Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid02 Bab3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Perburuan Penyihir[edit]

"Apa kamu baik-baik saja?"

Rushella membuka matanya untuk menemukan Reina duduk di kursi di samping tempat tidur, bertanya dengan hati-hati. Dia tampak seperti dia telah menjaga sepanjang waktu sebelum Rushella bangun.

"...Apa, itu kamu. Dimana Hisui, serius..."

Secara tidak bijaksana mengungkapkan ketidakpuasaannya, Rushella duduk. Perasaan lelah telah hilang. Mungkin karena dia baru saja bangun, dia merasa sedikit pusing, tetapi selain itu dia tidak merasakan apapun yang tidak biasa.

"Sekarang... jam berapa? Bagaimana dengan pelajarannya...?"

"Sekolah sudah selesai. Aku pikir Kujou-kun pasti akan segera disini segera."

"Benarkah... Tunggu sebentar, kemana perginya wanita itu!?"

"Wanita...? Siapa? Jika maksudmu guru kesehatan, dia sepertinya sudah pergi..."

"Tidak...! Aroma itu... tak lagi ada disini, hmm? Hei, apa kamu melihat lilin disana? Itulah yang mengeluarkan bau aneh..."

"....? Aku tidak melihatnya. Lilin yang kamu sebutkan... apa maksudmu lilin yang wangi? Ah, aku mendengar bahwa perawat sekolah menyukai hal seperti itu, kapanpun siswa yang depresi datang pada dia untuk membicarakan tentang masalah mereka, dia menggunakan itu untuk membantu menenangkan mereka. Lihat, ada sebuah pot aromaterapi disini."

Reina menunjuk meja perawat sekolah dan berkata. Seperti yang di gambarkan, perlengkapan seperti itu ada disana.

"Tidak, bukan hal semacam itu... itu pasti telah diambil..."

Ruangan tersebut tidak memiliki tanda-tanda dari 'penyihir'.

"Menghabiskan begitu banyak usaha untuk menyergap aku... sungguh berani untuk seorang manusia."

"Permisi... Apa sesuatu terjadi? Apa kamu benar-benar... baik-baik saja? Umm, mungkinkah itu karena masakannku..."

Reina bertanya dengan ekspresi meminta maaf. Lebih seperti, hatinya telah terbebani dengan kekhawatiran sepanjang kelas siangnya.

"Tidak... Itu tak ada hubungannya dengan itu, aku bukan satu-satunya yang mencicipi masakanmu, kamu dan Hisui memakannya juga. Rasanya tidak buruk, kamu tahu?"

"...Benarkah? Itu bagus untuk mengetahuinya...."

"Jangan khawatir dengan hal-hal konyol ini. Bukankah Hisui menikmati rasanya juga?"

"Ya...."

Segera setelah nama Hisui disebutkan, Reina tampak senang namun malu.

Sesuatu tentang senyumnya mengirim hati Rushella kedalam kekacauan.

"Ada apa dengan kamu... Apa sesuatu terjadi pada Hisui?"

"T-Tidak ada... Umm, kalian berdua... tinggal bersama, kan?"

"Itu benar, pria itu adalah pelayanku!"

Mendengar slogan Rushella yang biasanya, ekspresi Reina menjadi sedikit suram.

"Benar... Kalian berdua selalu bersama, hubungan kalian pasti begitu dekat..."

"....? Yah, cukup bagus. Meskipun pria itu tidak terlalu patuh, dia setidaknya bersedia mengurus kehidupan sehari-hariku. Pria itu, kapanpun aku selesai mandi, atau ketika aku pergi ke kamarnya di pagi hari, dia selalu menatap tubuhku tanpa henti."

"....."

Hanya membayangkan adegannya dalam pikirannya membuat wajah Reina memerah semerah apel. Uap nyaris keluar dari kepalanya. Namun, ada perasaan kesepian dalam ekspresinya.

"Itu benar juga... Badan Rushella-san... begitu luar biasa....."

"Yah, cukup bagus. Suatu hari, aku pasti akan membuat pria itu merendahkan diri dan menyembah aku sepenuhnya!"

Rushella dengan bangga mengatakan keinginannya sementara Reina merendahkan tatapannya dan berdiri.

"...Aku senang kamu baik-baik saja. Kalau begitu aku akan... pergi."

".....? Tentu...."

Menghindari tatapan Rushella, Reina bergegas keluar — tetapi berjalan pada Hisui di pintu ruang perawatan.

"Eh, Ketua Kelas? Ada apa, kenapa kamu tampak begitu sedih?"

"Kujou-kun...."

Seberkas sinar harapan muncul di wajah depresi Reina.

Tetapi segera, dia dengan malu-malu mengalihkan tatapannya dan dengan cepat bergerak.

"Rushella-san tampaknya baik-baik saja sekarang... Aku akan pergi duluan..."

"Ah, tentu..."

Hisui melihat dengan bingung saat sosoknya menjauh.

Kemudian tepat saat dia berbalik dan hendak memasuki ruangan.

"Terlalu lambat!! Kenapa kamu tidak datang lebih awal!?"

Rushella melempar bantalnya sekeras yang dia bisa.

Ini hampir merusak wajahnya, sangat tidak sesuai untuk ruang perawatan, disertai tindakan kekerasan.

"Apa yang kamu lakukan! Apa masalahnya jika aku datang lebih awal atau lebih lambat, bukankah kamu sudah baik-baik saja!?"

"Aku telah berada dalam masalah! Maksudku, aku diserang oleh seseorang barusan!"

"Huh—!? Apa, vampir yang lain!?"

"Tidak, kemungkinan seorang..."

"Seorang 'penyihir' bukan?"

"Kariya...."

Berbalik, Hisui menemukan Eruru dan Mei berdiri dibelakangnya. Berdasarkan pada penjelasan mereka barusan, Eruru tampaknya telah mengetahui situasinya.

"Sepertinya kita telah terlibat dengan orang yang sama."

"Apa? Aku tidak terlibat dengan apa-apa? Jika aku harus mengatakannya, kalian bertiga adalah satu-satunya sumber kemalangan baru-baru ini, para vampir dan manusia buatan."

Mengabaikan balasan Hisui, Eruru berjalan mendekat dan duduk di kursi di ruang perawatan. Kemudian dia mulai berbicara dengan ekspresi yang tak bisa dimengerti.

"Aku berharap penyelidikan rahasiaku tidak akan menghasilkan apa-apa... Tetapi sekarang tampaknya aku harus menyelidiki dengan serius. Bisakah kamu memberitahuku secara detail apa yang terjadi sebelumnya disini? Kami juga akan memberitahumu apa yang kami kejar sampai sejauh ini."

"Ini adalah apa yang dikenal sebagai 'pertukaran informasi', kan? Baiklah, aku akan memberitahumu."

Selama beberapa menit, Rushella dan Eruru bertukar berita di kejadian aneh yang terjadi pada mereka setelah praktek memasak.

Memahami bahwa ancaman yang mereka temui adalah nyata diluar dugaan, mereka saling mengangguk.

Kemudian Eruru menyatakan kesimpulannya.

"Sekolah ini — menyembunyikan seorang "penyihir" dan "penyihir" yang sebenarnya ini memusuhi para vampir."

Mendengar pernyataan Eruru, baik Rushella dan Mei, keduanya telah menemui "penyihir" tersebut, menunjukan ekspresi tegang... Hanya Hisui yang dengan santai mengangkat tangannya, sepenuhnya bingung.

"Sensei, aku punya pertanyaan."

"...Pertanyaan apa?"

"Meskipun aku belum berhadapan dengan dia... Oh, aku tidak meragukan eksistensinya, tetapi kenapa dia tidak datang mencari aku?"

"Kamu ingin bertemu dia?"

"Tidak juga, aku juga berharap dia mengabaikan aku, tetapi aku hanya sedikit curiga."

"Dia memandang vampir sebagai musuh, dan yang satu itu ada di sampingmu... Yah, siapa saja yang sedikit berpengetahuan akan menyadari identitas sejatinya. Mengingat nama aneh seperti itu."

"Deskripsimu benar-benar kasar."

"Tentu saja, pihak lain akan khawatir, apakah ada vampir lain selain dia. Oleh karena itu, sangat disayangkan, Sudou-san dan aku yang selalu berada disekitarnya dinilai sebagai rekan, dan telah diperingatkan. Pada dasarnya itulah yang terjadi. Adapun untuk kamu, tak ada gunanya memberi peringatan. Kamu seperti seorang pelayan bagaimanapun juga. bahkan didalam sekolah, darahmu telah dihisap berkali-kali, kan? Apakah kamu yakin bahwa kamu tidak pernah terlihat?"

"Nol keyakinan."

Mengingat berbagai "kesempatan penghisapan darah", Hisui menggelengkan kepalanya dengan sedih.

Dihari pertama pelajaran, sekelompok gadis, dipimpin oleh Reina, sudah menyaksikan adegan dari penghisapan darah yang dibatalkan. Bahkan jika tak ada orang lain yang melihatnya secara langsung, berita tersebut akan menyebar diantara semua siswa lain.

"...apa, jadi kamu mengatakan dia sudah mengutuk aku tanpa pengadilan!?"

"Jika aku ditempatnya, aku juga, akan melewatkan peringatan Miranda[1] tentang 'Kamu punya hak untuk tetap diam' dan semacamnya dan menangkap kamu secara langsung, bahkan mungkin menghadiahi kamu dengan sebuah peluru selama proses. Harap perhatikan."

"Uh maaf, apa kamu mendengar tentang istilah, hak asasi manusia?"

"...? Ah, permisi, apa kamu benar-benar manusia?"

Hisui hanya bisa diam patuh dalam menanggapi pertanyaan serius Eruru.

Sepertinya dia harus lebih hati-hati mulai sekarang, di malam yang dingin dan berbadai.

"Tetapi... 'Penyihir' atau apapun itu, apa mereka benar-benar ada? Aku pikir hal-hal seperti ilmu sihir benar-benar tahayul, kan?"

"Apa seorang manusia buatan punya hak untuk mengatakan itu?"

Hisui membalas pertanyaan Mei. Namun, dia malah dengan bangga membusungkan dadanya yang spektakuler.

"Hei hei, Hi-kun, tentunya kamu pasti sudah membaca tentang leluhurku dalam cerita Fankenstein? Manusia buatan jelas-jelas dianggap sebagai produk dari ilmu pengetahuan. Ada orang yang menyebutnya buku novel fiksi ilmiah pertama didunia!"

"Tetapi pada saat yang sama, ada orang yang menyebutnya homonculus modern. Selain itu, dari sudut pandang ilmu pengetahuan, bagaimana kehidupan sebenarnya diciptakan? Dan jika itu benar-benar produk dari ilmu pengetahuan, kenapa mahluk generasi pertama itu begitu jelek? Aku pikir itu malah jauh lebih dekat dengan sihir."

"Maka itu adalah sebuah kesatuan dari ilmu pengetahuan dan sihir. Kamu bisa menyebutnya hibrida."

"Kamu pasti bercanda. Ngomong-ngomong, tubuhmu terbuat dari apa? Ah, aku hanya ingin tahu. Meskipun itu terasa benar-benar seperti manusia normal pada sentuhan, tetapi bahan itu... atau semacamnya, bagaimana itu sebenarnya dibuat...."

Mendengar pertanyaan ini, ekspresi Mei menegang.

Itu adalah ekspresi serius yang tak seperti biasanya.

"Apa niatmu menanyakan itu?"

Dia menjawab dalam nada yang benar-benar tanpa emosi.

"Bukan apa-apa... Lupakan tentang itu. Itu lebih baik untuk semua orang."

"Tentu saja, itu lebih baik seperti ini. Jadi... pada akhirnya, apa 'penyihir' benar-benar ada? Bahkan jika mereka ada, apa yang berbahaya dari mereka?"

"Penyihir memang ada. Namun, penyihir putih hanya menggunakan herbal dan merapal mantra, penyihir hitam membuat kontrak dengan iblis dan memanggil bencana — pengelompokan semacam ini tidak ada artinya. Penyihir sejati baik putih atau hitam. Mereka adalah mahluk yang mewarisi ritual kuno bukannya mengikuti ideologi agama apapun — jika ada yang mendefinisikan penyihir, itu akan menjadi sesuatu yang seperti itu."

Hisui mengangguk setuju dengan penjelasan Eruru.

"Aku juga mendengar dari orangtua asuhku yang secara pribadi menyaksikan perburuan penyihir di eropa. Orang-orang itu yang ditangkap dan dimusuhi sebagai penyihir, hampir tak satupun dari mereka benar-benar penyihir yang sebenarnya. Tetapi tampaknya ada jumlah yang sangat sedikit dari penyihir diantara mereka. Bagi orang-orang yang terlibat dalam perburuan tersebut, itu sudah cukup untuk mencapai tujuan mereka. Bahkan jika itu berarti mengorbankan puluhan dari ribuan orang tak bersalah, selama penyihir yang sebenarnya tidak lepas, itu dianggap layak. Dan bahkan jika mereka tidak bisa memusnahkan penyihir tersebut sepenuhnya, selama mahluk yang dikenal sebagai 'penyihir' dibuang ke sudut terpencil dari sejarah, itu sudah cukup untuk menurunkan kekuatan mereka. Seperti vampir, masyarakat modern di negara ini tak lagi memiliki penyihir murni. Bahkan jika mereka ada, mereka hanya amatir yang belajar dari panduan sihir atau melalui tradisi lisan."

"...Itu terdengar benar. Aku tidak percaya ada penyihir sejati yang benar-benar bisa menghidupkan kembali ritual kuno lama. Namun, seseorang setidaknya bisa membuat pingsan seorang vampir... Serta mencapai tingkat menghasilkan ilusi yang bisa kita lihat. Lebih jauh lagi... Dia di sekolah ini. Kita harus menemukan dia sebelum insidennya meningkat. Bagaimanapun juga, mari kita mulai menyelidiki tempat-tempat dimana kemungkinan ada petunjuk. Kita akan perpencar..."

"Kalau begitu aku akan berkelompok dengan Hi-kun ♪"

Mei segera memeluk lengan kiri Hisui, menekankan payudaranya yang besar pada dia.

"Hal bodoh, orang yang masuk dalam timnya adalah aku! Ayo pergi, Hisui, dan tangkap pelaku kurang ajar ini yang berani meracuni aku!"

Menolak untuk kalah, Rushella memeluk lengan kanan Hisui. Untuk beberapa alasan, dia juga memposisikan payudaranya dalam postur yang sama seperti Mei.

"...Permisi. Aku minta maaf. Aku akan bekerja sama dengan Kariya. Kalian berdua pergilah bersama-sama."

" "Eh~~!?" "

Duo kecantikan meledak dengan protes kemarahan saat Hisui berjuang membebaskan diri dengan susah payah untuk mendapatkan kembali kebebasannya.

"Ayo pergi, Kariya. Kalian berdua sebaiknya mendapatkan hasil yang bagus."

Melambaikan tangannya, Hisui mendesak keduanya untuk bekerja. Menarik Eruru dengan tangannya, dia bergegas keluar dari ruang perawatan.

Memastikan kedua gadis itu tidak mengikuti, dia menghela nafas lega. Eruru membebaskan diri dari tangannya dengan tidak senang.

"Tolong jangan menyentuh aku begitu santai..."

"Ah... Maaf. Aku ingin memulai penyelidikan dengan kamu sebelum situasinya menjadi semakin merepotkan."

Komentar ceroboh Hisui membuat Eruru tersipu.

Dengan cepat, Eruru kembali pada ketenangannya yang biasa dan berbicara dengan nada tenang.

"Apa maksudmu dengan itu? Jika kamu khawatir dengan kondisi tubuhku, itu tak diperlukan."

"Aku tidak berpikir kamu akan melakukan kesalahan yang sama dua kali. Tetapi jika aku ingin melakukan sesuatu dengan serius, aku pikir bekerjasama dengan kamu adalah yang paling efisien. Meskipun meninggalkan Rushella sendirian sudah jelas membuat aku khawatir... disana ada Sudou yang menemani dia bagaimanapun juga. Gadis itu cukup cerdas sehingga bahkan jika langit akan jatuh, kekuatan brutalnya pasti bisa mendukung dan bertahan."

"Kepintaran pemikiran sempitmu tidak akan pernah berhenti. Aku mengerti, kalau begitu mari kita mulai."

Setelah menetapkan peran, Eruru lansung bertindak dengan Hisui mengikuti dibelakangnya.

Dengan pemahaman diam mereka tidak membutuhkan untuk berbicara untuk mengetahui kemana mereka harus mencari.

Ini adalah tempat terjadinya insiden tersebut, ruangan ekonomi — serta ruang persiapan di pintu sebelah.

Karena mereka tahu bahwa Jyuri tiba-tiba diminta untuk mengisi pelajaran tersebut, ini berarti bahwa guru yang asli tidak hadir. Bahkan lebih untungnya, ruangan tersebut tidak di kunci.

Saling mengangguk dalam diam, mereka menyelinap kedalam ruangan persiapan ekonomi.

Ini adalah dimana guru ekonomi biasanya mempersiapkan pelajaran. Itu juga ruangan dimana berbagai sumber pengajaran dan bahan memasak di kelola. Tentu saja, itu juga berisi lemari es.

Bukannya ukuran dari lemari es yang biasa digunakan di rumah, itu hanya model berukuran mini biasanya penggunaan tunggal. Dalam hal penampilan, itu identik dengan lemari es dalam ruangan persiapan yang lain dan ruangan staff. Tidak ada yang mencurigakan tentang itu.

Hisui membuka pintunya dan memeriksa bagian dalam lemari es tersebut.

Pertama yang memasuki pandangannya adalah kentang dan wortel, bahan-bahan yang sama yang digunakan paktek memasak hari ini.

"Aku pikir tak ada yang lupa membawa bahan-bahan mereka sendiri, jadi bagian cadangan di lemari es tidak digunakan."

"Benar. Meskipun dia adalah seorang penyihir, berpengetahuan dalam segala macam tumbuh-tumbuhan ajaib... itu tetap akan menimbulkan tantangan yang cukup berat bagi dia untuk membuat pergerakan pada bahan-bahan yang kita bawa sendiri."

"Karena Rushella tidak menyadari masalah apapun ketika dia makan, artinya itu tidak mengandung bawang putih atau air suci. Dengan kata lain, masalahnya tidak muncul dari penggunaan makanan yang menargetkan kelemahan vampir, dan bukan penggunaan item yang terkait dengan gereja... mungkinkah itu ramuan sihir inovasi oleh penyihir?"

Hisui menegaskan fakta-fakta yang sudah ada saat dia melanjutkan memeriksa bagian dalam lemari es.

Selain bahan-bahan, hal yang tersisa hanya dasar sup cadangan yang dipersiapkan untuk siswa yang lupa.

Tak ada bahan-bahan lain yang terkait dengan praktek memasak hari ini bisa ditemukan.

"Tak ada yang digunakan eh... Yah, hal-hal yang guru persiapkan tidak digunakan sama sekali."

"Dengan kata lain, untuk seseorang yang tidak berpartisipasi dalam praktek memasak, membuat pergerakan pada bahan-bahan di lemari es sebelumnya akan sia-sia. Ini berarti pasti seseorang di tempat kejadian dan didalam kelompokmu memiliki kesempatan."

"...Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Bagaimanapun juga, orang dari kelompok-kelompok lain berkeliling untuk mengamati, kan? Meskipun aku tidak menyadari siapapun yang mencurigakan, sekali lagi, aku tidak pernah menduga Rushella akan pingsan begitu aku tidak banyak memperhatikan."

"...Kemungkinannya masih ada, jika itu adalah apa yang kamu percayai."

"Kamu tidak terdengar menyakinkan. Kalau begitu, mari kita pikirkan tantang area lain yang mencurigakan. Bagaimana jika bukan makanannya, itu adalah peralatannya yang diracuni?"

"Benar, peralatannya juga disediakan oleh sekolah... Tetapi tidak mungkin mengetahui sebelumnya siapa yang akan menggunakannya. Bahkan jika diracuni, memastikan peralatan yang beracun tersebut sampai pada target akan memerlukan si pelaku adalah orang yang hadir ditempat kejadian."

"Sudou dan aku adalah yang meletakkan peralatan tersebut, kemudian Ketua Kelas yang membagi makanan. Minuman dituangkan kedalam cangkir yang baru dibuka, jadi mereka seharusnya baik-baik saja."

"Jika begitu, kita harus menyelidiki kuali tersebut... Tetapi itu seharusnya sudah dicuci."

Ini akan agak berlebihan menyebutkan pemusnahan barang bukti — tetapi semua peralatan memasak telah dicuci dan dibersihkan. Karena tidak ada botol yang bisa ditemukan didalam lemari es, itu pasti ada bersama dengan pisau, garbu dan piring, dicuci.

"Aku kira jika kita bisa memanggil ahli forensik untuk membantu, mereka pasti bisa menganalisanya... kan?"

"Hambatan terbesar berdiri di jalannya. Tentu, tidak akan ada masalah bagiku untuk mengambil hal-hal disini pada mereka untuk dianalisa. Tetapi hanya membawa satu atau dua artikel tidak akan ada gunanya. Selain itu, karena insiden ini belum dipublikasikan, menyita segala sesuatu sebagai barang bukti untuk penyelidikan... adalah mustahil."

"Kurasa kita perlu mempersempit derah perkiraan terlebih dulu, kemudian campur tangan dalam dugaan bukti... Itu yang bisa kita lakukan."

Saat Hisui menyimpulkan, pintu ruangan persiapan pelajaran ekonomi tiba-tiba terbuka.

Kedua penyusup tersebut melompat dalam keterkejutan dan mempersiapkan diri mereka sendiri pada pengunjung itu.

Dalam pandangan mereka, Kirika masuk.

Sebuah tas dibawah satu lengan, dia memegang kunci ke ruangan tersebut ditangannya. Kemungkinan besar sebuah kunci yang diperoleh melalui saluran yang tepat.

"Eh, kenapa ini terbuka... Apa yang kalian berdua lakukan disini?"

"Uh, ini...."

Saat Hisui terbata-bata, Eruru mendorongnya kesamping dan menjawab dengan tenang dan lancar.

"Sebenarnya, kami melupakan sesuatu di ruangan pelajaran ekonomi... Kami berpikir bahwa jika guru mengambilnya, itu pasti akan disimpan disini, jadi kami datang kesini untuk mencarinya."

"...Aku mengerti. Tetapi datang kesini sendiri ketika guru tidak ada cukup tidak tepat, apa kamu tidak setuju?"

"Ini kesalahan kami karena terlalu tidak sabaran... Kami akan lebih berhati-hati lain kali."

Eruru menundukkan kepalanya dan meminta maaf.

Kemampuan aktingnya yang sempurna membuat Hisui merasa seperti bersorak dalam tepuk tangan.

Kirika tampaknya telah menerima penjelasan tersebut dan tidak menceramahi lebih lanjut lagi.

"Berhati-hatilah lain kali."

"Ya... Ngomong-ngomong, kenapa kamu disini, wakil presiden?"

"Aku menyampaikan sesuatu untuk guru. Guru memintaku untuk mempersiapkan lilin wangi, minyak esensial, serta teh herbal yang aku buat ini."

Kirika menunjuk tas ditangannya. Meletakkan tas tersebut di meja guru, dia meninggalkan sebuah catatan.

"Sekarang semuanya sudah selesai...."

"...Wakil presiden, kenapa guru menginginkan hal ini? Kamu bilang... dia memintamu untuk mempersiapkannya?"

"Ini adalah hobi guru itu. Tampaknya dia jatuh cinta dengan mereka atas rekomendasi guru lain. Cukup iseng telah memukul ruangan staf, sepertinya."

"Hobi pribadi guru itu... Lalu kenapa kamu dikirim kesini, wakil presiden?"

"Karena ayahku dalam bisnis impor berbagai macam barang, jadi dia memiliki akses pada barang-barang langka. Sebagai perantara, aku membantu guru tersebut membeli apa yang dia inginkan dan mengantarkan kesini."

"Aku mengerti. Tetapi kamu juga menyebutkan bahwa kamu membuat teh herbal sendiri... Untuk apa itu?"

Memainkan peran seorang junior yang ingin tahu dan polos... Eruru melanjutkan percakapan.

Berkat kemampuan akting Eruru yang sempurna, Kirika tidak keberatan menjawab pertanyaannya satu demi satu.

"Ini adalah hobiku. Ketika nenekku terbiasa menanam tumbuh-tumbuhan obat, aku sering membantu dia dan secara alami mempelajari bagaimana untuk menggunakan mereka melalui prosesnya. Aku memberi guru tersebut sekali dan dia menyukainya setelah satu kali merasakan. Setelah itu, aku mulai mengirim beberapa pada dia secara teratur. Mungkin dia akan memberimu suatu hari? Aku telah mendengar bahwa ketika dia membuat makanan ringan selama praktek memasak, dia memberi para siswa teh herbal."

"...aku mengerti. Kamu pasti cukup dekat dengan guru itu."

"Karena guru penasihat dewan mahasiswa kebanyakan mengabaikan aku... tetapi guru ini sering mendengarkan permasalahanku. Dia juga cukup akrab dengan pemeliharaan taman bunga, jadi kami berbagi bahasa yang sama, untuk berbicara. Aku hanya memberi dia hal yang aku sukai sebagai hadiah. Selain itu, aku membantu guru tersebut mempersiapkan air yang digunakan untuk memasak, meminjam perangkat teh dan hal-hal seperti itu."

"...Aku mengerti."

Mata Eruru bersinar dengan pemahaman dibelakang kacamatanya. Meskipun ekspresinya masih dari seorang junior yang polos, tampaknya ada perubahan yang halus.

"Aku akan pergi sekarang, jadi kalian berdua lebih baik segera pergi. Karena guru tak ada disini, kalian tidak seharusnya tetap disini. Kehilangan dan menemukan artikel seharusnya disimpan di lemari disana."

"Terimakasih. Kami akan pergi segera setelah memeriksanya."

Eruru menyaksikan dengan tersenyum saat Kirika pergi.

Setelah menutup pintu, setelah langkah kaki Kirika memudar sepenuhnya, Eruru langsung melakukan penggeledahan menyeluruh pada lemari untuk menyelidiki.

"...Apa yang kamu lakukan?"

"Apakah belum jelas? Mencari bukti. Hmm... Karena ada begitu banyak artikel, jika kita mengambil sedikit dari masing-masing, seharusnya tak ada yang menyadari. Kita harus mengambil mereka untuk analisa segera."

Eruru memegang dalam tangannya apa yang digambarkan Kirika sebagai hobi guru — lilin wangi, toples berisi dengan minyak esensial, serta bejana yang menampung daun teh herbal.

Meletakkan ketiga benda tersebut di meja, dia menempatkan mereka kedalam kantong plastik dan tabung reaksi, gerakannya tepat seperti seorang polisi yang mengumpulkan barang bukti dari TKP. Sepertinya untuk misi penyelidikan, dia selalu membawa alat-alat ini bersamanya.

"Katakanlah... hal-hal yang kamu miliki disana, bukankah mereka tidak ada hubungannya dengan praktek memasak hari ini?"

"Memang, lilin wangi dan minyak esensial tidak berhubungan. Bahkan jika lilin wangi tersebut dinyalakan untuk membuat kita mencium gas yang dilepaskan — kita akan menyadari karena aromanya. Bahkan jika aromanya sangat samar, itu akan mustahil untuk menghindari baik indra penciumanku atau vampir. Juga, hari ini guru kita tidak mengeluarkan teh herbal selama praktek."

"Lalu kenapa kamu melakukan ini?"

"Kamu masih tidak mengerti? Tidak perlu untuk menelan hal ini secara langsung kedalam tubuh. Melalui bantuan dari rempah-rempah yang lain, itu akan cukup untuk membuat zat-zat ini masuk kedalam tubuh vampir dengan beberapa cara lain."

"Tunggu sebentar, bagaimana bisa ketiga hal ini membantu mencapai itu? Menghinotis vampir dan membuatnya meminum obat itu sendiri?"

Tanya Hisui secara bercanda dan Eruru menjawab lirih.

"Tidak salah, tetapi tidak seluruhnya benar. Tak perlu menghipnotis vampir. Karena vampir itu tidak menelannya, dia pasti tidak dihipnotis. Namun... guru pengganti dadakan itu — mungkin telah dihipnotis."

Hisui menatap lebar-lebar dengan matanya.

Legenda kuno dari para penyihir — bahkan tanpa menjadi seorang ahli, setelah menerima pengetahuan dari orangtua asuhnya yang pernah mengalami kehidupan di era yang sama dengan penyihir, Hisui mengerti apa yang Eruru maksudkan.

"Entah itu minyak esensial atau herbal — keduanya spesialitas yang diturunkan dari penyihir kuno. Menggunakan efek mereka, ditingkatkan dengan sedikit sihir, sugesti sederhana dibuat pada guru tersebut, dengan demikian mencapai tujuan manipulasi. Itu adalah apa yang kamu maksud, kan?"

"Tepat. Guru berpindah-pindah diantara kelompok tanpa basa-basi, memeriksa proses dan hasil memasak. Jika dia punya niat buruk, dia bisa melakukan apapun yang dia mau."

"Itu mungkin saja. Tetapi kenapa dia memberitahu kita sesuatu yang sangat penting untuk teka-teki? Jika wakil-presiden adalah seorang penyihir, dia seharusnya tahu bahwa kamu dan aku adalah teman Rushella, kan?"

"Dugaanmu masuk akal. Namun, dia bisa saja dengan sengaja mengatakan itu untuk menghilangkan kecurigaan. Terlepas dari itu, ada kemungkinan bahwa apa yang dia bawa dalam kotak kertas tersebut hari ini hanyalah barang-barang biasa. Namun, yang tertinggal di ruangan ini dari penggunaan sebelumnya mungkin berbeda. Aku tidak mengharapkan analisa ilmiah untuk bisa menjelaskan teknik yang digunakan penyihir, tetapi jika analisa mengidentifikasi komponen yang mengandung materi tak diketahui yang tak bisa dipercaya secara ilmiah, maka sebuah kesimpulan dapat dicapai."

"...aku mengerti. Sungguh pemikiran yang menyeluruh."

Hisui menyilangkan lengannya, mengangguk dan menyatakan. Dibandingkan dengan Eruru yang pikirannya telah bergerak sepanjang waktu ini, dia tampak sepenuhnya tak produktif.

"Gunakan otakmu sedikit! Tidak ada yang benar-benar pasti pada saat ini. Cepat bantu berpikir apakah ada bukti lain yang mungkin telah kita abaikan?"

Eruru menunjuk pada sebuah ember plastik disudut ruangan.

Sampah dari praktek memasak dikosongkan setiap beberapa hari, tetapi sampah hari ini masih ada didalam ember tersebut.

Hisui mengerti apa yang Eruru maksudkan dan mengedutkan wajahnya dengan jijik.

"Kamu meminta aku untuk mengobrak-abrik sampah?"

"Dalam arti tertentu, semua berang bukti mungkin ada disana? Cepat, karena otakmu tak berguna, maka sedikit berkontribusilah dengan ototmu."

Eruru memerintah tanpa ampun, nada suaranya tak menyediakan ruangan untuk berkompromi.

Dengan keengganan besar, Hisui mulai mencari-cari dalam sampah tersebut.

Sebagai sebuah pengamanan minimum, dia mengenakan sarung tangan karet dari wastafel ruang ekonomi saat dia mencari-cari dalam ember tersebut.

"Apa, bukankah ini semua daun-daun sayuran? Ini seharusnya tidak berhubungan, kan?"

"Lalu carilah sesuatu yang lain yang mencurigakan. Apa kamu mengatakan karena itu jenis yang sama yang kamu tidak bisa membedakan sama sekali?"

"Apa maksudmu, apa kamu menyebut aku sampah!?"

"Ah, maaf, aku keterlaluan."

"...asal kamu tahu itu."

"Aku telah meminta maaf pada sampah."

"Eh—!?"

Saat Hisui terkejut mendengar dia lebih buruk daripada sampah, dia menemukan sesuatu yang terasa berbeda dari daun sayuran.

Menahan nafasnya, dia mengeluarkan benda itu — sebuah kantong kertas cukup kecil untuk untuk diletakkan di telapak tangan.

Melalui kantong kertas tersebut, orang bisa mengatakan bahwa itu berisi irisan daun dari suatu tanaman.

Kantong teh jepang, atau suatu teh herbal yang disukai oleh guru ekonomi?

Saat Hisui memeriksanya di tangannya, Eruru membungkusnya dengan tisu dan menyambarnya dari samping.

"Katakanlah...."

"Ada yang mencurigakan lagi yang lainnya?"

"Tak ada lagi yang ditemukan..."

"Kalau begitu kesimpulan penyelidikan sampai disana untuk saat ini. Aku juga akan membawa ini untuk analisa. Apa ada lokasi lain yang terpikirkan olehmu?"

Mendengar pertanyaan Eruru, Hisui berhenti sejenak sebelum menjawab.

"Hanya ada satu yang aku curigai."

"Dimana?"

"Perpustakaan... Atau lebih tepatnya, ruang persiapan di perpustakaan."

※※

"Kenapa aku harus berkelompok dengan kamu!?"

"Aku hendak mengatakan hal yang sama persis! Ini adalah kesempatan langka bagiku untuk berkeliling sekolah dengan Hi-kun, seperti tempat tidur ruang perawatan, gudang olahraga, ruang ganti perempuan, banyak waktu yang diantisipasi setelah sekolah, baik berbahaya dan dewasa... atau lebih tepatnya, saat-saat menggembirakan setelah sekolah, aku menantikannya!"

"Apa yang kamu rencanakan pada pelayanku! Selama cahaya merah dari mataku terus bersinar, kamu tidak akan pernah bisa mewujudkan ambisimu!"

"Apa, apakah itu semacam pepatah klise versi vampir!?"

Setelah beberapa pertukaran argumen, Rushella dan Mei saling mengatakan "Hmph!", memalingkan wajah mereka dan berhenti berbicara.

Vampir dan manusia buatan, tim impian ini dari pasangan yang akan memegang janji luar biasa sebagai bintang Hollywood masa depan, berada pada kondisi yang sangat disayangkan.

Pergi tidak ada pilihan selain berjalan bersama-sama, Mei mulai memimpin jalan dan Rushella mengikuti dibelakangnya.

"Kemana kita akan pergi? Apa kamu punya ide?"

"Tentu saja tidak. Yah, mereka berdua pasti bisa menemukan sesuatu. Apa yang bisa aku lakukan hanyalah dasar dari dasar penyelidikan — memeriksa tempat kejadian."

"Tempat kejadian?"

Saat Rushella kebingungan, Mei menghentikan langkahnya.

Keduanya telah sampai di halaman belakang dimana Hisui dan Eruru menemukan mayat kucing kemarin.

Mei sudah mendengar dari Eruru apa yang terjadi, jadi dia memutuskan untuk menyelidiki "tempat kejadian" ini sekali lagi.

Tetapi tak ada petunjuk yang didapatkan pada pandangan pertama.

Tidak ada korban kucing yang baru, ataupun pola linngkaran sihir yang serupa.

Mengunjungi tempat ini untuk pertama kalinya, Rushella dengan santai berjalan-jalan di hutan kecil tersebut. Kemudian dia tiba-tiba membuka lebar-lebar matanya saat dia menunjuk pada tanah.

"Hei... Apa ini sebuah kuburan?"

"Hmmm? ...Ah benar, Eruru-chan mengatakan bahwa dia membuat kuburan kan? Ini pasti salah satunya yang baru dia buat bersama Hi-kun. Ada apa dengan itu?"

"Seseorang mempersembahkan bunga."

"Eh....?"

Dengan rasa ingin tahu, Mei melihat tiga gundukan tanah di tanah. Seperti yang Rushella katakan, seseorang menempatkan beberapa bunga indah diatasnya.

"Apa mereka berdua melakukan itu...? Sungguh bijaksana. Omong-omong, bukankah mereka tampak tidak berada dalam hubungan yang cukup baik?"

"...Tidak tahu."

"Aku tidak pernah menyangka mereka bergaul dengan baik. Mereka berdua cukup akrab dengan pengetahuan yang kurang jelas, dan hari ini mereka akhirnya bertindak bersama-sama. Hi-kun benar-benar..."

"Aku bilang, aku tidak tahu!!"

Rushella berteriak, menyebabkan Mei untuk berhenti bercara.

Kemudian Rushella pergi dengan marah, wajahnya penuh ketidaksenangan.

Mei mengangkat bahu tak berdaya dan mengikuti.

"Apa, apa aku menekan tombol yang salah?"

"....."

"Meskipun aku tidak tahu apa yang Hi-kun pikirkan, kita seharusnya tidak meremehkan Eruru-chan. Dalam kenyataannya, dia benar-benar sangat peduli tentang Hi-kun, kamu tahu? Meskipun itu tidak jelas sampai sejauh mana."

"Lalu apa..."

"Bukan apa-apa. Hanya saja dibandingkan dengan vampir, dia jauh lebih cocok. Aku telah lebih memperhatikan juga."

"Apa artinya itu... ada hubungannya dengan aku.... Bagaimanapun juga, pria itu melayani aku itulah seharusnya...."

Hal ini diucapkan sangan pelan. Membuat sosok cantik Rushella terlihat lebih rentan dan rapuh daripada biasanya.

"...Apa kamu benar-benar percaya itu? Kalau begitu kamu benar-benar naif dan optimis. Pokoknya, mari kita kembali ke tugas dan membantu penyelidikan. Ini bermula karena kamu, itu sebabnya kita bekerja sebagai sebuah tim, kamu tahu? Apa yang kamu ketahui tentang 'penyihir'?"

Mei beralih pada nada suara serius. Mungkin itu tak ada gunanya bertanya pada Rushella mengingat hilangnya ingatannya, tetapi dia bukanlah seorang dengan jiwa berhati baik yang bisa menahan seorang vampir keras kepala.

"...Aku tidak tahu banyak. Namun, rasku telah membuat kontak dengan manusia selain memakan darah mereka. Manusia yang dikenal sebagai 'penyihir' adalah salah satu kelompok tersebut."

"Apa yang terjadi?"

"Rasku memiliki tubuh yang jauh lebih ulet daripada manusia. Tetapi sayangnya, 'kelemahan' kami juga membuat kami sangat rapuh. Dan teknik untuk menutupinya tidak semuanya diciptakan oleh rasku — lebih tepatnya, itu melalui tangan manusia."

Rushella mengangkat payung favoritnya dan melambaikannya. Ini adalah satu-satunya yang selalu dia gunakan di luar ruangan di siang hari.

"Jenis alat penghadang matahari ini kabarnya diciptakan oleh pengrajin manusia. Kepemilikanku ini melalui perlakuan khusus untuk menghadang matahari dan menolak hujan. Juga ada benda yang telah dimodifikasi sebagai senjata atau area magis, hal ini sering melibatkan teknik dari penyihir."

"Aku mengerti...."

Di barat, memperlakukan secara sama penyihir dan vampir telah tertanam dalam-dalam. Itu tidak mengejutkan bahwa manusia dan vampir akan membentuk semacam hubungan simbiosis saling menguntungkan dengan memanfaatkan masing-masing kekuatan mereka.

"Sebelumnya, Baron yang dihancurkan Hisui dan aku, aku mendengar bahwa dia menerapkan sesuatu pada kulitnya untuk memblokir sinar cahaya matahari."

"Ah, alat pemblokir matahari. Ada apa dengan itu?"

"Meskipun versi modernnya sepertinya berbeda, hal serupa ada di zaman dahulu. Dengan menerapkan salep pada kulit, itu memungkinkan kebebasan pergerakan sementara dibawah matahari. Proses pembuatannya cukup unik dan sangat penting bagi kami, tetapi sayangnya ras kami tidak mengetahui rahasianya dan hanya bisa meminta bantuan penyihir — kabarnya sesuatu seperti itu terjadi."

"Bukankah obat rahasia para penyihir diturunkan dari jaman ke jaman, versi 'salep milik penyihir' itu!?"

"Yah... mungkin saja. Aku tidak pernah tahu rasku dan penyihir memiliki sejarah yang dalam dan saling terkait seperti itu."

Mendengar Rushella berbicara tentang masa lalu dalam momen yang langka, Mei mengangguk tegas.

Sejujurnya, pendapatnya tentang vampir telah sedikit meningkat.

Tetapi mempelajari hal ini menimbulkan pertanyaan baru.

"Tetapi kenapa, aku bertanya-tanya kenapa rasmu mengandalkan para penyihir dari ras manusia? Bukankah itu akan lebih mudah untuk membuat mereka tunduk menggunakan 'mata mistik' atau penghisapan darah? Memaksa mereka untuk mengungkapkan metode pembuatan, atau hanya membuat mereka menjadi pelayan."

"Aku percaya banyak anggota rasku mencoba itu, tetapi usaha mereka pada dasarnya gagal. Mungkin karena pengaruh dari 'perburuan penyihir', para penyihir bertindak dengan sangat hati-hati. Lebih jauh lagi, mereka sangat berpengetahuan dalam cara menangani rasku, seperti menetralisir pengaruh 'mata mistik' atau menggunakan racun untuk melemahkan kami. Meskipun kami memiliki tubuh undead dan tidak akan terbunuh sebagai hasilnya, itu menyebabkan penderitaan yang parah. Kabarnya, bahkan ada racun yang bisa mengirim vampir pada mati suri seperti kematian sementara."

"Aku mengerti... Ngomong-ngomong, bukankah kamu mengingat pengetahuan dari masa lalu? Apa ingatanmu sudah pulih?"

"...Tidak. Ini hanyalah pengetahuan. Setiap vampir berdarah murni akan tahu ini melalui garis keturunan mereka, tetapi itu hanyalah pengetahuan, tidak lebih daripada itu. Meskipun aku bisa mengingatnya, tak ada perasaan nyata..."

Rushella menjelaskan, ekspresinya suram. Dia tampaknya mengatakan kebenarannya, bahwa semua yang dia ceritakan hanyalah pengetahuan yang tersimpan dalam benaknya. Diluar itu, tak ada pengalaman atau sensasi, hanya pengetahuan kosong yang secara mekanis terdiri dari istilah dan kalimat.

"Namun... Bukankah pengetahuan ini berguna sekarang? Bahkan jika mereka berdua sangat berpengetahuan, ada hal yang hanya kamu yang tahu sebagai vampir asli, kan? Kurasa... Hi-kun akan senang mengetahuinya?"

"Apa benar-benar begitu... Aku harap begitu..."

Setitik kesenangan kembali ke wajah Rushella.

Saat Mei diam-diam menegur dirinya sendiri karena bertindak naif menyemangati rivalnya, dia terus menghibur Rushella.

".....!"

"Apa sekarang, kenapa kamu berhenti?"

Hampir bertabrakan dengan punggung Rushella, Mei bertanya-tanya.

Rushella berdiri disana dengan ekspresi yang serius.

Dia tengah menatap sudut dari taman bunga yang menghubungkan pada bangunan sekolah.

"Barusan, aku menyebutkan padamu sebuah jenis racun yang bisa menyebabkan seorang vampir memasuki 'kematian' sementara, kan....?"

"...Ya. Berbeda dari air suci atau bawang putih... Kamu bilang itu adalah sebuah racun dari penyihir, bukan?"

"Ya. Rasku sangat waspada terhadap racun ini dan kami tahu bahannya. Meskipun prosedur dan ramuannya berbeda pada masing-masing penyihir, aspek yang paling penting adalah bahan mentahnya. Tanpa satu bahan tertentu, racun tersebut tak bisa dibuat dan tak ada yang perlu ditakutkan bagi rasku. Aku tidak tahu apakah ini keberuntungan atau kemalangan, tetapi bahan itu bukan hanya langka, itu juga terbatas pada satu jenis saja."

Ada bunga yang mekar di sudut dari taman bunga tersebut.

Bunga tersebut secara mencolok berbeda dari tanaman lain, terisolasi disudut, kelopak ungu yang tampaknya beracun.

Sangat waspada, Rushella menatap bunga yang berbentuk lonceng ini.

"Tunggu sebentar... Jangan bilang... Mungkinkah hal ini.... tepat didepan matamu!?"

"Tepat... Aku tidak pernah menyangka untuk menemukannya disini."

Sebuah bunga yang racunnya menjadi ancaman bahkan terhadap vampir.

Diturunkan sejak jaman kuno, bunga kematian yang beracun. Bibir merah cerah milik Rushella dengan lirih mengucapkan namanya.

"Mandrake."

※※

"Maafkan gangguan kami~"

Meskipun tidak ada orang, Hisui masih memberi salam untuk berjaga-jaga. Dengan suara yang sangat pelan. Bahkan pergerakannya ringan dan dia berusaha untuk tidak membuat suara saat dia berjalan.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Ah, hanya menyesuaikan suasana... Bukankah ini bagian dari perpustakaan?"

"Dalam teori, kamu diperbolehkan untuk berbicara bebas di ruang persiapan perpustakaan. Tentu saja, itu tergantung pada kenyataan bahwa kamu tidak menyebabkan gangguan apapun pada orang-orang di perpustakaan sebelah."

Eruru menjelaskan. Suaranya juga jauh lebih pelan daripada biasanya.

Mengakhiri penyelidikan mereka pada ruangan ekonomi dan ruangan persiapannya, mereka berdua datang ke perpustakaan — kemudian ke ruang persiapan disebelahnya.

Ini adalah dimana pustakawan melakukan pekerjaan persiapan dan juga dimana siswa di komite perpustakaan yang membantu pustakawan mengumpulkan. Pada prinsipnya, itu tertutup bagi orang luar.

Beruntungnya, Eruru telah ditunjuk untuk komite perpustakaan segera setelah dia berpindah ke sekolah, jadi mereka memiliki alasan jika mereka tertangkap.

Guru perpustakaan tidak ada karena rapat staf, oleh karena itu mereka berdua bisa meminjam kunci dari ruangan staf dan menyelinap kesini. Beruntungnya, tak ada siswa lain yang melihat mereka.

"Tetapi kenapa datang ke tempat ini? Aku berada disini beberapa kali karena tugasku... Tetapi aku tidak berpikir tempat ini memiliki bukti yang terkait pada insiden tersebut. Kamu tidak mungkin percaya ada kemungkinan seperti ada buku panduan sihir(grimoire) disini, kan?"

"...Kemungkinan itu tidak bisa dibantah sepenuhnya, tetapi itu bukan alasan yang aku khawatirkan. Ini adalah apa yang aku bicarakan."

Hisui menunjuk pada kedalaman ruangan tersebut.

Sebuah rak buku besar berdiri didepan dinding, menandakan sebuah ruang kosong bahwa seseorang bisa muat.

Rak buku tersebut hampir penuh dengan buku-buku, semua sampul mereka berubah warna karena usia, dengan banyak dari mereka menunjukan tanda-tanda kerusakan.

"Tempat ini... adalah area terbatas, kan? Pada prinsipnya, tak satupun dari buku-buku disini berada dalam sirkulasi dan hanya bisa dibaca didalam perpustakaan dengan wewenang pendahulu... Memang ada banyak buku kuno dan langka, tetapi apa ada masalah disana?"

"Tidak tidak, bagaimana dengan kunci dibalik rak buku tersebut."

Hisui melangkah kebelakang rak buku tersebut. Karena rak buku itu tidak bersandar pada dinding, disana ada ruang yang sempit dan remang-remang dibelakangnya.

"Apa ini kunjunganmu yang pertama kali kesini?"

"Ya... Tapi itu adalah sebuah ruang penyimpanan bagaimanapun juga."

Saat Eruru mendeskripsikan, tempat tersebut penuh dengan berbagai artikel yang tidak dipisahkan. Tertutup debu, akan membutuhkan usaha yang banyak untuk membersihkan atau menemukan sesuatu yang khusus.

"Sebelumnya, guru membutuhkan beberapa macam informasi kuno, jadi ketua kelas dikirim untuk menemukannya, jadi aku datang kesini untuk membantu. Kemudian aku menemukan pemandangan yang tak biasa ini, jadi aku kebetulan bertanya tentang hal apa yang disimpan disini."

"...Apa yang disimpan disini?"

"Segala macam hal, tetapi yang utama — intisari."

"Intisari?"

"Ya. Aku tidak tahu apakah siswa saat ini masih melakukannya atau tidak, tetapi orang-orang dari klub budaya seperti Klub Sastra atau Komunitas Penelitian Manga. Setiap kali klub-klub dimasa lalu mendapatkan semacam prestasi dan mencatatnya — itu kemungkinan berada disini. Ini termasuk Klub Penelitian Ilmu Gaib."

"Klub Penelitian Ilmu Gaib... Hal semacam itu benar-benar pernah ada disekolah?"

"Aku hanya mendengar wakil presiden menyebutkannya. Tentu saja, itu tidak ada hubungannya dengan insiden saat ini dan mungkin hanya sebuah klub penelitian."

Hisui berbicara dan berbalik ke arah tumpukan berbagai macam item.

Tetapi pemandangan suram dari tumpukan sampah ini langsung membunuh antusiasmenya.

"....Aku rasa mari kita tinggalkan saja."

"Apa kamu tidak punya tulang punggung?"

"Aku rasa usahaku akan sia-sia."

"Meskipun aku sejak awal tak punya harapan padamu, kamu telah mengecewakan aku lebih jauh lagi."

Eruru mendesah saat dia berjalan kearah tumpukan gunung kecil dari catatan.

Didepannya adalah tumpukan buku yang berantakan dengan gulungan terbuka yang tak terhitung jumlahnya, buku tersebar diseluruh lantai, kotak karton tak dikenal — tetapi Eruru melangkah maju tanpa takut.

"Aku mengerti, aku mengerti, aku akan membantumu kalau begitu. Tetapi ini akan membutuhkan waktu yang lama..."

"Belum tentu. Saatnya untuk menyebutnya sehari."

Berbicara dengan poker face-nya yang biasanya, Eruru mengambil sebuah buku dari tumpukan dan menunjukkannya pada Hisui.

"Buku Catatan Gelap — Laporan Kegiatan Klub Penelitian Ilmu Gaib —"

Sampulnya tertulis kata-kata itu dengan warna merah terang diatas latar belakang berwarna hitam — jelas berbeda dari klub-klub budaya khas seperti malam dan siang hari.

Tak ada hiasan lain pada sampulnya selain barisan kata-kata terisolasi. Orang bahkan tidak bisa mulai menebak apa isinya yang mungkin tercatat. Dibandingkan intisari dari klub-klub biasa, buku ini jelas jauh lebih tebal dan berada pada tingkat dari buku yang relatif tipis.

"Bagaimana kamu menemukannya!? Keberuntunganmu sangat bagus!"

"Hasil ini bukan datang dari keberuntungan tetapi tak terelakkan. Dibandingkan dengan yang lainnya, hanya sekeliling buku ini yang debunya sedikit. Sangat mungkin, ini baru-baru ini dikeluarkan oleh seseorang."

"...aku mengerti. Tapi tunggu sebentar, jika itu telah dikeluarkan, kenapa orang itu mengembalikannya?"

"Karena ruangan ini juga berisi mesin fotocopy, oleh karena itu mereka hanya menyalin keseluruhan buku atau hanya beberapa bagian yang dibutuhkan. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, itu ditempatkan kembali dimana itu ditemukan. Karena mereka menempatkan usaha sebanyak ini kedalamnya, sepertinya isi dari buku ini menjanjikan."

Eruru berbicara saat dia membukanya dan mulai menjelajahi isinya.

Hisui juga mendekat ke wajah Eruru untuk melihat.

"...Terlalu dekat."

"Ah, maaf. Tapi kulitmu super lembut. Bagaimana kamu memeliharanya?"

Eruru tersipu sebagai hasil dari tabrakan dengan wajah Hisui. Saat Hisui membelai pipinya dan berseru, dia menamparnya.

"...kenapa kamu memukul aku?"

"...siapa yang tahu."

Eruru mati-matian berusaha untuk berpura-pura tenang, tetapi wajah lembutnya tiba-tiba menampilkan keterkejutan.

Dipusat dari sampul buku tersebut — api merah tiba-tiba mulai menyala.

"Ap.....!"

"Hei, cepat singkirkan itu!"

Mendengar teriakan Hisui, Eruru dengan panik melemparkan buku tersebut menjauh.

Tak lama setelah buku tersebut meninggalkan tangannya, api juga keluar dari bagian dalamnya dan seluruh buku mulai terbakar.

Saat itu jatuh dilantai, sebagian besar halamannya telah terbakar menjadi abu.

Untuk mencegah api menyebar, Hisui melepaskan jaketnya untuk menutup buku tersebut dan api yang membara.

Beruntungnya, api hanya menghanguskan sedikit papan lantai tanpa insiden yang besar.

"Apa kamu baik-baik saja!? Apa kamu terbakar...."

"Aku baik-baik saja. Tapi apa itu sebenarnya... Ini seharusnya bukan sebuah jebakan mekanisme. Ini adalah sihir...."

"Mungkinkah ini pekerjaan penyihir itu juga? Mencoba mambakar sampai mati orang-orang yang menyelidiki sembarangan?"

"Api sekecil ini tidak akan membakar siapapun sampai mati. Ini hanya pemusnahan bukti, serta sebuah peringatann — itu bertugas pada tujuan ganda dari penghancuran bukti dan secara sengaja membiarkannya terlihat, kemungkinan besar bertugas sebagai peringatan."

"Sepertinya kita sepenuhnya jatuh pada jebakan itu. Jadi apa hasilnya, apakah sisa-sisanya memberi suatu petunjuk?"

Sebelum Hisui bertanya, Eruru sudah memeriksa beberapa halaman yang tersisa.

"Hmm. Berdasarkan pada ikatannya, isi dan stuktur tulisan, tak diragukan lagi ini adalah intisari yang ditulis oleh siswa SMA."

"....Eh."

"Namun, isi didalamnya adalah masalah yang sebenarnya."

"Apa!?"

Eruru mengangkat salah satu halaman yang tak terlalu rusak untuk diperlihatkan pada Hisui.

Meskipun halaman tersebut banyak bekas goresan, hal yang tergambar diatasnya masih bisa dilihat — sebuah lingkaran sihir.

Itu identik dengan yang mereka temukan di tempat kejadian kucing mati.

Dibawah halaman, ada penjelasan tentang sihir dan lingkaran sihir.

Seperti Eruru deskripsikan, ini adalah sebuah intisari yang terbaik. Itu terlalu kasar untuk disebut sebuah grimoire.

Meski demikian, isinya kebetulan menjelaskan fenomena yang diamati kemarin.

Eruru membaca kata-kata dihalaman tersebut secara acuh tak acuh.

"Tempatkan mayat dari binatang kecil diatas lingkaran sihir yang digambar menggunakan darah dan rapalkan mantra pembangkit sederhana. Ini memberi mayat tersebut kehidupan tiruan, untuk sehari, memungkinkannya untuk diperintah sebagai familiar sederhana. Namun, tindakan familiar tersebut terbatas pada tindakan yang sangat sederhana. Juga kebangkitan itu sendiri sangatlah sulit dan rentan pada kegagalan. Selain itu, mempersiapkan mayat tersebut bukanlah tugas yang mudah. Ini hanya dasar sihir sederhana, untuk diperbaiki.... Itu adalah apa yang tertulis disini.

"Itu ternyata benar-benar sihir.... Dan dengan penjelasan ditulis oleh seorang alumni.....!"

"Berdasarkan pada halaman tersebut, ini ditulis sepuluh tahun yang lalu. Anggota dari klub.... tak bisa dibaca, sudah terbakar. Namun, ini adalah....!?"

Eruru sangat terkejut.

Hisui mengalihkan tatapannya pada buku dan mengkonfirmasi namanya.

Kemudian keduanya bertukar tatap dan untuk membuktikan pada satu sama lain mereka tidak membayangkan masalahnya, mereka menunjuk pada tempat tersebut untuk mengkonfirmasi lagi.

Di lokasi dimana jari mereka menunjuk, tertulis sebuah nama yang akrab.

— Horie Jyuri —

Itu adalah nama guru wali kelas Hisui.

Itu adalah satu-satunya nama yang bisa dibaca pada daftar anggota.

"Horie-sensei... adalah bagian dari Klub Penelitian Ilmu Gaib!?"

"Juga... dia menggunakan pembelajaran sihir yang sebenarnya. Ini meningkatkan satu jumlah tersangka kita, dan tersangka terbesar saat ini."

Eruru bergumam lirih. Pada saat itu, suara bergetar dari ponselnya yang diredam bisa terdengar dari saku dari lapisan dalam pakaiannya.

"Ini pesan Sudou-san. Mereka tampaknya telah menemukan sesuatu... Ayo bergegas."

Mengambil buku tersebut, keduanya meninggalkan ruang persiapan perpustakaan.

Mengikuti pesan teks Mei, mereka buru-buru ke sudut taman bunga yang menghubungkan bangunan sekolah.

Segera setelah mereka sampai—

"Ada mandrake tumbuh disini!!"

Rushella melaporkan dengan bangga.

Poker face Eruru tak terpengaruh, tetapi Hisui menampilkan ketidakpercayaan di wajahnya.

"Aku bilang, Rushella-san, tanaman beracun yang kamu maksud tanaman tertentu itu kan? Bahkan orang yang tidak tahu banyak tentang ilmu gaib seharusnya tahu, itu adalah tanaman beracun yang terkenal, hampir dianggap sebagai mahluk fantasi, bagaimanapun juga itu adalah hal yang super terkenal, kan?"

"Tepat, memang itu. Meskipun aku belum jelas tentang trik-trik kecil dari manusia, bahkan bagi vampir, tanaman ini sangatlah berbahaya!"

"Apakah penghujatan = bahaya? Yah, aku tak bisa menyangkal sudut pandang ini sepenuhnya... Tetapi bagaimana mungkin hal semacam itu tumbuh ditempat semacam ini...."

"Apa kamu meragukan mataku!? Memang itu seperti hal yang langka dan berharga, tetapi kebenarannya berdiri didepan matamu!"

"Bahkan jika kamu mengatakan begitu... Aku belum yakin, tetapi bukankah seharusnya syarat pertumbuhan tanaman beracun sangatlah ketat? Seperti tumbuh disamping tiang gantungan dan syarat yang lebih jauh lagi."

"Oh, begitukah? Lalu apa kisah nyatanya?"

"....Kenapa kamu bertanya padaku?"

Rushella tiba-tiba melemparkan bola pada Eruru yang menghindari menjawab. Ini bukan pertanda baik.

"Karena kamu tampaknya yang paling berpengetahuan! Aku tertarik juga, apa syarat pertumbuhan yang diperlukan tanaman beracun?"

"...Ada penjelasan yang berbeda, pada dasarnya, ini...."

"Ini?"

"Tempat dimana hal itu, dari laki-laki, ...cairan itu, menetes ke tanah, itulah dimana itu tumbuh, sesuatu seperti itu...."

"Cairan.... Apa itu!? Darah, air liur!? Jika itu yang terjadi, itu sangat normal untuk tumbuh disini!"

"Ah, b-bukan yang kamu sebutkan, ini... adalah...."

Eruru memerah saat dia berbicara. Untuk beberapa alasan, dia diam-diam melirik pada tubuh bagian bawah Hisui.

"Apa sih itu!? Jangan pelit, cepat katakan padaku!!"

"H-Hentikan itu! Jangan menatapku dengan mata murni dan polos itu....!"

"Kalau begitu katakan!"

"I-Itu adalah hal itu.... Itu.... Milik laki-laki...."

"Milik laki-laki apa?"

"Air ma...."

Setengah mengucapkan kata itu, Eruru malu.

Wajahnya begitu merah hampir tampak seperti itu akan mengeluarkan uap. Dia tampak seperti dia akan pingsan.

Beruntungnya, Hisui melangkah maju dan menangkapnya.

"....Sudah cukup, berhenti memberi dia saat-saat yang sulit."

"Berhenti mengganggu, dia jelas akan mengatakan itu! Orang yang tidak tahu apa-apa harus mundur!"

"...Melihat dari reaksinya, aku sudah bisa menebaknya. Mintalah Sudou untuk memberitahumu nanti."

Hisui berbicara seolah-olah dia menyadari sesuatu. Eruru akhirnya pulih saat ini dan menunjuk pada bunga tersebut saat dia berbicara dengan ketidaksenangan.

"Hentikan hal itu dari mengacaukan pikiran orang. Kujou-san, cepat cabutlah itu."

"Huh!?"

Draculea V02 - BW06.jpg

"Cabutlah itu, maka keasliannya bisa dengan mudah divervikasi dengan pandangan. Jika itu adalah hal yang sebenarnya, itu tak bisa dibiarkan."

"Ah, itu masuk akal... Jadi setiap orang harusnya tahu, kan? Apa yang terjadi ketika sebuah tanaman beracun dicabut?"

Tanaman beracun yang super terkenal sejak zaman kuno — dan bukannya bersifat obat, itu adalah tanaman itu sendiri yang paling menonjol dalam legenda.

Akarnya yang sangat menyerupai bentuk manusia — dengan kata lain, tubuh utama dari tanaman beracun tersebut. Jika dicabut dari tanah, akar tersebut mengeluarkan jeritan yang mengerikan, cukup untuk membunuh si pendengar.

Bahkan seseorang yang tidak terlalu berpengetahuan tentang tanaman-tanaman beracun seperti Hisui mengatahui itu.

Jika itu adalah Mei, bahkan jika Eruru dan Rushella tidak mengatakan apapun, dia mungkin tahu juga.

Namun—

"Apa maksudmu, mencabut?"

"Apa masalahnya, berdasarkan pada wawasanmu yang brilian, itu seharusnya palsu, kan?"

"Yah, itu dikatakan... Kamu tahu, bisa saja.... kan?"

Hisui dengan menyedihkan mencari persetujuan mereka, tetapi ketiga gadis tersebut sepenuhnya tak tergerak oleh permohonannya, dan bahkan mundur kebelakang.

"Hei hei, itu tidak adil! Apa, tugas melelahkan semacam ini harus dilakukan oleh pria!?"

"Yah ini tidak benar-benar dianggap melelahkan, tetapi melakukan yang terbaik adalah benar, Hi-kun."

Mei mengirim sebuah senyum manis dan lembut sebagai penyemangat, tetapi dia tidak mau tetap didekatnya sama sekali.

"Hei, pikirkan ini lagi dengan hati-hati, kalian bertiga? Ini bukan masalah sepele, jika ternyata menjadi masalah yang sebenarnya, bukankah itu benar-benar tidak adil untuk orang yang terlemah disini melakukan pekerjaan!? Kita punya seorang vampir abadi disini!"

"Jangan khawatir... Kamu bukanlah seorang pria yang akan mati karena sesuatu yang begitu sepele!"

Rushella menyemangati Hisui, mengapalkan tinjunya, tetapi dia tidak mau tetap didekatnya sama sekali.

"Kenapa kamu menunjukan kepercayaan semacam itu pada situasi seperti ini!? Hei, kamu mengakui ini berbahaya, kan? Sangat berbahaya!? Pokoknya... Apa kamu tahu, tanaman beracun itu biasanya dicabut menggunakan anjing....?"

"Kamu berani mengorbankan mahluk hidup kecil yang lain demi melestarikan kehidupanmu yang menyedihkan? Benar-benar tak tahu malu!"

Eruru mengkritik keras. Tentu saja, dia tidak mau tetap didekatnya juga.

"Berhenti berbicara tentang prinsip-prinsip ketika yang kalian semua lakukan adalah mengamankan keamanan kalian sendiri terlebih dulu! Aku tidak mau mengorbankan hewan kecil juga, tetapi setidaknya mendapatkan beberapa tindakan pencegahan. Jika tidak, tidak usah mencabutnya... Sebaliknya, gunakan sesuatu seperti sekop untuk menggalinya bersama-sama dengan tanah sekelilingnya. Mari kita meminjam sekop!"

Hisui berusaha bernegosiasi dengan keseriusan penuh, tetapi mereka bertiga mengabaikan dia sepenuhnya.

Atau lebih tepatnya... Sepertinya mereka tidak bisa mendengarkan sepatah katapun.

"......?"

Hisui menatap dengan hati-hati.

Jadi itu sebabnya mereka tidak bisa mendengar.

Rushella memutupi telinganya dengan jari-jarinya.

Mei memasang earphone-nya, terlibat dalam percakapan.

Eruru menggunakan player portabel untuk menikmati musik.

"Kalian penuh perlengkapan!! Bisakah kalian meminjamkan padaku seperangkat earphone!!"

Teriakan Hisui yang menyedihkan tentu saja tidak menerima jawaban.

Yang membuat masalah semakin buruk, dia menerima pesan teks dari pengirim tak diketahui.

"Cepat cabut itu."

Mendesak dengan kata-kata itu. Berdasarkan pada nadanya, itu kemungkinan besar Eruru.

"Pesan teksmu yang pertama padaku dan ternyata menjadi seperti ini!! Seperti yang aku bilang, setidaknya beri aku satu set earphone! Aku mendengarkan musik di ponselku, tetapi aku tidak punya earphone!!"

...Merubah emosi kemarahannya menjadi pesan teks balasan, dia segera mendapatkan tanggapan.

"Ketika kamu mencabut tanaman beracun tersebut, tutup saja telingamu sebelum 'akar' tersebut menjerit, oke? Yang perlu kamu lakukan adalah bertindak lebih cepat daripada kecepatan suara di udara dan kamu akan baik-baik saja."

"Ah, itu benar, aku mengerti... Hei, seolah-olah itu mungkin! Kamu memintaku untuk bergerak dengan kecepatan supersonik!? Melangkah dengan kaki kiri sebelum kaki kanan menyentuh tanah, dan kemudian melangkah dengan kaki kanan sebelum kaki kiri mendarat... Itu semacam teori konyol! Ini tidak ilmiah!! Selain itu, menutup telinga dengan jari supersonik pasti akan meledakkan gendang telinga dan saluran setengah lingkaran, oke!!"

...Merubah teriakannya menjadi kata-kata, dia membalas, kali ini menerima pesan balasan yang ditandatangani oleh ketiga gadis itu.

" " "Berhenti mengatakan omong kosong dan cabut itu!!" " "

"Ada apa dengan serangan triple combo yang kuat ini... Bukankah itu hanya cara lain untuk memberitahu aku melakukannya dan mati!?"

Hisui menyerah beralasan dengan mereka dan tak punya pilihan selain beralih ke tanaman beracun tersebut.

Tak ada pilihan lain.

Bahkan jika dia mencoba untuk lari, dia pasti akan ditangkap oleh salah satu dari mereka bertiga dan dipukuli dengan kejam.

Mengambil nafas dalam-dalam, dia berjalan ke bunga itu, selangkah demi selangkah.

Mencengkeram pangkal batang erat-erat, dia menegaskan sentuhan dan mengamati sekeliling.

Selain Rushella dan para gadis, tak ada orang lain didekatnya.

Tanah dimana tanaman beracun itu tumbuh cukup lembut, oleh karena itu dia harusnya dengan mudah menarik keluar 'akarnya' tanpa menggunakan terlalu banyak kekuatan.

Tetapi masalahnya adalah... setelah itu.

Jika ini benar-benar hal yang sebenarnya — itu akan menjerit dan berteriak.

Dan siapapun yang mendengar suara tersebut — akan mati.

"....Terserahlah!"

Hisui menarik keluar 'akar' tersebut dalam sekali cabut, dan segera melemparkannya tinggi-tinggi ke udara sekuat yang dia bisa.

Kemudian dia berlari secepat yang dia bisa kearah Rushella dan para gadis.

Rangkaian tindakan ini dilakukan demi menjauh sejauh mungkin dari 'akar'. Bahkan satu centimeter adalah lebih baik daripada tidak sama sekali.

Untuk mengurangi volume dari teriakan kematian sebanyak mungkin, dia mati-matian menjauhkan dirinya sendiri.

Rencananya berhasil.

Mungkin karena dia menutup telinganya dengan jarinya, Hisui tidak mendengar suara, dan tubuhnya tetap baik-baik saja.

Aku selamat — Hisui hanya bisa berpikir begitu. Kemudian dia tiba-tiba menyadari dimana "akar" itu dan menatap ke udara.

"....Eh?"

Setelah memuncak, "akar" tersebut mulai turun. Melihat penampilannya, bukan hanya Hisui, tetapi juga semua orang yang ada tercengang.

Menurut tradisi, akar tanaman beracun menyerupai bentuk manusia — tetapi hal ini tidak seperti manusia bagaimanapun. Itu tak ada bedanya dari sayuran biasa.

Itu adalah apa yang telah digunakan belum lama ini dalam praktek memasak sebelumnya, hanya wortel biasa yang bisa ditemukan di meja makan manapun.

Saat mereka berempat menatap kosong, benda itu akhirnya mendarat di tanah.

Eruru adalah yang pertama bergegas ke tempat pendaratan untuk mengambil spesimen bermasalah untuk ditunjukan pada Hisui dan yang lainnya.

Tak peduli bagaimana kamu melihatnya — itu adalah wortel.

"Eh---------!?"

Hisui menatap begitu keras hingga matanya tampak selebar bola lampu, berteriak terkejut. Mei berusaha keras untuk tidak tertawa saat dia menepuk bahu Hisui.

"Hei ada apa dengan... wortel itu!? Hi-kun begitu ketakutan dia pasti buang air dicelana!!"

"Serius!! Untuk ketakutan pada hal semacam itu... Benar-benar tak sedap dipandang!!"

Rushella bergabung untuk menegur Hisui.

Ngomong-ngomong, semuanya dimulai dari dia.

"Mengamankan keselamatanmu sendiri dan sekarang kamu menceramahi ini dan itu... Aku telah mempertaruhkan nyawaku disini!! Lagipula, siapa yang memberi lelucon tingkat rendah ini!? Apa ini, secara sengaja menyamarkan wortel sebagai tanaman beracun!? Hei Rushella, bagaimana bisa kamu salah mengira ini pada hal yang sebenarnya!?"

Gumaman Hisui menyerbu seperti sebuah gelombang, tetapi Eruru menghentikan dia dengan tenang.

"Ini adalah yang sebenarnya."

Hisui dan sisanya tak percaya.

Eruru mengambil "akar" tersebut... atau lebih tepatnya, bunga yang tumbuh dari wortel itu untuk ditujukan pada mereka.

"Setidaknya bunya tersebut adalah yang sebenarnya. Meskipun aku hanya melihatnya dalam gambaran kuno, ini adalah pertama kalinya aku melihat hal yang sebenarnya... Jika Rushella memutuskan berdasarkan pada ini, itu seharusnya yang sebenarnya tanpa diragukan. Tentu saja, bagian "akarnya" palsu tetapi ini mungkin bukan lelucon tetapi tipe 'okulasi' dalam berkebun. Menyambung bunga tanaman beracun pada yang palsu, untuk mengubah 'akar' menjadi hal yang sebenarnya."

"Bagaimana bisa sesuatu seperti itu berhasil...."

Hisui tidak tahu apa-apa tentang berkebun, tetapi nalurinya memberitahu dia itu adalah mustahil. Jika trik semacam ini bisa memproduksi masal tanaman beracun yang legendaris, itu akan terlalu mudah.

"Seperti yang kamu bilang, ini mustahil. Dan dalam kenyataannya, itu gagal. Namun, masalahnya adalah ini, memang ada seseorang yang melakukan ini — yaitu, 'penyihir'. Yang lebih penting lagi, karena ada bunga yang sebenarnya disini! Kemungkinan bisar dia memiliki 'akar' yang sebenarnya juga."

Kata-kata Eruru membuat Hisui menggernyit.

Insiden barusan bisa ditertawakan, tetapi keberadaan dari 'akar' yang terpenting yang bahkan Rushella waspadai tidak diketahui.

"Aku punya banyak hal yang perlu aku verifikasi, tetapi seperti yang aku duga, masih belum ada informasi yang cukup. Lebih jauh lagi, aku bukan seorang ahli dalam sihir dan tak memiliki sumber daya. Apa ada semacam tempat yang memiliki informasi semacam ini, dan akan memungkinkan seseorang untuk duduk dan meneliti dengan tenang tanpa gangguan..."

Eruru mendesah tak berdaya. Pada saat ini, Hisui dengan ringan mengangkat tangannya.

"Apa itu?"

"Aku tahu sebuah tempat seperti itu didekat sini."

"Dimana?"

Semua mata terfokus pada Hisui. Dia menunjuk dirinya sendiri dan berkata:

"Rumahku."

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Peringatan Miranda : sebuah peringatan yang diberikan oleh polisi di Amerika Serikat pada tersangka kriminal dalam tahanan polisi sebelum mereka menginterogasi untuk melestarikan diterimanya laporan mereka terhadap mereka yang dalam proses pidana.


Sebelumnya Bab 2 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4