadian paranormal? Ya. Oh, baguslah, kalau begitu beri tahu aku. Baiklah, sebenarnya...
 
   
  +
Kamu pernah ngalamin kejadian paranormal? Pernah. Oh, bagus dong, kalau gitu tolong beri tahu aku. Baiklah, sebenarnya...
Tolong deh! Ini tidak sepertinya mungkin terjadi, OK? Sekarang dengar kamu, Haruhi! Hal-hal semacam itu hanya mungkin terjadi di buku komik atau novel. Kehidupan nyata itu sangat kejam dan ketat. Hal-hal seperti konspirasi untuk menghancurkan dunia dari SMA prefektural yang normal, organisme mutan berkeliaran di daerah pinggiran kota yang damai, atau pesawat luar angkasa tersembunyi di balik gunung, semua hal itu mustahil. Mustahil! Kamu dengar aku? Kamu mengerti sekarang, kan? Segala tindakanmu yang eksentris adalah hasil dari kamu yang tidak bisa menemukan jalan untuk melepaskan perasaan tidak bahagiamu, bukan begitu? Tapi, ini saatnya kamu sadar. Kamu harus tenang dan mencari pacar yang mau mengantarkan mu kerumah setiap hari dan ke bioskop tiap hari Minggu, atau kamu harus masuk ke sejenis klub sport utnuk melepas energimu yang berlebihan. Dengan kemampuanmu, kamu bisa masuk ke tim pertama dengan cepat, menjadi anggota yang aktif.
 
   
  +
Plis deh! Sesuatu kayak gitu ga bakalan terjadi, OK? Sekarang loe dengerin, Haruhi! Hal-hal semacem itu cuman bakal kejadian di buku komik atau novel. Kehidupan nyata itu sangatlah kejam dan ketat. Hal-hal kayak konspirasi ngancurin dunia dari SMA normal di daerah, organisme mutan berkeliaran di daerah pinggiran kota yang damai, atau pesawat luar angkasa tersembunyi di balik gunung, semua hal itu mustahil. Mustahil! Loe dengerin gue ga? Loe ngerti sekarang, kan? Semua kelakuan eksentrik loe itu hasil dari elo yang ga bisa nemuin jalan buat ngelepasin emosi ga bahagia loe itu, bukan begitu? Tapi, ini saatnya loe sadar. Elo seharusnya tenang dan cari pacar yang mau nganterin elo pulang tiap hari dan ke bioskop tiap hari Minggu, atau mungkin loe masuk aja ke semacam klub olahraga buat ngelepasin energi loe yang berlebihan. Dengan kemampuan loe, loe bisa masuk ke tim universitas dengan cepat, jadi anggota yang aktif.
...Aku ingin mengatakan lebih, tapi aku hanya memikirkan sampai lima baris saat kepalan Haruhi diayunkan, jadi sebaiknya aku berhenti sampai sini.
 
   
  +
...Aku ingin mengatakan lebih, tapi aku hanya berpikir sampai lima baris saat kepalan Haruhi diayunkan, jadi sebaiknya aku berhenti sampai situ.
"Mikuru hari ini ijin, kudengar?"
 
   
  +
"Mikuru hari ini ga masuk, kudengar?"
"Mungkin dia tidak akan kembali. Sungguh gadis yang menyedihkan, kuharap dia tidak trauma karena kejadian kemarin."
 
   
  +
"Mungkin dia ga bakalan balik. Cewek yang malang, gue harap dia ga trauma karena kejadian kemarin."
"Sial, dan aku sudah menyiapkan kostum baru untuk dicoba kepada nya hari ini!"
 
   
  +
"Sial, dan aku udah nyiapin kostum baru buat dicoba dia hari ini!"
"Memangnya kamu nggak bisa coba sendiri?"
 
   
  +
"Emangnya loe ngga bisa nyoba sendiri?"
"Tentu saja bisa! Tapi itu akan membosankan tanpa ada Mikuru-chan."
 
   
  +
"Tentu aja bisa! Tapi bakalan terlalu ngebosenin tanpa Mikuru-chan."
Nagato yuki menyatu dengan latar belakang seolah-olah tidak terlihat. Aneh, mengapa kamu sangat terobsesi dengan Asahina; kenapa kamu nggak sekalipub mencobakan kostum ke Nagato dan memaksanya untuk ikut denganmu? Aku tahu kalau aku tidak sebaiknya mengatakan hal ini, tapi kalau kupikirkan, aku ingin tahu bagaimana Nagato yang tanpa ekspresi itu terlihat dalam kostum gadis kelinci. Sudah tentu dia akan memberikan perasaan yang berbeda dibandingkan Asahina yang sering menangis.
 
   
  +
Nagato Yuki menyatu dengan latar belakang seolah-olah dia tak terlihat. Aneh, kenapa loe terobsesi banget sama Asahina-san; kenapa loe ngga nyobain kostum ke Nagato dan maksa dia ikutan maen-maen sama elo? Aku tahu aku tak sebaiknya mengatakan hal ini, tapi coba pikirkan, aku ingin sekali lihat bagaimana Nagato yang biasanya tanpa ekspresi itu terlihat pakai kostum bunny girl. Sudah tentu dia akan memberikan perasaan yang berbeda dibandingkan Asahina-san yang sering menangis.
   
Murid pindahan misterius yang ditunggu Haruhi akhirnya tiba!
 
   
Haruhi mengatakan berita ini kepadaku sebelum homeroom dimulai.
 
   
  +
Murid pindahan misterius yang diduga Haruhi akhirnya tiba!
"Kalau kamu pikir, ini hebat kan? Dia benar-benar datang!"
 
   
  +
Haruhi mengatakan berita ini padaku sebelum jam pertama suatu hari.
Haruhi menyandarkan ke depan ke arahku, berbicara dengan heboh. Senyumnya yang terang bagaikan anak TK mendapat mainan yang diinginkannya.
 
   
  +
"Kau pikir ini hebat kan? Si anak pindahan benar-benar datang!"
Aku nggak tahu dia dengar dari mana, tapi murid pindahan itu akan masuk kelas 1-9.
 
   
  +
Haruhi condong ke depan ke arahku, bicara dengan heboh. Senyum cemerlangnya bagaikan anak TK yang akhirnya dapat mainan yang diinginkannya.
"Ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup. Sayangnya dia tidak sekelas, tapi pasti dia adalah murid pindahan misterius, tidak salah lagi!"
 
   
  +
Aku tak tahu dia dengar darimana, tapi anak pindahan itu akan masuk Kelas 1-9.
Kamu belum pernah bertemu dengannya, bagaimana kamu tahu dia itu murid pindahan misterius?
 
   
  +
"Ini kesempatan sekali seumur hidup. Sayang dia ga sekelas, tapi jelas dia anak pindahan misterius, ga salah lagi!"
"Bukannya aku pernah bilang? Ada persentasi tinggi kalau mereka yang pindah di tengah-tengah semester sekolah adalah abnormal!"
 
   
  +
Loe bahkan belum pernah ketemu sama dia, gimana loe tau dia itu anak pindahan misterius ato engga?
Siapa yang membuat statistik itu? Kupikir itu juga misteri sendiri.
 
   
  +
"Bukannya aku pernah bilang? Persentasinya tinggi kalo mereka yang pindahan di tengah-tengah semester sekolah adalah abnormal!"
Kalau semua yang pindah di tengah-tengah Mei ada abnormal, maka pasti ada banyak murid pindahan misterius di seluruh Jepang.
 
   
  +
Siapa sih yang bikin tuh statistik? Kayaknya misteri juga tuh.
Tapi, cara berpikir Haruhi tidak bisa dibatasi oleh logika. Setelah bel jam pertama berbunyi, Haruhi langsung lari keluar dari ruang kelas. Dia mungkin pergi mengunjungi Murid Pindahan Misterius di kelas 1-9.
 
   
  +
Kalo semua yang pindahan di tengah-tengah bulan Mei itu abnormal, maka pasti ada banyak murid pindahan misterius di seluruh Jepang.
Pas saat bel akan berbunyi untuk menandakan kelas dimulai, Haruhi kembali dengan wajah yang kebingungan.
 
   
  +
Tapi, cara berpikir Haruhi tak bisa dibatasi oleh logika. Setelah bel jam pertama berbunyi, Haruhi langsung lari keluar dari ruang kelas. Dia mungkin pergi mengunjungi Murid Pindahan Misterius di Kelas 1-9.
"Jadi dia itu murid pindahan misterius...?"
 
   
  +
Tepat sebelum bel akan berbunyi tanda kelas dimulai, Haruhi kembali, memakai ekspresi yang kebingungan.
"Hmmm... rasanya nggak seperti itu."
 
   
  +
"Jadi beneran dia anak pindahan misteriusnya...?"
Tentu saja tidak!
 
   
  +
"Hmmm... rasanya ngga deh."
"Aku sudah bicara dengannya, tapi aku masih kurang informasi. Mungkin dia hanya berpura-pura sebagai orang normal; Aku percaya itu kemungkinan besar. Lagi pula, tidak sepertinya mereka akan membuka jati diri sebenarnya di hari mereka pindah. Aku akan menanyakannya kembali istirahat nanti."
 
   
  +
Ya tentu aja engga!
Tolong jangan pergi bertanya lagi! Aku bisa membayangkan murid kelas 1-9, yang nggak punya urusan apa-apa dengan Haruhi, ketakutan sampai mati karena kedatangannya yang tiba-tiba ketika dia mengambil salah satu murid untuk bertanya, "Dimana murid pindahannya?", sebelum dia menuju dia. Itu, atau dia langsung menerobos ke dalam saat dia sedang bercakap-cakap dengan teman dan mulai menginterogasi murid pindahan yang terkejut dengan pertanyaan seperti "Dari mana kamu? Siapa kamu sebenarnya?"
 
  +
  +
"Kami ngobrol, tapi aku masih kurang informasi. Mungkin mereka cuman pura-pura aja di depan jadi orang normal; Aku percaya kemungkinannya besar. Lagian, kayaknya engga deh mereka bakalan ngebongkar jati diri mereka sebenarnya di hari mereka pindah. Aku bakalan nanya lagi pas istirahat ntar."
  +
  +
Tolong jangan nanya lagi! Bisa kubayangkan murid Kelas 1-9, yang tak punya urusan apa-apa dengan Haruhi, jadi ketakutan setengah mati karena kedatangannya yang tiba-tiba saat dia merampas salah satu muridnya hanya untuk bertanya, "Mana anak pindahannya?", sebelum dia menyerbu masuk. Itu, atau dia langsung menerobos ke dalam saat dia sedang mengobrol dengan teman-temannya dan mulai menginterogasi si anak pindahan yang terkejut dengan pertanyaan seperti "Darimana kamu? Siapa kamu sebenarnya?"
   
 
Pada saat ini, aku berpikiran lain.
 
Pada saat ini, aku berpikiran lain.
   
  +
"Anaknya cowo apa cewe?"
"Apakah murid pindahannya laki-laki atau perempuan?"
 
  +
  +
"Walau ada kemungkinan lagi nyamar, dia muncul jadi cowo."
   
  +
Kalau gitu dia cowo!
"Walau ada kemungkinan menyamar, dia sepertinya laki-laki."
 
   
  +
Tampaknya Brigade SOS punya kesempatan merekrut anggota cowok lain selain aku. Haruhi mungkin langsung menyeret anak pindahan itu tanpa mendengar opininya hanya karena dia anak baru. Tapi, dia mungkin tak sebaik aku atau Asahina-san. Bisakah Haruhi membawanya masuk ke klub? Tidak. Tak peduli sebagaimana kuatnya keinginan Haruhi, seseorang dengan opini yang kuat hanya akan mengabaikannya.
Kalau begitu dia itu laki-laki!
 
   
  +
Selama kita cukup jumlahnya, "Brigade Selamatkan Dunia dengan Operasi Sukaria Suzumiya Haruhi" mungkin bisa terbentuk sebagai asosiasi. Tak peduli sekolah mau mengakuinya atau tidak, orang yang harus mengerjakan administrasi dan pekerjaan kotor kemungkinan besar adalah... aku! Untuk tiga tahun kedepan, aku harus membawa nama "Bawahan Suzumiya Haruhi" dan menjalani hariku dalam keputusasaan.
Sepertinya Brigade SOS akan dapat kesempatan merekrut anggota laki-laki lain selain aku. Haruhi mungkin langsung menyeret murid pindahan itu tanpa mendengar opininya karena dia itu baru. Tapi, dia mungkin tidak sebaik aku atau Asahina. Bisakah Haruhi membawanya masuk ke klub? Sekuat apapun keinginan Haruhi, orang dengan opini yang kuat hanya akan menghiraukannya.
 
   
  +
Belum kupikirkan apa yang akan kulakukan setelah lulus. Tapi aku tahu kalau aku ingin pergi ke universitas, jadi aku harus menjaga tingkah lakuku. Tapi, selama aku masih bersama Haruhi, tampaknya harapan ini tak pernah bisa jadi kenyataan.
Selama kita mencukupi jumlah yang diperlukan, "Brigade Suzumiya Haruhi untuk Membawa Kesenangan ke Dunia" mungkin bisa terbentuk sebagai asosiasi. Biarpun sekolah mau mengakuinya atau tidak, orang yang harus mengerjakan administrasi dan pekerjaan kotor sepertinya adalah... aku! Untuk tiga tahun kedepan, aku harus membawa nama "Bawahan dari Suzumiya Haruhi" dan menjalani hidup dengan susah.
 
   
  +
Gue harus ngapain dong?
Aku belum memikirkan apa yang akan kulakukan setelah lulus, tapi aku tahu kalau aku ingin pergi ke universitas, jadi aku harus menjaga tingkah laku ku. Tapi, selama aku masih bersama Haruhi, sepertinya hal ini tidak mungkin jadi kenyataan.
 
   
Apa yang harus kulakukan?
 
   
   
Aku tidak bisa memikirkan apapun.
+
Aku tak bisa memikirkan apapun.
   
Aku tahu kalau aku harus menghadapi Haruhi langsung, membuatnya membubarkan Brigade SOS, dan mencoba semampuku untuk membujuk dia menjalani hidup SMU yang normal. Mungkin aku bisa membuatnya berhenti memikirkan alien atau penjelajah waktu, membuatnya tenang dan mencari pacar, atau bergabung dengan klub olahraga, dan puas dengan tiga tahun SMU.
+
Aku tahu kalau aku seharusnya melabrak Haruhi saja, bikin dia membubarkan Brigade SOS, dan lalu berusaha keras membujuknya menjalani hidup SMA yang normal. Mungkin aku bisa membuatnya berhenti memikirkan alien atau penjelajah waktu, tenang dan cari pacar atau gabung dengan beberapa klub olahraga, dan puas diri dengan tiga tahun SMA ini.
   
Sigh, itu akan hebat kalau aku bisa melakukannya!
+
Haah, bakalan hebat banget kalo gue bisa begitu!
   
Kalau saja aku punya kemauan yang lebih kuat, aku tidak akan terlibat ke dalam pusaran yang berpusat di sekitar Suzumiya Haruhi. Aku akan menjalani tiga tahun masa SMU dengan damai dan lulus dengan normal.
+
Kalau saja aku punya kemauan yang lebih kuat, aku takkan terhisap pusaran tak berdaya yang berpusat di sekitar Suzumiya Haruhi. Aku akan menjalani tiga tahun masa SMA dengan damai dan lulus dengan normal.
   
  +
...Aku berharap akan jadi begitu!
... Harapanku, itu seharusnya seperti itu!
 
   
Tapi, alasanku mengatakan ini karena kejadian-kejadian aneh yang terjadi kepada ku setelah ini; aku percaya semua nya sudah mengerti sekarang?
+
Namun, alasanku mengatakan ini adalah kejadian-kejadian aneh yang terjadi padaku setelah ini; aku percaya semuanya mengerti sekarang?
   
 
Darimana sebaiknya aku mulai?
 
Darimana sebaiknya aku mulai?
   
Baiklah, mari kita mulai saat murid pindahan misterius itu datang pertama kali ke ruang klub kami.
+
Benar, mari kita mulai saat anak pindahan misterius itu datang pertama kali ke ruang klub kami.
   
   

Revision as of 18:07, 21 November 2009

Chapter 2.



Dilihat dari hasilnya, ramalanku sudah jadi kenyataan.

Setelah pelajaran, Haruhi tidak langsung menghilang dari ruang kelas seperti biasanya. Kali ini, dia menarik paksa tanganku dan menyeretku keluar ruangan, melalui koridor, dan naik tangga, sebelum akhirnya berhenti di depan pintu yang menuju atap.

Pintu tersebut biasanya terkunci, dan tangga di atas lantai empat tampaknya sudah dijadikan gudang oleh Klub Seni. Kanvas raksasa, pigura hampir-rusak, patung-patung dewa perang kehilangan hidung dan semacamnya ditumpuk di atas tangga kecil ini, bikin tempat yang seharusnya sudah sempit jadi makin sempit.

Dia pengen ngapain sih bawa-bawa gue ke sini?

"Aku butuh bantuanmu."

Haruhi berkata demikian sambil tetap menarik dasiku. Dengan tatapan tajam terarah ke bagian bawah kepalaku, aku dapat perasaan dia sedang mengancamku.

"Bantu loe apaan?"

Aku berlagak cuek.

"Bantu aku bikin klub baru!"

"OK, terus bilang ke gue, kenapa gue musti bantu elo nyelesain hal yang baru aja loe pikirin?"

"Karena aku harus mengamankan ruangan buat klubnya dan juga anggotanya, jadi kamu harus cari tau administrasi apa aja yang perlu diberesin buat sekolah."

Dia bahkan ga ngedengerin. Kutampik tangan Haruhi.

"Klub apa yang mau loe bikin?"

"Itu ngga penting! Yang penting bikin klub dulu."

Gue benar-benar ngga yakin deh sekolah bakal ngijinin klub yang kerjaannya ngga jelas.

"Sekarang dengerin! Abis sekolah beres, kamu pergi dan cari tahu apa aja yang perlu diselesaiin, dan aku pergi nyari ruangan buat klubnya, ngerti?"

'NGGA!'

Jikalau aku balas seperti itu, aku yakin akan dibunuh. Saat aku ragu-ragu bagaimana menjawabnya, Haruhi sudah terlanjur berbalik dan menuruni tangga, meninggalkan murid laki-laki yang kebingungan berdiri sendirian di tangga penuh debu.

"...Gue bahkan belum setuju bantuin..."

Hah, mengatakan hal ini ke patung plaster itu tiada gunanya. Aku hanya bisa menyeret kaki beratku maju ke depan, memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semua hal ini kepada teman-teman sekelasku yang penasaran.


Persyaratan untuk membuat "asosiasi":

Lima orang anggota atau lebih. Seorang guru pendamping, nama klub, ketua klub dan aktivitas klub atau ringkasan tujuan itu diperlukan -- yang kemudian juga memerlukan persetujuan dari OSIS. Aktivitas klub harus sesuai dengan filosofi kreativitas dan semangat sekolah. Berdasarkan catatan aktivitas dan hasilnya, OSIS akan memperdebatkan apakah asosiasi tersebut akan dipromosikan menjadi "kelompok riset". Selebihnya, sebagai asosiasi, sekolah tidak akan memberikan dana apapun.


Aku tak perlu susah payah mencari semua persyaratan karena semuanya tercatat di dalam buku pegangan siswa.

Anggota sih gampang; kita bisa cari siapapun buat gabung, jadi itu bukan masalah. Guru pendamping lebih susah dicari, tapi kayaknya gue bisa ngatasinnya. Dan untuk nama, sesuatu yang ga ofensif bisa-bisa aja. Dan ketua klubnya, ga diragukan lagi, Haruhi sendiri.

Gue berani bertaruh, tapinya, kalo aktivitas atau tujuan klub kita pasti ga bakalan sejalan sama "kreativitas dan semangat".

Itu jadi omongan aja, kayak Haruhi itu orang yang peduli sama peraturan aja.


Saat bel berdering tanda sekolah berakhir, Haruhi menunjukan keperkasaannya yang mengerikan dengan mencengkeram lengan jaketku dan menarikku keluar kelas dengan kecepatan seperti penculik. Membutuhkan usaha keras agar aku tak meninggalkan tas sekolahku di kelas.

"Kita pergi kemana?"

Aku bertanya hal ini karena, yah, aku kan normal.

"Ke Ruang Klub."

Haruhi, begitu penuh dengan energi sampai-sampai dia bisa menendang minggir orang-orang yang berjalan lambat di depan kami, hanya menjawab dengan kalimat singkat dan lalu menutup rapat mulutnya. Tolong dong, seenggaknya bisa ga elo ngelepasin tangan gue dulu?

Setelah kami keluar dari lorong lantai satu, kami kembali masuk ke gedung lain dan naik tangga. Kami berjalan menuju lorong gelap dan di tengahnya, Haruhi berhenti. Tentu saja, aku ikut berhenti.

Di depan kami ada pintu.

Klub Sastra.

Papan nama melengkung tertempel di pintu.

"Di sini."

Bahkan tanpa mengetuk pintu, Haruhi membuka pintu dan berjalan memasuki ruang kelas tanpa pikir panjang. Tentu saja, aku mengikutinya ke dalam.

Ruangan itu herannya luas, atau mungkin tampak seperti itu karena hanya berisi meja persegi panjang, beberapa kursi logam, dan rak buku. Beberapa retakan di langit-langit dan dinding menunjukan betapa tuanya bangunan ini.

Seolah-olah dia muncul bersama ruangan, seorang gadis duduk sendirian di kursi logam, membaca buku hardcover yang sangat tebal.

"Mulai sekarang ini akan jadi ruang klub kita."

Haruhi merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan mengumumkannya dengan resmi. Wajahnya bersinar dengan senyuman enerjik. 'Kalau aja dia nunjukin senyum itu di kelas...' -- walau pikirku begitu, aku tak berani mengatakannya keras-keras.

"Tunggu bentar, ini tempat apa?"

"Gedung Kebudayaan dan Kesenian. Tempat ini punya ruang kesenian dan musik untuk Klub Seni dan Klub Orkestra. Klub dan asosiasi yang ga punya ruang tetap semuanya ngelakuin aktivitasnya di sini, dikenal dengan sebutan Komplek Lama. Dan ruangan ini milik Klub Sastra."

"Terus Klub Sastranya gimana?"

"Setelah semua murid kelas tiga lulus musim semi ini, nih klub punya nol anggota. Karena ga ada anggota baru direkrut, klub ini mau ditutup. Ngomong-ngomong, dia anak kelas satu yang satu-satunya anggota baru."

"Kalau gitu ini klub emang belum ditutup dong!"

"Nyaris! Klub yang anggotanya cuman satu sama aja dengan ga ada."

Idiot loe! Loe lagi nyoba ngambil alih ruang klub orang lain? Aku melirik ke cewek Klub Sastra.

Dia adalah seorang gadis berkacamata dan berambut pendek.

Haruhi sudah seberisik ini. Gadis itu, akan tetapi, bahkan tidak mengangkat kepalanya sekalipun. Selain terkadang membalikan halaman dengan jarinya, ia tampak tak bergerak, benar-benar mengabaikan keberadaan kita. Kayaknya gadis ini juga aneh!

Kurendahkan suaraku dan bertanya pada Haruhi.

"Terus tuh cewek gimana?"

"Dia bilang ngga masalah!"

"Beneran?"

"Aku udah nanya dia pas makan siang. Aku bilang aku butuh agar dia minjemin ruangannya dan dia bilang 'silahkan', selama dia bisa baca bukunya dengan damai. Sekarang baru kepikiran, dia itu lumayan aneh ya."

Dari semua orang elo yang bilang begitu!

Kuperhatikan cewek Klub Sastra aneh dengan seksama kali ini.

Dia memiliki kulit pucat dan wajah tanpa ekspresi. Jari-jarinya bergerak seirama seperti robot. Hanya menutupi wajah cantiknya, rambut pendeknya membuat seseorang ingin melepas kacamatanya untuk pandangan yang lebih jelas. Dia memberikan kesan sebuah boneka yang tak menonjol. Dengan kata lain, orang aneh yang misterius dan tak berekspresi.

Mungkin menyadari observasiku yang mengganggu, gadis itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mendorong jembatan kacamatanya keatas dengan jarinya.

Aku melihat mata gelapnya menatapku dari balik lensa. Baik mata maupun bibirnya tak menunjukan ekspresi apapun, hampir seperti topeng. Dia berbeda dengan Haruhi -- wajahnya seperti jenis yang pada dasarnya tak menunjukan emosi.

"Nagato Yuki."

Nada suaranya memberikan kesan kalau namanya akan segera dilupakan oleh kebanyakan orang dalam tiga detik mendengarnya.

Nagato Yuki sejenak menatapku; lalu seperti kehilangan minat, ia kembali mengarahkan perhatiannya ke buku.

"Eh, Nagato-san," Panggilku, "Cewe ini mau ngegunain ruang klub kamu buat klub mau-dikasi-nama. Kamu ga papa?"

"Ya."

Pandangan Nagato tak pernah lepas dari buku sekalipun.

"Tapi mungkin bisa ngerepotin kamu."

"Tidak masalah."

"Bahkan mungkin kamu bakalan diusir?"

"Silahkan bebas-bebas saja."

Walaupun ia segera menjawab, ia tak menunjukan ekspresi. Tampak olehku sepertinya dia benar-benar tak peduli soal ini.

"Oke, kalau gitu udah diputusin," sela Haruhi tiba-tiba.

Dia terdengar hiper sekali, yang memberiku firasat buruk.

"Mulai sekarang, kita kumpul di ruang ini seberes sekolah. Ntar datang ya! Atau kamu bener-bener mampus!"

Katanya dengan senyum seperti mekar bunga sakura. Dengan enggan kuanggukkan kepalaku.

Plis deh, gue belum mau mati dulu!


Jadi sekarang kita udah nemu ruangan klub, tapi samasekali ga ada kemajuan sama administrasinya. Kita masih belum mutusin nama maupun kegiatan klub yang pengen dilakuin. Sudah kutanyakan hal ini kepada Haruhi, tapi sepertinya dia punya pikiran lain.

"Kita bisa putusin semua itu ntar!" Haruhi menyatakan dengan keras. "Sekarang yang paling penting ngerekrut anggota. Kita masih butuh paling sedikit dua orang lagi."

Jadi, loe udah masukin cewek Klub Sastra juga? Loe ga mungkin memperlakukan Nagato Yuki kayak aksesoris klub doang, kan?

"Ngga usah khawatir soal itu. Aku pasti bisa ngumpulin orang-orang segera; aku udah punya seseorang di pikiranku."

Gimana gue ngga khawatir? Keresahan gue malah makin gede!


Besoknya sehabis sekolah, setelah menolak tawaran Taniguchi dan Kunikida untuk pulang bareng, dengan enggan kuseret kaki beratku menuju ruang klub.

Haruhi hanya bilang "Kamu pergi duluan!" dan buru-buru keluar ruang kelas dengan kecepatan yang sangat dibutuhkan Klub Atletik. Dia begitu cepat sampai-sampai aku berpikir kalau dia menambah booster di sepatunya. Aku tak tahu antara dia buru-buru mencari anggota baru, atau hanya sangat bersemangat kalau dia sudah melangkah maju untuk bertemu mahkluk luar angkasa?

Di lain pihak, aku hanya bisa membawa tasku, jadi aku bergerak perlahan menuju ruang Klub Sastra.


Memasuki ruang klub, ternyata Nagato Yuki sudah di dalam dan duduk di posisi yang sama dari yang sebelumnya sambil membaca bukunya. Perlahan kudekati dia, tapi seperti kemarin kepalanya terbenam di dalam buku, keberadaanku diabaikan. Emang Klub Literatur itu cuman klub membaca aja? Kalo engga kenapa dia baca terus-terusan?

Hening di ruangan.

"...Lagi baca apa?"

Tanyaku, tak tahan dengan keheningan lebih lama lagi. Nagato Yuki menjawabnya dengan mengangkat buku dan menunjukan sampulnya. Mataku melihat sejumlah besar huruf asing yang memusingkan; keliatannya kayak semacem novel fiksi ilmiah.

"Itu menarik ya?"

Nagato Yuki mendorong kacamatanya keatas tanpa tenaga sebelum menjawabnya dengan nada kosong.

"Unik."

Tampaknya dia sudah menjawab semua pertanyaanku.

"Bagian mananya?"

"Semuanya."

"Jadi kamu suka baca?"

"Sangat."

"Oh gitu..."

"..."

Kembali hening.

Gue bisa pulang sekarang?

Pikirku begitu sambil menaruh tasku ke atas meja. Tepat saat aku hendak duduk di kursi logam, tiba-tiba pintunya kebanting terbuka seperti baru ditendang.

"Hei, sori aku telat! Butuh waktu nih nangkap cewek ini!"

Haruhi akhirnya tiba, melambaikan sebelah tangannya pada kami. Tangan yang lain sedang menggenggam pergelangan orang lain -- dia menculik orang lain lagi! Ketika Haruhi memasuki ruangan, untuk suatu alasan tertentu dia mengunci pintunya. Ceklek! Mendengar suara itu, gadis berukuran kecil itu gemetaran tak nyaman.

Wow, dia emang cantik.

Dia pasti "calon terpilih"-nya Haruhi.

"A...apa yang kau lakukan?"

Kata gadis tersebut, hampir menangis sekarang.

"Di-dimana ini? Kenapa kamu bawa saya ke sini? Dan, ke-kenapa kamu ngunci pintu? Kamu mau apa sama saya?"

"Diam!"

Haruhi berteriak begitu keras sampai-sampai gadis itu hanya diam terpaku.

"Biar kukenalin: ini Asahina Mikuru-chan."

"Biar kukenalin: ini Asahina Mikuru-chan."

Setelah mengumumkan nama gadis tersebut, Haruhi berhenti bicara. Sepertinya perkenalannya sebegitu saja.

Keheningan sekali lagi menelan ruangan. Haruhi terlihat puas dengan "kerjaan beres dengan baik"; Nagato Yuki, seperti biasa, tetap membaca bukunya tanpa reaksi; dan gadis yang dipanggil Asahina Mikuru hanya takut-takut tolol. Hei, kenapa ngga ada yang ngomong? Dan jadinya aku yang memulai percakapan.

"Loe culik dia darimana?"

"Bukan penculikan kok! Aku cuman maksa dia datang ke sini bareng aku."

Itu sama aja!

"Aku nemu dia lagi ngelamun di ruang kelas dua, jadi kutangkap dia dari sana. Aku udah nelusurin sekolah pas istirahat, jadi aku udah ngeliatnya beberapa kali."

Jadi itu toh yang loe lakuin pas istirahat waktu loe engga keliatan dimana-mana di ruang kelas. Engga, bentar, ini bukan waktunya mikirin beginian.

"Gimanapun juga, dia sempai kita!"

"Terus?"

Kulihat dia dalam ketakpercayaan. Ya tuhan, nih cewek benar-benar ga mikir dia itu udah ngapain!

"Ya udah... kasih tau aku, kenapa loe butuh nyari dia, emm, Asahina-san, kan?"

"Sini, lihat deh."

Haruhi tiba-tiba menunjuk ke arah hidung Asahina Mikuru, membuatnya langsung mundur.

"Dia imut, kan?"

Cuman penculik berbahaya yang bakalan ngomong gitu! Itulah yang kupikir, omong-omong.

"Aku percaya kalo karakter Moe itu penting!" lanjutnya.

"...Maaf, loe bilang apa?"

"Aku bilang Moe! Faktor yang bikin orang horny! Pada dasarnya, kebanyakan cerita detektif punya karakter yang bisa bikin orang horny dan ngebangkitin rasa kasihan."

Otomatis aku berputar dan mengamati Asahina Mikuru: dia memiliki badan kecil dan wajah yang bisa mudah disalahsangkakan sebagai anak SD. Rambut coklatnya sedikit berombak, tergantung dipunggungnya. Sepasang mata anak anjing besar memberikan aura "tolong lindungi aku". Bibir setengah terbukanya menunjukan sebaris gigi seputih gading yang, dipasangkan dengan wajah mungilnya, menciptakan kombinasi yang sempurna. Kalo dia dikasih tongkat sihir dengan permata yang berkilauan, dia mungkin bakalan berubah jadi peri kecil! Aarghh~, gue mikir apaan sihh!?

"Dan ga cuman itu doang!"

Haruhi tersenyum penuh percaya diri, dan memeluk Asahina Mikuru-san dari belakang dengan kedua tangannya.

"Kyaaaa!!!"

Asahina-san langsung berteriak. Tapi Haruhi tetap tidak bergerak, meremas dadanya lewat seragam sailornya.

"Aaaaa!"

"Dia itu mungil banget, tapi susunya lebih gede dariku! Wajah imut plus susu gede itu juga faktor penting yang bisa bikin orang horny!"

Oh Tuhan, gue mau pingsan.

"Wow, bener-bener gede banget."

Haruhi memasukan tangannya kedalam seragam Asahina-san dan mulai grepe-grepe. Brenti, dasar mesum!

"Wah, bikin kesal aja! Wajahnya imut banget, tapi susunya lebih gede dari aku!"

"T-Tolong!!"

Asahina-san merona merah terang. Dia mencoba membebaskan diri dengan lengan dan kakinya, tapi kekuatannya bukan tandingan pelecehnya. Saat Haruhi mulai menggerakan tangannya menuju rok Asahina-san, aku tak bisa tahan lebih lama lagi dan menarik gadis mesum ini menjauh dari Asahina-san.

"Loe pikir loe itu lagi ngapain sih!?"

"Tapi benar-benar gede lho! Benaran! Kenapa ga kamu cobain juga?"

Asahina-san mengerang lemah.

"Tidak terima kasih."

Hanya itu yang bisa kuucapkan.

Yang mengejutkanku, selama kericuhan ini, Nagato Yuki tetap membaca bukunya, tak sekalipun mengangkat kepalanya. Nih cewek sebenarnya kenapa sih?

Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu.

"Hei, loe ngga mikir kan kalo... alasan loe satu-satunya bawa Asahina-san ke sini karena dia itu imut dan punya susu gede?"

"Kenapa, tentu aja!"

Ya Tuhan, loe ini benar-benar idiot!

"Karakter maskot kayak dia itu perlu!"

Perlu dari hongkong! Siapa sih yang ngomong gitu ngomong-ngomong?

Asahina-san merapikan seragam kusutnya dan mengangkat kepalanya, melihatku. Hei, jangan liat aku kayak gitu, kamu masukin aku ke situasi memalukan aja.

"Mikuru-chan," tanya Haruhi, "Kamu ikutan klub lain?"

"I... Iya... Klub Kaligrafi..."

"Keluar dari situ! Bakalan ngeganggu aktivitas klubku."

Haruhi! Bukannya kamu terlalu egois!?

Asahina-san memiliki ekspresi korban dalam misteri pembunuhan tertentu, melihatku dengan mata yang berharap untuk diselamatkan. Lalu seolah-olah dia tiba-tiba menyadari kehadiran Nagato Yuki. Matanya membelalak lebar dan menunjukan keragu-raguan. Sejenak kemudian, dia mendesah dan berbisik dengan suara rendah:

"Oh gitu... saya ngerti."

Kamu ngerti apa?

"Saya akan berhenti dari Klub Kaligrafi, dan bergabung dengan klubmu..."

Suaranya begitu penuh dengan kesedihan.

"Tapi saya ga tahu Klub Sastra itu ngapain aja."

"Kita bukan Klub Sastra," Haruhi membetulkan.

Melihat Asahina-san kebingungan, aku segera memotong untuk menjelaskan.

"Kita cuman minjem ruangan ini sementara buat aktivitas klub kita. Klub yang kamu gabungi sebenarnya asosiasi baru yang Suzumiya Haruhi bakalan bikin bentar lagi. Kami belum tahu apa aktivitasnya ntar; kita bahkan ga punya nama."

"... Apa?..."

"Oh, dan yang lagi duduk di sana, dialah anggota Klub Sastra beneran."

"Oh..."

Asahina-san berdiri kehabisan kata-kata, mulut imutnya setengah terbuka. Reaksinya? Benar-benar normal.

"Itu takkan jadi masalah!"

Gembira sampai ke titik yang tak bertanggungjawab pada apapun, Haruhi menepuk bahu Asahina-san keras-keras.

"Aku baru aja kepikiran satu nama!"

"... Oke, coba kita dengerin," ucapku dengan nol antusiasme.

Kalau mungkin, aku benar-benar tak ingin mendengarnya! Tapi karena aku terlanjur bertanya, Suzumiya Haruhi menggunakan suara beningnya untuk mengumumkan keras-keras nama yang baru saja dia pikirkan.



Semua orang tahu, semuanya berawal dari hasil visi Suzumiya Haruhi yang sederhana dan naif, dan tak ada alasan lain. Dan jadinya... nama klub baru kami sudah diputuskan:

Brigade SOS!

Sekai wo
Ooini moriagerutame no
Suzumiya Haruhi no Dan

Brigade Selamatkan Dunia dengan Operasi Sukaria Suzumiya Haruhi, disingkat Brigade SOS.

Kalian semua bisa tertawa sekarang.

Tapi sebelum aku bahkan bisa lakukan itu, aku berdiri tercengang.

Kenapa disebut "Brigade"? Bukannya seharusnya "Asosiasi Selamatkan Dunia dengan Operasi Sukaria Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk jadi asosiasi dan tak seorang pun yang yakin klub ini tentang apa, Haruhi dengan simpelnnya menjawab "Kalo emang gitu, kita sebut brigade aja!" Dan dengan demikian nama klub sekarang telah dilahirkan dengan agung.

Mendengar nama tersebut, Asahina-san menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan jadinya, mosi untuk nama klub telah diterima, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS sekarang terbuka untuk bisnis! Sungguh kejadian yang begitu mengagumkan!


Huh, terserah loe aja deh!


Setelah mengatakan "Pastiin ngumpul disini abis sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahi hari. Bahu Asahina-san terkulai, sosok tak bernyawanya berjalan menyusuri koridor memberikan kesan sedih yang lebih jauh. Aku tak tahan melihatnya, maka kupanggil dia.

"Asahina-san."

"Ya?"

Asahina-san melihatku dengan wajah innocentnya, yang bahkan terlihat tak lebih tua dariku.

"Kamu ga harus gabung sama klub aneh macam ini kalo kamu ga mau! Kamu ga usah peduliin dia, aku bakalan nyari cara buat ngejelasin ke dianya."

"Engga."

Dia berhenti, berkedip, dan tersenyum.

"Ga papa. Saya emang pengen gabung."

"Tapi, mungkin klub ini klub membosankan!"

"Ga masalah; bukannya kamu juga udah gabung?"

Engga! Gue mau gabung ato engga bukan masalahnya di sini!

"Mungkin, ini hasil absolut di Lintasan Waktu ini..."

Katanya dengan mata bulatnya memandang ke kejauhan.

"Apa maksudnya itu?"

"Lagian, saya tertarik sama kehadiran Nagato-san..."

"Tertarik?"

"Eh? Engga, bukan apa-apa."

Asahina-san menggelengkan kepalanya gentar, menggoncangkan rambut berombaknya.

Lalu Asahina-san tersenyum, terlihat malu, dan memberiku bungkukan dalam.

"Saya mungkin jadi ngerepotin, jadi mohon tahan dengan saya mulai sekarang ini."

"Kau ga harus begitu... kamu bikin aku jadi susah aja..."

"Tolong panggil saya Mikuru mulai sekarang."

Dia tersenyum.

Wah, dia imut banget sampe-sampe bikin gue puyeng.


Yang di bawah ini adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.

"Kamu tau kita butuh apa selanjutnya?"

"Menegetehe!"

"Aku berpikir nyari murid pindahan misterius."

"Mohon jelaskan kepada saya definisi dari murid pindahan 'misterius'."

"Mereka yang pindah dua bulan setelah sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Gimana menurutmu?"

"Karena orangtuanya pindah dinas kali dan mereka harus ikut pindah."

"Ngga, itu terlalu dipaksakan dan ga alami!"

"Terus menurut loe alami itu apa? Gue benar-benar pengen tau."

"Murid pindahan misterius... mereka bakalan muncul ga ya?"

"Loe tuh ga pernah dengerin omongan gue, ya?"


Sassus mulai mengalir di sekolah kalau Haruhi dan aku sedang merencanakan sesuatu.

"Yo, emang loe lagi ngapain bareng Haruhi?"

Taniguchi akan menanyakan hal itu.

"Kalian lagi ga pacaran, kan?"

Tentu aja engga! Jujur aja, gue sendiri juga pengen tau lagi ngapain!

"Usahain jangan ngelakuin hal-hal yang terlalu konyol; loe tuh bukan anak SMP lagi! Kalo mereka tau loe ngerusak lapangan sekolah ato semacemnya, loe bisa diskors!"

Kalo cuman Haruhi yang beraksi sendirian, gue tinggal cuekin dia aja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus diurus -- gue ga bisa ngeresikoin mereka buat terlibat. Ketika aku sadar betapa perhatiannya aku pada mereka, tiba-tiba aku merasa bangga pada diriku sendiri.

Tapi masalahnya, ngga ada cara gue bisa nyetop si Haruhi gila itu!


"Aku pengen banget komputer!"

Semenjak Brigade SOS didirikan, ruang Klub Sastra mulai punya banyak dan semakin banyak barang selain meja persegi panjang, kursi logam dan rak buku.

Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, teko dan cangkir, poci teh, radio CD/MD, kulkas, perekam suara, pan masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apa dia ngerencanain buat kita tinggal disini?

Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia colong entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah piramid segitiga hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.

"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan ga punya komputer. Ini ngga bisa!"

Siapa sih yang bilang begitu?

Ngomong-ngomong, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku hardcover tentang satelit kecil Saturnus lagi jatuh, atau semacam itu. Asahina-san, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap patuh datang dan duduk di kursi logam, melihat bingung.

Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arahku dengan senyum sinis.

"Itulah kenapa aku akan dapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.

"Dapetin satu, maksudnya komputer? Darimana? Loe ngga ada rencana buat ngerampok toko elektronik, kan?"

"Ya engga lah! Bakalan ke tempat yang lebih dekat!"

"Ikut aku!" Asahina-san dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya di koridor, pada akhirnya tiba di Kelompok Riset Komputer dua ruangan jauhnya.

Rupanya begitu!

"Ini, ambil ini."

Haruhi menyerahkanku sebuah kamera instan.

"Sekarang dengar baik-baik! Aku bakalan bilangin rencananya, dan kamu harus ngikutin gimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."

Haruhi menarikku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.

"Apa!? Kamu ngga bisa gitu!"

"Emang masalah?"

Tentu aja itu ngga masalah buat elo, non! Aku berpaling ke arah Asahina-san yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan berkedip padanya.

Sebaiknya kamu lari sekarang juga!

Tapi Asahina-san melihat padaku, terkejut, dan mulai tersipu. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.

Saat aku mau menyelamatkan Asahina-san dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Riset Komputer.

"Halo semuanya! Aku datang mau ngambil satu komputer dari kalian!"

Ruangnya mirip, tapi dibandingkan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki satu komputer desktop di atasnya dengan efek suara CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.

Empat orang cowok yang sedang duduk di kursinya dan mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.

"Siapa yang ketuanya di sini?"

Haruhi tersenyum dengan angkuhnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawab.

"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"

"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: kasih aku komputer."

Ketua Kelompok Riset Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnye?" dan menggelengkan kepalanya keras-keras.

"Itu ngga mungkin. Soalnya sekolah ga cukup mendanai kami, semua komputer ini kami beli dengan uang hasil keringat kami! Kami ga bisa gitu aja ngasih kamu gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"

"Masalahnya apa sih? Satu aja udah cukup, kalian toh punya banyak!"

"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"

"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."

Tunggu, siapa yang mutusin kami jadi bawahan elo!?

"Aku perintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan pake alasan macam-macam!"

"Aku ngga tahu siapa kalian ini, tapi tentu aja engga! Kamu beli aja komputermu sendiri!"

"Karena kamu udah bilang begitu, kami punya cara sendiri."

Mata Haruhi melotot tiada takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.

Haruhi mendorong Asahina-san, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah si ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina-san.

"Kyaaaa~~!!!"

"Apa!?"

Klik!

Pada saat mereka berteriak, kutekan tombol kamera.

Haruhi memegang Asahina-san, mencegahnya kabur, sambil tangannya yang lain menekan tangan si ketua semakin keras ke dada Asahina-san.

"Kyon, satu foto lagi!"

Ragu-ragu kutekan tombolnya sekali lagi. Asahina-san, dan ketua tanpa nama, kalian dapat permintaan maaf paling tulusku. Saat Haruhi mau memasukan tangan ketua ke balik rok Asahina-san, si ketua akhirnya terbebas.

"LOE PIKIR LOE TUH LAGI NGAPAIN SIH!?"

Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang merona hebat.

"Hu hu hu! Sekarang kami punya bukti foto kalo kamu ngelakuin pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalo kalian ga mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"

"Candaan macam apa ini!?"

Ketua itu memprotes marah. Gue paham perasaan loe, men.

"Elo yang maksa narik-narik tangan gue! Gue ga bersalah!"

"Oh ya? Kamu bisa coba ngejelasin, tapi siapa yang bakal percaya?"

Aku berpaling dan melihat Asahina-san tergeletak di lantai terlumpuhkan. Dia pasti terkejut sekali sampai-sampai kehilangan semua tenaganya.

Di lain pihak, si ketua tetap bertahan.

"Anggota gue saksi gue ga bersalah! Tadi bukan kemauan gue sendiri!"

Ketiga anggota lainnya yang berdiri terbengong-bengong semuanya bersemangat menganggukan kepalanya.

"Benar!"

"Ketua ga bersalah!"

Kalau Haruhi bisa ngedenger kalian semua, maka dia bukan Suzumiya Haruhi.

"Ya udah, kalau gitu aku tinggal bilang kalo kalian semua nge-gangbang dia!"

Kalau sudah begini, wajah semuanya jadi pucat, termasuk aku dan Asahina-san. Ya tuhan, emangnya harus sampai jadi begini?

"S...Suzumiya-san...!"

Asahina-san putus asa melingkarkan lengannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudah menendangnya. Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata angkuh:

"Jadi gimana? Mau kasih satu apa ngga?"

Wajah ketua berubah dari merah ke putih, akhirnya jadi gelap.

Akhirnya, dia menyerah.

"Pilih satu sana dan keluar!"

Berkata seperti itu, si ketua terduduk muram. Semua anggotanya segera mendatanginya.

"Ketua!"

"Bertahanlah!"

"Kamu ga papa?"

Kepala ketua itu terkulai bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat sosok begitu hancur, bahkan sebagai komplotan Haruhi, aku tak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.

"Mana model yang paling baru?"

Dasar cewek berdarah dingin!

"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"

Para anggota yang marah itu tetap melanjutkan sedikit perlawanan, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arahku dan kameraku.

"S...sialan! Yang itu!"

Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri komputernya. Lalu, dia mengambil secarik kertas dari kantung roknya.

"Aku udah pergi ke toko elektronik dan nanya daftar semua model terbaru. Kayaknya ini ga termasuk deh."

Cewek ini sudah merencanakan semuanya begitu teliti sampai-sampai jadi menakutkan.

Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.

"Aku pengen yang ini."

"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"

"Kamera."

"...A-ambil sana, dasar maling!"

Seperti kata dia, kami memang benar-benar maling.

Keserakahan Haruhi tak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel-kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruang Klub Sastra tanpa pertimbangan. Dia lalu menyuruh anak-anak Kelompok Riset Komputer memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa mereka untuk menyeting intranet untuk kami. Cara hinanya tiada bedanya dengan perampok!

"Asahina-san."

Tak berdaya sepanjang waktu, aku hanya bisa mengangkat perlahan Asahina-san yang hancur, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan terisak tanpa henti.

"Balik yuk."

"Hiks..."

Haruhi, dasar idiot, bisa ga sih loe ngegrepe susu loe sendiri!? Buat orang yang buka baju di depan cowok tanpa pikir panjang, ini sih ga ada apa-apanya! Kuhibur Asahina-san, sambil menggerutu soal Haruhi ingin komputer itu buat apa.

Sebentar lagi, aku akan mengetahuinya.


Dan itu adalah untuk membuat situs Brigade SOS!

Baiklah, disini muncul pertanyaan: Siapa yang musti bikin situsnya?

"Kamu lah, tentu aja!" Kata Haruhi.

"Karena kamu senggang banget, mendingan kamu aja yang bikin! Aku sibuk nyari anggota sisanya!"

Komputer tersebut diletakkan di atas meja berdampingan dengan piramid "Komandan Brigade". Haruhi menambahkan, sambil surfing internet dengan mousenya:

"Selesaikan besok ato dua hari lagi. Kita ngga bisa apa-apa tanpa website."

Tubuh Asahina-san tergeletak di meja, pundaknya gemetaran, disebelah Nagato Yuki duduk, yang seperti biasa hanya membaca bukunya, mengabaikan apapun. Sepertinya hanya aku yang mendengar omongan Haruhi. Aku tak punya pilihan lain selain mematuhinya. Paling tidak aku cukup yakin itulah yang dipikirkan Haruhi.

"Gue ngga bisa apa-apa kalaupun loe bilang begitu."

Itulah yang ingin kukatakan, jujur saja. Aku tak biasa menerima perintah Haruhi! Alasan aku setuju semata-mata karena membuat halaman web. Aku tak pernah melakukannya sebelumnya, tapi memang kedengarannya menarik.

Dan jadinya, perancangan halaman webku yang sukar dimulai di hari kedua.


Setelah ngomong seperti itu, ternyata lebih gampang dari yang kubayangkan. Karena anak-anak Kelompok Riset Komputer telah menginstall semua software-software yang di butuhkan di hardisk, yang perlu kulakukan hanyalah ikuti programnya dan lakukan beberapa kopi dan paste, dan itu saja.

Masalahnya, apa yang harus kutulis di websitenya?

Saat ini, aku masih tak tahu Brigade SOS itu apaan, jadi aku samasekali tak punya apa-apa untuk ditulis. Setelah mengetik "Selamat Datang di Halaman Brigade SOS!" di bagian atas, aku hanya berhenti. "Cepetan selesaiin, kamu dengerin?" Kata-kata Haruhi terdengar seperti kutukan berdering menembus telingaku, jadi aku harus memakai waktu istirahat makan siang untuk melanjutkan desainku sambil makan.

"Nagato-san, kamu punya ide mau nulis apa?" tanyaku, yang sepertinya dia tetap datang ke sini saat istirahat.

"Tidak juga."

Dia tidak menengadah. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku penasaran apa dia memperhatikan pelajaran selama di kelas.

Memutar mataku dari Nagato kembali ke monitor 17", aku kembali berpikir keras.

Tiba-tiba aku memikirkan sebuah masalah: bakalan terjadi apa ya kalo sekolah tahu asosiasi belum-diakui make bandwidth mereka buat ngehosting website?

"Ngga masalah asal ga ketahuan!" aku membayangkan Haruhi menjawab, "Kalo ketahuan, tinggal kita buang aja websitenya. Soal beginian duluan datang, duluan dilayani, kau tau?"

Benar-benar deh, dalam beberapa hal aku agak iri sama keoptimisan dan sikap melihat-ke-depan Haruhi.

Setelah membuat beberapa link website dan menuliskan alamat email -- terlalu dini untuk membuat forum -- kuunggah websitenya, yang hanya berisikan halaman muka tanpa ada detail padanya.

Seharusnya bisa lah! Setelah memastikan halamannya bisa dibuka, kumatikan komputernya. Saat aku mau meregang, aku terkejut saat menemukan Nagato sedang berdiri di belakangku.

Aneh, kok bisa gue ga denger langkahnya ya? Aku bahkan tak tahu kapan Nagato sudah ada di belakangku. Wajahnya seputih topeng. Dia menatapku dengan wajah pokernya, seolah-olah aku ini semacam bagan tes mata.

"Ambil ini."

Dia memberiku sebuah buku yang sangat tebal, yang reflek kuterima. Benar-benar berat! Dilihat dari sampulnya, ini adalah novel fiksi ilmiah yang dibaca Nagato beberapa hari yang lalu.

"Untukmu."

Setelah mengatakan itu, Nagato keluar ruangan bahkan tanpa berbalik; aku bahkan tidak sempat mengatakan apapun. Kenapa kamu minjemin buku tebal begini ke aku? Pada saat ini, bel berbunyi tanda istirahat berakhir. Kayaknya ga banyak orang yang ngehormatin pendapat gue.

Setelah kubawa buku hardcover itu kembali ke kelas dan duduk, aku merasa seseorang menoel-noel punggungku dengan pensil mekanik.

"Jadi, websitenya dah beres?

Haruhi memegang ujung meja dan menatapku dengan wajah kaku. Kuperhatikan kalau buku notesnya penuh coretan di sana-sini. Aku berusaha tak mempedulikan tatapan teman-teman sekelasku dan menjawab:

"Udah beres sih, cuman simpel banget, website jelek."

"Bisa lah, yang penting ada emailnya."

Kenapa loe ga daftar email gratis punya loe sendiri!?

"Ya ga bisa lah! Gimana kalo banyak orang yang ngirim email dan menuhin inboxku?"

Gue ngga ngerti gimana bisa alamat email baru didaftarin bisa cepet dipenuhin sama email.

"Itu rahasia!"

Setelah mengatakan itu, dia memberikan senyuman licik yang misterius. Gue punya feeling ga enak nih.

"Kamu ntar tahu begitu beres sekolah hari ini, tapi sampe saat itu, ini rahasia top."

Kumohon, mendingan loe ga pernah kasih tahu gue apa itu!


Di jam pelajaran keenam, Haruhi tak kelihatan sama sekali di kelas. Dia ngga mungkin udah pulang ke rumah, kan? Itu ga mungkin. Mungkin ini pertanda buruk lainnya.


Tak lama kemudian sekolahpun berakhir, dan aku otomatis berjalan ke ruang klub. Walau aku heran kenapa aku melakukannya, langkah kakiku tak pernah berhenti. Akhirnya, aku tiba di ruang klub.

"Halo disana!"

Sudah diduga, disana duduk Nagato Yuki dan Asahina-san.

Aku tahu aku tak pantas mengomentari, tapi dua orang ini sungguh punya banyak waktu luang!

Melihatku masuk, Asahina-san menyambutku dengan ekspresi lega. Tampaknya menghabiskan waktu sendirian bersama Nagato bisa melelahkan.

Tunggu bentar, kamu baru aja menderita cengkraman jahat Haruhi kemaren, tapi kamu masih datang hari ini?

"Suzumiya-san dimana?"

"Tauk lah. Dia udah ngga ada di kelas dari jam pelajaran keenam. Paling dia pergi nyolong peralatan dari mana gitu."

"Apakah saya harus ngelakuin apa yang kemaren Suzumiya-san paksa lakukan padaku lagi...?"

Melihat betapa depresinya Asahina-san, aku berkata lembut:

"Jangan kuatir! Kalo dia nyoba ngelakuin hal aneh-aneh ke kamu, kan kulakukan semuanya yang kubisa untuk menghentikan dia. Dia bisa pake badannya sendiri buat pemerasan! Kayak aku ngga bisa ngalahin dia aja pas datang baku hantam!"

"Terima kasih."

Melihatnya membungkuk imut padaku, ingin rasanya kudekap erat dia. Tapi tentu saja tak kulakukan.

"Kalau gitu, kubergantung padamu."

"Ngga masalah sama sekali!"

Walaupun berulang-kali kuyakinkan dia, lima menit kemudian semuanya terlempar keluar jendela, jatuh ke laut dan menguap bagaikan tetesan air di permukaan matahari. Oh, betapa naifnya aku!

"Haiya!"

Haruhi menyapa kami bersemangat dan memasuki ruangan, dengan membawa dua kantong kertas.

"Sori guys, aku terlambat."

Alangkah sopannya anda! Untuk orang seperti Haruhi, perhatian sama orang lain mungkin hal terakhir di dalam pikirannya.

Menaruh kantong kertas di lantai, Haruhi berbalik dan mengunci pintu. Asahina-san refleks gemetar begitu mendengar suara pintu dikunci.

"Suzumiya, loe mau ngapain hari ini? Gue bakal terus terang, gue ga bakalan ngelakuin hal-hal kayak menjarah ato memeras lagi!"

"Kamu ngomong apa sih? Aku ga kan pernah ngelakuin hal itu!"

Masa? Lalu gimana loe ngejelasin komputer yang ada di meja!?

"Dengan cara damai, tentu aja! OK, pertama-tama, coba lihat ini."

Dia mengeluarkan beberapa kertas A4 dengan tulisan tangan di atasnya dari salah satu kantong kertas.

"Ini selebaran yang dibuat untuk ngenalin Brigade SOS ke semua orang. Aku berusaha keras menyelinap ke ruang fotokopi dan ngefotokopi sampe 200 lembar!"

Haruhi menyerahkan selebaran itu kepada kami. Jadi karena itu loe bolos, hah? Loe beruntung ga ketangkep. Aku tak tertarik dengan apa yang tertulis di selebaran, tapi karena aku sudah menerima satu, mendingan kubaca saja apa yang tertulis disana.


Prinsip Pendirian Brigade SOS:

Kami, Brigade SOS, mencari segala macam kejadian paranormal di dunia. Kami menyambut siapa saja yang pernah mengalami, sedang mengalami atau merasa akan mengalami segala macam kejadian supranatural atau misterius untuk datang berkonsultasi kepada kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan anda. Tolong dicatat, namun, kami tidak mengurus kejadian paranormal yang normal; haruslah kejadian paranormal yang kami anggap sangat mengejutkan. Alamat email kami adalah...


Aku mulai dapat gambaran sekilas tentang apa itu Brigade SOS sekarang. Sepertinya apapun yang terjadi, Haruhi ingin melibatkan dirinya di dunia fiksi ilmiah, misteri dan novel fantasi.

"Oke, waktunya nyebarin selebaran ini."

"Dimana aja kita lakukan itu?"

"Di gerbang sekolah. Saat ini masih banyak murid yang belum pulang."

Ya, ya, ya, terserah kata loe deh, nyonya. Saat aku mau mengambil kantong kertas berisi selebaran itu, Haruhi menyetopku.

"Kamu ngga usah ikut, aku dan Mikuru-chan aja udah cukup."

"Apa?"

Asahina-san, yang sedang memegang selebaran di tangannya, menolehkan kepalanya kebingungan. Aku menoleh dan melihat Haruhi merogoh-rogoh kantung kertas lainnya, mengeluarkan sesuatu.

"Ta-da!"

Tersenyum sama senangnya seperti kucing robot, Haruhi mengeluarkan sepotong kain hitam. Oh tidak, ini ngga mungkin! Ketika Haruhi selesai mengeluarkan isi kantong kertas dari dimensi keempat, aku langsung mengerti kenapa dia ingin Asahina-san yang menyebarkan selebarannya, dan aku berdoa untuk kesejahteraan orang yang terakhir. Asahina-san, semoga arwahmu beristirahat dengan tenang!

Sebuah leotard hitam, net stoking, telinga kelinci, dasi kupu-kupu, manset putih, dan ekor kelinci.

Bukannya itu kostum bunny girl!?

"U...untuk apa semua itu?" tanya Asahina-san malu-malu.

"Kamu pasti tahu. Buat berpakaian jadi bunny girl!" kata Haruhi terus terang.

"K...kamu ngga pengen saya pakai itu, k...kan?"

"Tentu aja! Aku bahkan udah nyediain satu buat kamu!"

"Sa...saya ngga mau pakai itu!"

"Jangan kawatir, ukurannya pas banget kok dengan kamu."

"Bu...bukan itu masalahnya! K...kamu ngga pengen saya pake itu di gerbang sekolah, k...kan?"

"Kenapa, ya tentu aja."

"Engga, saya ga mau!"

"Berhenti ngeluh!"

Berakhirlah; dia sudah diincar. Haruhi meloncat ke Asahina-san, bagaikan ibu macan memangsa kijang yang tak berdaya, dan mulai mencabik-cabik baju sailornya.

"TIDAAAAK...."

"Sekarang jadilah anak baik dan jangan bergerak!" Haruhi berkata kasar sambil mencopot lancar bagian atas pakaian Asahina-san, lalu dia pindah ke rok Asahina-san. Tepat saat aku mau menghentikan kegilaan Haruhi, mataku bertemu dengan mata Asahina-san.

"J...JANGAN LIAT!!!"

Mendengar teriakannya, aku segera berlari menuju pintu... Sialan! Pintunya kekunci! Butuh beberapa saat sebelum aku bisa membuka kuncinya dan bergegas keluar ruangan.

Sebelum keluar, aku intip sekilas -- aku mendapati Nagato sedang membaca bukunya bagaikan tiada yang terjadi. Bukannya dia keberatan soal ini!?

Aku bersandar di pintu, mendengar teriakan Asahina-san dari belakangnya.

"Kyaaa~~!!!" "Tidaaak!" "P...paling engga biarkan saya ngelepasin sendiri... Hiks~~!"

Itu tercampur dengan teriakan kemenangan Haruhi.

"Hebat!" "Lepasin itu! Cepat!" "Kamu seharusnya dengerin omonganku!"

Sialan, jangan minta gue ngebayangin apa yang terjadi di dalam!

Sejenak kemudian, suara Haruhi keluar menembus pintu.

"Kamu bisa masuk sekarang!"

Saat aku masuk sambil menghembuskan nafas, aku disambut oleh dua bunny girl cantik. Baik itu Haruhi atau Asahina-san, mereka berdua cocok dengan kostumnya.

Sebagian besar punggung dan belahan dada mereka terekspos, net stoking membungkus kedua kaki mereka dengan baik dan sepasang telinga kelinci bergoyang-goyang di kepala mereka...

Haruhi itu kurus tapi proporsinya pas; Asahina-san itu mungil, tapi sosoknya juga sempurna. Jujur saja, mereka benar-benar santapan lezat untuk dipandang mata!

Tepat saat aku menimbang-nimbang apakah mengatakan "Kostumnnya cocok sama kamu," ke Asahina-san yang menangis, Haruhi berkata:

"Menurutmu gimana?"

Dan elo masih berani nanya-nanya apa pendapat gue. Tengkorak loe retak parah!?

"Ini pasti bakalan narik perhatian semua orang. Kalau begini terus, orang-orang pasti bakalan datang buat ngambil selebarannya!" kata Haruhi.

"Kalau elo pake kostum aneh begini di luar, orang lain bakalan nganggep loe lucu... Tunggu bentar, kenapa Nagato-san ga perlu pake ini?"

"Aku cuman beli dua set aja. Karena belinya dengan aksesoris, harganya mahal banget."

"Emangnya loe beli ini dimana?"

"Di internet."

"...Oh gitu."

Saat aku berpikir kapan Haruhi jadi lebih tinggi dariku, aku sadar dia sedang pakai sepatu hak tinggi juga.

Haruhi mengambil kantong kertas yang berisi selebaran.

"Ayo pergi, Mikuru-chan."

Asahina-san menyilangkan tangan di depan dadanya dan melihatku dengan memohon. Aku hanya bisa menatapnya yang berkostum bunny girl.

Maafin aku, aku bener-bener ga bisa ngasih perlawanan apapun.

Asahina-san berusaha menyabet meja dan bertahan, menangis seperti anak kecil, tapi dia bukan tandingan tenaga Haruhi. Dia diseret keluar oleh Haruhi, dan kedua bunny girl menghilang dari ruangan. Tepat ketika aku gundah-gulana, merasa bersalah...

"Itu."

Nagato Yuki menunjuk ke lantai. Kulihat dan kutemukan dua seragam sailor tergeletak di situ... Emm, itu BH yang gue liat?

Gadis rambut-pendek, berkacamata menunjuk ke lemari di sisi lain ruangan dan kemudian kembali membaca bukunya.

Bisa ga sih kamu ambil baju-baju itu sendiri!?

Aku mendesah dan mengambil pakaian mereka, meletakannya ke lemari. Ah~!, loe masih bisa ngerasain hangat badan mereka di bajunya. Baju-baju ini masih anget!

Setengah jam kemudian, Asahina-san yang kecapaian kembali. Wah, matanya semerah mata kelinci -- sebaiknya aku jangan bicara apapun dulu. Segera kuberikan dia kursi, dan seperti yang sebelumnya, dia hanya terduduk dan terkulai ke arah meja, bahunya gemetaran. Tampaknya dia sudah tak punya kekuatan lagi untuk ganti baju. Tapi berhadapan dengan punggungnya yang terbuka, aku tak tahu kemana lagi aku melihat, jadi kulepas jaketku dan menyampirkannya ke bahu gemetarannya. Keberadaan gadis menangis dan kutubuku yang tak peduli apa yang sedang terjadi, bersama denganku, yang bingung harus bagaimana, membuat suasana ruangan menjadi hening. Teriakan Klub Baseball bisa terdengar di kejauhan.

Saat aku mau berpikir tentang makan malam nanti, Haruhi kembali. Hal pertama yang dilakukannya adalah bersungut dan marah berkata:

"Sialan mereka! Apa-apaan, guru-guru sial itu! Mereka selalu ngeganggu!"

Tak yakin mengapa dia begitu marah, aku bertanya:

"Ada masalah?"

"Aku bahkan belum sempat ngebagiin setengah dari selebaran ini dan datanglah datang guru bego itu minta aku berhenti ngebagiin selebaran! Ada apa sih sama orang itu?"

Dasar tolol. Kalo guru-guru ngebiarin aja sesuatu kayak murid pake baju bunny girl dan ngebagiin selebaran di gerbang sekolah, maka itu abnormal!

"Mikuru-chan mau nangis, dan aku dibawa ke kepala sekolah, terus si Okabe dari Klub Handball datang!"

Kayaknya si kepala sekolah dan Okabe-sensei bingung kemana ngarahin mata mereka pas ngeliat elo berpakaian kayak gitu.

"Ampun deh, bikin aku kesal aja! Cukup buat hari ini! Bubar!"

Haruhi perlahan melepas telinga kelincinya dan kemudian lanjut melepaskan kostum bunny girlnya. Aku langsung buru-buru keluar ruangan.

"Sampai kapan kamu mau nangis kayak gitu? Cepetan ganti!"

Aku bersandar di dinding koridor dan menunggu mereka ganti baju. Kelihatannya Haruhi bukan seorang eksebisionis dari lahir, hanya saja dia tak punya bayangan apa efek pemandangan setengah telanjangnya kepada laki-laki. Alasan dia pakai kostum bunny girl bukan untuk memamerkan badannya yang seksi, tapi malah untuk menarik perhatian orang.

Kalau gini terus, ga mungkin dia bisa ngalamin hubungan romantis yang normal.

Gue harap dia bisa lebih perhatian dengan gimana pikiran cowok itu. Paling engga perhatian dikit lah ke gue! Jujur aja, berteman dengan orang gila semacam ini benar-benar bikin capek. Lagian, demi Asahina-san aku harus ngarepin itu. Benar... Nagato-san, paling engga kasih tau kita dong apa pendapat kamu!

Sejenak kemudian, Asahina-san muncul dari ruangan, memberikan ekspresi sedih yang sama dengan orang yang baru saja gagal ujian. Dia harus menyangga dirinya ke dinding atau dia pasti akan jatuh. Tak tahu harus bilang apa, aku hanya berdiri terdiam saja.

"Kyon-kun..."

Suara tak jelasnya terdengar seperti salah satu hantu dari kapal berhantu, yang tenggelam.

"Kalau sesuatu terjadi hingga saya ga bisa jadi pengantin, maukah kau mengambilku...?"

Emm, gue harus ngomong apa ya? Dan, kenapa kamu manggil aku Kyon juga!?

Asahina-san mengembalikan jaketku dengan seperti robot. Saat aku berpikir kalau dia akan jatuh ke dekapanku dan menangis, dia sudah berjalan jauh.


Sial... sayang banget!


Keesokan harinya, Asahina-san absen.

Haruhi sudah cukup terkenal di sekolah, tapi semenjak insiden bunny girl, nama dan keensentrikannya sudah jadi bahan legenda sekolah. Bukan berarti aku benar-benar peduli, karena aku tak bertanggungjawab akan tindakan Haruhi!

Yang memang kupedulikan adalah bagaimana tindakan Suzumiya Haruhi telah menyebabkan semua orang mulai mengosipkan Asahina Mikuru-san juga. Itu, dan tatapan aneh yang kuterima dari semua orang di sekolah.

"Hey, Kyon... tampaknya elo lagi senang-senang sama Suzumiya..."

Kata Taniguchi kepadaku dengan nada simpatik setelah sekolah. "Gue ngga pernah nyangka elo bisa temanan baik sama dia... kayaknya ga ada yang mustahil di dunia ini!"

Ah, diam loe!

"Gue kaget kemaren! Ngeliat bunny girl pas mau pulang ke rumah, tadinya gue pikir gue lagi bermimpi!"

Kunikida ikut mengobrol, membawa selebaran yang kukenal.

"Brigade SOS itu apa? Soal apaan sih?"

Sana tanya Haruhi. Gue ngga tahu, dan ngga mau tahu. Kalaupun gue tahu, aku ga pengen ngasih tau kalian!

"Ini minta kita ngasih kejadian paranormal apa aja, tapi ini ga nyebutin itu tuh apa. Dan, apa maksudnya ga ngurus kejadian paranormal yang normal?"

Bahkan Asakura Ryouko datang untuk berbicara denganku.

"Kayaknya kalian lagi ngelakuin hal yang menarik. Tapi kalo hal itu sudah kelewatan, kusarankan kalian langsung berhenti. Jujur saja, kalian kemarin udah kelewatan banget."

Kalau aja gue tau, gue juga mau bolos hari ini!


Haruhi masih marah. Di satu pihak, dia marah karena guru-guru menghentikannya membagikan selebaran; di lain pihak, dia marah karena email inbox Brigade SOS sama sekali kosong. Kuperkirakan akan ada satu-dua email iseng di inbox, tapi ternyata orang lain lebih rasional dari yang kukira. Mungkin tak ada yang mau berurusan dengan Haruhi atau dapat masalah?

Haruhi mengernyit pada inbox kosong, mengoyang-goyangkan mouse optikal dengan bersemangat.

"Kenapa ga ada orang yang ngirim email?"

"Kemarin ga ada hari ini juga ga ada. Mungkin semua orang emang punya sesuatu yang bisa dibilangin ke kita, tapi cuman ga bisa percaya aja ke klub mencurigakan kayak kita?"

Kucoba jelaskan tak meyakinkan.

Kamu pernah ngalamin kejadian paranormal? Pernah. Oh, bagus dong, kalau gitu tolong beri tahu aku. Baiklah, sebenarnya...

Plis deh! Sesuatu kayak gitu ga bakalan terjadi, OK? Sekarang loe dengerin, Haruhi! Hal-hal semacem itu cuman bakal kejadian di buku komik atau novel. Kehidupan nyata itu sangatlah kejam dan ketat. Hal-hal kayak konspirasi ngancurin dunia dari SMA normal di daerah, organisme mutan berkeliaran di daerah pinggiran kota yang damai, atau pesawat luar angkasa tersembunyi di balik gunung, semua hal itu mustahil. Mustahil! Loe dengerin gue ga? Loe ngerti sekarang, kan? Semua kelakuan eksentrik loe itu hasil dari elo yang ga bisa nemuin jalan buat ngelepasin emosi ga bahagia loe itu, bukan begitu? Tapi, ini saatnya loe sadar. Elo seharusnya tenang dan cari pacar yang mau nganterin elo pulang tiap hari dan ke bioskop tiap hari Minggu, atau mungkin loe masuk aja ke semacam klub olahraga buat ngelepasin energi loe yang berlebihan. Dengan kemampuan loe, loe bisa masuk ke tim universitas dengan cepat, jadi anggota yang aktif.

...Aku ingin mengatakan lebih, tapi aku hanya berpikir sampai lima baris saat kepalan Haruhi diayunkan, jadi sebaiknya aku berhenti sampai situ.

"Mikuru hari ini ga masuk, kudengar?"

"Mungkin dia ga bakalan balik. Cewek yang malang, gue harap dia ga trauma karena kejadian kemarin."

"Sial, dan aku udah nyiapin kostum baru buat dicoba dia hari ini!"

"Emangnya loe ngga bisa nyoba sendiri?"

"Tentu aja bisa! Tapi bakalan terlalu ngebosenin tanpa Mikuru-chan."

Nagato Yuki menyatu dengan latar belakang seolah-olah dia tak terlihat. Aneh, kenapa loe terobsesi banget sama Asahina-san; kenapa loe ngga nyobain kostum ke Nagato dan maksa dia ikutan maen-maen sama elo? Aku tahu aku tak sebaiknya mengatakan hal ini, tapi coba pikirkan, aku ingin sekali lihat bagaimana Nagato yang biasanya tanpa ekspresi itu terlihat pakai kostum bunny girl. Sudah tentu dia akan memberikan perasaan yang berbeda dibandingkan Asahina-san yang sering menangis.


Murid pindahan misterius yang diduga Haruhi akhirnya tiba!

Haruhi mengatakan berita ini padaku sebelum jam pertama suatu hari.

"Kau pikir ini hebat kan? Si anak pindahan benar-benar datang!"

Haruhi condong ke depan ke arahku, bicara dengan heboh. Senyum cemerlangnya bagaikan anak TK yang akhirnya dapat mainan yang diinginkannya.

Aku tak tahu dia dengar darimana, tapi anak pindahan itu akan masuk Kelas 1-9.

"Ini kesempatan sekali seumur hidup. Sayang dia ga sekelas, tapi jelas dia anak pindahan misterius, ga salah lagi!"

Loe bahkan belum pernah ketemu sama dia, gimana loe tau dia itu anak pindahan misterius ato engga?

"Bukannya aku pernah bilang? Persentasinya tinggi kalo mereka yang pindahan di tengah-tengah semester sekolah adalah abnormal!"

Siapa sih yang bikin tuh statistik? Kayaknya misteri juga tuh.

Kalo semua yang pindahan di tengah-tengah bulan Mei itu abnormal, maka pasti ada banyak murid pindahan misterius di seluruh Jepang.

Tapi, cara berpikir Haruhi tak bisa dibatasi oleh logika. Setelah bel jam pertama berbunyi, Haruhi langsung lari keluar dari ruang kelas. Dia mungkin pergi mengunjungi Murid Pindahan Misterius di Kelas 1-9.

Tepat sebelum bel akan berbunyi tanda kelas dimulai, Haruhi kembali, memakai ekspresi yang kebingungan.

"Jadi beneran dia anak pindahan misteriusnya...?"

"Hmmm... rasanya ngga deh."

Ya tentu aja engga!

"Kami ngobrol, tapi aku masih kurang informasi. Mungkin mereka cuman pura-pura aja di depan jadi orang normal; Aku percaya kemungkinannya besar. Lagian, kayaknya engga deh mereka bakalan ngebongkar jati diri mereka sebenarnya di hari mereka pindah. Aku bakalan nanya lagi pas istirahat ntar."

Tolong jangan nanya lagi! Bisa kubayangkan murid Kelas 1-9, yang tak punya urusan apa-apa dengan Haruhi, jadi ketakutan setengah mati karena kedatangannya yang tiba-tiba saat dia merampas salah satu muridnya hanya untuk bertanya, "Mana anak pindahannya?", sebelum dia menyerbu masuk. Itu, atau dia langsung menerobos ke dalam saat dia sedang mengobrol dengan teman-temannya dan mulai menginterogasi si anak pindahan yang terkejut dengan pertanyaan seperti "Darimana kamu? Siapa kamu sebenarnya?"

Pada saat ini, aku berpikiran lain.

"Anaknya cowo apa cewe?"

"Walau ada kemungkinan lagi nyamar, dia muncul jadi cowo."

Kalau gitu dia cowo!

Tampaknya Brigade SOS punya kesempatan merekrut anggota cowok lain selain aku. Haruhi mungkin langsung menyeret anak pindahan itu tanpa mendengar opininya hanya karena dia anak baru. Tapi, dia mungkin tak sebaik aku atau Asahina-san. Bisakah Haruhi membawanya masuk ke klub? Tidak. Tak peduli sebagaimana kuatnya keinginan Haruhi, seseorang dengan opini yang kuat hanya akan mengabaikannya.

Selama kita cukup jumlahnya, "Brigade Selamatkan Dunia dengan Operasi Sukaria Suzumiya Haruhi" mungkin bisa terbentuk sebagai asosiasi. Tak peduli sekolah mau mengakuinya atau tidak, orang yang harus mengerjakan administrasi dan pekerjaan kotor kemungkinan besar adalah... aku! Untuk tiga tahun kedepan, aku harus membawa nama "Bawahan Suzumiya Haruhi" dan menjalani hariku dalam keputusasaan.

Belum kupikirkan apa yang akan kulakukan setelah lulus. Tapi aku tahu kalau aku ingin pergi ke universitas, jadi aku harus menjaga tingkah lakuku. Tapi, selama aku masih bersama Haruhi, tampaknya harapan ini tak pernah bisa jadi kenyataan.

Gue harus ngapain dong?


Aku tak bisa memikirkan apapun.

Aku tahu kalau aku seharusnya melabrak Haruhi saja, bikin dia membubarkan Brigade SOS, dan lalu berusaha keras membujuknya menjalani hidup SMA yang normal. Mungkin aku bisa membuatnya berhenti memikirkan alien atau penjelajah waktu, tenang dan cari pacar atau gabung dengan beberapa klub olahraga, dan puas diri dengan tiga tahun SMA ini.

Haah, bakalan hebat banget kalo gue bisa begitu!

Kalau saja aku punya kemauan yang lebih kuat, aku takkan terhisap pusaran tak berdaya yang berpusat di sekitar Suzumiya Haruhi. Aku akan menjalani tiga tahun masa SMA dengan damai dan lulus dengan normal.

...Aku berharap akan jadi begitu!

Namun, alasanku mengatakan ini adalah kejadian-kejadian aneh yang terjadi padaku setelah ini; aku percaya semuanya mengerti sekarang?

Darimana sebaiknya aku mulai?

Benar, mari kita mulai saat anak pindahan misterius itu datang pertama kali ke ruang klub kami.


Back to Bab 1 Return to Halaman Utama Forward to Bab 3