Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab02"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (perbaikan link)
Line 1,102: Line 1,102:
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
|-
| Return to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Volume1_Chapter1|Chapter 1]]
+
| Back to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Bab01|Bab 1]]
| Go to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Main Page]]
+
| Return to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Halaman Utama]]
| Back to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Volume1_Chapter3|Chapter 3]]
+
| Forward to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Bab03|Bab 3]]
 
|-
 
|-
 
|}
 
|}

Revision as of 18:30, 11 November 2009

Chapter 2.


Dilihat dari hasilnya, ramalanku sudah menjadi kenyataan.

Setelah jam pelajaran, Haruhi tidak langsung menghilang dari ruangan kelas seperti biasanya. Kali ini, dia menarik tanganku dengan paksa dan menyeretku keluar ruangan, melalui koridor, naik sampai ke atas tangga, dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu yang menuju ke atap.

Pintu tersebut biasanya dikunci, dan tangga di atas lantai empat sepertinya sudah menjadi gudang untuk klub kesenian. Kanvas raksasa, pigura yang hampir patah, patung dewa-dewa perang dengan hidung yang hilang dan sebagainya ditumpuk di atas tangga kecil, membuat jalan yang harusnya sudah sempit menjadi semakin sempit.

Apa yang akan dilakukan kepadaku olehnya dengan membawaku ke sini?

"Aku butuh bantuanmu."

Haruhi berkata demikian dengan tetap memegang dasiku. Dengan tatapan tajam yang diarahkan ke bagian bawah kepalaku, aku dapat merasakan kalau dia sedang mengancamku.

"Membantumu soal apa?"

Aku berpura-pura cuek.

"Bantu aku buat klub baru!"

"OK, tapi jelaskan kepadaku, kenapa aku harus bantu kamu menyelesaikan hal yang baru saja kamu pikirkan?"

"Karena aku harus mengamankan ruangan untuk klub dan juga anggota, jadi kamu harus cari tahu apa saja yang urusan apa saja yang perlu diselesaikan untuk sekolah."

Dia bahkan tidak mendengarkan. Aku menampik tangan Haruhi.

"Klub apa yang mau kamu buat?"

"Itu nggak penting! Yang penting adalah membuat klub dulu!"

Aku benar-benar nggak yakin sekolah ini mengijinkan klub yang kerjaannya nggak jelas.

"Sekarang dengarkan! Setelah sekolah selesai, kamu pergi dan cari tahu apa saja yang perlu diselesaikan, dan aku pergi mencari ruangan untuk klub, mengerti?"

'NGGAK!'

Jikalau saat itu aku membalasnya seperti itu, Aku yakin, aku pasti bakal dibunuh. Saat aku ragu-ragu bagaimana menjawabnya, Haruhi sudah terlanjur berbalik dan menuruni tangga, meninggalkan cowok yang hilang arah yang berdiri sendirian di tangga penuh debu.

"...Aku bahkan belum menjawab setuju untuk membantunya..."

Keluhku, mengatakan hal ini ke patung gips itu nggak ada gunanya. Aku hanya bisa menyeret kakiku yang berat, memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semua hal ini kepada teman-teman sekelasku yang penasaran.


Persyaratan untuk membuat sebuah "asosiasi":

Lima orang anggota atau lebih. Seorang guru pendamping, nama klub, ketua klub dan aktivitas klub/ringkasan tujuan diperlukan - yang kemudian juga memerlukan persetujuan dari komite OSIS. Aktivitas klub harus sesuai dengan filosofi sekolah akan kreativitas dan kehidupannya. Berdasarkan dari catatan aktivitas dan hasilnya, OSIS akan memutuskan apakah asosiasi tersebut bisa ditingkatkan statusnya menjadi "kelompok belajar". Selebihnya, sebagai asosiasi, sekolah tidak akan memberikan dana apapun.


Aku tidak harus mencari semua persyaratan dengan susah payah karena semuanya tercatat di dalam buku pegangan siswa.

Anggota sih mudah; kita bisa mencari siapapun untuk mencapai jumlah anggota, jadi itu bukan masalah. Guru pendamping lebih susah dicari, tapi kupikir aku bisa mengatasinya. Dan untuk nama, sesuatu yang tidak menonjol sudah cukup. Dan ketua klubnya sudah pasti Haruhi sendiri.

Tapi, aku berani bertaruh, kalau aktivitas/tujuan klub pasti akan berbenturan dengan "kreativitas dan kehidupan".

Semuanya itu hanya omongan saja, seperti kalau Haruhi itu orang yang peduli dengan peraturan.


Saat bel berdering tanda kelas berakhir, Haruhi menunjukan keperkasaannya yang mengerikan dengan mencengkeram kerah jaketku dan menarik ku keluar kelas dengan kecepatan seperti penculik. Aku membutuhkan usaha keras agar tas sekolahku tidak tertinggal di kelas.

"Kemana kita pergi?"

Aku bertanya karena, ya aku kan normal pada akhirnya.

"Ke ruangan klub."

Haruhi, sangat penuh dengan energi sampai dia bisa menendang orang-orang yang berjalan lambat di depan kita, hanya menjawab dengan singkat, lalu kembali diam. Tolonglah, setidaknya bisakah kamu melepaskan tanganku dulu?

Setelah kami keluar dari lorong lantai satu, kami kembali masuk ke gedung lain dan naik tangga. Kami berjalan menuju lorong gelap dan di tengahnya, Haruhi berhenti. Tentu saja aku ikut berhenti.

Di depan kami ada pintu.

Klub literatur.

Papan nama yang melengkung tertempel di pintu.

"Di sini."

Tanpa dengan mengetuk pintu, Haruhi membuka pintu dan berjalan melewati ruang kelas tanpa pikir panjang. Tentu saja, aku mengikutinya ke dalam.

Ruangan ini teryata cukup luas, atau mungkin terlihat seperti itu karena hanya berisi meja persegi, kursi besi, dan rak buku. Beberapa retakan di atap dan dinding menunjukan betapa tuanya bangunan ini.

Pada saat ia baru masuk ke dalam ruangan, seorang gadis duduk sendirian di kursi, membaca buku yang sangat tebal.

"Ruangan ini menjadi ruang klub kita mulai saat ini."

Haruhi membuka kedua tangannya dan mengumumkan secara formal. Wajahnya bersinar dengan senyuman yang bertenaga.'kalau saja ia juga tersenyum seperti itu di kelas...' walau pikirku, aku tidak berani mengatakannya dengan keras.

"Tunggu sebentar, tempat ini apa?"

"Gedung Kebudayaan dan Kesenian. Tempat ini memiliki ruang kesenian dan musik untuk klub kesenian dan klub orkestra. Klub dan asosiasi tanpa ruang tetap semuanya mengadakan aktivitasnya di sini, dikenal dengan sebutan komplek lama. Dan ruangan ini milik klub literatur."

"Lalu bagaimana dengan klub literatur?"

"Setelah semua murid kelas tiga lulus musim semi ini, klub ini punya nol anggota. Pada saat tidak ada anggota baru direkrut, klub ini akan ditutup. Sebelumnya, anak kelas satu ini adalah satu-satunya anggota baru."

"Kalau begitu klub ini belum ditutup donk!"

"Nyaris! Klub dengan anggota hanya seorang sama saja dengan tidak ada."

Dasar bodoh! Kamu mau mencoba mengambil alih ruang klub orang lain? Aku melirik ke arah anak klub literatur.

Dia adalah seorang gadis berkacamata berambut pendek.

Haruhi sudah seberisik ini. Gadis itu, akan tetapi, tidak mengangkat kepalanya sekalipun. Selain terkadang membalikan halaman dengan jarinya, ia terlihat diam, benar-benar cuek terhadap keberadaan kita. Sepertinya gadis ini juga aneh!

Aku merendahkan suaraku dan bertanya kepada Haruhi.

"Lalu gimana dengan gadis itu?"

"Dia bilang nggak masalah!"

"Beneran?"

"Aku sudah menanyakannya pada saat makan siang. Kubilang aku butuh dia agar meminjamkan ruangannya dan dia bilang 'silahkan', selama dia bisa membaca bukunya dengan tenang. Setelah kau menyinggung hal itu, kupikir dia itu cukup aneh."

Dari semua orang, kamu yang bilang itu!

Aku memperhatikan gadis klub literatur aneh dengan seksama kali ini.

Dia memiliki kulit yang pucat dan wajah tanpa ekspresi. Jari-jarinya bergerak seirama seperti robot. Rambut pendeknya membuat orang untuk melepas kacamatanya untuk pandangan yang lebih jelas. Dia memberikan impresi seperti boneka yang tidak menonjol. Dalam kata lain, orang aneh yang misterius dan tanpa ekspresi.

Mungkin menyadari pandanganku yang mengganggu, gadis itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mendorong kacamata keatas dengan jari.

Aku melihat matanya yang berwarna dalam menatapku dari balik lensa tersebut. Baik mata maupun bibirnya tidak menunjukan ekspresi apapun, sampai seperti topeng. Dia berbeda dengan Haruhi -wajahnya seperti jenis yang pada dasarnya tidak menunjukan emosi.

"Nagato Yuki."

Nada suaranya memberikan kesan kalau namanya akan segera dilupakan oleh kebanyakan orang dalam tiga detik semenjak mendengarnya.

Nagato Yuki sejenak menatapku; lalu seperti kehilangan minat, ia kembali mengarahkan perhatiannya ke buku.

"Eh, Nagato-san," Aku memanggilnya, "Cewek ini mau menggunakan ruangan klub kamu untuk klub-yang-belum-ada-namanya. Apakah ini baik-baik saja dengan mu?"

"Ya."

Pandangan Nagato tidak pernah lepas dari buku.

"Tapi mungkin bisa menyulitkan untuk mu."

"Tidak masalah."

"Bahkan kamu bisa diusir?"

"Silahkan merasa bebas."

Walaupun ia segera siap menjawab, ia tidak menunjukan ekspresi apapun. Terlihat olehku sepertinya dia benar-benar tidak peduli soal ini.

"Oke, kalau begitu sudah diputuskan," Haruhi tiba-tiba menyela.

Dia terdengar sangat bersemangat, memberikan perasaan buruk.

"Mulai sekarang, kita akan berkumpul di ruang ini selesai sekolah. Pastikan untuk datang! Atau kamu sama bagusnya dengan orang mati!"

Dia berkata dengan senyum yang terkembang seperti bunga sakura. Aku dengan enggan mengganggukkan kepalaku.

Tolong deh, Aku belum mau mati dulu!


Jadi sekarang kita telah mendapatkan ruangan klub, tapi tentang masalah administratifnya benar-benar tidak ada kemajuam. Kita masih belum memutuskan nama maupun kegiatan klub yang akan dilakukan. Aku sudah menanyakan hal ini kepada Haruhi, tapi sepertinya dia punya pikiran lain.

"Kita bisa putuskan hal itu nanti!" Haruhi menyatakannya dengan keras. "Sekarang hal yang paling penting adalah menrekrut anggota. Kita masih butuh dua orang lagi."

Jadi, kamu sudah menghitung gadis klub literatur juga? Kamu nggak mungkin memperlakukan Nagato Yuki sebagai aksesoris klub semata, ya kan?

"Nggak usah khawatir soal itu, Aku pasti bisa mengumpulkan orang-orang segera; Aku sudah punya seseorang di kepalaku."

Bagaimana mungkin aku nggak khawatir? Kekhawatiranku malah semakin menjadi!


Keesokan harinya setelah sekolah usai, setelah menolak tawaran Taniguchi dan Kunikida untuk pulang bareng, Aku dengan malas menyeret kakiku yang terasa berat dan melangkah ke ruangan klub.

Haruhi hanya berkata "Kamu pergi duluan!" dan terburu-buru keluar ruangan dengan kecepatan yang sangat dibutuhkan Klub Atletik. Dia sangatlah cepat sampai aku berpikir kalau dia menambah booster di sepatunya. Aku nggak tahu antara dia sangat terburu-buru mencari anggota baru, atau hanya sangat bersemangat kalau dia sudah melangkah maju untuk bertemu mahkluk luar angkasa?

Di lain pihak, Aku hanya bisa membawa tas ku, jadi aku bergerak pelan menuju ruang Klub Literatur.

Memasuki ruang klub, Aku sudah menemukan Nagato Yuki di dalamnya, duduk di posisi yang sama ketika membaca bukunya. Aku mendekatinya dengan perlahan, tapi seperti kemarin kepalanya hanya terbenam di dalam buku, keberadaanku dihiraukan. Apakah dulu Klub Literatur hanya sebuah klub membaca saja? Kenapa dia hanya membaca saja setiap waktu?

Keheningan di ruangan.

"...Apa yang lagi kamu baca?"

Aku bertanya, tidak tahan lagi dengan keheningan. Nagato Yuki menjawabnya dengan mengangkat buku dan menunjukan kovernya. Mataku melihat sejumlah besar huruf asing yang berkilauan; sepertinya itu seperti novel fiksi ilmiah.

"Apakah itu menarik?"

Nagato Yuki mendorong kacamatanya keatas tanpa susah payah sebelum menjawabnya datar.

"Unik."

Sepertinya dia menjawab semua pertanyaanku dengan itu.

"Di mananya?"

"Semuanya."

"Jadi kamu suka membaca?"

"Sangat."

"Oh begitu..."

"..."

Kembali hening.

Bisa aku pulang sekarang?

Aku sedang memikirkan hal itu saat menaruh tas ku ke atas meja. Saat aku hendak duduk di kursi besi itu, tiba-tiba pintunya terbuka seperti ditendang.

"Hei, maaf aku telat! Aku butuh waktu supaya bisa menangkap cewek ini!"

Haruhi akhirnya tiba, dengan melambaikan tangannya kepada kami. Tangannya yang lain sedang mencengkeram lengan orang lain -dia menculik orang lain lagi! Ketika dia memasuki ruangan, untuk suatu alasan tertentu, dia mengunci pintunya. Klik! Saat mendengar suara itu, gadis mungil itu gemetaran tidak nyaman.

Wow, dia memang cantik.

Dia pasti "calon terpilih"-nya Haruhi.

"A...apa yang akan kamu lakukan?"

Kata gadis tersebut, yang sudah hampir menangis.

"D...dimana ini? Kenapa kamu membawaku ke sini? Dan, k...kenapa kamu mengunci pintunya? Apa yang kamu mau lakukan kepada ku?"

"Diam!"

Haruhi berteriak dengan keras sampai gadis itu diam terkejut.

"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."

"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."

Setelah mengumumkan nama gadis tersebut, Haruhi berhenti bicara. Sepertinya itu sudah semuanya.

Keheningan sekali lagi menyelimuti ruang kelas. Haruhi terlihat puas seperti "pekerjaannya selesai dengan baik"; Nagato Yuki, seperti biasa, tetap membaca bukunya tanpa reaksi; dan gadis yang dipanggil Asahina Mikuru hanya ketakutan. Hei, kenapa nggak ada yang bicara? Jadi aku yang memulai percakapan.

"Darimana kamu menculik dia?"

"Ini bukan penculikan! Aku cuman memaksanya datang ke sini bersamaku."

Itu sama aja!

"Aku menemukanya sedang termenung di ruang kelas dua, jadi aku menangkapnya dari sana. Aku menyelusuri sekolah selama istirahat, jadi aku sudah melihatnya beberapa kali."

Jadi itu yang kamu lakukan selama istirahat saat kamu tidak terlihat di ruang kelas. Tidak, tunggu, ini bukan waktunya memikirkan hal ini.

"Bagaimanapun dia adalah kakak kelas kita!"

"Terus?"

Aku melihatnya dengan tidak percaya. Ya tuhan, cewek ini benar-benar tidak memikirkan apa yang dilakukannya!

"Ya sudah... beritahu aku, kenapa kamu butuh untuk mencari dia, erm, Asahina-sempai, bukan?"

"Sini, lihat deh."

Haruhi tiba-tiba menunjuk ke arah hidung Asahina Mikuru, membuatnya langsung mundur terkejut.

"Dia cantik, bukan?"

Itu hal yang hanya akan diucapkan penculik berbahaya! Bagaimanapun itu yang kupikir.

"Aku percaya kalau karakter Moe itu penting!" lanjutnya.

"...Maaf, apa yang kamu bilang?"

"Aku bilang Moe! Faktor yang membuat orang tertarik! Pada dasarnya, kebanyakan cerita detektif punya karakter yang bisa membuat orang tertarik dan merasa kalau mereka menjadi dikasihani."

Aku secara otomatis berbalik dan mengamati Asahina Mikuru: dia memiliki badan yang mungil dan wajah yang bisa disalah sangka sebagai murid SD. Rambut coklatnya sedikit berombak, tergantung dipunggungnya. Sepasang mata besar seperti anak anjing memberikan aura "tolong lindungi aku". Bibirnya yang setengah terbuka menunjukan sebaris gigi yang seputih gading, yang dipasangkan dengan wajahnya yang mungil, menciptakan kombinasi yang sempurna. Apabila dia diberikan tongkat sihir dengan permata yang berkilau, dia mungkin akan berubah jadi peri kecil! Aarghh~, apa yang aku sedang pikirkan!

"Dan tidak hanya itu saja!"

Haruhi tersenyum penuh percaya diri, dan memeluk Asahina Mikuru dari belakang dengan kedua tangannya.

"Kyaaaa!!!"

Asahina langsung berteriak. Tapi Haruhi tetap tidak bergerak, memegang dadanya lewat seragam pelautnya.

"Aaaaa!"

"Dia itu sangat mungil, tapi dadanya lebih besar dariku! Wajah yang cantik dan dada besar itu juga faktor penting yang bisa membuat orang tertarik!"

Ya tuhan, aku hampir pingsan.

"Wow, mereka benar-benar besar."

Haruhi memasukan tangannya kedalam seragam Asahina dan mulai meremas. Hentikan itu, dasar mesum.

"Wah, ini membuatku kesal! Wajahnya sangat cantik, tapi dadanya lebih besar dariku!"

"T...tolong!!!"

Asahina merona merah. Dia mencoba untuk membebaskan diri dengan tangan dan kakinya, tapi kekuatannya bukan tandingan pelecehnya. Saat Haruhi mulai menggerakan tangannya menuju rok Asahina, Aku tidak bisa menerimanya lagi dan menarik gadis mesum ini menjauh dari Asahina.

"Apa yang kamu pikir yang kamu sedang lakukan!?"

"Tapi mereka benar-benar besar! Benar lho! Kenapa kamu tidak mencobanya juga?"

Asahina tersentak kaget.

"Tidak, terima kasih."

Itu yang bisa aku ucapkan.

Yang mengejutkan ku, selama kejadian ini, Nagato Yuki tetap membaca bukunya, tidak sekalipun menengok. Ada apa dengan gadis ini sebenarnya?

Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu.

"Hei, kamu ngga mikir kalau... alasanmu satu-satunya membawa Asahina-sempai ke sini karena dia itu cantik dan punya dada besar?"

"Kenapa, tentu saja!"

Ya tuhan, kamu ini benar-benar seorang idiot!

"Karakter maskot seperti dia itu diperlukan!"

Perlu 'PALA MU! Siapa juga yang ngomong begitu?

Asahina merapikan seragamnya yang kusut dan mengangkat kepalanya melihat ke arah ku. Hei, jangan lihat aku seperti itu, kamu membuatku ke dalam situasi yang memalukan.

"Mikuru-chan," tanya Haruhi, "Apa kamu ikut klub lain?"

"I... Iya... Klub Kaligrafi..."

"Keluar dari situ! Itu cuman menghalangi aktivitas klubku."

Haruhi! Apa kamu nggak terlalu egois!?

Asahina memiliki ekspresi seperti korban dalam misteri pembunuhan tertentu, melihatku dengan mata yang mengharap untuk diselamatkan. Lalu saat itulah seperti tiba-tiba dia menyadari kehadiran Nagato Yuki. Mata terbelalak lebar dan menunjukan keraguan. Sejenak kemudian, dia mengeluh dan berbisik dalam suara rendah:

"Oh begitu... Aku mengerti."

Apa yang kamu mengerti?

"Aku akan berhenti dari klub kaligrafi, dan bergabung dengan klub mu..."

Suaranya penuh kesedihan.

"Tapi aku tidak tahu apa yang dilakukan klub literatur."

"Kita bukan klub literatur," jelas Haruhi.

Melihat Asahina kebingungan, aku segera memotong untuk menjelaskan.

"Kita hanya meminjam ruangan ini sementara untuk aktivitas klub kami. Klub yang akan kamu ikut bergabung sebenarnya asosiasi baru yang akan dibuat Suzumiya Haruhi sebentar lagi. Kami belum tahu apa aktivitas yang akan ada; Kami bahkan belum punya nama."

"... Apa?..."

"Oh, dan yang sedang duduk di sana, dialah anggota klub literatur yang sebenarnya."

"Oh..."

Asahina tetap berdiri tanpa kata-kata, mulutnya yang mungil setengah terbuka. Reaksinya? Benar-benar normal.

"Itu tidaklah menjadi masalah!"

Gembira sampai ke titik yang bagai tidak perlu bertanggung jawab pada apapun, Haruhi menepuk bahu Asahina dengan keras.

"Aku baru saja memikirkan sebuah nama!"

"... Oke, coba kita dengar," ucapku tanpa antusias.

Apabila mungkin, aku benar-benar nggak pingin mendengarnya! Tapi karena aku terlanjur bertanya, Suzumiya Haruhi menggunakan suara beningnya untuk mengumumkan dengan keras nama yang baru saja dia pikirkan.

Seperti yang diketahui semua orang, itu semua berawal dari hasil visi Suzumiya Haruhi yang sederhana dan naif, dan tidak ada alasan lain. Dan akhirnya... nama klub baru kami sudah diputuskan:

Brigade SOS!

Sekai wo
Ooini moriagerutame no
Suzumiya Haruhi no Dan

The Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi Brigade, disingkat Brigade SOS.


Kalian semua bisa tertawa sekarang.

Tapi sebelum aku bisa melakukan itu, Aku berdiri tercegang.

Kenapa itu disebut "Brigade"? Bukanya seharusnya "Asosiasi Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menjadi asosiasi dan tidak seorang pun yang yakin suatu apapun tentang klub ini, Haruhi dengan mudahnya menjawab "Kalau begitu kasusnya, ya sudah kita sebut brigade saja!" Dan dengan demikian nama klub pun lahir dengan luar biasa.

Saat mendengar nama tersebut, Asahina menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan selanjutnya, keputusan untuk nama klub telah ditentukan, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS telah dibuka untuk bisnis! Sungguh kesempatan yang sangat menyenangkan!

Hmph, lakukanlah semaumu!

Setelah mengatakan "Pastikan untuk berkumpul di sini seusai sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahinya. Bahu Asahina melemas, figurnya yang tidak bernyawa berjalan menjauh menyusuri lorong semakin membuat terkesan sedih. Aku tidak tahan melihatnya, maka aku pun memanggilnya.

"Asahina-sempai."

"Ya?"

Asahina melihatku dengan wajah tidak bersalahnya, yang bahkan terlihat tidak lebih tua dariku.

"Kamu tidak harus bergabung dengan klub aneh semacam ini jika kamu tidak mau! Kamu tidak usah perdulikan dia, Aku akan mencari cara untuk menjelaskan kepadanya."

"Tidak."

Dia berhenti, mengedipkan matanya, dan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Aku memang ingin bergabung."

"Tapi, mungkin klub ini akan sangat membosankan!"

"Tidak masalah; bukankah kamu juga bergabung?"

Tidak! Masalah aku bergabung atau tidak bukan menjadi masalah di sini!

"Mungkin, ini adalah hasil absolut di Temporal Plane ini..."

Dia mengatakan hal ini dengan mata bulatnya memandang ke arah kejauhan.

"Apa maksud dari hal itu?"

"Lagipula, aku tertarik dengan kehadiran Nagato-san..."

"Tertarik?"

"Eh? Tidak, bukan apa-apa."

Asahina menggelengkan kepalanya dengan panik, menggoyangkan rambut berombaknya.

Lalu Asahina tersenyum, terlihat malu, dan membungkuk dengan dalam kepada ku.

"Aku mungkin akan menyulitkan, tapi tolong bertahanlah dengan ku mulai sekarang."

"Kamu tidak harus melakukan hal itu... kamu menempatkanku di posisi yang sulit..."

"Tolong panggil aku Mikuru mulai sekarang."

Dia tersenyum.

Wah, dia sangat imut sampai membuatku pusing.


Selanjutnya adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.

"Kamu tahu apa yang kita butuhkan selanjutnya?"

"Mana kutahu!"

"Aku berpikir untuk mendapatkan murid pindahan misterius."

"Tolong jelaskan kepadaku definisi dari murid pindahan 'misterius'."

"Mereka yang pindah dua bulang setelah semester sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Bagaimana menurutmu?"

"Mungkin karena kedua orangtua mereka dipindah tugaskan dan kebetulan mereka harus ikut pindah."

"Nggak, itu terlalu dipaksakan dan tidak alami!"

"Lalu menurutmu alami itu apa? Aku benar-benar ingin tahu."

"Murid pindahan misterius... apakah mereka akan muncul?"

"Kamu benar-benar nggak pernah mendengarkan omonganku ya?"


Gosip pun mulai mengalir kalau Haruhi dan aku merencanakan sesuatu.

"Hei, apa saja yang kamu rencanakan bersama Haruhi?"

Taniguchi pasti menanyakan hal itu.

"Kamu tidak berpacaran dengannya, bukan?"

Tentu saja tidak! Sejujurnya, Aku sendiri, juga ingin tahu apa yang sebenarnya kulakukan!

"Cobalah untuk tidak melakukan hal yang terlalu konyol, kamu sudah bukan murid SMP lagi! Jika mereka tahu kamu merusak lapangan sekolah atau sejenisnya, kamu mungkin bisa diskors!"

Jika itu hanya Haruhi sendiri yang beraksi, aku bisa cuek saja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus kuurus -Aku nggak bisa mengambil resiko membuat mereka terlibat. Ketika aku menyadari betapa perhatiannya aku kepada mereka, Aku tiba-tiba merasa bangga.

Tapi masalahnya, nggak ada cara aku bisa menghentikan Haruhi gila itu!


"Jadi aku ingin sebuah komputer!"

Semenjak Brigade SOS didirikan, ruangan klub literatur mulai menjadi semakin banyak barang yang ada selain meja persegi, kursi besi dan rak buku.

Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, sebuah teko dan cangkir, sebuah poci teh, pemutar CD/MD dan radio, lemari kulkas, perekam suara, panci masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apakah dia merencanakan agar kita tinggal di sini?

Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia ambil entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah kerucut hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.

"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan tidak memiliki komputer. Ini ngga bisa!"

Siapa yang bilang begitu?

Meskipun begitu, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku tebal tentang sebuah satelit kecil di Saturnus yang jatuh, atau sesuatu yang mirip seperti itu. Asahina, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap tiba dengan setia dan duduk di kursi besi, terlihat bingung.

Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arah ku dengan senyum licik.

"Makanya aku akan mendapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.

"Dapat satu, maksudnya komputer? Dari mana? Kamu nggak berencana untung merampok toko elektronik kan?"

"Tentu saja tidak! Aku akan ke tempat yang lebih dekat!"

"Ikuti aku!" Asahina dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya sampai ke koridor dan pada akhirnya tiba di Kelompok Belajar Komputer dua ruangan jauhnya.

Rupanya begitu!

"Sini, ambil ini."

Haruhi menyerahkan ku sebuah kamera instan.

"Sekarang dengarkan aku baik-baik! Aku akan bilangin rencananya, dan kamu harus mengikutinya bagaimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."

Haruhi menarik ku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.

"Apa!? Kamu nggak bisa begitu!"

"Peduli apa?"

Tentu saja itu nggak masalah buat kami, nona! Aku berbalik ke arah Asahina yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan mengedipkan mata ke arahnya.

Sebaiknya kamu lari sekarang juga!

Tapi Asahina terlihat terkejut dan mulai merona. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.

Saat aku berniat menyelamatkan Asahina dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Belajar Komputer itu.

"Halo semuanya! Aku datang untuk mengambil sebuah komputer dari kalian!"

Susunan ruangan ini mirip, tapi dibandingankan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki sebuah komputer desktop di atasnya dengan efek suara dari CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.

Empat orang anak laki-laki yang duduk di kursinya sambil mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.

"Siapa yang bertanggung jawab di sini?"

Haruhi tersenyum dengan sombongnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawabnya.

"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"

"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: berikan aku sebuah komputer."

Ketua Kelompok Belajar Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnya?!" dan menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Itu nggak mungkin. Soalnya sekolah tidak cukup mendanai kami, semua komputer ini hasil keringat kami! Mana mungkin kami bisa memberikannya kepada mu dengan gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"

"Apa peduliku? Satu saja sudah cukup, kalian kan punya banyak!"

"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"

"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan dari Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."

Tunggu, siapa yang memutuskan kami jadi bawahanmu!?

"Aku memerintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan buat alasan!"

"Aku nggak tahu siapa kalian ini, tapi tentu saja tidak! Kamu bisa beli komputermu sendiri!"

"Karena kamu sudah bilang begitu, kami punya cara sendiri."

Mata Haruhi menatap tanpa takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.

Haruhi mendorong Asahina, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina.

"Kyaaaa~~!!!"

"Apa!?"

Klik!

Pada saat mereka berteriak, aku menekan tombol kamera.

Haruhi memegang Asahina, mencegahnya kabur, saat tangannya yang lain menekan tangan ketua semakin keras ke dada Asahina.

"Kyon, satu foto lagi!"

Aku menekan tombolnya sekali lagi dengan ragu-ragu. Asahina, dan ketua tanpa nama itu, tolong maafkan aku. Saat Haruhi bermaksud meletakan tangan ketua ke balik rok Asahina, ketua itu akhirnya bisa bebas.

"KAMU PIKIR APA YANG SEBENARNYA KAMU LAKUKAN!?"

Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang sangat merona.

"Uh uh uh! Sekarang kami punya bukti foto kalau kamu melakukan pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalau kalian tidak mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"

"Candaan macam apa ini sebenarnya!?"

Ketua itu memprotes dengan marahnya. Aku paham perasaanmu, koq.

"Kamu yang menarik tangan ku dengan paksa! Aku nggak bersalah!"

"Oh ya? Kamu bisa coba menjelaskan, tapi siapa yang bakal percaya sama kamu?"

Aku berbalik dan melihat Asahina tergeletak di lantai. Dia pasti sangat terkejut sampai kehilangan semua tenaganya.

Di lain pihak, ketua itu tetap bertahan.

"Anggotaku adalah saksi ketidak bersalahanku! Tadi bukan kemauan ku sendiri!"

Ketiga anggota lainnya yang terbengong-bengong semuanya menganggukan kepalanya dengan kerasnya.

"Itu benar!"

"Ketua tidak bersalah!"

Kalau Haruhi bisa mendengar kalian semua, maka dia bukanlah Suzumiya Haruhi.

"Ya sudah, kalau begitu aku tinggal bilang kalau kalian semua berusaha menyerang Asahina!"

Pada saat itu juga, wajah mereka menjadi pucat, termasuk aku dan Asahina. Ya tuhan, apakah ini harus sampai jadi begini?

"S...Suzumiya-san...!"

Asahina berusaha melingkarkan tangannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudahnya menepisnya. Lalu Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata dengan arogannya:

"Jadi gimana? Mau kasih satu apa nggak?"

Wajah ketua itu berubah dari merah ke putih, akhirnya menjadi gelap.

Pada akhirnya, dia pun menyerah.

"Sana pilih satu dan keluar dari sini!"

Setelah berkata seperti itu, ketua itu terduduk dengan muram. Semua anggotanya segera mengelilinginya.

"Ketua!"

"Bertahanlah!"

"Kamu tidak apa-apa?"

Kepala ketua itu menunduk bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat figur yang hancur seperti itu, walau sebagai komplotan Haruhi, aku tidak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.

"Mana model yang paling canggih?"

Dasar cewek berdarah dingin!

"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"

Anggota yang marah itu tetap melanjutkan perlawanan yang sia-sia, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arah ku dan kamera ku.

"S...sialan! Yang itu!"

Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri pada komputer. Lalu, dia mengambil selembar kertas dari kantung roknya.

"Aku sudah pergi ke toko elektronik dan menanyakan semua daftar model terbaru. Ini sepertinya bukan salah satunya."

Cewek ini sudah merencanakan semuanya dengan rapi sampai membuatku takut.

Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.

"Aku ingin yang ini."

"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"

"Kamera."

"...A...ambil sana, dasar maling!"

Seperti yang dikatakannya, kami benar-benar maling.

Keserakahan Haruhi tidak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruangan klub literatur tanpa peduli dengan yang lain. Dia bahkan membuat orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer untuk memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa agar mereka menghubungkan intranet untuk kami. Caranya yang tidak terpuji tidak berbeda dari perampok!

"Asahina-sempai."

Tidak berguna pada saat itu, aku hanya bisa mengangkat dengan pelan Asahina yang kelelahan, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan menangis tanpa henti.

"Mari kita kembali."

"Hiks..."

Haruhi, dasar idiot, apa kamu nggak bisa pegang dada kamu sendiri!? Untuk orang yang menanggalkan pakaiannya di depan cowok tanpa berpikir ulang, ini sih tidak ada apa-apanya! Aku pun menghibur Asahina, sambil menggerutu mengapa Haruhi ingin komputer.

Dengan segera, aku akan mengetahuinya.

Dan itu adalah untuk membuat situs Brigade SOS.

Baiklah, lalu muncul pertanyaan: Siapa yang akan membuat situs webnya?

"Tentu saja kamu!" Kata Haruhi.

"Karena kamu senggang, kamulah yang harus melakukannya! Aku sibuk mencari anggota lainnya!"

Komputer tersebut diletakkan di atas meja bersama kerucut "Komandan Brigade". Ketika sedang menjelajahi internet dengan mousenya, Haruhi menambahkan:

"Selesaikan dalam satu atau dua hari. Kita nggak bisa melakukan apa-apa tanpa ada halaman web."

Tubuh Asahina tergeletak di meja, pundaknya gemetaran, disebelah Nagato Yuki duduk yang seperti biasanya hanya membaca buku, tidak peduli apapun. Sepertinya hanya aku yang mendengar perkataan Haruhi. Aku nggak punya pilihan lain selain mematuhinya. Paling tidak aku cukup yakin dengan yang dipikirkan Haruhi.

"Aku nggak bisa melakukan apapun meskipun kamu bilang seperti itu."

Itulah yang ingin kukatakan sejujurnya. Aku nggak biasa menerima perintah dari Haruhi! Alasan aku setuju karena itu adalah membuat halaman web. Aku nggak pernah melakukannya sebelumnya, tapi ini terdengar menarik.

Jadi, Desainku yang dimulai pada hari kedua.


Dengan mengatakan itu, ternyata lebih mudah dilakukan daripada yang kupikirkan. Karena orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer telah memasang semua software yang dibutuhkan, yang harus kulakukan hanyalah mengikuti program dan melakukan copy/paste, dan hanyalah itu.

Masalahnya, apa yang harus kutulis di situs web-nya?

Saat ini, aku masih tidak tahu tentang Brigade SOS, jadi aku nggak punya apa-apa untuk ditulis. Setelah menulikan "Selamat Datang di Home Page Brigade SOS!" di bagian atas, aku langsung berhenti. "Cepetan selesaikan, kamu dengar nggak?" Perkataan Haruhi seperti kutukan yang terdengar berulang-ulang di telingaku, jadi aku harus menggunakan waktu istirahat makan siang untuk melanjutkan desainku sambil makan.

"Nagato-san, kamu punya ide untuk ditulis?" Aku bertanya kepada Nagato, yang sepertinya tetap datang ke sini saat istirahat.

"Tidak juga."

Dia tidak melihatku. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku penasaran apakah dia memperhatikan pelajaran selama di kelas.

Membalikkan mataku dari Nagato kembali ke monitor 17", aku kembali berpikir dalam-dalam.

Aku tiba-tiba memikirkan sebuah masalah: apa yang terjadi bila pihak sekolah mengetahui kalau asosiasi yang-belum-tentu-diketahui menggunakan bandwidth mereka untuk menempatkan situs web kita.

"Nggak masalah selama mereka nggak tahu!" Aku membayangkan jawaban Haruhi, "Kalau ketahuan, kita tinggal meninggalkan situs webnya. Soal beginian yang pertama datang yang dilayani, tahu?"

Benar-benar, terkadang aku cukup iri dengan keoptimisan dan sikap selalu melihat ke depan nya Haruhi.

Setelah membuat beberapa link situs web dan menulikan alamat email -ini agak terlalu cepat untuk membuat forum- Aku meng-upload situs webnya, yang hanya berisikan halaman muka tanpa detail di dalamnya.

Ini sudah cukup! Setelah menyakini halamanya bisa dibuka, aku mematikan komputer. Saat aku mau meregangkan badanku, aku terkejut saat mengetahui Nagato sudah berdiri di belakangku.

Anehnya, mengapa aku tidak mendengar suara langkah kakinya? Aku bahkan tidak tahu saat Nagato muncul di belakangku. Wajahnya seputih topeng. Dia menatap ke arahku bagai tabel tes mata dengan wajah pokernya.

"Ambil ini."

Dia memberikanku sebuah buku yang sangat tebal, yang kuterima tanpa sadar. Benar-benar berat! Dilihat dari kovernya, ini adalah novel fiksi ilmiah yang dibaca Nagato beberapa hari yang lalu.

"Untukmu."

Setelah mengatakan itu, Nagato meninggalkan ruangan tanpa pernah membalikan badannya; aku bahkan tidak sempat mengatakan sesuatu. Kenapa kamu meminjamkan buku yang tebal ini kepada ku? Pada saat itu, bel pun berbunyi tanda istirahat berakhir. Sepertinya disini banyak orang yang tidak peduli pada opiniku.

Setelah aku membawa buku itu kembali ke kelas dan duduk, aku merasakan seseorang menyentuh punggungku dengan pensil mekanik.

"Jadi, situs webnya sudah selesai belum?

Haruhi memegang ujung meja dan menatapku dengan wajah kaku. Aku menyadari kalau buku notesnya penuh dengan coretan di sana-sini. Aku berusaha tidak mempedulikan pandangann teman-teman sekelasku dan menjawab:

"Sudah selesai sih, tapi benar-benar situs web yang sederhana."

"Itu bisa dipakai selama ada alamat emailnya."

Kenapa nggak kamu daftar alamat email gratis kamu sendiri!?

"Itu nggak bisa! Gimana kalau banyak orang yang mengirim email mereka dan membanjiri kotak masuk ku?"

Aku nggak mengerti bagaimana mungkin alamat email yang baru didaftarkan bisa segera dibanjiri dengan surat dengan cepat.

"Itu rahasia!"

Setelah mengatakan itu, dia memberikan senyuman licik yang misterius. Aku punya perasaan buruk soal ini.

"Kamu akan tahu begitu sekolah usai hari ini, tapi sebelumnya, ini sangat rahasia."

Tolong deh, mendingan kamu tidak usah kasih tahu aku apa itu!

Pada jam pelajaran keenam, Haruhi tidak kelihatan sama sekali di kelas. Dia nggak mungkin sudah pulang ke rumah, kan? Itu nggak mungkin. Paling ini pertanda buruk lainnya.


Tak lama kemudian sekolahpun berakhir, dan aku secara otomatis berjalan ke ruang klub. Walau aku heran kenapa aku melakukannya, langkah kakiku tidak berhenti. Akhirnya aku tiba di ruang klub.

"Halo yang di sana!"

Seperti yang kuduga, di sana duduk Nagato Yuki dan Asahina.

Aku memang bukan yang pantas mengomentarinya, tapi kedua orang ini pasti punya banyak waktu luang!

Melihatku masuk, Asahina menyapaku dengan lega. Sepertinya menghabiskan waktu sendirian bersama Nagato bisa melelahkan.

Tunggu sebentar, kamu kemarin baru saja menderita karena perbuatan jahat Haruhi, dan kamu masih datang hari ini

"Di mana Suzumiya-san?"

"Mana kutahu. Dia sudah nggak ada di kelas sejak jam pelajaran keenam. Paling dia pergi untuk nyolong peralatan dari suatu tempat."

"Apakah aku harus kembali melakukan apa yang telah dilakukan Suzumiya-san kemarin padaku...?"

Melihat betapa depresinya Asahina, aku berkata lembut:

"Jangan khawatir! Kalau dia berusaha melakukan hal aneh kepada mu, aku akan melakukan semua yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Dia bisa pakai badannya sendiri buat memeras! Kayak aku nggak bisa mengalahkannya dalam berkelahi!"

"Terima kasih."

Melihatnya membungkuk dengan imut kepada ku, aku merasa ingin memeluknya dengan erat. Tapi tentu saja tidak kulakukan.

"Kalau begitu, ku serahkan kepadamu."

"Nggak masalah sama sekali!"

Walaupun aku menyakinkannya berkali-kali, lima menit kemudian, semua keyakinan itu hilang dilempar keluar jendela, jatuh ke laut dan menguap bagaikan tetesan air di permukaan matahari. Oh, betapa naifnya aku!

"Hiya!"

Haruhi menyapa kami dengan sepenuh tenaga dan memasuki ruangan, dengan membawa dua buah kantong kertas.

"Maaf semuanya, aku terlambat."

Alangkah sopannya kamu! Untuk seseorang yang terobsesi seperti Haruhi, untuk bisa perhatian dengan orang lain tentu yang terakhir di dalam pikirannya.

Meletakan kantong kertas di lantai, Haruhi berbalik dan mengunci pintu. Asahina refleks gemetar begitu mendengar suara pintu dikunci.

"Suzumiya, apa yang kamu rencanakan hari ini? Aku nggak akan basa-basi, aku nggak akan melakukan hal-hal yang seperti menjarah atau memeras lagi!"

"Apa yang kamu katakan? Aku akan nggak pernah melakukan hal itu!"

Masa? Lalu bagaimana kamu menjelaskan komputer yang ada di meja!?

"Tentu saja dengan cara yang damai! OK, Yang pertama lebih dulu, mari lihat ini."

Dia mengambil beberapa kertas A4 dengan tulisan tangan di atasnya dari salah satu kantong kertas.

"Ini adalah selebaran yang dibuat untuk memperkenalkan Brigade SOS ke semua orang. Aku menghabiskan banyak waktu untuk menyelinap ke ruang fotokopi dan mencetaknya sampai 200 lembar!"

Haruhi menyerahkan selebaran itu kepada kami. Jadi karena itu kamu membolos, huh? Kamu harus bersyukur karena nggak ditangkap. Aku nggak tertarik dengan hal yang tertulis di selebaran ini, tapi karena aku sudah menerima satu, aku sekalian membaca apa yang ditulis di dalamnya.


Dasar Pendirian Brigade SOS:

Kami, Brigade SOS, mencari segala jenis kejadian paranormal di dunia. Kami menyambut siapa saja yang pernah mengalami, sedang mengalami atau merasa akan mengalami segala jenis kejadian supranatural atau misterius untuk datang berkonsultasi kepada kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan anda. Tolong dicatat, kami tidak mengurusi kejadian paranormal yang biasa saja; itu haruslah kejadian paranormal yang kami anggap sangat mengejutkan. Alamat email kami adalah...


Aku mulai mendapat gambaran sekilas tentang apa itu Brigade SOS. Sepertinya, pada pokoknya, Haruhi ingin melibatkan dirinya sendiri di dunia fiksi ilmiah, misteri dan novel fantasi.

"Baiklah, saatnya menyebarkan selebaran ini."

"Di mana kami bisa melakukan itu?"

"Di pintu gerbang sekolah. Saat ini masih banyak murid yang belum kembali."

Ya, ya, ya, apapun yang kamu bilang, nyonya. Saat aku mau mengambil kantong kertas berisikan selebaran itu, Haruhi menghentikanku.

"Kamu nggak usah ikut, aku dan Mikuru-chan saja sudah cukup."

"Apa?"

Asahina, yang sedang memegang selebaran di tangannya, membalikkan kepalanya kebingungan. Aku berbalik dan melihat Haruhi merogoh-rogoh kantung kertas lainnya, mengeluarkan sesuatu.

"Ta-da!"

Tersenyum dengan senangnya seperti kucing robot, Haruhi mengeluarkan sebuah kain hitam. Tidak, ini nggak mungkin! Setelah Haruhi selesai mengeluarkan isi kantong kertas dari dimensi keempat, aku langsung tahu kenapa dia ingin Asahina yang menyebarkan selebarannya, dan aku berdoa untuk kebaikannya. Asahina, semoga arwahmu beristirahat dengan tenang.

Sebuah leotard hitam, stoking jaring, telinga kelinci, dasi kupu-kupi, lengan putih, dan ekor kelinci.

Bukannya itu kostum gadis kelinci!?

"U...untuk apa itu semua?" Asahina bertanya malu-malu.

"Kamu pasti tahu. Untuk berpakaian sebagai gadis kelinci!" Haruhi berkata terus terang.

"K...kamu nggak mungkin ingin aku pakai itu, k...kan?"

"Tentu saja! Aku bahkan sudah menyediakan satu untuk mu!"

"A...aku ngga mau pakai itu!"

"Jangan khawatir, ukurannya pas sama kamu."

"M...masalahnya bukan itu! K...kamu nggak mungkin ingin aku pakai itu di depan gerbang sekolah, k...kan?"

"Tentu saja."

"Tidak, aku tidak mau!"

"Berhenti mengeluh!"

Berakhirlah; dia sudah diincar. Haruhi meloncat ke Asahina, bagaikan ibu macan memangsa kijang yang tak ada harapan, dan mulai melepaskan pakaian seragam pelautnya.

"TIDAAAAK...."

"Sekarang jadilah gadis yang baik dan jangan bergerak!" Haruhi berkata dengan kasar sambil melepaskan bagian atas pakaian Asahina dengan lancar, lalu dia berpindah ke rok Asahina. Saat aku mau menghentikan kegilaan Haruhi, mataku bertemu dengan mata Asahina.

"J...JANGAN LIHAT!!!"

Mendengar teriakannya, aku segera berlari menuju pintu... Sialan! Pintunya terkunci! Aku membutuhkan beberapa saat sebelum aku bisa membuka kuncinya dan keluar dari ruangan.

Sebelum aku keluar, aku mengintip sekilas -Aku menemukan Nagato sedang membaca buku bagaikan tidak ada yang terjadi sama sekali. Apa dia tidak punya sesuatu untuk dikatakan tentang ini!?

Aku bersandar di belakang pintu, mendengar teriakan Asahina dari belakang.

"Kyaaa~~!!!" "Tidaaak" "S...setidaknya biarkan aku yang melepasnya sediri... Hiks~~!"

Itu tercampur dengan teriakan kemenangan Haruhi.

"Bagus!" "Lepaskan itu! Cepat!" "Kamu seharusnya mendengar perkataanku!"

Sialan, jangan minta aku membayangkan apa yang terjadi di dalam!

Sejenak kemudian, suara Haruhi keluar melewati pintu.

"Kamu bisa masuk sekarang!"

Saat aku masuk sambil menghembuskan nafas, aku disapa dengan dua gadis kelinci yang cantik. Baik itu Haruhi atau Asahina, mereka cocok dengan kostumnya masing-masing.

Banyak bagian dari punggung dan belahan dada yang terlihat, stoking jaring membungkus kedua kaki dengan baik dan sepasang telinga kelinci bergoyang di atas kepala mereka...

Haruhi itu kurus, tapi punya proporsi yang bagus; Asahina itu mungil, tapi figurnya juga sempurna. Sejujurnya, mereka itu benar-benar santapan buat mata!

Saat aku masih menimbang untuk mengatakan "Kostumnay cocok denganmu," ke Asahina yang sedang menangis, Haruhi berkata:

"Bagaimana menurutmu?"

Dan kamu masih berani untuk menanyakan apa pendapatku. Apa otakmu sudah nggak waras!?

"Ini pasti akan menarik perhatian semua orang. Kalau tetap begini, pasti orang akan datang untuk mendapatkan selebarannya!" Kata Haruhi.

"Kalau kamu memakai kostum aneh begini keluar, orang lain akan melihatmu aneh... Tunggu sebentar, mengapa Nagato-san tidak perlu memakai ini?"

"Aku hanya membeli dua set saja. Karena mereka datang dengan aksesoris, harganya mahal."

"Memangnya kamu beli ini di mana?"

"Di internet."

"...Oh begitu."

Saat aku heran kapan Haruhi menjadi lebih tinggi dariku, aku menyadari dia sedang memakai sepatu hak tinggi juga.

Haruhi mengambil kantong kertas yang berisikan selebaran.

"Ayo pergi, Mikuru-chan."

Asahina menyilangkan tangan di depan datanya dan melihatku dengan memohon. Aku hanya bisa menatap dia dengan kostum gadis kelincinya.

Maafkan aku, aku tidak bisa memberikan perlawanan apapun.

Asahina berusaha memegangi meja dan bertahan, menangis seperti anak kecil, tapi dia bukan tandingan kekuatan Haruhi. Dia diseret keluar oleh Haruhi, dan kedua gadis kelinci menghilang dari ruangan. Saat aku akan duduk dengan sedih, merasa bersalah...

"Itu."

Nagato Yuki menunjuk ke lantai. Aku melihat dan menemukan dua seragam pelaut tersebar di situ... Erm, apakah yang baru kulihat itu bra?

Gadis yang berambut pendek dan berkacamata menunjuk ke lemari di sisi lain ruangan dan kemudian kembali membaca buku.

Kamu nggak bisa mengambil pakaian itu sendiri!?

Aku mengeluh dan mengambil pakaian mereka, meletakannya ke kemari. Ah~!, kamu masih bisa merasakan panas badan mereka di pakaian ini. Pakaian ini masih hangat!

Setengah jam kemudian, Asahina yang kecapaian kembali. Wow, matanya semerah mata kelinci, sebaiknya aku tidak berkata apapun dulu. Aku segera memberikannya kursi, dan seperti yang sebelumnya, dia hanya terduduk dan menjatuhkan badannya ke meja, bahunya gemetaran. Sepertinya dia sudah tidak punya kekuatan untuk ganti baju. Tapi karena menghadap ke punggungnya yang terbuka, aku nggak tahu harus melihat ke mana, jadi aku melepas jaketku dan memakaikannya ke bahunya yang gemetaran. Kehadiran gadis yang sedang menangis dan kutu buku yang tidak pedulu apa yang sedang terjadi, bersama aku yang kebingungan harus melakukan apa, membuat atmosfir ruangan menjadi hening. Teriakan klub baseball bisa terdengar di kejauhan.

Saat aku akan berpikir tentang makan malam nanti, Haruhi kembali. Hal pertama yang dilakukannya adalah marah sambil cemberut.

"Sialan mereka! Apaan tuh, guru-guru sialan itu! Mereka selalu menggangu!"

Tidak yakin mengapa dia sangat marah, aku bertanya:

"Ada masalah apa?"

"Aku belum sempat membagikan setengah dari selebaran ini, tiba-tiba datang guru bodoh itu memintaku berhenti menyerahkan selebaran! Apa ada yang yang salah dengan orang itu?"

Bodoh kamu. Kalau guru-guru membiarkan sesuatu seperti murid yang berpakaian seperti gadis kelinci dan membagikan selebaran di gerbang sekolah, maka itu abnormal!

"Mikuru-chan hampir menangis, dan aku dibawa menemui kepala sekolah, dan lalu Okabe dari klub bola tangan datang!"

Kurasa baik kepala sekolah dan Okabe-sensei bingung harus menaruh matanya ke mana saat melihat kamu berpakaian seperti itu.

"Ampun deh, ini membuat ku kesal! Cukup untuk hari ini! Bubar!"

Haruhi perlahan melepaskan telinga kelincinya dan kemudian melanjutkan untuk melepas kostum gadis kelincinya. Aku segera keluar dari ruangan.

"Sampai kapan kamu mau menangis seperti itu? Cepetan ganti!"

Aku bersandar di dinding koridor dan menunggu mereka berganti pakaian. Sepertinya Haruhi bukan seorang eksebisionis dari lahir, hanya saja dia tidak punya bayangan akan efek dia yang terlihat setengah telanjang kepada laki-laki. Alasan dia berpakaian sebagai gadis kelinci bukan untuk menunjukan badannya yang seksi, tapi untuk menarik perhatian orang.

Kalau begini terus, nggak mungkin dia bisa merasakan hubungan romantis yang normal.

Kuharap dia bisa lebih perhatian dengan pikiran laki-laki. Setidaknya kepadaku! Sejujurnya, untuk berteman dengan orang gila semacam ini benar-benar melelahkan. Selain demi Asahina, aku punya keinginan seperti itu. Benar... Nagato-san, setidaknya beri tahu apa opinimu kepada kami!

Sejenak kemudian, Asahina muncul dari ruangan, memberikan ekspresi sedih bagaikan orang yang baru saja gagal ujian. Dia harus memegangi dinding atau dia pasti jatuh. Tidak tahu apa yang harus kukatakan, aku hanya terdiam saja.

"Kyon-kun..."

Suaranya yang membuai terdengar bagaikan salah satu hantu dari kapal yang tenggelam.

"Kalau ada sesuatu yang menyebabkanku tidak bisa menjadi pengantin, maukah kamu mengambilku...?"

Erm, apa yang harus kukatakan? Dan, kenapa kamu memanggilku Kyon juga!?

Asahina menyerahkan jaketku dengan seperti robot. Saat aku berpikir kalau dia akan jatuh ke dekapanku dan menangis, dia sudah pergi menjauh.


Sial... benar-benar menyedihkan.


Keesokan harinya, Asahina tidak masuk.

Haruhi sudah cukup terkenal di sekolah, tapi semenjak kejadian gadis kelinci, nama dan keensentrikannya sudah menjadi salah satu legenda sekolah. Tidak seperti aku peduli, karena aku tidak bertanggung jawab akan tindakan Haruhi!

Yang aku pedulikan, tindakan Suzumiya Haruhi juga menyebabkan semua orang mulai mengosipkan Asahina Mikuru juga. Itu dan tatapan aneh yang kuterima dari semua orang di sekolah.

"Hey, Kyon... sepertinya kamu bisa bersenang-senang dengan Suzumiya..."

Taniguchi berkata kepada ku dengan nada simpatik setelah sekolah. "Aku nggak pernah berpikiran kamu bisa berteman baik dengannya... sepertinya tidak ada yang mustahil di dunia ini!"

Ah, diam kau!

"Aku terkejut kemarin! Melihat gadis kelinci saat akan kembali ke rumah, kupikir aku sedang bermimpi!"

Kunikida ikut dalam percakapan, membawa selebaran yang kukenal.

"Apa itu Brigade SOS? Itu tentang apa?"

Sana tanya Haruhi. Aku nggak tahu, dan nggak mau tahu. Walau aku tahu, aku tidak merasa ingin memberitahu kamu!

"Ini meminta kita untuk memberikan kejadian paranormal apa saja, tapi ini tidak mendefinisikan itu apa. Dan apa maksudnya tidak menangani kejadian paranormal yang normal?"

Bahkan Asakura Ryouko datang untuk berbicara denganku.

"Sepertinya kalian sedang melakukan hal yang menarik. Tapi kemarin itu sudak berlebihan, kusarankan kalian untuk segera menghentikannya. Sejujurnya, kalian itu kemarin sudah kelewatan."

Kalau saja aku tahu, aku juga mau bolos hari ini.


Haruhi masih marah. Di satu pihak, dia marah karena guru-guru menghentikannya membagikan selebaran; di lain pihak, dia marah karena kotak masuk Brigade SOS sama sekali kosong. Aku memperkirakan akan ada satu-dua email iseng di kotak masuk, tapi ternyata orang lain lebih rasional dari yang kupikirkan. Mungkin tidak ada yang mau berurusan dengan Haruhi dan mendapatkan masalah?

Haruhi cemberut ke kotak masuk yang kosong, mengoyangkan mouse optikal dengan kerasnya.

"Mengapa tidak ada yang mengirimkan surat sama sekali?"

"Baik kemarin maupun hari ini tidak ada. Mungkin semua orang ada pengalaman yang bisa dibicarakan, tapi mereka tidak bisa percaya kepada klub mencurigakan seperti kira?"

Aku mencoba menjelaskan tanpa menyakinkan.

Apakah kamu pernah mengalami kejadian paranormal? Ya. Oh, baguslah, kalau begitu beri tahu aku. Baiklah, sebenarnya...

Tolong deh! Ini tidak sepertinya mungkin terjadi, OK? Sekarang dengar kamu, Haruhi! Hal-hal semacam itu hanya mungkin terjadi di buku komik atau novel. Kehidupan nyata itu sangat kejam dan ketat. Hal-hal seperti konspirasi untuk menghancurkan dunia dari SMA prefektural yang normal, organisme mutan berkeliaran di daerah pinggiran kota yang damai, atau pesawat luar angkasa tersembunyi di balik gunung, semua hal itu mustahil. Mustahil! Kamu dengar aku? Kamu mengerti sekarang, kan? Segala tindakanmu yang eksentris adalah hasil dari kamu yang tidak bisa menemukan jalan untuk melepaskan perasaan tidak bahagiamu, bukan begitu? Tapi, ini saatnya kamu sadar. Kamu harus tenang dan mencari pacar yang mau mengantarkan mu kerumah setiap hari dan ke bioskop tiap hari Minggu, atau kamu harus masuk ke sejenis klub sport utnuk melepas energimu yang berlebihan. Dengan kemampuanmu, kamu bisa masuk ke tim pertama dengan cepat, menjadi anggota yang aktif.

...Aku ingin mengatakan lebih, tapi aku hanya memikirkan sampai lima baris saat kepalan Haruhi diayunkan, jadi sebaiknya aku berhenti sampai sini.

"Mikuru hari ini ijin, kudengar?"

"Mungkin dia tidak akan kembali. Sungguh gadis yang menyedihkan, kuharap dia tidak trauma karena kejadian kemarin."

"Sial, dan aku sudah menyiapkan kostum baru untuk dicoba kepada nya hari ini!"

"Memangnya kamu nggak bisa coba sendiri?"

"Tentu saja bisa! Tapi itu akan membosankan tanpa ada Mikuru-chan."

Nagato yuki menyatu dengan latar belakang seolah-olah tidak terlihat. Aneh, mengapa kamu sangat terobsesi dengan Asahina; kenapa kamu nggak sekalipub mencobakan kostum ke Nagato dan memaksanya untuk ikut denganmu? Aku tahu kalau aku tidak sebaiknya mengatakan hal ini, tapi kalau kupikirkan, aku ingin tahu bagaimana Nagato yang tanpa ekspresi itu terlihat dalam kostum gadis kelinci. Sudah tentu dia akan memberikan perasaan yang berbeda dibandingkan Asahina yang sering menangis.


Murid pindahan misterius yang ditunggu Haruhi akhirnya tiba!

Haruhi mengatakan berita ini kepadaku sebelum homeroom dimulai.

"Kalau kamu pikir, ini hebat kan? Dia benar-benar datang!"

Haruhi menyandarkan ke depan ke arahku, berbicara dengan heboh. Senyumnya yang terang bagaikan anak TK mendapat mainan yang diinginkannya.

Aku nggak tahu dia dengar dari mana, tapi murid pindahan itu akan masuk kelas 1-9.

"Ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup. Sayangnya dia tidak sekelas, tapi pasti dia adalah murid pindahan misterius, tidak salah lagi!"

Kamu belum pernah bertemu dengannya, bagaimana kamu tahu dia itu murid pindahan misterius?

"Bukannya aku pernah bilang? Ada persentasi tinggi kalau mereka yang pindah di tengah-tengah semester sekolah adalah abnormal!"

Siapa yang membuat statistik itu? Kupikir itu juga misteri sendiri.

Kalau semua yang pindah di tengah-tengah Mei ada abnormal, maka pasti ada banyak murid pindahan misterius di seluruh Jepang.

Tapi, cara berpikir Haruhi tidak bisa dibatasi oleh logika. Setelah bel jam pertama berbunyi, Haruhi langsung lari keluar dari ruang kelas. Dia mungkin pergi mengunjungi Murid Pindahan Misterius di kelas 1-9.

Pas saat bel akan berbunyi untuk menandakan kelas dimulai, Haruhi kembali dengan wajah yang kebingungan.

"Jadi dia itu murid pindahan misterius...?"

"Hmmm... rasanya nggak seperti itu."

Tentu saja tidak!

"Aku sudah bicara dengannya, tapi aku masih kurang informasi. Mungkin dia hanya berpura-pura sebagai orang normal; Aku percaya itu kemungkinan besar. Lagi pula, tidak sepertinya mereka akan membuka jati diri sebenarnya di hari mereka pindah. Aku akan menanyakannya kembali istirahat nanti."

Tolong jangan pergi bertanya lagi! Aku bisa membayangkan murid kelas 1-9, yang nggak punya urusan apa-apa dengan Haruhi, ketakutan sampai mati karena kedatangannya yang tiba-tiba ketika dia mengambil salah satu murid untuk bertanya, "Dimana murid pindahannya?", sebelum dia menuju dia. Itu, atau dia langsung menerobos ke dalam saat dia sedang bercakap-cakap dengan teman dan mulai menginterogasi murid pindahan yang terkejut dengan pertanyaan seperti "Dari mana kamu? Siapa kamu sebenarnya?"

Pada saat ini, aku berpikiran lain.

"Apakah murid pindahannya laki-laki atau perempuan?"

"Walau ada kemungkinan menyamar, dia sepertinya laki-laki."

Kalau begitu dia itu laki-laki!

Sepertinya Brigade SOS akan dapat kesempatan merekrut anggota laki-laki lain selain aku. Haruhi mungkin langsung menyeret murid pindahan itu tanpa mendengar opininya karena dia itu baru. Tapi, dia mungkin tidak sebaik aku atau Asahina. Bisakah Haruhi membawanya masuk ke klub? Sekuat apapun keinginan Haruhi, orang dengan opini yang kuat hanya akan menghiraukannya.

Selama kita mencukupi jumlah yang diperlukan, "Brigade Suzumiya Haruhi untuk Membawa Kesenangan ke Dunia" mungkin bisa terbentuk sebagai asosiasi. Biarpun sekolah mau mengakuinya atau tidak, orang yang harus mengerjakan administrasi dan pekerjaan kotor sepertinya adalah... aku! Untuk tiga tahun kedepan, aku harus membawa nama "Bawahan dari Suzumiya Haruhi" dan menjalani hidup dengan susah.

Aku belum memikirkan apa yang akan kulakukan setelah lulus, tapi aku tahu kalau aku ingin pergi ke universitas, jadi aku harus menjaga tingkah laku ku. Tapi, selama aku masih bersama Haruhi, sepertinya hal ini tidak mungkin jadi kenyataan.

Apa yang harus kulakukan?


Aku tidak bisa memikirkan apapun.

Aku tahu kalau aku harus menghadapi Haruhi langsung, membuatnya membubarkan Brigade SOS, dan mencoba semampuku untuk membujuk dia menjalani hidup SMU yang normal. Mungkin aku bisa membuatnya berhenti memikirkan alien atau penjelajah waktu, membuatnya tenang dan mencari pacar, atau bergabung dengan klub olahraga, dan puas dengan tiga tahun SMU.

Sigh, itu akan hebat kalau aku bisa melakukannya!

Kalau saja aku punya kemauan yang lebih kuat, aku tidak akan terlibat ke dalam pusaran yang berpusat di sekitar Suzumiya Haruhi. Aku akan menjalani tiga tahun masa SMU dengan damai dan lulus dengan normal.

... Harapanku, itu seharusnya seperti itu!

Tapi, alasanku mengatakan ini karena kejadian-kejadian aneh yang terjadi kepada ku setelah ini; aku percaya semua nya sudah mengerti sekarang?

Darimana sebaiknya aku mulai?

Baiklah, mari kita mulai saat murid pindahan misterius itu datang pertama kali ke ruang klub kami.


Back to Bab 1 Return to Halaman Utama Forward to Bab 3